SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG...

19
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 1 SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN ASAL DAERAH PADA MAHASISWA UST Indriyati Eko Purwaningsih Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta ABSTRACT This study was aimed to find out any differences on university boarders attitude toward boarding houses without landlords stay with by referring to sex and origin city amongst the UST Yogyakarta’s students. The study was conducted at Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta based on a proportional random sampling. Nomogram of Harry King table was also used to determine the number of samples of 116 university students. Research data was collected using an university boarders' attitude toward boarding houses without landlords scale. Meanwhile, sex and origin city data were taken from identity reports. The validity of university boarders attitude toward boarding houses without landlord scale ranged from 0.208 to 0.913 with reliability of 0.914. The data normality of Kolmogorov-Smirnov and homogenic tests has made the requirement. Hypothesis was tested by two-way ANOVA technic with 5% significance degree. The result showed that there was differences on university hoarders' attitude toward boarding houses without landlords from the perspective of sex, which was male students had more positive attitude than female students. Even though there wasnot any differences on university boarders' attitude toward hoarding houses without landlords from the perspective of origin city. Keyword: boarding houses without landlord, sex, origin city

Transcript of SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG...

Page 1: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 1

SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN ASAL DAERAH PADA

MAHASISWA UST

Indriyati Eko Purwaningsih

Fakultas Psikologi

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta

ABSTRACT

This study was aimed to find out any differences on university boarders

attitude toward boarding houses without landlords stay with by referring to sex

and origin city amongst the UST Yogyakarta’s students. The study was conducted

at Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta based on a proportional

random sampling. Nomogram of Harry King table was also used to determine the

number of samples of 116 university students. Research data was collected using

an university boarders' attitude toward boarding houses without landlords scale.

Meanwhile, sex and origin city data were taken from identity reports. The validity

of university boarders attitude toward boarding houses without landlord scale

ranged from 0.208 to 0.913 with reliability of 0.914. The data normality of

Kolmogorov-Smirnov and homogenic tests has made the requirement. Hypothesis

was tested by two-way ANOVA technic with 5% significance degree. The result

showed that there was differences on university hoarders' attitude toward

boarding houses without landlords from the perspective of sex, which was male

students had more positive attitude than female students. Even though there

wasnot any differences on university boarders' attitude toward hoarding houses

without landlords from the perspective of origin city.

Keyword: boarding houses without landlord, sex, origin city

Page 2: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 2

PENDAHULUAN

Sejarah mencatat bahwa Yogyakarta adalah kota pelajar. Sebenarnya tidak

hanya Yogyakarta yang disebut sebagai kota pelajar, ada uga kota-kota lain yang

memiliki sebutan kota pelajar, akan tetapi saat ini Yogyakarta masih

dipertimbangkan sebagai tujuan utama para pencari ilmu dari seluruh pelosok

negeri. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendukung Yogyakarta

sebagai kota pendidikan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah tersedianya

sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik yang dikelola oleh

pemerintah maupun swasata. Terdapat 4 PTN yang ternama dan sedikitnya

terdapat 115 PTS dengan program studi yang sangat bervariasi, yang tergabung di

Kopertis wilayah V Yogyakarta (Kopertis 5.org, 2010). Perpustakaan, museum,

warung internet, maupun hotspot area tersebar dimana-mana. Atmosfir belajar

dapat dirasakan disetiap sudut kota sehingga dapat memotivasi pelajar/mahasiwa

untuk belajar lebih serius apalagi biaya hidup di Yogyakarta relatif lebih murah

dibanding di kota lain.

Jumlah mahasiswa yang tergabung di KOPERTIS V Yogyakarta pada tahun

2010 ini mencapai jumlah 164.705 mahasiswa (Wignyosukarto, 2010) yang

berasal dari seluruh wilayah di Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk

mahasiswa yang belajar di PTN dan pars pelajar yang studi di Yogyakarta. Jumlah

mahasiswa yang mencapai ratusan ribu orang tersebut tentunya menuntut

pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa pangan, sandang dan papan yang

memadai, namun hal itu tidak perlu dikhawatirkan, sebab warung makan,

restaurant, pasar tradisional, pasar modern, distro maupun tempat pondokan dapat

dengan mudah ditemui di seluruh area di Yogyakarta.

Namun dalam beberapa tahun yang lalu ikon "kota pelajar" yang melekat pada

kota Yogyakarta, sempat memudar karena berbagai issue tentang persoalan-

persoalan sosial. Hapsoro (2b06) mencatat sejumlah isu yang melanda kota

Yogyakarta mulai dari isu tentang kumpul kebo, disusul dengan isu keperawanan,

isu abortus, isu narkoba dan lain sebagainya. Terlepas dari benar tidaknya isu

tersebut ternyata telah terjadi peningkatan jumlah remaja yang berkonsultasi ke

PKBI, dan menurut Mukhotib (2006) sebagian remaja yang berkonsultasi tersebut

Page 3: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 3

umumnya telah melakukan hubungan seks sebelumnya.

Mengingat hal tersebut tentunya tidak mudah bagi orang tua untuk melepaskan

anaknya belajar di kota ini, terutama dalam mencari rumah kos yang aman dan

nyaman. Namun karena satu dan lain hal biasanya orang tua mempercayakan

penuh anaknya untuk memilih rumah kosnya sendiri.

Dari hasil observasi ada dua jenis rumah kos yaitu rumah kos dengan "induk

semang" (pemilik/bapak ibu kos tinggal bersama disatu rumah) dan ada pula

rumah kos tanpa "induk semang", artinya rumah kos tersebut tidak ditunggui oleh

pemiliknya/bapak-ibu kos). Data yang diperoleh ternyata banyak pemilik kos/

pondokan yang sebagian berasal dari luar kota, otomatis bapak ibu kos tidak

tinggal bersama anak kosnya (http//infogempajogja.go.id).

Rumah kos tanpa induk semang ini tidak jarang diduga sebagai salah satu

penyebab berbagai persoalan (www.detik.com, 2006: Fajar. 2011) diantaranya

adalah penghuni kos menjadi bebas menerima tamu di dalam kamar, baik tamu

yang sesama jenis kelamin maupun dengan tamu lawan jenisnya. Berkaitan

dengan kehidupan di rumah kos ternyata terdapat fenomena lain yang muncul

dimasyarakat yaitu adanya rumah kos campur (laki-laki dan perempuan), dan

dalam kenyataannya masih banyak warga yang tidak memperhatikan rumah kos

yang berada disekitarnya, meskipun diketahui adanya kos campur (http//

infogempajogja.go.id, 2006).

Pemerintah kota Yogyakarta telah mengeluarkan PERDA tentang

penyelenggaraan pondokan No 4 Tahun 2003 yang kemudian disetujui DPRD

dengan keputusan DPRD No 28/K/DPRD/2003 tertanggal 15 Desember 2003,

diikuti dengan petunjuk pelaksanaannya pada tanggal 13 November 2004 melalui

keputusan walikota nomor 134 tahun 2004. Namun meskipun begitu sampai

dengan bulan maret 2006 baru terdapat 195 dari 4.075 pondokan/kos-kosan yang

dilengkapi dengan SIIP atau surat ijin penyelenggaraan pondokan

(http//infogempa. jogja.go.id, 2006).

Kegiatan usaha bisnis kos-kosan yang tidak ada induk semangnya ini, diduga

terjadi karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa rumah kos tanpa induk

semang banyak disukai dan dicari oleh mahasiswa. Hasil wawancara dengan

Page 4: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 4

sebagian mahasiswa juga menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa menyukai

rumah kos tanpa induk semang, dengan alasan mahasiswa dapat bebas melakukan

aktivitasnya. Mengapa hal itu terjadi? Bukankah seharusnya mahasiswa lebih

senang tinggal rumah kos yang ada induk semangnya? Tinggal di rumah kos yang

ada induk semangnya dapat menguntungkan mahasiswa sebab setidaknya para

mahasiswa dapat memperoleh pengganti orang tua yang sewaktu-waktu dapat

dimintai bantuan jika mendapatkan persoalan. Namun apakah benar mahasiswa

lebih senang tinggal dirumah kos tanpa induk semang? Bagaimanakah sebenarnya

sikap mahasiswa terhadap rumah kos tanpa induk semang ?

Sikap adalah derajad afek positif maupun negatif terhadap suatu objek. Sikap

terhadap rumah kos tanpa induk semang yang dimaksud disini adalah perasaan

mendukung atau tidak mendukung terhadap keberadaan rumah kos tanpa induk

semang. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap

keberadaan induk semang, diantaranya adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,

orang lain yang dianggap penting, media massa. Institusi atau lembaga pendidikan

dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 1 998).

Salah satu hasil kebudayaan yang benar pengaruhnya terhadap 166

pembentukan sikap adalah gender. Gender adalah jenis kelamin yang merupakan

hasil konstruk budaya. Jenis kelamin yang dikonstruksikan secara sosio kultural

ini, merupakan sifat yang melekat atau bahkan dilekatkan pada laki-laki dan

wanita, yang dilabelkan oleh masyarakat. Laki-laki dan wanita sebenarnya

memiliki hak dan kewajiban yang sama dihadapan hukum. Hal itu terdapat pada

pasal 27 UUD 1945, namun dalam kenyataannya laki-laki dan perempuan ini

tidak memiliki akses yang sama dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam

bidang pendidikan, politik, hukum, pekerjaan dan sebagainya. Menurut Astuti,

dkk. (2000) hal itu disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan oleh orang tua,

guru dan masyarakat terhadap anak laki-laki dan wanita.

Di samping jenis kelamin, asal daerah tentunya juga mempengaruhi sikap

seseorang terhadap suatu objek. Indonesia yang dikenal memiliki ribuan pulau

dengan keragaman suku dan budaya, tentunya juga telah melahirkan sifat-sifat

kepribadian yang berbeda-beda. Secara umum mahasiswa yang berasal dari Jawa

Page 5: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 5

memiliki kesamaan ciri dan sifat-sifat dengan para pemilik kos sehingga para

mahasiswa tersebut tidak begitu bermasalah jika harus tinggal bersama dengan

pemilik kos. Hal ini tentunya berbeda dengan para mahasiswa yang berasal dari

luar pulau yang berbeda suku dengan mayoritas pemilik rumah kos di Yogyakarta.

Tentunya para anak kos ini harus menyesuaikan diri dengan adat istiadat para

pemilik kos.

Dari uraian tersebut diatas maka ini dimaksudkan untuk mengetahui:

1. Perbedaan sikap mahasiswa terhadap rumah kos tanpa induk semang ditinjau

dari jenis kelamin dan asal daerah.

2. Kecenderungan sikap mahasiswa terhadap rumah kos tanpa induk semang

3. Sumbangan efektifaspek-aspek pembentuk sikap mahasiswa kos per kos

hadap rumah kos tanpa induk semang.

A. Sikap Mahasiswa Kos Terhadap Rumah Kos Tanpa Induk Semang

Menurut Allport (dalam Azwar, 1998) sikap didefinisikan sebagai

kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap faktor-faktor lingkunganyang dapat

bersifat positif maupun negatif.

Reaksi positif dan negatif tersebut akan ditunjukkan oleh perasaan mendukung

atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau menolak

(unfavourable) terhadap suatu objek (Berkowitz dalam Azwar 2008). Perasaan

senang, menerima, atau setuju dan sebaliknya terhadap suatu objek inilah yang

oleh Thurstone (dalam Walgito, 2004) disebut sebagai tingkatan afeksi.

Jika Thursthone memandang sikap hanya pada tingkatan afeksi saja dan belum

mengaitkan dengan perilaku, maka lain halnya dengan kelompok yang

berorientasi pada skema triadic. Kelompok ini menyatakan bahwa sikap adalah

konstelasi komponen-komponen kognitig afektif dan konatif yang saling

berinteraksi dalam memahami merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek

(Azwar, 1998).

Myers (dalam Walgito, 2004) selanjutnya menjelaskan bahwa komponen

kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai sesuatu yang benar tentang suatu

objek, yang kemudian akan menjadi dasar bagi pengetahuan, pandangan dan

Page 6: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 6

keyakinan seseorang mengenai sesuatu yang diharapkan dari objek sikap tersebut.

Adapun komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan masalah

emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap, yaitu rasa senang atau

tidak senang terhadap suatu objek sikap. Rasa senang menunjukkan sikap positif

dan rasa tidak senang menunjukkan sikap yang negatif. Jadi komponen ini

menunjukkan arah sikap positif atau negatif. Sedangkan komponen

konatifperilaku yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan

bertindak terhadap suatu objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas

sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku pada diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Dalam kenyataannya pendekatan yang kedua ini sering memunculkan adanya

inkonsistensi diantara ketiga komponennya. Oleh sebab itu penelitian ini

membatasi pads konsep sikap dari Thursthone sebagai derajad afek positif

(perasaan mendukung) atau afek negatif (perasaan tidak mendukung) terhadap

suatu objek. Objek sikap dalam penelitian ini adalah rumah kos tanpa induk

semang.

Dan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan

suatu kesiapan atau kecenderungan individu untuk bertindak yang didasari oleh

adanya suatu perasaan yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, yang

secara potensial menjadi daya dorong bagi individu untuk berespon/perperilaku

terhadap suatu objek atau situasi tertentu.

B. Fungsi Sikap

Katz dalam Secord dan Backman seperti dikutip oleh Walgito (2004)

menjelaskan 4 fungsi sikap, yaitu: 1) Fungsi instrumental. Fungsi ini merupakan

fungsi sikap untuk mencapai tujuan.Individu memandang sampai sejauh mana

objek sikap ini dapat digunakan sebagai sarana / alat untuk mencapai tujuan. Jika

objek sikap dapat membantu seseorang mencapai tujuannya maka ia akan

bersikap positif dan sebaliknya. 2) Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang

diambil seseorang untuk mempertahankan egonya. 3) Fungsi ekspresi nilai, yaitu

Page 7: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 7

fungsi yang digunakan oleh individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada

dirinya, dan 4) Fungsi Pengetahuan yaitu fungsi sikap terhadap objek yang

menunjukkan pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sikap tersebut.

C. Komponen Sikap Mahasiswa Kos Terhadap Rumah Tanpa induk

Semang

Identifikasi tentang komponen-komponen atau aspek-aspek sikap

mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang dilakukan dengan

mengacu pada pengertian sikap, faktor-faktor pembentuk objek sikap dan juga

pengetahuan mengenai fungsi sikap. Penentuan objek sikap dilakukan melalui

suatu proses Focus Group Discussion (FGD) dengan para mahasiswa dan

mahasiswi yang kos di tempat kos yang ada induk semangnya maupun yang tidak

ada induk semangnya.

Rumah kos yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rumah tinggal

sementara yang disewa oleh para mahasiswa selama belajar di Yogyakarta.

Rumah kos dengan induk semang adalah rumah kos yang ditunggui pemiliknya,

sedangkan namah kos tanpa induk semang adalah rumah kos yang tidak ditunggui

oleh pemiliknya.

Dari hasil FGD diperoleh enam komponen objek sikap terhadap rumah kos

tanpa induk semang. Keenam komponen tersebut adalah:

1) Keamanan. Keamanan yang dimaksud disini adalah keamanan fisik material

maupun keamanan psikis.

2) Kenyamanan. Aspek ini diharapkan dapat menjamin penghuni kos merasa

enak, tenang, tidak banyak masalah dan merasa betah tinggal di rumah kos.

3) Kebebasan. Kebebasan yang dimaksudkan disini adalah kebebasan yang dapat

membuat penghuni kos dapat melakukan aktivitas-aktivitasnya tanpa ada yang

selalu mengontrolnya.

4) Kebersihan, rumah kos yang bersih dan sehat dapat membuat para penghuni

kos merasa enak, nyaman dan betah tinggal dirumah kos.

5) Suasana kekeluargaan, aspek ini berkait dengan relasi antara pemilik kos

dengan para penghuni kos, dan

Page 8: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 8

6) Pertimbangan ekonomi, berkait dengan harga sewa.

D. Jenis Kelamin

Chaplin (2002) menjelaskan bahwa jenis kelamin merupakan sesuatu yang

khas membedakan antara laki-laki dan perempuan atau antara organisme yang

memproduksi sel telur dan sperma.

Jenis kelamin ini merupakan atribut permanen yang dibawa anak sejak

lahir. Jenis kelamin ini menunjuk pada atribut biologis yang dimiliki oleh

individu. Perbedaan jenis kelamin ini dapat dilihat dari adanya perbedaan

kromosom (laki-laki memiliki kromosom XY dan wanita memiliki kromosom

XX).Secara biologis wanita dapat mengandung dan melahirkan anak, sedangkan

laki-laki tidak dapat.

Menurut Setyawati terdapat dua macam jenis kelamin yaitu jenis kelamin

secara kodrati yang disebut sebagai sexe dan kedua jenis kelamin secara sosio-

kultural yang biasa disebut sebagai gender.

Sexe merupakan kodrat Tuhan yang tidak dapat dipertukarkan oleh

manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan, meskipun teknologi kedokteran telah

berkembang dengan pesat. Sedangkan gender adalah jenis kelamin yang

dikonstruksikan secara sosial budaya atau yang sering disebut sebagai kodrat

budaya. Di dalam setiap komunitas perbedaan status pria dan wanita membawa

dampak perbedaan dalam status maupun perannya di masyarakat, sebab

masyarakat menuntut peran yang berbeda untuk masing-masing pemilik sexe ini.

Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin

yang pertama yaitu sexe. Yang merupakan karakteristik khusus yang dimiliki oleh

individu sekaligus menjadi identitas diri secara seksualitas yang dapat

dikategorikan sebagai pria dan wanita.

E. Asal Daerah

Secara geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki

ribuan pulau dengan variasi suku, agama, ras, dan sosio-budaya yang sangat luas.

Keberagaman sosio budaya dari berbagai wilayah yang berbeda-beda tersebut

Page 9: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 9

kemudian melahirkan individu-individu yang tentu saja memiliki pribadi yang

sangat berbeda antara satu denganyang lain. Secara umum anal daerah yang

dimaksud dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu Jawa dan luar

Jawa. Pemilihan daerah "Jawa" didasarkan pada alasan bahwa Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa terletak di Jawa, tepatnya di kota Yogyakarta. Meski

terdapat beragam budaya dari masyarakatnya, namun secara umum masyarakat

yang tinggal di Jawa lebih memiliki kesamaan dalam strukur budaya dan adat

istiadat dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal diluar pulau Jawa.

F. Perbedaan Sikap Mahasiswa Kos Terhadap Rumah Kos Tanpa Induk

Semang Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Asal Daerah Pada Mahasiswa

UST Yogyakarta.

Meski Indonesia memiliki berbagai jenis kebudayaan yang sangat

bervariasi, namun ada juga kesamaan sistem yang dianut oleh berbagai suku

bangsa di Indonesia, yaitu sistem patriarkhat. Sistem ini menempatkan laki-laki

dan wanita secara berbeda. Laki-laki lebih banyak diberi kebebasan untuk

mengekspresikan diri, sedangkan wanita lebih banyak dikontrol. Hal ini tentunya

tidak terlepas dari ideologi gender pads masyarakat. Ideologi ini berupa gagasan

dominan yang berlaku dalam masyarakat mengenai perbedaan peran pria dan

wanita baik dalam keluarga.

Maccoby (dalam Berns, 2004) melihat bahwa di dalam kehidupan

masyarakat perbedaan peran gender telah ditanamkan pada anak sejak awal

kelahirannya. Hal ini dapat dilihat di dalam realitas sejarah perkembangan

sepanjang kehidupan manusia. Sejak saat kelahiran, kesadaran seseorang sebagai

pria dan wanita mulai ditanamkan, melalui nama, warna pakaian, permainan-

permainan yang diberikan dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari. Banyak studi menyimpulkan bahwa secara khusus orang tua telah

mendorong anak lelakinya menjadi laki-laki yang kuat dibandingkan anak

perempuannya (Lamb, Lytton & Romsey dalam Berns, 2004). Orang tua lebih

banyak memberikan kebebasan dan kesempatan yang lebih luas untuk

bereksplorasi dan mengembangkan diri kepada anak lelakinya dibandingkan

Page 10: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 10

kepada anak wanitanya. Pria lebih memiliki kesempatan untuk berekspresi dan

memecahkan masalah secara sendiri, sedangkan wanita lebih banyak diawasi dan

dibatasi.

G. Hipotesis

1. Mahasiswa memiliki sikap positif terhadap rumah kos tanpa induk semang

dibandingkan mahasiswi.

2. Mahasiswa kos yang berasal dari luar Jawa memiliki sikap yang positif

terhadap rumah kos tanpa induk semang dibandingkan mahasiswa yang

berasal dari Jawa.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Yogyakarta dengan melibatkan tiga buah variabel yaitu variabel "Sikap

Mahasiswa Kos Terhadap Rumah Kos Tanpa Induk semang sebagai variabel

tergantung dan dua buah variabel bebas yaitu "jenis Kelamin" dan "Asal Daerah”.

Sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan mendukung/memihak atau tidak

mendukung/tidak memihak terhadap keberadaan rumah kos tanpa induk semang,

yang diukur dari komponen-komponen keamanan, kenyamanan, kebebasan,

kebersihan dan suasana kekeluargaan.

Jenis Kelamin Mahasiswa adalah jenis kelamin biologis yang dilihat dari

data identitas sexe mahasiswa yang tertulis pada skala sikap mahasiswa kos

terhadap rumah kos tanpa induk semang. Identitas jenis kelamin diklasifikasikan

menjadi dua yaitu pria dan wanita. Sedangkan Asal Daerah Mahasiswa adalah

identitas daerah asal mahasiswa yang dilihat dari data yang ditulis oleh mahasiswa

pada skala sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang.

Identitas asal daerah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Jawa dan Luar Jawa.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UST yang Kos dan

aktif kuliah pada semester gasal 2006-2007. Sampel penelitian diambil secara

random. Jumlah sampel ditentukan dengan nomogram Harry King pada eror 5 %.

Page 11: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 11

Keseluruhan data yang diperoleh berjumlah 120. Data dijaring dari

mahasiswa UST yang kos, dari tiga fakultas yang terkena random sampling. Dari

120 sampel penelitian hanya 115 data subjek penelitian yang dapat diolah, sebab

lima subjek penelitian tidak mengisi skala secara lengkap.

Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah

metode testing. Adapun alat ukur yang digunakan adalah skala Sikap Mahasiswa

Kos Terhadap Rumah Kos Tanpa Induk Semang. Data jenis kelamin dan identitas

mahasiswa diketahui dari data identitas jenis kelamin dan asal daerah yang tertera

pada skala sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang

Skala ini disusun berdasarkan komponen–komponen: keamanan,

kenyamanan, kebebasan, suasana kekeluargaan, dan pertimbangan ekonomi

(harga sewa). Skala dikembangkan berdasarkan aitem favourable dan

unfavourable. Keseluruhan skala ini terdiri dari 60 item dengan lima kategori

respon yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Skoring terhadap respon item bergerak dari 1 s.d 5 untuk aitem favorable dan

sebaliknya untuk aitem unfavourable.

Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Sesuai dengan tujuan pengukuran psikologis, maka validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi diestimasi melalui

pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional atau profesional judgement

(Azwar, 1999). Analisa dilakukan melalui pertanyaan sejauhmana butir-butir tes

tersebut telah mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi

objek yang hendak diukur serta sejauh mana butir-butir tes tersebut

mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur.

Prosedur yang dilakukan untuk melakukan seleksi aitem, guna memilih aitem-

aitem yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian adalah dengan

berpedoman pada kekuatan daya beda atau daya diskriminasi butir, yaitu

sejauhmana butir-butir/aitem-aitem tersebut mampu membedakan kelompok yang

memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Seleksi daya beda aitem ini akan

Page 12: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 12

dilakukan dengan menggunakan batas norma 0,3 keatas, untuk menyeleksi aitem

yang memiliki daya beds bagus. Meskipun demikian peneliti akan mengambil

aitem yang memiliki daya beda kurang dari 0,3 sejauh aitem tersebut tidak

menurunkan reliabilitas secara signifikan.

Prosedur pengujian daya beda dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor

yang diperoleh pada masing-masing pernyataan/ aitem dengan skor totalnya.

Teknik yang dipergunakan adalah teknik korelasi part-whole yaitu korelasi antara

satu aitem dengan total skor aitem dikurangi skor aitem yang bersangkutan

(korelasi aitem dengan sisanya). Hal itu dilakukan guna memperoleh hasil yang

lebih bersih dan menghindari over estimate, sedangkan penghitungannya

dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program statistik SPSS.

Dari hasil analisa terhadap 60 butir aitem skala sikap terhadap rumah kos tanpa

induk semang tersebut, sejumlah 17 aitem dinyatakan gugur karena tidak

memiliki daya beda yang bagus. Butir-butir yang dinyatakan sahih memiliki

sebaran koefisien korelasi part-whole sebesar 0,208 sampai dengan 0,913. Meski

ada 17 aitem yang gugur namun validitas isi dari skala ini tetap terpenuhi.

Masing-masing aspek masih tetap berisi aitem-aitem secara proporsional seperti

yang direncanakan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas mengandung konsep keterpercayaan hasil ukur. Azwar (1997)

mendefinisikan sebagai sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil

yang tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap objek yang sama.

Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh koefisien korelasi antara

skor pada dua tes paralel yang dikenakan pada dua kelompok individu yang sama.

Untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin timbul karena karena

pendekatan tes ulang, seperti terjadinya carry over effect, maka reliabilitas yang

dipergunakan dalam skala ini adalah reliabilitas konsistensi internal, yaitu

reliabilitas yang hanyamemerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada

sekelompok individu sebagai subjek (single trial adinistration).

Formula yang dipergunakan untuk melakukan estimasi terhadap besarnya

Page 13: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 13

reliabilitas skala penelitian ini menggunakan formula umum koefisien alpha

(Azwar, 1997). Penghitungannya dilakukan dengan menggunakan komputer

program statistik SPSS

Dari hasil analisis, koefisien reliabilitas Alfa dari skala ini adalah sebesar

0,914. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah

anava 2 jalur. Penghitungannya juga dilakukan dengan menggunakan komputer

program statistik SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji normalitas data skala sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos

tanpa induk semang dilakukan dengan menggunakan teknik One sample

Kolmogorov Smirnov. Hasil uji asumsi menunjukkan nilai KS-Z sebesar 0.968

dengan p sebesar 0.306, p e" 0.5 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan

antara frekuensi empirik (yang diamati) dengan frekuensi teoritis dari kurva

normal. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa data sikap mahasiswa kos

terhadap rumah kos tanpa induk semang sebarannya normal.

Selain itu hasil uji homogenitas varian data skala sikap mahaiswa kos terhadap

rumah kos tanpa induk semang antara subjek mahasiswa dan mahasiswi

menunjukkan bahwa harga koefisien Levene test sebesar F= 2.202 dengan harga p

sebesar 0.141, p e" 0.05 dan pada mahasiswa yang berasal dari jawa dan luar jawa

F= 0.156 dengan harga p sebedar 0.693, p e" 0.05 sehingga dapat dikatakan

bahwa distribusi data pada kedua variabel jenis kelamin dan asal daerah normal.

Selanjutnya Uji hipotesis dilakukan dengan teknik ANAVA dua (2) Jalur,

menggunakan bantuan computer program SPSS. 17. Hasil uji hipotesis

menunjukkan bahwa: Harga FoA = 9.859 dengan peluang ralat atau p = 0.002,

pd" 0.05 signifikan. Sedangkan FoB = 0.732 dengan harga p = 0.394, pe" 0.05

tidak signifikan, serta harga FoAB sebesar 0.195 dengan harga p = 0.660 , pe"

0.05, tidak signifikan (tidak ada saling pengaruh/interaksi antara variabel jenis

kelamin dan Asal daerah dengan Sikap Mahasiswa Kos Terhadap Rumah Kos

Tanpa Induk semang). Dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk

Page 14: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 14

semang berdasarkan jenis kelamin (FoA = 9.859 dengan peluang ralat atau p

= 0.002 ,p d" 0.05). Mahasiswa lebih mendukung terhadap rumah kos tanpa

induk semang, dengan rerata skor sebesar 20.565, lebih besar dari rerata sikap

mahasiswi putri, yaitu dengan rerata skor sikap sebesar 17.743. Oleh sebab

itu maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat

perbedaan sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang

antara mahasiswa dan mahasiswi, dapat diterima.

2. Tidak terdapat perbedaan sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa

induk semang antara mahasiswa yang berasal dari jaws clan yang berasal dari

luar jawa (FoB = 0.732 dengan harga p = 0.394 , pe" 0.05 tidak signifikan),

dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan sikap

mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang berdasarkan asal

daerah, ditolak.

Selain hasil uji hipotesis, peneliti juga menemukan beberapa temuan

penelitian lain yang berkaitan dengan kecenderungan tnggi rendahnya sikap

mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang. Eta square dari variabel

jenis kelamin terhadap variabel sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa

induk semang adalah sebesar .082, dengan demikian sumbangan variabel bebas

jenis kelamin terhadap pembentukan sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos

tanpa induk semang adalah sebesar atau sebesar 8.2 %.

Secara umum hasil analisis kategorisasi, tertera pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1.Hasil analisa

Kategorisasi Skor F %

Sangat Tinggi ≥ 186 0

Tinggi 149 - 185 20 17.40

Sedang 110 - 148 73 63.47

Rendah 72 -109 22 19.13

Sangat Rendah ≤ 71 0

Total 115 100

Page 15: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 15

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki sikap yang

biasa-biasa saja, cenderung netral, tidak mendukung tetapi jugs tidak menolak

terhadap keberadaan induk semang di tempat kos. Secara lengkap hasil analisis

terlihat pada table berikut:

Penelitian ini juga melihat besaran sumbangan efektif dari masing-masing

aspek pembentuk sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang.

Untuk itu maka data dari masing-masing aspek/ komponen sikap mahasiswa kos

terhadap rumah kos tanpa induksemang dikorelasikan dengan skor totalnya.

Analisis dilakukan dengan analisis regresi (ANAREG) menggunakan bantuan

computer program SPSS-2005 edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih.

Hasil analisis regresi menunjukkan korelasi R sebesar 0,991 dan koefisien

determinan ( Rz ) sebesar 0,982 yang berarti bahwa keenam aspek tersebut

memberikan kontribusi sebesar 98,2 % terhadap pembentukan sikap mahasiswa

kos terhadap rumah kos tanpa induk semang. Adapun sumbangan efektif masing-

masing aspek tersebut tertera pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2.Sumbangan efektif masingmasing aspek.

No. Aspek Korelasi

rxy- sisax

p Sumb. Efektif

(SE %)

1. Keamanan 0.766 0.000 20.297

2 Kenyamanan 0.758 0.000 26.126

3 Kebebasan 0.761 0.000 16.971

4 Kebersihan 0.654 0.000 7.960

5 Suasana Kekeluargaan 0.733 0.000 15.903

6 Harga Sewa 0.630 0.000 10.894

Jumlah 98.151

Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa komponen-komponen yang

dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih rumah kos adalah pertama aspek

kenyamanan, aspek ini memberi kontribusi sebesar 26.126 % dalam membentuk

sikap, kedua adalah keamanan (20.297 %), ketiga kebebasan (16.971 %), keempat

suasana kekeluargaan (15.907 %), kelima harga sewa (10.894 %) dan keenam

Page 16: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 16

kebersihan yang memberi kontribusi sebesar 7.960 %.

Temuan penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan sikap antara

mahasiswa kos terhadap numah kos tanpa induk semang antara mahasiswa dan

mahasiswi dapat diterima. Temuan penelitian ini didukung oleh budaya

patriarkhat yang masih melekat di dalam masyarakat. Budaya patriarkhat ini

cenderung memberikan kebebasan pada pria untuk bereksplorasi terhadap

lingkungannya dibandingkan pada mahasiswi, sehingga menjadi sesuatu yang

tidak aneh lagi ketika pria selalu ingin mencari kebebasan dan tidak mau terikat

dengan orang lain.

Berbeda dengan mahasiswa, mahasiswi selalu diawasi dan dikontrol dalam

setiap geraknya.Kebanyakan orang tua masih merasa takut melepaskan anaknya

sendiri tanpa ada pengawasan.

Perbedaan perlakuan dan perbedaan tuntutan peran terhadap anak pria dan

wanita ini sebenarnya telah dikonstruksi oleh budaya sejak anak masih bayi.

Kesadaran akan perbedaan peran tersebut begitu melembaga pada masyarakat

sehingga membentuk pola perilaku yang khas pada pria dan wanita. Namun hal

itu tidak perlu dirisaukan sebab harga dari harga eta square –nya, variabel Jenis

Kelamin ini hanya memberikan kontribusi sebesar 8,2 % saja terhadap sikap

mahasiswa terhadap rumah kos tanpa induk semang. Ini berarti masih terdapat

faktor-faktor lain yang lebih kuat pengaruhnya terhadap terbentuknya sikap

tersebut.

Kecilnya sumbangan variabel jenis kelamin tersebut dapat menjadi indikator

akan ketidakpedulian mahasiswa akan keberadaan induk semang di tempat kos.

Hal itu didukung oleh temuan penelitian iniyang menyatakan bahwa mayoritas

(63.47 %) mahasiswa berada pada kategorisasi sedang, ini menunjukkan bahwa

mahasiswa memiliki sikap yang netral, biasa-biasa saja, tidak terlalu mendukung

maupun juga tidak terlalu menolak terhadap keberadaan rumah kos tanpa induk

semang.

Mengenai temuan penelitian yang kedua, yang menyatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang

berdasarkan lokasi tempat tinggal, tentunya juga dipengaruhi oleh kondisi

Page 17: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 17

masyarakat sekarang yang telah mengalami perkembangan sangat pesat, terutama

karena pengaruh teknologi modern. Perkembangan teknologi komunikasi yang

begitu cepat telah memperpendek jarak antar kelompok masyarakat satu dengan

yang lain, sehingga perbedaan budaya menjadi tidak terasa lagi. Apalagi di kota

Yogyakarta yang kaya dengan ragam penduduk dari seluruh Indonesia, telah

menjadikan masyarakat lokal maupun pendatang menyatu dan tidak begitu

merasakan adanya perbedaan budaya tersebut. Bahkan ada kecenderungan bahwa

masyarakat akan menunjukkanketidak peduliannya terhadap perilaku anak kos

(http// infogempa jogja.go.id).

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: Terdapat perbedaan sikap

mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang, mahasiswa lebih

mendukung atau memiliki sikap yang positif terhadap rumah kos tanpa induk

semang dibandingkan mahasiswi. Hipotesis diterima.

b. Tidak terdapat perbedaan sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa

induk semang ditinjau dari asal daerah. Hipotesis ditolak

c. Sikap mahasiswa kos terhadap rumah kos tanpa induk semang menunjukkan

kecenderungan netral.

d. Beberapa aspek/faktor yang dipertimbangkan oleh mahasiswa dalam memilih

rumah kos adalah pertama kenyamanan, kedua adalah keamanan , ketiga

kebebasan, keempat suasana kekeluargaan, kelima harga sewa kekeluargaan,

kelima harga sewa dan dan keenam adalah kebersihan. keenam adalah

kebersihan.

2. Saran

Penelitian ini menemukan bahwa secara umum baik pria maupun wanita

menyatakan sikap yang biasa-biasa saja atau netral terhadap keberadaan induk

semang di tempat kos. Keberadaan induk semang yang seharusnya menjadi

pengganti orang tua sudah cenderung tidak begitu diperlukan oleh anak kos

Page 18: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 18

sehingga perlulah kiranya bagi PEMDA atau masyarakat dan orang tua khususnya

untuk lebih memperhatikanpara anak kos ini agar tidak terjerumus pada hal-hal

yang negatif seperti yang sering diberitakan di mass media akhir-akhir ini. salah

satunya adalah berita bahwa rumah kos sering disalah gunakan oleh pasangan

yang bukan muhrimnya (Fajar, 2011).

Kedua bagi para pemilik kos beberapa pertimbangan yang seharusnya

diperhatikan untuk mengembangkan usaha rumah kos ini adalah pertama faktor

kenyamanan, kedua adalah keamanan, ketiga kebebasan, keempat suasana

kekeluargaan, kelia harga sewa, dan keenam adalah kebersihan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M, Indati A, dan Satriyani, 2000, Pengembangan Model Pendidikan

Berperspektif Gender, hasil penelitian Hibah Bersaing Pusat Studi wanita.

Yogyakarta : Universitas Gadjah mada.

Azwar, S, 1997, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S, 1998. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset.

Baron & Byrne (2003), Psikologi Sosial, alih bahasa Ratna Juwita, Jakarta:

Erlangga

Chaplin, JP. 2002. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT raja Grafindo Persada.

Fajar. 2011. Rumah Kos Rawan Disalah gunakan ,http:// www.fajar.co.id/read.

Diunduh 26 Agustus 2011.

Hapsoro. D.2006, Dari Keprihatinan, Datanglah Harapan, Menggagas Recovery

Pendidikan Kerjasama Dewan Pendidikan DIY KR (2), Yogyakarta: KR, 24

Juni 2006-08-29

Http://infogempa.jjogja.go.id/ Perth Kos Di Jogyakarta Jalan terus, diunduh

tanggal 6 september 2006.

Mukhotib (2006), Meningkat Jumlah Remaja yang Berkonsultasi ke PKBI,

Yogyakarta, Jakarta: Kompas 14 Agustus 2006

Setiawati. T, 2002, Kajian Perempuan & Jender, Kumpulan makalah Pelatihan

Metodologi Penelitian Berperspektif Jender (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia

Page 19: SIKAP TERHADAP RUMAH KOS TANPA INDUK SEMANG …psikologi.ustjogja.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/5_SikapTerhadapRum... · pasal 27 UUD 1945, ... menunjukkan arah sikap positif atau

Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224 ISSN : 2087-7641 19

Suryabrata, S. 2000, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Yogyakarta Andi

Offset.

Walgito B, 1994, Psikologi Sosial, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Andi Offset.

www Detik.com/gudangdata/ survei, keperawanan/satu shtml-32 k, diunduh

September 2006.

Wignyosukarto.BS, 2010, http://bws.stafugm.ac.id, diunduh 5 juli 2010.