Post on 01-Nov-2021
ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019.07(01):44-58 e-ISSN: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim. 2019.007.01.04
44 Cite this as: Noor, Arif Y. M. and Zainal A. (2019). Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in
International Market. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 07(01):44-58 Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/
COMPETITIVENESS OF INDONESIAN EEL (Anguilla sp) IN INTERNATIONAL MARKET
DAYA SAING IKAN SIDAT (Anguilla sp) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
Arif Yustian Maulana Noor 1 and Zainal Abidin*2
1Faculty of Agriculture Brawijaya University, Veteran Street Malang
2Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Veteran Street Malang
Received: July 15, 2019 /Accepted: August 07, 2019
ABSTRACT
This study aims to analyze the competitiveness of Indonesian eel in the international market both comparative and competitive advantage. This type of research data is secondary data sourced from the United Nations Nation Database. The data analysis method uses Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA), Export Product Dynamics (EPD) and Hirschman Herfindahl Index (HHI). Eel is a fishery commodity that has a potential export market. China is the main exporter of eel in the world with a share of 64%. Some EU member countries are still carrying out international trade in eel although CITES has included it in Appendix II as a protected species. The export of Indonesian eel consists of life, fresh and frozen. The comparative competitiveness of live and frozen eel is quite good while fresh eel is still low. The competitive advantage of Indonesian eel in the international market is still in the falling star quadrant. The concentration of the global eel market is based on the Herfindahl index that frozen eel is unconcentrated, it is mean that frozen eel is the most potential to be developed as an export commodity.
Keywords: comparative advantage, competitif advantage, market concentration, eel
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ikan sidat Indonesia di pasar internasional baik secara komparatif maupun kompetitif. Jenis data penelitan ini adalah data sekunder yang bersumber dari Comtrade United Nation Database. Metode analisa data menggunakan Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA), Export Product Dynamics (EPD) dan Hirschman Herfindahl Index (HHI). Ikan sidat merupakan komoditi perikanan yang memiliki pasar ekspor potensial. China menjadi negara pengekspor ikan sidat utama di dunia dengan share sebanyak 64%. Beberapa negara anggota EU masih menjalankan perdagangan internasional ikan sidat meskipun CITES telah memasukkannya dalam Apendix II sebagai spesies yang dilindungi. Ekspor ikan sidat indonesia terdiri dari ikan sidat hidup, segar dan beku. Daya saing komparatif ikan sidat hidup dan beku cukup baik sedangkan ikan sidat segar belum berdaya saing. Daya saing kompetitif ikan sidat Indonesia di pasar internasional berada pada posisi falling star. Konsentrasi pasar ikan sidat dunia berdasarkan indeks Herfindahl bahwa ikan sidat beku unconcentrated, sehingga menjadi komoditi yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Kata kunci: keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, konsentrasi pasar, ikan sidat
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 104.000 km dengan
luas laut sekitar 3,5 juta km2. Posisi geografis tersebut seharusnya membuat Indonesia menjadikan
perikanan sebagai sektor riil dan menjadi andalan untuk mendatangkan devisa negara. Volume
perikanan tangkap dan budidaya di Indonesia setiap periode mengalami peningkatan, pada tahun
2016 rata-rata kenaikan produksi dari perikanan tangkap adalah 3,2% yang dirasa masih lambat,
sedangkan untuk perikanan budidaya mengalami kenaikan 25%. Perikanan budidaya air tawar
* Corresponding author: Zainal Abidin, z_abidin@ub.ac.id
Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Veteran Street, Malang
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 45
mengalami peningkatan sebesar 11%, hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan produk ikan
air tawar di dalam negeri yang masih 70% (Primyastanto, 2016).
Ada 16 spesies ikan sidat di seluruh dunia, tiga spesies dipisahkan menjadi sub-spesies.
Spesies ikan sidat dikelompokkan menjadi spesies tropis dan subtropis berdasarkan distribusi
pantai dan air tawar serta kedekatan distribusinya di perairan kontinental dengan daerah
pemijahan. Semua spesies ikan sidat membutuhkan air hangat, asin dan perairan lepas pantai
untuk reproduksi yang optimal, serta arus air yang sesuai harus ada untuk mengangkut larva
menuju perairan benua (Miller, 2019).
Menurut Afandi (2010), jenis ikan sidat yang ada di Indonesia sedikitnya terdiri dari 6 spesies
yaitu Anguilla bicolor bicolor, Anguilla bicolor pacifica, Anguilla mormorata, Anguilla celebensis,
Anguilla ancentralis, Anguilla borneensis. Ikan sidat memiliki kandungan vitamin A sebesar
4.700IU dan protein yang tinggi mencapai 16,4% (Pratiwi, 1998). Ikan sidat adalah jenis ikan
budidaya yang diminati di pasar internasional, oleh karena itu ikan sidat sangat berpotensi menjadi
komoditas ekspor yang dapat diandalkan. Di luar negeri, ikan sidat termasuk dalam jenis ikan
istimewa dan merupakan makanan kelas atas. Negara- negara yang telah membudidayakan ikan
sidat secara besar-besaran yaitu Jepang, Taiwan dan beberapa Negara Eropa (Praseno, 2009).
Ikan sidat di Indonesia banyak ditemukan di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam
seperti pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera, pantai timur Kalimantan, pantai Sulawesi,
pantai kepulauan Maluku dan pantai di Irian Barat (Affandi, 2010).
Penangkapan belut di belahan bumi utara meningkat pada 1970-an atau awal 1980-an dan
kemudian terjadi penurunan selama beberapa dekade (Jacob et al., 2015). Importir utama dunia
ikan sidat adalah Jepang, tetapi produksi spesies lokal ikan sidat Jepang (Anguilla japonica) telah
mendapatkan pembatasan yang sangat ketat. Kaifu (2019) memaparkan bahwa sebanyak 93,4%
dari 1.509 koperasi perikanan di 37 prefektur Jepang menyatakan bahwa stok Anguilla japonica
menurun, meskipun telah dilakukan kebijakan pembatasan dengan memasukkannya dalam list
merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebagai spesies langka. Menurut
Crook (2014), Anguilla japonica lebih disukai daripada spesies ikan sidat lainnya di banyak negara
Asia Timur, tetapi pada tahun-tahun ketika ketersediaan spesies ini rendah, terjadi pergeseran
impor yang beralih pada spesies ikan sidat lainnya.
Spesies ikan sidat Eropa yaitu Anguilla anguilla telah masuk dalam daftar lampiran II CITES
sebagai komoditi perikanan yang dilarang untuk ditangkap karena terancam punah akibat
penangkapan berlebih sehingga terjadi degradasi habitat dan adanya dampak perubahan iklim
(Nijman, 2015). Setelah adanya larangan tersebut, pergeseran permintaan terjadi dengan impor
ikan sidat dari negara-negara Amerika dan Asia Tenggara (Crook, 2013). Pembatasan terhadap
perdagangan ikan sidat A. Anguilla dan A. Japonica di Eropa dan Jepang memberikan peluang
dan potensi spesies ikan sidat lokal Indonesia yang masih belum banyak dikenal untuk bersaing di
pasar internasional. Menurut Nijman (2005) sebenarnya Indonesia telah melakukan ekspor ikan
sidat sejak lebih dari 4 dekade, namun belum begitu menonjol sehingga belum disebut sebagai
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 46
mitra signifikan dalam perdagangan ikan sidat global. Namun beberapa tahun terakhir pemerintah
Indonesia telah secara aktif mempromosikan ekspor ikan sidat dan budidayanya di Indonesia
(Rovara, 2010). Dukungan pemerintah Indonesia serta adanya larangan perdagangan (ekspor)
spesies ikan sidat A. Anguilla dan A. japonica (di Eropa dan Jepang) membuka peluang bagi ikan
sidat Indonesia untuk memasuki pasar ikan sidat ke Eropa dan Jepang yang merupakan
pengimpor utama dunia.
Ikan sidat selain memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, juga menjadi sebuah hidangan
mewah di luar negeri, oleh sebab itu harga jualnya pun cukup tinggi. Data perdagangan
internasional yang dirilis United Nation, nilai importasi internasional terhadap komoditi ikan sidat
senilai $ 62.506.000 per tahun. Melihat potensi pasar ikan sidat yang sangat besar di pasar
internasional, maka sangat penting mengetahui kondisi persaingan di negara tersebut.
Keunggulan komparatif suatu negara akan sebuah komoditi diukur dari endowment factor,
yaitu faktor yang bersifat alamiah (Tambunan, 2001). Hukum keunggulan komparatif (law of
comparative advantage) menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak
memiliki keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan melakukan
spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki keunggulan komparatif,
sehingga keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang
dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya (Balassa, 1965).
Keunggulan kompetitif (competitive advantage) adalah pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis daya saing suatu kegiatan ekonomi berdasarkan pada kondisi yang aktual. Konsep
keunggulan kompetitif berdasar pada asumsi bahwa kondisi ekonomi yang tidak mengalami
distorsi sama sekali sangat sulit ditemukan di dalam dunia nyata, sedangkan keunggulan
komparatif adalah suatu aktifitas ekonomi yang dilihat hanya dari sudut pandang subjek atau
pelaku yang berkepentingan langsung (Abdullah, 2002).
Konsentrasi pasar dalam konteks perdagangan internasional dapat menunjukkan persentase
pangsa pasar yang dikuasai oleh perusahaan atau negara pengekspor berbanding relatif terhadap
pangsa pasar total di negara tujuan ekspor. Konsentrasi pasar dapat disebabkan oleh adanya
faktor kekuatan permanen yang berada di sisi lain, biasanya konsentrasi pasar tidak banyak
berubah dari waktu ke waktu. Konsentrasi pasar juga dapat menunjukkan tingkat produksi dari
pasar atau industri yang terfokus pada satu atau beberapa perusahaan atau negara pengekspor
terbesar, atau merupakan kombinasi pangsa pasar dari negara-negara yang terkemuka atau
oligopolis, dimana negara tersebut saling menyadari adanya ketergantungan satu sama lain
(Naylah, 2010).
Ikan sidat Indonesia telah diekspor sejak puluhan tahun lalu namun Indonesia belum menjadi
negara yang diperhitungkan di kancah perdagangan ikan sidat dunia. Penelitian yang ada
kebanyakan terkait peningkatan produksi, sistem budidaya, proyek pengembangan, konservasi
dan pengolahan. Belum ada publikasi yang menerangkan posisi Indonesia dalam perdagangan
ikan sidat internasional serta jenis komoditi ikan sidat apa yang memiliki peluang dan daya saing
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 47
untuk diekspor. Informasi terkait perdagangan internasional ikan sidat diperlukan untuk
mengetahui posisi Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam menentukan
kebijakan dan strategi pengembangan yang tepat agar terjadi peningkatan daya saing ekspor ikan
sidat. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis daya saing komparatif dan
kompetitif ikan sidat Indonesia di pasar internasional dan (2) menganalisis konsentrasi pasar ikan
sidat di pasar internasional.
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang analisis daya saing ekspor ikan sidat Indonesia dilakukan menggunakan
data sekunder yang bersumber dari United Nation Commmodity Trading (UN Comtrade),
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP-RI) dan data yang berasal dari
literatur. Jenis data yang digunakan adalah data time series (deret waktu) yang meliputi data
tahunan dari periode 2009 sampai dengan 2018 sesuai dengan ketersediaanya. Penelitian ini
mengkhususkan pada permintaan global ikan sidat di seluruh dunia. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis deskripstif. Data volume
ekspor impor diperoleh melalui website resmi United Nation Comtrade kemudian diunduh dalam
format csv, selanjutnya data diolah menggunakan microsoft excel.
Dalam perdagangan internasional, komoditi yang diperdagangnkan ditandai dengan HS Code
(Harmonyzed System Code) yang berfungsi sebagai standar internasional atas sistem penamaan
dan penomoran yang digunakan untuk pengklasifikasi produk perdagangan dan turunannya yang
dikelola oleh World Customs Organization (WCO). Ikan sidat yang diekspor teridiri dari 3 bentuk
yaitu ikan hidup (HS 030192), fresh (030274) dan beku (HS 030326).
Analisis Daya Saing Komparatif
Keunggulan komparatif ikan sidat Indonesia direfleksikan dengan kinerja ekspor yang diukur
melalui evaluasi peranan ekspornya dari total ekspor, lalu dibandingkan dengan pangsa pasar ikan
sidat di perdagangan dunia. Analisis RCA digunakan untuk mengetahui daya saing ikan sidat
Indonesia yang terdiri dari 3 jenis komoditi (hidup, segar dan beku) di pasar internasional. Jika
ekspor ikan sidat negara Indonesia adalah Xij, total ekspor komoditi (produk pembanding yang
memiliki kesaman fungsi atau substitusi dengan ikan sidat) dari Indonesia adalah Xj. Jika ekspor
ikan sidat dari seluruh dunia adalah Xiw dan total ekspor komoditi (produk pembanding yang
memiliki kesaman fungsi atau substitusi dengan ikan sidat) dari seluruh dunia adalah Xw, maka
RCA dihitung menggunakan rumus:
RCA =Xij/Xj
Xiw/Xw (Balassa, 1965) (1)
Kriteria analisis keunggulan komparatif adalah jika RCA nilainya di atas angka satu maka
memiliki keunggulan komparatif, tetapi jika RCA nilainya di bawah angka satu maka tidak memiliki
keunggulan komparatif. Setelah diketahui indeks RCA kemudian dilanjutkan dengan menghitung
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 48
RSCA (Revealed Symmetric Comparative Advantage), dengan RSCA kita dapat membuat indeks
RCA menjadi simetris sehingga resiko upward-biased dapat diminimalisir (Prasad, 2004). Menurut
berbagai studi empiris yang dilakukan Laursen (2015), ketika menggunakan RCA maka harus
selalu disesuaikan sehingga menjadi simetris di sekitar nilai netralnya menggunakan RSCA
dengan rumus sebagai berikut:
RSCA =RSCA−1
RSCA+1 (Laursen, 1998) (2)
Analisis Daya Saing Kompetitif
Keunggulan kompetitif suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan di
dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di
pasar internasional (Porter, 1990). Metode Export Product Dynamics (EPD) digunakan untuk
mengukur daya saing kompetitif dengan mengukur posisi dinamis komoditi ikan sidat Indonesia di
pasar dunia. Metode ini dapat mengukur dinamis tidaknya suatu produk di pasar. Metode EPD
terdiri dari matriks yang menempatkan produk yang dianalisis ke dalam empat kategori yaitu rising
star, falling star, lost opportunity dan retreat (Esterhuizen, 2006).
Tabel 1. Matriks Posisi Daya Saing dengan Pendekatan EDP
Share of Country’s Export in World Trade
Share of Product in World Trade
Rising (Dynamic) Falling (Stagnant)
Rising (competitif) Rising Star Falling Star
Falling (Non competitif) Lost Opportunity Retreat
Sumber: Esterhuizen, 2006
Pasar yang ideal adalah pada posisi Rising Star dimana negara tersebut mendapat tambahan
pangsa pasar karena permintaan komoditi yang bertumbuh dengan cepat (fast-growing products),
pada kuadran Lost Opportunity terjadi penurunan pangsa pasar secara dinamis terhadap komoditi,
Falling Star merupakan posisi dimana pangsa pasar tetap meningkat, namun permintaan
melambat, sedangkan posisi Retreat merupakan pasar yang tidak diinginkan, tetapi pada kasus
tertentu bisa jadi diinginkan jika pergerakannya menjauhi komoditi-komoditi yang stagnan dan
menuju pergerakan dinamis (Wiranthi et al., 2017). Untuk melihat lebih jelas posisi daya saing
suatu komoditi seperti pada Tabel 1, sebelumnya perlu adanya konversi kuadran dimana posisi
daya saing akan berada. Posisi dalam kuadran EPD menginterpretasikan pangsa pasar ekspor
total (X) dan pangsa pasar komoditi (Y), berikut adalah gambar kuadran posisi daya saing dengan
pendekatan EDP dapat dilihat pada Gambar 1.
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 49
Gambar 1. Kuadran Posisi Daya Saing dengan Pendekatan EDP
Jika Xij adalah nilai ekspor ikan sidat Indonesia, Xt adalah nilai ekspor total komoditi pembanding
Indonesia, Wij adalah nilai ekspor ikan sidat seluruh dunia, Wt adalah nilai ekspor total komoditi
pembanding dunia dan T adalah jumlah tahun yang digunakan, maka secara matematis, EPD
dirumuskan sebagai berikut:
Sumbu X =
∑ (Xij
Wij)
t
x 100%
𝑡
𝑡=1
−∑ (Xij
Wij)
t−1
x 100%
𝑡
𝑡=1
𝑇 (3)
Sumbu Y =
∑ (XtWt
)tx 100%
𝑡
𝑡=1
−∑ (XtWt
)t−1
x 100%
𝑡
𝑡=1
𝑇 (Esterhuizen, 2006)
Analisis Konsentrasi Pasar
Hirschman Herfindahl Index (HHI) merupakan salah satu metode analisa untuk mengukur
konsentrasi pasar. Nilai indeks tersebut didapat dengan cara mengkuadratkan market share atau
persentase perdagangan antara suatu negara dengan negara lain di pasar yang sama. HHI
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang valid dan saling mendukung dari analisis rasio
konsentrasi mengenai konsentrasi pasar dalam suatu perdagangan dan industri (Forgey, 1997).
HHI memfokuskan besar proporsi pangsa pasar tertentu dalam suatu industri atau perdagangan
sebagai indikator untuk menentukan tingkat persaingan dengan mengelompokkan berdasarkan
peringkat penjualan tertinggi atau volume. Semakin besar nilai intensitas perdagangan (0 –
10.000), maka semakin besar konsentrasi pasar. Jika HHI adalah Hirschman Herfindahl Index dan
S adalah market share negara pengekspor ikan sidat di pasar internasional, maka berikut
persamaannya:
HHI = S12 + S2
2 + S32 + Sn
2 (Forgey, 1997) (4)
Rising Star
Lost
Opportunity
Retreat
Falling Star
Y
X
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 50
Kriteria analisis konsentrasi pasar adalah jika HHI 0–1.500 maka UC (unconcentrated) atau
konsentrasi rendah, jika HHI 1.500–2.500 maka MC (moderately concentrated) atau konsentrasi
menengah, dan jika HHI 2.500–10.000 maka HC (highly concentrated) atau konsentrasi tinggi.
Komoditi ikan sidat yang diamati pada penelitian ini adalah ikan sidat hidup, segar dan beku
yang masing-masing ditandai dengan HS Code yang berbeda yaitu 030192 untuk ikan sidat hidup,
030274 untuk ikan sidat fresh atau dingin dan 030326 untuk ikan sidat beku tidak termasuk filet
atau produk olahannya. Komoditi pembanding yang digunakan dalam analisis RCA adalah
komoditi yang memiliki sifat, bentuk atau kegunaan yang sama atau merupakan subtitusi, karena
akan mempengaruhi penawaran komoditi yang sedang dianalisis. Ekspor ikan sidat terdiri dari 3
produk yang masing-masing berada pada Sub-Heading HS Code yang berbeda yaitu 0301 untuk
ikan hidup, 0302 untuk ikan segar dan 0303 untuk ikan beku, dengan mengikuti struktrur HS Code
tersebut, maka komoditi pembanding yang digunakan dalam analisis ini diambil dari komoditi yang
berada dalam HS Code Sub-Heading.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perdagangan Ikan Sidat Dunia
Eksportir ikan sidat utama selama dekade terakhir adalah China dengan share 64% dari
semua ekspor ikan sidat, sedangkan Jepang adalah importir utama dengan total permintaan 70%
dari impor ikan sidat secara global. Peranan Jepang sebagai importir telah mengalami penurunan
dalam beberapa tahun terakhir (Shiraishiet al., 2015). Dari hasil analisa data perdagangan
internasional yang bersumber dari Comtrade diketahui bahwa China menjadi pengekspor utama
ikan sidat baik dalam bentuk hidup, segar dan beku, namun China belum melaporkan data ekspor
tahun 2018, sehingga belum ada data di Comtrade untuk 2018.
China menjadi negara utama dalam ekspor ikan sidat hidup dengan nilai di atas United States.
Trend ekspor ikan sidat hidup Indonesia dalam 10 tahun terakhir dibandingkan beberapa negara
lainnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Ekspor Ikan Sidat Hidup (HS 030192) ke Pasar Dunia
Adanya kebijakan zero-quota EU memberikan implikasi bagi negara di Amerika dan Asia
Tenggara sebagai sumber ikan sidat remaja yang semakin penting untuk budidaya dan ikan sidat
hidup dewasa untuk konsumsi langsung. Di Indonesia, jual beli benih ikan sidat telah dilarang sejak
-
50
100
150
200
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Va
lue
(USD
)M
illio
ns
Year
Indonesia
United States
Spain
Sweden
China
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 51
2009 melalui Peraturan Mentri kelautan dan Perikanan Per.18/Men/2009 sehingga meskipun
mungkin pangsa pasarnya besar tetapi performa perdagangan Indonesia di pasar internasional
sangat kecil. Pada tahun 2007 CITES memasukkan ikan sidat Eropa sebagai spesies yang hampir
punah dalam Apendiks II, lalu pada 2010 negara-negara anggota UE mengadopsi kebijakan zero-
quota dengan melarang semua perdagangan internasional ikan sidat. Setelah kejadian ini
perdagangan bergeser ke Asia Timur dengan nilai moneter mencapai US $ 126 juta (Nijman, 2017).
Pembatasan atas eksploitasi ikan sidat Eropa nampaknya tidak sepenuhnya dilaksanakan
oleh seluruh anggota EU, dari data di atas nampak jika Spain dan Sweden menjadi negara
pengekspor yang aktif dengan nilai rata-rata US$ 22.897.531 untuk Spain dan US$ 13.550.934
untuk Sweden. Selain Spain dan Sweden juga ditemukan beberapa negara EU yang aktif sebagai
eksportir ikan sidat hidup yaitu Portugal, Netherland dan Poland. Hal tersebut dapat terjadi dan
legal apabila spesies ikan sidat yang diperdagangkan bukanlah Anguilla anguilla spesies Eropa
melainkan jenis ikan sidat yang berasal dari luar Eropa.
Nilai ekspor ikan sidat segar Indonesia mengalami penurunan signifikan pada tahun 2009
sampai 2011. China justru menjadi negara eksportir utama dengan kenaikan nilai ekspor yang
signifikan sejak 2012. Trend ekspor ikan sidat segar Indonesia dibandingkan beberapa negara
lainnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Ekspor Ikan Sidat Segar (HS 030274) ke Pasar Dunia
Anguilla bicolor adalah spesies yang banyak hidup di Indonesia, dapat menjadi subtitusi
Anguilla japonica karena memiliki tekstur dan rasa yang mirip (Arai, 2014). Namun ekspor ikan
sidat segar Indonesia terus mengalami penurunan selama satu dekade, sedangkan United States
mengalami kenaikan. Berbeda dengan ikan sidat hidup yang kebanyakan digunakan sebagai bibit,
Ikan sidat segar merupakan komoditi untuk konsumsi yang dihasilkan dari ikan sidat dewasa
dengan ukuran diatas 150 gram per ekor. Dominansi China sebagai importir utama ikan sidat
segar tidak lepas dari investasi bibit yang mereka lakukan antara tahun 1998 sampai 2010. Impor
benih ikan sidat hidup China untuk spesieas A. rostrata dari Amerika Serikat berkisar antara 0,1
hingga 10 ton per tahun, dan terjadi pengingkatan jumlah impor signifikan antara 2010 dan 2011
pada kisaran 10 ton pada 2010 lalu 50 ton pada semester awal 2011 (Crook, 2013).
-
5
10
15
20
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Va
lue
(USD
)M
illio
ns
Year
Indonesia
United States
Spain
Sweden
China
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 52
Kasus penurunan produksi ikan sidat di Indonesia akibat terjadinya penangkapan yang
berlebihan, seperti yang dilaporkan Watupongoh et al. (2015) di DAS Poso, Haryono et al., (2017)
di pantai selatan Jawa dan Indrawati et al., (2016) di Kabupaten Purworejo bahwa produksi induk
maupun glass eel ikan sidat semakin menurun disebabkan oleh penangkapan yang belum
memperhatikan faktor kelestarian dan keberlajutannya. Melihat permasalahan ini, KKPRI mulai
menerapkan regulasi serta tindakan pelestarian ikan sidat melalui Rencana Aksi Nasional
Konservasi Sidat Periode 1 tahun 2016-2010 (DKKHL, 2015). Selain itu, penerapan teknologi
budidaya ikan sidat juga terus dikembangkan agar dapat menghasilkan produksi panen ikan sidat
yang tinggi seperti pemanfaatan fermentasi pakan (Chilmawati et al., 2016), pemeliharaan dengan
air bersirkulasi (Affandi et al., (2013), penerapan biofilter (Samsundari et al., 2013) dan melakukan
analisis Phenotypic platisity sebagai kunci sukses adaptasi ikan sidat (Fahmi, 2017).
Ekspor ikan sidat beku sejak 2009 didominasi oleh China lalu dan pada 2016 Indonesia
berhasil mengungguli China yang mengalami penurunan signifikan. Amerika juga mengalami
kenaikan ekspor sejak 2015 namun nilainya masih di bawah Indonesia. Grafik nilai ekspor ikan
sidat beku ke pasar dunia selama 2009 sampai 2018 dapat dilihat lebih rinci pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Ekspor Ikan Sidat Beku (HS 030326) ke Pasar Dunia
Nilai perdagangan ikan sidat beku internasional Indonesia mengalami trend naik dalam 10
tahun terakhir, yang tertinggi adalah pada tahun 2016 dengan nilai ekspor US$ 15.305.787,
bahkan sejak itu nilai ekspor ikan sidat beku Indonesia di atas China dan Amerika. Eksploitasi ikan
sidat hidup dan segar yang dilakukan China dan Amerika memberikan implikasi positif bagi ikan
sidat beku Indonesia. Ikan sidat beku termasuk dalam jenis prepared untuk konsumsi. Hongkong,
Jerman, Polandia dan Kanada adalah negara dengan nilai impor terbesar dalam 10 tahun untuk
ikan sidat beku. Nilai impor ikan sidat beku yang dilaporkan Hongkong tertinggi pada tahun 2015
yaitu US$ 8.107.044, Jerman di tahun 2017 senilai US$ 3.559.612, Polandia di tahun 2018
sebesar US$ 3.232.913 dan Kanada di tahun 2017 sebesar US$ 2.872.490.
Daya Saing Komparatif
Daya saing ekspor ikan sidat hidup (HS 030192) ke pasar internasional mengalami kenaikan
sampai tahun 2015 lalu menurun setiap tahunnya, sedangkan ikan sidat segar (HS 030274)
cenderung mengalami penurunan daya saing hingga pada tahun 2018 posisi Indonesia tidak
-
10
20
30
40
50
60
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Va
lue
(USD
)M
illio
ns
Year
Indonesia
United States
Spain
Sweden
China
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 53
memiliki daya saing secara komparatif. Ikan sidat beku (HS 030326) mengalami kenaikan daya
saing yang cukup signifikan hingga tertinggi padah tahun 2016 lalu menurun sedikit di tahun-tahun
selanjutnya. Analisis daya saing komparatif ikan sidat Indonesia di pasar internasional
menggunakan RSCA secara rinci dalam satu dekade dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai RSCA Ikan Sidat Indonesia di Pasar Internasional periode 2009 - 2010
Hs code / Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
030192 -0,90 0,37 -0,07 -0,01 0,11 0,09 0,41 0,38 0,20 0,11 030274 0,94 0,92 0,76 -0,39 -0,96 -0,89 -0,59 0,25 0,40 -1,00 030326 0,13 -0,03 -0,03 0,44 0,55 0,62 0,77 0,91 0,83 0,85
Sumber: Comtrade 2019, data diolah
Naiknya indeks RSCA ikan sidat hidup merupakan implikasi dari upaya pelaku usaha dan
pemerintah dalam negeri untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan ekspor.
Pengolahan ikan sidat dalam bentuk beku memberikan keuntungan yang lebih tinggi dilihat dari
sisi daya simpan dan keberlanjutannya, sehingga pelaku usaha lebih mengekspor ikan sidat dalam
bentuk beku daripada bentuk segar. Meskipun jumlah produksi ikan sidat di Indonesia masih 4%
dari kapasitas produksinya, tetapi KKP tidak ingin permasalahan yang berkaitan dengan
keberlangsungan ikan sidat di habitat aslinya terancam, oleh sebab itu KKP bekerjasama dengan
Ifish-FAO menetapkan rancangan regulasi perlindungan ikan sidat dengan pembatasan
tangkapan.
Daya Saing Kompetitif
Keunggulan kompetitif ekspor ikan sidat Indonesia diukur dari kinerja ekspor dibandingkan
dengan negara-negara lain dengan melihat posisi pangsa pasarnya. Metode EPD adalah salah
satu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis daya saing produk kakao melalui identifikasi
produk-produk yang kompetitif dan dinamis dalam ekspor komoditi ikan sidat Indonesia.
Tabel 3. Analisis EDP Ikan Sidat Indonesia di Pasar Internasional
Tahun/ Komoditi
Ikan Sidat Hidup Ikan Sidat Segar Ikan Sidat Beku
X Y Posisi X Y Posisi X Y Posisi
2010 0,040 0,001 RS -0,161 0,001 LO -0,005 0,001 LO
2011 -0,025 -0,001 RT -0,305 -0,001 RT -0,001 -0,001 RT
2012 0,005 0,003 RS -0,121 0,003 LO 0,037 0,003 RS
2013 0,001 -0,004 FS -0,009 -0,004 RT 0,006 -0,004 FS
2014 0,014 -0,003 FS 0,000 -0,003 FS 0,003 -0,003 FS
2015 0,031 0,000 RS 0,003 0,000 RS 0,054 0,000 RS
2016 -0,017 -0,001 RT 0,020 -0,001 FS 0,185 -0,001 FS
2017 0,002 0,001 RS 0,012 0,001 FS -0,136 0,001 LO
2018 0,004 -0,001 FS -0,036 -0,001 RT 0,177 -0,001 FS
Rerata 0,006 -0,001 FS -0,066 -0,001 RT 0,036 -0,001 FS
Keterangan: RS = Rising Star; FS = Falling Star; LO = Lost Opportunity; RT= Retreat Sumber: Comtrade 2019, data diolah
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 54
Secara rata-rata posisi daya saing ikan sidat Indonesia tidak ada yang berada pada posisi
Lost Opportunity, artinya Indonesia masih memiliki peluang dalam berkompetisi di pasar ikan sidat
dunia. Matriks EDP rata-rata ikan sidat Indonesia dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Matriks EDP Ikan Sidat Indonesia (Sumber: Comtrade 2019, data diolah)
Posisi daya saing komoditi ikan sidat hidup Indonesia di pasar internasional mengalami
pergeseran dari rising star hingga menjadi falling star di tahun 2018. Posisi terendah ada di tahun
2011 dan 2017 yaitu pada kuadran retreat, namun selama 10 tahun terakhir (periode 2009 – 2018)
posisi ekspor sidat hidup tidak pernah berada pada kuadran lost opportunity bahkan lebih sering
berada diantara falling star dan rising star, ini artinya pergeseran dinamis daya saing di pasar
internasional tidak terlalu signifikan. Pada posisi falling star, Indonesia masih memiliki pangsa
pasar yang meningkat tetapi pengembangan ekspor ikan sidat hidup mungkin bukan opsi yang
strategis dibandingkan dengan mengekspor dalam bentuk segar atau beku.
Posisi daya saing ikan sidat segar Indonesia berada pada kuadran retreat di tahun 2018, hal
ini menjadi tantangan bagi Indonesia agar dapat berkompetisi di pasar internasional. Berbanding
lurus dengan daya saing komparatif yang menunjukkan RCA < 1 maka secara kompetitif pun daya
saing ikan sidat segar Indonesia masih belum memiliki daya saing. Ekspor ikan sidat dalam bentuk
segar memiliki resiko yang tinggi. Ikan segar mudah mengalami proses pembusukan akibat
aktivitas enzim-enzim tertentu yang ada di dalam tubuh ikan, aktivitas bakteri dan mikroorganisme
lain atau karena proses oksidasi lemak oleh udara (Abidin et al.,2017).
Daya saing ikan sidat beku Indonesia di pasar internasional mengalami beberapa kali
pergeseran periode 2010 – 2018. Posisi paling dominan adalah pada kuadran falling star yang
artinya potensi pasar internasional bertambah tetapi ekspor Indonesia stagnan. Jika dilihat daya
saing secara komparatif untuk komoditi ikan sidat beku, Indonesia memiliki daya saing yang
sangat kuat. Kondisi tersebut memberikan indikasi berlimpahnya sumber daya masih belum diikuti
dengan pengelolaan yang kompetitif. Pembangunan industri budidaya ikan sidat mungkin dapat
mengadopsi sistem cluster dengan mengintegrasikan seluruh pelaku di suatu area atau regional
sebagai suatu kesatuan yang saling berperan dalam suatu sistem (Sunanto, 2012).
Ikan Sidat HidupIkan Sidat
SegarIkan Sidat
Beku
-0,0006
-0,0005
-0,0004
-0,0003
-0,0002
-0,0001
0
-0,08 -0,06 -0,04 -0,02 0 0,02 0,04 0,06
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 55
Analisis Konsentrasi Pasar
Konsentrasi pasar ikan sidat dianalisis menggunakan pendekatan Hirschman Herfindahl Index
(HHI). Tabel 4 menunjukkan konsentrasi pasar komoditi ikan sidat di pasar internasional
cenderung sangat terkonsentrasi untuk ikan sidat hidup dan ikan sidat segar, sedangkan untuk
ikan sidat beku tidak terkonsentrasi. Konsentrasi pasar ikan sidat hidup selama 2009 sampai 2017
adalah moderately concentrated yang artinya tingkat konsentrasi menengah, namun pada 2018
menjadi highly concentrated yang artinya ada satu atau beberapa negara yang menguasai market
share.
Tabel 4. Hirschman Herfindahl Index Ikan Sidat di Pasar Internasional
Tahun/HS Code
HS 030192 HHI HS 030274 HHI HS 030326 HHI
2009 2.124 MC 3.851 HC 1.624 MC
2010 2.142 MC 3.221 HC 1.737 MC
2011 1.977 MC 1.604 MC 1.982 MC
2012 1.541 MC 1.513 MC 1.029 UC
2013 1.610 MC 3.735 HC 1.642 MC
2014 1.950 MC 3.823 HC 3.568 HC
2015 2.400 MC 4.912 HC 3.149 HC
2016 2.343 MC 5.095 HC 1.414 UC
2017 1.773 MC 2.371 MC 1.002 UC
2018 3.559 HC 2.882 HC 1.853 MC
Keterangan: MC = moderately concentrated; HC = highly concentrated; UC = unconcentrated Sumber: Comtrade 2019, data diolah
Pada tahun 2018 market share terbesar dikuasai oleh USA sebanyak 48% dan Philippines
sebanyak 34%, sedangkan Indonesia hanya mendapatkan share 5%. Ikan sidat hidup dapat
dikategorikan sebagai komoditi yang berupa bahan baku, karena masih dapat dilakukan kegiatan
ekonomi lanjutan untuk mendapatkan nilai tambah. Ekspor komoditi berupa bahan baku memang
sedang dibatasi oleh pemerintah. Penangkapan ikan sidat di laut (sebagai benih) dibatasi melalui
regulasi KKP dengan pelarangan menangkap di hari tertentu dalam seminggu. Meskipun trend
daya saing komparatif mengalami penguatan, tetapi daya saing kompetitifnya lemah, serta
konsentrasi pasar yang sangat terkonsentrasi, maka ekspor ikan sidat hidup bukanlah menjadi
prioritas utama bagi Indonesia.
Pangsa pasar ikan sidat segar selama 2009-2018 cenderung sering highly concentrated,
dimana beberapa negara yang mendominasi pangsa pasar adalah Spanyol, Denmark, Amerika
dan China. Spanyol hampir 5 tahun berturut-turut sejak 2013 sampai 2017 menjadi pemegang
market share tertinggi, namun di tahun 2018 USA menjadi pemegang share 42% dengan
absennya Spanyol di perdagangan ikan sidat segar di pasar internasional. Indonesia menjadi
pemegang market share tertinggi pada tahun 2009 sampai 2010, namun mengalami penurunan
yang signifikan di tahun-tahun selanjutnya sebagaimana ditunjukkan dengan trend RCA yang
mengalami penurunan serta beberapa kali berada pada kuadran lost opportunity dan retreat pada
analisis matriks EDP. Daya saing yang lemah terhadap ekspor ikan sidat segar Indonesia di pasar
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 56
internasional menjadi implikasi bahwa perlu adanya pembenahan terkait proses eksportasi atau
sistem produksinya.
Ikan sidat beku berada pada konsentrasi pasar unconcentrated dan moderately consentrated,
selama periode 2009 sampai 2018 tidak ada satu negara pengekspor yang mendominasi, maka
dapat dikatakan struktur pasar untuk komoditi ikan sidat beku adalah pasar persaingan sempurna.
Melihat daya saing secara komparatif dan kompetitif, serta konsentrasi pasar yang menengah dan
cenderung tidak terkonsentrasi, maka Indonesia sangat berpotensi mendapatkan devisa yang
tinggi melalui ekspor ikan sidat beku.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ikan sidat hidup (HS 030192) dan beku (HS 030326) asal Indonesia memiliki daya saing
secara komparatif khususnya di negara pengimpor utama yaitu China, Jepang dan Hongkong,
sedangkan ikan sidat segar (HS 30274) memiliki keunggulan komparatif yang rendah. Posisi daya
saing ikan sidat hidup (HS 030192) dan beku (HS 030326) berada pada kuadran falling star,
sedangkan ikan sidat segar (HS 030274) berada pada kuadran retreat. Konsentrasi pasar ikan
sidat hidup (HS 030192) dan segar (030274) cenderung highly concentrated, sedangkan untuk
ikan sidat beku (HS 030326) cenderung unconcentrated.
Strategi perdagangan internasional yang tepat untuk dilakukan Indonesia adalah berfokus
pada ikan sidat beku sebagai komoditas andalan, karena selain Indonesia memiliki daya saing
secara komparatif dan kompetitif pada komoditi tersebut, juga pangsa pasar global yang ada saat
ini masih terbuka lebar. Adanya berbagai isu konservasi terhadap ikan sidat akan membatasi
ekspor terhadap ikan sidat hidup, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia menjadikan
spesies ikan sidat tropis eksklusif. Melihat potensi dan permintaan pasar internasional, maka kunci
daya saing ikan sidat adalah pada produksi dan pengolahan. Pembangunan cluster industri
budidaya ikan sidat yang terintegrasi dengan pengolahan produk siap konsumsi dapat menjadi
upaya strategis dalam peningkatan produksi ikan sidat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, P. (2002). Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE
Abidin, Z. et al. (2017). Analysis of Marketing Mix on Purchase Decision of Softboned-Milkfish “Mrs. Jeni” in Malang City of East Java. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. Vol.5 (1): 30-41
Affandi, R. (2010). STRATEGI Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat , Anguilla spp. Seminar Riptek Kelautan Nasional, 210–212.
Arai, T. (2014). Do we protect freshwater eels or do we drive them to extinction? SpringerPlus, 3(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/2193-1801-3-534
Balassa, B. (1965), Trade Liberalisation and “Revealed” Comparative Advantage1. The Manchester School, 33: 99-123. https://doi.org/10.1111/j.1467-9957.1965.tb00050.x
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 57
Crook, Vicki & Nakamura, M. (2013). Glass eels: Assessing supply chain and market impacts of a CITES listing on Anguilla species. Traffic Bull. 25. 24-30.
Crook, Vicki.(2014). Slipping away: international Anguilla eel trade and the role of the Philippines, TRAFFIC and Zoological Society London, Cambridge and London, Uited Kingdom.
Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (2015). Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Sidat Periode 1: 20016-20120. Jakarta. Kementrian kelautan dan Perikanan.
Esterhuizen. (2006). Measuring and Analysing Competitiveness in The Agribusiness Sector: Methodological and Analytical Framework. University of Pretoria. Petroria
Estherhuizen, D. (2006). An Evaluation of The Competitiveness of The South African Agribusiness Sector. Ph.D Thesis. Department of Agricultural Economics, Extension and Rural Development. Faculty of Natural and Agricultural Science University of Pretoria.
Forgey, Fred, et. al (1997) Market Structure in the Residential Real Estate Brokerage Market. Journal of Real Estate Research: 1997, Vol. 14, No. 2, pp. 107-115.
Haryono, H., & Wahyudewantoro, G. (2017). Pemetaan Habitat Ruaya Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) dan Potensinya di Pantai Selatan Jawa. Omni-Akuatika, 12 (3). https://doi.org/10.20884/1.oa.2016.12.3.123
Indrawati, A., Anggoro, S., & Wijaya Saputra, S. (2016). Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke V 2015 Hasil Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP, pp. 669-679
Jacoby, D. M. P., Casselman, J. M., Crook, V., Delucia, M., Ahn, H., Kaifu, K., Gollock, M. J. (2015). Synergistic patterns of threat and the challenges facing global anguillid eel conservation. Global Ecology and Conservation, 4, 321–333. https://doi.org/10.1016/j.gecco.2015.07.009
Kaifu, K. (2019). Challenges in assessments of Japanese eel stock. Marine Policy, 102(February), 1–4. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2019.02.005
Laursen, K. (1998). Revealed Comparative Advantage and the alternatives as Measure of International Specialisation, Danish Research Unit for Industrial Dynamics, DRUID Working Paper No. 98-30, Copenhagen, Denmark.
Laursen, K. (2015). Revealed comparative advantage and the alternatives as measures of international specialization. Eurasian Bus Rev 5: 99. https://doi.org/10.1007/s40821-015-0017-1
Miller, M. J., & McCleave, J. D. (2019). Eels. Encyclopedia of Ocean Sciences, (June), 157–167. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-409548-9.10773-0
Naylah, M. (2010). Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia. Thesis. Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Nijman, V. (2015). CITES-listings, EU eel trade bans and the increase of export of tropical eels out of Indonesia. Marine Policy, 58, 36–41. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2015.04.006
Nijman, V. (2017). North Africa as a source for European eel following the 2010 EU CITES eel trade ban. Marine Policy, 85(June), 133–137. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2017.06.036
Porter, M.E. (1990). The Competitive Advantage of Nations. The Free Press: New York
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 58
Primyastanto, Mimit. 2016. Evapro (Evaluasi Proyek) : Teori dan Aplikasi pada Usaha Pembesaran Ikan Sidat (Anguilla sp). Malang: UB Press.
Pratiwi, E. (1998). Mengenal lebih dekat tentang perikanan sidat (Anguilla spp.). Warta Penelitian Perikanan Indonesia, 4(4): 8-12.
Praseno, O., & Johan, O. (2009). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Rovara, O. (2010). Laporan Akhir Alih Teknologi Pemeliharaan Benih Ikan Sidat Teradaptasi Di Kawasan Segara Anakan. Jakarta: Agency for the Assessment and Application of Technology.
Sunanto, Sandra. (2012). Building Competitive Advantage Of Nations Through Cluster. Bina Ekonomi Vol 8, No 2.
Shiraishi, H. and Crook, V. (2015). Eel market dynamics: an analysis of Anguilla production, trade and consumption in EastAsia. TRAFFIC. Tokyo, JAPAN.
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan empiris. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.