proposal pkl mastitis.doc

download proposal pkl mastitis.doc

of 17

Transcript of proposal pkl mastitis.doc

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    1/49

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Peternakan sapi perah telah lama dikembangkan oleh pemerintah

    Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan produksi susu

    dalam negeri guna meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia, selain

    itu untuk meningkatkan pendapatan peternak itu sendiri. Beberapa kendala

    yang dihadapi para peternak sapi perah untuk mencapai hasil yang optimum,

    salah satunya adalah penyakit mastitis.

    Mastitis merupakan radang pada ambing yang bersifat akut, sub akut

    dan subklinis yang terjadi pada semua mamalia. Mastitis bisa disebabkan

    oleh kuman patogen (infeksius seperti bakteri, kapang atau khamir,

    kerusakan fisik ambing (udder and teat injury serta akibat terpapar oleh

     bahan kimia yang iritan yang mampu merusak jaringan interna ambing

    (!nri, "##$. Infeksi bakteri merupakan penyebab utama terjadinya mastitis,

     bakteri penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus

    agalactiae, Mycoplasma bovis, Streptococcus dysagalactiae, Streptococcus

    uberis dan berbagai jenis bakteri gram negatif, meskipun demikian lebih

    dari % jenis bakteri telah dilaporkan dapat menyebabkan penyakit atau

    kelainan pada kelenjar ambing sapi perah ('irk, %).

    *ata mengenai kasus mastitis di Indonesia telah banyak dilaporkan.

    Beberapa data menampilkan persentase kejadian mastitis subklinis cukup

    tinggi, di +aa Barat, +aa -engah, dan +aa -imur dikemukakan oleh

    ahyuni ("##$, pada daerah tersebut baha kejadian mastitis subklinis

     berkisar /01 sampai %1 dan #1 sampai 21. 'ejadian mastitis di

    lapangan /31 merupakan mastitis subklinis, sedangkan "3&1 mastitis

    klinis (ahyuni, "##2. Mastitis subklinis di beberapa kota di Indonesia

    dilaporkan kejadian penyakitnya yaitu Bogor (/01, Boyolali (%1, dan

    Malang ($%1. Mastitis sub klinis merupakan kasus yang paling banyak dan

    sering terjadi di lapangan pada peternakan sapi perah (ahyuni, "##$.

    %

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    2/49

    Mastitis menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi

     peternakan sapi perah di seluruh dunia (Bannerman, "##2. 'erugian

    ekonomi yang diakibatkan oleh mastitis mengakibatkan produksi susu

    menjadi turun "23 atau berhenti sama sekali, 'ualitas susu menjadi

    turun sehingga tidak dapat dijual atau tidak dapat dikonsumsi, Biaya

     peraatan menjadi meningkat, dan -ernak perah diafkir lebih aal (Hidayat,

    "##$.

    *eteksi mastitis subklinis dilakukan dengan uji yang biasa dilakukan

    misalnya dengan 4ji 5M-. *eteksi dini pada sapi perah dengan metode

    tidak langsung memakai 5M- adalah usaha memperkecil resiko terjadinya

    mastitis. 4ji ini mempermudah dalam mendiagnosa mastitis subklinis

    sehingga dapat dilakukan penanganan secara lansung (6ahmaati, "##$.

    Penanganan yang dilakukan berupa pengobatan dan pencegahan,

    untuk pengobatan sendiri bisa dilakukan dengan diberikan suntikan

    antibiotik melalui intramamae. Pencegahan dapat dilakukan dengan

    mengusahakan lantai kandang dalam keadaan bersih dan kering, ambing

    diusahakan jangan sampai terluka, ambing harus selalu dalam keadaan

     bersih dan higienis saat diperah, sapi sakit harus dipisah dari sapi3sapi yang

    sehat, pemerahan harus dilakukan sampai apuh serta tangan pemerah harus

     bersih saat memerah. *isebutkan juga oleh Hidayat ("##$ baha cara

     pencegahan yang baik adalah dengan menjaga tata laksana pemerahan dan

    dilakukan teat dipping (pencelupan puting ke antiseptik setelah pemerahan.

    Berdasarkan hal tersebut maka dalam praktek kerja lapang ini

    mengambil masalah tentang Metode *iagnosa Mastitis 7ubklinis *anPenanganannya Pada 7api Perah ( Friesian Holstein *an *i Balai Besar 

    Pelatihan Peternakan Batu (BBPP untuk dapat mengindentifikasi mastitis

    sehingga dapat diberikan penanganan secara langsung.

    1.2 Rumusan Masalah

    %. Bagaimana Metode diagnosa Mastitis 7ubklinis pada sapi perah 8riesian

    Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP 9

    ". Bagaimana interpretasi hasil diagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian

    Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP 9

    "

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    3/49

    &. Bagaimana Penanganan Mastitis 7ubklinis pada sapi perah 8riesian

    Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP 9

    1.3 Tujuan

    %. Mengetahui metode diagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian Holstein

    ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.

    ". Mengetahui interpretasi hasil diagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian

    Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.

    &. Mengetahui penanganan Mastitis 7ubklinis pada sapi perah 8riesian

    Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.

    1. Man!aat%. Bagi Mahasisa

    Menambah pengetahuan pengalaman dan ketrampilan kerja lapang

    khususnya dalam mendiagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian

    Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.

    ". Bagi Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP

    *apat memberikan masukan kepada Balai Balai Besar Pelatihan

    Peternakan Batu (BBPP tentang Mastitis pada sapi perah.

    &. Bagi P'H 4B

    *apat menjalin kerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu

    (BBPP untuk menambah pengetahuan dan keterampilan kerja dalam

     bidang kedokteran hean.

    BAB II

    TIN"AUAN PU#TA$A

    2.1 #a%& Perah ( Friesian Holstein

    2.1.1 $las&!&kas& #a%& Perah ( Friesian Holstein

    'lasifikasi sapi  Friesian Holstein  menurut 7udono ("##&

    memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut :

    Phylum : 5hordata

    5lass : Mamalia

    ;rdo : !rtiodactyla

    'ingdom : !nimalia

    &

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    4/49

    8amily : Bo

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    5/49

    2.1.3 Perkan+angan #a%& Perah

    'andang sapi perah dapat dibedakan dalam dua jenis kandang yaitu

    tingkat tunggal atau ganda. 'andang dengan jenis ganda adalah lebih

    ekonomis mengandangkan ternak lebih dari %03"# sapi betina yang sedang

    laktasi. 'andang ganda dapat dirancang sehingga sapi dapat menghadap

    kedepan kearah pusat tempat makanan atau kebelakang dengan tempat

    makanan pada keedua sisi bangunan. !tap dari bangunan harus

    mempunyai atap tergantung dari luas dalam hal untuk menyediakan

    naungan yang maksimal untuk mempertahankan serangan dari hujan lebat.

    >antai harus dibangun dari beton, yang dibuat agak besar untuk mencegah

    sapi tergelincir. 'andang berdiri harus dibuat dari pipa baja, bambu besar 

    atau kayu keras dan palung dari pipa berlapis (Prita, "##/.

    'andang indi

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    6/49

    7etiap ruangan kandang cukup dipisahkan dengan sekat ? sekat yang

     berasal dari bahan besi atau pipa ? pipa bulat, ataupun bambu dan kayu

    yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak melukai kulit pedet, tinggi

     penyekat cukup satu meter. 4kuran kandang indi

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    7/49

    kelemahan dari genting adalah harganya yang cukup mahal jika

    dibandingkan dengan daun ijuk. Perlengkapan kandang yang harus

    disediakan adalah tempat pakan dan tempat minum (Prita, "##/. -empat

     pakan dan tempat minum dapat dibuat dari tembok beton yang bentuknya

    dibuat cekung dengan lubang pembuangan air pada bagian baah, atau

     bisa juga tempat pakan terbuat dari papan atau kayu dan tempat minum

    menggunakan ember (7iregar, "##&. Menurut Prita ("##/ kandang harus

    dilengkapi dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat,

    selang air, ember dan kereta dorong.

    2.1. Pem*er&an Pakan

    Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang

     berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah,

    rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah

     pemerahan sebanyak # kgAekorAhari. Pakan berupa rumput bagi sapi

    deasa umumnya diberikan sebanyak %#1 dari bobot badan (BB dan

     pakan tambahan sebanyak %3"1 dari BB. 7api yang sedang menyusui

    (laktasi memerlukan makanan tambahan sebesar "21 hijauan dan

    konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya

    ditambah dengan jenis kacang3kacangan (legum. 7umber karbohidrat

     berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa

    serta mineral (sebagai penguat yang berupa garam dapur, kapur, dll.

    Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore

    hari sebelum sapi diperah sebanyak %3" kgAekorAhari. 7elain makanan, sapi

    harus diberi air minum sebanyak %#1 dari berat badan per hari.

    Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas,

    serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara.

    Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan

    *i aal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. *i musim hujan

    sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan

    /

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    8/49

     bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna

    memperkuat kakinya (7oetardi, %2.

    2.2 De!&n&s& Mast&t&s

    Mastitis didefinisikan sebagai radang jaringan interna kelenjar 

    ambing. Istilah mastitis berasal dari kata DmastosD yang artinya kelenjar 

    ambing dan DitisD untuk inflamasi. Mastitis merupakan salah satu penyakit

    yang sangat merugikan peternak sapi perah karena sapi penderita mastitis

    mengalami penurunan produksi susu.

    2.2.1 Et&-l-g&InfeksiAperadangan pada ambing dikenal dengan nama mastitis.

    Mastitis adalah suatu peradangan pada tenunan ambing yang dapat

    disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia, luka termis ataupun luka

    karena mekanis. Peradangan ini dapat mempengaruhi komposisi air susu

    antara lain dapat menyebabkan bertambahnya protein dalam darah dan sel3

    sel darah putih di dalam tenunan ambing serta menyebabkan penurunan

     produksi susu (Eniza, "##). Mastitis dapat disebabkan oleh beberapa

     bakteri, antara lain adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, dan  E.

    Coli. Beberapa patogen yang tidak biasa (unusual pathogens antara lain

    adalah  seudomonas aeruginosa, !rcanobacterium  ( !ctinomyces

     pyogenes,  Mycoplasma spp, dan "ocardia asteroids. Mastitis diibedakan

    menjadi " yaitu Mastitis klinis dan 7ubklinis (Erskine, "##&.

    2.2.2 E%&+em&-l-g&

    'ejadian mastitis 2 ? $1 merupakan mastitis subklinis,

    sedangkan " ? &1 merupakan mastitis klinis yang terdeteksi (7udaranto,

    %. Mastitis subklinis merupakan kasus yang paling banyak dan sering

    terjadi di lapangan pada peternakan sapi perah (7udaranto, %.

    'ejadian mastitis subklinis pada sapi perah di Indonesia sangat tinggi (23

    $1 dan menimbulkan banyak kerugian. Streptococcus agalactiae  dan

    Staphylococcus aureus  merupakan " bakteri utama penyebab mastitis

    subklinis. *ari beberapa hasil penelitian diketahui baha S. agalactiae

    dan S. aureus  yang mempunyai hemaglutinin, mempunyai kemampuan

    $

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    9/49

    adesi pada sel epitel ambing jauh lebih besar dari pada yang tidak 

    mempunyai hemaglutinin. Hemaglutinin diduga sebagai faktor

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    10/49

    8aktor predisposisi radang ambing dilihat dari segi ternak, meliputi :

     bentuk ambing, misalnya ambing yang sangat menggantung, atau ambing

    dengan lubang puting terlalu lebar. 8aktor umur juga akan mempengaruhi

    mudah tidaknya seekor sapi terkena radang ambing atau mastitis. 7emakin

    tua umur sapi, apalagi induk dengan produksi air susu tinggi, semakin

    lemah kemampuan menutup spincter pada putingnya, karena spincter 

     berfungsi dalam menahan infeksi kuman, maka kemungkinan terinfeksi

     pada sapi tua juga semakin besar (7ubronto, "##&.

    8aktor lingkungan dan pengelolaan ternak yang banyak 

    mempengaruhi terjadinya mastitis, meliputi pakan, perkandangan,

     banyaknya sapi dalam satu kandang, sanitasi kandang, dan cara pemerahan

    susu. Pakan yang mengandung estrogen, misalnya bangsa clover, dan

     jagung ataupun konsentrat yang berjamur, telah terbukti memudahkan

    terjadinya radang. 'andang yang berukuran sempit menyebabkan sapi3sapi

    didalamnya berdesakan, apabila ada salah satu yang menderita, maka

     penularan ke sapi lain akan mudah. >antai kandang yang licin yang

    menyebabkan sapi malas bangun ataupun lantai yang kemiringannya

    kurang, hingga menyebabkan air mudah tergenang juga akan

    mempermudah kemungkinan kontak antara bakteri dan ambing sehat

    (7ubronto, "##&.

    2.2. )ejala kl&n&s

    Menurut Hidayat ("##$, Mastitis Berdasarkan gejalanya dapat

    dibedakan antara mastitis klinis, subklinis dan kronis yaitu :%. =ejala Mastitis 'linis (bentuk akut terlihat tanda3tanda klinis

    (dapat dilihat atau diraba oleh panca indera meliputi :

    a. 'ondisi umum : ternak >esu, tidak mau makan

     b. -anda3tanda adanya peradangan pada ambing: ambing

    membengkak, panas, kemerahan, nyeri bila diraba dan

     perubahan fungsi.

    c. Perubahan pada susu : 7usu memancar tidak normal, bening

    atau encerF 'ental, menggumpal atau berbentuk seperti mieF

    %#

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    11/49

    arna berubah menjadi semu kuning, kecoklatan,

    kehijauan, kemerahan atau ada bercak3bercak merah.

    ". =ejala Mastitis 'linis yang 'ronis yaitu :

    a. -ernak terlihat seperti sehat

     b. !mbing teraba keras

    c. !mbing terlihat peot, mengeriput, puting peot

    &. Mastitis 7ub klinis merupakan peradangan pada ambing tanpa

    ditemukan gejala klinis pada ambing dan air susu. -ernak terlihat

    seperti sehat, nafsu makan biasa dan suhu tubuh normal, !mbing

    normal dan 7usu tidak menggumpal dan arna tidak berubah.

    -etapi melalui pemeriksaan akan didapatkan jumlah sel radangmeningkat, ditemukan kuman3kuman penyebab penyakit, 7usu

    menjadi pecah (terbentuk butiran3butiran halus atau gumpalan

    (Hidayat, "##$.

    2.2./ Pat-l-g& Anat-m&

    Mastitis adalah keradangan pada ambing yang menunjukkan

     perubahan patologis sehingga menyebabkan perubahan pada sekresinya.

    Mastitis akut ditandai dengan kebengkakan, panas, rasa sakit, arna

    ambing kemerahan dan tergantung fungsinya. Mastitis subakut perubahan

    radang ambing tersamar tetapi susunya mengalami perubahan. 'elainan

     bisa berupa asimetris, bengkak, lesi pada puting susu dan arna merah

     pada radang hebat. =ambaran Patologi !natomi dapat dilihat pada gambar 

    ".".

    Mastitis kronis terjadi bila infeksi pada ambing berjalan lama dan

    ditandai dengan adanya atropi ambing. Mastitis subakut tidak ditemukan

    gejala klinis namun tersifat pada sekresi susunya (*amardjati, "##$.

    %%

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    12/49

    )am*ar 2.2. =ambaran Patologi !natomi (*amardjati, "##$. !danya

    Peradangan Pada *aerah 7ekitar !mbing.

    2.2.0 H&st-%at-l-g&

    7ecara histopatologi, pada mastitis subklinis dapat ditemukan

    adanya peradangan dan degenerasi pada parenkim (epitel saluran3saluran

    air susu. 7elain itu juga ditemukan adanya reruntuhan sel3sel somatik yang

    meningkat (*u

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    13/49

    sehelai kain lap ambing digunakan untuk seluruh ternak laktasi, kain lap

    ambing digunakan tidak tepatF -angan pemerah yang kotorF 4rutan

     pemerahan yang salahF Peralatan pemerahan yang kotor  (7ubronto, "##&.

    2.2. Pat-genes&s

    Patogenesis Mastitis diaali dengan masuknya bakteri ke dalam

    ambing yang dilanjutkan dengan multiplikasi. 7ebagai respon pertama,

     pembuluh darah ambing mengalami emak dan casein susu yang tertelan oleh PMC dapat menyebabkan kegagalan

    PMC dalam proses ingesti bakteri. 'emampuan PMC dalam fagositosis

    dan membunuh bakteri juga dapat menurun pada keadaan defisiensi

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    14/49

    konsentrasinya, padahal untuk fagositosis diperlukan energi yang lebih

    tinggi. *i samping itu, susu mengandung komponen opsonin (seperti :

    imunoglobulin dan komplemen yang relatif sedikit dan dalam susu

    hampir tidak ada aktiay dan Hastoo ("### menyatakan baha sebelum menjalankan

     pengobatan sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. 6esistensi Staphylococcus

    aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya 3 laktamase yang akan

    menguraikan cincin 3 laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin.

    Pengobatan mastitis sebaiknya menggunakan : >incomycin, Erytromycin

    dan 5hloramphenicol.

      *esinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik 

    intramamaria bisa mengatasi mastitis. Injeksi kombinasi penicillin,

    dihydrostreptomycin, de@amethasone dan antihistamin dianjurkan juga.

    !ntibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri penyebab mastitis,

    %)

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    15/49

    sedangkan de@amethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan

    (7artz, "##0. Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus sp masih bisa

    diatasi dengan penicillin, karena streptococcus sp masih peka terhadap

     penicillin (7ori et al ., "##2

      *inyatakan oleh all ("##0, baha strategi efektif untuk 

    mencegah dan mengatasi mastitis yang disebabkan oleh Staphilococcus

    aureus masih sukar dipahami. *ilaporkan oleh 7oeripto ("##", baha

     bakteri Staphylococcus sp dan Streptococcus sp yang diisolasi dari kasus

    mastitis sapi telah banyak yang multi resisten terhadap beberapa

    antibakterial. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi mastitis juga telah

     banyak merugikan masyarakat konsumen, karena susu mengandung residu

    antibiotik bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

      *ilaporkan oleh ahyuni dkk ("##2, baha akibat penggunaan

    antibiotik pada setiap kasus mastitis, yang mungkin tidak selalu tepat,

    maka timbul masalah baru yaitu adanya residu antibiotika dalam susu,

    alergi, resistensi serta mempengaruhi pengolahan susu. Mastitis subklinis

    yang disebabkan oleh bakteri gram positif juga makin sulit ditangani

    dengan antibiotik, karena bakteri ini sudah banyak yang resisten terhadap

     berbagai jenis antibiotik. *iperlukan upaya pencegahan dengan melakukan

     blocking tahap aal terjadinya infeksi bakteri.

      Middleton dan 8o@t ("##% melaporkan baha penggunaan infus

    intramammaria dengan %"# ml, 21 Po

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    16/49

    2.2.11 D&agn-sa

    *iagnosa Mastitis dilakukan dengan melihat gejala klinis,

     perubahan patologi anatomi dan histopatologi terutama pada ambing.

    Menguji perubahan fisik dan kimiai serta mikrobiologis air susu dengan

    uji 5M-. 

    2.2.11.1 )ejala $l&n&s

    'ejadian Mastitis di lapangan didiagnosis dengan mengetahui

    gejala klinis berupa tanda3tanda adanya peradangan pada ambing:

    ambing membengkak, panas, kemerahan, nyeri bila diraba dan perubahan fungsi. Perubahan pada susu : 7usu memancar tidak 

    normal, bening atau encerF 'ental, menggumpal atau berbentuk 

    seperti mieF arna berubah menjadi semu kuning,

    kecoklatan,kehijauan, kemerahan atau ada bercak3bercak merah.

    =ejala Mastitis 'linis yang 'ronis yaitu : -ernak terlihat seperti

    sehat, !mbing teraba keras, peot, mengeriput dan Puting peot

    (Hidayat, "##$. Mastitis 7ubklinis merupakan peradangan pada

    ambing tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing dan air susu.

    -ernak terlihat seperti sehat : nafsu makan biasa dan suhu tubuh

    normal, !mbing normal dan 7usu tidak menggumpal dan arna

    tidak berubah. -etapi melalui pemeriksaan akan didapatkan : +umlah

    sel radang meningkat, ditemukan kuman3kuman penyebab penyakit,

    7usu menjadi pecah (terbentuk butiran3butiran halus atau gumpalan

    (Hidayat, "##$.

     2.2.11.2 Pat-l-g& Anat-m&

    Mastitis adalah keradangan pada ambing yang menunjukkan

     perubahan patologis sehingga menyebabkan perubahan pada

    sekresinya. Mastitis akut ditandai dengan kebengkakan, panas, rasa

    sakit, arna ambing kemerahan dan tergantung fungsinya. Mastitis

    subakut perubahan radang ambing tersamar tetapi susunya

    mengalami perubahan berupa asimetris, bengkak, lesi pada puting

    susu dan arna merah pada radang hebat. Mastitis kronis terjadi bila

    %0

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    17/49

    infeksi pada ambing berjalan lama dan ditandai dengan adanya atropi

    ambing. Mastitis subakut tidak ditemukan gejala klinis namun

    tersifat pada sekresi susunya. deteksi terhadap mastitis subakut

    dengan uji sekresi susunya, yang menunjukkan produk infiltrasi

    seperti leukosit, fibrin dan serum serta perubahan komposisi

    kimiai. 7odium klorat dan bikarbonat ditransferkan dari darah ke

    dalam susu menjadi alkalis. Perubahan susu secara fisis meliputi

    arna, bau, konsistensi dan rasanya. arna menjadi putih pucat atau

    kebiruan, rasa menjadi getir atau agak asin. Bau yang agak harum

    dari susu menjadi asam, sedangkan konsistensinya menjadi cair dan

    kadang disertai dengan adanya jonjot atau endapan fibrin dan

     protein. (*amardjati, "##$. 

    2.2.11.3 H&st-%at-l-g&

    7ecara histopatologi, pada mastitis subklinis dapat

    ditemukan adanya peradangan dan degenerasi pada parenkim

    (epitel saluran3saluran air susu. 7elain itu juga ditemukan adanya

    reruntuhan sel3sel somatik yang meningkat (*u

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    18/49

    2.2.11. Uj& 'MT

    *iagnosis dini pada sapi perah dengan metode tidak 

    langsung memakai 5M- adalah usaha memperkecil resiko

    terjadinya mastitis. 6eagen 5M- sulit didapat dan mahal

    harganya untuk kalangan peternak biasa, sehingga untuk 

     pendeteksian mastitis bagi peternak biasa dapat menggunakan

    deterjen sebagai bahan alternatif yang lebih murah, mudah dan

    langsung didapatkan di lapangan (6ahmaati, "##$.

    2.2.12  Biosecurity

    Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan

     pertama untuk pengendalian abah dan dilakukan untuk mencegah semua

    kemungkinan kontak atau penularan dengan peternakan tertular,dan

    mencegah penyebaran penyakit. *i dalam ilmu epidemiologi (ilmu yang

    mempelajari sebaran penyakit, dikenal istilah segitiga epidemiologi, yang

    meliputi inang (host, lingkungan, dan agen penyakit. 'eseimbangan tiga

    hal tersebut harus dijaga, salah satu caranya dengan biosekuriti.

    Biosekuriti tidak hanya pembersihan dan desinfeksi lingkungan

     peternakan, tapi ada & (tiga pondasi utama yang menjadi penopang

    keberhasilan biosekuriti, yaitu 7 isolasi, tra$$ic control  (pengaasan lalu

    lintas dan sanitasi . -idak adanya ketiga hal tersebut, penerapan

     biosekuriti dalam peternakan tidak akan berjalan optimal sesuai dengan

    tujuan.

    1. Is-las&

    7alah satu diantara tiga pilar yang mendukung kesuksesan

     biosekuriti adalah isolasi. Isolasi adalah usaha untuk membuat seminim

    mungkin terjadinya kontak antara lingkungan kandang dengan lingkungan

    luar kandang. 7ecara umum isolasi terdiri atas dua hal yang utama,

    yaitu bioe#clusion dan biocontainment . Bioe#clusion  berarti upaya

    mencegah masuknya penyakit ke dalam farm, sedangkan

    biocantoinment  adalah upaya mencegah penyakit menyebar ke luar farm.

    %$

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    19/49

    4paya isolasi ini meliputi $#1 dari semua kegiatan biosekuriti. Berikut

    langkah 3 langkah penerapan Isolasi dalam Peternakan 7api Perah :

    a. 'arantina -erhadap 7api yang Baru Masuk, tindakan yang dilakukan

    meliputi :

    %. 7etiap ternak yang masuk dari luar ilayah ke dalam farm

    harus bebas dari penyakit menular. 7api perah harus bebas

    dari penyakit :

    a. !nhtra@

     b. Brucellosis

    c. Bo

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    20/49

    yang dinyatakan sakit dilakukan pengobatan atau diafkir 

    (bagi penyakit3penyakit tertentu untuk meminimalisir 

     perpindahan penyakit.

    ). -ernak yang sudah keluar dari farm apabila dimasukkan

    kembali harus melalui prosedur perlakuan terhadap ternak 

    yang baru masuk.

     b. Pemisahan kelompok3kelompok sapi bibit, sapi dara, sapi bunting,

    sapi siap partus, sapi laktasi,sapi induk kosong dan pedet.

    c. 8asilitas perkandangan didesinfeksi secara rutin.

    d. Mencegah hean liar maupun hean peliharaan lain ke dalamkandang.

    e. >okasi peternakan harus berjarak % km dari jalan raya, pemukiman,

     pasar hean dan tempat pemotongan ternak, perlu juga membuat

     pagar pembatas yang permanen.

    f. aksinasi ternak secara rutin.

    2. Penga8asan Lalu L&ntas Ternak 9Traffic Control :

    !gen penyakit dapat ditularkan melalui hean , pakan, manusia

    dan peralatan. ;leh karena itu komponen lain yang menunjang

    keberhasilan biosekuriti adalah tra$$ic control  atau pengaasan terhadap

    lalu lintasAkeluar masuk ternak dalam peternakan. Berikut  >angkah3

    langkah Tra$$ic Control  dalam Peternakan 7api Perah :

    a. -ernak yang keluar masuk dalam peternakan, dan perpindahan

    ternak di dalam area peternakan. Perlu dipastikan baha ternak yang

    masuk adalah ternak yang jelas status kesehatannya dan

    tidak carrier  (pembaa penyakit seperti Brucellosis, untuk itu masa

    karantina terhadap sapi yang baru masuk sangat perlu untuk 

    memastikan baha sapi tersebut bebas penyakit menular. !kan lebih

     baik lagi jika sapi3sapi yang masuk dipeternakan sudah di

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    21/49

     penyakit. Pedet harus terpisah dengan sapi deasa, karena pedet

    raan terserang penyakit.

     b. Pembersihan area peternakan sebelum sapi baru masuk.

    c. 'ontrol terhadap kendaraan yang keluar masuk area peternakan

    meliputi kendaraan pengangkut pakan, pengangkut feces,

     pengangkut hean mati, traktor, yang akan masuk area peternakan

    dalam kondisi bersih. Hal ini untuk menghindari kontaminasi,

    misalnya disediakannya bak dipping  dan entry sho%er  antiseptik 

    untuk kendaraan pada gerbang masuk area.

    d. 'ontrol terhadap pengunjung dan petugas yang keluar masuk area

     peternakan. +ika ada pengunjung, maka harus dibatasi terutama di

    kandang sapi, tempat pencampuran pakan dan klinik hean. +ika

    ingin melihat kondisi peternakan akan lebih baik jika disediakan

    mobil khusus dari peternakan yang bersangkutan dengan rute yang

    aman bagi ternak. Begitu juga bagi petugas rutin (dokter hean,

     paramedis, petugas kandang dan lain3lain jika akan memasuki area

     peternakan harus dalam kondisi bersih, baik dari pakaian, peralatan

    dan alas kaki. Penyediaan bak dipping alas kaki pada pintu masuk 

    kandang dan kran pencuci tangan harus ada untuk peternakan yang

    menerapkan biosekuriti. 7etiap petugas dilarang mempunyai tugas

    rangkap.

    e. -empat pembuangan atau pembakaran hean mati ditempatkan jauh

    terpisah dari area pembibitan.

    f. Program pengendalian hean yang dapat menyebarkan penyakit

    (misal rodensia dan lain3lain. 6odensia berperan sebagai

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    22/49

    diterapkan demi menunjang keberhasilan program biosekuriti. !da

     beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penerapan program sanitasi

    dalam peternakan sapi perah, yaitu:

    a. #an&tas& -rang +an %eralatan ang keluar masuk +& area

    Peternakan.

    7etiap orang dengan pakaian dan alas kaki yang digunakan

    di area peternakan harus dalam kondisi bersih. -ermasuk juga

     pengunjung ajib mematuhi tindakan sanitasi dengan ketat. 7epatu

     booth atau alas kaki sebelum masuk ke area perkandangan harus

     bersih dan disikat dari kotoran kemudian di dipping dengan

    didesinfektan. Berikut tata cara sanitasinya :

    %. =unakan terpisah peralatan pakan dan pembersih

    kandang, atau bersihkan dengan cermat bila akan

    digunakan lagi.

    ". +angan tinggalkan alat pembersih kotoran dalam

    kandang kelompok ternak lain.&. Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan pakan

    dan peralatan handling  sapi.

    ). Bersihkan peralatan yang tercemar sebelum

    digunakan pada kelompok sapi yang sehat.

    2. Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan medis

    ternak.

    0. 5egah kontaminasi kotoran sapi dengan pakan dan

     peralatan yang digunakan secara oral. +angan

    menapak pada bak pakan, karena akan mencemari

     pakan.

    *. #an&tas& $an+ang Dan $en+araan ;ang Masuk Area

    Peternakan

    ""

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    23/49

    Bersihkan kandang, tempat makan dan minum secara rutin

    dan semprotkan disinfektan secara berkala. 7isa pakan yang tidak 

    habis segera dibersihkan dalam aktu tidak lebih dari ") jam.

    Bersihkan dan disinfeksi kendaraan yang akan masuk ke area

     peternakan. 7etiap peternakan yang menerapkan biosekuriti harus

    mempunyai bak dipping dan entry sho%er  antiseptik untuk 

    kendaraan pada gerbang masuk area.

    a. #an&tas& Ternak 

    7api secara rutin dimandikan, pada sapi laktasi sebaiknya sehabis

     pemerahan, karena jika dimandikan sebelum pemerahan maka tubuh sapi

    yang basah akan mencemari susu.

    *. #an&tas& %emerahan.

    7anitasi sebelum pemerahan :

    %. Pemerah dalam keadaan sehat,jika diperah dengan mesin

     pemerah, maka mesin perah dan perangkatnya dalam

    keadaan bersih dan sudah didesinfeksi.

    ". Pakaian harus bersih.

    &. Mencuci tangan sebelum memerah atau memerah sapi

     berikutnya.

    ). -angan dalam keadaan kering dan bersih pada saat

    memerah.

    7anitasi pada saat pemerahan :

    %. !mbing sapi dibersihkan dengan lap yang telah dibasahi

    dengan air hangat atau larutan desinfektan.

    ". 'ain lap yang kotorAsudah terpakai dimasukkan dalam

    ember yang lain, tidak dicampur dengan kain lap yang

     bersihAbelum dipakai.

    "&

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    24/49

    &. Masukkan &3) pancaran susu dari masing3masing puting ke

    dalam strip cup atau paddle untuk pengamatan penyakit

    mastitis.

    7anitasi setelah pemerahan :

    %. 7api yang selesai diperah dilakukan dipping  puting atau

     bisa juga puting disemprot dengan larutan desinfektan,

    misalnya : septisol (iodine )1

    4ntuk uji Mastitis :

    %. Pemerahan dimulai dari sapi atau ambing yang sehat. 7api

    yang terkena mastitis diperah terakhir.

    5. #an&tas& Ruang Dan Peralatan Penam%ungan #usu

    Berikut sanitasi ruang dan peralatan penampungan susu :

    %. 6uang penampungan susu harus terpisahAjauh dari kandang

    ". 6uang dan alat penampungan susu harus senantiasa bersih.

    7ebelum digunakan untuk menampung susu mil& can harus

    dibersihkan dengan disikat dan disabun setelah itu dibilas

    dengan air bersih dan dibilas lagi dengan air panas )#⁰5

    atau larutan desinfektan, misalnya : kaporit dosis "## ppm.

    7etelah itu milk can diletakkan terbalik di rak sampai

    kering.

    ")

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    25/49

    BAB III

    METapangan ini dilaksanakan di Balai Besar 

    Pelatihan Peternakan Batu, +l. 7onggoriti. Co. ") 'ota Batu, -elp. #&)%

    2%". Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada "0 +anuari "#%2 sampai

    dengan " Maret "#%2 yang berlangsung selama hari.

    3.2 #asaran $eg&atan P$L

    7asaran dari P'> ini adalah sapi perah  Friesian Holstein  yang

    terkena penyakit Mastitis di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu yang

    kemudian diidentifikasi menggunakan beberapa uji.

    3.3 Met-+e Pengam*&lan Data

    'egiatan ini dilakukan dengan cara ikut aktif dalam mendiagnosa

    Mastitis dengan beberapa uji. Metode pengambilan data yang dipakai dalam

     praktek kerja lapang ini adalah metode sur

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    26/49

    c. *ata 7ekunder 

    Populasi sapi perah 8riesian Holstein yang terdapat *i Balai

    Besar Pelatihan Peternakan Batu sekitar ekor yang dibagi

    menjadi & kelompok koloni.

    3. "a+8al $eg&atan

    +adal kegiatan P'> Program 'edokteran Hean 4ni

    III. Pengum%ulan Data +an E,aluas& Has&l

    3. % Pengumpulan

    data

    3. " !nalisa dan

     pengolahan data

    "0

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    27/49

    &. & Eapangan di Balai

    Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu adalah :

    BAB I>PELA$#ANAAN $E)IATAN

    .1 Tem%at Dan =aktu

    Praktek 'erja >apang (P'> dilaksanakan oleh mahasisa Program 7tudi

    'edokteran Hean 4niapang (P'> dilaksanakan sejak tanggal

    "0 +anuari 3 #% Maret "#%2.

    .2 "a+8al $eg&atan P$L-abel 'egiatan P'> *i Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP Batu

     Co aktu 'egiatan Petugas

    % Minggu Pertama

    "0 +anuari "#%23

    +anuari "#%2

    %. Penerimaan dan orientasi tempat

     pelaksanaan P'>.

    ". Pembagian tugas P'>.

    &. *iskusi dengan pembimbing

    lapangan.

    ). !ktifitas harian meliputi :

    a. In

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    28/49

    c. 7anitasi kandang

    d. Mengamati proses pemerahan

    susue. Pemberian pengobatan untuk 

    ternak yang sakit.

    5. Pengumpulan dokumentasi.

    " Minggu 'edua

    % 8ebruari "#%230

    8ebruari "#%2

    %. *iskusi dengan kelompok P'>

    dan pembimbing lapangan.

    ". *iskusi dengan petugas kandang

    dan petugas pemerah.

    &. Pemeriksaan kebuntingan.

    ). Pengobatan cacing.

    2. !ktifitas harian meliputi :

    a. 7anitasi kandang b. Pemberian pakan pada ternak 

    c. Pemeriksaan kesehatan ternak 

    d. Peraatan ternak yang sakit

    e. Mengamati proses pemerahan

    susu.

    6. Pengumpulan *okumentasi.

    IM, 6I,

    6B

    & Minggu 'etiga

    8ebruari "#%23

    %& 8ebruari "#%2

    %. *iskusi dengan kelompok P'>

    dan pembimbing lapangan.

    ". *iskusi dengan petugas kandang

    dan petugas pemerah.&. Pengumpulan data untuk laporan

    P'> meliputi : metode

    identifikasi, tindakan pengobatan,

    dan tindakan pencegahan terhadap

    kasus mastitis.

    ). !ktifitas harian meliputi :

    a. 7anitasi kandang

     b. Pemberian pakan pada ternak 

    c. Identifikasi mastitis subklinis

    d. Pengobatan mastitis subklinis

    e. Pemeriksaan kesehatan heanf. Peraatan ternak yang sakit

    2. Pengumpulan dokumentasi

    IM, 6I,

    !P,

    6B,

    4' 

    ) Minggu 'eempat

    %0 februari "#%23

    "# 8ebruari "#%2

    %. *iskusi dengan kelompok P'>

    dan pembimbing lapangan.

    ". *iskusi dengan petugas kandang

    dan petugas pemerah.

    &. Pengambilan darah sapi

    ). Pemotongan kuku kambing

    2. !ktifitas harian meliputi :

    a. 7anitasi kandang

     b. Pemberian pakan pada ternak 

    IM, 6I,

    6B,

    4*

    "$

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    29/49

    c. Pemeriksaan kesehatan ternak 

    d. Peraatan ternak yang sakit

    e. Mengamati proses pemerahansusu

    0. Pengumpulan *okumentasi

    Minggu 'elima

    "& 8ebruari "#%23

    "/ 8ebruari "#%2

    %. *iskusi dengan kelompok P'>

    dan pembimbing lapangan.

    ". *iskusi dengan petugas kandang

    dan petugas pemerah.

    &. Pemotongan kuku kambing

    ). !ktifitas harian meliputi :

    a. 7anitasi kandang

     b. Pemberian pakan pada ternak 

    c. Pemeriksaan kesehatan ternak d. Peraatan ternak yang sakit

    e. Mengamati proses pemerahan

    susu

    2. Pengumpulan *okumentasi

    IM, 6I,

    !P,

    6B

    0 Minggu 'eenam

    " Maret "#%2

    %. *iskusi dengan kelompok P'>

    dan pembimbing lapangan.

    ". *iskusi dengan petugas kandang

    dan petugas pemerah.

    &. Pemotongan kuku kambing

    ). Cekropsi2. !ktifitas harian meliputi :

    a. 7anitasi kandang

     b. Pemberian pakan pada ternak 

    c. Pemeriksaan kesehatan ternak 

    d. Peraatan ternak yang sakit

    e. Mengamati proses pemerahan

    susu

    0. Pengumpulan *okumentasi

    /. Penyusunan laporan

    $. Perpisahan

    IM, 6I,

    !P,

    4*, 7=

    $eterangan Nama Petugas 7

    "

    %. *rh. Iskandar Muda,M.7c (IM 5. 7upardi (7P

    ". *rh. 6eni Indraati (6I 6. 4ntung 'asiyan (4'

    &. *rh. idya !yu P., M.7i (!P 7. 6ubiyanto (6B

    ). *rh. 4dik 7uliyanto (47 8. 7ugino, 7P., M.7i (7=

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    30/49

    BAB >

    HA#IL DAN PEMBAHA#AN

    /.1 Pr-!&l +an #truktur Bala& Besar Pelat&han Peternakan 9BBPP: Batu

    Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP 7onggoriti berlokasi di +l.

    7onggoriti Co. ") 'ota Batu. BBPP 7onggoriti berdiri tahun %//, aalnya

     bernama  'egional (airy Training Centre  (6*-5 yang dibentuk atas

    kerjasama pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda yang bergerak 

    dalam bidang pelatihan bidang peternakan dengan tenaga ahli dari Belanda.

    BBPP telah mengalami beberapa kali perubahan nama yaitu Balai >atihanPegaai Pertanian (B>PP tahun %$", Balai *iklat Pertanian (B*P pada

    era 'abinet Persatuan Casional, Balai *iklat !gribisnis Perusahaan dan

    -eknologi Hasil -ernak (B*!P-H- -ahun "##", Balai Besar *iklat

    !gribisnis Persusuan dan -eknologi Hasil -ernak (BB*!P-H- tahun

    "##&, dan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP tahun "##/.

    BBPP Batu berada pada ketinggian 0$#3%"## meter diatas permukaan

    laut. 7uhu udara di kota ini rata3rata adalah %23% 5 dengan tingkat

    kelembaban /#3$#1. 'ondisi 'ota Batu yang subtropis ini cocok untuk 

     peternakan sapi perah (7udrajad dan !diarto, "#%%.  BBPP dipimpin oleh

    kepala balai yang dibantu kepala bagian, beberapa kepala bidang, dan

    kelompok jabatan fungsional berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

     Co.%APermentanA;-.%)#A"A"##/ tanggal % 8ebruari "##%.

    BBPP 7onggoriti berdiri di atas lahan seluas lima hektar. 'andang

    sapi perah dibagi menjadi beberapa sektor, diantaranya adalah kandang E

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    31/49

    adalah kandang untuk sapi laktasi dengan umur " 3%" tahun, kandang >

    untuk sapi kering bunting, kandang I untuk sapi dara besar dengan umur "

    tahun, kandang H untuk sapi dara sedang dengan umur 0 bulan ? % tahun,

    kandang = untuk sapi dara kecil dengan umur % ? 0 bulan, kandang M, C

    untuk pedet kecil dan besar dengan umur di baah 0 bulan. 7api yang

    sedang sakit diletakkan pada kandang + untuk karantina, selain itu terdapat

     pula gudang pengolahan pakan, chopping  hijauan dan ruang pemerahan.

    BBPP 7onggoriti telah mengembangkan sapi perah jenis Peranakan

     Friesian Holstein (P8H. -otal produksi setiap hari rata3rata sebanyak %#literAekorAhari. Pemerahan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pukul

    #$.## IB dan pukul %&.## IB. Hasil susu yang dihasilkan oleh sapi

     perah P8H disetorkan ke '4* Batu kemudian didistribusikan ke P-. Cestle,

    Pasuruan.

    /.2 P-%ulas& Ternak +& Bala& Besar Pelat&han Peternakan Batu

    +enis dan jumlah populasi sapi yang ada di BBPP Batu dapat dilihat

    dalam tabel berikut :

    Ta*el /.1 =ambaran Populasi 7api Perah di BBPP Batu Bulan +anuari sampai

    8ebruari

    N- "en&s #a%& "umlah

    1 *ara 'ecil %&

    2 *ara 7edang

    3 *ara Besar %)

    >aktasi &

    / Bunting -ua "0 'ering /

    Pejantan %

    "umlah $2

    /.3 $asus Mast&t&s #u*kl&n&s D& Bala& Besar Pelat&han Peternakan Batu

    Mastitis 7ubklinis Mastitis 7ub klinis merupakan peradangan pada ambing

    tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing dan air susu yang dapat disebabkan

    oleh beberapa bakteri, antara lain adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, dan

     E. Coli. Beberapa patogen yang tidak biasa (unusual pathogens antara lain adalah

    &%

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    32/49

     seudomonas aeruginosa, !rcanobacterium  ( !ctinomyces  pyogenes,

     Mycoplasma spp, dan "ocardia asteroids (Erskine, "##&. -ingkat kejadian sapi

    yang menderita mastitis berjumlah %) ekor sapi dari ekor sapi yang sudah masa

    laktasi yang terjadi pada bulan februari. 7api di BBPP Batu yang terkena mastitis

    subklinis tidak menunjukkan gejala yang timbul seperti sapi terlihat sehat, nafsu

    makan biasa, suhu normal, ambing tidak mengalami perubahan. 7usu yang

    diproduksi sapi tidak menggumpal dan arna tidak berubah, tetapi melalui

     pemeriksaan akan didapatkan jumlah sel radang meningkat, ditemukan kuman3

    kuman penyebab penyakit, 7usu menjadi pecah (terbentuk butiran3butiran halus

    atau gumpalan (Hidayat, "##$.

    /.3.1 Angka $eja+&an

    'ejadian mastitis subklinis yang terjadi di BBPP sangat tinggi. 7api perah

    yang terjangkit mastitis subklinis mencapai %) ekor dari & ekor sapi perah selama

    masa periode laktasi yang terjadi selama bulan februari. 'ebanyakan dari %) ekor 

    sapi merupakan sapi yang terjangkit mastitis subklinis. !ngka kejadian mastitis

    dilapangan mencapai 1 merupakan mastitis subklinis, sisanya adalah mastitis

    klinis yang jarang terjadi di Balai besar pelatihan peternakan batu. 'ejadian

    mastitis 2 ? $1 merupakan mastitis subklinis, sedangkan " ? &1 merupakan

    mastitis klinis yang terdeteksi karena mastitis subklinis merupakan kasus yang

     paling banyak dan sering terjadi di lapangan pada peternakan sapi perah

    (7udaranto, %.

    !dapun faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya kasus mastitis

    subklinis antara lain, faktor predisposisi radang ambing dilihat dari segi ternak,

    meliputi : bentuk ambing, misalnya ambing yang sangat menggantung, atauambing dengan lubang puting terlalu lebar. 8aktor umur juga akan mempengaruhi

    mudah tidaknya seekor sapi terkena radang ambing atau mastitis. 7emakin tua

    umur sapi, apalagi induk dengan produksi air susu tinggi, semakin lemah

    kemampuan menutup spincter pada putingnya, karena spincter berfungsi dalam

    menahan infeksi kuman, maka kemungkinan terinfeksi pada sapi tua juga semakin

     besar (7ubronto, "##&.

    8aktor lingkungan dan pengelolaan ternak yang banyak mempengaruhi

    terjadinya mastitis, meliputi pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu

    &"

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    33/49

    kandang, sanitasi kandang, dan cara pemerahan susu. Pakan yang mengandung

    estrogen, misalnya bangsa clo

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    34/49

    /.3.3.1  Anamnesa

    !namnesa yaitu suatu cara untuk mengetahui kondisi kesehatan ternak 

    dengan cara menanyakan pada pemilik ternak yang meliputi permasalahan pada

    ternak dan hal yang berhubungan dengan kesehatan ternak (7iregar, %/.

    Pemeriksaan kesehatan ternak sangatlah penting karena untuk suatu prediksi

    maupun identifikasi ternak tersebut sakit atau sehat (!koso, %0. !namnesa

    dilapangan dengan menanyakan kepada petugas3petugas pemerahan di BBPP.

    Hasil yang didapatkan berupa 7api perah betina 8riesian Holstein berjumlah

    ekor, berat berkisar 2)#32$# kg dan produksi susu berkisar %%3%2 liter per hari.

    -erdapat %) ekor diantaranya mengalami penurunan produksi susu sekitar %#3

    %21, namum ternak tidak memperlihatkan adanya gejala3gejala penyakit yang

    timbul. -ernak terlihat sehat, Cafsu makan biasa, suhu normal.

    /.3.3.2 Ins%eks&

    Petugas di BBPP melakukan pemeriksaan inspeksi untuk mengetahui

    adanya perubahan pada ambing sapi yang di perkirakan terkena mastitis. Inspeksi

    yang dilakukan dilapangan dengan mengamati sekeliling ambing dimulai dari

    ambing bagian belakang, kemudian diamati bagian depan ambing. Hasil yang

    didapatkan untuk dibandingkan dengan ambing yang lain, ambing dibandingkan

     besar, ukuran dan kesimetrisan. !mbing tidak mengalami kelainan ketika

    dilakukan pengamatan pada ambing. Inspeksi secara umum digunakan untuk 

    mengamati sikap dan kondisi umum tubuh ternak bagian luar maupun bagian

    yang agak dalam. Pemeriksaan bagian luar misalnya meliputi permukaan tubuh,

    kulit dan bulu. Pemeriksaan dengan cara ini menggunakan indera mata secara

    langsung (mata telanjang atau dengan bantuan alat untuk memperbesar 

     penglihatan (7ubronto, "##&. Pemeriksaaan inspeksi pada penyakit mastitis lebih

    diamati kondisi air susu. !mbing yang sehat menghasilkan air susu yang higienis,

    yang memiliki arna, bau dan rasa yang normal. !kan tetapi air susu tersebut

    mudah mengalami perubahan, yang disebabkan oleh faktor peralatan dan tata

    laksana serta kesehatan ambing, oleh karena itu keadaan air susu dan keadaan

    ambing perlu menjadi perhatian ketika melakukan pemeriksaan. Inspeksi ambing

    &)

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    35/49

    dan puting dilakukan dengan mengamati kedua kuartir belakang ambing dari

     posisi belakang sapi dengan mengangkat ekor sapi, sedangkan pengamatan

    terhadap kuartir depan ambing dilakukan dari posisi samping atau lateral hean.

     bagian belakang dan bagian depan ambing. Inspeksi selanjutanya dibandingkan

     besar atau ukuran tiap kuartir, termasuk kesimetrisan, serta posisi dan kondisi

     puting. Pada kasus mastitis, dapat diamati adanya disproporsi ukuran antar3kuartir 

    ambing dan pembesaran atau pembengkakan ambing (7ubronto, "##&.

    Inspeksi dengan mengamati kondisi susu dan ambing yang dilapangan tidak 

    menunjukkan adanya perubahan dan kelainan3kelainan. 7api nampak sehat, nafsu

    makan biasa dan suhu tubuh normal, !mbing normal dan susu tidak menggumpal

    dan arna tidak berubah, namun kondisi tersebut sesuai dengan gejala dari

    mastitis subklinis karena Menurut Hidayat ("##$ baha Mastitis 7ub klinis

    merupakan peradangan pada ambing tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing

    dan air susu. -ernak terlihat seperti sehat, nafsu makan biasa dan suhu tubuh

    normal, ambing normal dan susu tidak menggumpal dan arna tidak berubah.

    /.3.3.3 Pal%as&

    Palpasi (Meraba merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan

    menggunakan telapak tangan atau punggung tangan. Perabaan dapat dibedakan

    menjadi dua macam, yaitu perabaan luar dan perabaan dalam. Perabaan luar 

    dilakukan dengan tujuan untuk merasakan permukaan bidang apakah kasar atau

    halus, juga untuk merasakan adanya penebalan kulit, bulu rontok, atau

    kemungkinan adanya benjolan di kulit, dan sebagainya. Petugas pemerahan di

    BBPP melakukan palpasi dengan meraba3raba sekeliling bagian ambing untuk 

    mengetahui adanya perubahan3perubhan pada ambing. Palpasi dilakukan dengan

    cara meraba atau memegang ambing dan puting yang berguna untuk mengetahui

    adanya peningkatan suhu ambing (heat , perubahan konsistensi ( s%elling  serta

    ada tidaknya respon sakit ( pain pada ambing (7ubronto, "##&.

    Hasil yang didapatkan setelah melakukan palpasi tidak ditemukan adanya

    kelainan3kelainan dan perubahan yang timbul. -idak ditemukan adanya perubahan

    yang terjadi di sekitar ambing. !mbing terlihat normal dari ukuran tiap kuartir,

    &2

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    36/49

    termasuk kesimetrisan, serta posisi dan kondisi puting. 'ondisi seperti ini

    menyebabkan penyakit tidak dapat didiagnosa, sehingga penggunaan metode ini

    kurang tepat untuk penyakit yang tidak memiliki gejala klinis. Pemeriksaan yang

    tepat untuk uji lapang dapat dilakukan dengan menggunakan 5alifornia Mastitis

    -est (5M-, yaitu dengan suatu reagen khusus (!koso, %0.

    /.3.3. Uj& 'MT 9California Mastitis Test :

    -erdapat metode diagnosa yang lebih cepat dan efektif untuk mendeteksi

    infeksi mastitis subklinis yaitu dengan pengujian 5M-. Metode ini digunakan *i

    Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP untuk mendiagnosa mastitis

    subklinis. *iagnosis mastitis subklinis pada sapi perah dapat dilakukan dengan uji

    reagen 5M-. -ahapan yang dilakukan oleh petugas di BBPP untuk pengujian

    5M- dimulai dari pengambilan sampel susu curahan kedua dari ke empat puting

    sapi sebanyak %3" ml kemudian dimasukkan dalam caan paddle. 7usu yang

    digunakan untuk pemeriksaan ini adalah susu setelah pancaran pertama dibuang.

    Hal ini bertujuan untuk menghindari  $alse negative  pada saat pemeriksaan

    (*amarjati. "##$. 7etiap caan ditambahkan reagen 5M- berupa yang sama

     jumlahnya dengan

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    37/49

    Pengambilan kesimpulan dari pemeriksaan uji 5M- sudah sesuai dengan

    6ahmaati ("##. Pengambilan kesimpulan penting untuk menunjukkan

    tingkatan mastitis subklinis sehingga dapat ditentukan penangannya. Prinsip

     pengujian ini adalah dengan adanya reaksi antara susu dan reagen 5M- yang

    mengandung arylsul$onate  dalam sebuah paddle. 5ampuran susu dan reagen

    tersebut digoyang3goyangkan membentuk lingkaran horizontal selama kurang

    lebih sepuluh detik (IGbal, "##0. Hasil Pengujian 5M- tercantum dilampiran %.

    )am*ar /.1. Hasil Pengujian 5M-, ! : negati

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    38/49

    membantu menaikkan kebasaan, penyerapan penetrasi, pengemulsi, dan daya

     bersih atau pembersih, serta pada kondisi tertentu dapat melarutkan substansia

    yang tidak larut. Pada susu mastitis terjadi penambahan jumlah leukosit sehingga

     pHnya lebih alkalis. Peningkatan reaksi tersebut diduga bila ditambahkan suatu

    zat aktif maka, misalnya al&yl aryl sul$onat , akan bereaksi dengan sel3sel somatic

    susu, termasuk leukosit, akibatnya terjadi kenaikan konsentrasi susu menjadi lebih

    viscous  (kental dan menjadi gel. 6eaksi antara al&yl arylsul$onat   akan

    membentuk gel yang kental. !l&yl arylsul$onat  mempunyai sensiti

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    39/49

    Pengambilan sampel susu yang benar dapat memberikan hasil pengujian

    susu yang lebih efisien. Pengambilan sampel  dengan jumlah yang kurang

    menenuhi tidak bisa memberikan hasil yang efisien. Besar kecilnya jumlah

    sampel sangat dipengaruhi oleh macam dari penelitian itu sendiri. Polit Hungler 

    (%& menyatakan baha semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik 

    dan representatif hasil yang diperoleh. *engan kata lain semakin besar sampel,

    semakin mengurangi angka kesalahan.

    /. Penanganan Mast&t&s #u*kl&n&s

    /..1 Pen5egahan

    -indakan pencegahan yang dilaksanakan di BBPP Batu sudah baik namun

    kejadian mastitis dapat berulang kembali pada ternak sapi perah. -indakan yang

    tepat untuk mencegah hal tersebut dengan diterapkannya Biosecurity yang baik 

    meliputi sanitasi kandang, sanitasi peralatan pemerahan yang baik, serta proses

     pemerahan yang benar, kebersihan petugas pemerahan dan pembuangan limbah.

    /..1.1 #an&tas& $an+ang

    7anitasi yang dilakukan di BBPP dengan membersihkan lantai kandang

    dilaksanakan secara rutin dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. 'egiatan

    membersihkan kandang tersebut bertujuan untuk meminimalkan kotoran yang

    menempel pada bagian sekitar ambing sehingga mengurangi resiko masuknya

     bakteri3bakteri patogen dalam ambing melalui puting ketika sapi sedang dalam

    kondisi berbaring di lantai. 7umber patogen dari lingkungan termasuk kotoran

    sapi, tempat pakan dan minum sapi serta material untuk alas tidur sapi. !las tidur 

    sapi merupakan sumber patogen lingkungan dalam peternakan sapi perah yang

    memacu terjadinya mastitis jika ujung puting sapi sering dan lama kontak 

    dengannya. Bakteri Streptococci  dan coli$orm  yang merupakan patogen

    lingkungan dapat hidup dan berkembang pada alas tidur dari bahan organik.

    +erami yang digunakan sebagai alas tidur dapat mendukung pertumbuhan

    Streptococcus uberis, sementara bahan gergajian kayu dan kotoran yang didaur 

    ulang umumnya meningkatkan jumlah E. coli dan )lebsiella sp (7ubronto, "##&.

    &

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    40/49

    Penyemprotan desinfektan berupa vidone setiap kali dilakukan pembersihan

    kandang oleh petugas di BBPP merupakan tindakan yang baik karena dapat

    mengurangi potensi penularan penyakit dari lingkungan kandang. idone

    merupakan desinfektan dan antiseptik untuk desinfeksi kandang. Pemberian

    desinfektan bertujuan untuk mengurangi penularan penyakit dengan membunuh

     bibit penyakit, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh 7ubronto ("##& baha

     pemberian desinfektan tersebut akan membunuh bibit penyakit di kandang atau

    lingkungan kandang.

    /..1.2 #an&tas& Peralatan

    7anitasi peralatan yang dilakukan oleh petugas di BBPP dengan

    membersihkan peralatan pemerahan menggunakan air bersih, Peralatan

    dibersihkan sampai bersih kemudian diberikan sabun cuci. Menurut +ames ("##),

    4paya sanitasi peralatan dengan membuat ruang penampungan susu harus

    terpisah atau jauh dari kandang, kemudian ruang dan alat penampungan susu

    harus senantiasa bersih dan sebelum digunakan untuk menampung susu mil& 

    can harus dibersihkan dengan disikat dan disabun setelah itu dibilas dengan air 

     bersih dan dibilas lagi dengan air panas )#⁰5 atau larutan desinfektan, misalnya :

    kaporit dosis "## ppm. 7etelah itu mil& can  diletakkan terbalik di rak sampai

    kering. Peralatan yang sudah dibersihkan diletakkan pada ruang penyimpanan.

    4paya sanitasi peralatan yang dilakukan petugas di BBPP Batu kurang

    efisien karena disebabkan kurangnya upaya petugas untuk membersihkan

     peralatan. Pembersihan peralatan oleh petugas dilakukan dengan membilas dan

    mencuci peralatan dengan air sabun, namun untuk pemberian desinfektan tidak 

    dilakukan dan air panas tidak diberikan ketika membilas peralatan. 'urangnya

    upaya sanitasi peralatan oleh petugas dapat beresiko terhadap penularan penyakit

    mastitis subklinis. Menurut -iari ("#%&, Peralatan yang digunakan dalam proses

     pemerahan susu juga beresiko terhadap penularan mastitis.

    )#

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    41/49

    /..1.3 Pr-ses Pemerahan

    Proses pemerahan yang baik harus dalam inter

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    42/49

    inter

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    43/49

    memerah, jika aktu pemerahan lebih cepat akan mengurangi tercemarnya

    mikroba. !dapun kerugian menggunakan pemerahan dengan mesin perah yaitu

     biaya untuk membeli mesin terlalu mahal dan jika semua mesin dinyalakan maka

    listrik yang terpakai juga harus besar. Pemerahan susu dengan tangan ataupun

    mesin mampu menularkan kuman dari satu sapi ke sapi lain. Pencegahannya

    dengan tangan pemerah harus dicuci setiap kali akan memulai memerah dan

     pindah dari satu sapi ke sapi berikutnya (7ubronto, "##&.

    /..1. $e*ers&han Petugas

    'ebersihan Petugas juga berperan penting sebagai resiko terjadinya

     penularan penyakit, oleh karena itu kebersihan petugas menjadi tugas penting

    dalam upaya penanganan mastitis subklinis. 'ebersihan petugas yang diterapkan

    di BBPP Batu dengan memperlakukan petugasnya untuk selalu bersih. Mencuci

    tangan dengan sabun sebelum atau sesudah pemerahan untuk mencegah penularan

     penyakit. -indakan kebersihan petugas merupakan tindakan sanitasi, seperti

    sebelum pekerjaAtamu masuk ke dalam kandang mencuci tangan menggunakan

    sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki

    (sandalAsepatu boots khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas kaki

    dalam desinfektan menggunakan antisep dan medisep yang merupakan antiseptik.

    Pemerah yang kurang memperhatikan kebersihan tubuhnya memungkinkan

    infeksi mastitis terjadi akibat tangan pemerah yang tidak bersih dan

    terkontaminasi dengan bakteri penyebab mastitis. Menurut 7udono dkk ("##&

     baha kebersihan pemerah harus diutamakan karena melalui pemerah dapat

    terjadi penularan mastitis akibat kontak bakteri antara pemerah dan sapi yang

    diperah.

    'ebersihan Petugas di BBPP Batu sudah cukup baik, karena setiap petugas

    sudah menjaga dirinya agar tetap bersih. Membersihkan tangan dengan sabun

    rutin dilaksanakan oleh para petugas di BBPP Batu. Hal3hal sederhana itu

    sebenarnya juga dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit. 'ebersihan

     begitu penting untuk mengurangi resiko penularan penyakit.

    )&

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    44/49

    /..1./ Pem*uangan L&m*ah

    Pembuangan limbah merupakan tindakan untuk mencegah penularan

     penyakit. 7etiap pemerahan akan menghasilkan sebuah limbah yang dapat

    menjadi resiko penularan penyakit. >imbah pemerahan dibuang ketika selesainya

     proses pemerahan. Pembuangan limbah di BBPP Batu diletakkan pada kandang

     pemerahan sehingga pada saat pemerahan limbah dapat langsung dibuang.

    Menurut 7iregar (%&, manajemen pembuangan limbah dapat dimulai dari

     pembuatan selokan atau drainase lebarnya minimal )# cm. 'edalaman selokan

    atau drainase "#? "2 cm. >antai bagian belakang dan disekeliling kandang harus

    dilengkapi selokan supaya air pembersih kandang dan air untuk memandikan sapi

    mudah mengalir menuju bak penampungan, selokan dibuat dengan lebar "# cm

    dan kedalaman %2 cm yang dimaksudkan untuk memudahkan pembuangan

    kotoran yang cair, air minum maupun air untuk memandikan sapi. Blakely dan

    Bade (%$ mengatakan baha selokan harus cukup lebar agar kotoran yang

     berasal dari kandang dapat keluar dengan cepat.

    Pembuangan limbah menjadi peran penting untuk mencegah resiko

     penularan penyakit. >imbah yang berasal dari sapi yang terjangkit mastitis

    subklinis menjadi resiko dalam penularan penyakit. >imbah sapi harus dapat

    dibuang agar dapat mengurangi resiko penularan penyakit. Pembuangan limbah

    yang buruk dapat mengakibatkan penularan penyakit mastitis subklinis.

    Pembuangan limbah di BBPP Batu sudah menerapkan sistem pembuangan yang

     baik dengan membuat selokan atau drainase  pada setiap kandang pemerahan.

    7elokan berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah yang berasal dari sapi

    ataupun dari petugas pemerahan. Pembuangan limbah dalam sebuah peternakan

    sapi perah menjadi peran penting untuk mencegah kontaminasi bakteri3bakteri

    masuk kedalam ambing sapi sehingga menyebabkan timbulnya penyakit mastitis

    subklinis. Manajemen pembuangan limbah yang baik dapat mengurangi resiko

    kontaminasi bakteri yang masuk kedalam ambing sehingga mengurangi kejadian

    terjadinya penyakit mastitis subklinis.

    ))

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    45/49

    /..2 Peng-*atan

    -indakan pengobatan yang dilakukan untuk penangan mastitis di BBPP

    Batu adalah pemberian antibiotik secara intramammari dengan memberikan obat

    antibiotik. Pengobatan dimulai berdasarkan pemeriksaan data populasi sapi dan

    data indi

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    46/49

     patogen subklinis yang responsif terhadap pengobatan intramammary

    menggunakan produk antibiotik yang tersedia secara komersial. 'eputusan untuk 

    mengobati mastitis subklinis tergantung pada jenis patogen yang muncul dan

    upaya diagnosa yang cocok yaitu dengan uji kultur air susu sapi untuk 

    mengidentifikasi bakteri penyebab mastitis subklinis yang harus dilakukan

    sebelum melakukan pengobatan. pengobatan kasus subklinis hanya disarankan

    untuk hean yang memiliki probabilitas tinggi untuk sembuh. 7ecara

    keseluruhan, pengobatan merupakan aspek penting dari kontrol mastitis tetapi

     pelaksanaan praktik pengelolaan yang mengurangi transmisi patogen subklinis

    selalu lebih hemat biaya (Milner, %/.

    !dapun pemberian antibiotik yang dilakukan oleh petugas pada masa

    kering kandang. -indakan pemberian antibiotik pada saat periode kering

    merupakan salah satu alternatif kebijakan dalam pengendalian mastitis subklinis

    di lapangan, disebabkan karena pada aal periode kering hingga "3& minggu

    sebelum melahirkan, ambing mengalami stres karena kelenjarnya harus memecah

    dan menyerap susu yang tersisa dan jutaan sel3sel mati yang disekresikan. Padamasa ini, ambing sangat rentan terkena infeksi baru, sekitar )#32#1. Penelitian

    membuktikan baha pengobatan pada saat kering dapat menurunkan jumlah

    infeksi baru sampai (aldner "##/. +umlah kasus mastitis pada kelompok 

    ternak yang diberi antibiotik pada saat kering lebih sedikit jika dibandingkan

    dengan kelompok yang tidak diberi antibiotik (Bhutto, "#%%. 'ombinasi antara

    tindakan pemberian antibiotik, karakteristik sapi, fasilitas peternakan dan

    manajemen pada saat kering akan berpengaruh terhadap tingkat kejadian mastitis

     pada periode laktasi berikutnya (=reen, "##/. Pengendalian mastitis secara dry

    co terapi (pengobatan saat periode kering dan disertai dengan manajemen

     pemerahan yang baik dapat menekan kejadian mastitis subklinis dan menaikkan

     produksi susu (7upar !riyanti "##$. -indakan pemberian antibiotik pada saat

    kering memiliki beberapa keuntungan yaitu pertama tingkat keberhasilan

     pengobatan jauh lebih tinggi dibandingkan pada saat laktasi seperti halnya yang

    dikemukakan aldner ("##/ yaitu sebesar $#3#1. Pemberian antibiotik pada

    )0

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    47/49

    saat laktasi mempunyai tingkat keberhasilan lebih rendah yaitu sekitar )#1F

    kedua dosis yang digunakan dalam tindakan pengobatan dapat lebih tinggi dan

    aman, karena aktu retensi obat di dalam ambing menjadi lebih lamaF ketiga

    risiko kontaminasi antibiotik ke dalam susu dapat dihindari karena susu tidak 

    diperahF dan keempat merupakan cara terbaik untuk mengobati mastitis subklinis

    dan mastitis kronis yang sulit dilakukan pada masa laktasi.

    )am*ar /.2. Pemberian ;bat 7ecara Intramammari

    )/

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    48/49

    BAB >I

    PENUTUP

    0.1 $es&m%ulan

    %. Metode *iagnosis mastitis subklinis dilakukan di BBPP dengan

    menentukan anamnesa, inspeksi, palpasi dan 4ji 5M-. Metode diagnosa

    yang efektif mendiagnosa mastitis subklinis adalah dengan uji 5M-. 4ji

    5M- memberikan hasil positif pada %) ekor sapi dari & ekor sapi 8H

    masa laktasi di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu.

    ". Penanganan yang dilakukan dengan penerapan biosekuriti yang baik 

    meliputi sanitasi kandang dan sanitasi peralatan pemerahan yang baik,

    serta proses pemerahan yang benar. Pengobatan dilakukan dengan

     pemberian antibiotik yang mengandung Procaine Penicillin = "2#.### I4,

    *ihydrostreptomycin ""2 mg yang digunakan untuk terapi mastitis yang

    diberikan pada periode laktasi secara intramammari sehari sekali pada saat proses pemerahan susu di pagi atau siang hari selama tiga hari berturut3

    turut dengan dosis : % (satu jarum suntik dari obat antibiotik per kuartil

    (sapi.

    0.2 #aran

    %. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk petugas

     pemerah susu mengenai proses pemerahan susu yang baik dan benar.

    ". Perlu adanya pemeriksaan 4ji mikrobioligi untuk identifikasi agen

     penyebab penyakit yang tidak dilakukan petugas di BBPP yang memiliki

    keuntungan untuk menambah peneguhan diagnosa penyakit dan dapat

    menentukan obat antibiotik yang tepat untuk pengobatan penyakit mastitis

    subklinis.

    )$

  • 8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc

    49/49

    &. Perlu dilakukan handling sapi yang bagus agar ternak seteleh diperah tidak 

    langsung merebahkan tubuhnya.

    ). Perlu adanya peningkatan terhadap sanitasi peralatan oleh petugas

     pemerahan.