Laporan Tutorial Pediatri
-
Upload
gefaritza-rabbani -
Category
Documents
-
view
220 -
download
31
description
Transcript of Laporan Tutorial Pediatri
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
1/41
LAPORAN TUTORIAL
BLOK PEDIATRI SKENARIO II
KELOMPOK A8 :
Achmad Nurul Hidayat G0011003
Aprilisasi P.S. G0011031
Dea Saufika Najmi G0011063
Fitria Dewi Larassuci G0011097
Ines Aprilia Safitri G0011115
Risky Pratiwi P G0011177
Azamat Agus Sampurna G0011047
Gefaritza Rabbani G0011099
Jati Febriyanto Adi L.P. G0011121
Riko Saputra G0011173
TUTOR :
dr. Luqman Aryoseto
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2013
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
2/41
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas penularannya,
penyakit ini sering menimbulkan kekawatiran masyarakat karena perjalanan
penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat serta
merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian wabah
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan
kematian. Sampai sekarang penyakit DBD belum ditemukan obat maupun
vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini
dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor.
SKENARIO II
Panas
Sudah sejak 3 hari yang lalu Aryo berusia 8 tahun mengalami demam
tinggi terus menerus sepanjang hari. Sudah diberi obat penurun panas oleh
ibunya tetapi panas hanya turun sebentar dan kemudian naik lagi. Ibu Aryo
cemas karena anak tetangganya dirawat di rumah sakit karena Demam Berdarah
sehingga membawa anaknya ke puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
oleh dokter, dokter meminta untuk dilakukan pemeriksaan penunjang dan sambil
memberikan penatalaksanaan dokter juga memberikan penjelasan kepada ibu
mengenai tanda-tanda perdarahan atau syok. Bila terdapat tanda tersebut supaya
ibu membawa Aryo ke rumah sakit untuk mendapatkan penatalaksanaan
kegawatdaruratan yang dialaminya. Selanjutnya dokter akan berkoordinasi
dengan dinas kesehatan setempat untuk memutuskan rantai penularan.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
3/41
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Seven Jump
1. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario
A. SyokSyok adalah gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan atau suatu sindrom klinis
akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan
perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan dengan akibat gangguan
mekanisme homeostasis
B. Tanda-tanda perdarahanTanda-tanda yang disebabkan karena terdapatnya gangguan sistem
sirkulasi terutama akibat vaskulopati, trombositopeni dan gangguan fungsi
trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dapat
dibuktikan dengan uji rumple leede dengan hasil positif berupa terdapat 20
atau lebih petekie dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan
(volar) dan pada lipatan siku (fossa cubiti) atau dibuktikan dengan hasil
laboratorium berupa trombosit kurang dari 100.000 /l dan hematokrit
meningkat lebih dari 20%
2. Langkah II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan
1. Demam naik sejak 3 hari dan terus menerus sepanjang hari2. Diberi obat penurun panas, demam menurun sebentar lalu naik lagi3. Anak tetangga Demam Berdarah, dirawat di Rumah Sakit4. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan5. Penjelasan tanda-tanda perdarahan dan syok dari dokter kepada ibu6. Konseling segera ke RS untuk mendapatkan tatalaksana bila ada tanda-
tanda perdarahan dan syok
7. Pemutusan rantai penularan dan koordinasi dengan dinkes
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
4/41
3. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan mengenai
permasalahan (tersebut dalam langkah II)
1. Apa sajakah macam pola demam?2. Bagaimana pemberian obat anti piretik yang benar kepada anak? Baik
jenis, dosis obat dan waktu pemberian.
3. a) bagaimana klasifikasi Demam Berdarah dan gejala klinis tiaptahapannya?
b) Bagaimana mekanisme antigen, host dan environment berpengaruh
dalam penularan demam berdarah? Dan bagaimana cara penularannya?
4. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang harus dilakukan?5. a) Bagaimana patofisiologi perdarahan dan syok?
b)apa sajakah macam-macam syok?
c) Bagaimana tatalaksana kegawatdaruratan pada Demam Berdarah?
6. Bagaimana tatalaksana awal pasien suspect Demam Berdarah?7. Apa saja yang harus dinilai pada kegawatdaruratan pediatri?8. a) Bagaimana pemutusan rantai penularan yang efektif serta
pencegahannya?
b) Bagaimana alur koordinasi oleh nakes bila terjadi kasus Demam
Berdarah?
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
5/41
4. Langkah IV : Menginventarisasi permasalahan secara sistematis danpernyataan sementara mengenai permasalahan pada Langkah III.
5. Langkah V : Merumuskan tujuan pembelajaran.Karena keterbatasan waktu dan sedikitnya pernyataan sementara yang ada,
maka semua rumusan masalah dianggap sebagai tujuan pembelajaran pada
skenario kali ini.
6. Langkah VI :- Mengumpulkan informasi baru.- Mahasiswa mencari informasi di rumah.
Tanda-tanda syok
Penanganan syok
Etiologi dan potofisiologi
Tatalaksana dan pemeriksaan fisik & penunjang
Pemutusan rantai penularan dan koordinasi nakes
Kegawatdaruratan pediatri
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
6/41
7. Langkah VII : Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baruyang diperoleh.
Hasil dari Langkah VII akan dijelaskan di Pembahasan.
B. Pembahasan
1. Apa sajakah macam pola demam?Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah
mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial
dilakukan di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali,
walaupun tidak patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi
petunjuk diagnosis yang berguna (Tabel 1.).
Tabel 1.Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik
Pola demam Penyakit
Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal,juvenile rheumathoid
arthritis, beberapa drug fever(contoh karbamazepin)
Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
Demam rekuren Familial Mediterranean fever
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi
derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam,
dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:
Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai olehpeningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC
selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi
atau tidak signifikan.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
7/41
Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi
relatif)
Demam remitenditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapainormal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe
demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak
spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi,
khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
Gambar 2.Demam remiten
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya padapagi hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan
jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Gambar 3. Demam intermiten
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
8/41
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermitenmenunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat
besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksismedemam yang terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam(siklus 12 jam)
Gambar 4.Demam quotidian
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan danmenetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi
normal.
Demam lama (prolonged f ever)menggambarkan satu penyakit dengan lamademam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari
untuk infeksi saluran nafas atas.
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan intervalirregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya
traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yangberbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis
merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas
untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever,
spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever
(Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
9/41
Relapsingfeverdan demam periodik:o
Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang denganinterval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai
beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal.
Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan
bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap
hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.
Gambar 5. Pola demam malaria
o Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demamrekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar
6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick(tick-borne RF).
Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
10/41
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang
secara tiba-tiba berlangsung selama 3 6 hari, diikuti oleh periode
bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat
mencapai 40,6oC pada tick-borne fever dan 39,5oC pada louse-borne.
Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala, nyeri perut, dan
perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai
Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam (6 8 jam),
yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini
disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh
antibiotik. JHR sangat sering ditemukan setelah mengobati pasien
syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat pada kasus leptospirosis,
Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan
dan fatigue sampai reaksi anafilaktikfull-blown.
o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillumminus dan Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 10
minggu sebelum awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis.
o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebsteinpada 1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin
(LH). Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola
ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren
dari demam yang berlangsung 3 10 hari, diikuti oleh periode afebril
dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin
berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan
anemia hemolitik.
Gambar 7. Pola demam penyakit Hodgkin (pola Pel-Ebstein).
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
11/41
2. Bagaimana pemberian obat anti piretik yang benar kepada anak?Baik jenis, dosis obat dan waktu pemberian.
a. Jenis obatObat antipiretik yang disetujui untuk digunakan pada anak adalah
parasetamol dan ibuprofen. Penggunaan asetilsalisilat sangat tidak dianjurkan
pada anak usia 150 mg/kg pada pemberian
tunggal. Untuk ibuprofen oral, dosis standar 10 mg/kg per dosis (maksimum,
800 mg per dosis) diberikan 3 atau 4 kali sehari. Dosis terapeutik maksimum
30 mg/kg per hari (maksimum, 1,2 gr/hari), dan dosis toksik >100 mg/kg
c. Waktu pemberianOrganisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan pemberian antipiretik
anak dengan demam > 39 C suhu rektal.
3. a) bagaimana klasifikasi Demam Berdarah dan gejala klinis tiaptahapannya?
Klasifikasi menurut WHO 2009:
1. Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs),
2. Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs), dan
3. Dengue berat (severe Dengue)
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
12/41
A. Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :
Dengue probable :
Mual, muntah Ruam Sakit dan nyeri Uji torniket positif
Lekopenia Adanya tanda bahaya
Nyeri perut atau kelembutannya Muntah berkepanjangan Terdapat akumulasi cairan Perdarahan mukosa Letargi, lemah Pembesaran hati > 2 cm Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah
trombosit yang cepat
Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran
plasma tidak jelas)
B. Kriteria dengue berat :
Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS),akumulasi cairan dengan distress pernafasan.
Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT 1000, gangguan
kesadaran, gangguan jantung dan organ lain)
Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji
tourniquet, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi uji ini tetapi
sangat membantu diagnosis, sensitivitas uji ini sebesar 30 % sedangkan
spesifisitasnya mencapai 82 %.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
13/41
Klasifikasi menurut WHO-SEARO 2011:
b) Bagaimana mekanisme antigen, host dan environment
berpengaruh dalam penularan demam berdarah? Dan bagaimana
cara penularannya?
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga
menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk
Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
14/41
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum
dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus
dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan
transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus
dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan
dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2
hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent),hostdan
lingkungan (environment) pada DB:
1. Agent(virus dengue)Agen penyebab penyakit DBD berupa virus denguedari GenusFlavivirus
(Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat
serotipe virus dengueyaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengueini
memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan
terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tesebut penderita merupakan
sumber penular penyakit DBD.
2. HostHost adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor
yang mempengaruhi manusia adalah :
a. UmurUmur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan
terhadap infeksi virus dengue.Semua golongan umur dapat terserang
virusdengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat
pertama kali terjadi epidemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-anak
berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun
terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus denguetersebut
menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
15/41
b. Jenis kelaminSejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap
serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di
Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di
Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
antara laki-laki dan perempuan, Singapura menyatakan bahwa insiden
DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.
c. NutrisiTeori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik
mempengaruhi peningkatan antibodi apabila gizi yang buruk
mempengaruhi penurunan antibodi dan karena ada reaksi antigen pada
tubuh maka terjadi infeksi virus dengueyang berat.
d. PopulasiKepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya
infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan
meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.
e. Mobilitas pendudukMobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan infeksi virus dengue.
3. Lingkungan (environment)Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengueadalah:
a. Letak geografisPenyakit akibat infeksi virus dengueditemukan tersebar luas di
berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak
antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara,
Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta
kasus setiap tahunnya.
Infeksi virus denguedi Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti
yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan
Belanda. Pada saat itu virus denguemenimbulkan penyakit yang disebut
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
16/41
penyakit demam lima hari (viffdaagsekoorts) kadang-kadang disebut
demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang
terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi
dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih
merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara
endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah
lain atau dari suatu negara ke negara lain.
b. MusimNegara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim
panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di
Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di
Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi
beberapa minggu setelah musim ujan.
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan
erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena
didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.
4. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang harus dilakukan?A. Pemeriksaan fisik
biasanya ditandai dengan 4 manifestasi klinis utama (demamtinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan
sirkulasi).
DBD pada anak ditandai kenaikan suhu mendadak disertai fasialflush dan tanda lain yang menyerupai demam dengue (anoreksia,
muntah, sakit kepala, serta nyeri otot/tulang). Nyeri epigastrium,
ketegangan pada batas kosta kanan dan nyeri abdomen
menyeluruh juga sering dijumpai.
Suhu biasanya > 39 C.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
17/41
Fenomena perdarahan yang sering terjadi adalah uji tourniquet(+), petekie, ekimosis, pada ekstremitas, muka dan palatum.Epistaksis dan perdarahan gusi juga dapat terjadi.
Hati biasanya teraba saat fase demam, lebih sering ditemui padakasuk DBD dan syok.
Pada DBD terjadi kebocoran plasma ditandai dengan sekurang-kurangnya salahsatu dari: nilai Ht meningkat atau terjadi efusi
pleura, asites dan hipoproteinemia.
Pada akhir fase demam, kewaspadaan akan terjadi perburukanharus dipikirkan, antara lain terjadinya kegagalan sirkulasi:
Keringat banyak Gelisah, akral teraba dingin Terjadi perubahan nilai tekanan darah
B. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorik
Leukosit, awalnya menurun/normal, pada fase akhir dapatditemui limfositosis relatif (LPB >15%), yang pada fase
syok akan meningkat. Limfosit plasma biru (LPB) dengan
gambaran terdapat vakuolisasi dari kasar sampai halus,
ada daerah jernih di dekat inti, inti bulat, oval atau
berbentuk ginjal, letak di tepi, kroatin renggang, kadang
terdapat gambaran nukleoli.
Trombositopenia dan hemokonsentrasi sering ditemuiterutama saat penurunan suhu dan terjadinya renjatan
Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit Protein plasma menurun Hiponatremia pada kasus berat Serum alanin-aminotransferase sedikit meningkat Isolasi virus terbaik saat viremia (3-5 hari) IgM terdeteksi hari ke 5 meningkat sampai minggu III,
menghilang setelah 60-90 hari
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
18/41
IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke-!$,pada infeksi sekunder mulai hari ke-2
Uji HI, dengue blot Pemeriksaan pencitraan
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat
beberapa kelainan yang dapat dideteksi yaitu:
1) Dilatasi pembuluh darah paru2) Efusi pleura3) Kardiomegali dan efusi perikard4) Hepatomegali, dilatasi V. Hepatika dan kelainan parenkim
hati
5) Cairan dalam rongga peritoneum6) Penebalan dinding vesika felea.
Kelainan ini dapat deiketahui dengan foto rontgen dada, foto
rontgen perut dan USG. Untuk mendapat hasil yang baik pada
DBD dibuat 2 posisi foto rontgen dada yaitu AP-supine dan
RLD(right lateral decubitus)-sinar horiontal untuk pemeriksaan
USG pada DBD dilakukan posisi anak supine dengan potongan
transversal, langitudinal dan oblique pada tempat-tempat tertentu.
Khusus untuk mencari efusi pleura, bidang potongannya tidak
transfersal tegak lurus namun transfersal mengarah ke kranial.
Untuk melihat cairan perikard, dibuat potongan oblique di sela iga
kiri (daerah apeks kordis) dengan bidang potong mengarah ke
basis jantung.
5. a) Bagaimana patofisiologi perdarahan dan syok pada demamberdarah?
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih merupakan
masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan
SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous
infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan
secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
19/41
kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat
yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah
ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan
kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan
dengan Fc reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan
bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai
antibodi dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan
meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear.
Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif
yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary
heterologous infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh
Suvatte, tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue
yang berlainan pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan
terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi
limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue.
Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal
ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi (virus
antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivas sistem
komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma
dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada pasien dengan syok
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan
berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan
adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan
terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang
tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia,
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
20/41
yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting
guna mencegah kematian.
Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus
binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu
virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh
nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi
dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa
strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah yang besar.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
21/41
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-
antibod selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi
trombosi dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel
pembulu darah (gambar 2). Kedua faktor tersebut akan menyebabkan
perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari
perlekatan komplek antigen-antibodi pada membran trombosit
mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit
melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan
oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia.
Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III
mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi
intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen
degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
22/41
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi
baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor
Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu
peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok.
Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia,
penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan
kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat
syok yang terjadi.
b) apa sajakah macam-macam syok?
A.Definisi
Syok merupakan gangguan sistem sirkulasi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara volume darah dengan lumen pembuluh darah
sehingga perfusi dan oksigenasi ke jaringan tidak adekuat.
B.Macam-macam Syok
Berdasarkan sumber penyebabnya terdapat 4 macam syok, yaitu
1. Syok hipovolumik
Syok hipovolumik meruakan syok yang disebabkan oleh hilangnya
cairan/plasma (luka bakar, gagal ginjal, diare, muntah), kehilangan darah
(cedera parah, pasca operasi).
2. Syok anafikaltik
Syok anafilaktik merupakan syok yang disebabkan oleh pajanan zat allergen
sehingga memicu reaksi elergi yang akhirnya diikuti oleh vasodilatasi
pembuluh darah massif.
3. Syok neurogenik
Merupakan syok yang disebabkan kegagalan pusat vasomotor yang ditandai
dengan hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh
sehingga terjadi penurunan tekanan darah secara massif.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
23/41
4. Syok sepsis
Merupakan sindroma klinik ketidakadekuatan perfusi jaringan akibat
terjadinya sepsis.
5. Syok kardiogenik
Merupakan syok yang disebabkan kegagalan jantung yang ditandai dengan
menurunnya kardiak out put sehingga mengakibatkan ketidakadekuatan
volume intravascular.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
24/41
C.Patofisiologi
1. Syok hipovolumik
Syok jenis ini dikenal pula sebagai syok preload yang ditandai dengamenurunnya volume inravaskular karena perdarahan, dehidrasi, dan lain lain.
Menurunnya volume intravascular menyebabkan penurunan intraventrikel kiri
pada akhir diastole yang akan diikuti oleh menurunnya curah jantung. Kondisi
ini secara fisiologis akan menimbulkan mekanisme kompensasi berupa
vasokontriksi pembuluh darah oleh kotekolamin sehingga makin memperburu
perfusi ke jaringan tubuh.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
25/41
2. Syok anafilaktik
Ketika terjadi kontak dengan antigen makan akan terjadi reaksi enzim pada sel
mast dan sel basophil sehingga menyebabkan lepasnya berbagai mediator
seperti histamine, slo reacting substance of anaphylaxis, serotonin, dan kinin.
Pelepasan mediator-mediator tersebut menyebabkan dilatasi pembuluh darah,
peningkatan permebilitas, perangsanga sekresi mucus, dan kontraksi otot
bronkus. Oleh karena itulah disamping mengalami penurunan darah yang
cepat, juga disertai dengan gangguan pada sistem pernafasan
3. Syok neurogenik
Cedera pada tulang belakang atau medulla spinalis menyebabkan kegagalan
pada pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada
vena perifer. Gagalnya pusat vasomotor akan diikuti dengan hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak diseluruh tubuh sehingga terjadi penurunan
darah sistemik akibat vasodilatasi pembuluh darah perifer dan penurunan curah
jantung Selain karena cedera, rangsangan pada medulla spinalis juga bisa
disebabkan oleh penggunaan obat ansestesi spinal. Sedangkan letupan rangang
parasimpatis ke jantung dapat memperlambat denyut jantung dan menurunkan
rangsangan simpatis pada pembuluh darah. Proses ini terjadi ketika seseorang
mendapatkan rangsangan emosional yang sangat kuat, misal
mendengar/menyaksikan sesuatu yang membuatnya sangat marah atau sedih.
4. Syok sepsis
Syok ini disebabkan karena adanya sumber infeksi dalam tubuh terutama
bakteri gram negatif. Endotoksin basil gram negative dapat menyebabkan
beberapa hal yaitu:
a. vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer
b. peningkatan permeabilitas kapiler. Vasodilatasi perifer akan meningkatkan
kapasitas vaskuler sehingga menyebabkan hipovolumia relative, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan hilangnya cairan intravascular
ke interstitial dan menyebabkan udem. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan
syok
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
26/41
Pada syok sepsis hipoksia sel, tidak terjadi karena adanya penurunan perfusi
jaringan, melainkan karena ketidakmampuan sel menggunakan oksigen karena
toksin kuman.
5. Syok kardiogenik
Respon neurohormonal dan reflex adanya hipoksia akan menaikan frekuensi
denyut nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard. Kondisis diatas akan
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, sehingga makin memperburuk
keadaan dimana sebelumnya perfusi miokard telah menurun. Efek selanjutnya
adalah penurunan curah jantung, penurunan tekanan darah, dan jika indeks
jantung telah kurang dari 1,8 L/menit/m2 maka terjadilah syok kardiogenik
tersebut.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada semua jenis shock hampir sama, yaitu timbulnya
tanda dan gejala sebagai berikut:
1. sistem kardiovaskular
gangguan sirkulasi perifer: pucat, akral dingin, capillary refill lambat. dan
penurunan tekanan darah
nadi cepat dan halus
tekanan darah rendah tanda ini tidak bisa dijadikan pegangan karena
terdapatnya mekanisme kompensasi hingga kehilangan darah 1/3 volume
total.
Vena perifer kolap, dimana vena leher merupakan penilaian paling baik
CVP rendah.
2. sistem respirasi
nafas cepat dan dangkal
3. sistem saraf pusat
perubahan status mental pasien. Bila tekanan darah rendah makan akan
menyebabkan hipoksia otak sehingga pasien tampak gelisah hingga
kehilangan kesadaran.
4. sistem gastrointestinal
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
27/41
kurangnya asupan oksigen ke saluran pencernaan dapatmenyebabkan rasa
mual hingga muntah
5. sistem perkemihn
produksi urin yang berkurang. Normal rata-rata produksi urin dewasa
adalah 60 ml/jam (1/2-1 ml/kgBB/jam)
c) Bagaimana tatalaksana kegawatdaruratan pada Demam Berdarah?
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
28/41
Sindrom Syok Dengue ialah DBD dengan gejala, gelisah, nafas cepat, nadi
teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik
90 dandiastolik 80 mmHg, jadi tekanan nadi 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi
menjadi 10 mm/kg BB/jam. Volume 10 ml/kg BB /jam dapat dipertahankan
sampai 24 jam atau sampai klinis stabil danhematokrit menurun < 40%.
Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/kg/BB sampai keadaan klinis
danhematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5 ml dan
seterusnya 3ml/kg BB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam
setelah syok teratasi. Observasi klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin
dikerjakan tiap jam (usahakan urin >_ 1 ml/kg BB/jam, BD urin < 1.020) dan
pemeriksaan hematokrit & trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik.
b. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun
tetapi masih > 40 vol % berikan darah dalam volume kecil 10ml/kgBB.
Apabila tampak perdarahan masif, berikan darah segar 20ml/kgBB dan
lanjutkan cairan kristaloid. 10ml/kg BB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
29/41
5-8 cm H20) pada syok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan
pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.
c. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui
kebutuhan cairan danpasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin.
Apabila CVP normal (>_ 10 mmH20), maka diberikan dopamin.
6. Bagaimana tatalaksana awal pasien suspect Demam Berdarah?
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
30/41
Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh
karena itu orang tua/anggota keluarga diharapkan untuk waspada jika meiihat
tanda/gejala yang mungkin merupakan gejala awal penyakit DBD.
Tanda/gejala awal penyakit DBD ialah demam tinggi 2-7 hari mendadak tanpa
sebab yang jelas, terus menerus, badan terasa lemah/anak tampak lesu.
Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu
(1) Adakah tanda kedaruratan yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir
biru, tangan dankaki dingin, kulit lembab), muntah terus menerus, kejang,
kesadaran menurun, muntah darah, berak darah, maka pasien perlu dirawat
(2) Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji tourniquet/uji
Rumple Leede/uji bendung danhitung trombosit;
a. Bila uji tourniquet positif dan/ atau trombosit _ 100.000/pl atau normal ,
pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai
suhu turun. Pasien dianjurkan minum banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit,
jus buah dll serta diberikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan
golongan salisilat. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit
ketiga, evaluasi tanda klinis adakah tanda-tanda syok yaitu anak menjadi
gelisah, ujung kaki/tangan dingin, sakit perut, berak hitam, kencing berkurang;
bila perlu periksa Hb, Ht, dantrombosit. Apabila terdapat tanda syok atau
terdapat peningkatan Hb/Ht danatau penurunan trombosit, segera kembali ke
rumah sakit.
7. Apa saja yang harus dinilai pada kegawatdaruratan pediatri?Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:
Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi
dinding dada, merintih, sianosis)?
Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadicepat dan lemah).
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
31/41
Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)?Apakah kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah,mata cekung, turgor menurun).
Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan
segera untuk menghindari terjadinya kematian.
Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap:
Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah, segera
berikan tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.
Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar,
kejang, atau diare dengan dehidrasi berat.
Bi la didapatkan tanda kegawatdaruratan:
Panggil tenaga kesehatan profesional terlatih bila memungkinkan, tetapi
jangan menunda penanganan. Tetap tenang dan kerjakan dengan tenaga
kesehatan lain yang mungkin diperlukan untuk membantu memberikan
pertolongan, karena pada anak yang sakit berat seringkali memerlukan
beberapa tindakan pada waktu yang bersamaan. Tenaga kesehatan profesional
yang berpengalaman harus melanjutkan penilaian untuk menentukan masalah
yang mendasarinya dan membuat rencana penatalaksanaannya.
Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah lengkap, gula
darah, malaria). Kirimkan sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah
dan cross-match bila anak mengalami syok, anemia berat, atau perdarahan
yang cukup banyak.
Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera
dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang
mendasarinya.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
32/41
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
33/41
8. a) Bagaimana pemutusan rantai penularan yang efektif sertapencegahannya?
Pemutusan Rantai penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan
dengn cara:
a. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan informasi dan
pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit DBD, bagaimana cara
mencegah dan memberantas penyakit demam berdarah yang lebih efektif,
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
34/41
yaitu melalui pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN-DBD)
dengan 4 M-Plus.
Manfaat dari kegiatan penyuluhan adalah menambah pengetahuan
masyarakat yang pada akhirnya mau dan mampu secara bersama sama dan
terus menerus berperan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dengan 4 M-plus.
b. Pemantauan Jentik Berkala
Pemantauan jentik berkala kegiatan untuk melihat situasi kepadatan jentik
pada tempat penampungan air di rumah/bangunan milik masyarakat
maupun tempat tempat umum oleh kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
atau tenaga puskesmas , sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dini
agar masyarakat terhindar dari penularan penyakit Demam Berdarah
Dengue.
Jumantik merupakan kader yang berasal dari masyarakat dan bertugas
melakukan Pemantauan & pemeriksaan jentik tempat-tempat
penampungan air di lingkungan masyarakat secara berkala dan terus-
menerus, memberikan penyuluhan serta menggerakkan masyarakat dalam
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD.
Manfaat jumantik adalah memantau dan memberantas jentik-jentik
nyamuk demam berdarah yang ada dilingkungan masyarakat serta
memotivasi dan menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam
melakukan PSN-DBD, sehingga diharapkan populasi jentik nyamuk
demam berdarah yang ada di lingkungan masyarakat menjadi berkurang.
c. Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )
Kegiatan dimaksud adalah pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (
PSN ) secara bersama sama pada waktu yang bersamaan ( serentak ) oleh
semua lapisan masyarakat baik pemerintah maupun swasta. Sehingga
kegiatan ini dapat memotivasi dan menggerakkan masyarakat untuk
berperan serta dalam melakukan PSN-DBD secara mandiri dan
berkesinambungan.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
35/41
d. Larvasidasi Selektif
Larvasidasi terutama dilakukan di daerah yang banyak menampung
air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang susah
dikuras/dibersihkan.
Manfaat kegiatan Larvasidasi adalah memberantas jentik-jentik nyamuk
demam berdarah dengan menggunakan bubuk abate terutama di daerah yg
banyak menampung air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang
susah dikuras/dibersihkan.
e. Fogging dengan Insektisida
Pengasapan dilakukan sesuai dengan kesimpulan analisis dari kegiatan
penyelidikan epidemiologi penyakit DBD di tempat tinggal penderita dan
lingkungan sekitarnya.
Apabila kesimpulan akhir harus dilaksanakan pengasapan (fogging ) ,
maka Pengasapan ( fogging ) dilakukan oleh petugas puskesmas atau
bekerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. Petugas penyemprot
adalah petugas puskesmas atau petugas harian lepas yang terlatih.
Persyaratan Fogging dengan insektisida :
- Adanya penderita positif DBD berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium dan laporan (SO) dari Rumah Sakit/Klinik/BP/Puskesmas.
- Didukung hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang telah terlatih dengan ditemukannya penderita
demam tanpa sebab minimal 3 orang dan atau tersangka penderita DBD
serta ditemukan positif jentik Aedes ( 5 % ) dari rumah/bangunan
disekitar rumah penderita.
Kegiatan fogging focus ini bertujuan memutus rantai penul aran dengan
membunuh nyamuk dewasa yang sudah mengandung virus dengue dengan
radius 100 M dari rumah penderita. Tetapi kegiatan fogging ini bukan
merupakan solusi utama untuk pencegahan DBD selain itu fogging
tersebut harus dilakukan oleh tenaga khusus dan terampil karena obat
(insektisida) yang digunakan mempunyai efek samping berbahaya bagi
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
36/41
lingkungan dan orang yang melaksanakannya serta terjadinya
resistensi terhadap nyamukitu sendiri.
Menginggat Untuk pencegahan yang paling efektif dapat dilakukan dengan
memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah dengue
dengan berperilaku hidup bersih dan sehat di keluarga dan dilingkungan
tempat tinggal yaitu dengan cara antara lain :
1. Membersihkan lingkungan dan rumah masing-masing setiap hari,terutama tempat penampungan air sebagai tempat berkembangbiak
nyamuk demam berdarah dengue seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas
pot bunga, dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.
2. Melaksanakan kerja bakti secara teratur (satu minggu sekali)dilingkungan masing-masing.
3. Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 4 M PLUS :a. MENGURAS : Menguras dan menyikat dinding tempat
penampungan air seperti : bak mandi dan drum.
b. MENUTUP : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti: drum, tempayan dan lain-lain.
c. MENGUBUR : Mengubur atau menimbun barang-barang bekasserta mengumpulkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air dan dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS).
d. PLUS CARA LAIN : Mengganti air vas bunga seminggu sekali,mengeringkan air di alas pot bunga, memperbaiki saluran air dan
talang air yang tidak lancar/rusak serta memasang kawat kasa atau
menggunakan obat anti nyamuk serta menggunakan kelambu untuk
menghindari dari gigitan nyamuk.
e. MEMANTAU : Memantau dan memeriksa tempat-tempatpenampungan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk aedes
aegpty seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga,
dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
37/41
Peran serta masyarakat dan pihak terkait sangat diperlukan dalam
melakukan pencegahan DBD melalui PSN ( Pemberantasan Sarang
Nyamuk ) tersebut.
b) Bagaimana alur koordinasi oleh nakes bila terjadi kasus Demam
Berdarah?
Setiap kasus DBD yang terdiagnosis harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Propinsi dengan berbagai macam alur berikut ini:
1. Pelaporan langsung oleh masyarakat dengan surat pemberitahuan ke
Puskesmas
2. Pelaporan dari puskesmas ke kabupaten menggunakan form PU-DBD
dan W2
3. Pelaporan dari rumah sakit ke kabupaten menggunakan form KD-RS (1
x 24 jam setelah ada kasus DBD)
4. Pelaporan dari Kabupaten ke propinsi: K-DBD (1 bulan sekali)
Jika ada kasus yang dilaporkan, maka akan ditindaklanjuti dengan
penyelidikan epidemiologi untuk melihat intensitas masalah yang terjadi.
Dari hasil penyelidikan epidemiologi. PE adalah kegiatan pencarian
penderita/tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular
DBD dirumah penderita, dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta
tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit
lebih lanjut.
Jika ada penderita/tersangka DBD yang dilaporkan langsung oleh
masyarakat atau oleh RS, maka petugas P2M Puskesmas perlu melakukan
penyelidikan epidemiologi. Adapun langkah-langkah melakukan
penyelidikan epidemiologi adalah sebagai berikut:
1. Mencatat identitas penderita/tersangka DBD di buku harian penderita
DBD
2. Menyiapkan peralatan PE (tensimeter anak, senter, form dan abate)
3. Petugas datang ke Lurah atau Kades di wilayah dengan penderita DBD
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
38/41
4. Menanyakan ada tidaknya penerita panas dalam kurun waktu 1 minggu
sebelumnya. Bila ada, dilakukan ujiRumple Leeds
5. Memeriksa jentik di tempat penampuangan air di dalam dan di luar
rumah (radius 20 rumah di sekitar kasus atau radius 100 meter dari
rumah penderita)
6. Hasil pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir Penyelidikan
Epidemiologi (PE)
Kemudian disimpulkan ada tidaknya kejadian KLB DBD. KLB DBD
ditegakkan jika ada peningkatan jumlah kasus DBD dan Dengue Syok
Sindrom(DSS) di suatu desa/kelurahan/wilayah lebih luas, 2 kali lipat atau
lebih dalam kurun waktu 1 minggu/bulan dibanding minggu/bulan
sebelumnya atau bulan yang sama tahun lalu.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
39/41
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Patogenesis infeksi dengue (DBD) belum sepenuhnya dipahami,
berbagai teori dikemukan untuk menerangkannya, timbulnya mediator penyulut
demam dapat merangsang pusat termoregulator di hipotalamus sehingga
penderitanya demam. Salah satu keadaan yang terjadi adalah kenaikan
permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran plasma sehingga dapat
menyebabkan penderita jatuh ke keadaan syok. Oleh karena itu pencegahan
merupakan hal yang sangat diutamakan.
Pengendalian DBD yang utama adalah dengan memutus rantai penularan yaitu
dengan pengendalian vektornya, karena sampai saat ini vaksin dan obatnya belum
ada. Peran serta masyarakat dan lintas sektor terkait harus ditingkatkan secara
berkesinambungan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan untuk
mengendalikan sumber nyamuk melalui 3M plus atau PSN terpadu. Untuk
meningkatkan daya ungkit pengendalian DBD akan terlaksana dengan baik kalau
digerakkan oleh Kementrian dalam negeri termasuk pemerintah daerah di semua
tingkat administrasi dan dukungan dukungan teknik dari sektor kesehatan.
SARAN
1. Mengaktifkan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) oleh Puskesmas,bekerja sama dengan masyarakat dengan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik
(Jumantik) terutama untuk daerah dengan endemis tinggi sepanjang tahun.
2. Perlu ditingkatkan upaya penyuluhan dan pendidikan terhadap masyarakatagar selalu waspada terhadap DBD dan aktif melakukan PSN.
3. Perlu dilakukan surveilans kasus dan surveilans vektor yang intensif terutamapada tingkat masyarakat dan Puskesmas dengan bimbingan Dinas Kesehatan
Kab/kota. Pada saat dideteksi jumlah kasus DBD terendah perlu dilakukan
Bulan Bakti Gerakan 3M secara serentak selama satu bulan,sehingga rantai
penularan virus dengue dari nyamuk-manusia-nyamuk dapat terputus.
-
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
40/41
DAFTAR PUSTAKA
Cunha BA. 1996. The clinical significance of fever patterns. Inf Dis Clin
North Am;10:33-44
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008b.Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue
.http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf
(diakses pada 11 maret 2014 pukul 23.09 )
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit. http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2011/09/Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-
Anak-di-RS.pdf (diakses pada 11 maret 2014 pukul 23.09 )
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Tata Laksana DBD.
http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf
(diakses pada 11 maret 2014 pukul 23.09 )
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2006. Prosedur Tetap
Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.
El-Radhi AS, Carroll J, Klein N, Abbas A. Fever. 2009. Dalam: El-Radhi SA,
Carroll J, Klein N, penyunting. Clinical manual of fever in children. Edisi
ke-9. Berlin: Springer-Verlag;.h.1-24.
Fisher RG, Boyce TG. Fever and shock syndrome. 2005.Dalam: Fisher RG,
Boyce TG, penyunting. Moffets Pediatric infectious diseases: A
problem-oriented approach. Edisi ke-4. New York: Lippincott William &
Wilkins; h.318-73.
Hudak & Gallo, 1994, Keperwatan Kritis: Pendekatan Holistik, edk. 6, vol. 2
trans. Sumarwati, M. dkk., EGC, Jakarta.
Lubis Inke NS, Lubis Chairuddin P. 2011. Penanganan Demam pada Anak.
Diunduh dari http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-6-8.pdfpada 05 Maret
2014 pukul 02.49
Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Media Aesculapius.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-6-8.pdfhttp://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-6-8.pdf -
5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri
41/41
Powel KR. Fever. 2007. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18.
Philadelphia: Saunders Elsevier;.h.
Woodward TE. 1997.The fever patterns as a diagnosis aid. Dalam:
Mackowick PA, penyunting. Fever: Basic mechanisms and management.
Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott-Raven; h.215-36