Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

8
Halaman 1 JUMAT, 14 JUNI 2013 EDISI 16 ARH LIBRARY NEWS DEWAN PENASIHAT Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi Mln. Shagir Ahmad PENANGGUNGJAWAB Suseno KOORDINATOR Nasir Ahmad KONTRIBUTOR Iin Quratul Ain Rizqi Baihaqi TIM REDAKSI (Bus dengan slogan love for all,hatred for none. Sumber: http:// atlasshrugs2000.typepad.com) L ove for all, hatred for none yang bila diter- jemahkan “cinta un- tuk semua, tiada benci bagi siapa- pun”. Bila anda searching di internet dengan keywords ini, maka tak bu- tuh waktu lama untuk mengetahui apa sebenarnya kalimat tersebut. Ya,kalimat ini adalah slogan ataupun motto dari komunitas Muslim Ah- madiyah dan dengan motto ini pula- lah komunitas ini dikenal di dunia. Gerakan dakwah globalnya mendasarkan pada motto ini yang tak lain dan tak bukan adalah pengejawantahan dari ajaran Islam itu sendiri yang Rahmatul lil ‘Aalamiin. Islam adalah agama yang mempromosikan perdamaian dan kasih sayang. Allah pun menyebut Nabi Muhammad (saw) sebagai sosok pembawa rahmat dan kasih sayang untuk semua makhluk cip- taan-Nya. Terciptanya motto ini bermu- la pada saat Imam Jama’ah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad meresmikan masjid pertama di Spanyol pada tahun 1980. Se- bagaimana tertulis di dalam sejarah, 700 tahun lamanya Islam berkuasa di Andalusia (Spanyol),akan tetapi pada tahun 1492 kejatuhan Islam secara keseluruhan di Spanyol tak terelakan lagi dan negri inipun dikuasai oleh Katolik. Masjid per- tama yang dibangun setelah keruntu- han Islam di Spayol adalah masjid Basharat. Pada saat meresmikan penggunaan masjid tersebut,Hadhrat Mirza Nasir Ahmad melontarkan motto ‘Love for all,hatred for none’. Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twier : @arhlibrary e-mail : [email protected] LOVE FOR ALL,HATRED FOR NONE 1 JEMAAT AHMADI- YAH INDONESIA GUGAT WALIKOTA BEKASI 3 HARKITNAS DAN FENOMENA JOKOWI-AHOK DA- LAM PERSPEKTIF MEMBELA AHMADI- YAH, SYIAH, MI- NORITAS DAN BU- RUH 4 HENTIKAN DIS- KRIMINASI AGAMA, KECAMAN BERGE- MURUH, TUNTUTAN GENERASI MNAS (ANGGOTA DEWAN) 6 THERESA MAY PUJI KELOMPOK ISLAM AHMADIYAH- BERPUSAT DI INGGRIS (THE INDE- PENDENT | UK) 8 LOVE FOR ALL, HATRED FOR NONE

Transcript of Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Page 1: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 1

J U M A T , 1 4 J U N I 2 0 1 3 E D I S I 1 6

ARH LIBRARY NEWS DEWAN PENASIHAT

Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi

Mln. Shagir Ahmad

PENANGGUNGJAWAB

Suseno

KOORDINATOR

Nasir Ahmad

KONTRIBUTOR

Iin Quratul Ain Rizqi Baihaqi

TIM REDAKSI

(Bus dengan slogan love for

all,hatred for none. Sumber: http://

atlasshrugs2000.typepad.com)

L ove for all, hatred for

none yang bila diter-

jemahkan “cinta un-

tuk semua, tiada benci bagi siapa-

pun”. Bila anda searching di internet

dengan keywords ini, maka tak bu-

tuh waktu lama untuk mengetahui

apa sebenarnya kalimat tersebut.

Ya,kalimat ini adalah slogan ataupun

motto dari komunitas Muslim Ah-

madiyah dan dengan motto ini pula-

lah komunitas ini dikenal di dunia.

Gerakan dakwah globalnya

mendasarkan pada motto ini yang

tak lain dan tak bukan adalah

pengejawantahan dari ajaran Islam

itu sendiri yang Rahmatul lil

‘Aalamiin. Islam adalah agama yang

mempromosikan perdamaian dan

kasih sayang. Allah pun menyebut

Nabi Muhammad (saw) sebagai

sosok pembawa rahmat dan kasih

sayang untuk semua makhluk cip-

taan-Nya.

Terciptanya motto ini bermu-

la pada saat Imam Jama’ah Muslim

Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Nasir

Ahmad meresmikan masjid pertama

di Spanyol pada tahun 1980. Se-

bagaimana tertulis di dalam sejarah,

700 tahun lamanya Islam berkuasa

di Andalusia (Spanyol),akan tetapi

pada tahun 1492 kejatuhan Islam

secara keseluruhan di Spanyol tak

terelakan lagi dan negri inipun

dikuasai oleh Katolik. Masjid per-

tama yang dibangun setelah keruntu-

han Islam di Spayol adalah masjid

Basharat. Pada saat meresmikan

penggunaan masjid tersebut,Hadhrat

Mirza Nasir Ahmad melontarkan

motto ‘Love for all,hatred for none’.

Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twitter : @arhlibrary e-mail : [email protected]

LOVE FOR

ALL,HATRED FOR

NONE 1

JEMAAT AHMADI-

YAH INDONESIA

GUGAT WALIKOTA

BEKASI

3

HARKITNAS DAN

FENOMENA

JOKOWI-AHOK DA-

LAM PERSPEKTIF

MEMBELA AHMADI-

YAH, SYIAH, MI-

NORITAS DAN BU-

RUH

4

HENTIKAN DIS-

KRIMINASI AGAMA,

KECAMAN BERGE-

MURUH, TUNTUTAN

GENERASI MNAS

(ANGGOTA DEWAN)

6

THERESA MAY PUJI

KELOMPOK ISLAM

AHMADIYAH-

BERPUSAT DI

INGGRIS (THE INDE-

PENDENT | UK)

8

LOVE FOR ALL, HATRED FOR NONE

Page 2: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 2

(Basharat Mosque-Spanyol, sumber: wikipe-

dia.org)

Dalam penjelasannya, beliau

mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan

kepada kita untuk hidup dengan kasih sayang

dan kerendahan hati. Makna dari Islam adalah

damai, dan untuk mewujudkannya seorang Mus-

lim harus memiliki sifat cinta dan kasih sayang.

Kemudian, untuk menciptakan sikap rendah hati,

seseorang harus meniadakan kebencian terlebih

dahulu dalam hatinya. Jadi, cinta untuk semua

juga harus dibarengi dengan meniadakan benci

bagi siapapun. Disinilah pengejawantahan dari

sifat Allah Ta’ala yang Ar-Rahman dan Ar-

Rahim.

Maka sejak saat itu, ‘Love for all, hatred

for none’ dijadikan sebagai slogan oleh komuni-

tas Muslim Ahmadiyah. Sebenarnya, tak mudah

untuk bisa menjadikan untaian kalimat itu se-

bagai slogan ataupun motto hidup bagi para

pengikut Ahmadiyah. Mengikuti sejarah

perkembangan Jama’ah Ahmadiyah yang tak

pernah lepas dari persekusi, tindakan aniaya, dis-

kriminasi dan tindakan kezaliman lainnya, meru-

pakan tantangan tersendiri bagi para pengikut

Ahmadiyah untuk menjadikan kalimat tersebut

sebagai motto hidup. Bagaimana mereka harus

meniadakan kebencian terhadap orang-orang

yang telah menganiaya

mereka, merampas hak

hidup mereka, menghan-

curkan harta benda dan

properti mereka dit-

ambah mereka pun harus

tetap mencintai orang-

orang yang melakukan

segala tindak kezaliman

tersebut. Akan tetapi

demi meneladani wujud

suci Nabi Muhammad

(saw) sebagai sosok

yang menjadi rahmat

bagi sekalian makhluk

Tuhan, maka segala pen-

deritaan pun sanggup

ditanggung oleh para

pengikut Ahmadiyah un-

tuk tetap tegaknya motto

hidup itu.

Teringat riwayat ketika Nabi Muhammad

(saw) biasa dilempari sampah oleh seorang

wanita acapkali beliau lewat di depan rumahnya.

Pada satu waktu, ketika Rasulullah (saw)

melintas di depan rumah wanita itu, tak ada lagi

yang melemparinya dengan sampah. Rasulullah

(saw) pun menanyakan perihal wanita itu yang

ternyata sedang sakit, kemudian beliau (saw)

menjenguknya dan mendoakan untuk kesem-

buhannya. Begitu dahsyatnya simpati dan kasih

sayang beliau (saw). Nabi Muhammad (saw)

memang merupakan sosok yang sempurna dalam

mengimplementasikan ‘Love for all, hatred for

none’.

Saat ini motto tersebut telah menjadi “universal

message” pesan universal yang mendasari

gerakan dakwah Jama’ah Muslim Ahmadiyah

ini. Jika seluruh dunia dapat mengikuti pesan

dan motto ini, Perdamaian Dunia yang dicita-

citakan oleh semua orang akan menjadi ken-

yataan dan bukan hanya menjadi mimpi di siang

bolong.

Sumber: http://sejarah.kompasiana.com/2013/06/11/love-for-

allhatred-for-none-567689.html

Page 3: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 3

A mir Jemaat Ahmadiyah Indonesian

(JAI), Abdul Basit, pada 8 Maret

mengajukan tuntutan perkara

terhadap Walikota Bekasi Rahmat Effendi karena

pengeluaran surat keputusan yang

melarang kegiatan-kegiatan JAI di Bekasi.

Tuntutan perkara didaftarkan di Pengadilan

Tinggi Negeri (PTUN) pada Selasa, kata Direktur

Lembaga Bantuan Hukum (LBH Arip Yogiawan,

(Jumat, 07/06). “Para pengacara dari LBH Jakarta

mengajukan tuntutan perkara tersebut,” ujar Arip.

Dalam dokumen tuntutan perkara yang didapati

oleh The Jakarta Post, Basit menuntut sang

walikota karena mengeluarkan keputusan tertanggal

8 Maret 2013, yang menghentikan semua aktifitas

JAI dengan menyegel pintu masuk pusat aktifitas di

Masjid Al Misbah, di Kecamatan Jatibening Baru,

Pondok Gede di Bekasi.

Salah satu pengacara Basit, Pratiwi Febry,

mengatakan masjid tersebut sudah didirikan sejak

tahun 1993 dengan jumlah 400 jamaah dan mereka

biasa menggunakan masjid yang dimaksud.

“Pemkot Bekasi sebelumya mengeluarkan

ijin untuk bangunan Masjid Al Misbah tanggal 28

April 1997,” kata pengacara ini.

Pratiwi berkata, sebelum pintu

gerbang masjid disegel ada dialog antara JAI dan

pihak pemkot Bekasi. Para Ahmadi menolak

penyegelan dan mengatakan hal itu melanggar

hukum. Setelah itu, disepakati akan ada pertemuan

lanjutan di kantor walikota pada 13 Maret. Namun

terjadi sebaliknya, Petugas Satpol PP Bekasi datang

menyegel pintu masuk masjid.

Kata Pratiwi, Keputusan Bersama Menteri

Dalam Negeri, Menteri Agama dan Kejaksaan

Agung berkaitan dengan peringatan bagi pengurus

dan anggotanya JAI serta masyarakat;

menyatakan kebebasan beragama adalah Hak

Asasi Manusia yang tidak dapat dihilangkan dalam

kasus apapun. “Setiap warga negara bebas memeluk

agama apapun dan untuk beribadah menurut agama

dan kepercayaannya. Negara menjamin hal ini,”

kata dia.

Dia menambahkan, karenanya keputusan

walikota melanggar Keputusan Bersama 3 Menteri

karena JAI tidak memprogandakan ajaran agama di

Masjid Al Misbah. “Kegiatan-kegiatan mereka

tidak melibatkan pihak-pihak luar jadi tidak dapat

disebut sebagai penyebaran keyakinan

Ahmadiyah.”

Berdasarkan alasan-alasan itu, Penggugat meminta

pengadilan mencabut keputusan walikota dan

memulihkan performa baik penggugat.

Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/08/jai-

sues-bekasi-mayor.html

JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

GUGAT WALIKOTA BEKASI

Page 4: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 4

H ari

Kebangkitan

Nasional menjadikan

renungan tentang

carut-marut

perlindungan negara

yang sangat buruk

terhadap Ahmadiyah,

Syiah, Minoritas dan

Buruh di Indonesia.

Mari kita tengok

mereka satu per satu

tentang perlunya

masyarakat membela

mereka ketika negara

gagal memberikan

perlindungan. Di

tengah kondisi ini

ada secercah harapan

bahwa Indonesia

memiliki sepasang

pemimpin bernama

Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama yang

dikenal sebagai Jokowi-Ahok. Bagaimana

relevansi semangat mereka dalam konteks

Kebangkitan Nasional dan bagaimana peran

Negara terhadap rakyat?

Ahmadiyah Menarik sekali menelisik dan memahami

gerakan Ahmadiyah. Di Indonesia gerakan

Ahmadiyah dipinggirkan dan ditindas oleh

gerakan radikal yang mengatasnamakan

kebenaran mutlaknya. Kebenaran yang

seharusnya dikembalikan pada konsep

pemahaman kebersamaan dalam konteks

pluralisme dan penghargaan kepada perbedaan -

karena perbedaan adalah rahmat - telah

dimonopoli oleh institusi agama dan negara.

Negara tunduk pada kemauan radikal kelompok

segregatif anti pluralisme yang ingin menjadikan

NKRI sebagai negara mono-religi bahkan

teokrasi.

Ahmadiyah ditindas tanpa penjelasan

masuk akal sebagai sebuat entitas keyakinan

gerakan. Hanya kerena jemaat Ahmadiyah

menjadi gerakan yang menawarkan pilihan

untuk melalukan dakwah perdamaian,

ketakwaan, kecerdasan, rasionalisasi -

muktazilah - dan toleransi, maka Ahmadiyah

dianggap menjadi ancaman bagi lembaga dan

organisasi agama dan politik kekuasaan. Negara

yang menurut Pasal 29 Konstitusi 1945

melindungi agama dan kepercayaan di Indonesia

hanya membela mayoritas.

HARKITNAS DAN FENOMENA JOKOWI-AHOK

DALAM PERSPEKTIF MEMBELA AHMADIYAH,

SYIAH, MINORITAS DAN BURUH

Page 5: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 5

Syiah Syiah sebagai pendamping Sunni men-

galami perlakuan tidak adil di Indonesia dan di-

musuhi oleh masyarakat yang tidak memahami

ajaran Syiah. Berbagai tragedi dialami mereka

dan para penganut Syiah di Indonesia tak mam-

pu melakukan kegiatan sebagai keyakinan aga-

ma Islam.

Syiah dihakimi sebagai keyakinan Islam

yang salah dan sesat oleh sementara orang mes-

kipun kenyataannya Syiah memiliki kesamaan

fundamental yang meyakini ‘la illaha illallah’

dan ‘muhammadar rasulullah’ semua aliran Is-

lam termasuk Sunni. Pembatasan dan pengham-

batan seperti di Sampang sangat kental warna

negara tidak melindungi seluruh tumpah darah

Indonesia yang berbeda-beda.

Minoritas Para orang miskin yang menjadi minori-

tas - karena orang miskin merupakan kelompok

kecil dibandingkan dengan kelas menengah yang

di atas miskin yang jauh lebih banyak - tidak

mendapatkan akses ke pertumbuhan ekonomi

dan tetap termarjinalkan. Minoritas dijadikan

komoditas dan obyek pembangunan. Orang

miskin di Indonesia hanya dijadikan bahan

kajian, diskusi, dan perbincangan mulai di Istana

Presiden sampai pasar.

Penanganan kemiskinan terhadap petani dan ne-

layan yang merupakan kelompok para penduduk

miskin Indonesia tidak pernah terjadi. Tanah dan

sumber daya alam dan infrastruktur dikuasai

oleh para pemilik modal yang hanya berdasar-

kan hak konsesi menguasai tanah-tanah di sean-

tero Indonesia. Rakyat miskin petani dibiarkan

tanpa tanah untuk bercocok tanam. Reformasi

Agraria hanya buih di lautan tak berguna sama

sekali. Negara hanya memihak pemodal dan

mereka menguasai tanah, mengakibatkan petani

tetap miskin.

Selain miskin dan kemiskinan, kelompok mi-

noritas religi juga ditindas. Kasus Gereja Yas-

min di Bogor, HKBP di Bekasi dan aneka

kekerasan lainnya, tidak diperhatikan oleh nega-

ra. Negara tunduk pada kelompok besar yang

menguasai seluruh sumber daya yang ada.

Buruh Outsourcing dan perbudakan di Indonesia

menemui titiknya pada kejadian di Tangerang

yang sangat menunjukkan keberpihakan Negara

atau pejabat Kemenakertrans yang masih lebih

senang berasyik-masyuk dengan pengusaha -

yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi aki-

bat banyak pungutan dan kongkalikong antara

pengusaha dan pejabat. Akibatnya buruh ditekan

habis-habisan. Kesejahteraan buruh ter-

bengkalai. Bahkan di Tengerang buruh dijadikan

budak dalam arti sebenarnya. Negara gagal

melindungi buruh dan meningkatkan kesejahter-

aan buruh.

Jadi kebangkitan nasional hanyalah ke-

nangan masa lalu yang selalu tak memiliki mak-

na di tengah masyarakat nrimo, permisif, cuek,

tak peduli dan negara yang tidak peduli dengan

peri kehidupan warganya. Kebangkitan Nasional

saat ini hanyalah ilusi basi yang tak memiliki

makna apapun.

Yang dipentingkan saat ini adalah pem-

impin seperti Jokowi-Ahok yang mampu perla-

han namun pasti membela kepentingan masyara-

kat di atas kepentingan diri sendiri dan golon-

gan. Negara dan masyarakat harus mendukung

Jokowi-Ahok untuk menjadi pemimpin nasional

di kemudian hari jika Indonesia menginginkan

kebangkitan nasional yang saat ini tengah tidak

menemukan relevansinya dalam seluruh peri ke-

hidupan berbangsa dan bernegara.

Rakya dihadapkan pada kenyataan

pemerintah dan negara yang jauh dari me-

medulikan warganya. Akibatnya jelas Ahmadi-

yah, Syiah, Minoritas dan Buruh mengalami tin-

dakan kesewenangan dari kelompok warga

mayoritas dan bahkan institusi negara dan nega-

ra!

Sumber: http://politik.kompasiana.com/2013/05/20/harkitnas-

dan-fenomena-jokowi-ahok-dalam-perspektif-membela-

ahmadiyah-syiah-minoritas-dan-buruh-561786.html

Page 6: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 6

P enganiyaan terhadap para Ahmadi, Syiah dan golongan minoritas lain telah membunuh

intisari sebenarnya dari ideologi sekularis Muhammad Ali Jinnah, yang tidak pernah membayangkan menciptakan sebuah teokrasi atau Negara berdasar agama. Dengan berjubah apa yang disebut rekonsiliasi keras, berbagai partai politik mampu menyokong pandangan-pandangan tersebut, namun beberapa anggota muda dewan Nasional (MNAs) siap menantang aturan norma dan pola pikir sebelumnya.

“Saya setuju bahwa mendeklarasikan Ahmadi sebagai non-Muslims adalah sebuah keputusan yang salah. Negara tidak memiliki hak menentukan agama rakyatnya.” Komentar Alizeh Iqbal Haider, merujuk isi pidato paling terkenal Quaid-e-Azam pada 11 Agustus1947.

Ironisnya, salah satu dari perdana menteri Pakistan yang dianggap paling mencerahkan, Zulfiqar Ali Bhutto, karena di bawah tekanan yang kuat dari kekuatan sayap kanan telah menyetujui memperkenalkan sebuah amandemen undang-undang pada tahun 1977, yang menyatakan Ahmadi sebagai non-Muslim.

Alizeh bersumpah akan mengusung peninggalan almarhum ayahnya, Iqbal Haider, yang telah membuktikan jubahnya di arena politik yang memberikan gambaran kualitas tinggi di bidang hak-hak asasi manusia. Dia

meletakkan tonggak yang didambakan di Komisi Hak Asai Manusia Pakistan (HRCP).

Sebuah stasiun TV berkomentar bahwa Alizeh sedang melakukan sensasi lain di parlemen yang membuatnya percaya diri, bergaya dan bersikap. Caranya yang menghantarkannya ke hari pengambilan

sumpah, membuat para pemirsa terkesan. Namun dia tidak menyukai pendapat bahwa para anggota dewan wanita adalah para model fashion. Dengan ambisinya yang tinggi, mimpi-mimpinya yang besar dan

keinginan-keinginannya yang luhur, anggota dewan pertama kalinya diingat sebagai pembuka jalan yang dianggap menjengkelkan. Sebanyak 119 anggota MNA baru telah diambil sumpahnya. Mayoritas dari mereka terdiri dari kaum muda yang enerjik. Beberapa dari mereka menyatakan banyak ideialismenya dalam karir parlemen dini mereka.

“Diskriminasi penganiayaan terhadap kaum minoritas di Pakistan harus diakhiri. Dan pendidikan adalah satu-satunya solusi. Sebuah dekade diperlukan untuk mengalahkan,” kata Alizeh dalam sebuah interview. Saat ditanya bagaimana istilah sekularisme harus ditafsirkan dalam konteks Pakistani, katanya seseorang harus bertoleran terhadap pandangan-pandangan yang berbeda dan biarkan rakyat melakukan apapun yang mereka kehendaki selama berada dalam batas-batas hukum.

HENTIKAN DISKRIMINASI AGAMA, KECAMAN

BERGEMURUH, TUNTUTAN GENERASI MNAS

(ANGGOTA DEWAN)

Page 7: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 7

Sewaktu menjadi pengacara, dia menghendaki perubahan-perubahan dalam Hudud dan undang-undang penodaan agama yang kontoversial. Dengan menyebutkan pem-bunuhan brutal terhadap Salman Taseer dan Shahbaz Bhatti, dia mengenyampingkan an-caman-ancaman potensial terhadap nyawanya jika dia mengusung topik-topik yang begitu sen-sitif di mimbar Majelis Nasional.

“Saya mendapatkan hambatan-hambatan karena afiliasi politik ayah saya. Saya tumbuh dalam sebuah keluarga yang men-derita. Saya tidak takut. Dan mengapa harus demikian, ” tegasnya.

Mengecam intoleransi beragama tidak pernah disambut dalam masyarakat Pakistani. Kekuatan-kekuatan yang bereaksi selalu riuh menentang mereka yang berani menantang mereka. Kebebasan berbicara terlempar ke dinding dan dalam beberapa kasus menjadi hening dengan senjata.

“Saya tidak paham apa ideologi Pakistan sebenarnya. Setiap orang memiliki versi mereka masing-masing. Pandangan yang paling men-dominasi menetap setelah kepergian Quaid-e-Azam dan berlangsung selama kediktatoran Zia.” Kata Alizeh

Anggota dewan telah memimpikan untuk merubah sistem– merupakan hal normal bagi para pemula. Banyak yang akan merubah diri mereka dengan berjalannya waktu. Beberapa akan menjaga keberadaanya tanpa mencip-takan pertengkaran. Tapi sedikit dari mereka yang tetap vokal mengundang kegusaran kolega-kolega seniornya.

Aisha Gulalai berpikir sebaliknya. Dia se-tia kepada pemimpinnya, Imran Khan, yang te-lah menghadiahinya sebuah tiket partai yang menjadikannya termuda (diantara kebanyakan perwakilan) dewan wanita yang menduduki kursi pesanan. Dia mengatakan pemimpin Tehrik-i-Insaf (PTI) Pakistan menginginkan peru-bahan positif bagi Pakistan dan akan men-dukung kepemimpinan Imran bekerja mencapai tujuan yang sama.

Gulalai adalah anggota MNA pertama dari area pemberontak. Dia berasal dari Waziri-stan Selatan dan benar-benar menjadi perwaki-lan Pakistan ber-image lembut. Dia berhutang kesuksesan karir politik dari kedua orangtuanya yang menyemangatinya namun bertolak belakang dengan celaan yang dihadapi mereka di tempat tinggalnya.

Dia memiliki pandangan-pandangan keras tentang dengan pemberontakan dan mili-tansi. “Dialog adalah satu-satunya opsi yang bisa mengeliminasi terorisme dari Pakistan,” dia menyatakan. Dia menghendaki amnesti menye-luruh bagi para militant bahkan mereka yang telah bangga membunuh orang-orang tak ber-salah.

Perwakilan PTI di dewan meyakini se-rangan-serangan membabibuta Amerika Serikat telah memperburuk situasi, dan hanya menam-bah kesengsaraan rakyat Pakistan. Dia menuntut penghentian menyeluruh atas se-rangan-serangan tersebut.

Dimintai komentarnya atas keberhasilan atau kegagalan operasi militer terhadap area-area pemberontak, dia mengklaim operasi-operasi militer tidak akan pernah sukses mendapatkan topographi dan and demographi dari area-area tersebut.

Anggota dewan lainnya juga terdengar berbicara besar. Mereka mungkin dibenarkan melakukan itu namun kenyataannya selalu jauh dari khayalan. Terlihat bagaimana cara mereka akan menghantarkan mereka sendiri saat rasa kuat idelalisme mereka tidak dihargai. Dan saat mimpi-mimpi mereka hancur menghadapi re-alita-realita politik yang keras.

Sumber:http://islamsempurna.blogspot.com/2013/06/pakistan-

hentikan-diskriminasi-agama.html

Page 8: Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)

Halaman 8

P ertemuan tersebut dihadiri oleh para

tokoh politik senior termasuk Wakil

Perdana Menteri Nick Clegg, Menteri

Luar Negeri bayangan Douglas

Alexander dan Menteri Perubahan Iklim Ed Davey.

Menteri Dalam Negeri mengatakan

tentang maraknya serangan-serangan langsung

terhadap komunitas-komunitas Muslim setelah

pembunuhan dummer Lee Rigby yang

menghebohkan. Menteri Dalam Negeri Theresa May

mengecam “segala bentuk kekerasan” karenanya

dia memuji kelompok Islam berpusat di London

atas komitmen kebersamaan dan karya amalnya

yang damai.

Menteri Dalam Negeri mengatakan tentang

maraknya serangan-serangan langsung terhadap

komunitas-komunitas Muslim setelah pembunuhan

dummer Lee Rigby yang menghebohkan.

"Kami mengamati,umumnya terdapat

peningkatan jumlah serangan tertuju terhadap

semua komunitas-komunitas Islam, "katanya.

"Saya benar-benar akan berupaya

atasi kekerasan apapun bentuknya, tidak

dibenarkan mengancam dan mengintimidasi

siapapun karena keyakinan agama yang dia

anut atau karena dia adalah bagian dari kelompok

etnik tertentu."

May menjadi pembicara pada acara di

House of Commons dalam peringatan seabad

berdirinya Jemaat Muslim Ahmadiyah di UK.

Cabang dari Islam ini berdiri pada akhir

abad ke-19 di India, namun sekarang

pemimpinnya bermarkas di Inggris Raya sejak

tahun 1984 karena di Pakistan mereka dipersekusi

dan negaranya secara resmi menyatakan mereka

sebagai non-Muslim.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh para tokoh

politik senior termasuk Wakil Perdana Menteri

Nick Clegg, Menteri Luar Negeri bayangan

Douglas Alexander dan Menteri Perubahan Iklim

Ed Davey.

Ahmadiyah mengalami penganiayaan di

Pakistan dan menghadapi ancaman di UK, kata

dia.

"Saya mengetahui bahwa Anda sekalian

menjadi target seperti halnya komunitas Anda di

Pakistan yang dianggap melakukan tindakan

kriminal karena Anda menyebut diri Muslim dan

Anda menjadi korban berbagai serangan-serangan

mengerikan," katanya lagi.

"Juga di sini, UK Anda menghadapi

prasangka-prasangka dimana para pengusaha

Ahmadi diboikot, serangan ke masjid-masjid

terjadi dan saluran-saluran TV mengudarakan

program-program yang memancing kebencian

terhadap Anda."

Sumber: http://www.independent.co.uk/news/uk/crime/

woolwich-murder-aftermath-theresa-may-praises-britishbased

-islamic-group-8654298.html

Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain binti T Hidayatullah

Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com