Brazil Scientific Mobility Undergraduate Program Briefing Paper 2012 (1)
ITS Undergraduate 13755 Paper 793310
-
Upload
handoyogozali -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of ITS Undergraduate 13755 Paper 793310
PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN TRILLIUM OFFICE & RESIDENCE SURABAYA
Nama Mahasiswa : Elis Pancawati
NRP : 3107 100 612
Jurusan:Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing:Ir. Retno Indryani, MS
Abstrak
Dalam pembangunan sebuah proyek konstruksi,
persediaan material merupakan bagian yang sangat penting karena selain berperan dalam menunjang kelancaran seluruh aktifitas pelaksanaan pekerjaan juga membutuhkan dana atau investasi yang cukup besar. Apabila persediaan material tidak dapat memenuhi kebutuhan maka berpengaruh pada jadwal penyelesaian pekerjaan serta pembengkakan biaya total proyek, sedangkan apabila persediaan berlebih, maka menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi. Untuk menjaga agar dana yang diperlukan pada tingkat seekonomis mungkin serta tingkat persediaan dapat tetap memenuhi kebutuhan dalam jumlah dan waktu yang tepat maka diperlukan perencanaan persediaan material yang baik agar proses penyelesaian pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Pada tugas akhir ini penulis mengambil obyek pada proyek pembangunan Trillium Office & Residence Surabaya.
Metode yang digunakan dalam perencanaan persediaan material pada Proyek Trillium Office and Residence Surabaya ini adalah metode Material Requirement Planning (MRP) yang terdiri dari 4 (empat) tahapan mendasar yaitu
perhitungan kebutuhan kotor (eksplosion), perhitungan kebutuhan bersih (netting), perhitungan jumlah pemesanan (lotting) serta penentuan waktu pemesanan (offsetting). Pada tahapan lotting digunakan 4 teknik lot size yaitu teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity dan
Part Period Balancing. Dengan metode ini dilakukan pengolahan data yang berupa jumlah kebutuhan material, biaya pesan dan biaya simpan serta lead time guna memperoleh jumlah pesanan yang optimal dengan biaya persediaan minimal.
Dari hasil analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa teknik lotsizing yang membentuk biaya persediaan minimum hampir di setiap jenis material adalah teknik Part Period
Balancing, kecuali untuk jenis material beton ready mix yang biaya persediaan minimumnya dari teknik Lot for Lot. Sedangkan untuk beberapa jenis material biaya persediaan minimumnya juga dapat dibentuk dari teknik Period Order
Quantity seperti pada material besi beton 10, besi beton D16 dan besi beton D22. Total biaya persediaan material minimum
untuk multipleks 15 mm Rp. 71.022.187,28; kayu meranti 5/7
Rp. 66.123.730,82; kayu meranti 6/12 Rp. 61.258.516,48;
kayu meranti 8/12 Rp. 25.302.985,97; besi beton 8 Rp.
35.071.376,65; besi beton 10 Rp. 31.634.641,78; Rp. Besi beton D10 Rp. 212.213.235,75; besi beton D13 Rp.
119.494.760,49; Rp. Besi beton D16 Rp. 30.560.745,22; besi
beton D19 Rp. 116.929.321,66; besi beton D22 Rp.
85.311.784,28; besi beton D25 Rp. 78.630.726,03; beton ready mix K-300 Rp. 225.472.600,00; dan beton ready mix K-
350 Rp. 65.892.600,00.
Kata kunci : Material, Metode MRP, Persediaan, Lot Size
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Persediaan material merupakan bagian yang sangat
penting dalam sebuah proyek konstruksi. Hal ini disebabkan karena persediaan material berperan dalam menunjang
kelancaran seluruh aktifitas pelaksanaan proyek selain itu biaya-biaya yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan persediaan merupakan komponen pembentuk biaya pelaksanaan proyek konstruksi yang terbesar sehingga membutuhkan dana atau investasi yang cukup besar pula. Sedangkan usaha untuk menjaga agar jumlah dana yang diperlukan berada pada tingkat seekonomis mungkin adalah hal yang tidak mudah tergantung pada perencanaan dan pengendalian persediaan material tersebut.
Pada kenyataannya, masalah-masalah persediaan material masih sering terjadi pada pelaksanaan suatu proyek.
Permasalahan yang timbul terutama menyangkut kuantitas, waktu pemesanan dan biaya yang ditimbulkan. Masalah yang sering muncul antara lain :
1. Terjadi kehabisan persediaan material menyebabkan
penyelesaian pekerjaan tertunda sehingga membuat waktu pelaksanaan proyek bertambah dan biaya total proyek meningkat.
2.Kerugian membayar upah pekerja dan sewa peralatan akibat tertundanya pekerjaan.
3. Material banyak yang datang tetapi baru sedikit yang
digunakan menyebabkan terjadinya penumpukan sehingga biaya penyimpanan dan pemeliharaan
meningkat.
4.Material mengalami kerusakan atau penurunan kualitas karena penyimpanan yang lama.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka diperlukan suatu
perencanaan persediaan material yang tepat guna menjaga kontinuitas pelaksanaan proyek dengan menerapkan metode Material Requirement Planning (MRP).
Metode ini diterapkan pada perencanaan persediaan
material proyek pembangunan Trillium Office & Residence Surabaya yang merupakan obyek dalam tugas akhir ini. Metode ini digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya saling bergantung (dependent) dengan 4 tahapan mendasar yang dimiliki. Pada salah satu tahapan metode MRP yaitu tahapan penentuan ukuran pemesanan (lotting) digunakan 4 teknik lot size yaitu teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity dan Part Period Balancing yang menghasilkan jumlah pesanan yang optimal dan memberikan total biaya persediaan minimum.
1.2.Masalah Penelitian
Dari penulisan latar belakang diatas maka diambil suatu
permasalahan yaitu :
1.Teknik apa yang tepat dari keempat teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran pemesanan yang dapat membentuk biaya persediaan minimum ?
2. Berapa total biaya persediaan material yang diperlukan ?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1.Untuk memperoleh teknik yang tepat diantara 4 teknik yang digunakan dalam penentuan ukuran pemesanan material yang dapat membentuk biaya persediaan minimum.
2.Untuk mendapatkan total biaya persediaan material yang paling minimum.
1.4.Batasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini batasan masalah yang diambil adalah :
1.Lingkup perencanaan persediaan material adalah perencanaan jumlah dan waktu pemesanan yang
dilakukan untuk item pekerjaan struktur atas podium B pada lantai ground floor yang meliputi pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran.
2. Perhitungan hanya dilakukan pada material utama
(multipleks, kayu, besi tulangan, dan beton) tidak untuk material penunjang.
3.Harga material diasumsikan tetap untuk pembelian dalam
Metode perencanaan persediaan mana yang paling
3.Harga material diasumsikan tetap untuk pembelian dalam
Metode perencanaan persediaan mana yang paling
jumlah berapapun.
4. Biaya untuk pengadaan diasumsikan tetap.
5. Time schedule tidak mengalami perubahan.
6.Diasumsikan tidak ada persediaan di awal untuk pekerjaan struktur ground floor podium B, dengan demikian catatan persediaannya adalah 0.
7.Perencanaan persediaan pada item pekerjaan struktur ground floor podium B tidak berkaitan dengan item pekerjaan struktur lain.
8. Diasumsikan supplier dapat memenuhi pesanan material
dengan segera dan sesuai dengan jumlah pesanan.
9. Waktu ancang untuk setiap item diketahui.
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari tugas akhir ini adalah dapat mengetahui metode yang tepat dalam membuat
perencanaan persediaan material yang baik sehingga aliran material bisa berjalan dengan lancar untuk menjaga
kontinuitas pelaksanaan proyek, dengan demikian diharapkan proyek dapat diselesaikan pada waktu yang tepat, berkualitas dan dengan biaya yang optimal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Persediaan
Secara umum pengertian dari persediaan adalah barang- barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Sedangkan menurut Nasution & Prasetyawan (2008),
persediaan adalah :
Sumber daya menganggur ( idle resources ) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem
manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi
ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.
2.2.Jenis Persediaan
Ada 4 macam jenis persediaan berdasarkan proses
manufaktur menurut Nasution & Prasetyawan (2008), yaitu :
1.Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh
perusahaan.
2.Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar
menjadi produk jadi.
3.Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran.
4.Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan
perusahaan.
2.3.Permasalahan Persediaan
Dua masalah umum yang dihadapi suatu sistem di dalam
mengelola persediaannya menurut Nasution & Prasetyawan
(2008), adalah sebagai berikut :
1.Masalah kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain :
Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan /
dibuat
Kapan pemesanan / pembuatan barang harus dilakukan
Berapa jumlah persediaan pengamannya
tepat.
2.Masalah kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti :
Jenis barang apa yang dimiliki
Di mana barang tersebut berada
Berapa jumlah barang yang sedang dipesan
Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier)
masing-masing item.
2.4.Fungsi Persediaan
Fungsi utama persediaan adalah menjamin kelancaran
mekanisme pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga sistem yang dikelola dapat
mencapai kinerja (performance) yang optimal (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2.5.Biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2.5.1. Biaya pembelian (purchasing cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang.
2.5.2. Biaya pengadaan (procurement cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai
asal-usul barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak
luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
2.5.3. Biaya penyimpanan (holding cost / carrying cost)
Biaya penyimpanan adalah semua biaya yang
timbul akibat penyimpanan barang maupun bahan. Besar kecilnya biaya simpan sangat tergantung pada jumlah rata-rata barang yang disimpan di gudang. Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya simpan per-unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan. Biaya penyimpanan meliputi :
1. Biaya modal
Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank.
2. Biaya gudang
Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa gudang, sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang
sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
3. Biaya kerusakan dan penyusutan
Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
4. Biaya kadaluwarsa
Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
5. Biaya asuransi
Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
6. Biaya administrasi dan pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke dan di
dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.
2.5.4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang ditimbulkan sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan atau biaya yang timbul apabila persediaan digudang tidak dapat
mencukupi permintaan bahan.
2.6.Model Persediaan Menurut Jenis Kebutuhan
Ada 2 jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan yang tak
tergantung (independent) dan kebutuhan yang tergantung
(dependent). (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2.6.1. Kebutuhan independent
Kebutuhan disebut tak tergantung (independent)
bila kebutuhan untuk suatu item tidak ada hubungannya dengan item yang lain. Metode pengendalian persediaan yang digunakan adalah Metode Pengendalian Tradisional (pemodelan EOQ) (Nasution & Prasetyawan, 2008).
Metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya,
metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan : (Nasution & Prasetyawan, 2008)
1. jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ)
2. titik pemesanan kembali (Reorder point)
1.Jadwal Induk Produksi (JIP)
JIP adalah suatu jadwal yang menunjukkan jumlah
produk yang akan dibuat dalam tiap-tiap periode dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam merencanakan produksi serta menyusun budget.
2.Catatan status persediaan (inventory record)
Catatan status persediaan menggambarkan status semua
item yang ada dalam persediaan. Catatan ini terdiri dari data-data setiap jenis barang persediaan, dimana setiap jenis barang persediaan tersebut nantinya akan dibutuhkan untuk menentukan jumlah kebutuhan bersih.
3.Daftar material / struktur produk (bill of material)
Struktur produk adalah merupakan suatu daftar barang
atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan produk akhir dan
menunjukkan berapa banyak setiap komponen dari
bagian produk akan diperlukan.
Struktur produk dapat digambarkan sebagai sebuah pohon dengan cabang-cabang seperti pada Gambar 2.1.
A
B (2)C (3)
3. jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan
D (2)
E (3)
E (1)
F(2)
2.6.2. Kebutuhan dependent
Kebutuhan disebut tergantung (dependent) apabila
ada hubungan langsung antara suatu item dengan item- item yang lain pada level yang lebih tinggi (Nasution
& Prasetyawan, 2008).
Menurut Gaspersz (2004) pada dasarnya dependent demand didefinisikan sebagai permintaan terhadap
material, parts, atau produk yang terkait langsung dengan atau diturunkan dari struktur bill of material (BOM) untuk produk akhir atau untuk item tertentu. Permintaan untuk material, parts, atau produk yang
diturunkan dari struktur bill of material, harus dihitung dan tidak boleh diramalkan.
2.7.Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan
yang direncanakan (Astana, 2007)
Material Requirement Planning (MRP) merupakan penjabaran dari Jadwal Induk Produksi (JIP) ke dalam jadwal kebutuhan dari setiap komponen/material yang menyusunnya. Dengan demikian MRP selain berfungsi sebagai sistem pengendalian persediaan material juga berfungsi sebagai sistem perencanaan dan pengendalian produksi (Astana, 2007)
2.7.1. Kemampuan MRP
Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama
MRP menurut Nasution & Prasetyawan (2008) yaitu :
1.Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
2. Pembentukan kebutuhan minimal setiap item.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.
2.7.2. Input sistem MRP
Didalam prosesnya MRP membutuhkan beberapa
masukan yang nantinya setelah melalui proses akan diperoleh informasi yang diinginkan sebagai keluaran.
Adapun masukan-masukan tersebut menurut Herjanto, dalam Astana (2007) adalah:
Gambar 2.1. Struktur Produk
Gambar 2.1. diatas menunjukkan contoh struktur produk yang artinya : produk A merupakan produk akhir (level 0) terbentuk dari 2 sub-rakitan B dan 3 sub-rakitan C (level 1). Setiap sub-rakitan B terdiri dari 2 bagian D dan 3 bagian E (level 2). Demikian juga pada sub-rakitan C terdiri dari 1 bagian E, dan 2 bagian F (level 2). Dengan demikian permintaan untuk B, C, D, E dan F tergantung atas permintaan untuk A. Angka dalam kurung menunjukkan jumlah unit komponen yang bersangkutan.
Struktur produk seperti gambar diatas memiliki tiga tingkatan yaitu 0, 1 dan 2. Produk yang berada diatas merupakan produk akhir dari produk yang
dibawahnya, sedangkan yang di bawahnya merupakan komponen.
2.7.3.Output sistem MRP
Output dari sistem MRP menurut Nasution &
Prasetyawan (2008) adalah berupa rencana pemesanan atau rencana produksi yang dibuat atas dasar lead time.
2.7.4.Proses pengolahan MRP
Adapun langkah-langkah mendasar pada proses
pengolahan MRP menurut Nasution & Prasetyawan
(2008) adalah sebagai berikut :
1.Eksplosion (perhitungan kebutuhan kotor) Eksplosionmerupakanprosesperhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item / komponen yang lebih bawah.
2.Netting (perhitungan kebutuhan bersih)
Netting adalah proses perhitungan untuk
menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan).
3.Lotting ( penentuan ukuran lot)
Lotting adalah suatu proses untuk menentukan
besarnya pesanan individu yang optimal
berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Terdapat banyak alternatif / teknik yang
dapat digunakan untuk menghitung ukuran lot.
4.Offsetting (penetapan besarnya lead time)
Dalam teknik EOQ besarnya ukuran lot adalah tetap.
4.Offsetting (penetapan besarnya lead time)
Dalam teknik EOQ besarnya ukuran lot adalah tetap.
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang
tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.
Langkah-langkah dalam proses pengolahan MRP
dapat digambarkan dalam tabel 2.2. dengan mengambil contoh struktur produk pada gambar 2.4. dan catatan persediaan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Contoh Catatan Persediaan
ITEM
ON-HAND INVENTORY
A
10
B
15
C
20
D
10
E
10
F
5
Tabel 2.2. Contoh Proses Pengolahan MRP
2.7.5. Teknik penentuan ukuran lot
Metode yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran pemesanan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Lot-For-Lot (L-4-L)
Teknik penetapan ukuran lot dengan ini dilakukan
atas dasar pesanan diskrit, disamping itu teknik ini merupakan cara paling sederhanan dari semua teknik ukuran lot yang ada yang bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol (Nasution & Prasetyawan, 2008).
2. Economic Order Quantity (EOQ)
Namun perhitungannya sudah mencakup biaya-
biaya pesan serta biaya-biaya simpan (Nasution & Prasetyawan, 2008). Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :
Dengan : = rata-rata kebutuhan
k= biaya pesan per pesan
h= biaya simpan per unit per periode
3. Periodic Order Quantity (POQ)
POQ menggunakan logika dengan mengkonversikan
EOQ berdasarkan jumlah periode. Suatu pesanan dengan interval ekonomi dihitung menggunakan rata-rata tingkat biaya permintaan dan dibulatkan kepada bilangan bulat yang paling dekat atau lebih besar dari nol. Kuantitas masing-masing pesanan diproyeksikan pada kebutuhan yang diperlukan (Ristono, 2009). Interval pesanan ekonomi (EOI) diperoleh dari persamaan berikut ;
Keterangan :
EOI= interval pesanan ekonomi di dalam suatu periode
C= biaya pemesanan pada setiap pesanan h= biaya simpan pada setiap periode
P = harga pembelian per unit
R= rata-rata nilai permintaan pada setiap periode
4. Part Period Balancing (PPB)
Part Period Balancing (PPB) adalah sebuah pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan penyimpanan. PPB menggunakan informasi
tambahan dengan mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot berikutnya di masa datang. (Heizer dan Render, 2008).
2.7.6. Program POM-QM for windows
Program POM-QM for Windows adalah versi baru dari perangkat lunak windows yang merupakan gabungan dari POM for Windows dan QM for Windows. Perangkat lunak ini merupakan produk
yang fleksibel dan paling banyak digunakan dibidang manajemen operasi. Program POM-QM
merupakan sebuah program bantu komputer yang
memiliki beberapa metode untuk memecahkan permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan
manajemen operasi dan riset operasi. Dalam
penelitian ini, program POM-QM digunakan dalam proses lotting yaitu menentukan ukuran pemesanan.
BAB III METODOLOGI
3.1.Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini akan diambil bahasan mengenai
perencanaan persediaan material dengan proyek pembangunan Trillium Office & Residence yang ada di Surabaya sebagai objek penelitiannya. Perencanaan hanya akan dilakukan pada
pekerjaan struktur atas podium B pada lantai ground floor. Perencanaan persediaan material dilakukan dengan metode Material Requirement Planning (MRP) sedangkan untuk penentuan lot size menggunakan teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity dan Part Period
Balancing kemudian dari hasil analisa beberapa teknik tersebut diketahui teknik mana yang menimbulkan biaya persediaan yang ekonomis.
3.2.Data Penelitian
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
dari dokumen proyek baik berupa data umum proyek maupun data teknis. Data-data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Data umum proyek
Berisi kondisi umum proyek yang meliputi nama proyek, lokasi, owner, konsultan perencana, kontraktor, waktu
pelaksanaan dan nilai proyek, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Data teknis
Gambar perencanaan
Digunakan untuk mengetahui area pekerjaan mana saja yang ditinjau.
Kurva S
Digunakan untuk mengetahui item-item pekerjaan mana yang akan direncanakan persediaannya dan
untuk mengetahui prosentase bobot pekerjaan yang ditinjau.
Schedule pelaksanaan
Digunakan untuk mengetahui waktu penyelesaian pekerjaan yang materialnya akan dihitung.
Bill of Quantity (BOQ)
Digunakan untuk mengetahui volume item pekerjaan yang ditinjau.
3. Data material
Analisa bahan / material
Digunakan untuk mengetahui jenis material apa saja yang digunakan dalam suatu item pekerjaan.
Lokasi supplier
Digunakan untuk mengetahui lead time pemesanan material apabila material di pesan dari supplier.
Harga material
Digunakan untuk mengetahui biaya pembelian material.
3.3.Identifikasi Struktur Pekerjaan
Secara umum pembangunan Trillium Office & Residence
Surabaya dilaksanakan secara bertahap per lantai dengan beberapa item pekerjaan utama, seperti pekerjaan persiapan,
pekerjaan sub struktur, pekerjaan struktur atas podium B,
pekerjaan struktur atas podium A, pekerjaan arsitek dan pekerjaan ME. Berdasarkan time schedule proyek pada
lampiran 4 dan BOQ pada lampiran 5,setiap item pekerjaan utama terdiri dari beberapa sub pekerjaan seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.1.
Pekerjaan Struktur Atas Podium B
Pek.Str.
Pek.Str.
Pek.Str.
Pek.Str.
Pek.Str. Pek.Str. Pek.Str. Pek.Str.
Ground Floor
P1 & P1A
P2&P2A P3&P3A P4&P4A
Lt.3
Lt.5
Lt.6
Pek.Str. Plat Lantai
Pek.Str
Balok
Pek.Str. Kolom
Pek.Str. Plat Lantai
Pek.Str. Balok
Pek.Str. Kolom
dittodittodittodittodittoditto
Keterangan :
P1 = Parkiran 1ditto = identic to = sama
P2 = Parkiran 2
P3 = Parkiran 3
P4 = Parkiran 4
Gambar 3.1. Struktur Pekerjaan Struktur Atas Podium B
Salah satu bagiannya adalah struktur plat lantai dengan struktur produk seperti yang terlihat pada gambar 3.2.
Struktur Plat Lantai
Bekisting
Kayu
Besi
Tulangan
Beton
K-300
Multipleks
Kayu
Kayu
Kayu
Besi Beton
Besi Beton
Besi Beton Besi Beton
15 mm
Meranti
5/7
Meranti
6/12
Meranti
8/12
Polos 8
Polos 10
Ulir D10
Ulir D13
3.4.Metode Analisa
Gambar 3.2. BOM Struktur Plat Lantai
- BOQ (Bill Of Quantity) : untuk mengetahui
3.4.1. Penentuan jumlah kebutuhan material
Dalam menentukan jumlah kebutuhan material untuk
membentuk suatu komponen material diperlukan beberapa input atau masukan data dan pengolahan melalui beberapa proses yaitu :
1. Jadwal Induk Produksi (JIP)
JIP adalah suatu jadwal yang menunjukkan jumlah produk yang akan dibuat dalam suatu periode. Data yang diperlukan dalam proses ini adalah:
- Schedule pelaksanaan: untuk mengetahui durasi item pekerjaan
volume total pekerjaan
2.Daftar material / struktur produk (Bill of Material) Data yang diperlukan dalam proses ini adalah :
- Schedule pelaksanaan : untuk mengetahui
komponen-komponen penyusun suatu item pekerjaan
- BOQ (Bill Of Quantity) : untuk mengetahui volume total pekerjaan
- Analisa bahan / material : untuk mengetahui material penyusun.
3.Explosion (perhitungan kebutuhan kotor)
Proses
explosion
merupakan
proses
3.4.3.
Penentuan biaya total persediaan
Proses
explosion
merupakan
proses
3.4.3.
Penentuan biaya total persediaan
perhitungan kebutuhan kotor dimana dalam proses ini akan dihitung jumlah total
kebutuhan material dari item pekerjaan. Data yang diperlukan dalam tahap ini adalah :
-Struktur produk : untuk mengetahui level pekerjaan / material.
-Schedule pelaksanaan : untuk mengetahui durasi item pekerjaan
-BOQ (Bill Of Quantity) : untuk mengetahui volume total pekerjaan
-Jadwal induk produksi : untuk mengetahui jumlah produk yang dibuat dalam suatu periode.
4.Netting (perhitungan kebutuhan bersih)
Proses netting merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara persediaan kotor dengan persediaan yang ada.
3.4.2.Penentuan saat yang tepat untuk pemesanan
Dalam menentukan saat yang tepat untuk
melakukan pemesanan harus melalui proses :
1.Lotting (penentuan ukuran pemesanan)
Proses lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal. Data yang diperlukan adalah jumlah
kebutuhan bersih, biaya pesan, biaya simpan dan lead time. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses lotting adalah teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order
Quantity dan Part Period Balancing. Penentuan ukuran pemesanan berdasarkan total biaya persediaan yang minimum dengan memperhitungkan pengaruh dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Dalam
penentuan besarnya pesanan (lot size) ini menggunakan program bantu komputer POM-QM.
2. Offsetting adalah proses untuk melakukan
rencana pemesanan berdasarkan ukuran pemesanan dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.
Total biaya persediaan diperoleh dengan menjumlahkan semua biaya persediaan yang
ditimbulkan. Biaya persediaan berupa biaya pembelian, biaya pengadaan dan biaya penyimpanan.
3.5. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini langkah-langkah pengerjaan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1.Menentukan latar belakang penelitian dari wacana mengenai proyek konstruksi dan bagian-bagian penting
didalamnya serta permasalahan-permasalahan yang sering
dihadapi.
2.Dari permasalahan-permasalahan yang ada dipilih satu permasalahan utama untuk kemudian dicari detil
permasalahannya dimana dalam pemecahannya dapat
dilakukan dengan sebuah penelitian.
3.Mencari literatur-literatur yang memuat teori-teori tentang topik penelitian yang diambil untuk kemudian dibuat suatu
dasar teori yang akan digunakan dalam penelitian.
4.Melakukan pengumpulan data seperti gambar perencanaan, time schedule, kurva s dan lain-lain
5.Melakukan identifikasi struktur pekerjaan pada struktur atas podium B dengan membuat breakdown struktur pekerjaan secara keseluruhan mulai dari produk akhir sampai dengan komponen penyusunnya.
6.Membuat struktur produk (Bill of Material) dari breakdown struktur pekerjaan yang telah dibuat dan menentukan material-material yang akan dianalisa kebutuhannya serta menetapkan tingkatan level peninjauan.
7.Setelah struktur produk (BOM) telah terbentuk maka langkah selanjutnya adalah menyusun jadwal induk produksi.
8.Melakukan proses pengolahan / analisa yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu
- Menghitung kebutuhan kotor material (explosion).
- Menghitung kebutuhan bersih material (netting).
- Menentukan ukuran pemesanan (lotting).
- Menentukan waktu pemesanan (offsetting).
9.Dari hasil analisa kebutuhan material yang telah dilakukan kemudian dihitung total biaya persediaannya
10. Penarikan kesimpulan dan saran terhadap keseluruhan langkah-langkah yang telah dilakukan.
Langkah-langkah pengerjaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 3.3.
Latar Belakang
Permasalahan & Tujuan
Studi Pustaka/Literatur
Pengumpulan Data :
- Data umum
- Data teknis
- Data material
Identifikasi Struktur Pekerjaan
Input MRP
Menetapkan Struktur Produk (BOM)
Menyusun Jadwal Induk Produksi
Proses MRP
Menghitung Kebutuhan Kotor ( Explosion )
Menghitung Kebutuhan Bersih ( Netting ) Menghitung Ukuran Pemesanan ( Lotting )
Dengan menggunakan teknik :
1. Lot for Lot
2. Economic Order Quantity
3. Period Order Quantity
4. Part Period Balancing
Lead Time
Biaya Pesan dan simpan
Menentukan Waktu Pemesanan ( Offsetting )
Biaya Total Persediaan Minimum
Kesimpulan
Gambar 3.3. Bagan Alur Penelitian
BAB IV ANALISA DATA
4.1.Data Umum Proyek
Gambaran umum mengenai proyek pembangunan
Trillium Office & Residence ini disajikan sebagai berikut :
Nama Proyek : Trillium Office & Residence Surabaya
Jenis Proyek : Apartement dan Perkantoran
Lokasi: Jl. Pemuda 108-116 Surabaya
Nilai Kontrak : Rp. 135.300.000.000,-
Pemberi Tugas : PT. Central Pemuda Investindo
Konsultan Arsitektur : Megatika International
Konsultan Struktur: Benjamin Gideon & Associates
Konsultan M/E: PT. Skemanusa Consultama Teknik
Kontraktor Utama: PT. Wijaya Karya
Luas Bangunan:Basement = 6308 m2
Podium = 24297 m2
Tower= 48412 m2
Jumlah Lantai : Basement = 2 lantai
Podium = Ground floor lt.6 = 7 lantai
Tower = Lt.7 Roof = 25 lantai
Struktur Bangunan: Str. Bawah = Pondasi Tiang Pancang
Str. Atas = Beton Bertulang
Str. Atap = Plat Beton
Waktu Pelaksanaan: 9 Agustus 2008 s.d. 17 Februari
2011
4.2.Data Item Pekerjaan
Pelaksanaan pembangunan Trillium Office & Residence
ini dilakukan bertahap per lantai secara seri dan parallel dengan beberapa item pekerjaan utama yang meliputi
pekerjaan persiapan, pekerjaan sub struktur, pekerjaan
struktur, pekerjaan arsitektur dan pekerjaan ME. Dari masing- masing item pekerjaan utama tersebut terdiri dari beberapa sub
item pekerjaan dan memiliki rangkaian aktivitas.
Item pekerjaan yang akan direncanakan persediaan materialnya adalah item pekerjaan struktur atas podium B dengan obyek bahasan yaitu pekerjaan struktur pada lantai ground floor. Pekerjaan struktur pada lantai ground floor terdiri dari pekerjaan struktur balok, plat lantai dan kolom yang merupakan pekerjaan struktur beton bertulang dimana pada masing-masing komponen struktur tersebut meliputi pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran.
4.3.Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan proyek pembangunan Trillium Office &
Residence Surabaya ini memerlukan waktu selama 2 tahun 6 bulan dengan waktu pelaksanaan mulai tanggal 9 Agustus
2008 dan direncanakan selesai pada tanggal 17 Februari 2011 yang meliputi pekerjaan persiapan hingga finishing dan serah
terima. Sedangkan untuk pekerjaan struktur atas podium B
saja dimulai pada tanggal 17 April 2010 sampai dengan 23
Juni 2010 sehingga lama waktu penyelesaian pekerjaan struktur atas podium B adalah 68 hari. Berdasarkan time schedule, pekerjaan struktur atas podium B memiliki waktu pelaksanaan terpendek diantara beberapa item pekerjaan utama lainnya. Untuk jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur atas podium B lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tebel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
No
Pekerjaan
Durasi
Schedule
Bobot
(hari)
Start
Finish
%
PEKERJAAN STRUKTUR ATAS PODIUM B
1
Ground Floor
13
17-Apr-10
29-Apr-10
1.65%
2
P1 & P1A
13
24-Apr-10
6-Mei-10
1.02%
3
P2 & P2A
13
1-Mei-10
13-Mei-10
1.02%
4
P3 & P3A
13
8-Mei-10
20-Mei-10
1.02%
5
P4 & P4A
13
15-Mei-10
27-Mei-10
1.02%
6
Lt.3
13
22-Mei-10
3-Jun-10
1.02%
7
Lt.5
13
29-Mei-10
10-Jun-10
0.36%
8
Lt.6
19
5-Jun-10
23-Jun-10
1.67%
Podium B
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisa persediaan material untuk item pekerjaan struktur ground floor pada struktur atas podium B dengan durasi cukup pendek yang dimulai pada minggu ke-89 yaitu tanggal 17 April 2010 sampai dengan minggu ke-90 yaitu tanggal 29 April 2010 dan memiliki bobot pekerjaan yang cukup besar.
4.4.Struktur Produk (Bill of Material)
Struktur produk (Bill of Material) berisi informasi tentang
semua kebutuhan akan komponen maupun sub komponen yang diperlukan untuk membuat atau menghasilkan produk
akhir dari suatu pekerjaan. Struktur produk (Bill of Material)
pada tugas akhir ini dibuat berdasarkan break down struktur pekerjaan yang dapat dilihat pada time schedule dan BOQ.
Material yang akan direncanakan persediaannya adalah material penyusun pekerjaan bekisting, pembesian dan
pengecoran. Dalam hal ini material yang akan diperhitungkan adalah material-material utama seperti multipleks, balok kayu,
besi tulangan dan beton readymix. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur produk struktur ground floor podium B dapat dilihat pada gambar 4.1.
Dari gambar struktur produk (Bill of Material) tersebut
dapat dilihat bahwa struktur produk ini memiliki empat tingkat peninjauan yaitu level 0,1,2 dan 3. Produk yang berada pada level 0 yaitu struktur ground floor podium B merupakan produk akhir dari struktur ini, sedangkan produk yang berada dibawahnya merupakan komponen penyusunnya.
Struktur Ground Floor Podium BLevel 0
BalokPlat LantaiKolom
Level 1
Bekisting
Besi
Beton
Bekisting
Besi
Beton
Bekisting
Besi
Beton
Level 2
Kayu
Tulangan
K-300
Kayu
Tulangan
K-300
Kayu
Tulangan
K-350
Mlt. K.Mr K.Mr
K.Mr 8 10 D10 D13 D16 D19 D22
Mlt. K.Mr K.Mr K.Mr
8 10 D10 D13
Mlt.
K.Mr
D10 D13 D22 D25
Level 3
15 5/7 6/12
8/12
15 5/7 6/12 8/12
15
6/12
Keterangan :
Mlt. 15 = Multipleks 15 mm
K.Mr= Kayu Meranti
= Diameter besi beton polos
D= Diameter besi beton ulir
Gambar 4.1. BOM Struktur Ground Floor Podium B
Dari struktur produk (Bill of Material) tersebut di atas maka diperoleh jenis-jenis material yang diperlukan untuk pekerjaan struktur ground floor podium B yang kemudian akan diperhitungkan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Jenis Material
Z O N A 2Z O N A 4
No
Pekerjaan
Jenis Material
1
Bekisting Kayu
- Multipleks 15 mm
- Kayu Meranti 5/7
- Balok Kayu Meranti 6/12
- Balok Kayu Meranti 8/12
2
Besi Tulangan
- Besi beton 8
- Besi beton 10
- Besi beton D 10
- Besi beton D 13
- Besi beton D 16
- Besi beton D 19
- Besi beton D 22
- Besi beton D 25
3
Beton
- Beton K-300
- Beton K-350
PODIUM B
Z O N A 3
Z O N A 1
PODIUM A
4.5.Analisa Kebutuhan Material
Analisa kebutuhan material adalah besarnya jumlah
material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu satuan pekerjaan. Dalam kaitannya
dengan proses tahapan MRP, analisa kebutuhan material
merupakan suatu proses awal sebelum memasuki proses tahapan MRP yang meliputi jadwal induk produksi dan
kebutuhan material per periode. Hasil dari analisa kebutuhan material tersebut untuk selanjutnya akan dipergunakan dalam proses tahapan MRP, yaitu :
a. Penentuan kebutuhan kotor
b. Penentuan kebutuhan bersih
c. Penentuan ukuran pemesanan
Dalam proses tahapan MRP, selain hasil analisa kebutuhan material juga diperlukan informasi mengenai biaya- biaya persediaan dan waktu tunggu kedatangan material.
Informasi ini yang nantinya akan digunakan dalam tahapan penentuan ukuran pemesanan (lotting).
4.5.1. Jadwal Induk Produksi
Jadwal induk produksi merupakan suatu jadwal
produksi untuk membuat sejumlah produk dalam suatu periode waktu dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki. Untuk menyusun sebuah jadwal induk produksi dalam tugas akhir ini diperlukan informasi atau data tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur dan hubungan antar aktivitas. Hal ini dapat dilihat pada jadwal pelaksanaan proyek dimana didalamnya terdapat informasi tentang durasi dari masing-masing item pekerjaan dan hubungan antar aktivitas yang tergambar pada gambar bar chart yang ada di jadwal pekerjaan struktur setiap zona. Zona adalah batasan daerah atau area pelaksanaan proyek dalam suatu tahapan pelaksanaan pekerjaan. Untuk pekerjaan struktur ground floor podium B pembagian zonanya adalah seperti yang terlihat pada gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2. Pembagian Zona Dalam Tahapan Pelaksanaan
Pekerjaan Struktur Ground Floor Podium B
4.5.1.1.Jadwal pekerjaan struktur ground floor dan hubungan antar aktivitasnya
Pekerjaan struktur ground floor dilaksanakan secara
seri dan paralel karena mengingat bahwa waktu pelaksanaan yang dimiliki terbatas sedangkan bobot pekerjaannya cukup besar. Untuk jadwal pekerjaan struktur ground floor lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Ground
Floor Podium B
Untuk setiap zona jadwal pekerjaannya adalah seperti pada tabel 4.5.
Sedangkan untuk jadwal pekerjaan zona yang lain dapat dilihat pada lampiran 4.
10
19
Tabel 4.5. Jadwal Pekerjaan Struktur Ground Floor Podium B Zona 1 & 2
Uraian Pekerjaan
Volume
Sat
Durasi
Minggu ke - 88
Minggu ke - 89
Minggu ke - 90
( hari )
. . .
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
Zona 1
Bekisting balok
376.8
m2
3 hari
Bekisting pelat
434.8
m2
2 hari
Pembesian balok
6,268.9
kg
2 hari
Pembesian pelat
5,053.4
kg
2 hari
Pengecoran balok & pelat
104.9
m3
1 hari
Pembesian kolom
7,574.1
kg
1 hari
Bekisting kolom
182.3
m2
1 hari
Cor kolom
41.2
m3
1 hari
Zona 2
Bekisting balok
238.2
m2
3 hari
Bekisting pelat
381.5
m2
2 hari
Pembesian balok
4,414.9
kg
2 hari
Pembesian pelat
4,551.5
kg
2 hari
Pengecoran balok & pelat
82.2
m3
1 hari
Pembesian kolom
4,457.5
kg
1 hari
Bekisting kolom
122.3
m2
1 hari
Cor kolom
23.0
m3
1 hari
Berdasarkan jadwal pekerjaan struktur setiap zona tersebut maka terlihat hubungan antar aktivitas dari masing- masing item pekerjaan yang digunakan untuk mengetahui
PeriodePeriode
1234512345
125.6 125.6 125.679.479.479.4
urutan pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antar aktivitas
tersebut adalah sebagai berikut :
12345
a.Pekerjaan bekisting pelat dimulai 1 hari setelah pekerjaan bekisting balok dimulai.
b.Pekerjaan pembesian balok dimulai 2 hari setelah pekerjaan bekisting balok dimulai dan 1 hari setelah pekerjaan bekisting pelat dimulai.
c. Pekerjaan pembesian pelat dimulai setelah pekerjaan
bekisting balok dan pelat selesai serta 1 hari setelah pembesian balok dimulai.
d.Pekerjaan pengecoran balok dan pelat bisa dimulai setelah pekerjaan bekisting dan pembesian untuk balok
maupun pelat telah selesai.
e.Pekerjaan struktur kolom dimulai setelah pekerjaan struktur balok dan pelat selesai. Pekerjaan struktur kolom dilakukan dengan urutan pekerjaan yang dimulai dari pembesian, bekisting dan yang terakhir adalah
pengecoran.
4.5.1.2.Jadwal induk produksi
Dengan diketahuinya durasi atau lama waktu yang
diperlukan oleh masing-masing item pekerjaan berikut hubungan antar aktivitasnya, maka dapat disusun suatu jadwal induk produksi dengan memasukkan data kuantitas pekerjaan tiap periodenya ke dalam jadwal pekerjaan.
Berikut ini adalah contoh perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting balok per periode:
Vol.tot pek.bekisting balok zona 1 = 376.8 m2
Durasi pek. bekisting balok = 3 hari
Maka vol.pek.bekisting balok zona 1 per periode adalah:
Vol.tot pek.bekisting balok zona 2 = 238.20 m2
Durasi pek. bekisting balok = 3 hari
Maka vol.pek.bekisting balok zona 2 per periode adalah: (1)(2)
(2)
125.6 125.620579.479.4
Jadwal induk produksi untuk selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.6
berikut ini :
Tabel 4.6. Jadwal Induk Produksi Struktur Pekerjaan Ground Floor
Uraian Pekerjaan
Volume
Pekerjaan
Sat
Durasi
Minggu ke - 88
Minggu ke - 89
Minggu ke - 90
( hari )
. . .
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1. BALOK
- Bekisting Kayu
1102.1
m2
9
125.6
125.6
205.0
79.4
146.1
66.7
162.4
95.8
95.8
- Besi Tulangan
* Besi 8
162.9
kg
8
4.7
4.7
9.5
9.5
15.8
15.8
51.4
51.4
* Besi 10
2119.2
kg
8
393.1
393.1
229.6
229.6
187.6
187.6
249.4
249.4
* Besi D 10
5590.6
kg
8
922.1
922.1
653.9
653.9
500.2
500.2
719.1
719.1
* Besi D 13
73.2
kg
6
24.1
24.1
4.2
4.2
8.3
8.3
* Besi D 16
2104.4
kg
8
110.6
110.6
221.2
221.2
303.4
303.4
417.1
417.1
* Besi D 19
8471.6
kg
8
1679.9
1679.9
934.2
934.2
686.8
686.8
934.8
934.8
* Besi D 22
619.8
kg
4
155.0
155.0
155.0
155.0
- Beton K-300
130.2
m3
4
42.8
29.3
23.2
34.8
2. PELAT
- Bekisting Kayu
1489.4
m2
8
217.4
217.4
190.8
190.8
172.0
172.0
164.6
164.6
- Besi Tulangan
* Besi 8
3607.1
kg
8
400.5
400.5
497.7
497.7
447.9
447.9
457.4
457.4
* Besi 10
1258.0
kg
4
173.9
173.9
455.1
455.1
* Besi D 10
7614.6
kg
8
1084.1
1084.1
381.1
381.1
1550.3
1550.3
791.8
791.8
* Besi D 13
4530.2
kg
4
1042.1
1042.1
1223.0
1223.0
- Beton K-300
195.8
m3
4
62.1
52.9
41.3
39.5
3. KOLOM
- Bekisting Kayu
453.7
m2
4
182.3
122.3
41.4
107.7
- Besi Tulangan
* Besi D 10
2510.1
kg
4
1490.4
509.9
509.9
* Besi D 13
3890.2
kg
4
948.1
1234.7
693.3
1014.2
* Besi D 22
5479.9
kg
4
1094.7
1936.8
806.3
1642.1
* Besi D 25
5593.3
kg
4
4041.0
776.2
776.2
- Beton K-350
91.8
m3
4
41.2
23.0
7.3
20.4
4.5.2. Analisa Kebutuhan Material Per Periode
Kebutuhan material per periode dapat dihitung
berdasarkan jadwal induk produksi dan analisa bahan atau material untuk masing-masing item pekerjaan.
Kebutuhan material per periode dihitung dengan memasukkan data koefisien atau indeks (angka) analisa bahan pada jadwal induk produksi, atau secara matematis dapat ditulisakan sebagai berikut :
Vol.pekerjaan besi tulangan balok 10=393,1 kg
Koefisien / indeks analisa bahan untuk
pekerjaan 1 kg besi beton polos=1,13 kg
maka :
Jml. bahan / material yg
dibutuhkan= 393,1 x 1,13 = 444,1 kg
Karena satuan unit pembelian material besi adalah dalam satuan lonjor, maka kuantitas / jumlah material
Jml. bahan / material
yg dibutuhkan= Vol.pek x
Indeks analisa
bahan
besi dikonversikan menjadi satuan lonjor. Jika 1 lonjor
besi 10 memiliki berat 7,4 kg/lonjor, maka :
Apabila satuan dalam analisa bahan berbeda dengan satuan unit dalam pembelian material, maka jumlah kebutuhan material dikonversikan ke dalam satuan pembelian. Berdasarkan data analisa bahan atau material yang diperoleh dari proyek seperti yang dapat dilihat pada lampiran 5, berikut ini adalah contoh perhitungan jumlah kebutuhan material untuk pekerjaan besi tulangan balok 10 pada periode hari ke-3 minggu ke-89 :
lonjor
Analisa kebutuhan material untuk semua item pekerjaan secara lengkap disajikan dalam tabel 4.7 dan tabel 4.8
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan material tersebut, maka rekapitulasi kebutuhan material untuk masing-masing item pekerjaan per periodenya dapat disusun dalam tabel 4.9.
Tabel 4.7. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-89
18
12
Item Pekerjaan
Volwne PeN!rjaan
Koef.
(lndeks)
Konversi
Kebutuhan Material
Satuan
Harike-
Harike-
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
a
b
c
d
e
f
h
i
J
l k-(bi I
11-(c"'i)!j
rn-(d*i
n-(e"'i
o-(f*i I
p-(gt
q-(h*i I
r
l.BALOK
- Bek!stingKayu(m2)
125.6
125.6
205.0
794.
U61
66.7
1624.
* Multip1eks 15 mm
0.075 lrnbr
1
9.4
9.4
15.4
6. 0
11.0
5.0
12.2
1!'.:tnbar
*Kavumera:tti. 5n
0 006 m3
I bt - 0.014 rn3
538
538
87 8
340
626
286
69 6
batan&!:
*KayuM ti6/12
0 0042 m3
1 btg - 0.0 29 rn3
182
182
29 7
11 5
212
97
235
batang
* Kavu Meranti 8/12
0 0018 m3
1 btg - 0 038 m3
6
6
9 7
38
7
Jl
77
batan&!:
Besi Tulangan (kg)
*Besi 0 8
4.7
4.7
95
95
15.S
113 kg
11r4.74 kg
11
11
23
2.3
3.8
lonor
*Besi 010
3931
393.1
229.6
229.6
187.6
113 kg
11r7.4 kg
60.0
60. 0
35.1
35.1
28. 6
lonor
*Besi D 10
9221
922.1
6539
6539
500.2
1 08 kg
1lqr - 7.4 kg
134 6
134 6
954
95.4
73 0
lonor
*Besi D 13
241
24.1
4.2
4.2
1 08 kg
1 1rJr - 12 48 kg
21
2 1
0 4
0.4
lonjor
*Besi D 16
110.6
110.6
221.2
221.2
303.4
1 08 kg
1 1rJr - 18 96 kg
6 3
63
126
1 26
173
lonor
*Besi D 19
16799
1679.9
934.2
934.2
686.s
1.08 kg
11nr 26.76 kg
67.8
67.8
37.7
37.7
27.7
lonor
*Besi D 22
155.0
155.0
1.08 kg
11r35.76 kg
4.7
4.7
lonor
- BetonK-300 rn3
42B
1.025 m3
1
43.9
m3
2.PELAT
- BekistingKayu(rn2)
2llA
2ll A
190.S
190.S
172.0
172.0
* Multipleks 15 mm
0.071 lrnbr
1
154
1 5.4
13 5
135
122
122
lembar
*Kavumera:tti. 5n
0.006 m3
I bt 0.014 rn3
93.2
93.2
81.8
8 1.8
73.7
73.7
bataruz
* KMeranti 6/12
0. 0024 m3
I bt 0.029 rn3
1 8.0
18.0
15.8
15.8
14.2
14. 2
balang
*KavuM ti8/12
0. 0016 m3
I bt 0.038 rn3
9.2
9.2
8. 0
8.0
7.2
7. 2
batan&!:
- Besi Tulan).;an (kl2:)
*Besi 0 8
400.5
4005
497.7
497.7
113 kg
1 1rJr - 4 74 kg
955
955
1187
118 7
lonjor
*Besi 010
1739
173.9
113 kg
11rJr - 7.4 kg
26 6
266
lonor
*Besi D 10
1084.1
108A1
3811
381.1
1.08 kg
11r7.4 kg
1 58.2
158.2
55.6
55. 6
lonor
*Besi D 13
1042.1
10421
1223.0
1223.0
1.08 kg
11r12.48 kg
90. 2
90.2
105.8
105.8
lonjor
- BetonK-300 rn3
62l
1.025 m3
1
63.7
m3
3.KOLOM
Bek!stingKayu (m2)
182.3
* Multip1eks 15 mm
0.075 lrnbr
1
13 7
1emb ar
* Kayu Meranti 6/12
0.008 m3
I bt 0.0 29 rn3
50. 3
batan;;:
- Besi Tulangan (kg)
*BesiD 10
U90.4
1.08 kg
11r7.4 kg
217. 5
lonor
*Besi D 13
948.1
1 08 kg
1lqr - 12 48 kg
820
lonor
*Besi D 22
1094.7
1 08 kg
1 1rJr - 35 76 kg
33 1
lonjor
*Besi D 25
4041.0
1 08 kg
1 1rJr - 46 2 kg
945
lonor
BetonK350 rnJ
41.2
1.025 m3
1
42.3
m3
Item Pekerjaan
VolwnePekerjaan
Koef.
(Indeb)
Konversi
Kebutuhan Material
Satuan
Harike-
Harike-
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
a
b
c
d
f
h
i
J
k=(b*.Yi
l- c*1)/i l
m=- d*i I
n=(e*i)/1
e>= f*l)/1
p::::( *i
(h,y
, r
l.BALOK
+ Bekisting Kayu (m2)
95.8
95.8
* Multipleks 15 mm
0 075 lmbr
1
72
72
lembar
* Kayu meranti 5n
0.006 m3
1 btg 0.014 m3
41.0
41.0
batang
* Kayu. Merantl 6112
0 0042 m3
1 btg- 0 029 m3
139
139
batang
*Kayo Meranti 8/12
0 001 8 m3
1 btg- 0 038 m3
45
45
batang
- Bes1 Tu langan (kg)
* Bes10 S
15.8
51.4
51.4
113 kg
llnJr- 4 74 kg
38
12 3
12 3
lonJ
*Besi010
187.6
249.4
249.4
113 kg
1 lnJr 7.4 kg
286
38.1
38.1
lonjcr
*Bes1DlO
500.2
719.1
719.1
1.08 kg
1 lnJr 7.4 kg
73 0
105 0
105 0
lonJ
*BesiD13
8.3
8.3
1.08 kg
11nr- 12.48 kg
0.7
0.7
lon'cr
*Bes1Dl6
303.4
417.1
417.1
1.08 kg
llnJr- 18 96 kg
17 3
23 8
238
lonJ
*BesiD19
686.8
934.8
934.8
1.08 kg
llnJr- 2676 kg
27 7
37 7
37 7
lon'cr
*BesiD 22
155.0
155.0
1.08 kg
1 lnJr 35.76 kg
4.7
4.7
lonjcr
- Beton K-300 (m3)
29.3
23.2
34.8
1025 m3
1
30 0
23 8
35 7
m3
2. PELAT
- Bebst ngKayu (m2)
164.6
164.6
* Multipleks 15 mm
0.071 lmbr
1
11.7
11.7
lembar
* Kayu meranu sn
0.006 m3
1 btg 0.014 m3
70.5
70.5
batang
* KaVt.: Meranti 6/12
0 0024 m3
1 btg- 0 029 m3
136
136
batang
* Kayu Meranti 8/12
0.0016 m3
1 btg- 0038 m3
69
6.9
batang
- Bes1 Tu langan (kg)
*Besi0 8
447.9
447.9
457.4
457.4
113 kg
11nr - 4.74 kg
1068
106.8
109.0
109.0
lon'cr
* Best010
455.1
455.1
113 kg
llnJr-7.4 kg
69 5
69 5
lonJ
*BesiD 10
1550.3
1550.3
791.8
791.8
1.08 kg
11nr- 7.4 kg
2263
226.3
115.6
115.6
lon'cr
* Bes1 D13
1.08 kg
1 lnJr- 12.48 kg
lonJ
- Betm K-300 m3
52.9
41.3
39.5
1 025 m3
1
54 2
42 3
40 5
m3
3.KOLOM
- Bekisting Kayu (m2)
122.3
41.4
107.7
* Multipleks 15 mm
0.075 lmbr
1
9.2
3.1
8.1
lembar
* Kayu Merantl 6112
0 008 m3
1 btg- 0 029 m3
33 7
114
297
batang
- BeSI Tulangan (kg)_
*Bes1D10
509.9
509.9
1.08 kg
1 lnJr - 7.4 kg
74.4
74.4
ion cc
* Bes1D13
1234.7
693.3
1014.2
108 kg
1 lnJr- 12 48 kg
106 8
600
878
lonJ
*BesiD 22
1936.8
806.3
1642.1
1.08 kg
11nr- 35.76 kg
58. 5
24.4
49. 6
lon'cc
* Bes1 D 25
776.2
776.2
108 kg
1 lnJr- 46 2 kg
181
181
lonJ
- Betm K-350 (m3)
23.0
7.3
20.4
1.025 m3
1
23.5
7.4
20. 9
m3
Tabel4.8. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-90
.
Tabel 4.9. Rekapitulasi Kebutuhan Material Per Periode
Uraian Pekerjaan
Kebutuhan
Material
Sat
Mimr2llke 88
Min=ke - 89
Min22U ke - 90
...
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
l.BALOK
- B ekisting Kayu
* Multipleks 15 mm
82. 66
!embar
9.4
9.4
15.4
6.0
11.0
5.0
12.2
7.2
7.2
* Kavu merantt 5n
472 35
batan
53.8
53.8
87.8
34.0
62.6
28.6
69.6
41.0
41.0
* Kayu Merantt 6/12
159 62
batang
18.2
18.2
29.7
11.5
21.2
9.7
23.5
13.9
13.9
* Kayu Meranti 8/12
52. 21
batang
5.9
5.9
9.7
3.8
6.9
3.2
7.7
4.5
4.5
- B esi Tulangan
* Besi 0 8
38. 83
lon1_cr
l.l
l.l
2.3
2.3
3.8
3.8
12.3
12.3
* Besi010
323 61
l onJ(;.('
60.0
60.0
35.1
35.1
28.6
28.6
38.1
38.1
*BesiD 10
815.92
lonoc
134.6
134.6
95.4
95.4
73.0
73.0
105.0
105.0
* BesiD 13
634
lonJ(;.('
2.1
2.1
0.4
0.4
0.7
0.7
* BesiD 16
11 9.87
lonoc
6.3
6.3
12.6
12.6
17.3
17.3
23.8
23.8
* BesiD 19
341.90
lonj(;.('
67.8
67.8
37.7
37.7
27.7
27.7
37.7
37.7
* BesiD 22
1 8 72
l onJ(;.('
4.7
4.7
4.7
4.7
-Beton K -300
133.40
3 m
43.9
30.0
23.8
35.7
2.PELAT
- BekistingKayu
* Multipl eks 15 mm
105 75
!onbar
15.4
15.4
13.5
13.5
12.2
12.2
11.7
11.7
* Kayu meranti 5n
638.31
batang
93.2
93.2
81.8
81.8
73.7
73.7
70.5
70.5
* Kayu Merantt 6/1 2
123 26
batang
18.0
18.0
15.8
15.8
14.2
14.2
13.6
13.6
* Kayu Meranti 8/12
62.71
batang
9.2
9.2
8.0
8.0
7.2
7.2
6.9
6.9
- Besi Tulangan
* Besi 0 8
859 93
l onJ(;.('
95.5
95.5
118.7
118.7
106.8
106.8
109.0
109.0
*Besi010
19210
lonjoc
26.6
26.6
69.5
69.5
* BesiD 10
1111 32
lonJ(;.('
158.2
158.2
55.6
55.6
226.3
226.3
115.6
115.6
* BesiD 13
39204
lonoc
90.2
90.2
105.8
105.8
- B etonK-300
200 70
m3
63.7
54.2
42.3
40.5
3.KOLOM
- B ekisting Kayu
* Multiplek s 15 mm
34.03
!embar
13.7
9.2
3.1
8.1
* Kayu Meranti 6/12
125.17
batang
50.3
33.7
11.4
29.7
- B esi Tulangan
*BesiD 10
366. 34
lonjoc
217.5
74.4
74.4
* BesiD 13
336 65
lonJ(;.('
82.0
106.8
60.0
87.8
* Besi D 22
165. 50
lonoc
33.1
58.5
24.4
49.6
* Besi D 25
130 75
lonJ(;.('
94.5
18.1
18.1
- Beton K -350
94.14
3 m
42.3
23.5
7.4
20.9
4.6. Biaya-Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalall semua pengeluaran dan kerugian
yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Dalam tugas akhir 1m biaya persediaan yang ditinjau adalall biaya persediaan untuk item pekerjaan struktur ground floor yang meliputi biaya pembelian, biaya pengadaan dan biaya
penYJ.mpanan. Beberapa asurns1 yang di amb1l dalarn perhitungan biaya persediaan ini antara lain :
a. Harga material tetap untuk pembelian dalarn jumlall berapapun.
b.Biaya pemesanan dan lead time tetap setiap kali melakukan pemesanan.
4.6.1. Biaya pembelian
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli material. Besarnya biaya pembelian tergantung pada jumlah material yang dibeli dan harga satuan material. Data mengenai harga material diperoleh dari jurnal harga material tahun 2010 seperti yang terlihat pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10. Daftar Harga Material
yaitu sebanyak 5 lembar cetak dokumen. Dengan estimasi biaya cetak sebesar Rp 250,-/lembar, maka biaya administrasinya adalah 5 x Rp 250,- yaitu sebesar Rp 1250,-.
Dari biaya-biaya tersebut maka total biaya pemesanan merupakan jumlah dari biaya telepon, biaya fax dan biaya administrasi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Total Biaya Pemesanan
Biaya Tlp Biaya Fax Biaya Admin Total Biaya
No.
Jenis Material
Satuan
Harga Material
Lokasi
per unit
per unit
Supplier
1
Multipleks 15 mm
lmbr
Rp319,000.00
Gresik
2
Kayu meranti 5/7
batang
Rp59,500.00
Gresik
3
Balok kayu meranti 6/12
batang
Rp150,000.00
Gresik
4
Balok kayu meranti 8/12
batang
Rp220,000.00
Gresik
5
Besi beton 8
lonjor
Rp39,000.00
Surabaya
6
Besi beton 10
lonjor
Rp61,300.00
Surabaya
7
Besi beton D10
lonjor
Rp92,500.00
Surabaya
8
Besi beton D13
lonjor
Rp162,500.00
Surabaya
9
Besi beton D16
lonjor
Rp254,500.00
Surabaya
10
Besi beton D19
lonjor
Rp342,000.00
Surabaya
11
Besi beton D22
lonjor
Rp462,500.00
Surabaya
12
Besi beton D25
lonjor
Rp601,500.00
Surabaya
13
Beton ready mix K-300
m3
Rp675,000.00
Sepanjang
14
Beton ready mix K-350
m3
Rp700,000.00
Sepanjang
No.Jenis Material
(Rp)(Rp)(Rp)(Rp)
Sumber data : Jurnal Harga Material
4.6.2. Biaya pengadaan
Biaya pengadaan yang ditinjau adalah biaya pemesanan yang merupakan semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan material dari luar. Besar
kecilnya biaya pemesanan tergantung pada jumlah
(frekuensi) pemesanan. Adapun biaya pemesanan yang diperhitungkan meliputi :
a. Biaya untuk melakukan pemesanan material kepada supplier yang berupa biaya dalam penggunaan jasa
telekomunikasi. Biaya ini terdiri dari biaya telepon untuk ongkos menghubungi supplier dan biaya fax untuk pengiriman pesanan. Biaya telepon dipengaruhi oleh lokasi pemesanan material dan
lamanya durasi percakapan yang diperkirakan selama 10 menit dalam setiap kali pemesanan. Karena lokasi supplier berada di Surabaya, Gresik dan Sepanjang yang memiliki kode area sama maka
untuk biaya telepon setiap pemesanan material adalah sama yaitu sebesar Rp 125,-. Sedangkan untuk biaya fax tergantung pada jumlah lembar pesanan yang dikirim melalui fax dalam setiap kali
pemesanan yang diperkirakan sebanyak 2 lembar. Biaya fax dapat dilihat pada tabel 4.11.
No.
Lokasi
Pesan
Jml
Lembar
Biaya / Dokumen Teks
Total Biaya
(Rp)
(Rp)
a
c
d
e
f=d*e
1
Gresik
2
2,175.00
4,350.00
2
Surabaya
2
1,375.00
2,750.00
3
Sepanjang
2
1,575.00
3,150.00
Tabel 4.11. Biaya Fax
Sumber data : PT. Telkom
b. Biaya administrasi yang terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan dengan proses pencatatan pesanan, pengiriman pesanan, dan pendataan pada saat kedatangan material. Biaya administrasi yang diperhitungkan adalah biaya pencetakan dokumen yang diasumsikan sama untuk setiap material
abcdef=c+d+e
1 Multipleks 15 mm1,250.004,350.001,250.006,850.00
2 Kayu meranti 5/71,250.004,350.001,250.006,850.00
3 Balok kayu meranti 6/12 1,250.004,350.001,250.006,850.00
4 Balok kayu meranti 8/12 1,250.004,350.001,250.006,850.00
5 Besi beton 81,250.002,750.001,250.005,250.00
6 Besi beton 101,250.002,750.001,250.005,250.00
7 Besi beton D101,250.002,750.001,250.005,250.00
8 Besi beton D131,250.002,750.001,250.005,250.00
9 Besi beton D161,250.002,750.001,250.005,250.00
10 Besi beton D191,250.002,750.001,250.005,250.00
11 Besi beton D221,250.002,750.001,250.005,250.00
12 Besi beton D251,250.002,750.001,250.005,250.00
13 Beton ready mix K-300 1,250.003,150.001,250.005,650.00
14 Beton ready mix K-350 1,250.003,150.001,250.005,650.00
4.6.3. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran
atau biaya yang timbul akibat menyimpan barang maupun bahan. Biaya penyimpanan yang
diperhitungkan berupa biaya karena memiliki persediaan (biaya modal) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Biaya karena memiliki persediaan (biaya modal) dapat diukur dengan suku bunga bank sebesar
6.5 % per tahun (berdasarkan suku bunga BI 2010) dari harga material per unit. Untuk biaya penyusutan atau kerusakan dapat dihitung berdasarkan penyusutan atau kerusakan material selama penyimpanan yang diasumsikan sebesar 0,5% dari harga material per unit
untuk material besi, sedangkan untuk jenis material kayu sebesar 2%. Dengan asumsi bahwa 1 tahun ada
365 hari, maka perhitungan biaya penyimpanan
material per hari adalah sebagai berikut :
Material Kayu :
Material Besi :
Perhitungan biaya penyimpanan untuk masing-masing material disajikan dalam tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13. Biaya Penyimpanan
Tabel 4.14. Biaya Persediaan Material
SatuanBiayaBiayaBiaya
No.
Jenis Material
%
Harga Material
Biaya Simpan
per unit
/unit /hari
a
b
c
d
e = (c/365)*d
1
Multipleks 15 mm
8.50%
Rp319,000.00
Rp74.29
2
Kayu meranti 5/7
8.50%
Rp59,500.00
Rp13.86
3
Balok kayu meranti 6/12
8.50%
Rp150,000.00
Rp34.93
4
Balok kayu meranti 8/12
8.50%
Rp220,000.00
Rp51.23
5
Besi beton 8
7.00%
Rp39,000.00
Rp7.48
6
Besi beton 10
7.00%
Rp61,300.00
Rp11.76
7
Besi beton D10
7.00%
Rp92,500.00
Rp17.74
8
Besi beton D13
7.00%
Rp162,500.00
Rp31.16
9
Besi beton D16
7.00%
Rp254,500.00
Rp48.81
10
Besi beton D19
7.00%
Rp342,000.00
Rp65.59
11
Besi beton D22
7.00%
Rp462,500.00
Rp88.70
12
Besi beton D25
7.00%
Rp601,500.00
Rp115.36
No.Jenis Material
per unitPembelianPemesanan Penyimpanan
4.6.4. Biaya persediaan material
Biaya persediaan material merupakan biaya yang
terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan material. Dari hasil perhitungan
untuk masing-masing biaya diatas maka rekapitulasi
biaya persediaan material dapat dilihat dalam tabel
4.14 berikut ini.
1 Multipleks 15 mm lmbr Rp 319,000.00 Rp 6,850.00 Rp 74.29
2 Kayu meranti 5/7 batang Rp 59,500.00 Rp 6,850.00 Rp 13.86
3 Balok kayu meranti 6/12 batang Rp 150,000.00 Rp 6,850.00 Rp 34.93
4 Balok kayu meranti 8/12 batang Rp 220,000.00 Rp 6,850.00 Rp 51.23
5 Besi beton 8 lonjor Rp 39,000.00 Rp 5,250.00 Rp 7.48
6 Besi beton 10 lonjor Rp 61,300.00 Rp 5,250.00 Rp 11.76
7 Besi beton D10 lonjor Rp 92,500.00 Rp 5,250.00 Rp 17.74
8 Besi beton D13 lonjor Rp 162,500.00 Rp 5,250.00 Rp 31.16
9 Besi beton D16 lonjor Rp 254,500.00 Rp 5,250.00 Rp 48.81
10 Besi beton D19 lonjor Rp 342,000.00 Rp 5,250.00 Rp 65.59
11 Besi beton D22 lonjor Rp 462,500.00 Rp 5,250.00 Rp 88.70
12 Besi beton D25 lonjor Rp 601,500.00 Rp 5,250.00 Rp 115.36
13 Beton ready mix K-300 m3 Rp 675,000.00 Rp 5,650.00 Rp -
14 Beton ready mix K-350 m3 Rp 700,000.00 Rp 5,650.00 Rp -
4.7.Perhitungan Kebutuhan Kotor Material
Kebutuhan kotor material merupakan jumlah setiap item material yang dibutuhkan untuk dikonsumsi. Kebutuhan material dalam satu periode merupakan hasil penjumlahan kebutuhan material dari semua item pekerjaan yang
menggunakan material tersebut dalam periode yang sama. Berdasarkan jadwal induk produksi dan kebutuhan material per periode yang sudah diperhitungkan sebelumnya, maka kebutuhan kotor material untuk setiap item pekerjaan struktur ground floor podium B dituliskan dalam tabel 4.15.
Dari hasil perhitungan kebutuhan kotor untuk setiap item pekerjaan tersebut, maka rekapitulasi kebutuhan kotor setiap materialnya adalah seperti pada tabel 4.16.
Tabel 4.15. Kebutuhan Kotor Material Setiap Item Pekerjaan
Tabel 4.16. Rekapitulasi Kebutuhan Kotor Material
Kebutuhan Kotor Multipleks 15 mm
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lembar)
Kebutuhan Kotor
9.4
24.9
30.8
19.5
24.5
17.2
38.1
18.9
28.0
0.0
3.1
0.0
8.1
0.0
222.4
Kebutuhan Kotor Kayu Meranti 5/7
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(batang)
Kebutuhan Kotor
53.8
147.0
181.0
115.8
144.3
102.3
143.3
111.6
111.6
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1110.7
Kebutuhan Kotor Kayu Meranti 6/12
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(batang)
Kebutuhan Kotor
18.2
36.2
47.7
27.3
36.9
23.9
88.1
27.5
61.2
0.0
11.4
0.0
29.7
0.0
408.1
Kebutuhan Kotor Kayu Meranti 8/12
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(batang)
Kebutuhan Kotor
5.9
15.1
18.9
11.8
14.9
10.4
14.9
11.5
11.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
114.9
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan 8
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
1.1
96.6
97.7
120.9
122.4
110.6
119.0
121.3
109.0
0.0
0.0
0.0
898.8
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan 10
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
60.0
60.0
35.1
61.6
55.2
28.6
38.1
107.6
69.5
0.0
0.0
0.0
515.7
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan D10
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
134.6
292.8
253.7
151.1
346.1
299.3
405.6
220.5
115.6
0.0
74.4
0.0
2293.6
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan D13
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
2.1
92.3
90.5
106.2
187.9
0.0
107.6
0.7
60.0
0.0
87.8
0.0
735.0
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan D16
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
6.3
6.3
12.6
12.6
17.3
17.3
23.8
23.8
0.0
0.0
0.0
0.0
119.9
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan D19
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
67.8
67.8
37.7
37.7
27.7
27.7
37.7
37.7
0.0
0.0
0.0
0.0
341.9
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan D22
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
0.0
0.0
4.7
4.7
33.1
0.0
63.2
4.7
24.4
0.0
49.6
0.0
184.2
Kebutuhan Kotor Besi Tulangan D25
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
(lonjor)
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
94.5
0.0
18.1
0.0
0.0
0.0
18.1
0.0
130.8
Kebutuhan Kotor Beton Ready Mix K-300
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
m3
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
107.5
0.0
84.2
0.0
66.1
0.0
76.2
0.0
0.0
334.1
Kebutuhan Kotor Beton Ready Mix K-350
Total
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
. . .
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
m3
Kebutuhan Kotor
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
42.3
0.0
23.5
0.0
7.4
0.0
20.9
0.0
94.1
4.8.Proses Explosion
Proses explosion merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item/komponen yang lebih bawah. Proses ini menunjukkan kapan material harus dipesan atau kapan produksi harus dimulai untuk memenuhi kebutuhan
produk jadi pada suatu waktu tertentu. Dalam proses explosion ini data mengenai struktur produk sangat memegang peranan karena atas dasar struktur produk inilah proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana harus
dilakukan eksplosion.
Untuk melakukan proses explosion ini diperlukan data- data mengenai gambar struktur produk (BOM) struktur ground floor podium B, jadwal pelaksanaan proyek, volume pekerjaan, dan jadwal induk produksi. Sebelum melakukan proses explosion perlu dilihat kembali level pekerjaan / material yang telah ditentukan sebelumnya pada struktur produk beserta kuantitasnya. Berikut ini adalah level pekerjaan
/ material yang dituliskan dalam bentuk tabel pada tabel 4.17
Tabel 4.17. Level Pekerjaan / Material
Level
Item Pekerjaan / Material
Satuan
Volume
0
Str.ground floor podium B
m3
417.8
1
Balok
m3
130.16
1
Plat lantai
m3
195.69
1
Kolom
m3
91.84
2
Bekisting kayu (balok)
m2
1102.14
2
Besi tulangan balok
kg
19141.60
2
Beton K-300 (balok)
m3
133.40
2
Bekisting kayu (plat lantai)
m2
1489.4
2
Besi tulangan plat lantai
kg
17009.98
2
Beton K-300 (plat lantai)
m3
200.70
2
Bekisting kayu (kolom)
m2
453.74
2
Besi tulangan kolom
kg
17473.45
2
Beton K-350
m3
94.14
3
Multipleks 15 mm (balok)
lembar
82.66
3
Kayu meranti 5/7 (balok)
batang
472.35
3
Kayu meranti 6/12 (balok)
batang
159.62
3
Kayu meranti 8/12 (balok)
batang
52.21
3
Besi tulangan 8 (balok)
lonjor
38.83
3
Besi tulangan 10 (balok)
lonjor
323.61
3
Besi tulangan D10 (balok)
lonjor
815.92
3
Besi tulangan D 13 (balok)
lonjor
6.34
3
Besi tulangan D16 (balok)
lonjor
119.87
3
Besi tulangan D 19 (balok)
lonjor
341.90
3
Besi tulangan D 22 (balok)
lonjor
18.72
3
Multipleks 15 mm (plat lantai)
lembar
105.75
3
Kayu meranti 5/7 (plat lantai)
batang
638.31
3
Kayu meranti 6/12 (plat lantai)
batang
123.26
3
Kayu meranti 8/12 (plat lantai)
batang
62.71
3
Besi tulangan 8 (plat lantai)
lonjor
859.93
3
Besi tulangan 10 (plat lantai)
lonjor
192.10
3
Besi tulangan D10 (plat lantai)
lonjor
1111.32
3
Besi tulangan D 13 (plat lantai)
lonjor
392.04
3
Multipleks 15 mm (kolom)
lembar
34.03
3
Kayu meranti 6/12 (kolom)
batang
125.17
3
Besi tulangan D10 (kolom)
lonjor
366.34
3
Besi tulangan D 13 (kolom)
lonjor
336.65
3
Besi tulangan D 22 (kolom)
lonjor
165.50
3
Besi tulangan D 25 (kolom)
lonjor
130.75
Sebelum melakukan proses explosion ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan proses explosion diantaranya :
1.Sesuai dengan struktur produk, produk yang berada pada level 0 yaitu struktur ground floor podium B merupakan produk akhir dari struktur ini, sedangkan produk yang berada dibawahnya merupakan komponen penyusunnya.
2.Struktur ground floor podium B dikatakan selesai apabila struktur balok, plat lantai, kolom, yang merupakan komponennya sudah selesai dirakit (sudah di cor). Begitu pula untuk struktur balok, plat lantai, kolom dikatakan
selesai apabila pekerjaan bekisting, penulangan dan pengecoran telah selesai dilakukan. Hal ini juga diterapkan untuk produk lain yang berada di level bawah.
3.Lead time adalah waktu menunggu sejak memesan
sampai memperoleh pesanan tersebut. Lead time dalam
proses ini adalah waktu tunggu dalam beberapa aktivitas yang meliputi waktu tunggu perakitan dan waktu tunggu kedatangan material dari supplier. Waktu perakitan untuk struktur ground floor,balok,plat lantai dan kolom adalah sama dengan waktu pengecoran yaitu 1 hari. Waktu perakitan bekisting dan penulangan adalah sesuai dengan jadwal pekerjaan struktur ground floor podium B.
4.Kebutuhan pada level yang lebih atas akan menjadi total kebutuhan untuk level yang berada dibawahnya.
Dengan menggunakan informasi ini, disusun tabel proses explosion untuk memenuhi kebutuhan akan produk jadi yaitu struktur ground floor podium B. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 4.18.
Tabel 4.18. Proses Eksplosion
Periode
Minggu ke 88
Minggu ke 89
Minggu ke 90
Total
6 I 7
1 I 2 I3I4I5I6 I7
1 I2I 3 I 4 I5I 6 I 7
Total Kebutuhan (m 3)
I
IIIII 104.9 I 41.2
82.2 I 230 I 64.5 I 7.31 74. 3 1 204 I
417.8
Perakitan
I
IIIII 104.9 I 41.2
82.2 I 230 I 64.5 I 7.31 74.3 1 2o 4 I
417.8
Level 0 Struktur ground floor podium B
Levell. Balok!
iPerakitan IIIIIII 42.8 II 29.3 II 23.2 II 34.8 III 130. 2 I
L eve! 2. Bekistinkayu (b alok)l\ \
!Total Kebutuhan (m2)I Ib7238. 2 II200.0 II 287.3 III 1,1o2.2 I
i PerakitanII125. 6 1 125.6 2o. oI 9.4I 146.1 I 76
162.4 I 95.8 I 95.8 IIIIII 1,102.21
Level2. Besi tulangan (balok)\\ J
!Total Kebutuhan (kg)IIIl 1 6 264,414. 9 13,387. 5I s,o7oJ III 19,141.6 1
I PerakitanIII3,134.45 l 3,134.45l 2,207.46 r 2, 2o7.4Q 1,693.74 I 1,693.74 I 2,535.16 2,535.16III I 19,14 1.61
L eve! 2. Beton K-300 (b alok)J.\ \ \'
!Total Kebutuhan (m3)IIII II 43.9 II 30. 0 I 3.I 35.7 I I I 133.4 I
I PerakitanI II III 43.9 II 30. 0 I2 1.8 I \ I 35.7 III 133.4 I
Level3. Multipleks 15 mm (balok)
jTotal Kebutuhan Gembar) II9.4 I 9 15.4 I6. 0 I 11.0 I5.0 I 12. 2 I 7. 2 I 7. 2I III 82.7 I Level3. Kayu mer anti 517 (balok)
!Total Kebutuhan (batang)II53.8 I 53.87.8 I 34. 0 I 62.6 I 28.6 I 69. 6 I 41.0 I 41. 0 III I 4n.3 I
Level3. Kayu mer anti 6112 (balok)i
!Total Kebutuhan (batang)II18. 2 1 18. 229.7 I 11.5 I 21.2 I9.7 I 23.5 I 1 3. 9 I 13.9II I I 159.6 I
Level3. Kayu mer anti 8112 (balok)
!Total Kebutuhan (batang)II s.9 1 5.99.7 I 3.8 I 6.9 I 3.2 I 7.7 I 4.5 I 4.5III I I 52.2 I
Level3. Besi tulan an
jTotal Kebutuhan Oonjor)I II I1.1 I1.1 I2.3 I2.3 I 3.8 I3.8 I 12.31 .3 I IIII 38.8 I Level3. Besi tulangan 010 (balok)
jTotal Kebutuhan Oonjor)I II I 60. 0 I 60. 0 I 35.1 I 35.1 I 28.6 I 28.6 I 38.1 I8.1IIII 323.6 I L eve! 3. Besi tulangan D10 (b alok)
!Total Kebutuhan Oonjor) IIII 134.6 I 134. 6 I 95.4 I 95.4 I 730 I 730 I 1os.o I lOStI II I I 815.9 I
L eve! 3. Besi tulan an JJ
!Total Kebutuhan Oon jor)IIII2.1 I 2 1 I 0.4 I0.4 III 0.7 I 0.7 JIII I 6.3 I
L eve! 3. Besi tulangan D16 (b alok);.
!Total Kebutuhan Oonjor) IIII6. 3 I 6.3 I 12.6 I 12.6 I 17.3 I 17.3 I 238 I 23.8 AIII I 119.9 1
L eve! 3. Besi tulangan D 19 (b alok)/. I
!Total Kebutuhan Oonjor) I II I 67.8 I 67.8 I 37.7 I 37.7 I 27.7 I 27.7 I 37. 7 I 37.7 11 1 II I 341.9 1
L eve! 3. Besi tulanaJJ
!Total Kebutuhan Oonjor) IIIIII I 4.7 I4.7 III 4.7 I 4.7 IIII I 18.7 I
L evelO Struktur gronndfloorpod"1wnB
Penode
Mmgguke 88
Mmgguke89
Mmgguke 90
Total
6 I 7
1 I 2 I 3 I4 I5 I6 7
1 I2I3 I4I5 I 6 I 7
Total Kebutuhan (m3)
I
I1l1l 104 9 412
82 2 l 23 o 1 645 I 73 I 743 1 204 1
417 8
Perakitan
I
III II 104.941.2
82.2 I no I 64. 5 I 7.3 I 74.3 I 2o.4 I
417.8
I
I
I 195 8
1
l
1 1 95. 8
Levell. Plat lantai 1
I Total Kebutuhan (m3) I IIII I I 62 15z 9 II 41 3 I I 395
Level 2. Bekisting kayu (p lat lantaij 1\\
I Total Kebutuhan (in2)I II Perakitan 21
L43 8
7.41 2174 1908190 817 0
381 5 II 344 o II 329 1 1I1 1, 4894
1720 164 6 16461, 4894
Lev el 2. Besi tulangan (plat lantai)
\\
J
Total Kebutuhan (kR)
-h 5,0534
--;!. 4,551 5 -b3,996 53,408 6 17010
jPerakitanI II
1 2,526 7 r 2,5267 1 2,275 7
2,275 7 1,998 2 j l ,998 2 ] 1 ,704 3 I' 1 ,704 3 ]II1 17010
Level2. Beton K-300 (plat l3I1tai)
J
I Total Kebutuhan (m3)III
I II 637
54 2 I I 42 3 II 40 5 III 2001
Perakitan
637
542 42 3405 200 7
Level 3. Mllltip leks15mm (plat l3I1taij
jTotal Kebutuhan Qembar) IIjl
4
5.4 1 13. 5 I 13. 5 I 12.2 12
2
1u I 11.7 IIIII1 1 05.7
Level 3. Kavu mer3Ilti 517 (plat l3I1tau
!Total Kebutuhan (batang)III 93 21
3 2 1 818 I 818 I 73.7 73
70.5 I 70. 5 IIIIII 638. 3
Level3. Kayu meranti 6/12 (plat lantai)J
!Total Kebutuhan (batang)II1 180
18 o I 15 8 I