ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

15
67 WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019 ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI BAWANG MERAH (Allium cepa l) STUDI KASUS DI DESA BANTI, KECAMATAN BARAKA, KABUPATEN ENREKANG Harina 1 , Nuraeni 2 , Muhammad Salim 2 1 Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia 2 Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia 085299680618, [email protected] ABSTRACT This study aims to analyze the production and income of shallot farming obtained by farmers in Banti Village, Baraka District, Enrekang Regency. Identify marketing institutions involved in marketing onion farming in Banti Village, Baraka District, Enrekang Regency. Analyzing the margins of each marketing institution onion farming in Banti Village, Baraka District, Enrekang District and analyzing the marketing channels efficiently on shallot farming in Banti Village, Baraka District, Enrekang Regency. The study was conducted in Banti village, Baraka sub-district, Enrekang district, the time for conducting the study took place from March 2018 to April 2018. The population in this study were all onion farmers in Banti Village, Baraka District, Enrekang District from 250 survey results. selected by using a simple random method by selecting 10% of the number of farmers. So that the number of selected samples is 25 respondents. In addition to farmers as respondents, there are also marketing institutions that are determined by purposive method as many as 5 traders. The analysis used is income analysis, cost analysis, marketing margin analysis, and marketing efficiency analysis. The results showed that the production of shallots (2 planting seasons) of one year was 11,201.13 kg, obtaining a production value of Rp. 199,699,019.64/year. In channel I, the collectors obtained an average margin of Rp. 1,500 / kg, large traders get an average margin of Rp. 2,000 / kg, retailers obtain an average margin of Rp. 1,5/kg. While on channel II, retailers get a margin of Rp. 1,50/kg. The average marketing efficiency of shallots on channel I, collector traders is 95.52%, wholesalers are 97.35%, retailers are 96.10%. While on channel II, retailers are 95.64%. All marketing channels, both channel I and channel II, are not efficient because the efficiency value is greater than 50%. Keywords: Marketing Efficiency, Marketing Margin, Production, Revenue. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis produksi dan pendapatan usahatani bawang merah yang diperoleh petani di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran usahatani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Menganalisis margin pada setiap lembaga pemasaran usahatani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang dan menganalisis efisien saluran pemasaran pada usahatani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Penelitian dilakukan di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, waktu pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Maret 2018 sampai April 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan

Transcript of ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

Page 1: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

67

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI

BAWANG MERAH (Allium cepa l) STUDI KASUS DI DESA BANTI,

KECAMATAN BARAKA, KABUPATEN ENREKANG

Harina1, Nuraeni2, Muhammad Salim2

1Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia

2Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia

085299680618, [email protected]

ABSTRACT This study aims to analyze the production and income of shallot farming obtained by

farmers in Banti Village, Baraka District, Enrekang Regency. Identify marketing

institutions involved in marketing onion farming in Banti Village, Baraka District,

Enrekang Regency. Analyzing the margins of each marketing institution onion farming in

Banti Village, Baraka District, Enrekang District and analyzing the marketing channels

efficiently on shallot farming in Banti Village, Baraka District, Enrekang Regency.

The study was conducted in Banti village, Baraka sub-district, Enrekang district, the time

for conducting the study took place from March 2018 to April 2018. The population in

this study were all onion farmers in Banti Village, Baraka District, Enrekang District

from 250 survey results. selected by using a simple random method by selecting 10% of

the number of farmers. So that the number of selected samples is 25 respondents. In

addition to farmers as respondents, there are also marketing institutions that are

determined by purposive method as many as 5 traders.

The analysis used is income analysis, cost analysis, marketing margin analysis, and

marketing efficiency analysis.

The results showed that the production of shallots (2 planting seasons) of one year was

11,201.13 kg, obtaining a production value of Rp. 199,699,019.64/year. In channel I, the

collectors obtained an average margin of Rp. 1,500 / kg, large traders get an average

margin of Rp. 2,000 / kg, retailers obtain an average margin of Rp. 1,5/kg. While on

channel II, retailers get a margin of Rp. 1,50/kg. The average marketing efficiency of

shallots on channel I, collector traders is 95.52%, wholesalers are 97.35%, retailers are

96.10%. While on channel II, retailers are 95.64%. All marketing channels, both channel

I and channel II, are not efficient because the efficiency value is greater than 50%.

Keywords: Marketing Efficiency, Marketing Margin, Production, Revenue.

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis produksi dan pendapatan usahatani bawang

merah yang diperoleh petani di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.

Mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran usahatani bawang

merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Menganalisis margin

pada setiap lembaga pemasaran usahatani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan

Baraka, Kabupaten Enrekang dan menganalisis efisien saluran pemasaran pada usahatani

bawang merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.

Penelitian dilakukan di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, waktu

pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Maret 2018 sampai April 2018. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh petani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan

Page 2: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

68

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Baraka, Kabupaten Enrekang dari hasil survei didapatkan 250 petani. Sampel dipilih

dengan menggunakan metode acak sederhana dengan memilih 10% dari jumlah

petani.Sehingga jumlah sampel yang terpilih adalah 25 responden. Selain petani sebagai

responden juga ada lembaga pemasara yang ditentukan dengan cara purposive sebanyak 5

responden pedagang.

Analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis biaya, analisis marjin

pemasaran, dan analisis efisiensi pemasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi bawang merah (2 musim tanam)

satu tahun sebanyak 11.201,13 kg, mendapatkan nilai produksi sebesar Rp.

199.699.019,64/tahun. Pada saluran I, pedagang pengumpul memperoleh rata-rata marjin

sebesar Rp. 1.500/kg, pedagang besar memperoleh rata-rata marjin sebesar Rp. 2.000/kg,

pedagang pengecer memperoleh rata-rata marjin sebesar Rp. 1.500/kg. Sedangkan pada

saluran II yaitu pedagang pengecer memperoleh marjin sebesar Rp. 1.500/kg. Efisiensi

pemasaran bawang merah rata-rata pada saluran I, pedagang pengumpul yaitu 95,52 %,

pedagang besar yaitu 97,35 %, pedagang pengecer yaitu 96,10 %. Sedangkan pada

saluran II yaitu pedagang pengecer yaitu 95,64 %. Seluruh saluran pemasaran, baik

saluran I maupun saluran II, tidak efisien karena nilai efisiensi lebih besar dari 50 %.

Kata kunci : Efisiensi Pemasaran, Marjin Pemasaran, Pendapatan, Produksi.

PENDAHULUAN

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan yang cukup besar

terhadap perekonomian Indonesia karena sebagai sumber penerimaan devisa negara,

mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja selain itu, sektor

pertanian juga merupakan penyedia bahan baku penting bagi industri. Khususnya industri

pengolahan makanan dan minuman atau agroindustri. Sektor pertanian juga merupakan

pilar utama dalam menopang ketahanan pangan negara. Karena sumbangannya terhadap

pemenuhan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia. Varietas bawang merah

yang ditanam petani di kabupaten Enrekang cukup banyak macamnya, akan tetapi yang

paling banyak dibudidayakan oleh petani yaitu varietas Surabaya dan bima (Nurhapsa dan

Kartini, 2015).

Varietas bima (botrytis alli) yang berasal dari brebesyang sering ditanam di kabupaten

Enrekang. Varietas bima sudah bisa dipanen pada umur 60 hari setelah tanam. Sedangkan

varietas bawang merah Surabaya telah banyak dikembangkan di wilayah daerah-daerah,

dan menanam beberapa siung di kaleng bekas, kemudian ditanam di lahan sawah dan

terus berkembang sampai saat ini dan sudah bisa di panen pada umur 70 hari (Soekartawi,

2006). Bawang merah merupakan salah sayuran rempah yang berfungsi sebagai

bumbu/penyedap masakan. Selain itu, bawang merah dapat digunakan sebagai obat

tradisional seperti untuk penurun panas, sakit perut, penurunan kolestrol dan anti radang

karena mengandung vitamin dan mineral cukup tinggi.

Page 3: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

69

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Efisiensi kegiatan distribusi komoditi pertanian dipengaruhi oleh panjang pendeknya

mata rantai jalur distribusi oleh besarnya margin keuntungan yang diterapkan oleh mata

rantai tersebut. Semakin pendek mata rantai distribusi dan semakin kecil margin

keuntungan yang ditetapkan, maka kegiatan distribusi tersebut semakin efisien

(Widiastuti, 2013).Dengan demikian pemasaran merupakan hal yang sangat penting

dalam menjalankan usaha pertanian karena pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang

berpengaruh pada tinggi rendahnya pendapatan petani. Produksi yang baik dan melimpah

akan kurang berarti karena harga pasar yang rendah. Demikian pula dengan produksi

yang tinggi mutlak memberikan keuntungan lebih besar bagi petani tanpa pemasaran baik

dan efisien. Dengan demikian tujuan penelitianmeluputi (1) Menganalisis produksi dan

pendapatan usahatani bawang merah yang diperoleh petani di Desa Banti, Kecamatan

Baraka, Kabupaten Enrekang. (2) Mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat

dalam pemasaran usahatani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten

Enrekang. (3) Menganalisis margin pada setiap lembaga pemasaran usahatani bawang

merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. (4) Menganalisis efisien

saluran pemasaran pada usahatani bawang merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Banti Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Pemilihan

lokasi ini dilakukan dengan dasar bahwa desa tersebut menjadi sentra tanaman bawang

merah di Kecamatan Baraka.Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung dari Bulan Maret

2018 sampai April 2018.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani bawang merah di Desa Banti,

Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang dari hasil survei didapatkan 250 petani. Sampel

dipilih dengan menggunakan metode acak sederhana dengan memilih 10% dari jumlah

petani.Sehingga jumlah sampel yang terpilih adalah 25 responden. Selain petani sebagai

responden juga ada lembaga pemasara yang ditentukan dengan cara purposive sebanyak 5

responden pedagang yaitu pedagang pengumpul 2 orang, pedagang besar 1 orang dan

pedagang pengecer 2 orang di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.

Analisis yang digunakan dalam Pnelitian ini adalah analisis pendapatan, analisis biaya,

analisis marjin pemasaran, dan analisis efisiensi pemasaran.

Page 4: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

70

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Usahatani

Jumlah dan Nilai Produksi Usahatani Bawang Merah

Produksi merupakan hasil akhir dari sebuah proses produksi dari faktor-faktor produksi.

Tingkat produksi yang diperoleh sangat menentukan nilai produksi yang diperoleh.

Waktu tanaman bawang merah di Desa Banti pada musim tanam I berlangsung pada

bulan Desember sampai Maret sedangkan musim tanam II mulai dari bulan April sampai

Oktober dimana pada bulan ini mengalami musim kemarau sehingga pada bulan tersebut

produksi bawang merah akan melimpah. Untuk mengetahui keadaan produksi yang

diperoleh petani bawang merah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Produksi Usahatai Bawang Merah Perhektar di Desa Banti,Kecamatan

Baraka,Kabupaten Enrekang,Provinsi Sulawesi Selatan.

No Musim Tanam Jumlah produksi

(Kg/Ha)

Harga

(Rp/Kg)

Nilai produksi

(Rp/Ha)

1. MT-1 4.864,71 15.000 72.970.588,24

2 MT-2 6.336,42 20.000 126.728.431,40

Total 11.201,13 199.699.019,64

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa responden dalam mengelola usahatani bawang

merah dalam satu tahun produksi melakukan panen sebanyak 2 kali musim tanam. Dari

informasi tabel diatas dapat dilihat produksi bawang merah pada musim tanam I hanya

4.864,71 Kg sedangkan musim tanam II mencapai 6.336,42 Kg. Hal ini disebabkan oleh

faktor cuaca dimana pada msim tanam satu mengalami musim hujan dan disebabkan oleh

banyaknya produksi yang rusak yang kemudian penentuan harga pun berbeda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan responden 11.201,13

Kg. Jadi nilai produksi responden rata-rata sebanyak Rp. 199.699.019,64/tahun.

Analisis Biaya Usahatani Bawang Merah

Usahatani bawang merah merupakan usahatani yang dikeloladengan melakukan panen

sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa jumlah total

biaya sebesar Rp. 22.343.081/Ha biaya variabel yang dikeluarkan responden dalam

usahatani bawang merah di Desa Banti sebesar Rp. 21.890.342,2/Ha dan total biaya tetap

yang dialokasikan responden sebesar Rp. 452.738,9/Ha. Untuk mengetahui biaya

usahatani yang dialokasi responden pada usahatani bawang merah dapat dilihat pada

Tabel 2 berikut ini:

Page 5: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

71

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Tabel 2. Analisis Biaya Usahatani Bawang Merah Perhektar Musim Tanam-1 di Desa

Banti,Kecamatan Baraka,Kabupaten Enrekang,Provinsi Sulawesi Selatan.

Jenis Biaya Jumlah Fisik Harga

(Rp/Unit) Nilai (Rp/Ha)

Biaya Variabel

1. Bibit (Kg) 1.074 15.000 16.110.294

2. Pupuk

- Pupuk Urea (Kg) 90 2.000 180.294

- Pupuk ZA (Kg) 90 2.000 226.495

- Pupuk NPK (Kg) 113 2.600 382.990

- Pupuk Kandang 147 1.000 822.304

3. Pestisida

- Insektisida (Matador) 2,52 150.000 378.676

- Herbisida (Gramoxowan) 2,92 35.000 102.083,33

- Insektisida (Aboks) 2,96 35.000 103.799,02

- Herbisida (Gulma) 5 30.000 253.799,02

- Fungisida (Nemispor) 6,88 83.000 571.642,16

4. Kemasan (Krg) 32,21 2.500 80.514,70

5. Angkutan (krg) 32,21 10.000 322.058,82

6. Tenaga kerja 47,5 50.000 2.355.392,16

Total Biaya Variabel 21.890.342,2

Biaya Tetap

1. Pajak lahan 8.333,34

2. Penyusutan alat 138.033,04

3. Sewa traktor 306.372,55

Total Biaya Tetap 452.738,9

Total Biaya 22.343.081

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Selanjutnya tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah total biaya sebesar Rp. 21.978.6984/Ha

biaya variabel yang dikeluarkan responden dalam usahatani bawang merah di Desa Banti

sebesar Rp. 21.526.245/Ha dan total biaya tetap yang dialokasikan responden sebesar Rp.

452.738,9/Ha.

Page 6: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

72

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Tabel 3. Analisis Biaya Usahatani Bawang Merah Perhektar Musim Tanam-2 di Desa

Banti,Kecamatan Baraka,Kabupaten Enrekang,Provinsi Sulawesi Selatan.

Jenis Biaya Jumlah Fisik Harga

(Rp/Unit) Nilai (Rp/Ha)

Biaya Variabel

1. Bibit (Kg) 1.074 15.000 16.108.823,53

2. Pupuk

- Pupuk Urea (Kg) 90 2.000 75.294,12

- Pupuk ZA (Kg) 90 2.000 108.725,49

- Pupuk NPK (Kg) 113 2.600 268.254,90

- Pupuk Kandang 147 1.000 718.382,35

3. Pestisida

- Insektisida

(Matador)

2,52 150.000 757.352,94

- Herbisida

(Gramoxowan)

2,92 35.000 112.892,16

- Insektisida (Aboks) 2,96 35.000 234.191,18

- Herbisida (Gulma) 5 30.000 152.205,88

- Fungisida

(Nemispor)

6,88 83.000 165.367,65

4. Kemasan (Krg) 37,55 2.500 93.872,54

5. Angkutan (krg) 37,55 10.000 375.490,19

6. Tenaga kerja 47,5 50.000 2.355.392,16

Total Biaya Variabel 21.526.245

Biaya Tetap

7. Pajak lahan 8.333,34

8. Penyusutan alat 138.033,04

9. Sewa traktor 306.372,55

Total Biaya Tetap 452.738,9

Total Biaya 21.978.984

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Analisis Pendapatan Usahatani Petani Responden

Pendapatan usahatani penting untuk diketahui, untuk memberikan gambaran mengenai

pendapatan dari kegiatan usahatani. Pada biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari

biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari sarana produksi yang digunakan

dalam usahani bawang merah seperti bibit, pupuk, pestisida, biaya angkut, biaya tenaga

kerja dan biaya lain-lain. Sedangkan komponen biaya tetap termasuk didalamnya adalah

biaya pajak lahan dan biaya penyusutan alat. Untuk mengetahui pendapatan usahatani

yang dialokasi responden pada usahatani bawanag merah dapat dilihat pada Tabel 4

berikut ini:

Page 7: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

73

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Tabel 4. Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah Perhektar di Desa Banti,Kecamatan

Baraka,Kabupaten Enrekang,Provinsi Sulawesi Selatan.

No Uraian MT-1 (Rp) MT-2 (Rp) MT/Tahun

1. Penerimaan 72.970.588,24 126.728.431 199.699.019

2. Biaya Variabel 21.890.342,2 21.526.245 43.416.587

3. Gross Income (1-2) 51.080.246 105.202.186 156.282.432

4. Biaya Tetap 452.738,9 452.738,9 905.478

5. Net Income (3-4) 50.627.507 104.749.447 155.376.954

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa penerimaan yang dihasilkan responden selama

satu tahun sebesar Rp. 199.699.019. Biaya variabel sebesar Rp. 43.416.587 dan biaya

tetap sebesar Rp. 905.478. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh

cukup besar yaitu Rp. 155.376.954/tahun.

Lembaga dan Saluran Pemasaran Usahatani Bawang Merah

Umumnya penyaluran barang dari produsen ke konsumen akhir melalui lembaga

pemasaran yang saling berkaitan. Lembaga pemasaran mutlak diperlukan untuk

membantu petani dalam menyalurkan hasil panen sampai ke konsumen. Hal ini juga

dijumpai pada pemasaran bawang merah di Kabupaten Enrekang yang dihasilkan oleh

petani di Desa Banti yang mana konsumen akhirnya berada di kota Enrekang dan

sekitarnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Banti terdapat 2 jenis saluran

pemasaran bawang merah, yaitu sebagai berikut:

1. Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang

Pengecer Konsumen

Pada saluran I setelah produksi, produsen menjual hasil mereka ke pedagang pengumpul,

kemudian pedagang pengumpul menjual ke pedagang besar, kemudian pedagang besar

menjual ke pedagang pengecer yang menjual langsung ke konsumen.

2. Petani Pedagang Pengecer Konsumen

Pada saluran II setelah produksi, produsen menjual hasil mereka ke pedagang pengecer,

kemudian pedagang pengecer menjual langsung ke konsumen.

Dari hasil penelitian ini yang dilakukan di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten

Enrekang.Maka lembaga pemasaran yang terlibat dalam usahatani bawang merah adalah

pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.

Biaya pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer dilihat dari saluran

pemasarannya, yaitu sebagai berikut:

Pemasaran Saluran I

Biaya Pemasaran Saluran I

Page 8: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

74

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang

penegecer harus diketahui dengan baik agar nantinya pedagang dapat mengetahui

keuntungan yang didapat dan biaya yang dikeluarkan apabila bawang merah tersebut

telah dijual. Biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Biaya Pemasaran Saluran I Pedagang Pengumpul di Desa Banti, KecamatanBaraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Jenis Biaya

Pedagang Pengumpul

Volume (Kg) Nilai (Rp)

MT-1 MT-2 MT-1 MT-2

1. Pembelian 2.000 2.850 30.000.000 57.000.000

2. Susut 10 14,25 150.000 285.000

3. Transpor 1.000.000 1.425.000

4. Karung 75.750 107.250

Total 31.225.750 58.817.250

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul

yaitu pada musim tanam-1 sebesar Rp. 30.000.000 dan harga pembeliannya sebesar Rp.

15.000/kg, pada musim tanam-2 sebesar Rp. 57.000.000 dan harga pembeliannya sebesar

Rp. 20.000/kg. Sedangkan biaya karung pada musim tanam-1 sebesar Rp. 75.750 , pada

musim tanam-2 sebesar Rp. 107.250 dan harga pembeliannya sebesar Rp. 1.500, pada

musim tanam-1 nilai susut yang dikeluarkan sebesar Rp 150.000, pada musim tanam-2

sebesar Rp 285.000. Untuk transport yang dikeluarkan Rp. 500/kg setiap musimnya.

Tabel 6. Biaya Pemasaran Saluran I Pedagang Besar di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Jenis Biaya

Pedagang Besar

Volume (Kg) Nilai (Rp)

MT-1 MT-2 MT-1 MT-2

1. Pembelian 10.000 15.000 170.000.000 315.000.000

2. Susut 50 75 850.000 1.575.000

3. Transpor

10.000.000 15.000.000

4. Tenaga Kerja (org) 2 2 2.500.000 2.500.000

5. Pajak Usaha - - 30.000 30.000

6. Karung

375.000 562.500

Total 183.755.000 334.667.500

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan pedagang besar yaitu

pada musim tanam-1 sebesar Rp. 170.000.000 dan harga pembeliannya sebesar

17.000/kg, pada musim tanam -2 sebesar Rp. 315.000.000 dan harga pembeliannya

sebesar 21.000/kg.Sedangkan pada musim tanam-1 nilai susut yang dikeluarkan sebesar

Rp 850.000, pada musim tanam-2 sebesar Rp 1.575.000. Untuk transpor yang

dikeluarkan Rp. 1.000/kg setiap musimnya dan upah tenaga kerja Rp. 1.250.000 untuk 1

Page 9: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

75

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

orang dan untuk 2 orang sebesar 2.500.000setiap musimnya, biaya karung yang

dikeluarkan pada musim tanam-1 sebesar Rp. 375.000, pada musim tanam-2 sebesar Rp.

562.500 dan harga pembeliannya sebesar Rp. 1.500 dan pajak bangunan Rp. 30.000/

Tahun.

Tabel 7. Biaya Pemasaran Saluran I Pedagang Pengecer di Desa Banti, KecamatanBaraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Jenis Biaya

Pedagang Pengecer

Volume (Kg) Nilai (Rp)

MT-1 MT-2 MT-1 MT-2

1. Pembelian 5.200 8.500 98.800.000 195.500.000

2. Susut 26 43 494.000 989.000

3. Transport

1.040.000 1.700.000

4. Retribusi 70.000 70.000

5. Plastik

810.000 1.320.000

Total 101.214.000 199.579.000

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer

yaitu pada musim tanam-1 sebesar Rp. 98.800.000 dan harga pembeliannya sebesar Rp.

19.000/kg, pada musim tanam-2 sebesar Rp 195.500.000 dan harga pembeliannya sebesar

Rp. 23.000/kg. Pada musim tanam-1 nilai susut yang dikeluarkan sebesar Rp 494.000,

pada musim tanam-2 sebesar Rp 989.000.Untuk biaya retribusi yang dikeluarkan sebesar

Rp. 70.000 setiap musimnya.Sedangkan biaya plastik yang dikeluarkan pada musim

tanam-1 sebesar Rp. 810.000, pada musim tanam-2 sebesar Rp. 1.320.000 dan harga

pembeliannya sebesar Rp. 15.000.

Pendapatan Saluran I

Pendapatan yang akan diperoleh oleh pedagang harus lebih tinggi daripada biaya yang

dikeluarkan, apabila biaya yang dikeluarkan oleh pedagang lebih tinggi daripada

pendapatan yang didapatkan berarti pedagang tersebut mengalami kerugian. Pendapatan

yang didapatkan oleh pedagang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Pendapatan Pemasaran Saluran I Pedagang Pengumpul di Desa Banti, Kecamatan

Baraka, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Uraian Pendapatan Pengumpul

MT-1 MT-2

1. Volume Penjualan (Kg) 1.991 2.836

2. Harga Jual (Rp/Kg) 17.000 21.000

3. Penerimaan (Rp) 33.838.500 59.556.000

4. Total Biaya (Rp) 31.225.750 58.817.250

5. Pendapatan (Rp) 2.612.750 738.750

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Page 10: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

76

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa pedagang pengumpul musim tanam-1

mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 2.612.750 dengan harga jual 17.000/kg, musim

tanam-2 mendapat pendapatan sebesar Rp. 738.750 dengan harga jual 21.000/Kg.

Tabel 9. Pendapatan Pemasaran Saluran I Pedagang Besar di Desa Banti, Kecamatan Banti,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Uraian Pendapatan Besar

MT-1 MT-2

1. Volume Penjualan (Kg) 9.950 14.925

2. Harga Jual (Rp/Kg) 19.000 23.000

3. Penerimaan (Rp) 189.050.000 343.275.000

4. Total Biaya (Rp) 183.755.000 334.667.500

5. Pendapatan (Rp) 5.295.000 8.607.500

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa pedagang besar musim tanam-1 mendapatkan

pendapatan sebesar Rp. 5.295.000 dengan harga jual 19.000/kg, musim tanam-2

mendapat pendapatan sebesar Rp. 8.607.500 dengan harga jual 23.0000/Kg.

Tabel 10. Pendapatan Pemasaran Saluran I Pedagang pengecer di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Uraian Pendapatan Pengecer

MT-1 MT-2

1. Volume Penjualan (Kg) 5.174 8.457

2. Harga Jual (Rp/Kg) 20.000 25.000

3. Penerimaan (Rp) 103.480.000 211.425.000

4. Total Biaya (Rp) 101.214.000 199.579.000

5. Pendapatan (Rp) 2.266.000 11.846.000

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa pedagang pengecer musim tanam-1

mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 2.266.000 dengan harga jual 20.000/kg, musim

tanam-2 mendapat pendapatan sebesar Rp. 11.846.000 dengan harga jual 25.0000/Kg.

Berdasarkan keuntungan saluran I menunjukkan bahwa yang memiliki pendapatan yang

lebih banyak di antara pedagang lainnya adalah pedagang pengecer.

Marjin Pemasaran Saluran I

Perbedaan harga yang dibayarkan oleh produsen dengan harga yang diterima konsumen

atau jumlah semua biaya pemasaran yang dikeluarkan selama proses penyaluran bawang

merah dari produsen ke konsumen. Marjinpemasarn bawang merah dapat dilihat Tabel 11

berikut ini:

Page 11: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

77

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Tabel 11. Marjin Pemasaran Saluran I Bawang Merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Uraian Pengumpul Besar Pengecer

1. Harga Jual

- MT-1 17.000 19.000 20.000

- MT.2 21.000 23.000 25.000

2. Harga Beli

- MT-1 15.000 17.000 19.000

- MT-2 20.000 21.000 23.000

3. Marjin

- MT-1 2.000 2.000 1.000

- MT-2 1.000 2.000 2.000

4. Rata-rata Marjin 1.500 2.000 1.500

Total 5.000

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa lembaga pemasaran memiliki masing-masing

marjin. Besaran marjin pemasaran akan berbeda pada setiap saluran pemasaran karena

masing-masing lembaga pemasaran memiliki harga jual yang berbeda (Hasyim, 2005).

Rata-rata marjin yang diperoleh pada pedagang pengumpul sebesar 1.500/kg, pedagang

besar memperoleh marjin sebesar 2.000/kg sedangkan pedagang pengecer memperoleh

marjin sebesar 1.500/kg. Jadi total marjin yang diperoleh lembaga pemasaran pada

saluran 1 yakni sebesar 5.000/kg. Pada saluran I lembaga pemasaran yang memiliki rata-

rata margin tertinggi adalah pedagang besar yakni sebesar 2.000/kg, hal ini dikarenakan

pedagang pengumpul pedagang besar dan pedagang pengecer memiliki harga jual yang

tinggi sedangkan harga belinya rendah.

Efisiensi Pemasaran Saluran I

Suatu sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila memenuhi dua syarat, yaitu:

mampu menyampaikan hasil-hasil yang didapatkan ke konsumen dengan biaya yang

murah dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang

dibayar ke semua pihak yang ikut serta dalam produksi bawang merah tersebut. Efisiensi

pemasaran bawang merah dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Efisiensi Pemasaran Saluran I Bawang Merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Uraian Pengumpul Besar Pengecer

1. Total Biaya

- MT-1 31.225.750 183.755.000 101.214.000

- MT.2 58.817.250 334.667.500 199.579.000

2. Penerimaaan

- MT-1 33.838.500 189.050.000 103.480.000

- MT-2 59.556.000 343.275.000 211.425.000

3. Efisiensi (%)

- MT-1 92,28 97,20 87,81

- MT-2 98,76 97,49 94,40

4. Rata2 Efisiensi (%) 95,52 97,35 96,10

Page 12: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

78

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa pedagang yang memiliki rata-rata efisiensi

pemasaran yang lebih tinggi adalah pedangang besar dibanding pedagang pengumpul dan

pedagang pengecer.

Pemasaran bawang merah dikategorikan efisiensi apabila ≤ 50 % (Soekartawi, 2006).

Berdasarkan hipotesis 4 saluran pemasaran bawang merah di Desa Banti tidak efisien.

Hal ini disebabkan karena biaya pemasaran bawang merah yang tinggi.

Pemasaran Saluran II

Biaya Pemasaran Saluran II

Jenis biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yang terlibat dalam sistem

pemasaran bawang merah yaitu dari produsen ke konsumen. Biaya yang dikeluarkan oleh

pedagang pengecer dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Biaya Pemasaran Saluran II Pedagang Pengecer di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Jenis Biaya

Pedagang Pengecer

Volume (Kg) Nilai (Rp)

MT-1 MT-2 MT-1 MT-2

1. Pembelian 6.300 9.700 107.100.000 203.700.000

2. Susut 32 49 544.000 1.029.000

3. Transport

1.260.000 1.940.000

4. Plastik

975.000 1.515.000

5. Retribusi 70.000 70.000

Total 109.949.000 208.254.000

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer

yaitu pada musim tanam-1 sebesar Rp. 107.100.000 dan harga pembeliannya sebesar Rp.

17.000/kg, pada musim tanam-2 sebesar Rp. 203.700.000 dan harga pembeliannya

sebesar Rp. 21.000/kg. Untuk nilai susut yang dikeluarkan pada musim tanam-1 senbesar

Rp. 544.000, pada musim tanam-2 sebesar Rp. 1.029.000 Sedangkan biaya plastik pada

musim tanam-1 yang dikeluarkan sebesar Rp. 975.000, pada musim tanam-2 sebesar Rp.

1.515.000 dan harga pembeliannya sebesar Rp. 15.000. Untuk biaya retribusi yang

dikeluarkan sebesar Rp. 70.000 setiap musimnya.

Pendapatan Saluran II

Pendapatan pedagang sangat penting karena dapat dijadikan modal menjadi pelangsung

hidup bagi pedagang dan keluarganya. Pendapatan pemasaran dapat dilihat pada Tabel 14

berikut ini:

Page 13: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

79

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Tabel 14. Pendapatan Pemasaran Saluran II Pedagang Pengecer Bawang Merah di Desa Banti,

Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Uraian Pendapatan Pengecer

MT-1 MT-2

1. Volume Penjualan (Kg) 6.268 9.651

2. Harga Jual (Rp/Kg) 18.000 23.000

3. Penerimaan (Rp) 112.824.000 221.973.000

4. Total Biaya (Rp) 109.949.000 208.254.000

5. Pendapatan (Rp) 2.875.000 13.719.000

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan bahwa pedagang pengecer musim tanam-1

mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 2.875.000 dengan harga jual 18.000/kg, musim

tanam-2 mendapat pendapatan sebesar Rp. 13.719.000dengan harga jual 23.000/Kg.

Marjin Pemasaran Saluran II

Marjin pemasaran dapat dilihat dari persaingan penjualan yang terjadi dipasaran walupun

dalam jumlah yang sama dan biaya yang dikeluarkan sama. Marjin pemasaran saluran II

ini dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15. Marjin Pemasaran Saluran II Bawang Merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No. Pedagang Pengecer MT-1 MT-2

1. Harga Jual (Rp/Kg) 18.000 23.000

2. Harga Beli (Rp/Kg) 17.000 21.000

3. Margin (Rp/Kg) 1.000 2.000

Rata-Rata Marjin (Rp/kg) 1.500

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 15, menunjukkan bahwa pemasaran saluran II bawang merah di Desa

Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, bahwa rata-rata marjin yang diperoleh

pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 1.500/Kg. Berdasarkan hipotesis 3 marjin

pemasaran bawang merah di Desa Banti tinggi.

Efisiensi Pemasaran Saluran II

Suatu sistem pemasaran dapat dikatakan efisiensi apabila memenuhi dua syarat yaitu,

yaitu: mampu menyampaikan hasil-hasil yang didapatkan ke konsumen dengan biaya

yang murah dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang

dibayar kesemua pihak yang ikut serta dalam produksi bawang merah tersebut. Efisiensi

pemasaran bawang merah saluran II dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini:

Page 14: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

80

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

Tabel 16. Efisiensi Pemasaran Saluran II Bawang Merah di Desa Banti, Kecamatan Baraka,

Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

No Efisiensi MT-1 MT-2

1. Biaya (Rp) 109.949.000 208.254.000

2. Penerimaan (Rp) 112.824.000 221.973.000

3. Efisiensi (%) 97,45 93,82

Rata2 Efisiensi(%) 95,64

Sumber Data: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan Tabel 16, menunjukkan bahwa efisiensi pemasaran saluran II bawang merah

di Desa Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Efisiensi pemasaran

pedagangpengecer rata-rata sebesar 95,64 %. Pemasaran bawang merah dikategorikan

efisiensi apabila ≤ 50 % (Soekartawi, 2006).Berdasarkan hipotesis 4 saluran pemasaran

bawang merah di Desa Banti tidak efisien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(1) Produksi yang diperoleh responden usahatani bawang merah 2 musim tanam dalam

satu tahun 11.201,13 kg/Ha dan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp

155.376.954/Rp/Ha/Tahun. (2) Lembaga-lembaga yang terlibat dalam usahatani bawang

merah di Desa banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang pada saluran I yaitu

pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer. Pada saluran II yaitu

pedagang pengecer. (3) Marjin pemasaran bawang merah yang terdapat pada saluran I,

pedagang pengumpul memperoleh rata-rata marjin sebesar Rp. 1.500/kg, pedagang besar

memperoleh rata-rata marjin sebesar Rp.2.000/kg, pedagang pengecer memperoleh rata-

rata marjin sebesar Rp. 1.500/kg. Sedangkan pada saluran II yaitu pedagang pengecer

memperoleh marjin sebesar Rp. 1.500/kg. Jadi rata-rata marjin pemasaran yang memiliki

rata-rata marjin tetinggi adalah saluran pemasaran I yakni pedagang besar. (4) Efisiensi

pemasaran bawang merah rata-rata pada saluran I, pedagang pengumpul yaitu 95,52 %,

pedagang besar yaitu 97,35%, pedagang pengecer yaitu 96,10 %. Sedangkan pada saluran

II yaitu pedagang pengecer yaitu 95,64 %. Seluruh saluran pemasaran, baik saluran I

maupun saluran II, tidak efisien karena nilai efisien lebih besar dari 50 %.

Saran

(1) Meningkatkan kebutuhan bawang merah semakin meningkat seiring dengan lajunya

pertumbuhan penduduk khususnya di Sulawesi Selatan, maka volume peningkatan

produksi bawang merah, baik kualitas maupun kuantitas terus ditingkatkan. (2) kepada

pihak pemerintah dan swasta kiranya selaluh memberikan dukungan kepada para petani

Page 15: ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHATANI …

81

WIRATANI VOL.2 NO.2, DESEMBER 2019

bawang merah, baik dalam bentuk pelatihan (pendidikan), maupun dalam bentuk materil

dalam hal ini modal usaha untuk peningkatan usahatani bawang merah. (3) Diharapkan

kepada semua setiap lembaga pemasaran bawang merah dan pemerintah untuk berperan

aktif didalam penyaluran bawang merah, dari produsen sampai ketangan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Harris, 2005. Pengembangan Kemitraan Agribisnis. Konsep, Teori dan Realita

dalam Ekonomi Biaya Transaksi. Pusat Penerbitan Lembaga Penerbitan

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nurhapsa dan Kartini, 2015. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Bawang

Merah di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Propinsi Sulawesi

Selatan. Jurnal.GalungTropika, Volume 4 No 3: 137-143.

Soekartawi, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Radja Grafindo Persada, Jakarta.

Widiastuti, 2013. Saluran dan Margin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten

Grobogan. Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.