PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM …thesis.binus.ac.id/doc/RingkasanInd/2011-2-01549-DS...

14
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK PERJALANAN PULANG Soepanto Kurniawan University of Bina Nusantara, School of Design, Visual Communication Design, Animation Program, Jalan K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan / Palmerah, Jakarta Barat 11480, 021 534 5830, 021 535 0660 / 021 530 0244, [email protected] Soepanto Kurniawan, Satrya Mahardhika, S.T., M.Mult, Tunjung Riyadi, S.Sn. ABSTRACT The research objective is to obtain enough data to make a short animated film with three- dimensional techniques with the theme of typical fauna of Indonesia, in particular the status of slow loris primates are currently endangered. The method used is to conduct a survey of the intended targets, and to find a good reference data from the internet, books, and articles related to the theme carried. The result achieved is an audio visual design of three-dimensional animated short films titled Way Back Home, which trying to awaken and invite every one to open their eyes and heart to raise awareness for the problem of animal crisis that is happening around us. Conclusions that can be drawn is without us knowing, there are many species of fauna threatened the continuity of their generations out there, all primarily as a result of illegal hunting by humans themselves. As one example of the endemic fauna of Indonesia which is now put in the status of endangered is slow loris primates. At the same time there are still many people who are not familiar with the issue of faunal crisis that is going on around us, and still very few medias that inform such a big issue, but instead, media like animation spectacle that contains a message about "save the animals" would be a good tool in the information for the community. Keyword: Animation, travel, home, slow loris, fauna. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data yang cukup dalam membuat sebuah film animasi pendek dengan teknik 3 dimensi yang bertemakan fauna khas Indonesia, khususnya status primata kukang yang saat ini terancam punah. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan survey terhadap target yang dituju, serta mencari data referensi baik dari internet, buku-buku, maupun artikel yang berkaitan dengan tema yang diusung. Hasil yang dicapai adalah sebuah perancangan audio visual film animasi pendek 3 dimensi berjudul Perjalanan Pulang, yang berusaha menyadarkan serta mengajak setiap individu untuk membuka mata dan hati meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah krisis fauna yang tengah terjadi di sekitar kita. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tanpa kita sadari di luar sana banyak spesies fauna terancam kelangsungan generasinya, semua terutama sebagai akibat dari perburuan liar yang dilakukan oleh manusia sendiri. Sebagai salah satu contoh fauna endemik Indonesia yang

Transcript of PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM …thesis.binus.ac.id/doc/RingkasanInd/2011-2-01549-DS...

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK PERJALANAN PULANG

Soepanto Kurniawan

University of Bina Nusantara, School of Design, Visual Communication Design, Animation Program, Jalan K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan / Palmerah, Jakarta Barat 11480, 021 534 5830, 021 535 0660 / 021

530 0244, [email protected] Soepanto Kurniawan, Satrya Mahardhika, S.T., M.Mult, Tunjung Riyadi, S.Sn.

ABSTRACT

The research objective is to obtain enough data to make a short animated film with three-dimensional techniques with the theme of typical fauna of Indonesia, in particular the status of slow loris primates are currently endangered. The method used is to conduct a survey of the intended targets, and to find a good reference data from the internet, books, and articles related to the theme carried. The result achieved is an audio visual design of three-dimensional animated short films titled Way Back Home, which trying to awaken and invite every one to open their eyes and heart to raise awareness for the problem of animal crisis that is happening around us. Conclusions that can be drawn is without us knowing, there are many species of fauna threatened the continuity of their generations out there, all primarily as a result of illegal hunting by humans themselves. As one example of the endemic fauna of Indonesia which is now put in the status of endangered is slow loris primates. At the same time there are still many people who are not familiar with the issue of faunal crisis that is going on around us, and still very few medias that inform such a big issue, but instead, media like animation spectacle that contains a message about "save the animals" would be a good tool in the information for the community. Keyword: Animation, travel, home, slow loris, fauna.

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data yang cukup dalam membuat sebuah film animasi pendek dengan teknik 3 dimensi yang bertemakan fauna khas Indonesia, khususnya status primata kukang yang saat ini terancam punah. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan survey terhadap target yang dituju, serta mencari data referensi baik dari internet, buku-buku, maupun artikel yang berkaitan dengan tema yang diusung. Hasil yang dicapai adalah sebuah perancangan audio visual film animasi pendek 3 dimensi berjudul Perjalanan Pulang, yang berusaha menyadarkan serta mengajak setiap individu untuk membuka mata dan hati meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah krisis fauna yang tengah terjadi di sekitar kita. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tanpa kita sadari di luar sana banyak spesies fauna terancam kelangsungan generasinya, semua terutama sebagai akibat dari perburuan liar yang dilakukan oleh manusia sendiri. Sebagai salah satu contoh fauna endemik Indonesia yang

kini tengah berada dalam status terancam punah adalah primata kukang. Bersamaan dengan itu masih sangat banyak individu yang kurang mengetahui isu krisis fauna yang tengah terjadi di sekitar kita, serta masih sangat sedikitnya media yang menginformasikan isu besar tersebut, padahal media seperti tontonan animasi yang mengandungi pesan “selamatkan binatang” akan menjadi alat penyampai informasi yang baik bagi masyarakat. Kata kunci: Animasi, perjalanan, pulang, kukang, fauna.

Pendahuluan Di dunia yang begitu luas daratan dan lautannya, terdapat begitu banyak jenis fauna yang hidup berdampingan dengan manusia, baik yang secara langsung, maupun tidak langsung. Persebaran mereka di berbagai wilayah di muka bumi menjadi bagian dari keanekaragaman hayati dan kekhasan bagi daerah tertentu. Khusus di Indonesia, tanah air kita memiliki jenis fauna yang sangat beragam, dan beberapa pulau di Indonesia pun memiliki jenis hewan endemik, seperti di papua, sulawesi, kepulauan mentawai dan sebagainya.

Seiring dengan waktu, mereka pun turut tumbuh berkembang biak bersamaan ketika kita juga tengah melaksanakan aktivitas hidup kita sebagai manusia, ada yang mati dan ada yang lahir, ada yang memangsa dan ada yang dimangsa, semua demi terciptanya keseimbangan di dalam tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi, atau yang biasa kita sebut sebagai ekosistem. Namun, bagaimana jika hidup fauna tersebut terancam oleh karena eksploitasi dan kepentingan manusia semata yang tidak bertanggung jawab, terlebih hingga terancam punahnya suatu spesies tertentu dari sebuah ekosistem. Serta tentunya dengan punahnya sebuah spesies akan menghasilkan efek domino yang berpengaruh negatif secara multidimensional.

Tanpa kita sadari di luar sana banyak spesies fauna telah terancam kelangsungan generasinya, semua terutama sebagai akibat dari perburuan liar yang dilakukan oleh manusia sendiri. Sebagai salah satu contoh fauna endemik Indonesia yang kini tengah berada dalam status terancam punah adalah primata kukang.

Berdasarkan masalah tersebut di atas, penulis berencana membuat sebuah film pendek animasi yang bertujuan menyadarkan serta mengajak setiap individu untuk membuka mata dan hati meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah krisis fauna tersebut. Sedikit dari kita yang tahu akan permasalahan ini, dengan banyaknya dukungan maka usaha untuk memerangi eksploitasi berlebih dan perburuan liar yang tak bertanggung jawab terhadap segala jenis fauna yang ada di dunia pada umumnya, dan primata kukang bersama berbagai macam fauna yang berstatus terancam punah pada khususnya dapat lebih terealisasi secara menyeluruh, serta bersamaan dengan itu kita pun dapat melestarikan kekayaan alam di Indonesia dan melawan perilaku kekerasan terhadap binatang yang belakangan marak terjadi.

Dalam perancangan film pendek animasi Perjalanan Pulang ini, penulis banyak melakukan studi pembanding, dengan mencari dan mengumpulkan beberapa referensi sebagai inspirasi. Sebab tanpa adanya referensi, penulis akan sangat kesulitan dalam menyusun suatu konsep. Umumnya referensi yang penulis ambil adalah berasal dari film-film pendek animasi personal yang banyak difavoritkan, seperti “Between Bears” karya Eran Hilleli yang menarik dalam segi gaya visual, dan “Kiwi!” karya Dony Permedi yang sangat menyentuh dari segi penceritaan, meskipun dieksekusi tanpa menggunakan dialog sedikitpun.

Selanjutnya penulis sedikit membahas mengenai gaya visual yang dianut dalam sebuah film animasi pendek karya Eran Hilleli berjudul “Between Bears”. Sebuah karya luar biasa indah, dengan cerita abstrak, yang menunjukkan efektifitas dari pemanfaatan bentuk, warna, dan komposisi. Hampir setiap frame adalah ilustrasi bergerak. Gayanya yang dominan menggunakan bentuk geometris menghasilkan kesederhanaan grafis yang membuat bahasa visual dari film itu anggun dan bersahaja. Komposisi lanskap yang indah memanjakan pandangan mata tiap audiens, ruang negatif membantu untuk membangun rasa yang jelas mengenai kesendirian, keterpurukan, emosi dari tiap karakter. Bersamaan dengan itu, melalui permainan warna analog, keindahan grafis dari film semakin terasa dan menciptakan mood kesenduan.

Kemudian penulis membahas tata artistik dalam beberapa film animasi yang ada, misal pada film “Open Season”, terdapat adegan perburuan yang dilakukan manusia terhadap binatang, teknik pengoperasian kamera banyak memanfaatkan shoot-shoot close up guna menekankan objek maupun subjek tertentu. Bersamaan dengan itu, lagu latar pun berubah menyesuaikan adegan, misal masih dengan adegan perburuan, maka lagu bernuansa mendebarkan dengan tempo lebih cepat. Sebaliknya dalam adegan yang membahagiakan, maka lagu cenderung bernuansa lembut dengan tempo yang lambat. Di samping itu permainan warna juga terlibat dalam menciptakan mood yang mendukung suatu adegan, misal dalam adegan yang seram, warna cenderung memiliki saturasi yang rendah dan bernuansa gelap.

Sehingga dengan demikian rumusan masalah yang dapat disimpulkan penulis adalah bagaimana caranya secara praktis dan informatif menyampaikan informasi serta mengajak tiap individu agar sadar akan krisis fauna yang tengah terjadi di sekitar kita, khususnya primata kukang yang kini terancam punah oleh karena perburuan liar. Juga bagaimana caranya semakin melestarikan kembali kekayaan alam di Indonesia dan melawan perilaku kekerasan terhadap binatang. Dengan tujuan desain menyadarkan serta mengajak setiap individu untuk membuka mata dan hati meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah krisis fauna yang ada di sekitar kita, menginformasikan isu besar yang kurang tersampaikan melalui media yang praktis dan informatif, yaitu film animasi pendek, serta secara tidak langsung turut meningkatkan kembali pelestarian alam Indonesia dan melawan perilaku kekerasan terhadap binatang.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah dengan melakukan survey terhadap target yang dituju guna mengukur tingkat urgensi masalah melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana yang akan dijawab target, penulis juga mencari data referensi baik dari internet, buku-buku, maupun artikel yang berkaitan dengan tema yang diusung, selain itu penulis juga bertemu langsung dengan pakar dalam bidang fauna guna memperoleh data kualitatif mengenai topik. Hasil dan Bahasan Survey dilakukan dengan sistem online melalui situs survey online “SurveyMonkey”, survey diberikan kepada 100 orang responden yang berusia lebih dari 15 tahun, baik pria maupun wanita yang berdomisili di wilayah Jakarta, hal tersebut dipilih oleh penulis dengan alasan tiap individu tersebut cenderung lebih memiliki kapabilitas dalam bertindak dan menyuarakan pesan yang dibawa oleh film pendek animasi ini, sehingga memiliki kompetensi untuk menjawab pertanyaan survey dalam memenuhi relevansi data. Melalui survey tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa masih sangat banyak individu yang kurang mengetahui isu krisis fauna yang tengah terjadi di sekitar kita, tampak dari minimnya pengetahuan responden mengenai jenis fauna khas Indonesia yang telah punah, serta ketidaktahuan bahwa Kukang merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang kini terancam punah. Penulis pun mendapati bahwa memang masih sangat sedikitnya media yang menginformasikan isu besar tersebut, dengan demikian penulis berasumsi bahwa kurangnya pengetahuan individu disebabkan kurangnya informasi di media mengenai isu yang bersangkutan. Sebagian besar responden pun setuju bahwa media seperti tontonan animasi yang mengandungi pesan “selamatkan binatang” akan menjadi alat penyampai informasi yang baik bagi masyarakat dengan beberapa alasan seperti, “karena masyarakat akan lebih tertarik untuk menontonnya, dan pesan yang ingin di sampaikan akan lebih tersebar luas”, “saya pribadi lebih menyukai menyerap informasi dengan tontonan dan alur cerita yang interaktif, lebih menjelaskan dan membekas di pikiran”, “karena tontonan animasi merupakan film yang menurut saya lebih interaktif dari film yang menggunakan aktor manusia sungguhan, tontonan animasi juga cocok untuk semua umur, terutama anak-anak supaya dapat lebih menghargai lingkungan hidupnya”. Oleh karena itu penulis berencana membuat sebuah film pendek animasi yang mengangkat seekor Kukang sebagai tokoh utama, dan diharapkan individu dapat lebih sadar akan krisis fauna yang terjadi di sekitar kita dan tergerak untuk bersama-sama turut memberikan aksi nyata dalam melindungi fauna khususnya Kukang dan hewan lainnya yang terancam punah, serta pelestarian alam Indonesia. Populasi kukang di alam saat ini diperkirakan cenderung menurun yang disebabkan oleh perusakan habitat dan penangkapan yang terus berlangsung tanpa memperdulikan umur dan jenis kelamin. Penangkapan kukang yang tidak terkendali terutama untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan (pet animal). Akibatnya kukang sekarang termasuk kategori spesies terancam punah dan dilindungi Undang-undang dalam Konvensi CITES Appendix II. Kukang tergolong satwa pemakan segala (omnivora), seperti halnya dengan primata lainnya pakan utama adalah buah-buahan dan dedaunan. Namun demikian kukang di habitat aslinya, juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal dan mamalia kecil. Di Indonesia kukang sudah dilindungi sejak tahun 1973 dengan Keputusan Menteri Pertanian tanggal 14 Pebruari 1973 No. 66/ Kpts /Um/2/1973. Perlindungan ini dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang memasukan kukang dalam lampiran jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal 21 ayat 2, perdagangan dan pemeliharaan satwa dilindungi termasuk kukang adalah dilarang. Pelanggar dari ketentuan ini dapat dikenakan hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta. Dengan adanya peraturan tersebut, maka semua jenis kukang yang ada di Indonesia telah dilindungi. Sementara itu badan konservasi dunia IUCN, memasukan kukang dalam kategori Vulnerable (rentan), yang artinya memiliki peluang untuk punah 10% dalam waktu 100 tahun. Sedangkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of wild fauna and flora) memasukan kukang ke dalam apendix II. Kukang telah dilindungi oleh hukum Indonesia, sehingga perdagangannya adalah ilegal dan kriminal. Meski telah dilindungi, faktanya perdagangan kukang masih banyak terjadi. Meski demikian Polisi Kehutanan juga telah melakukan beberapa kali upaya penertiban dan penyitaan kukang yang diperdagangkan. Berdasarkan suvey dan monitoring yang dilakukan ProFauna sejak tahun 2000 hingga 2006, diperkirakan setiap tahunnya ada sekitar 6000 hingga 7000 ekor kukang yang ditangkap dari alam di

wilayah Indonesia untuk diperdagangkan. Ini menjadi ancaman serius bagi kelestarian kukang di alam, mengingat perkembangbiakan kukang cukup lambat, yaitu hanya bisa melahirkan seekor anak dalam satu tahun setengah. Permasalahan lain adalah belum adanya data ilmiah yang pasti mengenai populasi liar kukang di alam. Kukang yang aktif di malam hari dengan pergerakannya yang lambat membuat sangat sulit untuk menemui kukang di alam. Anehnya para penangkap kukang dengan mudah bisa menemukan kukang di alam. Dikuatirkan tanpa disadari populasi kukang di alam akan turun drastis akibat penangkapan untuk diperdagangkan. Meski kukang telah dilindungi, namun upaya penegakan hukumnya mesti ditingkatkan. Perlindungan di tingkat internasional yang lebih ketat dengan memasukan kukang ke dalam apendix I CITES akan membantyu kukang untuk tetap lestari. Karena kukang telah dilindungi oleh undang-undang Republik Indonesia, maka sudah sepatutnya pemerintah Indonesia juga mendukung upaya menaikan status kukang untuk masuk dalam apendix I CITES. Dengan demikian perdagangan internasional kukang tidak akan boleh lagi hasil penangkapan dari alam.

Craftsmanship Style merupakan gaya berkarya seseorang dalam seni, bila berbicara gaya dalam desain, maka akan banyak sekali pecahannya, jangan dibingungkan dengan gaya gambar, itu sesuatu yang berbeda, penulis hanya menekankan gaya desain dalam animasi, bukan gaya gambar dalam animasi. Gaya biasanya berhubungan erat dengan teknik dan proses pembuatannya, dengan menggunakan teknik tersebut akan muncul gaya tersebut pula. Penulis memanfaatkan penerapan gaya yang sederhana / simplicity dalam desainnya, simplicity adalah desain yang mengutamakan fokus dan simpel, untuk mencapai tingkatan elegan yang dibutuhkan, simplicity disebut juga dengan nama minimalis atau juga basic. Shape dan form yang digunakan dalam komposisi juga cenderung yang sederhana guna kenyamanan mata untuk melihat lebih rileks. Mengutamakan shape dan form yang geometris yaitu berupa garis lurus, garis lengkung, titik, kotak, bulat, kubus, segitiga, kerucut, piramida, dan bentuk-bentuk sederhana lainnya, dan cenderung terjadinya pengulangan (repetition) untuk mendapatkan penekanan. Berguna untuk diterapkan pada bangunan, alat-alat, transportasi, dan kostum suatu karakter.

Warna juga memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Warna dapat merubah persepsi, cara berpikir, merubah tindakan dan menyebabkan sebuah reaksi seseorang. Warna dapat menyebabkan mata kita terganggu, merasa nyaman, menaikkan tekanan darah bahkan dapat menambah nafsu makan. Warna juga dapat menyampaikan sesuatu pesan. Makanya tidak mudah menerapkan suatu skema warna ke dalam desain kita. Bukan berarti kia suka lantas kita gunakan warna tersebut tanpa memperhatikan aspek psikologis sebuah warna seperti yang telah disebut sebelumnya. Kita harus paham pesan yang disampaikan oleh masing-masing warna dan harus cocok dengan media dan suasana yang akan kita presentasikan ke audiens. Warna analog merupakan kombinasi dari warna-warna terdekat dalam lingkaran warna. Misal: warna merah akan serasi dengan warna oranye, dan warna oranye akan terlihat harmonis dengan warna kuning. Begitu juga apabila kuning dipadukan dengan hijau atau jika biru dipadukan dengan ungu, dan ungu jika dikombinasikan dengan pink.

Perjalanan Pulang merupakan film animasi pendek yang mengangkat sebuah kisah mengenai seekor kukang kecil yang menjadi korban dari perburuan liar tak bertanggung jawab yang dilakukan oleh manusia, oleh karena film animasi pendek ini dibuat tanpa percakapan maupun narasi, maka penceritaannya sangat bergantung dan didominasi oleh efek pewarnaan pada visualnya guna menciptakan mood tertentu, maka lingkup proyek akan memanfaatkan teknologi 3D animasi dipadu dengan teknik compositing dan beberapa elemen 2D dalam pencapaian visual animasi. Penulis juga menerapkan disiplin ilmu Desain Komunikasi Visual, sinematografi, dan audio visual guna mendukung serta merealisasikan konsep yang ada. Target primer dari film pendek animasi Perjalanan Pulang ini adalah setiap individu, baik pria maupun wanita yang berusia di atas 17 tahun, oleh karena para individu tersebut cenderung lebih memiliki kapabilitas dalam bertindak dan menyuarakan pesan yang dibawa oleh film pendek animasi ini. Target sekunder dari film pendek animasi Perjalanan Pulang ini adalah setiap individu, baik pria maupun wanita yang berusia 11 hingga 17 tahun, oleh karena para individu tersebut normalnya masih dalam masa sekolah, dan diharapkan dapat menyadarkan generasi muda akan krisis fauna yang tengah terjadi di sekitar kita.

Masalah yang akan dikomunikasikan adalah tentang hidup fauna yang terancam oleh karena eksploitasi dan kepentingan manusia semata yang tidak bertanggung jawab, semua terutama sebagai akibat dari perburuan liar yang dilakukan oleh manusia sendiri. Sebagai salah satu contoh fauna endemik Indonesia yang kini tengah berada dalam status terancam punah adalah primata kukang. Oleh karena itu, penulis berencana membuat sebuah film pendek animasi yang bertujuan menyadarkan serta mengajak setiap individu untuk membuka mata dan hati meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah krisis fauna tersebut.

Pendekatan komunikasi yang diambil penulis dalam merancang film animasi pendek Perjalanan Pulang ini adalah, pendekatan rasional, yang dimaksudkan melalui visual dari film animasi pendek ini, diharapkan target audiens mengetahui bahwa banyak terjadi perburuan liar yang dilakukan oleh manusia sendiri, yang mengancam eksistensi kehidupan primata kukang, yang merupakan fauna khas Indonesia. Serta pendekatan emosional, yang dimaksudkan melalui cerita film animasi pendek ini, diharapkan dapat

menumbuhkan rasa peduli dan kasih sayang target audiens terhadap kehidupan fauna di sekitar kita, khususnya primata kukang.

Yang membedakan dan menjadi nilai inovasi karya ini adalah perancangan film animasi pendek Perjalanan Pulang ini bukan sekedar tontonan hiburan semata, namun membawa misi besar di dalam pesan yang ingin disampaikannya kepada para audiens. Premis dari film animasi pendek Perjalanan Pulang ini adalah tentang status kehidupan primata kukang yang merupakan fauna khas Indonesia yang terancam punah, terutama oleh karena ulah manusia sendiri. Khusus untuk cerita film ini sendiri mengenai seekor anak kukang yang berharap dapat bertemu dan berkumpul kembali dengan sang ibu yang telah mati ditembak pemburu. Judul yang digunakan penulis dalam film animasi pendek ini adalah Perjalanan Pulang, penulis memakai judul tersebut dengan tujuan menyiratkan kisah sang anak kukang selaku tokoh utama yang telah teraniaya oleh karena kekejaman manusia, di mana ibu dari anak kukang tewas ditembak menyisakan dirinya yang berhasil lari dalam kondisi terluka, namun nasib turut berkata lain dalam perjalanannya tanpa sang ibu. Sinopsis film animasi pendek ini bercerita tentang seekor anak kukang berhasil menyelamatkan diri dari hutan di mana ibu dari sang kukang tewas ditembak oleh para pemburu liar. Dalam kondisi yang terluka sang anak kukang berlari tanpa memiliki tujuan, ia pun sampai di tepi sebuah sungai, bermaksud beristirahat sejenak dalam sebuah perahu kecil milik nelayan, angin mendorong perahu hingga tali penahannya terputus, ia pun terbawa mengikuti arus sungai entah kemana, hingga kemudian nasib kembali berkata lain dalam perjalanannya tanpa sang ibu.

Film animasi pendek Perjalanan Pulang ini diceritakan tanpa menggunakan percakapan maupun narasi, murni hanya secara visual, dengan tujuan menyederhanakan penceritaan sehingga dapat dikonsumsi oleh siapa saja.

Film animasi pendek Perjalanan Pulang ini akan dibuat dengan memanfaatkan teknologi 3D animasi yang juga dipadu dengan beberapa elemen 2D melalui teknik compositing dalam pencapaian visual animasi (misalnya latar belakang dan latar depan). Bentuk geometris sederhana pada karakter dan lingkungan, serta prinsip desain negative space akan menjadi gaya visual yang dominan di dalam film ini, dengan tujuan menciptakan kesederhanaan grafis yang menonjolkan rasa anggun dan bersahaja pada film, di samping itu pencapaian kesederhanaan mendorong penikmat untuk menatap lama dan tidak merasa jenuh. Sinematografi serta gaya gerak dalam film animasi pendek Perjalanan Pulang ini menggunakan pola campuran, yaitu dengan perpaduan gerakan cepat dan perlahan untuk penekanan adegan yang tengah berlangsung, termasuk ketika panning, zooming, dan sebagainya. Pengambilan sudut-sudut gambar dilakukan secara sederhana, sementara pada beberapa bagian, kamera akan sedikit diberi efek goyangan, agar lebih terlihat dinamis dan hidup. Oleh karena film animasi pendek Perjalanan Pulang ini tidak menggunakan percakapan dan narasi, maka permainan warna menjadi salah satu isu terpenting guna menciptakan mood dan menyampaikan pesan. Dalam hal ini, penulis memanfaatkan kombinasi warna analog yang merupakan kombinasi dari warna-warna terdekat dalam lingkaran warna, yang kemudian turut diolah dengan saturasi yang rendah. Melalui harmonisasi antar warna, keindahan grafis dari film akan semakin terasa dan menciptakan mood sesuai adegannya.

Karakter-karakter yang terdapat dalam film animasi pendek Perjalanan Pulang ini dibuat dalam bentuk geometris sederhana sesuai dengan tujuan dalam gaya visual yang diterapkan penulis. Menurut penulis, di dalam animasi, karakter sederhana yang bergaya dan menarik memiliki lebih banyak keunggulan daripada karakter yang terlihat sangat realistis, keunggulan-keunggulan tersebut tampak dalam faktor efektivitas fungsinya, efisiensi kerja, dan sebagainya. Berikut karakter-karakter yang ada:

Gambar 1 3D Model Anak Kukang

Gambar 2 Character Profile Anak Kukang

Gambar 3 Gestures & Expressions Anak Kukang

Gambar 4 3D Model Ibu Kukang

Gambar 5 Character Profile Ibu Kukang

Gambar 6 Gestures & Expressions Ibu Kukang

Gambar 7 3D Model Pemburu 1

Gambar 8 Character Profile Pemburu 1

Gambar 9 Gestures Pemburu 1

Gambar 10 3D Model Pemburu 2

Gambar 11 Character Profile Pemburu 2

Gambar 12 Gestures Pemburu 2

Environment atau lingkungan yang terdapat dalam film animasi pendek Perjalanan Pulang ini dibuat dalam bentuk geometris sederhana pula. Penggunaan shape dan form yang sederhana tersebut berguna pada kenyamanan mata audiens agar dapat lebih rileks melihat. Secara dominan komposisi environment akan banyak memanfaatkan prinsip desain negative space dengan tujuan agar objek atau karakter yang ada menjadi lebih fokus dan menonjol, serta membantu untuk membangun rasa yang jelas mengenai kesendirian, keterpurukan, emosi objek atau karakter dalam adegan. Berikut hasil environment yang dipakai:

Gambar 13 3D Model Environment Sungai

Gambar 14 3D Model Environment Laut

Gambar 15 3D Model Environment Kapal

Berdasarkan analisa dan pertimbangan data yang diperoleh dari target audiens, guna memperoleh hasil yang maksimal, maka media utama yang akan digunakan untuk film animasi pendek Perjalanan Pulang ini adalah DVD video dengan frame rate 25 fps, dan aspek rasio 16:9. Adapun media lainnya yang turut mendukung media utama adalah cover DVD untuk media utama, label DVD, poster film, banner, pin. Berikut media promosi yang ada:

Gambar 16 Cover DVD

Gambar 17 Label DVD

Gambar 18 Poster Film

Gambar 19 Banner

Gambar 20 Pin Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa tanpa kita sadari di luar sana banyak spesies fauna telah terancam kelangsungan generasinya, semua terutama sebagai akibat dari perburuan liar yang dilakukan oleh manusia sendiri. Sebagai salah satu contoh fauna endemik Indonesia yang kini tengah berada dalam status terancam punah adalah primata kukang. Bersamaan dengan itu masih sangat banyak individu yang kurang mengetahui isu krisis fauna yang tengah terjadi di sekitar kita, tampak dari minimnya pengetahuan responden dalam survey yang dilakukan penulis mengenai jenis fauna khas Indonesia yang telah punah, serta ketidaktahuan bahwa Kukang merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang kini terancam punah. Penulis pun mendapati bahwa memang masih sangat sedikitnya media yang menginformasikan isu besar tersebut, dengan demikian penulis berasumsi bahwa kurangnya pengetahuan individu disebabkan kurangnya informasi di media mengenai isu yang bersangkutan, padahal media seperti tontonan animasi yang mengandungi pesan “selamatkan binatang” akan menjadi alat penyampai informasi yang baik bagi masyarakat. Penulis pun menyarankan kepada setiap khalayak agar lebih bersadar membuka mata dan hati meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah krisis fauna tersebut. Sedikit dari kita yang tahu akan permasalahan ini, dengan banyaknya dukungan maka usaha untuk memerangi eksploitasi berlebih dan perburuan liar yang tak bertanggung jawab terhadap segala jenis fauna yang ada di dunia pada umumnya, dan primata kukang bersama berbagai macam fauna yang berstatus terancam punah pada khususnya dapat lebih terealisasi secara menyeluruh, serta bersamaan dengan itu kita pun dapat melestarikan kekayaan alam di Indonesia dan melawan perilaku kekerasan terhadap binatang yang belakangan marak terjadi. Referensi Anonim. (2011). Jejak Waktu Animasi Dunia. Chip, Spesial 3D Animation, 26-31. Gumelar, M. S. (2011). 2D Animation Hybrid Technique Book A. Jakarta: PT Indeks. Indonesia, Yayasan IAR. (2011). The Slow Loris in Indonesia: The Rise in Illegal Wildlife Trade. Bogor:

Yayasan IAR Indonesia. Kadek, Ardyansah, Mahardhika, Satrya, Ardian, Iyan. (2011). Desain Karakter: Dari Sketsa Pensil Hingga

Model 3D. Chip, Spesial 3D Animation, 20-24. Syamsuddin, Deddy. (2011). Komoditas Animasi dalam Produk Digital Konten di Indonesia. Chip, Spesial

3D Animation, 98-101. Anonim, 2007, The Psychology of Forms, http://www.design-skills.org/the_psychology_

of_forms.html#backtotop

Anonim, 2009, Mengenali Ciri-Ciri Kukang Yuk!!, http://asmanadi.blogspot.com/2009/06/ mengenali-ciri-ciri-kukang-yuk.html

Anonim, 2009, Pengertian Hutan, http://radonkey.blogspot.com/2009/07/pengertian-hutan.html Anonim, 2010, Pengertian Ekosistem, http://id.shvoong.com/exact-sciences/1994847 pengertian-ekosistem/ Anonim, 2010, Sejarah Animasi, http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/sejarah-animasi-4/ Anonim, 2011, 5 Hal Penting Terkait Warna pada Desain Grafis, http://www.desainstudio.com/ 2010/05/5-

hal-penting-terkait-warna-pada-desain.html Anonim, 2011, Art Direction, http://dragnflyanimation.blogspot.com/2011/05/art-direction.html Anonim, 2011, Pengertian Sinematografi dan Penjelasannya, http://itcentergarut.blogspot.com/

2011/08/pengertian-sinematografi-dan.html Anonim, 2011, Primata, http://id.merbabu.com/fauna/primata.html Anonim, 2011, Sejarah Animasi, http://sejarah.info/2011/11/sejarah-animasi.html Anonim, 2011, Sejarah dan Prinsip Animasi, http://www.ideanimasi.com/2011/08/14/ sejarah dan-prinsip-

animasi/ Anonim, 2012, Asal Mula Film Animasi – Film Kartun dan Teknik Pembuatannya,

http://www.armhando.com/2012/02/asal-mula-film-animasi-film-kartun-dan.html Anonim, 2012, Penyebab Aktivitas Perburuan Binatang Menjadi Ilegal,

http://www.anakunhas.com/2012/01/penyebab-aktivitas-perburuan-binatang-menjadi-ilegal.html Anonim, 2012, Sinematografi, http://id.wikipedia.org/wiki/Sinematografi Anonim, 2012, Sound effect, http://en.wikipedia.org/wiki/Sound_effect Jieang, Radenmas, 2011, Pengertian Kepunahan, http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/ 2231409-

pengertian-kepunahan/ Lori, Brandon, 2010, Eran Hilleli: “Between Bears”, http://motionographer.com/2010/08/05/ eran-hilleli-

between-bears/ Mepow, 2009, Kukang dan Kehidupannya, http://mepow.wordpress.com/2009/05/20/kukang dan-

kehidupannya-by-request/ Nursahid, Rosek, Purnama, Asep R, 2007, Perdagangan Kukang (Nycticebus coucang) di Indonesia,

http://www.profauna.org/content/id/berita/2007/perdagangan_kukang_ nycticebus_coucang_di_indonesia.html

Pasaribu, Mulyadi, 2010, Kukang – (Nycticebus caucang) – Slow Loris, http://adieska.net/ category/lingkungan

Pitoyo, Agus, 2009, Jenis-Jenis Animasi, http://raispictures.com/main/index.php?option= com_content&task=view&id=41&Itemid=26

Pitoyo, Agus, 2009, Sekilas Tentang Animasi Indonesia, http://raispictures.com/main/index. php?option=com_content&task=view&id=45&Itemid=26

Pitoyo, Agus, 2009, Tekhnik Film Animasi, http://raispictures.com/main/index.php?option= com_content&task=view&id=39&Itemid=26

Priyatmono, Dody, 2011, Prinsip Animasi, http://dodyandanimation.wordpress.com/2011/03/26/ prinsip-animasi-2-2/

Wijanarko, Lizard, 2009, Unsur, Definisi, Prinsip dan Istilah DKV, http://www.ahlidesain.com/ unsur-definisi-prinsip-dan-istilah-dkv.html

Riwayat Penulis Soepanto Kurniawan lahir di kota Pekanbaru pada tanggal 14 Oktober 1987. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual Program Animasi pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai Freelance 3D Generalist Artist di Polargate Studio, Jakarta.