Kepemimpinan (Leadership)

44
KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) DALAM KEPERAWATAN Oleh : La Ode Kamalia

description

Kepemimpinan (Leadership)

Transcript of Kepemimpinan (Leadership)

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) DALAM KEPERAWATAN

Oleh : La Ode KamaliaDefinisi Kepemimpinan

Kepemimpinan didefinisikan, yakni :Menurut Stogdill : Leadership is the process of influencing the activities of an organized group in its efforts toward goal setting and goal achievement;Menurut G.R. Terry : Leadership is the activity of influencing people to strive willingly for actual objectives;Oleh Stoner : Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.

KepemimpinanDari pengertian di atas, menunjukkan bahwa ada tiga implikasi penting dari definisi kepemimpinan, yaitu : (1) orang lain, yakni bawahan atau pengikut,(2) pembagian kekuasaan, (3) pengaruh

Mengapa Bawahan Tunduk Pada Pemimpin

Pemimpin dalam menggerakkan bawahan yang dipimpinnya senantiasa harus mengikutinya, karena pemimpin memiliki power atau kekuasaan. Power atau kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga perilaku orang tersebut sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang mempunyai power. Power atau disebut juga wewenang.

Bawahan Harus Tunduk Pada PemimpinAda 5 kekuatan dasar (power) atau wewenang yang melekat pada diri seorang pemimpin, yakni : Legitimate power, yaitu seorang pemimpin diikuti oleh orang yang dipimpinnya karena memiliki legitimasi dari yang berwenang untuk memimpin bawahannya;Referent power, yakni seorang pemimpin diikuti oleh orang yang dipimpinnya karena memiliki wewenang karisma atau meniru orang lain;Expert power, yakni seorang pemimpin diikuti oleh orang yang dipimpinnya karena memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh pengikutnya;Qoersive power, yakni seorang pemimpin diikuti orang yang dipimpinnya karena dengan menggunakan kewenangan yang bersifat memaksa;Rewards power, yakni seorang pemimpin diikuti oleh orang yang dipimpinnya karena memiliki sesuatu harapan untuk mendapatkan hadiah. Ini yang disebut dengan wewenang hadiah

Pendekatan Studi Kepemimpinan

a. Pendekatan sifat (traits)Menurut teori ini pemimpin dilahirkan dari keturunan orang besar (pemimpin) atau disebut juga Great man theory. Seseorang memiliki kemampuan kharismatik karena genetiknya dari orang-orang atau turunan pemimpin. Tanpa harus belajar kepemimpinan ia mampu memimpin bawahannya.

Ciri atau Sifat PemimpinMenurut Keith Davis, ada 4 (empat) ciri utama yang punya pengaruh terhadap kesuksesan pemimpin, yakni : (1) Kecerdasan (intelligence), (2) Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas, (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, dan (4) Sikap-sikap hubungan manusiawi. Sedangkan Edwin Ghiselli dalam bukunya Exploration in Managerial Talent, mengemukakan sifat-sifat kepemimpinan yang efektif meliputi 6 (enam) aspek, yakni : (1) Kamampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability), (2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan ingin sukses, (3) Kecerdasan, kebijakan, pemikiran kreatif, daya pikir, (4) Ketegasan (decisiveness), (5) Kepercayaan diri, (6) Inisiatif.Ciri atau Sifat PemimpinGardner menyatakan, bahwa sifat kepemimpinan mencakup : (1) Memiliki visi (envisioning), (2) Memiliki nilai-nilai yang menguatkan (affirming values), (3) Memiliki motivasi yang kuat (motivating), (4) Memiliki kemampuan melaksanakan (managing), (5) Pencapaian tujuan dapat dilaksanakan (achieving workable), (6) Kemampuan menjelaskan (explaining), (7) Pelayanan sebagai suatu symbol (serving as a symbol). Menggambarkan kelompok (representing the group), Melakukan pembaharuan (renewing).

b. Pendekatan perilakuP Pendekatan ini, perilaku kepemimpinan dapat dilihat dari 2 aspek, yakni : aspek fungsi dan gaya. Pada aspek fungsi, kepemimpinan terdiri atas : 1) Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task oriented) atau pemecahan masalah. Aspek ini difokuskan pada pemberian sasaran penyelesaian, informasi dan pendapat. 2) Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance). Aspek ini penekanannya agar kelompok berjalan lancar, persetujuan dengan kelompok lain, pencegahan perbedaan pendapat.

b. Pendekatan perilaku

Pada aspek gaya kepemimpinan terdiri dari 2 (dua) gaya kepemimpinan, yakni : Gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas (task oriented), Gaya kepemimpinan yang berorientasi karyawan (employee oriented). Oleh W.J. Reddin yang terkenal dengan teori 3 (tiga) dimensi kepemimpinan, maka gaya kepemimpinan dijabarkan sebagai berikut : Orientasi tugas (task orientation), Orientasi hubungan (relationship orientation), dan Orientasi keefektifan (effectiveness orientation).

b. Pendekatan perilaku

Berdasarkan pendekatan Reddin, maka type kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut : Deserter : tidak mempunyai apa-apa, atau hanya sedikit sekali memiliki sifat-sifat tersebut di atas, Bureaucrat : fokus perhatian pada keefektivan saja, Missionary : fokus perhatian pada hubungan saja, Developer : focus perhatian pada efektivitas dan hubungan dengan orang lain, Autocrat : fokus perhatian pada tujuan, Benevalent autocrat : fokus perhatian pada tujuan dan keefektivan, Compromiser : fokus perhatian pada tugas dan hubungan baik dengan orang lain, Executive : fokus perhatian pada tujuan, hubungan baik dan keefektivanb. Pendekatan perilaku

Pendekatan perilaku kepemimpinan yang tidak kalah pentingnya adalah teori Path Goal, yakni menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja. Menurut teori ini ada 4 (empat) type atau gaya pokok perilaku pemimpin, yakni : Kepemimpinan direktif (directive leadership), yakni bawahan tahu secara jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-perintah khusus diberikan oleh pimpinan. Kepemimpinan supportif (supportive leadership), yaitu pemimpin selalu bersedia menjelaskan sebagai teman, mudah didekati dan menunjukkan diri sebagai orang sejati bagi bawahan. Kepemimpinan partisipatif (participative leadership), yaitu pemimpin meminta dan menggunakan saran-saran dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan. Kepemimpinan orientasi prestasi (achievement oriented leadership), yaitu pemimpin mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan yang menarik bagi bawahan, merangsang bawahan untuk mencapai tujuan tersebut dan melaksanakan dengan baik.

Teori yang terkenal dalam pendekatan Perilaku Kepemimpinan :Teori-teori dan penelitian-penelitian yang paling terkenal dalam pendekatan teori perilaku kepemimpinan, yaitu : Teori X dan Teori Y dari Douglas Mc Gregor, Studi Michigan oleh ahli psikologi sosial yang bernama Rensis Likert, Kisi-kisi managerial dari Blake dan Jane Mouton, dan Studi Ohio State.

Contoh Teori X dan Teori Y dari Douglas Mc Gregor :

Teori ini memandang bahwa manusia terdiri dari dua kelompok sifat orang, yaitu : (1) Kelompok orang yang bersifat buruk yang disebut Evil (Teori X), dan (2) Kelompok orang yang bersifat baik yang disebut sebagai Good (Teori Y).

Teori X :

Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin;Karena karakteristik manusia tersebut orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan atau diancam dengan kekuatan agar mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi;Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil dan menginginkan keamanan / jaminan hidup di atas segalanya.

Teori Y :

Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia seperti bermain dan istirahat;Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya;Keterlibatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka;Rata-rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab;Ada kapasitas besar untuk melakukan imaginasi, kecerdikan dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan;Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern.

c. Pendekatan Situasional

Teori situasional contingency (contingency model of leadership effectiveness), menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi yang menguntungkan atau menyenangkan. Oleh Fiedler mengemukakan 3 (tiga) dimensi empirik, yakni : Hubungan pimpinan dengan anggota, Tingkat dalam struktur tugas, Posisi kekuasaan pemimpin yang didapat melalui wewenang formal.

d. Pendekatan kelompok

Teori kepemimpinan kelompok (group theory of leadership) dikembangkan atas dasar ilmu psikologi sosial. Teori ini menyatakan, bahwa untuk mencapai semua tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dan bawahan.

Model-model Kepemimpinan

1. Kepemimpinan yang sukses dan efektifPaul Harsey menyatakan, bahwa sukses harus dikaitkan dengan perilaku seseorang atau kelompok. Effectiveness menggambarkan keadaan internal atau predisposition dari seseorang atau kelompok. Apabila seorang pemimpin hanya berminat pada sukses saja ia cenderung menitikberatkan menggunakan kekuasaan jabatannya dan menggunakan supervisi yang ketat. Jika ia berhasil efektif, maka ia akan menggunakan juga kekuasaan pribadinya dan ini dapat disemak / ditandai dengan supervisi yang lebih longgar.Model kepemimpinan ini, kekuasaan jabatan cenderung didelegasikan ke bawah melalui organisasi, sedangkan kekuasaan pribadi diperoleh dari bawahan atas dasar dapat diterimanya oleh bawahan (akseptasi dari bawahan). Model kepemimpinan yang sukses dan efektif ini dapat digambarkan sebagai berikut : Model kepemimpinan yang sukses dan efektif ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Effective

Successful

Attempted

A B Ineffective Leadership Unsuccessful

Gambar : Model Kepemimpinan Yang Sukses dan Effektif

2. Watak Kepemimpinan atau disebut Trait Approach

Model kepemimpinan ini menunjukkan, bahwa hanya mereka yang memiliki kualitas-kualitas pribadi seperti inteligensia dan watak-watak tertentu saja yang dapat menjadi pemimpin. Ini disangsikan oleh Eugene E Jennings melalui penelitiannya selama 50 tahun, gagal untuk mendapatkan satu watak kepribadian atau seperangkat kualitas yang dapat digunakan untuk membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpinDari studi empirik diperoleh pendapat, bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang dinamik, berbeda-beda dari suatu situasi ke situasi lain dengan pergantian-pergantian pemimpin, pengikut dan situasi. Kepustakaan sekarang rupa-rupanya mendukung pendekatan situasional atau pendekatan perilaku (behavior) pemimpin dalam mempelajari kepemimpinan.Pendekatan situasional tentang kepemimpinan memfokuskan penelitiannya pada perilaku yang tersemak (observed behavior), bukan pada pembawaan (in born) yang hipotetical atau kemampuan yang dibawa atau potensi untuk kepemimpinan. Jadi, tekanannya ialah pada perilaku pemimpin dan anggota-anggota kelompoknya (pengikut-pengikutnya dan berbagai situasinya).

Gerakan Scientific Management

Pada tahun 1900-an oleh Frederick Winslow Taylor, terkenal dengan teorinya tentang administration (manajemen). Awal munculnya teori Taylor dimulai dengan studi waktu dan gerak (Time and motion study). Semakin tinggi waktu dan gerak yang digunakan, semakin tinggi output yang diperoleh. Dari hasil studinya juga melihat, bahwa dasar dari scientific management ialah technological atau instrumen. Menurut pendapatnya, bahwa cara yang paling baik untuk meningkatkan output ialah dengan memperbaiki tehnik dan metode yang dipakai oleh pekerja.

Human Relation Movement

HRM ini dipelopori oleh Elton Mayo setelah melakukan riset bersama teman-temannya di Pabrik Hawthorne dari Western Electric Company tahun 1927 dan 1932. Menurutnya, bahwa disamping penggunaan metode teknological yang paling baik dalam meningkatkan output adalah sangat menguntungkan bagi manajemen apabila memperhatikan masalah-masalah manusia. Pusat kekuatan yang sesungguhnya di dalam organisasi adalah perhubungan interpersonal yang dikembangkan dalam unit kerja.Menurut human relation movement (HRM) fungsi pemimpin ialah memberikan fasilitas kepada pengikut-pengikutnya dalam pencapaian sasaran bersama disamping memberikan kesempatan pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Teorinya bertentangan dengan teori manajemen ilmiah, karena Elton Mayo perhatian pada kebutuhan-kebutuhan individual bukan pada kebutuhan-kebutuhan organisasi.Jadi, gerakan manajemen ilmiah menitikberatkan perhatian pada tugas atau pekerjaan, sedangkan gerakan human relation menitikberatkan perhatian pada perhubungan orang.

Dua Faktor Kepemimpinan

Oleh Universitas Ohio USA di bawah pimpinan Carrol Shartle dilakukan pada tahun 1945, inti penemuannya adalah perilaku kepemimpinan yang dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) faktor independen, yakni : initiating dan concideration. Initiating structure bertalian dengan tugas-tugas perencanaan dan pengorganisasian, sedangkan concideration bertalian dengan pemeliharaan perhubungan (relationships).

Style ContinuumPada tahun 1947 Survey Research Center University of Michigan, menghasilkan pendapat yang disebut kontinum gaya (style continuum), yakni merupakan suatu garis yang diawali oleh suatu titik pusat perhatian produksi. Style continuum ini digambarkan dengan garis horizontal, seperti berikut ini : (Employee Centered) (Production Centered)

Jenis-jenis Pemimpin Kelompok

Jenis-jenis pemimpin kelompok ini berasal dari Universitas Harvard oleh Bales dkk. Menurut pendapatnya, bahwa dalam kelompok-kelompok kecil terdapat 2 jenis pemimpin, yakni :Pemimpin tugas (task leader), yaitu pemimpin yang banyak bicara dan yang memberi saran-saran;Pemimpin beremosi sosial (socioemotional leader), yaitu pemimpin yang memberikan dukungan psychological dan memberikan kesempatan kepada orang lain (bawahan) untuk bicara.

Managerial Grid

Robert Blake & Jane Mouton berpendapat bahwa seorang manajer atau leader dapat menggunakan sekaligus dua gaya kepemimpinannya dengan sama-sama atau berbeda tekanan intensitasnya. Untuk menjelaskannya mereka membuat yang disebut Managerial Grid. Atas dasar Managerial Grid ini ada 5 gaya kepemimpinan masing-masing merupakan kombinasi dari orientasi kepada orang dan orientasi pada tugas.

27Mazhab Dinamika Kelompok

Mazhab dinamika kelompok (group dynamic school) oleh Cartwright & Alvin Zander dari research center for group dynamics berpendapat bahwa semua tujuan-tujuan kelompok itu dapat dibedakan ke dalam 2 kategori, yaitu : (1) Pencapaian beberapa sasaran khusus, atau (2) Memelihara dan memperkuat kelompok itu sendiri.Pencapaian tujuan kelompok atau goal achievement atau disebut konsep tugas pekerjaan (task concept). Pemeliharaan sama dengan konsep perhubungan. Mazhab ini hanya memberikan pendapat yang terbatas, yaitu bahwa organisasi harus bergerak untuk meniadakan peran antara tuan dan bawahan; sebaiknya yang diciptakan ialah coworker (teman kerja). Oleh sebab itu, mazhab ini memandang semua orang yang bekerja dalam satuan yang dipimpin oleh seorang leader (manager) adalah coworker, yaitu teman kerja untuk bersama-sama mencapai tujuan kelompok. Jadi, titik beratnya ialah pada coworker.

Pendekatan Kontingensi atau Situasional

Pendekatan ini melakukan analisis terhadap variabel-variabel pada setiap situasi sebelum dapat dipilih gaya kepemimpinan yang optmum. Dalam model ini ada beberapa pendekatan kontingensi, yaitu :Leadership continuum : oleh Tannebaum & Schmidt, dari Harward Business Review Maret April 1958. Gaya kepemimpinan ini merentang dari pendekatan sama sekali otokratik atau Boss centered sampai kepada kebebasan pekerja dalam mengambil keputusan dengan pembatasan-pembatasan yang luas. Ada 3 variabel yang perlu dianalisis, yaitu : (1) Kekuatan-kekuatan yang ada pada pemimpin, (2) Kekuatan-kekuatan yang ada pada pengikut, (3) Kekuatan-kekuatan yang ada dalam situasi.

Model Kontingensi Kepemimpinan (contingency model of leadership).

Prof. Fred E. Fiedler dalam bukunya A Theory of Effective Leadership, memberi 3 (tiga) ciri atau sifat situasional yang mempengaruhi kepemimpinan yang efektif, yakni :Hubungan antara pemimpin anggota menunjukkan sejauhmanakah pemimpin menyenangi terhadap dan disenangi oleh anggota;Susunan tugas sejauhmanakah keteraturan penataan yang bertalian dengan pencapaian tujuan organisasi;Kekuasaan jabatan pemimpin menunjukkan sejauhmanakah wewenang formal yang dimiliki oleh pemimpin.

Model Kontingensi Kepemimpinan (contingency model of leadership).

Fiedler menggunakan tehnik operasional yang unik untuk mengukur gaya kepemimpinan yang dikenal dengan ASO (Assumed Similarity between Opposites = anggapan kesamaan antara lawan) dan LPC (Least Preferred Coworker = teman sekerja yang paling sedikit disukai). Dua pengukuran ini yang dapat digunakan saling mengganti, berkaitan dengan gaya kepemimpinan dengan cara :Gaya hubungan manusia atau Lenient dikaitkan dengan pemimpin yang tidak melihat perbedaan antara Coworker yang paling banyak dan yang paling sedikit disukai (ASO) atau yang memberikan gambaran relatif baik terhadap coworker yang paling sedikit disukai (LPC);Gaya arah tugas atau hard-nose dikaitkan dengan pemimpin yang memandang ada perbedaan besar antara coworker yang paling banyak disukai dan yang paling sedikit disukai (ASO) dan memberikan gambaran yang unfavorable terhadap coworker yang paling sedikit disukai (LPC).

Bukti-bukti yang diberikan oleh Fiedler menunjukkan dengan jelas, bahwa tiada satupun perangkat watak-watak atau gaya kepemimpinan yang akan efektif untuk semua situasi, melainkan The leader has to be right for the job.

Teori Path Goal

Teori ini berusaha menerangkan impak dari perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan dan prestasi (performance) bawahan. Teori ini menunjukkan adanya 4 jenis pokok gaya kepemimpinan, yaitu : (1) Directive leadership; (2) Supportive leadership; (3) Participative leadership, dan (4) Achievement oriented leadership.Menurut Robert House menyebutkan teori Path-Goal karena pemimpin mempunyai dua fungsi pokok, ialah : (1) Menetapkan tujuan atau goal bagi bawahannya, dan (2) Melengkapi lingkungan bawahan dalam arti tuntutan, coaching dan lainnya yang sangat diperlukan demi efektivitas pekerjaan.

Teori Reddin 3 D

Menurut Reddin 3 sifat pemimpin, yaitu : (1) Kepemimpinan itu dapat berorientasi pada pekerjaan, (2) Kepemimpinan itu dapat berorientasi pada orang, (3) Kepemimpinan itu dapat berorientasi pada kedua-duanya. Oleh Reddin 3 sifat ini digambarkan dalam 4 kotak, yakni : (1) Perilaku separated bagi kepemimpinan yang perhatiannya rendah baik dalam hal OT maupun OR; (2) Perilaku dedicated bagi kepemimpinan yang ORnya rendah dan OTnya tinggi; (3) Perilaku related bagi kepemimpinan yang ORnya tinggi tetapi OTnya rendah; (4) Perilaku integrated bagi kepemimpinan yang orientasinya tinggi baik OTnya maupun ORnya.

Hubungan tersebut dapat digambarkan di bawah ini.

RelatedIntegratedSeparatedDedicatedRO T O

Teori Reddin 3 DDari 4 (empat) jenis gaya tersebut di atas, lalu dikembangkan menjadi 8 (delapan) gaya menurut tingkatnya dibedakan antara yang efektif dan yang kurang efektif, menjadi :Separated yang tidak efektif disebut deserter; Dedicated yang tidak efektif disebut Autocrat;Related yang tidak efektif disebut missionary;Integrated yang tidak efektif disebut compromiser;Separated yang efektif disebut bureaucrat;Dedicated yang efektif disebut benevolent autocrat;Related yang efektif disebut developer; Integrated yang efektif disebut executive

DeveloperExecutiveBureucratBenovalent OutocratRelatedIntegratedSeparatedDedicated

MissionaryCompromiserDeserterAutocratROHubungan ke delapan gaya tersebut di atas dapat dilukiskan pada gambar di bawah ini.

TO More Effective Less Effective Gambar : Hubungan Gaya Kepemimpinan Menurut Reddin. 37Teori Reddin 3 DEfektif tidaknya perilaku kepemimpinan menurut Reddin tergantung pada faktor lain, ada sebanyak 6 faktor, yaitu : style, follower, coworker (sejawat), supervisor (atasan), organization dan technology. ------------ E = F ( St, f, c, s, o, t ).

Teori Kepemimpinan Situasional

Paul Harsey & Kenneth H. Blanchard dalam bukunya Management of Organization Behavior-Utilizing Human Resources, mengembangkan teori kepemimpinan situasional tiga dimensi menurut Reddin dan mensintesiskan berbagai pendapat dan teori kepemimpinan situasional yang terpadu. Teori ini meliputi :Garis kurve gaya kepemimpinan menurut Korman;Tingkat kematangan (maturity) bawahan menurut Argyris;Teori hierarkis kebutuhan menurut Abraham Maslow;Teori higiene motivator menurut Herzberg;Teori sistem manajemen menurut Likert;Teori X dan Teori Y menurut Mc Gregor;Teori Schein empat asumsi tentang orang;Teori Pola Perilaku A dan B menurut Argyris;Teori Transaction analysis menurut Berne;Teori Life Position menurut Harris;Teori Parent Effective Trainning (PET) menurut Gordon;Teori Control System;Teori Phase Evolusioner dan Pertumbuhan organisasi menurut Greiner;Teori Proses Perubahan menurut Lewin;Teori Behavior Modification menurut Homme;Teori Siklus perubahan menurut Hersey & Blanchard;Teori Force Field Analysis menurut Lewin.

Teori Kepemimpinan Di Indonesia

Di Indonesia teori kepemimpinan pada awalnya dari Astha Brata atau 8 watak atau 8 sifat atau 8 laku (kegiatan) dari versi Babad Sangkala, yakni meliputi : (1) Watak (sifat) Bumi, (2) Watak (sifat) Air atau Samudera, (3) Watak (sifat) Api, (4) Watak (sifat) Angin, (5) Watak (sifat) Matahari, (6) Watak (sifat) Bulan, (7) Watak (sifat) Bintang, (8) Watak (sifat) Mendung (awan hitam).Teori ini diambil dari falsafah hidup bangsa kita yang usianya sudah berabad-abad lamanya terdapat di kalangan masyarakat Jawa. Astha Brata adalah teori kepemimpinan yang diajarkan kepada seorang Kepala Negara (raja) dalam memerintah Negara, dan dapat pula diterapkan pada setiap orang pemimpin organisasi.Teori Kepemimpinan Di Indonesia

Makna dari watak (sifat) tsb di atas, dapat dijelaskan sbb. :Watak (sifat) Bumi. Selalu berbudidarma suka memberi kesenangan kepada orang lain. Yang dibudidarmakan itu ialah kekayaan yang dihasilkan oleh dirinya;Watak (sifat) Air atau Samudera, selalu dapat menampung segala macam persoalan tanpa emosional, yang berarti penuh kesabaran, penuh memberi maaf, tanpa dendam;Watak (sifat) Api, Dapat membersihkan segala sesuatu yang kotor, memanaskan yang dingin, memberi semangat hidup kepada yang lemah; Watak (sifat) Angin, Tiada henti-hentinya selalu mengadakan pengamatan, melihat segala perilaku dan tingkahnya orang, dapat bergaul dengan siapapun dan dimanapun, tanpa mengingat waktu, tanpa pamrih apapun dalam menyelami dan melayani kehidupan orang;Watak (sifat) Matahari, Tidak tergesa-gesa (grusa-grusu) dalam melaksanakan kehendak, segala sesuatu yang akan dicapai direncanakan dengan sebaik-baiknya, dan dilakukan setapak demi setapak tetapi pasti dan tidak mengalami kesukaran;Watak (sifat) Bulan, Muka berseri-seri menunjukkan halusnya budi, dapat membuat orang turut tentram dapat memberi penerangan kepada orang yang sedang dalam kegelapan dan membuat orang yang sedih menjadi gembira;Watak (sifat) Bintang, Tetap tegak di tempatnya, tidak takut menghadapi bahaya, tidak berubah-ubah kehendaknya, tabah hatinya, terus terang, sehingga dapat dijadikan pedoman dan surutauladan bagi orang lain (rakyat);Watak (sifat) Mendung (awan hitam). Berani memberi hukuman, tetapi juga berani memberi hadiah, ganjaran atau anugrah kepada siapapun juga. Kelihatnnya angker menakutkan tetapi sebenarnya menyenangkan bagi siapapun juga, bermanfaat bagi orang banyak.

Kepemimpinan di IndonesiaKemudian lahirlah 3 (tiga) gaya kepemimpinan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, yang juga dikenal dengan kepemimpinan Pancasila, yakni :Di depan harus menjadi suritauladan, yang dalam bahasa Jawa dikatakan Hing ngarsa sung tuladha bagi orang-orang yang dipimpinnya;Di tengah-tengah yang dipimpin ia harus dapat memberi semangat atau menimbulkan kehendak bagi yang dipimpin, dalam bahasa Jawa dikatakan Hing madya mangun karsa;D belakang yang dipimpin ia harus mengawasi supaya bersama-sama yang dipimpin dapat mencapai tujuan dengan selamat, dalam bahasa Jawa disebut Tut wuri handayani.

Kepemimpinan ABRITakwa, yaitu taat dalam menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Tuhan;Hing ngarsa sung Tulada;Hing madya mangun Karsa;Tut wuri handayani;Waspada purba wisesa, yaitu harus selalu waspada dan oleh sebab itu perlu penglihatan yang tajam ke depan dan melakukan koreksi terhadap yang sudah dilakukan sejak dari awal sampai akhir;Ambeg parama arta, yaitu yang dapat mendahulukan sesuatu yang lebih penting dari yang lainnya;Prasaja, yaitu bersikap wajar, sederhana dan tidak berlebihan;Satya, yaitu loyal (setia) baik terhadap atasan, teman, bawahan dan organisasinya (satuannya);Gemi nastiti, yaitu melakukan sesuatu dengan hemat dan berhati-hati;Belaka, yaitu jujur dan terbuka terhadap pihak lain;Legawa, yaitu kerelaan dan keikhlasan menyerahkan sesuatu kepada pihak lain (misalnya menyerahkan jabatannya).

TERIMA KASIH