Skenario B Blok 18
-
Upload
lissaberti-amaliah -
Category
Documents
-
view
390 -
download
4
Transcript of Skenario B Blok 18
Skenario B Blok 18
A newborn baby was referred to Mohamad Hoesin Hospital by a midwife-who
helped his mother, Mrs. Utami delivery-with the chief complain grunting.
Mother’s history was taken from midwife that her pregnancy was full term. The
baby was born 3 hours ago by midwife with APGAR score 5 at 1st minute and 9 at
5th minute. 3000 gram of bith weight, spontaneously. The mother had premature
rupture of membrane 2 days ago and had bad smell liquor. From the physical
examination the baby was hypoactive and tachypnea, without sucking reflex and
had intercostal retraction.
Klarifikiasi Istilah
1. Grunting : Suara merintih yang keluar saat ekspirasi
2. Full term
pregnancy
: Kehami cukup bulan (37-42 minggu)
3. APGAR Score : Ungkapan tentang keadaan bayi baru lahir dalam
angka, biasanya ditentukan pada 60 detik pertama
setelah lahir
4. Premature rupture
of membrane
: Ketuban pecah dini
5. Bad smell liquor : Cairan yang berbau busuk
6. Hypoactive : Pergerakan yang kurang
7. Tachypnoe : Pernapasan lebih dari 60 kali/menit
8. Sucking reflex : Refleks menghisap
9. Chest indrawing : Penarikan dinding dada
Identifikasi Masalah
1. Bayi baru lahir dibawa ke rumah sakit oleh bidan yang menolong
kelahirannya karena bayinya tampak sesak
2. Kehamilan Ny. Utami cukup bulan, ketuban pecah dua hari sebelum
melahirkan, dan cairan ketuban berbau busuk
1
3. Bayi Ny. Utami lahir 3 jam sebelum masuk rumah sakit dengan BB 3 kg,
APGAR skor lima pada menit pertama dan sembilan pada menita kelima
4. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bayi merintih, takipnea, hipoaktif, tidak
ada refleks menghisap, dan retrasi dinding dada.
Analisis Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pernapasa neonatus?
2. Mengapa bayi Ny. Utami sesak napas?
3. Apa saja penyebab KPSW?
4. Apa dampak dari KPSW?
5. Bagaimana mekanisme merintih, takipneu, hipoaktif, tidak refleks
menghisap, dan retraksi dinding dada?
6. Apa penyebab cairan ketuban berbau busuk?
7. Apa interpretasi APGAR skor?
8. Bagaimana hubungan ketuban pecah dini dengan sesak yang dialami?
9. Mengapa pada pemeriksaan fisik didapatkan takipneu, padahal APGAR
skor pada menit kelima adalah sembilan?
10. Pemeriksaan tambahan apa saja yang harus dilakukan?
11. Apa diagnosis banding pada kasus?
12. Apa diagnosis kerja pada kasus?
13. Apa penatalaksanaan pada kasus?
14. Apa prognosis dan komplikasi pada kasus?
15. Apa kompetensi dan rujukan untuk kasus ini?
Hipotesis
Bayi Ny. Utami lahir cukup bulan dan spontan, dengan respiratory distress karena
bronkopneumonia dan sepsis neonatorum
2
Sintesis
A. Anatomi dan Fisiologi Bayi Baru Lahir
Anatomi Saluran Napas pada Bayi
Pengamatan klinis mengatakan pembuntuan pada saluran nasal
akan meningkatkan kerja pernafasan dan menyebabkan apnoea. Berikut
beberapa perbedaan anatomi saluran nafas dan paru pada bayi:
o jaringan adenoid pada bayi mungkin membesar, sehingga mungkin
menyebabkan juga lidah relatif besar pada bayi. Hal-hal tersebut
bisa menyebabkan obstruksi saluran nafas.
o diameter saluran nafas pada bayi lebih kecil, terutama bayi
prematur, membuat tahanan yang tinggi terhadap aliran udara yang
masuk. Apalagi bila ada oedem mukosa akan menambah kerja
nafas.
o struktur dinding bronchi pada bayi berbeda. Kartilagonya lebih
lentur dan ada lebih banyak kantung-kantung mukosa. Hal-hal
tersebut merupakan predisposisi obstruksi saluran nafas dan
kolaps.
o alveoli bayi lebih sedikit, sehingga luas permukaan untuk
pertukaran gas lebih sempit.
o saluran kolateral antar alveoli, bonchioli dan terminal bronchioli
masih belum berkembang hingga umur 2-3 tahun, hal ini
menyebabkan alveoli kemungkinan besar kolaps.
o costae bayi letaknya sangat horisontal, sehingga tidak ada gerak
seperti pegangan ember dalam respirasi. Ditambah lemahnya otot
intercostal berarti pernafasan akan sangat bergantung pada
diafragma. Costae dewasa akan berkembang bila bayi sudah mulai
mengembangkan postur tegaknya sehingga gaya gravitasi akan
menarik costae ke depan dan bawah.
o insersi diafragma yang horisontal dan kartilago intercostae yang
sangat lentur mengakibatkan efesiensi ventilasi dan perubahan
bentuk dinding dada yang lebih jelek selama inspirasi.3
o jaringan jantung, tymus dan yang lain relatif lebih besar, oleh
karena itu lebih sempit ruang untuk jaringan paru
Fisiologi Pernapasan Bayi
Karena perkembangannya, maka fisiologi respirasi pada bayi dan anak
kecil berbeda dibandingkan orang dewasa. Berikut adalah hal-hal yang
berbeda:
o Paru bayi lebih tidak komplian dibandingkan dengan anak-anak besar
dan dewasa, terutama bayi prematur (kurang dari 37 minggu
kehamilan) yang mungkin kekurangan surfactant.
o Neonatus terutama yang prematur mempunyai pernafasan yang
abnormal yang bisa mengarah ke apnoea. Meskipun apnoea pendek
dianggap normal, tetapi yang lebih panjang dan yang memerlukan
stimulasi untuk memulai bernafas lagi perlu pemeriksaan lebih lanjut.
o Perbedaan konfigurasi anatomi rongga dada- eltak costa yang
horisontal- tidak memungkinkan perluasan rongga dada yang sama
dengan dewasa, sehingga pemenuhan oksigen bayi harus bernafas
lebih sering daripada memperdalamkan nafasnya.
o Neonatus tidur hingga 20 jam sehari dan 80%nya dalam REM. Pada
orang dewasa rem hanya meliputi 20%. Karena pada saat REM
terjadi penurunan tonus postural, hal ini mengakibatkan turunnya
kapasitas residual, sehingga meningkatkan kerja pernafasan.
o 50% otot diafragma orang dewasa merupakan otot tipe I yang sangat
tahan terhadap kelelahan, sedangkan neonatus hanya 25%dan bayi
prematur hanya 10%. Hal ini menyebabkan diafragma bayi akan
cepat melelahkan diafragma.
o Tingkat metabolik istirahat anak lebih tinggi dengan kebutuhan
oksigen yang lebih tinggi. Sehingga sedikit peningkatan kebutuhan
akan menyebabkan hypoxia. Hypoxia pada bayi menyebabkan
4
bradycardia (kurang dari 100X/mnt) daripada tachycardia, seperti
pada orang dewasa.
o Bayi lebih banyak mengembangkan paru bagian atas daripada daerah
dependent seperti pada orang dewasa, meskipun pola perfusinya
sama. Perbedaan ini bisa akan tetap hingga mencapai usia 20 tahun.
Pada bayi dengan kelainan paru unilateral, oxygenasi bisa
dioptimalkan dengan memposisikan paru yang baik pada bagian atas.
Pernapasan Pertama
Selama persalinan melalui vagina, kompresi intermiten thoraks
mempermudah pengeluaran cairan dari paru-paru. Surfaktan dalam
cairan memperbesar aerasi pada paru yang awalnya bebas gas dengan cara
mengurangi tegangan permukaan, sehingga dapat menurunkan tekanan yang
diperlukan untuk membuka alveolus. Meskipun demikian, tekanan yang
diperlukan untuk mengembangkan paru yang tidak mengandung udara lebih
tinggi daripada tekanan yang diperlukan pada setiap masa kehidupan yang
lain; berkisar dari 10-15 cm H2O selama interval 0,5 sampai 1,0 detik
dibanding dengan sekitar 4 cm H2O untuk pernapasan normal bayi cukup
bulan dan orang dewasa. Tekanan yang lebih tinggi ini diperlukan untuk
memulai pernapasan dalam mengatasi gaya perlawanan tegangan permukaan
(terutama jalan napas yang kecil) serta viskositas cairan yang tetap berada
dalam jalan napas, guna memasukkan sekitar 50 ml udara ke dalam paru,
dimana 20-30 ml dari volume tersebut menetap sesudah pernapasan pertama
menjadi FRC.
Sebagian besar cairan di dalam paru diambil oleh sirkulasi paru,
sisanya melalui saluran limfe paru, dihembuskan oleh bayi, ditelan, atau
diaspirasi dari orofaring. Pengeluaran cairan paru ini dapat terganggu pada
keadaan pasca seksio-cesaria, cedera sel endothel, atau sedasi neonatus.
5
Berikut ini rangsangan yang dapat menimbulkan pernapasan pertama:
a. Penurunan pO2 dan pH
b. Peningkatan pCO2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi plasenta
c. Redistribusi curah jantung setelah tali pusat diklem
d. Penurunan suhu tubuh
e. Berbagai rangsangan taktil, seperti sentuhan pada telapak kaki bayi
B. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
Definisi
Adalah pecahnya atau robeknya selaput ketuban sebelum persalinan dan
biasanya pada pembukaan kurng dari 3 cm atau setelah satu jam pecah
ketuban tidak diikuti tanda persalinan.
Penyebab
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka
oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion,
gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor
predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
6
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Faktor lain
a. Faktor golonngan darah
b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jarinngan kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Dampak
Komplikasi
Persalinan prematur. Periode laten sejak ketuban pecah hingga
terjadinya persalinan tergantung pada usia kehamilan ibu. Pada
kehamilan aterm, 90% persalinan terjadi dalam 24 jam setelah
pecahnya ketuban. Pada kehamilan antara 28-34 minggu, 50%
persalinan terjadi dalam 24 jam sejak pecahnya ketuban.
Infeksi. Risiko infeksi meningkat ketika terjadi PROM. Pada ibu
dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi sepsis,
pneumonia, dan omfalitis. Namun, pada umumnya, infeksi pada
bayi terjadi setelah terjadi korioamnionitis.
Hipoksia dan asfiksia. Pecahnya ketuban akan mengakibatkan
oligohidramnion yang kemudian akan menekan tali pusat. Pada
keadaan ini, bayi sangat rentan mengalami asfiksia.
Sindroma deformitas janin. Deformitas dapat terjadi karena
kompresi pada wajah dan anggota badan janin oleh minimnya
cairan amnion. Akibatnya, pada keadaan ini, pertumbuhan janin
akan terhambat.
7
C. Bad Smell Liquor
Keadaan normal cairan amnion :
1. pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.
2. keadaan jernih agak keruh
3. steril
4. bau khas, agak manis dan amis
5. terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan
organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix
caseosa dan sel-sel epitel.
6. sirkulasi sekitar 500 cc/jam
Penyebab
- Infeksi intrauterine
korioamnionitis,
infeksi intraamnion,
amnionitis
- Air ketuban bercampur mekonium
Infeksi dan kuman yang sering ditemukan adalah
Streptococcus, Staphylococcus (gram positif), E.coli (gram
negatif), Bacteroides, Peptococcus (anaerob).
Dampak
- Pada bayi bisa meningkatkan terjadinya infeksi neonatal dan sepsis
neonatorum
- Hal ini dapat menyebabkan kematian pada bayi dan ibu
8
Mekanisme
D. APGAR Skor
APGAR score merupakan penilaian kemampuan neonatus beradaptasi
pada lingkungan ekstrauterin.
Penilaian dilakukan pada menit ke-1 dan ke-5.
0 – 3 : Asfiksia berat
4 – 7 : Asfiksia sedang
7 – 10 : Normal
TANDA 0 1 2
Appearance
/ color
Biru,pucat Badan
pucat,tungkai
biru
Semuanya merah
muda
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace /
Refleks
Tidak ada Lambat Menangis kuat
9
Ketuban yang pecah (dalam kasus 2 hari sebelum kelahiran)
penyebab terjadinya infeksi asenden
Cairan amnion yang keluar dari selaput ketuban terinfeksi oleh kuman (khususnya bakteri) yang terdapat pada traktus urogenital ibu (misalnya vagina , serviks, dan organ lainnya).
Keadaan pH vagina yang normalnya asam bertolak belakang dengan keadaan cairan amnion yang bersifat alkalis berkembangnya flora normal vagina yang berubah menjadi agen penginfeksi
Keadaan lingkungan yang alkalis dan bakteri yang menginfeksi cairan amnion mengurai asam organik seperti asam
laktat (beta laktamase)
menimbulkan bau yang tidak menyenangkan pada cairan
amnion
Activity Lemas/lumpuh Gerakan
sedikit/fleksi
tungkai
Aktif/fleksi tungkai
baik/reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak
teratur
Baik, menangis
kuat
Menit pertama 5 = Asfixia mild-moderate
↓
Penyebab:
• Adanya transient asfixia (fisiologis)
• Pneumonia kongenital (di intra uterin)
Menit kelima 9 = normal, karena resusitasi sudah berhasil
Namun terjadi hal-hal sebagai berikut:
E. Pemeriksaan Fisik
Penyebab dan Mekanisme
1. Grunting
2. Takipnea
10
ketuban pecah lama (18-24 jam)
Resiko ascending infeksi dari TUG ibu
Korioamnionitis
Liquor amniiMenjadi septik
Tertelan lagi
bronkopneumonia
Terjadi infeksi pada bayi yang memungkikan onset
sepsis dimulai
3 jam kemudian
Timbul manifestasi klinis sepsis (grunting, hipoaktif, (-) refleks menghisap
3. Hipoaktif
4. Tdk ada Refleks Menghisap
5. Retraksi dada
11
Infeksi intra uterin
Inhalasi liquor septic pada janin
infeksi ascending ( m.o dari vagina naik dan masuk ke
dalam rongga amnion)
Korioamnionitis
pecah ketuban lama
Cairan ketuban berbau busuk
awitan dini
terbatas pada hanya satu system
apnea, takipnea dengan retraksi, atau takikardia.
setelah lahir
bayi terlihat lemah, hipo/hipertermia, hipoglikemia
kadang2 hiperglikemia
septisemiaselanjutnya akan
terlihat ggn f(x) organ bronkopneumonia
takipnea
Peradangan pada jaringan paru (alveolus& bronki)
Alveolus yang meradang gagal mengembang
Gangguan ventilasi
Hipoksemia, retensi CO2
Usaha inspirasi yang lebih kuat
untuk pernafasan berikutnya
mekanisme kompensasi bayi agar udara tetap
berada dlm alveoli
alveoli tetap terbuka & tdk kolaps
grunting
Retraksi dinding dada
Pasca lahirkebutuhan O2 & nutrisi tdk disupply ibu lagi
Kegagalan nafas spontan
Distress janin
asfiksia
menutup sebagian glotis
agar semua udara tdk terekspirasi
namun tersimpan di alveolus
12
Ggn SSP
LetargiReflex hisap burukMenangis lemah kadang-
kadang terdengar high pitch cry
IrritableKejang
Ggn Kardiovaskular
HipotensiPucat SianosisDinginClummy skin
Ggn Respirasi
TakipneaApneaMerintih Retraksi
Ggn. GI tract
MuntahDiareDistensi abdomenIntoleransi minumWaktu pengosongan
lambung yang memanjang
Ggnhematologi
PerdarahanIkterus
septisemia
selanjutnya akan terlihat ggn f(x) organ
tdk ada refleks hisap
nutrisi tdk tercukupi
energi terus dipakai utk bernafas
produksi leukosit meningkat
meningkatkan metabolisme tubuh
penurunan metabolisme terutama sel-sel otot
hipoaktif
F. Pemeriksaan Penujang
1. Chest x-ray dilakukan untuk memastikan diagnosis
bronkopneumonia pada bayi sekaligus mengetahui derajat
keparahan penyakit tersebut sehingga dapat membantu
dalam penilaian prognosis.
a. Gambaran radiologi khas pada bronkopneumonia
adalah honey comb appearance.
2. Kultur darah dilakukan untuk memastikan jenis agen
penginfeksi penyebab korioamnionitis, bronkopneumonia,
dan sepsis. Spesimen diambil dari darah bayi dan darah ibu.
Setelah memastikan jenis agen penginfeksi, dokter dapat
memberikan antibiotik yang sesuai dalam menatalaksana
pasien ini.
3. Pungsi lumbal dilakukan untuk mengetahui luasnya
penyebaran infeksi di tubuh bayi. Dengan melakukan
pungsi lumbal, dapat diketahui apakah infeksi telah
menyebar hingga ke otak. Tes ini juga dapat membantu
dalam membuat prognosis.
4. Complete Blood Count dilakukan untuk memastikan
tanda-tanda infeksi. Beberapa komponen darah yang perlu
diperhatikan adalah Hb, WBC, hitung jenis.
13
5. CRP digunakan untuk menilai perkembangan infeksi
dan fungsi hati. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay). CRP (C-
Reactive Protein/ protein fase akut) merupakan protein
yang disintesis di hati yang berperan dalam keadaan
inflamasi. Pada dasarnya, CRP akan berikatan dengan
phosphocholine yang merupakan produk bakteri maupun
sel-sel yang telah rusak. CRP akan mengikat sel yang
mengekspresikan phosphocholine (opsonin) untuk
kemudian menarik (chemotacting factor) sel-sel radang
lainnya ke tempat terjadinya inflamasi.
a. Konsentrasi normal dalam serum manusia normal
adalah kurang dari 10 mg/L dengan sedikit
peningkatan pada proses penuaan. Kadar yang lebih
tinggi dapat ditemukan pada keadaan hamil,
inflamasi ringan, infeksi virus (10–40 mg/L), infeksi
bakteri (40–200 mg/L), infeksi bakteri parah dan
luka bakar (>200 mg/L).
6. Gula darah dilakukan untuk memastikan bahwa
lemahnya bayi dalam kasus ini tidak disebabkan oleh
hipoglikemia. Selain itu, pemeriksaan gula darah juga dapat
membantu penatalaksanaan agar memberikan infus yang
tepat untuk bayi.
G. Diagnosis Banding
Sign and
symptom
Bronkopneumonia,
Sepsis neonatorum
Asphyxia
neonatorum
TTN HMD MAS
Grunting + - + + +
Cyanosis -/+ +/- + + +
Menangis
spontan
+ - + + -
14
APGAR
(asfiksia)
Sedang - ringan Berat Berat – sedang Sedang Berat
Sucking
reflex
- + + + -
Retraksi ddg
dada
+ + - + +
Faktor
resiko
PROM, infeksi ibu Prematur, dll Aterm Preterm Postterm
X-ray Tidak spesifik,
Bercak-bercak difus
infiltrate
Daerah konsolidasi
Cairan dalam
paru
Radioopak
sekitar hilus
Diafragma
tumpul
Ground-glass
bronkogram
udara
Batas jantung
paru tidak jelas
Paru radiolusen
Infiltrate
kasar
Hiper-
infiltrasi
H. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Keluhan utama bayi
Keluhan tambahan bayi: demam/tidak, menggigil/tidak
Kulit biru/tidak
Distensi perut/tidak
Riwayat kehamilan ibu:
› Ada/tidaknya penyakit sewaktu ibu mengandung
(seperti riwayat infeksi)
› Mengenai kunjungan antenatal
› Status obstetrik (hamil, melahirkan, abortus)
› Bagaimana asupan gizi ibu saat kehamilan
Riwayat kelahiran:
› Siapa yang menolong
› Cara kelahiran
› Keadaan segera setelah lahir
› Panjang bayi
15
› Bayi lahir sesuai atau kecil/besar untuk masa
kelahirannya
› Trauma lahir/tidak
› Ketuban pecah dini/tidak (serta berapa lama telah
pecah sebelum persalinan)
› Warna air ketuban
› Bau air ketuban
Pemeriksaan Fisik
Ibu:
› Ketuban pecah dini 2 hari sebelum persalinan dan
cairan ketuban berbau busuk → resiko infeksi
intrauterin karena ketuban pecah > 18 jam dan
berbau busuk merupakan factor risiko terjadinya
infeksi intrauterin.
Bayi:
› Grunting : akibat pengeluaran udara yang
tersedak- sedak
› Full term : bayi cukup bulan; minggu 37 - 42
kehamilan
› BB lahir : 3000 gram; normal = 2500 - 4000 g
bayi diklasifikasikan sebagai bayi baru lahir
cukup bulan dan sesuai dengan masa kehamilan.
› Hipoaktif
› refleks mengisap (-)
› retraksi interkostal, merintih, takipnea →
dengan menggunakan Downe’s score, dapat
diketahui bayi ini mengalami distress
pernafasan.
› APGAR score menit 1 = 5 → asfiksia ringan
16
tanda- tanda sepsis neonatorum.
Nilai APGAR menit 1: 5
8-10 : tidak asfiksia
5-7 : asfiksia ringan
3-4 : asfiksia sedang
0-2 : asfiksia berat
Nilai APGAR menit 5 = 9 → normal
Pemeriksaan Tambahan
› Tanda-tanda Vital yang lain selain RR ( HR, PR, suhu, BP)
› Pemeriksaan fisik: warna kulit, edema/tidak
› Pemeriksaan laboratorium:
CBC: Hb, leukosit, dif.count, trombosit, LED
CRP: petanda non spesifik untuk radang dan infeksi
Kultur bakteri (darah, urin, CSF)
Kadar gula darah sewaktu
› Chest X-ray
› Lumbal pungsi (bila bayi mengalami sepsis neonatorum;
dipakai pada kasus)
› Biakan/kultur darah
› Tes resistensi
I. Diagnosis Kerja
Bronkopneumonia
Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus maupun jamur.
Epidemiologi
Insidens puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan
bertambahnya usia anak. Mortalitas disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus aureus, tetapi di
17
Negara berkembang juga berkaitan dengan malnutrisi dan
kurangnya akses perawatan. Dari data mortalitas tahun 1990,
pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian pada anak
di bawah 5 tahun dan 80% terjadi di negara berkembang.
Etiologi
› Bakteri:
› Streptococcus pneumoniae
› Staphilococcus aureus
› Legionella
› Hemophilus influenza
› Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
› Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae
› Jamur tertentu
Cara penularan:
› Transplasenta: infeksi paru biasanya mewakili satu komponen dari
suatu proses congenital yang lebih umum. Misalnya, infeksi
congenital CMV, virus rubella, dan Treponema pallidum dapat
dikaitkan dengan pneuomonitis, meskipun manifestasi lain proses
congenital seperti prematuritas, retardasi pertumbuhan intrauterine,
ukuran kepala abnormal, viseromegali juga akan nyata tidak
berubah.
› Perinatal: akibat dari aspirasi amnion atau sekresi saluran cerna
atau genotiurinaria ibu yang terinfeksi saat kelahiran. MO yang
ditularkan dengan cara ini meliputi streptokokus grup B, kuman
aerob enteric gram-negatif, listeria monocytogenes, Mycoplasma
genitalia, Chlamydia trachomatis, dan virus termasuk CMV &
herpes simplek.
› Pascanatal: infeksi nosokomial , Adenovirus, virus Influenza,
Pseudomonas
18
Faktor Resiko
› Prematuritas
› robekan membrane yang lama
› korioamnionitis
› distress janin.
Gambaran klinis
› Gejala umum infeksi: demam, sakit kepal, lesu, dll
› Gejala umum penyakit saluran napas bawah: takipneu, dispneu,
retraksi atau napas cuping hidung, sianosis
› Tanda pneumonia: perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki
basah halus nyaring pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif
› Batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen,
bahkan mungkin berdarah
› Tanda ekstrapulmonal
› Leukositosis
› Diagnosis pasti ditegakkan dengan: foto toraks
Sepsis Neonatorum
Definisi
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui
darah dan jaringan lain.
Insidens
Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali
19
lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari
2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah
bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Etiologi
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam
kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir
selalu disebabkan oleh bakteri.
Pembagian Sepsis:
› Sepsis dini à terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik :
sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,
biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
› Sepsis lanjutan/nosokomial àterjadi setelah minggu pertama
kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik :
Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme
yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.
Faktor Resiko
Early onset sepsis:
› Group B Streptococcus infection selama kehamilan
› Preterm delivery
› Rupture of membranes (placenta tissue)yang terjadi lebih lama dari
24 jam
› Infeksi jaringan plasenta dan cairan amnion (chorioamnionitis)
› Pemerikasaan vagina yang sering selama kehamilan
20
Late-onset neonatal sepsis
› Peralatan rumah sakit yang terkontaminasi
› Paparan obat obatan beresiko resistensi antibiotic
› Kateter pada pembuluh darah dalam waktu lama
› Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang panjang
Tanda dan Gejala
› Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:
› Bayi tampak lesu
› tidak kuat menghisap
› denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik
› gangguan pernafasan
› kejang
› jaundice (sakit kuning)
› muntah
› diare
› perut kembung
Tanda awal mungkin terbatas pada hanya satu system, seperti apnea,
takipnea dengan retraksi, atau takikardia. Manifestasi akhir sepsis meliputi
tanda-tanda edema serebral dan/ atau thrombosis, gagal napas sebagai
akibat ARDS, hipertensi pulmonal, gagal jantung, gagal ginjal, dll.
J. Penatalaksanaan
Pertahankan suhu tubuh normal bayi (rawat dalam inkubator)
Pemberian antibiotik (kombinasi ampisilin 100mg/kgBB/hari IV
dikombinasikan dengan gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari. Bila tidak ada
dapat diberikan penisilin 50.000 U/kgBB/hari dikombinasikan dengan
kloramfenikol dengan dosis tidak melebihi 50mg/kgBB/hari)
Injeksi vit K1 1mg intramuskular dosis tunggal
Makanan parenteral
Pemberian cairan21
› IVFD dekstrose 7 ½% atau 10% 500cc dalam NaCl 15% 6 cc
dengan jumlah sesuai kebutuhan bayi
› Bila ada tanda dehidrasi à atasi dehidrasi
› Jika ada asidosis à berikan dekstrose dan Bicnat (4:1) sampai
secara klinis tidak ada tanda asidosis
› Bia dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis dapat dikoreksi
langsung dengan pemberian Bicnat 4,2% secara perlahan-lahan
› Bila belum bisa makan peroral beri larutan asam amino
2-3g/kgBB/hari
› Bila sudah bisa makan peroral beri ASI atau susu formula
Pengobatan suportif
› Oksigen intranasal (30-40 % dengan kelembaban udara > 75%)1-2
liter/menit bila sianosis
› Bila ada apnu disertai bradikardi dan sianosis lebih dari 2 episode
sehari -> cari etiologinya yaitu hipoglikemia, hiponatremia dll à
dapat dipertimbangkan pemberian pernafasan mekanik
Monitoring
Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU
K. Prognosis
Pneumonia : baik. Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %.
Sepsis neonatorum : Baik jika terdiagnosis dan terapi lebih dini.
Kerusakan neurologis dapar terjadi 15-30 % dari bayi yang mengalami
septic meningitis
L. Komplikasi
a. Bronkopneumoni : Empyema, pleuritis, abses paru, bronkiektasis,
otitis media akut
b. Sepsis neonatorum : Meningitis yang dapat menjadi hidrosepalus,
periventricular leukomalacia
22
M. Kompetensi Dokter Umum
3B Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat
memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis
yang relevan (kasus gawat darurat).
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis Fisis pada Anak, penyunting Corry S Matondang, ISkandar Wahidiyat,
Sugindo sastroasmoro. Jakarta: PT Sagung Seto, 2000
Dorland, W. A. Newman.. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:
EGC
23
Staf pengajar IKA.1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Infomedika
Wahab, A.Samik dkk (Ed). 1999. Ilmu Kesehatan Anak/Nelson vol 1 edisi 15.
Jakarta: EGC
-----. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehtan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardo
24