Modul
-
Upload
erinne-natalie -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
description
Transcript of Modul
MODUL
PENCEMARAN LAUT OLEH LOGAM BERAT
Oleh :
Ir. Sri Yulina Wulandari, MSi
PENCEMARAN LAUT OLEH LOGAM BERAT
Definisi Pencemaran.
Pencemaran berasal dari kata “cemar” (= ada sesuatu yang tidak beras atau tidak
disenangi).
Definisi pencemaran laut menurut Gesamp (joint group of experts on the scientific
aspects on marine pollution) :
Adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan laut baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh kegiatan manusia sehingga mutu air laut turun, yang selanjutnya
dapat merusak sumberdaya hayati, menghalangi aktivitas di laut termasuk
perikanan, membahayakan kesehatan manusia dan mengurangi kenyamanan di
laut.
Adapun definisi pencemaran secara umum menurut SK Men Perindustrian 1978 :
Pencemaran adalah keadaan yang terjadi karena masuknya zat-zat ke dalam tanah,
air, udara sehingga mengganggu susunan tanah, air, udara yang mengakibatkan
kerusakan kehidupan.
Perkataan “masuknya” sangat penting untuk membedakan keadaan alamiah dengan
pencemaran.
Contohnya : kandungan Pb di perairan Bangka (daerah tambang timah) dapat lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan Pb di perairan Teluk Jakarta. Akan tetapi
perairan Bangka tidak dapat dikatakan tercemar, karena tingginya kandungan Pb di
perairan tersebut bukan menerima masukan dari tempat lain melainkan bersifat
alamiah.
Kata “fungsi turun” sangat penting umtuk membedakannya dengan kata “kontaminasi”.
Contoh : perairan yang berfungsi untuk perikanan, menerima masukkan logam berat,
hal ini menyebabkan kadar logam berat meningkat. Apabila perairan tersebut masih
dapat menunjang kehidupan perikanan dengan baik , maka perairan tersebut dikatakan
terkontaminasi. Apabila sebaliknya, barulah disebut tercemar.
Jadi pencemaran merupakan keadaan yang lebih parah dari kontaminasi. Sedangkan
Mutu turun akan mengakibatkan fungsi turun.
Pengertian Logam Berat.
Logam berat termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan logam
lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan, bila logam berat ini
berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Misalnya logam Fe (besi)
yang apabila dalam jumlah yang berlebihan masuk ke dalam tubuh organisme, biasanya
tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap tubuh. Hal ini disebabkan unsur Fe sangat
diperlukan dalam darah untuk mengikat oksigen. Unsur Cu (tembaga) juga penting,
hanya apabila dalam jumlah yang berlebihan akan berpengaruh terhadap fngsi fisiologis
tubuh. Unsur Hg, bila masuk ke dalam tubuh dipastikan organisme penerima akan
langsung keracunan.
Karakteristik Logam berat :
1. memiliki spesific gravity > 4
2. mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida dan
aktinida
3. mempunyai respon biokimia yang khas (spesifik) terhadap organisme hidup
Logam berat : Cr, Zn, Sn, Mn, Fe, Cd, Ni, Cu, Bi, Ag, Pb, Hg, W (Wolfram), Au, Pt, Os
(Osmium).
Logam ringan : K, Na, Li, Ca, Ba, Mg, Ce (Selsium), Al
Unsur-unsur logam diketemukan secara luas di seluruh permukaan bumi, mulai dari
tanah dan batuan, badan air, bahkan pada lapisan atmosfir yang menyelimuti bumi.
Secara alamiah, unsur-unsur logam berat ada di seluruh alam tapi dengan kadar rendah.
Dalam air laut kadar logam berat 10-5 - 10-2 ppm, kadar meningkat bila banyak logam
berat yang masuk ke dalam laut. Umumnya logam diketemukan dalam bentuk
persenyawaan dengan unsur lain, dan sangat jarang diketemukan dalam bentuk elemen
tunggal.
Logam-logam Dalam Perairan.
Beberapa macam logam biasanya dominan daripada logam lainnya. Dalam air, hal
ini sangat tergantung pada asal sumber air (air tanah dan air sungai). Di samping itu,
jenis air juga mempengaruhi kandungan logam di dalamnya (air tawar, air payau dan air
laut). Kandungan logam pada air sungai di daerah hulu mungkin akan berbeda dengan
air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalanannya air tersebut mengalami
beberapa kontaminasi, baik karena erosi maupun pencemaran dari sepanjang tepi
sungai. Kandungan logam berbeda-beda, seperti di daerah pada daerah pantai, dekat
muara sungai, dan daerah laut lepas. Biasanya kandungan logam di daerah pantai lebih
tinggi dari pada daerah laut lepas.
Logam-logam dalam lingkungan perairan (hydrosphere) umumnya dalam bentuk
ion. Ion tersebut ada yang berupa ion bebas, pasangan ion organic, ion –ion kompleks
dan bentuk-bentuk ion lainnya.
Contoh : Ion logam bebas : Cu2+, Pb2+, Fe3+
Pasangan ion organic : Cu2(OH)22+ , Pb(CO3)2+
Ion logam organic : CH3-Hg+
Menurut Leckie dan James (1974), kelarutan dari unsure-unsur logam dan logam
berat dalam badan perairan dikontrol oleh :
- pH (derajat keasaman) badan air
- Jenis dan konsentrasi logam dan khelat
- Keadaan komponen mineral teroksidasi dan system yang berlingkungan
redoks.
Ada beberapa bentuk interaksi antara ion-ion logam dengan spesi kimia berbeda dalam
badan perairan. Bentuk-bentuk interaksi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Reaksi hidrolisis
Ion-ion logam yang mempunyai muatan tinggi seperti Th4+ , Fe3+ , Cr3+ terhidrolisa
kuat dalam larutan air dengan konstanta kesetimbangan kecil.
Contoh :
Fe(H2O)63+ + H2O Fe(H2O)5OH2
- + H3O+
Hidrolisis selanjutnya dapat terjadi dengan kehilangan satu atau lebih proton dan air
terkoordinasi.
Contoh :
Fe(H2O)5OH2- + H2O Fe(H2O)4(OH)2
- + H3O+
Kebanyakan logam bervalensi dua seperti Cu2+, Pb2+, Ni2+ , Co2+ dan Zn2+ juga
mengalami hidrolisis dalam badan perairan dengan pH alami yang normal.
Hidrolisis logam juga dapat membentuk kompleksi ion yang mengandung bukan hanya
ion logam.
Contoh : 2Fe(OH)2+ Fe2(OH)24+
2. Pengompleksan ion-ion logam.
Dalam badan perairan ion-ion logam juga bereaksi membentuk kompleks organic
dan kompleks anorganik. Ligand-ligand pengompleks dominan yang terdapat pada
badan perairan terdiri dari Cl- , SO42- , F- , S2- , PO4
3-. Urutan kemudahan proses
pembentukan kompleksi ini hampir sama dengan urutan kemudahan terjadinya hirolisis,
yaitu dari kompleksi yang mudah larut kepada kompleksi yang sulit larut. Kesemuanya
itu tergantung pada konsentrasi logam-logamnya, ligandnya dan pH dari larutannya.
Ligand adalah zat yang membentuk senyawa kompleks (merupakan donor pasangan
electron). Sedangkan ion logam merupakan akseptor pasangan electron.
Ligand-ligand yang banyak terdapat dalam badan perairan pada umumnya
mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi ion-ion
logam. Perbedaan konsentrasi tersebut menjadi penyebab yang memungkinkan untuk
terjadinya kompetisi antara ligand-ligand organic yang ada dalam proses pembentukan
kompleksinya dengan logam. Semnetara logam-logam seperti Pb (II), Zn (II), Cd (II)
dan Hg (II) mempunyai kemampuan untuk membentuk kompleksi sendiri. Logam-
logam trsebut dengan mudah akan membentuk kompleksi dengan ion-ion Cl - dan/atau
SO42- pada konsentrasi yang sama dengan yang terdapat dalam air laut.
Logam-logam umumnya dapat membentuk ikatan dengan bahan-bahan organic alam
maupun bahan-bahan organic buatan. Proses pembentukan ikatan tersebut dapat terjadi
melalui :
(a). Atom karbon, dan akan membentuk senyawa organic logam
(b). Gugus karboksilat dan akan membentuk garam organic
(c). Atom-atom yang mempunyai electron bebas dalam senyawa organik , sehingga
terbentuk kompleksi koordinasi.
Contoh : Alkil merkuri, alkil Pb dan sabun merupakan reaksi penggaraman antara
lemak dengan ion-ion logam.
Pada kondisi aerobik, ion-ion logam bebas akan terbentuk lebih banyak. Kenaikan
pH akan menyebabkan terjadinya pengendapan dari senyawa logam dengan karbonat,
demikian juga dengan senyawa oksida dan hidroksidanya.
3. Sistem Redoks.
Spesi-spesi logam dalam badan perairan juga turut dikendalikan oleh adanya reaksi
redoks dalam badan air. Melalui reaksi redoks ini, semua spesi logam dan proses-proses
yang berkenaan dengan itu dapat dijaga kestabilannya. Termasuk juga berbagai bentuk
persenyawaan dan kompleksi logam dengan senyawa lain pada kondisi alaminya.
Perairan yang mempunyai kondisi redoks biasanya mempunyai sifat yang sangat
kompleks terhadap tingkah laku logam di badan perairan.
Dalam kondisi redoks ini, bentuk-bentuk logam akan dipengaruhi oleh dua cara, yaitu :
a. Oksidasi langsung, yaitu reaksi oksidasi yang terjadi pada satu unsure dan
berkenaan dengan valensi atau muatan ionnya.
Contoh : Fe(II) Fe(III)
Mn(II) Mn(IV)
b. Perubahan oksidasi atau reduksi karena kompetisi antara logam dan khelat.
Dalam badan lautan, bentuk-bentuk persenyawaan dari ion-ion logam umumnya
berbeda dengan bentuk persenyawaan yang terjadi dalam badan air tawar. Perbedaan itu
berkenaan dengan tingkat kompleksitas dan kekentalan (viskositas) dari badan
perairannya. Lautan merupakan badan air dengan kompleksitas yang sangat tinggi.
Perbedaan terjadi disebabkan oleh empat hal, yaitu :
1. Adanya perbedaan kekuatan ion-ion
2. Perbedaan konsentrasi dari logam-logam yang ada dan juga terlarut dalam badan
perairan
3. Perbedaan konsentrasi antara kation-kation dengan anion-anion utama yang ada
dalam badan perairan
4. Dalam badan air tawar konsentrasi ligand organic lebih besar.
Dalam badan air tawar, penyerapan logam yang dilakukan oleh partikel-partikel
dan kompleks-kompleks ligand lebih bervariasi bila dibandingkan dengan dalam badan
air laut. Sedangkan dalam campuran air tawar dan air laut, hal itu agak kurang.
Kompleksi logam dan khlor yang terjadi dalam campuran air laut dan air tawar,
cenderung untuk logam-logam Cu, Zn, Hg dan Co. Adapun Ni cenderung untuk tetap
bertahan sebagai ion bebas. Logam Cr memiliki kecenderungan untuk membentuk
kompleksi hidroksida. Ternyata tingkah laku logam-logam dalam badan perairan juga
dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi antara air dengan sedimen (endapan). Keadaan
ini terutama terjadi pada bagian dasar perairan. Pada dasar perairan, ion logam dan
kompleks-kompleksnya yang terlarut, dengan cepat akan membentuk partikel-partikel
yang lebih besar apabila kontak dengan permukaan partikulat yang melayang-layang
dalam badan perairan. Partikel-partikel tersebut terbentuk dengan bermacam-macam
bentuk ikatan permukaan.
Sumber-sumber pencemaran laut oleh logam berat.
Keberadaan logam-logam di perairan laut berasal dari sumber-sumber alamiah dan
dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber logam alamiah yang masuk
ke dalaam badan perairan laut dapat berupa hasil pengikisan dari batu mineral yang
banyak terdapat di sekitar perairan. Partikel-partikel logam yang berada di atmosfir,
dapat menjadi sumber logam di perairan laut. Dalam hal ini hujan (proses kondensasi)
mempunyai peranan penting sebagai pengangkut (transport) logam-logam tersebut.
Adapun logam yang berasal dari aktivitas manusia, terkandung dalam buangan sisa
(limbah) dari industri ataupun limbah domestik (limbah rumah tangga). Sebagian besar,
aktivitas manusia terkonsentrasi di daratan. Buangan sisa kegiatan manusia masuk
dalam system hydrosfir (mengikuti aliran air sungai) yang bermuara ke laut. Misalnya
logam Cu. Logam ini secara alamiah dapat masuk ke dalam badan perairan melalui
pengompleksan partikel logam di udara karena hujan, dan karena peristiwa erosi yang
terjadi pada batuan mineral yang terdapat di sekitar badan perairan. Pengikisan batu-
batu karang diakibatkan oleh angin dan hempasan gelombang. Secara alamiah jumlah
logam tembaga yang masuk ke dalam badan perairan laut mencapai 325.000 ton/tahun.
Dari jenis aktivitas industri dapat diprediksikan jenis pencemaran logam berat yang
akan terjadi. Contoh : perairan laut yang banyak menampung limbah industri kayu.
Jenis pencemaran yang mungkin terjadi adalah pencemaran oleh logam Cu, Cr, As. Hal
ini disebabkan senyawa tembaga khrom arsenat (CCA) atau tembaga khrom borat
(CCB) banyak dipakai sebagai pengawet kayu.
Di bawah ini merupakan tabel unsur-unsur logam yang digunakan dalam berbagai
industri.
Tabel . Unsur-unsur logam dalam berbagai industri.
Unsur : Jenis Pemakaian
Ag Fotografi, konduktor listrik, perhiasan, mata uang, baterai, katalisator, patri
Al Alat-alat bangunan, transportasi, alat-alat listrik, mesin, pembungkus, gelas, peralatan rumah tangga, obat-obatan.
As Pestisida (sebagai Pb atau Ca arsenat, Na arsenat), listrik, email, campuran logam.
Cd Electro plating, pigmen (bahan cat warna), penahan panas dalam alat-alat listrik, baterai, campuran logam
Co Campuran logam. Refractory brikcks, electro plating, cat pengawet kayu, tanning.
Cu Alat-alat listrik, campuran logam, katalisator, algisida, pengawet kayu, anti fouling paint.
Fe Industri besi dan baja.
Hg Produksi alkali-khlor, alat-alat listrik, anti mildew paint, obat-obatan, biosida (fungisida, pestisida, herbisida), kertas.
Mn Campuran logam, baterai kering, industri kimia, gelas, pewarna keramik
Mo Campuran logam, katalisator, pigmen, gelas, lubricant and oil additive
Ni Campuran logam, electro plating, katalisator.
Pb Baterai, bahan bakar mobil, pigmen, bahan peledak, patri, cable covering, anti fouling paint.
Sb Antimonal lead, plastik, keramik, gelas, barang-barang kimia tahan api,bearing-metal, pigmen.
Se Gelas, alat-alat listrik, cat, karet, insektisida.
Sn Plat timah, patri, reduktor kimia, fungisida, campuran logam, anti fouling paint.
V Campuran logam, katalisator.
Zn Lapisan campuran logam, galvanisir, cat, baterai, karet.
Absorpsi Logam oleh Organisme air.
Dinamika logam dalam air baik jenis air, maupun makhluk yang hidup di air telah
banyak diteliti, terutama dalam memonitor pencemaran logam berat pada lingkungan
perairan. Dalam memonitor pencemaran logam, analisis biota air sangat penting artinya
daripada analisis air itu sendiri. Hal ini disebabkan, kandungan logam dalam air yang
dapat berubah-ubah dan sangat tergantung pada lingkungan dan iklim. Pada musim
hujan, kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada
musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi
terkonsentrasi. Kandungan dalam biota air biasanya akan selalu bertambah dari waktu
ke waktu karena sifat logam yang bioakumulatif (terakumulasi melalui proses biologis),
sehingga biota air sangat baik digunakan sebagai indikator pencemaran logam dalam
lingkungan perairan. Pemakaian organisme hidup sebagai indicator pencemaran disebut
bio-indikator.
Pemakaian organisme laut sebagai bio-indikator pencemaran didasarkan pada
kenyataan bahwa alam atau lingkungan yang tidak tercemar akan dikarakteristik oleh
kondisi biologis yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beraneka ragam,
tanpa ada satu spesiespun yang dominan. Dari semua organisme laut yang terdapat
dalam suatu lingkungan perairan harus dipilih organisme yang paling dapat
menggambarkan kondisi lingkungan sebenarnya. Sebagai contoh, fitoplankton
walaupun memiliki kemampuan yang besar untuk mengakumulasi logam berat, namun
pemakaian fitoplankton sebagai bio-indikator kurang baik karena tidak menggambarkan
kondisi lingkungan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan gerakan fitoplankton sangat
dipengaruhi oleh arus dan gelombang laut. Pemakaian jenis-jenis ikan juga kurang tepat
karena gerakannya yang sangat luas, kecuali kalau ikan tersebut selalu berada dalam
lingkungan perairan tertentu (tidak bermigrasi/tidak beruaya).
Pedoman untuk memilih organisme laut sebagai bio-indikator pencemaran adalah
sebagai berikut :
1. Harus dapat mengakumulasi bahan pencemaran, tanpa organisme tersebut mati
terbunuh
2. Harus terdapat dalam jumlah yang banyak di seluruh daerah penelitian.
3. Terikat pada suatu tempat yang keras
4. Hidup dalam waktu yang lama, agar jika dibutuhkan sampling dapat dilakukan
lebih dari satu tahun
5. Mempunyai ukuran memadai untuk ukuran analisis
6. Mudah diambil dan tidak cepat rusak
7. Mempunyai toleransi terhadap air payau untuk memungkinkan penelitian di
daerah estuaria
8. Harus ada korelasi antara kadar bahan cemaran dalam air dan dalam organisme.
Jenis-jenis kerang (moluska bivalvia) dan makro-algae merupakan bio-indikator
yang tepat dan efisien. Pilihan pertama dari jenis kerang adalah kerang biru (Mytilus
edulis). Kerang ini memenuhi pedoman tersebut di atas, juga merupakan highly
specialized filter feeder dan mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan
lingkungan. Pilihan kedua adalah tiram Crassostrea gigas, karena merupakan filter
feeder dan makanannya terutama detritus yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Negara-
negara Eropa, Amerika dan Inggris menggunakan Mytilus edulis sebagai bio-indikator
pencemaran logam berat. Negara Asia Tenggara mengusulkan untuk memakai kerang
dara (Anadara granosa) atau tiram. Crassostrea cucullata dari kelompok moluska
bivalvia, dan Platycephalus indicus atau Platycephalus bassensis dari kelompok ikan
sebagai bio-indikator pencemaran logam berat.
Absorpsi ion-ion logam dari air laut oleh organisme air, seperti ikan dan udang-
udangan biasanya melalui insang. Logam-logam ringan seperti Na, K, Ca dan Mg
merupakan logam dalam kelompok kelas A yang keterlibatan ion logamnya dalam
makhluk hidup menyangkut proses fisiologis. Logam berat yang dimasukkan
dalamkelas B, merupakan logam-logam yang terlibat dalam proses enzimatik dan dapat
menimbulkan polusi, misalnya Zn, Cd, Hg dan Pb. Aktivitas dari logam kelas A masuk
ke dalam tubuh hewan biasanya dengan cara difusi membran sel (membran fenomena),
sedangkan logam kelas B terikat dengan protein (ligand binding). Logam ringan yang
termasuk kelas A biasanya selalu terdapat dalam air yang mengandung garam yang larut
di dalamnya (air laut). Lapisan sel (membran) pada biota air biasanya berlapis dua dan
berupa lipida (lipid bilayer), yang pada permukaannya mengandung beberapa lapisan
yang mengikat ion-ion yang yang akan diserap. Ion logam masuk ke dalam sel dengan
cara penetrasi ke dalam lapisan lipida, tetapi dalam penetrasi tersebut terdapat barier
yang menghambat yaitu berupa energi. Energi ini dihasilkan oleh proses sintesis ATP
(adenosin tri-fosfat), kontraksi otot, aktivitas saraf, keseimbangan elektrolit dan
sebagainya.
Senyawa anorganik dalam air tidak hanya ion tunggal saja (Ca2+ , Na+), tetapi juga
dapat berupa pasangan ion yang disebut ion pair, yaitu NaClo, CaSO4o dan NaHCO3
o.
Pasangan ion ini mengandung anion yang bermuatan negatif dan kation yang bermuatan
positif, yang secara alamiah kedua bentuk ion ini dapat terpisah karena proses reduksi
dari air. Beberapa elemen esensial (Cu, Zn, Co) atau non esensial (Cd, Hg) dalam model
penetrasi pasangan ion ini sangat penting untuk perhitungan absorpsi logam ke dalam
jaringan. Pasangan ion logam ini dalam air laut akan berbentuk (LCl)o , (LCl2)o ,
(LCO3)o , (LSO4)o , (LCl3)o dan (LClOH)o , yang ikatan ion-ionnya sangat tergantung
pada pH air.
Penetrasi pasangan ion logam melewati lapisan sel biasanya tidak secara terus
menerus, tetapi kadang-kadang berhenti (intermiten) dan sangat dipengaruhi oleh
keseimbangan elektrolit dalam air. Sebagai contoh dari penetrasi pasangan ion ini
seperti terlihat pada HgCl2o, yang sering diketemukan dalam air. Perhitungan jumlah
logam Hg yang diserap oleh membran sel dihitung menurut teori di bawah ini :
1 1 1 = + THg CPm Hgt Pm HgCl2
Atau,
1 Hgt 1 = + Pt Pm HgCl2 CPm
THg = Total merkuri yang masuk
CPm = Koefisien permeabilitas lapisan membran
Hgt = Total konsentrasi merkuri dalam air
Pm = Permeabilitas membran terhadap HgCl2
Pt = Total koefisien pemeabilitas membran
Pm = Konsentrasi HgCl2
Nilai normal untuk Pm untuk elektrolit adalah 10-11 cm/detik, tetapi pada kadar
garam 100 mmol NaCl dm-3 dengan konsentrasi merkuri 100 µmol dm-3 diketemukan Pt
sekitar 10-4 cm/det dan Pm = 1,3 x 10-2 cm/det. Dari perhitungan tersebut, yang penting
hanya menunjukkan bahwa penetrasi Hg ke dalam membran sel lebih tinggi satu juta
kali daripada penetrasi ion lain seperti Na+.
Suatu teori menyatakan bahwa membran plasma dapat mengatur masuknya
logam-logam trace ke dalam sel, kemudian mengontrol metabolisme logam trace
tersebut sehingga menyebabkan membran menjadi ligan protein dalam sel. Logam yang
termasuk kelas A merupakan logam yang terlibat dalam proses elektro-kimiawi dan
fungsi osmosis dari sel, sedangkan logam kelas B terlibat dalam proses-proses fungsi
enzim secara normal. Logam kelas B lebih reaktif terhadap ikatan ligan dengan sulfur
dan nitrogen daripada logam kelas A, sehingga hal ini sangat penting dalam system
fungsi metaloenzim yang mengganggu (bersifat racun) terhadap metabolisme sel itu
sendiri. Apabila sitoplasma sel mengikat logam yang salah (nonesensial) atau
sitoplasma mengikat logam lain yang bukan semestinya maka akan dapat menyebabkan
rusaknya kemampuan katalitik (detoksikasi) dari sel tersebut. Hal ini sering terjadi pada
sel-sel respirasi yaitu epitel insang yang menjadi rusak karena beberapa logam yang
termasuk kelas B terikat sebagai ligan.
Beberapa enzim penting yang disekresi oleh sel-sel insang ialah enzim carbonic
anhydrase dan ATP ase. Carbonic anhydrase adalah enzim yang mengandung seng
(Zn) yang berperan dalam katalisis CO2 menjadi asam karbonat (H2CO3). Logam seng
yang terikat enzim ini (ligan) dapat diganti oleh logam lain, sehingga aktivitas enzimnya
berkurang sampai 56% jika diganti Co dan hanya 5% jika diganti molekul Ni, Cd, Mn,
dan Cu. Jelas di sini, bahwa jika yang diikat logam yang bukan semestinya menjadi
metaloenzim, fungsi enzim tersebut akan menjadi rusak.
Tanaman air juga menyerap logam dari air. Jamur dalam air dan beberapa jenis
lumut mengabsorpsi arsenat (As) dari air, tetapi absorpsi ini menghambat system
transpor fosfat. Logam-logam seperti seng (Zn), kobalt (Co) dan nikel (Ni) diabsorpsi
melalui system yang sama pada transportasi magnesium (Mg) dan mangan (Mn). Hal ini
menunjukkan bahwa absorpsi logam oleh tanaman air sebagian besar merupakan proses
yang pasif, walaupun ada beberapa yang terlibat dalam metabolisme sel. Kinetika
absorpsi Zn oleh diatom (Phaeodactylum tricornutum) merupakan absorpsi yang cepat
masuk ke dalam membran sel, yang diikuti oleh difusi dan terjadi ikatan dengan protein
dalam sel. Pengikatan oleh protein tersebut merupakan kontrol konsentrasi Zn dalam
sel, karena dalam masa pertumbuhan konsentrasi Zn mencapai maksimum dan
kemudian menurun pada waktu jumlah protein sel juga menurun.
Pada rumput laut, proses absorpsi atau pertukaran ion juga melibatkan absorpsi
Zn, selama jumlah ion yang diabsorpsi berbeda dengan konsentrasi logam dalam air.
Pengaruh lain absorpsi logam dalam tanaman adalah pH air yang tinggi, temperatur dan
intensitas cahaya. Tetapi pada rumput laut cokelat (Fucus vesiculusus) intensitas cahaya
menurunkan absorpsi logam. Ada kecenderungan pengaruh nyata antara absorpsi
dengan intensitas cahaya, karena sinar diperlukan dalam proses fotosintesis, sehingga
hal ini dapat menaikkan ikatan logam dalam jaringan.
Absorpsi logam, selain masuk melalui insang dapat juga masuk melalui kulit
(kutikula) dan lapisan mukosa. Logam menempel pada permukaan sel, cairan tubuh dan
jaringan internal. Hubungan antara jumlah absorpsi logam dan kandungan logam dalam
air biasanya secara proporsional, di mana kenaikan kandungan logam dalam jaringan
sesuai dengan kenaikan kandungan logam dalam air. Pada logam-logam esensial,
kandungannya dalam jaringan biasanya mengalami regulasi (diatur, batas-batas
konsentrasi tertentu kandungan logam tersebut konstan), tetapi pada logam-logam
nonesensial, kandungan logam tersebut dalam jaringan meningkat terus sesuai dengan
kenaikan konsentrasi logam dalam air lingkungannya (non regulasi).
Beberapa factor yang mempengaruhi laju absorpsi logam dari dalam air, yaitu
kadar garam (air laut), alkalinitas (ait tawar), hadirnya senyawa kimia lainnya,
temperatur, pH, ukuran organisme, dan kondisi kelaparan organisme. Meskipun
demikian, toleransi spesies organisme terhadap logam berat tidak tergantung pada laju
absorpsi logam ke dalam tubuh organisme. Di samping itu, kondisi stress fisiologik
sangat berpengaruh terhadap absorpsi logam dari air. Kondisi ini menyebabkan
terjadinya kenaikan absorpsi logam.
Dalam beberapa kasus dan penelitian, absorpsi logam oleh hewan air berasal dari
pakan yang dimakan, hal ini terutama pada hewan-hewan yang berukuran besar.
Absorpsi logam dari pakan ini sangat tergantung pada bentuk kimia logam. Biasanya
ikatan logam dalam pakan sangat stabil dan tidak dapat dipecah oleh enzim pencernaan.
Ion logam yang telah terikat dalam jaringan tanaman air atau plankton yang dimakan
oleh ikan, biasanya tidak diabsorpsi oleh jaringan ikan dan mungkin diekskresikan
melalui saluran pencernaan.
Penelitian mengenai absorpsi ion Zn dalam lambung krustasea dekapoda
mengungkapkan, bahwa ion logam tersebut diserap selektif dan tidak terlihat adanya
penurunan absorpsi pada saat konsentrasi logam dalam air laut naik. Di lain pihak,
peneliti lain melaporkan bahwa Nereis sp semacam ganggang laut menyerap Zn dan Mn
sebesar 14-72%. Nereis sp yang hidup dalam air berkonsentrasi Cu, sehingga akan
mengandung Cu tinggi. Jika ganggang itu dimakan ikan, Cu tidak dapat diserap
seluruhnya oleh ikan, mungkin sebagian dari Cu diekskresikan melalui feses.
Walaupun laju pertambahan kandungan logam erat hubungannya dengan
konsentrasi logam dalam air, hal ini tidak menjamin bahwa konsentrasi logam dalam
jaringan hewan mencerminkan kandungan logam dalam air. Beberapa spesies
organisme mampu mengeluarkan logam dalam jumlah yang relatif besar dari tubuhnya
(regulasi). Pada tanaman air ekskresi dan regulasi ini tidak banyak diketahui, mungkin
logam diekskresi secara difusi. Ekskresi logam Cu oleh fitoplankton bersaman dengan
ekskresi bahan-bahan organic pada proses detoksikasi. Konsentrasi Ni dalam diatom
(Phaeodactylum tricornutum) proporsional dengan konsentrasi Ni dalam air sampai
batas 0,75 ppm. Bila konsentrasi naik, logam tersebut diekskresikan. Absorpsi
proporsional dan regulasi juga terjadi pada ganggang air tawar (Chlorella pyrenoidosa)
terhadap logam Cu dan Zn.
Beberapa jenis binatang lunak seperti moluska, ekskresi logam dilakukan dalam
beberapa cara yang agak berbeda-beda. Scallop (jenis keong laut) mengeluarkan logam
dari tubuhnya dalam bentuk granula dari ginjalnya. Cardium edulis (moluska laut)
mengeluarkan logam dalam bentuk bola-bola kecil dari sel-sel saluran pencernaannya.
Pada kerang kecil (Oyster), partikel-partikel logam Fe yang dikeluarkan dari pinggir
mantelnya dan juga sel darah putih sangat berperan dalam penyerapan dan pengeluaran
logam.
Pada Mythilus edulis yang mengabsorpsi Pb terlihat bahwa ginjalnya mengandung
50-70% dari total Pb yang diserap. Tetapi regulasi dari Pb ini tidak begitu baik.
Absorpsi Pb selama 40 hari terlihat proporsional dengan konsentrasi Pb air sekitarnya
pada kandungan 0,005 sampai 5 ppm. Di sini terlihat bahwa laju pengeluaran Pb dalam
air juga proporsional dengan konsentrasi dalam jaringan, sehingga efisiensi ekskresi
juga konstan. Sebagai akibatnya, konsentrasi Pb dalam tubuh naik jika konsentrasi
dalam air laut juga naik sampai laju absorpsi seimbang dengan laju ekskresi. Seorang
peneliti menganalisis, bahwa keseimbangan terjadi setelah 230 hari dengan asumsi
bahwa absorpsi Pb terjadi melalui air dan makanan. Faktor konsentrasi logam tersebut
tergantung pada ukuran organisme. Pada Mythilus edulis terlihat bahwa konsentrasi Pb,
Cu, Zn dan Fe menurun dengan naiknya berat badan, sedangkan konsentrasi Ni dan Cd
terlihat tetap.
Pada daerah yang terkontaminasi logam, organisme laut mengabsorpsi Cd lebih
dari proporsional, sedangkan pada daerah yang cukup bersih dan tidak terkontaminasi,
absorpsinya kurang dari proporsional. Pada krustasea dekapoda (jenis udang) logam
esensial seperti Zn, Cu dan Mn, absorpsinya dapat diregulasi, sedangkan Cd tidak dapat
diregulasi. Kenaikan konsentrasi Zn dalam air laut dari 0,004 sampai 0,2 ppm hanya
berpengaruh sedikit terhadap kandungan logam dalam lobster Homarus vulgaris. Pada
spesies ini rasio kandungan Zn dalam urine: darah, bervariasi sekitar 0,05 sampai 4
setelah diinjeksi Zn dalam darah. Perubahan dalam efisiensi ekskresi Zn diteliti pada
kepiting Carsinus maenas dan terlihat bahwa Zn dikeluarkan lewat insang, sedangkan
pada udang air tawar, Zn dikeluarkan lewat usus.
Logam nonesensial seperti Cd dan Hg mungkin juga mengalami regulasi. Pada
kondisi tidak terkontaminasi, kebanyakan ikan laut sangat sedikit mengekskresi Hg
sehingga konsentrasi Hg akan selalu meningkat sesuai dengan peningkatan
pertumbuhan ikan. Hal ini mungkin menjadi penyebab utama mengapa kandungan Hg
yang tinggi diketemukan pada ikan yang besar seperti tuna, hiu dan ikan besar lainnya
yang biasanya berumur panjang dan dapat tumbuh menjadi sangat besar. Tanaman air
danjenis ninatang lunak (kerang, keong dan sebagainya) yang tidak bergerak atau
mobilitasnya lamban tidak dapt meregulasi logam seperti hewan air lainnya. Ikan dan
krustasea dapat meregulasi logam esensial seperti Cu, Zn, Mn. Sedangkan logam
nonesensial seperti Cd, Hg, Pb kurang atau tidak diregulasi.
Logam yang diregulasi oleh organisme air ialah logam yang pada konsentrasi
tertentu dalam air tidak diakumulasi terus menerus oleh organisme tersebut dan
dikeluarkan dari tubuh mereka (ekskresi) sehingga kandungannya dalam jaringan tetap,
biasanya terhadap logam esensial (Cu, Zn, Mn dan sebagainya). Logam yang tidak
siregulasi oleh organisme air ialah logam yang terus menerus terakumulasi oleh jaringan
organisme tersebut, sehingga kandungannya dalam jaringan meningkat terus sesuai
dengan kenaikan konsentrasi logam dalam air, dan logam ini hanya diekskresi sedikit
sekali, biasanya terhadap logam nonesensial (Hg, Cd, Pb dan sebagainya).
Distribusi dan Akumulasi Logam dalam Jaringan.
Logam baik esensial maupun nonesensial yang diserap ke dalam tubuh hewan air
akan didistribusikan ke daaalam jaringan dan ditimbun dalam jaringhan tertentu. Dalam
keadaan normal, jumlah logam seng (Zn) yang diperlukan untuk proses enzimatik
biasanya sangat sedikit. Dalam keadaan lingkungan yang tercemar, keperluan logam
esensial ini (Fe, Cu, Zn, Co, Mn, Mo, Se dan Ni) akan menjadi berlebihan walaupun
semua logam berat tersebut bersifat menghambat system enzim (enzim inhibitor). Yang
mengherankan adalah kandungan logam yang tinggi yang diketemukan pada jaringan
beberapa spesies hewan air yang mempunyai regulasi sangat buruk terhadap logam.
Mekanisme proteksi sementara terhadap toksisitas logam tersebut mungkin
disebabkan karena tersedianya kapasitas pengikatan logam yang lebih banyak pada
organisme tertentu sseperti protein, polisakarida dan asam amino. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Bryan, yaitu dengan injeksi seng (Zn) ke dalam tubuh hewan air jenis
krustasea (Austropoootaamobius pallipes) dengan dosis tiga puluh kali dari normal. Hal
ini mengakibatkan konsentrasi seng tertinggi diketemukan dalam darah yang berikatan
dengan protein darah, tetapi ini ternyata hanya sementara, kemudian seng tersebut
diserap oleh hepatopankreas dalam waktu dua hari. Pada krustasea lain (Procamburus
clarkii), tembaga dan besi dalam bentuk granula banyak ditemukan dal sel-sel
hepatopankreas. Cadmium dan nikel juga diketemukan dalam hepatopankreas udang
yang juga merupakan jenis krustasea.
Pada binatang lunak (moluska) sel leukosit sangat berperan dalam system
translokasi dan detoksikasi logam. Hal ini terutama diketemukan pada kerang kecil
(oyster) yang hidup dalam air yang terkontaminasi tembaga (Cu). Dalam hal ini
tembaga terikat oleh sel leukosit sehingga menyebabkan kerang tersebut berwarna
kehijau-hijauan. Penelitian mengenai pengikatan Cu dan Zn telah dilakukan oleh
Coombs (1974) mengungkapkan bahwa kerang (Ostrea edulis) yang normal, 60% dari
Zn terikat oleh sel-sel debris dan dapat berikatan dengan ion-ionnya. Sekitar 40% dari
ion-ion tersebut berikatan dengan enzim-enzim seperti taurine, lysine, ATP dan
mungkin homarin. Ikatan metalotionein tersebut adalah ikatan kompleks dari logam-
logam sebagai jalan untuk detoksikasi.
Distribusi dan akumulasi logam tersebut sangat berbeda-beda untuk setiap
organisme air. Hal ini tergantung pada spesies, konsentrasi logam dalam air, pH, fase
pertumbuhan dan kemampuan untuk pindah tempat.
Ikan yang termasuk kelas teleoste merupakan hewan air yang selalu bergerak.
Kemampuan gerak yang cepat inilah yang menyebabkan ikan tidak banyak terpengaruh
pada kondisi pencemaran logam seperti makhluk lainnya (kepiting, udang, dan kerang).
Ikan-ikan yang hidup di laut lepas jarang dipakai sebagai indicator pencemaran logam
berat, tetapi pada lokasi tertentu yang daerah hidupnya terbatas seperti di sungai, danau
(ikan air tawar), dan di teluk (air laut), ikan-ikan tersebut akan menderita pada kondisi
tercemar. Ikan yang hidup di laut lepas mempunyai kebiasaaan bermigrasi dari satu ke
tempat lain utnuk menghindarkan diri dari dari pengaruh pencemaran ini.
Suatu penelitian yang telah dilakukan pada ikan yaitu dengan pemberian dosis
logam sedikit demi sedikit dan terus meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ikan dapat menyesuaikan kondisi pada konsentrasi logam dalam air sampai batas-batas
tertentu. Kondisi penyesuaian hidup ikan pada konsentrasi logam dalam air sekitarnya
disebut aklimatisasi. Proses ini lebih jelas terlihat pada logam-logam esensial daripada
logam yang nonesensial.
Brown (1982) melaporkan penelitiannya mengenai pengikatan logam oleh protein
dalam jaringan ikan yang disebut metalotionein (MTN). Ikan salmon dipelihara dalam
air yang mengandung Hg, kemudian diamati perubahan patologinya dalam hati yang
mengandung MTN-Hg secara maksimum (jenuh). Hal ini menunjukkan bahwa enzim
hati yang berupa protein mengikat Hg sehingga menjadi metaloenzim dengan berat
molekul yang tinggi dalam fraksi elektroporesis. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kandungan MTN dapat digunakan sebagai indicator untuk mengetahui tingkat
pencemaran air tawar dala suatu lingkungan tertentu. Ikan yang ditangkap dalam sebuah
danau atau sungai yang tercemar oleh sampai industri atau pertambangan menunjukkan
adanya MTN yang mengandung Cu dan Zn, yang kenaikan kandungan logamnya dapat
meningkat sampai 4-6 kali lipat dari yang normal.
Hewan air yang termasuk dalam kelas krustasea baik yang hidup di air tawar
maupun air laut selalu mencari makan di dasar air. Sifatnya yang detrivorus (pemakan
sisa-sisa) inilah yang menyebabkan hewan ini cukup baik untuk indicator polusi logam
berat. Derajat akumulasi logam (misal Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn) ke dalam jaringan
krustasea (yaitu kepiting, udang, dan hewan beruas lainnya) ini tergantung pada kondisi
air lingkungannya, yaitu sifat fisik dan kimia air, misalnya kadar garam, pH, dan
temperatur. Kandungan logam dalam sedimen juga sangat berpengaruh terhadap
bioakumulasi logam ini, karena krustasea selalu bergerak di dasar laut. Akumulasi
logam dalam jaringan krustasea juga sangat tergantung pada jenis logam dan spesies
hewan. Pada lobster Homarus americanus, logam Cd terutama diakumulasi dalam
kelenjar usus dan insang. Sedangkan pada Callinectes sapidus, Cd diakumulasi dalam
insang. Pada udang Penaeus merguiensis, laju akumulasi Cd dan Ni dalam daging,
insang, dan hepatopankreas terus naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi Cd dan Ni
dalam air. Pada udang tersebut, Cd dan Ni terakumulasi paling besar dalam
hepatopankreas, kemudian dalam insang dan paling sedikit dalam daging. Tetapi pada
kepiting laut Carsinus maenas yang diekspose 100 – 1000 µgram Cd/liter dalam air
laut, ditemukan konsentrasi Cd terbesar dalam kutikula (kulit) sekitar 54% dan dalam
hepatopankreas hanya 22%. Pada krustasea Daphnia magna melalui pemeriksaan
autoradiografi, terlihat bahwa eksoskeleton merupakan akumulator jaringan terbesar.
Proses mekanisme absorpsi, ekskresi, detoksikasi, dan akumulasi menunjukkan
bahwa hewan tingkat tinggi mempunyai kemampuan meregulasi logam dalam
tubuhnya, walaupun ada perubahan konsentrasi logam dalam air sekitarnya.
Kemampuan organisme meregulasi logam dalam jaringan hanya dapat diketahui dengan
menganalisis logam dalam jaringan, secara indinidu organisme yang diekspose dengan
beberapa konsentrasi logam dalam air. Bioasay dilakukan pada logam esensial seperti
Zn, Cu, dan Mn. Kenaikan konsentrasi Zn (dari 0,004 sampai 0,2 mg Zn/liter) hanya
berpengaruh sedikit terhadap konsentrasi Zn dalam jaringan lobster Homarus
americanus. Tetapi pada konsentrasi di atas 0,2 mg Zn/liter, kandungan Zn dalam
jaringan hewan tersebut naik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam konsentrasi logam
yang tinggi dalam air, proses regulasi logam dari organisme tersebut terganggu.
Sedangkan logam nonesensial, seperti Cd dan hg kurang dapat diregulasi oleh krustasea.
Jenis kerang baik jenis kecil yang disebut oister maupun jenis besar yang disebut
klam merupakan indicator yang baik dalam memonitor suatu pencemaran lingkungan
oleh logam. Hal tersebut disebabkan oleh sifatnya yang menetap dalam suatu habitat
tertentu. Dari analisis logam dalam jaringan kerang tersebut dapat diketahui kadar
pencemaran logam pada daerah tersebut. Jenis kerang juga dapat dipakai untuk
memonitor pengaruh konsentrasi logam terhadap kualitas air, factor musim, temperatur,
kadar garam, diet dan reproduksi. Oister dapat mengakumulasi logam Zn dan Cu
berlipat ganda lebih besar daripada konsentrasi logam tersebut dalam air sekitarnya. Hal
ini menunjukkan bahwa oister merupakan bioakumulator paling baik terhadap logam
daripada organisme air lainnya. Pada kerang kecil oister Saccostrea echinata
mengabsorpsi Hg lebih besar daripada Cd, dan Cd lebih besar daripada Pb pada
temperatur 20oC. Insang dari biota tersebut mengakumulasi paling besar daripada
jaringan lainnya. Absorpsi tersebut paling efisien terjadi pada temperatur 30oC daripada
20oC pada logam Hg dan Cd, sedangkan logam Pb hanya sedikit naik.
Indikator Biologis.
Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indicator bilogis perlu
diketahui dan ditentukan. Indikator biologis merupakan penunjuk ada-tidaknya
kenaikan keadaan lingkungan dari keadaan garis dasar, melalui analisis kandungan
logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat dalam hewan maupun
tanaman atau hasil dari hewan (susu, keju) atau tanaman (umbi, buah). Indikator
biologis dapat ditentukan dari hewan atau tanaman yang terletak pada daur pencemaran
lingkungan sebelum sampai kepada manusia. Indikator biologis tidak akan ditentukan
melalui analisis kandungan logam maupun senyawa kimia yang terdapat pada daging
harimau atau daun pohon jati, karena keduanya tidak dimakan manusia.
Gambar 1. Daur Pencemaran Lingkungan
Indikator biologis dapat terjadi karena ada beberapa organisme atau bagian
organisme yang dapat berlaku sebagai biokonsentrasi logam atau senyawa kimia
tertentu. Contoh, hewan pemakan rumput (sapi, kerbau, kambing) merupakan
organisme yang bersifat biokonsentrasi terhadap iodium. Artinya hewan tersebut lebih
peka menangkap iodium dibandin hewan lainnya. Bila dalam lingkungan terjadi
pencemaran iodium, hewan tersebut dapat dipakai sebagai indicator biologis. Analisis
iodium dapat dilakukan melalui analisis darah, kelenjar gondok, susu yang dihasilkan
dan sebagainya.
Sumber pencemara
n
Udara Air Daratan
Tanaman
Tanaman
Hewan Hewan
Manusia
Indikator biologis yang ada pada jalur air, serta unsur atau jenis logam yang
terdeteksi melalui indicator biologis tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Indikator biologis Phytoplankton : Fe, Co, Ni, Pu (Plutonium), Cs (Cesium), Y
(Ytrium), H3 (Tritium)
2. Zooplankton : Mn, Sr, Y, Fe, Ni, Co, Zr (Zirkonium)
3. Mollusca : Zn, Ni, Cu, Cd, Cr, Mn, Cs, Co
4. Crustacea : Sr, Y, Cs, Co, Zn, Mn, H3.
5. Indikator biologis ikan dan sejenisnya : Pu, Mn, Cs, Zn, Fe, Co, Zr, Sr
Berkaitan dengan indikator biologis, ada suatu pengertian yang disebut biological
magnification, yaitu pelipatan kandungan bahan pencemar oleh organisme yang
tingkatannya (trophic level) lebih tinggi. Pelipatan bahan pencemaran di dalam
organisme dapat terjadi karena organisme secara tetap mengkonsumsi bahan pencemar,
kemudian diakumulasi di dalam tubuhnya sehingga makin lama konsentrasi bahan
pencemar dalam tubuhnya makin besar. Walaupun konsentrasi bahan pencemar yang
ada di lingkungan kecil, namun dapat menjadi besar konsentrasi setelah dikonsumsi
oleh organisme melalui proses akumulasi.
Pengaruh pencemaran logam berat terhadap ekosistem air.
Penelitian mengenai pengaruh toksisitas logam terhadap individu organisme telah
banyak dilakukan, tetapi laporan mengenai pengaruhnya terhadap ekosistem air tidaklah
begitu banyak. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa macam logam dalam beberapa
ekosistem pantai, pelabuhan, muara sungai dan daerah rekreasi sering dilaporkan, tetapi
pengaruhnya terhadap ekosistem belum jelas.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sejumlah organisme terpengaruh oleh
keracunan sublethal Cd. Toksisitas akut Cd pada beberapa macam organisme
menunjukkan bahwa konsentrasi lethal terjadi pada temperatur yang agak tinggi. Jenis
fitoplankton biasanya mengandung logam lebih tinggi daripada kandungan logam pada
sekitarnya. Logam-logam tertentu biasanya terkonsentrasi pada spesies tertentu di laut
dan spesies tersebut biasanya mempunyai tingkat spesies yang tinggi, seperti ikan paus
dan ikan tuna. Konsentrasi logam yang tinggi pada hewan predator pemangsa
invertebrata merupakan indicator yang baik terhadap penelitian konsentrasi yang
terakumulasi dalam fitoplankton. Akan tetapi mekanisme transformasi logam melalui
rantai pakan ini belum diketahui secara jelas.
Merkuri.
Logam merkuri atau air raksa (Hg) telah dikenal manusia sejak manusia mengenal
peradaban. Logam merkuri yang bernomor atom 80 ini dihasilkan dari bijih sinabar HgS
yang mengandung unsure merkuri antara 0,1% - 4 %.
HgS + O2 Hg + SO2
Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam
cair murni. Logam inilah yang kemudian digunakan untuk berbagai keperluan. Merkuri
dan senyawa-senyawanya tersebar luas di alam. Mulai dari batuan, air, udara dan
bahkan dalam tubuh organisme hidup. Penyebaran logam merkuri turut dipengaruhi
oleh factor geologi, fisika, kimia dan biologi.
Secara umum sifat-sifat merkuri adalah sebagai berikut :
1. Berujud cair pada suhu kamar (25oC) dengan titik beku paling rendah sekitar –
39oC.
2. Masih berujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah terjadi
pemuaian secara menyeluruh.
3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam-logam yang lain.
4. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri
sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.
5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang
disebut juga dengan amalgam
6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik dalam
bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.
Merkuri maupun senyawanya banyak dipakai dalam bidang industri, pertanian.
Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri dan logam-logam lain ke lingkungan
umumnya berasal dari kegiatan-kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati
daerah deposit merkuri dan lain-lain. Namun demikian , meski sangat banyak sumber
keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu
secara alamiah, tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena masih
dapat ditolerir oleh alam itu sendiri.
Pabrik pulp (bubur kayu) dan kertas merupakan sumber pencemaran merkuri
terbesar. Pada industri ini, senyawa merkuri (FMA = fenil merkuri asetat) digunakan
untuk mencegah pembentukan kapur (mengontrol pengapuran) dan pertumbuhan jamur
pada pulp dan kertas basah. Pada saat pengeringan, merkuri turut menguap ke udara.
Bidang pertanian yang menggunakan senyawa merkuri sebagai anti-jamur pada
pembenihan, turut memegang peranan penting terhadap pencemaran merkuri di
lingkungan. Meskipun senyawa merkuri yang digunakan relatif sangat kecil, tetapi pada
aeral pertanian yang sangat luas, pemakaian anti jamur merkuri ini menjadi sangat
besar. Berarti jumlah merkuri yang digunakan pada senyawa penghalang atau senyawa
anti-jamur menjadi sangat besar. Dari areal pertanian ini sebagian merkuri akan terlarut,
sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah dan juga akan terbawa oleh aliran
permukaan (run off) sehingga masuk ke dalam system hidosfer (perairan). Disamping
sebagian dari merkuri tersebut terbuang, sisa yang ada akan masuk ke dalam system
metabolisme tanaman, dan kemudian akan terakumulasi pada jaringan tanaman itu
sendiri.
Timbal (Plumbum).
Timbal atau timah hitam atau plumbum (Pb) merupakan logam berat dengan
nomor atom 82. Penyebaran logam ni di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang
terdapat di seluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi.
Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat
lainnya yang ada di bumi. Melalui proses-proses geologi, timbal dalam deposit seperti
bijih logam. Persenyawaan bijih logam timbal ditemukan dalam bentuk galena (PbS),
anglesit (PbSO4), dan dalam bentuk minim (Pb3O4). Timbal tidak pernah diketemukan
dalam bentuk logam murninya. Bijih-bijih logam ini bergabung dengan logam-logam
lain seperti perak, seng, arsen, stibium, dan dengan logam bismuth.
Sifat-sifat logam timbal atau Pb :
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunkan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi, sehingga logam sering
digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5oC.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam
biasa, kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan konduktor yang tidak baik.
Pb dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang, misal pada
industri baterai, industri cat, industri pestisida, pembangkit listrik tenaga panas, bahan
kabel telepon, bahan additive pada bahan bakar kendaraan bernotor, bahan peledak.
Senyawa ini dapat berada dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak
dari aktivitas manusia. Secara almiah Pb dapat masuk ke dalam badan perairan melalui
pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu proses korosifikasi
dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin merupakan salah satu jalur
sumber Pb yang akan masuk ke dalam badan perairan.
Pb yang masuk ke dalam badan perairan sebgai dampak dari aktivitas manusia
diantaranya adalah limbah industri yang berkaitran dengan Pb. Air buangan (limbah)
tersebut jatuh pada jalur-jalur perairan dan terus menuju lautan. Umumnya jalur
buangan sisa bahan industri yang menggunakan pB akan merusak tata lingkungan
perairan yang dimasukinya (menjadi tercemar).
Senyawa Pb yang berada dalam badan perairan dapat ditemukan dalam bentuk-
bentuk ion divalent atau ion tetravalent (Pb2+ atau Pb4+). Ion Pb2+ digolongkan ke dalam
kelompok kelas antara, sedangkan Pb4+ masuk dalam kelompok logam kelas B. Ion Pb4+
mempunyai daya racun yang lebih tinggi dibandingkan Pb2+. Tetapi beberapa penelitian
menunjukkan Pb2+ lebih berbahaya.
Cadmium.
Di alam, penyebaran logam cadmium (Cd) sangat luas. Hanya ada satu jenis
mineral cadmium di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan
dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite sangat jarang ditemukan di alam,
sehingga dalam eksploitasi logam Cd, biasanya merupakan produk sampingan dari
proses peleburan dan refining bijih-bijih Zn (seng). Biasanya pada konsentrat bijih seng,
didapatkan 0,2 sampai 0,3% logam Cd. Di samping itu Cd juga diproduksi dari
peleburab bijih-bijih logam Pb dan Cu. Namun demikian Zn merupakan sumber utama
dari logam Cd, oleh karena itu produksi logam tersebut tergantung oleh Zn.
Berdasarkan sifat fisiknya, Cd merupakan logam yang lunak, ductile, berwarna
putih seperti perak. Logam ini kehilangan kilapnyabila berada dalam kondisi lembab
(udara basah). Ditinjau dari sifat kimianya, logam Cd akan cepat mengalami kerusakan
bila terkena uap ammonia (NH3) dan gas SO2. Pada umumnya mempunyai bilangan
valensi 2+ dan sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+. Logam Cd, bila
dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion OH-, ion-ion Cd2+ akan
diendapkan. Endapan tersebut biasanya dalam bentuk senyawa terhidratasi yang
berwarna putih. Bila logam Cd digabungkan dengan senyawa karbonat, dengan senyawa
fosfat, senyawa arsenat (AsO3=) dan atau dengan senyawa oksalat-ferro dan ferri sianat,
maka akan terbentuk senyawa yang berwarna kuning. Semua senyawa tersebut dapat
larut dalam senyawa NH4OH dan akan membentuk kation kompleks Cd dengan NH3.
Prinsip dasar penggunaan cadmium adalah sebagai bahan stabilisasi, sebagai
bahan pewarna dalam industri plastik dan pada eksplorating. Cd juga digunakaan untuk
solder dan alloy-alloy, digunakan untuk baterai. Umumnya Cd, CdO, CdH2 (hidrat Cd),
dan khloridanya paling banyak digunakan dalam industri eksplorating. Alloy Cd
terutama digunakan sebagai pemandu rudal. Alloy Cd dibentuk dengan logam-logam
Cu, Pb, Sn dan Ag banyak dipakai sebagai bahan solder. Logam Cd dan senyawa Cd-
nitrat sangat berguna dalam pengembangan reactor nuklir. Logam tersebut berfungsi
untum mengontrol kecepatan pemecahan inti atom dalam rantai reaksi. Industri
pencelupan, fotografi banyak menggunakan Cd dan senyawanya.
Seperti halnya merkuri, timbal dan logam berat lainnya, Cd sangat beracun bagi
semua organisme hidup. Dalam badan perairan, biota-biota yang tergolong crustacea
(udang-udangan) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24 – 504 jam bila
dalam badan perairan terlarut senyawa Cd pada rentang konsentrasi 0,005 - 0,15 ppm.
Untuk biota yang tergolong serangga akan mengalami kematian dalam selang waktu 24
- 672 jam, bila ditemukan dalam badan perairan dimana insekta tersebut hidup terlarut
Cd dan persenyawaannya dalam konsentrasi 0,003 - 18 ppm. Biota perairan yang
tergolong oligochaeta akan mati dalam selang waktu 24 - 96 jam, bila dalam badan
perairan terlarut Cd dan persenyawaannya dalam konsentrasi 0,0028 – 4,6 ppm. Ikan
mas (cyprinus carpio) mati dalam waktu 96 jam, bila media hidupnya terkonsentrasi Cd
sebesar 1,092 – 1,104 ppm.
Industri, pertanian, domestik
Perairan
Dasar perairan
Gambar 2. Siklus raksa dalam perairan laut.
RAKSA Mamalia
Organik raksa Fitoplankton
Udang Zooplankton
LarvaKerang
Ikan kecil
Ikan besar
matimati
Aktivitas organisme
Organik raksa
Zat Pencemar
Masuk ke Ekosistem Laut
Diencerkan dan dipekatkan oleh
Dibawa oleh
Adukan turbulensi
Arus laut Arus laut Biota yang beruayaDipekatkan olehProses biologis
Diserap ikan
Diserap plankton
nabati
Diserap rumput laut
dan tumbuhan
lainnya AbsorpsiPengen-dapan
Pertukaran ionAvertebrata Plankton hewaniIkan dan mamalia Mengendap di dasarProses fisis dan kimiawi
Gambar 3. Proses yang dialami bahan cemaran bila masuk ke lingkungan laut.
Acuan :
1. Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press.
2. Darsono V. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atma Jaya.
3. Furness R.W., Rainbow P.S. 1990. Heavy Metals in the Marine Environment. CRC Press Boca Raton Florida.
4. Kunarso DH., Ruyitno. 1991. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. LIPI Jakarta.
5. Palar H. 1994. Pencemaran dan Tosikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta Jakarta.
6. Resosoedarmo S., Kartawinata K., Soegiarto A. 1993. Pengantar Ekologi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
7. Wardhana W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
-----------------------