Laporan COklat Vindy New

download Laporan COklat Vindy New

of 37

Transcript of Laporan COklat Vindy New

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    1/37

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

     Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sangat tergantung pada

     produksi pertanian, oleh karena itu, pembangunan pertanian merupakan syarat

    yang mutlak untuk membangun ekonomi nasional. Tanaman kakao (Theobroma

    cacao, L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembang luaskan

    dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Kakao

    merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dimanfaatkan pada dunia

    industri.

    Bagian dari tanaman kakao yang umumnya banyak dimanfaatkan adalah

     biji kakao. Biji kakao Indonesia sebagian besar atau sekitar 60% diekspor dan

    selebihnya digunakan untuk kebutuhan industri pengolahan biji kakao dalam

    negeri. Ekspor kakao yang dilakukan selama ini sebagian besar masih dalam

     bentuk produk primer (cocoa bean) sedangkan dalam bentuk olahan baru

    mencapai 20% (Sukrisno dan Mulato, 2004). Beberapa produk turunan kakao

    masih sangat potensial untuk dikembangkan khususnya untuk pasar dalam negeri

    (seperti cocoa powder , cocoa butter , dan cocoa paste).

    Coklat merupakan produk olahan biji kakao dengan lemak sebagai

    komponen utamanya. Coklat memiliki tekstur yang padat namun akan lembut dan

    meluber jika sudah berada di dalam mulut. Perlu pengolahan yang tepat untuk

    membuat coklat menjadi bertekstur padat dan mudah leleh saat dimakan. Salah

    satu cara untuk memperbaiki mutu cokelat adalah dengan cara tempering yaitu

     proses yang melibatkan serangkaian tahapan pemanasan, pendinginan, dan

     pengadukan dengan kecepatan rendah. Selain proses tempering , kestabilan cokelat

    olahan juga ditentukan oleh proses mixing dan conching .

    Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui proses

     pengolahan hilir biji kakao mulai dari tahap penyangraian biji kakao, pemisahan

    kulit biji, pemastaan, serta pembuatan coklat susu dengan perbedaan suhu

    tempering dan penyimpanan coklat susu.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    2/37

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut :

    1.  Memahami perubahan yang terjadi selama penyangraian.

    2. 

    Mengetahui efisiensi pemisahan kulit biji.

    3.  Mengetahui ukuran partikel pasta hasil pemastaan dibandingkan dengan

     pasta komersial.

    4.  Mengetahui ukuran partikel adonan coklat selama pelembutan.

    5.  Mengetahui sifat coklat yang dihasilkan dengan suhu akhir tempering yang

     berbeda.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    3/37

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kakao

    Theobroma cacao L  adalah nama biologis yang diberikan pada pohon

    kakao oleh  Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus Theobroma 

    adalah di bagian hutan tropis dengan banyak curah hujan, tingkat kelembaban

    tinggi, dan teduh. Dalam kondisi seperti ini Theobroma cacao jarang berbuah dan

    hanya sedikit menghasilkan biji (Spillane, 1995).

    Menurut Susanto (1994), jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi

    coklat hanya 3 jenis, yaitu : 

    1.  Jenis Criollo

    Jenis Criollo terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika

    Selatan. Jenis ini menghasilkan biji coklat yang mutunya sangat baik dan dikenal

    sebagai coklat mulia. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis dan

     berbintil  –   bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan

     berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah.

    2. 

    Jenis Forastero

    Jenis ini menghasilkan biji coklat yang memiliki mutu sedang atau dikenal

     juga sebagai Ordinary cocoa.  Buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal, biji

     buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah.

    3.  Jenis Trinitario

    Merupakan campuran dari jenis Criollo dengan jenis  Forastero. Coklat

    Trinitario  menghasilkan biji yang termasuk  fine flavour cocoa  dan ada yang

    termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya

     bermacam  –   macam. Biji buahnya juga bermacam  –   macam dengan kotiledon

     berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah.

    Tanaman kakao memiliki banyak manfaat. Tanaman kakao merupakan

    tanaman yang digunakan sebagai penyedap makanan juga sebagai sumber lemak

    nabati. Kakao ini juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman,

    campuran gula-gula atau jenis makanan lainnya (Siregar dan Riyadi, 1994).

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    4/37

    Suatu produk cokelat yang dihasilkan berawal dari buah tanaman kakao

    kemudian diproses melalui beberapa tahapan yang relatif panjang. Tanaman

    kakao akan meghasilkan buah kakao yang di dalamnya terdapat biji-biji kakao.

    Melalui proses pascapanen yang meliputi proses pengolahan dan pengeringan,

    akan dihasilkan biji-biji kakao kering yang siap dikirim ke pabrik pengolah. Oleh

     pengolah, biji kakao kemudian diolah menjadi produk-produk setengah jadi atau

     produk-produk yang sudah jadi (Wahyudi dkk, 2008).

    Biji kakao sangat diperlukan dalam berbagai macam industri karena

    sifatnya yang khas, yaitu : (1) biji kakao mengandung lemak yang cukup tinggi

    (55 %), di mana lemaknya mempunyai sifat yang unik yaitu membeku pada suhu

    kamar, akan tetapi mencair pada suhu tubuh, (2) bagian padatan biji kakao

    mengandung komponen flavor dan pewarna yang sangat dibutuhkan dalam

    industri makanan (Djatmiko dan Wahyudi, 1986). Komposisi pulp kakao

    disajikan pada Tabel 2.1 

    Tabel 2.1 Komposisi pulp biji kakao

    Komponen Kandungan Rata-rata (%)

    AirAlbuminoid, astringents dsb

    Glukosa

    Sukrosa

    Pati

    Asam non-volatil

    Besi oksida

    Garam-garam

    80 –  900,5 –  0,7

    8 –  13

    0,4 –  1,0

     –  

    0,2 –  0,4

    0,03

    0,4 –  0,45

    Sumber : Haryadi dan Supriyanto (2001) 

    2.2 

    Coklat

    Coklat bukan hanya memiliki nilai nutrisi tetapi sering juga digunakan

    sebagai pengungkap perasaan, sebagai hadiah ucapan, tanda terima kasih dan

    sebagainya. Lemak kakao adalah formula yang termahal dan terpenting dalam

     pembuatan penyalut pada industri permen coklat karena sekitar 29.5% bahan

     penyusunnya adalah lemak kakao (Minifie, 1999, Wang, et.al., 2006).

    Di pasaran ada beberapa jenis coklat yang dikenal secara umum antara

    lain; coklat susu (milk chocolate), coklat putih (white chocolate) dan coklat hitam

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    5/37

    (dark chocolate). Berbagai jenis coklat yang beredar di pasar ini memiliki

    keragaman dayaguna, sebagai contoh, coklat susu merupakan adonan dari coklat

    manis, cocoa powder , gula dan susu. Coklat putih memiliki rasa yang lebih manis

    dan berwarna putih yang dapat dicampur dengan berbagai ragam bahan tambahan

    yang akan memberikan penampilan dan keindahan lain. Sedangkan coklat hitam

    merupakan coklat murni yang mengandung 43% padatan coklat dengan rasa agak

     pahit, dengan warna coklat tua kehitaman (Minifie, 1999, Wang, et.al., 2006).

    Karakteristik sensori lemak kakao dapat dilihat pada Tabel 2.2 

    Tabel 2.2 Karakteristik sensori lemak kakao

    Kristal Suhu Leleh Efek Rasa

    I

    II

    III

    IV

    V

    VI

    17°C (63°F)

    21°C (70°F)

    26°C (78°F)

    28°C (82°F)

    34°C (94°F)

    36°C (97°F)

    Lunak, mudah hancur, terlalu mudah melumer

    Lunak, mudah hancur, terlalu mudah melumer

    Padat, patah kurang sempurna, terlalu mudah lumer

    Padat, patah kurang sempurna, terlalu mudah lumer

    Mengkilap, padat, renyah, leleh pada suhu tubuh

    (37°C)

    Keras, sulit menjadi cair

    2.3 Fungsi Bahan

    2.3.1 Lemak Kakao

    Lemak kakao dibuat dari biji kakao dengan beberapa tahap proses yaitu

    fermentasi, perendaman, pengeringan, penggosengan, penghalusan dan

     pengepresan (Shukla, 2003). Lemak kakao merupakan lemak nabati alami yang

    mempunyai sifat unik, yaitu tetap cair pada suhu di bawah titik bekunya. Oleh

    karena itu, pabrik makanan cokelat menggunakan teknik tempering khusus

    dengan mengubah struktur kristal lemak sedemikian rupa sehingga lemak kakao

    tetap padat meskipun sudah mencapai titik lelehnya, 34-35°C. Komposisi lemak

    kakao dapat dilihat pada Tabel 2, dengan asam lemak jenuh stearat (33,2%),

     palmitat (25,4%) dan asam lemak tak jenuh oleat (32,6%) yang tertinggi.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    6/37

    Tabel 2.3 Sifat-sifat Lemak Kakao

    Sifat- sifat Nilai Pengukuran

    Bilangan Iod 33-42

    Bilangan Penyabunan 188-198

    Titik Leleh 32-35 C

    Kompisisi asam lemak

    Asam miristat 0,1

    Asam palmitat 25,4

    Asam palmitoleat 0,2

    Asam Stearat 33,2

    Asam oleat 32,6

    Asam Linoleat 2,8

    Sumber : O’Brien (2008)Pengganti lemak kakao yang dihasilkan dapat berupa lemak kakao eqivalen

    (Abigor, 2003) yaitu pengganti lemak kakao yang mempunyai sifat fisik dan

    kimia yang sama dengan lemak kakao, sedangkan pengganti lemak kakao

    subtitusi yaitu lemak kakao yang hanya sifat fisiknya saja mirip dengan lemak

    kakao. Kualitas yang baik dari lemak kakao adalah keras pada suhu kamar,

    mempunyai titik cair yang sama dengan temperatur tubuh, dan mempunyai derajat

    kompatibilitas dengan lemak kakao dan lemak susu (Abigor, 2003).

    Lemak yang tidak memiliki persamaan dengan lemak kakao tetapi dapat

    digunakan dengan baik apabila dicampurkan dalam jumlah kecil pada lemak

    kakao atau coklat dapat disebut sebagai pengganti lemak kakao (cocoabutter

     substitution). Lemak ini dapat diproduksi dari minyak kelapa, kelapa inti sawit,

    serta minyak kacang (Minifie, 1999).

    2.3.2 Emulsifier

    Emulsifier memberikan kemampuan untuk mempertahankan tekstur dari

     pelelehan hal tersebut sebagai akibat adanya disperse lemak bahan dengan

    struktur sel udara yang menghasilkan karakter tekstur yang keras dan kering

    (Ketaren, 1986). Emulsifier dapat membantu menjaga kestabilan emulsi minyak

    dan air. Terdapat beberapa bahan pangan yang dapat difungsikan sebagai

    emulsifier, yaitu : kuning telur, lesitin kedelai dan kasein. Emulsifier ini

    digunakan untuk menurunkan viskositas dan dapat mengikat atau menyimpan

    lemak pada coklat sehingga tidak menimbulkan bunga pada coklat (Minifie,

    1999).

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    7/37

    Lesitin merupakan sebutan untuk emulsifier utama dari alam dari agen

     permukaan yang aktif. Sejak dikenalkan secara komersil sekitar lima puluh tahun,

    lesitin telah memberikan pengaruh yang cukup besar dalam industri pangan

    khususnya pada industri coklat. Lesitin terbentuk secara alami dalam makhluk

    hidup, hewani dan nabati dengan kandungan tertinggi pada kuning telur (8-10)%

     basis basah dan mentega mengandung 0,5-1,2% (Minifie, 1999).

    Lesitin dapat bersumber dari telur maupun kedele.Lesitin mempunyai

    struktur seperti lemak tetapi mengandung asam fosfat, gugus polar dan gugus non

     polar. Gugus polar yang terdapat pada ester, fosfatnya bersifat hidrofilik

    (cenderung larut air), sedang gugus non polar yang terdapat pada ester asam

    lemaknya bersifat lifofilik (cenderung larut dalam lemak). Beberapa zat

     pengemulsi diantaranya gom arab, tragakan, gelatin, pektin, lesitin, stearil alkohol,

     bentonit, dan zat pembasah atau surfaktan. Berdasarkan strukturnya zat

     pengemulsi bersifat amfifilik karena memiliki molekul-molekul yang terdiri dari

     bagian hidrofobik (oleofilik) dan hidrofilik (oleofobik) (Swarbrick, 1995).

    2.3.3 Gula

    Penambahan gula pada produk bukan saja untuk menghasilkan rasa manis

    meskipun sifat ini sangatlah penting. Jadi gula bersifat untuk menyempurnakan

    rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula,

    memiliki kemampuan mengurangi kelembapan relatif (ERH) dan daya mengikat

    air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan

    (Buckle, et al., 1987).

    Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering

    digunakan adalah krisal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan

    keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana seperti glukosa (yang

    diproduksi dari sukrosa dengan enzim hidrolisis asam) menyimpan energi yang

    akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang

    diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis (Janner, 2010).

    2.3.4 Susu

    Susu bubuk yang banyak digunakan dalam pembuatan permen cokelat

    adalah susu skim dan susu  full cream. Dengan kedua susu ini lemak susu akan

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    8/37

    tertambah dalam tahapan pembuatan permen cokelat jadi kedua susu ini dapat

    digunakan dalam permen cokelat. Kedua susu ini memiliki perbedaan aroma,

    tekstur, dan aliran cair yang berbeda (Beckett, 2008). Protein susu menambahkan

    rasa creamy pada permen cokelat dimana terdiri dari 80% kasein dan 20% whey 

     protein. Kasein akan bertindak sebagai surfaktan dan akan menurunkan viskositas

    sedangkan whey  protein bertindak sebaliknya akan menaikkan viskositas

    (Haylock dan Dodds, 1999). Protein tidak hanya menambah kandungan gizi dari

    cokelat, protein juga penting dalam menentukan rasa, tekstur dan stabilitas

    (Beckett, 2008). Berdasarkan sifat fisik, susu memiliki titik leleh 23-33°C dan

    titik beku -55-0,61°C dan fungsi penambahan susu pada pembuatan permen

    cokelat adalah sebagai bahan pengisi untuk memadatkan permen (Faridah, 2008).

    2.3.5 Vanili

    Vanili bubuk sebagai salah satu penguat aroma dari kue milu yang

    dihasilkan. Vanili (Vanilla planifolia) adalah tanaman penghasil bubuk vanili

    yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya

    yang berbentuk polong. warna  buah mula-mula hijau muda, kemudian hijau tua

    disertai dengan garis-garis kuning menjelang masak. Buah yang telah masak

     berwarna coklat tua. Jika dibiarkan masak di pohon, buah akan pecah menjadi dua

     bagian, dan menyebarkan aroma vanili (Ruhnayat, 2003).

    2.3.6 Soda Kue

    Teknik lain untuk menghasilkan lemak cokelat adalah dengan pemberian

    soda kue sebelum proses penyangraian dengan tujuan untuk menurunkan

    keasaman cokelat bubuk, sekaligus mempermudah pemisahan massa cokelat dari

    lemaknya (Winarno, 1995).

     Natrium bikarbonat merupakan bahan pengembang yang banyak dipakai

    untuk pembuatan cake  dan cookies. Pada saat pemanasan bahan ini dapat

    menghasilkan gas CO2. Gas ini diperoleh dari garam karbonat atau garam

     bikarbonat. NaHCO3  apabila mengalami pemanasan akan menghasilkan natrium

    karbonat, karbondioksida, dan air. Reaksinya adalah sebagai berikut:

    2NaHCO3  NaCO3 (s) + H20 (g) + CO2 (g). Gas CO2 yang dihasilkan akan

    membentuk gelembung dalam tekstur adonan (Winarno, 1995).

    http://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buah

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    9/37

    2.4  Proses Pembuatan Coklat

    2.4.1 Penyiapan bahan atau penyortiran

    Penyiapan bahan dimulai dari tahap pemisahan biji kakao yang akan

    diolah dari biji-biji muda, kotoran dan benda-benda asing lain, serta melindungi

    alat-alat pengolahan dari benda-benda yang membahayakan, seperti logam-logam.

    Pembersihan biji kakao umumnya dilakukan secara mekanis, namun di tingkat

     petani umumnya dilakukan secara manual (Widyotomo et al., 2004).

    Pembersihan secara mekanis memanfaatkan perbedaan sifat fisik (ukuran)

    dan sifat magnet (logam dan monilogam) antara biji kakao dan kontaminan-

    kontaminannya sebagai proses pembersihan. Kontaminan padat dari bahan

    anorganik akan menyebabkan pencemaran produk, kesulitan proses lanjut dan

    kerusakan mesin. Beberapa peralatan dasar untuk pembersihan biji secara mekanis

    adalah pengayak bertingkat, pengisap debu dan penangkap logam dengan sistem

    magnet (Widyotomo et al., 2004).

    Untuk mendapatkan hasil pengolahan yang optimal, maka syarat mutu

     bahan baku sebaiknya menggunakan biji kakao yang telah difermentasi secara

    sempurna, bebas dari jamur, ukuran biji yang seragam. Fermentasi tidak hanya

     bertujuan untuk membebaskan biji kakao dari pulp dan mematikan biji, namun

    terutama juga untuk memperbaiki dan membentuk citarasa coklat yang enak dan

    menyenangkan serta mengurangi rasa sepat dan pahit pada biji (Widyotomo et al.,

    2004). Persyaratan mutu biji kakao disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 2.4 Syarat mutu biji kakao untuk bahan baku produk olahan.

    Kriteria Mutu Syarat

    Tingkat fermentasi, hari 5Kadar air (%) 7

    Kadar kulit (%) 12-13

    Kadar lemak (%) 50-51

    Ukuran biji Seragam

    Kadar kotoran Nihil

    Jamur Nihil

    Benda asing lunak Nihil

    Benda asing keras Nihil

    Sumber: Mulato et al., (2004)

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    10/37

    2.4.2 

    Penyangraian

    Penyangraian (roasting) merupakan pengolahan pendahuluan untuk semua

    hasil olahan akhir kakao. Tujuan penyangraian adalah mengembangkan cita rasa

    dan aroma khas cokelat, menurunkan kadar air, mematikan mikroba,

    menggelembungkan kulit biji hingga mudah dipisahkan dari nib, dan membuat

    nib lebih renyah sehingga memudahkan penghancuran dan penghalusan (Wahyudi

    dkk, 2008).

    Sebelum penyangraian, biji kakao memiliki rasa sepat, pahit, asam dan

    tanpa ada citarasa khas cokelat. Biji kakao yang telah disangrai memiliki aroma

    cokelat khas yang inten dengan rasa sepat, pahit dan asam yang rendah. Kualitas

    citarasa cokelat sangat ditentukan oleh kondisi penyangraian, khususnya pada

    waktu dan suhu penyangraian. Senyawa pembentuk aroma khas cokelat, seperti

     pirazin, karbonil, dan ester meningkat secara nyata selama penyangraian dari 35

    menit sampai 65 menit pada suhu 140 °C (Misnawi, 2004).

    Suhu penyangraian merupakan faktor utama penyebab terjadinya

     pewarnaan cokelat dalam biji kakao yang disangrai. Pembentukan pigmen warna

    cokelat yang dinamis pada saat penyangraian bergantung pada tingkat suhu

     penyangraian. Penyangraian pada umumnya dilakukan menggunakan kombinasi

    waktu panjang dengan suhu rendah dan waktu pendek dengan suhu tinggi.

    Konsentrasi pigmen warna cokelat dalam biji kakao yang disangrai mencapai

     puncaknya pada suhu 135 °C dan akan menurun secara bertahap bila suhu proses

     pemanasan berlanjut mengalami kenaikan/peningkatan (Agus, 2008).

    Suhu yang digunakan dalam penyangraian biji kakao sekitar 120 °C

    sampai 140 °C selama 15  –  120 menit. Proses penyangraian akan selesai apabila

    warna bagian dalam keeping biji berubah menjadi coklat tua dan rasa pahitnya

     berkurang. Kadar air setelah melakukan penyangraian berkisar 2.5% (Muchtadi

    dan Sugiyono, 1992).

    Mutu produk kakao hasil sangrai ditentukan oleh mutu biji dan kondisi

     penyangraiannya. Oleh karena itu, penyangraian merupakan yang harus benar  –  

     benar diperhatikan untuk menghasilkan produk kakao yang bermutu baik. Biji

    kakao bervariasi ukurannya tergantung pada negara asal tempat tumbuh tanaman

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    11/37

    kakao, kondisi iklim, musim ketika buah dipetik, dan sejumlah faktor lainnya.

    Ketika kondisi penyangraian telah diatur untuk menentukan ukuran rata –  rata biji

    kakao ternyata biji kakao yang lebih kecil ukurannya mengalami over roasted  dan

    akibatnya komponen flavor yang terbentuk adalah komponen flavor tidak

    diinginkan. Sedangkan biji kakao yang lebih besar ternyata kurang cukup

    tersangrai pada bagian tengahnya akibatnya tidak semua komponen pemicu flavor

    telah terkonversi dan akibatnya flavor cokelat akan berkurang (Minifie, 1999).

    2.4.3 Pengupasan Kulit Biji Kakao

    Komponen biji kakao yang berguna untuk bahan pangan adalah daging biji

    (nib), sedangkan kulit biji merupakan limbah yang saat ini banyak dimanfaatkan

    sebagai campuran pakan ternak, sebab adanya  shell atau kulit yang terikat dalam

     produk kakao akan memberikan flavor inferior. Oleh karena itu kulit biji perlu

    dikupas sehingga terpisah antara kulit dengan daging biji kakao (Mulato, 2005).

    Menurut Minifie (1999), pemisahan kulit biji secara manual pada biji

    kakao berkadar air 6,5 persen diperoleh komponen nib sebanyak 87,1 persen

    sedangkan pemisahan secara mekanis jarang dapat mencapai lebih dari 83 persen

    dan nib lazimnya masih mengandung 1,5-2 persen kulit biji. Hal ini berarti

    kandungan murni tidak lebih dari 82 persen.

    Penghancuran dalam proses pengolahan kakao bertujuan untuk

    memperbesar luas permukaan nib, sehingga pada saat perlakuan pengepresan

    dengan bantuan pemanasan massa kakao akan memberikan pengaruh semakin

     banyaknya kakao yang dapat diekstrak. Kadar kulit dan kadar air biji kakao akan

    mempengaruhi tingkat kesulitan dalam penghancuran nib menjadi massa kakao

    (Mulato dkk, 2004).

    2.4.4 Pemastaan

    Tahap proses berikutnya adalah penggilingan nib menjadi pasta kakao

    sebagai produk primer kakao pertama. Oleh karena setengah dari berat nib adalah

    lemak, pengaruh dari kegiatan penggilingan bersama  –  sama dengan panas yang

    ditimbulkan adalah nib padat menjadi pasta cair. Proses ini menyebabkan titik cair

    lemak kakao turun di bawah titik cair sesungguhnya (Wahyudi dkk, 2008).

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    12/37

      Pengoperasian mesin penggiling bervariasi menurut keadaan nib dan

     produk yang dimaksudkan. Sebagai contoh, suhu penggilingan untuk nib sumber

    aroma dipertahankan agar tetap rendah sehingga cita rasa yang mudah menguap

    tidak hilang. Oleh karena itu, idealnya peralatan modern untuk penggilingan harus

    dilengkapi dengan pendingin air (Wahyudi dkk, 2008).

    2.4.5 Penghalusan

    Proses penghalusan (conching ) adalah proses pencampuran untuk

    menghasilkan coklat dengan  flavor   yang baik dan tekstur yang halus. Biasanya

    dilakukan dua tahap, proses dilakukan pada suhu 80°C selama 24-96 jam. Adonan

    coklat dihaluskan terus-menerus dan lesitin ditambahkan pada akhir conching  

    untuk mengurangi kekentalan coklat. Pada tahapan ini, air dan senyawa

     pengganggu flavor  menguap, lemak kakao akan menyelimuti partikel coklat, gula

    dan susu secara sempurna sehingga memberikan sensasi tekstur yang halus

    (Abigor, 2003).

    Lemak coklat memiliki beberapa bentuk polimorfik dan proses

     pendinginan yang dilakukan akan sangat mempengaruhi bentuk kristalnya. Jika

     pemadatan (kristalisasi) coklat cair dilakukan dengan proses pendinginan yang

    tidak terkontrol, akan dihasilkan coklat padat dengan tekstur yang bergranula dan

    spot-spot warna kelabu dipermukaan (Abigor, 2003).

    2.4.6 Tempering

    Tempering   bertujuan untuk membentuk salah satu jenis kristal tertentu

    yang terdapat pada lemak coklat. Cara yang paling umum adalah pertama-tama

    memanaskan coklat sampai bersuhu lebih dari 45°C untuk melelehkan keenam

     jenis kristal. Melalui proses thermal ini, struktur coklat akan leleh. Pendinginan

    cepat menjadi suhu 26-27°C akan menyebabkan pembentukan polimorf stabil dan

    tidak stabil menjadi kristal. Suhu dipertahankan pada titik ini untuk meratakan

     pembentukan kristal secara menyeluruh pada campuran pasta dan untuk

     pembentukan kristal secara lengkap. Selanjutnya suhu dinaikkan kembali menjadi

    30-32°C untuk melelehkan semua kristal yang tidak stabil. Tempering akan

    membentuk kristal coklat yang lebih stabil. Ketika melakukan proses tempering,

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    13/37

    coklat dipertahankan agar dalam keadaan kering oleh karena itu dibutuhkan

     proses conching sebelum dilakukan tempering (Faridah, 2008).

    Tempering dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perubahan bentuk

    kristal pada lemak karena jika tidak dilakukan tempering maka bentuk kristal

    lemak tidak stabil sehingga coklat yang dihasilkan akan mudah meleleh (Minifie,

    1999).

    2.5 SNI Pasta Kakao

    Menurut SNI 3749:2009 menyatakan bahwa syarat mutu pasta kakao

    adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.5 Syarat Mutu Pasta Kakao

    Parameter Satuan Syarat Mutu

    Keadaan

    - Bau - Khas kakao massa

    - Rasa - Khas kakao massa

    - Warna - Coklat

    Kadar lemak Min 48

    Kadar air Maks. 2

    Kehalusan (lolos ayakan 200 mesh) Min. 99,0

    Kadar abu dari bahan kering tanpa

    lemak (b/b)

    Maks. 14

    Kulit ( shell ) dihitung dari alkali free

    nibs (b/b) 

    Maks. 1,75

    Cemaran logam- Timbal (Pb) mg/kg Maks 2,0

    - Kadmium (Cd) mg/kg Maks 1,0

    - Timah (Sn) mg/kg Maks 40

    -Cemaran arsen (As) mg/kg Maks 1,0

    Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2009)

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    14/37

    BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    a.   Roaster

     b.  Pisau

    c.  Timbangan

    d.  Gelas arloji

    e.  Tempat sampel

    f. 

    Mesin winnowing  

    g.  Pinset

    h.  Alat pemasta

    i. 

    Thickness meter

     j.   Ball mill refiner

    k.  Mesin conching  

    l. 

    Wadah stainless steel  

    m. 

    Pengaduk

    n.  Cetakan

    o. 

    Thermometer

    3.1.1  Bahan

    a.  Biji kakao

     b. 

    Pasta komersil

    c.  Pasta kakao

    d. 

    Lemak kakao

    e. 

    Susu full cream 

    f.   Fine sugar

    g.  Lesitin

    h.  Vanili

    i.  Soda kue

     j.  Tissue

    k. 

    Kuisioner

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    15/37

    3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

    3.2.1 Penyangraian

    Proses pertama pengolahan hilir kakao dalam pembuatan coklat adalah

     penyangraian biji kakao. Proses penyangraian dimulai dengan proses penimbangan biji kakao seberat 100gram untuk mengetahui berat awal. Biji kakao

    tersebut kemudian di sangrai menggunakan roaster menggunakan suhu 110-115oC

    selam 15 menit. Suhu tersebut merupakan suhu optimum dimana kulit kakao telah

    mengendur dan menghindari terbentuknya akrilamida yang merupakan karsinogen

    dan tidak sampai terjadi pirolisis, serta waktu 15 menit merupakan proses

     penyangraian biji kakao optimum dimana sedikit senyawa volatile yang teruapkan

    terutama  pyrazina  yang merupakan komponen penting dalam pembentukan

    flavour coklat. Setelah proses penyangraian biji kakao di keluarkan dari roaster

    dan dinginkan. Tujuan pendinginan yaitu agar biji kakao tidak mengalami over

    roasting yang dapat menyebabkan biji kakao kehilangan flavor. Setelah dilakukan

     pendinginan maka berat ditimbang untuk mengetahui perbedaan berat pada biji

    kakao awal. Proses selanjutnya yaitu dilakukan pengamatan pada biji kakao yang

    telah di roasting tersebut dengan parameter yang meliputi aroma, tekstur, dan

    100 gram biji kakao

    Penyangraian, T : 110-115°C, ± 15 menit

    Pengeluaran dari mesin sangrai

    Penimbangan

    Pengamatan sensoris

    Dibandingkan dengan biji

    kakao sebelum sangrai

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    16/37

    warna bagian luar maupun bagian dalam biji kakao serta dibandingkan dengan biji

    kako yang tidak dilakukan penyangaian.

    3.2.2 Pemisahan Kulit Biji

    Pemisahan kulit biji kakao dilakukan untuk mengetahui efisiensi

     pemisahan kulit biji. Pertama yaitu biji kakao hasil sangrai (acara 1) dimasukkan

    ke dalam masin winnowing   untuk memisahkan kulit dan nib. Mesin winnowing

     berfungsi untuk memisahkan kulit dari nib kakao berdasarkan densitasnya. Mesin

    winnowing   akan memecahkan biji kakao kemudian nib yang telah rapuh turun

    melalui lubang-lubang dan kulit di sedot dengan penghisap udara. Setelah proses

     pemisahan selesai dilakukan penimbangan nib tersebut sebanyak 50 gram dan

    kulit yang terkelupas, kemudian nib tadi dilakukan pemisahan kulit yang masih

    terikut bersama dengan nib secara manual dan ditimbang berat kulit yang terikut

     bersama nib tersebut, tujuan dari beberapa perlakuan tersebut adalah untuk

    mengetahui efisiensi dari mesin winnowing  yaitu persentase perbandingan antara

    100 gr Biji Kakao hasil

    sangrai acara 1

    Pemisahan kulit dengan

    mesin Winnowing  

     Nib Kulit

    PenimbanganPenimbangan 50 gram

    Pemisahan kulit yang terikut

    Kulit yang terikut Nib

    Penimbangan

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    17/37

    kulit yang terikut dengan berat nib hasil pemisahan (pemisahan yang baik bila

    kulit yang terikut maksimal 1,75%).

    3.2.3 Pemastaan

    Proses ketiga adalah pemastaan. Pada perlakuan ini bertujuan untuk

    mengetahui partikel hasil pemastaan dibandingkan dengan pasta komersil. Hal

     pertama yang dilakukan adalah penimbangan sebanyak 100 g nib hasil pemisahan

    kulit (acara 2) untuk mengetahui berat awal nib yang digunakan dalam proses

     pemastaan. Nib kemudian dimasukkan kedalam ke dalam alat pemasta, alat

     pemastaan ini bekerja dengan cara menghancurkan/menggiling nib sampai ukuran

    yang sangat halus disertai adanya panas sehingga lemak kakao meleleh. Setelah

    melalui proses pemastaan maka didapatkan pasta kakao. Pasta kakao hasil

     pemastaan kemudian ditimbang untuk mengetaui berat pasta yang dihasilkan dari

     proses pemastaan. Proses selanjutnya yaitu dilakukan pengukuran partikel dengan

    menggunakan alat yaitu thickness meter dan dilakukan perbandingan antara pasta

    kakao komersial dengan pasta kakao hasil praktikum.

    100 gram nib

    Pemasukan dalam alat pemasta

    Penimbangan

    Penimbangan pasta

    Pengukuran besar partikel

    Dibandingkan dengan partikel

     pasta kakao komersial

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    18/37

    3.2.4 Pembuatan Coklat

    Pasta kakao 25%, lemak kakao 27,5%, susu full

    cream 22,5%, fine sugar  25%

    Pemasukan dalam ball mill refiner   2 : 1

    Pengoperasian ball mill refiner  T : 60°C,

    6 jam

    Pengamatan ukura partikel 0,5. 2, 4 dan

    6 jam

    Conching , T : 60-70°C, 4 Jam

    Adonan cokelat

    Leisitin 0,3%, vanili0,1% dan soda kue

    0,3% setelah 2 jam

    Tempering dengan perlakuan T : 35°C,

    30°C. Dan 25°C

    Pencetakan

    Pendiaman 1 hari

    Pengeluaran dari cetakan

    Penyimpanan dalam wadah kedap udara

    Pengamatan tekstur, kenampakan, kecepatan leleh

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    19/37

    Pembuatan coklat dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel adonan

    coklat selama pelembutan dan mengetahui sifat coklat yang dihasilkan dengan

    suhu akhir tempering berbeda. Pada proses pembuatan coklat, langkah pertama

    yang dilakukan adalah preparasi bahan yaitu menimbang bahan-bahan pembuat

    coklat dengan formula pasta kakao 25%, lemak kakao 27,5%, susu  full cream

    22,5%,  fine sugar 25%, lesitin 0,3%, vanili 0,1% dan soda kue 0,3%. Langkah

     pertama yang dilakukan yaitu mencampurkan beberapa bahan seperti pasta kakao,

    lemak kakao, susu  full cream,  fine sugar   ke dalam panci atau wadah berputar

    dengan dasar (biasanya terbuat dari granit) dimana terdapat roler  berputar. Pasta

    kakao merupakan bahan dasar kakao sedangkan lemak kakao berfungsi untuk

    untuk memadatkan (Ketaren, 1986).  Fine sugar   berfungsi sebagai pemberi rasa

    manis, memperkeras tekstur dan sebagai pengawet alami. Lemak coklat berfungsi

    untuk menghomogenkan bahan baku pada proses pencampuran, meningkatkan

    kadar lemak, dan menentukan kepadatan cokelat yang berpengaruh terhadap

    tekstur produk. Susu berfungsi sebagai penambah cita rasa dan kelezatan. Pada

     proses ini dilakukan pula proses refining   (pelembutan) untuk memperoleh pasta

    cokelat dengan kehalusan tertentu. Suhu dan waktu pun dikontrol yakni dengan

    menggunakan suhu 60oC selama 6 jam namun ukuran partikel coklat diamati pada

    0,5; 2; 4; dan 6 jam dengan menggunakan thickness meter setelah suhu ball mill

    refiner  mencapai 60oC.

    Tahap kedua yaitu proses conching . Proses conching   dilakukan untuk

    menentukan rasa coklat yang lebih enak. Conching   berperan sebagai

     pengembangan flavor dan tekstur. Conching  dilakukan pada suhu 60-70oC selama

    4 jam. Lesitin dan soda kue dimasukkan 2 jam sebelum proses conching  berakhir.

    Penambahan lesitin berfungsi sebagai emulsifier  yang menghomogenkan seluruh

     bahan baku dan bahan penunjang dan menstabilkan adonan cokelat serta

    mengurangi kekentalan sehingga lemak kakao bisa meresap. Penambahan soda

    kue dilakukan untuk penetral karena soda bersifat basa dan pasta coklat bersifat

    asam.

    Tahap ketiga proses tempering yaitu perlakuan awal semua proses coklat

    agar dapat membentuk padatan mantap dengan warna dan kilau yang tetap. Proses

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    20/37

    tempering dilakukan dengan cara mendinginkan adonan coklat sambil diaduk

    sampai suhu tertentu. Perlakuan tempering pada praktikum kali ini dilakukan

    dengan suhu 25°C sebagai perlakuan 1, suhu 30°C sebagai perlakuan 2 dan suhu

    35oC perlakuan 3. Perbedaan perlakuan suhu tempering dilakukan untuk

    mengetahui suhu tempering yang dapat menghasilkan produk akhir coklat yang

     baik. Setelah itu, coklat dicetak pada berbagai macam bentuk cetakan dan

    didiamkan selama satu hari untuk memberi kesempatan partikel-partikel coklat

    untuk memadat. Setelah itu coklat dikeluarkan dari cetakan. Hasil secatakan

    coklat yang telah dihasilkan kemudian disimpan dalam wadah kedap udara

    kemudiam dilakukan uji organoleptik dan dibandingkan kenampakan, tekstur dan

    kecepatan leleh di mulut pada ketiga jenis perlakuan tempering coklat.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    21/37

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 

    Hasil

    4.1.1  Penyangraian

    Berat awal Berat Akhir

    Ulangan I Ulangan II

    100 gram 96,36 gram 94,53 gram

    Rata-rata 95,5 gram

    Biji Pembeda Kakao Sangrai Kakao Tidak Sangrai

    Utuh Warna Gelap Lebih terang

    Aroma Aroma berkurang Normal biji kakao

    kering

    Tekstur Rapuh (tersegmentasi) Sulit dipatahkan

    Dibelah Warna Lebih cerah Lebih gelap

    Tekstur Rapuh (tersegmentasi) Keras (liat)

    Gambar

    4.1.2  Pemisahan kulit (Winnowing )

    Ulangan Berat Awal

    (gram)

    Berat Akhir

    Kulit Biji (gram) Nib (gram)

    1 75 16,22 40,53

    2 94,53 25,81 61,31

    Rata-rata 84,77 21,015 50,92

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    22/37

     

    Ulangan Berat Awal

    (gram)

    Kulit Biji yang

    Terikut (gram)

    Efisiensi (%)

    1 40,53 0,32 0,7895

    2 50,03 0,09 0,1799

    Rata-rata 45,28 0,205 0,4847

    4.1.3  Pemastaan

    Pemisahan

    ke-

    Berat pasta

    (gram)Ukuran partikel (µ)

    Ukuran

    partikel pasta

    komersial (µ)

    1 92,02 88

    112 95,86 68,5

    Rata-rata 93,94 78,25

    4.1.4  Coklat

    a.  Ukuran Partikel

     No Kelas A Kelas B Kelas C

    1 23,7µ  13 µ  10 µ 

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    23/37

     b. 

    Parameter Tekstur

     No.

     Nama Panelis Parameter Tekstur179 247 513 681 191 715

    91

    6

    42

    7831

    1 Nur Yanti 2 5 7 3 6 1 4 8 9

    2 Citra Wahyu 8 2 7 6 5 3 4 1 9

    3 Lailatul N 3 9 1 4 5 2 6 7 8

    4 Nofal Ilhami 4 6 1 6 7 5 9 8 3

    5 Nurul Ummah 3 7 4 2 1 5 8 9 2

    6 Fiska Fibi 3 7 4 1 5 1 6 8 9

    7 Hasna Amalia 6 7 4 9 3 8 5 9 2

    8 Dwi Tari W 5 8 6 2 3 1 2 4 7

    9 Rina Dias 7 4 6 8 5 1 3 8 9

    10 Hujjah 5 7 6 2 3 1 2 4 9

    11 Esthi 7 6 8 2 4 1 3 5 9

    12 Sri Dewi 8 9 4 1 7 1 3 6 5

    13 Dwi Putri W 3 6 5 7 8 2 5 4 7

    14 Rahmawati Indah 3 2 4 2 8 9 5 6 1

    15

     Novika Tri

    Hardini6 3 5 2 1 8 9 7 4

    16 Maisaroh 5 4 3 7 1 9 8 6 717 Dewi Ruhael 7 4 1 3 3 9 5 2 8

    18 Oriza Krisnata W 4 1 9 8 8 6 5 7 2

    19 Angga Setiawan 3 4 6 2 5 7 1 8 9

    20 M. Dwi Nurcahyo 4 5 2 9 6 8 1 3 7

    21 Herninda 1 4 2 9 3 8 7 6 5

    Rata - rata4,6

    1

    5,2

    4

    4,5

    24,2

    4,6

    2

    4,5

    74,8 6

    6,2

    4

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    24/37

    c. 

    Parameter Kenampakan

     No.  Nama Panelis Parameter Kenampakan179 247 513 681 191 715 916 427 831

    1 Nur Yanti 1 6 3 2 5 9 8 7 4

    2 Citra Wahyu 8 3 2 1 4 9 6 7 5

    3 Lailatul N 7 5 3 1 2 9 8 6 4

    4 Nofal Ilhami 5 7 3 1 2 8 9 4 6

    5 Nurul Ummah 7 3 5 2 6 9 8 4 1

    6 Fiska Fibi 8 3 2 1 5 9 6 4 7

    7 Hasna Amalia 6 2 3 4 8 5 7 9 1

    8 Dwi Tari W 5 2 3 1 7 9 8 6 4

    9 Rina Dias 4 7 6 1 8 9 2 5 3

    10 Hujjah 4 3 2 1 7 9 8 6 5

    11 Esthi 3 4 2 1 6 9 7 5 8

    12 Sri Dewi 8 9 4 2 7 1 3 6 5

    13 Dwi Putri W 3 5 2 1 7 8 6 4 6

    14

    Rahmawati

    Indah3 5 2 1 7 8 6 4 6

    15

     Novika Tri

    Hardini5 4 1 2 9 7 8 3 6

    16 Maisaroh 5 4 3 8 2 9 6 1 717 Dewi Ruhael 6 4 1 7 3 9 5 2 8

    18

    Oriza Krisnata

    W6 3 7 1 4 9 8 2 5

    19 Angga Setiawan 2 1 7 4 6 8 9 5 3

    20

    M. Dwi

     Nurcahyo1 4 5 2 9 7 8 3 6

    21 Herninda 1 7 2 6 8 9 4 3 5

    Rata - rata4,7

    1

    4,3

    8

    3,1

    92,4

    5,6

    28,1

    6,7

    6

    4,6

    2

    5,0

    1

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    25/37

    d. 

    Parameter Kecepatan Leleh

     No. Nama Panelis Parameter Kecepatan Leleh (Sekon)179 247 513 681 191 715 916 427 831

    1 Nur Yanti 15 20 13 10 11 5 12 22 8

    2 Citra Wahyu 4 3 7 4 6 2 5 3 5

    3 Lailatul N 14 13 9 8 6 5 10 12 16

    4 Nofal Ilhami 8 9,5 6 7 8 4 6 7 11

    5 Nurul Ummah 15 13 10 5 7 3 8 9 20

    6 Fiska Fibi 12 15 9 6 8 5 10 10 18

    7 Hasna Amalia 23 20 23 20 30 20 25 50 16

    8 Dwi Tari W 17 24 22 11 15 8 17 12 15

    9 Rina Dias 21 24 15 5 12 7 20 12 20

    10 Hujjah 17 24 25 5 14 7 17 16 23

    11 Esthi 17 22 17 13 16 7 17 20 15

    12 Sri Dewi 19 18 15 9 20 4 21 12 16

    13 Dwi Putri W 28 31 33 34 28 12 43 34 26

    14 Rahmawati Indah 14 18 9 7 13 6 16 12 13

    15 Novika Tri Hardini 14 16 15 11 12 6 18 13 17

    16 Maisaroh 27 30 25 10 41 5 20 23 12

    17 Dewi Ruhael 21 17 12 17 14 10 15 14 17

    18 Oriza Krisnata W 36 29 45 9 40 8 30 56 34

    19 Angga Setiawan 92 101 95 19 105 30 79 133 103

    20 M. Dwi Nurcahyo 80 133 119 36 122 9 81 14 114

    21 Herninda 58 73 76 24 83 16 72 90 75

    Rata - rata 26,3 31,11 28,6 13 29,1 8,54 25,8 27,4 28,3

    Keterangan kode :

    427 : suhu tempering 28°C tanpa pengadukan (refiner 6 jam)

    916 : suhu tempering 28°C dengan pengadukan (refiner 6 jam)

    715 : suhu tempering 28°C terus dinaikkan suhu 33°C (refiner 6 jam)

    191 : suhu tempering 28°C dengan pengadukan (refiner 8 jam)

    681 : suhu tempering 28°C terus dinaikkan suhu 33°C (refiner 8 jam)

    513 : suhu tempering 28°C tanpa pengadukan (refiner 8 jam)

    247 : suhu tempering 28°C tanpa pengadukan (refiner 10 jam)

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    26/37

    179 : suhu tempering 28°C dengan pengadukan (refiner 10 jam)

    831 : suhu tempering 28°C terus dinaikkan suhu 33°C (refiner 10 jam)

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Penyangraian

    Ditinjau tabel pengamatan penyangraian diatas, biji kakao yang telah

    mengalami penyangraian cenderung mengalami perubahan yakni pada parameter

     beratnya. Pada praktikum yang telah dilakukan, berat awal biji kakao yang

    digunakan adalah sebanyak 100 gram. Setelah proses penyangraian berat biji

    kakao mengalami penyusutan. Pada ulangan I diperoleh berat biji kakao akhir

    sebanyak 96,36% sedangkan pada ulangan II diperoleh berat akhir sebanyak 94,53

    gram. Pengurangan berat ini terjadi karena pengurangan kadar air melalui

     penguapan air pada biji kakao akibat adanya panas. Sebagaimana menurut Datta

    dan Winarno (1995), medium udara sekeliling bahan lebih panas daripada bahan,

    sehingga terjadi penguapan air di permukaan bahan, menyebabkan terjadinya

    driving force oleh perbedaan konsentrasi molekul air antara permukaan dengan

     bagian dalam bahan. Hal tersebut mengakibatkan terjadi perpindahan massa

    molekul air dari bagian dalam ke permukaan secara difusi, denga kecepatan

    sangat terbatas dipengaruhi oleh banyak faktor.

    Selanjutnya biji kakao yang telah disangrai akan diuji organoleptiknya,

     pengamatan dilakukan pada biji kakao utuh dan biji kakao yang telah dibelah.

    Pada biji kakao utuh, parameter yang diamati meliputi warna, aroma dan tekstur.

    Dalam segi warna, biji kakao sangrai memiliki warna lebih gelap dari pada bijikakao yang tidak disangrai. Warna coklat pada biji kakao sangrai disebabkan

    karena reaksi maillard. Reaksi maillard terjadi karena adanya pemanasan gugus

    amina pada kakao sehingga warna biji kakao menjadi coklat. Menurut Winarno

    (1995), reaksi maillard adalah reaksi yang terjadi antara gugus amina primer pada

    rantai protein dengan gula reduksi sehingga terbentuk senyawa mellanoidin

    (pigmen coklat). Oleh sebab itu, dengan adanya browning (pencoklatan) dengan

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    27/37

    suhu yang tinggi yang menyebabkan warna biji yang dihasilkan menjadi coklat

    akibat terbentuknya senyawa mellanoidin.

    Berdasarkan hasil praktikum, aroma biji kakao setelah penyangraian

    menjadi berkurang. Hal ini dimungkinkan terjadi penguapakan senyawa

     penyumbang flavor atau proses penyangraian yang kurang sempurna sehingga

    flavor khas coklat yang kuat belum sepenuhnya terbentuk. Menurut Jinap et al

    (1998), selama penyangraian terjadi reaksi-reaksi kimia pembentukan aroma khas

    cokelat melalui reaksi Maillard. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui

     penyebab aroma biji kakao sangrai kurang kuat dan warna lebih cerah saat dibelah

    adalah karena proses penyangraian yang kurang sempurna. Menurut Misnawi

    (2005), aroma pada cokelat terbentuk setelah melalui proses penyangraian,

    khususnya waktu dan suhu penyangraian. Senyawa pembentuk aroma khas

    cokelat seperti pirazin, karbonil dan ester meningkat secara nyata selama

     penyangraian.

    Pengamatan tekstur dapatdiperoleh data sebgai berikut yaitu tektur biji

    kakao utuh yang disangrai rapuh, biji kakao utuh yang tidak disangrai sulit

    dipatahkan, biji kakao yang dibelah disangrai bertekstur rapuh (tersegmentasi) dan

     biji kakao yang dibelah tanpa disangrai bertekstur keras (liat). Dari data tersebut

    dapat kita simpulkan bahwa tekstur pada biji kakao yang disangrai lebih rapuh

    dari pada biji kakao yang tidak disangrai. Hal ini dikarenakan kadar air yang ada

    dalam biji kakao pada saat penyangraian berkurang (menguap) sehingga

    menyebabkan tekstur pada biji kakao yang telah disangrai berkurang. Menurut

    Wahyudi (2008) menyatakan bahwa penyangraian biji kakao menyebabkan

     penguapan kadar air dan senyawa-senyawa volatile (senyawa yang mudah

    menguap). Berdasarkan literature diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

     pemanasan pada proses penyangraian akan menyebabkan berkurang kadar air

     pada bahan. Terjadinya proses penguapan air menyebabkan tekstur biji kakao

    menjadi rapuh disebabkan karena adanya pengendoran kulit biji yang turut

    membantu pelunakan biji. Dengan berkurangnya kadar air pada bahan tekstur biji

    kakao akan lebih berongga dan menyebabkan tekstur biji kakao menjadi rapuh.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    28/37

    4.2.2 Pemisahan Kulit

    Setelah biji kakao disangrai perlakuan selanjutnya yakni pemisahan kulit

     biji kakao dengan menggunakan mesin winnowing . Mesin winnowing   ini dapat

    memisahkan nib biji kakao dan kulit biji kakao. Berdasarkan hasil pengamatan

    kulit biji dan nib didapatkan berat awal 75 gram dilakukan winnowing dengan

    hasil kulit biji 16,22 gram dan nib 40,53 gram sedangkan biji kakao sangrai yang

     berat awalnya 94,53 gram diperoleh kulit biji 25,81 dan nib 61,31 gram. Dari data

    tersebut dapat diketahui nib yang diperoleh yaitu rata-rata di atas 70%. Hal ini

    sesuai dengan literatur bahwa proses winnowing menghasilkan rata-rata nib 78-

    80%, kulit biiji 10-12% dengan sejumlah kecil lembaga, dan 4% partikel non

    kakao sebagai pengotor (Belitz and Grosc, 1999). Pemisahan kulit biji kakao

     berfungsi agar kulit tidak memberikan flavour interior (Beckett, 1994).

    Hal yang sangat diinginkan dalam proses ini winnowing  ini adalah

    menjaga agar nib tetap dalam potongan besar (bukan berupa serpih kecil)

    sehingga mudah dipisahkan dari kulit atau shell. Adanya sepotong kecil nib yang

    masih melekat dengan shell akan ikut terbuang. Oleh karena itu, secara ekonomis

    sangat penting untuk melakukan proses winnowing  dengan tepat dan teliti

    (Beckett, 1994). Nib yang diperoleh dari proses winnowing tersebut diambil 50

    gram dan diambil kulit yang terikut pada nib. Dari praktikum yang telah dilakukan

    dapat diperoleh data pada ulangan I kulit biji yang terikut 0,32 gram sehingga

    didapatkan efisiensi 0,7895% sedangkan pada ulangan II, kuli biji yang t erikut

    yaitu 0,09 gram sehingga diperoleh efisiensi 0,1799%. Hal ini sesuai dnegan

    literatur yang ada yaitu kadar kulit yang terikut maksimal 1,75 % (b/b) (SNI,

    2009). Proses winnowing memiliki titik kritis untuk dua alasan. Pertama ialah

    kemurnian pada produk akhir dan yang kedua ialah profitabilitas. Kandungan nib

    setelah proses Winnowing haruslah 83-84%, dan mengandung 1-1,75% kulit biji

    dan kadar air setelah penyangraian sekitar 1,5-3% tergantung dari derajat

     penyangraian (Beckett, 1994).

    4.2.3  Pemastaan

    Pemastaan merupakan hal yang terpenting dalam pembuatan coklat karena

     pada pemastaan ini yang membuat coklat akan jadi sempurna atau tidak. Dari

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    29/37

     praktikum yang telah dilakukan, diperoleh ukuran partikel pasta kakao sebanyak

    µ sedangkan ukuran partikel pasta komersial lebih besar yaitu sebesar 88 µ dari

     berat awal 92,02 gram dan 68,5 µ dari berat awal 95,86 gram pada pengulangan 1

    dan 2. Ukuran pasta kakao komersial memiliki ukuran partikel 11   µ. Hal ini

    menunjukkan bahwa hasil pemastaan pada saat praktikum tidah sesuai dengan

    SNI, dimana SNI mensyaratkan pasta kakao memiliki kehalusan partikel yang

    lolos 200 mesh sebanyak 99%. Ukuran partikel komersial lebih halus

    dibandingkan dengan pasta praktikum. Mulato, dkk (2005) yang menyatakan

     bahwa untuk dapat digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman, nib

    yang semula berbentuk butiran padat kasar harus dihancurkan samapai ukuran

    tertentu (

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    30/37

     partikel pada adonan sehingga bahan seperti gula yang memiliki tekstur berpasir

    dapat menyebar ke seluruh adonan coklat. Setelah mengalami proses refining

    dengan ball mill coklat akan lebih halus dan glossy.

    4.2.5 Uji Organoleptik

    a. Parameter Tekstur

    Uji organoleptik pada tekstur menggunakan 21 panelis agak terlatih.

    Panelis menguji 9 sampel coklat yang telah disajikan dengan masing-masing

     perlakuan yang berbeda. Pengujian yang digunakan yaitu uji kesukaan

    ranking. Uji kesukaan ranking yaitu panelis menilai suatu bahan produk

    yang telah disajikan dengan cara mengurutkan mulai dari produk yang

     paling disukai hingga produk yang paling tidak disukai.

    Berdasarkan hasil pengamatan tekstur tersebut, dapat diperoleh data

    dengan kode 179 diperoleh 4,61, kode 247 diperoleh 5,24, kode 513

    diperoleh 4,52, kode 681 diperoleh 4,2, kode 715 diperoleh 4,57, kode 9,16

    diperoleh 4,8, kode 427 diperoleh 6, dan kode 831 diperoleh 6,24.

    Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui produk coklat yang paling

    disukai yaitu produk coklat yang berkode 681. Produk coklat 681 ini

    dilakukan tempering dnegan suhu 28oC kemudian dinaikkan suhu menjadi

    33 oC dan lama refinningnya yaitu 8 jam. Hal ini dikarenakan produk coklat

    yang dihasilkan bertekstur rapuh dan mudah dipatahkan. Menurut Lip &

    Anklam (1998), menyatakan bahwa produk hasil olahan kakao memiliki

    sifat yang spesial dari pangan lainnya, bukanlah karena rasa dan nutrisinya

    yang baik, tetapi lebih karena sifatnya yang tidak dimiliki oleh pangan lain

    yaitu bersifat padat di suhu ruang, rapuh saat dipatahkan dan meleleh

    sempurna pada suhu tubuh.

    Pada sampel 681 yang menyimpulkan bahwa memiliki kerapuhan

    karena pada perlakuan ini dilakukan refining selama 8 jam sehingga ukuran

     partikel menjadi kecil. Pada refining 8 jam tersebut didapatkan ukuran

     partikel yang sesuai dengan keinginan konsumen yaitu diatas 25 mikron.

    Menurut Andrae-Nightingale et al. (2009) dan Afoakwa et al. (2008),

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    31/37

    kekerasan dan tekstur produk cokelat dipengaruhi oleh suhu yang

    terfluktuasi dan kelembaban yang dilalui selama masa penyimpanan.

    Sedangkan sampel yang tidak disukai oleh panelis yaitu pada sampel yang

     berkode 427. Pada sampel 427 dilakuakan tempering dengan suhu 28  oC

    kemudian dinaikkan suhunya menjadi 33  oC dengan lama refining 10 jam.

    Pada sampel ini coklat yang dihasilkan terlalau rapuh. Menurut, Sih (2015)

    Hal ini terjadi karena lamanya proses refining sehingga ukuran partikel yang

    dihasilkan terlalu kecil. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa bila

     pelembutan berlebihan hingga ukuran partikel coklat mencapai kurang dari

    25 mikron yang memiliki tekstur lembek seperti lumpur.

     b.  Parameter Kenampakan

    Parameter kenampakan dengan uji organoleptik yang menggunakan sebanyak

    21 panelis agak terlatih. Berdasarkan data yang diperoleh, dari rata-rata

    kesembilan sampel yang diuji, nilai tertinggi ada pada sampel 191 (perlakuan

    tempering 28°C dengan pengadukan (refiner 8 jam) yaitu 5,62 dan nilai terendah

    ada pada sampel 681 (suhu tempering 28°C terus dinaikkan suhu 33°C (refiner 8

     jam) yaitu 2,4. Rata-rata yang didapatkan bahwa sampel coklat 681 yang paling

    disukai dan sampel 191 tidak disukai. Pada uji ranking nilai terkecil merupakan

    yang paling baik karena ranking didasarkan pada urutan. Sampel 681 lebih disukai

    dikarenakan proses tempering dilakukan secara bertahap dimana saat suhu telah

    diturunkan menjadi 28oC dinaikan kembali menjadi 33oC sehingga menghasilkan

    kenampakan coklat yang glossy. Menurut Faridah (2008), coklat yang melewati

     proses tempering akan mengalami perubahan seperti glossy dan brittle. Disamping

    itu, produk tanpa proses tempering akan menyebabkan cokelat mengalami

     blooming.

    Sampel 191 panelis kurang menyukai dikarenakan kenampakannya yang

    kurang bagus. Perbedaan dengan perlakuan pada sampel 681 yaitu pada suhu dan

    adanya pengadukan.. Hal ini dapat dikarenakan suhu tempering proses

     pengadukan yang kurang benar. Menurut literatur yang ada, pengadukan lambat

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    32/37

     pada proses tempering menimbulkan gaya geser pada pembentukan inti kristal

    sehingga mempercepat transformasi kristal dari α ke β’ ke β. Kristal β

    menghasilkan permukaan cokelat batang yang licin, mengkilap, mencegah

     blooming (Becket, 2000; Windhab et al., 2002).

    c.  Parameter Kecepatan Meleleh

    Coklat akan disukai oleh para konsumen jika produk ini jika dimakan akan

    cepat meleleh atau lumer di mulut. Berdasarkan hasil pengujian yang telah

    dilakukan, dapat diketahui bahwa dari kesembilan sampel yang telah dilakukan

     pengujian, sampel dengan kecepatan leleh paling lambat terdapat pada sampel 247

    yaitu sampel coklat yang dilakukan tempering dengan cara menurunkan suhu

    hingga 28oC tanpa pengadukan dan dilakukan refiner   selama 10 jam, dengan

    kecepatan leleh dimulut 31,11 detik. Sedangkan sampel coklat yang memiliki

    kecepatan leleh paling cepat terdapat pada sampel 715 yaitu sampel coklat yang

    dilakukan tempering dengan cara menurunkan suhu hingga 28oC kemudian

    dinaikkan lagi hingga suhu 33oC dengan pengadukan dan dilakukan refiner

    selama 6 jam, dengan kecepatan leleh dimulut 8,54 detik. Dapat disimpulkan bahwa sampel 715 merupakan sampel coklat yang paling cepat leleh daripada

    sampel 247. Kecepatan leleh yang disukai oleh konsumen umumnya yang lebih

    cepat leleh dimulut ketika dimakan atau dapat disebut dengan lumer, namun

    konsumen lebih menyukai coklat yang tidak mudah leleh di suhu ruang dan

    memiliki struktur yang kompak dan kokoh. Kecepatan leleh coklat dimulut

    dipengaruhi oleh cara tempering  dan lamanya proses refining. Proses Tempering

    merupakan suatu proses tahapan yang bertujuan untuk memperoleh struktur coklat

    yang stabil. Penggunaan suhu yang sesuai akan menghasilkan coklat yang stabil.

    Kristaal-kristal lemak yang dihasilkan berukuran kecil dan memiliki titik leleh

    yng tinggi. Proses tempering dengan cara menurunkan suhu hingga 28oC dan

    dinaikkan kembali hingga suhu 33oC akan membentuk lemak coklat dengan

    kristal tipe β. Lemak pada tipe β ini memiliki karakteristik titik leleh yang tinggi

     pada suhu ruang, namun akan cepat meleleh atau lumer ketika dimakan. Hal ini

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    33/37

    sesuai dengan literatur menurut Talbot (1999), yang menyatakan bahwa proses

    tempering merupakan proses untuk pengaturan ikatan kristal pada lemak kakao.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    34/37

    BAB 5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

    1. 

    Penyangraian biji kakao terjadi perubahan warna dan aroma yaitu menjadi

     berwarna gelap (biji utuh), aromanya berkurang, terkturnya rapuh, sedangkan

     biji kakao yang tidak disangrai memiliki warna lebih terang, beraroma normal

     biji kakao dan teksturnya sulit dipatahkan.

    2.  Efisiensi pemisahan kulit biji kakao sebesar 0,1799%. Hal ini sudah sesuai

    dengan standart dengan maksimal 1,75%.

    3.  Ukuran partikel pasta kakao komersil lebih kecil dari pada pasta kakao hasil

     praktikum. Ukuran partikel pasta kakao hasil praktikum tidak sesuai dengan

    literatur karena adanya kulit yang terikut pada nib dan tingginya kadar air.

    4.  Refining atau pelembutan akan menjadikan ukuran partikel adonan coklat

    lebih kecil karena adanya tekanan dari ball mill  .

    5.  Panelis lebih menyukai coklat dengan tempering 28oC dinaikkan ke 33oC

    dikarenakan coklat lebih glossy dan cepat meleleh di mulut.

    5.2 Saran

    Dalam melakukan praktikum coklat lebih teliti dan memahami setiap

    langkahnya dikarenakan proses pembuatan yang panjang dan rumit. Terima kasih

    atas semua ilmu yang kami dapatkan dari asisten.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    35/37

    DAFTAR PUSTAKA

    Afoakwa, E. O., Paterson, A., Fowler, M., & Ryan, A. 2008.  Flavor Formationand Character in Cocoa and Chocolate: A Critical Review. Critical 

    Reviews in Food Science and Nutrition, 48, 840-857.

    Abigor, R.D., P.O. Uadia, T. A. Foglia, M. J. Haas, K. Scott, and J. Savary, 2003.

     Partial Purification and Properties of Lipase from Germinating Seeds of

     Jatropha curcas L., JAOCS, 79 (11): 1123-1126.

    Agus, Sudibyo, 2008.  Pengaruh kondisi penyangraian. Jurnal Riset Industri

    Vol.2, Jawa Timur.

    Badan Standarisasi Nasional. 2009. Standart Nasional Indonesia 3749:2009.Jakarta: BSN. 

    Beckett,S.T. 2000. The Science of Chocolate. RSC Paperbacjs. Cambridge CB40

    WF, UK.

    Beckett, S. T. 2008.  Industrial Chocolate Manufacture and Use. 4th edition.

    Wiley-Blackwell, United Kingdom.

    Belitz, H.D. dan W. Grosch, 1999.  Food Chemistry  Second Edition. Berlin:

    Springer.

    Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.

    Universitas Indonesia Press. Jakarta. 365 hlm.

    Djatmiko, B. dan T. Wahyudi, 1986.  Aspek Pengolahan dan Mutu Coklat Lindak

    dan Mulia. Jember : Balai Penelitian Perkebunan.

    Faridah, Anni. 2008. Patiseri Jilid 3. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

    Haryadi, M. dan Supriyanto. 2001. Pengolahan Kakao Menjadi Bahan Pangan.

     Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada,Yogyakarta. Hlm 56-70. 

    Janner, Simarmata. 2010. Rekayasa Makanan.Yogyakarta: Penerbit Andi

    Jinap, S.; W.I. Wan Rosli; A.R. Russly & L.M. Nurdin (1998). Effect of roasting

    time and temperature on volatile components profile during nib roasting of

    cocoa beans (Theobroma cacao).  Journal of the Science and Food

     Agriculture, 77, 441 — 448.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    36/37

    Ketaren, S. 1986.  Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan

    Pertama. Jakarta : UI-Press. Minifie, B. W, 1999. Chocolate, Cacao, and

    Consectionery. Avi Publishing Company, Inc. West Port, Connecticut.

    Misnawi. 2004. Pola Agroindustri Untuk Pengembangan Industri Kakao Skala

    Usaha Kecil/Menengah Di Indonesia. Prosiding Simposium Kakao.

    Yogyakarta, 4-5 Oktober 2004.

    Muchtadi TR, Sugiyono. 1992.  Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: PAU

    IPB.

    Mulato, S., S. Widyotomo, Misnawi, Sahali dan E. Suharyanto. 2004. Petunjuk

    Teknis Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao. Bagian Proyek

    Penelitian dan Pengembangan Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian Kopi danKakao Indonesia.

    Mulato,2005. Petunjuk Teknis Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao. 

    Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia; edisi 2, Jember.

    Ruhnayat, A. 2003. Bertanam Vanili. Jakarta: Agro Media Pustaka.

    O’Brien, R.D., 2008,  Fats and Oils, Formulating and Processing For Aplication,

    Edition second, Technomic Publishing Company, Inc. USA.

    Shukla, V, K, S, 2003, Confectionery Fats, In R. J. Hamilton (Ed.), Developments

    in Oils and Fats, Glasglow: Blackie Academic and Professional.

    Spillane, J.J., 1995.  Komoditi Kakao Peranannya Dalam Perekonomian

     Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.

    Sukrisno, W. dan Sri Mulato. 2004. Rekayasa Proses dan Alat-Mesin Pengolahan

     Produk Hilir Kakao untuk Skala Usaha Kecil Menengah. Prosiding

    Simposium Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Yogyakarta,

    4-5 Oktober 2004.

    Susanto, F. X. Ir. 1994. Tanaman kakao (Budidaya dan Pengolahan Hasil). Kanisius, Yogyakarta.

    Swarbick, J. dan Boylan, J.C., 1995, ― Encyclopedia of Pharmaceutical

    Technology‖, Marcel Dekker Inc, New York, 375-384. 

    Wahyudi, T., Pujiyanto, dan T. R. Panggabean, 2008. Panduan Lengkap Kakao,

    Penebar Swadaya, Jakarta.

    Widyotomo, S., Sri Mulato dan Handaka. 2004.  Mengenal Lebih Dalam

    Teknologi Pengolahan Biji Kakao. Warta Penelitian dan Pengembangan

    Pertanian. 26 (2): 2 halaman.

  • 8/18/2019 Laporan COklat Vindy New

    37/37

    Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.