Sindrom Hemolitik Uremik.pptx

Post on 29-Nov-2015

64 views 1 download

Tags:

description

sindrom hemolitik uremik

Transcript of Sindrom Hemolitik Uremik.pptx

Sindrom Hemolitik Uremik

Oleh:Herlinda Kusumawati

I1A009054

Pembimbing :Dr. Selli Muljanto, Sp. A

Tinjauan Pustaka

1

Pendahuluan

Infeksi STEC SHU

Anak < 5 thMortalitas 2-5%

1. Lynn RM, Sarah JO, Taylor CM, Adak KG, Chart H, Cheasty T, et al. Childhood Hemolytic Uremic Syndrome, United Kingdom and Ireland. Emerging Infectious Disease 2005 April; 11 (4): 590

2. Noris M, Remuzzi G. Hemolytic Uremic Syndrome. J Am Soc Nephrol. 2005; 16: 1035-10503. Scheiring J, Andreoli SP, Zimmerhacki LB. Treatment and outcome of Shiga-toxin-assosiated hemolytic

uremic syndrome (HUS). Pediatric Nephrol. 2008; 23: 1749-1760

Diare

Komplikasi :Renal

Ekstrarenal ( SSP, Pankreas, Jantung)

2

Definisi

Gangguan ginjal akut

Anemia hemolitik mikroangiopati

• Oligo/anuria• Peningkatan

kadar kreatinin

• Hb <10g/L • Fragmen

eritrosit

Trombositopenia • <130.000

Tanpa septikemia, hipertensi maligna, uremia kronik, atau penyakit vaskular yang mendasari

1. Lynn RM, Sarah JO, Taylor CM, Adak KG, Chart H, Cheasty T, et al. Childhood Hemolytic Uremic Syndrome, United Kingdom and Ireland. Emerging Infectious Disease 2005 April; 11 (4): 590 3

Etiologi Infeksi (tipikal)

disebabkan bakteri Escherichia coli O157:H7 Streptococcus pneumonia

atau virus

Genetik, obat-obatan, idiopatik (atipikal) Paparan toksin (misalnya cyclosporine, tacrolimus, dan radiasi)

Faktor herediterHuman Immunodeficiency virus (HIV)

Kondisi sistemik ( lupus, kanker, glomerulonefritis, kehamilan)

Razzaq S. Hemolytic uremic syndrome: an emerging health risk. American Famyly Physician. 2006; 74: 991-995

4

Epidemiologi

Anak usia 1-10 tahun

3 kasus per 100.00 anak

Keberhasilan terapi 95%

Pedesaan > perkotaan

Razzaq S. Hemolytic uremic syndrome: an emerging health risk. American Famyly Physician. 2006; 74: 991-995

5

Klasifikasi Gambaran D+ SHU D- SHU

Patogenesis Shiga-like toxin, biasanya

berhubungan dengan E.coli

(0157:H7) dan Shigella dysentriae

Infeksi Streptococcus pneumonia

Obat-obatan (siklosporin, tacrolimus)

Glomerulopati primer

Gejala prodromal BAB cair, disertai darah Tidak ada, dapat berupa gejala pernapasan

Morbiditas Rendah (<5%) Tinggi (>25%)

Penyakit ginjal

tahap lanjut

Jarang (<10%) Sering (>30%)

Rekurensi Jarang Sering (>50%)

Tatalaksana Suportif, dialisis Suportif, dialisis, ± plasmaferesis

Corrigan JJ. Boineau, Frank G. Hemolytic-Uremic Syndrome. Pediatrics in Review. 2001; 22 (11): 365-369

6

Patogenesis

Loirat C, Saland J, Bitzan M. Management of hemolytic uremic syndrome. Presse Med. 2012; e 7- e 21

7

8

Histologi

Pewarnaan Hematoxylin dan eosin pada sindrom hemoltik uremik. Terlihat 2 glomerulus sudah sklerosis (garis tebal). Ekspansi mesangial dengan mulainya sklerosis pada glomerulus ketiga (garis putus-putus). Inflamasi fokal pada sistem tubular mengindikasikan involusi parenkim ginjal.

Scheiring J, Andreoli SP, Zimmerhacki LB. Treatment and outcome of Shiga-toxin-assosiated hemolytic uremic syndrome (HUS). Pediatric Nephrol. 2008; 23: 1749-1760

9

Manifestasi Klinis• Prodromal : muntah dan diare (dengan atau tanpa darah),

nyeri abdomen. Berlangsung 4 sampai 15 hari (7hari)• Trias SHU• Pucat • Ikterik • Hipertensi

Noris M, Remuzzi G. Hemolytic Uremic Syndrome. J Am Soc Nephrol. 2005; 16: 1035-1050Greer, JP, Foerste J, Lukens J. Wintrobe's Clinical Hematology, 11th Ed: hemolytic uremic syndrome. New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2002: 1004

10

Diagnosis Banding

Razzaq S. Hemolytic uremic syndrome: an emerging health risk. American Famyly Physician. 2006; 74: 991-995.11

Diagnosis • Kriteria primer diagnosis SHU.11

• 1. Trombositopenia (sebagian besar pasien dengan jumlah trombosit < 30.000/ml)

• 2. Anemia hemolitik mikroangipati, yang didefinisikan sebagai: percepatan produksi dan destruksi sel darah merah, fragmentasi sel darah merah, dan antiglobulin tes negative.

• 3. Tidak ada hal lain yang mendasari trombositopenia dan anemia

12

• Manifestasi lain yang mendukung diagnosis:11

• 1. Abnormalitas fungsi ginjal ( sering terjadi proteinuria dan hematuria, gagal ginjal akut dan oliguria)

• 2. Abnormalitas neurologis ( perubahan status mental, kejang dan kelainan fokal)

• 3. Gejala abdomen ( nyeri, mual, muntah, dan diare)

13

Laboratorium • Anemia hemolitik dengan Hb antara 3 – 10g/dL• Gambaran darah tepi menunjukkan hemolisis berupa sel

fragmentosit, schistosit, polikromasi, sel burr, sel bentuk topi, tear drop cells

• Trombositopenia • Retikulosis • Lekositosis hingga mencapai 20.000/μL• CRP ( C Reactive Protein ) meningkat• Uji Coombs direk negative• Koagulasi normal (waktu protrombin dan tromboplastin

parsial, fibrin degradation products, D-dimer)14

Laboratorium • Transaminase serum, bilirubin indirek, LDH, dan kreatinin

kinase meningkat.• Kreatinin, ureum, asam urat dan kalium meningkat.• Peningkatan tromboglobulin B, faktor trombosit 4 dan

serotonin serum yang menggambarkan disfungsi thrombosis.• Natrium, kalsium, bikarbonat, albumin, dan haptoglobulin

menurun.• Kadar trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid dapat meningkat• Pada urinalisis terdapat hematuria, proteinuria, dan silinder.• Pada biakan tinja ditemukan E. coli O157:H7 pada 10% pasien.

15

16

skistosit Tear drop cell

Burr cellHelmet cell

Fragmentosit

Tatalaksana

Terapi cairan dan elektrolit• Sesuai hidrasi• Bila tidak ada dehidrasi, sesuai

tatalaksana gangguan ginjal akut

Terapi nutrisi• Kalori dan asam amino esensial yang

adekuat untuk mencegah katabolisme protein dan lemak

17

Tatalaksana

Anti hipertensi• Calcium channel blocker seperti amlodipine atau isradipine banyak

digunakan pada anak.• ACE inhibitor sangat efektif namun harus digunakan dengan hati-hati

Antikonvulsan • Diazepam • Luminal • Fenitoin

18

Tatalaksana

Transfusi PRC• Jika proses hemolisis tetap berlangsung,

hb< 6 g/dl

Dialisis • Oliguria/anuria disertai hiperkalemia

berat, hiponatremi, azotemia berat, asidosis metabolik berat, tanda-tanda bendungan vaskular.

19

Tatalaksana

Pengikat toksin • Beberapa obat pengikat toksin antara lain, pengikat

toksin sintetik (Synsorb-Pk, polimer Gb2), bakteri probiotik yang mengekspresikan trisakarida Gb3 pada permukaan sel (rekombinan E. coli non pathogen), antibody monoclonal terhadap toksin shiga.

Terapi khusus• pemberian infus plasma, plasmaferesis, infus

prostasiklin, immunoglobulin, antitrombotik, trombotik, vitamin E, kortikosteroid. 20

Komplikasi • Ginjal (12% menjadi penyakit ginjal tahap akhir)• Gastrointestinal• Sistem saraf pusat (koma, hemiparesis, atau stroke)• Kardiomiopati

21

Prognosis • Sindrom hemolitik uremik yang didahului dengan prodromal

diare memiliki prognosis yang baik. • Genetik, penggunaan obat, atau sindrom hemolitik uremik

idiopatik, tidak didahului dengan diare memiliki prognosis buruk, dengan pemulihan yang tidak sempurna dalam banyak kasus.

• Saat ini, tingkat kematian untuk semua pasien dengan sindrom uremik hemolitik kurang dari 10 persen.4

22

Penutup • Sindrom hemolitik uremik (SHU) adalah kumpulan gejala

meliputi anemia hemolitik, trombositopenia, dan gagal ginjal akut.

• Sindrom ini disebabkan oleh adanya toksin yang dihasilkan berbagai serotipe Escherichia coli atau Shigella dysenteriae

• Sindrom ini diklasifikasikan menjadi SHU klasik (D+ SHU) yang didahului dengan gejala gastrointestinal berupa diare dan SHU Atipikal (D- SHU) dimana tidak terdapat gejala gastrointestinal.

• Tatalaksana SHU meliputi kontrol yang baik dari hidrasi, kelainan elektrolit, hipertensi, dan anemia. Pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena memperberat keadaan penyakitnya.

• Prognosis SHU bergantung jenis SHU, usia penderita, progresivitas penyakit, dan ketepatan pemberian terapi. 23

Terima Kasih

24