proposal pkl mastitis.doc
-
Upload
fahmie-crows-idc -
Category
Documents
-
view
242 -
download
3
Transcript of proposal pkl mastitis.doc
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
1/49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan sapi perah telah lama dikembangkan oleh pemerintah
Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan produksi susu
dalam negeri guna meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia, selain
itu untuk meningkatkan pendapatan peternak itu sendiri. Beberapa kendala
yang dihadapi para peternak sapi perah untuk mencapai hasil yang optimum,
salah satunya adalah penyakit mastitis.
Mastitis merupakan radang pada ambing yang bersifat akut, sub akut
dan subklinis yang terjadi pada semua mamalia. Mastitis bisa disebabkan
oleh kuman patogen (infeksius seperti bakteri, kapang atau khamir,
kerusakan fisik ambing (udder and teat injury serta akibat terpapar oleh
bahan kimia yang iritan yang mampu merusak jaringan interna ambing
(!nri, "##$. Infeksi bakteri merupakan penyebab utama terjadinya mastitis,
bakteri penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus
agalactiae, Mycoplasma bovis, Streptococcus dysagalactiae, Streptococcus
uberis dan berbagai jenis bakteri gram negatif, meskipun demikian lebih
dari % jenis bakteri telah dilaporkan dapat menyebabkan penyakit atau
kelainan pada kelenjar ambing sapi perah ('irk, %).
*ata mengenai kasus mastitis di Indonesia telah banyak dilaporkan.
Beberapa data menampilkan persentase kejadian mastitis subklinis cukup
tinggi, di +aa Barat, +aa -engah, dan +aa -imur dikemukakan oleh
ahyuni ("##$, pada daerah tersebut baha kejadian mastitis subklinis
berkisar /01 sampai %1 dan #1 sampai 21. 'ejadian mastitis di
lapangan /31 merupakan mastitis subklinis, sedangkan "3&1 mastitis
klinis (ahyuni, "##2. Mastitis subklinis di beberapa kota di Indonesia
dilaporkan kejadian penyakitnya yaitu Bogor (/01, Boyolali (%1, dan
Malang ($%1. Mastitis sub klinis merupakan kasus yang paling banyak dan
sering terjadi di lapangan pada peternakan sapi perah (ahyuni, "##$.
%
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
2/49
Mastitis menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi
peternakan sapi perah di seluruh dunia (Bannerman, "##2. 'erugian
ekonomi yang diakibatkan oleh mastitis mengakibatkan produksi susu
menjadi turun "23 atau berhenti sama sekali, 'ualitas susu menjadi
turun sehingga tidak dapat dijual atau tidak dapat dikonsumsi, Biaya
peraatan menjadi meningkat, dan -ernak perah diafkir lebih aal (Hidayat,
"##$.
*eteksi mastitis subklinis dilakukan dengan uji yang biasa dilakukan
misalnya dengan 4ji 5M-. *eteksi dini pada sapi perah dengan metode
tidak langsung memakai 5M- adalah usaha memperkecil resiko terjadinya
mastitis. 4ji ini mempermudah dalam mendiagnosa mastitis subklinis
sehingga dapat dilakukan penanganan secara lansung (6ahmaati, "##$.
Penanganan yang dilakukan berupa pengobatan dan pencegahan,
untuk pengobatan sendiri bisa dilakukan dengan diberikan suntikan
antibiotik melalui intramamae. Pencegahan dapat dilakukan dengan
mengusahakan lantai kandang dalam keadaan bersih dan kering, ambing
diusahakan jangan sampai terluka, ambing harus selalu dalam keadaan
bersih dan higienis saat diperah, sapi sakit harus dipisah dari sapi3sapi yang
sehat, pemerahan harus dilakukan sampai apuh serta tangan pemerah harus
bersih saat memerah. *isebutkan juga oleh Hidayat ("##$ baha cara
pencegahan yang baik adalah dengan menjaga tata laksana pemerahan dan
dilakukan teat dipping (pencelupan puting ke antiseptik setelah pemerahan.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam praktek kerja lapang ini
mengambil masalah tentang Metode *iagnosa Mastitis 7ubklinis *anPenanganannya Pada 7api Perah ( Friesian Holstein *an *i Balai Besar
Pelatihan Peternakan Batu (BBPP untuk dapat mengindentifikasi mastitis
sehingga dapat diberikan penanganan secara langsung.
1.2 Rumusan Masalah
%. Bagaimana Metode diagnosa Mastitis 7ubklinis pada sapi perah 8riesian
Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP 9
". Bagaimana interpretasi hasil diagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian
Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP 9
"
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
3/49
&. Bagaimana Penanganan Mastitis 7ubklinis pada sapi perah 8riesian
Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP 9
1.3 Tujuan
%. Mengetahui metode diagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian Holstein
( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.
". Mengetahui interpretasi hasil diagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian
Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.
&. Mengetahui penanganan Mastitis 7ubklinis pada sapi perah 8riesian
Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.
1. Man!aat%. Bagi Mahasisa
Menambah pengetahuan pengalaman dan ketrampilan kerja lapang
khususnya dalam mendiagnosa Mastitis pada sapi perah 8riesian
Holstein ( Bos Taurus di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP.
". Bagi Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP
*apat memberikan masukan kepada Balai Balai Besar Pelatihan
Peternakan Batu (BBPP tentang Mastitis pada sapi perah.
&. Bagi P'H 4B
*apat menjalin kerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu
(BBPP untuk menambah pengetahuan dan keterampilan kerja dalam
bidang kedokteran hean.
BAB II
TIN"AUAN PU#TA$A
2.1 #a%& Perah ( Friesian Holstein
2.1.1 $las&!&kas& #a%& Perah ( Friesian Holstein
'lasifikasi sapi Friesian Holstein menurut 7udono ("##&
memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut :
Phylum : 5hordata
5lass : Mamalia
;rdo : !rtiodactyla
'ingdom : !nimalia
&
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
4/49
8amily : Bo
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
5/49
2.1.3 Perkan+angan #a%& Perah
'andang sapi perah dapat dibedakan dalam dua jenis kandang yaitu
tingkat tunggal atau ganda. 'andang dengan jenis ganda adalah lebih
ekonomis mengandangkan ternak lebih dari %03"# sapi betina yang sedang
laktasi. 'andang ganda dapat dirancang sehingga sapi dapat menghadap
kedepan kearah pusat tempat makanan atau kebelakang dengan tempat
makanan pada keedua sisi bangunan. !tap dari bangunan harus
mempunyai atap tergantung dari luas dalam hal untuk menyediakan
naungan yang maksimal untuk mempertahankan serangan dari hujan lebat.
>antai harus dibangun dari beton, yang dibuat agak besar untuk mencegah
sapi tergelincir. 'andang berdiri harus dibuat dari pipa baja, bambu besar
atau kayu keras dan palung dari pipa berlapis (Prita, "##/.
'andang indi
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
6/49
7etiap ruangan kandang cukup dipisahkan dengan sekat ? sekat yang
berasal dari bahan besi atau pipa ? pipa bulat, ataupun bambu dan kayu
yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak melukai kulit pedet, tinggi
penyekat cukup satu meter. 4kuran kandang indi
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
7/49
kelemahan dari genting adalah harganya yang cukup mahal jika
dibandingkan dengan daun ijuk. Perlengkapan kandang yang harus
disediakan adalah tempat pakan dan tempat minum (Prita, "##/. -empat
pakan dan tempat minum dapat dibuat dari tembok beton yang bentuknya
dibuat cekung dengan lubang pembuangan air pada bagian baah, atau
bisa juga tempat pakan terbuat dari papan atau kayu dan tempat minum
menggunakan ember (7iregar, "##&. Menurut Prita ("##/ kandang harus
dilengkapi dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat,
selang air, ember dan kereta dorong.
2.1. Pem*er&an Pakan
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang
berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah,
rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah
pemerahan sebanyak # kgAekorAhari. Pakan berupa rumput bagi sapi
deasa umumnya diberikan sebanyak %#1 dari bobot badan (BB dan
pakan tambahan sebanyak %3"1 dari BB. 7api yang sedang menyusui
(laktasi memerlukan makanan tambahan sebesar "21 hijauan dan
konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya
ditambah dengan jenis kacang3kacangan (legum. 7umber karbohidrat
berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa
serta mineral (sebagai penguat yang berupa garam dapur, kapur, dll.
Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore
hari sebelum sapi diperah sebanyak %3" kgAekorAhari. 7elain makanan, sapi
harus diberi air minum sebanyak %#1 dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas,
serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara.
Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan
*i aal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. *i musim hujan
sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan
/
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
8/49
bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna
memperkuat kakinya (7oetardi, %2.
2.2 De!&n&s& Mast&t&s
Mastitis didefinisikan sebagai radang jaringan interna kelenjar
ambing. Istilah mastitis berasal dari kata DmastosD yang artinya kelenjar
ambing dan DitisD untuk inflamasi. Mastitis merupakan salah satu penyakit
yang sangat merugikan peternak sapi perah karena sapi penderita mastitis
mengalami penurunan produksi susu.
2.2.1 Et&-l-g&InfeksiAperadangan pada ambing dikenal dengan nama mastitis.
Mastitis adalah suatu peradangan pada tenunan ambing yang dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia, luka termis ataupun luka
karena mekanis. Peradangan ini dapat mempengaruhi komposisi air susu
antara lain dapat menyebabkan bertambahnya protein dalam darah dan sel3
sel darah putih di dalam tenunan ambing serta menyebabkan penurunan
produksi susu (Eniza, "##). Mastitis dapat disebabkan oleh beberapa
bakteri, antara lain adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, dan E.
Coli. Beberapa patogen yang tidak biasa (unusual pathogens antara lain
adalah seudomonas aeruginosa, !rcanobacterium ( !ctinomyces
pyogenes, Mycoplasma spp, dan "ocardia asteroids. Mastitis diibedakan
menjadi " yaitu Mastitis klinis dan 7ubklinis (Erskine, "##&.
2.2.2 E%&+em&-l-g&
'ejadian mastitis 2 ? $1 merupakan mastitis subklinis,
sedangkan " ? &1 merupakan mastitis klinis yang terdeteksi (7udaranto,
%. Mastitis subklinis merupakan kasus yang paling banyak dan sering
terjadi di lapangan pada peternakan sapi perah (7udaranto, %.
'ejadian mastitis subklinis pada sapi perah di Indonesia sangat tinggi (23
$1 dan menimbulkan banyak kerugian. Streptococcus agalactiae dan
Staphylococcus aureus merupakan " bakteri utama penyebab mastitis
subklinis. *ari beberapa hasil penelitian diketahui baha S. agalactiae
dan S. aureus yang mempunyai hemaglutinin, mempunyai kemampuan
$
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
9/49
adesi pada sel epitel ambing jauh lebih besar dari pada yang tidak
mempunyai hemaglutinin. Hemaglutinin diduga sebagai faktor
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
10/49
8aktor predisposisi radang ambing dilihat dari segi ternak, meliputi :
bentuk ambing, misalnya ambing yang sangat menggantung, atau ambing
dengan lubang puting terlalu lebar. 8aktor umur juga akan mempengaruhi
mudah tidaknya seekor sapi terkena radang ambing atau mastitis. 7emakin
tua umur sapi, apalagi induk dengan produksi air susu tinggi, semakin
lemah kemampuan menutup spincter pada putingnya, karena spincter
berfungsi dalam menahan infeksi kuman, maka kemungkinan terinfeksi
pada sapi tua juga semakin besar (7ubronto, "##&.
8aktor lingkungan dan pengelolaan ternak yang banyak
mempengaruhi terjadinya mastitis, meliputi pakan, perkandangan,
banyaknya sapi dalam satu kandang, sanitasi kandang, dan cara pemerahan
susu. Pakan yang mengandung estrogen, misalnya bangsa clover, dan
jagung ataupun konsentrat yang berjamur, telah terbukti memudahkan
terjadinya radang. 'andang yang berukuran sempit menyebabkan sapi3sapi
didalamnya berdesakan, apabila ada salah satu yang menderita, maka
penularan ke sapi lain akan mudah. >antai kandang yang licin yang
menyebabkan sapi malas bangun ataupun lantai yang kemiringannya
kurang, hingga menyebabkan air mudah tergenang juga akan
mempermudah kemungkinan kontak antara bakteri dan ambing sehat
(7ubronto, "##&.
2.2. )ejala kl&n&s
Menurut Hidayat ("##$, Mastitis Berdasarkan gejalanya dapat
dibedakan antara mastitis klinis, subklinis dan kronis yaitu :%. =ejala Mastitis 'linis (bentuk akut terlihat tanda3tanda klinis
(dapat dilihat atau diraba oleh panca indera meliputi :
a. 'ondisi umum : ternak >esu, tidak mau makan
b. -anda3tanda adanya peradangan pada ambing: ambing
membengkak, panas, kemerahan, nyeri bila diraba dan
perubahan fungsi.
c. Perubahan pada susu : 7usu memancar tidak normal, bening
atau encerF 'ental, menggumpal atau berbentuk seperti mieF
%#
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
11/49
arna berubah menjadi semu kuning, kecoklatan,
kehijauan, kemerahan atau ada bercak3bercak merah.
". =ejala Mastitis 'linis yang 'ronis yaitu :
a. -ernak terlihat seperti sehat
b. !mbing teraba keras
c. !mbing terlihat peot, mengeriput, puting peot
&. Mastitis 7ub klinis merupakan peradangan pada ambing tanpa
ditemukan gejala klinis pada ambing dan air susu. -ernak terlihat
seperti sehat, nafsu makan biasa dan suhu tubuh normal, !mbing
normal dan 7usu tidak menggumpal dan arna tidak berubah.
-etapi melalui pemeriksaan akan didapatkan jumlah sel radangmeningkat, ditemukan kuman3kuman penyebab penyakit, 7usu
menjadi pecah (terbentuk butiran3butiran halus atau gumpalan
(Hidayat, "##$.
2.2./ Pat-l-g& Anat-m&
Mastitis adalah keradangan pada ambing yang menunjukkan
perubahan patologis sehingga menyebabkan perubahan pada sekresinya.
Mastitis akut ditandai dengan kebengkakan, panas, rasa sakit, arna
ambing kemerahan dan tergantung fungsinya. Mastitis subakut perubahan
radang ambing tersamar tetapi susunya mengalami perubahan. 'elainan
bisa berupa asimetris, bengkak, lesi pada puting susu dan arna merah
pada radang hebat. =ambaran Patologi !natomi dapat dilihat pada gambar
".".
Mastitis kronis terjadi bila infeksi pada ambing berjalan lama dan
ditandai dengan adanya atropi ambing. Mastitis subakut tidak ditemukan
gejala klinis namun tersifat pada sekresi susunya (*amardjati, "##$.
%%
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
12/49
)am*ar 2.2. =ambaran Patologi !natomi (*amardjati, "##$. !danya
Peradangan Pada *aerah 7ekitar !mbing.
2.2.0 H&st-%at-l-g&
7ecara histopatologi, pada mastitis subklinis dapat ditemukan
adanya peradangan dan degenerasi pada parenkim (epitel saluran3saluran
air susu. 7elain itu juga ditemukan adanya reruntuhan sel3sel somatik yang
meningkat (*u
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
13/49
sehelai kain lap ambing digunakan untuk seluruh ternak laktasi, kain lap
ambing digunakan tidak tepatF -angan pemerah yang kotorF 4rutan
pemerahan yang salahF Peralatan pemerahan yang kotor (7ubronto, "##&.
2.2. Pat-genes&s
Patogenesis Mastitis diaali dengan masuknya bakteri ke dalam
ambing yang dilanjutkan dengan multiplikasi. 7ebagai respon pertama,
pembuluh darah ambing mengalami emak dan casein susu yang tertelan oleh PMC dapat menyebabkan kegagalan
PMC dalam proses ingesti bakteri. 'emampuan PMC dalam fagositosis
dan membunuh bakteri juga dapat menurun pada keadaan defisiensi
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
14/49
konsentrasinya, padahal untuk fagositosis diperlukan energi yang lebih
tinggi. *i samping itu, susu mengandung komponen opsonin (seperti :
imunoglobulin dan komplemen yang relatif sedikit dan dalam susu
hampir tidak ada aktiay dan Hastoo ("### menyatakan baha sebelum menjalankan
pengobatan sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. 6esistensi Staphylococcus
aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya 3 laktamase yang akan
menguraikan cincin 3 laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin.
Pengobatan mastitis sebaiknya menggunakan : >incomycin, Erytromycin
dan 5hloramphenicol.
*esinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik
intramamaria bisa mengatasi mastitis. Injeksi kombinasi penicillin,
dihydrostreptomycin, de@amethasone dan antihistamin dianjurkan juga.
!ntibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri penyebab mastitis,
%)
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
15/49
sedangkan de@amethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan
(7artz, "##0. Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus sp masih bisa
diatasi dengan penicillin, karena streptococcus sp masih peka terhadap
penicillin (7ori et al ., "##2
*inyatakan oleh all ("##0, baha strategi efektif untuk
mencegah dan mengatasi mastitis yang disebabkan oleh Staphilococcus
aureus masih sukar dipahami. *ilaporkan oleh 7oeripto ("##", baha
bakteri Staphylococcus sp dan Streptococcus sp yang diisolasi dari kasus
mastitis sapi telah banyak yang multi resisten terhadap beberapa
antibakterial. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi mastitis juga telah
banyak merugikan masyarakat konsumen, karena susu mengandung residu
antibiotik bisa menimbulkan gangguan kesehatan.
*ilaporkan oleh ahyuni dkk ("##2, baha akibat penggunaan
antibiotik pada setiap kasus mastitis, yang mungkin tidak selalu tepat,
maka timbul masalah baru yaitu adanya residu antibiotika dalam susu,
alergi, resistensi serta mempengaruhi pengolahan susu. Mastitis subklinis
yang disebabkan oleh bakteri gram positif juga makin sulit ditangani
dengan antibiotik, karena bakteri ini sudah banyak yang resisten terhadap
berbagai jenis antibiotik. *iperlukan upaya pencegahan dengan melakukan
blocking tahap aal terjadinya infeksi bakteri.
Middleton dan 8o@t ("##% melaporkan baha penggunaan infus
intramammaria dengan %"# ml, 21 Po
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
16/49
2.2.11 D&agn-sa
*iagnosa Mastitis dilakukan dengan melihat gejala klinis,
perubahan patologi anatomi dan histopatologi terutama pada ambing.
Menguji perubahan fisik dan kimiai serta mikrobiologis air susu dengan
uji 5M-.
2.2.11.1 )ejala $l&n&s
'ejadian Mastitis di lapangan didiagnosis dengan mengetahui
gejala klinis berupa tanda3tanda adanya peradangan pada ambing:
ambing membengkak, panas, kemerahan, nyeri bila diraba dan perubahan fungsi. Perubahan pada susu : 7usu memancar tidak
normal, bening atau encerF 'ental, menggumpal atau berbentuk
seperti mieF arna berubah menjadi semu kuning,
kecoklatan,kehijauan, kemerahan atau ada bercak3bercak merah.
=ejala Mastitis 'linis yang 'ronis yaitu : -ernak terlihat seperti
sehat, !mbing teraba keras, peot, mengeriput dan Puting peot
(Hidayat, "##$. Mastitis 7ubklinis merupakan peradangan pada
ambing tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing dan air susu.
-ernak terlihat seperti sehat : nafsu makan biasa dan suhu tubuh
normal, !mbing normal dan 7usu tidak menggumpal dan arna
tidak berubah. -etapi melalui pemeriksaan akan didapatkan : +umlah
sel radang meningkat, ditemukan kuman3kuman penyebab penyakit,
7usu menjadi pecah (terbentuk butiran3butiran halus atau gumpalan
(Hidayat, "##$.
2.2.11.2 Pat-l-g& Anat-m&
Mastitis adalah keradangan pada ambing yang menunjukkan
perubahan patologis sehingga menyebabkan perubahan pada
sekresinya. Mastitis akut ditandai dengan kebengkakan, panas, rasa
sakit, arna ambing kemerahan dan tergantung fungsinya. Mastitis
subakut perubahan radang ambing tersamar tetapi susunya
mengalami perubahan berupa asimetris, bengkak, lesi pada puting
susu dan arna merah pada radang hebat. Mastitis kronis terjadi bila
%0
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
17/49
infeksi pada ambing berjalan lama dan ditandai dengan adanya atropi
ambing. Mastitis subakut tidak ditemukan gejala klinis namun
tersifat pada sekresi susunya. deteksi terhadap mastitis subakut
dengan uji sekresi susunya, yang menunjukkan produk infiltrasi
seperti leukosit, fibrin dan serum serta perubahan komposisi
kimiai. 7odium klorat dan bikarbonat ditransferkan dari darah ke
dalam susu menjadi alkalis. Perubahan susu secara fisis meliputi
arna, bau, konsistensi dan rasanya. arna menjadi putih pucat atau
kebiruan, rasa menjadi getir atau agak asin. Bau yang agak harum
dari susu menjadi asam, sedangkan konsistensinya menjadi cair dan
kadang disertai dengan adanya jonjot atau endapan fibrin dan
protein. (*amardjati, "##$.
2.2.11.3 H&st-%at-l-g&
7ecara histopatologi, pada mastitis subklinis dapat
ditemukan adanya peradangan dan degenerasi pada parenkim
(epitel saluran3saluran air susu. 7elain itu juga ditemukan adanya
reruntuhan sel3sel somatik yang meningkat (*u
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
18/49
2.2.11. Uj& 'MT
*iagnosis dini pada sapi perah dengan metode tidak
langsung memakai 5M- adalah usaha memperkecil resiko
terjadinya mastitis. 6eagen 5M- sulit didapat dan mahal
harganya untuk kalangan peternak biasa, sehingga untuk
pendeteksian mastitis bagi peternak biasa dapat menggunakan
deterjen sebagai bahan alternatif yang lebih murah, mudah dan
langsung didapatkan di lapangan (6ahmaati, "##$.
2.2.12 Biosecurity
Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan
pertama untuk pengendalian abah dan dilakukan untuk mencegah semua
kemungkinan kontak atau penularan dengan peternakan tertular,dan
mencegah penyebaran penyakit. *i dalam ilmu epidemiologi (ilmu yang
mempelajari sebaran penyakit, dikenal istilah segitiga epidemiologi, yang
meliputi inang (host, lingkungan, dan agen penyakit. 'eseimbangan tiga
hal tersebut harus dijaga, salah satu caranya dengan biosekuriti.
Biosekuriti tidak hanya pembersihan dan desinfeksi lingkungan
peternakan, tapi ada & (tiga pondasi utama yang menjadi penopang
keberhasilan biosekuriti, yaitu 7 isolasi, tra$$ic control (pengaasan lalu
lintas dan sanitasi . -idak adanya ketiga hal tersebut, penerapan
biosekuriti dalam peternakan tidak akan berjalan optimal sesuai dengan
tujuan.
1. Is-las&
7alah satu diantara tiga pilar yang mendukung kesuksesan
biosekuriti adalah isolasi. Isolasi adalah usaha untuk membuat seminim
mungkin terjadinya kontak antara lingkungan kandang dengan lingkungan
luar kandang. 7ecara umum isolasi terdiri atas dua hal yang utama,
yaitu bioe#clusion dan biocontainment . Bioe#clusion berarti upaya
mencegah masuknya penyakit ke dalam farm, sedangkan
biocantoinment adalah upaya mencegah penyakit menyebar ke luar farm.
%$
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
19/49
4paya isolasi ini meliputi $#1 dari semua kegiatan biosekuriti. Berikut
langkah 3 langkah penerapan Isolasi dalam Peternakan 7api Perah :
a. 'arantina -erhadap 7api yang Baru Masuk, tindakan yang dilakukan
meliputi :
%. 7etiap ternak yang masuk dari luar ilayah ke dalam farm
harus bebas dari penyakit menular. 7api perah harus bebas
dari penyakit :
a. !nhtra@
b. Brucellosis
c. Bo
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
20/49
yang dinyatakan sakit dilakukan pengobatan atau diafkir
(bagi penyakit3penyakit tertentu untuk meminimalisir
perpindahan penyakit.
). -ernak yang sudah keluar dari farm apabila dimasukkan
kembali harus melalui prosedur perlakuan terhadap ternak
yang baru masuk.
b. Pemisahan kelompok3kelompok sapi bibit, sapi dara, sapi bunting,
sapi siap partus, sapi laktasi,sapi induk kosong dan pedet.
c. 8asilitas perkandangan didesinfeksi secara rutin.
d. Mencegah hean liar maupun hean peliharaan lain ke dalamkandang.
e. >okasi peternakan harus berjarak % km dari jalan raya, pemukiman,
pasar hean dan tempat pemotongan ternak, perlu juga membuat
pagar pembatas yang permanen.
f. aksinasi ternak secara rutin.
2. Penga8asan Lalu L&ntas Ternak 9Traffic Control :
!gen penyakit dapat ditularkan melalui hean , pakan, manusia
dan peralatan. ;leh karena itu komponen lain yang menunjang
keberhasilan biosekuriti adalah tra$$ic control atau pengaasan terhadap
lalu lintasAkeluar masuk ternak dalam peternakan. Berikut >angkah3
langkah Tra$$ic Control dalam Peternakan 7api Perah :
a. -ernak yang keluar masuk dalam peternakan, dan perpindahan
ternak di dalam area peternakan. Perlu dipastikan baha ternak yang
masuk adalah ternak yang jelas status kesehatannya dan
tidak carrier (pembaa penyakit seperti Brucellosis, untuk itu masa
karantina terhadap sapi yang baru masuk sangat perlu untuk
memastikan baha sapi tersebut bebas penyakit menular. !kan lebih
baik lagi jika sapi3sapi yang masuk dipeternakan sudah di
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
21/49
penyakit. Pedet harus terpisah dengan sapi deasa, karena pedet
raan terserang penyakit.
b. Pembersihan area peternakan sebelum sapi baru masuk.
c. 'ontrol terhadap kendaraan yang keluar masuk area peternakan
meliputi kendaraan pengangkut pakan, pengangkut feces,
pengangkut hean mati, traktor, yang akan masuk area peternakan
dalam kondisi bersih. Hal ini untuk menghindari kontaminasi,
misalnya disediakannya bak dipping dan entry sho%er antiseptik
untuk kendaraan pada gerbang masuk area.
d. 'ontrol terhadap pengunjung dan petugas yang keluar masuk area
peternakan. +ika ada pengunjung, maka harus dibatasi terutama di
kandang sapi, tempat pencampuran pakan dan klinik hean. +ika
ingin melihat kondisi peternakan akan lebih baik jika disediakan
mobil khusus dari peternakan yang bersangkutan dengan rute yang
aman bagi ternak. Begitu juga bagi petugas rutin (dokter hean,
paramedis, petugas kandang dan lain3lain jika akan memasuki area
peternakan harus dalam kondisi bersih, baik dari pakaian, peralatan
dan alas kaki. Penyediaan bak dipping alas kaki pada pintu masuk
kandang dan kran pencuci tangan harus ada untuk peternakan yang
menerapkan biosekuriti. 7etiap petugas dilarang mempunyai tugas
rangkap.
e. -empat pembuangan atau pembakaran hean mati ditempatkan jauh
terpisah dari area pembibitan.
f. Program pengendalian hean yang dapat menyebarkan penyakit
(misal rodensia dan lain3lain. 6odensia berperan sebagai
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
22/49
diterapkan demi menunjang keberhasilan program biosekuriti. !da
beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penerapan program sanitasi
dalam peternakan sapi perah, yaitu:
a. #an&tas& -rang +an %eralatan ang keluar masuk +& area
Peternakan.
7etiap orang dengan pakaian dan alas kaki yang digunakan
di area peternakan harus dalam kondisi bersih. -ermasuk juga
pengunjung ajib mematuhi tindakan sanitasi dengan ketat. 7epatu
booth atau alas kaki sebelum masuk ke area perkandangan harus
bersih dan disikat dari kotoran kemudian di dipping dengan
didesinfektan. Berikut tata cara sanitasinya :
%. =unakan terpisah peralatan pakan dan pembersih
kandang, atau bersihkan dengan cermat bila akan
digunakan lagi.
". +angan tinggalkan alat pembersih kotoran dalam
kandang kelompok ternak lain.&. Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan pakan
dan peralatan handling sapi.
). Bersihkan peralatan yang tercemar sebelum
digunakan pada kelompok sapi yang sehat.
2. Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan medis
ternak.
0. 5egah kontaminasi kotoran sapi dengan pakan dan
peralatan yang digunakan secara oral. +angan
menapak pada bak pakan, karena akan mencemari
pakan.
*. #an&tas& $an+ang Dan $en+araan ;ang Masuk Area
Peternakan
""
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
23/49
Bersihkan kandang, tempat makan dan minum secara rutin
dan semprotkan disinfektan secara berkala. 7isa pakan yang tidak
habis segera dibersihkan dalam aktu tidak lebih dari ") jam.
Bersihkan dan disinfeksi kendaraan yang akan masuk ke area
peternakan. 7etiap peternakan yang menerapkan biosekuriti harus
mempunyai bak dipping dan entry sho%er antiseptik untuk
kendaraan pada gerbang masuk area.
a. #an&tas& Ternak
7api secara rutin dimandikan, pada sapi laktasi sebaiknya sehabis
pemerahan, karena jika dimandikan sebelum pemerahan maka tubuh sapi
yang basah akan mencemari susu.
*. #an&tas& %emerahan.
7anitasi sebelum pemerahan :
%. Pemerah dalam keadaan sehat,jika diperah dengan mesin
pemerah, maka mesin perah dan perangkatnya dalam
keadaan bersih dan sudah didesinfeksi.
". Pakaian harus bersih.
&. Mencuci tangan sebelum memerah atau memerah sapi
berikutnya.
). -angan dalam keadaan kering dan bersih pada saat
memerah.
7anitasi pada saat pemerahan :
%. !mbing sapi dibersihkan dengan lap yang telah dibasahi
dengan air hangat atau larutan desinfektan.
". 'ain lap yang kotorAsudah terpakai dimasukkan dalam
ember yang lain, tidak dicampur dengan kain lap yang
bersihAbelum dipakai.
"&
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
24/49
&. Masukkan &3) pancaran susu dari masing3masing puting ke
dalam strip cup atau paddle untuk pengamatan penyakit
mastitis.
7anitasi setelah pemerahan :
%. 7api yang selesai diperah dilakukan dipping puting atau
bisa juga puting disemprot dengan larutan desinfektan,
misalnya : septisol (iodine )1
4ntuk uji Mastitis :
%. Pemerahan dimulai dari sapi atau ambing yang sehat. 7api
yang terkena mastitis diperah terakhir.
5. #an&tas& Ruang Dan Peralatan Penam%ungan #usu
Berikut sanitasi ruang dan peralatan penampungan susu :
%. 6uang penampungan susu harus terpisahAjauh dari kandang
". 6uang dan alat penampungan susu harus senantiasa bersih.
7ebelum digunakan untuk menampung susu mil& can harus
dibersihkan dengan disikat dan disabun setelah itu dibilas
dengan air bersih dan dibilas lagi dengan air panas )#⁰5
atau larutan desinfektan, misalnya : kaporit dosis "## ppm.
7etelah itu milk can diletakkan terbalik di rak sampai
kering.
")
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
25/49
BAB III
METapangan ini dilaksanakan di Balai Besar
Pelatihan Peternakan Batu, +l. 7onggoriti. Co. ") 'ota Batu, -elp. #&)%
2%". Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada "0 +anuari "#%2 sampai
dengan " Maret "#%2 yang berlangsung selama hari.
3.2 #asaran $eg&atan P$L
7asaran dari P'> ini adalah sapi perah Friesian Holstein yang
terkena penyakit Mastitis di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu yang
kemudian diidentifikasi menggunakan beberapa uji.
3.3 Met-+e Pengam*&lan Data
'egiatan ini dilakukan dengan cara ikut aktif dalam mendiagnosa
Mastitis dengan beberapa uji. Metode pengambilan data yang dipakai dalam
praktek kerja lapang ini adalah metode sur
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
26/49
c. *ata 7ekunder
Populasi sapi perah 8riesian Holstein yang terdapat *i Balai
Besar Pelatihan Peternakan Batu sekitar ekor yang dibagi
menjadi & kelompok koloni.
3. "a+8al $eg&atan
+adal kegiatan P'> Program 'edokteran Hean 4ni
III. Pengum%ulan Data +an E,aluas& Has&l
3. % Pengumpulan
data
3. " !nalisa dan
pengolahan data
"0
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
27/49
&. & Eapangan di Balai
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu adalah :
BAB I>PELA$#ANAAN $E)IATAN
.1 Tem%at Dan =aktu
Praktek 'erja >apang (P'> dilaksanakan oleh mahasisa Program 7tudi
'edokteran Hean 4niapang (P'> dilaksanakan sejak tanggal
"0 +anuari 3 #% Maret "#%2.
.2 "a+8al $eg&atan P$L-abel 'egiatan P'> *i Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP Batu
Co aktu 'egiatan Petugas
% Minggu Pertama
"0 +anuari "#%23
+anuari "#%2
%. Penerimaan dan orientasi tempat
pelaksanaan P'>.
". Pembagian tugas P'>.
&. *iskusi dengan pembimbing
lapangan.
). !ktifitas harian meliputi :
a. In
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
28/49
c. 7anitasi kandang
d. Mengamati proses pemerahan
susue. Pemberian pengobatan untuk
ternak yang sakit.
5. Pengumpulan dokumentasi.
" Minggu 'edua
% 8ebruari "#%230
8ebruari "#%2
%. *iskusi dengan kelompok P'>
dan pembimbing lapangan.
". *iskusi dengan petugas kandang
dan petugas pemerah.
&. Pemeriksaan kebuntingan.
). Pengobatan cacing.
2. !ktifitas harian meliputi :
a. 7anitasi kandang b. Pemberian pakan pada ternak
c. Pemeriksaan kesehatan ternak
d. Peraatan ternak yang sakit
e. Mengamati proses pemerahan
susu.
6. Pengumpulan *okumentasi.
IM, 6I,
6B
& Minggu 'etiga
8ebruari "#%23
%& 8ebruari "#%2
%. *iskusi dengan kelompok P'>
dan pembimbing lapangan.
". *iskusi dengan petugas kandang
dan petugas pemerah.&. Pengumpulan data untuk laporan
P'> meliputi : metode
identifikasi, tindakan pengobatan,
dan tindakan pencegahan terhadap
kasus mastitis.
). !ktifitas harian meliputi :
a. 7anitasi kandang
b. Pemberian pakan pada ternak
c. Identifikasi mastitis subklinis
d. Pengobatan mastitis subklinis
e. Pemeriksaan kesehatan heanf. Peraatan ternak yang sakit
2. Pengumpulan dokumentasi
IM, 6I,
!P,
6B,
4'
) Minggu 'eempat
%0 februari "#%23
"# 8ebruari "#%2
%. *iskusi dengan kelompok P'>
dan pembimbing lapangan.
". *iskusi dengan petugas kandang
dan petugas pemerah.
&. Pengambilan darah sapi
). Pemotongan kuku kambing
2. !ktifitas harian meliputi :
a. 7anitasi kandang
b. Pemberian pakan pada ternak
IM, 6I,
6B,
4*
"$
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
29/49
c. Pemeriksaan kesehatan ternak
d. Peraatan ternak yang sakit
e. Mengamati proses pemerahansusu
0. Pengumpulan *okumentasi
Minggu 'elima
"& 8ebruari "#%23
"/ 8ebruari "#%2
%. *iskusi dengan kelompok P'>
dan pembimbing lapangan.
". *iskusi dengan petugas kandang
dan petugas pemerah.
&. Pemotongan kuku kambing
). !ktifitas harian meliputi :
a. 7anitasi kandang
b. Pemberian pakan pada ternak
c. Pemeriksaan kesehatan ternak d. Peraatan ternak yang sakit
e. Mengamati proses pemerahan
susu
2. Pengumpulan *okumentasi
IM, 6I,
!P,
6B
0 Minggu 'eenam
" Maret "#%2
%. *iskusi dengan kelompok P'>
dan pembimbing lapangan.
". *iskusi dengan petugas kandang
dan petugas pemerah.
&. Pemotongan kuku kambing
). Cekropsi2. !ktifitas harian meliputi :
a. 7anitasi kandang
b. Pemberian pakan pada ternak
c. Pemeriksaan kesehatan ternak
d. Peraatan ternak yang sakit
e. Mengamati proses pemerahan
susu
0. Pengumpulan *okumentasi
/. Penyusunan laporan
$. Perpisahan
IM, 6I,
!P,
4*, 7=
$eterangan Nama Petugas 7
"
%. *rh. Iskandar Muda,M.7c (IM 5. 7upardi (7P
". *rh. 6eni Indraati (6I 6. 4ntung 'asiyan (4'
&. *rh. idya !yu P., M.7i (!P 7. 6ubiyanto (6B
). *rh. 4dik 7uliyanto (47 8. 7ugino, 7P., M.7i (7=
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
30/49
BAB >
HA#IL DAN PEMBAHA#AN
/.1 Pr-!&l +an #truktur Bala& Besar Pelat&han Peternakan 9BBPP: Batu
Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP 7onggoriti berlokasi di +l.
7onggoriti Co. ") 'ota Batu. BBPP 7onggoriti berdiri tahun %//, aalnya
bernama 'egional (airy Training Centre (6*-5 yang dibentuk atas
kerjasama pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda yang bergerak
dalam bidang pelatihan bidang peternakan dengan tenaga ahli dari Belanda.
BBPP telah mengalami beberapa kali perubahan nama yaitu Balai >atihanPegaai Pertanian (B>PP tahun %$", Balai *iklat Pertanian (B*P pada
era 'abinet Persatuan Casional, Balai *iklat !gribisnis Perusahaan dan
-eknologi Hasil -ernak (B*!P-H- -ahun "##", Balai Besar *iklat
!gribisnis Persusuan dan -eknologi Hasil -ernak (BB*!P-H- tahun
"##&, dan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP tahun "##/.
BBPP Batu berada pada ketinggian 0$#3%"## meter diatas permukaan
laut. 7uhu udara di kota ini rata3rata adalah %23% 5 dengan tingkat
kelembaban /#3$#1. 'ondisi 'ota Batu yang subtropis ini cocok untuk
peternakan sapi perah (7udrajad dan !diarto, "#%%. BBPP dipimpin oleh
kepala balai yang dibantu kepala bagian, beberapa kepala bidang, dan
kelompok jabatan fungsional berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Co.%APermentanA;-.%)#A"A"##/ tanggal % 8ebruari "##%.
BBPP 7onggoriti berdiri di atas lahan seluas lima hektar. 'andang
sapi perah dibagi menjadi beberapa sektor, diantaranya adalah kandang E
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
31/49
adalah kandang untuk sapi laktasi dengan umur " 3%" tahun, kandang >
untuk sapi kering bunting, kandang I untuk sapi dara besar dengan umur "
tahun, kandang H untuk sapi dara sedang dengan umur 0 bulan ? % tahun,
kandang = untuk sapi dara kecil dengan umur % ? 0 bulan, kandang M, C
untuk pedet kecil dan besar dengan umur di baah 0 bulan. 7api yang
sedang sakit diletakkan pada kandang + untuk karantina, selain itu terdapat
pula gudang pengolahan pakan, chopping hijauan dan ruang pemerahan.
BBPP 7onggoriti telah mengembangkan sapi perah jenis Peranakan
Friesian Holstein (P8H. -otal produksi setiap hari rata3rata sebanyak %#literAekorAhari. Pemerahan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pukul
#$.## IB dan pukul %&.## IB. Hasil susu yang dihasilkan oleh sapi
perah P8H disetorkan ke '4* Batu kemudian didistribusikan ke P-. Cestle,
Pasuruan.
/.2 P-%ulas& Ternak +& Bala& Besar Pelat&han Peternakan Batu
+enis dan jumlah populasi sapi yang ada di BBPP Batu dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Ta*el /.1 =ambaran Populasi 7api Perah di BBPP Batu Bulan +anuari sampai
8ebruari
N- "en&s #a%& "umlah
1 *ara 'ecil %&
2 *ara 7edang
3 *ara Besar %)
>aktasi &
/ Bunting -ua "0 'ering /
Pejantan %
"umlah $2
/.3 $asus Mast&t&s #u*kl&n&s D& Bala& Besar Pelat&han Peternakan Batu
Mastitis 7ubklinis Mastitis 7ub klinis merupakan peradangan pada ambing
tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing dan air susu yang dapat disebabkan
oleh beberapa bakteri, antara lain adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, dan
E. Coli. Beberapa patogen yang tidak biasa (unusual pathogens antara lain adalah
&%
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
32/49
seudomonas aeruginosa, !rcanobacterium ( !ctinomyces pyogenes,
Mycoplasma spp, dan "ocardia asteroids (Erskine, "##&. -ingkat kejadian sapi
yang menderita mastitis berjumlah %) ekor sapi dari ekor sapi yang sudah masa
laktasi yang terjadi pada bulan februari. 7api di BBPP Batu yang terkena mastitis
subklinis tidak menunjukkan gejala yang timbul seperti sapi terlihat sehat, nafsu
makan biasa, suhu normal, ambing tidak mengalami perubahan. 7usu yang
diproduksi sapi tidak menggumpal dan arna tidak berubah, tetapi melalui
pemeriksaan akan didapatkan jumlah sel radang meningkat, ditemukan kuman3
kuman penyebab penyakit, 7usu menjadi pecah (terbentuk butiran3butiran halus
atau gumpalan (Hidayat, "##$.
/.3.1 Angka $eja+&an
'ejadian mastitis subklinis yang terjadi di BBPP sangat tinggi. 7api perah
yang terjangkit mastitis subklinis mencapai %) ekor dari & ekor sapi perah selama
masa periode laktasi yang terjadi selama bulan februari. 'ebanyakan dari %) ekor
sapi merupakan sapi yang terjangkit mastitis subklinis. !ngka kejadian mastitis
dilapangan mencapai 1 merupakan mastitis subklinis, sisanya adalah mastitis
klinis yang jarang terjadi di Balai besar pelatihan peternakan batu. 'ejadian
mastitis 2 ? $1 merupakan mastitis subklinis, sedangkan " ? &1 merupakan
mastitis klinis yang terdeteksi karena mastitis subklinis merupakan kasus yang
paling banyak dan sering terjadi di lapangan pada peternakan sapi perah
(7udaranto, %.
!dapun faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya kasus mastitis
subklinis antara lain, faktor predisposisi radang ambing dilihat dari segi ternak,
meliputi : bentuk ambing, misalnya ambing yang sangat menggantung, atauambing dengan lubang puting terlalu lebar. 8aktor umur juga akan mempengaruhi
mudah tidaknya seekor sapi terkena radang ambing atau mastitis. 7emakin tua
umur sapi, apalagi induk dengan produksi air susu tinggi, semakin lemah
kemampuan menutup spincter pada putingnya, karena spincter berfungsi dalam
menahan infeksi kuman, maka kemungkinan terinfeksi pada sapi tua juga semakin
besar (7ubronto, "##&.
8aktor lingkungan dan pengelolaan ternak yang banyak mempengaruhi
terjadinya mastitis, meliputi pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu
&"
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
33/49
kandang, sanitasi kandang, dan cara pemerahan susu. Pakan yang mengandung
estrogen, misalnya bangsa clo
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
34/49
/.3.3.1 Anamnesa
!namnesa yaitu suatu cara untuk mengetahui kondisi kesehatan ternak
dengan cara menanyakan pada pemilik ternak yang meliputi permasalahan pada
ternak dan hal yang berhubungan dengan kesehatan ternak (7iregar, %/.
Pemeriksaan kesehatan ternak sangatlah penting karena untuk suatu prediksi
maupun identifikasi ternak tersebut sakit atau sehat (!koso, %0. !namnesa
dilapangan dengan menanyakan kepada petugas3petugas pemerahan di BBPP.
Hasil yang didapatkan berupa 7api perah betina 8riesian Holstein berjumlah
ekor, berat berkisar 2)#32$# kg dan produksi susu berkisar %%3%2 liter per hari.
-erdapat %) ekor diantaranya mengalami penurunan produksi susu sekitar %#3
%21, namum ternak tidak memperlihatkan adanya gejala3gejala penyakit yang
timbul. -ernak terlihat sehat, Cafsu makan biasa, suhu normal.
/.3.3.2 Ins%eks&
Petugas di BBPP melakukan pemeriksaan inspeksi untuk mengetahui
adanya perubahan pada ambing sapi yang di perkirakan terkena mastitis. Inspeksi
yang dilakukan dilapangan dengan mengamati sekeliling ambing dimulai dari
ambing bagian belakang, kemudian diamati bagian depan ambing. Hasil yang
didapatkan untuk dibandingkan dengan ambing yang lain, ambing dibandingkan
besar, ukuran dan kesimetrisan. !mbing tidak mengalami kelainan ketika
dilakukan pengamatan pada ambing. Inspeksi secara umum digunakan untuk
mengamati sikap dan kondisi umum tubuh ternak bagian luar maupun bagian
yang agak dalam. Pemeriksaan bagian luar misalnya meliputi permukaan tubuh,
kulit dan bulu. Pemeriksaan dengan cara ini menggunakan indera mata secara
langsung (mata telanjang atau dengan bantuan alat untuk memperbesar
penglihatan (7ubronto, "##&. Pemeriksaaan inspeksi pada penyakit mastitis lebih
diamati kondisi air susu. !mbing yang sehat menghasilkan air susu yang higienis,
yang memiliki arna, bau dan rasa yang normal. !kan tetapi air susu tersebut
mudah mengalami perubahan, yang disebabkan oleh faktor peralatan dan tata
laksana serta kesehatan ambing, oleh karena itu keadaan air susu dan keadaan
ambing perlu menjadi perhatian ketika melakukan pemeriksaan. Inspeksi ambing
&)
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
35/49
dan puting dilakukan dengan mengamati kedua kuartir belakang ambing dari
posisi belakang sapi dengan mengangkat ekor sapi, sedangkan pengamatan
terhadap kuartir depan ambing dilakukan dari posisi samping atau lateral hean.
bagian belakang dan bagian depan ambing. Inspeksi selanjutanya dibandingkan
besar atau ukuran tiap kuartir, termasuk kesimetrisan, serta posisi dan kondisi
puting. Pada kasus mastitis, dapat diamati adanya disproporsi ukuran antar3kuartir
ambing dan pembesaran atau pembengkakan ambing (7ubronto, "##&.
Inspeksi dengan mengamati kondisi susu dan ambing yang dilapangan tidak
menunjukkan adanya perubahan dan kelainan3kelainan. 7api nampak sehat, nafsu
makan biasa dan suhu tubuh normal, !mbing normal dan susu tidak menggumpal
dan arna tidak berubah, namun kondisi tersebut sesuai dengan gejala dari
mastitis subklinis karena Menurut Hidayat ("##$ baha Mastitis 7ub klinis
merupakan peradangan pada ambing tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing
dan air susu. -ernak terlihat seperti sehat, nafsu makan biasa dan suhu tubuh
normal, ambing normal dan susu tidak menggumpal dan arna tidak berubah.
/.3.3.3 Pal%as&
Palpasi (Meraba merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
menggunakan telapak tangan atau punggung tangan. Perabaan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu perabaan luar dan perabaan dalam. Perabaan luar
dilakukan dengan tujuan untuk merasakan permukaan bidang apakah kasar atau
halus, juga untuk merasakan adanya penebalan kulit, bulu rontok, atau
kemungkinan adanya benjolan di kulit, dan sebagainya. Petugas pemerahan di
BBPP melakukan palpasi dengan meraba3raba sekeliling bagian ambing untuk
mengetahui adanya perubahan3perubhan pada ambing. Palpasi dilakukan dengan
cara meraba atau memegang ambing dan puting yang berguna untuk mengetahui
adanya peningkatan suhu ambing (heat , perubahan konsistensi ( s%elling serta
ada tidaknya respon sakit ( pain pada ambing (7ubronto, "##&.
Hasil yang didapatkan setelah melakukan palpasi tidak ditemukan adanya
kelainan3kelainan dan perubahan yang timbul. -idak ditemukan adanya perubahan
yang terjadi di sekitar ambing. !mbing terlihat normal dari ukuran tiap kuartir,
&2
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
36/49
termasuk kesimetrisan, serta posisi dan kondisi puting. 'ondisi seperti ini
menyebabkan penyakit tidak dapat didiagnosa, sehingga penggunaan metode ini
kurang tepat untuk penyakit yang tidak memiliki gejala klinis. Pemeriksaan yang
tepat untuk uji lapang dapat dilakukan dengan menggunakan 5alifornia Mastitis
-est (5M-, yaitu dengan suatu reagen khusus (!koso, %0.
/.3.3. Uj& 'MT 9California Mastitis Test :
-erdapat metode diagnosa yang lebih cepat dan efektif untuk mendeteksi
infeksi mastitis subklinis yaitu dengan pengujian 5M-. Metode ini digunakan *i
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP untuk mendiagnosa mastitis
subklinis. *iagnosis mastitis subklinis pada sapi perah dapat dilakukan dengan uji
reagen 5M-. -ahapan yang dilakukan oleh petugas di BBPP untuk pengujian
5M- dimulai dari pengambilan sampel susu curahan kedua dari ke empat puting
sapi sebanyak %3" ml kemudian dimasukkan dalam caan paddle. 7usu yang
digunakan untuk pemeriksaan ini adalah susu setelah pancaran pertama dibuang.
Hal ini bertujuan untuk menghindari $alse negative pada saat pemeriksaan
(*amarjati. "##$. 7etiap caan ditambahkan reagen 5M- berupa yang sama
jumlahnya dengan
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
37/49
Pengambilan kesimpulan dari pemeriksaan uji 5M- sudah sesuai dengan
6ahmaati ("##. Pengambilan kesimpulan penting untuk menunjukkan
tingkatan mastitis subklinis sehingga dapat ditentukan penangannya. Prinsip
pengujian ini adalah dengan adanya reaksi antara susu dan reagen 5M- yang
mengandung arylsul$onate dalam sebuah paddle. 5ampuran susu dan reagen
tersebut digoyang3goyangkan membentuk lingkaran horizontal selama kurang
lebih sepuluh detik (IGbal, "##0. Hasil Pengujian 5M- tercantum dilampiran %.
)am*ar /.1. Hasil Pengujian 5M-, ! : negati
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
38/49
membantu menaikkan kebasaan, penyerapan penetrasi, pengemulsi, dan daya
bersih atau pembersih, serta pada kondisi tertentu dapat melarutkan substansia
yang tidak larut. Pada susu mastitis terjadi penambahan jumlah leukosit sehingga
pHnya lebih alkalis. Peningkatan reaksi tersebut diduga bila ditambahkan suatu
zat aktif maka, misalnya al&yl aryl sul$onat , akan bereaksi dengan sel3sel somatic
susu, termasuk leukosit, akibatnya terjadi kenaikan konsentrasi susu menjadi lebih
viscous (kental dan menjadi gel. 6eaksi antara al&yl arylsul$onat akan
membentuk gel yang kental. !l&yl arylsul$onat mempunyai sensiti
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
39/49
Pengambilan sampel susu yang benar dapat memberikan hasil pengujian
susu yang lebih efisien. Pengambilan sampel dengan jumlah yang kurang
menenuhi tidak bisa memberikan hasil yang efisien. Besar kecilnya jumlah
sampel sangat dipengaruhi oleh macam dari penelitian itu sendiri. Polit Hungler
(%& menyatakan baha semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik
dan representatif hasil yang diperoleh. *engan kata lain semakin besar sampel,
semakin mengurangi angka kesalahan.
/. Penanganan Mast&t&s #u*kl&n&s
/..1 Pen5egahan
-indakan pencegahan yang dilaksanakan di BBPP Batu sudah baik namun
kejadian mastitis dapat berulang kembali pada ternak sapi perah. -indakan yang
tepat untuk mencegah hal tersebut dengan diterapkannya Biosecurity yang baik
meliputi sanitasi kandang, sanitasi peralatan pemerahan yang baik, serta proses
pemerahan yang benar, kebersihan petugas pemerahan dan pembuangan limbah.
/..1.1 #an&tas& $an+ang
7anitasi yang dilakukan di BBPP dengan membersihkan lantai kandang
dilaksanakan secara rutin dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. 'egiatan
membersihkan kandang tersebut bertujuan untuk meminimalkan kotoran yang
menempel pada bagian sekitar ambing sehingga mengurangi resiko masuknya
bakteri3bakteri patogen dalam ambing melalui puting ketika sapi sedang dalam
kondisi berbaring di lantai. 7umber patogen dari lingkungan termasuk kotoran
sapi, tempat pakan dan minum sapi serta material untuk alas tidur sapi. !las tidur
sapi merupakan sumber patogen lingkungan dalam peternakan sapi perah yang
memacu terjadinya mastitis jika ujung puting sapi sering dan lama kontak
dengannya. Bakteri Streptococci dan coli$orm yang merupakan patogen
lingkungan dapat hidup dan berkembang pada alas tidur dari bahan organik.
+erami yang digunakan sebagai alas tidur dapat mendukung pertumbuhan
Streptococcus uberis, sementara bahan gergajian kayu dan kotoran yang didaur
ulang umumnya meningkatkan jumlah E. coli dan )lebsiella sp (7ubronto, "##&.
&
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
40/49
Penyemprotan desinfektan berupa vidone setiap kali dilakukan pembersihan
kandang oleh petugas di BBPP merupakan tindakan yang baik karena dapat
mengurangi potensi penularan penyakit dari lingkungan kandang. idone
merupakan desinfektan dan antiseptik untuk desinfeksi kandang. Pemberian
desinfektan bertujuan untuk mengurangi penularan penyakit dengan membunuh
bibit penyakit, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh 7ubronto ("##& baha
pemberian desinfektan tersebut akan membunuh bibit penyakit di kandang atau
lingkungan kandang.
/..1.2 #an&tas& Peralatan
7anitasi peralatan yang dilakukan oleh petugas di BBPP dengan
membersihkan peralatan pemerahan menggunakan air bersih, Peralatan
dibersihkan sampai bersih kemudian diberikan sabun cuci. Menurut +ames ("##),
4paya sanitasi peralatan dengan membuat ruang penampungan susu harus
terpisah atau jauh dari kandang, kemudian ruang dan alat penampungan susu
harus senantiasa bersih dan sebelum digunakan untuk menampung susu mil&
can harus dibersihkan dengan disikat dan disabun setelah itu dibilas dengan air
bersih dan dibilas lagi dengan air panas )#⁰5 atau larutan desinfektan, misalnya :
kaporit dosis "## ppm. 7etelah itu mil& can diletakkan terbalik di rak sampai
kering. Peralatan yang sudah dibersihkan diletakkan pada ruang penyimpanan.
4paya sanitasi peralatan yang dilakukan petugas di BBPP Batu kurang
efisien karena disebabkan kurangnya upaya petugas untuk membersihkan
peralatan. Pembersihan peralatan oleh petugas dilakukan dengan membilas dan
mencuci peralatan dengan air sabun, namun untuk pemberian desinfektan tidak
dilakukan dan air panas tidak diberikan ketika membilas peralatan. 'urangnya
upaya sanitasi peralatan oleh petugas dapat beresiko terhadap penularan penyakit
mastitis subklinis. Menurut -iari ("#%&, Peralatan yang digunakan dalam proses
pemerahan susu juga beresiko terhadap penularan mastitis.
)#
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
41/49
/..1.3 Pr-ses Pemerahan
Proses pemerahan yang baik harus dalam inter
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
42/49
inter
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
43/49
memerah, jika aktu pemerahan lebih cepat akan mengurangi tercemarnya
mikroba. !dapun kerugian menggunakan pemerahan dengan mesin perah yaitu
biaya untuk membeli mesin terlalu mahal dan jika semua mesin dinyalakan maka
listrik yang terpakai juga harus besar. Pemerahan susu dengan tangan ataupun
mesin mampu menularkan kuman dari satu sapi ke sapi lain. Pencegahannya
dengan tangan pemerah harus dicuci setiap kali akan memulai memerah dan
pindah dari satu sapi ke sapi berikutnya (7ubronto, "##&.
/..1. $e*ers&han Petugas
'ebersihan Petugas juga berperan penting sebagai resiko terjadinya
penularan penyakit, oleh karena itu kebersihan petugas menjadi tugas penting
dalam upaya penanganan mastitis subklinis. 'ebersihan petugas yang diterapkan
di BBPP Batu dengan memperlakukan petugasnya untuk selalu bersih. Mencuci
tangan dengan sabun sebelum atau sesudah pemerahan untuk mencegah penularan
penyakit. -indakan kebersihan petugas merupakan tindakan sanitasi, seperti
sebelum pekerjaAtamu masuk ke dalam kandang mencuci tangan menggunakan
sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki
(sandalAsepatu boots khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas kaki
dalam desinfektan menggunakan antisep dan medisep yang merupakan antiseptik.
Pemerah yang kurang memperhatikan kebersihan tubuhnya memungkinkan
infeksi mastitis terjadi akibat tangan pemerah yang tidak bersih dan
terkontaminasi dengan bakteri penyebab mastitis. Menurut 7udono dkk ("##&
baha kebersihan pemerah harus diutamakan karena melalui pemerah dapat
terjadi penularan mastitis akibat kontak bakteri antara pemerah dan sapi yang
diperah.
'ebersihan Petugas di BBPP Batu sudah cukup baik, karena setiap petugas
sudah menjaga dirinya agar tetap bersih. Membersihkan tangan dengan sabun
rutin dilaksanakan oleh para petugas di BBPP Batu. Hal3hal sederhana itu
sebenarnya juga dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit. 'ebersihan
begitu penting untuk mengurangi resiko penularan penyakit.
)&
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
44/49
/..1./ Pem*uangan L&m*ah
Pembuangan limbah merupakan tindakan untuk mencegah penularan
penyakit. 7etiap pemerahan akan menghasilkan sebuah limbah yang dapat
menjadi resiko penularan penyakit. >imbah pemerahan dibuang ketika selesainya
proses pemerahan. Pembuangan limbah di BBPP Batu diletakkan pada kandang
pemerahan sehingga pada saat pemerahan limbah dapat langsung dibuang.
Menurut 7iregar (%&, manajemen pembuangan limbah dapat dimulai dari
pembuatan selokan atau drainase lebarnya minimal )# cm. 'edalaman selokan
atau drainase "#? "2 cm. >antai bagian belakang dan disekeliling kandang harus
dilengkapi selokan supaya air pembersih kandang dan air untuk memandikan sapi
mudah mengalir menuju bak penampungan, selokan dibuat dengan lebar "# cm
dan kedalaman %2 cm yang dimaksudkan untuk memudahkan pembuangan
kotoran yang cair, air minum maupun air untuk memandikan sapi. Blakely dan
Bade (%$ mengatakan baha selokan harus cukup lebar agar kotoran yang
berasal dari kandang dapat keluar dengan cepat.
Pembuangan limbah menjadi peran penting untuk mencegah resiko
penularan penyakit. >imbah yang berasal dari sapi yang terjangkit mastitis
subklinis menjadi resiko dalam penularan penyakit. >imbah sapi harus dapat
dibuang agar dapat mengurangi resiko penularan penyakit. Pembuangan limbah
yang buruk dapat mengakibatkan penularan penyakit mastitis subklinis.
Pembuangan limbah di BBPP Batu sudah menerapkan sistem pembuangan yang
baik dengan membuat selokan atau drainase pada setiap kandang pemerahan.
7elokan berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah yang berasal dari sapi
ataupun dari petugas pemerahan. Pembuangan limbah dalam sebuah peternakan
sapi perah menjadi peran penting untuk mencegah kontaminasi bakteri3bakteri
masuk kedalam ambing sapi sehingga menyebabkan timbulnya penyakit mastitis
subklinis. Manajemen pembuangan limbah yang baik dapat mengurangi resiko
kontaminasi bakteri yang masuk kedalam ambing sehingga mengurangi kejadian
terjadinya penyakit mastitis subklinis.
))
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
45/49
/..2 Peng-*atan
-indakan pengobatan yang dilakukan untuk penangan mastitis di BBPP
Batu adalah pemberian antibiotik secara intramammari dengan memberikan obat
antibiotik. Pengobatan dimulai berdasarkan pemeriksaan data populasi sapi dan
data indi
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
46/49
patogen subklinis yang responsif terhadap pengobatan intramammary
menggunakan produk antibiotik yang tersedia secara komersial. 'eputusan untuk
mengobati mastitis subklinis tergantung pada jenis patogen yang muncul dan
upaya diagnosa yang cocok yaitu dengan uji kultur air susu sapi untuk
mengidentifikasi bakteri penyebab mastitis subklinis yang harus dilakukan
sebelum melakukan pengobatan. pengobatan kasus subklinis hanya disarankan
untuk hean yang memiliki probabilitas tinggi untuk sembuh. 7ecara
keseluruhan, pengobatan merupakan aspek penting dari kontrol mastitis tetapi
pelaksanaan praktik pengelolaan yang mengurangi transmisi patogen subklinis
selalu lebih hemat biaya (Milner, %/.
!dapun pemberian antibiotik yang dilakukan oleh petugas pada masa
kering kandang. -indakan pemberian antibiotik pada saat periode kering
merupakan salah satu alternatif kebijakan dalam pengendalian mastitis subklinis
di lapangan, disebabkan karena pada aal periode kering hingga "3& minggu
sebelum melahirkan, ambing mengalami stres karena kelenjarnya harus memecah
dan menyerap susu yang tersisa dan jutaan sel3sel mati yang disekresikan. Padamasa ini, ambing sangat rentan terkena infeksi baru, sekitar )#32#1. Penelitian
membuktikan baha pengobatan pada saat kering dapat menurunkan jumlah
infeksi baru sampai (aldner "##/. +umlah kasus mastitis pada kelompok
ternak yang diberi antibiotik pada saat kering lebih sedikit jika dibandingkan
dengan kelompok yang tidak diberi antibiotik (Bhutto, "#%%. 'ombinasi antara
tindakan pemberian antibiotik, karakteristik sapi, fasilitas peternakan dan
manajemen pada saat kering akan berpengaruh terhadap tingkat kejadian mastitis
pada periode laktasi berikutnya (=reen, "##/. Pengendalian mastitis secara dry
co terapi (pengobatan saat periode kering dan disertai dengan manajemen
pemerahan yang baik dapat menekan kejadian mastitis subklinis dan menaikkan
produksi susu (7upar !riyanti "##$. -indakan pemberian antibiotik pada saat
kering memiliki beberapa keuntungan yaitu pertama tingkat keberhasilan
pengobatan jauh lebih tinggi dibandingkan pada saat laktasi seperti halnya yang
dikemukakan aldner ("##/ yaitu sebesar $#3#1. Pemberian antibiotik pada
)0
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
47/49
saat laktasi mempunyai tingkat keberhasilan lebih rendah yaitu sekitar )#1F
kedua dosis yang digunakan dalam tindakan pengobatan dapat lebih tinggi dan
aman, karena aktu retensi obat di dalam ambing menjadi lebih lamaF ketiga
risiko kontaminasi antibiotik ke dalam susu dapat dihindari karena susu tidak
diperahF dan keempat merupakan cara terbaik untuk mengobati mastitis subklinis
dan mastitis kronis yang sulit dilakukan pada masa laktasi.
)am*ar /.2. Pemberian ;bat 7ecara Intramammari
)/
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
48/49
BAB >I
PENUTUP
0.1 $es&m%ulan
%. Metode *iagnosis mastitis subklinis dilakukan di BBPP dengan
menentukan anamnesa, inspeksi, palpasi dan 4ji 5M-. Metode diagnosa
yang efektif mendiagnosa mastitis subklinis adalah dengan uji 5M-. 4ji
5M- memberikan hasil positif pada %) ekor sapi dari & ekor sapi 8H
masa laktasi di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu.
". Penanganan yang dilakukan dengan penerapan biosekuriti yang baik
meliputi sanitasi kandang dan sanitasi peralatan pemerahan yang baik,
serta proses pemerahan yang benar. Pengobatan dilakukan dengan
pemberian antibiotik yang mengandung Procaine Penicillin = "2#.### I4,
*ihydrostreptomycin ""2 mg yang digunakan untuk terapi mastitis yang
diberikan pada periode laktasi secara intramammari sehari sekali pada saat proses pemerahan susu di pagi atau siang hari selama tiga hari berturut3
turut dengan dosis : % (satu jarum suntik dari obat antibiotik per kuartil
(sapi.
0.2 #aran
%. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk petugas
pemerah susu mengenai proses pemerahan susu yang baik dan benar.
". Perlu adanya pemeriksaan 4ji mikrobioligi untuk identifikasi agen
penyebab penyakit yang tidak dilakukan petugas di BBPP yang memiliki
keuntungan untuk menambah peneguhan diagnosa penyakit dan dapat
menentukan obat antibiotik yang tepat untuk pengobatan penyakit mastitis
subklinis.
)$
-
8/19/2019 proposal pkl mastitis.doc
49/49
&. Perlu dilakukan handling sapi yang bagus agar ternak seteleh diperah tidak
langsung merebahkan tubuhnya.
). Perlu adanya peningkatan terhadap sanitasi peralatan oleh petugas
pemerahan.