the training of ayo bangkit gymnastic more physical fitness in terms ...

119
TESIS PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR I NYOMAN NUADA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Transcript of the training of ayo bangkit gymnastic more physical fitness in terms ...

TESIS

PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM

DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR

I NYOMAN NUADA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

1

TESIS

PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM

DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR

I NYOMAN NUADA NIM 1190361002

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

ii

2

PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM

DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana I NYOMAN NUADA NIM 1190361002

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2013

iii

3

LEMBARAN PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 6 Nopember 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF. Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO. NIP. 19501231 19803 1 015 NIP. 19440201 196409 1 001

Mengetahui

Ketua Program Magister Fisiologi Olahraga Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) NIP. 194402011964091001 NIP. 195902151985102001

iv

4

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis ini Telah Diuji Pada Tanggal 6 Nopember 2013

Panitia Penguji Kelayakkan Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 305/UN.14.4/HK/2013, Tanggal 29 Oktober 2013

Ketua : Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF.

Anggota :

1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M. Sc.Sp. And,AIFO

2. Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes.

3. Dr. Ir. I Ketut Wijaya, M Erg.

4. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M. Repro.

v

5

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : I Nyoman Nuada

NIM : 1190361002

Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga

Judul Tesis : Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan

Kebugaran Fisik Ditinjau Dari Daya Tahan Umum

Daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 Pada Mahasiswi

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Denpasar.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmih Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 7 Tahun 2010

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 20 Nopember 2013

(I Nyoman Nuada)

vi

6

UCAPAN TERIMA KASIH Dengan menghaturkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi,

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kertha wara nugraha-Nya penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar magister pada Program Studi Fisiologi Olahraga, Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Tesis ini berjudul “Pelatihan Senam Ayo

Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Senam Ayo Bersatu Seri

2 Pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan Polteknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Denpasar.”

Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dorongan, semangat, motivasi,

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Pascasarjana di

Universitas Udayanana.

2. Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp.S (K), selaku ketua Program

Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti serta menyelesaikan pendidikan

ini paada Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universirtas

Udayana.

3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M. Sc, Sp.And, AIFO selaku Ketua

Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana dan

sebagai Pembimbing II.

vii

7

4. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, selaku pembimbing I untuk

membimbing penyusun tesis ini, sampai terwujud.

5. Para dosen Fisiologi Olahraga pada Program Studi Magister Fisiologi

Olahraga Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan

dorongan, semangat dan bimbingan.

6. Direktur Poltekes Kemenkes Denpasar, yang telah memberikan ijin untuk

peneliltian kepada penulis terhadap para mahasiswi Jurusan Kebidanan

sebagai sampel.

7. Ketua jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar, mengijinkan atas

tempat penelitian serta mahasiswi Jurusan Kebidanan sebagai sampel.

8. Rekan-rekan mahasiswa fisiologi olahraga dan mantan mahasiswa yang

telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penyusunan usulan

penelitian ini.

9. Istri, anak-anak, keluarga dan sanak saudara tercinta yang telah

memberikan motivasi dan semangat selama mengikuti pendidikan

khususnya dalam penyusunan tesis ini.

Tesis ini sudah tentu banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan, untuk

itu masih tetap memerlukan masukan dan saran untuk perbaikan. Akhir kata

masukan, saran dan koreksi dari semua pihak penulis sangat diharapkan untuk

penyempurnaan tesis ini.

Denpasar, Nopember 2013

Penulis

viii

8

ABSTRAK

PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM

DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Kebugaran fisik sangat penting untuk memperlancar seseorang melakukan aktifitas sehari - hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dalam upaya untuk meningkatkan kebugaran fisik perlu dilaksanakan pelatihan yang terukur dan teratur sehingga mampu memperoleh hasil yang maksimal. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum melalui pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dalam meningkatkan kebugaran fisik ditinjau daya tahan umum. Sampel dalam penelitian adalah mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar dengan umur rata-rata 18 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized pretest – posttest control group design dengan jumlah sampel sebanyak 11 orang pada masing-masing kelompok. Sampel dipilih secara acak pada mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar, selanjutmya masing-masing kelempok diberikan pelatihan senam. Perlakuan 1 (P1) diberikan pelatihan Senam Ayo Bangkit dan perlakuan 2 (P2) diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Pelatihan dilakukan selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu mulai pukul 17.00 – 18.00 wita secara bersama - sama bertempat di halaman kampus Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar. Hasil analisis dengan bantuan komputer menunjukkan penurunan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km secara bermakna (p < 0,05) terhadap kedua kelompok senam pada posttest dari pretest dan juga terjadi peningkatan denyut nadi latihan diakhir perlakuan pada kedua kelompok. Pada kelompok Senam Ayo Bangkit terjadi peningkatan denyut nadi sebesar 11 % dan kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 sebesar 6 %. Hasil analisis terjadi perbedaan peningkatan denyut nadi pelatihan secara bermakna (p<0,05). Hasil analisis statistik perbedaan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km pada P1 dan P2 sebesar 42 % dan perbedaan denyut nadi latihan pada P1 sampai zona latihan sedangkan P2 tidak sampai ke zona latihan. P1 tidak sampai ke zona latihan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor latihan termasuk power aerobik atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan dan jenis serat otot. Bagi masyarakat disarankan untuk meningkatkan kebugaran fisik dengan melakukan Senam Ayo Bangkit secara teratur dan rutin tiga kali seminggu selama 8 minggu. Kata kunci : Senam Ayo Bangkit, Senam Ayo Bersatu Seri 2, Lari 2,4 km,

Kebugaran Fisik.

ix

9

ABSTRACT

THE TRAINING OF AYO BANGKIT GYMNASTIC MORE PHYSICAL FITNESS IN TERMS OF GENERAL ENDURANCE

THAN AYO BERSATU GYMNASTIC SERIES 2 ON MIDWIFERY STUDENTS OF

HEALTH POLYTECHNIC DENPASAR

Physical fitness is very important to facilitate a person perform daily activities without causing significant fatigue. In an effort to improve physical fitness, training needs to be implemented and measured regularly to obtain optimal results. The general objective of this study was to determine the improvement of physical fitness in terms of general endurance as result of Ayo Bangkit and Ayo Bersatu Series 2 gymnastics. While the specific goal is to determine the particular training and gymnastics Ayo Bangkit and Ayo Bersatu Serie 2 both can improve physical fitness in terms of general endurance. The sample of this research is Midwifery students in Polytechnic of Ministry of Health Denpasar with an average age of 18 years . This study is an experimental research with randomized pretest - posttest control group design with a total sample of 11 people in each group. The samples were chosen randomly to students of Midwifery Department in Polytechnic of Health Ministry Denpasar, and then each group was given gymnastic training. Treatment 1 ( P1 ) was given Ayo Bangkit gymnastics training and treatment 2 (P2) was given Ayo Bersatu Serie 2 gymnastics training. The training conducted in 8 weeks with a frequency of 3 times a week starting at 17:00 to 18:00 WITA all together at the same place in the front yard campus of Midwifery Department in Polytechnic of Ministry of Health Denpasar. The analysis result with computer-assistance showed a decrease in aerobic 2.4 km run time significantly ( p < 0.05 ) for both groups in post test, there was also an increase in pulse rate of training in terms of percentage at the end of the session in both groups . There was 11 % of pulse increasing in Ayo Bangkit gymnastic, while there was only 6 % of it in Ayo Bersatu Serie 2. There was a significant difference of increasing pulse rate between Ayo Bangkit group and Ayo Bersatu serie 2 group for 5 %. The statistical analysis result shows the difference of 2.4 km aerobic run time in P1 and P2 for 42 % and the difference of exercise pulse in P1 reached the exercise zone, while P2 didn’t reach the exercise zone. P2 didn’t reach the exercise zone maybe due to exercise performance factors, including aerobic power of the athlete, lactate threshold, movement economy and types of muscle fibers. The people were advised to increase physical fitness by doing Ayo Bangkit gymnastics of moderate intensity three times a week for 8 weeks . Keywords : Ayo Bangkit Gymnastic, Ayo Bersatu Gymnastic Series 2, 2,4 km of

Running, Physical Fitness .

x

10

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................. ii PRASYARAT GELAR................................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.............................................................. v SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................. vi UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vii ABSTRAK .................................................................................................. ix ABSTRACT ................................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian............................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian............................................................................. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 7 2.1. Pengertian Faal Olahraga................................................................... 7 2.2. Kebugaran Fisik ................................................................................ 8 2.3. Pelatihan Kebugaran Fisik ................................................................. 14 2.4. Prinsip Pelatihan................................................................................ 16 2.5. Pelatihan Meningkatkan Komponen Biomotorik................................ 18 2.6. Pengaruh Pelatihan Aerobik terhadap Fungsi Organ Tubuh ............... 19 2.7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik ....................... 21 2.8. Senam ............................................................................................... 22 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS..................................... 34 3.1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 34 3.2. Konsep Penelitian ............................................................................. 35 3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 36 BAB IV METODE PENELITIAN................................................................ 37 4.1. Rancangan Penelitian ........................................................................ 37 4.2. Populasi dan Sampel.......................................................................... 38 4.3. Variabel Penelitian ............................................................................ 40 4.4. Definisi Operasional Variabel............................................................ 41 4.5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 42 4.6. Instrumen Penelitian.......................................................................... 43 4.7. Prosedur Penelitian............................................................................ 43

xi

11

4.8. Analisis Data ..................................................................................... 48 4.9. Kelemahan Penelitian ........................................................................ 49 BAB V HASIL PENELITIAN...................................................................... 50 5.1 Kondisi Lingkungan .......................................................................... 51 5.2 Karakteristik Subjek .......................................................................... 51 5.3 Hasil Analisis Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan............................................................................. 54 5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi ............................................................... 57 5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 56 BAB VI PEMBAHASAN............................................................................ 62 6.1 Karakteristik Subjek Penelitian.......................................................... 62 6.2 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Meningkatkan Kebigaran Fisik........... 64 6.3 Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Meningkatkan Kebugaran Fisik ................................................................................................. 66 6.4 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik

Ditinjau dari Daya Tahan Umum. daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.................................................................................... 68

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 73 7.1 Simpulan ........................................................................................... 73 7.2 Saran ................................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75 LAMPIRAN

xi

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 35

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian.............................................. 37

Gambar 4.2 Alur Penelitian .................................................................. 48

Gambar 5.1 Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km pada Kedua Kelompok 55

Gambar 5.2 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit Sebelum dan Sesudah Perlakuan .......................................................................... 58

Gambar 5.3 Denyut Nadi Senam Bersatu Seri 2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan .......................................................................... 60

Gambar 5.4 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Sesudah Perlakuan................................................... 61

xiii

13

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Intesitas latihan.................................................................... 13 Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Tempat Pelatihan (OC) ........................ 51 Tabel 5.2 Data Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 Sebelum dan

Sesudah Perlakuan .............................................................. 52 Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas pada Indeks Massa Tubuh PI dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 52 Tabel 5.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 53 Tabel 5.5 Analisis Perbedaan Umur pada P1 Dan P2........................... 54 Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 54 Tabel 5.7 Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... 55 Tabel 5.8 Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Lari 2,4 Km pada Kelompok P1 dan Kelompok P2 ................................. 56 Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 ....... 57 Tabel 5.10 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi

Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 ............... 57 Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut

Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada P2 ...... 59 Tabel 5.12 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P2 .............. 59

xiv

14

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

DKI : Daerah Khusus Ibukota

FOMI : Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia

V O2 Max : Volume OksigenMaksimal

ATP : Adenosin Tri Pospat

K Kal : Kilo Kalori

KTP : Kartu Tanda Penduduk

IMT : Indeks Massa Tubuh

P1 : Perlakuan 1

P2 : Perlakuan 2

DNI : Denyut Nadi Istirahat

DNL : Denyut Nadi Latihan

SB : Simpang Baku

P : Populasi

R : Random

S : Sampel

R A : Random Acak

HIEE : High Intensity Exercise Endurance

PFK : Fosfofruktokinase

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Poltekkes : Politeknik Kesehatan

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

xv

15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Dan Proses Pelatihan

- Pengukuran Tekanan Darah - Pengukuran Tinggi Badan - Pengukuran Berat Badan - Alat Pengukur Suhu Kelembaban Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di

Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar

- Alat Pengukur Suhu Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar

- Alat Pengeras Suara (Werles) Pada Saat Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar

- Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pemanasan - Senam Ayo Bangkit, Gerakan Inti - Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pendingnan - Pelatihan Senam Ayo Bangkit Kelompok 1 (P1) di Lapangan Jurusan

Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar - Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2, Gerakan Pemanasan - Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2, Gerakan Inti - Gerakan Pelatihan Senam Ayo Berastu Seri 2, Gerakan Pendinginan - Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Kelompok 2 (P2), dI Lapangan

Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar - Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Kelompok 2 (P2), di Lapangan

Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar 2. Data Hasil Penelitian 3. Surat-surat Kelengkapan Penelitian

xvi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas

atau tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.

Kebugaran fisik ditentukan oleh beberapa komponen, namun yang penting dan

sangat erat kaitannya dengan pekerjaan dan kesehatan yakni komponen daya

tahan (endurance), disamping beberapa komponen lain seperti kelentukan

(fleksibility), komposisi tubuh (body composition) dan kekuatan (strength).

Sampai saat ini masyarakat masih kurang mendapatkan informasi yang

akurat tentang kebugaran fisik, disamping informasi tentang cara olahraga yang

benar. Dampak dari hal tersebut adalah kebugaran fisik masyarakat tidak terjaga

dengan baik karena tidak mampu melaksanakan olahraga sesuai dengan kondisi

masing-masing individu.

Menurunnya kebugaran fisik dapat terjadi pada berbagai kelompok usia

dan jenis kelamin. Informasi pengukuran tingkat kebugaran fisk terhadap anak

SD laki-laki usia 6-12 tahun dengan katagori kurang sekali sebesar 47,3 % dan

wanita sebesar 50,1 %, pada anak SLTP laki-laki usia 13-15 tahun dengan

katagori kurang sekali sebesar 31,1 % dan wanita sebesar 28,9 %, pada anak

SLTA laki-laki usia 16-18 tahun dengan katagori kurang sekali sebesar 51,9 %

dan wanita sebesar 53,2 % (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995b).

Hasil dari pengukuran kebugaran jasmani yang dilakukan (Depkes RI,

2004), dengan jumlah sampel 250 karyawan laki-laki dan perempuan, pada

2

golongan umur 30 tahun sampai dengan 50 tahun dengan cara simple random

sampling di 4 provinsi, Sumatera Selatan, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta,

Jawa Barat dan Bali. Pengukuran meliputi indeks massa tubuh, lingkar pinggang

pinggul, kelentukan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru dengan tes lari

2,4 km. Pengukuran hasil kebugaran daya tahan jantung didapatkan dengan

katagori kurang sekali sebesar 73 %.

Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang

dilakukan secara sistematis dan berulang (Nala, 2011b). Pelatihan sebaiknya

dilakukan dalam waktu lama dengan pembebanan yang meningkat secara

progresif dan individual. Dengan demikian pelatihan dapat memperbaiki sistem

serta fungsi fisiologis dan psikologis serta dapat mencapai penampilan dan

kebugaran fisik yang optimal.

Para peneliti membuktikan bahwa kebugaran fisik sangat perlu bagi setiap

kelompok orang untuk mendukung aktifitas kerja sehari-hari. Kebugaran fisik

sangat perlu dijaga dan diberikan pelatihan secara kontinyu agar tetap optimal.

Kebugaran fisik sangat perlu ditingkatkan karena dapat mencegah berbagai

masalah kesehatan seperti penyakit jantung, mudah lelah serta menurunkan

efisiensi dan produktivitas kerja (Irianto, 2004).

Olahraga yang efektif untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah olahraga

aerobik (Triangto, 2005). Pelatihan aerobik secara teratur akan mempengaruhi

fungsi jantung, dimana jantung akan mampu memompa lebih baik dengan

demikian dapat memompa lebih banyak darah dan lebih banyak oksigen sehingga

dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun

3

saat latihan (Perry, 2008). Pelatihan aerobik juga meningkatkan kekuatan otot

pernapasan, meningkatkan jumlah dan besar alveoli dan merangsang pertumbuhan

pembuluh darah disekitarnya yang akan mempercepat suplai oksigen ke sel

(Balley, 1994). Pelatihan yang sering dilakukan di masyarakat adalah pelatihan

aerobik yang merupakan bentuk pelatihan fisik yang paling sesuai untuk

meningkatkan kebugaran jantung dan paru (Tanasescue, 2002).

Pelatihan aerobik yang sesuai dengan takarannya akan mampu

meningkatkan kebugaran fisik atau kesegaran jasmani (Powers, 1996 dalam Nala,

2011) dan adapun yang dimaksud dengan takaran pelatihan adalah: intensitas

70-80% dari VO2 maksimumnya, volume durasi selama 15-60 menit, frekuensi 3-

5 kali perminggu. Senam merupakan salah satu bentuk pelatihan yang

memberikan manfaat bagi peningkatan kesehatan dan kebugaran (Wahyu, dkk,

2008).

Dalam penelitian ini ingin diketahui adanya perbedaan kebugaran fisik

dari Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (Wahyo, dkk, 2008).

Senam Ayo Bangkit (Wahyo, dkk, 2004) dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 tahun

2008 yang saat ini mulai populer di masyarakat merupakan senam aerobik yang

gerakannya melibatkan seluruh otot-otot besar, secara terus menerus, berirama

dan berkelanjutan serta dalam keadaan aerobik. Senam Ayo Bersatu Seri 2

merupakan senam aerobik yang digemari karena gerakan lebih dinamis,

intensitas lebih tinggi dari senam aerobik lainnya. Senam ini memakai ketukan

135 kali per menit, iringan musiknya lebih menimbulkan rasa gembira dan

bersemangat. Senam Ayo Bangkit hampir sama dengan senam aerobik Ayo

4

Bersatu seri 2 dengan ketukan 125 kali per menit. Pelatihan senam aerobik Ajeg

Bali dan senam aerobik Ayo Bersatu seri 2 dengan intensitas denyut nadi 120 kali

per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat meningkatkan

kebugaran fisik (Sukardiasih, 2005). Pelatihan senam aerobik Ayo Bangkit

dengan intensitas denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu

selama 8 minggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Dewantari, 2007).

Pelatihan senam aerobik dengan intensitas denyut nadi 140-164 kali per menit

durasi 3-10 menit dengan repetisi sesuai dengan kapasitas fisiologi setiap individu

frekuensi 3-5 seminggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Nala, 2011a).

Gambaran diatas betapa pentingnya pelatihan aerobik, dimana salah satu

diantaranya adalah senam aerobik. Senam aerobik ini lebih meningkatkan

efektifitas dan efisiensi fungsi fisiologi jantung pembuluh darah dan paru. Hal ini

akan lebih meningkatkan daya tahan umum yang nantinya akan tercapai

kebugaran fisik yang lebih prima.

Mahasiswi jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Denpasar dipilih sebagai sampel karena merupakan kelompok

masyarakat yang sebagian besar waktunya dibangku kuliah. Waktu untuk

belajar di kelas selama 8 jam dengan posisi duduk terutama bagi mahasiswa

semester II kareana struktur programnya masih lebih banyak teori. Hal ini

mengakibatkan mahasiswi kurang melakukan aktivitas fisik termasuk tidak

melakukan senam aerobik jenis apapun dengan alasan sudah lelah menghadapi

perkulahan. Disamping itu mahasiswi ini dipilih untuk diberikan pelatihan senam

oleh karena semua mahasiswi bertempat tinggal di asrama kampus jurusan

5

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar sehingga

memudahkan mengumpulkan untuk diberikan pelatihan. Sedangkan mahasiswi

semester III sampai VI aktivitas perkuliahannya lebih banyak melaksanakan

praktek di lapangn. Sampai saat ini belum pernah melakukan pelatihan senam

aerobik secara teratur pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apakah pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau

dari daya tahan umum?

2. Apakah pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik

ditinjau dari daya tahan umum?

3. Apakah pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik

ditinjau dari daya tahan umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

kebugaran fisik dari pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu

Seri 2.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

6

1. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari

daya tahan umum.

2. Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 meningkatkan kebugaran fisik ditinjau

dari daya tahan umum.

3. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik ditinjau

dari daya umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Menerapkan analisis psikologi pada penyusunan program olahraga kesehatan,

berdasarkan pada model ilmiah perubahan perilaku, dengan manfaat akhir

berupa peningkatan kebugaran aerobik untuk aktivitas sehari-hari.

2. Memperkaya keilmuan fisiologi olahraga terutama aspek bidang promosi

kesehatan melalui pengembangan program aktivitas fisik yang terintegrasi ke

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sebagai landasan penelitian selanjutnya tentang pengembangan program

latihan fisik pada populasi dan lingkungan yang berbeda dengan

mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan akhir yang ingin dicapai.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan

memilih jenis senam aerobik dalam memilih program pelatihan untuk

meningkatkan kebugaran fisik.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Faal Olahraga

Fisiologi olahraga sebagai salah satu disiplin ilmu kedokteran yang

berusaha untuk mempelajari efek latihan terhadap tubuh, mempelajari bagaimana

efisiensi tubuh manusia dapat diperbaiki dengan latihan, mempelajari metoda

yang paling sesuai untuk menilai 13 perbedaan parameter fisik dan fisiologis dan

mempelajari bermacam-macam tes yang cocok untuk mengukur keadaan

kesegaran jasmani (Giam, 1993 dalam Wiarto, 2013). Berdasarkan tipe dan

intensitas performance latihan, olahraga dapat dibagi menjadi 2 bagian besar,

adalah :

1. Olahraga dinamik, yaitu olahraga yang menyebabkan perubahan pada panjang

otot dan pergerakan sendi dengan kontraksi ritmis, tetapi hanya terjadi sedikit

perubahan pada kekuatan intramuskular.

2. Olahraga statik, yaitu olahraga yang menyebabkan perubahan kekuatan

intramuskular, tetap tidak terjadi atau hanya terjadi sedikit perubahan otot dan

pergerakan sendi. Olahraga dinamik dengan melibatkan banyak otot-otot

menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen. Sedangkan olahraga statik

hanya menyebabkan sedikit peningkatan dalam kebutuhan oksigen.

Senam termasuk olahraga dengan gerakan dinamik, oleh karena dalam pelatihan

melibatkan semua otot-otot rangka dan semua persendian tubuh (Wiarto, 2013).

8

2.2 Kebugaran Fisik

2.2.1 Pengertian kebugaran fisik

Kebugaran fisik disebut juga kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani

dapat diartikan kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam

jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan

masih memiliki cadangan untuk melakukan aktivitas yang bersifat mendadak

(Nala, 2011a). Kebugaran fisik adalah kecocokan keadaan fisik berupa kesesuaian

struktur dan komponen jasmani yang harus dilaksanankan dan kesesuaian

jasmani secara fungsional terhadap tugas fisik yang harus dilaksanakan

(Giriwijoyo, 2007). Kebugaran fisik ini melibatkan beberapa komponen

biomotorik termasuk komponen sistem peredaran berupa sistem jantung dan

pembuluh darah serta sistem pernapasan berupa paru paru. Kemampuan jantung

dan pembuluh darah serta paru dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan

kerja otot disebut daya tahan umum. Daya tahan umum inilah kerap kali

pengertiannya disamakan dengan daya tahan aerobik, kesegaran jasmani atau

kebugaran fisik (Nala, 2011a). Daya tahan dapat digolongkan dalam beberapa

cara. Misalnya, daya tahan aerobik, kadang-kadang disebut latihan daya tahan

intensitas rendah, memungkinkan seseorang untuk melakkukan aktivitas terus-

menerus untuk jangka waktu yang lama, sedangkan daya tahan anaerobik, atau

latihan daya tahan intensitas tinggi, menyediakan kemampuan untuk berulang-

ulang melakukan serarangan latihan intensitas tinggi (Bompa, 2009). Faktor-

faktor yang mempengaruhi daya tahan aerobik sangat penting dalam menentukan

kapasitas daya tahan atlet. Faktor-faktor ini termasuk power aerobik altet,

ambang batas laktat, eknomi gerakan dan jenis serat otot. Setiap faktor dapat

9

ditingkatkan secara signifikan dengan metode latihan yang sesuai. Kekuatan atau

aerobik power maksimal telah lama dianggap sebagai faktor utama dalam

menentukan keberhasilan dalam olahraga-olahraga adalah daya tahan. Kekuatan

atau power aerobik bukan satu-satunya penentu latihan olahraga, power aerobik

diukur sebagai tingkat teringgi di mana oksigen dapat diambil dan digunakan

oleh tubuh selama latihan maksimal dan juga dapat didefinisikan sebagai

penyerapan oksigen maksimal (VO2 max), nilai VO2 max antara 70-85 ml.kg.

Kapasitas penyerapan asam laktat bisa berpengaruh terhadap kemampuan daya

tahan untuk mengembangkan daya tahan intesitas tinggi, High Intensity Exercise

Endurance (HIEE), adalah kemampuan untuk menyerap asam laktat atau H ’ion

ke laktat. Kenaikan konsentrasi H + mengakibatkan efek penghambatan pada

fosfofruktokinase (FFK). H ’ion tidak diserap serta penurunan PFK akan

mengurangi hasil Adenosin Tri Pospat (ATP) dari glikolisis, sehingga mengurangi

output daya untuk mempertahankan selama aktivitas. Ekonomi gerakan atau

latihan, telah didefinisikan sebagai penyerapan oksigen yang diperlukan untuk

melakukan latihan pada intensitas tertentu atau rasio kerja mekanik dilakukan

untuk energi yang dikeluarkan. Latihan sangat dipengaruhi perbedaan individu

tampak akan dipengaruhi status latihan karena ekonomi gerakan secara signifikan

terkait dengan status latihan. Individu teralatih nampak menunjukan ekonomi

latihan yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terlatih. Tipe serabut

otot atau komposisi otot berperan dalam menentukan kemampuan kinerja daya

tahan atau kemampuan kinerja yang cepat. Latihan intensitas tinngi secara

signifikan meningkatkan ekonomi gerakan dan VO2 max. Komposisi serat otot,

diantara tipe serabut otot yang menentukan untuk meningkatkan daya tahan

adalah prosentase yang paling tinggi serabut otot tipe IIb atau rantai berat myosin

10

IIx isoform adalah menguntungkan untuk kegiatan yang memerlukan output daya

kekuatan atau ekspresi tinggi. Melakukan aktivitas akan ada keterkaitan antara

daya, kekuatan dan tipe serabut otot untuk meningkatkan jenis latihan. Kebugaran

fisik atau aerobik altet juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti

keturunan, jenis latihan, jenis kelamin, usia, lemak tubuh dan aktivitas.

2.2.2 Komponen kebugaran fisik

Kebugaran fisik terdiri dari 10 komponen. Komponen tersebut sebagian

besar merupakan komponen biomotorik ditambah dengan komponen komposisi

tubuh terkait dengan kesehatan yang merupakan unsur amat dibutuhkan oleh

setiap manusia agar mampu melakukan aktivitas secara efisien dan produktif baik

sewaktu bekerja maupun berolahraga. Menurut (Depkes, 1994 dalam Nala,

2011a) kebugaran fisik terdiri dari 10 komponen adalah 1). Daya tahan

kardiovaskuler; 2). Daya tahan otot; 3). Kekuatan otot; 4). Kelentukan;

5). Komposisi tubuh; 6). Kecepatan gerak; 7). Kelincahan; 8). Keseimbangan;

9). Kecepatan reaksi; 10). Koordinasi. Sedangkan menurut Sumosardjuno

(1986), kesegaran jasmani mempunyai empat komponen antara lain : ketahanan

jantung dan peredaran, kekuatan, ketahanan otot, kelentukan. Menurut Cooper,

(1982) ada 5 komponen kebugaran fisik yang erat hubungannya dengan kesehatan

dan diperlukan dalam menunjang kehidupan sehari-hari antara lain :

1. Daya tahan cardiorespiratory muscle endurance : merupakan kemampuan

paru, jantung dan pembuluh darah dalam menyediakan oksigen bagi

kelangsungan kerja otot.

11

2. Daya tahan otot : kemampuan otot skeletal untuk melakukan kontraksi atau

gerakan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dan beban tertentu.

3. Kekuatan otot : kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi

atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas.

4. Komposisi tubuh : digambarkan dengan lean body mass dan berat lemak.

Lean body mass terdiri dari massa otot, tulang dan organ- organ tubuh. Berat

lemak dinyatakan dalam persentase lemak terhadap berat badan total.

5. Kelentukan tubuh : kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk

melakukan gerakan pada sebuah atau beberapa sendi.

2.2.3 Cara mengukur tingkat kebugaran fisik

Cara mengukur tingkat kebugaran fisik adalah dengan cara International

atau Asian Committee for The Standardization of The Physical Fitness Test

(ICSPFT atau ACSPFT). Tes ini di Indonesia telah dimodifikasi menjadi Tes

Kesegaran Jasmani Indonesia (Nala, 2011a).

Dalam beberapa test pada umumnya yang dinilai adalah kemampuan lari

(daya tahan aerobik), kelentukan, daya tahan otot, kekuatan otot dan kelincahan

(Depdiknas, 1999 dalam Nala, 2011), dengan kata lain indikator yang dinilai

adalah daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan dan

komposisi tubuh. Berbagai bentuk pengukuran pada tiap tiap komponen dipilih

salah satu cara yang dapat dilaksanakan sesuai kondisi yang dimiliki. Dari lima

komponen kebugaran fisik tersebut dipilih minimal empat komponen. Hasil akhir

dari pengukuran kebugaran fisik adalah indeks kesegaran, yang merupakan

penjumlahan skoring dibagi dengan jumlah yang diukur (Wiadnyana, 1994).

12

Sedangkan daya tahan umum yang diukur hanyalah kemampuan respirasi-

kardiovaskulernya atau kemampuan konsumsi oksigennya (VO2 max) saja,

dengan mempergunakan tes lari aerobik 2,4 km, lari 12 menit, naik turun bangku

Harvard, jantera berjalan (treadmill), sepeda ergometer, dan sebagainya. Daya

tahan umum hanyalah merupakan salah satu komponen biomotorik saja. Di

lapangan sering digunakan test ketahanan untuk mengetahui kebugaran fisik

seseorang, agar mudah dan murah pelaksanaannya. Dari segi hasil pengukuran

tidak menyimpang dari keadaan sebenarnya. Teknik pengukuran yang dilakukan

dengan cara tes lari aerobik 2,4 km atau tes naik turun bangku Harvard. Tes ini

dianggap sudah mewakili unsur lainnya (Nala, 2002).

Mengetahui kebugaran fisik dan pada penelitian ini untuk mengetahui

daya tahan umum mahasiswi jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar,

dipilih tes lari 2,4 km karena mudah dan murah dalam pelaksanaannya untuk

kegiatan praktis di lapangan, dimana hasilnya tidak jauh menyimpang dari

keadaan sebenarnya (Nala, 2011a).

Berdasarkan penggunaan oksigen, pelatihan dapat dikelompokkan

menjadi pelatihan aerobik dan nonaerobik. Pelatihan aerobik adalah palatihan

yang mempergunakan jenis olahraga dan gerakan-gerakan yang memerlukan

oksigen. Pelatihan aerobik berkaitan erat dengan kemampuan sistem

kardiorespirasi dalam memasok dan mengedarkan oksigen. Sedangkan pelatihan

anaerobik mempergunakan gerakan yang sifatnya anaerob, tidak memerlukan

oksigen. Umumnya berkaitan dengan kekuatan otot, daya ledak, dan latihan

13

kecepatan. Kedua jenis latihan ini mempergunakan sumber energi yang berbeda

untuk kontraksi otot. Secara umum olahraga dan pelatihannya dilakukan dengan

tujuan mencapai kebugaran fisik dengan seluruh komponen-komponennya

(Astrand & Rodahl, 1986, dalam Nala, 2011b).

Salah satu prinsip pelatihan fisik adalah pembebanan. Pembebanan ini

dapat dicapai dengan mengatur intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Intensitas

adalah hal yang paling penting walaupun tidak bisa mengabaikan durasi dan

frekuensi. Intensitas adalah faktor terpenting dalam meningkatkan intake oksigen,

mencerminkan energi yang diperlukan untuk berolahraga, kecepatan konsumsi

oksigen dan kalori permenitnya (Sukardiasih, 2005).

Tabel 2.1 Intesitas latihan

Item Intensitas Latihan Ringan Sedang Berat

Contoh Latihan Berjalan Lari lambat Lari Metabolisme Aerobik Aerobik Aerobik dan

Anaerobik Sumber Energi Lemak >KH KH >Lemak >> KH Denyut Jantung < 120 120-150 > 150 Pernafasan Ringan Mudah bercakap Sulit berbicara Tipe Otot SO FOG FG

Sumber : Sharkey, 2003

Tabel 2.1 menunjukkan hubungan anatara intensitas latihan dengan

berbagai komponen.

14

2.3 Pelatihan Kebugaran Fisik

Pelatihan adalah merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental

yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangku

waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan

indivudual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan

psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai

penampilan yang optimal (Bompa, 2009).

Pelatihan kebugaran fisik mempunyai beberapa ciri atau kreteria antara

lain: jenis atau tipe pelatihan, takaran pelatihan dan frekuensi pelatihan. Hal ini

mempengaruhi hasil atau keberhasilan dari pelatihan yang dilakukan.

2.3.1 Jenis atau tipe pelatihan

Sebelum melaksanakan pelatihan yang akan dipilih serta ditetapkan, maka

tindakan selanjutnya menentukan takaran pelatihan dan sebelum takaran

ditentukan harus dilakukan tes awal sebelum dilaksanakn perlakuan untuk

mengetahui secara tepat kemampuan awal dari atlet (Nala, 2011b).

Jenis pelatihan adalah jenis olahraga yang akan dilatih dan selanjutnya tipe

pelatihan. Adapun jenis-jenis pelatihan adalah lari, renamg, senam, sepak bola,

bola basket dan lain sebainya. Pada usulan penelitian ini dipilih jenis pelatihan

senam yaitu Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Kedua jenis

senam ini dipilih karena gerakannya mudah diikuti seluruh peserta, murah karena

peralatannya sangat sedikit, meriah karena membangkitkan kegembiraan serta

aman untuk dilaksanakan oleh setiap peserta dengan tingkat umur yang berbeda-

beda, termasuk olahraga bersifat dinamis (Wahyo, dkk, 2008).

15

2.3.2 Takaran pelatihan

Dalam takaran pelatihan menyangkut tentang intensitas, volume dan

frekuensi pelatihan.

1. Intensitas pelatihan : adalah menunjukan komponen kualitatif bukan

kuantitatif seperti volume dan kualitas suatu intensitas yang menyangkut

kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya

persentase (%) dari kemampuan maksimalnya. Tingkat intensitas ini mulai

terendah sampai tertinggi Nala 2011b, (rendah : 30-50%, intermedium : 50-

70%, medium : 70-80%, submaksimal : 80-90%, maksimal : 80-100%,

supermaksimal : 100-105% dari kemampuan maksimal). Sedangkan (Bompa,

1983 dalam Nala, 2011b) membagi intensitas ringan 120-150 denyut per-

menit, sedang 150-170 denyut per-menit, tinggi 170-185 denyut per-menit

dan maksimal lebih dari 185 denuyut per-menit yang dipergunakan sebagai

patokan ukuran adalah frekuensi denyut jantung atau denyut nadi. Pada

pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 akan

dipergunakan intesitas sedang (medium) 70-80% dengan denyut nadi

intensitas rendah 120-150 denyut per-menit. Volume pelatihan senam adalah

intensitas sedang, karena senam termasuk pelatihan low impact (Sukardiasih

2005).

2. Durasi : adalah bagian dari volume (durasi : lama waktu, jarak tempuh dan

repetisi atau set. Pelatihan selama 10 menit lebih secara teratur akan

meningkatkan kebugaran fisik. Pada pelatihan Senam Ayo Bangkit dan

Senam Ayo Bersatu Seri 2 durasinya masing-masing 2 set dengan istirahat 2

16

menit dengan berbagai gerakan leher, bahu dan lengan terdiri dari 4 set 8

repetisi, gerakan otot pinggang dan perut terdiri dari 4 set 8 repetisi, gerakan

otot tungkai terdiri dari 4 set 12 repetisi, dan tidak ada istirahat antar setnya.

3. Frekuensi : adalah kekerapan atau kerapnya pelatihan per-minggu.

Menetapkan frekuensi pelatihan tergantung pada tipe olahraganya dan .jenis

komponen biomotorik yang akan dikembangkan rata-rata 3-5 kali seminggu,

Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dilakukan 3 kali

seminggu bisa meningkatkan kebugaran fisik dan untuk penelitian

sebelumnya berupa pelatihan Senam Ayo Bersatu salah satu senam aerobik

untuk meningkatkan kebugaran fisik, (Sukardiasih, 2005).

2.4 Prinsip Pelatihan

Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis

dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati

dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. Dasar pelatihan mengandung 7

buah prinsip yaitu : prinsip aktif dan bersungguh sungguh, prinsip pengembangan

multilateral, prinsip spesialisasi, prinsip individualisasi, prinsip keseragaman,

prinsip model proses pelatihan, prinsip peningkatan beban progresif (Bompa,

2009).

Umumnya prinsip-prinsip pelatihan yang harus diperhatikan adalah

sebagai berikut:

2.4.1 Prinsip kekhususan

Kekhususan pelatihan adalah kekhususan terhadap sistem energi utama,

kelompok otot yang dilatih, sudut sendi dan jenis kontraksi (Fox, 1988). Dalam

17

ini kekhususan olahraga adalah olahraga aerobik yang menggunakan sistem energi

aerobik karena intensitasnya sedang dan memerlukan waktu yang cukup lama dan

sumber energi utama adalah lemak walaupun karbohidrat tetap dipakai saat

permulaan (Soekarman, 1999).

2.4.2 Prinsip beban berlebihan

Upaya untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, organ tubuh harus

diberi beban yang lebih. Beban diberikan mendekati sub maksimal sampai pada

beban yang maksimal (Fox, 1988). Untuk meningkatkan kebugaran fisik

dilakukan pelatihan teratur 20 sampai 30 menit, dengan intensitas denyut jantung

70% dari denyut nadai maksimal dengan frekuensi 4 sampai 6 hari seminggu

(Sumosardjuno, 1986). Intensitas 50% sampai 70% dari denyut nadi maksimal

bagi yang tidak terlatih atau pemula dan intensitas 70% sampai 85% dari denyut

nadi maksimal bagi orang yang terlatih (Dinata, 2004). Menurut Jensen dan Fiser

dalam Nala (1986), intensitas pelatihan yang memberikan efek yang paling efektif

adalah 60-80% dari kapasitas maksimal aerobik, atau 72-87% dari denyut nadi

maksimal.

2.4.3 Prinsip individual

Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan

spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda satu sama lainnya. Tidak semua jenis

pelatihan dapat disamaratakan atau diseragamkan. Prinsip individual ini

merupakan salah satu persyaratan untuk menerapkan suatu pelatihan, karena yang

dihadapi adalah orang coba bukan atlet atau mahasiswa dimana memiliki

18

kemampuan individu berbeda-beda baik secara fisik maupun psikologis. Untuk itu

sasaran pelatihan disesuaikan dengan tingkat kebugaran fisik seseorang dan tujuan

yang ingin dicapai serta lamanya pelatihan (Fox, 1988). Volume pelatihan senam

adalah intensitas sedang, karena senam termasuk jenis pelatihan low impact.

2.5 Pelatihan Meningkatkan Komponen Biomotorik

Komponen biomotorik atau unsur biomorik merupakan kemampuan dasar

gerak fisik atau aktivitas fisik dari tubuh manusia, Nala (2011b). Sebelum

dilakukan pelatihan, perlu diketahui jenis-jenis komponen biomotorik untuk

menentukan tipe pelatihan yang akan diberikan. Komponen biomotorik yang

dikenal dalam olahrga ada 10 jenis adalah : 1). Kekuatan (strength) otot; 2). Daya

tahan; 3); Kecepatan ( speed); 4). Kelincahan (agility); 5).Daya ledak (explosive

power); 6). Kelentukan (flexibility); 7). Kecepatan/waktu reaksi (reation time);

8). Ketepatan (accuracy); 9). Keseimbangan (balance); 10).Koordinasi

(cordinatioan). Komponen biomotorik yang akan diukur sebagai komponen

kebugaran fisik pada pelatihan senam yang akan diberikan kepada mahasiswi

semester II Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar hanya daya

tahan umum (daya tahan respiratio-kardiovaskuler) : adalah kemampuan tubuh

untuk melakukan akitvitas terus-menerus dalam jangka waktu yang lama (lebih

dari 10 menit) dan dalam keadaan aerobik (metabolisme sel ototnya memerlukan

pasokan oksigen dari udara luar untuk mendapatkan tenaga bergerak atau

berkontraksi). Daya tahan umum, dipengaruhi oleh kemampuan jantung, paru dan

pembuluh darah dalam penyedian oksigen bagi kelangsungan kerja otot. Daya

tahan umum diukur dari kemampuan respirasio-kardiovaskularnya atau

19

kemampuan konsumsi oksigenya (VO2 max) saja, dengan mempergunakan tes lari

2,4 km, lari 12 menit, naik turun bangku Harvard, jantera berjalan (treadmill),

norma penilaian berdasarkan petunjuk teknis pengukuran kebugaran jasmani

(Suharto, 2005).

2.6 Pengaruh Pelatihan Aerobik Terhadap Fungsi Organ Tubuh

Kebugaran fisik yang baik dengan sendirinya akan diikuti oleh organ-organ

tubuh dengan kebugaran fisik yang baik juga. Organ tubuh yang ada kaitanya

langsung dengan aktivitas fisik adalah seperti system peredaran berupa jantung,

pembuluh darah, system pernapasan berupa paru-paru dan sistem otot

(Hairy,1989).

2.6.1 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap jantung dan pembuluh darah

Kemampuan jantung secara fisiologi akan memompakan darah dari ke dua

bilik ke seluruh tubuh dan paru-paru. Selanjutnya jantung akan menerima darah

balik dari seluruh tubuh maupun dari paru-paru ke sarambi kanan dan kiri. Jumlah

darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan paru-paru tergantung pada jumlah isi

sekuncup dan juga jantung dalam satu menit. Sekali denyut jantung akan

memompa darah sekitar 70-80 meliliter dari ke dua bilik jantung (Ganong, 2003)

dan ferkuensi denyut jantung rata-rata 70 kali permenit. Dengan demikian darah

yang dipompakan oleh jantung baik dari bilik kanan dan kiri sebesar lebih kurang

5 liter (Pearce, 1993). Penyebaran curah jantung saat istirahat, dimana paru-paru

menerima semua darah yang dipompa keluar dari sisi kanan jantung, organ-organ

sistemik masing-masing menerima sebagian darah yang dipompa oleh sisi kiri

20

jantung dengan perbandingan saluran pencernaan 21%, hati 6%, ginjal 20%, ginjal

20%, kulit 9%, Otak 13%, otot jantung 13%, otot rangka 15% dan organ-organ

lainya 5% (Sherwood, 2001).

Aktivitas kerja termasuk pelatihan aerobik dapat menyebabkan penyebaran

curah jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah ke jantung 4 kali

lebih besar dan penambahan aliran darah ke otot-otot yang sedang aktif mencapai

32 kali lebih besar, sebaliknya aliran darah ke organ-organ sepert ginjal, hati,

sistem pencernaan turun sebesar 5 kali (Effendi, 1983).

2.6.2 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap paru-paru

Paru-paru merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai sistem

pernapasan baik pernapasan luar yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran

karbondioksida dari tubuh secara keseluruhan maupun pernapasan dalam adalah

penggunaan oksigen dan pembentukan karbodioksida oleh sel-sel serta pertukaran

gas antara sel-sel serta penukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair

sekitar (Ganong, 2003).

2.6.3 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap sistem otot

Otot memiliki mekanisme kontraksi yang digerakan oleh potensial Protein

kontraksi berupa aktin dan miosin selanjutnya menghasilkan kontraksi dengan

jumlah yang yang sangat banyak di otot. Protein aktin dan protein miosin

ditemukan diberbagai jenis sel dan protein myosin pengikat protein aktin adalah

salah satu penggerak molekuler yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP

menjadi gerakan suatu komponen seluler. Tersedianya ATP sangat tergantung

21

pada pemecahan sumber-sumber energi seperti glikogen, lemak baik secara an

aerob maupun aerob dimana tersedia cukup oksigen untuk melakukan oksidasi.

Pengaruh pelatihan aerobik terhadap otot berkaitan dengan kemampuan otot

berkontraksi dengan pemanfaatan oksigen. Metabolisme dengan pemanfaatan

oksigen untuk penguraian karbohidrat dan lemak oleh enzim dan enzim ini

merupakan enzim rantai pernanapasan yang ada di mitokondria (Sharkey, 2003).

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik

Fator-faktor yang berpengaruh terhadap atlet untuk meningkatkan

kebugaran fisik pada pelatihan sebagai berikut:

2.7.1 Umur

Kebugaran fisik anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada

usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari

seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi bila rajin berolahraga

penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

2.7.2 Jenis kelamin

Sampai pubertas biasanya kebugaran fisik anak laki-laki hampir sama

dengan anak perempuan, tetapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya

mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

2.7.3 Genetik

Genetik berpengaruh terhadap kapasitas jantung dan paru-paru, postur

tubuh, kegemukan, haemoglobin dan serat otot.

22

2.7.4 Makanan

Daya tahan yang tinggi, bila mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat

(60-70%), diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk

olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.

2.7.5 Rokok

Kadar karbondioksida yang dihisap akan mengurangi nilai VO2 max, yang

berpengaruh terhadap daya tahan.

2.8 Senam

Senam adalah sebagai bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis

dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai

tujuan tertentu. Olahraga senam mempunayai sistematika tersendiri, serta

mempunyai tujuan yang hendak dicapai seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan

dan koordinasi, atau bisa juga diperluas untuk membentuk prestasi tubuh yang

ideal (Iskandar Z. Adisapoetra, 1999).

2.8.1 Senam aerobik

Senam aerobik merupakan salah satu bentuk olahraga aerobik. Senam

aerobik adalah gerakan yang menggunakan seluruh otot terutama otot otot besar,

secara terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Berdasarkan benturannya

pada lantai dikenal senam aerobik non impact dimana kedua kaki selalu bertumpu

pada lantai dan senam aerobik low impact dimana salah satu kaki selalu bertumpu

pada lantai serta senam aerobik high impact dimana kedua kaki ada kalanya tidak

bertumpu pada lantai (Soekarno dkk, 1996).

23

Senam aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam

hal berat badan yang menjadi beban dan intensitas. Berat badan yang ditanggung

oleh otot pada senam aerobik low impact hanya berat badannya saja dengan

intensitas sedang, sedangkan pada senam aerobik high impact, otot tidak saja

menahan berat badan tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan

dengan intensitas tinggi. Pembebanan pada senam aerobik high impact yang terus

menerus bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada

orang tua yang berumur diatas 40 tahun atau bagi mereka yang kelebihan berat

badan (Dinata, 2004). Senam aerobik low impact sangat efektif untuk

meningkatkan kebugaran fisik.

Sumosardjuno (1996) mengatakan bila melakukan senam aerobik benturan

rendah akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot

jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih banyak.

Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Disamping itu

peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya

pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat

makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah (Balley, 1994). Dengan demikian

dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun

latihan (Perry, 2008). Pelatihan ini juga menyebabkan pemulihan kondisi jantung

ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat (Guyton, 1997). Dengan pelatihan ini

mengakibatkan peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi pemulihan

lebih cepat (Fox 1984). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan

otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Berkenaan dengan

24

hal tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih senam aerobik low impact

(benturan rendah) yaitu Senam Ayo bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2.

Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan

dengan takaran yang cukup. Pelatihan yang dilakukan dengan tekun akan tampak

hasilnya setelah 6 sampai 8 minggu pelatihan. Hasil penelitian Sukardiasih

(2005) pada pegawai Puskesmas Kecamatan Kediri Tabanan yang diberikan

pelatihan senam aerobik Ajeg Bali dan Ayo Bersatu intensitas sedang selama

delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu sudah dapat

meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna. Senam aerobik dapat

memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan degan takaran yang cukup.

Intesitas pelatihan adalah 60-80% dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan

15-25 menit dan frekuensi 3-4 kali perminggu (Dinata, 2004). Menurut Wilmore

& Costill, 1994. Pelatihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali

perminggu, dengan lama pelatihan 20-30 menit setiap kali pelatihan.

Melakukan pelatihan senam aerobik adalah cara yang klasik untuk

membakar lemak sambil memperbaiki kekencangan otot dan dengan pelatihan

intensitas sedang, tetapi pelatihan berlangsung lama selama 30 menit

(Sumasardjuno, 1996), mengikuti pelatihan senam aerobik akan membantu

menghindari tubuh menjadi gemuk. Bila senam aerobik dilakukan selama 30-50

menit akan membakar energi sebesar 100-130 Kkal. Hasil penelitian Sudibjo

(2001) pada mahasiswi yang diberikan pelatihan senam aerobik intensitas sedang

selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama

30 menit sudah dapat menurunkan persentase lemak tubuh secara bermakna.

25

2.8.2 Senam ayo bangkit

Senam Ayo Bangkit merupakan senam kebugaran fisik yang dirumuskan

oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI). Dinamika gerak dan musik

yang dikemas dalam senam ini, merupakan bentuk nyata dari upaya mengangkat

kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah tanah air, yang mencerminkan

indahnya budaya daerah dalam kesatuan gerak olahraga kebugaran fisik yang

unik, menyenangkan dan menyehatkan.

Senam Ayo Bangkit termasuk senam aerobik benturan rendah, dimana

setiap gerakan salah satu kaki selalu bertumpu pada lantai. Struktur senam ini

terdiri dari pemanasan, gerakan inti pendinginan. Jenis dan tujuan gerakan dapat

diuraikan sebagai berikut.

1. Pemanasan

Pemanasan menggunakan ketukan musik 125 ketukan per-menit dengan durasi

5 menit 21 detik, yang terdiri dari 11 pelatihan,yaitu:

a. Pelatihan I: jalan di tempat 2 x 8 hitungan. Gerakan ini bertujuan :

1) Meningkatkan denyut jantung agar meningkatkan secara perlahan

untuk persiapan olahraga senam.

2) Menghilangkan kekakuan pada otot dan persendian.

b. Pelatihan II: gerakan kepala dan leher, 4 x 8 hitungan. Tujuanya untuk

melatih menguatkan dan merilekskan otot sendi leher.

c. Pelatihan III: gerakan bahu 4 x 8 hitungan. Tujuannya untuk melatih dan

merilekskan otot persendian bahu.

d. Pelatihan IV: gerakan bahu dan dada 4 x 8 hitungan. Tujuannya:

26

1) Melatih dan merilekskan otot-otot bahu, dada, lengan atas dan bawah

serta persendian kaki.

2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.

3) Melatih korrdinasi gerakan tangan dan kaki.

e. Pelatihan V: gerakan bahu dan dada IL, 4 x 8 hitungan. Tujuannya:

1) Melatih dan merilekskan otot-otot bahu, dada, lengan atas dan bawah

serta persendian kaki.

2) Melatih dan merilekskan persendian dan otot punggung.

3) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.

4) Melatih koordiansi gerakan tangan dan kaki

f. Pelatihan VI: gerakan dada dan pinggang 4 x 8 hitungan. Tujuannya:

1) Melatih dan merilkeskan otot-otot dada, lengan atas dan bawah serta

persendian.

2) Melatih dan merilekskan otot pinggang dan punggung.

3) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.

4) Melatih koordinasi gerakan tangan dan kaki.

g. Pelatihan VII: gerakan pinggang dan punggung, 4 x 8 hitungan.

Tujuannya

1) Melatih dan merilekskan otot-otot dada, pinggang, punggung, lengan

atas dan bawah serta persendian jari-jari tangan.

2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.

3) Melatih koordinasi gerakan tangan atas dan kaki.

27

h. Pelatihan VIII: gerakan kombinasi. 4 x 8 hitungan Tujuannya :

1) Melatih dan merilekskan otot-otot dada, pinggang, punggung, lengan

atas dan bawah serta persendian jari-jari tangan.

2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah.

3) Melatih koordinasi gerakan tangan dan kaki

i. Pelatihan IX: perenggangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan. Tujuannya

adalah untuk mencapai otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi badan,

tungkai atas dan bawah.

j. Pelatihan X: peregangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan.

Tujuannya adalah untuk meregangkan otot-otot leher, lengan, pinggang,

sisi badan, tungkai atas dan bawah.

k. Pelatihan XI: peregangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan.

Tujuannya adalah untuk meregangkan otot-otot tangan dan kaki.

2. Pelatihan inti.

Latihan II B: ayun jari-jari tangan keatas dan dorong kedua telapak tangan

ke depan dan ke atas dengan durasi gerakan 6 x 8 hitungan. Tujuan dari

gerakan ini adalah: menguatkan otot bahu, dada, lengan dan kaki serta

koordinasi gerakan tangan dan kaki.

a. Pelatihan I-A: ayun kepalan tangan bergantian ke bahu, 6 x 8 hitung.

Tujuannya:

1. Menguatkan otot-otot lengan dan kak

2. Koordinasi gerak tangan dan kaki

28

b. Pelatihan I-B: ayun kepalan tangan bergantian ke bahu, 6 x 8 hitungan

Tujuannya:

1. Menguatkan otot-otot lengan, dada dan kaki.

2. Koordinitas gerakan tangan dan kaki.

c. Pelatihan II- A: ayun lengan ke samping bersamaan dan bergantian serta

keatas bergantian, 6x 8 hitungan. Tujuannya:

1. Menguatkan otot-otot lengan dan kaki

2. Koordinasi gerakan tangan dan kiki.

d. Pelatihan II-B: ayun jari-jari tangan ke atas dan dorong kedua telapak

tangan ke dapan dan ke atas , 6 x 8 hitungan. Tujuannya:

1. Menguatkan otot-otot bahu, dada, lengan dan kaki.

2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.

e. Pelatihan III-A: ayun kepalan tangan ke bawah–atas dan ayun lurus

lengan atas-bawah, 6 x 8 hitungan. Tujuannya:

1. Menguatkan otot-otot lengan atas dan bawah, perut dan kaki.

2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.

f. Pelatihan III-B: ayun kedua lengan ditekuk dengan kepalan ke arah dagu

bergantian, tepuk dan bersamaan kesamping badan serta ayunan lengan

bergantian didepan dada-samping tepuk tangan. Dilakukan 6 x 8

hitungan. Tujuannya.

1. Menggunakan otot-otot dada, lengan dan kaki.

2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.

3. Meningkatkan stamina atau daya tahan.

29

g. Pelatihan IV-A: ayun kedua lengan ditekuk di depan badan setinggi

bahu sambil jentik jari tangan dan di depan-belakang badan rentangkan-

tepuk paha dilakukan 6 x 8 hitungan.Tujuannya:

1. Menguatkan otot-otot lengan atas-bawah, punggung, dada, bahu, kaki.

2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.

h. Pelatihan IV-B: silang kedua lengan ke bahu dorong ke atas- tepuk paha

dan tepuk double bahu, pinggang-paha. Dilakukan 6 x 8 hitungan.

Tujuannya adalah menguatkan otot-otot lengan dan kaki. Diantara setiap

pelatihan tersebut di atas, terdapat gerakan peralihan berupa jalan di

tempat dan single step zig-zag, yang dilakukan 2 x 8 hitungan. Tujuannya

adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih

cepat, persiapan melakukan pengaturan napas.

3. Pendinginan

Pendinginan menggunakan ketukan gerakan inti dan musik 120 per menit

dengan durasi 3 menit 5 detik, yang terdiri dari empat pelatihan, yaitu:

a. Pelatihan I: peregangan dinamis dan stasis, 6 x 8 hitungan ke arah kanan.

Tujuannya: adalah melenturkan otot-otot lengan, pergelangan tangan,

sisi badan dan kaki.

b. Pelatihan II: peregangan dinamis dan stasis, 6 x 8 hitungan ke arah kiri

Tujuannya: adalah melenturkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi

badan dan kaki.

c. Pelatihan III : peregangan dinamis dan statis 6 x 8 hitungan ke arah

kanan.

30

Tujuannya adalah meregangkan otot-otot lengan, kaki dan kepala.

d. Pelatihan IV: gerakan napas, 6 x 8 hitungan.

Tujuannya adalah untuk mengembalikan kondisi fisik kepada keadaan

semula dengan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya (Wahyo, dkk,

2004). Pelatihan Senam Ayo Bangkit ini akan dilakukan dengan takaran

pelatihan sebagai berikut:

1. Frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama delapan minggu

2. Intensitas pelatihan 72-82% denyut nadi maksimal, rata-rata 76% dari

denyut nadi.

3. Durasi pelatihan selama 33 menit, dibagi 2 set dianatara diselingi

istirahat 2 menit.

2.8.3 Senam ayo bersatu seri 2

Senam Ayo Bersatu Seri 2 merupakan senam kebugaran fisik yang

dirumuskan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI, 2003).

Dinamika gerak dan musik yang dikemas dalam senam ini, merupakan bentuk

nyata dari upaya mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah

tanah air, yang mencerminkan indahnya budaya daerah dalam kesatuan gerak

olahraga kebugaran fisk yang unik, menyenangkan dan menyehatkan.

Senam Ayo Bersatu Seri 2 termasuk senam aerobik benturan rendah,

dimana pada setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk

menghindari hentakan yang terlalu keras pada kaki. Struktur senam ini terdiri dari

pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan. Jenis gerakan dapat diuraikan sebagai

berikut.

31

1. Pemanasan

Ketukan musik yang digunakan adalah 125-128 kali per menit dengan durasi

5 menit 31 detik. Dalam tahap pemanasan ini terdiri dari 10 jenis pelatihan

seperti diuraikan di bawah ini. Pelatihan I: nafas, kepala dan salam 4 x 8

hitungan. Pelatihan II : gerakan kepala, 2 x 8 hitungan. Pelatihan III:

pinggang, 2 x 8 hitungan. Pelatihan IV jalan di tempat dan bahu 4 x 8

hitungan. Pelatihan V: gerakan dada I, 4 x 8. Pelatihan VI: gerakan dada II,

4x8 hitungan. Pelatihan VII: gerakan kombinasi I, 4x8 hitungan. Pelatihan

VIII: gerakan kombinasi II, 4x8 hitungan. Pelatihan IX: gerakan peregangan

dinamis dan statis (kanan), 6 x 8 hitungan. Pelatiah X: gerakan peregangan

dinamis dan statis (kiri), 6 x 8 hitungan.

2. Pelatihan inti

Ketukan musik, 130- 137 ketukan per menit dengan durasi 6 menit 57 detik,

yang terdiri dari lima gerakan peralihan. Jenis gerakannya seperti berikut

ini :

a. Gerakan Peralihan I: jalan ditempat dan melangkah maju dan mundur

serong, 2 x 8 hitungan.

Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian

keirama yang lebih cepat, serta persiapan melakukan gerakan inti dan

pengaturan nafas. Latihan I: jalan maju mundur dan melangkah ke

samping durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah

menguatkan otot dada, lengan dan kaki.

32

b. Gerakan Peralihan II: jalan di tempat dan melangkah maju mundur

serong 2 x 8 hitungan. Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut

nadi dan penyesuaian keirama yang lebih cepat, persiapan melakukan

gerakan inti dan pengaturan nafas. Latihan II: jalan maju mundur,

melangkah ke samping, angkat tekuk lutut dan mendorong kaki ke

belakang, durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari pelatihan gerakan ini adalah

menguatkan otot dada, bahu, lengan dan kaki.

c. Gerakan peralihan III : jalan ditempat dengan melangkah maju mundur,

serong, 2 x 8 hitungan. Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut

nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan

gerakan inti dan pengaturan nafas.

d. Latihan III: jalan melangkah maju mundur kanan kiri, melangkah silang

dan angkat lutut, durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah

menguatkan otot dada, bahu, lengan, punggung dan kaki serta koordinasi

gerakan tangan dan kaki.

Latihan II B: ayun jari-jari tangan keatas dan dorong kedua telapak

tangan ke depan dan ke atas dengan durasi gerakan 6 x 8 hitungan.

Tujuan dari gerakan ini adalah: menguatkan otot bahu, dada, lengan dan

kaki serta koordinasi gerakan tangan dan kaki.

3. Pendinginan

Ketukan musik, 118 ketukan per menit dengan durasi 5 menit 40 detik, yaitu:

Pelatihan I: Gerakan peregangan dinamis dan statis I, dengan 4 x 8 hitungan.

33

Pelatihan II: Gerakan peregangan dinamis dan statis II, dengan 4 x 8

hitungan.

Pelatiahn III-VI: Gerakan peregangan statis, masing-masing dengan 4 x 8

hitungan.

Pelatihan VII: Gerakan nafas, dengan 4 x 8 hitungan.

Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 ini akan dilakukan dengan takaran,

pelatihan sebagai berikut:

1. Frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama delapan minggu.

2. Intensias pelatihan 72-82 % dari denyut nadi maksimal, rata-rata 76 %

denyut nadi.

Berdasarkan gerakan-gerakan yang dilakukan pada pelatihan Senam Ayo

Bersatu Seri 2, dapat dianalisis gerakan-gerakan yang menyebabkan

terjadinya pembakaran lemak adalah :

1. Gerakan bahu dan lengan, terdiri dari 6 set 6 repetisi

2. Gerakan otot pinggang dan perut, terdiri dari 6 set 6 repetisi

3. Gerakan otot tungkai terdiri dari 9 set 9 repetisi

Gerakan tersebut dilakukan secara teratur dan berkelanjutan tanpa

istirahat antar setnya.

4. Durasi : 30 menit 46 detik, dibagi 2 set diantara set diselingi istirahat

2 menit.

34

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Kebugaran fisik sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan dan

kesehatan sehari-hari. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kebugaran fisik,

antara lain dengan melakukan diet, aktivitas olahraga, obat-obatan, pembedahan

atau operasi, akupuntur dan sebagainya.

Kebugaran fisik yang kurang akan berakibat menurunnya konsentrasi

belajar atau produktivitas keja sehingga hasil yang diharapkan menjadi tidak

maksimal. Salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah

dengan berolahraga antara lain pelatihan senam.

Senam adalah merupakan latihan dalam bentuk aerobik yang berarti

“adanya oksigen” dan energi yang timbul dari pembakaran lemak dan karbohidrat.

Latihan aerobik dapat didefinisikan sebagai latihan dibawah titik di mana kadar

asam laktat darah naik dengan cepat, dibawah ambang laktat. Pada penelitian ini

akan dilakukan aktivitas olahraga aerobik yaitu senam aerobik berupa Senam Ayo

Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Pelatihan Senam Ayo Bangkit dan

pelatihan Senam Ayo Berasatu Seri 2 dilaksanakan dengan durasi masing-masing

2 set, intensitas sedang/medium, frekuensi tiga kali seminggu selama delapan

minggu memungkinkan terjadinya peningkatan kebugaran fisik berupa

peningkatan daya tahan umum, kekuatan otot dan fleksibilitas. Keberhasilan

pelatihan ini akan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu umur, tinggi badan,

Indeks Tubuh Massa (IMT), kebugaran fisik, serta faktor eksternal yaitu suhu

lingkungan, kelembaban udara dari setiap sampel.

35

3.2 Konsep Penelitian

Pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik

mahasiswi adalah dengan cara melakukan Senam Ayo Bersatu seri 2 dan Senam

Ayo Bangkit. Senam Ayo Bersatu Seri 2 dan Senam Ayo Bangkit dilaksanakan

dengan intensits sedang, durasi 2 set frekuensi tiga kali seminggu selama delapan

minggu. Komponen kebugaran fisik yang akan di nilai adalah daya tahan umum,

kekuatan otot, kelentukan.

Kebugaran fisik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal masing

masing individu. Dalam hal ini sampel akan dipilih sesuai dengan kreteria inklusi

dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep dibuat dalam bentuk

bagan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

PELATIHAN AEROBIK

SENAM AYO BANGKIT SENAM AYO BERSATU SERI 2

KEBUGARAN FISIK

FAKTOR EKSTERNAL Suhu lingkungan Kelembaban udara

FAKTOR INTERNAL Umur IMT Kebugaran Fisik

36

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas, sehingga dapat dirumuskan

hipotesis sebagai jawaban sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari

daya tahan umum mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Denpasar.

b. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik

ditinjau dari daya tahan umum mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar.

c. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik ditinjau

dari daya tahan umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 mahasiswi

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Denpasar

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan

randomized pretest and posttest group design, dimana pengambilan sampel dari

populasi dilakukan secara acak atau random begitu pula pembagian sampel

menjadi dua kelompok (Gunung, 2006). Kelompok 1 diberikan pelatihan Senam

Ayo Bangkit, kelompok 2 diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.

Sebelum pelatihan kedua kelompok dilakukan pretest. Setelah pelatihan kedua

kelompok dilakukan posttest. Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pretest

dan posttest dari masing masing kelompok dan perbedaan tersebut di bandingkan

secara statistik. Bagan rancangan penelitian sebagai berikut :

O1 P1 O2

P R S RA

O3 P2 O4

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian

38

Keterangan :

P = populasi

S = sampel

R = random alokasi

RA = random alokasi

O1 = observasi kelompok 1 sebelum pelatihan.

O2 = observasi kelompok 1 setelah pelatihan Senam Ayo Bangkit

selama 8 minggu.

O3 = observasi kelompok 2 sebelum perlatiahan.

O4 = observasi kelompok 2 setelah pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri

2 selama 8 minggu.

P1 = pelatihan Senam Ayo Bangkit.

P2 = pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi untuk penelitian ini adalah Mahasiswi semester II Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar.

4.2.2 Sampel

4.2.2.1 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini yang dipakai untuk menentukan

anggota sampel adalah :

39

a. Mahasisiwi semester II Jurusan Kebidanan Poltekkes Kementerian

Kesehatan Denpasar.

b. Umur 18-19 tahun.

c. Sehat berdasarkan pemeriksaan dokter.

d. Indeks massa tubuh 18,7 - 23,8.

e. Tidak sedang mengikuti program pelatihan fisik yang teratur.

f. Bersedia mengikuti pelatihan hingga akhir pelatihan.

4.2.2.2 Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah subjek mempunyai atau

ditemukan riwayat cedera pada tulang.

4.2.2.3 Kriteria gugur

Kriteria gugur dalam penelitian ini adalah :

a. Menderita sakit atau cedera pada saat pelatihan

b. Sebanyak tiga kali berturut turut tidak mengikuti pelatihan

4.2.2.4 Besar sampel

Dengan menggunakan rumus Pocock (2008) maka besar sampel dapat di

hitung sebagai berikut :

,2

212

2

xfn

Dimana

n = besar sampel

= standar deviasi

40

f , = konstanta berdasarkan tabel

1 = rerata waktu tempuh sebelum perlakuan

2 = rerata penurunan waktu tempuh yang diestimasi

Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya didapatkan rerata

waktu tempuhnya 15 menit 76 detik dan standar deviasinya 2,50. Pada penelitian

ini diharapkan ada penurunan waktu tempuh 20% menjadi 12 menit 61 detik

setelah melakukan pelatihan selama delapan minggu.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas maka diperlukan n = 9,

93 = 10. Untuk mencegah kekurangan sampel akibat gugur, maka ditambah

cadangan 10% sehingga menjadi 11 orang. Penelitian ini menggunakan dua

kelompok observasi maka diperlukan sampel 22 orang.

4.2.2.5 Teknik pengambilan sampel

Mahasisiwi yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 40 orang.

Selanjutnya dilakukan pemilihan sejumlah 22 secara acak sederhana dengan

memakai undian. Mahasiswi yang terpilih sebagai sampel dialokasikan menjadi

dua kelompok secara acak sederhana. Kelompok 1 mendapat pelatihan Senam

Ayo Bangkit, Kelompok 2 mendapat pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.

4.3 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2.

2. Variabel tergantung : Kebugaran fisik.

3. Variabel terkendali : Umur, indeks massa tubuh, suhu lingkungan dan

kelembaban udara.

41

4.4 Definisi Operasional Variabel

1. Pelatihan Senam Ayo Bangkit adalah senam kesatuan gerak olahraga dengan

manfaat menyenangkan, menyehatkan dan meningkatkan kebugaran jasmani

yang direkomendasi oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI,

2004) dengan takaran :

a. Intensitas : sedang (denyut nadi 120 kali per menit).

b. Durasi : pemanasan 5 menit 21 detik, pelatihan inti 8 menit 4 detik,

pendinginan 3 menit 5 detik.

c. Frekwensi : tiga kali seminggu selama delapan minggu.

2. Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 adalah senam yang direkomendasikan

oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI, 2008) dan disusun

berdasarkan prinsip dasar olahraga untuk pembinaan, manfaat sehat dan

kebugaran fisik dengan takaran :

a. Intensitas: sedang (denyut nadi 150-170 kali per - menit).

b. Durasi : pemanasan 5 menit 31 detik, pelatihan inti 6 menit 57 detik,

pendinginan 2 menit 35 detik.

c. Frekwensi : tiga kali seminggu selama delapan minggu.

3. Tingkat kebugaran fisik adalah status kebugaran fisik setelah melakukan

pelatihan selama delapan minggu pada masing masing kelompok yang diukur

dengan tes lari 2,4 km di gelanggang olahraga Gusti Ngurah Rai Denpasar.

Semakin pendek waktu tempuh semakin meningkat kebugaran fisiknya sesuai

tabel penelitian tes lari 2,4 km menurut Cooper, 1982.

42

4. Umur adalah usia yang ditentukan atas dasar tanggal, bulan, tahun kelahiran

pada akte kelahiran sampel penelitian.

5. Berat badan adalah bobot tubuh yang diukur dengan timbangan berat badan

merk junkalori buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 kg. Sampel memakai

pakaian seminimal mungkin.

6. Tinggi badan adalah panjang tubuh yang diukur dari telapak kaki sampai

dengan titik tertinggi kepala (ubun-ubun/vertex) pada posisi tegak, pandangan

lurus ke depan, dengan menggunakan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm.

7. Jenis kelamin adalah jenis kelamin berdasarkan akte kelahiran

8. Suhu lingkungan adalah temperatur di sekitar tempat pelatihan yaitu suhu

kering dan suhu basah dalam derajat celcius yang diukur dengan

Thermometer Assman Psychrometer.

9. Kelembaban udara adalah persentasi kelembaban yang ditentukan

berdasarkan nilai suhu basah dan suhu kering dengan menggunakan

Psychometrik Chart dinyatakan dalam satuan persen.

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian

4.5.1 Tempat penelitian

Tempat pemberian perlakuan dilakukan di lapangan asrama Jurusan

Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar. Pengambilan data sebelum dan sesudah

perlakuan dilaksanakan di Lapangan Gusti Ngurah Rai di Jalan Melati Denpasar.

43

4.5.2 Waktu penelitian

Pelatihan telah dilaksanakan selama delapan minggu, tiga kali seminggu

mulai pukul 17.00 sampai pukul 18.00 wita.

4.6 Instrumen Penelitian

1. Timbangan berat badan merk junkalori dengan ketelitian 0,1 kg untuk

mengukur berat badan.

2. Mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan.

3. Kaset Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2

4. Tape Recorder

5. Pulze monitor buatan Jepang untuk mengukur denyut nadi.

6. Metronome merk Nikko buatan Jepang untuk menentukan irama langkah

jalan aerobik.

7. Stopwatch merk seiko buatan China dengan satuan detik.

8. Assman Psychrometer model MR-58 buatan Jepang untuk mengukur suhu

basah dan kering.

9. Camera digital merk olympus untuk dokumentasi kegiatan.

10. Alat tulis.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur administrasi

a. Menyelesaikan administrasi yang berhubungan dengan pelaksanan

penelitian antara lembaga asal dan lembaga tujuan penelitian.

b. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan dalam penelitian.

44

c. Penjelasan tentang jadwal pelaksanaan perlakuan berupa pelatihan Senam

Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dan tempat latihan sehingga

ada kesepahaman antara peneliti dan subjek tentang maksud, tujuan dan

manfaat penelitian.

4.7.2 Prosedur pemilihan sampel

Seleksi Mahasisiwi Jurusan Kebidanan yang memenuhi kriteria sampel :

a. Umur 18- 19 tahun sesuai dengan akte kelahiran atau KTP.

b. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilanjutkan dengan

penghitungan Indeks Massa Tubuh dimana Indeks Massa Tubuh adalah

18,7-23,8 sesuai kategori normal untuk wanita (Supariasa dkk, 2002).

c. Pemeriksaan kesehatan oleh dokter, yang dinyatakan sehat untuk

mengikuti pelatihan dan tes kebugaran fisik dengan tes lari 2,4 km dan

hasil test ini disesuaikan dengan tabel tes kebugaran fisik sesuai tabel

penilaian tes lari 2,4 km menurut Cooper,1982

d. Randomisasi Mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar

sejumlah 22 orang, yang terpilih sebagai sampel dialokasikan secara

random menjadi dua kelompok secara acak sederhana memakai undian,

yaitu kelompok yang mendapat pelatihan Senam Ayo Bangkit (P1),

kelompok 2 yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (P2).

45

4.7.3 Prosedur pengukuran

4.7.3.1 Pengukuran daya tahan umum

Dilakukan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan pada masing masing

kelompok oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa enumerator (pembantu peneliti)

dengan cara melakukan tes lari 2,4 km dengan waktu tempuh yang dibutuhkan

dicatat.

a. Persiapan

Persiapan berupa mempersiapkan alat alat, lintasan lari yang akan digunakan

serta subjek yang di tes sebelumnya diperiksa dulu secara physic diagnostic,

dan diberikan penjelasan serta motivasi supaya tes dapat berlangsung sesuai

rencana (dalam waktu yang ditentukan).

b. Pelaksanaan tes

1. Responden (orang coba) yang dites berpakaian olahraga.

2. Setelah ada aba-aba dimulainya tes, orang coba langsung berlari sejauh

2,4 km.

3. Stopwatch atau pencatat waktu dihidupkan bersamaan dengan mulainya

orang coba melakukan start lari 2,4 km.

4. Bersamaan dengan sampainya orang coba di garis finish, stopwatch

dimatikan, waktu yang diperoleh dicatat.

4.7.3.2 Pengukuran tinggi badan dan berat badan

Pengukuran ini dilakukan oleh seseorang peneliti dan seorang pembantu

peneliti. Pengukuran tinggi badan menggunakan alat antropometer berupa

mikrotoa. Tempelkan mikrotoa dengan paku pada dinding yang lurus datar

setinggi dua meter. Subjek berdiri tegak, sudut mata sejajar telinga tanpa alas

46

kaki. Tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang menempel pada

dinding. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada ubun-ubun, siku-siku harus lurus

menempel pada dinding. Angka pada skala yang nampak pada lubang dalam

gulungan mikrotoa menunjukan tinggi badan yang diukur.

Pengukuran berat badan dilaksanakan dengan cara subjek berdiri tegak di

atas timbangan dengan pakaian seminimal mungkin. Pengukuran dilaksanakan

dengan timbangan berat badan merk junkalori buatan Jerman dengan ketelitian

0,1 kg.

4.7.4 Prosedur pelatihan

Langkah-langkah yang dilaksanankan dalam prosedur pelatihan ini adalah:

a. Mempersiapkan alat-alat antara lain : kaset Senam Ayo Bangkit dan

Senam Ayo Bersatu Seri 2, tape recorder, metronome.

b. Memberikan penjelasan kepada seluruh sampel mengenai teknik pelatihan.

Melakukan pengukuran kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum

dengan cara melaksanakan tes lari 2,4 km sebelum perlakuan.

c. Pelaksanan pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2

sesuai dengan takaran pelatihan seperti yang telah di uraikan di atas.

d. Pelaksanaan pengukuran kebugaran fisik setelah pelatihan ditinjau dari

daya tahan umum dengan cara melaksanakan tes lari 2,4 km.

4.7.5 Alur penelitian

Populasi pada penelitian ini berjumlah 57 orang, selanjutnya dilakukan

pemilihan sampel sesuai kreteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

47

Berdasarkan pemilihan tersebut diperoleh 22 orang yang memenuhi kriteria

inklusi. Sesudah sampel diperoleh kemudian dilakukan tes awal atau pretest

untuk mendapatkan data kebugaran fisik awal. Selanjutnya membagi sampel

menjadi dua kelompok dengan cara acak sederhana, kemudian tiap kelompok

diberikan pelatihan selama delapan minggu. Kelompok 1 diberikan pelatihan

Senam Ayo Bangkit yang selanjutnya disebut dengan perlakuan 1 (P1) dan

kelompok 2 dilakukan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 yang senjutnya

disebut dengan perlakuan 2 (P2).

Pelatihan dilakukan di lapangan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Denpasar secara bersama-sama dengan tempat yang

terpisah supaya tidak saling mengganggu. Masing-masing kelompok diawasi oleh

instruktur dan peneliti. Setelah pelatihan dilakukan pengukuran kebugaran fisik

sesudah perlakuan atau posttest. Pengukuran kebugaran fisik sebelum dan sesudah

pelatihan dilakukan di Lapangan Gusti Ngurah Rai Denpasar.

Selama proses pelatihan dan pengukuran dilakukan pengukuran kondisi

lingkungan. Kondisi lingkungan yang diamati meliputi suhu basah, suhu kering

dan kelembaban udara. Alur pelaksanaan penelitian seperti pada gambar di

bawah ini.

48

Gambar 4.2 Alur Penelitian

4.8 Analisis Data

Data yang diperoleh sejak persiapan dan pelaksanaan (tes awal dan akhir)

diproses dengan program komputer.

1. Analisis deskriptif

Mendiskripsikan rerata atau median dan standar deviasi terhadap variabel

umur, indeks massa tubuh, dan kebugaran fisik.

Senan Ayo Bangkit (P1) Pretest dan Posttest

Pelatihan Senam Ayo Bangkit durasi 2 set dengan diselingi isrirahat 3 menit sebanyak 3 x seminggu selama 8 minggu

Pelatihan Senam Ayo Bersatu 2 Seri durasi 2 set dengan diselingi istirahat 3 menit sebanyak 3 x seminggu selama 8 minggu

TES AKHIR

Analisis Data

Penyusunan Tesis

Berikan penjelasan kepada orang coba dan melakukan pengukuran kebugaran fisik sebelum perlakuan (pretest)

Lakukan pengukuran kebugaran fisik setelah perlakuan (posttest)

Lakukan pengukuran kebugaran fisik setelah perlakuan (posttest)

Berikan penjelasan kepada orang coba dan melakukan pengukuran kebugaran fisik sebelum perlakuan (pretest)

Senan Ayo Bersatu Seri 2 (P2) Pretest dan Posttest

49

2. Uji Normalitas data pada data karakteristik subjek berupa umur, indeks massa

tubuh, kebugaran fisik sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing

kelompok, jika p<0,05 maka uji parametrik dan jika p>0,05 uji non

parametrik.

3. Uji Paired t test untuk mengetahui kebugaran fisik pada masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah perlakuan karena data terdistribusi normal.

4.9 Kelemahan Penelitian

Kelemahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Peneliti tidak dapat mengetahui faktor psikologis subjek tentang kesungguhan

subjek untuk mengikuti pelatihan ini.

b. Peneliti berasumsi bahwa asupan kalori yang dikonsumsi oleh subjek

penelitian adalah sama karena subjek tinggal di asrama yang menyiapkan

makanan yang sama pada seluruh penghuni asrama setiap hari. Hal ini yang

menjadi pertimbangan peneliti untuk tidak mengatur diet dari responden.

50

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental yang melibatkan

22 orang sebagai sampel, yang dibagi menjadi dua kelompok dan masing-masing

kelompok terdiri dari 11 orang. Kelompok 1 diberikan pelatihan Senam Ayo

Bangkit (P1) dan kelompok 2 diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (P2).

Masing-masing kelompok diberikan pelatihan senam dalam waktu yang

bersamaan dengan frekuensi tiga kali seminggu, pada hari Selasa, Kamis dan

Sabtu selama 8 minggu. Pelaksanaan perlakuan mulai dari tanggal 16 April

sampai dengan 8 Juni 2013 di halaman depan gedung Jurusan Kebidanan Poltekes

Kementerian Kesehatan Denpasar. Pengambilan data karakteristik subjek berupa

umur, pengukuran berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan kesehatan secara

umum yang meliputi tekanan darah, jantung serta paru dilakukan pada hari Sabtu

tanggal 13 April 2013. Sedangkan pelaksanaan pengukuran kebugaran sebelum

perlakuan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 April 2013 dan pelaksanaan

pengukuran sesudah perlakuan pada tanggal 9 Juni 2013 bertempat di

Gelanggang Olahraga Stadion Ngurah Rai Denpasar.

5.1 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang diukur dalam penelitian meliputi suhu basah,

suhu kering dan kelembaban relatif yang diukur dalam satuan oC. Pengukuran

dilaksanakan setiap kali perlakuan dilaksanakan. Hasil pengukuran suhu

lingkungan saat penelitian seperti Tabel berikut ini.

51

Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Tempat Pelatihan (OC)

No Variabel Rerata SB Rentang 1 Suhu kering 23,46 0,509 23-24 2 Suhu basah 26,04 0,859 24-27 3 Kelembaban relatif 79,08 1,060 77-81

SB = Simpang Baku

Tabel 5.1 di atas menggambarkan kondisi lingkungan saat pelaksanaan

penelitian berlangsung. Suhu kering berkisar antara 230C – 240C dengan rerata

23,46 ± 0,510C, suhu basah 240C – 270C dengan rerata 26,04 ± 0,860C serta

kelembaban relatif 770C – 810C dengan rerata 79,08 ± 1,060C. Kondisi

lingkungan saat perlakuan dan pengukuran relatif stabil sehingga responden tidak

merasakan adanya gangguan atau hambutan selama proses pelatihan dan

pengukuran akibat kondisi lingkungan.

5.2 Karakteristik Subjek

Karakteristik subjek meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT) dan umur

responden. IMT diukur sebelum dan sesudah perlakuan dan umur ditanyakan

sebelum pelaksanaan perlakuan. Di bawah ini disajikan hasil penelitian tentang

karakteristik responden.

52

5.2.1 Data indeks massa tubuh pada subjek penelitian

Tabel 5.2 Data IMT P1 dan P2

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

P1 pre P1 post P2 pre P2 post 18,280 18,070 21,750 21,460 20,230 19,820 20,280 19,900 22,480 22,060 22,480 22,060 22,480 21,560 20,820 20,170 23,520 22,000 20,230 19,900 18,320 18,010 23,320 22,060 23,210 22,310 20,230 19,200 23,300 23,010 20,660 20,340 20,700 20,200 23,700 23,130 20,600 19,980 19,560 19,300 20,170 19,800 2,230 19,980

IMT = Indeks Massa Tubuh, P1 = Pelatihan Senam Ayo Bangkit, P2 = Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2

5.2.1.1 Uji normalitas pada indeks massa tubuh

Hasil uji normalitas pada Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 sebelum dan

sesudah perlakuan.

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas pada Indeks Massa Tubuh P1 dan P2

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel n Rerata SB p P1 pre 11 21,208 1,912 0,762 P1 post 11 20,620 1,692 0,925 P2 pre 11 21,205 1,396 0,523 P2 post 11 20,682 1,288 0,545

Pada Tabel 5.3 uji normalitas didapatkan bahwa Indeks Massa Tubuh

P1 dan P2 sebelum dan sesudah perlakuan semua data berdistribusi normal

dengan p>0,05; maka selanjutnya dapat diuji dengan uji parametrik.

53

5.2.1.2 Hasil analisis indeks massa tubuh

Hasil analisis Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 sebelum dan sesudah

perlakuan adalah :

Tabel 5.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh P1 dan P2

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Pre Post Variabel n Rerata SB Rerata SB

Selisih t p

IMT P1 11 21,208 1,912 20,620 1,692 -0,588 0,848 0,001 IMT P2 11 21,205 1,396 20,682 1,288 -0,524 0,749 0,000

Pada Tabel 5.4 terlihat perubahan yang terjadi pada Indeks Massa Tubuh

P1 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar -0,588 dengan p<0,05; ini berarti

kedua data berbeda dan bermakna. Indeks Massa Tubuh P2 sebelum dan sesudah

dilakukan perlakuan berbeda bermakna dengan nilai -0,524 dan p<0,05. Hasil

analisis ini menunjukkan perbedaan yang terjadi sesudah perlakuan pada subjek

penelitian dan berubah akibat perlakuan baik pada P1 sesudah perlakuan dan P2

sesudah perlakuan.

5.2.2 Data umur pada subjek penelitian

Berdasarkan umur seluruh responden berkisar 18 sampai dengan 19 tahun.

Data karakeristik umur dicari pada saat sebelum perlakuan saja karena lama

penelitian hanya delapan minggu sedangkan data umur ditanyakan dalam satuan

tahun.

54

5.2.2.1 Hasil analisis umur

Tabel 5.5 Analisis Perbedaan Umur pada P1 dan P2

P1 P2 Variabel n

Rerata SB Rerata SB p

Umur (Tahun) 11 18,27 0,79 18,09 0,94 0.508

Pada Tabel 5.5 di atas terbaca rerata umur pada P1 18,27 dan P2 18,09,

sedangkan Simpang Baku pada P1 0,79 dan P2 0,94. Dilakukan analisis uji beda

diperoleh hasil p>0,508 sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan dari segi umur

pada P1 dan P2.

5.3 Hasil Analisis Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah

Perlakuan

Waktu tempuh lari 2,4 km dianalisis untuk menyimpulkan daya tahan

umum sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil yang didapatkan untuk mengetahui

besar perbedaan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan.

5.3.1 Hasil analisis uji normalitas waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan

sesudah perlakuan

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh 2,4 Km

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel n Rerata SB p P1 pre 11 20,070 1,213 0,828 P1 post 11 15,875 0,971 0,984 P2 pre 11 20,253 1,492 0,945 P2 post 11 17,827 1,498 0,755

55

Hasil uji normalitas pada Tabel 5.6 menunjukkan semua data berdistribusi

normal dengan p>0,05 dan selanjutnya di uji dengan dengan uji parametrik.

20,07

15,875

20,253

17,827

0

5

10

15

20

25

Senam Ayo Bangkit Senam Ayo Bersatu seri 2

prepost

Gambar 5.1 Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km pada Kedua Kelompok

5.3.2 Hasil analisis beda waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan sesudah

perlakuan

Hasil analisis beda waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan sesudah

perlakuan P2 adalah untuk mendapatkan selisih perbedaan yang terjadi pada daya

tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 5.7 Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 Km

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Pre Post Variabel n Rerata SB Rerata SB

Selisih t p

P1 (menit) 11 20,070 1,213 15,875 0,971 -4,195 12,169 0,000 P2 (menit) 11 20,253 1,492 17,827 1,498 -2,426 15,657 0,000

56

Hasil analisis waktu tempuh lari 2.4 km P1 sebelum dan sesudah

perlakuan berbeda bermakna dengan nilai sebesar -4,195 (menit) dan p<0,05.

Hasil analisis daya tahan umum P2 sebelum dan sesudah perlakuan berbeda

bermakna dengan nilai sebesar -2,426 menit dan p<0,05. Perbedaan pada waktu

tempuh lari 2,4 km P1 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 20%. Perbedaan

pada daya tahan umum P2 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 12%.

5.3.3 Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada P1 dan P2

Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 dan

P2 adalah selisih antara waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 yang

dibandingkan dengan kelompok P2.

Tabel 5.8 Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Lari 2,4 Km

pada Kelompok P1 dan Kelompok P2

P1 P2 Variabel n Rerata SB Rerata SB

Selisih t p

Waktu tempuh (menit) 11 -4,195 1,143 -2,426 0,514 -1,769 -4,263 0,002

Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 dan

P2 berbeda bemakna dengan nilai sebesar -1,769 menit dan p<0,05. Hasil analisis

ini menunjukkan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 lebih baik dari

pada waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P2 sebesar 42 %.

57

5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi

5.4.1 Denyut nadi pada P1

5.4.1.1 Hasil analisis uji normalitas denyut nadi istirahat sebelum dan

sesudah perlakuan pada P1

Hasil uji normalitas pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan

sebelum dan sesudah perlakuan P1. Hasil uji normalitas pada tabel 5.9 dibawah

menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05 dan selanjutnya

dianalisis dengan uji parametrik.

Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan

Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1

Variabel n Rerata SB p DNI P1 pre 11 79,818 4,045 0,694 DNI P1 post 11 79,727 1,849 1,047 DNL P1 pre 11 119,909 14,508 0,861 DNL P1 post 11 132,636 1,009 0,700

5.4.1.2 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan

sebelum dan sesudah perlakuan pada P1

Hasil analisis beda denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum

dan sesudah perlakuan P1 adalah untuk mendapatkan selisih yang terjadi pada

denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan

Tabel 5.10 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan

Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1

Pre Post Variabel n Rerata SB Rerata SB

Nadi Kerja t p

DNI P1 11 79,818 4,045 79,727 1,849 -0,091 0,129 0,900 DNL P1 11 119,909 14,508 132,636 14,009 13,455 -5,476 0,000

58

Hasil analisis denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan

sesudah perlakuan pada P1 berbeda dan bermakna dengan p<0,05. Hasil analisis

menunjukkan perubahan pada hasil penelitian setelah dilakukan perlakuan sebesar

11 %.

80

100

120

140

160

180

200

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

umur

nadi

Gambar 5.2 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit Sebelum dan Sesudah Perlakuan

5.4.1.3 Hasil analisis uji normalitas denyut nadi sebelum dan sesudah

perlakuan pada P2

Hasil uji normalitas pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan

sebelum dan sesudah perlakuan.

59

Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan

Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada P2

Variabel n Rerata SB p DNI P2 pre 11 78,909 2,212 0,997 DNI P2 post 11 78,909 2,587 0,927 DNL P2 pre 11 117,909 7,829 0,723 DNL P2 post 11 125,273 8,088 0,314

Hasil uji normalitas pada tabel 5.11 menunjukkan semua data berdistribusi

normal dengan p>0,05 dan selanjutnya di uji dengan dengan uji parametrik.

5.4.1.4 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan

sebelum dan sesudah perlakuan pada P2

Hasil analisis beda denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum

dan sesudah perlakuan P2 adalah untuk mendapatkan selisih perbedaan yang

terjadi pada denyut nadi istirahat denyut nadi latihan sebelum dan sesudah

perlakuan.

Tabel 5.12 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Nadi Latihan

Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P2

Pre Post Variabel n

Rerata SB Rerata SB Nadi Kerja t p

DNI P2 11 78,909 2,212 78,909 2,587 0,000 0,000 1,000 DNL P2 11 117,909 7,829 125,273 8,088 7,364 -4,611 0,001

Hasil analisis denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan

sesudah perlakuan pada P2 berbeda dan bermakna dengan p<0,05. Hasil analisis

menunjukkan perubahan pada hasil penelitian setelah dilakukan perlakuan.

60

Dengan perubahan hasil analisis pada denyut nadi istirahat dan denyut

nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan pada P2, ini berarti denyut nadi

istirahat, denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan P2 mempengaruhi

hasil penelitian. Perubahan akibat diberikan perlakuan adalah sebesar 6%.

Perubahan denyut nadi yang terjadi pada P1 sebesar 11 % lebih baik dari pada

perubahan yang terjadi denyut nadi P2.

80

100

120

140

160

180

200

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65umur

nadi

Gambar 5.3 Denyut Nadi Senam Ayo Bersatu Seri 2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan

61

Perbandingan denyut nadi sesudah perlakuan antara Senam Ayo Bangkit

dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 disajikan pada gambar 5.4 berikut dibawah.

80

100

120

140

160

180

200

18 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65umur

nadi

Gambar 5.4 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2

Sesudah Perlakuan

62

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini menguji pengaruh pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam

Ayo Bersatu Seri 2 terhadap peningkatan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan

umum dilibatkan 22 orang sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 kelompok

masing-masing berjumlah 11 orang, yaitu kelompok perlakuan 1 (P1, pelatihan

Senam Ayo Bangkit) dan kelompok perlakuan 2 (P2, pelatihan Senam Ayo

Bersatu Seri 2).

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata umur (tahun)

responden pada kelompok P1 adalah 18,27 ± 0,79 dan pada kelompok P2 adalah

18,09 ± 0,94. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney

didapatkan bahwa nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

umur subjek pada kedua kelompok perlakuan.

Terkait dengan umur, bahwa kebugaran fisik anak-anak meningkat sampai

mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan

kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi

bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Karim,

2002). Dilihat dari umur subjek penelitian, pada rentang umur tersebut

mengindikasikan bahwa peserta pelatihan masih mampu mengoptimalkan

kebugaran fisik melalui pelatihan yang dilakukan. Dipilihnya peserta pelatihan

dibawah umur 25 tahun, mengingat bahwa pembebanan pada pelatihan fisik

63

terutama senam aerobik high impact yang terus menerus bisa menimbulkan cedera

bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada orang tua yang berumur di atas

40 tahun (Dinata, 2004).

Rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) kelompok P1 pada pretest adalah

21,21 ± 1,91 dan kelompok P2 adalah 21,21 ± 1,39. Sedangkan pada

posttest rerata IMT kelompok P1 adalah 20,62 ± 1,69 dan kelompok P2 adalah

20,68 ± 1,28. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-independent

didapatkan bahwa nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

IMT pada kedua kelompok perlakuan.

Indeks Massa Tubuh antar kelompok tidak ada perbedaan perlakuan, juga

diketahui bahwa kedua kelompok memiliki IMT dengan kategori normal. Hal ini

mengindikasikan bahwa pelatihan yang diberikan diharapkan mampu

menghasilkan kebugaran frisik yang optimal.

Rerata waktu tempuh lari 2,4 km pada P1 dan P2 dianlisis untuk

menyimpulkan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil yang

didapat untuk mengetahui besar perbedaan daya tahan umum sebelum dan

sesudah perlakuan pada P1 dan P2. Pada penelitian ini untuk mengetahui

kebugaran fisik melalui daya tahan umum juga didukung dari hasil analisis denyut

latihan. Hasil uji normalitas waktu tempuh lari 2,4 km dan denyut nadi latihan

menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05.

Penelitian menunjukkan rerata waktu tempuh lari 2,4 km P1 sebelum

perlakuan sebesar 20,070 menit dan sesudah perlakuan sebesar 15,875 menit,

64

pada kelompok P2 sebelum perlakuan sebesar 20.875 menit, sesudah perlakuan

sebesar 17,827 menit

Pelatihan fisik terutama senam aerobik high impact yang terus menerus

bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada orang

yang kelebihan berat badan (Dinata, 2004). Hal ini disebabkan karena senam

aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam hal berat badan

yang menjadi beban dan intensitas. Berat badan yang ditanggung oleh otot pada

senam aerobik low impact hanya berat badannya saja dengan intensitas sedang,

sedangkan pada senam aerobik high impact, otot tidak saja menahan berat badan

tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan dengan intensitas tinggi.

Pelatihan olahraga termasuk juga pelatihan senam aerobik yang teratur dengan

intesitas sedang diharapkan denyut nadi latihan akan meningkat sampai zona

latihan. Menurut Bompa, 2009 latihan daya tahan pada latihan aerobik

dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah faktor power aerobik atlet, ekonomi

gerakan, ambang batas laktat, dan jenis serat otot. Kebugaran fisik dan kesehatan

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari keturunan, jenis latihan, jenis kelamin,

usia, lemak tubuh dan aktivitas (Nala, 2011a). Kebugaran fisik akan meningkat

apabila denyut nadi latihan sudah mencapai zona latihan dengan jumlah denyut

minimal 130 kali per – menit (Mc Carthy, 1990).

6.2 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik

Dalam penelitian ini diukur kebugaran fisik melalui salah satu parameter

dengan daya tahan umum sesuai tujuan penelitian. Pengukuran daya tahan umum

dilakukan dengan menghitung waktu tempuh lari 2,4 kilometer. Perubahan yang

65

terjadi waktu tempuh lari 2,4 km pada penelitian ini sesuai hasil analisis

menunjukkan penurunan waktu tempuh yang bermakna yaitu terjadi penurunan

waktu tempuh dari sebelum perlaluan dan sesudah perlakuan. Penurunan waktu

tempuh pada perlakuan P1 dan P2 menunjukkan terjadi peningkatan daya tahan

umum dan selanjutnya mampu meningkatkan kebugaran fisik pada kedua

kelompok perlakuan. Terjadi penurunan waktu tempuh P1 dan P2 sesudah

perlakuan akan berdampak juga perubahan denyut nadi latihan. Pelatihan secara

teratur untuk meningkatkan daya tahan umum akan terjadi peningkatan denyut

nadi latihan sampai zona latihan (Mc Carthy, 1990).

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata waktu tempuh pada

kelompok yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bangkit sebelum perlakuan

(pretest) adalah 20,07 ± 1,21 menit dan sesudah perlakuan (posttest) adalah

15,87 ± 0,97 menit. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa

nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata waktu tempuh 2,4 km pada kelompok

Senam Ayo Bangkit antara sebelum dengan sesudah perlakuan berbeda bermakna

(p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan

waktu tempuh sebesar 20%. Peningkatan waktu tempuh juga didukung terjadi

peningkatan denyut nadi latihan setelah perlakuan (posttest) pada senam Ayo

Bangkit. Denyut nadi pada sebelum perlakuan (pretst) sebesar 119 kali per menit

dan terjadi peningkatan denyut nadi setelah perlakuan sebesar 132 kali per menit,

terjadi peningkatan denyut nadi latihan sebesar 11% dengan durasi pelatihan

33 menit. Pelatihan Senam Ayo Bangkit merupakan senam kebugaran fisik

dengan dinamika gerak dan musik yang menyenangkan dan menyehatkan, dimana

66

Senam Ayo Bangkit termasuk senam aerobik benturan rendah, yaitu setiap

gerakan, salah satu kaki selalu bertumpu pada lantai dengan struktur senam terdiri

dari pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Dewantari (2007) yang

menyatakan bahwa pelatihan Senam Ayo Bangkit dengan intensitas denyut nadi

120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat

meningkatkan kebugaran fisik. Hasil penelitian ini sesuai (Tanasescue, 2002)

yang menyatakan bahwa pelatihan yang sering dilakukan di masyarakat adalah

pelatihan aerobik yang merupakan bentuk pelatihan fisik yang paling sesuai untuk

meningkatkan kebugaran jantung dan paru. Dampak dari peningkatan kebugaran

jantung dan paru akan berimplikasi pada peningkatan daya tahan umum.

6.3 Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Meningkatkan Kebugaran Fisik

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata waktu tempuh lari

2,4 km pada kelompok yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2

sebelum perlakuan (pretest) adalah 20,25 ± 1,49 menit dan sesudah perlakuan

(posttest) adalah 17,82 ± 1,49 menit. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired

menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata waktu tempuh

2,4 km pada kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 antara sebelum dengan sesudah

perlakuan berbeda bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan

bahwa terjadi peningkatan waktu tempuh sebsar 12% dan juga didukung adanya

peningkatan denyut nadi pelatihan setelah perlakuan. Pada Senam aerobik Ayo

Bersatu seri 2 denyut nadi awal perlakuan sebesar 117 kali per menit dan terjadi

peningkatan denyut nadi latihan sebesar 125 kali per menit (6%) sesudah

67

perlakuan dengan durasi pelatihan 30 menit 46 detik. Kebugaran fisik pada

kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 setelah perlakuan diukur dari daya tahan

umum dengan tes lari 2,4 km dan didukung terjadi peningkatan ndenyut nadi

latihan lebih meningkat. Denyut nadi latihan pada P2 terjadi peningkatan dari

sebelum dan sesudah perlakuan, tetapi denyut nadi latihan belum mampu ke zona

latihan. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain power

aerobik atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan, jenis serat otot dan asupan

kalori (Bompa, 1990). Faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan saat melakukan

pemilihan sampel. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 merupakan senam

kebugaran fisik dengan dinamika gerak dan musik yang menyenangkan dan

menyehatkan. Senam Ayo Bersatu Seri 2 termasuk senam aerobik benturan

rendah, dimana pada setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai

untuk menghindari hentakan yang terlalu keras pada kaki. Struktur senam ini

terdiri dari pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitiannya Sukardiasih (2005),

yang mendapatkan bahwa pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri dengan intensitas

denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu

dapat meningkatkan kebugaran fisik.

Beberapa hasil survei membuktikan bahwa kebugaran fisik sangat perlu

bagi setiap kelompok orang untuk mendukung aktifitas kerja sehari-hari.

Kebugaran fisik sangat perlu dijaga dan diberikan pelatihan secara kontinyu agar

tetap optimal. Kebugaran fisik sangat perlu ditingkatkan karena dapat mencegah

68

berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, mudah lelah serta

menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja (Irianto, 2004).

Olahraga yang efektif untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah olahraga

aerobik (Triangto, 2005). Pelatihan aerobik secara teratur akan mempengaruhi

fungsi jantung dimana jantung akan mampu memompa lebih baik dengan

demikian dapat memompa lebih banyak darah dan lebih banyak oksigen sehingga

dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun

saat latihan (Perry, 2008). Pelatihan aerobik juga meningkatkan kekuatan otot

pernapasan, meningkatkan jumlah dan besar alveoli dan merangsang pertumbuhan

pembuluh darah disekitarnya yang akan mempercepat suplai oksigen ke sel

(Balley, 1994). Pelatihan aerobik yang sesuai dengan takarannya akan mampu

meningkatkan kebugaran fisik atau kesegaran jasmani (Powers, 1996 dalam Nala,

2011) dan adapun yang dimaksud dengan takaran pelatihan adalah: intensitas

70-80% dari VO2 maksimumnya, volume durasi selama 15-60 menit, frekuensi

3-5 kali perminggu. Senam merupakan salah satu bentuk pelatihan yang

memberikan manfaat bagi peningkatan kesehatan dan kebugaran (Wahyu; dkk,

2008).

6.4 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik

Ditinjau dari Daya Tahan Umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rerata penurunan waktu

tempuh lari 2,4 km kelompok senam Ayo Bangkit adalah -4,19 1,14 kali per

menit dan rerata kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 adalah -2,42 0,51 kali

per menit. Analisis kemaknaan menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Hal ini

69

berarti bahwa rerata penurunan waktu tempuh lari 2,4 km pada kedua kelompok

sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Di samping itu

diketahui pula bahwa penurunan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok senam

Ayo Bangkit lebih tinggi dibandingkan kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2.

Penurunan waktu tempuh kelompok Senam Ayo Bangkit, 42 % lebih tinggi

dibandingkan penurunan waktu tempuh kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2.

Hasil dari analisis perbedaan P1 dan P2 ini mengindikasikan bahwa daya tahan

umum responden yang ditinjau dari indikator lari 2.4 km pada P1 lebih baik bila

dibandingkan dengan P2.

Pelatihan senam aerobik dengan intensitas denyut nadi 140-164 kali per

menit durasi 3-10 menit dengan repetisi sesuai dengan kapasitas fisiologi setiap

individu frekuensi 3-5 seminggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Nala,

2011). Pelatihan olahraga termasuk olahraga senam aerobik yang teratur sampai

zone pelatihan untuk memperoleh kebugaran fisik adalah target denyut nadi

pelatihan yang dicapai minimal diatas 130 kali per – menit (85 %) dari denyut

nadi maksimal), sedangkan denyut nadi maksimal secara fisiologis 170 – 200 kali

per menit (Mc Carthy, 1990). Pada peneliltian ini diperoleh peningkatan denyut

nadi pelatihan dari sebelum perlakuan pelatihan senam aerobik Ayo Bangkit 119

kali per menit menjadi 132 kali per menit (11 %) setelah perlakuan dan pada

pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 denyut nadi awal perlakuan sebesar 117 kali

per menit meningkat menjadi 122 kali per menit (6%) nadi sesudah perlakuan.

Sesuai tujuan penlitian bahwa pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan

kebugaran fisik daripada pelatihan senam Ayo Bersatu Seri 2 dengan penurunan

70

rerata waktu tempuh (menit) tempuh lari 2,4 km sebesar -4,195 menit (20%)

sesudah perlakuan dan terjadi peningkatan denyut nadi latihan sampai mencapai

zona pelatihan dengan jumlah denyut nadi 132 kali per menit (11%), sedangkan

Senam Ayo Bersatu Seri 2, walaupun menunjukkan ada peningkatan kebugaran

fisik berdasarkan indikator penurunan waktu tempuh sesudah perlakuan sebesar

-2,426 menit (12%) lari 2,4 km dan terjadi peningkat denyut nadi 125 kali per

menit (6%) sesudah perlakuan tetapi belum mampu mencapai zona latihan,

menurut Mc Carthy (1990) zona latihan apabila denyut nadi latihan minimal

mencapai 130 kali per menit. Melalui pelatihan Senam aerobik Ayo Bangkit lebih

meningkatkan kebugaran fisik daripada pelatihan senam Ayo Berasatu Seri 2

dengan perbedaan waktu tempuh sebesar 20 % dan dengan denyut nadi sebesar

11%. Senam Ayo Bersatu Seri 2 sesudah perlakuan kebugaran fisiknya dari sangat

kurang menjadi kurang dan belum sampai ke katagori sedang akibat dari durasi

latihan inti hanya 6 menit 57 menit sedangkan senam Ayo Bangkit dengan durasi

8 menit 04 detik (Wahyo, dkk, 2008). Pelatihan daya tahan aerobik dipengaruhi

oleh beberapa faktor (Bompa, 2009). Faktor-faktor ini termasuk power aerobik

atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan dan jenis serat otot. Untuk

meningkatkan denyut nadi latihan sampai ke zona latihan pada pelatihan Senam

Ayo Beratu Seri 2 masih perlu diteliti power aerobik atlet, ambang batas lakat,

eknomi gerakan, jenis serat otot dan asupan kalori, karena pada penelitian ini

tidak dilakukan penelitian. Diharapkan pada penelitian berikutnya para peneliti

untuk mningkatkan kebugaran fisik melalui pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2

71

untuk mempertimbangkan komponen lama (durasi), asupan gizi dan

kekuatan otot.

Sumosardjuno (1996) mengatakan bila melakukan senam aerobik benturan

rendah akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot

jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih banyak.

Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Di samping itu

peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya

pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat

makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah (Balley, 1994). Dengan demikian

dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun

latihan (Perry, 2008). Pelatihan ini juga menyebabkan pemulihan kondisi jantung

ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat (Guyton, 1997). Pelatihan ini

mengakibatkan peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi pemulihan

lebih cepat (Fox 1984). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan

otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat.

Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan

dengan takaran yang cukup. Pelatihan yang dilakukan dengan tekun akan tampak

hasilnya setelah 6 sampai 8 minggu pelatihan. Hasil penelitian Sukardiasih

(2005) pada pegawai Puskesmas Kecamatan Kediri Tabanan yang diberikan

pelatihan senam aerobik Ajeg Bali dan Ayo Bersatu intensitas sedang selama

delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu sudah dapat

meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna. Senam aerobik dapat

memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan degan takaran yang cukup.

72

Intesitas pelatihan adalah 60-80% dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan

15-25 menit dan frekuensi 3-4 kali perminggu (Dinata, 2004). Menurut Wilmore

& Costill (1994). Pelatihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali

perminggu, dengan lama pelatihan 20-30 menit setiap kali pelatihan.

Melakukan pelatihan senam aerobik adalah cara yang klasik untuk

membakar lemak sambil memperbaiki kekencangan otot dengan pelatihan

intensitas sedang, tetapi pelatihan berlangsung lama selama 30 menit

(Sumasardjuno, 1996), mengikuti pelatihan senam aerobik akan membantu

menghindari tubuh menjadi gemuk. Bila senam aerobik dilakukan selama 30-50

menit akan membakar energi sebesar 100-130 Kkal. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian ini, yaitu terjadi penurunan IMT pada kedua kelompok masing-masing

sebesar 2,78% dan 2,50% untuk Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu

Seri 2.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitiannya (Sudibjo, dkk,

2001) pada mahasiswi yang diberikan pelatihan senam aerobik intensitas sedang

selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama

30 menit sudah dapat menurunkan persentase lemak tubuh secara bermakna.

73

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan:

1. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari

daya tahan umum sebesar 20 persen dan terjadi peningkatan denyut nadi

latihan sebesar 11 persen.

2. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik

ditinjau daya tahan umum sebesar 12 persen dan terjadi peningkatan

denyut nadi latihan sebesar 6 persen.

3. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatan kebugaran fisik ditinjau

dari daya tahan umum sebesar 42 persen daripada Senam Ayo Bersatu

Seri 2 dan denyut nadi latihan sampai ke zona latihan.

7.2 Saran

1. Kepada para mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar

dapat melanjutkan pelaksanaan Senam Ayo Bangkit guna meningkatkan

kebugaran fisik.

2. Senam Ayo Bersatu Seri 2 belum mampu meningkatkan kebugarann fisik

ke katagori sedang, diperlukan penelitian atau intervensi lebih lanjut

tentang power aerobik altet, ambang batas laktat, eknomi gerakan, jenis

serat otot dan asupan kalori.

74

3. Peningkatan kebugaran fisik melalui Senam Ayo Bangkit untuk sampai ke

katagori baik perlu penelitian atau intervensi lebih lanjut, karena untuk

melakukan aktivitas diperlukan kebugaran fisik yang optimal.

75

DAFTAR PUSTAKA Adisapoetra, Z. 1999a. Olahraga Indonessia. Jakarta :Yayasan Kebangkitan

Olahraga Indonesia. hal: 8-9. Adisapoetra, Z. 1999b. Panduan Teknis Tes Dan Latihan Kesegaran Jasmani,

Seminar. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Pengenalan IPTEK Olahraga Kantor Menpora. hal: 9.

Anonim. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. hal: 1-5. Anonim. 1995a. Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kesehatan Olahraga Di

Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indoesia. hal: 1-7. Anonim. 1995b Informasi Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. hal: 1-18. Anonim. 1999. Tes Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan

Nasional. Anonim. 2004. Hasil Survei Kebugaran Jasmani Di Provinsi Sumatera Selatan,

DKI Jakarta, Jawa Barat Dan Bali. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas. hal: 1-6,46-47.

Anonim. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta :

Departemen Kesehtan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas. hal: 13,21.

Anonim. 2008. Senam Indonesia Jaya. Jakarta : Asdep Pemassalan dan

Pembudayaan Olahraga Deputi Pemberdayaan Olahraga Kementrian Pemuda dan Olahraga.

Anonim. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis Dan Disertasi.

Denpasar : Program Pascasarjana Universitas Udayana. hal: 13,23-24. Anonim. 2012. Gizi Dan Keshatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta :

Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Masyarakat Universitas Indonesia. hal: 149.

Balley, A. 1994. Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina ;

Prosedur Pengembangan Ketahanan Tubuh. Jakarta : Dahara Price.

76

Berger, R, A. 1982. Applied Exercise Physiology. Philadelpia : Lea and Febiger Bompa, T.O. 1983. Teory And Metodology Of Training. Iowa : Kendall/Hutt

Publising Company. Bompa, T.O. 2009. Teory And Metodology Of Traininng. Champaign : Publisher

Human Kinetics. Fifth edition, p.241-247. Cooper, K. H. 1982. The New Aerobic Way. New York : M Evan and Company

Inc. Creagh, U,T., Reilly and Alers. 1998. Kinematics on”of road” terrain.

Ergonomics 41 (7) : 1029-1031 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987. Erobika : Kegiatan sehari-hari

dalam hidup sehat. Jakarta : Balai Pustaka Dewantari, M. 2007. Senam Ayo Bangkit dan Jalan masing masing disertai Diet

Energi Rendah Menurunkan Berat Badan dan Lemak Tubuh (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. hal : 41,48.

Dinata, M. 2004. Padat Berisi dengan Aerobik. Jakarta : Cerdas Jaya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran

Kebugaran Jasmani. Effendi, H. 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Test Kerja

(Exercise Test) untuk Diagnostik. Bandung : Alumni. Fox, E. L. 1984. Sport Physiology. USA : CBS College Publishing. Fox, E. L., Bowers,R. W., Fossa,M. L. 1988. The Physiological Basis of Physical

Education and Athlethics. New York : Saunders College Publishing. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran,

ECG.Edisi 22. hal: 566-584. Guyton. 1990. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi.

Jakarta : Buku Kedokteran, ECG. hal: 613-623. Giriwijoyo, S. 2004. Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan

Indonesia. Giriwijoyo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia. hal: 16,42.

77

Giriwijoyo, S. 2010. Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga Untuk Kesehatan Dan Untuk Prestasi. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.Edisi S. hal: 16-36,120-135.

Gunung, K. 2006. Variabel Dan Rancangan Penelitian. Denpasar : Lab IKK-IKP

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Irianto, J. P. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Andi. Karim, F. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Langitan, W, F. 1999. Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama di

dalam dan di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani siswa putra SLTP Ray Yamuna Denpasar Bali (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana.

Manuaba, I. B. 1998. Bunga Rampai Ergonomi Kumpulan Artikel. Denpasar :

Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Marks., Smith. 1990 Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : Buku Kedokteran,

ECG. hal: 267,381,478. Mc Adle,. Katch. 2010. Exercise Physiology, Nutrition, Energy And Human

Performance. China : Paula C. Willian.Seventh edition. p: 1-39,447-470. Mc Carthy, 1990. Physiological Test For Elrle Athlets, 2nd Edtion : Australian

Institut Sport (AIS). Murray, K, R. 2009. Biokomia Harper. Jakarta : Buku Kedokteran, ECG.Edisi 27.

hal: 95-101. Nala, N. 1986. Kesegaran Jasmani. Denpasar : Yayasan Ilmu Faal Widhya

Laksana. Nala, N. 1991. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar : Yayasan Ilmu Faal

Widhya Laksana. Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar : Komite Olahraga

Nasional Indonesia Daerah Bali.

78

Nala, N. 2008. Pemberdayaan Dokter/Pelatih/Guru Olahraga dalam Meningkatkan Kesehatan dan Kebugaran Fisik (seminar). Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Nala, N. 2011a. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Cetakan ke-2. hal: 3-123. Nala, N. 2011b. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Jakarta : Udayana University

Press. Cetakan-1. hal: 1-84,174-174. Nurhasan. 2000. Pengembangan System Pembelajaran Model Mata Kuliah Tes

Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK UPI. hal: 23. Pearce. 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama. Pocock, S. J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. New York : Wiley

Medical Publication. Powers., Howley. 1996. Exercise physiology, Theoryb And Application To Fitness

And Performance. Regina Ernst : New Era Matte Plus. Seventh edition.1,261.

Purnomo. 1990. Petunjuk Teknis Kesehatan Olahraga. Jakarta : Departeman

Kesehatan Olahraga Republik Indonesia. Purnomo,D., Tilarso,H. 1991. Buku Petunjuk Latihan Fisik, Bagian Kedua.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Santosa. G. 2004. Statistik. Yogyakarta : Penerbit Adi. Sharkey, J, B. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. Sharkey, J, B. 2011. Kebugaran Dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC Soekarman. 1991. Energi dan Sistem Energi Predominan pada Olahraga. Jakarta:

Pusat Ilmu Olahraga. Soekarman. 1999. Pemeriksaan Faal dalam Latihan. Surabaya : Universitas

Airlangga.

79

Soekarno, W., Kushartanti,B. M. W. dan Nurhadi,M. 1996. Dasar Dasar Latihan Senam Aerobik. Yogyakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP.

Sudibjo, P., Prakosa,D. 2001. Pengaruh Senam Aerobik Intesitas Sedang Dan

Intesitas Tinggi Terhadap Presentase Lemak Badan Dan Lean Body Weight, Sian Keehatan , Vol. 14, Nomor 3.

Suharta, A. 2006a. Jurnal Iptek Olahraga, Volume 8, Januari Nomor 1. Jakarta :

Asisten Deputi Iptek Olahraga Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Dan Iptek Olahraga Kementerian Negara Dan Olahraga.

Suharta, A. 2006b. Jurnal Iptek Olahraga, Volume 8, Mei Nomor 2. Jakarta :

Asisten Deputi Iptek Olahraga Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga.

Suharto, Tilarso, Moeloek. 2005. Petunjuk Tehnis Pengukuran Kebugaran

Jasmani. Jakarta : Dirjen Binkesmas Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Sukardiasih, L. G. 2005. Pelatihan Senam Ajeg Bali lebih Meningkatkan

Kebugaran Fisik dan Menurunkan Lemak Tubuh daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu pada Wanita Pegawai Puskesmas di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Hal:1,6-10, 58-62.

Sumosardjuno, S. 1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga.

Jakarta: PT Gramedia. hal: 46,232. Supariasa., Bakri., Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Supadi, Pramono. 2000. Pengantar Statistika Kesehatan. Yoyakarta : Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM. Tanasescue, M., Michael F, Leitzmenn, Eric B. Rimm. 2002. Exercise Type and

Intensity in Relation to Coronary Heart Disease in Men. JAMA Vol 288. Triangto, M. 2005. Jalan Sehat dengan Sport Therapy, Seri Intisari Kesehatan.

Jakarta : PT Intisari Mediatama. Wahyo,E., Wahyu,A. 2004. Senam Ayo Bangkit. Jakarta : Federasi Olahraga

Masyarakat Indonesia (FOMI). hal: 1-84 Wahyo,E., Wahyu,A. 2008. Senam Ayo Bersatu Seri 2. Jakarta : Federasi

Olaharaga Masyarakat Indonesia (FOMI). hal: 1-77.

80

Wiadnyana, P. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 29.

Wiadnyana, P., Wirapranata, P. 1995. Informasi Kesegarn Jsmni. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 4-5. Wiarto,G. 2013. Fisiologi Dan Olahraga, Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha

Ilmu.Cetakan peratama. hal: 1,153-156. Wilmore, J.H., Costill, D.L. 1994. Physiology Of Sport And Exercise. Champai

Human Kinetic pulissher Inc. Wirapranata, P., Zainar, S. 1995. Informasi Kesegaran Jasmani. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

81

Lampiran 1. Foto dan Proses Pelatihan

Pengukuran Tekanan Darah

82

Pengukuran Tinggi Badan

83

Pengukuran Berat Badan

84

Alat Pengukur Suhu Kelembaban Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di LapAngan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan

Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar

85

Alat Pengukur Suhu Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan

PoltekesDenpasar

86

Alat Pengeras Suara (Werles) Pada Saat Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar

87

Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pemanasan

88

Senam Ayo Bangkit, Gerakan Inti

89

Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pendingnan

90

Pelatihan Senam Ayo Bangkit Kelompok 1 (P1) di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasr

91

Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2, Gerakan Pemanasan

92

Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2, Gerakan Inti

93

Gerakan Pelatihan Senam Ayo Berastu seri 2, Gerakan Pendinginan

94

Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 Kelompok 2 (P2), dI Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar

95

Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 Kelompok 2 (P2), di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar

62

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian 1. Indeks Masa Tubuh

Tabel 1.1 Data Indeks Massa Tubuh Subjek

IMT P1 pre IMT P1 post IMT P2 pre IMT P2 post

18,280 18,070 21,750 21,460 20,230 19,820 20,280 19,900 22,480 22,060 22,480 22,060 22,480 21,560 20,820 20,170 22,520 22,000 20,230 19,900 18,320 18,010 23,320 22,060 23,210 22,310 20,230 19,200 23,300 23.010 20,660 20,340 20,700 20,200 23,700 23,130 20,600 19,980 19,560 19,300 20,170 19,800 20,230 19,980

IMT = Indeks Massa Tubuh P1 = PelatihanSenam Ayo Bangkit

P2 = PelatihanSenam Ayo Bersatu Seri 2

Tabel 1.2 Hasil Analisis Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh

P1 pre P1 post P2 pre P2 post

n 11 11 11 11 Normal Parameters (a,b) Mean 21,208 20,620 21,205 20,682 Std. Deviation 1,912 1,692 1,396 1,288 Most Extreme Differences Absolute 0,202 0,165 0,245 0,241 Positive 0,150 0,143 0,245 0,241 Negative -0,202 -0,165 -0,151 -0,130 Kolmogorov-Smirnov Z 0,669 0,548 0,813 0,799 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,762 0,925 0,523 0,545 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Tabel 1.3

Hasil Analisis Rerata Indeks Massa Tubuh

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 IMT P1 pre 21,208 11 1,912 0,576

63

IMT P1 post 20,620 11 1,692 0,510

Pair 2 IMT P2 pre 21,205 11 1,396 0,421 IMT P2 post 20,682 11 1,288 0,388

Tabel 1.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh Subjek

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Lower Upper

t df Sig. (2-

tailed)

Pair 1 IMT P1 pre –

IMT P1 post 0,588 0,387 0,117 0,328 0,848 5,035 10 0,001

Pair 2 IMT P2 pre –

IMT P2 post 0,524 0,336 0,101 0,298 0,749 5,175 10 0,000

64

2. Waktu Tempuh

Tabel 2.1 Waktu Tempuh Lari 2,4 km P1dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan

P1Pre P1Post P2Pre P2Post 20,230 17,120 18,510 16,234 20,450 15,670 19,560 17,230 19,030 16,450 19,500 16,340 20,430 15,870 18,500 16,230 21,380 16,340 21,280 18,050 18,540 15,420 20,200 18,340 20,540 14,120 20,200 18,160 18,240 15,120 22,400 19,450 19,220 14,780 22,050 20,400 22,270 17,230 18,530 16,230 20,440 16,500 22,050 19,430

Tabel 2.2 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh Lari 2,4 km

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

P1 pre P1 post P2 pre P2 post n 11 11 11 11

Normal Parameters (a,b) Mean 20,070 15,875 20,253 17,827 Std. Deviation 1,213 0,971 1,492 1,498 Most Extreme Differences Absolute 0,189 0,139 0,159 0,203 Positive 0,167 0,081 0,150 0,203 Negative -0,189 -0,139 -0,159 -0,143 Kolmogorov-Smirnov Z 0,626 0,460 0,526 0,674 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,828 0,984 0,945 0,755 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

65

Tabel 2.3 Hasil Analisis Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km

Mean n Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 P1Pre 20,070 11 1,213 0,366 P1Post 15,875 11 0,971 0,293 Pair 2 P2Pre 20,253 11 1,492 0,450 P2Post 17,827 11 1,498 0,452 Pair 3 P1Pre 20,070 11 1,213 0,366 P2Pre 20,253 11 1,492 0,450 Pair 4 P1Post 15,875 11 0,971 0,293 P2Post 17,827 11 1,498 0,452 Pair 5 SelisihP1 -4,195 11 1,143 0,345 SelisihP2 -2,426 11 0,514 0,155

Tabel 2.4

Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 km

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Lower Upper

t df Sig. (2-tailed)

Pair 1

P1 pre – P1 post 4,195 1,143 0,345 3,427 4,964 12,169 10 0,000

Pair 2

P2 pre – P2 post 2,426 0,514 0,155 2,081 2,771 15,657 10 0,000

Pair 3

P1 pre – P2 pre -0,183 2,283 0,688 -1,716 1,351 -0,265 10 0,796

Pair 4

P1 post – P2 post -1,952 2,217 0,668 -3,441 -0,463 -2,921 10 0,015

Pair 5

Selisih P1 – Selisih P2

-1,769 1,377 0,415 -2,694 -0,845 -4,263 10 0,002

66

3. Denyut Nadi Istirahat dan Latihan

Tabel 3.1 Data Denyut Nadi P1

DNI P1 pre DNL P1 pre DNI P1 post DNL P1 post

77 110 78 112 83 161 82 167 76 108 79 124 80 115 80 143 78 110 79 126 81 119 80 139 76 116 78 127 80 118 80 129 77 117 78 130 90 120 84 135 80 125 79 127

DNI=DenyutNadiIstirahat, DNI=DenyutNadiLatihan Tabel 3.2

Hasil Analisis Uji Normalitas Denyut Nadi P1

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Denyut Nadi Istirahat P1 pre

Denyut Nadi

Latihan P1 pre

Denyut Nadi

Istirahat P1 post

Denyut Nadi Latihan P1 post

N 11 11 11 11 Normal Parameters (a,b)

Mean 79,818 119,909 79,727 132,636

Std. Deviation 4,045 14,508 1,849 14,009 Most Extreme Differences

Absolute 0,209 0,316 0,260 0,211

Positive 0,209 0,316 0,260 0,211 Negative -0,173 -0,206 -0,175 -0,178 Kolmogorov-Smirnov Z 0,694 1,047 0,861 0,700 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,721 0,223 0,449 0,712 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

67

Tabel 3.3 Hasil Analisis Rerata Denyut Nadi P1

Mean n Std.

Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Denyut Nadi Istirahat P1 pre 79,818 11 4,045 1,220

Denyut Nadi Istirahat P1 post 79,727 11 1,849 0,557

Pair 2 Denyut Nadi Latihan P1 pre 119,909 11 14,508 4,374 Denyut Nadi Latihan P1 post 132,636 11 14,009 4,224

Tabel 3.4 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi P1

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Lower Upper

t df Sig. (2-

tailed)

Pair 1 Denyut Nadi Istirahat P1 Pre - Denyut Nadi Istirahat P1 Post

0,091 2,343 0,707 -1,483 1,665 0,129 10 0,900

Pair 2 Denyut Nadi Latihan P1 Pre - Denyut Nadi Latihan P1 Post

-12,727 7,708 2,324 -17,906 -7,549 -5,476 10 0,000

68

Tabel 3.5 Data Denyut Nadi P2

DNI P2 pre DNL P2 pre DNI P2 post DNL P2 post

82 110 81 122 79 119 78 118 78 131 80 140 81 108 80 124 77 120 80 128 79 121 74 121 75 120 79 124 78 108 78 119 82 115 83 123 80 130 80 141 77 115 75 118

Tabel 3.6

Hasil Uji Normalitas Data Denyut Nadi P2

Denyut Nadi

Istirahat P2 pre

Denyut Nadi

Latihan P2 pre

Denyut Nadi

Istirahat P2 post

Denyut Nadi

Latihan P2 post

n 11 11 11 11 Normal Parameters (a,b) Mean 78,909 117,909 78,909 125,273 Std. Deviation 2,212 7,829 2,587 8,088 Most Extreme Differences Absolute 0,120 0,165 0,209 0,290 Positive 0,120 0,165 0,155 0,290 Negative -0,103 -0,121 -0,209 -0,184 Kolmogorov-Smirnov Z 0,398 0,546 0,693 0,961 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,997 0,927 0,723 0,314 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

69

Tabel 3.7 Hasil Analisis Rerata Denyut Nadi P2

Mean n Std.

Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 DNI P2 pre 78,909 11 2,212 0,667 DNI P2 post 78.909 11 2,587 0,780

Pair 2 DNL P2 pre 117,909 11 7,829 2,360 DNL P2 post 125,273 11 8,088 2,439

Tabel 3.8 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi P2

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Lower Upper

t df Sig. (2-

tailed)

Pair 1 Denyut Nadi Istirahat P2 Pre - Denyut Nadi Istirahat P2 Post

0,000 2,490 0,751 -1,673 1,673 0,000 10 1,000

Pair 2 Denyut Nadi Latihan P2 Pre - Denyut Nadi Latihan P2 Post

-7,364 5,297 1,597 -10,922 -

3,805 -

4,611 10 0,001