Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

40
ABSTRAK Abstract : Carbohydrates are polyhydroxy aldehydes or ketones polyhydroxyl consisting of monosaccharides, oligosaccharides, and polysaccharides. In this experiment conducted qualitative and quantitative analysis of carbohydrates. Qualitative analysis carried out by molisch test, test benedict, barfoed test, saliwanoff test and iodine test which the principle of these tests are adding reagent to the samples of the types of test results obtained reaction. Based on the experimental results obtained some data on qualitative test: test molisch showed positive changes in each sample, benedict test positively marked by the sample changed color to orange and negative light blue or any other color, test barfoed positively marked by a color change to red brick , iodine test positive are marked with red bricks on fructose. As for the quantitative analysis using spectrometry 20. Based on the experiment, get a graph with the equation y = 0,0057x - 0.0148 with R2 values of 0.9752, and the value randemen maize by 30%, potatoes by 6%, yam by 0.6 %, potatoes by 32.4%, amounting to 0.8% of taro and cassava by 9.6%. Keywords: carbohydrates, qualitative analysis, analysis of total sugars, carbohydrates isolation Abstrak : Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehid atau polihidroksil keton yang terbagi atas monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pada percobaan ini dilakukan analisa kualitatif dan kuantitatif karbohidrat. Analisa kualitatif dilakukan dengan uji molisch, uji benedict, uji barfoed, uji saliwanoff, dan uji iodine dengan prinsip

Transcript of Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

Page 1: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

ABSTRAK

Abstract : Carbohydrates are polyhydroxy aldehydes or ketones polyhydroxyl

consisting of monosaccharides, oligosaccharides, and polysaccharides. In this

experiment conducted qualitative and quantitative analysis of carbohydrates.

Qualitative analysis carried out by molisch test, test benedict, barfoed test, saliwanoff

test and iodine test which the principle of these tests are adding reagent to the samples

of the types of test results obtained reaction. Based on the experimental results obtained

some data on qualitative test: test molisch showed positive changes in each sample,

benedict test positively marked by the sample changed color to orange and negative

light blue or any other color, test barfoed positively marked by a color change to red

brick , iodine test positive are marked with red bricks on fructose. As for the quantitative

analysis using spectrometry 20. Based on the experiment, get a graph with the equation

y = 0,0057x - 0.0148 with R2 values of 0.9752, and the value randemen maize by 30%,

potatoes by 6%, yam by 0.6 %, potatoes by 32.4%, amounting to 0.8% of taro and

cassava by 9.6%.

Keywords: carbohydrates, qualitative analysis, analysis of total sugars, carbohydrates

isolation

Abstrak : Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehid atau polihidroksil keton yang

terbagi atas monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pada percobaan ini

dilakukan analisa kualitatif dan kuantitatif karbohidrat. Analisa kualitatif dilakukan

dengan uji molisch, uji benedict, uji barfoed, uji saliwanoff, dan uji iodine dengan prinsip

penambahan reagen sesuai jenis uji lalu didapatkan hasil reaksi. Berdasarkan hasil

percobaan didapatkan beberapa data pada uji kualitatif: uji molisch menujukkan adanya

perubahan positif pada tiap sampel, uji benedict positif ditandai dengan sampel berubah

warna menjadi jingga dan negatif dengan warna biru muda atau warna lain, uji barfoed

positif ditandai dengan perubahan warna menjadi merah bata, uji iodine positif ditandai

dengan warna merah bata pada fruktosa. Sementara untuk analisa kuantitatif

menggunakan spektrometri 20. Berdasarkan percobaan, diperoleh grafik dengan

persamaan y = 0,0057x – 0,0148 dengan nilai R2 sebesar 0,9752, dan nilai randemen

jagung sebesar 30%, ubi sebesar 6%, bengkuang sebesar 0,6%, kentang sebesar 32,4%,

talas sebesar 0,8%, dan singkong sebesar 9,6%.

Kata Kunci : karbohidrat, analisa kualitatif, analisa gula total, isolasi karbohidrat

Page 2: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan dari percobaan karbohidrat adalah dapat melakukan identifikasi senyawa-

senyawa karbohidrat, dapat mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi, serta menentukan

senyawa-senyawa karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif.

1.2 Tinjauan Pustaka

Karbohidrat merupaka sumber energi utama dalam kehidupan. Unsur utama

penyusunnya adalah karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat di alam dengan

rumus empiris Cn(H2O)n. Berdasarkan rumus empiris tersebut, awalnya senyawa

karbohidrat dianggap sebagai hidrat. Tetapi sejak tahun 1880 telah disadari bahwa

gagasan ”hidrat dari karbon” merupakan gagasan yang tidak benar. Hal ini karena ada

beberapa senyawa yang mempunyai rumus empiris seperti karbohidrat tetapi bukan

karbohidrat (Tim Dosen, 2010). Bila dibandingkan protein dan lipid, struktur yang

dimiliki karbohidrat jauh lebih sederhana. Struktur yang lebih sederhana inilah yang

menyebabkan proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh pun lebih sederhana

dibandingkan senyawa lain. Karbohidrat lebih cepat proses metabolismenya bila

dibandingkan protein dan lipid (Earl, 2007). Salah satu kegunaan karbohidrat adalah

sebagai asam pengoksidasi yang penting bagi tubuh. Karbohidrat dalam bentuk glikogen

misalnya, sangat penting untuk performa otot. Glikogen berfungsi sebagai energi bagi

otot untuk dapat melakukan aktivitas yang intens maupun berat. Oleh karena itu,

karbohidrat sangat penting bagi seorang atlit dalam menjaga kesehatan ototnya

(Mamus, et.al., 2006).

Senyawa karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan banyaknya gula sederhana

yang menyusunnya. Golongan utama dalam karbohidrat adalah monosakarida,

disakarida dan oligosakarida, dan polisakarida (Almatsier, 2010). Penjelasannya adalah

sebagai berikut :

a. Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi

karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai

triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon;

Page 3: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki

senyawa tersebut (Murray, et. al., 2009).

b. Disakarida merupakan karbohidrat yang tersusun atas dua monosakarida yang

diikat dengan satu ikatan glikosida. Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C

nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu

molekul. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa dapat

dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul monosakarida

melalui hidrolisis (Almatsier, 2010). Sementara itu, oligsakarida merupakan produk

kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Oligosakarida banyak ditemui di kacang-

kacangan dan biji-bijian. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam

tubuh manusia (Murray, et.al., 2009).

c. Polisakarida merupakam karbohidrat yang terbenyuk dari banyak sakarida

sebagaimonomer. Rumus umum polisakarida, yaitu (C6H10O5)n. Contoh polisakarida

adalah selulosa,glikogen, dan amilum (pati). Pati merupakan polisakarida yang tersusun

oleh glukosa. Dipandangdari strukturnya, butir-butir pati terdiri dari dua bagian, bagian

amilosa yang merupakan rantailurus polimer glukosa, dan bagian amilopektin yang

terdiri dari rantai bercabang polimer glukosa jika dihidrolisis sempurna akan

dihasilkan molekul-molekul glukosa (Aminah, et.al., 2011).

Contoh-contoh karbohidrat dan strukturnya (James, et.al., 2008) :

a. Monosakarida

b.

Disakarida dan Oligosakarida

Page 4: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

c. Polisakarida

Contoh dari polisakarida adalah glikogen, amilum, pati, dan sellulosa.

Sprektonik 20 merupakan salah satu instrumen analisis kimia yang digunakan untuk

mengukur absorbansi atau transmitan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.

Instrrumen ini merupakan salah satu jenis dari spektrofotometri. Prinsip persobaan

dari instrumen ini didasarkan pada penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan

berwarna, untuk kemudian didapatkan nilai absorbansi, sehingga konsentrasi suatu

sampel dapat diketahui. Konsentrasi suatu sampel dapat ditentukan dengan

menggunakan grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi (Syabathini, 2010).

Pengujian sampel karbohidrat secara kualitatif saat percobaan dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yakni uji molisch, uji benedict, uji barfoed, uji saliwanoff (Nigam

dan Ayyagari, 2008). Selain itu, ada pula uji karbohidrat dengan menggunakan larutan

iodin (Pavia, et.al., 2005). Pada uji-uji ini digunakan reagen yang berbeda, sebab

fungsinya juga berbeda. Uji-uji karbohidrat antara lain:

a. Uji Molisch

Uji molisch adalah uji umum untuk semua karbohidrat. Jadi, bukan merupakan tes

spesifik untuk karbohidrat. Prinsipnya adalah penambahan reagen molisch yang diikuti

dengan penambahan H2SO4 pekat akan menyebabkan polisakarida dan disakarida

mengalami hidrolisis pada ikatan glikosida menjadi monosakarida membentuk furfural

dan derivatnya. Hasilnya akan memberikan cincin berwarna ungu atau violet (Nigam

dan Ayyagari, 2008).

b. Uji Benedict

Uji ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi gula-gula pereduksi, tetapi kurang

bisa digunakan untuk membedakan monosakarida tereduksi dan disakarida tereduksi.

Prinsipnya adalah, setelah reagen benedict ditambahkan dan dipanaskan, maka gula

yang memiliki gugus aldehid dan keton yang bebas akan mereduksi ion kupri dan

membentuk kupri oksida yang berwarna kuning sampai merah (Nigam dan Ayyagari,

2008).

c. Uji Barfoed

Uji ini merupakan uji spesifik karbohidrat yakni monosakarida. Prinsipnya adalah

setelah penambahan reagen akan terjadi reduksi gugus aldehida dan keton pada

monosakarida membentuk kupri hidroksida. Uji ini berbeda dengan uji benedict karena

Page 5: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

uji ini memerlukan suasana asam, sehingga monosakarida dapat tereduksi (Nigam dan

Ayyagari, 2008).

d. Uji Iodin

Uji iodin merupakan uji untuk polimer karbohidrat. Prinsip dari uji ini adalah

setelah penambahan larutan iodin, iodin akan terabsorpsi dalam ruang yang ada pada

polisakarida, yakni pada helik karbohidrat untuk membentuk warna merah keunguan

(Pavia, et.al., 2005).

e. Uji Saliwanoff

Uji ini merupakan uji spesifik untuk menentukan adanya gugus ketosa pada

karbohidrat, yakni uji untuk fruktosa. Oleh karena itu, gula yang memiliki gugus aldehid

tidak akan terdeteksi pada uji ini. Prinsipnya adalah setelah ditambahkan reagen gula

dengan gugus ketosa akan terdehidrasi membentuk derivat furfural. Kemudian

resolcinol akam mengkondensasikan membentuk kompleks berwarna merah (Nigam

dan Ayyagari, 2008).

1.3 Tinjauan Bahan

1.3.1 Reagen Molisch

Merupakan reagen kimia yang bersifat korosif, agen pengiritasi, dan mudah

terbakar. Komposisinya terbuat dari -naftol dan ethanol . Reagen ini dapat dijumpaiα

dalam fasa cair berwarna putih, dan memiliki aroma seperti alkohol. Titik leburnya

sebesarr -900C, dan titik didihnya sebesar 770C (Anonim 1, 2015).

1.3.2 Reagen Benedict

Merupakan senyawa kimia yang tidak mudah terbakar, bersifat korosif, dapat

ditemui dalam fasa cair dan ph basa. Komposisi bahannya tersusun atas natrium sitrat,

natriun karbonat, kupri sulfat pentahidrat, dan air. Titik didihnya sebesar 1000C.

Reagen ini mudah larut dalam air hangat, metanol, dan dietil eter (Anonim 2, 2013).

1.3.3 Reagen Barfoed

Merupakan reagen kimia yang tersusun atas kupri asetat, asam asetat, dan air.

Reagen ini dapat dijumpai dalam fasa cair berwarna biru kehijauan. Titik didihnya

sebesar 2120C, dan titik leburnya sebesar 320C. Reagen ini merupakan agen

pengoksidasi yang dapat mengiritasi (Anonim 3, 2009).

1.3.4 Larutan Iodine

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul I2 dan berat molekul

253,81 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa cair maupun padat. Titik

Page 6: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

didihnya sebesar 184,40C dan titik leburnya sebesar 113,70C. Bersifat tidak mudah

terbakar, larut dalam dietil etes, metanol, air panas dan air dingin, serta minyak

(Anonim 4, 2013).

1.3.5 Reagen Saliwanoff

Merupakan reagen kimia yang tersusun atas asam klorisa, resorcinol, dan air.

Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa cair tak berwarna dan beraroma tajam. Reagen

ini bersifat korosif dan sangat beracun (Anonim 5, 2013).

1.3.6 Aquades

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul H2O dan berat molekul

sebesar 18,02 gr/mol. Titikdidi senyawa ini 1000C. Molekulnya dapat ditemui dalam

fasa cair, tidak bersifat kronis terhadap tubuh makhluk hidup bila terjadi interaksi

(Anonim 6, 2013).

1.3.7 H2SO4 Pekat

Merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul H2SO4 dan berat molekul

sebesar 98,08 gr/mol. Seyawa ini dapat ditemukan dalam fasa cair tidak berwarna, tidak

berbau dan berasa asam. Titik didihnya sebesar 2700C dan titik leburnya sebesar -350C.

Massa jenis senyawa ini sebesar 1,84 gr/ cm3. Senyawa ini bersifat tidak mudah

terbakar, stabil, sangt korosif, dan merupakan racun (Anonim 7, 2013).

1.3.8 Fenol 5 %

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul C6H5OH dan berat

molekul 94,11 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat dan cair, tidak

berwarna, dan memiliki aroma yang khas. Titik didihnya sebesar 182°C (359.6°F) dan

titik leburnya sebesar 42°C (107.6°F). Senyawa ini dapat terbakar pada temperatur

tinggi, berpotensi meledak, larut dalam dietil eter, alkohol, kloroform, dan glyserol

(Anonim 8, 2013).

1.3.9 Etanol 95 %

Merupakan snyawa kimia yang memiliki rumus molekul C2H50H dan berat

molekul sebesar 46,08 gr/mol. Titik didihnya sebesar 78,20C-780C dan titik leburnya

sebesar -1300C. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa cair tak berwarna dengan bau

yang khas. Sifat senyawa ini volatil dan mudah terbakar (Anonim 9, 2014).

1.3.10 Glukosa

Merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul C6H12O6.H20 dan berat

molekul sebesar 198.17 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat dan cair,

Page 7: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

dan berwarna putih. Merupakan senyawa pengoksidasi yang bersifat tidak mudah

terbakar, tidak mengalami polimerisasi, tidak korosif, dan larut air (Anonim 10, 2008).

1.3.11 Fruktosa

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul C6H12O6 dan berat

molekul sebesar 180,16 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat dan cair

berwarna putih dan memiliki bau yang khas. Titik lebuh senyawa ini sebesar 103°C

(217.4°F). Senyawa ini dapat terbakar pada temperatur tinggi dan mudah larut dalam

air dingin maupun air hangat, serta bukan termasuk senyawa yang akan mengalami

polimerisasi (Anonim 11, 2012).

1.3.12 Galaktosa

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul C6H12O6 dan berat

molekul sebesar 180.156 g/mol. Titik didih senyawa ini sebesar 167oC. Senyawa ini

dapat larut dalam air dengan kelarutan sebesar 683 g/L (Lennarz and Lane, 2013).

1.3.13 Maltosa

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul C12H24O12 dan erat

molekul sebesar 360,31 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat maupun

cair. Titik leburnya sebesar 102.5°C (216.5°F). massa jenisnya sebesar 1,52 gr/cm3.

Senyawa ini mudah larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam dietil eter, dan dapat

terbakar bila diletakkan pada temperatur yang tinggi (Anonim 12, 2013).

1.3.14 Laktosa

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul C12H22O11.H2O dan

berat molekul sebesar 360,31 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat

dengan bau yang tidak menyengat. Titik leburnya sebesar 214°C (417.2°F). Senyawa ini

larut dalam air hangat dan air dingin. Massa jenisnya sebesar 1,525 gr/cm3. Senyawaini

dapat terbakar ila diletakkan pada temperatul yang tinggi (Anonim 13, 2013).

1.3.15 Sukrosa

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul C12H22O11 dan berat

molekul sebesar 342,3 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat maupun

cair berwarna putih, rasa manis, dam bau yang tidak terlalu menyengat. Titik lebur

senyawa ini sebesar 186°C (366.8°F) dengan massa jenis sebesar 1,587 gr/cm3.

Senyawa ini larut dalam air dingin, metanol, tetapi tidak larut dietil eter, dan dapat

terbakar bila diletakkan pada temperatur tinggi (Anonim 14, 2012).

1.3.16 Amilum

Page 8: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul (C 6 H10 O5)n. Senyaea

ini disebut juga pati, yang dapat ditemui dalam fasa padat berupa bubuk putih, tawar

dan tidak berbau. Senyawa ini tidak larut dalam air (Lennarz dan Lane, 2013).

1.3.17 Glikogen

Senyawa inimerupakan salah satu senyawa polimer kimia. Sifat senyawa ini tidak

korosif, dan dapat terbakar pada temperatul tinggi. Penyimpanan senyawa ini harus

ditempat yang dingin. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat berwarna putih.

Selai itu, senyawa ini dapat larut di air, metanol, dan mengalami penguraian di kedua

pelarut tersebut (Anonim 15, 2013).

1.3.18 Selulosa

Merupakan senyawa kimia yang juga dikenal dengan nama mikrokristalin.

Senyawa ini merupakan polimer karbohidrat yang berat molekolnya tergantung dari

banyak unsur penyusunnya. Titik leburnya sebesar 500°C (932°F) - 518°C. Senyawa ini

merupakan polimer yang tersusun atas unit-unit glukosa dalam sartu rantai panjang,

yang dapat dijumpai dalam fasa padat berwarna putih dan bau tidak menyengat disertai

rasa yang kurang manis. Senyawa ini larut air, dan tidak larut dalam pelarut organik

(Anonim 16, 2013).

1.3.19 Inulin

Merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul (C6H10O5)n dan berat

molekul 5000 gr/mol. Senyawa ini dapat dijumpai dalam fasa padat berwarna putih.

Titik lebur senyawa ini sebesar 178°C (352.4°F) dan massa jenis sebesar 1,4 gr/cm3.

Senyawa ini merupakan senyawa yang stabil dan dapat terbakar pada temperatur tinggi

(Anonim 17, 2013).

1.3.20 Talas

Merupakan tumbuhan penghasil umbi yang cukup penting. Tanaman ini ditanam

untuk diambil umbinya, yang merupakan sumber karbohidrat yang cukup penting.

Taksonomi dari talas adalah kerajaan: plantae; divisi: magnoliophyta; kelas: liliopsida;

ordo: alismatales; famili: araceae; genus: colocasia; spesies: c. Esculenta (Dalimartha,

2007).

1.3.21 Bengkuang

Merupakn tanaman yang berfungsi sebagai penghasil karbohidrat sekaligus

protein. Nama latin tanaman ini adalah Pachyrhizus erosus (L). Ubi bengkuang terdiri

dari 80%-90% air. Biji dan daun dewasa bengkuang mengandung bahan insektisida

Page 9: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

yang disebut rotenone yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida alami dan racun

ikan (Kurniawan dan Wicaksana, 2006).

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan karbohidrat adalah tabung reaksi,

pipet tetes, pipet volume 10 ml, tissue atau lap, penangas air, penjepit, botol sampel,

botol semprot, timbangan atau neraca, kertas saring, gelas kimia 600 ml, spatula,

spektronik 20 dan kuvet, pisau, blender, corong buchner, labu ukur, mortar, oven, gelas

arloji, kertas saring.

2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan karbohidrat adalah Reagen

Molisch, reagen benedict, reagen barfoed, larutan iodin, reagen saliwanoff, HCL pekat,

aquades, glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, amilum, glikogen, inulin,

selulosa, larutan HCL 2N, larutan fenol 5%, larutan H2SO4 pekat, etanol 95%, arang

aktif, ubi, singkong, jagung, bengkuang, kentang, talas.

2.3 Skema Kerja

2.3.1 Uji Molisch

- Dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml.

- Ditambah reagen molisch 2 tetes, dikocok.

- Ditambah 5ml H2SO4 pekat melalui dinding secara perlahan

2.3.2 Uji Benedict

Larutan Karbohidrat 1%: glukosa; fruktosa; galaktosa; maltosa; laktosa; sukrosa; amilum; sari ubi, singkong, jagung, bengkuang, kentang, talas

Hasil

Larutan Karbohidrat 1%: glukosa; fruktosa; maltosa; laktosa; sukrosa; amilum; sari ubi, singkong, jagung, bengkuang, kentang, talas

Page 10: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

- Dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 5 tetes.

- Ditambahkan 2 tetes reagen benedict.

- Dipanaskan dalam penangas air selama 3 menit.

- Dibiarkan dingin, diamati.

2.3.3 Uji Barfoed

- Ditambahkan sampel sebanyak 10 tetes ke dalam tabung yang berisi reagen

barfoed sebanyak 20 tetes.

- Dipanaskan dalam penangas air sebanyak 13 menit.

2.3.4 Uji Iodine

- Dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 10 tetes.

- Ditambahkan HCL sebanyak 20 tetes.

- Ditambahkan I2 sebanyak 2 tetes.

2.3.5 Uji Saliwanoff

- Ditambahkan 2 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 1 ml reagen

saliwanoff.

- Dimasukkan ke dalam penangas air selama 3 menit, lalu diangkat, diamati.

2.3.6 Analisis Gula Total dalam Sari Buah Secara Spektrofotometri

- Ditimbang 1 gr dengan neraca.

Hasil

Hasil

Larutan Karbohidrat 1%: glukosa; fruktosa; galaktosa; maltosa; laktosa; sukrosa; amilum; sari ubi, singkong, jagung, bengkuang, kentang, talas

Ubi, jagung, singkong, talas, bengkuang, kentang

Larutan Karbohidrat 1%: fruktosa; maltosa; laktosa; sukrosa; amilum; sari ubi, singkong, jagung, bengkuang, kentang, talas

Larutan Karbohidrat 1%: sellulosa; glikogen; amilum; inulin, sari ubi, singkong, jagung, bengkuang, kentang, talas

Hasil

Hasil

Page 11: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

- Dihaluskan dengan mortar. Ditambahkan sedikit aquades untuk mempermudah.

- Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml.

- Dipipet 5 ml, dimasukkan dalam labu ukur 100 ml untuk diencerkan kembali.

- Dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi.

- Ditambah 1 ml fenol 5%, dikocok.

- Ditambah H2SO4 pekat sebanyak 5 ml.

- Dilakukan duplo, didiamkan selama 30 menit.

- Dibuat larutan standar 10 ppm, 20 ppm, 30ppm, 50 ppm, dan 70 ppm.

- Dilakukan pengukuran nilai absorbansi.

2.3.7 Isolasi Karbohidrat

- Dikupas, dicuci, dipotong, dan ditimbang sebanyak 50 gr.

- Dimasukkan dalam blender, ditambah 100 ml air, dihomogenkan.

- Disaring, dan ditampung filtrat ke dalam gelas kimia.

- Ditambahkan 100 ml air, diaduk, dan didiamkan sampai terbentuk endapan.

- Didekantasi. Endapan berwarna putih ditambahkan etanol 95%.

- Ditimbang gelas arloji dan kertas saring.

- Disaring dengan kertas saring.

- Dioven kertas saring yang berisi endapan.

- Ditimbang hingga massa konstan.

Ubi, singkong, jagung, bengkuang, kentang, talas

Hasil

Hasil

Page 12: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

BAB III

DATA HASIL PENGAMATAN

3.1 Tabel Pengamatan

3.1.1 Uji Molisch

3.1.2 Uji Benedict

Page 13: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

3.1.3 Uji Barfoed

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1

Ditambahkan sampel sebanyak 10

tetes ke dalam tabung yang berisi

reagen barfoed sebanyak 20 tetes.

Glukosa : Biru; Fruktosa: Biru; Sukrosa :

Hijau Kebiruan; Maltosa : Biru, Amilum :

Biru; Galaktosa : Biru; Laktosa : Biru;

Kentang, Jagung, Ubi, Talas, Singkong :

tidak terbentuk endapan; Bengkuang :

terbentuk endapan merah bata.

2Dipanaskan dalam penangas air

selama 13 menit

Glukosa, Fruktosa, Sukrosa, galaktosa :

Terbentuk endapan Merah Bata; Maltosa,

Laktosa, Amilum : tidak terbentuk

endapan; Kentang, Jagung, Ubi, Talas,

Singkong : tidak terbentuk endapan;

Bengkuang : terbentuk endapan merah

bata.

3.1.4 Uji Iodin

Page 14: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

3.1.5 Uji Saliwanoff

3.1.6 Analisis Gula Total dalam Sari Buah Secara Spektrofotometri

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Ditimbang 1 gr dengan neraca.Massa ubi, bengkuang, singkong, jagung,

kentang, dan talas masing-masing 1 gr.

2 Dihaluskan dengan mortar. Masing-masing sampel halus. Warna

Page 15: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

Ditambahkan sedikit aquades untuk

mempermudah.

kentang coklat keruh, warna jagung

kuning.

3 Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml.Masing-masing bahan menjadi homogen

dengan air (bercampur dan larut).

4

Dipipet 5 ml, dimasukkan dalam labu

ukur 100 ml untuk diencerkan

kembali.

Masing-masing larutan encer. Larutan

kentang tidak berwarna, dan larutan

jagung dari putih berwarna bening dan

sedikit keruh.

5 Dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi.Masing-masing larutan bahan berada di

dalam tabung reaksi yang berbeda.

6 Ditambah 1 ml fenol 5%, dikocok.

Larutan kentang tidak berwarna dan

berbau seperti alkohol, sementara

larutan jagung tetap tidak berwarna.

7 Ditambah H2SO4 pekat sebanyak 5 ml.Larutan kentang berwarna coklat dan

panas; larutan jagung berwarna coklat.

8Dilakukan duplo, didiamkan selama 30

menit.

Larutan kentang berwarna coklat dan

panas; larutan jagung berwarna coklat.

9Dibuat larutan standar 10 ppm, 20

ppm, 30ppm, 50 ppm, dan 70 ppm.

Terdapat larutan kentang dan jagung

dengan konsentrasi 10 ppm; 20 ppm; 30

ppm; 50 ppm; 70 ppm.

10Dilakukan pengukuran nilai

absorbansi.

Didapat nilai absorbansi Larutan standar

10 ppm : 0,013; 20 ppm : 0,119; 30 ppm :

0,161; 50 ppm : 0,237; 70 ppm : 0,398,

nilai absorbansi larutan kentang sebesar

1,436, absorbansi jagung 1,507,

absorbansi bengkuang 0,828.

3.1.7 Isolasi Karbohidrat.

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1Dikupas, dicuci, dipotong, dan

ditimbang sebanyak 50 gr.

Diperoleh potongan ubi, singkong,

jagung, bengkuang, talas, dan kentang

yang bersih dengan massa masing-

masing 50 gr.

2 Dimasukkan dalam blender, Masing-masing bahan bercampuran

Page 16: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

ditambah 100 ml air, dihomogenkan. membentuk larutan homogen.

3Disaring, dan ditampung filtrat ke

dalam gelas kimia.

Filtrat dan endapan masing-masing

bahan terpisah.

4

Ditambahkan 100 ml air, diaduk, dan

didiamkan sampai terbentuk

endapan.

Filtrat masing-masing bahan encer, dan

pada setiap gelas penampung bahan

terbentuk bahan. Jagung : endapan

kuning; Ubi : endapan coklat;

Bengkuang : endapan putih; Kentang :

endapan putih; Talas : endapan putih;

Singkong : endapan putih.

5Didekantasi. Endapan berwarna putih

ditambahkan etanol 95%.

Masing-masing endapan terpisah dengan

filtratnya dan tersuspensi.

6Ditimbang gelas arloji dan kertas

saring.

Pada isolasi karbohidrat ubi, massa gelas

arloji 24,9 gr, kertas saring konstan 0,6

gr; Pada isolasi karbohidrat kentang,

massa kertas saring 0,7 gr; Pada isolasi

karbohidrat kentang, massa kertas saring

0,6 gr; Pada isolasi karbohidrat talas,

massa kertas saring 0,8 gr; Pada isolasi

singkong, massa kertas saring 0,7 gr.

7 Disaring dengan kertas saring.

Masing-masing endapan terpisah dengan

filtratnya, endapan tersaring di kertas

saring.

8Dioven kertas saring yang berisi

endapan.

Masing-masing endapan kering.

9 Ditimbang hingga massa konstan.

Massa pati jagung 15 gr; massa pati ubi

0,3 gr; massa pati bengkuang 0,3 gr;

massa pati kentang 16,2 gr; massa pati

talas 0,4 gr; massa pati singkong 4,8 gr.

3.2 Perhitungan

3.2.1 Analisis Gula Total

A jagung : 1,507; A kentang : 1,43 ; A Bengkuang : 0,828

No Konsentrasi A (y) x2 xy

Page 17: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

1 0 0 0 0

2 10 0,013 100 0,13

3 20 0,119 400 2,38

4 30 0,161 900 4,83

5 50 0,237 2500 11,85

6 70 0,398 4900 27,86

Jumlah 0,928 8800 47,05

y = ax

a = = = 5,35 x 10-3

y = 0,00535x

3.2.1.1 Kentang

X [glukosa] =

=

= 268,4 ppm

% glukosa = x 100%

= x 100%

Page 18: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

= x 100%

= 53,68%

3.2.1.2 Jagung

X [glukosa] =

=

= 281,68 ppm

% glukosa = x 100%

= x 100%

= x 100%

= 56,34%

3.2.1.3 Bengkuang

X [glukosa] =

=

= 154,77 ppm

% glukosa = x 100%

= x 100%

= x 100%

Page 19: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

= 30,95%

3.2.2 Isolasi Karbohidrat

3.2.2.1 Randemen Jagung

x 100% = 30%

3.2.2.2 Randemen Ubi

x 100% = 6%

3.2.2.3 Randemen Bengkuang

x 100% = 0,6%

3.2.2.4 Randemen Kentang

x 100% = 32,4%

3.2.2.5 Randemen Talas

x 100% = 0,8%

3.2.2.6 Randemen Singkong

x 100% = 9,6%

Page 20: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur

4.1.1 Uji Molisch

Tujuan dari uji Molisch adalah untuk mengetahui adanya senyawa karbohidrat

dalam suatu sampel. Prinsip uji Molisch adalah penambahan reagen molisch yang diikuti

dengan penambahan H2SO4 pekat akan menyebabkan polisakarida dan disakarida

mengalami hidrolisis pada ikatan glikosida menjadi monosakarida membentuk furfural

dan derivatnya (Nigam dan Ayyagari, 2008).

Pada percobaan ini digunakan beberapa bahan seperti reagen Molisch dan asam

sulfat pekat. Fungsi penambahan asam sulfat pekat adalah untuk menghidrolisis ikatan

glikosidik, sehingga akan dihasilkan monosakarida yang terhidratasi menjadi furfural

dan derivatnya. Asam klorida harus ditambahkan melalui dinding secara perlahan

supaya tidak terjadi letupan-letupan, sebab reaksi ini merupakan reaksi eksotermis.

Sementara, fungsi penambahan reagen Molisch adalah untuk mengidentifikasi adanya

senyawa furfural dan derivatnya yang terbentuk, yang dapat terjadi kondensasi dengan

-naftolmembentuk senyawa berwarna.α

4.1.2 Uji Benedict

Tujuan dari uji benedict karbohidrat adalah untuk mengidentifikasi adanya gula-

gula pereduksi. Prinsip dari uji ini adalah sampel ditambahkan reagen benedict,

kemudiam dipanaskan. Bila gula memiliki gugus aldehid dan keton yang bebas, gula

akan mereduksi ion kupri dan membentuk kupri oksida yang berwarna kuning sampai

merah (Nigam dan Ayyagari, 2008).

Pada percobaan ini, digunakan reagen benedict yang berfungsi untuk

mengoksidasi gugus aldehid dan keton yang bebas. Fungsi dari pemanasan seteah

penambahan reagen benedict adalah untuk mempercepat reaksi oksidasi dan reduksi

Page 21: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

yang terjadi. Sementara, fungsi dari membiarkan sampel panas supaya temperaturnya

sama dengan temperatur ruang adalah supaya reaksi yang terjadi benar-benar telah

selesai dan hasil yang didapat benar-benar valid.

4.1.3 Uji Barfoed

Tujuan dari Uji Barfoed adalah untuk menguji monosakarida yang tereduksi.

Prinsip dari uji adalah setelah penambahan reagen akan terjadi reduksi gugus aldehida

dan keton pada monosakarida membentuk kupri hidroksida. Uji ini berbeda dengan uji

benedict karena uji ini memerlukan suasana asam, sehingga monosakarida dapat

tereduksi (Nigam dan Ayyagari, 2008). Pada percobaan ini, reagen barfoed berfungsi

untuk mereduksi monosakarida. Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi.

4.1.4 Uji Iodin

Tujuan dari uji iodin karbohidrat adalah untuk uji polimer karbohidrat. Prinsip

dari uji ini adalah setelah penambahan larutan iodin, iodin akan terabsorpsi dalam

ruang yang ada pada polisakarida, yakni pada helik karbohidrat untuk membentuk

warna merah keunguan (Pavia, et.al., 2005). Pada percobaan ini, fungsi penambahan

iodin adalah untuk mengidentifikasi adanya polimer karbohidrat pada suatu sampel.

Fungsi penambahan asam klorida untuk menciptakan suasana asam.

4.1.5 Uji Saliwanoff

Tujuan dari uji Saliwanoff karbohidrat adalah untuk menentukan ada tidaknya

gugus ketosa pada karbohidrat. Prinsip dari uji ini adalah setelah ditambahkan reagen

gula dengan gugus ketosa akan terdehidrasi membentuk derivat furfural. Kemudian

resolcinol akam mengkondensasikan membentuk kompleks berwarna merah (Nigam

dan Ayyagari, 2008). Fungsi penambahan reagen saliwanoff adalh sebagai reagen untuk

identifikasi gugus ketosa pada karbohidrat. Fungsi penambahan asam klorida adalah

untuk menghidrolisis karbohidrat disakarida menjadi monosakarida. Fungsi

pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi.

4.1.6 Analisis Gula Total

Page 22: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

Pada percobaan ini dilakukan pengenceran terhadap sampel. Tujuannya adalah

untuk mempermudah pembacaan hasil. Penambahan fenol dan asam sulfat pekat pada

percobaan ini berfungsi untuk menghasilkan kompleks jingga.

4.1.7 Isolasi Karbohidrat

Pada percobaan ini, penambahan etanol berfungsi untuk memperkecil kelarutan

pati pada air, sehingga endapan yang dihasilkan banyak dan massa randemen yang

didapat pun besar.

4.2 Analisa Hasil

4.1.1 Uji Molisch

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, semua sampel memberikan hasil

yang positif dengan uji ini. Semua sampel : glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa,

maltosa, laktosa, dan amilum sama-sama menghasilkan cincin coklat setelah

penambahan reagen molisch dan asam sulfat. Hal ini berarti benar bahwa pada sampel

terdapat gugus karbohidrat yang telah terhidrasi menjadi furfural dan derivatnya. Pada

amilum, hasil reaksi sedikit lebih lambat dalam pembentukan cincin coklat. Hal ini dapat

terjadi karena amilum merupakan polimer karbohidrat, sehingga membutuhkan waktu

lebih lama untuk dapat terhidrasi. Sementara itu, untuk ekstrak (jagung, ubi, talas,

singkong, bengkuang, kentang) yang diuji pun, semua menghasilkan cincin coklat. Hal ini

berarti pada semua ekstrak yang diuji mengandung karbohidrat.

4.1.2 Uji Benedict

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, larutan karbohidrat, yakni glukosa,

fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa menunjukkan hasil positif, amilum menunjukkan

hasil negatif. Hail percobaan ini kurang tepat dengan teori. Bila dianalisis, seharusnya

sukrosa tidak menghasilkan hasil positif sebab sukrosa tidak memiliki gugus aldehid

atau pun gugus keton bebas secara struktur. Hal yang mungkin terjadi adalah

pemanasan terhadap sampel sukrosa terlalu lama sehingga ikatan glikosida terhidrolisis

menghasilkan gugus keton maupun aldehid bebas yang akhirnya dapat menjadi gugus

pereduksi. Selain sukrosa, hasil positif pada glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa, serta

Page 23: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

hasil negatif oleh amilum sudah sesuai teori. Pada uji benedict untuk fruktosa, meskipun

fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton,

maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan

memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Sementara untuk amilum hasilnya

negatif karena bukan gula pereduksi yang tidak memiliki gugus aldehid. Pada uji

benedict untuk sampel ekstrak (ubi, kentang, singkong, talas, bengkuang, jagung),

menunjukkan hasil positif untuk ubi dan negatif untuk ekstrak selain ubi. Hal ini berarti

pada ubi terkandung gula pereduksi, sementara pada ekstrak yang lain tidak

mengandung gula pereuduksi.

4.1.3 Uji Barfoed

Berdasarkan hasil percobaan, sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, dan galaktosa

menunjukkan hasil yang positif, sementara untuk maltosa, amilum, dan laktosa hasil

ujinya negatif. Hasil yang ditunjukkan oleh glukosa, fruktosa, dan galaktosa sudah sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa hanya monosakarida yang akan menghasilkan uji

positif pada uji ini, menghasilkan endapan merah bata, yang secara otomatis hasil untuk

maltosa, amilum, dan laktosa yang bernilai negatif adalah benar. Sukrosa yang bukan

monosakarida hasil ujinya bernilai positif. Hal ini dapat terjadi akibat pendidihan yang

terlalu lama. Sementara itu, untuk ekstrak (ubi, kentang, singkong, jagung, talas,

bengkuang) yang dilakukan uji Barfoed, ternyata semuanya tidak menghasilkan

endapan merah bata kecuali ekstrak bengkuang. Hal ini berarti pada semua ekstrak

tidak mengandung karbohidrat monosakarida kecuali bengkuang.

4.1.4 Uji Iodin

Berdasarkan hasil percobaan, semua sampel larutan karbohidrat, baik glikogen,

amilum, inulin, maupun sellulosa menunjukkan hasil yang positif. Nilai hasil ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa karbohidrat polimerlah yang akan menjukkan

hasil positif untuk uji ini. Nilai uji yang positif akibat karbohidrat-karbohidrat tersebut

mengalami hidrolisis dan menyerap warna. Warna yang dihasilkan ada yang kurang

sesuai dengan teori, tetapi masih dapat dikatakan bahwa hasil uji bernilai positif, sebab

kecepatan reaksi masing-masing tidak sama, sehingga hasilnya pun dimungkinkan tidak

sempurna. Sementara itu, untuk ekstrak yang diuji (ubi, kentang, bengkuang, talas,

jagung, singkong) juga menunjukkan hasil positif pada uji ini, yang mengindikasikan

adanya karbohidrat polimer pada sampel ekstrak tersebut.

Page 24: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

4.1.5 Uji Saliwanoff

Berdasarkan hasil percobaan, sampel fruktosa dan sukrosa menunjukkan hasil

posit dengam menghasilkan warna merah, sementara sampel amilum, glikogen, laktosa,

dan maltosa menunjukkan hasil negatif dengan menghasilkan larutan tidak berwarna

setelah penambahan reagen dan pemanasan. Hasil percobaan ini sudah sesuai teori

sebab gugus ketosa pada fruktosa dan sukrosa dapat terdeteksi. Reaksi hidrolisis

sukrosa lebih cepat daripada fruktosa sebab sukrosa lebih sensitif untuk terhidrolisis

lebih cepat. Sementara itu, uji saliwanoff yang dilakukan pada ekstrak (ubi, singkong,

talas, bengkuang, jagung, kentang), semuanya menunjukkan hasil positif kecuali ekatrak

kentang. Hal ini dapat diartikan bahwa pada semua ekstrak kecuali kentang

mengandung gula dengan gugus ketosa.

4.1.6 Analisis Gula Total

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, ternyata nilai absorbansi yang

berhasil didapatkan adalah absorbansi kentang sebesar 1,436; absorbansi jagung

sebesar 1,507; absorbansi bengkuang sebesar 0,828, dan tidak didapatkan nilai

absorbansi untuk ubi, talas, dan singkong. Nilai absorbansi yang tidak didapatkan pada

pengukuran absorbansi ubi, talas, dan singkong adalah akibat tidak jernihnya larutan

sampel yang diukur, sehingga tidak ada sinar yang dapat ditransmisikan.

Nilai absorbansi yang diperoleh lalu digunakan untuk mencari konsentrasi

karbohidrat pada sampel. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh persentase dan

konsentrasi gula pada kentang sebesar 53,68% dan 268,4 ppm; jagung 56,34 % dan

281,68 ppm; bengkuang 30,95% dan 30,95 ppm. Berdasarkan presentase tersebut, jelas

bahwa kandungan karbohidrat (glukosa) mulai dari yang banyak ke yang sedikit adalah

jagung, kentang, bengkuang. Jadi, semakin besar konsentrasi, maka semakin besar pula

nilai absorbansii suatu sampel.

Sementara itu untuk grafik, berdasarkan grafik diperoleh persamaan y = 0,0057x

– 0,0148 dengan nilai R2 sebesar 0,9752. Nilai R2 yang diperoleh mendekati 1. Nilai ini

berarti baik, sebab dengan nilai mendekati 1, menunjukkan kesalahan yang terjadi

semakin kecil dan hasil mendekati nilai yang sebenarnya.

4.1.7 Isolasi Karbohidrat

Page 25: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh massa masing-masing sample. Massa jagung

sebesar 15 gr, massa ubi sebesar 3 gr, massa bengkuang sebesar 0,3 gr, massa kentang

sebesar 16,2 gr, massa talas sebesar 0,4 gr, dan massa singkong sebesar 4,8 gr.

Berdasarkan massa hasil isolasi ini, dapat dicari persen randemen dan didapat hasil

randemen jagung sebesar 30%, ubi sebesar 6%, bengkuang sebesar 0,6%, kentang

sebesar 32,4%, talas sebesar 0,8%, dan singkong sebesar 9,6%. Dengan demikian,

kandungan karbohidrat dari yang terbanyak ke yang sedikit adalah kentang, jagung,

singkong, ubi, talas, dan bengkuang.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan melakukan beberapa uji, seperti uji

molisch, uji benedict, uji barfoed, uji iodine, dan uji saliwanof deeaksi-reaksi yang

menyertai adalah reaksi hidrolisis, redoks, dan hidrasi. Selain itu, senyawa karbohidrat

pun juga dapat ditentukan secara kualitatif dengan uji dan kuantitatif dengan analisis

gula total dan isolasi karbohidrat.

5.2 Saran

Sebaiknya ketersediaan bahan dicek kembali, jangan sampai ada yang kurang

atau tidak ada supaya uji yang dilakukan dapat maksimal. Selai itu, setiap uji yang

dilakukan pada saat percobaan harus dilakukan dengan tepat dan teliti supaya hasil

yang diperoleh tidak menyimpang.

Page 26: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti, et.al. 2011. Uji Identifikasi Karbohidrat. Universitas Islam Bandung.

Bandung.

Anonim 1. 2015. Safety Data Sheet Molisch Reagent. Fischer Science Education. New

York.

Anonim 2. 2013. Material Safety Data Sheet Benedict’s Reagent MSDS. Sciencelab.com.

Texas.

Anonim 3. 2009. Barfoed Reagent. Scholar Chemistry. New York.

Anonim 4. 2013. Material Safety Data Sheet. Iodine MSDS. Sciencelab. Texas.

Anonim 5. 2013. Material Safety Data Sheet. Anachemia. Kanada.

Anonim 6. 2013. Material Safety Data Sheet Aquades MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Anonim 7. 2013. Material Safety Data Sheet Sulfuric Acid MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Anonim 8. 2013. Material Safety Data Sheet Phenol MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Anonim 9. 2014. MSDS Ethanol (C2H50H). NCP Alcohols. Afrika Selatan.

Anonim 10. 2008. Material Safety Data Sheet D-Glucose monohydrate. BioWorld. Dublin.

Anonim 11. 2012. Material Safety Data Sheet D-Frucose MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Anonim 12. 2013. Material Safety Data Sheet Maltose monohydrate MSDS.

Sciencelab.com. Texas.

Anonim 13. 2013. Material Safety Data Sheet Lactose, monohydrate MSDS.

Sciencelab.com. Texas.

Anonim 14. 2012. Material Safety Data Sheet Sucrose MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Anonim 15. 2013. Material Safety Data Sheet Glycogen MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Anonim 16. 2013. Material Safety Data Sheet Cellulose MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Anonim 17. 2013. Material Safety Data Sheet Inulin MSDS. Sciencelab.com. Texas.

Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 27: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

Dalimartha, Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara. Jakarta.

Earl, Ashley N. 2007. Cosumption of A High Fat-Low Carbohydrate Diet For Weight Loss.

Fundamental of Biochemistry Research Paper.

http://plaza.ufl.edu/coyoteco/biochemistry.pdf. Diakses tanggal 02 Oktober

2015.

James, Joyce, Colin Baker, dan Helen Swain. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk

Keperawatan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kurniawan, Agung dan Noladhi Wicaksana. 2006. Genetic Relationships of Yam Bean

Pachyrhizus erosus Population Based on Morphological Characters of Flowers and

Leaves. https: Journal.ipb.ac.id. Diakses tanggal 5 Oktober 2015.

Lennarz, William, J., and Lane, M. Daniel. 2013. Encyclopedia od Biological Chemistry.

Academic Press. USA.

Mamus, Renata Teixeira, et.al., 2006. Biochemical Effect of Carbohydrate Supplementation

in a Simulated Competition Short Terrestrial Duathlon. Journal of the

International Society of Sport Nutrition. Volume 3. Halaman 6-11.

Murray, R. K., e.al. 2009. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Nigam, Arti dan Archana Ayyagari. 2008. Lab Manual in Biochemistry, Immunology, and

Biotechnology. Tata Mc Graw Hill Publidhing Company Limited. New Delhi.

Pavia, Donald L., et. al. 2005. Introduction to Organic Laboratory Techniques : A Small

Scale Approach. Thompson Book/Cole. USA.

Syabathini, Annisa. 2010. Analisis Campuran Dua Komponen Tanapa Pemisahan dengan

Spektrofotometer. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin.

Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar. UPT MKU. Makassar.

Page 28: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

LAMPIRAN

Reaksi-reaksi pada karbohidrat menurut Sumardjo (2008) adalah:

- Uji Molisch, reaksi dehidrasi heksosa

- Uji Benedict

- Uji Barfoed

Page 29: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

JAWABAN PERTANYAAN

a. uji molisch

1. Cincin yang terbentuk berwarna ungu (+)

2. Gugus karbohidrat yang memberikan uji molisch positif adalah semua jenis

karbohidrat yang dapat membentuk hidroksimetil fukfuran dan derivatnya.

3.Banyak protein yang memberikan uji molisch positif karena protein dapat

menghasilkan aldehid yang terkondensasi dengan dua molekul fenol seperti halnya

karbohidrat sehingga protein memberikan hasil molisch yang positif. Selain itu, protein

juga memiliki senyawa-senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam pekat menjadi furfural

atau senyawa furfural yang tersubstitusi seperti hidroksimetil furtural.

b. uji benedict

1, Warna endapan yang terjadi adalah merah kecoklatan maupun oranye.

2. Fungsi natrium sitrat sebagai zat pengompleks untuk mencegah pengendapan CuCO3

dalam larutan natrium karbonat.

3. Perbedaan reagen benedict dengan fehling yaitu pada reagen fehling digunakan

larutan NaOH sedangkan pada reagen Benedict digunakan larutan H2O. reagen benedict

merupakan modifikasi dari pereaksi fehling. Fehling A (campuran kupri sulfat dalam

air). Fehling B (campuran NaOH, Kalium natrium tartrat dan air) sedangkan reagen

benedict (campuran kupri sulfat, natrium sitrat, natrium karbonat dan air0. Pada reaksi

fehling hanya terjadi reduksi, pada benedict terjadi oksidasi dan reduksi.

4. Senyawa dalam urin yang mengganggu uji fehling adalah senyawa yang memiliki

gugus aldehida atau keton bebas. Contohnya adalah asam urat dan keratinin.

c.uji barfoed

1. Perbedaan reagen barfoed dan benedict adalah ditinjau dari warna endapan yang

terbentuk. Reaksi karbohidrat dengan reagen Barfoed akan menghasilkan kupro oksida

berwarna merah bata, sedang reagen Benedict akan menghasilkan warna jingga

kecoklatan. Selain itu pada uji karbohidrat, penggunaan reagen barfoed harus dalam

suasana asam, sementara benedict tidak.

2. Larutan gula yang teroksidasi adalah gula jenis monosakarida, yaitu galaktosa,

glukosa dan fruktosa

3. Pemanasan terlalu lama akan mengakibatkan ion Cu2+ dari reagen Barfoed akan

tereduksi serta akan menghidrolisa disakarida sehingga memberikan hasil reaksi positif

yang salah dengan terbentuknya endapan.

Page 30: Laporan Biokim Karbohidrat (2).doc

4. uji barfoed bisa digunakan untuk menentukan gula dalam urine karena reagen

barfoed hanya akan mereduksi monosakarida, sedangkan gula yang terkandung dalam

urine adalah jenis monosakarida yaitu gula fruktosa. Hasil positif dari uji ini bila timbul

endapan merah bata pada urine penderita yang diuji yang menunjukan adanya gula

pada urine penderita.

d. uji saliwanoff

1.Larutan yang memberikan uji positif tercepat yaitu sukrosa, sukrosa merupakan gula

disakarida yang memiliki gugus ketosa. Dalam uji ini, fruktosa juga memberikan hasil

yang positif, namun uji positif yang tercepat dimiliki sukrosa karena sukrosa dapat

langsung terpecah menjadi glukosa dan fruktosa ketika bereaksi dengan reagen

saliwanoff. Sedangkan fruktosa harus terhidrolisa terlebih dahulu menjadi furfural dan

turunannya kemudian baru bereaksi dengan reagen saliwanoff.

2. Uji ini dapat dilakukan untuk membedakan sukrosa dan fruktosa yang ditinjau dari

kecepatan sampel memberikan uji positif. Sukrosa akan memberikan uji positif tercepat

dibanding Fruktosa. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan dari tak berwarna

menjadi merah bata yang terjadi jauh lebih cepat pada fruktosa dibanding sukrosa.