BAB 2 LANDASAN TEORI -...
-
Upload
truongnhan -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:6) System is a
collection of interrlated components that function together to achive some
outcome.
According to O’Brien, A.Hall dan George M. Marakas (2010: 26)
system is defined as a set of interrelated components, with a clearly defined
boundary, working together to achieve a common set of objectives by
accepting inputs and producing outputs in an organized transformation
process .
Systems have three basic functions:
A. Input:
involves capturing and assembling elements that enter the
system to be processed.
B. Processing
involves transformation processes that convert input into
output.
C. Output
involves transferring elements that have been produced by
a transformation process to their ultimate destination.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:6) Sistem adalah
kumpulan komponen yang saling berhubungan dan mempunyai fungsi yang
sama untuk mencapai beberapa hasil yang dituju.
Menurut O’Brien, A.Hall dan George M. Marakas (2010: 26) sistem
merupakan suatu kesatuan yang terdiri lebih dari satu elemen atau komponen
yang saling terhubung dan terintegrasi untuk beroperasi sehingga mencapai
tujuan.
Elemen-elemen dari system tersebut meliputi:
A. Input:
Sekumpulan data awal yang dapat digunakan sebagai
resource untuk diolah dalam tahap selanjutnya
12
B. Processing
Meliputi proses transformasi perubahan input menjadi
output.
C. Output
Meliputi pemindahan elemen-elemen yang telah dihasilkan
dalam proses transformasi menuju tujuan akhir.
Dapat disimpulkan bahwa, sistem merupakan kumpulan sekelompok
komponen yang saling terhubung dan terintregrasi untuk mencapai tujuan
yang sama sehingga menjadi satu kesatuan.
2.2 Pengertian Informasi
According to Stair, Ralph dan George Reynold (2010: 5) information
is a collection of facts organized and processed so that they have additional
value beyond the value of the individual facts.
According to O’Brien, James A. dan George M. Marakas (2010: 234)
information is the result of processing raw data that has been processed so
that it can be used as knowledge.
Menurut Stair, Ralph dan George Reynold (2010: 5) informasi adalah
sekumpulan fakta berupa pesan yang terorganisasi dan terstruktur sehingga
dapat menambahkan nilai dari sebuah fakta.
Menurut O’Brien, James A. dan George M. Marakas (2010: 234)
informasi merupakan hasil pengolahan data mentah yang telah diproses
sehingga dapat digunakan sebagai pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pemrosesan
fakta yang didapat dari data-data sehingga dapat mendukung pengetahuan
yang bernilai.
2.3 Sistem Informasi
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:6) information
system is a collection of interrelated components that collect, process, store,
and provide as output the information needed to complete business task.
According to Stair, Ralph dan George Reynold (2010: 10)
information system is a set of interrelated elements or components that
13
collect (input), manipulate (process), store, and disseminate (output) data
and information and provide a corrective reaction (feedback mechanism) to
meet an objective.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:7) sistem informasi
adalah kumpulan komponen yang saling terkait yang mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan output informasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas bisnis.
Menurut Stair, Ralph dan George Reynold (2010: 10) sistem
informasi adalah perpaduan antara elemen atau komponen yang saling terkait
dan terhubung dalam proses pengolahan data (input, process, output)
sehingga mendapatkan informasi yang digunakan untuk mendukung
tercapainya sebuah tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah seperangkat
komponen yangs saling berhubungan untuk mengumpulkan, memanipulasi,
menyimpan, serta mengelola data dan informasi untuk memenuhi tujuan bagi
pengguna akhir.
2.4 Sistem Informasi Akuntansi
2.4.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
According to Rama and Jones (2006:5), accounting information
system is a subsystem of an MIS that provides accounting and financial
information, as well as other information obtained in the routline processing
of accounting transaction.
According to Bodnar, George H., dan William S.Hopwood (2010: 1)
accounting information system is a collection of resources, including people
and equipment, designed to transform data into financial and other
information.
Menurut Rama dan Jones (2006:5), Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
merupakan subsistem dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang
menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi lainnya yang
diperoleh dalam proses rutin transaksi akuntansi.
Menurut Bodnar, George H., dan William S.Hopwood (2010: 1)
sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti orang-
14
orang dan peralatan, dirancang untuk mengubah data finansial dan lainnya
menjadi informasi.
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah
kumpulan sumber daya yang dirancang untuk mengumpulkan, memproses,
dan melaporkan informasi mengenai data finansial.
2.4.2 Subsistem pada Sistem Informasi Akuntansi
According to James A. (2011: 10), Accounting Information System
consists of three major subsystems, is a:
1) The TPS is central to the overall function of the information system by
converting economic events into financial transactions, recording
financial transactions in the accounting records (journals and ledgers),
and distributing essential financial information to operations personnel
to support their daily operations.
2) The general ledger system (GLS) and the financial reporting system
(FRS) are two closely related subsystems.However, because of their
operational interdependency, they are generally viewed as a single
integrated system—the GL/FRS.
3) The MRS provides the internal financial information needed to manage
a business.
Menurut Hall, James A. (2011: 10), Sistem Informasi Akuntansi
terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu:
1) Transaction Processing System (TPS) merupakan pusat keseluruhan
fungsi sistem informasi dengan mengubah peristiwa ekonomi
ketransaksi keuangan, pencatatan transaksi keuangan dalam catatan
akuntansi (jurnal dan buku besar), dan mendistribusikan informasi
keuangan penting untuk operasi personil untuk mendukung operasi
sehari-hari mereka.
2) General Ledger / Financial Reporting System adalah dua subsistem
yang saling berhubungan. Namun, karena saling ketergantungan
operasional mereka, mereka umumnya dipandang sebagai sistem GL /
FRS yang terintegras.
3) Management Reporting System (MRS) menyediakan informasi
keuangan internal yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis.
15
2.4.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart di terjemahkan oleh Kwary dan dewi
(2006:3), SIA terdiri dari lima komponen:
1. Orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai fungsi;
2. Prosedur-prosedur,dan intruksi, baik manual maupun yang terotomatisasi,
yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data
tentang aktivitas-aktivitas organisasi;
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi;
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi;
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer dan peralatan pendukung (peripheral device), dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
2.5 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
2.5.1 Object Oriented Analysis (OOA)
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:60), Object-
Oriented analysis (OOA) development approach that views an information
system as a collection of interacting objects that work together to accomplish
tasks.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:60), Object-Oriented
analysis (OOA) mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan
dalam sistem dan menunjukkan interaksi pengguna yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
2.5.2 Object Oriented Design (OOD)
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:60) Object-Oriented
design (OOD) defining all of the types of objects necessary to communicate
with people and device in the system, showing how the object interact to
complete tasks, and refining the definition of each type of object so it can be
implemented with a specific language or environment.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:60), Object-Oriented
design (OOD) mendefinisikan semua jenis objek yang diperlukan untuk
berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan
bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan
menyempurnakan definisi masing-masing dari jenis objek tersebut sehingga
dapat diimplementasikan dengan bahasa yang spesifik atau sesuai jangkauan.
16
2.5.3 Object, Attributes, and Methods
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:61-62), object in
a computer system is like an onject in the real world, it is a thing that has
attributes and behaviors.attributes is a characteristics that have values,
such as the size, shape, color, location, and caption of a button or label the
name, address, and phone number of a customer. Methods is a behaviors
or operations that describe what an object.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:61-62), object dalam
sistem komputer adalah seperti sebuah objek di dunia nyata, mereka
memiliki attribute dan behavior. Attribute adalah karakteristik object yang
mempunyai nilai seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi, dan keterangan
mengenai tombol (button) atau label atau nama, alamat dan nomor telepon
dari pelanggan. Methods adalah perilaku-perilaku atau operasi-operasi
yang menggambarkan apa yang dapat dilakukan oleh sebuah object.
2.5.4 Classes and Instances
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:63), class is a
type or classification to which all similar object belong, the terms instance
synonym for object.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:63), class adalah tipe
atau klasifikasi yang sama dengan objectnya, sedangkan instance adalah
sinonim untuk object.
2.5.5 Associations Relationships and Multiplicity
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), some
association relationship are one-to-one, such as when one order is
associated with one customer, and some associations are one-to-many,
such as when one customer paces many order.
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), multiplicity
is a object association are conceptually similar to relationship in database
modeling, except that each object is responsible for maintaining its
relationship with other object.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), hubungan
asosiasi (association relationship) adalah hubungan alami antara objek,
seperti pelanggan dikaitkan dengan pesanannya. Beberapa hubungan
asosiasi adalah one-to-one, seperti ketika satu pesanan berasosiasi dengan
17
satu pelanggan, dan beberapa asosiasi adalah one-to-many seperti ketika
satu pelanggan banyak melakukan pesanan.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), Multiplicity
adalah jumlah hubungan atau asosiasi antar object. Maka dapat diartikan
bahwa Associations Relationships and Multiplicity saling terkait dengan
jumlah hubungan asosiasi yang alami yang memiliki hubungan antar
object.
2.5.6 Encapsulation and Information Hiding
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66),
encapsulation is a combining attributes and method into one unit and
hiding its internal structure of object
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), information
hiding is a characteristic of object oriented development in which data
associated with an object are not visible to the outside world.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), encapsulation
adalah menggabungkan attribute dan methods ke dalam satu unit dan
menyembunyikannya ke dalam struktur internal object.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), information
hiding adalah karakteristik dari pengembangan object-oriented dimana data
yang terkait dengan object tidak terlihat oleh dunia luar.
2.5.7 Inheritance and Polymorphism
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), inheritance
is a concept in which one class of object share some characteristic of
another class.
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:67),
polymorphism is a characteristic of object that allows them to respond
differently to the same message.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:66), inheritance
adalah sebuah konsep dimana satu class dari object berbagi beberapa
karakteristik dari class yang lain.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:67), polymorphism
adalah karakteristik object yang memungkinkan mereka untuk merespon
secara berbeda kepada pesan (message) yang sama.
18
2.5.8 Unified Process (UP)
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:50), Unified
Process is an object oriented system development methodology originally
development by Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson.
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:46), 4 Phase
Unified Process:
a) Inception: develop an approximate vision of system, make the business case,
define the scope, and produce rough estimates for cost and schedule.
b) Elaboration: refine the vision, identify and describe all requirments, finalize
the scope, design and implement the core architecture and functions, resolve
high risks, and produce realistic estimates for cost and schedule.
c) Construction: iteratively implement the remaning lower risk, predictable, and
easier elements and prepare for deployment.
d) Transition complete the beta test and deployment so users have a working
system and are ready to benefit as expected.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:50), Unified Process
merupakan suatu orientasi objek sistem pengembangan metodologi yang
awalnya dikembangkan Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:46), 4 Phase Unified
Process yaitu:
a) Inception: Mengembangkan perkiraan visi dari suatu sistem, membuat kasus
bisnis, menentukan ruang lingkup dan menghasilkan estimasi kasar untuk
cost dan schedule.
b) Elaboration: Menentukan visi, mengidentifikasi serta menjelaskan semua
requirement, menyelesaikan ruang lingkup, merancang dan implementasi
arsitektur inti dan fungsi-fungsinya, memecahkan resiko, dan menghasilkan
estimasi realistik untuk cost dan schedule.
c) Construction: Secara berkala mengimplementasi resiko-resiko sederhana,
yang dapat diprediksi dan yang lebih mudah serta menyiapkan deployment.
d) Transition: Melengkapi tes uji coba dan deployment supaya User memiliki
sistem kerja dan siap untuk menghasilkan benefit sesuai ekspektasi.
19
Gambar 2.1 Design activities in the UP life cycle
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:264)
2.5.9 Unified Model Language (UML)
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:48), Unified
Modeling Language (UML) is a standard set of model constructs and
notations development specifically for object oriented development.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:48), Unified Modeling
Language (UML) merupakan suatu set standar konstruksi model dan notasi
dikembangkan secara khusus untuk pengembangan berorientasi objek.
Gambar 2.2 UML diagrams used for modeling
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:135)
20
2.5.10 Jenis-Jenis Perancangan Sistem
Model dari komponen sistem yang menggunakan UML, meliputi :
a) Activity Diagram
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:144-145) activity
diagram is a type of workflow diagram that describes the user activities
and their sequential flow. An activity diagram is a simple workflow
diagram depicting various activities of users or system, people who
perform each activity, and the sequential flow of this activity.
Symbols used are:
1. Starting Activity (pseudo) and Ending Activity (pseudo)
A black circle which describes the beginning of the event and the end of
the activity
2. Transition Arrow
An arrow that shows the relationship of activities connected sequentially.
3. Activity
An oval shape in the activity diagram shows the individual events in the workflow.
4. Ending Activity (pseudo)
A symbol to signify the end of the activity.
5. Swimlane
a rectangular area on the diagram shows the activity of the activity
undertaken by sole agents.
6. Synchronization bar
A thick black line where the form of symbols used in activity diagrams to
organize the separation and unification of roads that sequence.
7. Diamond
Diamond is explained decision points where the process flow will follow
the path that one or the other
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:144-145) activity
diagram adalah sebuah bentuk workflow diagram yang menjelaskan tentang
kegiatan pengguna dan urutan alirannya. Sebuah activity diagram adalah
sebuah diagram alur kerja sederhana yang menggambarkan berbagai aktivitas
pengguna (atau sistem), orang yang melakukan tiap kegiatan, dan aliran yang
berurutan dari kegiatan ini.
21
Symbol yang digunakan yaitu:
1. Starting Activity (pseudo) and Ending Activity (pseudo)
Merupakan Lingkaran hitam yang menjelaskan awal kegiatan dan akhir
kegiatan.
2. Transition Arrow
Merupakan tanda panah yang terhubung menunjukkan hubungan kegiatan
secara berurutan.
3. Activity
Merupakan bentuk oval dalam activity diagram menunjukkan kegiatan
individu dalam alur kerja.
4. Ending Activity (pseudo)
Merupakan simbol untuk menandakan berakhirnya aktivitas.
5. Swimlane
Swimline adalah sebuah area persegi panjang pada diagram aktivitas
menunjukan aktivitas tersebut dikerjakan oleh agen tunggal (orang).
6. Synchronization bar
Merupakan Garis hitam tebal dimana berupa symbol yang digunakan
dalam diagram aktivitas untuk mengatur pemisahan dan penyatuan dari
jalan- jalan yang berurutan.
7. Diamond
Diamond yaitu menjelaskan poin keputusan dimana alur proses akan
mengikuti jalan yang satu atau yang lain
22
.
Gambar 2.3 Activity diagram symbols
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:145)
b) Domain Model Class Diagram
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:184), domain
model class diagram is a UML class diagram that shows the things that
are important in the users work problem domain classes, their
associations, and their attributes.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:184), domain model
class diagram adalah sebuah UML class diagram yang menggambarkan
cara kerja problem domain classes, associations, dan attributes.
23
Gambar 2.4 Domain Model Class Diagram
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:185)
c) Event Table
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:174) event table
is a catalog of use cases that lists events in rows and key pieces of
information about each event in columns.
Berdasarkan Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:174) event table
adalah sebuah katalog dari beberapa use case yang berisikan daftar kejadian
dalam baris dan kunci informasi mengenai masing-masing kejadian dalam
kolom.
Gambar 2.5 Event Table
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:175)
According to definition of event table Satzinger, Jackson dan Burd
(2005:175)
a) Trigger a signal that tells the system that an event has occured, either
the arrival of data needing processing or a point in time.
b) Source an external agent that supplies data to the system.
c) Response an output, produced by the system, that goes to a
destination.
d) Destination an external agent that received data from the sytem.
24
Pengertian perangkat Event Table menurut Satzinger, Jackson dan
Burd (2005:175), yaitu:
a) Trigger merupakan sinyal yang memberitahukan sistem bahwa
suatu peristiwa telah terjadi, baik kedatangan membutuhkan
pengolahan data atau titik waktu.
b) Source merupakan agen eksternal atau aktor yang memasukan data ke
dalam sistem.
c) Response merupakan output yang dihasilkan oleh sistem, yang
menuju ke tempat tujuan.
d) Destination merupakan tempat dimana response atau (output) dikirim
seorang agen eksternal. Beberapa use case tidak mengirimkan semua
Response.
d) Use Case Diagram
According to Satzinger, Jackson dan Burd (2005:213), Use Case
Diagram is a diagram showing the various user roles and the way those
users interact with the system.
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005:213), Use Case Diagram
adalah sebuah diagram menunjukkan berbagai peran pengguna dan cara para
pengguna berinteraksi dengan sistem.
Gambar 2.6 Use Case Diagram
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:215)
25
e) Use Case Description
According to Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:220-
223), Use Case Description is a practicular sequence of steps within a use
case. a use case may have several different secenarios.
level of detail use case description
1. Brief Description
used for a very simple use case, which does not have a very
complicated process that is being constructed in a small scale.
2. Intermediete Description
is a more detailed description and is an extension of a current
Brief Description to enter internal activities for a Use Case. If
there are multiple scenarios, then each stream activities
described individually. In addition, the documentation
concerning the conditions of exclusion that can also be
documented when required.
3. Fully development description
Is the most formal method to document a use case.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:220-223), Use Case
Description adalah deskripsi yang menjelaskan proses detail unituk masing-
masing use case. Biasanya setiap detail informasi dalam use case dijelaskan
dengan deskripsi.
Ada 3 pembagian level dalam detail Use Case Description, yaitu:
1. Brief Description
Brief Description digunakan untuk use case yang sangat
sederhana, yang tidak memiliki proses terlalu rumit yang sedang
dibangun dalam berskala kecil.
Gambar 2.7 Brief Description
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:221)
26
2. Intermediate Description
Intermediate Description merupakan deskripsi yang lebih detail
dan merupakan perluasan dari sebuah Brief Description untuk
memasukan arus aktifitas-aktifitas internal untuk suatu Use Case.
Jika terdapat multiple scenarios, maka tiap arus aktifitas-aktifitas
dideskripsikan secara individu. Selain itu, dokumentasi mengenai
kondisi-kondisi pengecualian yang juga dapat didokumentasikan
bila diperlukan.
Gambar 2.8 Intermediate Description
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:222)
3. Fully Development Description
Merupakan metode yang paling formal untuk
mendokumentasikan sebuah use case.
27
Gambar 2.9 Fully Development Description
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:223)
28
f) System Sequence Diagram
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:213), System
Sequence Diagram is a diagram showing the sequence of messages between
an external actor and the system during a use case or scenario.
According to opinion Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:229),
notations in the system sequence diagram is a:
1. Actor is a interacting with the system.
2. Input message is an input mesaage such : catalogID, prodID, and
size.
3. Returned value is a is an outgoing message such as system
information (descriptions, costs, and quantity) that explains something
on the diagram.
4. Object (underlined) is a representing the automated system.
5. Object lifeline is a shows the sequence of message top to button.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:213), System Sequence
Diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor
eksternal dan sistem selama kasus penggunaan atau skenario.
Menurut pendapat Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:229), notasi di
dalam system sequence diagram adalah sebagai berikut:
a. Actor adalah pengguna/aktor yang berinteraksi dengan sistem.
b. Input message adalah pesan yang masuk seperti : catalogID, prodID,
dan size.
c. Returned value adalah merupakan pesan keluar seperti item informasi
(deskripsi, biaya, dan kuantitas) yang menjelaskan sesuatu pada
diagram.
d. Object (Underlined) yaitu objek yang mewakili sistem.
e. Object lifeline yaitu urutan pesan yang meunujukan dari atas ke
bawah.
29
Gambar 2.10 System Sequence Diagram
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:229)
g) Data Access Layer
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:322 – 324), the
principle of separation of responsibilities is also applied to the data access
layer. However, in a system that is larger and more complex, it makes
sense to create classes that have the responsibility to implement the SQL
database commands, receive the results of the query and provide that
information to the domain layer. Because the hardware and the network is
more modern, multilayer design becomes more important to support
multitiered network where the database server is on a machine, the
business logic in the other engine and user interface present in some
desktop machines clients. This new way of designing not only makes the
system more rigid system but also a flexible system.
When a new object is instantiated, the object must be to a database
to retrieve the data. Class reads data access databases with SQL
commands and put the appropriate attribute information from the initial
object using an existing reference parameters.
30
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:322 – 324), prinsip
pemisahan tanggung jawab juga diterapkan pada data access layer.
Walaupun begitu, dalam sistem yang lebih besar dan kompleks, masuk
akal untuk menciptakan kelas-kelas yang mempunyai tanggung jawab
untuk melaksanakan perintah database SQL, mendapatkan hasil dari query
dan menyediakan informasi itu ke domain layer. Karena perangkat keras
dan jaringan sudah lebih modern, multilayer design menjadi lebih penting
untuk mendukung jaringan yang multitier dimana database server ada di
satu mesin, logika bisnis ada di mesin lainnya dan user interface ada di
beberapa mesin desktop clients. Cara baru dalam mendesain sistem tidak
hanya membuat lebih banyak sistem yang kaku tetapi juga sistem yang
fleksibel.
Saat objek baru instantiated, objek tersebut harus ke database
untuk mengambil kembali datanya. Kelas data access membaca database
dengan perintah SQL dan menempatkan informasi atribut yang cocok dari
dalam objek awal dengan menggunakan parameter referensi yang sudah
ada.
h) User Interface
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:442), user
interface is the parts of an information system requiring user interaction
to create inputs and output. So that the input and output also involves the
user system so that the user interface allows the user to interact with the
computer to execute the transaction.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:442), User Interface
adalah bagian dari informasi sistem yang membutuhkan interaksi pengguna
untuk membuat input dan output. Sehingga hasil input dan output juga
melibatkan system user sehingga User Interface memungkinkan pengguna
untuk berinteraksi dengan komputer untuk menjalankan transaksi.
i) Package Diagram
According to Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:341), package
names are generally displayed in the tab even though the package for high
31
levels views, if there is no detail in the package, the name can be placed
inside the package rectangle Classes placed in the package.The symbols used
in the package is an arrow diagram (dependency relationship).
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:341), nama package
umumnya ditampilkan dalam tab meskipun dalam package for high levels
views, jika tidak ada detail di dalam package, nama dapat ditempatkan di
dalam package rectangle. Classes di tempatkan dalam package. Simbol yang
digunakan dalam package diagram adalah panah (dependency relationship).
Gambar 2.11 Contoh Package Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005:341)
2.6 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.6.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Sutrisno (2014: 6), manajemen sumber daya manusia
merupakan proses pendayahgunaan karyawan yang dapat menunjang aktivitas
32
bisnis perusahaan. Proses pendayahgunaan ini harus diterapkan dengan baik
disebuah perusahaan agar perusahaan bisa mendapatkan sumber daya yang
berpotensial untuk mencapai tujuan perusahaan. Selain itu, manajemen harus
melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah kinerja karyawan dapat
berjalan dengan baik.
2.6.2 Fungsi Sumber Daya Manusia
Menurut Sutrisno (2014: 9), fungsi manajemen sumber daya manusia
antara lain sebagai berikut :
1. Perencanaan, dalam lingkup perencanaan ini manajemen sumber daya
manusia membuat program ketenagakerjaan yang disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan.
2. Pengorganisasian, dalam lingkup pengorganisasian ini manajemen
sumber daya manusia menjelaskan struktur organisasi perusahaan,
mendeskripsikan tugas kepada masing – masing individu, menjaga
hubungan kerja terhadap atasan maupun bawahan, serta menjelaskan hak
dan kewajiban masing – masing individu.
3. Pengarahan dan pengadaan, dalam lingkup pengarahan dan pengadaan ini
manajemen sumber daya manusia memberikan arahan berupa gambaran
kerja yang telah sesuai prosedur hingga mencapai tujuan perusahaan,
sedangkan pengadaan yang dilakukan berupa proses recruitment untuk
penetapan posisi yang dibutuhkan perusahaan.
4. Pengendalian, dalam lingkup pengendalian ini manajemen sumber daya
manusia mendisiplinkan setiap individu untuk menaati peraturan yang
berlaku didalam perusahaan.
5. Pengembangan, dalam lingkup pengembangan ini manajemen sumber
daya manusia melakukan pelatihan untuk meningkatkan hard skill
maupun soft skill terhadap masing – masing individu.
6. Kompensasi, dalam lingkup kompensasi ini manajemen sumber daya
manusia memberikan gaji yang sesuai atas kontribusi yang telah
dilakukan.
33
7. Pengintegrasian, dalam lingkup pengintegrasian ini manajemen sumber
daya manusia tidak membeda-bedakan kepentingan atasan maupun
bawahan sehingga setiap individu mendapatkan perlakuan yang adil.
8. Pemeliharaan, dalam lingkup pemeliharaan ini manajemen sumber daya
manusia memberikan rewards kepada setiap individu untuk
menumbuhkan rasa loyalitas terhadap perusahaannya.
9. Pemberhentian, dalam lingkup pemberhentian ini manajemen sumber
daya manusia melakukan tindakan pemberhentian bagi karyawan yang
telah pensiun, karyawan yang ingin mengundurkan diri, karyawan yang
dapat merugikan perusahaan, dan masa kontraknya telah selesai.
2.7 Gaji
2.7.1 Pengertian gaji
Pengertian gaji menurut Mulyadi (2008:373) pembayaran atas
penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan administrasi atau yang
mempunyai jenjang jabatan manajer yang pada umumnya dibayarkan secara
tetap per bulan.
Menurut Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala (2013: 762), gaji
adalah imbalan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada setiap individu
atas kontribusi yang telah dilakukan demi tercapainya tujuan perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa gaji merupakan suatu bentuk imbalan baik
berupa gaji pokok maupun tunjangan yang dibayarkan setiap bulan oleh
perusahaan kepada masing - masing individu sebagai balas jasa atas kinerja
yang telah diberikan terhadap perusahaan.
2.7.2 Proses Penggajian
According to J. Gelinas, at all (2012: 524) Payroll processing is the
structure of the interaction between people, equipment, activities, and control
which creates a flow of information to support routine repetitive work of the
payroll department. To that end, the process of keeping the payroll records
that contain data for payroll taxes and benefits, attendance reports,
timeliness, and pay employees for work performed.
Menurut J. Gelinas, at all (2012: 524) proses penggajian adalah
struktur interaksi antara orang, peralatan, kegiatan, dan kontrol yang
menciptakan arus informasi untuk mendukung rutinitas pekerjaan yang
34
berulang-ulang dari departemen penggajian. Untuk itu, proses penggajian
menjaga catatan yang berisi data untuk gaji pajak dan tunjangan, laporan
kehadiran, ketepatan waktu, dan membayar karyawan untuk pekerjaan yang
dilakukan.
2.7.3 Fungsi Penggajian
Menurut Mulyadi (2008: 382) terdapat lima fungsi yang terkait dalam
siklus penggajian, yaitu :
1. Fungsi kepegawaian dan penempatan pegawai
Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan seleksi pegawai baru
dengan memberikan gambaran gaji yang akan diterima sesuai dengan
golongannya.
2. Fungsi pencatat waktu
Fungsi ini bertanggung jawab untuk memberlakukan absensi kehadiran
untuk setiap individu berupa sistem taping agar tidak terjadi tindakan
penyalahgunaan data kehadiran.
3. Fungsi pembuat daftar gaji dan upah
Fungsi ini bertanggung jawab untuk merinci setiap gaji yang didapat,
seperti slip gaji. Hal ini bertujuan agar karyawan mengetahui besarnya
gaji pokok, tunjangan, potongan, dan pajak yang diterima.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk membuat laporan secara rinci
mengenai gaji yang telah dibayarkan berdasarkan jurnal terkait.
5. Fungsi Keuangan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk memberikan cek berupa nominal
gaji yang harus ditransfer ke bank.
2.7.4 Dokumen dan Catatan Akuntansi Yang Digunakan Dalam Proses
Penggajian
Menurut Mulyadi (2008: 374) dokumen-dokumen yang digunakan
dalam sistem penggajian antara lain:
a. Berkas pendukung Perubahan Gaji dan Upah
Dokumen ini berupa surat-surat keputusan untuk karyawan, seperti surat
kenaikan pangkat dan perubahan tarif upah.
b. Absensi Kehadiran dan Perhitungan Jam Kerja
35
Dokumen ini berisikan pencatatan kehadiran karyawan serta perhitungan
jam kerja yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Dokumen ini digunakan sebagai pencatat waktu hadir karyawan setiap saat
karyawan tersebut hadir untuk bekerja.
c. Daftar Gaji dan Upah
Dokumen yang menerangkan jumlah gaji yang diterima karyawan serta
rincian pemotongan pajak penghasilan, bpjs, dll.
d. Rekap Daftar Gaji dan Upah
Dokumen ini merupakan ringkasan gaji dan upah untuk setiap departemen
dari suatu perusahaan.
e. Slip Gaji dan Upah
Dokumen ini dibuat oleh bersamaan atau terpisah dengan pembuatan
daftar gaji dan upah, tergantung denga kebijakan perusahaan. Dokumen ini
dibuat olek fungsi pembuat daftar gaji.
f. Pemberian Gaji dan Upah Manual
Merupakan sejumlah uang yang merupakan gaji atau upah yang diberikan
kepada setiap karyawan yang dimasukkan ke dalam sebuah amplop.
g. Tanda Bukti Pengeluaran Gaji dan Upah
Dokumen ini digunakan sebagai perintah pengeluaran uang untuk
pembayaran gaji dan upah berdasarkan informasi yang ada di dalam daftar
gaji dan upah.
h. Jurnal Umum
Berfungsi sebagai catatan distribusi biaya yang harus dikeluarkan untuk
tenaga kerja dari setiap departemen di dalam suatu perusahaan. Adapun
jurnal umum untuk penggajian adalah:
1. Pada saat pembayaran gaji
Biaya Gaji xxxxx
Utang PPh 21 xxxxx
Iuran Jamsostek/BPJS/Asuransi xxxxx
2. Pada saat penyetoran PPh 21
Utang PPh 21 xxxxx
Kas xxxxx
3. Pada saat penyetoran Premi Asuransi
Iuran Jamsostek/BPJS/Asurans xxxxx
36
Biaya Tunjangan Asuransi (ditanggung perusahaan) xxxxx
Kas xxxxx
i. Kartu Biaya
Digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja dari setiap departemen di
dalam suatu perusahaan.
j. Kartu Penghasilan
Merupakan catatan penghasilan dan komponennya yang diterima oleh
setiap karyawan, atau biasa disebut dengan slip gaji.
2.7.5 Tunjangan
Menurut Nirwantya (2011), Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa
yang diberikan dalam nilai rupiah secara langsung kepada karyawan
individual dan dapat diketahui secara pasti. Tunjangan diberikan kepada
karyawan dimaksud agar dapat menimbulkan/meningkatkan semangat kerja
dan kegairahan bagi para karyawan.
2.8 Lembur
2.8.1 Pengertian Lembur
Lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh setiap individu tanpa
membedakan golongan yang melebihi batas jam kerja yang seharusnya.
Lembur ini terjadi akibat perintah dari atasan yang memerintahkan kepada
karyawannya untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline.
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur,
yang dimaksud dengan Waktu Kerja Lembur adalah waktu kerja yang
melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari,
dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu, atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan/atau pada
hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
2.8.2 Perhitungan Lembur
37
Lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh setiap individu tanpa
membedakan golongan yang melebihi batas jam kerja yang seharusnya.
Lembur ini terjadi akibat perintah dari atasan yang memerintahkan kepada
karyawannya untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline.
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur,
yang dimaksud dengan Waktu Kerja Lembur adalah waktu kerja yang
melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari,
dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu, atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan/atau pada
hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
2.9 Pajak Penghasilan
2.9.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2011: 168), Pajak penghasilan pasal 21 adalah
pajak individu yang timbul akibat dari gaji bersih yang diterima dari
perusahaan. Pajak ini dibebankan karena merupakan suatu kewajiban yang
harus dibayarkan sesuai dengan peraturan pemerintah dalam Undang-Undang
Pajak Penghasilan Pasal 21 guna membiayai rumah tangga Negara, seperti
pengeluaran yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat luas.
2.9.2 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2011:170), yang termasuk pemotong pajak PPh
pasal 21 adalah:
1. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai;
2. bendaharawan atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara
atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi
TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instasi atau lembaga pemerintah,
lembaga-lembaga Negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik
38
Indonesia di luar negeri, yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa atau
kegiatan;
3. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayarkan uang pensiun dan tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua;
4. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar:
a. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga
ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya;
b. honorarium atau pembayaran lain sehingga imbalan berhubungan
dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak luar negeri;
c. honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan,
pelatihan, dan magang;
5. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan.
Menurut Mardiasmo (2011:171), yang tidak termasuk sebagai
pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan
PPh pasal 21 adalah:
1. kantor Perwakilan Negara asing;
2. organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan;
3. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjaan orang pribadi untuk
39
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
2.9.3 Hak dan Kewajiban wajib Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Resmi (2014:186), Hak-hak Wajib Pajak adalah:
1. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada
Pemotong Pajak Jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dapat
dikreditkan dari PPh untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali PPh
Pasal 21 yang bersifat final.
2. Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jendral
Pajak, jika PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong Pajak tidak sesuai
dengan perarturan yang berlaku.
3. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis
dalam bahasa Indonesia dengan alas an yang jelas kepada Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya
yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak.
Menurut Resmi (2014:186-187), Kewajiban Wajib Pajak adalah:
1. Wajib Pajak (Penerima Penghasilan) wajib menyerahkan surat
pernyataan kepada Pemotong Pajak, yang menyatakan jumlah
tanggungan keluarga pada suatu tahun takwim, untuk mendapatkan
pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penyerahan
tersebut dilakukan pada saat mulai bekerja, atau pada permulaan menjadi
Subjek Pajak dalam negeri, atau mulai pensiun, atau dalam hal terjadi
perubahan tanggungan keluarga menurut keadaan pada permulaan tahun
takwim.
Wajib Pajak berkewajiban untuk menyerahkan bukti pemotongan PPh
Pasal 21 kepada:
a. Pemotong Pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan
dipindahtugaskan.
b. Pemotong Pajak tempat kerja yang baru dalam hal yang
bersangkutan pindah kerja.
c. Pemotong Pajak dana pensiun dalam hal yang bersangkutan mulai
menerima pensiun dalam tahun berjalan.
40
2. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak
Orang Pribadi, jika Wajib Pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu
pemberi kerja.
2.9.4 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh Pasal 21)
Menurut Mardiasmo (2011:173), Penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 adalah:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan;
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan
dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan
nama apapun.
7. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh :
a. bukan Wajib Pajak;
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final; atau
c. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan
norma penghitungan khusus (deemed profit) seperti Wajib
Pajak usaha pelayaran.
41
2.8.5 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2011:174), Tidak termasuk dalam pengertian
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh WP atau Pemerintah, yangi diberikan Wajib
Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang
dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau
iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua
atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja;
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
5. Beasiswa.beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.
2.9.6 Biaya Jabatan
Menurut Mardiasmo (2011:175), Biaya Jabatan merupakan besarnya
biaya jabatan yang didapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap, ditetapkan
sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 6.000.000.000,00
setahun atau Rp. 500.000,00 sebulan.
2.9.7 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Resmi (2014:196),Ketentuan tarif berdasarkan Pasal 17 ayat
(1) huruf a Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh, sebagai berikut
:
42
Table 2.1 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Pajak
Rp0 s/d Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 5%
Di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) 15%
Di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 25%
Di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30%
Tarif Pajak Penghasilan 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) menjadi lebih tinggi 20% (dua
puluh persen) daripada tariff yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak, antara
lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP. Kenaikan tarif 20% tidak
berlaku untuk PPh yang sifat pemungutannya adalah tidak final.
2.9.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015,
Pemerintah baru saja meluncurkan kebijakan penyesuaian besaran
Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari sebelumnya sebesar Rp24,3 juta
menjadi sebesar Rp36 juta untuk diri Wajib Pajak orang pribadi. Ketentuan
mengenai PTKP ini sendiri diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh) yang
memungkinkan Pemerintah untuk melakukan penyesuaian PTKP melalui
Peraturan Menteri Keuangan setelah melakukan konsultasi dengan DPR.
Dengan demikian, sejak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan terkait
penyesuaian PTKP ini, maka secara efektif besaran PTKP baru tersebut mulai
berlaku sebagai dasar perhitungan kewajiban pajak PPh OP untuk tahun
Pajak 2015 atau per 1 Januari 2015.
Maka besarnya PTKP sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122 /PMK.010/2015 per tahun tersebut
adalah:
43
1. Rp 36.000.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri
Wajib Pajak;
2. Rp 3.000.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang menikah;
3. Rp 3.000.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi karyawati menikah, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
b. Bagi karyawati tidak menikah, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
2.10 BPJS Ketenagakerjaan
Menurut Khansa (2014), BPJS Ketenagakerjaan adalah salah satu
badan penyelenggara jaminan sosial yang mengembangkan program jaminan
sosial berdasarkan funded social security, jaminan sosial yang didanai oleh
peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Pekerja
sektor formal disini maksudnya adalah para karyawan perusahaan-perusahaan
swasta dan tidak termasuk pekerja sektor informal seperti pekerja rumah
tangga, buruh industri kecil, dll.
Skema BPJS Ketenagakerjaan tidak berbeda jauh dari Jamsostek,
yang meliputi program-program yang terkait dengan risiko,antara lain sebagai
berikut:
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Program ini memberikan kompensasi/santunan dan penggantian biaya
perawatan bagi tenaga kerja yang mengalami kematian atau cacat karena
kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, dimulai dari berangkat kerja sampai
kembali ke rumah atau menderita sakit akibat kerja (PAK).
a. Apa saja manfaat dari program Jaminan Kecelakaan Kerja?
Maksimum Biaya Transport :
1. Darat Rp 750.000,-
2. Laut Rp 1.500.000,-
44
3. Udara Rp 2.000.000,-
b. Bagi yang tidak mampu bekerja sementara, peserta Jamsostek akan
tetap mendapat upah :
1. Empat (4) bulan pertama, 100% upah
2. Empat (4) bulan kedua, 75% upah
3. Selanjutnya 50% upah
c. Biaya Pengobatan/Perawatan maksimum Rp 20.000.000,-
d. Santunan Cacat
Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah
Total-tetap :
1. Sekaligus : 70 % x 80 bulan upah
2. Berkala (2 tahun) Rp 200.000,- per bulan
3. Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan
upah
e. Santunan Kematian
1. Sekaligus 60 % x 80 bulan upah
2. Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan
3. Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-
f. Biaya Rehabilitasi: Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta
,ditambah 40 %
1. Prothese anggota badan
2. Alat bantu (kursi roda)
g. Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan
kerja dan 3 tahun setelah putus hubungan kerja.
Iuran untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja ini
sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran
berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada
iuran:
1. Kelompok I = Premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan
a. Penjahitan/Konvensi
b. Pabrik Topi
c. Industri pakaian lainnya (paying, kulit ikat pinggang,
gantungan celana/bretel)
d. Pembikinan layar dan krey dari tekstil
45
e. Pabrik keperluan rumah tangga (sprei, selimut, terpal,
gorden, dan lain-lain yang ditenun)
f. Perdagangan ekspor impor
g. Perdagangan besar lainnya (agen-agen perdagangan besar,
distributor, makelar, dan lain-lain)
h. Toko-toko koperasi konsumsi, dan lain-lain
i. Bank dan Kantor-kantor Dagang
j. Perusahaan pertanggungan
k. Jasa Pemerintahan (organisasi tentara, polisi, Departemen)
l. Pengobatan dan kesehatan lainnya
m. Organisasi-organisasi keagamaan
n. Lembaga kesejahteraan
o. Persatuan perdagangan dan organisasi buruh
p. Balai penyidikan yang berdiri sendiri
q. Jasa-jasa umum lainnya seperti museum, perpustakaan,
kebun binatang, perkumpulan sosial
r. Pemangkas rambut dan salon kecantikan
s. Peternakan
2. Kelompok II = Premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan
a. Pertanian rakyat
b. Perkebunan gula
c. Perkebunan tembakau
d. Perkebunan bukan tahunan, terkecuali gula dan tembakau
e. Perkebunan tahunan seperti karet, coklat, kelapa, dan lain-
lain
f. Pabrik teh
g. Penggorengan dan pembuatan kopi bubuk
h. Pabrik gula
i. Pabrik sigaret
j. Pabrik cerutu
k. Pabrik rokok kretek, dan lain-lain
l. Perusahaan tembakau lainnya
m. Pabrik cat dan lak
n. Pabrik tinta dan lem
46
o. Pabrik kina
p. Pabrik alat-alat pengangkutan lainnya
q. Industri alat-alat Pekerjaan,
r. Pengetahuan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium
s. Reparasi arloji dan lonceng
t. Industri alat-alat musik
u. Pabrik alat-alat olah raga
v. Pabrik mainan anak
w. Perdagangan barang tak bergerak (penyewaan alat, tanah,
rumah, garasi dan lain-lain)
x. Jasa perhubungan seperti PTT Radio
y. Perusahaan pembuatan film dan pengedar film
z. Bioskop
aa. Sandiwara, komedi, opera, sirkus, band, dll
bb. Jasa hiburan selain sandiwara dan bioskop
cc. Perusahaan binatu, celup
dd. Perusahaan potret.
3. Kelompok III = Premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan. (dapat
dilihat dari lampiran I -dari Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun
1993)
4. Kelompok IV= Premi sebesar 1,27% x upah sebulan
a. Pabrik dari hasil minyak tanah
b. Pabrik barang-barang dari minyak tanah atau batu bara
c. Pabrik bata merah dan genteng
d. Pabrik dan reparasi dan mesin-mesin (bengkel motor, mobil
dan mesin)
e. Pembikinan dan reparasi kapal dari baja
f. Pembikinan dan reparasi alat-alat perhubungan kereta api
g. Pabrik kendaraan bermotor dan bagian-bagiannya
h. Reparasi kendaraan bermotor (mobil, truk, dan sepeda motor)
i. Pabrik dan reparasi kapal udara
j. Perusahaan kereta api
47
k. Perusahaan trem dan bus
l. Pengangkutan penumpang di jalan selain bus
m. Penimbunan barang/veem
5. Kelompok V = Premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan
a. Penebangan dan pemotongan kayu/panglong
b. Penangkapan ikan laut
c. Penangkapan ikan laut lainnya
d. Pengumpulan hasil laut, terkecuali ikan
e. Asam belerang
f. Pabrik pupuk
g. Pabrik kaleng
h. Perbaikan rumah, jalan-jalan, terusan-terusan konstruksi berat,
pipa air, jembatan kereta api dan instalasi listrik
i. Pertambangan minyak mentah dan gas bumi
k. Penggalian batu
l. Penggalian tanah liat
m. Penggalian pasir
n. Penggalian gamping
o. Penggalian belerang
p. Tambang intan dan batu perhiasan
q. Pertambangan lainnya
r. Tambang emas dan perak
s. Penghasilan batu bara
t. Tambang besi mentah
u. Tambang timah
v. Tambang bauksit
w. Tambang mangan
x. Tambang logam lainnya
y. Lori perkebunan
z. Pabrik bahan peledak, bahan petasan, pabrik kembang api.
2. Jaminan Hari Tua (JHT)
48
Program ini adalah berupa tabungan selama masa kerja yang
dibayarkan kembali pada umur 55 tahun atau atau telah memenuhi
persyaratan tertentu.
Iuran Program Jaminan Hari Tua :
a. Ditanggung Perusahaan = 3,7%
b. Ditanggung Tenaga Kerja = 2%
Premi Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayar pemberi kerja
tidak dimasukkan sebagai penghasilan karyawan (tidak menambah
penghasilan bruto karyawan). Pengenaan pajaknya akan dilakukan
pada saat karyawan yang bersangkutan menerima Jaminan Hari Tua
dari BPJS Ketenagakerjaan.
Premi Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayar sendiri oleh
karyawan merupakan pengurang penghasilan bruto bagi karyawan
dalam perhitungan PPh karyawan tersebut.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang
terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga
kerja
a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat
total tetap
b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya
5 tahun dengan masa tunggu 1 bulan
c. Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi
PNS/POLRI/ABRI
3. Jaminan Kematian (JK)
Program Jaminan Kematian ini memberikan pembayaran tunai
kepada ahli waris dari tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum
umur 55 tahun.
Manfaat Program Jaminan Kematian, Program ini memberikan
manfaat bagi keluarga dari tenaga kerja seperti:
a. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,-
b. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-
c. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)
49
Pengusaha atau perusahaan diwajibkan menanggung iuran
Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian
yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan
kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan berkala.