EVALUASI KINERJA PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI …digilib.unila.ac.id/60795/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EVALUASI KINERJA PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI …digilib.unila.ac.id/60795/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EVALUASI KINERJA PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI JAHE(Zingiber officinale) DENGAN TIGA METODE DISTILASI DI CV.
NUSANTARA SPICES NATAR, LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
MUH. AULIA AUDITA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRACT
PERFORMANCE EVALUATION OF GINGER ( Zingiber officinale )ESSENTIAL OIL DISTILLATION PROCESS WITH THREE
DISTILLATION METHODS IN. CV. NUSANTARA SPICES, SOUTHLAMPUNG
By
MUH. AULIA AUDITA
Indonesia is one of the essential oils producing countries that exports its products
to the international market. One type of Indonesian essential oil which is an export
commodity is ginger oil. CV. Nusantara Spices, which is one of the companies that
processes ginger, made an initial effort to develop ginger processed products by
processing it into ginger oil through the distillation process. To produce essential oils,
there are three types, namely methods of distilling with water (boiling), distilling with
water and steam (steaming) and distilling with water vapor. The purpose of this study is
to compare the yield and quality of essential oils produced from the three distillation
methods used (boiled, direct and indirect steam). The results showed the highest average
yield was ginger essential oil from the indirect steam distillation method; the average
refractive index are only the indirect method of volatile oil that met the SNI 06-4374-
1996 standard; the determination of the optical rotation value indicate that the essential
oil produced by three methods did not meet SNI 06-4374-1996 standards ; determining
the acid number shows that the essential oil of the boiling method and direct steam met
the SNI standard. ; the determination of the ester number indicate the essential oil of the
boiling method and indirect steam that met the SNI standard.
Keywords: essential oils, ginger oil, quality ginger oil, ginger essential oil.
ABSTRAK
EVALUASI KINERJA PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI JAHE(Zingiber officinale) DENGAN TIGA METODE DISTILASI DI CV.
NUSANTARA SPICES NATAR, LAMPUNG SELATAN
Oleh
MUH. AULIA AUDITA
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang mengekspor
produknya ke pasar internasional. Salah satu jenis minyak atsiri Indonesia yang
menjadi komoditas ekspor yaitu jahe.. CV. Nusantara Spices yang merupakan
Salah satu perusahaan yang mengolah jahe melakukan upaya awal pengembangan
produk olahan jahe dengan mengolahnya menjadi minyak atsiri jahe (ginger oil)
melalui proses penyulingan. Untuk menghasilkan minyak atsiri, terdapat tiga
macam yaitu metode penyulingan dengan air (perebusan), penyulingan dengan air
dan uap (pengukusan) dan penyulingan dengan uap air. Tujuan penelitian ini
adalah membandingkan rendemen dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan dari
tiga metode penyulingan yang digunakan (rebus, uap langsung dan tidak
langsung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil rata-rata rendemen tertinggi
yaitu minyak atsiri jahe hasil penyulingan metode uap tidak langsung yaitu 2,4%;
hasil rata-rata indeks bias hanya minyak atsiri metode uap tidak langsung yang
memenuhi standar SNI 06-4374-1996; hasil penetapan nilai putaran optik
menunjukkan bahwa tidak ada yang memenuhi standar SNI 06-4374-1996; hasil
penetapan bilangan asam menunjukkan bahwa minyak atsiri metode perebusan
dan uap langsung yang memenuhi standar SNI; hasil penetapan bilangan ester
menunjukkan minyak atsiri metode perebusan dan uap tidak langsung yang
memenuhi standar SNI.
Kata kunci : Minyak Atsiri, minyak jahe, mutu minyak jahe, minyak atsiri jahe .
EVALUASI KINERJA PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI JAHE(Zingiber officinale) DENGAN TIGA METODE DISTILASI DI CV.
NUSANTARA SPICES NATAR, LAMPUNG SELATAN
Oleh
MUH. AULIA AUDITA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada
tanggal 17 Januari 1995, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari
pasangan Bapak Drs. Sardin Hamidy (Alm) dan Ibu Syamsuarni (Alm).
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Darul Muawwanah
Kebayoran Lama pada tahun 1999-2000; Sekolah Dasar Negeri 6 Kebayoran
Lama pada tahun 2000-2003; Sekolah Dasar Negeri 4 Sukabumi Selatan pada
tahun 2003-2006; Sekolah Menengah Pertama Negeri 219 Jakarta Barat pada
tahun 2006-2009; Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Sribhawono pada
tahun 2009-2012. Penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur
Penerimaan Mahasiswa Program Akses Perluasan Unila (PMPAP), kemudian
penulis mendapat rekomendasi kuota tambahan beasiswa BIDIKMISI dan
memenuhi persyaratan sehingga penulis tercatat sebagai mahasiswa BIDIKMISI
sejak semester ketiga.
Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertema Pos
Pemberdayaan Masyarakat (POSDAYA) pada bulan Januari sampai Februari
2016 di Desa Sungai Burung, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang
Bawang dan kegiatan Praktik Umum (PU) pada bulan Juli sampai Agustus 2016
di PT. Surya Tsabat Mandiri, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah
dengan judul “Mempelajari Proses Produksi Roti di PT Surya Tsabat Mandiri
Trimurjo, Lampung Tengah”.
Pengalaman Organisasi penulis yaitu sebagai Anggota Forum Studi Islam
Fakultas Pertanian (FOSI FP) Univeritas Lampung dan Staff Kominfotek BEM U
KBM Universitas Lampung. Pengalaman Organisasi eksternal kampus penulis
yaitu sebagai staff Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Lampung Timur (IKAM
Lamtim) dan Sekretaris Umum Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Lampung Penulis
pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Biokimia pada periode tahun ajaran
2014/2015.
Dengan memanjatkan do’a dan rasa syukur kehadiratAllah SWT atas karunia dan hidayah-Nya,
Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yangkucintai dan kusayangi
Kedua Orangtua-ku, Kakak, Teteh, adik, Tanah air danAlmamater tercinta
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kinerja
Proses Penyulingan Minyak Atsiri Jahe (Zingiber officinale) Dengan Tiga Metode
Distilasi di CV. Nusantara Spices Natar, Lampung Selatan”. Penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Ir. Susilawati, M.S. selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas arahannya dalam proses
penyelesaian skripsi penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Tanto P. Utomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama atas
segala bantuan, pengarahan, nasihat, masukan dan saran selama penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak. Ir. Harun Al Rasyid, M.T.selaku Dosen Pembimbing Keduaatas segala
bantuan, pengarahan, masukan dan saran selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. ErdiSuroso, S.T.P., M.T.A. selaku Pembahas atas segala
pengarahan, nasihat, saran, dan masukan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Prof. Ir. Neti Yuliana, M.Si., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Akademik
atas segala bantuan, pengarahan, nasihat, masukan dan saran yang telah
selama masa studi penulis
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi dan laboratorium di
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Kedua orang tuaku Bapak Sardin Hamidi (alm.) dan Ibu Syamsuari (almh.)
yang sudah membesarkan penulis, terimakasih atas kasih sayang yang sudah
tercurah, kepada penulis.
9. Paman, Bibi, abang sepupu dan adik. Bapak Masrial, Ibu Arni, Abang Idrus
Affandi, S.Pd dan Muhammad Asri Asmar yang selalu memberikan bantuan,
dukungan, nasihat dan doa yang selalu menyertai penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, November 2019
Penulis,
Muh. Aulia Audita
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah.......................................................... 11.2. Tujuan ............................................................................................ 41.3. Kerangka Pemikiran....................................................................... 41.4. Manfaat .......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Atsiri ................................................................................ 62.1.1. Minyak Atsiri di Indonesia ................................................. 62.1.2. Deskripsi Minyak Atsiri...................................................... 82.1.3. Manfaat Minyak Atsiri........................................................ 9
2.2. Penyulingan Minyak Atsiri ........................................................... 92.2.1. Teori Penyulingan ............................................................... 92.2.2. Jenis-jenis Penyulingan....................................................... 10
2.3. Jahe ............................................................................................... 142.3.1. Deskripsi Tanaman Jahe ..................................................... 142.3.2.Komponen Kimia Jahe......................................................... 16
2.4. Minyak Jahe .................................................................................. 17
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat ....................................................................... 193.2. Alat dan Bahan.............................................................................. 193.3. Metode Penelitian ......................................................................... 203.4. Metode Pengumpulan data............................................................ 203.5. Pengamatan ................................................................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Perusahaan .......................................................... 264.2. Proses Penyulingan Minyak Atsiri................................................ 274.3. Rendemen ..................................................................................... 314.4. Analisis Mutu Minyak Atsiri ........................................................ 334.5. Rekapitulasi Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Jahe ................ 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan................................................................................... 425.2. Saran ............................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 43
LAMPIRAN................................................................................................ 46
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Tanaman Penghasil MinyakAtsiri di Indonesia.................................................................................... 7
2. Produksi dan Produktivitas Rempah Provinsi Lampung tahun2016.......................................................................................................... 7
3. Luas Areal Dan Produksi (PR + PBN + PBS ) Provinsi Lampung Tahun2015……………………………………........................................................ 13
4. Standar minyak jahe................................................................................... 18
5. Hasil penetapan rata-rata rendemen minyak atsiri jahe ….......................... 32
6. Kadar air dan Kadar Minyak Atsiri Jahe………………………………… 33
7. Rata-rata Berat Jenis Minyak Atsiri Jahe.................................................... 34
8. Rata-rata Indeks Bias Minyak Atsiri Jahe................................................... 35
9. Nilai Putaran Optik Minyak Atsiri Jahe..................................................... 37
10. Rata-rata bilangan asam minyak atsiri jahe.............................................. 38
11. Rata-rata bilangan ester minyak atsiri jahe............................................. 40
12. Rekapitulasi Rata-rata Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Jahe……… 40
13. Volume dan Berat Bahan Baku Minyak Atsiri………………………….. 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penyulingan dengan air ........................................................................... 11
2. Penyulingan dengan air dan uap ............................................................. 12
3. Penyulingan dengan uap ......................................................................... 13
4. Skema Sistem alat penyulingan minyak atsiri dengan metode uap tidaklangsung…………….............................................................................. 28
5. Skema Sistem alat penyulingan minyak atsiri dengan metode uaplangsung ………………………………….. ........................................... 30
6. Skema Sistem alat penyulingan minyak atsiri dengan metodePerebusan....……………………………………………………... ......... 31
7. Aliran Panas Boiler pada Sistem Alat Penyulingan Minyak Atsiri denganMetode Uap Tidak Langsung....……………………………………... .. 47
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri atau disebut juga minyak esensial (essential oil), minyak terbang
(volatile oil) atau minyak eteris merupakan salah satu komoditas yang banyak
diperdagangkan di pasar dunia. Minyak atsiri merupakan minyak yang dihasilkan
dari proses penyulingan atau ekstraksi yang berasal dari bagian-bagian tumbuhan,
seperti daun, bunga, kayu, biji-bijian, putik bunga, akar maupun rimpang. Dari
sekitar 200 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia, terdapat 40
jenis tanaman penghasil minyak atsiri dikembangkan di Indonesia dan
diperdagangkan di pasar lokal dalam negeri, namun beberapa diantaranya juga
menjadi komoditas ekspor (Lutony dan Rahmayanti, 2002).
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang mengekspor
produknya ke pasar internasional. Data statistik ekspor-impor dunia menunjukkan
nilai ekspor minyak atsiri tahun 2015 senilai 637,4 juta US$ dan 694,7 juta US$
tahun 2016 (Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan, 2016). Beberapa
jenis minyak atsiri Indonesia yang menjadi komoditas ekspor yaitu nilam, sereh
wangi, cengkeh, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati, akar wangi,
kenanga, kayu putih, dan kemukus. Jumlah presentase sebagian besar minyak
atsiri Indonesia dari ekspor dunia yaitu nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi
2
26%, serai wangi 12%, pala 72%, cengkeh 63%, jahe 0,4%, dan lada 0,9% (Rizal
dan Djazuli, 2006).
Jahe merupakan komoditas jenis rempah-rempahan penghasil minyak atsiri
dengan jumlah produksi tertinggi di Indonesia. Nilai produksi jahe di Indonesia
tahun 2016 mencapai 340.345.036 kg. Nilai produksi jahe di Provinsi Lampung
1.503.745 kg, dengan nilai areal luas panen 125.528.575 m2 dan nilai
produktivitas 1,29 kg/m2 (Kementerian Pertanian, 2017).
Jahe biasanya digunakan sebagai bumbu masak sehari-hari. Selain itu, jahe
memiliki banyak manfaat bagi industri-industri di beberapa bidang seperti bidang
pangan, obat-obatan dan minyak atsiri. Industri pangan memanfaatkan jahe
sebagai rempah-rempah, minuman dan penyedap makanan. Industri obat-obatan
menggunakan jahe sebagai obat tradisional seperti obat sakit kepala, mulas,perut
kembung, sakit tenggorakan, dan obat batuk (Lantera, 2002).
Jahe dengan minyak atsirinya yang dikenal sebagai minyak jahe atau ginger oil
mengandung minyak atsiri 2-3%, pati resin, asam-asam organik, asam malat,
asam oksalat dan gingerin (Depkes, 1989). Komponen utama minyak atsiri jahe
seperti zingiberen, gingerol, shagaol, dan resin menyebabkan adanya aroma khas
pada jahe. Terdapat sedikitnya 40 hidrokarbon monoterpenoid lain yang berbeda
seperti 1,8–cineole, linalool, borneol, neral dan geraniol (Govindarajan, 1982).
CV. Nusantara Spices Natar adalah salah satu industri yang beroperasi dalam
usaha kecil menengah di bidang penjualan hasil bumi terutama berbagai jenis
jahe, kunyit, kemiri, dan pinang. Produk yang dihasilkan oleh CV. Nusantara
3
Spices adalah rajangan jahe, kunyit dan pinang dengan daerah tujuan
pemasarannya adalah Pulau Jawa dan eksportir. Dalam kurun waktu satu bulan
CV. Nusantara Spices mampu memproduksi 50 ton jahe dan kunyit kering untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari produk jahe yang dihasilkan, CV.
Nusantara Spices telah melakukan upaya awal pengembangan produk olahan jahe
dengan mengolahnya menjadi minyak atsiri jahe (ginger oil) melalui proses
penyulingan. Untuk menghasilkan minyak atsiri, terdapat 3 macam yaitu metode
penyulingan dengan air (perebusan), penyulingan dengan air dan uap
(pengukusan) dan penyulingan dengan uap air (Guenther, 1988). CV. Nusantara
Spices menggunakan ketiga metode penyulingan tersebut. Berdasarkan hal
tersebut penelitian ini dilakukan untuk membandingkan rendemen dan kualitas
minyak atsiri yang dihasilkan dari masing-masing metode yang digunakan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan membandingkan rendemen dan mutu minyak atsiri yang
dihasilkan dari tiga metode penyulingan yang digunakan (rebus, uap langsung dan
tidak langsung).
1.3 Kerangka Pemikiran
Jahe merupakan salah satu bahan baku potensial minyak atsiri yang perlu
dikembangkan. Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011), minyak atsiri yang
diperoleh dari jahe berkisar antara 0,82-3,90% tergantung jenis jahenya. Potensi
jahe sebagai bahan baku minyak atsiri didukung oleh tingginya total produksi
nasional.
CV. Nusantara Spices merupakan produsen produk rempah-rempahan yang juga
menghasilkan produk dari bahan baku jahe. Perusahaan ini memiliki minat untuk
memproduksi minyak atsiri jahe karena peluang yang cukup besar. Oleh karena
itu, perusahaan ini melakukan produksi minyak atsiri jahe.
Minyak atsiri dihasilkan dengan berbagai metode ekstraksi. Salah satu metode
ekstraksi yang digunakan adalah destilasi atau penyulingan. Penyulingan minyak
atsiri dibagi menjadi tiga macam yakni; penyulingan dengan air (Water
Distillation), penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation) dan
penyulingan dengan uap (Direct Steam Distillation) (Guenther,1988). CV.
Nusantara Spices menggunakan ketiga metode penyulingan dengan uap sebagai
5
awal percobaan dalam menghasilkan minyak atsiri jahe. Minyak atsiri yang
dihasilkan akan diamati rendemen dan mutunya dari masing-masing metode yang
digunakan.
1.4 Manfaat
1. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rekomendasi kepada
pihak pihak yang memiliki usaha penyulingan minyak atsiri dalam pemilihan
metode penyulingan untuk pertimbangan membuat kebijaksanaan mengenai
pengembangan usaha terkait usaha minyak atsiri di Lampung.
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, seperti mahasiswa dan investor sehingga dapat memberi
sedikit informasi terkait proses penyulingan minyak atsiri jahe.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Atsiri
2.1.1 Minyak Atsiri di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara penghasil utama minyak atsiri yang turut
memenuhi kebutuhan minyak atsiri di pasar dunia. Ma’mun (2006) menjelaskan
bahwa terdapat kurang lebih 45 jenis tanaman penghasil minyak atsiri tumbuh di
Indonesia, namun kira-kira baru 15 jenis yang sudah menjadi komoditi ekspor
yaitu minyak sereh wangi (citronella oil), minyak akar wangi (vetiver oil), minyak
nilam (patchouli oil), minyak kenanga (cananga oil), minyak cendana
(sandalwood oil), minyak pala dan fuli (nutmeg oil dan mace oil), minyak daun,
gagang, dan bunga cengkeh (clove leaf oil, clove steam oil, clove bud oil), minyak
lawang (culilawan oil), minyak massoi (massoi bark oil), minyak pangi (Sasafras
oil), minyak jahe (ginger oil), minyak lada (black pepper oil), minyak gaharu
(agarwood oil), minyak turpentin (turpentine oil), cajeput oil, kaffir lime oil,
sementara di pasar internasional terdapat 90 jenis minyak atsiri diperdagangkan.
Data terkini terkait produksi, luas panen dan produktivitas beberapa tanaman
penghasil minyak atsiri tahun 2016 menurut Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Hortikultura dapat dilihat pada tabel 1
7
Tabel 1 Produksi , Luas Panen dan Produktivitas Tanaman Penghasil MinyakAtsiri di Indonesia
No. Komoditi Produksi Luas Panen Produktivitas
1. Jahe 340.345.036 kg 125.528.575 m2 2,6 kg/ m2
2. Kunyit 107.783.509 Ton 50.203.009 Ha 2,08 Ton/Ha3. Kencur 36.540.940 Ton 22.755.139 Ha 1,54 Ton/Ha4. Sedap Malam 117.094.086 tangkai 3.400.042 m2 34,44 tangkai/ m2
5. Mawar 181.884.630 tangkai 3.457.518 m2 52,61 tangkai/ m2
6. Nilam 1.954 Ton 18.562 Ha 160 kg/Ha7. Lada 82.167 Ton 168.080 Ha 833 kg/Ha8. Pala 34.408 Ton 169.285 Ha 482 kg/Ha9. Cengkeh 139.522 Ton 542.281 Ha 424 kg/Ha
Sumber : Kementerian Pertanian, 2017
Data Kementerian Pertanian (2016) mengenai produksi jahe, kunyit, kencur,
sedap malam, dan mawar di provinsi Lampung antara lain.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Rempah Provinsi Lampung tahun 2016
No. Komoditi Produksi Produktivitas1. Jahe 1.503.745 kg 1,29 kg/m2
2. Kunyit 771.828 kg 1,55 kg/m2
3. Kencur 5.510.204 kg 1,27 kg/m2
4. Sedap Malam 265.957 tangkai 2,87 tangkai/m2
5. Mawar 116.770 tangkai 26,6 tangkai/m2
Sumber : Kementerian Pertanian, 2016
Data Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2015) mengenai statistik luas areal
dan produksi perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar nasional (PBN) dan
perkebunan besar swasta (PBS) tanaman pala, lada, kayu manis, cengkeh dan
nilam antara lain.
8
Tabel 3. Luas Areal Dan Produksi (PR + PBN + PBS ) Provinsi Lampung Tahun2015
No Komoditi Komposisi Luas Areal Jumlah Produksi(ton)
Produktivitas(kg/Ha)TBM TM TR
1. Nilam - 127 - 127 18 1422. Lada 9,505 30,084 6,275 45,863 14,860 4943. Pala 1,132 182 35 1,349 51 2804. Kayu Manis 338 705 49 1,092 1,077 1,5285. Cengkeh 3,361 3,190 1,195 7,746 1,059 332
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2015
Salah satu provinsi yang menghasilkan komoditas penghasil minyak atsiri adalah
provinsi Lampung. Beberapa komoditas tanaman penghasil minyak atsiri yang
ada di provinsi Lampung yaitu tanaman pala, lada, kayu manis, cengkeh, nilam
(Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2015) jahe, kunyit, kencur, sedap malam,
dan mawar. (Kementerian Pertanian, 2016).
2.1.2 Deskripsi Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang memiliki nama lain minyak terbang (volatile oil) atau minyak
eteris (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman. Minyak atsiri
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami proses
dekomposisi. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari
minyak atsiri yang lain adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, yang diambil dari bagian-bagian
tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh
bagian tanaman. Minyak arsiri mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol,
eter, petroleum, benzene, dan tidak larut dalam air (Guenther, 1988).
9
2.1.3 Manfaat Minyak Atsiri
Minyak atsiri memiliki banyak manfaat, tergantung dari jenis tanaman
penghasilnya. Minyak atsiri dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak wangi,
komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga dimanfaatkan sebagai bahan
kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients).
Industri komestik dan minyak wangi memanfaatkan minyak atsiri sebagai bahan
pembuatan lotion, sabun, pasta gigi, samphoo, dan parfum. Industri makanan
menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri
farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.
Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak
sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh
industri bahan pengawet dan bahan insektisida (Ketaren, 1985).
2.2 Penyulingan Minyak Atsiri
2.2.1 Teori Penyulingan
Pada proses ekstraksi, suatu komponen dipisahkan menjadi komponen-komponen
yang lebih kecil lagi, pada proses penyulingan ekstraksi terjadi pada komponen
padat atau cair dari dua campuran atau lebih dipisahkan berdasarkan titik didihnya
(Ketaren, 1985).
Destilasi adalah salah satu metode khusus untuk memisahkan material yang
sensitif terhadap temperatur seperti senyawa aromatik organik. Metode ini
10
menggunakan prinsip bahwa tekanan total dari suatu campuran yang tidak saling
larut merupakan penjumlahan dari tekanan uap masing-masing komponennya.
Jika tekanan total sama dengan tekanan atmosfer, maka campuran tersebut akan
mendidih. Dengan demikian, campuran memiliki titik didih yang lebih rendah dari
titik didih komponen-komponennya. Berdasarkan fakta tersebut, penambahan uap
air akan menyebabkan senyawa organik yang terkandung di dalam bahan baku
teruapkan pada temperatur yang lebih rendah dari titik didihnya. Setelah disitilasi,
uap yang dihasilkan akan terkondensasi di dalam kondensor dan kondensat
ditampung terlebih dulu di dalam separator (Guenther, 1988).
2.2.2 Jenis-jenis Penyulingan
Guenther (1988) membagi metode penyulingan minyak atsiri menjadi 3 jenis,
yaitu; penyulingan dengan air (Water Distillation), penyulingan dengan air dan
uap (Water and Steam Distillation) dan penyulingan dengan uap (Direct Steam
Distillation).
a.Penyulingan dengan Air (Water Distillation)
Bahan baku yang akan disuling berhubungan langsung dengan air. Caranya,
dengan memasukkan bahan baku kedalam tangki yang telah berisi air kemudian
dipanaskan. Campuran uap air dan minyak hasil proses ekstraksi akan
dihubungkan melalui pipa ke kondensor untuk dilakukan proses kondensasi,
selanjutnya ditampung dan dipisahkan melalui separator (alat pemisah air-
minyak) (Ketaren, 1985). Adapun, proses destilasi dengan sistem Water
Distillation seperti gambar 1. berikut:
11
Gambar 1. Penyulingan dengan air (Guenther, 1988).
Walaupun penyulingan metode ini seolah-olah terlihat mudah, namun ternyata
hasil yang diperoleh terdapat kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan
metode air mengakibatkan pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan zat ester
yang dikandung dengan air (hidrolisis ester). Selain itu, perebusan menyebabkan
timbulnya aneka hasil sampingan yang tidak dikehendaki (Harris, 1987).
b. Penyulingan dengan Uap dan Air (Water and Steam Distillation)
Bahan baku yang akan disuling tidak berhubungan langsung dengan air. Bahan
baku yang akan disuling ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan
tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian
bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah bahan ditempatkan. Bahan baku
yang akan disuling hanya terkena uap air, dan tidak terkena air yang mendidih..
Campuran uap air dan minyak hasil proses ekstraksi akan dihubungkan melalui
12
pipa ke kondensor untuk dilakukan proses kondensasi, selanjutnya ditampung
dan dipisahkan melalui separator (alat pemisah air-minyak) (Ketaren, 1985).
Proses destilasi dengan sistem Water and Steam Distillation ditunjukkan pada
gambar 2. Berikut ini:
Gambar 2. Penyulingan dengan air dan uap (Guenther, 1988).
c. Penyulingan dengan Uap (Direct Steam Distillation)
Pada proses ini bahan baku tidak berhubungan langsung dengan air dan api.
Dimana, air dingin dimasukkan kedalam tangki yang terpisah dari bahan baku
kemudian dipanaskan dengan uap bertekanan tinggi. Uap panas yang dihasilkan
akan disalurkan kedalam tangki yang berisi bahan baku. Campuran uap air dan
uap minyak akan dihubungkan melalui kondensor untuk dilakukan proses
kondensasi, dan hasilnya akan dipisahkan melalui separator (Ketaren, 1985).
Berikut adalah gambar 3. uraian proses destilasi dengan sistem Direct Steam
Distillation.
13
Gambar 3. Penyulingan dengan uap (Guenther, 1988).
Pada metode penyulingan dengan uap, uap yang dihasilkan adalah uap jenuh atau
uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfir yang dihasilkan dari ketel
uap yang terpisah, kemudian dialirkan ke dalam tangki bahan baku penyulingan
(Guenther, 1988).
Pada metode ini, dengan penurunan tekanan uap di dalam ketel, maka uap tersebut
cenderung berunah menjadi uap kelewat panas. Dalam hal ini terdapat dua faktor
penting, yaitu suhu bahan yang tidak tetap pada titik didih air, tetapi meningkat
hingga mencapai suhu uap kelewat panas, uap kelewat panas yang cenderung
mengeringkan bahan dan mengurangi kecepatan penguapan minyak. Minyak atsiri
hanya akan menguap setelah terjadi difusi cairan minyak, dan akan berhenti jika
bahan menjadi kering (Guenther, 1988).
14
2.3. Jahe
2.3.1 Deskripsi Tanaman Jahe
Jahe (Zingiber officinale rosc) merupakan tanaman yang memiliki banyak
kegunaan serta menempati posisi yang sangat penting dalam perekonomian
masyarakat Indonesia. Jahe termasuk dalam salah satu jenis temu-temuan dari
suku Zingiberaceae (Hapsoh dan Hasanah, 2011). Tanaman ini berasal dari Asia
Pasifik dan tersebar dari India sampai ke Cina ( Paimin dan Murhananto, 2008).
Bagian jahe yang banyak dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang atau yang
biasa disebut rhizoma jahe adalah batang yang tumbuh ke dalam tanah. Rimpang
jahe memiliki bentuk bercabangcabang dan tidak beraturan (Koswara, 1995).
Rimpang jahe terlihat berbuku-buku berbentuk bulat agak pipih dan (Harmono
dan Andoko,2005).
Tanaman jahe merupakan tanaman jenis rumput-rumputan berbatang semu yang
diselubungi oleh dasar pelepah daun. Tanaman ini tumbuh tegak dengan
ketinggian 30-75 cm, memliliki daun yang sempit memanjang dengan panjang
15–23 cm dan lebar ±2,5 cm, tersusun secara teratur dua baris berseling, dan
berwarna hijau. Bunganya berwarna kuning kehijauan dengan bibir bunga
berwarna ungu gelap, bagian kepala sari berwarna ungu, serta terdapat bintik
putih kekuningan. Akar tanaman jahe memiliki aroma harum khas jahe, berwarna
kuning atau jingga, dan berserat (Paimin dan Murhananto, 2008). Tanaman jahe
15
dapat dikembangbiakkan secara vegetative yaitu dengan cara menanam bagian
rimpangnya yang telah berusia minimal 9 bulan (Koswara,1995).
Menurut Widiyanti (2009), klasifikasi tanaman jahe berdasarkan taksonomi
tanaman adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Species : Zingiber officinale Roscoe
Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011), berdasarkan bentuk, ukuran dan warna
rimpangnya, jahe dibedakan atas tiga kultivar, yaitu sebagai berikut :
a. Jahe Gajah
Jahe gajah atau jahe putih besar adalah jenis jahe yang banyak ditanam oleh
masyarakat. Jahe gajah memiliki ukuran rimpang yang lebih besar dibandingkan
dengan jenis jahe lainnya, hal inilah yang membuatnya disebut jahe gajah atau
jahe badak. Satu rumpun jahe gajah memiliki bobot antara 1-2 kg. Rimpangnya
berstruktur besar dan berbuku-buku. Warna rimpang jahe gajah ini adalah putih
kekuningan, dengan tinggi 6-12 cm, panjang 15-35 cm, dan diameter berkisar
8,47-8,5 cm. Jahe gajah memiliki kandungan minyak atsiri antara 0,82–1,66%,
kadar pati 55,1%, kadar serat 6,89%, dan kadar abu 6,6–7,5%.
16
b. Jahe Emprit
Rumpun rimpang jahe emprit memiliki bobot berkisar 0,5–0,7 kg. Rimpang jahe
emprit berukuran kecil dan berlapis, serta berwarna putih kekuningan. Panjang
rimpang jahe emprit berkisar 6-30 cm, tingginya dapat mencapai 11 cm, dan
diameter antara 3,27–4,05 cm. Jahe emprit memiliki kandungan yaitu, minyak
atsiri 1,5–3,5%, kadar pati 54,70%, kadar serat 6,59%, dan kadar abu 7,39–8,90%.
c. Jahe Merah
Setiap rumpun rimpang jahe merah memiliki bobot berkisar 0,5–0,7 kg. Struktur
rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis dan daging rimpangnya berwarna jingga
muda sampai merah. Panjang rimpang dapat mencapai 12,5 cm, dengan tinggi
antara 5,2-10,4 cm dan diameter rimpang dapat mencapai 4 cm. Jahe merah
memiliki kandungan minyak atsiri 2,58–3,90%, kadar pati 44,99%, dan kadar abu
7,46%.
2.3.2 Komponen Kimia Jahe
Komponen kimia yang terkandung di dalam rimpang jahe adalah minyak atsiri 2-
3%, pati resin, asam-asam organik, asam malat, asam oksalat dan gingerin
(Departemen Kesehatan, 1989). Minyak atsiri jahe mengandung terpen,
fellandren, dextrokamfen, bahan sesquiterpen yang dinamakan zingiberen,
zingeron damar dan pati. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan
aroma khas pada jahe adalah zingiberen (35%), farnesene (10%) serta bisaolene
dan –sesquiphellandrene namun dalam jumlah kecil. Selain itu juga terdapat
17
sedikitnya 40 hidrokarbon monoterpenoid yang berbeda seperti 1,8–cineole,
linalool, borneol, neral dan geraniol (Govindarajan, 1982).
Kandungan kimia setiap jenis jahe berbeda-beda sehingga penggunaannya juga
perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Jahe gajah memiliki rasa dan aroma yang
kurang tajam sehingga lebih banyak digunakan dalam pengolahan makanan dan
minuman.Jahe putih memiliki aroma dan rasa yang sedikit lebih tajam
dibandingkan dengan jahe gajah dan banyak digunakan sebagai rempah-rempah,
minuman, penyedap makanan, serta memiliki banyak kandungan minyak atsiri.
Jahe merah memiliki kandungan kimia yang lebih tinggi dalam setiap rimpangnya
dibandingkan dengan jenis-jenis jahe lainnya. Jahe merah dan jahe putih memiliki
kandungan minyak atsiri yang setara sehingga banyak digunakan dalam industri
minyak atsiri. Tanaman jahe merupakan ramuan obat tradisional yang telah
digunakan sejak zaman dahulu karena mampu mengobati perut kembung, sakit
kepala, mulas, sakit kerongkongan, dan batuk kering (Lantera, 2002).
2.4. Minyak Jahe
Minyak jahe atau ginger oil kebanyakan berasal dari jenis rizoma Zingiber
officinale Roscoe yang memiliki kandungan minyak sekitar 1 – 2% dengan
wilayah penyebarannya hampir di semua negara tropis yang berlahan basah.
Minyak jahe terdiri lebih dari 24 komponen diantaranya monoterpene
(phellandrene, champene, cineol, citral dan borneol), zingiberene dan bisabolene.
Kegunaan dari minyak ini sebagai bumbu, bahan minuman, industri farmasi dan
lain-lain (Young et al. 2002).
18
Tabel 4 Standar minyak jahe
Parameter SNI 06-1312-1998FCC IV (FoodChemical Codex)
Warna Kuning muda – kuning Kuning muda – kuningBerat jenis 0.8720 – 0.8890 (d25/25) 0.870 – 0.882 (d25/25)Indeks bias (d20/20) 1.4850 – 1.4920 1.488 – 1.494Putaran optik ( d25/25) (-14) – (-33)0 (-28) – (-47)0
Bilangan asam Maksimal 2 Maksimal 4Bilangan penyabunan Maksimal 15 Maksimal 20Bilangan penyabunansetelah asetilasi
Maksimal 90
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN, 2011) dan Food Chemical Codex(FCC, 1996)
Ada 2 jenis minyak jahe yaitu minyak jahe kering dan minyak jahe segar. Minyak
jahe kering berasal dari rizhoma kering yang memiliki senyawa volatile lebih
sedikit terutama untuk senyawa volatil yang titik didihnya rendah karena pada
minyak jahe kering ada proses pengeringan sehingga beberapa senyawa volatil
menguap sebelum disuling (Weiss, diacu dalam Toure dan Xiaoming 2007).
Karakteristik organoleptik dari minyak jahe adalah warm, spicy dan woody note
dengan slight lemony note. Minyak jahe asal Madagaskar mengandung komponen
utama camphene, zingiberene, ar-curcumen dan geranial (Koroch et al. 2007).
Kandungan zingiberene pada minyak jahe segar (fresh ginger oil) adalah 28.6%
sedangkan zingiberene pada minyak jahe kering (dry ginger oil) adalah 30.0%
(Sasidharan dan Menon 2010)
III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di CV. Nusantara Spices Desa Muji Mulyo,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Analisis Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan
bulan Maret - Mei 2018.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi metode
uap tidak langsung yang terdiri atas boiler penghasil uap, tangki penyulingan,
kondensor dan separator. Alat lain yang digunakan refraktometer, piknometer,
gelas ukur, oven, dan timbangan analitik. Alat-alat penunjang lain yang digunakan
adalah pipet tetes, gelas ukur, penjepit, desikator, bom kalorimeter, labu pemisah
dan botol kaca.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah jahe kering dan jahe
segar jenis jahe emprit yang berasal dari petani di kecamatan Natar, Lampung
Selatan. Bahan-bahan lain yang digunakan pada penelitian ini adalah air, aquades,
cangkang kemiri, dan cangkang sawit.
20
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jenis data
yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang informasinya didapatkan langsung dari responden yaitu pakar melalui hasil
wawancara. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka atau
laporan dari instansi pemerintahan terkait.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan seluruh data
yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yang
meliputi :
1. Wawancara
Pihak-pihak yang diwawancarai terutama adalah pemilik badan usaha, instansi
terkait informasi untuk wilayah, guna memperoleh data primer maka akan diambil
bentuk wawancara tidak terstruktur dengan pertanyaan yang bersifat terbuka
sehingga memberikan keleluasaan bagi responden untuk memberi pandangan
secara bebas dan memungkinkan peneliti untuk mengajukan perntanyaan secara
mendalam.
21
2. Observasi
Observasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung obyek yang akan diteliti
terutama terhadap semua yang mendukung perencanaan suatu usaha akan
dibangun.
3. Studi literatur dan kepustakaan
Studi literatur dan kepustakaan bertujuan untuk dapat menganalisa secara teoritis
terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan penulisan dengan membaca
skripsi, studi kepustakaan dilakukan dengan membaca berbagai text book, jurnal
jurnal pemasaran, artikel-artikel yang relevan, sumber-sumber lain guna
memperoleh data sekunder.
Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dibahas secara
deskriptif. Perlakuan yang dilakukan adalah penyulingan minyak atsiri jahe
dengan metode perebusan, uap langsung dan uap tidak langsung dengan bahan
baku jahe segar dan jahe kering jenis jahe emprit. Data yang diamati adalah
jumlah rendemen, uji mutu minyak atsiri meliputi berat jenis, dan indeks bias,
putaran optik, bilangan asam dan bilangan ester.
3.5 Pengamatan
3.5.1 Isolasi dan penentuan rendemen
Kadar Minyak atau rendemen minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara
volume minyak yang dihasilkan dengan bobot bahan yang disuling (v/w) dengan
menggunakan satuan persen (%) dalam basis basah (wet basis).
22
Rendemen minyak atsiri = Jumlah minyak atsiriberat penimbangan bahan × 1003.5.2 Penentuan berat jenis (SNI 06-1312-1998)
Metode ini didasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada suhu yang
ditentukan dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak
pada suhu tersebut. Penentuan berat jenis minyak atsiri dapat dihitung dengan
perbandingan berat minyak atsiri dengan berat aquades menggunakan piknometer.
Piknometer dicuci dan dibersihkan , kemudian dibasuh dengan alkohol.
Piknometer dikeringkan di dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105o C.
Piknometer dipindahkan ke dalam desikator selama 10-15 menit kemudian
ditimbang beratnya dengan neraca analitik sehingga diperoleh berat piknometer
kosong (m). Piknometer diisi dengan aquades sampai penuh dan tidak ada
gelembung, kemudian ditimbang bobotnya sehingga diperoleh berat piknometer
dengan aquades (m1). Diulangi perlakuan pengeringan piknometer dengan oven
dan perlakuan pengisian piknometer dengan sampel minyak jahe sehingga
diperoleh berat piknometer dengan minyak (m2). Berat jenis minyak atsiri
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Berat Jenis = m −mm −mKeterangan :
m = berat piknometer kosong
23
m1 = berat piknometer berisi air
m2 = berat piknometer berisi minyak jahe
3.5.3 Penentuan indeks bias (SNI 06-1312-1998)
Penentuan indeks bias dilakukan dengan refraktometer. Lensa refraktometer
dibersihkan dari kotoron-kotoran dengan kapas yang telah dibasahi dengan
aquades. Minyak atsiri yang akan ditetapkan indeks biasnya diteteskan pada lensa
prisma dengan pipet tetes. Setelah terlihat adanya perbedaan terang dan gelap
yang jelas, diputar knop refraktometer sampai garis gelap terang bertemu titik
potong dua garis yang membentuk tanda silang , kemudian dibaca indeks bias
pada angka yang ditunjukan oleh skala. Setelah terlihat jelas adanya perbedaan
terang dan gelap pembacaan dilakukan beberapa kali dan setiap pembacaan hanya
boleh dilakukan apabila suhu dalam keadaan stabil.
3.5.4 Putaran Optik (SNI 06-1312-1998)
Metoda ini didasarkan pada pengukuran sudut sinar terpolarisasi yang diputar oleh
sampel minyak jahe sepanjang 10 cm. Sumber cahaya dinyalakan dan tunggu
sampai diperoleh kilauan maksimum sebelurn alat digunakan. Titik nol
pembacaan skala ditentukan dengan tabung berisi air suling pada suhu 25oC
Tabung polarimeter diisi dengan cairan contoh yang bersuhu 25oC hingga penuh,
dihindarkan terbentuk gelembung udara didalam tabung. Tabung yang telah berisi
sampel minyak atsiri diletakkan ke dalam alat polarimeter. Putaran optik dibaca
pada cakram skala. Putaran optik harus dinyatakan dalam derajat lingkar sampai
24
mendekati 0,01o. Putaran optik dekstro harus diberi tanda positif (+) dan putaran
levo harus diberi tanda negatif (-). Bila tabung yang digunakan berukuran panjang
200 mm, maka hasil pembacaan adalah separuh dari angka yang dibaca. Bagian
dari satu derajat dinyatakan dengan desimal (30 menit = 0,5 derajat ; 30 detik =
0,5 menit).
3.5.5 Bilangan Asam (SNI 06-1312-1998)
Prinsip dari bilangan asam adalah Netralisasi asam-asam bebas dengan
menggunakan larutan standar basa secara volumetrik. Sampel minyak atsiri
ditimbang dengan teliti 2 ± 0,0005 gram, dilarutkan dalam 8 ml etanol : benzene
(1:1). Indikator pp ditambahkan 5 tetes. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH
alkohol 0,2 N sampai terjadi perubahan warna pada cairan menjadi merah muda.
Bilangan asam ditentungan dengan perhitungan sebagai berikut.
Bilangan Asam = 56,1 × V × NmKeterangan :
56,1 = bobot setara KOH
V = volume (ml) larutan KOH yang diperlukan
N = kenormalan larutan KOH
m = massa dalam gram contoh yang diuji
25
3.5.6 Bilangan Ester (SNI 06-1312-1998)
Sampel ditimbang dengan teliti 2 ± 0,0005 gram kedalam labu penyabunan 250
ml. Sampel dilarutkan dengan 8 ml etanol : benzena (1:1) yang sudah dinetralkan
dengan larutan NaOH 0.1 N dengan indikator pp. Kemudian dinetralkan dengan
larutan kalium hidroksida alkohol 0,2 N. Kemudian ditambahkan 25 ml larutan
kalium hidroksida alkohol 0,5 N dan beberapa butir batu didih serta 5 tetes
indikator PP.kemudian didihkan selama satu jam dengan pendingin refluks.
Kemudian didinginkan dan dititrasi kelebihan basa dengan asam sulfat 0,25 N
sampai cairan berwarna merah muda. Kemudian dibuat blanko dengan cara yang
sama. Bilangan ester ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut.
Bilangan Ester = (V − V ) × 0,25 × 56,1mKeterangan:
V2 = volume (ml) larutan H2SO4 yang diperlukan untuk nlanko
V1 = volume (ml) larutan H2SO4 yang diperlukan untuk contoh
m = adalah berat (gram) sampel yang diuji
0,25 = titar asam sulfat
56,1 = adalah bobot setara KOH.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil rata-rata rendemen
tertinggi yaitu minyak atsiri jahe hasil penyulingan metode uap tidak langsung.
Hasil rata-rata indeks bias hanya minyak atsiri metode uap tidak langsung yang
memenuhistandar SNI 06-4374-1996; hasil penetapan nilai putaran optik
menunjukkan bahwa tidak ada yang memenuhi standar SNI 06-4374-1996; hasil
penetapan bilangan asam menunjukkan bahwa minyak atsiri metode perebusan
dan uap langsung yang memenuhi standar SNI; hasil penetapan bilangan ester
menunjukkan minyak atsiri metode perebusan dan uap tidak langsung yang
memenuhi standar SNI.
5.2 Saran
Saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai metode penyulingan minyak
atsiri jahe sehingga produk yang dihasilkan memenuhi semua syarat mutu
yang ditetapkan SNI
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan utama pada minyak
atsiri minyak atsiri jahe seperti zingiberene, kamfen dengan GCMS
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standar SNI Minyak Atsiri.http://www.sisni.bsn.go.id. diakses 30 Januari 2018
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Standar SNI Minyak Jahe SNI 06-1312-1998.
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2015. Statistik Perkebunan 2015.http://disbunlampung.org/images/atap2005/Luas-Areal-PR-PBN-PBS-Kab-2015-as-.pdf. diakses 26 Oktober 2017
Departemen Kesehatan. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. DirektoratJenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Halaman 194-197, 513-520, 536, 539-540,549-552.
Food Chemical Codex. 1996. Essential Oils Standard. Institute of Medicine.Fourth Edition. National Academy Press. Washington.
Gianyar, I. B. G., Nurchayati, & Padang, Y. A. (2012). Pengaruh PersentaseArang Tempurung Kemiri terhadap Nilai Kalor Briket CampuranBiomassa Ampas Kelapa – Arang Tempurung Kemiri. Jurnal TeknikMesin, 2(2), 7-13.
Govindarajan, V.S. 1982. Ginger - Chemistry, Technology, And QualityEvaluation:Part 2. Crit. Rev. in Food Sci. & Nutr. 17:189-258.
Guenther, E. 1988. The Essential Oils. Terjemahan: Ketaren. 2008. Minyak Atsiri.Jilid I. Penerbit UI Press. Jakarta. Hal : 3-10, 171-183, 286-292, 296-299.
Hapsoh dan Hasanah, Y. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press.Medan.
Harmono dan Andoko. 2005. Budi daya dan peluang bisnis jahe. AgromediaPustaka Jakarta 74 Hal
Kementerian Pertanian. 2016. Data Lima Tahun Terakhir Sub Sektor Hortikultura.http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datahorti. diakses 11 Desember2017.
44
Kementerian Pertanian. 2017. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunandi Indonesia. http:// www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-3-prod-lsareal-prodvitas-bun.pdf. diakses 11 Desember 2017
Kementerian Pertanian. 2017. Produksi, Luas Panen dan ProduktivitasBiofarmaka di Indonesia. http:// www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-2-prod-lspn-prodvitas-horti.pdf. diakses 11 Desember 2017
Kementerian Perdagangan. 2017. Perkembangan Ekspor Non Migas (Komoditi)Periode : 2012-2017. http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-and-gas-export-commodity. diakses 13 Desember 2017.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka.Jakarta.
Koroch, A., et al. 2007. Quality Attributes of Ginger and Cinnamon Essential Oilsfrom Madagascar. J. Janick and A. Whipkey (eds). ASHS PressAlexandria. VA.
Koswara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 73hlm.
Lantera, T. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah: Si Rimpang Ajaib. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Lempang, M., Syafii, W., & Pari, G. (2011). Struktur dan Komponen Arang SertaArang Aktif Tempurung Kemiri. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(3),278-294.
Lutony, T.L. dan Y. Rahmayati. 2000. Produksi Perdagangan Minyak Atsiri.Penebar Swadaya. Jakarta.
Ma’mun. 2006. Karakteristik Beberapa Minyak Atsiri Famili zingiberaceaeDalam Perdagangan. Buletin Tanaman Rempah dan Obat XVII No 2: 91-99
Paimin, F. R. (1994). Kemiri Bubidaya dan Prospek Bisnis. Jakarta: PT. PenebarSwadaya.
Paimin, F. R. dan Murhananto. 2008. Seri Agribisnis Budi Daya Pengolahan,Perdagangan Jahe. Cetakan XVII. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rizal, M. dan M. Djazuli. 2006. Strategi Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28(5):13-14.
45
Salim, T., et al. 2005. Pengaruh Pemakaian Bahan Bakar Terhadap KinerjaPenyulingan Minyak Nilam Di Dua Wilayah. Prosiding Seminar NasionalTeknologi Proses Kimia VII-2005, 23 Maret 2005, Jakarta.
Toure, A. dan Z. Xiaoming. 2007. Gas Chromatographic Analysis of VolatileComponents of Guinean and Chinese Ginger Oils (Zingiber officinale)Extracted by Steam Distilattion. Journal of Agronomy 6(2) : 350-355.
Widiyanti, R. 2009. Analisis Kandungan Total Fenolik Jahe. (Skripsi). UniversitasIndonesia. Depok.
Young, H.Y. et al. 2002. Analytical and stability studies of ginger preparations.Journal of Food and Drug Analysis. Vol 10 No 3 : 149
Yuliarto, dkk.2012. Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Airdan Destilasi Uap-Air) terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis(Cinnamomum Burmannii). Jurnal Teknosains Pangan Volume 4 No. 12012. Solo.