Bab II Niera

30
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Li teratur 1. Audit a. Pe nger ti an aud it Ada beberapa definisi audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi, antara lain: Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke :  Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to de ter min e and rep ort on the deg ree of cor res pon den ce bet wee n the in formation an d es tablis he d cr iteria. Au di ti ng should be done by a competent independent person ”. Menurut Mulyadi : “Suatu prose s sistematik untu k mempe roleh dan menge valuas i bukti secara obyek tif meng enai perny ataan-p ernya taan tentan g kegia tan dan kejadi an ekonomi, dengan tujuan untuk me netapkan ti ngkat kesesuai an antara  pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta  penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”. 11

Transcript of Bab II Niera

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 1/30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Audit

a. Pengertian audit

Ada beberapa definisi audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang

akuntansi, antara lain:

Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke :

“ Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information

to determine and report on the degree of correspondence between the

information and established criteria. Auditing should be done by a

competent independent person”.

Menurut Mulyadi :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian

ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

 pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

 penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.

11

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 2/30

“Report ofthe Commite on Baic Auditing Concepts of the America Accounting

Association” (Accounting Review, vol 47) memberikan definisi auditning :

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara

objektif mengenai asersi – asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan

menetapkan derajat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pihak – 

 pihak yang berkepentingan”.

Bebrapa ciri penting yang ada dalam definisi – definisi diatas dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang

logis, terstruktur, dan terorganisir.

2) Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa

dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak 

dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (atau entitas) yang

membuat asersi tersebut.

3) Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi

yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek 

 pokok auditing.

4) Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat

diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.

12

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 3/30

5) Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar – standar yang digunakan

sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan.

6) Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.

7) Pihak – pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan

temuan – temuan auditor.

Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:

1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar)

yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi

tersebut,

2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas

untuk menentukan lingkup tanggung jawab auditor,

3) Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk 

memenuhi tujuan audit,

4) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen

dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan

yang akan diambilnya.

b. Jenis-jenis Auditor

Auditor biasanya diklasifikasikan dalam dua kategori berdasarkan siapa

yang mempekerjakan mereka, yaitu : Auditor eksternal, dan auditor internal.

13

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 4/30

1) Auditor eksternal. Audit eksternal merupakan pihak luar yang bukan

merupakan karyawan perusahaan, berkedudukan independen dan tidak 

memihak baik terhadap auditeenya maupun terhadap pihak-pihak yang

 berkepentingan dengan auditeenya (pengguna laporan keuangan). Auditor 

eksternal dapat melakukan setiap jenis audit.

2) Auditor Internal. Auditor internal adalah pegawai dari perusahaan yang

diaudit, auditor ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian

independen dalam lingkungan perusahaan sebagai suatu bentuk jasa bagi

 perusahaaan. Fungsi dasar dari Internal Audit adalah suatu penilaian, yang

dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian,

dapat dipercayainya, efisiensi, dan kegunaan catatan-catatan (akutansi)

  perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.

Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen)

dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa,

 penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang di audit. Untuk 

mencapai tujuan tersebut, internal auditor melakukan kegiatan–kegiatan

 berikut:

a) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan

sistem pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern, dan

 pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian

yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

  b) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur 

-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

14

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 5/30

c) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan

dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,

kecurangan dan penyalahgunaan.

d) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam

organisasi dapat dipercaya.

e) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang

diberikan oleh manajemen.

f) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka

meningkatkan efisensi dan efektifitas.

Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya tersebut dapat disimpulkan

 bahwa internal auditor antara lain memiliki peranan dalam :

a. Pencegahan Kecurangan ( Fraud Prevention),

 b. Pendeteksian Kecurangan ( Fraud Detection), dan

c. Penginvestigasian Kecurangan ( Fraud Investigation).

2. Gender

Gender adalah pembedaan psikologis yang mencangkup pengertian akan

sifat atau ciri kewanitaan dan kepriaan. Suatu sifat yang melekat pada kaum laki-

laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun budaya, misalnya

adanya anggapan bahwa perempuan mempunyai sifat lemah lembut, emosional

dan keibuan, sedangkan pria bersifat kuat, rasional, dan perkasa (Fakih, 1996).

Perbedaan gender antara manusia dengan jenis kelamin laki - laki dan perempuan

terjadi melalui proses yang panjang yaitu proses pembentukan perbedaan karakter 

15

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 6/30

yang terbentuk karena bentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan

sesuai dengan segi sosial dan budaya melalui ajaran agama maupun hukum

negara.

Dalam Ardi (2008) gender menurut Umar (1995:5) adalah suatu konsep

yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki – laki dan perempuan dari

segi budaya. Pengertian tersebut mengandung kesimpulan yang mendefinisikan

gender sebagai pembagian peran serta tanggung jawab, baik laki – laki maupun

 perempuan, yang ditetapkan secara sosial maupun kultural. Dalam masyarakat

 patriaki, pandangan hidup yang berlaku bersifat seksis, jenis kelamin perempuan

ditempatkan dalam posisi subordinat atau bawahan. Sementara jenis kelamin laki

 – laki sebagai supordinat atau menduduki posisi dominan, sehingga berpengaruh

  pada isu gender itu sendiri yang pada akhirnya melahirkan stereotyping

(pelabelan) yaitu perempuan merupakan makhluk lemah, emosional, dan

 bertanggung jawab pada peran domestik saja. Menurut hasil penelitian, konflik 

 peran lebih dirasakan oleh kaum perempuan daripada laki – laki. Ada beberapa

fenomena sebagai hasil proses sosialis yang menyebabkan perbedaan tersebut,

yaitu Permintaan peran, pembagian kerja seksual di dalam rumah yang tidak 

seimbang, dan majikan memisahkan urusan kerja dan rumah. Perkembangan

emansipasi beberapa dekade ini menyebabkan tenaga kerja wanita memasuki

dunia kerja, bahkan pada bidang – bidang yang diasosiasikan dengan pekerjaan

laki – laki seperti akuntan publik yang umumnya stereoptype pekerjaan laki – laki

Mulia dan Wijaya (2005).

16

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 7/30

3. Kecerdasan Emosi

a. Pengertian Kecerdasan Emosi

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990

oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari

University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional

yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas – kualitas ini antara lain

adalah empati (kepedulian), mengungkapkan dan memahami perasaan,

mengendalikan amarah, keandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai,

kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, keswtiakawanan,

keramahan, dan sikap hormat (www.fedus.org).

Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering

disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan

kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang

lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk 

membimbing pikiran dan tindakan. (Shapiro, 1998). Menurut Wibowo (2002),

kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai

dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan

dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun

hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.

Menurut Cooper dan Sawaf (1999) kecerdasan emosi adalah kemampuan

merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi

sebagai sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi.

Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui,

17

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 8/30

menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat,

menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana

kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara

efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan meraih

keberhasilan.

Menurut Robert K. Cooper dalam Ari, 2008 kecerdasan emosi adalah

kemampuan untuk merasakan, memahami secara efektif, menerapkan daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh

manusiawi.

Goleman (1997) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu

kemampuan seseorang yang didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk 

dapat memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan

impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun

kesusahan, mampu mengatur  reactive needs, menjaga agar bebas stress, tidak 

melumpuhkan kemampuan berfikir dan kemampuan untuk berempati pada orang

lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa. Goleman menambahkan

kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan

dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati,

ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial.

Kecerdasan emosional lebih ditujukan kepada upaya mengenali, memahami dan

mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat dan upaya untuk mengelola emosi agar 

terkendali dan dapat memanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan

terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia.

18

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 9/30

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan

emosi adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai

 perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat,

menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari

hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,

mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati)

dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Banyak ilmuan percaya bahwa emosi manusiawi, terutama berkembang melalui

mekanisme kelangsungan hidup. Kecerdasan emosi bukan didasarkan pada

kepintaran, melainkan pada suatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi atau

“karakter”. (Emotional Intelligence, hal 4 dalam www.fedusa.org). Kecerdasan

emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat

 berubah-ubah setiap saat.(Ika, 2008)

Menurut Le Dove Goleman (1997) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:

1) Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh

terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian

otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang disebut juga neo

konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi

yaitu   system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang

menentukan kecerdasan emosi seseorang.

2) Psikis. Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga

dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu.

19

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 10/30

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang

dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis. Secara

fisik terletak dibagian otak dan secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan

lingkungan non keluarga.

b. Aspek-aspek kecerdasan emosi

Goleman (2002) mengutip Salovey dalam definisi dasar tentang kecerdasan

emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi 5

aspek kemampuan utama, yaitu :

1) Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali

 perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari

kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri

sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati

maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu

menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun

merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi

sehingga individu mudah menguasai emosi.

2) Mengelola emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

 perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai

20

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 11/30

keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan

tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi

  berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan

mengoyak kestabilan kita Goleman (2002). Kemampuan ini mencakup

kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya

serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

3) Memotivasi diri sendiri

Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,

yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang

 positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

4) Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.

Menurut Goleman (2002) kemampuan seseorang untuk mengenali orang

lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang

memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain

sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

  perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Rosenthal Goleman, (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

orangorang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih

mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah

21

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 12/30

  bergaul, dan lebih peka. Nowicki Goleman (2002), ahli psikologi

menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau

mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi.

Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran

diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu

mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai

kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

5) Membina hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang

menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi

Goleman (2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan

kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit

untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami

keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam

keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.

Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan

lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan

menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi

Goleman (2002). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain

dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina

hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang

dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Goleman

menambahkan aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi:

22

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 13/30

1) Kesadaran diri.

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya

untuk memandu pengambilan keputusan untuk diri sendiri memiliki tolak 

ukur realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan diri.

Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada

  pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup untuk menunda

kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari

tekanan emosi.

3) Motivasi.

Kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan

dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan

 bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan

frustasi.

4) Empati

Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif 

mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri

dengan bermacam macam orang.

5) Keterampilan sosial.

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan

cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar 

menggunakan keterampilan keterampilan ini mempengaruhi dan memimpin,

23

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 14/30

 bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja dalam

tim.

Derajat kemampuan masing-masing pribadi didalam tiap aspek tersebut bisa

 berbeda-beda. Namun sistem syaraf manusia itu fleksibel sekali, hal ini adalah

salah satu alasan yang menyebabkan berbagai kemampuan ini dapat selalu

dipelajari dan ditingkatkan.

Ciri-ciri seseorang ber-EQ tinggi:

1) EQ tinggi pria:

Luwes dalam pergaulan, ceria, berinisiatif, tidak mudah takut/menyesal.

Peduli pada kesulitan masyarakat, mampu mengambil tanggung jawab, etis,

simpatik, dan menjaga hubungan.

2) EQ tinggi wanita:

Terbuka, mampu mengutarakan perasaanya secara terbuka, merasa positif,

hidup terasa berarti. Juga berinisiatif, tahan stress, trampil menangani orang-

orang baru, spontan, terbuka dalam masalah seksual.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan

aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi,

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan,

kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Untuk 

selanjutnya dijadikan indikator alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian,

dengan pertimbangan aspek-aspek tersebut cukup mewakili dalam mengungkap

kecerdasan emosi sebagai subjek penelitian.

24

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 15/30

4. Keyakinan Diri

Keyakinan diri dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan

sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat di

manfaatkan secara tepat. Psikolog W.H.Miskell di tahun 1939 telah

mendefinisikan arti percaya diri dalam bukunya yang bertuliskan “ Percaya diri

adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari

kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.” Tak lain

halnya psikolog ultra kondang maslow yang berkata “Percaya diri merupakan

modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan

mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya

diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang

 percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan,

takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam

menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang

lain".

Bandura (1982) dalam Siti (2010) menyatakan keyakinan diri adalah

keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasi dan melakukan

tindakan-tindakan yang perlu dalam mencapai tingkat kinerja tertentu. Orang yang

 percaya diri selalu bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil maupun

menetapkan fakta dan realitas secara objektif yang didasari kamampuan dan

keterampilan Amitya Kumara dan Yapsir Gandi Wirawan (1991).

Dalam kehidupan manusia memiliki keyakinan diri itu merupakan hal yang

sangat penting. Keyakinan diri mendorong seseorang untuk memahami secara

25

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 16/30

mendalam atas situasi yang dapat menerangkan tentang mengapa seseorang ada

yang mengalami kegagalan dan atau yang berhasil. Dari pengalaman itu, ia akan

mampu untuk mengungkapkan keyakinan diri. Kurniawan dalam Ika (2008)

keyakinan diri merupakan panduan untuk tindakan, yang telah dikonstruksikan

dalam perjalanan pengalaman interaksi sepanjang hidup individu. Keyakinan diri

yang berasal dari pengalaman tersebut yang akan digunakan untuk memprediksi

 perilaku orang lain dan memandu perilakunya sendiri. Lebih lanjut lagi Crick &

Dodge Ika (2008) menjelaskan keyakinan diri merupakan representasi mental

individu atas realitas, terbentuk oleh pengalaman - pengalaman masa lalu dan

masa kini, dan disimpan dalam memori jangka panjang. Yang mana skema-skema

spesifik, keyakinan-keyakinan, ekspektansi - ekspektansi yang terintregrasi dalam

sistem keyakinan akan mempengaruhi intrepertasi individu terhadap situasi

spesifik. Proses intrepretasi individu terhadap situasi spesifik ini pada gilirannya

diprediksi akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam konsep keyakinan diri

dijelaskan terjadi proses intrepretasi individu terhadap situasi spesifik yang pada

gilirannya dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal tersebut juga menjelaskan

  bahwa keyakinan diri merupakan cara pandang seseorang terhadap kualitas

dirinya sendiri, baik atau buruk, dan keyakinan diri tersebut dapat dibangun sesuai

karakteristik seseorang dan bersifat khusus Ratna (2008).

Keyakinan diri seseorang dapat mengarahkan tindakan-tindakan seseorang

 bukan hanya dengan orang lain tetapi juga dengan lingkungan yang lebih luas.

Keyakinan diri memiliki fungsi adaptif yang memungkinkan individu memenuhi

  persyaratan-persyaratan sosiokultural dan tuntutan kognitif. Keyakinan diri juga

26

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 17/30

memungkinkan ndividu untuk dapat mengorganisasikan dunianya dalam cara-cara

yang konsisten secara psikologis, melakukan prediksi, menemukan kesamaan, dan

menghubungkan pengalaman-pengalaman baru dengan pengalaman-pengalaman

masa lalu, bahkan memunculkan kekuatan pikiran yang dapat dibawa hingga kedalam

alam bawah sadarnya. Dari hal-hal tersebut McGillicuddy-DeLisi dalam Ika (2008)

mendefinisikan keyakinan diri merupakan alat dalam menetapkan prioritas,

mengevaluasi kesuksesan, maupun alat untuk memelihara efikasi diri.

Bagaimana individu itu bersikap, bertingkah laku, dan memotivasi diri dapat

menjadi salah satu sumber kekuatan individu dalam memunculkan keyakinan diri,

sehingga dijelaskan pula oleh Wicaksono (2008) keyakinan diri adalah sebuah

unsur yang bisa mengubah getaran pemikiran biasa; dari pikiran yang terbatas,

menjadi suatu bentuk padanan yang masuk ke dalam koridor spiritual dan

merupakan dasar dari semua "mukjizat", serta misteri yang tidak bisa dianalisis

dengan cara-cara ilmu pengetahuan. Keyakinan itu merupakan sebuah media

tunggal dan satu-satunya, yang memungkinkan untuk membangkitkan suatu

kekuatan dari sumber energi tanpa batas di dalam diri dan mengendalikannya

untuk dimanfaatkan demi kebaikan manusia itu sendiri, serta merupakan suatu

keadaan pikiran, yang bisa dirangsang atau diciptakan oleh perintah peneguhan

secara terus menerus lewat pikiran dan perkataan positif, sampai akhirnya

meresap ke dalam pikiran bawah sadar.

Berangkat dari asumsi-asumsi diatas bahwa keyakinan diri seseorang dapat

mengarahkan tindakan-tindakan seseorang bukan hanya dengan orang lain tetapi

 juga dengan lingkungan yang lebih luas. Keyakinan diri memiliki fungsi adaptif 

yang memungkinkan individu memenuhi persyaratan-persyaratan sosiokultural

27

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 18/30

dan tuntutan kognitif. Keyakinan diri juga memungkinkan individu untuk dapat

mengorganisasikan dunianya dalam cara-cara yang konsisten secara psikologis,

melakukan prediksi, menemukan kesamaan, dan menghubungkan pengalaman-

  pengalaman baru dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, bahkan

memunculkan kekuatan pikiran yang dapat dibawa hingga kedalam alam bawah

sadarnya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keyakinan diri

adalah representasi mental dan kognitif individu atas realitas, yang terbentuk oleh

 pengalaman-pengalaman masa lalu dan masa kini, dan disimpan dalam memori

  jangka panjang yang mempengaruhi cara-cara sosialisasi yang akan dilakukan

serta cara pandang seseorang terhadap kualitas dirinya sendiri, baik atau buruk,

dan keyakinan diri tersebut dapat dibangun sesuai karakteristik seseorang dan

 bersifat khusus, dimana keyakinan diri mencakup efikasi diri dan kontrol diri.

a. Ciri – ciri percaya diri

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri

1. Percaya kemampuan diri

2. Tidak terdorong sikap kompromis untuk diterima orang lain

3. Berani menerima dan menolak orang lain

4. Berani jadi diri sendiri

5. Punya pengendalian diri yang baik 

6. Memiliki control diri

28

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 19/30

7. Memunyai cara pandang positif tentang diri sendiri, orang lain,

situasi di luar dirinya

8. Memiliki harapan yang realistik 

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan diri

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri. Menurut

Greenberg dan Baron dalam Ika (2008) mengatakan ada dua faktor yang

mempengaruhi efikasi diri, yaitu:

1. Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman mengerjakan suatu tugas

dimasa lalu (sudah pernah melakukan tugas yang sama dimasa lalu).

2. Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman orang lain

dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu individu mengerjakan sesuatu

dan bagaimana individu tersebut menerjemahkan pengalamannya tersebut

dalam mengerjakan suatu tugas).

Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan pula oleh Bandura dalam Ika (2008)

 bahwa keyakinan diri seseorang dipengaruhi pila oleh:

1. Pencapaian prestasi.

Faktor ini didasarkan oleh pengalaman-pengalaman yang dialami individu

secara langsung. Apabila seseorang pernah mengalami keberhasilan dimasa

lalu maka dapat meningkatkan efikasi dirinya.

2. Pengalaman orang lain.

Individu yang melihat orang lain berhasil dalam melakukan aktivitas yang

sama dan memiliki kemampuan yang sebanding dapat meningkatkan efikasi

dirinya. Individu yang pada awalnya memiliki efikasi diri yang rendah akan

29

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 20/30

sedikit berusaha untuk dapat mencapai keberhasilan seperti yang diperoleh

orang lain.

3. Bujukan lisan.

Individu diarahkan dengan saran, nasehat, bimbingan sehingga dapat

meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat

membantu untuk mencapai apa yang diinginkan.

4. Kondisi emosional.

Seseorang akan lebih mungkin mencapai keberhasilan jika tidak terlalu sering

mengalami keadaan yang menekan karena dapat menurunkan prestasinya dan

menurunkan keyakinan akan kemampuan dirinya.

c. Aspek-aspek keyakinan diri

Selain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keyakinan diri adapula aspek-

aspek yang terdapat dalam keyakinan diri. Menurut Bandura dalam Ika (2008) ada

tiga aspek efikasi diri:

a. Magnitude.

  Aspek ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila tugas-tugas yang

dibebankan pada individu disusun menurut tingkat kesulitannya, maka

 perbedaan efikasi diri secara individual mungkin terbatas pada tugas-tugas

yang sederhana, menengah atau tinggi. Individu akan melakukan tindakan

yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan tugas-tugas yang

diperkirakan diluar batas kemampuan yang dimilikinya.

 b. Generality.

30

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 21/30

Aspek ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau tingkah laku. Beberapa

  pengalaman berangsur-angsur menimbulkan penguasaan terhadap

 pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku yang khusus sedangkan

  pengalaman yang lain membangkitkan keyakinan yang meliputi berbagai

tugas.

c. Strength.

  Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang

terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah

digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya,

sedangkan orang yang memilki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam

meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang

memperlemahnya.

Hal lain diungkapkan oleh Abdullah (2003) dimana aspek-aspek dalam keyakinan

diri ada empat, yaitu:

a. Keyakinan terhadap kemampuan mengahadapi situasi yang tidak menentu

yang mengandung unsur kekaburan, tidak dapat diprediksikan, dan penuh

tekanan. Individu dengan efikasi diri yang tinngi akan mempunyai keyakinan

serta kemampuan dalam menghadapi tantangan dan akan berusaha lebih keras

untuk mencapai keberhasilan meskipun situasi tersebut terdapat unsur 

kekaburan, tidak dapat diprediksi dan penuh tekanan.

 b. Keyakinan terhadap kemampuan menggerakkan motivasi, kemampuan

kognitif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.

Efikasi diri yang ada pada diri individu mampu mempengaruhi aktivitas serta

usaha yang dilakukan dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai dan

31

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 22/30

menyelesaikan tugas. Individu dengan efikasi diri yang tinggi mampu

menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif dan melakukan

tindakantindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.

c. Keyakinan mencapai target yang telah ditetapkan. Individu menetapkan target

untuk keberhasilannya dalam melakukan setiap tugas. Individu dengan efikasi

diri yang tinggi apabila gagal mencapai target, justru akan berusaha lebih giat

lagi untuk meraih target dan cara belajarnya.

d. Keyakinan terhadap kemampuan mengatasi masalah yang muncul. Individu

dengan efikasi diri yang tinggi memiliki keyakinan mampu mengatasi

masalah atau kesulitan dalam bidang tugas yang ditekuninya.

Selain dari beberapa aspek diatas adapula aspek-aspek lain yang dikemukakan

Corsini dalam Ika (2008) yaitu:

a. Kognitif. Kemampuan sseorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan

dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Asumsi yang timbul dari dari aspek kognitif ini adalah semakin

efektif kemampuan berfikir dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau

gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung seseorang bertindak dengan

tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

 b. Motivasi. Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri melalui pikirannya

untuk melakukan suatu tindakan dan keputusan dalam mencapai tujuan yang

diharapkan. Motivasi seseorang timbul dari pemikiran optimis dalam diri

untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Motivasi dalam efikasi diri

digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan individu.

32

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 23/30

c. Afeksi. Kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk 

mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi terjadi secara alami dalam diri

seseorang dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional.

Afeksi ditunjukkan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif 

yang menghalangi pola-pola piker yang benar untuk mencapai tujuan.

d. Seleksi. Kemampuan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan

lingkungan yang tepat sehinnga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Asumsi yang timbul dalam aspek ini yaitu ketidakmampuan orang dalam

melakukan seleksi, tingkah laku membuat orang tidak percaya diri, bingung

dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi yang sulit.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek dalam

keyakinan diri yaitu magnitude, generality, strength, keyakinan terhadap kemampuan

mengahadapi situasi yang tidak menentu yang mengandung unsur kekaburan, tidak 

dapat diprediksikan, dan penuh tekanan, keyakinan terhadap kemampuan

menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif dan melakukan tindakan yang

diperlukan untuk mencapai suatu hasil, keyakinan mencapai target yang telah

ditetapkan. Individu menetapkan target untuk keberhasilannya dalam melakukan

setiap tugas, keyakinan terhadap kemampuan mengatasi masalah yang muncul,

kognitif, motivasi, afeksi, seleksi.

5. Audit Judgment

Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan

keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini atau sikap. Auditor 

diharapkan memiliki judgment yang berkualitas untuk memberi keyakinan bahwa

33

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 24/30

 penilaian mereka terhadap laporan keuangan adalah benar. Profesi akuntan adalah

sebuah profesi yang menuntut adanya kemampuan dalam memproses informasi

(secara kognitif) dalam menentukan judgment dalam sebuah penugasan audit.

Hogarth dalam Zaenal Fanani et al (2007) mengartikan  judgment sebagai

  proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan.  Judgment 

merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk 

umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak 

 bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses  judgment  tergantung pada

kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds.

Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga

mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses

incremental judgment    jika informasi terus menerus datang, akan muncul

 pertimbangan baru dan keputusan/pilihan baru. Sebagai gambaran, akuntan publik 

mempunyai tiga sumber informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan:

(1) teknik manual, (2) referensi yang lebih detail dan (3) teknik keahlian.

Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan

melihat sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas

dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi

 jarang memakai keduanya (Gibbin, 1984) Zaenal Fanani et al (2007).

 Audit judgment diperlukan pada empat tahap dalam proses audit atas laporan

keuangan, yaitu perimaan perikatan, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit

dan pelaporan audit Mulyadi dalam Novy (2010).

34

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 25/30

Salah satu contoh dari audit judgment  adalah jika seorang auditor hendak 

menerima suatu perikatan audit, maka harus melakukan audit judgment  terhadap

 beberapa hal yaitu integritas manajemen, risiko luar biasa, independensi, kemampuan

untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan yang pada

akhirnya diambil keputusan menerima atau tidak suatu perikatan audit.  Audit 

 judgment  sangat tergantung dari persepsi mengenai suatu situasi.  Judgment  yang

merupakan dasar dari sikap professional adalah hasil signifikan dan tampak 

mengendalikan semua unsur seperti pengalaman adalah perasaan auditor dalam

menghadapi situasi mengingat keberhasilan dari situasi sebelumnya. Judgment adalah

 perilaku paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang

mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang kita yakini sebagai kebenaran.

  Audit judgment  diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti

dimana salah satu faktor yang menentukan audit judgment adalah kemampuan untuk 

membenarkan penilaian auditor. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan

  pendapat atas laporan keuangan auditor. Sehingga dapat dikatakan bahwa audit

 judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Novy (2010).

Kualitas pekerjaan auditor dapat dilihat dari kualitas judgment dan

keputusan yang diambil. Menurut Edward et al. (1984) dalam (Siti, 2010) ada dua

kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan, yaitu berorientasi

hasil dan berorientasi proses. Kriteria berorientasi hasil yang digunakan ketika

keakuratan hasil dapat ditentukan. Untuk mengevaluasi kualitas dari sebuah

keputusan yang dipilih dilakukan dengan membandingkan solusi dan kriteria hasil

standar. Berbeda dengan kriteria yang berorientasi hasil, kriteria yang berorientasi

 proses digunakan ketika keakuratan hasil tidak dapat ditentukan. Jadi, untuk 

35

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 26/30

mengevaluasi kualitas keputusan auditor yang dilihat dari kualitas proses auditnya

dilakukan oleh auditor selama pekerjaan audit dari awal sampai keputusan yang

diambil.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai

topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.

36

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 27/30

37

NoPeneliti

(Tahun)Judul Penelitian

Metodologi PenelitianHasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1.  JamesShanteauand JeanM.Peters(1989)

The 3 C's of 

Expert Audit

Judgment:Creativity,

Confidence, and

Communication

Variabel confidence, dan

audit judgment, analisis

menggunakan skala likert

Variabel gender, creativity,

comuniccation. Objek 

 penelitian adalah mahasiswaakuntansi

Keyakinan diri dan kemampuan

komunikasi adalah media

 penting dalam pembuatan judgmet.

2. Nono Hery

Yoenanto,

S.Psi (2002)

Pentingnya

kecerdasan emosi

 bagi

kepemimpinan

yang efektif 

Variabel kecerdasan emosi Variabel kepemimpinan yang

efektif. Penjelasan deskriptif 

Orang yang memiliki

kecerdasan emosi yang tinggi

lebih cenderung sukses dalam

dunia kerja dan dalam hidup di

masyarakat. Dengan demikian

orang yang memiliki

kompetensi pribadi (kesadarandiri dan kemampuan mengeloladiri sendiri) dan kompetensi

sosial (motivasi, empati dan

ketrampilan sosial) yang

merupakan aspek dari

kecerdasan emosi cenderung

lebih berhasil dalam segala

 bidang pekerjaan dan kehidupan

3. Rachelle danVincent

(2005)

Laki – laki memiliki tingkatkepercayaan diri yang lebih tinggidaripada perempuan

4. Siti Jamilah,Zaenal

Fanani, dan

Grahita

Chandrarin

(2007)

Pengaruh gender,

tekanan ketaatan,

kompleksitas

tugas terhadap

audit judgment

Variabel gender dan audit judgment.

Variabel tekanan kerja dankompleksitas tugas. Analisis

regresi berganda. objek Kantor 

Akuntan Publik yang ada diJawa Timur.

Gender tidak berpengaruhterhadap audit judgment, Kondisiini menunjukkan bahwa

 perbedaan gender antara auditor  pria dan wanita dengan perbedaankarakter dan sifat yang melekat

 pada individu masing-masingtidak berpengaruh terhadap

 judgment yang akan diambilnya.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman Selanjutnya

Bersambung pada halaman Selanjutnya

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 28/30

38

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 29/30

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar 2.2.

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel moderating

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

D. Pengembangan Hipotesis

39

Pengaruh

Gender ( X1)

Keyakinan

Diri ( X3)

Kecerdasan

Emosi( X2)

Audit

Judgment (Y)

Tingkat kepercayaan publik 

terhadap profesi auditor 

Aspek individu

Basis Teori: Teori Peran dan Teori-teori

Auditing

Metode Analisis:

Regresi

Regresi moderate

Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan

Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi,

Keterbatasan, dan Saran

5/10/2018 Bab II Niera - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-niera 30/30

H1: Gender berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap keakuratan

audit judgment.

H2: Interaksi antara gender dengan kecerdasan emosi berpengaruh secara

simultan dan signifikan terhadap keakuratan audit judgment.

H3: Interaksi antara gender dengan keyakinan diri berpengaruh secara

simultan dan signifikan terhadap keakuratan audit judgment.

40