Post on 31-Dec-2016
TESIS
PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM
DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
I NYOMAN NUADA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
1
TESIS
PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM
DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
I NYOMAN NUADA NIM 1190361002
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
ii
2
PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM
DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana I NYOMAN NUADA NIM 1190361002
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
iii
3
LEMBARAN PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 6 Nopember 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF. Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO. NIP. 19501231 19803 1 015 NIP. 19440201 196409 1 001
Mengetahui
Ketua Program Magister Fisiologi Olahraga Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) NIP. 194402011964091001 NIP. 195902151985102001
iv
4
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis ini Telah Diuji Pada Tanggal 6 Nopember 2013
Panitia Penguji Kelayakkan Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 305/UN.14.4/HK/2013, Tanggal 29 Oktober 2013
Ketua : Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF.
Anggota :
1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M. Sc.Sp. And,AIFO
2. Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes.
3. Dr. Ir. I Ketut Wijaya, M Erg.
4. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M. Repro.
v
5
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : I Nyoman Nuada
NIM : 1190361002
Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga
Judul Tesis : Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan
Kebugaran Fisik Ditinjau Dari Daya Tahan Umum
Daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 Pada Mahasiswi
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Denpasar.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmih Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 7 Tahun 2010
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 20 Nopember 2013
(I Nyoman Nuada)
vi
6
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan menghaturkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi,
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kertha wara nugraha-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar magister pada Program Studi Fisiologi Olahraga, Program
Pascasarjana Universitas Udayana. Tesis ini berjudul “Pelatihan Senam Ayo
Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Senam Ayo Bersatu Seri
2 Pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan Polteknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Denpasar.”
Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dorongan, semangat, motivasi,
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Pascasarjana di
Universitas Udayanana.
2. Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp.S (K), selaku ketua Program
Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti serta menyelesaikan pendidikan
ini paada Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universirtas
Udayana.
3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M. Sc, Sp.And, AIFO selaku Ketua
Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana dan
sebagai Pembimbing II.
vii
7
4. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, selaku pembimbing I untuk
membimbing penyusun tesis ini, sampai terwujud.
5. Para dosen Fisiologi Olahraga pada Program Studi Magister Fisiologi
Olahraga Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan.
6. Direktur Poltekes Kemenkes Denpasar, yang telah memberikan ijin untuk
peneliltian kepada penulis terhadap para mahasiswi Jurusan Kebidanan
sebagai sampel.
7. Ketua jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar, mengijinkan atas
tempat penelitian serta mahasiswi Jurusan Kebidanan sebagai sampel.
8. Rekan-rekan mahasiswa fisiologi olahraga dan mantan mahasiswa yang
telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penyusunan usulan
penelitian ini.
9. Istri, anak-anak, keluarga dan sanak saudara tercinta yang telah
memberikan motivasi dan semangat selama mengikuti pendidikan
khususnya dalam penyusunan tesis ini.
Tesis ini sudah tentu banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan, untuk
itu masih tetap memerlukan masukan dan saran untuk perbaikan. Akhir kata
masukan, saran dan koreksi dari semua pihak penulis sangat diharapkan untuk
penyempurnaan tesis ini.
Denpasar, Nopember 2013
Penulis
viii
8
ABSTRAK
PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM
DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
Kebugaran fisik sangat penting untuk memperlancar seseorang melakukan aktifitas sehari - hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dalam upaya untuk meningkatkan kebugaran fisik perlu dilaksanakan pelatihan yang terukur dan teratur sehingga mampu memperoleh hasil yang maksimal. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum melalui pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dalam meningkatkan kebugaran fisik ditinjau daya tahan umum. Sampel dalam penelitian adalah mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar dengan umur rata-rata 18 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized pretest – posttest control group design dengan jumlah sampel sebanyak 11 orang pada masing-masing kelompok. Sampel dipilih secara acak pada mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar, selanjutmya masing-masing kelempok diberikan pelatihan senam. Perlakuan 1 (P1) diberikan pelatihan Senam Ayo Bangkit dan perlakuan 2 (P2) diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Pelatihan dilakukan selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu mulai pukul 17.00 – 18.00 wita secara bersama - sama bertempat di halaman kampus Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar. Hasil analisis dengan bantuan komputer menunjukkan penurunan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km secara bermakna (p < 0,05) terhadap kedua kelompok senam pada posttest dari pretest dan juga terjadi peningkatan denyut nadi latihan diakhir perlakuan pada kedua kelompok. Pada kelompok Senam Ayo Bangkit terjadi peningkatan denyut nadi sebesar 11 % dan kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 sebesar 6 %. Hasil analisis terjadi perbedaan peningkatan denyut nadi pelatihan secara bermakna (p<0,05). Hasil analisis statistik perbedaan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km pada P1 dan P2 sebesar 42 % dan perbedaan denyut nadi latihan pada P1 sampai zona latihan sedangkan P2 tidak sampai ke zona latihan. P1 tidak sampai ke zona latihan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor latihan termasuk power aerobik atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan dan jenis serat otot. Bagi masyarakat disarankan untuk meningkatkan kebugaran fisik dengan melakukan Senam Ayo Bangkit secara teratur dan rutin tiga kali seminggu selama 8 minggu. Kata kunci : Senam Ayo Bangkit, Senam Ayo Bersatu Seri 2, Lari 2,4 km,
Kebugaran Fisik.
ix
9
ABSTRACT
THE TRAINING OF AYO BANGKIT GYMNASTIC MORE PHYSICAL FITNESS IN TERMS OF GENERAL ENDURANCE
THAN AYO BERSATU GYMNASTIC SERIES 2 ON MIDWIFERY STUDENTS OF
HEALTH POLYTECHNIC DENPASAR
Physical fitness is very important to facilitate a person perform daily activities without causing significant fatigue. In an effort to improve physical fitness, training needs to be implemented and measured regularly to obtain optimal results. The general objective of this study was to determine the improvement of physical fitness in terms of general endurance as result of Ayo Bangkit and Ayo Bersatu Series 2 gymnastics. While the specific goal is to determine the particular training and gymnastics Ayo Bangkit and Ayo Bersatu Serie 2 both can improve physical fitness in terms of general endurance. The sample of this research is Midwifery students in Polytechnic of Ministry of Health Denpasar with an average age of 18 years . This study is an experimental research with randomized pretest - posttest control group design with a total sample of 11 people in each group. The samples were chosen randomly to students of Midwifery Department in Polytechnic of Health Ministry Denpasar, and then each group was given gymnastic training. Treatment 1 ( P1 ) was given Ayo Bangkit gymnastics training and treatment 2 (P2) was given Ayo Bersatu Serie 2 gymnastics training. The training conducted in 8 weeks with a frequency of 3 times a week starting at 17:00 to 18:00 WITA all together at the same place in the front yard campus of Midwifery Department in Polytechnic of Ministry of Health Denpasar. The analysis result with computer-assistance showed a decrease in aerobic 2.4 km run time significantly ( p < 0.05 ) for both groups in post test, there was also an increase in pulse rate of training in terms of percentage at the end of the session in both groups . There was 11 % of pulse increasing in Ayo Bangkit gymnastic, while there was only 6 % of it in Ayo Bersatu Serie 2. There was a significant difference of increasing pulse rate between Ayo Bangkit group and Ayo Bersatu serie 2 group for 5 %. The statistical analysis result shows the difference of 2.4 km aerobic run time in P1 and P2 for 42 % and the difference of exercise pulse in P1 reached the exercise zone, while P2 didn’t reach the exercise zone. P2 didn’t reach the exercise zone maybe due to exercise performance factors, including aerobic power of the athlete, lactate threshold, movement economy and types of muscle fibers. The people were advised to increase physical fitness by doing Ayo Bangkit gymnastics of moderate intensity three times a week for 8 weeks . Keywords : Ayo Bangkit Gymnastic, Ayo Bersatu Gymnastic Series 2, 2,4 km of
Running, Physical Fitness .
x
10
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................. ii PRASYARAT GELAR................................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.............................................................. v SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................. vi UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vii ABSTRAK .................................................................................................. ix ABSTRACT ................................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian............................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian............................................................................. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 7 2.1. Pengertian Faal Olahraga................................................................... 7 2.2. Kebugaran Fisik ................................................................................ 8 2.3. Pelatihan Kebugaran Fisik ................................................................. 14 2.4. Prinsip Pelatihan................................................................................ 16 2.5. Pelatihan Meningkatkan Komponen Biomotorik................................ 18 2.6. Pengaruh Pelatihan Aerobik terhadap Fungsi Organ Tubuh ............... 19 2.7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik ....................... 21 2.8. Senam ............................................................................................... 22 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS..................................... 34 3.1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 34 3.2. Konsep Penelitian ............................................................................. 35 3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 36 BAB IV METODE PENELITIAN................................................................ 37 4.1. Rancangan Penelitian ........................................................................ 37 4.2. Populasi dan Sampel.......................................................................... 38 4.3. Variabel Penelitian ............................................................................ 40 4.4. Definisi Operasional Variabel............................................................ 41 4.5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 42 4.6. Instrumen Penelitian.......................................................................... 43 4.7. Prosedur Penelitian............................................................................ 43
xi
11
4.8. Analisis Data ..................................................................................... 48 4.9. Kelemahan Penelitian ........................................................................ 49 BAB V HASIL PENELITIAN...................................................................... 50 5.1 Kondisi Lingkungan .......................................................................... 51 5.2 Karakteristik Subjek .......................................................................... 51 5.3 Hasil Analisis Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan............................................................................. 54 5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi ............................................................... 57 5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 56 BAB VI PEMBAHASAN............................................................................ 62 6.1 Karakteristik Subjek Penelitian.......................................................... 62 6.2 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Meningkatkan Kebigaran Fisik........... 64 6.3 Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Meningkatkan Kebugaran Fisik ................................................................................................. 66 6.4 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik
Ditinjau dari Daya Tahan Umum. daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.................................................................................... 68
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 73 7.1 Simpulan ........................................................................................... 73 7.2 Saran ................................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75 LAMPIRAN
xi
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 35
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian.............................................. 37
Gambar 4.2 Alur Penelitian .................................................................. 48
Gambar 5.1 Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km pada Kedua Kelompok 55
Gambar 5.2 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit Sebelum dan Sesudah Perlakuan .......................................................................... 58
Gambar 5.3 Denyut Nadi Senam Bersatu Seri 2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan .......................................................................... 60
Gambar 5.4 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Sesudah Perlakuan................................................... 61
xiii
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Intesitas latihan.................................................................... 13 Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Tempat Pelatihan (OC) ........................ 51 Tabel 5.2 Data Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 Sebelum dan
Sesudah Perlakuan .............................................................. 52 Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas pada Indeks Massa Tubuh PI dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 52 Tabel 5.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 53 Tabel 5.5 Analisis Perbedaan Umur pada P1 Dan P2........................... 54 Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 54 Tabel 5.7 Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 55 Tabel 5.8 Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Lari 2,4 Km pada Kelompok P1 dan Kelompok P2 ................................. 56 Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 ....... 57 Tabel 5.10 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi
Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 ............... 57 Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut
Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada P2 ...... 59 Tabel 5.12 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P2 .............. 59
xiv
14
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
DKI : Daerah Khusus Ibukota
FOMI : Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia
V O2 Max : Volume OksigenMaksimal
ATP : Adenosin Tri Pospat
K Kal : Kilo Kalori
KTP : Kartu Tanda Penduduk
IMT : Indeks Massa Tubuh
P1 : Perlakuan 1
P2 : Perlakuan 2
DNI : Denyut Nadi Istirahat
DNL : Denyut Nadi Latihan
SB : Simpang Baku
P : Populasi
R : Random
S : Sampel
R A : Random Acak
HIEE : High Intensity Exercise Endurance
PFK : Fosfofruktokinase
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
xv
15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto Dan Proses Pelatihan
- Pengukuran Tekanan Darah - Pengukuran Tinggi Badan - Pengukuran Berat Badan - Alat Pengukur Suhu Kelembaban Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di
Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
- Alat Pengukur Suhu Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar
- Alat Pengeras Suara (Werles) Pada Saat Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar
- Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pemanasan - Senam Ayo Bangkit, Gerakan Inti - Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pendingnan - Pelatihan Senam Ayo Bangkit Kelompok 1 (P1) di Lapangan Jurusan
Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar - Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2, Gerakan Pemanasan - Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2, Gerakan Inti - Gerakan Pelatihan Senam Ayo Berastu Seri 2, Gerakan Pendinginan - Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Kelompok 2 (P2), dI Lapangan
Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar - Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Kelompok 2 (P2), di Lapangan
Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar 2. Data Hasil Penelitian 3. Surat-surat Kelengkapan Penelitian
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
atau tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Kebugaran fisik ditentukan oleh beberapa komponen, namun yang penting dan
sangat erat kaitannya dengan pekerjaan dan kesehatan yakni komponen daya
tahan (endurance), disamping beberapa komponen lain seperti kelentukan
(fleksibility), komposisi tubuh (body composition) dan kekuatan (strength).
Sampai saat ini masyarakat masih kurang mendapatkan informasi yang
akurat tentang kebugaran fisik, disamping informasi tentang cara olahraga yang
benar. Dampak dari hal tersebut adalah kebugaran fisik masyarakat tidak terjaga
dengan baik karena tidak mampu melaksanakan olahraga sesuai dengan kondisi
masing-masing individu.
Menurunnya kebugaran fisik dapat terjadi pada berbagai kelompok usia
dan jenis kelamin. Informasi pengukuran tingkat kebugaran fisk terhadap anak
SD laki-laki usia 6-12 tahun dengan katagori kurang sekali sebesar 47,3 % dan
wanita sebesar 50,1 %, pada anak SLTP laki-laki usia 13-15 tahun dengan
katagori kurang sekali sebesar 31,1 % dan wanita sebesar 28,9 %, pada anak
SLTA laki-laki usia 16-18 tahun dengan katagori kurang sekali sebesar 51,9 %
dan wanita sebesar 53,2 % (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995b).
Hasil dari pengukuran kebugaran jasmani yang dilakukan (Depkes RI,
2004), dengan jumlah sampel 250 karyawan laki-laki dan perempuan, pada
2
golongan umur 30 tahun sampai dengan 50 tahun dengan cara simple random
sampling di 4 provinsi, Sumatera Selatan, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta,
Jawa Barat dan Bali. Pengukuran meliputi indeks massa tubuh, lingkar pinggang
pinggul, kelentukan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru dengan tes lari
2,4 km. Pengukuran hasil kebugaran daya tahan jantung didapatkan dengan
katagori kurang sekali sebesar 73 %.
Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang
dilakukan secara sistematis dan berulang (Nala, 2011b). Pelatihan sebaiknya
dilakukan dalam waktu lama dengan pembebanan yang meningkat secara
progresif dan individual. Dengan demikian pelatihan dapat memperbaiki sistem
serta fungsi fisiologis dan psikologis serta dapat mencapai penampilan dan
kebugaran fisik yang optimal.
Para peneliti membuktikan bahwa kebugaran fisik sangat perlu bagi setiap
kelompok orang untuk mendukung aktifitas kerja sehari-hari. Kebugaran fisik
sangat perlu dijaga dan diberikan pelatihan secara kontinyu agar tetap optimal.
Kebugaran fisik sangat perlu ditingkatkan karena dapat mencegah berbagai
masalah kesehatan seperti penyakit jantung, mudah lelah serta menurunkan
efisiensi dan produktivitas kerja (Irianto, 2004).
Olahraga yang efektif untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah olahraga
aerobik (Triangto, 2005). Pelatihan aerobik secara teratur akan mempengaruhi
fungsi jantung, dimana jantung akan mampu memompa lebih baik dengan
demikian dapat memompa lebih banyak darah dan lebih banyak oksigen sehingga
dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun
3
saat latihan (Perry, 2008). Pelatihan aerobik juga meningkatkan kekuatan otot
pernapasan, meningkatkan jumlah dan besar alveoli dan merangsang pertumbuhan
pembuluh darah disekitarnya yang akan mempercepat suplai oksigen ke sel
(Balley, 1994). Pelatihan yang sering dilakukan di masyarakat adalah pelatihan
aerobik yang merupakan bentuk pelatihan fisik yang paling sesuai untuk
meningkatkan kebugaran jantung dan paru (Tanasescue, 2002).
Pelatihan aerobik yang sesuai dengan takarannya akan mampu
meningkatkan kebugaran fisik atau kesegaran jasmani (Powers, 1996 dalam Nala,
2011) dan adapun yang dimaksud dengan takaran pelatihan adalah: intensitas
70-80% dari VO2 maksimumnya, volume durasi selama 15-60 menit, frekuensi 3-
5 kali perminggu. Senam merupakan salah satu bentuk pelatihan yang
memberikan manfaat bagi peningkatan kesehatan dan kebugaran (Wahyu, dkk,
2008).
Dalam penelitian ini ingin diketahui adanya perbedaan kebugaran fisik
dari Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (Wahyo, dkk, 2008).
Senam Ayo Bangkit (Wahyo, dkk, 2004) dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 tahun
2008 yang saat ini mulai populer di masyarakat merupakan senam aerobik yang
gerakannya melibatkan seluruh otot-otot besar, secara terus menerus, berirama
dan berkelanjutan serta dalam keadaan aerobik. Senam Ayo Bersatu Seri 2
merupakan senam aerobik yang digemari karena gerakan lebih dinamis,
intensitas lebih tinggi dari senam aerobik lainnya. Senam ini memakai ketukan
135 kali per menit, iringan musiknya lebih menimbulkan rasa gembira dan
bersemangat. Senam Ayo Bangkit hampir sama dengan senam aerobik Ayo
4
Bersatu seri 2 dengan ketukan 125 kali per menit. Pelatihan senam aerobik Ajeg
Bali dan senam aerobik Ayo Bersatu seri 2 dengan intensitas denyut nadi 120 kali
per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat meningkatkan
kebugaran fisik (Sukardiasih, 2005). Pelatihan senam aerobik Ayo Bangkit
dengan intensitas denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu
selama 8 minggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Dewantari, 2007).
Pelatihan senam aerobik dengan intensitas denyut nadi 140-164 kali per menit
durasi 3-10 menit dengan repetisi sesuai dengan kapasitas fisiologi setiap individu
frekuensi 3-5 seminggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Nala, 2011a).
Gambaran diatas betapa pentingnya pelatihan aerobik, dimana salah satu
diantaranya adalah senam aerobik. Senam aerobik ini lebih meningkatkan
efektifitas dan efisiensi fungsi fisiologi jantung pembuluh darah dan paru. Hal ini
akan lebih meningkatkan daya tahan umum yang nantinya akan tercapai
kebugaran fisik yang lebih prima.
Mahasiswi jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Denpasar dipilih sebagai sampel karena merupakan kelompok
masyarakat yang sebagian besar waktunya dibangku kuliah. Waktu untuk
belajar di kelas selama 8 jam dengan posisi duduk terutama bagi mahasiswa
semester II kareana struktur programnya masih lebih banyak teori. Hal ini
mengakibatkan mahasiswi kurang melakukan aktivitas fisik termasuk tidak
melakukan senam aerobik jenis apapun dengan alasan sudah lelah menghadapi
perkulahan. Disamping itu mahasiswi ini dipilih untuk diberikan pelatihan senam
oleh karena semua mahasiswi bertempat tinggal di asrama kampus jurusan
5
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar sehingga
memudahkan mengumpulkan untuk diberikan pelatihan. Sedangkan mahasiswi
semester III sampai VI aktivitas perkuliahannya lebih banyak melaksanakan
praktek di lapangn. Sampai saat ini belum pernah melakukan pelatihan senam
aerobik secara teratur pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau
dari daya tahan umum?
2. Apakah pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik
ditinjau dari daya tahan umum?
3. Apakah pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik
ditinjau dari daya tahan umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kebugaran fisik dari pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu
Seri 2.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
6
1. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari
daya tahan umum.
2. Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 meningkatkan kebugaran fisik ditinjau
dari daya tahan umum.
3. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik ditinjau
dari daya umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
1. Menerapkan analisis psikologi pada penyusunan program olahraga kesehatan,
berdasarkan pada model ilmiah perubahan perilaku, dengan manfaat akhir
berupa peningkatan kebugaran aerobik untuk aktivitas sehari-hari.
2. Memperkaya keilmuan fisiologi olahraga terutama aspek bidang promosi
kesehatan melalui pengembangan program aktivitas fisik yang terintegrasi ke
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sebagai landasan penelitian selanjutnya tentang pengembangan program
latihan fisik pada populasi dan lingkungan yang berbeda dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan akhir yang ingin dicapai.
1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan
memilih jenis senam aerobik dalam memilih program pelatihan untuk
meningkatkan kebugaran fisik.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Faal Olahraga
Fisiologi olahraga sebagai salah satu disiplin ilmu kedokteran yang
berusaha untuk mempelajari efek latihan terhadap tubuh, mempelajari bagaimana
efisiensi tubuh manusia dapat diperbaiki dengan latihan, mempelajari metoda
yang paling sesuai untuk menilai 13 perbedaan parameter fisik dan fisiologis dan
mempelajari bermacam-macam tes yang cocok untuk mengukur keadaan
kesegaran jasmani (Giam, 1993 dalam Wiarto, 2013). Berdasarkan tipe dan
intensitas performance latihan, olahraga dapat dibagi menjadi 2 bagian besar,
adalah :
1. Olahraga dinamik, yaitu olahraga yang menyebabkan perubahan pada panjang
otot dan pergerakan sendi dengan kontraksi ritmis, tetapi hanya terjadi sedikit
perubahan pada kekuatan intramuskular.
2. Olahraga statik, yaitu olahraga yang menyebabkan perubahan kekuatan
intramuskular, tetap tidak terjadi atau hanya terjadi sedikit perubahan otot dan
pergerakan sendi. Olahraga dinamik dengan melibatkan banyak otot-otot
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen. Sedangkan olahraga statik
hanya menyebabkan sedikit peningkatan dalam kebutuhan oksigen.
Senam termasuk olahraga dengan gerakan dinamik, oleh karena dalam pelatihan
melibatkan semua otot-otot rangka dan semua persendian tubuh (Wiarto, 2013).
8
2.2 Kebugaran Fisik
2.2.1 Pengertian kebugaran fisik
Kebugaran fisik disebut juga kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani
dapat diartikan kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam
jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan
masih memiliki cadangan untuk melakukan aktivitas yang bersifat mendadak
(Nala, 2011a). Kebugaran fisik adalah kecocokan keadaan fisik berupa kesesuaian
struktur dan komponen jasmani yang harus dilaksanankan dan kesesuaian
jasmani secara fungsional terhadap tugas fisik yang harus dilaksanakan
(Giriwijoyo, 2007). Kebugaran fisik ini melibatkan beberapa komponen
biomotorik termasuk komponen sistem peredaran berupa sistem jantung dan
pembuluh darah serta sistem pernapasan berupa paru paru. Kemampuan jantung
dan pembuluh darah serta paru dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan
kerja otot disebut daya tahan umum. Daya tahan umum inilah kerap kali
pengertiannya disamakan dengan daya tahan aerobik, kesegaran jasmani atau
kebugaran fisik (Nala, 2011a). Daya tahan dapat digolongkan dalam beberapa
cara. Misalnya, daya tahan aerobik, kadang-kadang disebut latihan daya tahan
intensitas rendah, memungkinkan seseorang untuk melakkukan aktivitas terus-
menerus untuk jangka waktu yang lama, sedangkan daya tahan anaerobik, atau
latihan daya tahan intensitas tinggi, menyediakan kemampuan untuk berulang-
ulang melakukan serarangan latihan intensitas tinggi (Bompa, 2009). Faktor-
faktor yang mempengaruhi daya tahan aerobik sangat penting dalam menentukan
kapasitas daya tahan atlet. Faktor-faktor ini termasuk power aerobik altet,
ambang batas laktat, eknomi gerakan dan jenis serat otot. Setiap faktor dapat
9
ditingkatkan secara signifikan dengan metode latihan yang sesuai. Kekuatan atau
aerobik power maksimal telah lama dianggap sebagai faktor utama dalam
menentukan keberhasilan dalam olahraga-olahraga adalah daya tahan. Kekuatan
atau power aerobik bukan satu-satunya penentu latihan olahraga, power aerobik
diukur sebagai tingkat teringgi di mana oksigen dapat diambil dan digunakan
oleh tubuh selama latihan maksimal dan juga dapat didefinisikan sebagai
penyerapan oksigen maksimal (VO2 max), nilai VO2 max antara 70-85 ml.kg.
Kapasitas penyerapan asam laktat bisa berpengaruh terhadap kemampuan daya
tahan untuk mengembangkan daya tahan intesitas tinggi, High Intensity Exercise
Endurance (HIEE), adalah kemampuan untuk menyerap asam laktat atau H ’ion
ke laktat. Kenaikan konsentrasi H + mengakibatkan efek penghambatan pada
fosfofruktokinase (FFK). H ’ion tidak diserap serta penurunan PFK akan
mengurangi hasil Adenosin Tri Pospat (ATP) dari glikolisis, sehingga mengurangi
output daya untuk mempertahankan selama aktivitas. Ekonomi gerakan atau
latihan, telah didefinisikan sebagai penyerapan oksigen yang diperlukan untuk
melakukan latihan pada intensitas tertentu atau rasio kerja mekanik dilakukan
untuk energi yang dikeluarkan. Latihan sangat dipengaruhi perbedaan individu
tampak akan dipengaruhi status latihan karena ekonomi gerakan secara signifikan
terkait dengan status latihan. Individu teralatih nampak menunjukan ekonomi
latihan yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terlatih. Tipe serabut
otot atau komposisi otot berperan dalam menentukan kemampuan kinerja daya
tahan atau kemampuan kinerja yang cepat. Latihan intensitas tinngi secara
signifikan meningkatkan ekonomi gerakan dan VO2 max. Komposisi serat otot,
diantara tipe serabut otot yang menentukan untuk meningkatkan daya tahan
adalah prosentase yang paling tinggi serabut otot tipe IIb atau rantai berat myosin
10
IIx isoform adalah menguntungkan untuk kegiatan yang memerlukan output daya
kekuatan atau ekspresi tinggi. Melakukan aktivitas akan ada keterkaitan antara
daya, kekuatan dan tipe serabut otot untuk meningkatkan jenis latihan. Kebugaran
fisik atau aerobik altet juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti
keturunan, jenis latihan, jenis kelamin, usia, lemak tubuh dan aktivitas.
2.2.2 Komponen kebugaran fisik
Kebugaran fisik terdiri dari 10 komponen. Komponen tersebut sebagian
besar merupakan komponen biomotorik ditambah dengan komponen komposisi
tubuh terkait dengan kesehatan yang merupakan unsur amat dibutuhkan oleh
setiap manusia agar mampu melakukan aktivitas secara efisien dan produktif baik
sewaktu bekerja maupun berolahraga. Menurut (Depkes, 1994 dalam Nala,
2011a) kebugaran fisik terdiri dari 10 komponen adalah 1). Daya tahan
kardiovaskuler; 2). Daya tahan otot; 3). Kekuatan otot; 4). Kelentukan;
5). Komposisi tubuh; 6). Kecepatan gerak; 7). Kelincahan; 8). Keseimbangan;
9). Kecepatan reaksi; 10). Koordinasi. Sedangkan menurut Sumosardjuno
(1986), kesegaran jasmani mempunyai empat komponen antara lain : ketahanan
jantung dan peredaran, kekuatan, ketahanan otot, kelentukan. Menurut Cooper,
(1982) ada 5 komponen kebugaran fisik yang erat hubungannya dengan kesehatan
dan diperlukan dalam menunjang kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Daya tahan cardiorespiratory muscle endurance : merupakan kemampuan
paru, jantung dan pembuluh darah dalam menyediakan oksigen bagi
kelangsungan kerja otot.
11
2. Daya tahan otot : kemampuan otot skeletal untuk melakukan kontraksi atau
gerakan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dan beban tertentu.
3. Kekuatan otot : kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi
atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas.
4. Komposisi tubuh : digambarkan dengan lean body mass dan berat lemak.
Lean body mass terdiri dari massa otot, tulang dan organ- organ tubuh. Berat
lemak dinyatakan dalam persentase lemak terhadap berat badan total.
5. Kelentukan tubuh : kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk
melakukan gerakan pada sebuah atau beberapa sendi.
2.2.3 Cara mengukur tingkat kebugaran fisik
Cara mengukur tingkat kebugaran fisik adalah dengan cara International
atau Asian Committee for The Standardization of The Physical Fitness Test
(ICSPFT atau ACSPFT). Tes ini di Indonesia telah dimodifikasi menjadi Tes
Kesegaran Jasmani Indonesia (Nala, 2011a).
Dalam beberapa test pada umumnya yang dinilai adalah kemampuan lari
(daya tahan aerobik), kelentukan, daya tahan otot, kekuatan otot dan kelincahan
(Depdiknas, 1999 dalam Nala, 2011), dengan kata lain indikator yang dinilai
adalah daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan dan
komposisi tubuh. Berbagai bentuk pengukuran pada tiap tiap komponen dipilih
salah satu cara yang dapat dilaksanakan sesuai kondisi yang dimiliki. Dari lima
komponen kebugaran fisik tersebut dipilih minimal empat komponen. Hasil akhir
dari pengukuran kebugaran fisik adalah indeks kesegaran, yang merupakan
penjumlahan skoring dibagi dengan jumlah yang diukur (Wiadnyana, 1994).
12
Sedangkan daya tahan umum yang diukur hanyalah kemampuan respirasi-
kardiovaskulernya atau kemampuan konsumsi oksigennya (VO2 max) saja,
dengan mempergunakan tes lari aerobik 2,4 km, lari 12 menit, naik turun bangku
Harvard, jantera berjalan (treadmill), sepeda ergometer, dan sebagainya. Daya
tahan umum hanyalah merupakan salah satu komponen biomotorik saja. Di
lapangan sering digunakan test ketahanan untuk mengetahui kebugaran fisik
seseorang, agar mudah dan murah pelaksanaannya. Dari segi hasil pengukuran
tidak menyimpang dari keadaan sebenarnya. Teknik pengukuran yang dilakukan
dengan cara tes lari aerobik 2,4 km atau tes naik turun bangku Harvard. Tes ini
dianggap sudah mewakili unsur lainnya (Nala, 2002).
Mengetahui kebugaran fisik dan pada penelitian ini untuk mengetahui
daya tahan umum mahasiswi jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar,
dipilih tes lari 2,4 km karena mudah dan murah dalam pelaksanaannya untuk
kegiatan praktis di lapangan, dimana hasilnya tidak jauh menyimpang dari
keadaan sebenarnya (Nala, 2011a).
Berdasarkan penggunaan oksigen, pelatihan dapat dikelompokkan
menjadi pelatihan aerobik dan nonaerobik. Pelatihan aerobik adalah palatihan
yang mempergunakan jenis olahraga dan gerakan-gerakan yang memerlukan
oksigen. Pelatihan aerobik berkaitan erat dengan kemampuan sistem
kardiorespirasi dalam memasok dan mengedarkan oksigen. Sedangkan pelatihan
anaerobik mempergunakan gerakan yang sifatnya anaerob, tidak memerlukan
oksigen. Umumnya berkaitan dengan kekuatan otot, daya ledak, dan latihan
13
kecepatan. Kedua jenis latihan ini mempergunakan sumber energi yang berbeda
untuk kontraksi otot. Secara umum olahraga dan pelatihannya dilakukan dengan
tujuan mencapai kebugaran fisik dengan seluruh komponen-komponennya
(Astrand & Rodahl, 1986, dalam Nala, 2011b).
Salah satu prinsip pelatihan fisik adalah pembebanan. Pembebanan ini
dapat dicapai dengan mengatur intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Intensitas
adalah hal yang paling penting walaupun tidak bisa mengabaikan durasi dan
frekuensi. Intensitas adalah faktor terpenting dalam meningkatkan intake oksigen,
mencerminkan energi yang diperlukan untuk berolahraga, kecepatan konsumsi
oksigen dan kalori permenitnya (Sukardiasih, 2005).
Tabel 2.1 Intesitas latihan
Item Intensitas Latihan Ringan Sedang Berat
Contoh Latihan Berjalan Lari lambat Lari Metabolisme Aerobik Aerobik Aerobik dan
Anaerobik Sumber Energi Lemak >KH KH >Lemak >> KH Denyut Jantung < 120 120-150 > 150 Pernafasan Ringan Mudah bercakap Sulit berbicara Tipe Otot SO FOG FG
Sumber : Sharkey, 2003
Tabel 2.1 menunjukkan hubungan anatara intensitas latihan dengan
berbagai komponen.
14
2.3 Pelatihan Kebugaran Fisik
Pelatihan adalah merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental
yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangku
waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan
indivudual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan
psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai
penampilan yang optimal (Bompa, 2009).
Pelatihan kebugaran fisik mempunyai beberapa ciri atau kreteria antara
lain: jenis atau tipe pelatihan, takaran pelatihan dan frekuensi pelatihan. Hal ini
mempengaruhi hasil atau keberhasilan dari pelatihan yang dilakukan.
2.3.1 Jenis atau tipe pelatihan
Sebelum melaksanakan pelatihan yang akan dipilih serta ditetapkan, maka
tindakan selanjutnya menentukan takaran pelatihan dan sebelum takaran
ditentukan harus dilakukan tes awal sebelum dilaksanakn perlakuan untuk
mengetahui secara tepat kemampuan awal dari atlet (Nala, 2011b).
Jenis pelatihan adalah jenis olahraga yang akan dilatih dan selanjutnya tipe
pelatihan. Adapun jenis-jenis pelatihan adalah lari, renamg, senam, sepak bola,
bola basket dan lain sebainya. Pada usulan penelitian ini dipilih jenis pelatihan
senam yaitu Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Kedua jenis
senam ini dipilih karena gerakannya mudah diikuti seluruh peserta, murah karena
peralatannya sangat sedikit, meriah karena membangkitkan kegembiraan serta
aman untuk dilaksanakan oleh setiap peserta dengan tingkat umur yang berbeda-
beda, termasuk olahraga bersifat dinamis (Wahyo, dkk, 2008).
15
2.3.2 Takaran pelatihan
Dalam takaran pelatihan menyangkut tentang intensitas, volume dan
frekuensi pelatihan.
1. Intensitas pelatihan : adalah menunjukan komponen kualitatif bukan
kuantitatif seperti volume dan kualitas suatu intensitas yang menyangkut
kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya
persentase (%) dari kemampuan maksimalnya. Tingkat intensitas ini mulai
terendah sampai tertinggi Nala 2011b, (rendah : 30-50%, intermedium : 50-
70%, medium : 70-80%, submaksimal : 80-90%, maksimal : 80-100%,
supermaksimal : 100-105% dari kemampuan maksimal). Sedangkan (Bompa,
1983 dalam Nala, 2011b) membagi intensitas ringan 120-150 denyut per-
menit, sedang 150-170 denyut per-menit, tinggi 170-185 denyut per-menit
dan maksimal lebih dari 185 denuyut per-menit yang dipergunakan sebagai
patokan ukuran adalah frekuensi denyut jantung atau denyut nadi. Pada
pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 akan
dipergunakan intesitas sedang (medium) 70-80% dengan denyut nadi
intensitas rendah 120-150 denyut per-menit. Volume pelatihan senam adalah
intensitas sedang, karena senam termasuk pelatihan low impact (Sukardiasih
2005).
2. Durasi : adalah bagian dari volume (durasi : lama waktu, jarak tempuh dan
repetisi atau set. Pelatihan selama 10 menit lebih secara teratur akan
meningkatkan kebugaran fisik. Pada pelatihan Senam Ayo Bangkit dan
Senam Ayo Bersatu Seri 2 durasinya masing-masing 2 set dengan istirahat 2
16
menit dengan berbagai gerakan leher, bahu dan lengan terdiri dari 4 set 8
repetisi, gerakan otot pinggang dan perut terdiri dari 4 set 8 repetisi, gerakan
otot tungkai terdiri dari 4 set 12 repetisi, dan tidak ada istirahat antar setnya.
3. Frekuensi : adalah kekerapan atau kerapnya pelatihan per-minggu.
Menetapkan frekuensi pelatihan tergantung pada tipe olahraganya dan .jenis
komponen biomotorik yang akan dikembangkan rata-rata 3-5 kali seminggu,
Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dilakukan 3 kali
seminggu bisa meningkatkan kebugaran fisik dan untuk penelitian
sebelumnya berupa pelatihan Senam Ayo Bersatu salah satu senam aerobik
untuk meningkatkan kebugaran fisik, (Sukardiasih, 2005).
2.4 Prinsip Pelatihan
Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis
dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati
dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. Dasar pelatihan mengandung 7
buah prinsip yaitu : prinsip aktif dan bersungguh sungguh, prinsip pengembangan
multilateral, prinsip spesialisasi, prinsip individualisasi, prinsip keseragaman,
prinsip model proses pelatihan, prinsip peningkatan beban progresif (Bompa,
2009).
Umumnya prinsip-prinsip pelatihan yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
2.4.1 Prinsip kekhususan
Kekhususan pelatihan adalah kekhususan terhadap sistem energi utama,
kelompok otot yang dilatih, sudut sendi dan jenis kontraksi (Fox, 1988). Dalam
17
ini kekhususan olahraga adalah olahraga aerobik yang menggunakan sistem energi
aerobik karena intensitasnya sedang dan memerlukan waktu yang cukup lama dan
sumber energi utama adalah lemak walaupun karbohidrat tetap dipakai saat
permulaan (Soekarman, 1999).
2.4.2 Prinsip beban berlebihan
Upaya untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, organ tubuh harus
diberi beban yang lebih. Beban diberikan mendekati sub maksimal sampai pada
beban yang maksimal (Fox, 1988). Untuk meningkatkan kebugaran fisik
dilakukan pelatihan teratur 20 sampai 30 menit, dengan intensitas denyut jantung
70% dari denyut nadai maksimal dengan frekuensi 4 sampai 6 hari seminggu
(Sumosardjuno, 1986). Intensitas 50% sampai 70% dari denyut nadi maksimal
bagi yang tidak terlatih atau pemula dan intensitas 70% sampai 85% dari denyut
nadi maksimal bagi orang yang terlatih (Dinata, 2004). Menurut Jensen dan Fiser
dalam Nala (1986), intensitas pelatihan yang memberikan efek yang paling efektif
adalah 60-80% dari kapasitas maksimal aerobik, atau 72-87% dari denyut nadi
maksimal.
2.4.3 Prinsip individual
Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan
spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda satu sama lainnya. Tidak semua jenis
pelatihan dapat disamaratakan atau diseragamkan. Prinsip individual ini
merupakan salah satu persyaratan untuk menerapkan suatu pelatihan, karena yang
dihadapi adalah orang coba bukan atlet atau mahasiswa dimana memiliki
18
kemampuan individu berbeda-beda baik secara fisik maupun psikologis. Untuk itu
sasaran pelatihan disesuaikan dengan tingkat kebugaran fisik seseorang dan tujuan
yang ingin dicapai serta lamanya pelatihan (Fox, 1988). Volume pelatihan senam
adalah intensitas sedang, karena senam termasuk jenis pelatihan low impact.
2.5 Pelatihan Meningkatkan Komponen Biomotorik
Komponen biomotorik atau unsur biomorik merupakan kemampuan dasar
gerak fisik atau aktivitas fisik dari tubuh manusia, Nala (2011b). Sebelum
dilakukan pelatihan, perlu diketahui jenis-jenis komponen biomotorik untuk
menentukan tipe pelatihan yang akan diberikan. Komponen biomotorik yang
dikenal dalam olahrga ada 10 jenis adalah : 1). Kekuatan (strength) otot; 2). Daya
tahan; 3); Kecepatan ( speed); 4). Kelincahan (agility); 5).Daya ledak (explosive
power); 6). Kelentukan (flexibility); 7). Kecepatan/waktu reaksi (reation time);
8). Ketepatan (accuracy); 9). Keseimbangan (balance); 10).Koordinasi
(cordinatioan). Komponen biomotorik yang akan diukur sebagai komponen
kebugaran fisik pada pelatihan senam yang akan diberikan kepada mahasiswi
semester II Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar hanya daya
tahan umum (daya tahan respiratio-kardiovaskuler) : adalah kemampuan tubuh
untuk melakukan akitvitas terus-menerus dalam jangka waktu yang lama (lebih
dari 10 menit) dan dalam keadaan aerobik (metabolisme sel ototnya memerlukan
pasokan oksigen dari udara luar untuk mendapatkan tenaga bergerak atau
berkontraksi). Daya tahan umum, dipengaruhi oleh kemampuan jantung, paru dan
pembuluh darah dalam penyedian oksigen bagi kelangsungan kerja otot. Daya
tahan umum diukur dari kemampuan respirasio-kardiovaskularnya atau
19
kemampuan konsumsi oksigenya (VO2 max) saja, dengan mempergunakan tes lari
2,4 km, lari 12 menit, naik turun bangku Harvard, jantera berjalan (treadmill),
norma penilaian berdasarkan petunjuk teknis pengukuran kebugaran jasmani
(Suharto, 2005).
2.6 Pengaruh Pelatihan Aerobik Terhadap Fungsi Organ Tubuh
Kebugaran fisik yang baik dengan sendirinya akan diikuti oleh organ-organ
tubuh dengan kebugaran fisik yang baik juga. Organ tubuh yang ada kaitanya
langsung dengan aktivitas fisik adalah seperti system peredaran berupa jantung,
pembuluh darah, system pernapasan berupa paru-paru dan sistem otot
(Hairy,1989).
2.6.1 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap jantung dan pembuluh darah
Kemampuan jantung secara fisiologi akan memompakan darah dari ke dua
bilik ke seluruh tubuh dan paru-paru. Selanjutnya jantung akan menerima darah
balik dari seluruh tubuh maupun dari paru-paru ke sarambi kanan dan kiri. Jumlah
darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan paru-paru tergantung pada jumlah isi
sekuncup dan juga jantung dalam satu menit. Sekali denyut jantung akan
memompa darah sekitar 70-80 meliliter dari ke dua bilik jantung (Ganong, 2003)
dan ferkuensi denyut jantung rata-rata 70 kali permenit. Dengan demikian darah
yang dipompakan oleh jantung baik dari bilik kanan dan kiri sebesar lebih kurang
5 liter (Pearce, 1993). Penyebaran curah jantung saat istirahat, dimana paru-paru
menerima semua darah yang dipompa keluar dari sisi kanan jantung, organ-organ
sistemik masing-masing menerima sebagian darah yang dipompa oleh sisi kiri
20
jantung dengan perbandingan saluran pencernaan 21%, hati 6%, ginjal 20%, ginjal
20%, kulit 9%, Otak 13%, otot jantung 13%, otot rangka 15% dan organ-organ
lainya 5% (Sherwood, 2001).
Aktivitas kerja termasuk pelatihan aerobik dapat menyebabkan penyebaran
curah jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah ke jantung 4 kali
lebih besar dan penambahan aliran darah ke otot-otot yang sedang aktif mencapai
32 kali lebih besar, sebaliknya aliran darah ke organ-organ sepert ginjal, hati,
sistem pencernaan turun sebesar 5 kali (Effendi, 1983).
2.6.2 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap paru-paru
Paru-paru merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai sistem
pernapasan baik pernapasan luar yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida dari tubuh secara keseluruhan maupun pernapasan dalam adalah
penggunaan oksigen dan pembentukan karbodioksida oleh sel-sel serta pertukaran
gas antara sel-sel serta penukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair
sekitar (Ganong, 2003).
2.6.3 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap sistem otot
Otot memiliki mekanisme kontraksi yang digerakan oleh potensial Protein
kontraksi berupa aktin dan miosin selanjutnya menghasilkan kontraksi dengan
jumlah yang yang sangat banyak di otot. Protein aktin dan protein miosin
ditemukan diberbagai jenis sel dan protein myosin pengikat protein aktin adalah
salah satu penggerak molekuler yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP
menjadi gerakan suatu komponen seluler. Tersedianya ATP sangat tergantung
21
pada pemecahan sumber-sumber energi seperti glikogen, lemak baik secara an
aerob maupun aerob dimana tersedia cukup oksigen untuk melakukan oksidasi.
Pengaruh pelatihan aerobik terhadap otot berkaitan dengan kemampuan otot
berkontraksi dengan pemanfaatan oksigen. Metabolisme dengan pemanfaatan
oksigen untuk penguraian karbohidrat dan lemak oleh enzim dan enzim ini
merupakan enzim rantai pernanapasan yang ada di mitokondria (Sharkey, 2003).
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik
Fator-faktor yang berpengaruh terhadap atlet untuk meningkatkan
kebugaran fisik pada pelatihan sebagai berikut:
2.7.1 Umur
Kebugaran fisik anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada
usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari
seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi bila rajin berolahraga
penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.
2.7.2 Jenis kelamin
Sampai pubertas biasanya kebugaran fisik anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan, tetapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya
mempunyai nilai yang jauh lebih besar.
2.7.3 Genetik
Genetik berpengaruh terhadap kapasitas jantung dan paru-paru, postur
tubuh, kegemukan, haemoglobin dan serat otot.
22
2.7.4 Makanan
Daya tahan yang tinggi, bila mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat
(60-70%), diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk
olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.
2.7.5 Rokok
Kadar karbondioksida yang dihisap akan mengurangi nilai VO2 max, yang
berpengaruh terhadap daya tahan.
2.8 Senam
Senam adalah sebagai bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis
dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai
tujuan tertentu. Olahraga senam mempunayai sistematika tersendiri, serta
mempunyai tujuan yang hendak dicapai seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan
dan koordinasi, atau bisa juga diperluas untuk membentuk prestasi tubuh yang
ideal (Iskandar Z. Adisapoetra, 1999).
2.8.1 Senam aerobik
Senam aerobik merupakan salah satu bentuk olahraga aerobik. Senam
aerobik adalah gerakan yang menggunakan seluruh otot terutama otot otot besar,
secara terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Berdasarkan benturannya
pada lantai dikenal senam aerobik non impact dimana kedua kaki selalu bertumpu
pada lantai dan senam aerobik low impact dimana salah satu kaki selalu bertumpu
pada lantai serta senam aerobik high impact dimana kedua kaki ada kalanya tidak
bertumpu pada lantai (Soekarno dkk, 1996).
23
Senam aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam
hal berat badan yang menjadi beban dan intensitas. Berat badan yang ditanggung
oleh otot pada senam aerobik low impact hanya berat badannya saja dengan
intensitas sedang, sedangkan pada senam aerobik high impact, otot tidak saja
menahan berat badan tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan
dengan intensitas tinggi. Pembebanan pada senam aerobik high impact yang terus
menerus bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada
orang tua yang berumur diatas 40 tahun atau bagi mereka yang kelebihan berat
badan (Dinata, 2004). Senam aerobik low impact sangat efektif untuk
meningkatkan kebugaran fisik.
Sumosardjuno (1996) mengatakan bila melakukan senam aerobik benturan
rendah akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot
jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih banyak.
Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Disamping itu
peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya
pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat
makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah (Balley, 1994). Dengan demikian
dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun
latihan (Perry, 2008). Pelatihan ini juga menyebabkan pemulihan kondisi jantung
ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat (Guyton, 1997). Dengan pelatihan ini
mengakibatkan peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi pemulihan
lebih cepat (Fox 1984). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan
otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Berkenaan dengan
24
hal tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih senam aerobik low impact
(benturan rendah) yaitu Senam Ayo bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan
dengan takaran yang cukup. Pelatihan yang dilakukan dengan tekun akan tampak
hasilnya setelah 6 sampai 8 minggu pelatihan. Hasil penelitian Sukardiasih
(2005) pada pegawai Puskesmas Kecamatan Kediri Tabanan yang diberikan
pelatihan senam aerobik Ajeg Bali dan Ayo Bersatu intensitas sedang selama
delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu sudah dapat
meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna. Senam aerobik dapat
memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan degan takaran yang cukup.
Intesitas pelatihan adalah 60-80% dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan
15-25 menit dan frekuensi 3-4 kali perminggu (Dinata, 2004). Menurut Wilmore
& Costill, 1994. Pelatihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali
perminggu, dengan lama pelatihan 20-30 menit setiap kali pelatihan.
Melakukan pelatihan senam aerobik adalah cara yang klasik untuk
membakar lemak sambil memperbaiki kekencangan otot dan dengan pelatihan
intensitas sedang, tetapi pelatihan berlangsung lama selama 30 menit
(Sumasardjuno, 1996), mengikuti pelatihan senam aerobik akan membantu
menghindari tubuh menjadi gemuk. Bila senam aerobik dilakukan selama 30-50
menit akan membakar energi sebesar 100-130 Kkal. Hasil penelitian Sudibjo
(2001) pada mahasiswi yang diberikan pelatihan senam aerobik intensitas sedang
selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama
30 menit sudah dapat menurunkan persentase lemak tubuh secara bermakna.
25
2.8.2 Senam ayo bangkit
Senam Ayo Bangkit merupakan senam kebugaran fisik yang dirumuskan
oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI). Dinamika gerak dan musik
yang dikemas dalam senam ini, merupakan bentuk nyata dari upaya mengangkat
kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah tanah air, yang mencerminkan
indahnya budaya daerah dalam kesatuan gerak olahraga kebugaran fisik yang
unik, menyenangkan dan menyehatkan.
Senam Ayo Bangkit termasuk senam aerobik benturan rendah, dimana
setiap gerakan salah satu kaki selalu bertumpu pada lantai. Struktur senam ini
terdiri dari pemanasan, gerakan inti pendinginan. Jenis dan tujuan gerakan dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Pemanasan
Pemanasan menggunakan ketukan musik 125 ketukan per-menit dengan durasi
5 menit 21 detik, yang terdiri dari 11 pelatihan,yaitu:
a. Pelatihan I: jalan di tempat 2 x 8 hitungan. Gerakan ini bertujuan :
1) Meningkatkan denyut jantung agar meningkatkan secara perlahan
untuk persiapan olahraga senam.
2) Menghilangkan kekakuan pada otot dan persendian.
b. Pelatihan II: gerakan kepala dan leher, 4 x 8 hitungan. Tujuanya untuk
melatih menguatkan dan merilekskan otot sendi leher.
c. Pelatihan III: gerakan bahu 4 x 8 hitungan. Tujuannya untuk melatih dan
merilekskan otot persendian bahu.
d. Pelatihan IV: gerakan bahu dan dada 4 x 8 hitungan. Tujuannya:
26
1) Melatih dan merilekskan otot-otot bahu, dada, lengan atas dan bawah
serta persendian kaki.
2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.
3) Melatih korrdinasi gerakan tangan dan kaki.
e. Pelatihan V: gerakan bahu dan dada IL, 4 x 8 hitungan. Tujuannya:
1) Melatih dan merilekskan otot-otot bahu, dada, lengan atas dan bawah
serta persendian kaki.
2) Melatih dan merilekskan persendian dan otot punggung.
3) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.
4) Melatih koordiansi gerakan tangan dan kaki
f. Pelatihan VI: gerakan dada dan pinggang 4 x 8 hitungan. Tujuannya:
1) Melatih dan merilkeskan otot-otot dada, lengan atas dan bawah serta
persendian.
2) Melatih dan merilekskan otot pinggang dan punggung.
3) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.
4) Melatih koordinasi gerakan tangan dan kaki.
g. Pelatihan VII: gerakan pinggang dan punggung, 4 x 8 hitungan.
Tujuannya
1) Melatih dan merilekskan otot-otot dada, pinggang, punggung, lengan
atas dan bawah serta persendian jari-jari tangan.
2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.
3) Melatih koordinasi gerakan tangan atas dan kaki.
27
h. Pelatihan VIII: gerakan kombinasi. 4 x 8 hitungan Tujuannya :
1) Melatih dan merilekskan otot-otot dada, pinggang, punggung, lengan
atas dan bawah serta persendian jari-jari tangan.
2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.
3) Melatih koordinasi gerakan tangan dan kaki
i. Pelatihan IX: perenggangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan. Tujuannya
adalah untuk mencapai otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi badan,
tungkai atas dan bawah.
j. Pelatihan X: peregangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan.
Tujuannya adalah untuk meregangkan otot-otot leher, lengan, pinggang,
sisi badan, tungkai atas dan bawah.
k. Pelatihan XI: peregangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan.
Tujuannya adalah untuk meregangkan otot-otot tangan dan kaki.
2. Pelatihan inti.
Latihan II B: ayun jari-jari tangan keatas dan dorong kedua telapak tangan
ke depan dan ke atas dengan durasi gerakan 6 x 8 hitungan. Tujuan dari
gerakan ini adalah: menguatkan otot bahu, dada, lengan dan kaki serta
koordinasi gerakan tangan dan kaki.
a. Pelatihan I-A: ayun kepalan tangan bergantian ke bahu, 6 x 8 hitung.
Tujuannya:
1. Menguatkan otot-otot lengan dan kak
2. Koordinasi gerak tangan dan kaki
28
b. Pelatihan I-B: ayun kepalan tangan bergantian ke bahu, 6 x 8 hitungan
Tujuannya:
1. Menguatkan otot-otot lengan, dada dan kaki.
2. Koordinitas gerakan tangan dan kaki.
c. Pelatihan II- A: ayun lengan ke samping bersamaan dan bergantian serta
keatas bergantian, 6x 8 hitungan. Tujuannya:
1. Menguatkan otot-otot lengan dan kaki
2. Koordinasi gerakan tangan dan kiki.
d. Pelatihan II-B: ayun jari-jari tangan ke atas dan dorong kedua telapak
tangan ke dapan dan ke atas , 6 x 8 hitungan. Tujuannya:
1. Menguatkan otot-otot bahu, dada, lengan dan kaki.
2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.
e. Pelatihan III-A: ayun kepalan tangan ke bawah–atas dan ayun lurus
lengan atas-bawah, 6 x 8 hitungan. Tujuannya:
1. Menguatkan otot-otot lengan atas dan bawah, perut dan kaki.
2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.
f. Pelatihan III-B: ayun kedua lengan ditekuk dengan kepalan ke arah dagu
bergantian, tepuk dan bersamaan kesamping badan serta ayunan lengan
bergantian didepan dada-samping tepuk tangan. Dilakukan 6 x 8
hitungan. Tujuannya.
1. Menggunakan otot-otot dada, lengan dan kaki.
2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.
3. Meningkatkan stamina atau daya tahan.
29
g. Pelatihan IV-A: ayun kedua lengan ditekuk di depan badan setinggi
bahu sambil jentik jari tangan dan di depan-belakang badan rentangkan-
tepuk paha dilakukan 6 x 8 hitungan.Tujuannya:
1. Menguatkan otot-otot lengan atas-bawah, punggung, dada, bahu, kaki.
2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.
h. Pelatihan IV-B: silang kedua lengan ke bahu dorong ke atas- tepuk paha
dan tepuk double bahu, pinggang-paha. Dilakukan 6 x 8 hitungan.
Tujuannya adalah menguatkan otot-otot lengan dan kaki. Diantara setiap
pelatihan tersebut di atas, terdapat gerakan peralihan berupa jalan di
tempat dan single step zig-zag, yang dilakukan 2 x 8 hitungan. Tujuannya
adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih
cepat, persiapan melakukan pengaturan napas.
3. Pendinginan
Pendinginan menggunakan ketukan gerakan inti dan musik 120 per menit
dengan durasi 3 menit 5 detik, yang terdiri dari empat pelatihan, yaitu:
a. Pelatihan I: peregangan dinamis dan stasis, 6 x 8 hitungan ke arah kanan.
Tujuannya: adalah melenturkan otot-otot lengan, pergelangan tangan,
sisi badan dan kaki.
b. Pelatihan II: peregangan dinamis dan stasis, 6 x 8 hitungan ke arah kiri
Tujuannya: adalah melenturkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi
badan dan kaki.
c. Pelatihan III : peregangan dinamis dan statis 6 x 8 hitungan ke arah
kanan.
30
Tujuannya adalah meregangkan otot-otot lengan, kaki dan kepala.
d. Pelatihan IV: gerakan napas, 6 x 8 hitungan.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan kondisi fisik kepada keadaan
semula dengan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya (Wahyo, dkk,
2004). Pelatihan Senam Ayo Bangkit ini akan dilakukan dengan takaran
pelatihan sebagai berikut:
1. Frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama delapan minggu
2. Intensitas pelatihan 72-82% denyut nadi maksimal, rata-rata 76% dari
denyut nadi.
3. Durasi pelatihan selama 33 menit, dibagi 2 set dianatara diselingi
istirahat 2 menit.
2.8.3 Senam ayo bersatu seri 2
Senam Ayo Bersatu Seri 2 merupakan senam kebugaran fisik yang
dirumuskan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI, 2003).
Dinamika gerak dan musik yang dikemas dalam senam ini, merupakan bentuk
nyata dari upaya mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah
tanah air, yang mencerminkan indahnya budaya daerah dalam kesatuan gerak
olahraga kebugaran fisk yang unik, menyenangkan dan menyehatkan.
Senam Ayo Bersatu Seri 2 termasuk senam aerobik benturan rendah,
dimana pada setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk
menghindari hentakan yang terlalu keras pada kaki. Struktur senam ini terdiri dari
pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan. Jenis gerakan dapat diuraikan sebagai
berikut.
31
1. Pemanasan
Ketukan musik yang digunakan adalah 125-128 kali per menit dengan durasi
5 menit 31 detik. Dalam tahap pemanasan ini terdiri dari 10 jenis pelatihan
seperti diuraikan di bawah ini. Pelatihan I: nafas, kepala dan salam 4 x 8
hitungan. Pelatihan II : gerakan kepala, 2 x 8 hitungan. Pelatihan III:
pinggang, 2 x 8 hitungan. Pelatihan IV jalan di tempat dan bahu 4 x 8
hitungan. Pelatihan V: gerakan dada I, 4 x 8. Pelatihan VI: gerakan dada II,
4x8 hitungan. Pelatihan VII: gerakan kombinasi I, 4x8 hitungan. Pelatihan
VIII: gerakan kombinasi II, 4x8 hitungan. Pelatihan IX: gerakan peregangan
dinamis dan statis (kanan), 6 x 8 hitungan. Pelatiah X: gerakan peregangan
dinamis dan statis (kiri), 6 x 8 hitungan.
2. Pelatihan inti
Ketukan musik, 130- 137 ketukan per menit dengan durasi 6 menit 57 detik,
yang terdiri dari lima gerakan peralihan. Jenis gerakannya seperti berikut
ini :
a. Gerakan Peralihan I: jalan ditempat dan melangkah maju dan mundur
serong, 2 x 8 hitungan.
Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian
keirama yang lebih cepat, serta persiapan melakukan gerakan inti dan
pengaturan nafas. Latihan I: jalan maju mundur dan melangkah ke
samping durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah
menguatkan otot dada, lengan dan kaki.
32
b. Gerakan Peralihan II: jalan di tempat dan melangkah maju mundur
serong 2 x 8 hitungan. Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut
nadi dan penyesuaian keirama yang lebih cepat, persiapan melakukan
gerakan inti dan pengaturan nafas. Latihan II: jalan maju mundur,
melangkah ke samping, angkat tekuk lutut dan mendorong kaki ke
belakang, durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari pelatihan gerakan ini adalah
menguatkan otot dada, bahu, lengan dan kaki.
c. Gerakan peralihan III : jalan ditempat dengan melangkah maju mundur,
serong, 2 x 8 hitungan. Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut
nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan
gerakan inti dan pengaturan nafas.
d. Latihan III: jalan melangkah maju mundur kanan kiri, melangkah silang
dan angkat lutut, durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah
menguatkan otot dada, bahu, lengan, punggung dan kaki serta koordinasi
gerakan tangan dan kaki.
Latihan II B: ayun jari-jari tangan keatas dan dorong kedua telapak
tangan ke depan dan ke atas dengan durasi gerakan 6 x 8 hitungan.
Tujuan dari gerakan ini adalah: menguatkan otot bahu, dada, lengan dan
kaki serta koordinasi gerakan tangan dan kaki.
3. Pendinginan
Ketukan musik, 118 ketukan per menit dengan durasi 5 menit 40 detik, yaitu:
Pelatihan I: Gerakan peregangan dinamis dan statis I, dengan 4 x 8 hitungan.
33
Pelatihan II: Gerakan peregangan dinamis dan statis II, dengan 4 x 8
hitungan.
Pelatiahn III-VI: Gerakan peregangan statis, masing-masing dengan 4 x 8
hitungan.
Pelatihan VII: Gerakan nafas, dengan 4 x 8 hitungan.
Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 ini akan dilakukan dengan takaran,
pelatihan sebagai berikut:
1. Frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama delapan minggu.
2. Intensias pelatihan 72-82 % dari denyut nadi maksimal, rata-rata 76 %
denyut nadi.
Berdasarkan gerakan-gerakan yang dilakukan pada pelatihan Senam Ayo
Bersatu Seri 2, dapat dianalisis gerakan-gerakan yang menyebabkan
terjadinya pembakaran lemak adalah :
1. Gerakan bahu dan lengan, terdiri dari 6 set 6 repetisi
2. Gerakan otot pinggang dan perut, terdiri dari 6 set 6 repetisi
3. Gerakan otot tungkai terdiri dari 9 set 9 repetisi
Gerakan tersebut dilakukan secara teratur dan berkelanjutan tanpa
istirahat antar setnya.
4. Durasi : 30 menit 46 detik, dibagi 2 set diantara set diselingi istirahat
2 menit.
34
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Kebugaran fisik sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan dan
kesehatan sehari-hari. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kebugaran fisik,
antara lain dengan melakukan diet, aktivitas olahraga, obat-obatan, pembedahan
atau operasi, akupuntur dan sebagainya.
Kebugaran fisik yang kurang akan berakibat menurunnya konsentrasi
belajar atau produktivitas keja sehingga hasil yang diharapkan menjadi tidak
maksimal. Salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah
dengan berolahraga antara lain pelatihan senam.
Senam adalah merupakan latihan dalam bentuk aerobik yang berarti
“adanya oksigen” dan energi yang timbul dari pembakaran lemak dan karbohidrat.
Latihan aerobik dapat didefinisikan sebagai latihan dibawah titik di mana kadar
asam laktat darah naik dengan cepat, dibawah ambang laktat. Pada penelitian ini
akan dilakukan aktivitas olahraga aerobik yaitu senam aerobik berupa Senam Ayo
Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Pelatihan Senam Ayo Bangkit dan
pelatihan Senam Ayo Berasatu Seri 2 dilaksanakan dengan durasi masing-masing
2 set, intensitas sedang/medium, frekuensi tiga kali seminggu selama delapan
minggu memungkinkan terjadinya peningkatan kebugaran fisik berupa
peningkatan daya tahan umum, kekuatan otot dan fleksibilitas. Keberhasilan
pelatihan ini akan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu umur, tinggi badan,
Indeks Tubuh Massa (IMT), kebugaran fisik, serta faktor eksternal yaitu suhu
lingkungan, kelembaban udara dari setiap sampel.
35
3.2 Konsep Penelitian
Pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik
mahasiswi adalah dengan cara melakukan Senam Ayo Bersatu seri 2 dan Senam
Ayo Bangkit. Senam Ayo Bersatu Seri 2 dan Senam Ayo Bangkit dilaksanakan
dengan intensits sedang, durasi 2 set frekuensi tiga kali seminggu selama delapan
minggu. Komponen kebugaran fisik yang akan di nilai adalah daya tahan umum,
kekuatan otot, kelentukan.
Kebugaran fisik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal masing
masing individu. Dalam hal ini sampel akan dipilih sesuai dengan kreteria inklusi
dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep dibuat dalam bentuk
bagan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
PELATIHAN AEROBIK
SENAM AYO BANGKIT SENAM AYO BERSATU SERI 2
KEBUGARAN FISIK
FAKTOR EKSTERNAL Suhu lingkungan Kelembaban udara
FAKTOR INTERNAL Umur IMT Kebugaran Fisik
36
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas, sehingga dapat dirumuskan
hipotesis sebagai jawaban sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari
daya tahan umum mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Denpasar.
b. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik
ditinjau dari daya tahan umum mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar.
c. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik ditinjau
dari daya tahan umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 mahasiswi
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Denpasar
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan
randomized pretest and posttest group design, dimana pengambilan sampel dari
populasi dilakukan secara acak atau random begitu pula pembagian sampel
menjadi dua kelompok (Gunung, 2006). Kelompok 1 diberikan pelatihan Senam
Ayo Bangkit, kelompok 2 diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
Sebelum pelatihan kedua kelompok dilakukan pretest. Setelah pelatihan kedua
kelompok dilakukan posttest. Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pretest
dan posttest dari masing masing kelompok dan perbedaan tersebut di bandingkan
secara statistik. Bagan rancangan penelitian sebagai berikut :
O1 P1 O2
P R S RA
O3 P2 O4
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian
38
Keterangan :
P = populasi
S = sampel
R = random alokasi
RA = random alokasi
O1 = observasi kelompok 1 sebelum pelatihan.
O2 = observasi kelompok 1 setelah pelatihan Senam Ayo Bangkit
selama 8 minggu.
O3 = observasi kelompok 2 sebelum perlatiahan.
O4 = observasi kelompok 2 setelah pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri
2 selama 8 minggu.
P1 = pelatihan Senam Ayo Bangkit.
P2 = pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi untuk penelitian ini adalah Mahasiswi semester II Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar.
4.2.2 Sampel
4.2.2.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini yang dipakai untuk menentukan
anggota sampel adalah :
39
a. Mahasisiwi semester II Jurusan Kebidanan Poltekkes Kementerian
Kesehatan Denpasar.
b. Umur 18-19 tahun.
c. Sehat berdasarkan pemeriksaan dokter.
d. Indeks massa tubuh 18,7 - 23,8.
e. Tidak sedang mengikuti program pelatihan fisik yang teratur.
f. Bersedia mengikuti pelatihan hingga akhir pelatihan.
4.2.2.2 Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah subjek mempunyai atau
ditemukan riwayat cedera pada tulang.
4.2.2.3 Kriteria gugur
Kriteria gugur dalam penelitian ini adalah :
a. Menderita sakit atau cedera pada saat pelatihan
b. Sebanyak tiga kali berturut turut tidak mengikuti pelatihan
4.2.2.4 Besar sampel
Dengan menggunakan rumus Pocock (2008) maka besar sampel dapat di
hitung sebagai berikut :
,2
212
2
xfn
Dimana
n = besar sampel
= standar deviasi
40
f , = konstanta berdasarkan tabel
1 = rerata waktu tempuh sebelum perlakuan
2 = rerata penurunan waktu tempuh yang diestimasi
Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya didapatkan rerata
waktu tempuhnya 15 menit 76 detik dan standar deviasinya 2,50. Pada penelitian
ini diharapkan ada penurunan waktu tempuh 20% menjadi 12 menit 61 detik
setelah melakukan pelatihan selama delapan minggu.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas maka diperlukan n = 9,
93 = 10. Untuk mencegah kekurangan sampel akibat gugur, maka ditambah
cadangan 10% sehingga menjadi 11 orang. Penelitian ini menggunakan dua
kelompok observasi maka diperlukan sampel 22 orang.
4.2.2.5 Teknik pengambilan sampel
Mahasisiwi yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 40 orang.
Selanjutnya dilakukan pemilihan sejumlah 22 secara acak sederhana dengan
memakai undian. Mahasiswi yang terpilih sebagai sampel dialokasikan menjadi
dua kelompok secara acak sederhana. Kelompok 1 mendapat pelatihan Senam
Ayo Bangkit, Kelompok 2 mendapat pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
4.3 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
2. Variabel tergantung : Kebugaran fisik.
3. Variabel terkendali : Umur, indeks massa tubuh, suhu lingkungan dan
kelembaban udara.
41
4.4 Definisi Operasional Variabel
1. Pelatihan Senam Ayo Bangkit adalah senam kesatuan gerak olahraga dengan
manfaat menyenangkan, menyehatkan dan meningkatkan kebugaran jasmani
yang direkomendasi oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI,
2004) dengan takaran :
a. Intensitas : sedang (denyut nadi 120 kali per menit).
b. Durasi : pemanasan 5 menit 21 detik, pelatihan inti 8 menit 4 detik,
pendinginan 3 menit 5 detik.
c. Frekwensi : tiga kali seminggu selama delapan minggu.
2. Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 adalah senam yang direkomendasikan
oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI, 2008) dan disusun
berdasarkan prinsip dasar olahraga untuk pembinaan, manfaat sehat dan
kebugaran fisik dengan takaran :
a. Intensitas: sedang (denyut nadi 150-170 kali per - menit).
b. Durasi : pemanasan 5 menit 31 detik, pelatihan inti 6 menit 57 detik,
pendinginan 2 menit 35 detik.
c. Frekwensi : tiga kali seminggu selama delapan minggu.
3. Tingkat kebugaran fisik adalah status kebugaran fisik setelah melakukan
pelatihan selama delapan minggu pada masing masing kelompok yang diukur
dengan tes lari 2,4 km di gelanggang olahraga Gusti Ngurah Rai Denpasar.
Semakin pendek waktu tempuh semakin meningkat kebugaran fisiknya sesuai
tabel penelitian tes lari 2,4 km menurut Cooper, 1982.
42
4. Umur adalah usia yang ditentukan atas dasar tanggal, bulan, tahun kelahiran
pada akte kelahiran sampel penelitian.
5. Berat badan adalah bobot tubuh yang diukur dengan timbangan berat badan
merk junkalori buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 kg. Sampel memakai
pakaian seminimal mungkin.
6. Tinggi badan adalah panjang tubuh yang diukur dari telapak kaki sampai
dengan titik tertinggi kepala (ubun-ubun/vertex) pada posisi tegak, pandangan
lurus ke depan, dengan menggunakan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm.
7. Jenis kelamin adalah jenis kelamin berdasarkan akte kelahiran
8. Suhu lingkungan adalah temperatur di sekitar tempat pelatihan yaitu suhu
kering dan suhu basah dalam derajat celcius yang diukur dengan
Thermometer Assman Psychrometer.
9. Kelembaban udara adalah persentasi kelembaban yang ditentukan
berdasarkan nilai suhu basah dan suhu kering dengan menggunakan
Psychometrik Chart dinyatakan dalam satuan persen.
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian
4.5.1 Tempat penelitian
Tempat pemberian perlakuan dilakukan di lapangan asrama Jurusan
Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar. Pengambilan data sebelum dan sesudah
perlakuan dilaksanakan di Lapangan Gusti Ngurah Rai di Jalan Melati Denpasar.
43
4.5.2 Waktu penelitian
Pelatihan telah dilaksanakan selama delapan minggu, tiga kali seminggu
mulai pukul 17.00 sampai pukul 18.00 wita.
4.6 Instrumen Penelitian
1. Timbangan berat badan merk junkalori dengan ketelitian 0,1 kg untuk
mengukur berat badan.
2. Mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan.
3. Kaset Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2
4. Tape Recorder
5. Pulze monitor buatan Jepang untuk mengukur denyut nadi.
6. Metronome merk Nikko buatan Jepang untuk menentukan irama langkah
jalan aerobik.
7. Stopwatch merk seiko buatan China dengan satuan detik.
8. Assman Psychrometer model MR-58 buatan Jepang untuk mengukur suhu
basah dan kering.
9. Camera digital merk olympus untuk dokumentasi kegiatan.
10. Alat tulis.
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Prosedur administrasi
a. Menyelesaikan administrasi yang berhubungan dengan pelaksanan
penelitian antara lembaga asal dan lembaga tujuan penelitian.
b. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan dalam penelitian.
44
c. Penjelasan tentang jadwal pelaksanaan perlakuan berupa pelatihan Senam
Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dan tempat latihan sehingga
ada kesepahaman antara peneliti dan subjek tentang maksud, tujuan dan
manfaat penelitian.
4.7.2 Prosedur pemilihan sampel
Seleksi Mahasisiwi Jurusan Kebidanan yang memenuhi kriteria sampel :
a. Umur 18- 19 tahun sesuai dengan akte kelahiran atau KTP.
b. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilanjutkan dengan
penghitungan Indeks Massa Tubuh dimana Indeks Massa Tubuh adalah
18,7-23,8 sesuai kategori normal untuk wanita (Supariasa dkk, 2002).
c. Pemeriksaan kesehatan oleh dokter, yang dinyatakan sehat untuk
mengikuti pelatihan dan tes kebugaran fisik dengan tes lari 2,4 km dan
hasil test ini disesuaikan dengan tabel tes kebugaran fisik sesuai tabel
penilaian tes lari 2,4 km menurut Cooper,1982
d. Randomisasi Mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
sejumlah 22 orang, yang terpilih sebagai sampel dialokasikan secara
random menjadi dua kelompok secara acak sederhana memakai undian,
yaitu kelompok yang mendapat pelatihan Senam Ayo Bangkit (P1),
kelompok 2 yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (P2).
45
4.7.3 Prosedur pengukuran
4.7.3.1 Pengukuran daya tahan umum
Dilakukan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan pada masing masing
kelompok oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa enumerator (pembantu peneliti)
dengan cara melakukan tes lari 2,4 km dengan waktu tempuh yang dibutuhkan
dicatat.
a. Persiapan
Persiapan berupa mempersiapkan alat alat, lintasan lari yang akan digunakan
serta subjek yang di tes sebelumnya diperiksa dulu secara physic diagnostic,
dan diberikan penjelasan serta motivasi supaya tes dapat berlangsung sesuai
rencana (dalam waktu yang ditentukan).
b. Pelaksanaan tes
1. Responden (orang coba) yang dites berpakaian olahraga.
2. Setelah ada aba-aba dimulainya tes, orang coba langsung berlari sejauh
2,4 km.
3. Stopwatch atau pencatat waktu dihidupkan bersamaan dengan mulainya
orang coba melakukan start lari 2,4 km.
4. Bersamaan dengan sampainya orang coba di garis finish, stopwatch
dimatikan, waktu yang diperoleh dicatat.
4.7.3.2 Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Pengukuran ini dilakukan oleh seseorang peneliti dan seorang pembantu
peneliti. Pengukuran tinggi badan menggunakan alat antropometer berupa
mikrotoa. Tempelkan mikrotoa dengan paku pada dinding yang lurus datar
setinggi dua meter. Subjek berdiri tegak, sudut mata sejajar telinga tanpa alas
46
kaki. Tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang menempel pada
dinding. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada ubun-ubun, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding. Angka pada skala yang nampak pada lubang dalam
gulungan mikrotoa menunjukan tinggi badan yang diukur.
Pengukuran berat badan dilaksanakan dengan cara subjek berdiri tegak di
atas timbangan dengan pakaian seminimal mungkin. Pengukuran dilaksanakan
dengan timbangan berat badan merk junkalori buatan Jerman dengan ketelitian
0,1 kg.
4.7.4 Prosedur pelatihan
Langkah-langkah yang dilaksanankan dalam prosedur pelatihan ini adalah:
a. Mempersiapkan alat-alat antara lain : kaset Senam Ayo Bangkit dan
Senam Ayo Bersatu Seri 2, tape recorder, metronome.
b. Memberikan penjelasan kepada seluruh sampel mengenai teknik pelatihan.
Melakukan pengukuran kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum
dengan cara melaksanakan tes lari 2,4 km sebelum perlakuan.
c. Pelaksanan pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2
sesuai dengan takaran pelatihan seperti yang telah di uraikan di atas.
d. Pelaksanaan pengukuran kebugaran fisik setelah pelatihan ditinjau dari
daya tahan umum dengan cara melaksanakan tes lari 2,4 km.
4.7.5 Alur penelitian
Populasi pada penelitian ini berjumlah 57 orang, selanjutnya dilakukan
pemilihan sampel sesuai kreteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
47
Berdasarkan pemilihan tersebut diperoleh 22 orang yang memenuhi kriteria
inklusi. Sesudah sampel diperoleh kemudian dilakukan tes awal atau pretest
untuk mendapatkan data kebugaran fisik awal. Selanjutnya membagi sampel
menjadi dua kelompok dengan cara acak sederhana, kemudian tiap kelompok
diberikan pelatihan selama delapan minggu. Kelompok 1 diberikan pelatihan
Senam Ayo Bangkit yang selanjutnya disebut dengan perlakuan 1 (P1) dan
kelompok 2 dilakukan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 yang senjutnya
disebut dengan perlakuan 2 (P2).
Pelatihan dilakukan di lapangan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Denpasar secara bersama-sama dengan tempat yang
terpisah supaya tidak saling mengganggu. Masing-masing kelompok diawasi oleh
instruktur dan peneliti. Setelah pelatihan dilakukan pengukuran kebugaran fisik
sesudah perlakuan atau posttest. Pengukuran kebugaran fisik sebelum dan sesudah
pelatihan dilakukan di Lapangan Gusti Ngurah Rai Denpasar.
Selama proses pelatihan dan pengukuran dilakukan pengukuran kondisi
lingkungan. Kondisi lingkungan yang diamati meliputi suhu basah, suhu kering
dan kelembaban udara. Alur pelaksanaan penelitian seperti pada gambar di
bawah ini.
48
Gambar 4.2 Alur Penelitian
4.8 Analisis Data
Data yang diperoleh sejak persiapan dan pelaksanaan (tes awal dan akhir)
diproses dengan program komputer.
1. Analisis deskriptif
Mendiskripsikan rerata atau median dan standar deviasi terhadap variabel
umur, indeks massa tubuh, dan kebugaran fisik.
Senan Ayo Bangkit (P1) Pretest dan Posttest
Pelatihan Senam Ayo Bangkit durasi 2 set dengan diselingi isrirahat 3 menit sebanyak 3 x seminggu selama 8 minggu
Pelatihan Senam Ayo Bersatu 2 Seri durasi 2 set dengan diselingi istirahat 3 menit sebanyak 3 x seminggu selama 8 minggu
TES AKHIR
Analisis Data
Penyusunan Tesis
Berikan penjelasan kepada orang coba dan melakukan pengukuran kebugaran fisik sebelum perlakuan (pretest)
Lakukan pengukuran kebugaran fisik setelah perlakuan (posttest)
Lakukan pengukuran kebugaran fisik setelah perlakuan (posttest)
Berikan penjelasan kepada orang coba dan melakukan pengukuran kebugaran fisik sebelum perlakuan (pretest)
Senan Ayo Bersatu Seri 2 (P2) Pretest dan Posttest
49
2. Uji Normalitas data pada data karakteristik subjek berupa umur, indeks massa
tubuh, kebugaran fisik sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing
kelompok, jika p<0,05 maka uji parametrik dan jika p>0,05 uji non
parametrik.
3. Uji Paired t test untuk mengetahui kebugaran fisik pada masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah perlakuan karena data terdistribusi normal.
4.9 Kelemahan Penelitian
Kelemahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti tidak dapat mengetahui faktor psikologis subjek tentang kesungguhan
subjek untuk mengikuti pelatihan ini.
b. Peneliti berasumsi bahwa asupan kalori yang dikonsumsi oleh subjek
penelitian adalah sama karena subjek tinggal di asrama yang menyiapkan
makanan yang sama pada seluruh penghuni asrama setiap hari. Hal ini yang
menjadi pertimbangan peneliti untuk tidak mengatur diet dari responden.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental yang melibatkan
22 orang sebagai sampel, yang dibagi menjadi dua kelompok dan masing-masing
kelompok terdiri dari 11 orang. Kelompok 1 diberikan pelatihan Senam Ayo
Bangkit (P1) dan kelompok 2 diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (P2).
Masing-masing kelompok diberikan pelatihan senam dalam waktu yang
bersamaan dengan frekuensi tiga kali seminggu, pada hari Selasa, Kamis dan
Sabtu selama 8 minggu. Pelaksanaan perlakuan mulai dari tanggal 16 April
sampai dengan 8 Juni 2013 di halaman depan gedung Jurusan Kebidanan Poltekes
Kementerian Kesehatan Denpasar. Pengambilan data karakteristik subjek berupa
umur, pengukuran berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan kesehatan secara
umum yang meliputi tekanan darah, jantung serta paru dilakukan pada hari Sabtu
tanggal 13 April 2013. Sedangkan pelaksanaan pengukuran kebugaran sebelum
perlakuan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 April 2013 dan pelaksanaan
pengukuran sesudah perlakuan pada tanggal 9 Juni 2013 bertempat di
Gelanggang Olahraga Stadion Ngurah Rai Denpasar.
5.1 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang diukur dalam penelitian meliputi suhu basah,
suhu kering dan kelembaban relatif yang diukur dalam satuan oC. Pengukuran
dilaksanakan setiap kali perlakuan dilaksanakan. Hasil pengukuran suhu
lingkungan saat penelitian seperti Tabel berikut ini.
51
Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Tempat Pelatihan (OC)
No Variabel Rerata SB Rentang 1 Suhu kering 23,46 0,509 23-24 2 Suhu basah 26,04 0,859 24-27 3 Kelembaban relatif 79,08 1,060 77-81
SB = Simpang Baku
Tabel 5.1 di atas menggambarkan kondisi lingkungan saat pelaksanaan
penelitian berlangsung. Suhu kering berkisar antara 230C – 240C dengan rerata
23,46 ± 0,510C, suhu basah 240C – 270C dengan rerata 26,04 ± 0,860C serta
kelembaban relatif 770C – 810C dengan rerata 79,08 ± 1,060C. Kondisi
lingkungan saat perlakuan dan pengukuran relatif stabil sehingga responden tidak
merasakan adanya gangguan atau hambutan selama proses pelatihan dan
pengukuran akibat kondisi lingkungan.
5.2 Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT) dan umur
responden. IMT diukur sebelum dan sesudah perlakuan dan umur ditanyakan
sebelum pelaksanaan perlakuan. Di bawah ini disajikan hasil penelitian tentang
karakteristik responden.
52
5.2.1 Data indeks massa tubuh pada subjek penelitian
Tabel 5.2 Data IMT P1 dan P2
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
P1 pre P1 post P2 pre P2 post 18,280 18,070 21,750 21,460 20,230 19,820 20,280 19,900 22,480 22,060 22,480 22,060 22,480 21,560 20,820 20,170 23,520 22,000 20,230 19,900 18,320 18,010 23,320 22,060 23,210 22,310 20,230 19,200 23,300 23,010 20,660 20,340 20,700 20,200 23,700 23,130 20,600 19,980 19,560 19,300 20,170 19,800 2,230 19,980
IMT = Indeks Massa Tubuh, P1 = Pelatihan Senam Ayo Bangkit, P2 = Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2
5.2.1.1 Uji normalitas pada indeks massa tubuh
Hasil uji normalitas pada Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 sebelum dan
sesudah perlakuan.
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas pada Indeks Massa Tubuh P1 dan P2
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel n Rerata SB p P1 pre 11 21,208 1,912 0,762 P1 post 11 20,620 1,692 0,925 P2 pre 11 21,205 1,396 0,523 P2 post 11 20,682 1,288 0,545
Pada Tabel 5.3 uji normalitas didapatkan bahwa Indeks Massa Tubuh
P1 dan P2 sebelum dan sesudah perlakuan semua data berdistribusi normal
dengan p>0,05; maka selanjutnya dapat diuji dengan uji parametrik.
53
5.2.1.2 Hasil analisis indeks massa tubuh
Hasil analisis Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 sebelum dan sesudah
perlakuan adalah :
Tabel 5.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh P1 dan P2
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pre Post Variabel n Rerata SB Rerata SB
Selisih t p
IMT P1 11 21,208 1,912 20,620 1,692 -0,588 0,848 0,001 IMT P2 11 21,205 1,396 20,682 1,288 -0,524 0,749 0,000
Pada Tabel 5.4 terlihat perubahan yang terjadi pada Indeks Massa Tubuh
P1 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar -0,588 dengan p<0,05; ini berarti
kedua data berbeda dan bermakna. Indeks Massa Tubuh P2 sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan berbeda bermakna dengan nilai -0,524 dan p<0,05. Hasil
analisis ini menunjukkan perbedaan yang terjadi sesudah perlakuan pada subjek
penelitian dan berubah akibat perlakuan baik pada P1 sesudah perlakuan dan P2
sesudah perlakuan.
5.2.2 Data umur pada subjek penelitian
Berdasarkan umur seluruh responden berkisar 18 sampai dengan 19 tahun.
Data karakeristik umur dicari pada saat sebelum perlakuan saja karena lama
penelitian hanya delapan minggu sedangkan data umur ditanyakan dalam satuan
tahun.
54
5.2.2.1 Hasil analisis umur
Tabel 5.5 Analisis Perbedaan Umur pada P1 dan P2
P1 P2 Variabel n
Rerata SB Rerata SB p
Umur (Tahun) 11 18,27 0,79 18,09 0,94 0.508
Pada Tabel 5.5 di atas terbaca rerata umur pada P1 18,27 dan P2 18,09,
sedangkan Simpang Baku pada P1 0,79 dan P2 0,94. Dilakukan analisis uji beda
diperoleh hasil p>0,508 sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan dari segi umur
pada P1 dan P2.
5.3 Hasil Analisis Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
Waktu tempuh lari 2,4 km dianalisis untuk menyimpulkan daya tahan
umum sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil yang didapatkan untuk mengetahui
besar perbedaan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan.
5.3.1 Hasil analisis uji normalitas waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan
sesudah perlakuan
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh 2,4 Km
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel n Rerata SB p P1 pre 11 20,070 1,213 0,828 P1 post 11 15,875 0,971 0,984 P2 pre 11 20,253 1,492 0,945 P2 post 11 17,827 1,498 0,755
55
Hasil uji normalitas pada Tabel 5.6 menunjukkan semua data berdistribusi
normal dengan p>0,05 dan selanjutnya di uji dengan dengan uji parametrik.
20,07
15,875
20,253
17,827
0
5
10
15
20
25
Senam Ayo Bangkit Senam Ayo Bersatu seri 2
prepost
Gambar 5.1 Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km pada Kedua Kelompok
5.3.2 Hasil analisis beda waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan sesudah
perlakuan
Hasil analisis beda waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan sesudah
perlakuan P2 adalah untuk mendapatkan selisih perbedaan yang terjadi pada daya
tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan.
Tabel 5.7 Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 Km
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pre Post Variabel n Rerata SB Rerata SB
Selisih t p
P1 (menit) 11 20,070 1,213 15,875 0,971 -4,195 12,169 0,000 P2 (menit) 11 20,253 1,492 17,827 1,498 -2,426 15,657 0,000
56
Hasil analisis waktu tempuh lari 2.4 km P1 sebelum dan sesudah
perlakuan berbeda bermakna dengan nilai sebesar -4,195 (menit) dan p<0,05.
Hasil analisis daya tahan umum P2 sebelum dan sesudah perlakuan berbeda
bermakna dengan nilai sebesar -2,426 menit dan p<0,05. Perbedaan pada waktu
tempuh lari 2,4 km P1 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 20%. Perbedaan
pada daya tahan umum P2 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 12%.
5.3.3 Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada P1 dan P2
Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 dan
P2 adalah selisih antara waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 yang
dibandingkan dengan kelompok P2.
Tabel 5.8 Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Lari 2,4 Km
pada Kelompok P1 dan Kelompok P2
P1 P2 Variabel n Rerata SB Rerata SB
Selisih t p
Waktu tempuh (menit) 11 -4,195 1,143 -2,426 0,514 -1,769 -4,263 0,002
Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 dan
P2 berbeda bemakna dengan nilai sebesar -1,769 menit dan p<0,05. Hasil analisis
ini menunjukkan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 lebih baik dari
pada waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P2 sebesar 42 %.
57
5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi
5.4.1 Denyut nadi pada P1
5.4.1.1 Hasil analisis uji normalitas denyut nadi istirahat sebelum dan
sesudah perlakuan pada P1
Hasil uji normalitas pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan
sebelum dan sesudah perlakuan P1. Hasil uji normalitas pada tabel 5.9 dibawah
menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05 dan selanjutnya
dianalisis dengan uji parametrik.
Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1
Variabel n Rerata SB p DNI P1 pre 11 79,818 4,045 0,694 DNI P1 post 11 79,727 1,849 1,047 DNL P1 pre 11 119,909 14,508 0,861 DNL P1 post 11 132,636 1,009 0,700
5.4.1.2 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan
sebelum dan sesudah perlakuan pada P1
Hasil analisis beda denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum
dan sesudah perlakuan P1 adalah untuk mendapatkan selisih yang terjadi pada
denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan
Tabel 5.10 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1
Pre Post Variabel n Rerata SB Rerata SB
Nadi Kerja t p
DNI P1 11 79,818 4,045 79,727 1,849 -0,091 0,129 0,900 DNL P1 11 119,909 14,508 132,636 14,009 13,455 -5,476 0,000
58
Hasil analisis denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan
sesudah perlakuan pada P1 berbeda dan bermakna dengan p<0,05. Hasil analisis
menunjukkan perubahan pada hasil penelitian setelah dilakukan perlakuan sebesar
11 %.
80
100
120
140
160
180
200
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
umur
nadi
Gambar 5.2 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit Sebelum dan Sesudah Perlakuan
5.4.1.3 Hasil analisis uji normalitas denyut nadi sebelum dan sesudah
perlakuan pada P2
Hasil uji normalitas pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan
sebelum dan sesudah perlakuan.
59
Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada P2
Variabel n Rerata SB p DNI P2 pre 11 78,909 2,212 0,997 DNI P2 post 11 78,909 2,587 0,927 DNL P2 pre 11 117,909 7,829 0,723 DNL P2 post 11 125,273 8,088 0,314
Hasil uji normalitas pada tabel 5.11 menunjukkan semua data berdistribusi
normal dengan p>0,05 dan selanjutnya di uji dengan dengan uji parametrik.
5.4.1.4 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan
sebelum dan sesudah perlakuan pada P2
Hasil analisis beda denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum
dan sesudah perlakuan P2 adalah untuk mendapatkan selisih perbedaan yang
terjadi pada denyut nadi istirahat denyut nadi latihan sebelum dan sesudah
perlakuan.
Tabel 5.12 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Nadi Latihan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P2
Pre Post Variabel n
Rerata SB Rerata SB Nadi Kerja t p
DNI P2 11 78,909 2,212 78,909 2,587 0,000 0,000 1,000 DNL P2 11 117,909 7,829 125,273 8,088 7,364 -4,611 0,001
Hasil analisis denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan
sesudah perlakuan pada P2 berbeda dan bermakna dengan p<0,05. Hasil analisis
menunjukkan perubahan pada hasil penelitian setelah dilakukan perlakuan.
60
Dengan perubahan hasil analisis pada denyut nadi istirahat dan denyut
nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan pada P2, ini berarti denyut nadi
istirahat, denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan P2 mempengaruhi
hasil penelitian. Perubahan akibat diberikan perlakuan adalah sebesar 6%.
Perubahan denyut nadi yang terjadi pada P1 sebesar 11 % lebih baik dari pada
perubahan yang terjadi denyut nadi P2.
80
100
120
140
160
180
200
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65umur
nadi
Gambar 5.3 Denyut Nadi Senam Ayo Bersatu Seri 2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan
61
Perbandingan denyut nadi sesudah perlakuan antara Senam Ayo Bangkit
dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 disajikan pada gambar 5.4 berikut dibawah.
80
100
120
140
160
180
200
18 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65umur
nadi
Gambar 5.4 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2
Sesudah Perlakuan
62
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini menguji pengaruh pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam
Ayo Bersatu Seri 2 terhadap peningkatan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan
umum dilibatkan 22 orang sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 kelompok
masing-masing berjumlah 11 orang, yaitu kelompok perlakuan 1 (P1, pelatihan
Senam Ayo Bangkit) dan kelompok perlakuan 2 (P2, pelatihan Senam Ayo
Bersatu Seri 2).
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata umur (tahun)
responden pada kelompok P1 adalah 18,27 ± 0,79 dan pada kelompok P2 adalah
18,09 ± 0,94. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney
didapatkan bahwa nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
umur subjek pada kedua kelompok perlakuan.
Terkait dengan umur, bahwa kebugaran fisik anak-anak meningkat sampai
mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi
bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Karim,
2002). Dilihat dari umur subjek penelitian, pada rentang umur tersebut
mengindikasikan bahwa peserta pelatihan masih mampu mengoptimalkan
kebugaran fisik melalui pelatihan yang dilakukan. Dipilihnya peserta pelatihan
dibawah umur 25 tahun, mengingat bahwa pembebanan pada pelatihan fisik
63
terutama senam aerobik high impact yang terus menerus bisa menimbulkan cedera
bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada orang tua yang berumur di atas
40 tahun (Dinata, 2004).
Rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) kelompok P1 pada pretest adalah
21,21 ± 1,91 dan kelompok P2 adalah 21,21 ± 1,39. Sedangkan pada
posttest rerata IMT kelompok P1 adalah 20,62 ± 1,69 dan kelompok P2 adalah
20,68 ± 1,28. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-independent
didapatkan bahwa nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
IMT pada kedua kelompok perlakuan.
Indeks Massa Tubuh antar kelompok tidak ada perbedaan perlakuan, juga
diketahui bahwa kedua kelompok memiliki IMT dengan kategori normal. Hal ini
mengindikasikan bahwa pelatihan yang diberikan diharapkan mampu
menghasilkan kebugaran frisik yang optimal.
Rerata waktu tempuh lari 2,4 km pada P1 dan P2 dianlisis untuk
menyimpulkan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil yang
didapat untuk mengetahui besar perbedaan daya tahan umum sebelum dan
sesudah perlakuan pada P1 dan P2. Pada penelitian ini untuk mengetahui
kebugaran fisik melalui daya tahan umum juga didukung dari hasil analisis denyut
latihan. Hasil uji normalitas waktu tempuh lari 2,4 km dan denyut nadi latihan
menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05.
Penelitian menunjukkan rerata waktu tempuh lari 2,4 km P1 sebelum
perlakuan sebesar 20,070 menit dan sesudah perlakuan sebesar 15,875 menit,
64
pada kelompok P2 sebelum perlakuan sebesar 20.875 menit, sesudah perlakuan
sebesar 17,827 menit
Pelatihan fisik terutama senam aerobik high impact yang terus menerus
bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada orang
yang kelebihan berat badan (Dinata, 2004). Hal ini disebabkan karena senam
aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam hal berat badan
yang menjadi beban dan intensitas. Berat badan yang ditanggung oleh otot pada
senam aerobik low impact hanya berat badannya saja dengan intensitas sedang,
sedangkan pada senam aerobik high impact, otot tidak saja menahan berat badan
tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan dengan intensitas tinggi.
Pelatihan olahraga termasuk juga pelatihan senam aerobik yang teratur dengan
intesitas sedang diharapkan denyut nadi latihan akan meningkat sampai zona
latihan. Menurut Bompa, 2009 latihan daya tahan pada latihan aerobik
dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah faktor power aerobik atlet, ekonomi
gerakan, ambang batas laktat, dan jenis serat otot. Kebugaran fisik dan kesehatan
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari keturunan, jenis latihan, jenis kelamin,
usia, lemak tubuh dan aktivitas (Nala, 2011a). Kebugaran fisik akan meningkat
apabila denyut nadi latihan sudah mencapai zona latihan dengan jumlah denyut
minimal 130 kali per – menit (Mc Carthy, 1990).
6.2 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik
Dalam penelitian ini diukur kebugaran fisik melalui salah satu parameter
dengan daya tahan umum sesuai tujuan penelitian. Pengukuran daya tahan umum
dilakukan dengan menghitung waktu tempuh lari 2,4 kilometer. Perubahan yang
65
terjadi waktu tempuh lari 2,4 km pada penelitian ini sesuai hasil analisis
menunjukkan penurunan waktu tempuh yang bermakna yaitu terjadi penurunan
waktu tempuh dari sebelum perlaluan dan sesudah perlakuan. Penurunan waktu
tempuh pada perlakuan P1 dan P2 menunjukkan terjadi peningkatan daya tahan
umum dan selanjutnya mampu meningkatkan kebugaran fisik pada kedua
kelompok perlakuan. Terjadi penurunan waktu tempuh P1 dan P2 sesudah
perlakuan akan berdampak juga perubahan denyut nadi latihan. Pelatihan secara
teratur untuk meningkatkan daya tahan umum akan terjadi peningkatan denyut
nadi latihan sampai zona latihan (Mc Carthy, 1990).
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata waktu tempuh pada
kelompok yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bangkit sebelum perlakuan
(pretest) adalah 20,07 ± 1,21 menit dan sesudah perlakuan (posttest) adalah
15,87 ± 0,97 menit. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa
nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata waktu tempuh 2,4 km pada kelompok
Senam Ayo Bangkit antara sebelum dengan sesudah perlakuan berbeda bermakna
(p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan
waktu tempuh sebesar 20%. Peningkatan waktu tempuh juga didukung terjadi
peningkatan denyut nadi latihan setelah perlakuan (posttest) pada senam Ayo
Bangkit. Denyut nadi pada sebelum perlakuan (pretst) sebesar 119 kali per menit
dan terjadi peningkatan denyut nadi setelah perlakuan sebesar 132 kali per menit,
terjadi peningkatan denyut nadi latihan sebesar 11% dengan durasi pelatihan
33 menit. Pelatihan Senam Ayo Bangkit merupakan senam kebugaran fisik
dengan dinamika gerak dan musik yang menyenangkan dan menyehatkan, dimana
66
Senam Ayo Bangkit termasuk senam aerobik benturan rendah, yaitu setiap
gerakan, salah satu kaki selalu bertumpu pada lantai dengan struktur senam terdiri
dari pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Dewantari (2007) yang
menyatakan bahwa pelatihan Senam Ayo Bangkit dengan intensitas denyut nadi
120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat
meningkatkan kebugaran fisik. Hasil penelitian ini sesuai (Tanasescue, 2002)
yang menyatakan bahwa pelatihan yang sering dilakukan di masyarakat adalah
pelatihan aerobik yang merupakan bentuk pelatihan fisik yang paling sesuai untuk
meningkatkan kebugaran jantung dan paru. Dampak dari peningkatan kebugaran
jantung dan paru akan berimplikasi pada peningkatan daya tahan umum.
6.3 Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Meningkatkan Kebugaran Fisik
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata waktu tempuh lari
2,4 km pada kelompok yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2
sebelum perlakuan (pretest) adalah 20,25 ± 1,49 menit dan sesudah perlakuan
(posttest) adalah 17,82 ± 1,49 menit. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired
menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata waktu tempuh
2,4 km pada kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 antara sebelum dengan sesudah
perlakuan berbeda bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan
bahwa terjadi peningkatan waktu tempuh sebsar 12% dan juga didukung adanya
peningkatan denyut nadi pelatihan setelah perlakuan. Pada Senam aerobik Ayo
Bersatu seri 2 denyut nadi awal perlakuan sebesar 117 kali per menit dan terjadi
peningkatan denyut nadi latihan sebesar 125 kali per menit (6%) sesudah
67
perlakuan dengan durasi pelatihan 30 menit 46 detik. Kebugaran fisik pada
kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 setelah perlakuan diukur dari daya tahan
umum dengan tes lari 2,4 km dan didukung terjadi peningkatan ndenyut nadi
latihan lebih meningkat. Denyut nadi latihan pada P2 terjadi peningkatan dari
sebelum dan sesudah perlakuan, tetapi denyut nadi latihan belum mampu ke zona
latihan. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain power
aerobik atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan, jenis serat otot dan asupan
kalori (Bompa, 1990). Faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan saat melakukan
pemilihan sampel. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 merupakan senam
kebugaran fisik dengan dinamika gerak dan musik yang menyenangkan dan
menyehatkan. Senam Ayo Bersatu Seri 2 termasuk senam aerobik benturan
rendah, dimana pada setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai
untuk menghindari hentakan yang terlalu keras pada kaki. Struktur senam ini
terdiri dari pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitiannya Sukardiasih (2005),
yang mendapatkan bahwa pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri dengan intensitas
denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu
dapat meningkatkan kebugaran fisik.
Beberapa hasil survei membuktikan bahwa kebugaran fisik sangat perlu
bagi setiap kelompok orang untuk mendukung aktifitas kerja sehari-hari.
Kebugaran fisik sangat perlu dijaga dan diberikan pelatihan secara kontinyu agar
tetap optimal. Kebugaran fisik sangat perlu ditingkatkan karena dapat mencegah
68
berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, mudah lelah serta
menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja (Irianto, 2004).
Olahraga yang efektif untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah olahraga
aerobik (Triangto, 2005). Pelatihan aerobik secara teratur akan mempengaruhi
fungsi jantung dimana jantung akan mampu memompa lebih baik dengan
demikian dapat memompa lebih banyak darah dan lebih banyak oksigen sehingga
dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun
saat latihan (Perry, 2008). Pelatihan aerobik juga meningkatkan kekuatan otot
pernapasan, meningkatkan jumlah dan besar alveoli dan merangsang pertumbuhan
pembuluh darah disekitarnya yang akan mempercepat suplai oksigen ke sel
(Balley, 1994). Pelatihan aerobik yang sesuai dengan takarannya akan mampu
meningkatkan kebugaran fisik atau kesegaran jasmani (Powers, 1996 dalam Nala,
2011) dan adapun yang dimaksud dengan takaran pelatihan adalah: intensitas
70-80% dari VO2 maksimumnya, volume durasi selama 15-60 menit, frekuensi
3-5 kali perminggu. Senam merupakan salah satu bentuk pelatihan yang
memberikan manfaat bagi peningkatan kesehatan dan kebugaran (Wahyu; dkk,
2008).
6.4 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik
Ditinjau dari Daya Tahan Umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rerata penurunan waktu
tempuh lari 2,4 km kelompok senam Ayo Bangkit adalah -4,19 1,14 kali per
menit dan rerata kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 adalah -2,42 0,51 kali
per menit. Analisis kemaknaan menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Hal ini
69
berarti bahwa rerata penurunan waktu tempuh lari 2,4 km pada kedua kelompok
sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Di samping itu
diketahui pula bahwa penurunan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok senam
Ayo Bangkit lebih tinggi dibandingkan kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2.
Penurunan waktu tempuh kelompok Senam Ayo Bangkit, 42 % lebih tinggi
dibandingkan penurunan waktu tempuh kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2.
Hasil dari analisis perbedaan P1 dan P2 ini mengindikasikan bahwa daya tahan
umum responden yang ditinjau dari indikator lari 2.4 km pada P1 lebih baik bila
dibandingkan dengan P2.
Pelatihan senam aerobik dengan intensitas denyut nadi 140-164 kali per
menit durasi 3-10 menit dengan repetisi sesuai dengan kapasitas fisiologi setiap
individu frekuensi 3-5 seminggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Nala,
2011). Pelatihan olahraga termasuk olahraga senam aerobik yang teratur sampai
zone pelatihan untuk memperoleh kebugaran fisik adalah target denyut nadi
pelatihan yang dicapai minimal diatas 130 kali per – menit (85 %) dari denyut
nadi maksimal), sedangkan denyut nadi maksimal secara fisiologis 170 – 200 kali
per menit (Mc Carthy, 1990). Pada peneliltian ini diperoleh peningkatan denyut
nadi pelatihan dari sebelum perlakuan pelatihan senam aerobik Ayo Bangkit 119
kali per menit menjadi 132 kali per menit (11 %) setelah perlakuan dan pada
pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 denyut nadi awal perlakuan sebesar 117 kali
per menit meningkat menjadi 122 kali per menit (6%) nadi sesudah perlakuan.
Sesuai tujuan penlitian bahwa pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan
kebugaran fisik daripada pelatihan senam Ayo Bersatu Seri 2 dengan penurunan
70
rerata waktu tempuh (menit) tempuh lari 2,4 km sebesar -4,195 menit (20%)
sesudah perlakuan dan terjadi peningkatan denyut nadi latihan sampai mencapai
zona pelatihan dengan jumlah denyut nadi 132 kali per menit (11%), sedangkan
Senam Ayo Bersatu Seri 2, walaupun menunjukkan ada peningkatan kebugaran
fisik berdasarkan indikator penurunan waktu tempuh sesudah perlakuan sebesar
-2,426 menit (12%) lari 2,4 km dan terjadi peningkat denyut nadi 125 kali per
menit (6%) sesudah perlakuan tetapi belum mampu mencapai zona latihan,
menurut Mc Carthy (1990) zona latihan apabila denyut nadi latihan minimal
mencapai 130 kali per menit. Melalui pelatihan Senam aerobik Ayo Bangkit lebih
meningkatkan kebugaran fisik daripada pelatihan senam Ayo Berasatu Seri 2
dengan perbedaan waktu tempuh sebesar 20 % dan dengan denyut nadi sebesar
11%. Senam Ayo Bersatu Seri 2 sesudah perlakuan kebugaran fisiknya dari sangat
kurang menjadi kurang dan belum sampai ke katagori sedang akibat dari durasi
latihan inti hanya 6 menit 57 menit sedangkan senam Ayo Bangkit dengan durasi
8 menit 04 detik (Wahyo, dkk, 2008). Pelatihan daya tahan aerobik dipengaruhi
oleh beberapa faktor (Bompa, 2009). Faktor-faktor ini termasuk power aerobik
atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan dan jenis serat otot. Untuk
meningkatkan denyut nadi latihan sampai ke zona latihan pada pelatihan Senam
Ayo Beratu Seri 2 masih perlu diteliti power aerobik atlet, ambang batas lakat,
eknomi gerakan, jenis serat otot dan asupan kalori, karena pada penelitian ini
tidak dilakukan penelitian. Diharapkan pada penelitian berikutnya para peneliti
untuk mningkatkan kebugaran fisik melalui pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2
71
untuk mempertimbangkan komponen lama (durasi), asupan gizi dan
kekuatan otot.
Sumosardjuno (1996) mengatakan bila melakukan senam aerobik benturan
rendah akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot
jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih banyak.
Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Di samping itu
peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya
pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat
makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah (Balley, 1994). Dengan demikian
dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun
latihan (Perry, 2008). Pelatihan ini juga menyebabkan pemulihan kondisi jantung
ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat (Guyton, 1997). Pelatihan ini
mengakibatkan peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi pemulihan
lebih cepat (Fox 1984). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan
otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat.
Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan
dengan takaran yang cukup. Pelatihan yang dilakukan dengan tekun akan tampak
hasilnya setelah 6 sampai 8 minggu pelatihan. Hasil penelitian Sukardiasih
(2005) pada pegawai Puskesmas Kecamatan Kediri Tabanan yang diberikan
pelatihan senam aerobik Ajeg Bali dan Ayo Bersatu intensitas sedang selama
delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu sudah dapat
meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna. Senam aerobik dapat
memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan degan takaran yang cukup.
72
Intesitas pelatihan adalah 60-80% dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan
15-25 menit dan frekuensi 3-4 kali perminggu (Dinata, 2004). Menurut Wilmore
& Costill (1994). Pelatihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali
perminggu, dengan lama pelatihan 20-30 menit setiap kali pelatihan.
Melakukan pelatihan senam aerobik adalah cara yang klasik untuk
membakar lemak sambil memperbaiki kekencangan otot dengan pelatihan
intensitas sedang, tetapi pelatihan berlangsung lama selama 30 menit
(Sumasardjuno, 1996), mengikuti pelatihan senam aerobik akan membantu
menghindari tubuh menjadi gemuk. Bila senam aerobik dilakukan selama 30-50
menit akan membakar energi sebesar 100-130 Kkal. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian ini, yaitu terjadi penurunan IMT pada kedua kelompok masing-masing
sebesar 2,78% dan 2,50% untuk Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu
Seri 2.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitiannya (Sudibjo, dkk,
2001) pada mahasiswi yang diberikan pelatihan senam aerobik intensitas sedang
selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama
30 menit sudah dapat menurunkan persentase lemak tubuh secara bermakna.
73
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan:
1. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari
daya tahan umum sebesar 20 persen dan terjadi peningkatan denyut nadi
latihan sebesar 11 persen.
2. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik
ditinjau daya tahan umum sebesar 12 persen dan terjadi peningkatan
denyut nadi latihan sebesar 6 persen.
3. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatan kebugaran fisik ditinjau
dari daya tahan umum sebesar 42 persen daripada Senam Ayo Bersatu
Seri 2 dan denyut nadi latihan sampai ke zona latihan.
7.2 Saran
1. Kepada para mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
dapat melanjutkan pelaksanaan Senam Ayo Bangkit guna meningkatkan
kebugaran fisik.
2. Senam Ayo Bersatu Seri 2 belum mampu meningkatkan kebugarann fisik
ke katagori sedang, diperlukan penelitian atau intervensi lebih lanjut
tentang power aerobik altet, ambang batas laktat, eknomi gerakan, jenis
serat otot dan asupan kalori.
74
3. Peningkatan kebugaran fisik melalui Senam Ayo Bangkit untuk sampai ke
katagori baik perlu penelitian atau intervensi lebih lanjut, karena untuk
melakukan aktivitas diperlukan kebugaran fisik yang optimal.
75
DAFTAR PUSTAKA Adisapoetra, Z. 1999a. Olahraga Indonessia. Jakarta :Yayasan Kebangkitan
Olahraga Indonesia. hal: 8-9. Adisapoetra, Z. 1999b. Panduan Teknis Tes Dan Latihan Kesegaran Jasmani,
Seminar. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Pengenalan IPTEK Olahraga Kantor Menpora. hal: 9.
Anonim. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. hal: 1-5. Anonim. 1995a. Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kesehatan Olahraga Di
Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indoesia. hal: 1-7. Anonim. 1995b Informasi Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. hal: 1-18. Anonim. 1999. Tes Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional. Anonim. 2004. Hasil Survei Kebugaran Jasmani Di Provinsi Sumatera Selatan,
DKI Jakarta, Jawa Barat Dan Bali. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas. hal: 1-6,46-47.
Anonim. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta :
Departemen Kesehtan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas. hal: 13,21.
Anonim. 2008. Senam Indonesia Jaya. Jakarta : Asdep Pemassalan dan
Pembudayaan Olahraga Deputi Pemberdayaan Olahraga Kementrian Pemuda dan Olahraga.
Anonim. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis Dan Disertasi.
Denpasar : Program Pascasarjana Universitas Udayana. hal: 13,23-24. Anonim. 2012. Gizi Dan Keshatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta :
Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Masyarakat Universitas Indonesia. hal: 149.
Balley, A. 1994. Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina ;
Prosedur Pengembangan Ketahanan Tubuh. Jakarta : Dahara Price.
76
Berger, R, A. 1982. Applied Exercise Physiology. Philadelpia : Lea and Febiger Bompa, T.O. 1983. Teory And Metodology Of Training. Iowa : Kendall/Hutt
Publising Company. Bompa, T.O. 2009. Teory And Metodology Of Traininng. Champaign : Publisher
Human Kinetics. Fifth edition, p.241-247. Cooper, K. H. 1982. The New Aerobic Way. New York : M Evan and Company
Inc. Creagh, U,T., Reilly and Alers. 1998. Kinematics on”of road” terrain.
Ergonomics 41 (7) : 1029-1031 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987. Erobika : Kegiatan sehari-hari
dalam hidup sehat. Jakarta : Balai Pustaka Dewantari, M. 2007. Senam Ayo Bangkit dan Jalan masing masing disertai Diet
Energi Rendah Menurunkan Berat Badan dan Lemak Tubuh (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. hal : 41,48.
Dinata, M. 2004. Padat Berisi dengan Aerobik. Jakarta : Cerdas Jaya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran
Kebugaran Jasmani. Effendi, H. 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Test Kerja
(Exercise Test) untuk Diagnostik. Bandung : Alumni. Fox, E. L. 1984. Sport Physiology. USA : CBS College Publishing. Fox, E. L., Bowers,R. W., Fossa,M. L. 1988. The Physiological Basis of Physical
Education and Athlethics. New York : Saunders College Publishing. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran,
ECG.Edisi 22. hal: 566-584. Guyton. 1990. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi.
Jakarta : Buku Kedokteran, ECG. hal: 613-623. Giriwijoyo, S. 2004. Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia. Giriwijoyo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia. hal: 16,42.
77
Giriwijoyo, S. 2010. Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga Untuk Kesehatan Dan Untuk Prestasi. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.Edisi S. hal: 16-36,120-135.
Gunung, K. 2006. Variabel Dan Rancangan Penelitian. Denpasar : Lab IKK-IKP
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Irianto, J. P. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Andi. Karim, F. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Langitan, W, F. 1999. Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama di
dalam dan di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani siswa putra SLTP Ray Yamuna Denpasar Bali (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana.
Manuaba, I. B. 1998. Bunga Rampai Ergonomi Kumpulan Artikel. Denpasar :
Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Marks., Smith. 1990 Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : Buku Kedokteran,
ECG. hal: 267,381,478. Mc Adle,. Katch. 2010. Exercise Physiology, Nutrition, Energy And Human
Performance. China : Paula C. Willian.Seventh edition. p: 1-39,447-470. Mc Carthy, 1990. Physiological Test For Elrle Athlets, 2nd Edtion : Australian
Institut Sport (AIS). Murray, K, R. 2009. Biokomia Harper. Jakarta : Buku Kedokteran, ECG.Edisi 27.
hal: 95-101. Nala, N. 1986. Kesegaran Jasmani. Denpasar : Yayasan Ilmu Faal Widhya
Laksana. Nala, N. 1991. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar : Yayasan Ilmu Faal
Widhya Laksana. Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar : Komite Olahraga
Nasional Indonesia Daerah Bali.
78
Nala, N. 2008. Pemberdayaan Dokter/Pelatih/Guru Olahraga dalam Meningkatkan Kesehatan dan Kebugaran Fisik (seminar). Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Nala, N. 2011a. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Cetakan ke-2. hal: 3-123. Nala, N. 2011b. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Jakarta : Udayana University
Press. Cetakan-1. hal: 1-84,174-174. Nurhasan. 2000. Pengembangan System Pembelajaran Model Mata Kuliah Tes
Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK UPI. hal: 23. Pearce. 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama. Pocock, S. J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. New York : Wiley
Medical Publication. Powers., Howley. 1996. Exercise physiology, Theoryb And Application To Fitness
And Performance. Regina Ernst : New Era Matte Plus. Seventh edition.1,261.
Purnomo. 1990. Petunjuk Teknis Kesehatan Olahraga. Jakarta : Departeman
Kesehatan Olahraga Republik Indonesia. Purnomo,D., Tilarso,H. 1991. Buku Petunjuk Latihan Fisik, Bagian Kedua.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Santosa. G. 2004. Statistik. Yogyakarta : Penerbit Adi. Sharkey, J, B. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. Sharkey, J, B. 2011. Kebugaran Dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC Soekarman. 1991. Energi dan Sistem Energi Predominan pada Olahraga. Jakarta:
Pusat Ilmu Olahraga. Soekarman. 1999. Pemeriksaan Faal dalam Latihan. Surabaya : Universitas
Airlangga.
79
Soekarno, W., Kushartanti,B. M. W. dan Nurhadi,M. 1996. Dasar Dasar Latihan Senam Aerobik. Yogyakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP.
Sudibjo, P., Prakosa,D. 2001. Pengaruh Senam Aerobik Intesitas Sedang Dan
Intesitas Tinggi Terhadap Presentase Lemak Badan Dan Lean Body Weight, Sian Keehatan , Vol. 14, Nomor 3.
Suharta, A. 2006a. Jurnal Iptek Olahraga, Volume 8, Januari Nomor 1. Jakarta :
Asisten Deputi Iptek Olahraga Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Dan Iptek Olahraga Kementerian Negara Dan Olahraga.
Suharta, A. 2006b. Jurnal Iptek Olahraga, Volume 8, Mei Nomor 2. Jakarta :
Asisten Deputi Iptek Olahraga Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga.
Suharto, Tilarso, Moeloek. 2005. Petunjuk Tehnis Pengukuran Kebugaran
Jasmani. Jakarta : Dirjen Binkesmas Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sukardiasih, L. G. 2005. Pelatihan Senam Ajeg Bali lebih Meningkatkan
Kebugaran Fisik dan Menurunkan Lemak Tubuh daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu pada Wanita Pegawai Puskesmas di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Hal:1,6-10, 58-62.
Sumosardjuno, S. 1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga.
Jakarta: PT Gramedia. hal: 46,232. Supariasa., Bakri., Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Supadi, Pramono. 2000. Pengantar Statistika Kesehatan. Yoyakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM. Tanasescue, M., Michael F, Leitzmenn, Eric B. Rimm. 2002. Exercise Type and
Intensity in Relation to Coronary Heart Disease in Men. JAMA Vol 288. Triangto, M. 2005. Jalan Sehat dengan Sport Therapy, Seri Intisari Kesehatan.
Jakarta : PT Intisari Mediatama. Wahyo,E., Wahyu,A. 2004. Senam Ayo Bangkit. Jakarta : Federasi Olahraga
Masyarakat Indonesia (FOMI). hal: 1-84 Wahyo,E., Wahyu,A. 2008. Senam Ayo Bersatu Seri 2. Jakarta : Federasi
Olaharaga Masyarakat Indonesia (FOMI). hal: 1-77.
80
Wiadnyana, P. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 29.
Wiadnyana, P., Wirapranata, P. 1995. Informasi Kesegarn Jsmni. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 4-5. Wiarto,G. 2013. Fisiologi Dan Olahraga, Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha
Ilmu.Cetakan peratama. hal: 1,153-156. Wilmore, J.H., Costill, D.L. 1994. Physiology Of Sport And Exercise. Champai
Human Kinetic pulissher Inc. Wirapranata, P., Zainar, S. 1995. Informasi Kesegaran Jasmani. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
84
Alat Pengukur Suhu Kelembaban Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di LapAngan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan
Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
85
Alat Pengukur Suhu Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan
PoltekesDenpasar
86
Alat Pengeras Suara (Werles) Pada Saat Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar
90
Pelatihan Senam Ayo Bangkit Kelompok 1 (P1) di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasr
94
Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 Kelompok 2 (P2), dI Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
95
Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 Kelompok 2 (P2), di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
62
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian 1. Indeks Masa Tubuh
Tabel 1.1 Data Indeks Massa Tubuh Subjek
IMT P1 pre IMT P1 post IMT P2 pre IMT P2 post
18,280 18,070 21,750 21,460 20,230 19,820 20,280 19,900 22,480 22,060 22,480 22,060 22,480 21,560 20,820 20,170 22,520 22,000 20,230 19,900 18,320 18,010 23,320 22,060 23,210 22,310 20,230 19,200 23,300 23.010 20,660 20,340 20,700 20,200 23,700 23,130 20,600 19,980 19,560 19,300 20,170 19,800 20,230 19,980
IMT = Indeks Massa Tubuh P1 = PelatihanSenam Ayo Bangkit
P2 = PelatihanSenam Ayo Bersatu Seri 2
Tabel 1.2 Hasil Analisis Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh
P1 pre P1 post P2 pre P2 post
n 11 11 11 11 Normal Parameters (a,b) Mean 21,208 20,620 21,205 20,682 Std. Deviation 1,912 1,692 1,396 1,288 Most Extreme Differences Absolute 0,202 0,165 0,245 0,241 Positive 0,150 0,143 0,245 0,241 Negative -0,202 -0,165 -0,151 -0,130 Kolmogorov-Smirnov Z 0,669 0,548 0,813 0,799 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,762 0,925 0,523 0,545 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Tabel 1.3
Hasil Analisis Rerata Indeks Massa Tubuh
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 IMT P1 pre 21,208 11 1,912 0,576
63
IMT P1 post 20,620 11 1,692 0,510
Pair 2 IMT P2 pre 21,205 11 1,396 0,421 IMT P2 post 20,682 11 1,288 0,388
Tabel 1.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh Subjek
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Lower Upper
t df Sig. (2-
tailed)
Pair 1 IMT P1 pre –
IMT P1 post 0,588 0,387 0,117 0,328 0,848 5,035 10 0,001
Pair 2 IMT P2 pre –
IMT P2 post 0,524 0,336 0,101 0,298 0,749 5,175 10 0,000
64
2. Waktu Tempuh
Tabel 2.1 Waktu Tempuh Lari 2,4 km P1dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan
P1Pre P1Post P2Pre P2Post 20,230 17,120 18,510 16,234 20,450 15,670 19,560 17,230 19,030 16,450 19,500 16,340 20,430 15,870 18,500 16,230 21,380 16,340 21,280 18,050 18,540 15,420 20,200 18,340 20,540 14,120 20,200 18,160 18,240 15,120 22,400 19,450 19,220 14,780 22,050 20,400 22,270 17,230 18,530 16,230 20,440 16,500 22,050 19,430
Tabel 2.2 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh Lari 2,4 km
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
P1 pre P1 post P2 pre P2 post n 11 11 11 11
Normal Parameters (a,b) Mean 20,070 15,875 20,253 17,827 Std. Deviation 1,213 0,971 1,492 1,498 Most Extreme Differences Absolute 0,189 0,139 0,159 0,203 Positive 0,167 0,081 0,150 0,203 Negative -0,189 -0,139 -0,159 -0,143 Kolmogorov-Smirnov Z 0,626 0,460 0,526 0,674 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,828 0,984 0,945 0,755 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
65
Tabel 2.3 Hasil Analisis Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km
Mean n Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 P1Pre 20,070 11 1,213 0,366 P1Post 15,875 11 0,971 0,293 Pair 2 P2Pre 20,253 11 1,492 0,450 P2Post 17,827 11 1,498 0,452 Pair 3 P1Pre 20,070 11 1,213 0,366 P2Pre 20,253 11 1,492 0,450 Pair 4 P1Post 15,875 11 0,971 0,293 P2Post 17,827 11 1,498 0,452 Pair 5 SelisihP1 -4,195 11 1,143 0,345 SelisihP2 -2,426 11 0,514 0,155
Tabel 2.4
Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 km
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Lower Upper
t df Sig. (2-tailed)
Pair 1
P1 pre – P1 post 4,195 1,143 0,345 3,427 4,964 12,169 10 0,000
Pair 2
P2 pre – P2 post 2,426 0,514 0,155 2,081 2,771 15,657 10 0,000
Pair 3
P1 pre – P2 pre -0,183 2,283 0,688 -1,716 1,351 -0,265 10 0,796
Pair 4
P1 post – P2 post -1,952 2,217 0,668 -3,441 -0,463 -2,921 10 0,015
Pair 5
Selisih P1 – Selisih P2
-1,769 1,377 0,415 -2,694 -0,845 -4,263 10 0,002
66
3. Denyut Nadi Istirahat dan Latihan
Tabel 3.1 Data Denyut Nadi P1
DNI P1 pre DNL P1 pre DNI P1 post DNL P1 post
77 110 78 112 83 161 82 167 76 108 79 124 80 115 80 143 78 110 79 126 81 119 80 139 76 116 78 127 80 118 80 129 77 117 78 130 90 120 84 135 80 125 79 127
DNI=DenyutNadiIstirahat, DNI=DenyutNadiLatihan Tabel 3.2
Hasil Analisis Uji Normalitas Denyut Nadi P1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Denyut Nadi Istirahat P1 pre
Denyut Nadi
Latihan P1 pre
Denyut Nadi
Istirahat P1 post
Denyut Nadi Latihan P1 post
N 11 11 11 11 Normal Parameters (a,b)
Mean 79,818 119,909 79,727 132,636
Std. Deviation 4,045 14,508 1,849 14,009 Most Extreme Differences
Absolute 0,209 0,316 0,260 0,211
Positive 0,209 0,316 0,260 0,211 Negative -0,173 -0,206 -0,175 -0,178 Kolmogorov-Smirnov Z 0,694 1,047 0,861 0,700 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,721 0,223 0,449 0,712 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
67
Tabel 3.3 Hasil Analisis Rerata Denyut Nadi P1
Mean n Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 Denyut Nadi Istirahat P1 pre 79,818 11 4,045 1,220
Denyut Nadi Istirahat P1 post 79,727 11 1,849 0,557
Pair 2 Denyut Nadi Latihan P1 pre 119,909 11 14,508 4,374 Denyut Nadi Latihan P1 post 132,636 11 14,009 4,224
Tabel 3.4 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi P1
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Lower Upper
t df Sig. (2-
tailed)
Pair 1 Denyut Nadi Istirahat P1 Pre - Denyut Nadi Istirahat P1 Post
0,091 2,343 0,707 -1,483 1,665 0,129 10 0,900
Pair 2 Denyut Nadi Latihan P1 Pre - Denyut Nadi Latihan P1 Post
-12,727 7,708 2,324 -17,906 -7,549 -5,476 10 0,000
68
Tabel 3.5 Data Denyut Nadi P2
DNI P2 pre DNL P2 pre DNI P2 post DNL P2 post
82 110 81 122 79 119 78 118 78 131 80 140 81 108 80 124 77 120 80 128 79 121 74 121 75 120 79 124 78 108 78 119 82 115 83 123 80 130 80 141 77 115 75 118
Tabel 3.6
Hasil Uji Normalitas Data Denyut Nadi P2
Denyut Nadi
Istirahat P2 pre
Denyut Nadi
Latihan P2 pre
Denyut Nadi
Istirahat P2 post
Denyut Nadi
Latihan P2 post
n 11 11 11 11 Normal Parameters (a,b) Mean 78,909 117,909 78,909 125,273 Std. Deviation 2,212 7,829 2,587 8,088 Most Extreme Differences Absolute 0,120 0,165 0,209 0,290 Positive 0,120 0,165 0,155 0,290 Negative -0,103 -0,121 -0,209 -0,184 Kolmogorov-Smirnov Z 0,398 0,546 0,693 0,961 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,997 0,927 0,723 0,314 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
69
Tabel 3.7 Hasil Analisis Rerata Denyut Nadi P2
Mean n Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 DNI P2 pre 78,909 11 2,212 0,667 DNI P2 post 78.909 11 2,587 0,780
Pair 2 DNL P2 pre 117,909 11 7,829 2,360 DNL P2 post 125,273 11 8,088 2,439
Tabel 3.8 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi P2
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower Upper
t df Sig. (2-
tailed)
Pair 1 Denyut Nadi Istirahat P2 Pre - Denyut Nadi Istirahat P2 Post
0,000 2,490 0,751 -1,673 1,673 0,000 10 1,000
Pair 2 Denyut Nadi Latihan P2 Pre - Denyut Nadi Latihan P2 Post
-7,364 5,297 1,597 -10,922 -
3,805 -
4,611 10 0,001