Statins Skenario b Blok 16
-
Upload
nabilla-faradilla -
Category
Documents
-
view
54 -
download
14
description
Transcript of Statins Skenario b Blok 16
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
1
STATINS TUTORIAL BLOK 16 TAHUN 2014
SKENARIO B
“RHINITIS, TONSILITIS, FARINGITIS”
Narahubung : Cindy Mayury / Davi Dzikirian
I. Rhinitis, Tonsilitis, dan Faringitis
A. Rhinitis
Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan
gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung
tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat
terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis.
RHINITIS AKUT
Definisi
Rhinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-gejala
rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum malaise dan suhu
tubuh naik.
Klasifikasi:
1) Rinitis Simpleks
Rinitis simpleks disebut juga pilek, salesma, common cold, dan coryza. Penyakit ini
merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada manusia.(2)
Etiologi
Penyebab rinitis simpleks ialah beberapa jenis virus, yang diklasifikasikan
berdasarkan komposisi biokimia virus. Virus RNA termasuk kelompok seperti
rinovirus, virus influenza, parainfluenza, dan campak. Sedangkan virus DNA
termasuk kelompok adenovirus dan herpes virus.(2)
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
2
Gambaran Klinik
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas,
kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian memasuki stadium pertama yang
biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Pada stadium ini timbul bersin berulang-
ulang, hidung tersumbat, sekret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian
menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Biasanya disertai demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
Penyakit dapat berakhir pada stadium pertama, namun pada kebanyakan pasien
penyakit berlanjut ke stadium invasi bakteri yang ditandai dengan suatu rinore
purulen, sumbatan di hidung bertambah, demam, sensasi kecap dan bau berkurang
dan sakit tenggorokan. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu.
Rinovirus tidak menyebabkan terjadinya kerusakan epitel mukosa hidung, sedangkan
adenovirus dapat menimbulkan kerusakan epitel mukosa hidung.
2) Rinitis Influenza
Etiologi
Rinitis influenza disebabkan oleh virus A, B dan C dari golongan ortomiksovirus.(2)
Gambaran Klinik
Gejala yang sering timbul ialah sekret hidung berair, dan hidung tersumbat. Lebih
sering terjadi infeksi bakteri sekunder dan nekrosis epitel bersilia dibandingkan
common cold.(2)
3) Rinitis Bakteri Akut Supuratif
Etiologi
Penyebab rinitis bakteri akut supuratif adalah Pneumococcus, Staphylococcus, dan
Streptococcus.(2)
Predisposisi
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
3
1. Faktor luar (enviroment)
a. Pengaruh atmosfer yaitu angin, suhu udara, humidity, hujan dan sebagainya.
Humudity optimal 45%, terlalu kering misalnya salju. Mukosa kering, terlalu
lembab, keringat banyak, berangin-angin, kedinginan. Common cold virus
hidup lebih baik pada humidity tinggi.
b. Ventilasi ruangan kurang yaitu ruangan kecil, tertutup, penuh orang-orang
sakit, serumah ketularan.
c. Debu dan gas.
d. Yang terpenting adalah faktor dingin atau perubahan temperatur dari panas ke
dingin yang mendadak, karena dingin menimbulkan reflex vasokonstrinsik
iskemia jaringan, daya tahan terhadap infeksi menurun.
2 Faktor dalam
a. daya tahan tubuh yang menurun
b. daya tahan lokal cavum nasi
3. Penyakit excanthemata
Rhinit akut merupkan gejala prodromal misalnya morbili, variola, varecolla, dan
scarlet fever.
Patologi
Pada stadium permulaan terjadi vasokonstrinsik yang akan diikuti vasodilatasi, udem
dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucious dan goblet sel, kemudian terjadi
infiltrasi leukosit dan desguamasi epitel. Secret mula-mula encer, jernih kemudian
berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan
bakteri (makopurulent). Toksin yang berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan
lymphe, menimbulkan gejala-gejala umum. Pada stadium resolusi terjadi proliferasi
sel epithel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal kembali.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
4
Gambaran Klinis
1. Stadium prodromal, pada hari pertama
- rasa panas dan kering pada cavum nasi
- bersin-bersin
- hidung buntu
- pilek encer jernih seperti air
2. Stadium akut, hari kedua sampai keempat
- bersin-bersin berkurang
- obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hyposmia, gangguan
gustateris, rasa makanan tidak enak
- pilek kental kuning
- badan tak enak, sumer-sumer
3. Stadium Penyembuhan (resolusi) hari Kelima sampai ketujuh
Gejala-gejala diatas berkurang (edem dan hyperemis berkurang, obstruksi berkurang,
secret berkung dan mongering) kadang-kadang rhinitis akut didahului gejala
nasopharingitis (disamping itu ada gejala lain menyertai yaitu pharyngitis akut dan
laryngitis akut. Sehingga timbul gejala panas, batuk, dan pilek. Tetapi adanya
pharyngitis atau laryngitis akut tidak selalu didahului oleh rhinitis akut. Dapat
pharyngitis timbul dulu atau laryngitis dulu, jadi manifestasi penyakit dapat dimulai
dimana-mana (hidung, pharing, laryng)
Diagnosis Banding
Rhinitis akut pada stadium prodromal mempunyai gejala yang mirip dengan
syndrome alergi yaitu: bersin-bersin, rhinorea dan obstruksi nasi. Perbedaannya:
Rhinitis Akut Syndrome alergi
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
5
Waktu dan gejala 1-2 hari (prodromal) Lama berminggu-minggu, bulan, tahun,
semusim.
Berulang-ulang: pagi sakit, siang
sembuh, besoknya kumat lagi
Sifat secret Mengental sesudah 3-4 hari Encer terus
Gejala Umum Ada (panas, Malaise) Tidak ada
Alergen Tidak ada Ada (anamnesa, skin tes pada rhinitis
allergen)
Komplikasi
1. Otitis media akut
2. Sinusitis paranasalis
3. Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring, tracho bronchitis,
pneumonia
4. Akibat tidak langsung pada penyakit-penyakti lain yaitu jangung dan asma
bronchial
RHINITIS KRONIS
Yang termasuk dalam rinitis kronis adalah rinitis hipertrofi, rinitis sika (sicca) dan
rintis spesifik. Meskipun penyebabnya bukan radang, kadang-kadang rinitis alergi,
rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa dimasukkan juga dalam rinitis kronis.
1. Rinitis Hipertrofi
Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau
sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor. Proses infeksi dan iritasi yang
kronis akan dapat menyebabkan hipertrofi konka nasalis. Septum deviasi juga dapat
menyebabkan penyakit ini secara kontralateral. Gejala utama rinitis hipertrofi adalah
hidung tersumbat. Keadaan ini memerlukan tindakan koreksi karena pengobatan
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
6
dengan medikamentosa saja sering tidak memberi hasil yang memuaskan. Tindakan
yang paling ringan seperti kauter sampai pemakaian laser dapat dilakukan untuk
mengatasi keluhan hidung tersumbat akibat hipertrofi konka.
2. Rinitis Sika
Pada rinitis sika ditemukan mukosa yang kering, terutama pada bagian depan
septum dan ujung depan konka inferior. Krusta biasanya sedikit atau tidak ada.
Pasien biasanya mengeluh adanya iritasi atau rasa kering di hidung yang kadang-
kadang disertai dengan epistaksis. Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua
dan pada orang yang bekerja di lingkugan yang berdebu, panas dan kering. Juga
ditemukan pada pasien yang menderita anemia, pemium alkohl dan gizi buruk.
3. Rinitis Spesifik
Rinitis karena infeksi spesifik antara lain rinitis difteri, rinitis atrofi, rinitis sifilis,
rinitis tuberkulosis, rinitis karena jamur dan lain-lain.
4. Rinitis Atrofi
Rinitis atropi merupakan infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi
progresif pada mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa hidung menghasilkan
sekret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk krusta yang berbau busuk.
Wanita lebih sering terkena, terutama usia dewasa muda. Sering ditemukan pada
masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan sanitasi lingkungan yang
buruk. Pada pemeriksaan histopatologi tampak metaplasia epitel torak bersilia
menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, silia menghilang, lapisan submukosa
menjadi lebih tipis, kelenjar-kelenjar berdegenerasi atau atrofi.
Etiologi
Banyak teori mengenai etiologi dan patogenesis rinitis atrofi dikemukakan, antara
lain:
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
7
1. Infeksi oleh kuman spesifik. Yang sering ditemukan adalah spesies Klebsiela,
terutama Klebsiela ozaena. Kuman lainnya yang juga seing ditemukan adalah
Stafilokokus, Streptokokus dan pseudomonas aeruginosa.
2. Defisiensi FE.
3. Defisiensi vitamin A.
4. Sinusitis kronik.
5. Kelainan hormonal.
6. Penyakit kolagen, yang termasuk penyakit autoimun.
Gejala dan tanda klinis
Keluhan biasanya berupa napas berbau, ada ingus kental berwarna hijau, asa kerak
(krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung merasa tersumbat.
Pada pemeriksaan hidung didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan
media menjadi hipotrofi atau atrofi, ada sekret purulen dan kusta berwarna hijau.
Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan
histopatologik yang berasal dari biopsi konka media, pemeriksaan mikrobiologi dan
uji resistensi kuman dan tomografi komputer (CT scan) sinus paranasal.
5. Rinitis Infeksi
Rinitis difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynecbacterium diphteriae, dapat terjadi primer pada
hidung atau sekunder dari tenggorok, dapat ditemukan dalam keadaan akut atau
kronik. Dugaan adanya rinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat
imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan, karena cakupan
program imunisasi yang semakin meningkat.
Gejala rinitis difteri akut ialah demam, toksemia, terdapat limfadenitis dan mungkin
ada paralisis otot pernapasan. Pada hidung ada sekret yang bercampur darah, mungkin
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
8
ditemukan pseudimembran putih yang mudah berdarah dan ada krusta coklat di nares
anterior dan rongga hidung. Jika perjalanan penyakitnya menjadi kronik, gejala
biasanya lebih ringan dan mungkin dapat sembuh sendiri, tetapi dalam keadaan
kronik, masih dapat menulari.
Rinitis Jamur
Dapat terjadi bersama dengan sinusitis dan bersifat invasif atau non-invasif dapat
menyerupai rinolith dengan inflamasi mukosa yang lebih berat. Rinolith ini
sebenarnya adalah bola jamur (fungus ball). Biasanya tidak terjadi destruksi kartilago
dan tulang.
Tipe invasif ditandai dengan ditemukannya hifa jamur pada lamina propria. Jika
terjadi invasi jamur pada submukosa dapat mengakibatkan perforasi septum atau
hidung pelana. Jamur sebagai penyebab dapat dilihat dengan pemeriksaan
histopatologi, pemeriksaan sediaan langsung atau kultur jamur, misalnya Aspergillus,
Candida, Histoplasma, Fussarium dan Mucor.
Rinitis Tuberkulosa
Rinitis tuberkulosa merupakan kejadian infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner. Seiring
dengan peningkatan kasus tuberkulosis (new emerging disease) yang berhubungan
dengan kasus HIV-AIDS, penyakit ini harus diwaspadai keberadaannya. Tuberkulosis
pada hidung berbentuk noduler atau ulkus, terutama mengenai tulang rawan septum
dan dapat mengakibatkan perforasi.
Rinitis Sifilis
Penyakit ini sudah jarang ditemukan. Penyebab rinitis sifilis adalah kuman
Trepanoma pallidum. Pada rinitis sifilis yang primer dan sekunder gejalanya serupa
dengan rinitis akut lainnya, hanya mungkin dapat terlihat adanya bercak/bintik pada
mukosa. Pada rinitis sifilis tersier dapat ditemukan gumma atau ulkus, yang terutama
mengenai septum nasi dan dapat mengakibatkan perforasi septum.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
9
B. Tonsilitis
DEFINISI
Peradangan pada tonsil disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Radang faring pada
anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya
juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah,1997 )
ETIOLOGI
Penyebab tonsillitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah
ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )
PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem
limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar
masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring
serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta
otalgia.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis adalah :
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
10
nyeri tenggorok
nyeri telan
sulit menelan
demam
mual
anoreksia
kelenjar limfa leher membengkak
pembesaran tonsil
tonsil hiperemia
mulut berbau
malaise
JENIS
Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis
membranosa, dan tonsillitis kronis.
1. Tonsilitis Akut
Patofisiologi
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi
pembendunagn radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Komplikasi
Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses parafaring, toksemia,
septicemia, bronchitis, nefritis akut, miokarditis, dan arthritis.
2. Tonsilitis Membranosa
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
11
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa beberapa
diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut Vincent.
Tonsilitis Difteri
Patofisiologi
Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada permukaan
mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke
sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu pembuluh darah dan
limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2 fragmen yaitu
aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B, carboxyterminal yang disatukan
melalui ikatan disulfide.
Komplikasi
Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan otot mata,
otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan
albuminuria.
Tonsilitis Septik
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala susu
sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi
sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.
Angina Plaut Vincent
Etiologi
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta
kuman spirilum dan basil fusi form.
3. Tonsilitis Kronis
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
12
Faktor Predisposisi
Mulut yang tidk hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat, rangsangan
kronik karena rokok maupun makanan.
Patofisiologi
Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut.
Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar yang akan diisi
oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Komplikasi
Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum,
endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus,
urtikaria, dan furunkulosis.
C. Pharingitis
DEFINISI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
13
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan
sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis dan
laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 th di daerah dengan iklim
panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki anak usia sekolah
atau bekerja di lingkungan anak-anak.
ETIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam, nyeri tenggorokan, nyeri telan,
adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan
dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai
peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus
untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam
yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit
kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria.
Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang
merupakan Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah
Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae.
Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis
pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.
Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran
napas seperti adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory
syncytial virus (RSV). Virus lain yang juga berpotensi menyebabkan faringitis adalah
echovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus (HSV). Epstein barr virus (EBV)
seringkali menjadi penyebab faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain.
Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari influenza.
Faringitis Virus Faringitis Bakteri Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
14
F
F
A
F
A
K
TO
FAKTOR RISIKO
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh
yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi,
konsumsi alkohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit scarlet fever , dan
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau
demam.
PATOFISIOLOGI
Penularan dapat terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal
terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula
serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat
melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat
dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif
Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
15
pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan
membengkak.
KOMPLIKASI
- Sumbatan jalan napas (pada peradangan yang berat)
- Abses di tonsil atau dinding belakang mukosa faring.
- Infeksi bakteri Streptococcus bisa berlanjut ke infeksi telinga, sinusitis, Demam
rematik (Penyakit katup jantung akibat infeksi), abses tonsil, peradangan ginjal,
dll.
II. Patofisiologi Odinofagi
Pada kasus ini, nyeri timbul karena adanya kemampuan syaraf untuk mengubah berbagai
stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem
syaraf pusat, dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam syaraf
sensorik. Kemudian, aktivitas listrik yang terjadi ditransmisikan melalui serabut saraf
bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C, serta selanjutnya ke kornu dorsalis medula
spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan sebagai nyeri
setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan
yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu, dan agen
kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
III. PEMERIKSAAN FISIK, LABORATORIUM. DAN PROGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik di atas, seperti yang sudah kita ketahui, bahwa pada Rika terjadi
infeksi dan kompensasi tubuh untuk mengatasi keadaan tersebut adalah “demam”. Kita akan
mengulangi lagi bagaimana mekanisme terjadinya demam dengan melihat bagan berikut:
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
16
Mikroorganisme penyebab penyakit pada kasus masuk ke dalam tubuh
mengeluarkan pirogen eksogen menyebabkan sistem perlawanan tubuh aktif
pengeluaran leukosit, maktofag pengeluaran mediator inflamasi seperti IL-2, IL-6
dan TNF-alfa merangsang sel-sel endotel hipotalamus mengeluarkan asam
arakidonat memicu pengeluaran prostaglandin homeostasis tubuh dengan
meningkatkan suhu tubuh seiring dengan peningkatan set point di hypothalamus
(DEMAM)
yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa pada kasus Rika, demam yang terjadi tidak
menimbulkan kenaikan denyut nadi, tekanan darah maupun frekuensi pernapasan?
Pada anak-anak, peningkatan suhu yang tinggi kemungkinan dikarenakan jumlah brown
adipose yang lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa sehingga suhu yang dirasakan
pada saat anak-anak demam bisa sama atau lebih tinggi layaknya seperti orang dewasa,
walaupun gejala klinis yang diperlihatkan tidak terlalu memperlihatkan perubahan.
PEMERIKSAAN STATUS LOKALIS
Hasil pemeriksaan Interpretasi
Otoskopi dalam batas
normal
Normal
Rhinoskopi anterior hidung
kanan dan kiri:
Mukosa Hiperemis
Konka inferior edema +/+
Hiperemis +/+
Sekret kental berwarna
putih
Peningkatan Vaskularisasi
Peradangan pada konka inferior dan
Peningkatan Vaskularisasi
Adanya sel PMN
Orofaring:
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
17
Tonsil T3-T3, detritus
(+), kripta melebar
Dinding faring hiperemis
(+),
granula (+)
T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring
Detritus: terdiri atas kumpulan leukosit
polimorfonuklear, bakteri yang mati dan
epitel tonsil yang terlepas.
Kripta melebar adanya perubahan dari
jaringan limfoid menjadi jaringan parut
Hiperemis: adanya peningkatan vaskularisasi
pada dinding faring.
Granula: Jaringan limfoid pada dinding
faring menebal dan membentuk granul-
granul
Pemeriksaan otoskopi dalam batas normal. Kenapa harus dilakukan pemeriksaan
otoskopi? Karena dikhawatirkan, pada penderita yang masih anak-anak (7 tahun)
terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Atas dapat menyebabkan otitis media. Hal ini
dikarenakan saluran yang menghubungkan antara telinga tengah dengan rongga mulut
(Tuba Eustachius) lebih horizontal yang memudahkan mikroorganisme yang masuk
melalui mulut dapat dengan mudah masuk ke telinga tengah dan kemungkinan besar
menyebabkan otitis media.
OTOSKOPI
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
18
Pada kasus, ibu penderita menyangkal bahwa tidak ada cairan yang keluar dari telinga
Rika, yang menunjukkan hasil sesuai dengan pemeriksaan otoskopi pada Rika, bahwa
telinga Rika masih dalam keadaan baik dan normal
Beralih ke pemeriksaan Rhinoskopi anterior, pada pemeriksaan Rhinoskopi, terdapat
tanda-tanda bahwa ada mikroorganisme yang telah menginfeksi saluran pernapasan
atas. Mukosa hiperemis menandakan terjadinya peningkatan vaskularisasi pada
daerah terkait
PROSES TERJADINYA HIPEREMIS PADA MUKOSA. Ketika terjadi infeksi di
mukosa hidung, misal akibat virus.Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut.
Virus atau bakteri akan difagosit oleh APC, melalui MHC II, epitop virus/bakteri akan
dibawa ke permukaan dan dideteksi oleh limfosit T. Ketika difagosit APC akan
menghasilkan MEDIATOR yang membantu proses lisisnya virus/bakteri. CD 8 akan
membunuh sel yang terinfeksi dengan menyuntikan perforin, sementara Th2 akan
membantu pembentukan antibody. Akibat ada inflamasi maka akan terjadi
vasodilatasi pembuluh darah sebagai mekanisme untuk menarik sebanyak mungkin
sel imun ke focus infeksi melalui mekanisme kemotaksis. Dengan terjadinya
RHINOSKOPI ANTERIOR
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
19
vasodilatasi, arteriol yang sebelumnya tidak terisi darah akan penuh dan pembuluh
darah yang sebelumnya sudah terisi darah akan semakin meningkat mendekati
permukaan sel. Hal ini akan memberikan gambaran hiperemis pada mukosa. Peranan
sel mast yang terdegranulasi dan menghasilkan histamine dan menyebabkan
vasodilatasi juga memainkan peran walaupun secara minor.
Mengapa Konka Inferior yang mengalami edema dan hiperemis? Kenapa tidak konka
medial ataupun konka superior? Hal ini dikarenakan konka inferior adalah konka
yang terletak paling bawah dan merupakan daerah pertama yang dilalui oleh
mikroorganisme dibandingkan dengan konka yang lain, dan lagi pada konka inferior,
vaskularisasi lebih banyak sehingga terjadinya mukosa yang hiperemis akan lebih
terlihat.
Gambaran yang terlihat saat terjadi edema:
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
20
Sekret kental dan berwarna putih: Hal ini terjadi akibat sensitisasi kelenjar mucus
sehingga terjadi hipersekresi yang mengakibatkan adanya secret.
Sekarang kita akan membahas mengenai pemeriksaan orofaring. Pada pemeriksaan
orofaring, alat yang diperlukan cukup menggunakan spatula lidah seperti yang
digambarkan di bawah ini
PEMERIKSAAN
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
21
Pada pemeriksaan orofaring, didapatkan pembesaran tonsil
hingga T3-T3 yang berarti baik tonsil kanan maupun kiri telah mengalami
pembesaran hingga ¾ bagian diantara kedua pilar.
PROSES PEMBESARAN TONSIL DAN TERBENTUKNYA
KRIPTA Radang berulang epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut jaringan mengkerut
sehingga kripta melebar kripta berisi detritus (akumulasi epitel yang mati, leukosit
yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-
kuningan) proses meluas menembus kapsul akhirnya timbul perlekatan dengan
jaringan sekitar fossa tonsilaris.
PROSES DINDING FARING HIPEREMIS DAN GRANULA
POSITIF Infeksi sel-sel inflamasi seperti makrofag, neutrofil, dll akan keluar dari
pembuluh darah menuju jaringan yang terinfeksi menstimulus keluarnya mediator-
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
22
mediator inflamasi (histamine, bradikinin) peningkatan permeabilitas vaskuler dan
dilatasi pembuluh darah dinding faring tampak hiperemis dan jaringan limfoid
pada dinding belakang akan menebal terbentuk granul-granul
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Rika Kadar Normal Interpretasi
Hb 12,5 g% 11-14 g%, 11-16 gr/dl Normal
WBC 12.000/µL 5000-10000/µL Tinggi
Mekanisme: Infeksi
(peradangan)
Trombosis 250.000/µL
150.000-450.000)/µL
Normal
Pada hasil pemeriksaan LAB, yang didapatkan adalah peningkatan
kadar WBC, yang artinya sudah jelas, bahwa terjadi infeksi mikroorganisme pada Rika.
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN YANG DIBUTUHKAN
Sudah pasti kita membutuhkan kultur mikroorganisme dari apusan tenggorok. Ini
merupakan GOLD STANDARD dalam penegakan diagnosis rhinitis, tonsilits, faringtis
virus atau bakteri bertujuan untuk menentukan pengobatan yang efektif. Ingat!
Pengobatan sesuai etiologi adalah salah satu langkah yang tepat untuk menghindari
terjadinya resistensi mikroorganisme terhadap pengobatan yang kita berikan.
Pemeriksaan penunjang lain yang sekiranya dibutuhkan:
- Hitung darah lengkap, pengukuran kadar elektrolit, dan kultur darah
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
23
- Tes monospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan
tonsilitis dan bilateral cervical lymphadenophaty.
- Plain radiographs, pandangan jaringan lunak lateral dari nasopharynx dan
oropharynx dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis abses
retropharyngeal.
- CT Scan, untuk mengetahui adanya kumpulan cairan hypodense di apex
tonsil yang terinfeksi.
TATALAKSANA
RHINITIS hindari penggunaan antibiotic, karena kebanyakan
etiologi dari rhinitis adalah virus (terutama rhinovirus). Perbanyak istirahat dan
kumur air hangat.
TONSILITIS Lakukan tonsilektomi jika sudah sesuai dengan
indikasi (tonsillitis kronik)
Indikasi melakukan tonsilektomi:
Obstruksi
Hiperplasia tonsil dengan obstruksi.
Gangguan bernafas saat tidur.
Obstructive sleep apnea syndrome
Upper airway resistance syndrome
Obstructive hypoventilation syndrome
Gagal tumbuh
Cor pulmonale
Abnormalitas menelan
Abnormalitas berbicara
Abnormalitas orofacial/dental
Gangguan limfoproliferatif
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Sekretariat:
Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang
Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya
24
FARINGITIS
Faringitis akibat virus: Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum
yang cukup dan berkumur dengan air yang hangat.
Faringitis akibat bakteri: Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga
penyebabnya streptococcus group A, diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin
50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mgselama 6-10 hari atau eritromisin
4x500mg/hari.
PROGNOSIS
Umumnya baik jika diobati secara adekuat