KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

18
KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A. Savitri Staf Pengajar Desain Interior, Universitas Bina Nusantara Email: [email protected] Abstract Preanger Hotel and Savoy Homann Hotel in Bandung, are two historical building that has established since long time ago. They were historical Dutch heritage building that interesting as a research object, where these hotels are the first hotel in Bandung city. Historically, this hotel was originally owned and run by a Germany family, Homann. Hotel Savoy Homan then reconstructed to Neogothik Romantik style that was popular at the time. Furthermore, in the year 1937-1939 a Dutch architect A.F. Aalbers was assigned to redesign and brought the Art Deco style. During his trip, the hotel had a chance to witness history in the important events of Asian and African Conference that held in Bandung in 1955. As the overview of the history of Grand Hotel Preanger, which is located on Jl. Asia Afrika 81, Bandung. This hotel is built in the early 1884. In 1929 the hotel's style was Indische Empire Stijl then renovated and redesigned in 1929 by C.P. Wolff Schoemaker and by his student assisted, Ir. Soekarno (former first President of Indonesia) to be in Art Deco style. In this research, documentation, which hope will be useful and utilized for anyone in need. The data will be grouped based on the history, the development of the style and the characteristic style that is consistent their conservation process. The research objective is to analyzed their conservation and preservation of the Art Deco style that is the hallmark of the Savoy Homan hotel and Preanger Hotel. It has been quite successful conservation efforts in preserving historic buildings in Indonesia, through documentation and study of the interior elements and architecture can be generated complete documentation on the historic building. Keywords: Historic Building Conservation, Art Deco Abstrak Bangunan Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann di kota Bandung, sebagai bangunan bersejarah yang telah berdiri dari tahun. Salah satu bangunan bersejarah warisan Belanda yang menarik untuk dijadikan objek penelitian, yang mana hotel ini merupakan hotel pertama di kota Bandung. Dalam sejarahnya, hotel ini pada awalnya dimiliki dan dijalankan oleh keluarga asal Jerman, Homann. Hotel Savoy Homann kemudian direkonstruksi ke gaya Neogothik Romantik yang sedang populer kala itu. Selanjutnya di tahun 1937- 1939 seorang arsitek Belanda A.F. Aalbers ditugaskan mendesain ulang dengan mengusung gaya Art Deco. Selama perjalanannya, hotel ini sempat menjadi saksi sejarah dalam peristiwa penting Konferensi Asia dan Afrika yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955. Sekilas sejarah Grand Hotel Preanger, yang berlokasi di kawasan Jl. Asia Afrika No.81, Bandung. Hotel ini 83 Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Transcript of KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Page 1: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTABANDUNG (Studi Kasus: Hotel Preanger dan

Hotel Savoy Homann)

Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A. Savitri

Staf Pengajar Desain Interior, Universitas Bina Nusantara

Email: [email protected]

Abstract

Preanger Hotel and Savoy Homann Hotel in Bandung, are two historical building that

has established since long time ago. They were historical Dutch heritage building that

interesting as a research object, where these hotels are the first hotel in Bandung city.

Historically, this hotel was originally owned and run by a Germany family, Homann.

Hotel Savoy Homan then reconstructed to Neogothik Romantik style that was popular

at the time. Furthermore, in the year 1937-1939 a Dutch architect A.F. Aalbers was

assigned to redesign and brought the Art Deco style. During his trip, the hotel had a

chance to witness history in the important events of Asian and African Conference

that held in Bandung in 1955. As the overview of the history of Grand Hotel Preanger,

which is located on Jl. Asia Afrika 81, Bandung. This hotel is built in the early 1884. In

1929 the hotel's style was Indische Empire Stijl then renovated and redesigned in 1929

by C.P. Wolff Schoemaker and by his student assisted, Ir. Soekarno (former first

President of Indonesia) to be in Art Deco style. In this research, documentation, which

hope will be useful and utilized for anyone in need. The data will be grouped based on

the history, the development of the style and the characteristic style that is consistent

their conservation process. The research objective is to analyzed their conservation and

preservation of the Art Deco style that is the hallmark of the Savoy Homan hotel and

Preanger Hotel. It has been quite successful conservation efforts in preserving historic

buildings in Indonesia, through documentation and study of the interior elements and

architecture can be generated complete documentation on the historic building.

Keywords: Historic Building Conservation, Art Deco

Abstrak

Bangunan Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann di kota Bandung, sebagai

bangunan bersejarah yang telah berdiri dari tahun. Salah satu bangunan

bersejarah warisan Belanda yang menarik untuk dijadikan objek penelitian,

yang mana hotel ini merupakan hotel pertama di kota Bandung. Dalam

sejarahnya, hotel ini pada awalnya dimiliki dan dijalankan oleh keluarga asal

Jerman, Homann. Hotel Savoy Homann kemudian direkonstruksi ke gaya

Neogothik Romantik yang sedang populer kala itu. Selanjutnya di tahun 1937-

1939 seorang arsitek Belanda A.F. Aalbers ditugaskan mendesain ulang

dengan mengusung gaya Art Deco. Selama perjalanannya, hotel ini sempat

menjadi saksi sejarah dalam peristiwa penting Konferensi Asia dan Afrika

yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955. Sekilas sejarah Grand Hotel

Preanger, yang berlokasi di kawasan Jl. Asia Afrika No.81, Bandung. Hotel ini

83

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 2: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

pada masa awalnya di tahun 1884. Pada tahun 1929 hotel yang bergaya

Indische Empire Stijl ini kemudian direnovasi dan didesain ulang pada tahun

1929 oleh C.P. Wolf Schoemaker dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno (mantan

Presiden RI-1) dengan gaya Art Deco. Dalam penelitian ini dilakukan

pendokumentasian, yang diharapkan dapat dimanfaatkan bagi siapa saja

yang memerlukan. Data akan dikelompokan berdasarkan sejarahnya,

berkembangnya gaya tersebut dan karakteristik gaya yang ada sejalan dengan

proses konservasi yang dilakukan oleh kedua hotel tersebut. Tujuan

penelitian adalah untuk mengalisa upaya konservasi dan pelestarian gaya Art

Deco yang merupakan ciri khas pada hotel Savoy Homann dan Preanger. Pada

akhirnya diharapkan upaya konservasi yang berhasil dalam melestarikan

bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia, melalui pendokumentasian

dan melakukan studi terhadap elemen-elemen interior dan arsitektur dapat

dihasilkan dokumentasi lengkap mengenai bangunan bersejarah tersebut.

Kata kunci: bangunan bersejarah, konservasi, art deco

Pendahuluan

Indonesia memiliki peninggalan berupa bangunan bersejarah yang sangat

beragam di seluruh wilayahnya. Bangunan peninggalan era pendudukan Belanda

di Indonesia, dapat dikategorikan sebagai bangunan bersejarah. Bangunan yang

banyak didirikan pada awal abad ke 20 merupakan aset nasional bangsa Indonesia

yang perlu dilestarikan. Bangunan bersejarah yang tergolong cukup berhasil

dalam hal pelestariannya, antara lain Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger di

kota Bandung. Kedua bangunan tersebut merupakan hotel heritage berbintang dan

masih dioperasikan dengan baik sampai kini. Keberagaman budaya bangsa yang

terdiri dari berbagai macam suku dan budaya merupakan kekayaan tersendiri dan

menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Tentu saja kebudayaan ini tidak

terbentuk dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh kebudayaan besar

lainnya yang datang ke wilayah Nusantara. Antara lain Kebudayaan Barat seperti

Portugis, Inggris, Belanda yang masuk ke Indonesia lewat perdagangan maupun

pendudukannya di Indonesia. Kebudayaan dari Timur, seperti dari India dan Arab

mereka memasuki wilayah Nusantara antara lain lewat perdagangan dan

penyebaran agama. Kebudayaan-kebudayaan ini melebur menjadi satu dengan

kebudayaan asli Nusantara, menjadi kebudayaan Indonesia.

Bangunan bersejarah memiliki banyak cerita bersejarah yang terkandung di

dalamnya, banyak kisah maupun detail-detail arsitektur ataupun interior yang

dapat dipelajari dan dibagikan kepada generasi muda. Bangunan bersejarah di

Indonesia, sebagian besar dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda yang sempat

berdiam di Nusantara selama tiga setengah abad. Oleh sebab itu, bangunan

bergaya Kolonial atau sering juga disebut bangunan Indis sangatlah penting untuk

dilestarikan.

84

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 3: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Arsitektur Indis, berasal dari kata ”Indis” berasal dari bahasa Belanda

“Nederlandsch Indie”atau Hindia Belanda yaitu nama daerah jajahan Belanda

diseberang lautan yang secara geografis meliputi jajahan di kepulauan yang

disebut Nerlandsch Oost Indie. Bentuk bangunan rumah tempat tinggal para pejabat

pemerintah Belanda yang memiliki ciri-ciri perpaduan antara bentuk bangunan

Belanda dan rumah tradisional, yang oleh Berlage disebut dengan istilah Indo

Europeesche Bouwkunst, Van de Wall menyebutnya dengan istilah Indische Huizen

(Sukawi, 2009).

Kota awal Indonesia disebut memiliki struktur yang jelas mencerminkan tatanan

kosmologis dengan pola-pola sosial budaya yang dibedakan dalam dua tipe yaitu:

kota-kota pedalaman yang berciri khas tradisional religius dan kota-kota daerah

pesisir pantai yang berdasarkan kegiatan perdagangan yang kemudian dapat

berkembang menjadi kota Indis, seperti kota Indis Semarang (Soekiman

Djoko,153). Budaya Indis yang berkembang subur pada abad ke 18 sampai abad ke

19 pada awalnya berkembang dan berpusat di wilayah yang disebut dengan istilah

tanah partikelir (Particuliere-landerijen) dan di lingkungan Indische Landhuizen.

Menurut Sidarta (1997) Arsitektur Indis sebenarnya berarti arsitektur yang

dibangun selama waktu pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia antara abad

17 sampai tahun 1942 yang dipengaruhi oleh arsitektur Belanda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan elemen-elemen seni dan

budaya pada bangunan bersejarah peninggalan era Kolonial, yang pada masa

jayanya sering mengusung gaya desain Art Deco ataupun Art Nouveau. Elemen seni

ini diharapkan dapat diaplikasikan ke dalam perancangan interior sebuah ruang

publik secara benar dan tepat, sehingga dapat meningkatkan apresiasi

pengunjung terhadap seni dan budaya Indonesia. Tujuan lainnya adalah untuk

mendapatkan hasil studi banding dari beberapa bangunan konservasi bersejarah

yang dibangun di masa pemerintahan Belanda di Indonesia. Tujuan akhirnya dari

hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk usaha konservasi bangunan

bersejarah lainnya, serta dapat memperkenalkan berbagai bangunan bergaya

Kolonial dengan detail Art Deco.

Metode Penelitian

Metode yang diambil adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

historis serta interdisplin seperti antropologi, sosiologi, arsitektur dan desain.

Hasil Pembahasan

Kota Bandung sempat dijuluki sebagai kota yang menjadi laboratorium arsitektur

dunia. Hal tersebut, dilandasi dengan banyaknya aliran arsitektur dunia yang

diaplikasikan pada bangunan-bangunan yang ada di kota ini. Beberapa aliran

yang ada seperti Romantik Klasik, Indische Empire Stijl hingga aliran Art Deco

85

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 4: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

masih bisa dilihat di Bandung hingga saat ini. Berikut 5 langgam arsitektur

peninggalan Belanda di Bandung berikut contoh bangunan-bangunannya:

1. Indo-Europeeschen Architeectuur Stijl, salah satu langgam adalah “Indo-

Europeeschen Architeectuur Stijl” yang dicetuskan arsitek Belanda Dr. Hendrik

Petrus Berlage. Aliran ini memadukan gaya arsitektur modern dengan bentuk

arsitektur tradisional Indonesia.

2. De Indische Empire Stijl, gaya arsitektur Hindia Belanda abad ke-19 yang

dipopulerkan Gubernur Jendral Herman William Daendels adalah De Indische

Empire Stijl. Gaya arsitektur yang dikenal juga The Empire Style ini adalah suatu

gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis, bukan

Belanda) yang diterjemahkan secara bebas.

3. Gaya Art Deco, Art Deco hadir hampir bersamaan dengan gaya International

dimana keduanya mengutamakan bentuk-bentuk yang modern, antara lain

bentuk ber-trap, trapesium, zig-zag, geometris. Bentuk-bentuk geometris yang

dihasilkan, kadang dikaitkan dengan ritme dari music jazz (Pile, 1995, page

108). Meski banyak pendapat yang berbeda tetapi banyak orang menganggap

Art Deco sebagai bentuk modernisme yang elegan dan bergaya dipengaruhi

oleh berbagai sumber termasuk apa yang disebut seni primitive dari Afrika,

Mesir Kuno dan desain Maya dari Amerika Tengah. Pengaruh yang lebih

modern termasuk perkembangan teknologi, seperti penerbangan, penerangan

listrik, radio, kapal laut dan bangunan-bangunan pencakar langit. (Hillier,

Bevis & Stephen Escritt, 1997). Pengaruh desain yang biasanya dinyatakan

dalam difraksinasi, kristal, bentuk kubisme dekoratif dan futuristik. Art Deco

juga dapat dikenali dari penggunaan bahan buatan, seperti bahan baja

terutama besi/metal dan kaca tapi bahan lain seperti aluminium, pernis, kayu

ukir, dan lain sebagainya.

4. De Stijl, gaya De Stijl dikenal sebagai neoplasticism, adalah gerakan artistik

Belanda yang didirikan pada 1917. Secara umum, De Stijl mengusulkan

kesederhanaan dan abstraksi pokok, baik dalam arsitektur dan lukisan dengan

hanya menggunakan garis lurus horisontal dan vertikal dan bentuk-bentuk

persegi panjang.

5. Niuwe Bouwen, gaya bangunan sesudah tahun 1920-an adalah Niuwe Bouwen

yang merupakan penganut dari aliran International Style. Seperti halnya

arsitektur barat lain yang diimpor, maka penerapannya disini selalu

disesuaikan dengan iklim serta tingkat teknologi setempat. Wujud umum dari

penampilan arsitektur Niuwe Bouwen ini menurut formalnya berwarna putih,

atap datar, menggunakan gevel horizontal dan volume bangunan yang

berbentuk kubus.

86

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 5: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Gambar 1. Savoy Homann, Bandung

(Sumber: Christianto Roesli, 2016)

Savoy Homann Hotel

Hotel Savoy Homann Bidakara dan Hotel Grand Preanger terletak di lokasi yang

strategis dan bisa dikatakan merupakan pusat kota Bandung, yaitu jalan Asia

Afrika. Jalan Asia Afrika menyimpan nilai sejarah yang tinggi dan menjadi jalan

tertua di kota Bandung, dimana di salah satu titiknya menjadi titik km 0. Titik km 0

merupakan titik pertama kali jalan tersebut dibangun untuk menghubungkan

antara gudang penyimpanan hasil perkebunan dan lokasi perkebunannya sendiri.

Sejarah titik km 0 tersebut ditandai pada tahun 1810 saat Herman Willem

Daendels, Gubernur Jenderal Belanda saat itu menancapkan tongkat di pinggir

sungai Cikapundung yang berseberangan dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat

als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini,

sebuah kota telah dibangun!”). Sekarang tempat itu menjadi titik pusat atau km 0

kota Bandung yang masih ditandai dengan pengingat titik bersejarah tersebut.

Daendels membangun jalan Raya Pos, yang secara makro menghubungkan Anyer

di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa Timur dengan jarak

sekitar 1000 km untuk kelancarannya menjalankan tugasnya di Pulau Jawa. Tidak

sedikit, sekitar 30 ribu nyawa penduduk yang menjadi tebusan pembangunan

jalan tersebut karena dipaksa bekerja secara 'rodi' tanpa imbalan dan akibat

kelelahan atau diserang penyakit, terutama malaria.

Daendels mengeluarkan surat yang meminta Bupati Bandung dan sekitarnya

untuk memindahkan ibukota kabupaten dari lokasi sebelumnya yaitu Krapyak

(sekarang dikenal dengan Dayeuhkolot) ke area yang mendekati Jalan Raya Pos.

87

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 6: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Lokasi yang dipilih adalah di area tepi sungai Cikapundung dan tidak jauh dari

lokasi alun-alun Bandung. Pemindahan pusat pemerintahan ini baru selesai tahun

1812 yang ditandai dengan selesai dibangunnya Mesjid Agung dan Pendopo, dua

simbol kota di sisi Barat dan Selatan Alun-Alun.

Pada masa pembangunan kota Bandung sejak masa pemindahan ibukota

kabupaten, jalan Asia Afrika semakin mempunyai kedudukan yang penting

sebagai jalur sirkulasi perdagangan dan pengangkutan hasil perkebunan. Sebagai

bagian dari jalur Anyer-Panarukan, jalan ini memiliki signifikansi yang tinggi

sebagai sumbu penting dalam kota yang menjadi kiblat pembangunan fungsi-

fungsi yang penting dari bangunan pendukung pemerintahan, Masjid Agung

Bandung, sampai fasilitas komersial yang berkembang pesat pada masanya.

Gambar 2. Konteks kawasan penelitian di jalan Asia Afrika Bandung

(Sumber: Christianto Roesli, 2016)

Setelah kemerdekaan, jalan ini tetap menjadi salah satu jalan utama yang

menghubungkan kawasan Bandung Timur dengan Bandung Barat. Jalan ini

kembali terkenal setelah sejumlah pemimpin-pemimpin dari negara-negara Asia

paling terkenal misalnya Jawaharlal Nehru dari India, U Nu dari Burma (kini

Myanmar), dan Soekarno sendiri berjalan kaki bersama-sama menuju Gedung

Societeit Concordia untuk mengikuti Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955

yang menggagas independensi dan kebersamaan sejumlah negara-negara Dunia

Ketiga yang baru merdeka. (Sumber : Bandung Heritage). Analisa arsitektur dari

Hotel Savoy Homann pertama kali berdiri dibangun dari bambu, kemudian

direkontruksi ke gaya Neogothik Romantik yang sedang populer pada saat itu.

Hotel Savoy Homann dibangun berdasarkan "meetbrief" dari akte-akte "Eigendom"

yang tercantum dalam gambar sketsa dari Savoy Homann Hotel dengan

88

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 7: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

pemiliknya seorang warga negara Jerman bernama Mr. A. Homann. Awalnya,

pada tahun 1880 saat hotel ini masih bernama Hotel Post Road hotel ini masih

memiliki gaya arsitektur Baroque, kemudian berubah menjadi Gothic Revial pada

tahun 1883. Selanjutnya, pada tahun 1910 dibangun tambahan gedung baru.

Tahun 1938, gedung lama yang bergaya Gothic dibongkar dan diganti dengan

bangunan baru bergaya International Style. Pada tahun 1939, Albert Aalbers

ditugaskan mendesain ulang ke gaya Streamline atau gelombang samudra bergaya

Art Deco. Bangunan Hotel Homann semakin dipercantik dengan sentuhan

arsitektur bergaya Art Deco yang banyak berkembang di Eropa pada 1920-an.

Kesan mewah penginapan ini pun kian terpancar dengan pemberian hiasan

interior, jendela kaca patri, juga penggantian mebel-mebel dan kap lampu yang

semuanya berbau Art Deco. Untuk menegaskan kebesarannya, kata 'Savoy'

ditambahkan pada tahun 1940 dan tetap demikian hingga tahun 1980-an.

Kemudian dilakukan modifikasi kecil-kecilan, seperti pintu masuk yang

diperbesar, pembuatan toilet di jalan masuk, dan penambahan AC di depan. Hotel

Savoy Homann ini memiliki pekarangan dalam yang jauh dari jalan raya, sehingga

para tamu pun dapat menikmati sarapan di udara terbuka.

Pada era ini, Hotel Homann dikelola oleh Fr JA van Es, seorang pakar perhotelan

yang sebelumnya memiliki pengalaman mengelola Hotel Des Indes di Batavia. Di

bawah pengelolaan Van Es, bangunan Hotel Homann diperluas dan

dimodernisasi menjadi salah satu hotel paling terkemuka di Asia Tenggara.

Renovasi besar-besaran yang dimulai sejak Februari 1937 ini melibatkan dua orang

arsitek Belanda, yakni AF Aalbers dan R de Waal. Perluasan bangunan dilakukan

dengan mengambil tempat pada lahan pekarangan depan hotel, tepat di tepi Grote

Postweg (kini Jl. Asia Afrika). Berkat tangan dingin Aalbers dan de Waal mampu

menghadirkan ritme Arsitektur yang elok dan megah dengan memanfaatkan

garis-garis horizontal panjang yang diulang-ulang. Gedung baru yang kemudian

diberi nama Savoy tersebut akhirnya rampung pada akhir 1939. Inilah cikal bakal

bentuk bangunan Hotel Savoy Homann seperti yang ada sekarang. Namun

sayang, Perang Dunia II membawa kerusakan cukup parah pada bangunan hotel

ini. Tamu-tamu mancanegara yang berkunjung ke tempat ini menurun drastis

pada masa itu.

Pada masa selanjutnya gedung ini digunakan sebagai Wisma Palang Merah

Indonesia (1941-1945), kemudian menjadi Wisma Jepang (1945-1948), dan di tahun

1949 berfungsi sebagai hotel kembali. Ketika Konferensi Asia Afrika berlangsung

(1955) hotel ini juga dipergunakan sebagai penginapan tokoh-tokoh penting

seperti: Ir. Soekarno, Chuo En Lai, Nehru, dan lainnya. Bentuk dan gaya bangunan

yang nampak sekarang merupakan hasil karya arsitek AF. Aalbers dan R.A. De

Wall sebagai hasil pemugaran tahun 1939. Ciri Arsitektur bangunan ini adalah

89

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 8: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

International Style "Streamline" (Modern Fungsional-Art Deco Geometric). Bangunan

ini berbentuk plastis kurva linier yang didominasi oleh garis horizontal serta

dilengkapi dengan menara tunggal yang menjulang tinggi berperan sebagai

penangkap perhatian dan mencirikan arsitektur bangunan sudut.

Analisa Interior, dari hotel Savoy Homann yang termasuk dalam daftar bangunan

bersejarah di Bandung. Status cagar budaya membuat hotel ini masih

mempertahankan sebagian besar desain asli bangunannya. Di antaranya, terdapat

sebuah gedung lama di pekarangan belakang hotel yang sekarang berfungsi

sebagai kantor administrasi. Kamar-kamar yang pernah dihuni oleh Sukarno,

Nehru, dan Cho En Lai ditetapkan sebagai kamar paling mewah di hotel ini dan

diberi label Presidential Suite Room.

Gambar 3. Facade, Detail Kolom, Innercourt

(Sumber: Mila A Savitri, 2016)

Gambar 4. Corridor di area Ballroom, Kamar di Savoy Homann

(Sumber: Mila A Savitri, 2016)

90

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 9: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Gambar 5. Hotel Preanger

(Sumber: Christianto Roesli, 2016)

Hotel Grand Preanger

Sejarah Grand Hotel Preanger dimulai saat kota Bandung masih bernama

Priangan. Ketika itu para pemilik perkebunan (Priangan Planters) mulai berhasil

dalam usaha pertanian dan perkebunannya. Grand hotel Preanger pada awalnya

merupakan sebuah toko yang mensuplai kebutuhan para pemilik perkebunan

tersebut selain untuk pelancong dari luar kota maupun negeri yang datang ke kota

Bandung. Namun pada tahun 1897 setelah mengalami kebangkrutan toko ini

diubah menjadi sebuah hotel oleh W.H.C. Van Deeterkom. Hotel ini dinamai Hotel

Preanger yang diambil dari kata Priangan. Lalu pada tahun 1920 namanya berubah

lagi menjadi Hotel Grand Preanger. Kala itu hotel ini merupakan hotel yang paling

mewah dan selama lebih dari seperempat abad menjadi kebanggaan orang-orang

Belanda di Kota Bandung.

Hotel bergaya Art Deco Geometric ini dirancang ulang oleh Arsitek Profesor

Charles Prosper Wolff Schoemaker pada tahun 1929 dibantu oleh seorang

muridnya sebagai juru gambar. Murid tersebut tak lain adalah Ir. Soekarno yang

kemudian menjadi presiden pertama Indonesia. Sampai hari ini gedung ini masih

berfungsi sebagai hotel berbintang dan dikelola oleh perusahaan milik anak

bangsa. Pada saat W.H.C. Van Deeterkom pertama merubah toko di Groote

Postweg (sekarang jalan Asia Afrika Bandung) menjadi sebuah hotel, awalnya

diberi nama Hotel Thiem, yang kemudian berubah nama menjadi Hotel Preanger.

Baru pada tahun 1920 Hotel Preanger berubah nama menjadi Grand Hotel

Preanger. Sejak tahun 1957, Grand Hotel Preanger dinasionalisasi menjadi milik

negara dan pengelolaan hotel pun diambil alih dari perusahaan Belanda kepada

91

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 10: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Perusahaan Daerah Jawa Barat. Sejak saat itu Grand Hotel Preanger banyak

mengalami pergantian pengelola antara lain oleh N.V. Saut, CV. Haruman, PD.

Kertawisata hingga akhirnya pada tahun 1987 melalui proses BOT - Built Operate

Transfer - dikelola oleh PT. Bina Inti Dinamika (BID) yang sahamnya dimiliki oleh

PT. Aero Wisata (anak perusahaan PT. Garuda Indonesia) dan PT. Martel (Medco

Group), dan dioperasikan oleh Aerowisata Hotel Management (AHM).

Analisa arsitektur dari Grand Hotel Preanger yang pada awalnya merupakan

bangunan bergaya Indische Empire, akhirnya direnovasi dan didesain ulang pada

tahun 1929 oleh C.P. Wolff Schoemaker dan dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno

yang merupakan Presiden RI pertama. Setelah mengalami proses renovasi dan

desain ulang oleh mereka, bangunan hotel ini menjadi memiliki gaya arsitektur Art

Deco.

Secara keseluruhan, Hotel Preanger terdiri dari tiga bangunan, yaitu sayap Asia

Afrika setinggi dua lantai hasil desain Schoemaker, sayap Naripan, dan menara

setinggi 10 lantai yang dapat menampung 187 kamar. Meskipun sudah dilakukan

renovasi, wajah asli Preanger tak dihilangkan, baik eksterior maupun interiornya.

Terlebih, bangunan sayap Asia Afrika masih menampilkan suasana tempo dulu,

seperti pada tembok, dan keramik. Ada pula kotak surat berbahasa Belanda di

pintu masuk, hingga mesin pengering rambut (hairdryer) zaman dahulu. Begitu

pula dengan eksteriornya, salah satunya berupa ornamen arca yang dibuat dari

batu candi. Selain itu, terdapat ornamen eksterior yang masih dipertahankan

meskipun sudah tidak berfungsi lagi, yakni lampu pijar berbahan bakar gas alam

sebagai penunjuk waktu maghrib. Dahulu, pijar lampu ini bisa terlihat dari

kejauhan, hingga Bandung pinggiran.

Gambar 6. Fasade yang menghadap jalan Tamblong dengan menara berupa bangunan

baru berisi kamar-kamar (Sumber: Christianto Roesli, 2016)

92

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 11: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Wajah asli dari bangunan hotel ini dapat dilihat dari Jl. Asia Afrika maupun Jl.

Tamblong sebagai sebuah bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur berselera

tinggi. Dipertahankannya bangunan lama ini justru menjadi daya tarik hotel yang

letaknya berdekatan dengan Gedung Asia-Afrika ini. Banyak tamu yang sengaja

datang untuk bernostalgia. Menurut manajer hotel ini, setiap bulan Juni-Juli

biasanya wisatawan asal Belanda datang menginap, jumlahnya berkisar antara 60

orang. Mereka sengaja datang untuk mengenang kembali kehidupan di masa lalu

semasa tinggal di Bandung, kebanyakan berusia sudah lanjut dan pernah tinggal

di Bandung di saat mudanya. Tak jarang ada di antara mereka yang mengajak anak

cucunya. Eksterior bangunan maupun ornamen yang tak berubah sehingga

mampu mendatangkan nuansa kenangan di masa lalu membuat mereka memilih

tinggal di Grand Hotel Preanger.

Gambar 7. Detail Art Deco pada bangunan Preanger Hotel

(Sumber: Sri Rachmayanti, 2016)

Masih dipertahankannya bentuk bangunan kuno membuat Grand Hotel Preanger

memiliki nilai lebih. Banyaknya bermunculan hotel-hotel baru di Bandung tak

membuat Grand Hotel Preanger tergeser dari persaingan. Hal ini terlihat dari

tingkat hunian (okupansi) yang bisa mencapai 70 persen. Okupansi ini melebihi

93

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 12: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

okupansi rata-rata hotel di Bandung. Sementara saat weekend okupansi naik

menjadi 85 persen. Sedangkan saat long weekend okupansinya bisa sampai 100

persen. Menurut Christine tamu domestik sebagian besar berasal dari Jakarta.

Sementara tamu asing berasal dari Eropa, Amerika, Timur Tengah serta negara-

negara di Asia seperti Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam serta

India. Di antara tamu asing yang pernah menginap adalah mantan Sekjen PBB,

Butros Butros Gali.

Analisa Interior Hotel, meskipun ada pengembangan dan renovasi, bangunan

bersejarah tetap dipertahankan dan ornamen Art Deco pun diaplikasikan pada

interior baru untuk mempertahankan ciri khas Grand Hotel Preanger sebagai

Heritage Art Deco Building.

Gambar 8. Entrance Hotel Preanger yang menghadap jalan Asia Afrika

(Sumber: Sri Rachmayanti, 2016)

Gambar 9. Detail Art Deco pada kolom Entrance Arca bangunan lama Hotel Preanger

(Sumber: Sri Rachmayanti, 2016)

94

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 13: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Gambar 10. Detail Art Deco pada ruang ballroom lama,

Kaca patri pada ruang Museum (Sumber: Mila A Savitri, 2016)

Gambar 11. Lobby Hotel Preanger (bangunan baru)

(Sumber: Sri Rachmayanti, 2016)

Detail dan Langgam Arsitektur

Beberapa detail yang cukup mendaptkan perhatian karena penggunaan gaya Art

Deco yang kuat antara lain adalah kolom-kolom, skylight, kaca patri, struktur atap

dan langit-langit. Detail tersebut menggunakan pola-pola (pattern) pengulangan

garis horizontal maupun vertikal atau pola geometris yang mewakili gaya

dekoratif Art Deco.

Gambar 12. Detail Art Deco pada bangunan lama Hotel Preanger

(Sumber: Mila A Savitri, 2016)

95

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 14: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Simpulan

Bangunan bergaya Art Deco di kota Bandung, dalam studi kasus penelitian ini

Preanger dan Savoy Homann hotel, seperti telah diuraikan dalam bab-bab

sebelumnya telah bertahan terhadap perjalanan masa, dari sejak berdirinya

sampai dengan hari ini masih beroperasi sebagai hotel berbintang, bergengsi dan

masih diminati oleh masyarakat. Kedua bangunan hotel ini memiliki ciri arsitektur

yang khas dan unik dan masih bertahan hingga sekarang, keduanya merupakan

juga bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat.

Selama berdirinya kedua bangunan tersebut telah mengalami beberapa

perubahan fungsi ataupun transformasi dan renovasi besar-besaran terhadap

beberapa fasilitasnya, seperti perubahan pada kamar hotel, pada ruang pertemuan

(ballroom) dan lain sebagainya. Namun dalam melakukan transformasi tersebut

tetap mempertahankan bentuk desain arsitektur, interior, serta ragam hias Art

Deco aslinya. Kedua bangunan hotel inipun mendapatkan penambahan fasilitas

bangunan baru. Dalam penelitian ini akan disimpulkan bagaimana kedua hotel

Preanger dan Savoy Homann mengupayakan keorisinalitasan bangunan

bersejarah ini kedalam bentuk aslinya. Hal ini sangat menarik dan dapat terlihat

dalam tabel perbandingan dari upaya konservasi yang dikerjakan di kedua

bangunan hotel seperti yang tertera dibawah ini:

96

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 15: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

97

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 16: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

98

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)

Page 17: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan dari kedua hotel yang mengusung

arsitektur maupun interior bergaya Art Deco. Pengaplikasian gaya Art Deco pada

bangunan terlihat masih seperti bangunan asli ketika bangunan ini didirikan,

dapat dilihat dari perbandingan foto dulu dan sekarang kedua hotel tersebut.

Tidak banyak perubahan yang dilakukan pada bagian fasade bangunan.

Sedangkan konservasi ataupun renovasi di dalam bidang interior, telah banyak

terlihat adanya perubahan. Hal ini karena material yang lama sudah lapuk, rusak

dan tidak dapat dipergunakan kembali. Pengisian interior menggunakan gaya

yang sama yaitu Art deco, sedangkan detailnya pada bangunan baru Hotel

Preanger kurang jelas terlihat (lebih condong mengarah ke desain modern, baik

dari segi detail ornamen Art Deco maupun dari pengambilan adaptasi bentuk-

bentuknya).

Pendokumentasian secara lebih mendalam dan menyeluruh sebagai tahap awal

dari konservasi sangatlah diperlukan. Diharapkan dengan adanya penelitian

kedua hotel Preanger dan Savoy Homann ini, dapat memberikan masukan dan

pengetahuan untuk mengenal berbagai gaya ragam hias Art Deco dan yang masih

dipertahankan keorisinalitasannya pada Hotel Savoy dan Hotel Preanger.

Konservasi di kedua bangunan hotel berbeda-beda, penanganannya. Tetapi kedua

hotel telah berhasil melakukan konservasi dengan baik, tanpa meninggalkan gaya

desain asli dari bentuk arsitektur sampai detail interiornya. Harapan lebih lanjut

dari tim peneliti adalah untuk dapat menyelesaikan penelitiannya dalam bentuk

output berupa video untuk pengkayaan materi ajar dari mata kuliah History of

Indonesian Art and Culture.

***

99

Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Page 18: KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA Hotel …

Referensi

Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta. 1999. Jakarta: Himpunan Peraturan

Permuseuman Pemerintah DKI Jakarta.

Djoko Soekiman. 2014. Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi.

Jakarta: Komunitas Bambu , Depok.

Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya

1870-1940. Diterbitkan atas Kerja Sama Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra Surabaya dan Penerbit Andi.

Yogyakarta: Andi Offset.

Handinoto dan Hartono, Samuel. “The Amsterdam School” dan Perkembangan

Arsitektur Kolonial di Hindia Belanda Antara 1915-1940. e-jurnal Ilmiah Petra

Surabaya.

Hillier, Bevis & Stephen Escritt. 1997. Art Deco Style. London: Phaidon, ISBN:

0714843288.ndPile, John. 2005. A History of Interior Design (2 ed). New Jersey: John Wiley, ISBN:

0471464341.

Lynch, Kevin. 1960. The Image of the City. Cambridge, Massachusettes. MIT Press:

Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (Haryoto Kunto, 1984) Perancangan Kota Secara

Terpadu (Markus Zahnd, 2006).

Sumalyo, Yulianto. 1995. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Sidharta. 1997. Pendidikan Arsitektur di Indonesia, Jurusan Arsitektur Universitas

Diponegoro, Semarang.

Tim Pusat Dokumentasi Arsitektur. 2011. Pengantar Panduan Konservasi

Bangunan Bersejarah Masa Kolonial, Jakarta.

Website:

http://visualheritageblog.blogspot.com/2011/02/model-bisnis-pemeliharaan-

bangunan.html. Diambil tanggal 22 Januari 2017 dari world wide web.

http://www.imagebali.net/detail-artikel/165-mengenal-sejarah-arsitektur-

belanda-di-indonesia.php. Diambil tanggal 15 Januari 2017 dari world wide

web.

Johana, Tanti. 2004. Arsitekur Indis: Kliping Online tentang Arsitektur Indis.

Arsitektur Art Deco, http://www.arsitekturindis.com/?p=87. Diambil

tanggal 22 Desember 2016 dari world wide web.

http://a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv(26).pdf. Diambil tanggal 12

Januari 2017 dari world wide web.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/02/menyusuri-sejarah-bandung-

tempo-dulu. Diambil tanggal 12 Januari 2017 dari world wide web.

100

KONSERVASI BANGUNAN BERGAYA ART DECO DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus: Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann) (Sri Rachmayanti, Christianto R, Mila A Savitri)