PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM...

13
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI Nurul Siti Masholekhatin 1 ; Budi Handoyo; Sumarmi 2 Universitas Negeri Malang Abstract. One of the problem based learning predominance is this learning model let the students learn based on the problems which they face in real life so that they can learn how to think critically and creatively to solve those cases. PBL learning model is able to optimize students potentials, whether it physical or mental potential, so that they can think critically. Based on the conclusion of this study, it gives suggestion to the geography students to use PBL as alternative while they are teaching to increase the students gain outcome. For the further researchers who will use PBL model, they should give more allocation time to several repetitions in the implementation of this model. Moreover, the groping should base on the students’ heterogeneity ability. Key Word: Problem Based Learning (PBL), Gain Score Pembelajaran geografi yang merupakan bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya kelas XI pada Kompetensi Dasar ”Menganalisis pelestarian lingkungan hidup” memerlukan suatu model pembelajaran yang tepat sehingga dapa tmencapai tujuan yang diharapkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materi seharusnya dapat melibatkan siswa aktif sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dikarenakan dalam satu kelas terdiri dari berbagai macam karakteristik siswa yang berbeda-beda berkaitan dengan penyerapan informasi yang mereka terima, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa memecahkan suatu masalah yang berdampak terhadap hasil belajar geografi siswa. Pembelajaran geografi dalam praktiknya masih bersifat konvensional. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk tujuan tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu pendekatan pembelajaran melalui upaya-upaya mengahadapkan siswa dengan permasalahan riil yang memancing proses belajar mereka (Mukhlis, dkk.2005:11). PBL memberikan kebebasan kapada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan perhatiannya, sehingga dalam PBLsiswa akan terlibat intensif dan aktif, yang pada akhirnya bisa membuat siswa untuk terus belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar. Berpikir mengandung tujuan untuk memecahkan masalah sehingga menemukan hubungan dan menentukan sangkut paut antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Kemampuan berpikir yang dimaksudkan salah satunya adalah dengan mengerti, memahami, menganalisis, bahkan mengingat materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Tingkat kemampuan berpikir ini dikatakan baik jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah konsep geografi, maka 1 Nurul Siti Masholekhatin adalah mahasiswa jurusan geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. 2 Budi Handoyo dan Sumarmi adalah dosen geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM...

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI

Nurul Siti Masholekhatin1; Budi Handoyo; Sumarmi2

Universitas Negeri Malang

Abstract. One of the problem based learning predominance is this learning model let the students learn based on the problems which they face in real life so that they can learn how to think critically and creatively to solve those cases. PBL learning model is able to optimize students potentials, whether it physical or mental potential, so that they can think critically. Based on the conclusion of this study, it gives suggestion to the geography students to use PBL as alternative while they are teaching to increase the students gain outcome. For the further researchers who will use PBL model, they should give more allocation time to several repetitions in the implementation of this model. Moreover, the groping should base on the students’ heterogeneity ability.

Key Word: Problem Based Learning (PBL), Gain Score

Pembelajaran geografi yang merupakan bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

khususnya kelas XI pada Kompetensi Dasar ”Menganalisis pelestarian lingkungan hidup”

memerlukan suatu model pembelajaran yang tepat sehingga dapa tmencapai tujuan yang diharapkan

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru

untuk menyampaikan materi seharusnya dapat melibatkan siswa aktif sehingga siswa tidak merasa

bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dikarenakan dalam satu kelas

terdiri dari berbagai macam karakteristik siswa yang berbeda-beda berkaitan dengan penyerapan

informasi yang mereka terima, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa memecahkan

suatu masalah yang berdampak terhadap hasil belajar geografi siswa. Pembelajaran geografi dalam

praktiknya masih bersifat konvensional. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk tujuan

tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu pendekatan

pembelajaran melalui upaya-upaya mengahadapkan siswa dengan permasalahan riil yang memancing

proses belajar mereka (Mukhlis, dkk.2005:11). PBL memberikan kebebasan kapada siswa untuk

belajar sesuai dengan minat dan perhatiannya, sehingga dalam PBLsiswa akan terlibat intensif dan

aktif, yang pada akhirnya bisa membuat siswa untuk terus belajar dan dapat meningkatkan hasil

belajar.

Berpikir mengandung tujuan untuk memecahkan masalah sehingga menemukan hubungan dan

menentukan sangkut paut antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Kemampuan berpikir yang

dimaksudkan salah satunya adalah dengan mengerti, memahami, menganalisis, bahkan mengingat

materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Tingkat kemampuan berpikir ini dikatakan baik

jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah konsep geografi, maka

1 Nurul Siti Masholekhatin adalah mahasiswa jurusan geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. 2 Budi Handoyo dan Sumarmi adalah dosen geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zubaidah

(dalam Fatchan 2009: 98) berpikir merupakan eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar

dalam mencapai suatu tujuan, yaitu menyangkut pengetahuan, pemahaman, kemampuan

mengaplikasikan, mngevaluasi, dan bahkan menyimpulkan informasi yang diterima.

Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang tata

cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model ini dapat mengoptimalkan semua potensi yang ada

pada diri siswa secara aktif, baik aktif secara fisik maupun mental. Pembelajaran PBL dapat melatih

siswa aktif dan berpikir kritis, selain itu adanya kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang sama dan siswa memperoleh pengalaman sendiri untuk menyelesaikan suatu

masalah.

Nur (2011) mengatakan bahwa problem based learning adalah proses berpikir tentang

masalah kehidupan riil di sekitar siswa. Dalam mencapai tujuannya, PBL memiliki trik/cara. Salah

satu trik tersebut terletak pada permasalahan baik yang diberikan oleh guru maupun yang ditemukan

dan diselesaikan oleh siswa sendiri. Permasalahan ini tentunya permasalahan dalam konteks riil.

”Suatu pembelajaran yang berlangsung dalam konteks riil berpeluang besar menjadi pembelajaran

bermakna dan dalam pembelajaran bermakna inilah kemampuan berpikir berpeluang

besardiberdayakan” (Corebima, 2010). Permasalahan dalam konteks riil yaitu permasalahan yang

terjadi di sekitar siswa dan masih baru-baru terjadi/menimpa masyarakat sekitar.

Pemberian permasalahan yang riil akan merangsang rasa ingin tahu, keinginan untuk

mengamati, serta keinginan untuk terlibat dalam suatu masalah akan semakin besar. Rasa

keingintahuan sebuah permasalahan akan memicu siswa untuk ingin mempelajari dan memahami

konsep sebagai bahan untuk mencari beberapa solusi sampai pada kesimpulan solusi yang tepat dalam

memecahkan sebuah permasalahan. Konteks riil bukan hanya permasalahan yang terjadi di sekitar

namun juga konteks dimana pengetahuan yang siswa pelajari dari sebuah permasalahan dapat

digunakan. Jadi, ada keterkaitan antara masalah dengan materi pembelajaran. Tujuan dari ketepatan

konteks sebuah permasalahan terhadap materi pembelajaran yaitu agar siswa dapat menggali,

mempertahankan, dan menerapkan pengetahuannya dengan tepat.

Fungsi guru dalam pembelajaran PBL yaitu menjadi fasilitator untuk menciptakan kondisi

yang memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang

dipelajarinya.Dalamhalini guru memberikan kesempatan siswa untuk mandiri dalam belajar,

berdiskusi, mencari sumber pembelajaran, membuat laporan serta mempresentasikan permasalahan

baik yang disajikan maupun yang ditemukan sendiri oleh siswa. Langkah-langkah dalam PBLyaitu

”orientasi siswa terhadap masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan

individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah” (Nur, 2011). Kelima langkah dalam PBL menuntun siswa

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

untuk menemukan masalah, menganalisis, memecahkannya, serta mengevaluasi sebuah

permasalahan. Melalui langkah tersebut,siswa akan terlibat langsung dalam memecahkan masalah,

pengalaman dan konsep-konsep yang akan ditemukan pada pemecahan masalah yang disajikan. PBL

juga memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalah dapat meningkatkan pemahaman atas materi

pembelajaran, meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, membangun kerja tim,

kepemimpinan dan keterampilan sosial, membangun kecakapan belajar (life-long learning skill) dan

memotivasi pembelajar (Amir, 2010).

Menurut Pannen, dkk (2001:86) “Problem based learning mempunyai asumsi utama, yaitu: a)

permasalahan sebagai pemandu, b) permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, c) permasalahan

sebagai contoh, d) permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses, e) permasalahan

sebagai stimulus dalam aktivitas belajar”. Asumsi-asumsi tersebut selengkapnya dijabarkan sebagai

berikut.

1. Permasalahan sebagai pemandu Permasalahan menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan permasalahan dan siswa ditugaskan membaca sambil selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka berpikir bagi siswa siswa dalam mengerjakan tugas.

2. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi Permasalahan disajikan kepada siswa setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuan utamanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dalam memecahkan masalah.

3. Permasalahan sebagai contoh Permasalahan adalah salah satu contoh dan bagian dari bahan belajar siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip, dan dibahas dalam diskusi antara siswa dan guru.

4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses Dalam hal ini, fokusnya pada kemampuan berpikir kritis dalam hubungan dengan permasalahan. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis.

5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar Dalam hal ini, fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah.

Sebagaimana metode pembelajaran yang lain, Problem Based Learning memiliki kelebihan,

yaitu sebagaibeikut.

Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan masalah tersebut

Guru dapat melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi

Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

Pembelajaran menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa

Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari

Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok akan mempermudah pencapaian ketuntasan belajar yang diharapkan

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang dapat

dikemukakan dalam penelitian ini adalah: apakah model pembelajaran problem based learning (PBL)

berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Malang?

METODE

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi

experiment) dengan desain penelitian prates and pascates control group design. Dalam desain ini

kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan ujian dua kali, yaitu prates dan pascates. Kedua

kelompok ini mendapatkan perlakuan pengajaran yang sama dari segi tujuan dan isi materi

pembelajaran. Perbedaan antara kedua kelompok tersebut adalah penggunaan model pembelajaran

PBL dan penggunaan metode ceramah, tanya jawab, dan kerja kelompok. Kelompok pertama sebagai

kelompok eksperimen diberi pengajaran menggunakan model PBL, sedangkan kelompok kedua

sebagai kelompok kontrol diberi pengajaran dengan menggunakan ceramah, tanya jawab, dan kerja

kelompok.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Malang, semester genap

tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 4 kelas. Subjek yang diambil untuk penelitian ini adalah 2

kelas yang memiliki kemampuan akademik relatif sama (setara) dan jumlah siswa yang relatif sama.

Selanjutnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan secara acak. Dari 4

kelas diambil satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI IPS-1 yang mendapat perlakuan

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu

XI IPS-2 yang menggunakan pembelajaran konvensional ceramah, tanya jawab, dan diskusi

kelompok.

Instrumen penelitian adalah alat atau sarana yang digunakan dalam menentukan atau

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka menjawab permasalahan yang diteliti pada suatu

penelitian. Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan tes uraian/esai. Tes digunakan

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk hasil belajar. Tes uraian/esai ini dilakukan dua

kali, yaitu prates dan pascates. Instrumen penelitian ini diuji cobakan pada kelas uji coba yang bukan

menjadi kelas dalam penelitian. Purwanto (2005: 58) menyatakan ”penguji cobaan instrumen

penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian soal dengan tujuan belajar

(indikator), ketetapan jumlah soal, dan kebenaran konsep yang digunakan”. Pengujian instrumen

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

penelitian ini meliputi analisis tingkat kesukaran, analisis daya beda item soal, validitas, dan

reliabilitas.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa hasil belajar

yang diperoleh melalui tes. Tes dalam penelitian ini berupa prates yang diberikan diawal sebelum

perlakuan dan pascates yang diberikan setelah perlakuan. Selisih antara prates dan pascates tersebut

merupakan hasil belajar (Gain score). Metode analisis data dari bentuk penelitian quasi eksperiment

(eksperimen semu) ini adalah dengan menggunakan metode statistik inferensial. Dalam metode

statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan non parametrik. Maka dalam analisisnya, terlebih

dahulu harus dilakukan uji beda rata-rata (mean), uji prasyarat, dan uji hipotesis dapat diselesaikan

dengan bantuan program SPSS 16.00 for Windows.

HASIL

Data yang diperoleh dalam penelitian ini hasil belajar antara kelompok siswa yang dalam

proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan

kelompok siswa yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Hasil belajar pada

penelitian ini adalah selisih antara skor hasil belajar yang dihasilkan melalui kegiatan prates dan skor

kemampuan akhir hasil belajar yang dihasilkan melalui kegiatan pascates.

Data hasil penelitian ini meliputi: (1) Kemampuan awal siswa yang diperoleh dari hasil

belajar siswa (prates) kelas eksperimen dan kontrol sebelum mendapatkan perlakuan, (2) kemampuan

akhir siswa yang diperoleh dari hasil belajar siswa (pascates) kelas eksperimen dan kontrol setelah

mendapatkan perlakuan dan materi disampaikan, (3) Hasil belajar siswa (Gain Score) yang diperoleh

dari selisih hasil akhir (pascates) dikurangi hasil awal (prates).

1. Data Kemampuan Awal (Prates)

Kemampuan awal adalah skor yang diperoleh dari hasil tes sebelum diberi perlakuan. Berikut

ini diuraikan data tes awal untuk kedua kelas.

a. Data Kemampuan Awal (Prates) Kelas Kontrol

Distribusi frekuensidata tentang hasil kemampuan awal (prates) kelas kontrol disajikan dalam

Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Awal (Prates) Kelas Kontrol

Interval F % Mean 0 – 10 0 0

11 – 20 0 0 Mean = 54,53 21 – 30 1 3,1 SD = 12,08 31 – 40 3 9,4 41 – 50 7 21,8 51 – 60 11 34,4 61 – 70 6 18,8 71 – 80 4 12,5 81 – 90 0 0

91 – 100 0 0 32 100

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

Berdasarkan Tabel 1 dapat menyimpulkan hasil belajar awal siswa pada kelas kontrol dengan

jumlah 32 siswa dapat diketahui sebanyak 34,4% siswa yang berada pada rentangan 51-60 memiliki

frekuensi terbesar yaitu sejumlah 11 siswa, dan sebanyak 3,1% siswa berada pada rentang 21-30

memiliki frekuensi terkecil yaitu sebesar 1 siswa. Nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol adalah

54,53, sedangkan nilai modus yaitu 42,00.

b. Data Kemampuan Awal (Prates) Kelas Eksperimen

Distribusi frekuensi data tentang kemampuan awal (prates) kelas eksperimen disajikan dalam

Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Data Kemampaun Awal (Prates) Kelas Eksperimen Interval F % Mean 0 – 10 0 0

11 – 20 0 0 Mean = 53,78 21 – 30 2 6,3 SD = 12,96 31 – 40 3 9,4 41 – 50 7 21,8 51 – 60 10 31,2 61 – 70 6 18,8 71 – 80 4 12,5 81 – 90 0 0 91 – 100 0 0 Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 2 menyimpulkan hasil awal kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada

prates kelas eksperimen dapat diketahui sebanyak 31,2% siswa yang berada pada rentangan 51-60

memiliki frekuensi terbesar yaitu sejumlah 10 siswa, dan sebanyak 6,3% siswa berada pada rentang

21-30 memiliki frekuensi terkecil yaitu sebesar 2 siswa. Nilai rata-rata yang didapat dari kemampuan

awal berpikir tingkat tinggi kelas eksperimen adalah 53,78, sedangkan nilai modus yaitu 42,00.

2. Data Kemampuan Akhir (Pascates)

Kemampuan akhir (pascates) merupakan tes yang diberikan kepada siswa baik kelas kontrol

maupun eksperimen sesudah diberi perlakuan atau sesudah materi diberikan. Data kemampuan akhir

hasil belajar siswa ini merupakan skor yang diperoleh siswa masing-masing siswa pada pascates.

Berikut ini diuraikan data tes akhir hasil belajar siswa untuk kedua kelas.

1) Data Kemampuan Akhir (Pascates) Kelas Kontrol

Distribusi frekuensi data tentang kemampuan akhir (pascates) kelas kontrol disajikan dalam

Tabel 3.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Akhir (Pascates) Kelas Kontrol Interval F % Mean 0 – 10 0 0 11 – 20 0 0 Mean = 68,25 21 – 30 0 0 SD = 10,91 31 – 40 0 0 41 – 50 1 3,1 51 – 60 7 21,8 61 – 70 10 31,2 71 – 80 11 34,4 81 – 90 3 9,4

91 – 100 0 0 Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat menyimpulkan perolehan hasil belajar akhir siswa pada

pascates kelas kontrol dapat diketahui sebanyak 34,4% siswa yang berada pada rentangan 71-

80 memiliki frekuensi terbesar yaitu sejumlah 11 siswa, dan sebanyak 3,1 % siswa berada

pada rentang 41-50 memiliki frekuensi terkecil yaitu sebesar 1 siswa. Nilai rata-rata yang

didapat dari kemampuan awal hasil belajar kelas eksperimen adalah 68,25, sedangkan nilai

modus yaitu 54,00.

2) Data Kemampuan Akhir (Pascates) Kelas Eksperimen

Distribusi frekuensi data tentang kemampuan akhir (pascates) kelas eksperimen

disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Akhir (Pascates) Kelas Eksperimen Interval F % Mean 0 – 10 0 0

11 – 20 0 0 Mean = 76,65 21 – 30 0 0 SD = 13,40 31 – 40 0 0 41 – 50 2 6,3 51 – 60 4 12,5 61 – 70 2 6,3 71 – 80 10 31,2 81 – 90 9 28,1 91 – 100 5 15,6 Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat menyimpulkan hasil belajar akhirsiswa pada pascates kelas

eksperimen dapat diketahui sebanyak 31,2 % siswa yang berada pada rentangan 71-80 memiliki

frekuensi terbesar yaitu sejumlah 10 siswa, dan sebanyak 6,3% siswa berada pada rentang 41-50

memiliki frekuensi terkecil yaitu sebesar 2 siswa. Nilai rata-rata yang didapat dari kemampuan awal

hasil belajar siswa adalah 76,65, sedangkan nilai modus yaitu 86,00.

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar awal siswa (prates) dan hasil belajar akhir siswa

(pascates) kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat divisualisasikan pada Diagram 1 berikut.

Diagram 1. Data Prates-Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

3. Data (Gain Score)

Data gain score diperoleh dari peningkatan skor siswa yaitu skor kemampuan akhir (pascates)

dikurangi skor kemampuan awal (prates). Adapun hasil perhitungan diperoleh distribusi frekuensi

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada Tabel 5 dan Tabel 6.

1) Data Gain Score Kelas Kontrol

Distribusi frekuensi data gain score kelas kontrol disajikan dalam Tabel 5. berikut ini.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Gain Score Kelas Kontrol Interval F % Mean 0 – 10 7 21,8

11 – 20 21 65,7 Mean = 13,71 21 – 30 4 12,5 SD = 5,61 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100 Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 5 menyimpulkan bahwa perolehan selisih hasil belajar siswa (Gain Score)

pada kelas kontrol sebanyak 65,7% siswa berada pada rentang 11-20 memiliki frekuensi terbesar yaitu

sejumlah 21 siswa, dan sebanyak 12,5 % siswa berada pada rentang 21-30 memiliki frekuensi terkecil

0

20

40

60

80

PratesPascates

TES HASIL BELAJAR SISWA

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

yaitu sejumlah 4 siswa. Rata-rata hasil belajar siswa geografi kelas kontrol adalah 13,71, dengan nilai

modus yang sering muncul yaitu 12,00.

2) Data Gain Score Kelas Eksperimen

Distribusi frekuensi data gain score kelas eksperimen disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Gain Score Kelas Eksperimen Interval F % Mean 0 – 10 1 3,1

11 – 20 10 31,2 Mean = 22,87 21 – 30 17 53,2 SD = 6,90 31 – 40 4 12,5 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90

91 – 100 Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 6 menyimpulkan bahwa perolehan hasil belajar siswa (Gain Score) pada

kelas eksperimen sebanyak 3,1% siswa berada pada rentang 0-10 memiliki frekuensi terkecil yaitu

sejumlah 1 siswa, dansebanyak 53,2% siswa berada pada rentang 21-30 memiliki frekuensi terbesar

yaitu sejumlah 17 siswa. Rata-rata hasil belajar siswa Geografi kelas eksperimen adalah 22,87,

dengan nilai modus yang sering muncul yaitu 26,00.

Perbandingan gain score antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat divisualisasikan pada

Diagram 2 berikut.

Diagram 2 Data Gain Score Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

0

5

10

15

20

25

Kelas Kontrol Kelas EksperimenHasil rata-rata 13.71 22.87

Hasil rata-rata

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis uji t dapat diketahui bahwa nilai probabilitas (sig) = 0,000. Nilai

probabilitas yang menunjukkan 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan hasil belajar

siswa (gain score) antar kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan hasil perolehan mean kelas

eksperimen sebesar 22,87 lebih besar daripada mean kelas kontrol sebesar 13,72. Disimpulkan bahwa

ada pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar geografi

siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 6 Malang.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dipaparkan diperoleh bahwa terdapat pengaruh

signifikan dari hasil belajar geografi siwa yang belajar menggunakan model pembelajaran problem

based learning (PBL) dengan siswa yang hanya belajar dengan model pembelajaran konvensional. Di

samping itu dapat dikemukakan pula bahwa penggunaan model pembelajaran PBL lebih baik dari

pada model pembelajaran konvensional khususnya pada materi lingkungan hidup. Hal ini dapat dilihat

dari rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Rata-rata

hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 22,87 sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol

adalah 13,72.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa hasil belajar geografi siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan. Namun, peningkatan ini lebih

didominasi oleh kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL, artinya peningkatan

hasil belajar geografi siswa kelas eksperimen ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap hasil belajar

geografi siswa. Hal ini dibuktikan dari nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan

yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran

PBL dan siswa yang mendapatkan materi dengan model pembelajaran konvensional. Dengan

demikian penelitian ini menunjukkan hasil bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap

hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Malang.

Pada kelas kontrol proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional,

menunjukkan hasil belajar geografi siswa yang cenderung lebih rendah daripada kelas eksperimen.

Hal ini dikarenakan pembelajaran konvensional proses pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya

berpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa cenderung sebagai pendengar yang pasif. Selain

itu, jumlah siswa dalam kelas tidak memungkinkan untuk diberikan perhatian dan bimbingan secara

menyeluruh kepada setiap siswa. Proses pembelajaran yang ada di dalam kelas merupakan proses

transmisi pengetahuan dan kebanyakan bernuansa mengatur kebebasan peserta didik. Hal ini sangat

berdampak pada kebiasaan siswa untuk senantiasa menunggu informasi dari guru tanpa berupaya

mencari informasi baru yang dapat menambah pengetahuan siswa. Oleh karena itu, pola pembelajaran

seperti ini kurang mampu mendorong siswa untuk lebih aktif.

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

Pada kelas eksperimen, model pembelajaran yang digunakan adalah problem based learning.

Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dalam pembelajaran ini,

menuntut siswa untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya

menyimpulkan. Pembelajaran PBL harus ada masalahnya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses

pembelajaran. Permasalahan dapat diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Sanjaya (2008:214-215) yang menyatakan bahwa ”tiga ciri utama dari PBL

yaitu rangkaian aktivitas pembelajaran, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan

masalah, dan pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara

ilmiah”.

Menunjang pendekatan pendekatan pembelajaran learning centered dan menekankan pada

keterlibatan pembelajar untuk selalu aktif, serta membangun pengetahuannya sendiri sedangkan

pengajar hany berfungsi sebagai pendorong dan pemberi fasilitas pembelajaran. Hal ini dijelaskan

oleh Nurhadi dkk (2004:57) yang menyatakan bahwa cirri-ciri PBL ”pengajuan pertanyaan atau

masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya

dan memamerkannya”.

Model pembelajaran PBL dipercaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena model

pembelajaran PBL dapat melatih siswa untuk bekerjasama dan bertukar pikiran dalam proses

pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami suatu materi. Selain itu, sintak

model pembelajaran PBL yang terdiri dari orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa

untuk belajar, membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan

hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Oleh karena itu, model

pembelajaran PBL dapat membantu siswa untuk aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir

siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa.

Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena

kemampuan berpikir kreatif yang lebih baik dan memiliki keunggulan, antara lain: (1) pembelajaran

ini merupakan pendidikan di sekolah yang relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja, (2)

pembelajaran ini membiasakan siswa menghadapi masalah di kehidupan masyarakat bekerja keras

dan memiliki kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan, (3) pembelajaran ini merangsang

pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena siswa banyak

melakukan serta dengan melihat permasalahn bagi berbagai segi dalam rangka solusi suatu

permasalahan.

Dalam model pembelajaran PBL, siswa dapat mengoptimalkan semua potensi yang ada pada

diri siswa secara aktif, baik aktif secara fisik maupun mental. Pembelajaran PBL dapat melatih siswa

aktif dan berpikir kritis, selain itu adanya kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang sama dan siswa memperoleh pengalaman sendiri untuk menyelesaikan suatu

masalah. Hal tersebut sesuai dengan Sizer dan Johnson (2002:182) bahwa untuk membantu siswa

mengembangkan potensi intelektual mereka, contextual teaching and learning (salah satunya model

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

PBL) mengajarkan langkah-langkah yang dapat digunakan dalam berpikir kritis dan kreatif serta

memberikan kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi ini

dalam dunia nyata.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ariani (2007) dalam

penelitiannya yang berjudul ”Peningkatan Pemahaman Geografi dengan Strategi PBL dalam

Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kleas X SMA” menyimpulkan bahwa penerapan

PBL pada mata pelajaran Geografi dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Satuna (2009), yang berjudul ”Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

Pada Siswa Kleas XI IPS-2 SMAN 1 Kesamben” menyimpulkan bahwa pembelajaran model PBL

dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Intan (2010) dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam Mata Pelajaran Geografi Untuk Meningkatkan

Keaktifan Belajar Siswa Kelas XI IPS-1 MAN Malang 1”. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam mata pelajaran

geografi dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Agustina (2012) yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa

Universitas Kanjuruhan Malang Pada Matakuliah Hidrologi”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa

berfikir kritis dan kreatif mahasiswa pada matakuliah hidrologi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa

yang mendapat pembelajaran konvensional.

Berdasarkan teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan, penelitian ini

dimaksudkan untuk menggali lebih dalam mengenai penerapan model pembelajaran PBL terhadap

hasil belajar geografi siswa SMA. Dimana pada penelitian sebelumnya telah menerapkan model

pembelajaran PBL terhadap pemahaman, memecahkan masalah, keatifan belajar, berpikir kritis dan

kreatif siswa SMA, pendidikan tinggi, dan jenjang lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini relevan dan

dapat mendukung penelitian sebelumnya tentang penerapan model pembelajaran PBL

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada

pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar

geografi siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 6 Malang. Hasil belajar kelas eksperimen yang

menggunakan pembelajaran problem based learning (PBL) di dalam kegiatan belajar mengajar lebih

tinggi daripada kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning

(PBL) di dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel842B30313E88C7F60B08A3... · jika pada saat seorang guru memberikan soal tentang pemahaman sebuah

Saran

Berdasarkan masalah , hipotesis, hasil, dan pembahasan hasil penelitian maka saran yang

dapat dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru Geografi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran problem based learning

(PBL) sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa.

2. Model pembelajaran PBL sebaiknya disesuaikan dengan materi, sebaiknya materi yang

digunakan adalah materi yang dapat dianalisis.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengelola kelas dengan maksimal agar tercipta pembelajaran

yang kondusif dan tidak saling mengganggu antar kelompok.

DAFTAR RUJUKAN

Agustina, Sri. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang Pada Matakuliah Hodrologi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana (PPS) Universits Negeri Malang.

Amir, M. Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana. Corebima, A.D. 2010. Berdayakan Keterampilan Berpikir Selama Pembelajaran Sain dan Masa

Depan Kita. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Sains untuk Memberdayakan Manusia, Prodi Pendidikan Sains PPS UNESA, Surabaya, 16 Januari.

Johnson, D.W., & Johnson R.T. 2002. Meaningful Asessment. Boston: Alin and Bacon. Mukhlis, dkk. 2005. Pengembangan Life Skill Mahasiswa Melalui Pembelajaran Mata Kuliah

Ekonomi Mikro Menengah Dengan Pendekatan Berbasis Masalah (Problem Based Learing). Laporan Hasil Penelitian Program Hibah Kompetisi A2 Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-UM.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Maalang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Nur, Muhammad. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sain Dan Matematika Sekolah UNISA.

Pannen, dkk. 2001. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: DIKTI DEPDIKNAS. Purwanto, Edy. 2005. Strategi Belajar Mengajar. FMIPA: Universitas Negeri Malang. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana. Universitas Negeri Malang. 2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Skripsi, Tesis, Desertasi,

Makalah, Laporan Penelitian, Edisi Kelima.Malang:Biro Administrasi Akademik, perencanaan dan Sistem Informasi Bekerja sama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.