perimenarche bleeding
-
Upload
novina-firlia-balfas -
Category
Documents
-
view
30 -
download
1
description
Transcript of perimenarche bleeding
Abstract
Adolescence is a time of enormous physical and psychological change for young women. The menstrual cycle is one of them, it involves the coordination of many events by the hypothalamic pituitary, ovarian axis and is readily inuenced by physiological, pathological and psychological changes occurring during the reproductive lifespan.Sex steroid and gonadotropin levels changed exponentially in the year approaching menarche. FSH levels peaked at menarche and then progressively declined thereafter. Estradiol output increased rapidly in the year approaching menarche and then plateaued thereafter. The frequency of menstrual bleeding increased rapidly and plateaued at 1 yr postmenarche. Here were gonna discuss about perimenarche, when it happen and what caused.
Key words : menstrual, menarche, perimenarche , women.
Abstrak
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya perubahan fisik dan psikologis yang besar bagi seorang wanita. Terjadinya siklus menstruasi adalah salah satunya, terjadinya menstruasi melibatkan kerjasama dari beberapa bagian tubuh yaitu hipotalamus pituitari, letak ovarium, dan mudah dipengaruhi terhadap perubahan fisiologis, patologis dan psikologis seiring dengan berjalannya masa reproduktif kehidupan. Steroid organ seks dan tingkat gonadotropin berubah secara cepat pada tahun mendekati menarche. Tingkat FSH memuncak saat menarche dan akan menurun secara progressif setelahnya. Estradiol yang dihasilkan meningkat pesat dan tubuh akan menerima pada 1 tahun saat post-menarche. Bahasan selanjutnya tentang perimenarche, bagaimana bisa terjadinya dan apa saja penyebabnya.
Kata kunci : menstruasi, menarche, perimenarche, perempuan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa hidupnya.
Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh
wanita usia remaja, reproduksi dan klimakterik.
Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid disebut perdarahan bukan haid.
Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan
ini menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia.
Perdarahan ini dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau kelainan
fungsional. Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik
(kelainan pada serviks, uterus, tuba fallopii dan ovarium) dinamakan perdarahan
disfungsional.
Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan
masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit
untuk perdarahan disfungsional berumur di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun.
Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa
pubertas, akan tetapi keadaan ini dapat sembuh sendiri, sehingga jarang diperlukan
perawatan di rumah sakit.
Pembagian endometrium jenis nonsekresi dan sekresi penting artinya, karena
dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari yang ovulatoar.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinis karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini
mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-
faktor neuromuscular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya belum
seberapa dimengerti, sedangkan perdarahan anovulatoar biasanya dianggap berasal pada
gangguan endokrin.
2
Pembagian endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi dan endometrium
jenis sekresi penting artinya, karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang
anovulatoar dari yang ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinis karena kedua
jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan
memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar
gangguan dianggap berasal dari factor-faktor neuromuscular, vasomotorik, atau
hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedangkan perdarahan
anovulatoar biasanya dianggap berasal pada gangguan endokrin.
I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang Perdarahan Perimenarche
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui siklus menstruasi Normal
b. Untuk mengetahui definisi Perdarahan Perimenarche
c. Untuk mengetahui gejala klinis Perdarahan Perimenarche
d. Untuk mengetahui diagnosis Perdarahan Perimenarche
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan Perdarahan Perimenarche
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Siklus Mentsruasi
Menstruasi (haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar
progesteron dari endometrium yang kaya estrogen. Siklus menstruasi yang
menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi kompleks antara berbagai organ. Disfungsi
pada tingkat manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi. Siklus
menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 3-7 hari. Pada saat
menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-80 ml, biasanya berjumlah
banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.
Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, yaitu:
1. Masa haid selama dua sampai delapan hari. Pada waktu ini endometrium dilepas
sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium minimum.
2. Masa proliferasi sampai hari keempat belas. Pada waktu ini endometrium tumbuh
kembali, disebut juga proliferasi. Antara hari kedua belas dan keempat belas dapat
terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.
3. Masa sekresi. Pada masa ini korpus rubrum menjadi korpus luteum yang
mengeluarkan progesteron. Dibawah pengaruh progesterone ini, kelenjar
endometrium yang berlekuk-lekuk mengeluarkan sekret yang mengandung glikogen
dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah kea rah sel-sel
desidua, terutama yang di sekitar pembuluh arteri. Keadaan ini memudahkan adanya
nidasi.
Siklus haid normal terbagi menjadi dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat
ovulasi dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormone sepanjang siklus haid
disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormone steroid dan
gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan
terhadap LH menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan umpan balik
positif jika kadarnya tinggi.
Selama fase folikuler dari siklus ovarium normal (berkaitan dengan fase proliferatif
dari siklus endometrium), kadar estrogen meningkat awalnya perlahan-lahan kemudian
4
lebih cepat karena folikel ovarium yang dominan muncul, tumbuh dan matang. Sebagai
respon terhadap estrogen tersebut, lapisan fungsional dari endometrium tumbuh
kembali, setelah luruh selama menstruasi sebelumnya. Setelah ovulasi, korpus luteum
yang berasal dari folikel ovulatorik terus menghasilkan estrogen, namun saat ini dan
yang lebih penting juga progesteron. Selama fase luteal dari siklus ovarium (berkaitan
dengan fase sekretorik dari siklus endometrium), kadar estrogen dan progesteron
meningkat bersamaan saat korpus luteum tumbuh menjadi matang. Sebagai respon
terhadap kerja kombinasi dari estrogen dan progesteron, endometrium berubah dan
diatur untuk datangnya serta implantasi dari hasil konsepsi yang diharapkan. Jika
kehamilan dan peningkatan cepat dari kadar gonadotropin korionik manusia (hCG)
tidak menstimulasi dan menyelamatkannya, korpus luteum mengalami regresi spontan
dalam bentuk kematian sel yang telah diprogram sebelumnya. Begitu terjadi hal
tersebut, kadar estrogen dan progesteron turun secara konstan, akhirnya menarik
dukungan fungsional untuk endometrium. Menstruasi dimulai, menandai akhir dari satu
siklus endometrium dan dimulainya siklus lain.
II.2. Definisi
5
Menarche adalah haid yang pertama kali datang. Sedangkan perimenarche adalah
usia sejak terjadinya menarche selama masa reproduksi, yang berlangsung ± 3 – 5
tahun, yang ditandai dengan siklus yang tidak teratur yaitu lama dan jumlah perdarahan.
II.3. Etiopatogenesis
Termasuk dalam perdarahan uterus disfungsi. Yaitu salah satu penyebab terbesar
terjadinya Perdarahan Uterus Disfungsional atau PUD. 95 – 98 % terjadi saat siklus
anovulatorik.
Siklus ovulasi
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun
bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar
hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
Ovulasi abnormal (PUD ovulatori) terjadi pada 15 – 20 % pasien PUD dan mereka
memiliki endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya
intermitten jika tidak reguler. Pasien ovulatori dengan perdarahan abnormal lebih sering
memiliki patologi organik yang mendasari, dengan demikian mereka bukan pasien PUD
sejati menurut definisi tersebut. Secara umum, PUD ovulatori sulit untuk diobati secara
medis.
Siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa
reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen
berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim
(endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga
(kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya
perdarahan uterus karena dinding uterus yang rapuh.
Anovulasi kronik adalah penyebab perimenarche pada PUD yang paling sering.
Keadaan anovulasi kronik akibat stimulasi estrogen terhadap endometrium terus
menerus yang menimbulkan pelepasan irreguler dan perdarahan. Anovulasi sering
terjadi pada gadis perimenarche. Stimulasi estrogen yang lama dapat menimbulkan
pertumbuhan endometrium yang melebihi suplai darahnya dan terjadi perkembangan
kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium yang tidak sinkron. Setiap
6
kegagalan produksi progesteron juga dapat mempengaruhi kelenjar, stroma, dan
pembuluh darah endometrium. Kegagalan produksi progesteron disebabkan berbagai
etiologi endokrin seperti penyakit tiroid, hiperprolaktinemia, dan tumor ovarium yang
menghasilkan hormon, penyakit Cushing, dan yang paling penting adalah sindroma
ovarium polikistik atau sindroma Stein – Leventhal.
II.4. Gejala Klinis
Perdarahan uterus yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Kejadian
tersering pada masa peri-menarche atau masa pre-menopause.
Pada siklus ovulasi
Perdarahan perimenarche merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional
dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan
yang lama dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang
bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa
perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus
dipikirkan sebagai etiologi :
1. korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang bersamaan
dengan ovarium membesar. Dapat menyebabkan pelepasan endometrium tidak
teratur.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya
didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus
4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
7
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding uterus di satu bagian baru
sembuh diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan uterus
berkepanjangan.
Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang
pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru. Endometrium
dibawah pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula
proliferatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini diperoleh
pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.
Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas dan masa
pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan tidak normal
disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan
akibat bahwa produksi Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada
wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu
berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan
bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar.
Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan
perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya
tumor ganas.
II.5. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam
pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya
penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas
pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.
Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan
berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen )
lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan
interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan
bersifat anovulatori.
8
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi tiroid, dan kadar HCG, FSH, LH,
Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan
jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak
teratur atau wanita muda (< 40 tahun) yang gagal berespon terhadap pengobatan
harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus
genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus
abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi,
histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi
abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji
coba terapeutik.
II.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perdarahan perimenarche secara umum perlu memperhatikan
faktor-faktor berikut:
a. Umur, status pernikahan, fertilitas
Hal ini dihubungkan dengan perbedaan penanganan pada tingkatan perimenarche,
reproduksi dan perimenopause. Penanganan juga seringkali berbeda antara penderita
yang telah dan belum menikah atau yang tidak dan yang ingin anak.
b. Berat, jenis dan lama perdarahan.
Keadaan ini akan mempengaruhi keputusan pengambilan tindakan mendesak atau
tidak.
c. Kelainan dasar dan prognosisnya.
Pengobatan kausal dan tindakan yang lebih radikal sejak awal telah dipikirkan jika
dasar kelainan dan prognosis telah diketahui sejak dini.
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan perdarahan perimenarche adalah:
1. Memperbaiki keadaan umum
2. Menghentikan perdarahan
9
3. Mengembalikan fungsi hormon reproduksi
Yang meliputi: pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan
siklus anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi
persyaratan untuk pemicuan ovulasi.
4. Menghilangkan ancaman keganasan
Pada perimenarche yang menyebabkan perdarahan uterus disfungsional langkah
pertama yang harus dikerjakan adalah memperbaiki keadaan umum, termasuk
pengatasan anemia. Langkah kedua adalah menghentikan perdarahan, baik secara
hormonal maupun operatif. Setelah keadaan akut teratasi, sebagai langkah ketiga,
dilakukan upaya pengembalian fungsi normal siklus haid dengan cara mengembalikan
keseimbangan fungsi hormon reproduksi.
Untuk ini dapat dilakukan pengobatan hormonal selama 3 siklus berturut-turut.
Bilamana upaya ini gagal, maka diperlukan tindakan untuk meniadakan patologi yang
ada guna mencegah berulangnya perdarahan uterus disfungsional.
Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk, pada
keadaan perdarahan uterus disfungsional akut anemia yang terjadi harus segera
diatasi dengan transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan
anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan
anemia berat membutuhkan transfusi darah.
2. Penghentian perdarahan baik secara hormonal maupun operatif.
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi.
Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan
siklus anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi
persyaratan untuk pemicuan ovulasi.
Umumnya pada usia perimenarche jarang terjadi ovulasi ( siklus anovulatorik),
sehingga tanpa pengobatan pun ovulasi akan terjadi pada sendirinya. Apabila
perdarahan perimenarche tersebut tidak menggagu, pengobatan tidak perlu dilakukan.
Terapi di berikan apabila :
10
- Gangguan terjadi selama ≥ 6 bulan,
- Dalam 2 tahun setelah terjadinya menarche belum di temukan siklus haid yang
ber ovulasi
II.7. Prognosis
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)
Penegakan diagnosis yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan
angka kesembuhan hingga 90 %.
Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati
dengan hasil baik.
11
BAB III
KESIMPULAN
Perdarahan perimenarche adalah perdarahan yang terjadi saat menarche,yang di
tandai dengan siklus yang tidak beraturan, karena gangguan fungsi mekanisme
pengaturan hormon (hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan
organ. Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak dan / atau
tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau gangguan
perdarahan umum, perdarahan ini adalah etiologi terjadina perdarahan uterus
disfungsional.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan perdarahan akut, episode
perdarahan dimasa datang, dan mencegah dampak anovulasi yang serius pada jangka
panjang yaitu kanker endometrium. Pengobatan utama adalah terapi medis meskipun
intervensi bedah dibutuhkan pada sebagian kasus. Jika perdarahan berat, dan / atau
berulang, atau pengobatan medis gagal, maka diperlukan evaluasi ulang.
Perimenarche disebabkan oleh immaturitas hipothalamus dan pituitary, dan siklus
menstruasi mungkin anovulatorik. Pada gadis remaja, penyakit organik jarang terjadi
dan siklus menstruasi biasanya membaik secara spontan. Itulah sebabnya mengapa
ditatalaksana secara konservatif dan hanya di lakukan apabila ada gangguan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjdo; 223 - 228
2. Rayburn WF, Carey CJ. 2008. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya Medika ;
302 – 312
3. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. 2010. Ginekologi : Edisi 2. Bandung : Elstar Offset ; 31 – 45
4. Schuiling KD, Likis FE. 2013. Women’s Gynecologic Health : Second Edition.
Burlington: Jones & Bartlett Learning; 615 – 618
5. Legro SR, at all. Rapid Maturation of Reproductive Axis during Perimenarche
Independent of Body Composition. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism. 2014. The Endocrine Society. U.S.A ; 1021-1025
6. Behera, Millie. A., Thomas, M. P., 2010. Dysfuctional Uterine Bleeding. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/257007 [Accessed 30 desember 2013]
7. Estephan, Amir., Amir, Richard., 2010. Dysfunctional Uterine Bleeding. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/795587 [Accessed 02 januari 2014]
13