Proposal PKL Lita Oktatiurma

download Proposal PKL Lita Oktatiurma

of 24

Transcript of Proposal PKL Lita Oktatiurma

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    1/24

    PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG

    PROGRAM MANAJEMEN KESEHATAN PADAKUDA DI ARTHAYASA DEPOK

    Oleh :

    LITA OKTATIURMA

    NIM.125130101111045

    PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

    PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    2/24

    i

    LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

    PROGRAM MANAJEMEN KESEHATAN PADAKUDA DI ARTHAYASA DEPOK

    Oleh :

    LITA OKTATIURMA

    NIM.125130101111045

    PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

    PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    3/24

    iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………....ii 

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv

    DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG ………………………………………v 

    BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

    1.3 Tujuan ............................................................................................... 2

    1.4 Manfaat ............................................................................................. 2BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4

    2.1 Klasifikasi Kuda ............................................................................... 4

    2.2 Manajemen Pemeliharaan Kuda ...................................................... 5

    2.2.1 Sistem Perkandangan ............................................................. 5

    2.2.2 Manajemen Pakan ................................................................. 7

    2.3 Penyakit Yang Umum Menyerang Pada Kuda ……………………..8 

    2.3.1 Kolik ....................................................................................... 8

    2.3.2 Vulnus .................................................................................. 10

    2.3.3 Founder (Laminitis)............................................................... 10

    2.3.4 Dehidrasi .............................................................................. 10

    2.3.5 Tendinitis (Bowed Tendon) ………………………………...12 

    2.3.6 Tetanus ……………………………………………………...12 

    2.3.7 Cacingan (cacing gelang atau cacing putih / Ascarids) …….13 

    2.4 Definisi Pencegahan Penyakit ……………………………………..13 

    2.5 Program Medikasi Penyakit Pada Kuda …………………………..14

    BAB 3. METODE KEGIATAN .................................................................... 16 

    3.1 Waktu dan Tempat PKL ................................................................. 16

    3.2 Metode Pengambilan Data ............................................................. 16

    3.3 Kegiatan PKL .................................................................................. 16

    3.4 Biodata Peserta PKL ...................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    4/24

    iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    2.1 Perkiraan persentase dehidrasi berdasarkan pemeriksaan fisik ................ 11

    3.1 Jadwal Kegiatan PKL mahasiswa Program Kedokteran Hewan

    Universitas Brawijaya ............................................................................... 17

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    5/24

    16

    DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG

    Simbol/singkatan Keterangan

    cm

    CPK

    m

    SGOT

    %

    Centimeter

    Creatin Posfo Kinase

     Meter

    Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

     Persentase

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    6/24

    17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kuda ( Equus caballus atau Equus ferus caballus) telah dikenal banyak

    orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan

    sebagai hewan piara, hewan olahraga ataupun sebagai sarana transportasi. Hal

    itu disebabkan karena kuda adalah hewan yang mudah diatur, dikendalikan

    dan ramah terhadap makhluk sekitarnya termasuk manusia (Ningtiyas,2011).

    Populasi kuda di Indonesia adalah ± 400 ribu ekor yang tersebar di beberapa

    daerah seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua dan Nusa

    Tenggara (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2015). Bangsa Kuda di

    Indonesia saat ini umumnya adalah hasil persilangan kuda lokal (kuda sandel)

    dengan bangsa kuda Eropa, Arab atau kuda Thoroughbred (Ningtiyas,2011).

    Melihat nilai kuda yang tinggi dan berharga, mengakibatkan setiap

     peternak dan pemilik kuda harus menjaga kondisi kesehatan kuda sebaik

    mingkin. Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga kondisi

    kesehatan kuda adalah dengan menerapkan manajemen kesehatan yang tepat.

    Kuda yang sejahtera, layaknya manusia akan tahan serangan penyakit,

    kondisinya akan cepat membaik setelah sakit atau terluka, tahan kerja dan

    tekanan pada umumnya hidupnya lebih baik disbanding kuda yang tidak

    terurus (McBane, 1994).

    Standar manajemen kesehatan kuda umumnya mengacu pada negara-

    Manajemen kesehatan kuda juga telah dilakukan di Indonesia contohnya di

    Arthayasa Stable.

    Istilah Stable dapat diartikan sebagai suatu peternakan kuda. Selain

     bergerak di bidang peternakan, umumnya Stable  juga bergerak di bidang

    olahraga berkuda sehingga diperlukan perawatan khusus bagi kuda untuk

    menghasilkan kuda yang berprestasi baik. Beberapa Stable  yang besar

     biasanya menyediakan fasilitas penitipan untuk kuda-kuda tamu dari dalam

    dan luar negeri yang akan mengikuti perlombaan di daerah tersebut. Oleh

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    7/24

    18

    karena itu setiap Stable yang besar dan maju akan berusaha menerapkan

    manajemen kesehatan kuda sesuai dengan standar yang dianjurkan.

    Pelaksaan Praktek Kerja Lapang Di Arthayasa Stable Depok mengenai

    majemen kesehatan kuda sangatlah penting. Manajemen kesehatan kuda

    merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan didalam memelihara

    kuda. Informasi mengenai manajemen kesehatan kuda yang diterapkan sangat

    dibutuhkan sehingga dilakukanlah kegiatan Praktek Kerja Lapang ini.

    1.2 Rumusan masalah

    1.  Kasus apa saja yang terjadi dan ditemukan pada kuda di Arthayasa Stable

    Depok?

    2.  Bagaimana manajemen kesehatan dalam menjaga kesehatan dan menekan

    kemunculan penyakit pada kuda di Arthayasa Stable Depok?

    1.3 Tujuan

    1.  Mengetahui kasus penyakit yang menyerang pada kuda di Arthayasa

    Stable Depok..

    2.  Mengetahui manajemen kesehatan dalam menjaga kesehatan dan menekan

    kemunculan penyakit pada kuda di Arthayasa Stable Depok.

    1.4 Manfaat

    1. 

    Menambah wawasan mengenai kasus penyakit yang menyerang pada kuda

    di Arthayasa Stable Depok.

    2.  Menambah wawasan mengenai manajemen kesehatan pada kuda di

    Arthayasa Stable Depok.

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    8/24

    19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi Kuda

    Kuda merupakan salah satu jenis ternak besar yang termasuk hewan

    herbivore non-ruminansia. Ternak ini bersifat nomaden, kuat dan mampu

     berjalan sejauh 16 km dalam sehari untuk mencari makan dan air minum

    (Putri, 2011). Blakely and Bade (1991) menyatakan bahwa klasifikasi

    zoologis kuda adalah :

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Chordata

    Class : Mammalia

    Ordo : Perissodactyla

    Family : Equidae

    Genus : Equus

    Spesies : Equus caballus 

    Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar.

    Kuda domestikasi ( Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara

    manusia untuk digunakan dan diambil manfaatnya. Sedangkan kuda liar

    ( Equus ferus caballus) adalah kuda yang masih hidup di alam liar (Kidd,

    1985).

    Pengelompokan kuda berkembang pesat berdasarkan berbagai hal seperti

    kemampuan dalam beraktivitas yaitu cold blood, hot blood dan warm blood ,

     berdasarkan ukuran tubuh seperti light horses, draught horses dan ponies 

    (Kacker, 1996), jenis aktivitas seperti work horses dan  sport horses, asal

    daerah seperti Kuda Arab, Kuda Eropa, Kuda Asia dan Kuda Amerika.

    Pengelompokan terakhir adalah berdasarkan breed , yaitu kuda yang telah

    dikawin silangkan dengan kuda jenis lain dan dihasilkan kuda jenis baru yang

     berkualitas baik. Breed yang terkenal antara lain  Arab, Thorughbred, Anglo-

    arab dan Shire (Kidd, 1985).

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    9/24

    20

    Kuda yang terdapat di wilayah Asia Tenggara termasuk ke dalam ras

    Timur karena memiliki bentuk tengkorak yang kecil. Hal tersebut berbeda

    dengan kuda ras Eropa yang memiliki tengkorak kepala yang besar. Melihat

     bentuk wajahnya, kuda ras Timur diduga merupakan keturunan kuda Mongol.

    Kuda Mongol diperkirakan merupakan keturunan jenis kuda Przewalski yang

    ditemukan tahun 1879 di Asia Tengah (Soehardjono, 1990).

    Keadaan fisik kuda yang terdapat di Indonesia beraneka ragam karena

    dipengaruhi oleh keadaan geografis wilayahnya. Kuda-kuda di Indonesia

    memiliki ukuran tubuh yang tidaklah terlalu besar yaitu bertinggi badan 1,13

    m hingga 1,33 m, hal ini disebabkan karena Indonesia berada di daerah

     beriklim tropis (Soehardjono, 1990). Dari ukuran tersebut maka kuda

    Indonesia termasuk ke dalam jenis kuda poni.

    2.2. Manajemen Pemeliharaan Kuda

    Sasaran utama dalam manajemen pemeliharaan kuda adalah

    tercapainya suatu tingkat kesiapan operasi, tugas-tugas yang jelas dan tenaga

    yang menangani pemeliharaan, standar dan prosedur pemeliharaan

    sebagaimana yang tertera dalam buku petunjuk masing-masing alat,

    tersusunnya standar pemeliharaan untuk menghindari kerusakan yang

     berulang dan dapat memperkirakan waktu perbaikan yang diperlukan serta

     pengendalian biaya pemeliharaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

    manajemen pemeliharaan adalah pemberian pakan yang tepat dan seimbang,

    sistem perkandangan yang baik, sistem perkawinan yang terkontrol,

    kesehatan hewan secara rutin dan tatalaksana pemeliharaan (McBane, 1994).

    2.2.1 Sistem Perkandangan

    Kandang harus lebih tinggi minimal satu kaki di atas daerah

    sekitarnya untuk memperlancar saluran pembuangan air. Kandang

    sering menjadi banjir jika saluran pembuangan air tidak baik, selain itu

    saluran pembuangan air yang tidak lancar juga menyebabkan kondisi

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    10/24

    21

    kandang menjadi lembab. Kelembaban kandang yang tinggi dapat

    menyebabkan kuda mudah terserang penyakit (Brady et al ., 2010).

    Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin

    tinggi dari lantai, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik.

    Tinggi atap kandang minimal adalah 12 kaki atau sama dengan 3,66 m.

    Ketersediaan udara yang baik dalam kandang sangat dibutuhkan karena

    kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat

     penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan

    mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Tipe atap kandang dengan

    ventilasi yang baik adalah tipe  gable , dimana atap berbentuk puncak.

    Jendela pada kandang kuda harus berasa pada posisi sejajar dengan

    kepala kuda. Bagian kandang harus tersedia air bersih. Kandang juga

    harus memiliki system pembuangan kotoran yang baik dan adanya

    ketersediaan listrik untuk lampu, kipas angin dan lain sebagainya

    (McBane, 1991).

    Jenis alas kandang (bedding) yang digunakan tergantung pada

    ketersediaan, harga dan kesesuaian material. Serutan kayu dan jerami

    merupakan bahan alas kandang yang sangat baik, namun dapat menjadi

    mahal atau sulit didapat. Bahan-bahan lain yang dapat digunakan

    sebagai alas kandang adalah gambut, sekam padi, . sekam kacang,

    serbuk gergaji dan bubur kertas (Brady et al ., 2010). Alas kandang kuda

    harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk

    gergaji atau jerami. Alas kandang berfungsi untuk melindungi kuda

    ketika sedang menggulingkan badannya, memberikan kehangatan dan

    kenyamanan, serta melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olahraga

    dan kuda pacu. Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas

     pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan

     pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam

     pengawasan kuda (McBane, 1991).

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    11/24

    22

    Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya

     berukuran minimal 5x5 m2, sedangkan untuk kuda poni berukuran

    minimal 3,7x3,0 m2. Selain itu bangunan kandang juga sebaiknya

    memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang

    harus kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua

     bagian yaitu bagian bawah yang tertutup dan bagian atas yang berkisi,

    sehingga kandang tetap aman dan ventilasi baik. Kuda muda atau anak

    kuda lebih baik jika berada dalam kandang kelompok, karena kuda

    muda yang berada dalam kandang individu dan jarang beraktivitas akan

    mengalami kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan dan

    tempat minum harus rutin dilakukan (Morel, 2008).

    2.2.2 Manajemen Pakan

    Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan

    hidup dan pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan salah satu

    faktor penting. Pakan yang biasanya dikonsumsi oleh kuda adalah

    hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan dengan kandunganserat tinggi. Hijauan dapat berupa rumput dan legume. Konsentrat

    adalah campuran pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18 %

    dan tinggi protein. Kuda dapat mengkonsumsi hijauan untuk hidup

     pokoknya sebanyak 1,5-2% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5%

     bobot badan (NRC, 1989).

    Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan

    fungsi kuda tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat

    kelompok, yaitu satu sampai enam bulan, 6-12 bulan, 12-24 bulan dan

    diatas 24 bulan. Kuda yang berumur satu sampai enam bulan tidak

    disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan

    induknya. Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan

     pakan yang cukup banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya.

    Induk menyusui dan induk bunting memerlukan pakan tiga kali lipat

    terutama untuk vitamin dan mineral, kacang-kacangan dan bungkil

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    12/24

    23

    yang dapat membantu pembentukan air susu dalam jumlah yang cukup.

    Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan dua hingga tiga kali

    sehari yaitu pagi,siang dan sore hari tergantung dari kuda dan fungsi

    kuda tersebut (Jacoeb, 1994).

    2.3 Penyakit Yang Umum Menyerang Pada Kuda

    Secara umum, penyakit adalah gangguan kesehatan. Ditinjau dari

    asalnya, penyakit dapat di kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu penyakit

    yang disebabkan oleh infeksi dan penyakit yang disebabkan oleh non-infeksi.

    Penyakit karena infeksi dapat disebabkan oleh adanya bakteri, virus dan

     jamur. Sementara itu, penyakit karena non-infeksi merupakan penyakit yang

    disebabkan oleh keadaan tubuh itu sendiri, seperti alergi dan ketidak

    seimbangan hormon (Maswarni dan Nofiar, 2014). 

    2.3.1 Kolik

    Salah satu penyakit yang sering menyerang kuda adalah kolik.

    Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebih, minum

     berlebih pada waktu panas, makanan berjamur dan investasi cacing

    gelang. Usus terhalang atau terjepit dan menimbulkan rasa sakit,

    sedangkan kuda sangat sensitif. Tanda-tandanya adalah bergerak terus

    menerus, kesakitan, berkeringat, berguling-guling dan tentu saja adanya

    rasa tidak nyaman. Tanda-tanda lainnya adalah kuda menolak untuk

    makan (Blakely dan Bade, 1991).

    Ada beberapa macam kolik diantaranya adalah kolik

    konstipasi, spasmodic, timpani, sumbatan, lambung, dan trombo-

    emboli. Kolik konstipasi (impaksio kolon) terjadi karena kurang

     bermutunya kualitas pakan, kurangnya jumlah air yang diminum,

    kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang kurang baik

    sehingga pakan tidak dapat dikunyah dengan sempurna, setelah operasi,

    setelah pengobatan cacing dan pada anak kuda yang baru dilahirkan

    karena retensi mukoneum. Pada kolik ini kebanyakan dijumpai

    timbunan pakan atau benda-benda lain dalam flexura pelvina (Media

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    13/24

    24

    Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Kolik spasmodic disertai

    dengan rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi

    terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan

    gerak peristaltik usus sehingga menyebabkan tergencetnya syaraf.

    Kenaikan peristaltik ini dapat menyebabkan diare.

    Kolik timpani (Flatulent Colic) ditandai dengan tertimbunnya

    gas yang berlebihan pada kolon dan sekum. Pembebasan gas yang

    tertimbun terhalang oleh perubahan lain dari saluran pencernaan (Media

    Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Kolik sumbatan ditandai

    dengan adanya ingesta yang terhalang di usus oleh adanya batu usus

    atau bola serat kasar. Kolik ini juga ditandai dengan adanya rasa sakit

    yang berlangsung secara progresif, penurunan kondisi dan gejala

    autointoksikasi. Pada kasus ini jika dilakukan eksplorasi di dalam

    rektum maka akan dijumpai rektum yang kosong sedang timbunan

    masa feses terdapat di fleksura (Media Komunikasi Dokter Hewan

    Indonesia, 2007).

    Kolik lambung terjadi akibat meningkatnya volume lambung

    yang berlebihan. Kolik ditandai dengan ketidaktenangan, anoreksia

    total (berkurangnya nafsu makan), rasa sakit yang terjadi mendadak

    atau sedikit demi sedikit, muntah. Kolik trombo-emboli terjadi akibat

    gangguan aliran darah kedalam suatu segmen usus, sebagai akibat

    terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva cacing Strongylus

    vulgaris. Terbendungnya saluran darah oleh thrombus dan

    embolus mengakibatkan terjadinya kolik spasmodic yang rekuren,

    sedangkan atony (berkurangnya tonus otot yang normal) segmen usus

    mengakibatkan terjadinya kolik konstipasi (Media Komunikasi Dokter

    Hewan Indonesia, 2007). Gejala kolik dapat dicegah dengan pemberian

     pakan yang baik, jadwal pemberian pakan yang tepat, pemberian air ad

    libitum, perawatan gigi, pemberian obat cacing secara reguler,

     pemberian pakan yang sedikit mengandung karbohidrat, dan tidak

    mengubah bahan pakan secara tiba-tiba (Sikar, 2002). 

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    14/24

    25

    2.3.2 Vulnus

    Luka atau vulnus  dapat didefinisikan sebagai gangguan

    terhadap kontinuitas suatu jaringan, umumnya diakibatkan oleh trauma.

    Luka dapat terjadi akibat goresan, tusukan atau robek .Vulnus ditandai

    dengan adanya kerusakan atau hilangnya jaringan epidermal, epidermis

    dan dermis bagian atas atau seluruh epidermis dan dermis dan dapat

    terjadi pada jaringan yang lebih dalam dari kulit (Heidmann 2006).

    Carville (1998) menyatakan bahwa kasus vulnus biasanya

    disebabkan oleh trauma benda tajam seperti paku, batang pohon, kawat

     pagar, atau benda tumpul misalnya batu dan tali pelana.Kausa ini

    mengakibatkan rusaknya jaringan kulit seperti epidermis, dermis,

     bahkan jaringan di bawahnya. Kulit berfungsi sebagai barier dari

    kontaminan yang terdapat di lingkungan.Kerusakan jaringan kulit akan

    mengakibatkan kerusakan organ di bawahnya. Kerusakan ini juga dapat

    menjadi pintu masuk terjadinya infeksi.

    2.3.3 Founder (Laminitis)

    Founder (Laminitis) Laminae bertanduk dari kuku kuda yang

    dipenuhi oleh aliran darah, menyebabkan berjalan yang tidak normal.

    Tiba-tiba timbul kepincangan yang sangat sakit pada kaki depan,

    kadang-kadang juga pada keempat kaki, yang diikuti oleh pertumbuhan

    kuku yang cepat yang harus seringkali dipotong.  Founder  berkaitan

    dengan kebiasaan makan yang berlebihan, perubahan pakan secara

    drastis, kekurangan latihan fisik, metritis (radang uterus pada kuda

     betina yang baru saja beranak), dan minum air yang sangat dingin pada

    saat kuda sedang kepanasan. Pengobatan dapat dilakukan dengan

    mengajak berdiri dalam kubangan atau air dingin untuk mengurangi

     pembengkakan pembuluh darah. Pengobatan hipodermik kemungkinan

     juga efektif, tetapi pada kebanyakan kasus, kerusakan tidak dapat

    diperbaiki dan satu-satunya pengobatan adalah pemberian sepatu kuda

    yang sesuai (Blakely dan Bade, 1991).

    2.3.4 Dehidrasi

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    15/24

    26

    Dehidrasi didefinisikan sebagai kekurangan cairan tubuh yang

    diikuti oleh kehilangan elektrolit dan perubahan keseimbangan asam-

     basa (Lorenz et al, 1987). Penentuan tingkat dehidrasi sangat dibantu

    dari menimbang berat badan hewan secara kontinyu. Pengamatan fisik

    sangat sulit untuk menentukan tingkat dehidrasi. Selama proses

     penyakit yang berlangsung akut, pemeriksaan fisik klasik tidak

    menemukan terjadinya perubahan dari hewan. Perkiraan tingkat

    dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Perkiraan persentase dehidrasi berdasarkan pemeriksaan fisik

    Perkiraan persentase

    dehidrasi

    Temuan Pengamatan fisik

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    16/24

    27

    fisik dan dikonfirmasi dari pemeriksaan laboratorium, sejarah makan

    dan minum dan jumlah air yang keluar sebagai urin atau dari saluran

    cerna. Gejala klinis kehilangan cairan tubuh tidak akan terdeteksi

    sampai tubuh kehilangan cairan mencapai 5 persen dari total berat

     badan. Kehilangan yang meningkat sampai melebihi 7%, akan

    menyebabkan kulit pada mata masuk ke kantung mata (mata cekung)

    dan elastisitas kulit menurun. Berat ringannya gejala yang muncul

    tergantung prosentase cairan yang hilang. Sirkulasi akan kolap jika

    kehilangan cairan tubuh mencapai 15%, sedangkan jika sampai

    mencapai 20% hewan akan mati .

    2.3.5 Tendinitis (Bowed Tendon)

    Penyakit ini merupakan pembesaran tendon yang berada di

     belakang tulang cannon  pada kaki depan dan belakang. Bagian yang

     paling sering terserang adalah kaki depan dan terletak tepat dibawah

    lutut, tepat diatas  fedlock , atau diantaranya. Keseleo berat merupakan

     penyebabnya, karena langkah yang panjang dan lemah: teracak kakiyang terlalu panjang; kehabisan tenaga akibat kecelakaan atau latihan

    yang dipaksakan; kelelahan otot pada akhir pacuan kuda yang panjang;

     penggunaan sepatu kuda yang kurang baik; atau kuda yang badannya

    terlalu besar dibandingkan struktur kakinya. Tanda-tanda tendinitis akut

    timbulnya cepat. Segera setelah luka, atau bahkan pada saat terjadinya

    luka, kuda akan pincang, menyangga tumit dalam posisi miring untuk

    menghilangkan tekanan. Bila diraba akan terasa panas, bengkak, dan

    sakit (Blakely dan Bade, 1991).

    2.3.6 Tetanus

    Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif yaitu

    Clostridium tetani  yang merupakan bakteri yang bersopra. Dijumpai

     pada tinja binatang terutama kuda, juga bias pada manusia dan pada

    tanah yang terkontaminasi tinja binatang tersebut. Spora ini dapat tahan

     beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Diagnosis tetanus dapat

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    17/24

    28

    diketahui dari pemeriksaan fisik berupa : gejala klinik yaitu kejang

    tetanic, trimus, dysphagia, risus sardonicus, adanya luka yang

    mendahulunya, pada saat kultur baktteri positif Clostridium tetani, dan

     pemeriksaan lab dengan SGOT, CPK meninggi serta dijumpai

    myoglobinuria.

    Tetanus dan kejang-kejang merupakan salah satu penyakit

    yang paling membahayakan ternak kuda. Penyakit ini dapat dicegah

    dengan cara melakukan vaksinasi. Vaksinasi harus dilakukan secara

    rutin dan teratur. Vaksinasi dilakukan berulang kali dan dengan jenis

    yang berbeda karena vaksinasi berlaku spesifik untuk setiap penyakit

    (Drummond, 1988).

    2.3.7 Cacingan (cacing gelang atau cacing putih / Ascarids )

    Cacing gelang atau cacing putih ( Ascarids) adalah cacing yang

    hidup pada usus halus dan merupakan parasit terbesar dalam usus tetapi

    cacing ini tidak menyebabkan kerusakan pada usus.

    Salah satu jenis cacing gelang yang sering menyerang kuda

    adalah  Parascaris equorum. Gejala yang ditimbulkan adalah kondisi

    kuda tidak tangkas dan mudah lelah, bulu kasar, sering terjadi gangguan

     pencernaan menumpuk pada usus halus sehingga kuda kelihatan seperti

    kolik, dan cacing sewaktu-waktu bisa mengganggu hati dan paru-paru.

    Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan, menempatkan

    kuda pada kandang atau lapangan rumput yang bersih, mengumpulkan

    kotoran pada tempat yang disediakan, serta menyediakan air yang

     bersih dan segar. Pemeriksaan telur cacing pada feses anak kuda akan

    menunjukkan negatif sampai umur tiga bulan sehingga pengobatan akan

    dilakukan pada saat anak kuda mulai mengkomsumsi rumput dan

    konsentrat. Pengobatan dianjurkan menggunakan karbon disulphida

    atau bisulphida. Obat cacing harus diberikan secara teratur walaupun

     belum menimbulkan gejala, bila gejala sudah muncul berarti kerusakan

     pada jaringan tubuh sudah terjadi (Maswarni dan Nofiar, 2014)

    2.4. Definisi Pencegahan Penyakit

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    18/24

    29

    Pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum

    kejadian. Menurut Kleinbaum et al ., (2001) pencegahan penyakit adalah

    tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi,

    membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan dengan menerapkan

    sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif.

    Penyebaran penyakit dipengaruhi oleh agen, lingkungan dan host.

    Agen penyakit yaitu biologis, nutrien, fisik, kultur, kimia, dan mekanisme,

    sedangkan lingkungan ada tiga jenis, yaitu lingkungan fisik (air, udara dan

    tanah), lingkungan sosial, dan lingkungan biologis (mikroorganisme,

    serangga dan tumbuh  –  tumbuhan), serta host dipengaruhi oleh umur, seks,

    ras, nutrisi, pekerjaan, keturunan, kekebalan dan kebiasaan (Edison, 2013).

     Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai

    masuknya agen penyakit ke induk semang atau upaya memastikan agen

     penyakit yang ditemukan dalam suatu peternakan secepatnya dimusnahkan

    agar tidak menyebar di dalam peternakan ataupun keluar peternakan /atau

    menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu

    laboratorium tidak mengkontaminasi atau tidak disalahgunakan misalnya

    untuk bioterorisme.  Biosecurity merupakan konsep integral yang

    mengurangi resiko masuknya penyakit menular maupun tidak menular

    (Blackwell, 2007).  Biosafety adalah usaha yang dilakukan agar orang yang

     bekerja dengan bahan biologi berbahaya terlindungi dari bahan bahaya

     biologi yang ditanganinya yang memiliki peran dalam pencegahan penyakit.

     Biosecurity dan biosafety dijalankan bersamaan, karena pada intinya

    biosecurity juga mendukung terlaksananya biosafety, begitu juga sebaliknya.

    2.5 Program Medikasi Penyakit pada Kuda

    Dokter hewan harus mempunyai kode etik berdedikasi dan minat

    dalam untuk memberikan perawatan baik terhadap satwa. Dokter hewan yang

    ditunjuk harus bertanggung jawab untuk memberikan inspeksi kesehatan

    rutin.

    Adapun program medikasi satwa yang menjadi tanggung jawab

    seorang dokter hewan meliputi (Donahue and Erik, 2007):

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    19/24

    30

    1. Memberi intruksi jelas kepada keeper dan  staff untuk cara perawatan dan

     pengobatan satwa.

    2. Memberi vaksin, obat anti cacing, dan obat - obatan lain untuk pencegahan

     penyakit.

    3. Mengambil sample darah dan kotoran satwa untuk diperiksa di

    laboratorium.

    4. Menyimpan data - data kesehatan satwa, persiapan untuk mengobati satwa

    yang sakit, memberi diagnosis yang cepat dan tepat serta memastikan data

    informasi harus tertulis dan disimpan untuk kebun binatang, bisa dilihat

    sewaktu-waktu. Misalnya : obat - obatan pencegahan penyakit yang diberikan

     pada saat operasi, dan metode pengobatan lainnya. Penemuan hasil patologi

    dan hasil post mortem apabila ada kematian satwa untuk mengetahui sebab-

    sebab dan penyakit.

    5. Melakukan pemeriksaan terhadap cara perawatan satwa sehari-harinya,

    gizi, nutrisi dan kebersihan. Tingkat perawatan satwa harus disesuaikan

    dengan kebutuhan animal welfare satwa.

    Desinfeksi merupakan suatu kegiatan untuk mematikan atau

    menghentikan pertumbuhan hama penyakit pathogen yang terdapat pada

     bermacam-macam permukaan (benda hidup dan benda mati) dengan

    menggunakan desinfektan. Cara mengaplikasikan desinfektansia meliputi

    oles,  fogging ,  spraying (semprot), dipping   (rendam/ celup),  spraying dan

    dipping (semprot dan rendam/ celup). Gunakan alat keselamatan kerja untuk

     petugas berupa masker, topi, sarung tangan karet, sepatu karet, dan alat-alat

    tambahan lain apabila diperlukan (Setio dan Takandjandji, 2006).

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    20/24

    31

    BAB III

    METODE KEGIATAN

    3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan

    Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di ARTHAYASA STABLES &

    COUNTRY mulai 18 Januari 2016 sampai dengan 12 Februari 2016 dan PKL

    ini dilaksanakan sesuai dengan hari kerja instansi terkait.

    3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan dan Pengambilan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan kajian

    dilakukan dengan mengumpul data yang bersifat primer maupun sekunder.

    Data primer diambil dengan cara:

    a. 

    Wawancara

    Wawancara dilakukan dengan cara berdiskusi bersama pihak-

     pihak terkait seperti dokter hewan yang menangani dilapangan.

     b.  Observasi

    Observasi dilakukan selama berlangsungnya kegiatan PKL

    dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung kondisi yang

    terjadi di lapangan.

    Adapun data sekunder didapat dengan cara melihat catatan kejadian

    tersebut, serta studi literatur dari jurnal, buku, serta penelusuran lain dengan

    memanfaatkan teknologi internet.

    c.  Pemeriksaan Feses

    Pemeriksaan feses dilakukan di laboratorium untuk mendeteksi

     parasit yang terdapat pada feses kuda.

    3.3 Kegiatan PKL

    Kegiatan PKL Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya

    yang dilakukan di ARTHAYASA STABLES & COUNTRY seperti tertera

    dalam Tabel 3.1 di bawah ini.

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    21/24

     

    32

    Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan PKL mahasiswa Program Kedokteran Hewan

    Universitas Brawijaya

    Kegiatan

    Bulan

    Oktober

    2015

    November

    2015

    Desember

    2015

    Januari

    2016

    Februari

    201

    Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. 

    Persiapan

    1.1 Orientasi Tempat

    Praktek Kerja Lapang

    1.2 Pembuatan dan

    Pengajuan Proposal

    Rencana Pelaksanaan

    Praktek Kerja Lapang

    kepada pihak PKH

    UB

    1.3 

    Pengajuan

    Proposal Rencana

    Pelaksanaan Praktek

    Kerja Lapang kepada

     pihak Balai

    Karantina Pertanian

    Kelas II Cilegon

    1.4  Pengiriman

    Proposal

    Praktek Kerja

    lapang

    2. 

    Pelaksanaan 

    2.1 Pelaksanaan

    Praktek Kerja Lapang

    3. 

    Pengumpulan data dan Evaluasi Hasil 

    3.1 pengumpulan data

    3.2 Evaluasi Hasil

    3.3 Analisa dan

     pengolahan data

    3.4 Penyusunan Hasil

    Laporan Kegiatan

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    22/24

     

    33

    3.4 Biodata Peserta Praktek Kerja Lapangan

    Peserta yang melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di

    ARTHAYASA STABLES & COUNTRY adalah :

     Nama : Lita Oktatiurma

     NIM : 125130101111045

    Program Studi : Kedokteran Hewan

    Universitas : Brawijaya

    Alamat : Perum. Taman Widya Asri Blok C3 No 11

    Serang - Banten

     No. Tlp : 085714037484

    Email : [email protected]

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    23/24

     

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    Blackwell, M. 2007. Production Biosecurity. Poultry International. 50-53.

    Blakely, J. & D. H. Bade. 1991.  Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada

    University Press, Yogyakarta.

    Carville,K. 1998. Wound Care Manual 3rd   edition. Western Australia : Silver

    Chain Foundation.

    Donahue, J. and T. Erik. 2007.  Political Animals: Public Art in American Zoos

    and   Aquariums. Lexington. 79.

    Drummond, M.1988.  Horse Care And Stable Management . The Crowood Press.

    Great Britain.

    Edison. 2013.  Pencegahan Penyakit. Sumatra Barat: Ilmu Kesehatan Masyarakat

    dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran. Universitas

    Andalas.

    Heidmann, P. 2006. The Skin. Didalam Higgins AJ, Snyder JR, dan Little wood

    (E.d) The Equine Manual 2nd. Elsevier Saunder : Philadelphia USA.

    Jacoeb,T.I.1994. Budidaya Ternak Kuda. Penerbit Kanisius. Jakarta. 24-35.

    Kacker,R , Panwar B .1996. Textbook Of Equine Husbandry.Vikas Publishing

    House . New Delhi.

    Kementrian Pertanian RI Sub Sektor Peternakan. 2015.  Populasi Kuda Menurut  

     Provinsi. Diakses 8 Oktober 2015, dari htttp://www.Pertanian.go.id 

    Kidd,J.1985.  International Encyclopedia Of Horse Breeds. Hp books Inc,

    London.

    Kleinbaum. 2001. Prevention of Disease. Academic Press. New York: USA.

    Maswarni; Nofiar, R. 2014.  Kuda: Manajemen Pemeliharaan dan 

     Pengembangbiakan . Jakarta Timur: Penerbit Swadaya.

    McBane,S.1991.  Horse Care And Ridding A Thinking Approach.

    Paperback.United Kingdom.

    McBane,S.1994. Modern Stables Management  Ward Lock. United Kingdom.

    http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/http://www.pertamina.go.id/

  • 8/18/2019 Proposal PKL Lita Oktatiurma

    24/24

     

    Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia. 2007. Kolik Pada Kuda. Diakses 16

    Oktober 2015, dari http://www.vet-indo.com 

    Morel, D. 2008.  Equine Reproductive Phsycology, Breeding and Study

     Management . United Kingdom. CAB 1 Publishing.

     National Research Council (NRC). 1989.  Nutrient Requirement Of Horses.

     National Academy Of Sciences.United Stated Of America.

     Ningtiyas, Sari Cipta. 2011. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus)

    Untuk Upacara Kenegaraan Dan Sarana Kesejahteraan Di Detasemen

     Kavaleri Berkuda (DENKAVKUD). Fakultas Peternakan.IPB.Bogor

    Putri,W.T.2011.  Manajemen Pemeliharaan Kuda Untuk Olahraga Polo Di Nusantara Pulo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong Kabupaten

     Bogor. IPB Press. Bogor.

    Setio, Pujo., dan Takandjandji, Mariana. 2006.  Konservasi Ex- Situ Burung

     Endemik  

     Langka Melalui Penangkaran. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil

    Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang. 51-

    58. 

    Sikar, S.2012.  Bahan Kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner II . FakultasKedokteran Hewan. Institit Pertanian Bogor, Bogor.

    Soehardjono,O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equestrian Centre. Jakarta.

    http://www.vet-indo.com/http://www.vet-indo.com/http://www.vet-indo.com/http://www.vet-indo.com/