ITS Undergraduate 15580 Paper 685640 3

32
IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT II (GQFD II) UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN DI UPT ANEKA INDUSTRI & KERAJINAN SURABAYA (SUB UPT KERAMIK-MALANG) Yulniar Pribadi, Udisubakti Ciptomulyono Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: y u l n i a r p r ib a d i @ y a h oo . c o m ; u d i s u b a k t i @i e . i t s . ac . i d Abstra k Sektor yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam keseimbangan lingkungan adalah sektor industri. Sektor industri di Indonesia didominasi oleh sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Keberadaan sektor ini memiliki peranan penting pada lingkungan secara global. Akan tetapi, realita yang terjadi UKM belum mampu bersaing dengan sektor industri berskala besar dikarenakan belum mampu mempergunakan isu-isu lingkungan menjadi kekuatan untuk dapat memenangkan pangsa pasar yang saat ini mulai mengarah pada konsep green. Oleh karna itu, diperlukan suatu upaya peningkatan keunggulan UKM dengan tetap melibatkan isu lingkungan yaitu pengembangan produk ramah lingkungan. Pada penelitian ini digunakan metodologi GQFD II. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi dengan mempertimbangkan aspek kualitas, lingkungan dan biaya ke dalam matriksnya yang dijelaskan dalam House of Quality, Green House, Cost House, dan Concept Comparison House. Dari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan keramik, alternatif terbaik pemanfaatan limbah sebagai bahan baku tambahan produk kerajinan keramik, atribut produk kerajinan keramik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen (customer needs and wants), ramah lingkungan serta ekonomis, sehingga nantinyaa produk UKM dapat bersaing di dalam ataupun luar negeri. Kata kunci : Green QFD II, Kerajinan Keramik, UKM, Ramah Lingkungan ABSTRACT Industrial sectors have contribute significantly to the environment impact. Industrial sectors in are characterized by UKM’s dominance. Globally, this sector has most influence to the environment. In the fact, UKM disable to compete in global market. This condition was caused disability of using environmental issues being a strength to be market winner which started to be a green industry. Therefore, it needs UKM to be strengthen with environmental awareness such as green product development. In this research Green Quality Function Deployment methodology is proposed to use for evaluation quality, environment and cost factors consideration are represented by House of Quality, Green House, and Concept Comparison House. According to the analysis, production impact of ceramics product, the best alternative of waste reusing, attribute of ceramics product which considered in customer needs and wants, environmental-friendly, saving cost have known. So that, UKM’s product able to compete in local or global market. Key words : Green QFD II, Ceramics Product, UKM, Environmental- Friendly

Transcript of ITS Undergraduate 15580 Paper 685640 3

IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT II (GQFD II) UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN DI UPT ANEKA INDUSTRI & KERAJINAN SURABAYA (SUB UPT KERAMIK-MALANG)Yulniar Pribadi, Udisubakti CiptomulyonoJurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected] ; [email protected] yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam keseimbangan lingkungan adalahsektor industri. Sektor industri di Indonesia didominasi oleh sektor usaha kecil dan menengah (UKM).Keberadaan sektor ini memiliki peranan penting pada lingkungan secara global. Akan tetapi, realita yang terjadi UKM belum mampu bersaing dengan sektor industri berskala besar dikarenakan belum mampu mempergunakan isu-isu lingkungan menjadi kekuatan untuk dapat memenangkan pangsa pasar yang saat ini mulai mengarah pada konsep green. Oleh karna itu, diperlukan suatu upaya peningkatan keunggulan UKM dengan tetap melibatkan isu lingkungan yaitu pengembangan produk ramah lingkungan. Pada penelitian ini digunakan metodologi GQFD II. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi dengan mempertimbangkan aspek kualitas, lingkungan dan biaya ke dalam matriksnya yang dijelaskan dalam House of Quality, Green House, Cost House, dan Concept Comparison House. Dari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan keramik, alternatif terbaik pemanfaatan limbah sebagai bahan baku tambahan produk kerajinan keramik, atribut produk kerajinan keramik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen (customer needs and wants), ramah lingkungan serta ekonomis, sehingga nantinyaa produk UKM dapat bersaing di dalam ataupun luar negeri.Kata kunci : Green QFD II, Kerajinan Keramik, UKM, Ramah LingkunganABSTRACTIndustrial sectors have contribute significantly to the environment impact. Industrial sectors in arecharacterized by UKMs dominance. Globally, this sector has most influence to the environment. In the fact, UKM disable to compete in global market. This condition was caused disability of using environmental issues being a strength to be market winner which started to be a green industry. Therefore, it needs UKM to be strengthen with environmental awareness such as green product development. In this research Green Quality Function Deployment methodology is proposed to use for evaluation quality, environment and cost factors consideration are represented by House of Quality, Green House, and Concept Comparison House. According to the analysis, production impact of ceramics product, the best alternative of waste reusing, attribute of ceramics product which considered in customer needs and wants, environmental-friendly, saving cost have known. So that, UKMs product able to compete in local or global market.Key words : Green QFD II, Ceramics Product, UKM, Environmental-Friendly1. PendahuluanLingkungan merupakan salah satu

faktor penting yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam berbagai hal di tengah kondisi bumi sekarang. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan konsumsi sumber daya alam dan terjadinya penurunan daya dukung bumi terhadap limbah serta pencemaran. Apalagi di tengah perkembangan pesat pada sektor industri yang bukan hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi melainkan berdampak pula pada keseimbangan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya

perlindungan lingkungan diterapkan dan telah menjadi isu yang cukup banyak diperbincangkan di masyarakat bahkan di kalangan industri maupun peneliti. Meskipun demikian, kepedulian terhadap lingkungan diharapkan tidak saja terbatas pada permasalahan pencemaran dari proses produksi (Afida, 2008). Akan tetapi pada dampak lingkungan sepanjang siklus hidup dari produk, jasa serta perekonomian. Oleh karena itu diperlukan suatu identifikasi lingkungan untuk mengetahui kontibutor terbesar terhadap

1

lingkungan serta berbagai upaya perlindungan lingkungan dengan penerapan konsep green.

Upaya untuk mengurangi dampak

lingkungan oleh industri akan berpengaruh pada biaya (cost). Meskipun demikian, terdapat

keuntungan dari upaya yang diambil yaitu optimalisasi konsumsi energi dan material (DeMendoca, 2001). Alasan inilah yang mengakibatkan semakin pesatnya perkembangan green industry. Permasalahan lingkungan menjadi topik utama sejak tahun

1990-an hampir di seluruh dunia. Untuk mendukung permasalahan lingkungan, terdapat

beberapa kebijakan lingkungan yang semakin ketat. Salah satunya yaitu dengan menentukan standar internasional melalui sertifikasi ISO

14000. Selain itu, saat ini telah berkembang

suatu perubahan bahwa produk yang dihasilkan merupakan green product di beberapa negara atau sering disebut ecolabelling (North, 1992).

Setiap industri memberikan potensi

dampak pada lingkungan. Apabila dampak tiap- tiap industri yang ada di akumulasikan, dapat memberikan dampak yang cukup signifikan pada lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi pula pada sektor industri di Indonesia yang berjumlah sekitar 39 juta (BPS, 2007). Sektor ini didominasi oleh 90% usaha kecil dan menengah (UKM). Keberadaan UKM memiliki peranan penting pada lingkungan secara global, baik segi perekonomian nasional, penyediaan lapangan pekerjaan maupun penguatan sektor industri nasional. Akan tetapi, realita yang terjadi UKM belum mampu bersaing dengan sektor industri berskala besar. Hal ini dikarenakan UKM belum mampu mempergunakan isu-isu lingkungan menjadi senjata untuk dapat memenangkan pangsa pasar yang sekarang mulai cenderung mengarah pada green. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya partisipasi dan kepedulian UKM terhadap pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya peningkatan keunggulan UKM untuk dapat bersaing di pasar dengan melibatkan isu-isu lingkungan. Salah satu upayanya adalah pengembangan produk ramah lingkungan.

Upaya penyelamatan lingkungan perlu didorong oleh adanya peningkatan kesadaran masyarakat serta penetuan strategi perancangan

dan pengembangan produk dengan memerhatikan dampak negatif lingkungan. Masyarakat atau konsumen merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari pembuatan

suatu produk. Hal ini dikarenakan konsumen sebagai tujuan/target dari pembuatan suatu produk.

Salah satu produk UKM yang cukup potensial yaitu kerajinan keramik. Hal tersebut

dapat dilihat pada pertumbuhan rata-rata industri keramik sekitar 6% dan perolehan devisa negara mencapai US$ 220 juta pada tahun 2008 atau meningkat dari tahun 2007 yang hanya sebesar US$ 212 juta serta penyerapan tanga kerja lebih dari 200.000 orang (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian,

2009). Peningkatan nilai ekonomi produk

kerajinan keramik ditengarai dapat menimbulkan dampak pada lingkungan. Karenanya, Peneliti melakukan life cycle assessment untuk melihat dampak lingkungan proses pembuatan produk kerajinan keramik. Dari hasil pengolahan life cycle assessment tampak bahwa proses pembakaran berkontribusi paling besar pada dampak lingkungan di sepanjang siklus hidup produk kerajinan keramik sebesar hamper 82% dari total keseluruhan dan single score impact yang diberikan paling besar adalah fossil fuels, respiratory inorganics, climate change.

Melihat karakteristik lingkungan proses pembuatan produk kerajinan keramik, diperlukan upaya untuk merancang produk

kerajinan keramik yang lebih ramah lingkungan, namun tetap memuaskan keinginan konsumen. Untuk itu, green quality function deployment II berpotensi untuk diimplementasikan.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dampak lingkungan

yang ditimbulkan dari produksi

kerajinan keramik.

2. Mendapatkan besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan dari produksi kerajinan keramik

3. Mendapatkan karakteristik produk kerajinan keramik yang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan konsumen, ramah lingkungan dan ekonomis.

4. Mendapatkan alternatif terbaik sesuai dengan kebutuhan, keinginan

konsumen, ramah lingkungan dan

ekonomis dengan pendekatan GreenQFD II (Green Quality FunctionDeployment II).

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

adalah:

Batasan masalah dalam penelitian ini

Studi Lapangan

Identifikasi AwalPerumusanMasalah &

Studi Literatur1. Pembobotan tingkat kepentingan lingkungan dilakukan oleh ahli lingkungan.

Asumsi dalam penelitian ini adalah :

1. Aktivitas bisnis utama dan proses kegiatan intern perusahaan tidak mengalami perubahan selama dilakukan

penelitian.

2. Teknologi yang digunakan tidak

PENGUMPULAN DATA

Penetapan TujuanIdentifikasi Potential Waste ReductionIntegrasi LCA keQFDIdentifikasi Data yang diperlukanData PrimerSurveyPendahuluan

DataSekunderDesain KuisionerKuisionerLayak?mengalami perubahan.

3. Pola data waktu pada masa lalu akan

berulang lagi pada waktu yang akan datang

PENGOLAHAN DATA

House of Quality Green House Cost HouseConcept Comparison House2. Metodologi Penelitian2.1 Tahap Identifikasi Masalah

ANALISIS & INTERPRETASI

Analisis FaktorKualitas

Analisis FaktorLIngkunganPengambilan kesimpulan dan saran

Analisis FaktorBiaya2.1.1 Identifikasi MasalahTahap ini mempelajari kondisi

perusahaan yang menjadi obyek amatan sehingga dapat ditentukan rumusan masalah

yang akan diselesaikan dalam penelitian ini. Pada tahap ini diberikan gambaran mengenai latar belakang, perumusan masalah, penetapan tujuan, asumsi, dan batasan yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mendukung hal itu diperlukan studi pustaka dan studi lapangan.

2.1.2 Perumusan MasalahPerumusan masalah yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi, mengetahui cara untuk mereduksi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari produksi kerajinan keramik. Selain itu untuk mengetahui karakteristik produk kerajinan keramik yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, ramah lingkungan dan ekonomis, serta memilih alternatif terbaik sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen, ramah lingkungan dan ekonomis dengan pendekatan Green QFD II (Green Quality Function Deployment II).

2.1.3 Penentuan TujuanPenetapan tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendapatkan alternatif terbaik sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen, ramah

lingkungan dan ekonomis dengan pendekatan green QFD II (Green Quality Function Deployment II) seperti yang telah dijelaskan pada Bab I.

2.1.4 Studi Pustaka dan Studi LapanganUntuk mendapatkan gambaran yang harus dilakukan dalam penelitian ini, maka diperlukan studi pustaka dan studi lapangan terlebih dahulu.

Gambar 2.1 Flowchart metodologi penelitian

a. Menentukan Atribut Kualitas Produk

Atribut adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek amatan penelitian. Penentuan atribut kualitas produk kerajinan keramik dalam

penelitian mengacu pada beberapa kerangka teoritis yaitu:

Performance meliputi daya tahan produk kerajinan keramik,yaitu produk kerajinan

keramik tidak mudah retak/pecah

Feature meliputi warna keramik dan motif kerajinan keramik

Conformance meliputi ketepatan

ukuran/dimensi dan sisi

Environmental meliputi dampak lingkungan. Atribut ini merupakan tambahan yang diberikan peneliti sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan kualitas produk.

2.2 Tahap Pengumpulan dan PengolahanData2.2.1 Tahap Pengumpulan DataTahap ini melakukan pengumpulan data

yang dibutuhkan

a. Pengumpulan dan Pengolahan Data Kualitatif

Pengumpulan data kualitatif merupakan cara untuk mengetahui respon spesifikasi teknis dari produk kerajinan keramik dan pengumpulan suara pelanggan. Metode yang dilakukan adalah wawancara kepada konsumen dan pengrajin.

b. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengembangan Produk

Pengumpulan data kuantitatif pada tahapan

ini dilakukan dengan cara melakukan survei dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan pada konsumen. Data yang dikumpulkan berupa

data primer yang didapatkan dari jawaban responden terhadap kuisioner yang disebarkan dengan metode simple random sampling.

c. Identifikasi Potential WasteInformasi yang diperoleh walk throughsurvey, digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan adanya limbah yang berlebih dari proses produksi sehingga memiliki potensi untuk direduksi.

d. Green Quality Function Deployment II Desain Kuisioner

Setelah mengumpulkan informasi tentang produk dan mengidentifikasi variable-variabel

yang berpengaruh, tahap selanjutnya merupakan mendesain kuisioner.

Survei Pendahuluan

Dalam tahap ini, dilakukan surveypendahuluan dengan menyebarkan kuisioner yang telah didesain.

Uji Validitas Kuisioner

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, dilakukan uji kelayakan atas kuisioner yang

telah disebar. Apabila kuisioner tersebut

memenuhi uji kelayakan, maka desain kuisioner tidak berubah dan dapat dilakukan surveyselanjutnya. Sebaliknya, apabila kuisioner tidak memenuhi uji kelayakan, maka desain kuisioner harus diganti.

2.2.2 Tahap Pengolahan DataPada tahap ini akan dilakukan pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan. Atribut-

atribut yang telah diperoleh di olah kedalam rumah kualitas (house of quality), green house,cost house, sehingga nantinya dapat diolah pada

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data3.1 Pengumpulan Data3.1.1 KeramikPada awalnya keramik berasal dari

bahasa Yunani keramikos yaitu suatu bentuk

dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedi tahun

1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan

barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, guci, porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat definisi keramik terbaru yang mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.

3.1.2 Pembuatan KuisionerKuisioner digunakan untuk menidentifikasi tingkat kepentingan dan kebutuhan konsumen terhadap produk kerajinan keramik. Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil

yang lebih objektif. Dalam pembuatan kuisioner ini ada tiga hal yang ingin diketahui dari responden, yaitu atribut-atribut yang diniginkan konsumen, tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap produk kerajinan keramik.

3.2 Pengolahan Data3.2.1 Identifikasi Potential WastePengumpulan data awal dengan

melakukan proses identifikasi proses produksi produk kerajinan keramik mulai dari cradle to grave. Selain itu polutan yang dikeluarkan selama proses siklus hidupnya seperti limbah cair (TSS, BOD, dll), limbah gas/bau (metan,

concept comparison house untuk memilih konsep terbaik yang mempertimbangkan faktor

H 2 S ,

NH 3 , dll), dan sebagainya.

kualitas, lingkungan dan biaya.

2.2.3 Tahap Analisis dan Interpretasi Data

Input Energi& Mesin

Ekstraksi Bahan Baku

EnvironmentalImpactsPada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan pemahaman secara analitik terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis dan interpretasi data dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan dari

Kaolin Pasir Kuarsa FelspardTransportasiStorageBahan BakuPenghalusan Bahan BakuPersiapan komposisi bahan keramikpengembangan produk ramah lingkungan.

2.2.4 Tahap Kesimpulan dan SaranPada tahap ini akan ditarik berbagai

kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Selain itu juga

diberikan saran sebagai masukan untuk

System Boundary

Casting

Moulding PressingPengeringanDekorasiPembakaran & GlasierPenggunaan KeramikLandfillpenelitian selanjutnya.

Gambar 3.1 Diagram Alir Kerajinan Keramik

Siklus hidup produk kerajinan keramik dari ekstraksi bahan baku hingga disposal menghasilkan banyak limbah di setiap proses. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi limbah yang dihasilkan di setiap proses produksi kerajinan keramik.

Energitenaga listrik, minyak, gas alam, LPGAirBahan PendukungKemasan, plaster

diprioritaskan untuk ditangani. Nilai tersebut kemudian diletakkan dalam kolom prioritas dampak. Dalam tahap ini melibatkan expert judgement dengan ahli lingkungan, sehingga diketahui perbandingan berpasangan antar karakteristik dampak potensial.

Tabel 3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan

Bahan BakuKaolin, Kuarsa,Feldspar

Proses Produksi Kerajinan Keramik

Bising

Produk KerajinanKeramikWaste

Emisi ke udaraDebu, Nox, Sox, HF, HCl, Co, Co2 (logam berat)Panas Berlebih

Keterangan:

A : Global WarmingPenggunaan filter, penggunaan cetakan palster, limbah kemasan, debu yang terakumulasi, partikel-partikelGambar 3.2 Aliran Input-Output Kerajinan Keramik

3.2.2 Life Cycle Impact ProdukPada penelitian ini, pengelompokkan

dampak lingkungan didasarkan pada metode EDIP (Environmental Design Industrial of Product) (Wenzel, 1997). Kriteria tersebut adalah:

Dampak Global :

Global WarmingDampak Regional :

Pembentukan fotokimia ozon

Acidification

Nitritient enrichment

Persistent toxicity

Human Toxicity (water)

Human Toxicity (air)

Chronic Ecotoxicity (Water)

Chronic Ecotoxicity (air) Dampak Lokal :

Acute Ecotoxicity (water)

Tabel 3.1 Karakteristik Dampak Produksi Kerajinan

Keramik

3.2.2.1 Perhitungan Bobot Prioritas DampakPotensialDari hasil karakterisasi dampak,

kemudian dibuat sebagai dasar untuk memberikan penilaian mengenai dampak yang

B : AcidificationC : Pengkayaan Fotokimia Ozon

D : Pengkayaan Nutrisi

E : Human Toxicity (Water) F : Human Toxicity (Soil)

G : Chronic Ecotoxicity (Water) H : Chronic Ecotoxicity (Soil)

I : Human Toxicity (Air)

Tabel 3.3 Bobot Karakteristik Dampak Kerajinan

Keramik

3.2.2.2 Perhitungan Aspek LingkunganPentingPada matriks green house diperlukan

jumlah dampak signifikan di setiap tahao siklus produk. Perhitungan jumlah dampak signifikan

yang diakibatkan oleh produk dengan cara sebagai berikut:

Menentukan tahap siklus hidup produk

Menentukan dampak lingkungan potensial

Menentukan penyebab

Memberi bobot

Tabel 3.4 Penetapan Aspek Lingkungan Signifikan

Kerajinan Keramik

3.2.2.3 Perhitungan Life Cycle CostingBiaya-biaya yang terjadi selama siklus produk kerajinan keramik mulai dari hulu ke hilir.

Tabel 3.3 Biaya Produk 1 Unit Kerajinan Keramik

3.2.2.4 Penentuan Bobot Prioritas KriteriaPemilihan ProdukBagi perusahaan, terdapat beberapa

kriteria yang digunakan untuk memilih produk. Kriteria-kriteria tersebut merupakan kriteria pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, dampak yang ditimbulkan produk terhadap perusahaan dan biaya produk. Oleh karena itu perlu diketahui penilaian perusahaan terhadap kriteria-kriteria tersebut. Data hasil survei ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan

Dari data tersebut kemudian dicari bobot prioritas tiap kriteria. Hasil perhitungan untuk mencari bobot prioritas kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.5 Bobot Prioritas Kriteria

3.2.2 KuisionerPengumpulan data penelitian dilakukan

dengan menggunakan bantuan instrumen penelitian kuisioner melalui dua tahap yaitu kuisioner awal dan kuisioner akhir.

Kuisioner awal dilakukan unutk

menggali informasi terhadap konsumen. Dalam kuisioner awal ini digunakan kuisioner dengan jawaban terbuka, artinya responden diberikan kebebasan untuk menjawab semua faktor-faktor yang dianggap pentting sebagai pertimbangan dalam membeli produk kerajinan keramik. Contoh kuisioner dapat dilihat pada Lampiran A.Responden dalam penelitian pendahuluan sebanyak 30 responden. Berdasarkan hasil kuisioner awal dikelompokkan faktor-faktor yang paling banyak disebut sebagai pertimbangan dalam pembelian produk kerajinan keramik yaitu faktor performance, faktor feature, dan faktor conformance. Faktor performance terdiri atas daya tahan (tidak mudah retak/pecah), faktor feature terdiri atas warna kerajinan keramik dan motif kerajinan keramik dan faktor conformance terdiri atas ketepatan dimensi/ukuran, kelurusan sisi. Selain itu dampak lingkungan juga termasuk dalam atibut kuisioner.

Sedangkan kuisioner akhir merupakan penjabaran dari kuisioner awal yang telah

menetapkan atribut-atribut yang dianggap penting dalam pemilihan produk kerajinan keramik. Pada kuisioner akhir meliputi penilaian responden/konsumen atas tingkat kepentingan atribut dan tingkat kepuasan responden atas atribut. Penilaian menggunakan skala ordinal yaitu skala penilaian bertingakat untuk menilai tingkat kepuasan konsumen terhadap produk kerajinan keramik. Contoh kuisioner akhir bisa dilihat pada lampiran..

Pada penilaian tingkat kepentingan atribut menggunakan skala AHP 1 sampai

dengan 9. Kategori masin-masing skala AHP

sebagao berikut:

Angka1 : Apabila atribut sama penting dengan atribut lainnya

Angka3 : Apabila atribut cukup penting

dengan atribut lainnya

Angka 5 : Apabila lebih penting

Angka 7 : Apablia sangat penting

Angka 9 : Apabila mutlak peenting

Sedangkan pada penilaian tingkat kepuasan, skala yang dipergunakan merupakan

skala 1 sampai 5. Kategori masing-masing skala unutk penilaian tingkat kepuasan sebagai berikut:

Angka 1: Sangat tidak puas

Angka 2: Tidak puas

Angka 3: Cukup

Angka 4: Puas

Angka 5: Sangat Puas

Jumlah responden yang diambil sebanyak 70 orang pada kuisioner lanjutan. Meskipun demikian, setelah dilakukan pemeriksaan ulang terhadap jawaban responden, maka jumlah kuisioner yang lengkap sebanyak

67 responden.

3.2.2.1 Uji Kecukupan DataUji pertama yang harus dilakukan

merupakan uji kecukupan data. Bentuk uji kecukupan data yang dilakukan dengan menggunakan rumus (Walpole, 1995):

Untuk populasi terbatas :

2

moment pearson. Pengujian validitas dilakukan terhadap data hasil penyebaran kuisioner awal dengan tujuan untuk memperoleh atribut-atribut mana saja yang valid dan dapat digunakan utnuk melakukan penyebaran kuisioner lanjutan yaitu penyebaran kuisioner akhir/resmi. Pengujian validitas dilakukan dengan taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5%. Pada dasarnya pengujian ini adalah menghitung korelasi antar skor penilaian seluruh responden setiap atribut dengan skor total jumlah seluruh atribut. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Ms.Excel, data dikatakan valid apabila koefisien korelasi product momentnya lebih besar dari nilai kritis yang diperoleh dari tabel. Untuk data yang diperoleh dari kuisioner dengan n=63 dan =5%, maka nilai r tabel sebesar 0.248.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas

Hasil perhitungan dapat diketahui bahwa semua atribut memiliki nilai validitas

n Z x xN

(1)

yang lebih besar dari r kritis tabel, sehingga

(Z

2 x 2 )

e 2 x N)

dinyatakan valid.

3.2.2.3 Uji ReliabilitasUntuk populasi tak terbatas:

Setelah dilakukan uji validitas data,Z 2 xn =e 2

(2)

maka langkah selanjutnya merupakan uji reliabilitas dengan menggunakan reliabilityApabila ditentukan selang kepercayaan

(CI) sebesar 95% nilai Z = 1.645. Sedangkan

error sebesar 5%, = 0.891 maka diperoleh jumlah sampel minimum yang seharusnya diambil sebanyak 32 responden.

Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 70 responden. Akan tetapi, setalah di verifikasi kuisioner yang terisi lengkap hanya

berjumlah 63 responden. Meskipun demikian, jumlah responden tersebut memenuhi peryaratan uji kecukupan data.

3.2.2.2 Uji Validitas DataValiditas menunjukkan kemampuan suatu instrumen (kuisioner) dalam mengungkapkan

objek (variabel) yang diukurnya. Kuisioner yang

digunakan untuk pengumpulan data penelitian harus dapat mengukur apa yang ingin diukur

(Simamora, 2002). Uji validitas dilakukan

terhadap masing-masing pertanyaan yang membentuk variable penelitian. Untuk mengukur validitas digunakan korelasi product

analysis dari software SPSS. Analisis ini

bertujuan untuk menguji apakah alat ukur yang

digunakan dapat dipercaya dan diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1995). Keandalan tersebut dari instrumen pengumpulan data, dimana beberapa kali pertanyaan atau atribut yang ditanyakan kepada responden yang berlainan hasilnya tidak akan menyimpang terlalu jauh dari rata-rata.

Reliabilitas menunjukkan konsistensi keandalan dari kuisioner yang digunakan. Suatu

kuisioner dikatakan reliable (andal) jika jawaban responden terhadap pertanyan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner merupakan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan nilai cronbach alpha, jika koefisien cronbach alpha lebih besar dari 0.6 maka instrument dianggap reliable. Untuk menguji reliabilitas tersebut digunakan software SPSS dan berikut merupakan hasil uji reliabilitas instrumen:

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai cronbach alpha untuk kerajinan keramik sebesar 0.607. Setiap nilai cronbach alpha tersebut lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan nilai yang ditunjukkan menyatakan bahwa skala pengukuran yang digunakan cukup reliable dan dapat digunakan untuk semua jenis kerajinan keramik yang digunakan sebagai objek penelitian.

3.2.3 Data Voice of Customer dan PengolahanHouse of QualityData-data suara konsumen, respon teknis dari tim pengembang dan data lain yang mendukung pembuatan QFD akan ditampilkan pada sub bab ini.

3.2.3.1 Voice of CustomerTahap awal proses pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data atribut produk

berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen

(voice of customer). Untuk membangkitkan

voice of customer dilakukan melalui survei terhadap konsumen. Hasil survei terhadap konsumen untuk membangkitkan atibut kualitas produk menurut persepsi konsumen ditampilkan dalam tabel:

Tabel 3.8 Parameter Voice of CustomerSetelah menentukan parameter voice of customer, selanjutnya menjabarkannya ke dalam kualitas voice of customer yang terlihat pada:

Tabel 3.9 Kualitas Voice of CustomerData pendapat konsumen mengenai tingkat kepentingan atribut produk dan kepuasan konsumen terhadap kerajinan keramik diperoleh melalui survey sampel ke konsumen. Metode survei yang digunakan dengan simple random sampling.

3.2.3.2 Planning MatrixUntuk melakukan pengolahan data, diperlukan data pendukung, sehingga pada matriks ini dapat dilakukan analisis data. Data tersebut berisi voice of customer secara

kuantitatif yaitu berisi kuantifikasi tingkat kepentingan atribut produk yang diinginkan oleh konsumen dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk berdasar tiap atribut. Selain itu diperlukan juga nilai goal dan sales point yang diharapkan perusahaan (UPT Kerajinan Keramik). Nilai goal merupakan level dari customer performance yang ingin dicapai untuk memenuhi kebutuhan setiap konsumen. Sedangkan sales point merupakan informasi mengenai kemampuan menjual produk atau jasa (pelayanan) berdasarkan seberapa baik customer needs dipenuhi.

Nilai untuk sales point:

1 = tidak ada titik penjualan

1.2 = titik penjualan menengah

1.5 = titik penjualan kuatTabel 3.10 Simbol dalam Relationship Matrix

Perhitungan Importance to CustomerImportance to customer diperoleh dari hasil kuisioner tingkat kepentingan yang berisi nilai

dari atribut yang dipentingkan customerterhadap produk kerajinan keramik. Nilainya diperoleh dari rata-rata tingkat kepentingan setiap atribut.

Perhitungan Customer SatisfactionPerformanceCustomer satisfaction performance diperoleh dari hasil kuisioner tingkat kepuasan yang berisi nilai kepuasan customer dari atribut produk kerajinan keramik. Nilainya diperoleh dari rata-rata tingkat kepuasan setiap atribut.

GoalGoal diperoleh dari penetapan performansi konsumen yang diharapkan oleh perusahaan.

Penjelasan tentang planning matrixtampak pada Gambar 3.3

3.2.3.3 Technical ResponsePernyataan konsumen dijabarkan lagi ke

dalam voice of customer dengan model yang berbeda. Pada penyusunan voice of customer ini melibatkan tim pengembang untuk mendefinisikan fungsi, reliability, target value yang dicapai dan substitute quality characteristic (SQC) atau technical response. Tabel 3.11 Technical Response Kerajinan Keramik

3.2.3.4 House of QualityHasil perhitungan sebelumnya

kemudian diringkas ke dalam sebuah matriks

house of quality yang berisi relationship matrix,

technical correlation, dan technical matrix. Dari perhitungan akan diperoleh target untuk respon teknis sebagai masukan dalam mendesain produk kerajinan keramik nantinya.

Pada Gambar 3.4 terdapat hubungan

antara matriks atribut yang diinginkan dan dibutuhkan customer dengan respon teknis. Terdapat 3 jenis hubungan tiap elemen pada rumah kualitas produk kerajinan keramik, yaitu kuat, sedang, kemungkinan ada hubungan.

3.2.3.5 Green HouseTerdapat 9 kriteria dampak lingkungan

didasarkan pada metode EDIP (EnvironmentalDesign Industrial of Product) (Wenzel, 1997) yang memasukkan unsur-unsur dampak lingkungan ke dalam green house. Data dalam green house diperoleh dari expert judgement dan brainstorming dengan ahli.

3.2.3.6 Cost HouseDalam tahap ini biaya yang ada di setiap life cycle kerajinan keramik dimasukkan ke dalam matriks-matriks cost house/ Tujuan dari tahap ini yaitu mengurangi biaya suatu item.

Gambar 3.3 Planning Matrix Produk Kerajinan

Keramik

Gambar 3.4 House of Quality Produk Kerajinan

Keramik

Gambar 3.5 Green House Produk Kerajinan Keramik

Gambar 3.6 Cost House Produk Kerajinan Keramik

4. Analisis dan Interpretasi DataPada tahap ini, akan dilakukan analisis hasil pada bab sebelumnya. Analisis data diawali dari hasil pengolahan QFD. LCA dan LCC. Selain itu dilakukan analisis terhadap produk dengan

menggunkan matriks concept comparison house yang merupakan cara untuk mengevaluasi konsep produk yang mengintegrasikan kriteria kualitas yang didasarakan pada suara konsumen, dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh produk, dan biaya yang terjadi selama siklus hidup produk.

4.1 Kualitas Produk Berdasarkan KebutuhanKonsumenUntuk mendapatkan data kebutuhan dan

keinginan konsumen terhadap kualitas produk, dilakukan dengan cara survei ke konsumen.

Cara pengambilan data dengan metode wawancara dan penyebaran kuisioner.

Tabel 3.12 Atribut Kualitas Kerajinan Keramik

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner menunjukkan bahwa semua atribut kualitas valid dan tiap dimensinya bisa diandalkan. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai validitas dan reliabilitas untuk tingkat kepuasan dan kepentingan lebih dari nilai r tabel. Selain itu dari pertanyaan tersebut,jika ditanyakan kepada orang yang sama pada waktu yang berbeda ataupun dalam waktu yang sama ditanyakan kepada orang yang berbeda, akan memiliki pemahaman yang sama.

Dari Tabel 3.11 dapat diketahui urutan prioritas kebutuhan konsumen berdasarkan

tingkat kepentingan. Semakin tinggi nilai masing-masing atribut, menunjukkan bahwa atribut tersebut semakin dipentingkan oleh konsumen. Atribut kualitas yang paling dipentingkan oleh konsumen berdasarkan urutan yaitu daya tahan (tidak mudah retak/pecah), sisi, warna menarik, motif, dampak lingkungan, dan dimensi.

4.2 Importance to CustomerImportance to customer merupakan

nilai kepentingan atribut produk kerajinan keramik menurut konsumen. Nilai tingkat

kepentingan ini menyatakan seberapa penting atribut produk kerajinan keramik mempengaruhi

konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Importance to customer menunjukkan urutan atribut mulai dari yang paling penting dipertimbangkan konsumen dalam pemilihan produk kerajinan keramik.

Tabel 3.13 Atribut Berdasarkan Tingkat Kepentingan

Raw weight merupakan nilai sintesa dari tingkat kepentingan konsumen, improvement ratio dan sales point. Improvement ratio merupakan perbandingan nilai goal dengan tingkat kepuasan konsumen. Goal menunjukkan nilai kondisi lapangan saat ini. Sedangkan sales point menunjukkan kontribusi tiap atribut terhadap tingkat penjualan. Nilai raw weight yang paling besar menunjukkan pentingnya atribut tersebut untuk diperhatikan oleh perusahaan. Sehingga aspek warna, retak (daya tahan) dan motif menjadi poin utama dalam desain kerajinan keramik.

4.2 Customer SatisfactionCustomer satisfaction merupakan persepsi kualitas produk keramik menurut knsumen seperti yang dirasakan. Hal ini berhubungan

dengan penilaian konsumen terhadap masing-

masing atribut produk kerajinan keramik berdasarkan tingkat kepuasan konsumen.

Tabel 3.14 Atribut Berdasarkan Tingkat Kepuasan

Ditinjau dari tingkat kepuasan konsumen terhadap produk kerajinan keramik, atribut produk daya tahan/tidak retak/pecah berada pada urutan pertama.

4.3 Technical ResponseBerdasarkan analisis house of qualityseperti yang sudah dijelaskan diatas, terdapat beberapa atribut kualitas kerajinan keramik yang baik yang diinginkan oleh konsumen. Untuk

memenuhi keinginan konsumen terdapat beberapa tindakan yang harus dilakukan utnuk memenuhi kebutuhan tersebut. Penentuan prioritas respon teknis yang harus diperhatikan dapat dilihat dari nilai kontribusi prioritas yang

diperoleh. Pada Tabel 5.4 dapat dilihat kontribusi prioritas tiap-tiap respon teknis yang dapat digunakan untuk pemilihan tindakan.

Tabel 3.15 Kontribusi Prioritas Respon Teknis

Berdasarkan Tabel 3.13 respon teknis yang harus diperhatikan sesuai dengan prioritas yaitu:

1. Jenis Bahan

2. Desain Produk

3. Kualitas Bahan

4. Komposisi Bahan

5. Pengolahan Bahan

6. Finishing7. Setting mesin/cetakan/tungku

pembakaran

8. Penggunaan sumber daya

4.4 Matriks HubunganUpaya untuk meningkatkan kualitas dari

suatu produk salah satunya dengan mengetahui hubungan antara respon teknis yang dimiliki perusahaan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Hubungan ini sangat penting diperhatikan utnuk mengetahui seberapa kuat hubungannya. Hubungan antara respon teknis dan customer needs seperti pada Gambar 4.19 yang memiliki nilai kuat, antara lain:

Atribut daya tahan/retak dengan komposisi bahan

Prosentase komposisi bahan

memepengaruhi kualitas (daya tahan) kerajinan

keramik. Apabila komposisinya sesuai standar dapat menghasilkan komposisi yang mudah dihaluskan. Sedangkan apabila komposisinya tidak homogen dapat mengakibatkan kerajinan keramik mudah rapuh. Misalnya apabila kelebihan atau kekurangan bahan clay akan mempengaruhi kekentalan (viskositas).

Atribut daya tahan dan dimensi dengan

setting mesin press sesuai dengan bentuk dan ukuran

Stroke mesin press apabila di setting kurang sesuai akan menghasilkan struktur body dengan

bahan yang berlapis-lapis, sehingga dapat mengakibatkan daya tahan kerajinan keramik berkurang. Selain itu, apabila tekanannya kurang sesuai dapat mempengaruhi kepadatan

badan keramik, sehingga mengakibatkan perubahan variasi dimensi.

Atribut warna menarik dengan settingparameter temperatur pembakaran

Parameter tempertur pembakaran harus

disetting dengan benar. Karena, apabila temperature terlalu tinggi dapat mengakibatkan permukaan menjadi semakin mengkilat/glose, sehingga warna kerajinan keramik cenderung semakin lebih kusam (tidak tampak). Sebaliknya apabila temperatur terlalu rendah dapat mengakibatkan permukaan menjadi lebih kusam, sehingga warna cenderung lebih mencolok/tajam.

Atribut sisi dengan menyesuaikan kondisi cetakan

Apabila kondisi cetakan tidak baik, maka

hasik cetakan menjadi tidak rata, ukuran tidak tepat dan sisinya menjadi tidak halus

Atribut motif dengan menyesuaikan proses motif dengan desain

Atribut warna keramik dengan penyesuaian parameter engobe, gelasir dan pasta

Atribut warna akan mempengaruhi engobe yang bersifat seperti meni pada cat kayu,

sehingga apabila engobe tidak sempurna dapat mengakibatkan permukaan menjadi tidak rata dan halus. Sedangkan warna dasarnya menjadi tidak menonjol. Gelasir dapat mempengaruhi gelap atau terangnya permukaan dan kekuatan permukaan terhadap goresan. Selain itu, pasta dapat mempengaruhi sesuai atau tidaknya warna gambar sesuai yang diinginkan.

4.5 Dampak Lingkungan Kerajinan KeramikPada siklus hidup produk kerajinan

keramik dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan. Secara umum, dampak siklus hidup

produk kerajinan keramik terhadap gangguan kesehatan manusia berasal dari debu sebesar

52.55% (melalui proses produksi feldspar, kuarsa, dan bahan baku lainnya). Pada kategori

kualitas ekosistem dapat menimbulkan ketidak seimbangan sebesar 32.83% berasal dari emisi NO x dan sebesar 44.71% berasal dari distribusi produk jadi. Sedangkan pada kategori sumber daya dapat menimbulkan kerusakan sebesar

52.79% berasal dari penggunaan gas alam dan

sebesar 32.43% (European Commission, 2007).

4.5.1 Kandungan Bahan BakuBahan baku keramik merupakan

mineral yang banyak mengandung unsur-unsur non- radioaktif maupun radioaktif yang berasal

dari dalam bumi. Pembuatan keramik secara

langsung maupun tidak langsung berhubungan

ventilasinya. Bahan keramik yang mengandungdengan pekerja (terutama tangan) mulai dari

228 Th

dan

226 Ra

dalam peluruhannya akanproses pengolahan tanah liat, pembentukan pola

keramik, pembakaran, penggelasiran hingga

menghasilkan gas radon

222 Rn

dan thoron

pemberian warna.

220 Th

. Gas ini bersifat inerst, toksik, dan

Setiap jenis bahan baku yang digunakan dalam produksi kerajinan keramik mengandung unsur-unsur yang bersifat non-radioaktif dan radioaktif, antara lain aluminium (Al), arsenik (As), cobalt (Co), copper (Cu), lead (Pb), merkuri (Hg), zirconium (Zr), platinum (Pt), silicon (Si), silver (Ag), sulphur (S), emas (Au), oksigen (O), nitrogen (N), potassium (K), thorium (Th), dan uranium (U). Beberapa unsur tersebur digolongkan sebagai logam berat (seperti Pb, Hg), berbentuk gas (seperti S, O, dan N), bersifat radioaktif (deret uranium, deret thorium dan potassium-40).

Unsur-unsur yang bersifat radioaktif berasal dari dalam bumi sejak terbentuknya bumi dan berpotensi memancarkan radiasi peng-

ion. Terdapat variasi kadar radioaktif alam dalam berbagai jenis tanah dan batuan.

Tabel 3.16 Kadar Radionuklida

Bahan baku keramik mempunyai kadar

mudah lepas ke lingkungan secara emanasi dari

permukaan keramik. Gas radon dan thoron yang lepass dari keramik ke lingkungan dapat memberikan potensi radiasi internal melalui

saluran pernapasan

4.5.2 Proses ProduksiProses produksi kerajinan keramik

dapat mengakibatkan dampak lingkungan, antara lain emisi udara, air, tanah, bising serta

bau. Menurut European Comission dalam dokumen Ceramic Manufacturing Industry, jenis polusi udara, jumlah polusi udara, limbah cair dan padat bergantung pada parameter yang berbeda yaitu penggunaan bahan baku, energi dan teknik produksinya. Analisis dampak yang ditimbulkan dari proses produksi kerajinan keramik, yaitu:

Adanya emisi udara

Emisi udara dapat disebabkan oleh emisi gas karbon oksida, nitrogen oksida, sulfur oksida, florin in-organik, logam berat yang

dapat mengalami peningkatan akibat proses produksi kerajinan keramik.

Adanya emisi air

Emisi air dapat disebabkan oleh limbah cair

pada sepanjang siklus hidup kerajinan keramik yang mengandung bahan mineral dan in- organik.

radionuklida

228 Th

dan

226 Ra

cukup tinggi,

Wasteterutama

40 K

sehingga sangat berpotensi

Waste dapat disebabkan oleh hilangnya

menimbulkan radiasi bagi pekerja.

Terdapat beberapa kemungkinan

terjadinya dampak akibat pengolahan bahan baku keramik, antara lain radiasi eksternal (di luar tubuh) dan internal (di dalam tubuh). Radiasi eksternal dapat terjadi pada pekerja kerajinan keramik yang mengolah bahan baku secara langsung dengan menggunakan tangan. Selain itu, radiasi internal juga dapat terjadi pada pekerja kerajinan keramik melalui pencernaan makanan (mulut) dan saluran pernapasan (hidung). Dampak eksternal dan internal yang ditimbulkan juga dapat terjadi pada masyarakat melalui produk jadi kerajinan keramik, misalnya gelas, piring, hiasan rumah dan sebagainya. Radionuklida alam yang terkandung dalam produk kerajinan keramik dapat memberikan kontribusi radiasi di dalam ruangan, terutama ruangan yang kurang

proses yang berasal dari produksi kerajinan

keramik, antara lain residu (sisa) dalam bentuk padat, limbah kemasan, dan sebagainya.

Konsumsi energi

Dalam produksi kerajinan keramik diperlukan konsumsi energi yang cukup besar, antara lain penggunaan bahan bakar LPG

(propane dan butana) pada proses pembakaran antara temperatur 800-2000C. Hal ini dapat mengakibatkan emisi senyawa gas (SO x , NO x , HF, HCl, logam berat) dan berpotensi menimbulkan polusi udara.

Hal terpenting dalam penerapan lifecycle assessment pada produk kerajinan keramik adalah pengurangan emisi udara, air; efisiensi energi; pengurangan penggunaan bahan baku, air; perbaikan dan daur ulang hilangnya proses atau waste; adanya proses pengolahan limbah cair yang efektif.

4.5.3 Green HouseProduk kerajinan keramik di sepanjang siklus hidupnya memberikan dampak lingkungan terutama pada tahap pengolahan raw material, pengangkutan dan finishing. Oleh

karena itu perlu dilakukan analisis green house untuk dapat mengetahui parameter dampak lingkungan. Pada Gambar 3.5 menunjukkan emisi udara menempati prioritas pertama yang memberikan kontribusi dampak lingkungan sebesar 28.7%, sehingga respon teknis emisi udara penting untuk di pertimbangkan dalam penentuan perbaikan.

Tabel 3.17 Penanganan Limbah Industri

4.5.4 Cost HouseSemakin meningkatnya industri keramik di Indonesia menyebabkan permintaan akan bahan bakunya juga meningkat. Bahan baku

keramik meliputi feldspar, kaolin, kuarsa yang

berasal dari sumber daya alam dengan keterbatasan cadangan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain untuk menambah bahan baku lainnya ke dalam komposisi kerajinan keramik dengan harga yang relatif murah tanpa mengurangi mutu kerajinan keramik tersebut.

Tabel 3.18 Ketersediaan Bahan Baku Keramik

(Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan

Kimia Departemen Perindustrian, 2009)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Heni Dwi Kurniasari (2008) menghasilkan alternatif penambahan bahan baku kerajinan keramik yaitu limbah alumina dan sand blasting dalam komposisi kerajinan keramik, sehingga menghasilkan produk kerajinan keramik ramah

lingkungan (eco-friendly) dan berkelanjutan (sustainable/renewable). Selain karena harga yang relatif murah, pemanfaatan limbah sebagai bahan baku dapat meminimalisir jumlah limbah yang terbuang. Harga limbah alumina dan sand blasting dibawah harga kaolin, yaitu sebesar Rp.

150/kg sedangkan harga kaolin sebesar Rp.7500/kg. Pada Tabel 4.10 menunjukkan biaya produk 1 unit kerajinan keramik sebesar

Rp. 8.821. Dengan adanya penambahan bahan baku lainnya ke dalam komposisi produksi kerajinan keramik dapat menghemat biaya sebesar Rp. 1.613/buah. Semakin banyaknya penggunaan limbah dalam komposisi kerajinan keramik maka biaya produksi kerajinan keramik semakin rendah. Biaya yang lebih rendah menunjukkan tingkat efektivitas dari produksi kerajinan keramik. Selain itu, ditinjau dari aspek lingkungan penambahan limbah ke dalam komposisi kerajinan keramik sangat baik karena memberikan nilai tambah pada limbah dan dapat meminimalisir dampak lingkungan dari pembuangan limbah B3. Akan tetapi, pemanfaatan limbah ini harus disertai dengan pengolahan yang baik dan benar, sehingga tidak membahayakan lingkungan. Biaya terbesar dalam produksi kerajinan keramik terdapat pada biaya manufaktur. Sedangkan pada produsen hampir tidak terdapat biaya yang dikeluarkan, sehingga pengurangan biaya dari perubahan komposisi bahan baku dapat menghasilkan dampak yang signifikan.

4.5.5 Concept Comparison HouseBerdasarkan analisis dampak lingkungan, biaya, dan lain-lain dilakukan pengembangan produk kerajinan keramik melalui concept comparison house.

Metode pemilihan produk terbaik diperoleh dari matriks tersebut. Matiks ini di adopsi dari house of quality yang di dalamnya berisi kriteria kualitas berdasarkan atas kepuasan dan kebutuhan konsumen, dampak yang ditimbulkan dan biaya yang terjadi selama siklus hidupnya.

Dari hasil evaluasi sebelumnya,

dimasukkan ke dalam matriks concept comparison house ini, perlu dilakukan brainstorming untuk memutuskan produk yg dipilih. Hasil konsep produk diketahui bahwa terdapat beberapa respon teknis yang harus diperhatikan sesuai kolom kualitas yang diperoleh dari house of quality.

Skala yang digunakan untuk member skor berkisar antara 1 sampai 10. Nilai 1 berarti

kualitas produk buruk dan 10 berarti kualitas produk yang baik. Demikian juga untuk aspek lingkungan dan biaya.

Dari pengolahan concept comparison house tersebut diketahui hasil kepuasan terhadap

konsep desain baru sangat signifikan disetiap parameter baik kualitas, biaya dan lingkungan.

4.5.6 Total Quality Environmetal ManagementUsaha kerajinan keramik merupakan

salah satu usaha yang potensial khususnya di wilayah Jawa Timur. Kerajinan keramik tidak saja untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri melainkan menjadi komoditas ekspor ke berbagai negara.

Industri kerajinan keramik mengalami pertumbuhan cukup baik baik ditinjau dari utilisasi kapasitas maupun perolehan devisa.

Tabel 3.19 Ketersediaan Bahan Baku Keramik

(Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan

Kimia Departemen Perindustrian, 2009)

Akan tetapi, saat ini industri kerajinan keramik dihadapkan pada berbagai tantangan yang diakibatkan dari berbagai hal. antara lain:

1. Keberlangsungan pasokan bahan baku..

2. Peraturan

3. Kesenjangan kualitas SDM

4. Rendahnya produktivitas

5. Kesenjangan pengetahuan tentang hubungan dengan pasar internasional

6. Rendahnya inovasi dan pengambangan

produk

Melihat berbagai permasalahan yang

masih dihadapi oleh industri kerajinan keramik dan penurunan daya saing yang dimiliki oleh industri kerajinan keramik nasional di pasar ekspor perlu adanya perbaikan sistem manajemen usaha kecil dan menengah yang melibatkan semua pihak terkait, namun tidak melupakan komitemen awal dalam menjaga lingkungan.

5. Penutup5.1 KesimpulanKesimpulan dari penelitian penelitian

ini adalah:

1. Produk kerajinan keramik menghasilkan berbagai dampak baik di sepanjang siklus hidupnya (mulai raw material hingga disposal) serta memberikan dampak lingkungan secara luas (perekonomian),

antara lain emisi udara, tanah, rusaknya ekosistem, dan sebagainya.

2. Atribut yang dipentingkan konsumen

terhadap produk kerajinan keramik berdasarkan prioritas utamanya adalah

atribut warna menarik, daya tahan (retak), motif, dimensi, dampak lingkungan dan sisi.

3. Atribut produk kerajinan keramik berdasarkan tingkat kepuasan konsumen

kerajinan keramik adalah daya tahan (retak), motif, dampak lingkungan, dimensi, warna menarik, dan sisi.

4. Respon teknis yang harus diperhatikan

UKM berdasarkan prioritas adalah jenis bahan, desain produk, kualitas bahan, komposisi bahan, pengolahan bahan, finishing, setting mesin/cetakan/tungku pembakaran, dan penggunaan sumber daya.

5. Produk kerajinan keramik dengan menggunakan bahan baku tambahan dapat memenuhi aspek kualitas, lingkungan dan

biaya.

6. Produk kerajinan dengan menggunakan bahan baku tambahan dapat memberikan nilai tambah pada limbah dan dapat

meminimalisir dampak lingkungan dari pembuangan limbah B3. Selain itu, alternatif tersebut merupakan terbaik diantara kedua alternatif yang ada.

5.2 SaranSaran dari penelitian penelitian ini

adalah:

1. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat membandingkan beberapa alternatif kerajinan keramik tidak terbatas pada penambahan bahan baku lain dalam komposisi kerajinan keramik.

2. Penelitian selanjutnya hendaknya diperbanyak penelitian terhadap industri kerajinan keramik untuk mengembangkan

industri tersebut terutama UKM sehingga dapat bersaing di pasar lokal maupun global.

6. Daftar PustakaAfida, Novita. 2008. PeningkatanProduktivitas Melalui Usaha Waste Reduction Dengan Pendekatan Green Productivity di PT. Ecco Tannery Indonesia. Laporan Penelitian Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Akao, Yoji. 1991. Quality Function Deployment : Integrating Customer Requirements in to Product Design. Productivity Press. Portland, Oregon

Astuti, Septin. 2004. Evaluasi Konsep Produk Lampu dalam Proses Desain dan Pengembangan Produk Lmapu dengan Pendekatan Green Quality Function Deployment II. Tesis Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Billatos, Samir B. & Basalay, Nadia A.1997. Green Technology and Design For The Environment. Taylor & Francis, Ltd

Broca, Mita. 2008. A Comparative Analysis ofThe Environmental Impacts of Ceramic Plates and Biodegradable Plates (Made of Corn Starch) Using The Life Cycle Assessment Tool. TERI University

Curran, Mary Ann. 1996. EnvironmentalLife Cycle Assessment. Mc Gaw Hill

De Mendonca, M. & Baxter, T.E. 2001.

Design for The Environment (DFE) AnApproach to Achieve The ISO 14000International Standardization. Environmental Management and Health., Vol. 12 No. 1, pp. 51-56

Handfield, Robert B., Walton, Steve V., Seegers, Lisa K., dan Melynk, Steven A.

1997. Green Value Chain Practices in The Furniture Industry. Journal of Operation Management., Vol. 15.pp 293-

315.an

Largestedt, Jessica., dan Luttropp, Conrad.

2001. Functional Priorities in Eco- Design-Quality Function Deployment, Value Analysis and Functional Profile.

13 th International Conference On

Engineering Design, ICED, Glasgow

Saaty, T. L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Ulrich, Karl. T., dan Eppinger, Steven. D.

2001. Perancangan dan PengambanganProduk. Salemba Teknika. Jakarta

Zhang, Y., Wang, H.-P,. Zhang, C. 1999.

Green QFD-II: Life Cycle Approach for Environmentally Conscious Manufacturing by Integrating LCA and LCC into QFD Matrices. International Journal Production Research., Vol. 37, pp

1075-1091

(

2

2