Gambaran Klinis Demam Tifoid Bervariasi Dari Gejala
description
Transcript of Gambaran Klinis Demam Tifoid Bervariasi Dari Gejala
Demam tifoid merupakan masalah kesehatan global. Dampak demam tifoid yang sebenarnya sulit diperkirakan karena gambaran klinis biasanya tersamarkan dengan penyakit demam infeksi lainnya. Selain itu, penyakit Typhoid fever is a global health problem. Its real impact is difficult to estimate becausethe clinical picture is confused with those of many other febrile infections. Additionally,the disease is underestimated because there are no bacteriology laboratories in mostareas of developing countries. These factors are believed to result in many cases goingundiagnosed. On the basis of the literature (2, 3) and the incidence of typhoid feverrecorded in control groups in large vaccine field trials with good laboratory support ithas been estimated that approximately 17 million cases of typhoid fever and 600 000associated deaths occur annually (4). However, the estimates have been biased becausestudy populations have usually been in areas of high incidence. Furthermore, theseestimates of burden relate to the clinical syndrome of typhoid fever but not to S. typhiexposure. Since the prevalence of bacteraemia in febrile children is quite high (2_3%)in areas of endemicity it is suggested that exposure to the bacteria is higher than indicatedby the figures that are based solely on the clinical syndrome of typhoid fever.The incidence of the disease in areas of endemicity may resemble the incidencesobserved in control groups in large vaccine field trials, viz. between 45 per 100 000per year and over 1000 per 100 000 per year. Preliminary results from recent studiesconducted in Bangladesh by ICDDR,B show an incidence of approximately 2000 per100 000 per year. Typhoid fever also has a very high social and economic impact becauseof the hospitalization of patients with acute disease and the complications and loss ofincome attributable to the duration of the clinical illness (5). It is important to notethat reports from some provinces in China and Pakistan have indicated more cases ofparatyphoid fever caused by S. paratyphi A than by S. typhi.
Gambaran klinis demam tifoid bervariasi dari gejala – gejala ringan dengan demam yang tidak
terlalu tinggi, malaise, dan sedikit batuk kering, hingga gejala klinis yang berat disertai dengan
perut yang tidak nyaman dan berbagai macam komplikasi. Beberapa faktor mempengaruhi berat
dan outcome dari penyakit infeksi tersebut. Dalam hal ini, termasuk durasi penyakit sebelum
mulainya terapi, pemilihan jenis antimikroba, usia, riwayat vaksinasi ddan penyakit sebelumnya,
virulensi strain bakteri, kuantitas inokulum yang teringesti, faktor host (pasien dengan
imunosupresi) dan apakah individu tersebut sedang mengkonsumsi medikasi tertentu, seperti H2
blockers atau antasida yang dapat menurunkan asam lambung.
Demam tifoid akut tanpa komplikasi ditandai dengan adanya demam yang lama,
gangguan fungsi pencernaan (konstipasi pada orang dewasa, diare pada anak-anak), sakit kepala,
malaise, dan anoreksia. Batuk kering biasanya sering didapatkan pada stadium awal penyakit.
Selama periode demam, sekitar 25% pasien menunjukan adanya exanthema (rose spots) di dada,
perut, dan punggung.
Demam tifoid akut dengan komplikasi ditandai dengan gejala yang lebih berat. Sekitar
10% pasien demam tifoid dapat mengalami komplikasi tergantung keadaan klinis dan kualitas
fasilitas kesehatan. Oleh sebab jaringan limfoid organ pencernaan menunjukan jenis patologi
yang menonjol, adanya occult blood (darah tersamar di feces pada sekitar 10-20% pasien, dan
sekitar 3% pasien mengalami melena. Perforasi usus telah dilaporkan pada sekitar 3% kasus di
rumah sakit. Rasa tidak nyaman di perut meningkat, dan biasanya terbatas pada kuadran kanan
bawah, namun dapat pula bersifat menyeluruh. Gejala dan tanda perforasi usus dan peritonitis
kadang dapat dijumpai, disertai dengan peningkatan frekuensi nadi, hipotensi, nyeri perut, nyeri
lepas perut, dan kekakuan perut. Peningkatan jumlah hitung sel darah putih dengan perpindahan
ke kiri, serta adanya gambaran udara bebas pada foto radiologis abdomen dapat pula ditemukan.
Penurunan kesadaran pada pasien demam tifoid berhubungan dengan angka kematian
yang tinggi. Pasien tersebut biasanya delirium, dan walaupun jarang bisa sampai koma.
Meningitis tifoid, ensefalomielitis tifoid, sindrom Guillain Barre, neuritis cranial atau perifer,
dan gejala – gejala psikosis, meskipun jarang, pernah dilaporkan. Komplikasi serius lainnya yang
pernah dilaporkan pada demam tifoid berupa perdarahan (yang dapat menyebabkan kematian
dengan cepat), hepatitis, miokarditis, pneumonia, koagulasi intravaskular diseminata,
trombositopenia, dan sindroma hemolitik uremikum. Pada masa pre-antibiotik, pasien biasanya
meninggal dengan peritonitis atau perdarahan saluran cerna, 15% kasus demam tifoid meninggal
akibat demam persisten dengan penyebab yang tidak jelas. Pasien juga dapat mengalami
manifestasi traktus genitourinarius dan dapat mengalami kekambuhan, dan atau menjadi kronik
sebagai carrier.