147
-
Upload
eurekadwira -
Category
Documents
-
view
4 -
download
2
description
Transcript of 147
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA,
KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN HASIL AUDIT BPK1
Imam Arifin1
Debby Fitriasari2
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia 1 Email: [email protected]
2 Email: [email protected]
Abstract
Previous research regarding disclosure of government financial statement has been conducted, especially disclosure of Indonesian local government financial statement. However, research in relation with ministries/agencies financial statements is still not much. The objective of the study is to analyze the mandatory disclosure level of ministries/agencies financial statements and factors influence it. Two influence factors are 1) organization characteristics consists of organizational size, the number of units of work (satker), and the type of organization and 2) audit findings consists of number of audit findings and amount of audit. We use two research models, using lag and no lag effect. Using multiple regressions of 78 ministries/agencies data year 2011, this research proves that organizational size and type of organization have positive influence while audit findings are not proved have influence to the disclosure level of financial statements ministries/agencies for two models. Keywords: audit findings, financial statement disclosure, ministries/agencies, organization characteristics.
1 Terima kasih kepada Ibu Dyah Setyaningrum dan Ibu Ayuningtyas Hertianti atas semua kritik dan masukan.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
1 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
PENDAHULUAN
Sesuai dengan tuntutan dari masyarakat dan amanat Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah diharuskan untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik (good public governance), khususnya dalam hal
pengelolaan keuangan negara. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik itu, pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yang mencakup peraturan perundang-
undangan, kelembagaan sistem, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
(Suhardjanto, 2010).
Untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, laporan keuangan yang
disusun oleh masing-masing kementerian/lembaga harus diungkapkan secara memadai
untuk memudahkan masyarakat dan stakeholders lainnya memahami laporan keuangan.
Peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan mulai diatur secara rinci pada tahun
2005 dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP 24/2005) yang diubah terakhir kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 (PP 71/2010) tentang hal yang sama. Berdasarkan PP
71/2010, pengungkapan laporan keuangan yang disusun pemerintah di Indonesia
menggunakan prinsip pengungkapan lengkap, dimana laporan keuangan harus menyajikan
secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan. Informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan tersebut dapat ditempatkan pada lembar
muka (on the face) laporan keuangan atau pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pengungkapan laporan keuangan pemerintah, khususnya pemerintah daerah
(Pemda), belum sepenuhnya dilaksanakan secara maksimal. Suhardjanto (2010)
menyimpulkan bahwa rata-rata pengungkapan wajib Pemda tahun 2006 adalah sebesar
51,56%. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Fitri (2010) dan Yulianingtyas
(2011) terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemda kabupaten/kota tahun
2008 dimana rata-rata pengungkapan wajib Pemda sebesar 30,85%.
Terdapat beberapa faktor yang terbukti berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan pemerintah. Ingram (1984) membuktikan adanya hubungan antara faktor
ekonomi dan variasinya dengan tingkat pengungkapan pada pemerintah negara bagian di
Amerika Serikat. Hasil dari penelitian ini adalah coalition of voters, administrative
selection process, dan management incentive mempunyai hubungan yang positif terhadap
pengungkapan laporan keuangan, sedangkan alternative information source mempunyai
hubungan yang negatif. Sedangkan Copley (2002) menemukan bahwa hasil audit
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
2 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan.Liestiani (2008) melakukan penelitian
terhadap pengungkapan laporan keuangan pemda kabupaten/kota di Indonesia pada tahun
2006 dan menyimpulkan bahwa kekayaan daerah, kompleksitaspemerintahan dan jumlah
temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memilikihubungan positif terhadap
tingkat pengungkapan laporan keuangan, sedangkan tingkat penyimpangan pengelolaan
keuangan memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengungkapan. Hasil ini didukung
oleh Andriani (2011) pada pengungkapan pemda tahun 2006-2010 dengan hasil bahwa
opini memiliki hubungan positif sedangkan tingkat penyimpangan audit memiliki
hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemda.Sedangkan Hilmi (2011) melakukan penelitian tentang faktor-faktoryang
mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi(pemprov) di
Indonesia pada tahun 2006 – 2009 dengan kesimpulan kekayaan daerah,jumlah penduduk,
dan tingkat penyimpangan pengelolaan keuangan negara memiliki pengaruh positif
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
Dengan mempertimbangkan bahwa penelitian sebelumnya di Indonesia terkait
tingkat pengungkapan laporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya baru
dilakukan hanya dengan sampelPemda, maka penelitian ini bertujuan untuk memperluas
objek pengamatan penelitian dengan menggunakan laporan keuangan
kementerian/lembaga. Laporan keuangan kementerian/ lembaga merupakan sumber utama
laporan keuangan pemerintah pusat. Selanjutnya, penelitian ini ingin menguji apakah
karakteristik organisasi yang dilihat dari ukuran, jumlah satuan kerja (satker) dan tipe
organisasi serta hasil audit yang dilihat dari jumlah temuan audit dan tingkat
penyimpangan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
kementerian/lembaga pada tahun 2011.
KERANGKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kerangka Penelitian
Berdasarkan teori keagenan, hubungan keagenan mengakibatkan dua permasalahan,
yaitu: (a) terjadinya asimetri informasi, dimana agen secara umum memiliki lebih banyak
informasi mengenai posisi keuangan dan posisi operasi entitas yang sebenarnya, dan (b)
terjadinya konflik kepentingan akibat ketidaksamaan tujuan, dimana agen tidak selalu
bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal (Meisser (2007) dalam Endrianto (2010)).
Zimmerman (1977) dalam Hilmi (2011) menyatakan bahwa pemerintah sebagai agen yang
mendapatkan mandat dari rakyat sebagai prinsipal, berkewajiban untuk
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
3 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanatkan oleh rakyat kepadanya.
Pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat dalam hal penggunaan keuangan negara
adalah dengan membuat suatu laporan keuangan. Agar laporan keuangan mudah dipahami
oleh rakyat maka pemerintah harus memberikan pengungkapan yang wajar atas segala
sesuatu yang berkaitan dengan keuangan negara. Pengungkapan atas laporan keuangan
tersebut dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan pemerintah.
Sedangkan berdasarkan signalling theory, Evans dan Patton (1987) dalam Hilmi
(2011) menyatakan bahwa dalam konteks signalling theory pemerintah berusaha untuk
memberikan sinyal yang baik kepada rakyat agar rakyat dapat terus mendukung kegiatan
pemerintah yang saat ini berjalan. Salah satu sinyal yang baik yang diberikan oleh
pemerintah kepada rakyat adalah dengan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban maupun sebagai bentuk promosi politik bahwa pemerintah telah
menjalankan tugasnya dengan baik sehingga dapat meningkatkan reputasi pemerintah di
mata rakyat. Agar laporan keuangan yang dijadikan sebagai bentuk promosi politik
tersebut dapat dipahami oleh rakyat, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan keuangan
negara harus mendapatkan pengungkapan yang jelas. Pengungkapan atas laporan keuangan
tersebut dijelaskan dalam CaLK yang merupakan salah satu komponen dari laporan
keuangan.
Berdasarkan kedua teori tersebut dan tujuan penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya, penelitian ini menguji karakteristik organisasi dan hasil audit terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan kementerian/lembaga. Kerangka penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.
Pengembangan Hipotesis
Ukuran Organisasi
Penelitian Puspita (2011) menemukan bahwa ukuran daerah memiliki hubungan
positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela di internet. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Patrick (2007) yang menyimpulkan bahwa ukuran pemerintahan memiliki
pengaruh positif terhadap determinasi yang mengadopsi GASB 34. Aset merupakan
sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh suatu entitas untuk melakukan
kegiatan operasionalnya. Organisasi pemerintah dengan total aset yang lebih besar akan
lebih kompleks dalam menjaga dan mengelola asetnya. Konsekuensinya, pemerintah perlu
mengungkapkan lebih banyak daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
4 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Oleh karena itu organisasi pemerintah akan menaruh perhatian yang lebih tinggi dalam
pengungkapan aset sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Patrick, 2007). Aset
yang dimiliki oleh suatu entitas akuntansi dapat digunakan untuk membiayai pembuatan
laporan keuangan entitas tersebut. Semakin besar jumlah aset maka semakin besar sumber
daya yang bisa digunakan untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar. Oleh karena
itu, hipotesis pertama adalah:
H1: Total aset berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
Kompleksitas Pemerintahan
Patrick (2007) menemukan bahwa Pemda dengan diferensiasi fungsional yang lebih
tinggi akan cenderung untuk lebih mengadopsi GASB 34. Di Indonesia, fungsi departemen
fungsional sama dengan satuan kerja (satker) sebagai entitas akuntansi (Darmastuti, 2011).
Demikian juga Liestiani (2008) menyimpulkan bahwa kompleksitas pemerintahan
berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan pada Pemda.
Jumlah satker dalam suatu entitas pemerintah menunjukkan jumlah urusan yang
menjadi tanggung jawabnya. Jumlah urusan pemerintahan menunjukkan kompleksitas
pemerintahan. Semakin banyak jumlah satker dalam pemerintahan berarti semakin
kompleks urusan pemerintahan tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah satker maka
dibutuhkan pengungkapan yang semakin kompleks untuk membantu pembaca laporan
keuangan memahami kompleksitas kegiatan yang dilakukan pemerintah.Oleh karena itu,
hipotesis kedua adalah:
H2: Jumlah satker berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
Jenis Organisasi
Secara umum kementerian mempunyai organisasi yang lebih terstruktur dan
memiliki lebih banyak pegawai yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dibandingkan
lembaga negara. Hal itu dapat terjadi karena kementerian memiliki total aset yang lebih
besar dibandingkan lembaga negara, sehingga dengan total aset yang besar itu kementerian
memiliki sumber daya untuk merekrut pegawai yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi. Dengan memiliki pegawai yang memiliki keahlian di bidang akuntansi maka
tingkat pengungkapan laporan keuangan kementerian cenderung lebih baik dibandingkan
lembaga negara. Dengan demikian, hipotesis ketiga adalah:
H3: Kementerian memiliki tingkat pengungkapan yang lebih tinggi
dibandingkan lembaga negara
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
5 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Jumlah Temuan Audit dan Tingkat Penyimpangan Audit
Temuan audit merupakan penyimpangan, pelanggaran atau ketidakwajaran yang
ditemukan oleh auditor berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan auditor.
Liestiani (2008) menemukan bahwa jumlah temuan audit BPK RI berkorelasi positif
sedangkan tingkat penyimpangan berkorelasi negatif terhadap tingkat
pengungkapanlaporan keuangan pemerintah kabupaten/kota. Andriani (2011) juga
menemukan bahwa tingkat penyimpangan berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengungkapan.
UU No 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara menyebutkan bahwa temuan audit BPK RI digunakan oleh pemerintah untuk
melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang
telah diperiksa (audited financial statements) memuat koreksi tersebut. Selain itu auditor
juga akan mengkomunikasikan temuan audit tersebut dengan auditee agar dapat dilakukan
perbaikan di periode selanjutnya. Pada akhir pemeriksaan auditor akan membuat
rekomendasi terkait temuan audit tersebut agar auditee dapat melakukan perbaikan-
perbaikan di periode selanjutnya sesuai dengan rekomendasi yang telah diberikan oleh
auditor.
Jika jumlah temuan audit dan tingkat penyimpangan keuangan yang ada pada
periode sebelumnya cukup besar, diharapkan pada periode selanjutnya terdapat perubahan
yang lebih baik yang dilakukan oleh kementerian/lembaga untuk mengurangi temuan audit
dan tingkat penyimpangan tersebut sehingga berakibat pada pengungkapan atas laporan
keuangan yang lebih baik dari periode sebelumnya. Namun, jika jumlah temuan audit dan
tingkat penyimpangan pada periode yang sama cukup besar, hal ini mengindikasikan
pengungkapan laporan keuangan pada periode tersebut rendah.
H4a: Jumlah temuan audittahun lalu berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan
H4b: Jumlah temuan auditperiode sekarang berpengaruh negatif terhadap
tingkat pengungkapan
H5a: Tingkat penyimpangan tahun lalu berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan
H5b: Tingkat penyimpangan periode sekarang berpengaruh negatif terhadap
tingkat pengungkapan
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
6 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
METODE PENELITIAN
Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 model. Model penelitian pertama menggunakan
metode Lag Effect dan model kedua No Lag Effect. Model Lag Effect digunakan untuk
mengukur temuan audit dan tingkat penyimpangannya pada tahun lalu untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan pada laporan keuangan periode berikutnya.
Sedangkan model No Lag Effect menggunakan jumlah temuan audit dan tingkat
penyimpangannya pada tahun yang sama dengan tahun pelaporan keuangan.
Model I (Lag Effect):
DISCi = β0 + β1LnSIZEi + β2LnUNITi+ β5ORGi+β3FINDi,t-1 + β4NOMi,t-1 + ε
Model II (No Lag Effect):
DISCt = β0 + β1LnSIZEi + β2LnUNITi+ β5ORGi+β3FINDi + β4NOMi + ε
Keterangan: DISC : Tingkat Pengungkapan LnSIZE : Ukuran Organisasi LnUNIT : Jumlah Satuan Kerja ORG : Jenis Organisasi(Kementerian/Lembaga) FIND : Temuan Audit NOM : Tingkat Penyimpangan
Definisi Operasional
Tingkat pengungkapan sebagai variabel dependen merupakan perbandingan antara
pengungkapan yang telah disajikan dalam CaLK kementerian/lembaga dan pengungkapan
yang seharusnya disajikan dalam CaLK berdasarkan checklist SAP2. Metode
pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini serupa dengan yang digunakan oleh
Liestiani (2008) dan Hilmi (2011) dengan modifikasi.
DISC = Pengungkapan dalam LK kementerian/lembaga
Pengungkapan dalam SAP
Modifikasi dimaksud adalah tidak dimasukkannya komponen CaLK terkait Laporan Arus
Kas (LAK), karena sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerinah Pusat, laporan keuangan
yang disusun oleh kementerian/lembaga adalah berupa Laporan Realisasi Anggaran
2Checklist dapat diminta kepadaPenulis melalui email.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
7 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
(LRA), neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Tahapan mekanisme
pengukuran tingkat pengungkapan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar pengungkapan berdasarkan PSAP 04 tentang Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
2. Memberikan nilai untuk setiap pengungkapan dalam laporan keuangan
kementerian/lembaga, dimana jika suatu item diungkapkan diberi nilai 1 pada kolom
Ya, jika seharusnya diungkapkan tetapi tidak diungkapkan diberi nilai 1 pada kolom
Tidak, sedangkan jika memang tidak ada/ tidak perlu diungkapkan maka diberi nilai 1
pada kolom N/A (Not Applicable).
3. Menjumlahkan nilai pada kolom Ya dan Tidak untuk setiap entitas pelaporan
4. Menghitung tingkat pengungkapan dengan cara membagi total skor Ya dengan jumlah
total skor Ya dan Tidak.
Sedangkan untuk definisi operasional variabel independen terdapat dalam Tabel 1.
Sampel dan Sumber Data
Populasi penelitian ini adalah seluruh kementerian/lembaga negara yang
mengirimkan laporan keuangan kepada Kementerian Keuangan untuk dikompilasi menjadi
laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) yaitu sebanyak 80 kementerian/lembaga.
Sedangkan sampel penelitian adalah 78 laporan keuangan kementerian/lembaga tahun
2011.
Laporan keuangan kementerian/lembaga didapatkan dari Pusat Informasi dan
Komunikasi (PIK) BPK RI. Laporan keuangan kementerian/lembaga tersebut akan dirinci
datanya mengenai total aset, jumlah satuan kerja dan pengungkapan laporan keuangan pada
masing-masing kementerian/lembaga. Sedangkan jumlah temuan audit BPK RI pada
masing-masing kementerian/lembaga dan tingkat penyimpangannya didapatkan dari
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2011.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
8 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
PEMBAHASAN
Tingkat Pengungkapan Kementerian/Lembaga
Rata-rata tingkat pengungkapan laporan keuangan kementerian/lembaga tahun 2011
adalah 60,1%. Nilai tingkat pengungkapan tertinggi diperoleh Kementerian Kehutanan dan
nilai terendah diperoleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Secara umum, terdapat 7 kelompok informasi yang harus diungkapkan oleh
pemerintah (Tabel 2). Dari ketujuh kelompok informasi, dapat diketahui bahwa
kementerian dan lembaga telah menyajikan secara lengkap informasi terkait dengan bagian
G yaitu informasi mengenai terjadinya perubahan struktur organisasi,kesalahan manajemen
terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru, penggabungan atau pemekaran
entitas tahun berjalan, dan kejadian yang mempunyai dampak sosial.
Selanjutnya, dari Tabel 2 dapat dilihat terdapat dua kelompok informasi yang tidak
diungkapkan, baik oleh kementerian maupun lembaga, yaitu kelompok C dan kelompok F.
Kelompok C seharusnya berisi informasi antara lain perbandingan output dan input untuk
melihat efisiensi suatu program, perbandingan antara input dan hasil (outcome) untuk
melihat efektivitas program, dan pengungkapan keterbatasan dan kesulitan yang dihadapi
dalam mencapai efisiensi dan efektivitas tersebut. Kemungkinan alas an tidak
diungkapkannya komponen CaLK ini adalah karena efisiensi, efektivitas dan kendala yang
dihadapi dalam pencapaiannya telah diungkapkan dalam laporan kinerja instansi
pemerintah (LAKIP) yang disusun oleh masing-masing kementerian/lembaga, sehingga
kemungkinan kementerian/lembaga merasa tidak perlu mengungkapkannya lagi pada
laporan keuangan mereka. Sedangkan kelompok F berisi informasi tentang komitmen
kontinjensi dan komitmen-komitmen lain yang ada pada kementerian/lembaga.
Jika diperbandingkan antara kementerian dan lembaga, Tabel 2 menunjukkan
bahwa kementerian memiliki nilai pengungkapan lebih tinggi dibanding Lembaga untuk
seluruh kelompok kecuali kelompok bagian yang menjelaskan pos-pos neraca (E Naraca).
Namun dalam kelompok ini, terdapat informasi yang jarang diungkapkan diantaranya yang
terkait dengan akun konstruksi dalam pengerjaan (KDP) serta penyusutan. Penyusutan
tidak diungkapkan karena peraturan teknis mengenai penyusutan pada entitas pemerintah
pusat belum diterbitkan oleh Kementerian Keuangan selaku pengelola barang milik negara.
Selain itu aplikasi komputer (software) tentang laporan keuangan pada seluruh
kementerian/lembaga yang didapatkan dari Kementerian Keuangan belum mengakomodasi
adanya penyusutan.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
9 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Lebih lanjut, bagian yang selalu diungkapkan oleh kementerian dan lembaga adalah
informasi mengenai pencapaian target belanja atau penerimaan negara. Namun klasifikasi
belanja berdasarkan fungsi yang antara lain meliputi fungsi pelayanan umum, ekonomi,
lingkungan hidup, kesehatan, pendidikan, agama, perlindungan sosial jarang diungkapkan.
Sebagian besar kementerian/lembaga mengungkapkan klasifikasi belanja hanya
berdasarkan klasifikasi ekonomi dan organisasi saja tanpa mengungkapkan klasifikasi
belanja berdasarkan klasifikasi fungsi. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena dalam
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 65/PB/2010 tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga lampiran 4tentang contoh format CaLK hanya
menyebutkan klasifikasi belanja berdasarkan klasifikasi ekonomi dan organisasi saja tanpa
menyebutkan adanya klasifikasi fungsi.
Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik dan terbukti tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas, multikolineasritas dan autokorelasi maka dilakukan uji regresi
berganda dengan hasil pengujian pada Tabel 3. Data yang digunakan adalah 78 sampel
kementerian dan lembaga dari total 80 kementerian dan lembaga yang memberikan
laporannya kepada Kementerian Keuangan untuk dikompilasi menjadi laporan keuangan
pemerintah pusat.
Ukuran Organisasi
Hasil pengujian regresi pada model I dan II menunjukkan nilai probabilitas untuk
kedua model lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 0,5 sehingga dapat disimpulkan
bahwa total aset secara individual berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan.
Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Semakin besar ukuran organisasi suatu
kementerian/lembaga maka semakin besar atau tinggi tingkat pengungkapan yang
dilakukan dalam catatan atas laporan keuangan. Hal ini terjadi karena kementerian/lembaga
dengan total aset yang lebih besar dapat menggunakan sumber daya tersebut untuk
merekrut pegawai-pegawai yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi sehingga
pengungkapan laporan keuangan yang mereka susun juga memiliki nilai lebih besar.Hasil
penelitian ini mendukung Patrick (2007) dan Puspita (2011) yang menyatakan bahwa
ukuran organisasi berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
10 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Jumlah Satuan Kerja
Hasil pengujian regresi pada Tabel 3 menunjukkan bahwa angka probabilitas untuk
variabel jumlah satker (UNIT) pada model I dan model II lebih besar dari tingkat
signifikansi sebesar 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah satker secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan atau dengan kata
lain hipotesis kedua ditolak. Hal tersebut keungkinan karena walaupun jumlah satker pada
kementerian/lembaga cukup banyak namun kegiatan antar satkernya cenderung generik,
sehingga tidak diperlukan pengungkapan yang lebih banyak.Hasil penelitian ini sejalan
dengan Yulianingtyas (2011) dan Hilmi (2011) yang menyimpulkan bahwa jumlah satuan
kerja pemerintah tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan.
Jenis Organisasi
Penelitian ini menggunakan jenis organisasi sebagai variabel dummy. Hasil
pengujian regresi dari Tabel 3 menunjukkan variabel jenis organisasi memiliki nilai
probabilitas lebih kecil dari 10% (model I) dan lebih kecil dari 5% (model II). Dengan
demikian hipotesis tiga diterima, yaitu bahwa kementerian memiliki tingkat pengungkapan
yang lebih tinggi dibandingkan lembaga negara. Hal ini dapat terjadi karena kementerian
memiliki lebih banyak pegawai yang ahli dalam bidang akuntansi disbanding lembaga.
Jumlah Temuan Audit dan Tingkat Penyimpangan Berdasarkan Tabel3, nilai probabilitas untuk kedua variabel hasil audit (jumlah temuan dan
tingkat penyimpangan) lebih besar dari 10% atau dengan kata lain tidak signifikan untuk kedua
model. Jadi, hipotesis empat dan lima semuanya ditolak. Untuk model I, hal ini kemungkinan
karena kementerian/lembaga mengabaikan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada periode
sebelumnya dengan tidak sepenuhnya menindaklanjuti rekomendasi atas hasil temuan audit BPK
RI. Dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II TA 2010 diketahui bahwa kementerian/lembaga
baru menindaklanjuti rekomendasi BPK RI sebesar 37,95% dari seluruh rekomendasi yang ada.
Sedangkan sisanya sebesar 62,05% belum ditindaklanjuti sama sekali dan belum ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi BPK RI.Hasil pengujian ini mendukung Hilmi (2011) dan Andriani (2011)
yang menyatakan bahwa jumlah temuan audit tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan.
Untuk model II, hal ini bisa terjadi kemungkinan karena kementerian/lembaga belum sepenuhnya
menindaklanjuti rekomendasi BPK RI terkait nilai nominal rupiah temuan audit. Dari total nilai
temuan senilai 27 miliar rupiah baru sekitar 4 miliar rupiah saja yang ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi atau sebesar 18,06%. Sedangkan sisanya sekitar 22 miliar rupiah atau 81,94%
ditindaklanjuti belum sesuai dengan rekomendasi dan belum ditindaklanjuti sama sekali.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
11 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN
Kesimpulan
1. Tingkat pengungkapan laporan keuangan kementerian/lembaga tahun 2011 masih
cukup rendah, yaitu 60,1%. Hal ini menunjukkan kementerian/lembaga belum
menyajikan seluruh informasi yang seharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan.
2. Berdasarkan hasil pengujian model,baik yang menggunakan Lag Effect maupun tidak
menggunakan Lag Effect, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ukuran organisasi
dan jenis organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat pengungkapam
laporan keuangan kementerian/lembaga pada tahun 2011.
Keterbatasan dan Saran Penelitian
1. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu tahun yaitu tahun 2011,
diharapkan penelitian yang akan datang menggunakan jangka waktu beberapa tahun
agar dapat diketahui variabel-variabel yang memperngaruhi tingkat pengungkapan
laporan keuangan dari waktu ke waktu.
2. Penelitian ini hanya menggunakan faktor-faktor ukuran organisasi, jumlah satuan kerja,
jenis organisasi dan hasil audit. Untuk selanjutnya, sebaiknya perlu diperhitungkan
mengenai latar belakang pendidikan menteri/kepala lembaga negara.
Implikasi Penelitian
1. Rata-rata tingkat pengungkapan laporan keuangan kementerian/lembaga masih cukup
rendah, oleh karena itu kementerian/lembaga negara diharapkan meningkatkan
pengungkapan dalam laporan keuangannya agar para pengguna laporan keuangan dapat
memahami laporan keuangan dengan lebih baik.
2. Informasi mengenai ikhtisar pencapaian kinerja keuangan untuk melihat efisiensi dan
efektivitas suatu program pemerintah tidak disajikan dalam CaLK. Ke depannya
Kementerian/lembaga diharapkan mengungkapkan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan
agar kinerja keuangan pemerintah dapat diketahui dan dievaluasi oleh masyarakat.
3. Total aset terbukti memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
kementerian/lembaga. Kementerian Keuangan selaku pembina akuntansi
kementerian/lembaga disarankan memberikan perhatian yang lebih pada tingkat
pengungkapan kementerian/lembaga dengan total aset yang relatif kecil.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
12 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
4. Jenis organisasi terbukti memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Hal ini
dapat terjadi karena kementerian negara merekrut pegawai yang memiliki keahlian di
bidang akuntansi. Ketika lembaga negara melakukan rekrutmen pegawai untuk bagian
akuntansi maka disarankan merekrut pegawai yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
13 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
DAFTAR REFERENSI
Andriani, Evanti. Pengaruh Opini Audit dan Temuan Audit Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi Akuntansi FE UI Depok. 2011.
Endrianto, Wendy. Analisa Pengaruh Penerapan Basel dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Risiko pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Tesis Magister Akuntansi FE UI Depok. 2010.
Fitri, Sri Adella. Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Suatu Studi Eksploratif pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. http://repository.unand.ac.id/15194. 2008.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Edisi 4. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, 2006.
Hendriksen, Eldon S. Teori Akuntansi Julid 2. Erlangga. Jakarta. 1997. Hilmi, Amiruddin Zul. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. Skripsi Akuntansi FE UI Depok. 2011. Ingram, Robert W. Economics Incentives and the Choice of StateGovernment Accounting
Practices. Journal of Accounting Research. Vol. 22. No. 1. pp 126-144. 1984. Ikhsan, Irfan., dan Suprasto, Herkulanus Bambang. Teori Akuntansi dan Riset Multiparadigma.
Graha Ilmu. Yogyakarta. 2008. Laswad, Fawzi, Fisher, Richard, dan Oyelere, Peter. Determinants of Voluntary Internet Financial
Reporting by Local Government Authorities. Journal of Accounting and Public Policy 24. pp 101-121. 2005.
Liestiani, Annisa. Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia untuk Tahun Anggaran 2006. Skripsi Akuntansi FE UI Depok. 2008.
Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2005. Mursyidi. Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Refika Aditama. Bandung. 2009. Patrick, P.A. The Determinant of Organizational Inovativeness: The Adoption of GASB 34 in
Pennsylvania Local Government. Unpublished Ph.D Dissertation. Pennsylvania: The Pennsylvania State University. 2007.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 yang diubah dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.
Puspita, Roura. Analisis Pengaruh Kinerja dan Karakteristik Pemda Terhadap Tingkat Pengungkapan dan Kualitas Informasi Dalam Website Pemda. Skripsi Akuntansi FE UI Depok. 2011.
Robbins, Walter A., dan Austin, Kenneth R. Disclosure Quality in Governmental Financial Reports: An Assessment of the Appropriateness of a Compound Measure. Journal of Accounting Research. Vol 24. No. 2. pp 412-421. 1984.
Sekaran, Uma, & Roger Bougie. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, Fifth Edition. Wiley. 2010.
Setyaningrum, Dyah dan Darmastuti, Dewi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Belanja Bantuan Sosial pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Tahun 2009. http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/048-ASPAK-08.pdf. 2011.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. ANDI Yogyakarta. 2011. Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta. 2011. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Yulianingtyas, Rena Rukmita. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan
Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=22126. 2011.
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
14 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Variabel
LAMPIRAN
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Independen Penelitian
No Notasi Arti Definisi Variabel Hipotesi
s I II
1 LnSIZE Ukuran Organisasi Natural logaritma dari Total Aset + +
2 LnUNIT
Jumlah Satuan Kerja
Natural logaritma Jumlah satuan kerja pada masing-masing kementerian/lembaga
+ +
3 ORG Jenis Organisasi (Kementerian/ Lembaga)
Diberi angka 1 untuk entitas pelaporan kementerian dan diberi angka 0 untuk entitas pelaporan lembaga negara
+ +
4 FIND Temuan Audit Jumlah temuan audit - +
5 NOM Tingkat Penyimpangan
Temuan audit (dalam rupiah) dibagi dengan total belanja - +
Karakteristik Organisasi: (1) Total Aset (2) Kompleksitas Pemerintahan (3) Jenis Organisasi
Tingkat
Pengungkapan
Hasil Audit: (1) Jumlah Temuan Audit
(2) Tingkat Penyimpangan
Variabel Independen
Variabel Dependen
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
15 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Tabel 2. Tingkat PengungkapanKomponen Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
No Komponen Min Max
Rata-rata Tingkat Pengungkapan Komponen CaLK
Kementerian dan
Lembaga
Kementerian Lembaga
1 A .0000 .7500 .4936 0.5147 0.4773 2 B .2000 .4286 .2256 0.2293 0.2227 3 C .0000 .0000 .0000 0 0 4 D .7059 .9444 .8692 0.8743 0.8653 5 E_LRA .2000 .5000 .2924 0.3187 0.2721 6 E_NERAC
A .5769 .9545 .8278 0.8268 0.8286
7 F .0000 .0000 .0000 0 0 8 G 1.0000 1.0000 1.0000 1 1
Keterangan: A : Informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi B : Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro C : Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target D : Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya
E LRA : Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Realisasi Anggaran (LRA) E NERACA : Rincian dan penjelasan masing-masing pos neraca F : Informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan G : Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian wajar yang tidak disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan
Tabel 3.Hasil Uji Regresi Berganda
Model I (Lag Effect) Model II (No Lag Effect) Variabel Exp.Sign Coeff. Sig. Exp.Sign Coeff. Sig.
SIZE + 0.0063 0.012 ** + 0.0060 0.0098 *** UNIT + -0.0017 0.260 + 0.0026 0.3973 ORG + 0.0158 0.052 * + 0.0097 0.0279 ** FIND + 0.0001 0.415 - -0.0007 0.1040 NOM + 0.2803 0.195 - 0.1484 0.1061
Adj. R2 0.141109 0.173209 F-Stat 3.530105 4.226235 Prob (F-Stat) 0.006547 0.002003
*Signifikan pada level 10% **Signifikan pada level 5% ***Signifikan pada level 1%
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
16 File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id