Bab II Niera
-
Upload
junira-siregar -
Category
Documents
-
view
239 -
download
0
Transcript of Bab II Niera
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 1/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Audit
a. Pengertian audit
Ada beberapa definisi audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang
akuntansi, antara lain:
Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke :
“ Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a
competent independent person”.
Menurut Mulyadi :
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
11
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 2/30
“Report ofthe Commite on Baic Auditing Concepts of the America Accounting
Association” (Accounting Review, vol 47) memberikan definisi auditning :
“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi – asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pihak –
pihak yang berkepentingan”.
Bebrapa ciri penting yang ada dalam definisi – definisi diatas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang
logis, terstruktur, dan terorganisir.
2) Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa
dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak
dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (atau entitas) yang
membuat asersi tersebut.
3) Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi
yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek
pokok auditing.
4) Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat
diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
12
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 3/30
5) Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar – standar yang digunakan
sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan.
6) Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.
7) Pihak – pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan
temuan – temuan auditor.
Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:
1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar)
yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi
tersebut,
2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas
untuk menentukan lingkup tanggung jawab auditor,
3) Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk
memenuhi tujuan audit,
4) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen
dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan
yang akan diambilnya.
b. Jenis-jenis Auditor
Auditor biasanya diklasifikasikan dalam dua kategori berdasarkan siapa
yang mempekerjakan mereka, yaitu : Auditor eksternal, dan auditor internal.
13
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 4/30
1) Auditor eksternal. Audit eksternal merupakan pihak luar yang bukan
merupakan karyawan perusahaan, berkedudukan independen dan tidak
memihak baik terhadap auditeenya maupun terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan dengan auditeenya (pengguna laporan keuangan). Auditor
eksternal dapat melakukan setiap jenis audit.
2) Auditor Internal. Auditor internal adalah pegawai dari perusahaan yang
diaudit, auditor ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian
independen dalam lingkungan perusahaan sebagai suatu bentuk jasa bagi
perusahaaan. Fungsi dasar dari Internal Audit adalah suatu penilaian, yang
dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian,
dapat dipercayainya, efisiensi, dan kegunaan catatan-catatan (akutansi)
perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.
Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa,
penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang di audit. Untuk
mencapai tujuan tersebut, internal auditor melakukan kegiatan–kegiatan
berikut:
a) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan
sistem pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern, dan
pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian
yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
b) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur
-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
14
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 5/30
c) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan.
d) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
e) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen.
f) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisensi dan efektifitas.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya tersebut dapat disimpulkan
bahwa internal auditor antara lain memiliki peranan dalam :
a. Pencegahan Kecurangan ( Fraud Prevention),
b. Pendeteksian Kecurangan ( Fraud Detection), dan
c. Penginvestigasian Kecurangan ( Fraud Investigation).
2. Gender
Gender adalah pembedaan psikologis yang mencangkup pengertian akan
sifat atau ciri kewanitaan dan kepriaan. Suatu sifat yang melekat pada kaum laki-
laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun budaya, misalnya
adanya anggapan bahwa perempuan mempunyai sifat lemah lembut, emosional
dan keibuan, sedangkan pria bersifat kuat, rasional, dan perkasa (Fakih, 1996).
Perbedaan gender antara manusia dengan jenis kelamin laki - laki dan perempuan
terjadi melalui proses yang panjang yaitu proses pembentukan perbedaan karakter
15
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 6/30
yang terbentuk karena bentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan
sesuai dengan segi sosial dan budaya melalui ajaran agama maupun hukum
negara.
Dalam Ardi (2008) gender menurut Umar (1995:5) adalah suatu konsep
yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki – laki dan perempuan dari
segi budaya. Pengertian tersebut mengandung kesimpulan yang mendefinisikan
gender sebagai pembagian peran serta tanggung jawab, baik laki – laki maupun
perempuan, yang ditetapkan secara sosial maupun kultural. Dalam masyarakat
patriaki, pandangan hidup yang berlaku bersifat seksis, jenis kelamin perempuan
ditempatkan dalam posisi subordinat atau bawahan. Sementara jenis kelamin laki
– laki sebagai supordinat atau menduduki posisi dominan, sehingga berpengaruh
pada isu gender itu sendiri yang pada akhirnya melahirkan stereotyping
(pelabelan) yaitu perempuan merupakan makhluk lemah, emosional, dan
bertanggung jawab pada peran domestik saja. Menurut hasil penelitian, konflik
peran lebih dirasakan oleh kaum perempuan daripada laki – laki. Ada beberapa
fenomena sebagai hasil proses sosialis yang menyebabkan perbedaan tersebut,
yaitu Permintaan peran, pembagian kerja seksual di dalam rumah yang tidak
seimbang, dan majikan memisahkan urusan kerja dan rumah. Perkembangan
emansipasi beberapa dekade ini menyebabkan tenaga kerja wanita memasuki
dunia kerja, bahkan pada bidang – bidang yang diasosiasikan dengan pekerjaan
laki – laki seperti akuntan publik yang umumnya stereoptype pekerjaan laki – laki
Mulia dan Wijaya (2005).
16
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 7/30
3. Kecerdasan Emosi
a. Pengertian Kecerdasan Emosi
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990
oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional
yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas – kualitas ini antara lain
adalah empati (kepedulian), mengungkapkan dan memahami perasaan,
mengendalikan amarah, keandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai,
kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, keswtiakawanan,
keramahan, dan sikap hormat (www.fedus.org).
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering
disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang
lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan. (Shapiro, 1998). Menurut Wibowo (2002),
kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai
dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan
dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun
hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.
Menurut Cooper dan Sawaf (1999) kecerdasan emosi adalah kemampuan
merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi.
Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui,
17
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 8/30
menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat,
menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana
kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara
efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan meraih
keberhasilan.
Menurut Robert K. Cooper dalam Ari, 2008 kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk merasakan, memahami secara efektif, menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh
manusiawi.
Goleman (1997) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu
kemampuan seseorang yang didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk
dapat memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun
kesusahan, mampu mengatur reactive needs, menjaga agar bebas stress, tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir dan kemampuan untuk berempati pada orang
lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa. Goleman menambahkan
kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan
dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati,
ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial.
Kecerdasan emosional lebih ditujukan kepada upaya mengenali, memahami dan
mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat dan upaya untuk mengelola emosi agar
terkendali dan dapat memanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan
terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia.
18
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 9/30
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan
emosi adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai
perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat,
menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari
hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati)
dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Banyak ilmuan percaya bahwa emosi manusiawi, terutama berkembang melalui
mekanisme kelangsungan hidup. Kecerdasan emosi bukan didasarkan pada
kepintaran, melainkan pada suatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi atau
“karakter”. (Emotional Intelligence, hal 4 dalam www.fedusa.org). Kecerdasan
emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat
berubah-ubah setiap saat.(Ika, 2008)
Menurut Le Dove Goleman (1997) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:
1) Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh
terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian
otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang disebut juga neo
konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi
yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang
menentukan kecerdasan emosi seseorang.
2) Psikis. Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga
dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu.
19
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 10/30
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang
dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis. Secara
fisik terletak dibagian otak dan secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan
lingkungan non keluarga.
b. Aspek-aspek kecerdasan emosi
Goleman (2002) mengutip Salovey dalam definisi dasar tentang kecerdasan
emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi 5
aspek kemampuan utama, yaitu :
1) Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri
sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati
maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.
2) Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
20
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 11/30
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan
tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi
berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan
mengoyak kestabilan kita Goleman (2002). Kemampuan ini mencakup
kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya
serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
3) Memotivasi diri sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,
yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang
positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
4) Mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.
Menurut Goleman (2002) kemampuan seseorang untuk mengenali orang
lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang
memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial
yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal Goleman, (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
orangorang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih
mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah
21
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 12/30
bergaul, dan lebih peka. Nowicki Goleman (2002), ahli psikologi
menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau
mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi.
Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran
diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu
mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai
kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
5) Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi
Goleman (2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan
kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami
keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam
keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.
Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan
lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan
menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi
Goleman (2002). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain
dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina
hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang
dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Goleman
menambahkan aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi:
22
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 13/30
1) Kesadaran diri.
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya
untuk memandu pengambilan keputusan untuk diri sendiri memiliki tolak
ukur realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2) Pengaturan diri.
Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup untuk menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari
tekanan emosi.
3) Motivasi.
Kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan
dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan
bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan
frustasi.
4) Empati
Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan bermacam macam orang.
5) Keterampilan sosial.
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan
cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar
menggunakan keterampilan keterampilan ini mempengaruhi dan memimpin,
23
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 14/30
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja dalam
tim.
Derajat kemampuan masing-masing pribadi didalam tiap aspek tersebut bisa
berbeda-beda. Namun sistem syaraf manusia itu fleksibel sekali, hal ini adalah
salah satu alasan yang menyebabkan berbagai kemampuan ini dapat selalu
dipelajari dan ditingkatkan.
Ciri-ciri seseorang ber-EQ tinggi:
1) EQ tinggi pria:
Luwes dalam pergaulan, ceria, berinisiatif, tidak mudah takut/menyesal.
Peduli pada kesulitan masyarakat, mampu mengambil tanggung jawab, etis,
simpatik, dan menjaga hubungan.
2) EQ tinggi wanita:
Terbuka, mampu mengutarakan perasaanya secara terbuka, merasa positif,
hidup terasa berarti. Juga berinisiatif, tahan stress, trampil menangani orang-
orang baru, spontan, terbuka dalam masalah seksual.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan,
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Untuk
selanjutnya dijadikan indikator alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian,
dengan pertimbangan aspek-aspek tersebut cukup mewakili dalam mengungkap
kecerdasan emosi sebagai subjek penelitian.
24
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 15/30
4. Keyakinan Diri
Keyakinan diri dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan
sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat di
manfaatkan secara tepat. Psikolog W.H.Miskell di tahun 1939 telah
mendefinisikan arti percaya diri dalam bukunya yang bertuliskan “ Percaya diri
adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari
kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.” Tak lain
halnya psikolog ultra kondang maslow yang berkata “Percaya diri merupakan
modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan
mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya
diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang
percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan,
takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam
menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang
lain".
Bandura (1982) dalam Siti (2010) menyatakan keyakinan diri adalah
keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasi dan melakukan
tindakan-tindakan yang perlu dalam mencapai tingkat kinerja tertentu. Orang yang
percaya diri selalu bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil maupun
menetapkan fakta dan realitas secara objektif yang didasari kamampuan dan
keterampilan Amitya Kumara dan Yapsir Gandi Wirawan (1991).
Dalam kehidupan manusia memiliki keyakinan diri itu merupakan hal yang
sangat penting. Keyakinan diri mendorong seseorang untuk memahami secara
25
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 16/30
mendalam atas situasi yang dapat menerangkan tentang mengapa seseorang ada
yang mengalami kegagalan dan atau yang berhasil. Dari pengalaman itu, ia akan
mampu untuk mengungkapkan keyakinan diri. Kurniawan dalam Ika (2008)
keyakinan diri merupakan panduan untuk tindakan, yang telah dikonstruksikan
dalam perjalanan pengalaman interaksi sepanjang hidup individu. Keyakinan diri
yang berasal dari pengalaman tersebut yang akan digunakan untuk memprediksi
perilaku orang lain dan memandu perilakunya sendiri. Lebih lanjut lagi Crick &
Dodge Ika (2008) menjelaskan keyakinan diri merupakan representasi mental
individu atas realitas, terbentuk oleh pengalaman - pengalaman masa lalu dan
masa kini, dan disimpan dalam memori jangka panjang. Yang mana skema-skema
spesifik, keyakinan-keyakinan, ekspektansi - ekspektansi yang terintregrasi dalam
sistem keyakinan akan mempengaruhi intrepertasi individu terhadap situasi
spesifik. Proses intrepretasi individu terhadap situasi spesifik ini pada gilirannya
diprediksi akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam konsep keyakinan diri
dijelaskan terjadi proses intrepretasi individu terhadap situasi spesifik yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal tersebut juga menjelaskan
bahwa keyakinan diri merupakan cara pandang seseorang terhadap kualitas
dirinya sendiri, baik atau buruk, dan keyakinan diri tersebut dapat dibangun sesuai
karakteristik seseorang dan bersifat khusus Ratna (2008).
Keyakinan diri seseorang dapat mengarahkan tindakan-tindakan seseorang
bukan hanya dengan orang lain tetapi juga dengan lingkungan yang lebih luas.
Keyakinan diri memiliki fungsi adaptif yang memungkinkan individu memenuhi
persyaratan-persyaratan sosiokultural dan tuntutan kognitif. Keyakinan diri juga
26
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 17/30
memungkinkan ndividu untuk dapat mengorganisasikan dunianya dalam cara-cara
yang konsisten secara psikologis, melakukan prediksi, menemukan kesamaan, dan
menghubungkan pengalaman-pengalaman baru dengan pengalaman-pengalaman
masa lalu, bahkan memunculkan kekuatan pikiran yang dapat dibawa hingga kedalam
alam bawah sadarnya. Dari hal-hal tersebut McGillicuddy-DeLisi dalam Ika (2008)
mendefinisikan keyakinan diri merupakan alat dalam menetapkan prioritas,
mengevaluasi kesuksesan, maupun alat untuk memelihara efikasi diri.
Bagaimana individu itu bersikap, bertingkah laku, dan memotivasi diri dapat
menjadi salah satu sumber kekuatan individu dalam memunculkan keyakinan diri,
sehingga dijelaskan pula oleh Wicaksono (2008) keyakinan diri adalah sebuah
unsur yang bisa mengubah getaran pemikiran biasa; dari pikiran yang terbatas,
menjadi suatu bentuk padanan yang masuk ke dalam koridor spiritual dan
merupakan dasar dari semua "mukjizat", serta misteri yang tidak bisa dianalisis
dengan cara-cara ilmu pengetahuan. Keyakinan itu merupakan sebuah media
tunggal dan satu-satunya, yang memungkinkan untuk membangkitkan suatu
kekuatan dari sumber energi tanpa batas di dalam diri dan mengendalikannya
untuk dimanfaatkan demi kebaikan manusia itu sendiri, serta merupakan suatu
keadaan pikiran, yang bisa dirangsang atau diciptakan oleh perintah peneguhan
secara terus menerus lewat pikiran dan perkataan positif, sampai akhirnya
meresap ke dalam pikiran bawah sadar.
Berangkat dari asumsi-asumsi diatas bahwa keyakinan diri seseorang dapat
mengarahkan tindakan-tindakan seseorang bukan hanya dengan orang lain tetapi
juga dengan lingkungan yang lebih luas. Keyakinan diri memiliki fungsi adaptif
yang memungkinkan individu memenuhi persyaratan-persyaratan sosiokultural
27
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 18/30
dan tuntutan kognitif. Keyakinan diri juga memungkinkan individu untuk dapat
mengorganisasikan dunianya dalam cara-cara yang konsisten secara psikologis,
melakukan prediksi, menemukan kesamaan, dan menghubungkan pengalaman-
pengalaman baru dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, bahkan
memunculkan kekuatan pikiran yang dapat dibawa hingga kedalam alam bawah
sadarnya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keyakinan diri
adalah representasi mental dan kognitif individu atas realitas, yang terbentuk oleh
pengalaman-pengalaman masa lalu dan masa kini, dan disimpan dalam memori
jangka panjang yang mempengaruhi cara-cara sosialisasi yang akan dilakukan
serta cara pandang seseorang terhadap kualitas dirinya sendiri, baik atau buruk,
dan keyakinan diri tersebut dapat dibangun sesuai karakteristik seseorang dan
bersifat khusus, dimana keyakinan diri mencakup efikasi diri dan kontrol diri.
a. Ciri – ciri percaya diri
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri
1. Percaya kemampuan diri
2. Tidak terdorong sikap kompromis untuk diterima orang lain
3. Berani menerima dan menolak orang lain
4. Berani jadi diri sendiri
5. Punya pengendalian diri yang baik
6. Memiliki control diri
28
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 19/30
7. Memunyai cara pandang positif tentang diri sendiri, orang lain,
situasi di luar dirinya
8. Memiliki harapan yang realistik
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan diri
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri. Menurut
Greenberg dan Baron dalam Ika (2008) mengatakan ada dua faktor yang
mempengaruhi efikasi diri, yaitu:
1. Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman mengerjakan suatu tugas
dimasa lalu (sudah pernah melakukan tugas yang sama dimasa lalu).
2. Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman orang lain
dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu individu mengerjakan sesuatu
dan bagaimana individu tersebut menerjemahkan pengalamannya tersebut
dalam mengerjakan suatu tugas).
Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan pula oleh Bandura dalam Ika (2008)
bahwa keyakinan diri seseorang dipengaruhi pila oleh:
1. Pencapaian prestasi.
Faktor ini didasarkan oleh pengalaman-pengalaman yang dialami individu
secara langsung. Apabila seseorang pernah mengalami keberhasilan dimasa
lalu maka dapat meningkatkan efikasi dirinya.
2. Pengalaman orang lain.
Individu yang melihat orang lain berhasil dalam melakukan aktivitas yang
sama dan memiliki kemampuan yang sebanding dapat meningkatkan efikasi
dirinya. Individu yang pada awalnya memiliki efikasi diri yang rendah akan
29
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 20/30
sedikit berusaha untuk dapat mencapai keberhasilan seperti yang diperoleh
orang lain.
3. Bujukan lisan.
Individu diarahkan dengan saran, nasehat, bimbingan sehingga dapat
meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat
membantu untuk mencapai apa yang diinginkan.
4. Kondisi emosional.
Seseorang akan lebih mungkin mencapai keberhasilan jika tidak terlalu sering
mengalami keadaan yang menekan karena dapat menurunkan prestasinya dan
menurunkan keyakinan akan kemampuan dirinya.
c. Aspek-aspek keyakinan diri
Selain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri adapula aspek-
aspek yang terdapat dalam keyakinan diri. Menurut Bandura dalam Ika (2008) ada
tiga aspek efikasi diri:
a. Magnitude.
Aspek ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila tugas-tugas yang
dibebankan pada individu disusun menurut tingkat kesulitannya, maka
perbedaan efikasi diri secara individual mungkin terbatas pada tugas-tugas
yang sederhana, menengah atau tinggi. Individu akan melakukan tindakan
yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan tugas-tugas yang
diperkirakan diluar batas kemampuan yang dimilikinya.
b. Generality.
30
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 21/30
Aspek ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau tingkah laku. Beberapa
pengalaman berangsur-angsur menimbulkan penguasaan terhadap
pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku yang khusus sedangkan
pengalaman yang lain membangkitkan keyakinan yang meliputi berbagai
tugas.
c. Strength.
Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang
terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah
digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya,
sedangkan orang yang memilki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam
meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang
memperlemahnya.
Hal lain diungkapkan oleh Abdullah (2003) dimana aspek-aspek dalam keyakinan
diri ada empat, yaitu:
a. Keyakinan terhadap kemampuan mengahadapi situasi yang tidak menentu
yang mengandung unsur kekaburan, tidak dapat diprediksikan, dan penuh
tekanan. Individu dengan efikasi diri yang tinngi akan mempunyai keyakinan
serta kemampuan dalam menghadapi tantangan dan akan berusaha lebih keras
untuk mencapai keberhasilan meskipun situasi tersebut terdapat unsur
kekaburan, tidak dapat diprediksi dan penuh tekanan.
b. Keyakinan terhadap kemampuan menggerakkan motivasi, kemampuan
kognitif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.
Efikasi diri yang ada pada diri individu mampu mempengaruhi aktivitas serta
usaha yang dilakukan dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai dan
31
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 22/30
menyelesaikan tugas. Individu dengan efikasi diri yang tinggi mampu
menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif dan melakukan
tindakantindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.
c. Keyakinan mencapai target yang telah ditetapkan. Individu menetapkan target
untuk keberhasilannya dalam melakukan setiap tugas. Individu dengan efikasi
diri yang tinggi apabila gagal mencapai target, justru akan berusaha lebih giat
lagi untuk meraih target dan cara belajarnya.
d. Keyakinan terhadap kemampuan mengatasi masalah yang muncul. Individu
dengan efikasi diri yang tinggi memiliki keyakinan mampu mengatasi
masalah atau kesulitan dalam bidang tugas yang ditekuninya.
Selain dari beberapa aspek diatas adapula aspek-aspek lain yang dikemukakan
Corsini dalam Ika (2008) yaitu:
a. Kognitif. Kemampuan sseorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan
dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Asumsi yang timbul dari dari aspek kognitif ini adalah semakin
efektif kemampuan berfikir dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau
gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung seseorang bertindak dengan
tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Motivasi. Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri melalui pikirannya
untuk melakukan suatu tindakan dan keputusan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan. Motivasi seseorang timbul dari pemikiran optimis dalam diri
untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Motivasi dalam efikasi diri
digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan individu.
32
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 23/30
c. Afeksi. Kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi terjadi secara alami dalam diri
seseorang dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional.
Afeksi ditunjukkan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif
yang menghalangi pola-pola piker yang benar untuk mencapai tujuan.
d. Seleksi. Kemampuan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan
lingkungan yang tepat sehinnga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Asumsi yang timbul dalam aspek ini yaitu ketidakmampuan orang dalam
melakukan seleksi, tingkah laku membuat orang tidak percaya diri, bingung
dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi yang sulit.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek dalam
keyakinan diri yaitu magnitude, generality, strength, keyakinan terhadap kemampuan
mengahadapi situasi yang tidak menentu yang mengandung unsur kekaburan, tidak
dapat diprediksikan, dan penuh tekanan, keyakinan terhadap kemampuan
menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif dan melakukan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai suatu hasil, keyakinan mencapai target yang telah
ditetapkan. Individu menetapkan target untuk keberhasilannya dalam melakukan
setiap tugas, keyakinan terhadap kemampuan mengatasi masalah yang muncul,
kognitif, motivasi, afeksi, seleksi.
5. Audit Judgment
Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan
keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini atau sikap. Auditor
diharapkan memiliki judgment yang berkualitas untuk memberi keyakinan bahwa
33
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 24/30
penilaian mereka terhadap laporan keuangan adalah benar. Profesi akuntan adalah
sebuah profesi yang menuntut adanya kemampuan dalam memproses informasi
(secara kognitif) dalam menentukan judgment dalam sebuah penugasan audit.
Hogarth dalam Zaenal Fanani et al (2007) mengartikan judgment sebagai
proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgment
merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk
umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak
bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada
kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds.
Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga
mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses
incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul
pertimbangan baru dan keputusan/pilihan baru. Sebagai gambaran, akuntan publik
mempunyai tiga sumber informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan:
(1) teknik manual, (2) referensi yang lebih detail dan (3) teknik keahlian.
Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan
melihat sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas
dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi
jarang memakai keduanya (Gibbin, 1984) Zaenal Fanani et al (2007).
Audit judgment diperlukan pada empat tahap dalam proses audit atas laporan
keuangan, yaitu perimaan perikatan, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit
dan pelaporan audit Mulyadi dalam Novy (2010).
34
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 25/30
Salah satu contoh dari audit judgment adalah jika seorang auditor hendak
menerima suatu perikatan audit, maka harus melakukan audit judgment terhadap
beberapa hal yaitu integritas manajemen, risiko luar biasa, independensi, kemampuan
untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan yang pada
akhirnya diambil keputusan menerima atau tidak suatu perikatan audit. Audit
judgment sangat tergantung dari persepsi mengenai suatu situasi. Judgment yang
merupakan dasar dari sikap professional adalah hasil signifikan dan tampak
mengendalikan semua unsur seperti pengalaman adalah perasaan auditor dalam
menghadapi situasi mengingat keberhasilan dari situasi sebelumnya. Judgment adalah
perilaku paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang
mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang kita yakini sebagai kebenaran.
Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti
dimana salah satu faktor yang menentukan audit judgment adalah kemampuan untuk
membenarkan penilaian auditor. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditor. Sehingga dapat dikatakan bahwa audit
judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Novy (2010).
Kualitas pekerjaan auditor dapat dilihat dari kualitas judgment dan
keputusan yang diambil. Menurut Edward et al. (1984) dalam (Siti, 2010) ada dua
kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan, yaitu berorientasi
hasil dan berorientasi proses. Kriteria berorientasi hasil yang digunakan ketika
keakuratan hasil dapat ditentukan. Untuk mengevaluasi kualitas dari sebuah
keputusan yang dipilih dilakukan dengan membandingkan solusi dan kriteria hasil
standar. Berbeda dengan kriteria yang berorientasi hasil, kriteria yang berorientasi
proses digunakan ketika keakuratan hasil tidak dapat ditentukan. Jadi, untuk
35
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 26/30
mengevaluasi kualitas keputusan auditor yang dilihat dari kualitas proses auditnya
dilakukan oleh auditor selama pekerjaan audit dari awal sampai keputusan yang
diambil.
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai
topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
36
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 27/30
37
NoPeneliti
(Tahun)Judul Penelitian
Metodologi PenelitianHasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. JamesShanteauand JeanM.Peters(1989)
The 3 C's of
Expert Audit
Judgment:Creativity,
Confidence, and
Communication
Variabel confidence, dan
audit judgment, analisis
menggunakan skala likert
Variabel gender, creativity,
comuniccation. Objek
penelitian adalah mahasiswaakuntansi
Keyakinan diri dan kemampuan
komunikasi adalah media
penting dalam pembuatan judgmet.
2. Nono Hery
Yoenanto,
S.Psi (2002)
Pentingnya
kecerdasan emosi
bagi
kepemimpinan
yang efektif
Variabel kecerdasan emosi Variabel kepemimpinan yang
efektif. Penjelasan deskriptif
Orang yang memiliki
kecerdasan emosi yang tinggi
lebih cenderung sukses dalam
dunia kerja dan dalam hidup di
masyarakat. Dengan demikian
orang yang memiliki
kompetensi pribadi (kesadarandiri dan kemampuan mengeloladiri sendiri) dan kompetensi
sosial (motivasi, empati dan
ketrampilan sosial) yang
merupakan aspek dari
kecerdasan emosi cenderung
lebih berhasil dalam segala
bidang pekerjaan dan kehidupan
3. Rachelle danVincent
(2005)
Laki – laki memiliki tingkatkepercayaan diri yang lebih tinggidaripada perempuan
4. Siti Jamilah,Zaenal
Fanani, dan
Grahita
Chandrarin
(2007)
Pengaruh gender,
tekanan ketaatan,
kompleksitas
tugas terhadap
audit judgment
Variabel gender dan audit judgment.
Variabel tekanan kerja dankompleksitas tugas. Analisis
regresi berganda. objek Kantor
Akuntan Publik yang ada diJawa Timur.
Gender tidak berpengaruhterhadap audit judgment, Kondisiini menunjukkan bahwa
perbedaan gender antara auditor pria dan wanita dengan perbedaankarakter dan sifat yang melekat
pada individu masing-masingtidak berpengaruh terhadap
judgment yang akan diambilnya.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman Selanjutnya
Bersambung pada halaman Selanjutnya
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 29/30
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.2.
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel moderating
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
D. Pengembangan Hipotesis
39
Pengaruh
Gender ( X1)
Keyakinan
Diri ( X3)
Kecerdasan
Emosi( X2)
Audit
Judgment (Y)
Tingkat kepercayaan publik
terhadap profesi auditor
Aspek individu
Basis Teori: Teori Peran dan Teori-teori
Auditing
Metode Analisis:
Regresi
Regresi moderate
Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan
Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi,
Keterbatasan, dan Saran
5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 30/30
H1: Gender berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap keakuratan
audit judgment.
H2: Interaksi antara gender dengan kecerdasan emosi berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap keakuratan audit judgment.
H3: Interaksi antara gender dengan keyakinan diri berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap keakuratan audit judgment.
40