ABSTRACT - UNY
Transcript of ABSTRACT - UNY
Posisi d/Jfl Peron.n StnJtegis peng.jaran IPA (Fisik.) eli SLIP
POSISI DAN PERANAN STRATEGISPENGAJARAN IPA (FISIKA) DI SLTP
Oleh : Mundilarto*)
ABSTRACTIt is felt that the availability ofhigh quality human resources
has become an urgent need in relation to the challenges that wouldbe faced by the Indonesian nation in times to come.
Thejunior high school is a part ofthe nine-year basic schooling which is the required minimum education for all Indonesians.Therefore, the position and role of the teaching of the physicalsciences there in the course of developing human resources isextremely strategic. For a number ofits graduates, the junior highschool is the last part oftheir formal education. After graduating,they generally choose working rather thari continuing their schooling. Meanwhile, a part ofthose who can continue their schoolingmay enter the field of the social sciences, a field which is nolonger related to the physical sciences.
In relation with the mission that the junior high school bears,the basic knowledge and skills students learn there should beflexibly useful for both future work and further study. Therefore,the teaching ofthe physical sciences at junior high school shouldbe c.onducted accordingly efficiently and effectively.
Key Words: strategic role, the teaching ofthe physical sciences,junior high school
*J Penulis adalah dosen jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta
339
e.k,....,. Plndld/kln, November 2002, Ttl. XXI, No. 3
PENDAHULUAN
Proses informatisasi yang begitu eepat berkat kemajuan teknologisemakin membuat horizon kehidupan ini semakin luas dan
sekaligus membuat seakan-akan dunia ini semakin keeil. Hal inimengakibatkan berbagai masalah kehidupan manusia menjadi masalahglobal atau setidak-tidaknya tak dapat terlepas dari pengaruh peristiwaperistiwa yang teIjadi di belahan bumi yang lain, baik menyangkutmasalahpolitik, ekonomi maupun sosial. Seeara umum kesetiakawanansosial antarumat manusia terasa semakin kental. lni berarti kepedulianumat manusia terhadap sesamanya eenderung menjadi urusan bagisetiap manusia dan pemerintah yang antara lain melalui pembangunanpendidikan nasional.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kesadaran atastanggung jawab setiap warga negara terhadap kelanjutan hidupnya,bukan saja terhadap lingkungan masyarakat dan negaranya, tetapi jugaterhadap sesama umat manusia di dunia. Peningkatan rasa tanggungjawab global ini, menurut Tilaar (1992: 4) memerlukan arus informasiyang cepat dan tepat serta kecerdasan yang memadai. Rendahnya tingkatkeeerdasan suatu bangsa aklil1 menjadi kendalabagi usaha peningkatanrasa tanggungjawab terhadap perbaikan kehidupan bangsa itu sendiri,apalagi kehidupan global. Oleh karena itu, dituntut adanya pendidikanyang berkualitas bukan saja dalam hal penguasaan ilmu pengetahuandan teknologi akan tetapi juga dalam hal penghargaan terhadapkepriblcldian dan moralitas bangsa. "
Hal lain yangjuga mewarnai kehidupan manusia dewasa ini adalahadanya kecenderungan ke arah dunia yang lebih peduli sertamementingkan nilai-nilai kemanusiaan baik dalam usahanya untukpengaturan kehidupan politik, ekonomi, sosial, maupunbudaya. Usahausaha yang dilakukan dalam kerangka lebih mementingkan nilai-nilaikemanusiaan padabidang pendidikan temyata telahmelahirkankembalipola pendekatan pendidikan yang mengutarnakan hak-hak serta potensi
340
Posisi dan Paranan S/ralegis Pangajaran iPA (Fislca) di SLTP
anak didik baik dalam menyerap ilmu pengetahuan maupun dalammengembangkan kepribadiannya.
Kecenderungan ini menuntut diadakannya reformasi mendasardalam bidang p~ndidikanbaik pada segi metodologi belajar mengajarmaupun perencanaan dan manajemen pendidikan. Inti dari semua iniadalah gerakan humanisasi kehidupan manusia yang mendasarkanpenerapan asas demokrasi, yaitu penghormatan kepada nilai-nilaikemanusiaan. Tanpa adanya penerapan asas demokrasi ini, kreativitasyang menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia tidak mungkindapat tumbuh dan berkembang.
Apabila dicermati, gerakan yang sedang melanda kehidupanmanusia di dunia dewasa ini, yaitu demokratisasi seluruh aspek kehidupan manusia termasuk demokratisasi pendidikan, nampak sejalan denganusaha-usaha yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam rangkameningkatkan pemerataan danmutu pendidikan, terutama pendidikandasar. Demokratisasi proses pendidikan mempunyai dampak yangsangat kuat dan luas terhadap proses perencanaan dan manajemen pendidikan. Dalam hal ini, dituntut adanya suatu peralihan dari perencanaandan manajemen pendidikan yang birokratik ke arah perencanaan danmanajemen pendidikan yang terbuka (Tilaar, 1992: 5).
Sejak tanggal 2 Mei 1994 bangsa Indonesia telah memasuki bilbakbaru dalam pembangunan pendidikan nasional, yaitu mulai beriakunyaProgram Wajib Belajar Sembilan Tahun pada pendidikan dasarbagi semua anak Indonesia. Langkah ini dilakukan sebagai tindaklanjut dari keberhasilan pembangunan pendidikan nasional sebelumnya,yakni telah berhasilnya bangsa Indonesia mencapai taraf universaIisasi pendidikan dasar enam tahun (Sekolah Dasar) pada tahun1984, walaupun disadari bahwa krisis ekonomi yang melanda bangsaIndonesia akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap meningkatnyaangka putus sekolah (drop out) bagi anak-anak, terutama usia-sekolahdasar.
,"\,
",\
.-----------.__._---~-_.---_.-- ..341
C'~"'WlI. Pondid/kln, November 2002, Th, XXI, No, 3
Dengan berlakunya Program Wajib Belajar Sembilan Tahun ini,ini berarti semua anak Indonesia' diharuskan dan diberi kesempatanyang seluas-Iuasnya untuk memperoleh pendidikan sampai denganSekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Di dalam sistem pendidikannasional di Indonesia, SLTP adalah bagian dari pendidikan dasar.Pendidikan paling rendah bagi rakyat Indonesia adalah setingkatSLTP sehingga dengan demikian kualitas minimal tenaga keIjabangsa Indonesia diharapkan meningkat dari setarafSD menjadi setarafSLTP.
Oleh karena semua anak Indonesia wajib mengambil pendidikanSLTP, jenjang pendidikan ini bersifat sangat strategis sebab akanmenentukan watak dan corak bangsa Indonesia dalam hal penguasaanilmu pengetahuandan teknologi (Sutrisno, tt: 2). Kejayaansuatu bangsasangat ditentukan antara lain oleh tingginya tingkat penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi. Atau dengan kata lain, bangsa yangjayaadalah bangsa yang cerdas dengan tidak meninggalkan kepribadiannasionalnya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yangsangat berperan dalam pengembangan teknologi. Seperti telahdisebutkan pada bagian awal tulisan ini kemajuan teknologi telahberhasil mengubah wajah dunia sekaligus meningkatkan tarafkesejahteraan kehidupan manusia. Tentu saja dampak negatif yangditimbulkan oleh teknologi tersebut tidak dapat dihindari sama sekali.Ketidaktahuan terhadap sains serta dampak teknologi mengakibatkanteIjadinya kerugian bahkan kecelakaan yang tidak diharapkan. Sebagaicontoh, sering'teIjadi peristiwa orang mati lemas karena teIjebak gasberacun di dasar sumur, gua, atau di dalam mobil yang tertutup rapatsementara pendingin udara (air conditioner) dalam keadaan hidup (on).Oleh karena itu, pengajaran IPA (dalam hal ini Fisika) di SLTP haruslebih diarahkan pada terwujudnya masyarakat Indonesia yang memilikiliterasi sains dan teknologi (scientific and technological literacy).
342
Pasisi dan Peranan Sltategis Pengajaran IPA (Fisika) di SLTP
Berdasarkan uraian di atas,jelaslah bahwa pengajaran IPA di SLTPmemiliki posisi dan peranan yang sangat strategis dalam rangkamemberikan pengetahuan dan keterampilan dasar kepada setiap anakIndonesia baik imtuk bekal hidup di tengah-tengah masyarakat(lapangan keIja) maupun untuk melanjutkan studi pada tingkat yanglebih tinggi. Perlu diingat bahwa tidak setiap anak lulusan SLTPnantinya masih berurusan dengan IPA sebab mungkin mereka bekeIjapada bidang-bidang ataupun studi Ianjut padajurusan-jurusan yang tidakberkaitan dengan IPA lagi. Yang menjadi persoalan di sini adalahbagaimana posisi dan peranan strategis pengajaran IPA (Fisika) di SLTPdalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki literasisains dan teknologi ?
PERANAN PENDIDIKAN IPA DALAM MEWUJUDKANLITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI BAG! MASYARAKAT
Sistem pendidikan nasional harus dirancang agar dapatmenghasilkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak muliadan berk>.lalitas unggul demi kelangsungan pembangunan nasional baikaspek fisik maupun aspek rohani. Kebutuhan surnber daya manusiaIndonesia yang bermutu tinggi menjadi suatu hal yang sangat mendesakapabila dikaitkan dengan tantangan yang akan dihadapi dalam abadke-21 mendatang.
Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upayamencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusiaIndonesia dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil danmakmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baikberkenaan dengan aspekjasmaniah maupun aspek rohaniah berdasarkanPancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Secara eksplisit, pasal 4dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 menyebutkan bahwapendidikan nasional b$lrtujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
343
elk......'1 Pondid/kln, November 2002, Th. XXI, NO.3
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yangberiman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung j awabkemasyarakatan dan kebangsaan.
Program Wajib Belajar Sembilan Tahun bagi semua anak Indonesia diberlakukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber dayamanusia Indonesia. Pada prinsipnya setiap warga negara Indonesiamempunyai hak yang sarna untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan seluas-luasnya untuk memperolehpengetahuan, kemampuandan keterampilan sekurang-kurangnya ·setara dengan tamatanpendidikan dasar. Pendidikan dasar yang rnencakup SD 6 tahun danSLTP 3 tahun diselenggarakan dengan rnernberikan pendidikan yangrneliputi penurnbuhan keirnanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,pernbangunan watak dan kepribadian serta pernberian pengetahuan danketerarnpilan dasar. Pendidikan dasar pada hakikatnya rneropakanpendidikan yang rnernberikan kesanggupan pada anak bagiperkembangan kehidupannya baik sebagai pribadi maupun sebagaianggota masyarakat. Oleh karena itu, setiap warga negara Indcnesiaharos diberi kesempatan yang se1uas-luasnya untuk rnemperolehpendidikan dasar.
Mata pelajaran IPA di SLTP berfungsi untuk rnemberikanpengetahuan tentang lingkungan alam, rnengembangkan keterampilan,wawasan dan kesadaran teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari dan prasyarat untuk rnelanjutkaii kejenjang pendidikan m:enengah serta peningkatan kesadaran terhadapkebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian,pendidikan IPA haros clapat membantu siswa dalam mengembangkanpemahaman dan kebiasaan berpikir dalam usaha memenuhi kebutuhanhidupnya maupun mengatasi berbagai rnasalah yang dihadapi. Sekolahtidak perlu dituntut untuk mengajarkan terlalu banyak materi tetapi
344
Posisi dan Panman SltBtagis Pengajaran IPA (Fisik.) di SLTP
sebaiknya lebih difokuskan pada materi pokok· yang lebih bersifatfungsional dalam rangka literasi sains serta mengajarkannya secara lebihefisien dan efektif.
Fisika sebagai matapelajaran yang berdiri sendiri untuk pertamakalinya diperkenalkan di SLTP sebagai bagian dari matapelajaran IPA.Melalui mata-pelajaran Fisika di SLTP siswa berkenalan dengan sifatsifat keteraturan alam semesta dengan mempelajari konsep-konsep danhukum-hukum alam. Penguasaan berbagai konsep dan hukum alamini memungkinkan siswa untuk dapat menjelaskan peristiwa-peristiwaalam atau memahami cara keIja berbagai peralatan dan mesin-mesinproduk teknologi. Mereka diharapkan dapat mengoperasikan, merawat,memperbaiki kerusakan atau bahkan sampai pada taraf mampumenciptakan produk teknologi sederhana.
Demikianlah peranan pendidikan IPA dalam mewujudkan literasisains dan teknologi bagi masyarakat. Menurut Collette dan Chiapettayang dikutip oleh Anna Poedjiadi (1996: 6), ciri-ciri orang yangmemiliki literasi sains adalah mempunyai:
I. pengetahuan cukup tentang fakta, konsep, teori sains (IPA) dankemampuan untuk mengaplikasikannya,
2. pemahaman tentang sains dan hakikat sains,3. sikap positifterhadap sains dan tenologi,
4. apresiasi terhadap nilai-nilai sains dan teknologi dalam masyarakatdan pengetahuan tentang bagaimana sains, teknologi, danmasyarakat saling mempengaruhi,
5. kemampuan menggunakan proses sains untuk menyelesaikanmasalah dan mengambil keputusan sehari-hari,
6. . kemampuan membuat keputusan berdasarlcan nilai tentang isu-isudalam masyarakat,
7. kemampuan mengaplikasikan keterampilan proses sains dalambekeIja dan berperan dalam masyarakat, dan
345
CI~"WI" P.ndldl~.n, November 2002, Th. XXI, No.3
8. pandangan dan pemahaman yang lebih baik terhadap lingkungannya sebagai dampak pembelajaran sains di sekolah.
Di dalam uraian tersebut, temyata sudah disebut-sebut unsurteknologi. Namun demikian, menurut Dyrenfurth dan Michalevic yangdikutip oleh Anna Poedjiadi (1996: 7), ciri-ciri orang yang memilikiliterasi teknologi adalah:
1. mampu menggunakan dan memelihara produk tekno1ogi,
2. sadar tentang proses teknologi dan prinsip-prinsipnya,
3. sadar tentang dampak teknologi terhadap manusia dan masyarakat,
4. mampu mengevaluasi proses dan produk teknologi, dan
5. mampu membuat produk teknologi altematifyang disederhanakan.
Jelaslah bahwa penguasaan dasar-dasar fisika bagi lulusan SLTPakan menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia terhadapindustri modem. Kelemahan dalam penguasaan fisika bagi lulusanSLTP dapat memiliki dampak Y3cng kuat, yaitu kelemahan padakemampuan dasar yang mencakup pengetahuan dan sikap, baik bagilapangan kerja maupun kelanjutan studio
ALOKASI WAKTU UNTUK BELAJAR FISIKA
Untuk melaksanakan kurikulum SLTP sehingga tercapai tujuanseperti tertera dalam Garis Besar Pelaksanaan Pengajaran (GBPP)diperlukan sarana dan prasarana yang mencakup sumber daya manusiayakni guru, tenaga administrasi, laboran, teknisi, dan lain-lain, dansumber daya fisik yakni per~l!atan dan bahan. Termasuk juga dalamsumber daya manusia adalah waktu bagi siswa dan guru, motivasi,tingkat kesejahteraan guru dan tenaga administrasi, kepemimpinan,suasana akademik, dan lain-lain yang kondusif bagi pelaksanaanpengajaran yang berkualitas. Adapun yang termasuk dalam prasaranaadalah gedung/ruangan, utilitas,dan dana.
346
Posisi dan Peranan Slralegis Pengajaran IPA (Fisika; eli SLTP
Tersedianya waktu yang cukup bagi siswa merupakan sumber dayayang seringkali tidak terpikir untuk diperhitungkan. Sumber daya waktutotal per hari yang diharapkan tersedia bagi siswa adalab seperti terterapada table sebagai berikut.
Tabel 1. Alokasi Waktu uotuk Belajar
Jam Jam yang dapat Jumlah jam belajarsekolah digunakan untuk belajar
total per haridi luar sekolah
07.00- 15.00-17.006 +4 =10jam13.00 dan 19.00-21.00
Waktu yang tersedia bagi siswa untuk belajar per minggu adalab36jam pelajaran di sekolab dan 24jamdi rumab dan atau di luar sekolab.Khusus untuk matapelajaran Fisika, waktu yang diharapkan tersediabagi setiap siswa dapat diperhitungkan sebagai berikut. Dengan alokasiwaktu 3 jam pelajaran per minggu dari waktu total sebanyak 36 jampelajaran per minggu, proporsi waktu keseluruhan untuk belajar fisikaadalab: 3/36 x IO jarnlhari x 6 hari/minggu = ± 5 jarnlminggu atau3jam pelajaran per minggu di sekolah + 2 jam per minggu dirumah.Tujuan belajar, materi ajar, dan kegiatan belajar harusmemperhatikan dengan cennat kendala waktu bagi siswa sehinggajam
. yang jumlahnya sedikit ini dapat digunakan seefektif dan seefisienmungkin.
. Guru yang pada umumnya adalab pegawai negeri diharapkanbekerja sebanyak 36 jam per riJ.inggu. Pekerjaan ini meliputi kegiatankegiatan belajar mengajar di dalam kelas, membuat rancanganpembelajaran, membuat persiapan mengajar/praktikum, membuat soal-
347
C,mwo" Plndldlk,n, November 2002, Til. XXI, No 3
soal latihan harian/ulangan, mempersiapkan kegiatan diskusi,mempersiapkan alat peraga, menibaca literatur, memeriksa pekerjaanrumah, rnemeriksa hasi rulanganiuj ian, dU.
TEORI BELAJAR IPA (FISIKA)
Sesuai GBPP dapat dikatakan bahwa sekitar 80% dari tujuanpendidikan IPA (Fisika) adalah berkaitan dengan kegiatan laboratoriurn/praktikurn seperti: pengamatan, pengukuran, pemasangan peralatanpercobaan, dU. Pendekatan pembelajaran fisika yang digunakandiharapkan dapat rnenggiring siswa agar mampu menernukan sendirikonsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika rnelalui percobaan yangdirancang dan kemudian mendiskusikannya bersama-sarna denganternan dan guru. Akan tetapi, hal ini nampaknya terlalu ideal sebabpada kenyataannya kegiatan laboratorium dilakukan sekedar untukpembuktian dan rnernperkuat konsep-konsep fisika yang sebelurnnyatelah dijelaskan oleh guru di kelas atau dibaca dalam buku teks.
Teori Piaget yang dikutip oleh Aiken (1988: 228) menyatakanbahwa seorang anak didik rnenjadi tahu dan memahami lingkungannyamelalui cara berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut.Menurut teori ini, siswa hams rnernbangun pengetal).uannya sendirimelalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa rnelalui prosesasimilasi dan akornodasi. Melalui proses asimilasi, siswa rnencobauntuk rnemahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif ataupengetahuanyang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan.Melalui proses akomodasi, siswa mencoba untuk memahami lingkungannya dengan terlebih dulu memodifikasi struktur kognitifyang sudahada untuk rnernbentuk struktur kognitif bam berdasarkan rangsanganyang diterirnanya.
Proses konstruksi pengetahuan dalaIi:J. diri seseorang melibatkan
348
Posisl d8Jl Penman Slrategls Pengajaran IPA (Flsika) di SLTP
pengetahuan yang sudah dimiliki. Pendapat tersebut sejalan denganpengertian belajarmenurut perspektifkonstruktivisme yang mengatakanbahwa belajarmerupakan suatu proses dapat dimengertinya pengalamanoleh seseorang berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki.Seseorang berinteraksi dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwayang teIjadi di lingkungan sekitamya melalui penggunaan pancainderadan tidak mungkin terpisah dari pengetahuan yang sudah dimilikitermasuk keyakinan ataupun kesan. Menurut Ausubel (1978: 40) belajarakan mempunyai makna bagi siswa apabila dapat diperoleh pengetahuanbam. Lebih lanjut dikatakan bahwa proses belajar bermakna adalahterhubungnya ide-ide bam dengan struktur kognitifuntuk membentukpengetahuan bam. Jadi, adanya pengetahuan yang relevan sangatdiperlukan agar terjadi proses belajar bermakna.
Berdasarkan uraian tersebut di atas jelaslah kiranya bahwakemampuan seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinyasangat dipengaruhi oleh antara lain faktor usia dan pengalaman.Berdasarkan teori Piaget tentang perkembangan kognitif siswa SLTPberada pada masa transisi menuju taraf berpikir formal yang berartibelum sepenuhnya mampu untuk berpikir hipotetis, proporsional,reflektif, logis, sintesis, imajinatif, probabilistik, kombinasional, etis,dan verbal serta masih memerlukan banyak bimbingan untukmemahami operasi-operasi yang bersifat abstrak.
Implikasi teori Piaget terhadap pembelajaran IPA termasuk Fisika,menurut Sund and Trowbridge (1973: 55) adalah bahwa guru hamsmemberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untukberpikir dan menggunakan akalnya. Mereka dapat melakukan hal inidengan jalan terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan sepertidiskusi kelas, pemecahan soal-soal, maupun bereksperimen. Dengankata lain, siswajangan hanya dijadikan objek yang pasifdengan bebanhafalan berbagai macam konsep dan rurnus-rumus fisika. Fisika hamsdijadikan matapelajaranyang menarik sekaligus bermanfaat bagi siswa.
349
C.kflwof. P••didikln, November 2002, Th, XXI, No, 3
Menurut Reif (1994: 17) tujuan pengajaran sains (IPA) bukansemata-mata akumulasi berbagai fakta tetapi lebih pada pengembangankemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dasar untukmemprediksi dan menjelaskan berbagai gejala alam. Pengetahuan fisikaakan berguna bagi siswa hanya j ika pengetahuan tersebut mempunyaifleksibilitas terhadap studi lanjut maupun dunia keIja, Harus diingatbahwa pendidikan sains tidak semata-mata ditujukan untuk menghasilkan saintis, akan tetapi lebih pada usaha membantu siswa dalammemahami arti pentingnya berpikir secara kritis terhadap ide-ide baruyang nampaknya bertentangan dengan pengetahuan yang telah diyakinikebenarannya.
Pengetahuart sains menurut Rutherford dan Ahlgren (1990: 175)harus dipahami dengan cara sedemikian rupa sehingga memungkinkanuntuk digunakan dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini keterampilanberpikir sangat diperlukan di samping keterampilan berhitung,keterampilan manipulasi dan observasi, keterampilan komunikasi, sertaketerampilan merespon suatu masalah secara kritis,
Siswa dapat belajar dengan lebih mudah tentang sesuatu hal yangbersifat nyata dan dapat diamati melalui pancainderanya. Denganmenggunakan berbagai pengalamannya, siswa sedikit demi sedikit dapatmengembangkan kemampuan untuk memahami konsep-konsep abstrakserta memanipulasi simbol-simbol, berpikir logik, dan melakukangeneralisasi. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa sangattergantung jJada kehadiran contoh-contoh konkret terutama tentang ideide baru. Menurut Rutherford dan Ahlgren (1990: 186) pengalamimpengalaman konkret akan sangat efektifdalam membantu proses belajarhanya jika terjadi dalam konteks struktur konseptual yang relevan.Kesulitan beberapa siswa dalam memahami konsep-konsep abstraksering dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengingat danmenjelaskan istilah-istilah teknis.
IPA bukanlah sekedar bangun pengetahuan, cara-cara pengumpulan
350
Posis; dan Peranan Stratagis Pengajaran IPA (Flsika) di SLTP
dan pembuktian pengetahuan sebab IPAjugamerupakan aktivitas sosialyang menggabungkan nilai-nilai kemanusiaan seperti rasa ingin tahu,kreativitas, imajinasi, dan keindahan. Oleh karena itu, dalam belajarfisika siswa harus' dapat merasakan bahwa nilai-nilai ini sebagai bagiandari pengalamannya. Siswa harus dapat merasakan bahwa IPA sebagaiproses untuk perluasan wawasan dan peningkatan pemahaman tentangalam dan segala isinya.
Guru IPA seringkali menganggap siswa sebagai kamera video yangsecara pasifdan otomatis merekam semua informasi yang disampaikandalam kelas atau buku teks. Seharusnya guru memahami bahwa siswasebagai konsumen aktifyang berhak memilih dan mempunyai persepsisubjekti£ Pengetahuan awal, harapan, dan prasangka akan berpengaruhdalam menentukan informasi mana yang dipilih serta menjadiperhatiannya. Apa saja yang dipilih dan menarik perhatiannya akanmenentukan apa yang akan dipelajari. .
Kurang efektifuya proses belajar mengajar di sekolah merupakansalah satu faktor penyebab rendalmya prestasi belajar para siswa. Tabelberikut ini dapat digunakan sebagai gambaran betapa hasil belajar siswasiswa SLTP terutanla pada matapelajaran IPA dan Matematika selalukurang memuaskan.
Tabel2. Perkembangan NEM Lulusan SLTP di DIY*
MatapelajaranTahun Tahun Tahun Tahun
1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000
PPKN 6,95 7,49 7,69 6,20Bahasa Indonesia 7,41 6,98 6,86 5,82B.ahasa Inggris 5,25 5,89 5,20 5,59Matematika 5,66 5,68 4,24 5,44IPA 5,33 5,59 4,86 5,58IPS 6,21 6,30 5,36 5,72
*J Sumber : KanwI! Depdiknas DIY.
351
e.m..."PI.didikan, November 2002, Th. XXi, No.3
BAGAIMANA SEHARUSNYA PENGAJARAN FISIKA DISAJIKAN ?
Bertolak dari uraian yang telah dikemukakan di atas, pokok-pokokpikiran berikut ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalampengajaran Fisika.
1. Pengajaran fisika di SLTP seharusnya disajikan kepada siswa bukansaja sebagai suatu bahasan yang bermakna, bermanfaat, danmenyenangkan akan tetapi juga berfungsi sebagai sarana latihanberpikir kritis untuk memecahkan berbagai masalah. Sebagaiperkenalan pertama dengan fisika, kesan yimg ditimbulkan akanmempunyai dampak yang amat luas dan aIDat mendalam. Jika padakesan pertama fisika terasa sebagai suatu pengalaman yang membosankan dan sesuatu yang sulit dipelajari, kesan ini kemungkinanbesar akan terbawa sampai pada masa depan siswa baik di lapangan
. kerja maupun di pendidikan lanjutan.
2. Pengaj aran fisika di SLTP seharusnya lebih menekankan segipenanaman sikap dan pengalaman berpikir menggunakan konsep-
. konsep fisika dengan bantuan matematik daripada sekedar menghafal dan memasukkan angka-angka ke dalam rumus. Pengajaranfisika merupakan sarana latihan berpikir analitis kuantitatif, yaitumengurai suatu masalah menjadi sub-sub masalah dan mempelajarisetiap sub masalah serta kaitan antar sub-sub masalah tersebutsecara kuantitatif (melalui penggunaan rumus-rumus fisika danperhitungan-perhitungan matematis) dalam rangka pemecananmasalah. Hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi bobot latihanberpikir kualitatif yang diperoleh siswa melalui matapelajaranmatapelajaran selain fisika dan matematika.
Pengajaran fisika sebagai sarana latihan berpikir kuantitatifsebaiknya mendukung dan didukung oleh matapelajaranmatematika, terutama aspek penerapan matematika pada
352
Posisi dan PelBnan StTalegis PengajalBn IPA (Fisika) di SL1P. .
pemecahan masalah-masalah nyata yang berkaitan denganperistiwa-peristiwa alamo Agar berhasil dalam memahami Fisikasiswa harus menguasai Matematika khususnya Aritmatika. Jadi,antara kedua'matapelajaran tersebut terdapat hubungan timbal balik.
3. Pengajaran fisika di SLTP seharusnya mengajarkan kepada siswatentang pentingnya pengukuran secara akurat baik dalam rangkamemahami fisika itu sendiri maupun dalam kehidupan sehari-harisebab tanpa pengukuran yang akurat tidak akan dapat dihasilkankesimpulan atau pengetahuan yang valid, Kecermatan dalam prosespengukuran akan menumbuhkan kebiasaan berpikir kuantitatif,Melalui kegiatan pengukuran besaran-besaran fisika, siswa akandapat lebih menghayati konsep-konsep ketepatan (akurasi),ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas).
4. Pengajaran fisika di SLTP seharusnya dapat mengembangkankemampuan siswa untuk melakukan pengukuran besaran-besaranfisika tertentu sesuai dengan batas-batas keJ;IlamjJuan alaI. Semuabesaran fisika mestinya dapat diamati baik secara langsung maupuntidak langsung. Proses dan hasil pengukuran harus dapat diulang
"walaupun dilakukan oleh orang lain sebab hukum-hukum fisikabersifat universal, yaitu berlaku di mana saja dankapan saja. Esensipengukuran ini hendaknya tertanam secara kuat dalam diri siswa.
5. Pengajaran fisika di' SLTP seharusnya mampu menanamkankesadaran dalam diri siswa perihal pentingnya pengamatan empirisdalam memeriksa kebenaran suatu pernyataan ilmiah (hipotesis),Hipotesis dapat berasal dari hasil pengamatan terhadap kejadiansehari-hari yang memerlukan verifikasi ilmiah atau dapat jugaditurunkan dari kajian teoritis untuk menjelaskan suatu gejala alamo
6. Pengajaran fisika di SLTP seharusnya memperkenalkan dunia idedalam fisika, dunia pengamatan dalam fisika, dan keampuhanpenerapim fisika dalam hal menjelaskan gejala-gejala alam,
353
C.krlw.all Pendidik'l\ Noveml,., 2002. Th. XXI, No.3
merancang peralatan atau mesin serta peranan fisika dalammemprediksi gejala alam yang belum pernah diamati. Melaluikegiatan-kegiatan kreatif, misalnya perancangan dan pembuatanalat maupun penjelasan berbagai peristiwa alam, maka manfaatdan keampuhan fisika akan lebih dapat dihayati oleh para siswasehingga akan menjadikan fisika semakin menarik bagi mereka.
7. Pengajaran fisika di SLTP harus dapat mengembangkan sikapilmiah yang mencakup :
a. sikap objektif dan jujur terhadap fakta,
b. sikap terbuka yang bersedia memahami pendapat dan temuanorang lain serta mau mengubah pendapatnya jika terbuktibahwa pendapatnya salah ,
c. sikap tekun tidak cepat putus asa, dan
d. sikap kritis dan tidak mudah percaya jika tanpa pembuktianlebih lanjut.
KESIMPULAN
Pembangunan nasional terniasuk pembangunan di bidangpendidikan semakin menunjukkan kompleksitasnya.. Hal ini,dengansendirinya akan semakin menuntut penanganan yang semakinprofesional didukung adanya sumber daya manusia Indonesia yangbermutu tinggi serta dana yang tidak. sedikit. Sumber daya manusiayang berkualitas tinggi ini tentunya diperlukan di semua sektorpembangunan. Dengan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun berartisetiap warga negara Indonesia paling tidak harus memenuhi standarminimal yang disyaratkan, yaitu berpendidikan SLTP.
Dengan demikian, pendidikan IPA di SLTP memiliki posisi danperanan yang sangat strategis sebab pendidikan di SLTP bagi sebagianrakyat Indonesia merupakan pendidikan formal terakhir. Dengan
354
Pasisi dan Peranan Slra/egis Pengaja,an IPA (Fisika) di SLTP
berbagai aIasan mereka langsung memasuId dunia keIja. Berbekalpengetahuan dasar dan keterampilan yang diperoIehnya seIama disekoIah, tenaga keIja tamatan SLIP ini akan menggeIuti pekeIjaannyatentunya dengan segala permasalahan yang dihadapi. Pada saat ituIahhasil pendidikan di SLIP termasuk pendidikan IPA akan terasabermanfaat atau tidak. Efektivitas pendidikan IPA (fisika) di SLIPakan menentukan apakah Iulusannya mampu memanfaatkanpengetahuan dan keterampiIan yang diajarkan.
Sebagian siswa IuIusan SLIP yang memiIiki kesempatan untukmeIanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah dapatmemasuki SMU atau SMK tentunya tergantung pada kemampuan sertaminat masing-masing. Bagi mereka pendidikan di SLIP juga harusdapat berfungsi sebagai Iandasan yang kuat untuk mengembangkandiri sesuai dengan tujuan pendidikan menengah.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, 1. R. (1988). Psychological Testing and Assessment. Boston:Allyn & Bacon.
Anonim. (1995). Undang-Undang Republik Indonesia tentang SistemPendidikan Nasional (UU RI No.2 Tahun 1989) dan PeraturanPelaksanaannya. Jakarta: Sinar Grafika.
AusubeI, D. P., Joseph D. NOVak, & Helen Hanesian. (1978). Educational Psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Depdikbud. (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SLTPMatapelajaran IPA. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdikbud RI.
Poedjiadi, A. (1996). Upaya Pendidikan dalam MengembangkanLiterasi Sains dan Teknologi bagi masyarakat. MakaIah takditerbitkan.
355
Cllctlwoll Plndldlkln, November 2002, Th, XXI, No.3
Reif, F. (1994). "Understanding and Teaching Important Scientificthought Processes", American Journal ofPhysics 63, (1), 17-32.
Rutherford, J. F. and Andrew Ahlgren. (1990). Sciencefor All Americans. New York: Oxford University Press.
Sund, R. B. and Leslie W. Trowbridge. (1973). Teaching Science byInquiry in the Secondary School. Columbus, Ohio: Charles E.Merrill Publishing Company.
Sutrisno (tt). Pendidikan Fisika di SLTP. Jakarta: Pusat Kurikulumdan Sarana Akademis, Balitbang Dikbud RI.
Tilaar, H.A.R. (1992). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
356