Kel. 10 Parasitologi

33
Heligmosomoides polygyrus Kelompok 10 Kelas B 2009 Neni Yuningsih (0900581) Nur Susinta Erviani (0907340) Tika Rohayati(0900430)

Transcript of Kel. 10 Parasitologi

Page 1: Kel. 10 Parasitologi

Heligmosomoides polygyrus

Kelompok 10 Kelas B 2009Neni Yuningsih (0900581)

Nur Susinta Erviani (0907340)Tika Rohayati (0900430)

Page 2: Kel. 10 Parasitologi

Heligmosomoides polygyrus

Kingdom : Animalia

Phylum : Nemathyhelminthes

Classis : Nematoda

Ordo : Strongylida

Familia : Heligmosomatidae

Genus : Heligmosomoides

Species :

Heligmosomoides

polygyrus

Page 3: Kel. 10 Parasitologi

Deskripsi species• Heligmosomoides polygyrus

hidup parasit pada usus dua belas jari dan usus kecil woodmice dan tikus lainnya.

• Cacing dewasa memiliki ukuran panjang sekitar 5-20 mm

• Struktur cacing dewasa biasanya melingkar, betina memiliki 12-15 kumparan dan jantan memiliki 8-12 kumparan.

• Jantan memiliki bursa copulatory dan spikula tipis pada posterior

• Mengalami siklus hidup langsung

Gambar: cacing Heligmosomoides polygyrus dewasa

Page 4: Kel. 10 Parasitologi

PenyebaranHeligmosomoides polygyrus banyak tersebar di negara-negara beriklim subtropik terutama di negara Portugal, ditemukan juga di Cina dan Mongolia.

Page 5: Kel. 10 Parasitologi

Siklus Hidup

Page 6: Kel. 10 Parasitologi

Infeksi Pada Usus Rodentia

Pada 7 hari pasca infeksi, parasit menjadi kista di dinding usus tapi akan segera bermigrasi kembali ke lumen usus.

Lesi submukosa usus duodenum karena larva Heligmosomoides polygyrus pada hospes.

Page 7: Kel. 10 Parasitologi

Pencegahan Heligmosomoides polygyrus ini menginfeksi hewan

Rodentia melalui feces, maka kebersihan

lingkungan tempat hidup hewan tersebut haruslah

terjaga.

Penanganan/pengobatan Pemberian Protein Bacillus

thuringiensis (Bt) kristal (Cry) Pemberian obat cacing (anthelmintik) Pengobatan IL-4

Page 8: Kel. 10 Parasitologi

Jurnal Ilmiah

• Judul Asli : Heligmosomoides polygyrus reduce infestation of Ixodes ricinus in free-living yellow-necked mice, Apodemus flavicollis (2008)

• Terjemahan : Heligmosomoides polygyrus mengurangi infestasi Ixodes ricinus pada tikus yang hidup bebas berleher kuning Apodemus flavicolis

• Oleh : N. FERRARI, I. M. CATTADORI, A. RIZZOLI and P. J. HUDSON (Milan, Italia)

Page 9: Kel. 10 Parasitologi

Peranan Masing-masing Species

H. polygirus Ixodes ricinus A. flavicolis

Parasit 1 Parasit 2 Inang

Endoparasit Ektoparasit

Infeksi Infestasi

Page 10: Kel. 10 Parasitologi

Apodemus flavicollisKingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mammalia

Ordo : Rodentia

Superfamili : Muroidae

Famili : Muridae

Subfamili : Murinae

Genus : Apodemus

Species : Apodemus flavicollis

flickr.com

Page 11: Kel. 10 Parasitologi

Apodemus flavicollis

• Tikus berleher kuning (rambut-rambut di sekitar leher berwarna kuning)

• Telinganya memiliki ukuran yang lebih besar bila dibandingkan dengan tikus kayu

• Memiliki panjang sekitar 100 mm• Dapat memanjat pohon dan kadang-kadang

ditemukan di rumah-rumah• Banyak ditemukan terutama di pegunungan wilayah

selatan Eropa, tetapi meluas ke bagian utara Skandinavia dan Inggris

Page 12: Kel. 10 Parasitologi

Ixodes ricinus

Kingdom : Animalia

Phylum : Anthropoda

Classis : Arachnida

Subclassis : Acari

Ordo : Ixodida

Famili : Ixodidae

Genus : Ixodes

Species : Ixodes ricinushttp://www.eurospiders.com/Ixodes_ricinus.htm

Page 13: Kel. 10 Parasitologi

Ixodes ricinus • Secara umum I. ricinus tidak memiliki mata dan tidak memiliki

festoons (kerutan di sepanjang posterior lateral tubuh)• Palpus lebih panjang dan ada alur anal di atas anus • Memiliki perisai punggung keras yang menutupi seluruh

opisthosoma (perut), tetapi hanya terdapat pada betina dan nympha.

• Tubuh jantan dewasa memiliki panjang 2,4-2,8 mm dan nymphanya memiliki panjang 1,3-1,5 mm.

• Panjang tubuh betina sekitar 3,0-3,6 mm sebelum makan dan setelah membesar panjangnya mencapai 11 mm.

• Ketika dewasa I. ricinus memakan darah dan dapat menularkan sejumlah penyakit kepada hospesnya.

Page 14: Kel. 10 Parasitologi

Pendahuluan

• Dalam ekologi parasit interaksi antar parasit dapat menjadi sinergis (positif) atau antagonis (negatif)

• Interaksi negatif tersebut bisa timbul karena adanya persaingan langsung (misalnya : mendapat sumber makanan) sampai dengan tidak langsung misalnya melalui efek inang intermediet, termasuk peran aktif dari sistem kekebalan tubuh atau efek yang dihasilkan dari sisa-sisa metabolism parasit.

Page 15: Kel. 10 Parasitologi

Pendahuluan

• Sebelumnya terdapat penelitian yang mengemukakan interaksi antar endoparasit nematode usus yakni antara Heligmosomoides bakeri dengan Trichinela spiralis (Behnke dkk, 2005)

• Hasilnya, ketika H.bakeri mencapai fase larva, tubuh inang menghasilkan semacam aktivitas kekebalan sehingga dapat menekan pertambahan nematode kedua.

• Namun ketika sudah mencapai fase dewasa, kekebalan tersebut menurun, dan jumlah kedua nematode bertambah

Page 16: Kel. 10 Parasitologi

Pendahuluan

• Penelitian sebelumnya (Behnke etal, 2005) : kedua parasit adalah endoparasit

• Penelitian baru (Ferrari etal, 2008) : parasit 1 adalah endoparasit, sedangkan parasit 2 ektoparasit

Tujuan Penelitian

Page 17: Kel. 10 Parasitologi

Latar Belakang Pemilihan

• Heligmosomoides polygirus : satu genus dengan Heligmosomoides bakeri, diharapkan fisiologisnya sama.

• Tikus berleher kuning (Apodemus flavicolis) : tidak ada alasan khusus, tapi nematode Heligmosomoides polygirus merupakan parasit umum yang sering menginfeksi tikus ini.

• Ixodes ricinus : vektor beberapa penyakit berbahaya

Page 18: Kel. 10 Parasitologi

Hipotesis penelitian

Dengan bertambahnya kelimpahan infeksi Heligmosomoides polygyrus, jumlah infestasi

Ixodes ricinus juga bertambah.

• Hipotesis ini berdasarkan data hasil penelitian sebelumnya yakni kelimpahan H. bakeri bertambah seiring kelimpahan Trichinella spiralis

Page 19: Kel. 10 Parasitologi

Metode Penelitian

1. Eksperimen manipulasi jumlah H. polygirus2. Studi Cross Sectional

Dilakukan dua metode, karena peneliti ingin membandingkan hasil eksperimen di laboratorium dan di habitat asli inang

Page 20: Kel. 10 Parasitologi

1. Eksperimen manipulasi jumlah H. polygirus

Menangkap 230 ekor tikus berleher kuning di alam yang beratnya mencapai 15 gram (dewasa) dan tertular oleh kedua parasit tersebut tapi tidak tertulari parasit lainnya.

Di laboratorium, peneliti merekam semua data berkenaan dengan jenis kelamin, kematangan seksual dan infestasi oleh Ixodes ricinus.

Page 21: Kel. 10 Parasitologi

Untuk mengetahui jumlah infeksi oleh H.polygirus peneliti menghitung jumlah telur per gram feses (EPG = Eggs per gram) per satu inang.

Membuat control dengan menemukan jumlah rata-rata Ixodes ricinus, dan rata-rata EPG per inang.

Memanipulasi (menambah dan atau mengurangi) jumlah nematode H. polygirus dengan cara pemberian Gellini parmachetical (anthelmintic/obat cacing)

Page 22: Kel. 10 Parasitologi

Pemberian Gellini parmachetical dilakukan secara bertahap per 5 hari melalui mulut (dosis : 100mg/kg berat badan).

Menyimpan tikus-tikus tersebut di dalam laboratorium yang terkondisi

Page 23: Kel. 10 Parasitologi

2. Studi Cross Sectional (SCS)

SCS : Menukar habitat asli inang dengan habitat yang sama sekali baru

Pepohonan beech (Fagus sylvatica), habitat asli sebanyak 230 ekor.

Pinus Scots (Pinus sylvestris) sebanyak 230 ekor Sejenis cemara, Picea abies sebanyak 230 ekor

Tikus yang dipilih memiliki karekter yang sama seperti di laboratorium, dan diberi label

Page 24: Kel. 10 Parasitologi

Hasil Penelitian

1. Eksperimen manipulasi H. polygirusBerdasarkan hasil pengamatan, didapat

bahwa antara H. polygirus dengan Ixodes ricinus memiliki hubungan yang negatif, yakni dengan bertambahnya jumlah H. polygirus jumlah Ixodes ricinus berkurang per inang dan sebaliknya terutama pada tikus yang belum matang secara sexual.

Page 25: Kel. 10 Parasitologi

Perubahan dalam geometric rata-rata infestasi Ixodes ricinus dengan jumlah EPG H.polygirus dalam anthelminthic experimental. Tingkat kepercayaan 95%

Page 26: Kel. 10 Parasitologi

Hasil Penelitian

2. Hasil studi Cross sectionalBerdasarkan hasil penghitungan selama dua bulan,

didapatkan bahwa :• Dalam habitat aslinya (di pohon Fagus sylvatica),

interaksi antara Ixodes ricinus dengan H. polygirus memiliki hubungan yang positif terutama pada tikus dewasa, (jumlah nematode bertambah dan jumlah arthropoda juga bertambah)

• Tetapi pada dua habitat lain, keduanya memiiki hubungan yang negatif yakni, dimana jumlah H. polygirus bertambah, jumlah Ixodes ricinus berkurang.

Page 27: Kel. 10 Parasitologi
Page 28: Kel. 10 Parasitologi

Kesimpulan Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian, maka hipotesis pertama tidak diterima karena rata-rata terjadi penurunan jumlah Ixodes ricinus seiring pertambahan nematode H. polygirus.

Namun demikian, hasil tersebut memang cenderung tidak sesuai jika inang berada pada kondisi breeding yakni siap berkembang biak dan berada di habitat aslinya.

Page 29: Kel. 10 Parasitologi

Hipotesis Peneliti

• H. polygirus melepaskan produk racun (kemungkinan sisa metabolisme) yang berpotensi memengaruhi Ixodes ricinus

• Meskipun berasal dari genus yang sama, Heligmosomoides polygirus dan Heligmosomoides bakeri kemungkinan memiliki fisiologi yang berbeda, yakni dalam hal kekebalan pada stadium larva.

Page 30: Kel. 10 Parasitologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Siklus Hidup Heligmosomoides polygyrus [Online]. Tersedia: http://hpoly.blogspot.com/. [20 Maret 2011]

Anonim. 2010. Heligmosomoides polygyrus [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Heligmosomoides_polygyrus. [20 Maret 2011]

Anonim. 2010. Apodemus flavicollis [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Apodemus_flavicollis. [25 Maret 2011]

Anonim. 2011. Ixodes ricinus [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Ixodes_ricinus. [26 Maret 2011]

Page 31: Kel. 10 Parasitologi

Pertanyaan :1.

2.

3.

Page 32: Kel. 10 Parasitologi
Page 33: Kel. 10 Parasitologi

Dimanakah Neni, Susi dan Tika???