INTERPRETASI DATA ANTROPOMETRI DALAM EPIDEMIOLOGI GIZI
Materi Kuliah Epidemilogi Gizi
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
15 Desember 2012
PENGERTIAN ANTROPOMETRI
Antropometri berasal dari kata :Antropos : tubuh
Metros : ukuran
Nutritional antropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and the gross composition of the human body at different age levels and degree of nutrition (jellife, 1966)
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
JENIS PARAMETER• Antropometri sbg indikator status
gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter
• Paramater merupakan ukuran tunggal dari tubuh manusia, bisa berupa :1. Umur2. Berat badan3. tinggi badan4. Lingkar lengan atas5. Lingkar kepala6. Lingkar dada7. Lingkar pinggul8. Tebal lemak di bawah kulit
INDEKS ANTROPOMETRI
Parameter antropometri merupakan dasar penilaian status gizi
Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks
Indeks antropometri yang sering digunakan adalah BB/U, TB/U dan BB/TB
Dengan batasan (cut of point) tertentu nilai indeks antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi
Masing-masing indeks mempunyai karakteristik tersendiri dalam memberikan gambaran status gizi
INDEKS BB/U Kelebihan Indeks BB/U
1. dapat dengan mudah & dimengerti oleh masyarakat umum
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek
3. Dapat mendeteksi kegemukan Kelemahan Indeks BB/U
1. Interpretasi status gizi dapat keliru bila terdapat oedeme
2. Data umur akurat sering kesulitan diperoleh
3. Kesalahan pengukuran akibat pengaruh pakaian yang tidak dilepas
4. Penimbangan dengan menggunakan dacin bisa menimbulkan masalah sosial (tidak etis)
INDEKS TB/U ATAU PB/U
Kelebihan Indeks TB/U
1. Dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau
2. Dapat dijadikan indikator sosek penduduk Kelemahan Indeks TB/U
1. Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok usia balita
2. Tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini
3. Data umur akurat sering kesulitan diperoleh
4. Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh tenaga yang belum profesional
INDEKS BB/TB Kelebihan Indeks BB/TB
1. Independen terhadap umur dan ras
2. Dapat menilai status “Kurus” dan “Gemuk” dan keadaan marasmus atau KEP berat lainnya
Kelemahan Indeks BB/TB1. Tidak dapat memberi gambaran apakah anak yang diukur
adalah : pendek, normal atau jangkung, krn faktor umur tak diperhitungkan
2. Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok usia balita
3. Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh tenaga yang belum profesional
4. Kesalahan pengukuran akibat pengaruh pakaian yang tidak dilepas
5. Penimbangan dengan menggunakan dacin bisa menimbulkan masalah sosial (tidak etis)
PENJELASAN BB/U Dalam keadaan biasa indeks BB/U kurang
sensitif untuk menilai status gizi kurang yang akut pada anak-anak di lingkungan masyarakat miskin.
Sebaliknya indeks BB/U cukup sensitif untuk menilai status gizi kurang yang akut sebagai akibat memburuknya situasi ( krisis ekonomi, bencana, wabah dll) baik pada masyarakat miskin maupun masyarakat dengan sosek yg lebih baik
Dalam keadaan biasa indeks BB/U cukup sensitif untuk menilai masalah gizi kronis pada masyarakat miskin , tetapi tidak sensitif untuk masyarakat dengan sosek baik.
PENJELASAN TB/U Gangguan pertumbuan TB berlangsung pada
kurun waktu yang cukup lama (TB/U memberikan indikasi adanya masalah gizi kronis)
Bila terdapat banyak anak yang pendek, maka memberikan indikasi ada masalah gizi kronis & harus dicari penyebabnya
Kalau TB dipantau secara teratur, maka TB/U dapat digunakan sbg indikator sosek masyarakat
Tidak dapat digunakan untuk memberikan indikasi masalah gizi akut
PENJELASAN BB/TB Dalam keadaan yang baik BB anak akan
berbanding lurus dengan TB (BB akan seimbang TB). Bila ada kondisi yang memburuk dalam waktu singkat, maka BB akan berubah dan TB akan tetap. Sehingga BB tidak proporsional dengan TB. Dengan demikian indeks BB/TB sangat sensitif untuk memberikan indikasi masalah gizi akut.
Indeks BB/TB berguna untuk tindakan segera seperti : pemeriksaan kesehatan, PMT pemulihan
BB/UTB/UBB/TBKESIMPULAN
RENDAHRENDAHNORMALKEADAAN GIZI SAAT INI BAIK,TAPI MENGALAMI MASALAH GIZI KRONIS, BB PROPORSIONAL DENGAN TB
NORMALRENDAH
LEBIHANAK MENGALAMI MASALAH GIZI KRONIS, SAAT INI MENGALAMI KEGEMUKAN (KRN BBLEBIH DARI PROPORSIONAL THD TB NYA
RENDAH
RENDAH
RENDAH
ANAK MENGALAMI KURANG GIZI BERAT DAN KRONIS, ARTINYA PADA SAAT INI KEADAAN GIZI ANAK TIDAK BAIK DAN RIWAYAT MASA LALUNYA JUGA TIDAK BAIK
BB/UTB/UBB/TBKESIMPULAN
RENDAHRENDAHNORMALKEADAAN GIZI SAAT INI BAIK,TAPI MENGALAMI MASALAH GIZI KRONIS, BB PROPORSIONAL DENGAN TB
NORMALRENDAH
LEBIHANAK MENGALAMI MASALAH GIZI KRONIS, SAAT INI MENGALAMI KEGEMUKAN (KRN BBLEBIH DARI PROPORSIONAL THD TB NYA
RENDAH
RENDAH
RENDAH
ANAK MENGALAMI KURANG GIZI BERAT DAN KRONIS, ARTINYA PADA SAAT INI KEADAAN GIZI ANAK TIDAK BAIK DAN RIWAYAT MASA LALUNYA JUGA TIDAK BAIK
BB/U TB/U BB/TB Kesimpulan
Rendah Rendah Normal Keadaan gizi saat ini baik,tapi mengalami masalah gizi kronis, BB proporsional dengan TB
Normal Rendah lebih Anak mengalami masalah gizi kronis, saat ini mengalami kegemukan (krn Bblebih dari proporsional thd TB nya
Rendah Rendah Rendah Anak mengalami kurang gizi berat dan kronis, artinya pada saat ini keadaan gizi anak tidak baik dan riwayat masa lalunya juga tidak baik
Interpretasi indeks status gizi
BB/U TB/U BB/TB Kesimpulan
Normal Normal Normal Keadaan gizi anak “baik”,Pada saat ini maupun masa lalu
Normal Normal Rendah Keadaan gizi anak secara umum baik, tetapi berat badannya kurang proporsional terhadap TB-nya karena tubuh anak jangkung
Rendah Normal Rendah Anak mengalami kurang gizi yang berat (kurus)
Ada beberapa baku rujukan antopometri : Harvard, Tanner’s , WHO-NCHS dan WHO 2005
WHO-NCHS (National Center for Health Statistics) Reference Population : adalah baku rujukan yg digunakan secara internasional berdasarkan rekomendasi WHO 1983.
Baku rujukan NCHS diperoleh dari data antropometri anak umur 2-17 tahun yg dikumpulkan pd tahun 1963-1965; 1966-1970; dan 1971-1974 di USA. Sedangkan untuk data anak 0-36 bl diperoleh dari data Fell Research Institute di Ohio.
Baku Rujukan
BAKU RUJUKAN ANTROPOMETRI WHO 2005 Didasarkan pada studi di 6 negara di dunia
yaitu Brasil, Ghana, Norwey, Oman, USA, dan India.
Melibatkan lebih dari 12.000 bayi sehat dan anak-anak melalui study longitudinal untuk anak usia 0-24 bulan dan cross-sectional pada anak-anak usia 18-71 bulan.
Standar antropometri WHO 2005 didesain untuk seluruh anak di dunia yang berusia 0-5 tahun yang studinya saat ini masih berlanjut untuk usia yang lebih tua agar tumbuh dan berkembang secara optimal
Kriteria pemilihan bayi yang dimasukkan dalam studi baku rujukan WHO 2005 adalah :
1. tidak adanya sakit dan hambatan sosial ekonomi yang dapat menghambat pertumbuhan anak,
2. ibunya saat hamil tidak merokok3. Ibunya menyusui bayinya saat lahir secara
eksklusif sampai usia minimal 4 bulan.4. Penilaian pertumbuhan tidak saja
didasarkan pada perkembangan ukuran tubuh tetapi juga pada perkembangan motorik anak dalam perkembangannya sejak lahir.
RUMUS MENGHITUNG NILAI STANDAR DEVIASI HASIL PENGUKURAN ANTOPOMETRI
Dalam baku rujukan WHO 2005 cara penyajian indeks antopometri hanya dicantumkan nilai SD saja.
Menghitung Nilai Standar Deviasi
CONTOH KASUS :1
Bl - 3 SD -2 SD - 1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.1
Data : anak laki-laki umur 24 bulan dengan BB 9,9 Kg.Pertanyaan : Berapa nilai SD anak tsb?Jawab :
1. Mengitung nilai 1 SD Populasi rujukan2. Apabila nilai hasil pengukuran di bawah nilai Median
maka gunakan nilai 1 SD di bawah Median (sebelah kiri) (12,2 – 10,8 = 1,4)
3. Setelah nilai SD populasi rujukan diketahui segera masukkan dalam rumus dan hitung hasilnya
CONTOH KASUS : 2
Bl - 3 SD -2 SD - 1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
30 9,4 10,5 11,8 13,3 15.0 16,9 19,0
Data : anak laki-laki umur 30 bulan dengan BB 20,3Kg.Pertanyaan : Berapa nilai SD anak tsb?Jawab :
1. Mengitung nilai 1 SD Populasi rujukan2. Apabila nilai hasil pengukuran di atas nilai Median
maka gunakan nilai 1 SD di atas Median (sebelah kanan) (15,0 – 13,3 = 1,7)
3. Setelah nilai SD populasi rujukan diketahui segera masukkan dalam rumus dan hitung hasilnya
Klasifikasi Status Gizi SK Menkes No : 1995/Menkes/SK/XII/2010
INDEKS STATUS GIZI CUT of POINT
BB/U0-60 bl
Gizi Buruk (severely underweight) < -3 SD
Gizi Kurang (underweight) -3 SD sampai - < 2 SD
Gizi Baik - 2 SD sampai 2 SD
Gizi Lebih (overweight) ≥ 2SD
TB/U0-60 bl
Sangat Pendek (severely stunted) < -3 SD
Pendek (stunted) -3 SD sampai - < 2 SD
Normal - 2 SD sampai 2 SD
Tinggi ≥ 2SD
BB/PBAtauBB/TB0-60 bl
Sangat Kurus (severely wasted) < -3 SD
Kurus (wasted) -3 SD sampai - < 2 SD
Normal - 2 SD sampai 2 SD
Gemuk ≥ 2 SD
LANJUTAN .....
INDEKS STATUS GIZI CUT of POINT
IMT0-60 bl
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai - < 2 SD
Normal - 2 SD sampai 2 SD
Gemuk ≥ 2SD
IMT5 – 18 th
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai - < 2 SD
Normal - 2 SD sampai 1 SD
Gemuk > 1 SD sampai 2 SD
Obesitas > 2 SD
PERENCANAAN PROGRAM GIZI
Dengan menggunakan indeks tunggal BB/U saja belum bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan bahwa masalah gizi di 3 kecamatan tsb adalah sama
Indeks Antrop Kecamatan A Kecamatan B Kecamatan C
BB/U 40 % 40% 40%
Prevalensi Masalah Gizi di 3 Kecamatan(berdasarkan 1 indeks (BB/U)
PREVALENSI MASALAH GIZI DI 3 KECAMATAN(BERDASARKAN 2 INDEKS (BB/U & TB/U)
Dengan menggunakan 2 indeks BB/U dan TB/U sudah dapat diduga bahwa masalah gizi di Kecamatan A kemungkinan masalah akut, tetapi untuk Kecamatan B dan C belum dapat dipastikan karena prevalensi berdarakan indeks masih sama
Indeks Antrop Kecamatan A Kecamatan B Kecamatan C
BB/U 40,0 % 40,0% 40,0%
TB/U 5,0 % 45,0% 45,0%
PREVALENSI MASALAH GIZI DI 3 KECAMATAN(BERDASARKAN 3INDEKS (BB/U ;TB/U DAN BB/TB)
Kecamatan A mengalami masalah gizi akut, Kecamatan B mengalami masalah gizi kronis tapi
tidak akut Kecamatan C mengalami masalah gizi akut dan
kronis
Indeks Antrop Kecamatan A Kecamatan B Kecamatan C
BB/U 40,0 % 40,0% 40,0%
TB/U 5,0 % 45,0% 45,0%
BB/TB 25,0% 5,0% 25,0%
GIZI BURUK DAN KURANG BALITA 2007 & 2010
Sulu
tDIY
Jaba
r
Kepr
i
Bengk
ulu
Papu
aJa
tim
Sum
bar
Jam
bi
Sulb
ar
Sultr
a
Mal
ut
Sulse
l
Papu
a br
t
Sulte
ng
Kalb
arNTB
0
5
10
15
20
25
30
35
40
10.911.2
th07
th10
PREVALENSI ANAK PENDEK 0-59 BULAN MENURUT PROVINSIRISKESDAS 2010
Kepulauan RiauDKI Jakarta
DI YogyakartaKalimantan Timur
Bangka BelitungBali
PapuaRiau
BengkuluSulawesi Utara
Maluku UtaraLampung
BantenJawa Barat
Jawa TengahJambi
Jawa TimurSumatera Barat
Sulawesi TenggaraKalimantan Selatan
NADSumatera SelatanKalimantan BaratSulawesi Tengah
MalukuSulawesi Barat
Kalimantan TengahSumatera Utara
GorontaloSulawesi Selatan
Papua BaratNTBNTT
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0
27.127.4
28.931.531.731.8
32.533.333.4
34.935.7
36.536.937.437.837.9
38.839.139.239.4
41.042.242.342.443.1
44.745.445.7
46.647.1
54.054.1
61.4
Prevalensi Gizi Buruk turun
Tahun 2011, akan ada 1 juta anak gizi buruk,
STATUS GIZI BALITA (RISKESDAS 2010)
17,9
35,6
13,3 14,2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
GIZI KURANG PENDEK KURUS GEMUK
Prev
alen
si (%
)
27
KECENDERUNGAN MASALAH GIZI BALITA2007-2010
Kota Yo-gyakarta
Bantul Kulonprogo Gunungkidul Sleman PROVINSI0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0.98
0.740000000000002
1 0.99
0.56
0.8
1.04
0.62
0.96
0.71
0.53
0.69
1.01
0.57
0.88
0.700.66
0.70
PREVALENSI BALITA GIZI BURUK PROVINSI DIY TAHUN 2008-2010
2008 2009 2010
Top Related