Makalah Parasitologi Ordo Digenea Veteriner II

20
MAKALAH PARASITOLOGI VETERINER I “PLATYHELMINTES KELAS TREMATODA” OLEH KELOMPOK III : 1. Agnes L. Tandjung (1309012004) 2. Maria Asti S.R Rafe (1309012005) 3. Beatrix Barut (1309012006) 4. Ewaldus F. Patmawan (1309012012) 5. Yakobus R. Ladju (1309012017) 6. Yuni R. Riwu (1309012021)

description

parasitologi

Transcript of Makalah Parasitologi Ordo Digenea Veteriner II

MAKALAHPARASITOLOGI VETERINER IPLATYHELMINTES KELAS TREMATODA

OLEH KELOMPOK III :1. Agnes L. Tandjung(1309012004)2. Maria Asti S.R Rafe(1309012005)3. Beatrix Barut(1309012006)4. Ewaldus F. Patmawan(1309012012)5. Yakobus R. Ladju(1309012017)6. Yuni R. Riwu(1309012021)7. Christin Melkianus(1309012023)8. Nina Inocensia Welndy(1309012025)9. Fitriani Salih(1309012031)10. Andri Nd Rimu(1209017043)11. Andini Nurillah(1109011008)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS NUSA CENDANA2015

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGPlatyhelminthes merupakan kelompok cacing yang strukturtubuhnya paling sederhana. Kata Platyhelminthes berasal dari bahasaLatin, platy (pipih) dan helminthes (cacing atau vermes), sehingga kelompokini disebut cacing pipih. Dibandingkan dengan Filum Porifera danCnidaria, organisasi tubuh cacing pipih ini sudah sedikit lebih maju.Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, simetri bilateraldan bersifat hermaprodit. Tubuh dapat dibedakan dengan tegas antaraposterior dan anterior, dorsal dan ventral. Bersifat tripoblastik, dindingtubuh terdiri atas 3 lapisan, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.Sistem pencernaan makanan gastrovaskuler, tidak memiliki ronggatubuh. Alat ekskresi berupa sel-sel api dan belum punya alat peredarandarah maupun alat respirasi. Sistem syarafnya disebut sistem syaraftangga tali, terdiri atas sepasang ganglion (simpul syaraf ) anterior yangdihubungkan oleh satu sampai tiga pasang tali saraf memanjang.Platyhelminthes atau Cacing pipih tidak bersegmen, merupakan cacing berbentuk simetris bilateral dan tidak memiliki coelom (acoelomate) tetapi memiliki tiga lapisan germinal. Beberapa jenis hidup secara bebas dan banyak yang bersifat parasit. Cacing pipih memiliki sistem saraf cephalized yang terdiri dari ganglion kepala, biasanya menempel pada saraf longitudinal yang saling berhubungan di seluruh tubuh dengan cabang yang melintang. Ekskresi dan osmoregulasi pada cacing pipih dikendalikan oleh "sel api" (flame cells) yang terletak di protonephridia (beberapa jenis cacing pipih ada yang tidak memiliki protonephridia). Cacing pipih tidak memiliki sistem pernafasan atau peredaran darah, fungsi-fungsi tersebut diganti dengan penyerapan melalui permukaan tubuh. Jenis cacing pipih non-parasit memiliki tubuh yang sangat sederhana (tidak memiliki usus yang lengkap), bahkan pada spesies parasit, jaringan usus tersebut sangat tidak lengkap. Trematoda merupakan cacing parasit pada vertebrata. Tubuhnyatertutup lapisan-lapisan kutikula. Kelompok ini disebut juga sebagaicacing penghisap, karena mempunyai alat penghisap atau sucker. Trematoda merupakan kelas di dalam filum Platyhelminthes yang terdiri dari tiga kelompok cacing pipih parasit, sering disebut juga sebagai "flukes". Kelompok-kelompok dari cacing parasit tersebut adalah Cestoda, Monogenea dan Trematoda. 1.2 RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana cara membedakan jenis kelamin cacing yang termasuk ordo Digenea ?2. Bagaimana cara membedakan F.Hepatica dan F.Gigantica berdasarkan ciri, siklus hidup, gejala kliniks, dan Pengobatanya ?3. Identifikasi Eurytrema berdasarkan siklus hidup, gejala kliniks, dan pengobatannya?4. Identifikasi Paramphistomatidae berdasarkan jenis-jenis, habitat,siklus hidup, gejala kliniks, pengobatannya ?5. Identifikasi gambar Paragonimus westermani ?1.3 TUJUAN PENULISANMakalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami Jenis-jenis cacing yang termasuk Kelas Trematoda dengan 3 ordo Monogenea, Aspedogastrea, dan Digenea, Morfologi , Siklus hidup, Gejala Kliniks, serta Pengobatan yang dilakukan.1.3 MANFAAT PENULISANManfaat penulisan makalah ini :a. Bagi pembacaManfaat dari penulisan makalah ini bagi pembaca adalah sekiranya dengan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai Jenis-jenis cacing yang termasuk Kelas Trematoda dengan 3 ordo Monogenea, Aspedogastrea, dan Digenea, Morfologi , Siklus hidup, Gejala Kliniks, serta Pengobatan yang dilakukan.

b. Bagi penulisManfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengena Jenis-jenis cacing Morfologi , Siklus hidup, Gejala Kliniks, serta Pengobatan yang termasuk Kelas Trematoda dengan 3 ordo Monogenea, Aspedogastrea, dan Digenea demi mendukung informasi dalam bidang kedokteran hewan.

BAB IIPEMBAHASAN2.1Ordo DigeneaOrgan Reproduksi JantanOrgan Reproduksi Betina

Sepasang testis masing-masing dilanjutkan oleh vas deferens kantong sirus yang berisi vesicula seminalis dan cirus primitive penis yang berakhir pada genital opening.

Mempunyai ovarium tunggal oviduct ootype (tempat ovum menerima yolk (kuning telur) dari sekresi glandula vitelina dan membentuk cangkang telur menuju uterus (cangkang mengeras) keluar melalui porus genitalis.

2.2Fasciolidae2.2.1Ciri-ciri Family Fasciolidae Bentuk pipih seperti daun, anterior lebih lebar dari posterior Punya oral sucker dan ventral sucker Bersifat hemaprodit (terdapat 2 jenis kelamin) Punya kutikula berduri Inang definitif : sapi, kuda, domba, kambing, kangguru, anjing, babi, kucing, gajah dan manusia Sekum, testis dan ovarium bercabang (Bendryman et al., 2010)2.2.2Perbedaan F. Hepatica dan F. GiganticaNo.F.HepaticaF.Gigantica

1.Telur berbentuk oval, berdinding halus dan tipis berwarna kuningUkuran telur 150-190 x 70-140 m

2.Ukuran telur 130-160 x 63-90 mUkuran cacing 25-75mm x 12mm

3.Ukuran 25-30x8-15 mBerwarna coklat muda dan transparan

4.Panjang 2,5-3 cm x 1-1,5 cm

5.Warna coklat keabuan gelap

2.2.3 Siklus Hidup Fasciolidae

Telur masuk ke dalam duodenum bersama cairan empedu keluar bersama feces. Telur menetas setelah 14 hari, yang dipengaruhi suhu dan kelembaban, menghasilkan miracidium. Miracidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea dgn melepas selubung silia dan berkembang menjadi Sporokista. Sporokista akan menghasilkan Redia. Redia selanjutnya akan membentuk cercaria. Cercaria meninggalkan tubuh siput menempel pada rumput dan berubah menjadi metacercaria. Metacercaria termakan oleh hewan ternak berkembang menjadi cacing muda yang selanjutnya bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang baru untuk memulai daur hidupnya.2.2.4 Gejala Kliniks1. Akut Menyebabkan kematian tanpa gejala klinis yg jelas. Pada umumnya diderita oleh kambing, domba serta anak sapi. Diikuti oleh infeksi sekunder dari bakteri Clostridium novy yang menyebabkan black disease Gejala klinis: hewan seperti dungu, lemah, nafsu makan menurun, tampak pucat dan oedema dari mukosa dan conjunctiva, hewan akan tampak nyeri jika ditekan pada daerah hepar. Kematian terjadi secara cepat < 24 jam diikuti keluarnya eksudat purulen yang bercampur darah dari hidung dan anus.2. Sub akut Jalannya penyakit berlangsung lebih lama mencapai 1-2 minggu diikuti dengan penurunan berat badan hewan penderita.3. Kronis Kejadian lebih lama, terlihat oedema sub mandibula (bottle jaw), anemia, hewan cepat lelah disebabkan oleh ikterus dan diare, hewan menjadi kurus sehingga terjadi penurunan produksi susu dan bisa juga terjadi penurunan kualitas dan kuantitas dari bulu domba, terjadi askites, hydrotorax dan hydropericard.2.2.5 Pengobatan1. Karbon tetrachloride dengan dosis 1-2 ml/50 kg BB. Sangat efektif untuk cacing hati yang berumur 8-10 minggu. Tetapi tidak efektif untuk cacing hati yang berumur 5-6 minggu. Diberikan secara intramuskuler, sub kutan dan peroral 2. Mineral oil dengan dosis 1-2 ml/10 kg BB3. Hexachlorophen pemberian secara per oral dengan dosis 15 mg/kg BB. Dapat mebunuh cacing muda berumur 4 minggu 4. Obat-obat lain yang dapat digunakan adalah Dovenix dengan dosis 7ml untuk sapi dewasa pemberian secara sub kutan dan Triclabendazole dengan 5 mg/kg BB pemberian secara intramuskuler.2.3 EURYTREMA2.3.1 Taksonomi Phyllum : platyhelminthesClass : trematoda Ordo : digeneaFamily : dicrocoelidaeGenus : Eurytrema Spesies : E. Pancreaticum, E. Coelomaticum, E ovis 2.3.2 Morfologi 1. Tubuhnya tebal dan berduri2. Suckernya besar, oral sucker lebih besar dari ventral sucker3. Faring kecil4. Esofagus pendek2.3.3 Siklus Hidup

E.pancreaticum memerlukan inang I siput tanah. Didalam tubuh siput tanah, menghasilkan 2 generasi dari sporokista generasi kedua akan menghasilkan cercaria 5 bulan setelah infeksi. Cercaria keluar dari tubuh siput dan menempel pada rumput, kemudian termakan oleh belalang (inang II). Metacercaria terjadi didalam haemocele dan menjadi infektif setelah 3 minggu dalam tubuh belalang. Penularan terjadi saat belalang yang mengandung metacercaria termakan oleh ruminansia bersamaan dengan rerumputan. Metacarceria dari tubuh belalang yang termakan akan menetas didalam usus sapi kemudian cacing muda akan bermigrasi menuju saluran pankreas dan menginfeksi ruminansia tersebut. 2.3.4 Gejala Kliniks1. Infeksi ringan : Radang selaput lendir dan Kerusakan epitel saluran empedu2. Infeksi berat : pengerasan pankreas, kadang-kadang lunak dan bengkak. 2.3.5 PengobatanMetode pengobatan belum diketahui, namun pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian mollucida dipadang penggembalaan, pengeringan rawa-rawa, dan pemberian pakan bergizi bagi ternak. 2.4 Paramphistomatidae2.4.1 TaksonomiPhyllum: PlatyhelminthesClass: TrematodaOrdo: DigeneaFamily: Paramphistomatidae Genus : Paramphistomum, Cotylophoron, Gastrothylax, Gigantocotyle, Gastrodiscus2.4.2 Morfologi Umum1. Tubuh tebal dan sirkuler pada potongan melintang (transversal)2. Ventral sucker berkembang, kuat dan terletak pada ujung posterior3. Kantong ventral berukuran besar4. Anterior sucker kadang-kadang mempunyai sepasang kantong5. Tidak memiliki faring, memiliki esofagus6. Intestinal caecal sederhana7. Kutikula tidak berduri8. Sejumlah besar spesies ditemukan pada rumen dan retikulum sapi, rusa, kerbau, kambing dan domba, dan kolon dari kuda2.4.3 Jenis-Jenis Paramphistomatidae1. Genus : Paramphistomum (Fischoeder, 1901) Spesies : P. Cervi (Schrank, 1790) Habitat cacing dewasa pada rumen dan retikulum kambing, domba dan sapi Penyebaran secara kosmopolitan. Morfologinya berwarna merah muda pada waktu hidup, merupakan conical fluke yaitu cacing mengerucut yang bentuknya seperti buah pear. Bagian ventral sedikit konkaf dan bagian dorsal sedikit konveks. Mempunyai sucker yang besar dibagian subterminal posterior. Ukuran cacing 5-13 x 2-5 mm. Genital pore terletak 1/3 bagian anterior. Testis sedikit berlobi, sebelah anterior ovarium. Vittelaria terletak diantara varing dan ventral sucker. Ukuran telur 114-176 x 73-100 m.2. Genus : Cotylophoron(Stilles dan Gold Berger, 1910)Species :C.Cotylophorum(Fischoeder,1901;Nasmarck, 1937)Habitat pada rumen dan retikulum kambing, domba, sapi. Penyebaran secara kosmopolitan. Morfologinya mirip dengan P. Cervi tetapi genital sucker mengelilingi genital pore. Ukuran telur 123-135 x 61-68 mikron (Soulsby, 1986)3. Genus : Gasterothylax (Poirier, 1883)Species : G. Crumenifer (Creplia, 1847)Habitat pada rumen domba, sapi dan kerbau di India, srilangka dan Cina. Morfologinya Cacing dewasa berwarna merah pada waktu masih hidup, memanjang dan sirkuler pada potongan transversal. Ukuran cacing dewasa : 9-18 x 5 mm. Cacing dari genus ini berbeda dengan genus lain pada kantong ventral yang berukuran besar, terbuka di bagian anterior dan meluas pada seluruh permukaan ventral sampai posterior sucker. Genital pore terbuka di dalam kantong, terletak pada pertengahan antara faring dan percabangan intestin. Sekum terletak pada tepi anterior dari testis. Testis berlobi dan horizontal. Ovari terletak di bagian belakang dari sekum dan testis. Uterus terletak pada pertengahan tubuh. Ukuran telur 115-135 x 60-70 m.

4. Genus : Gigantocotyle (Nasmarck, 1937)Species : G. Explanatum (Nasmarck, 1937) Habitat pada saluran empedu, kandung empedu dan duodenum sapi dan kerbau. Penyebaran di India dan Malaysia. Morfologi : bentuk seperti kerucut dengan salah satu ujung lancip, dan ujung lainnya melebar. 5. Genus : Gastrodiscus (Leuckart, 1877) Species : G. aegyptiacus (Cobbold, 1876)Habitat pada usus halus dan usus besar bangsa kuda, babi di Afrika, India dan di daerah tropis lainnya. Morfologinya berwarna merah muda. Ukuran 17 x 8-11 mm. Bentuk tubuhnya seperti mangkok (piring) = saucer shape. Intestin bercabang. Testis berlobi letaknya hampir diagonal dan bagian tengah belakang terletak ovari. Telur oval dan ukurannya 131-139 x 78-90 m

Penetrasi ke dalam tubuh siput2.4.4 Siklus Hidup

Telur BersegmenMirasidium

SporocytsMetacercaria

Enkystment pada Tanaman AirSporokista mengandung Redia

Redia mengandung SerkariaSerkaria keluar dgn 2 Pasang Bintik mata dan ekor pendek

2.4.5 Gejala KliniksParamphistomummemiliki 2 fase yaitu fase intestinal dan fase ruminal. Pada fase intestinal cacing muda menyebabkan pendarahan bengkak serta merah di dalam duodenum dan abomasum hal ini menyebabkan duodenitis dan abomasitis. Pada kasus infeksi masal pertumbuhan cacing menjadi lambat sehingga gejala klinis akan terlihat lebih lama. Fase ruminal cacing akan menyebabkan perubahan epitel dari rumen yang mengganggu kapasitas reabsorbsi. Gejala klinisnya diare dengan feses yang berbau khas apatis dan demam ringan. Pada kasus kronis akan terjadi kekurusan serta kerugian ekonomi lainnya. Pada kasus masal cacing ini bisa menyebabkan kematian, pada fase ruminal tidak terlihat jelas. 2.4.6 Pengobatan

2.5 Paragonimadae

BAB IIIPENUTUP3.1KESIMPULAN1. Perbedaan cacing Jantan dan cacing Betina ordo Digenea dilihat berdasarkan organ reproduksinya2. Cacing Fasciola terdapat dua spesies yang penting tersebar diseluruh dunia adalah : Fasciola hepatica (wilayah iklim dingin sampai sedang), parasit pada hati domba Fasciola gigantika (beriklim tropis), parasit pada hati sapi6. Eurytrema Pancreaticum parasit pada saluran pankreas dan kadang-kadang saluran empedu dan duodenum kambing, domba, sapi, kerbau dan manusia7. Cacing paraphystomum dewasa berbentuk konus dan tidak pipih parasit pada lambung depan ruminansia. Tapi beberapa species berparasit pada usus ruminansia, babi dan kuda. 3.2SARANPenulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKAhttp://kunto-anggoro.blogspot.com/2011/03/trematoda.htmlhttp://www.merckmanuals.com/vet/digestive_system/fluke_infections_in_ruminants/eurytrema_spp_in_ruminants.htmlhttp://parasitipedia.net/index.php?option=com_content&view=article&id=2566&Itemid=2848http://cal.vet.upenn.edu/projects/parasit06/website/demos/lab7_demo.htmhttp://www.quazoo.com/q/Paramphistomatidae?tab=images

2