Post on 13-Aug-2015
FAKTOR RISIKO ASUPAN FE, INHIBITOR KALSIUM DAN JARAK KELAHIRAN TERHADAP KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA
IBU HAMIL DI KLINIK NURANI GODEAN(Presentasi Oral Simposium Gizi Nasional FK UGM 2011, Presentasi Poster Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X, LIPI 2012, Poster Presentation-International Symposium on Welness, Healthy Lifestyle and Nutrition, Universiti Sains Malaysia 2012 dan sudah diterbitkan
dalam Jurnal Berkala Ilmiah Mahasiswa Gizi Indonesia (BIMGI) HPEQ Project, Kemendiknas RI Volume 1, 2012)
Sandy Ardiansyah1, Tri Siswati2, Elza Ismail3, Nur Dwi Handayani4
1. Jurusan Gizi Potekkes Kemenkes Yogyakarta (sandy_ahligizi@ymail.com, 081367766648)
2. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta (tiur_gizi_yogya@yahoo.com, 081227614547)
3. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta4. Ahli Gizi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
ABSTRACTOsteoporosis happened when a woman is pregnant or lactating. Pregnant women must
have more iron intake, more calcium intake for development babies inside. A factor that inhibitors calcium absorption is the presence of organic substances that can be compound with calcium to form insoluble salts, such as the consumption of oxalic acid, sodium and fiber. Birth space of near can also being the risk of osteoporosis, the mother which no time to recover health after child birth.
Observasional research with design of case-control study. Research conducted at Klinik Nurani Godean. There are 90 sample pregnant women such as 30 pregnant women as osteoporosis and 60 pregnant women as non osteoporosis. As data research iron intake, calcium inhibitor, birth space, and Bone Mineral Density.
Most pregnant women with osteoporosis happen in the third trimester (60%), iron consumption risk (93,3%), oxalic acid consumption risk (53,3%), sodium consumption risk (56,7%), fiber consumption risk (56,7%) and birth space risk (3,3%). After that, the majority of pregnant women on non-osteoporosis happen in the second trimester (35%) and the third trimester (33,3%), iron consumption risk (91,7%), oxalic acid consumption risk (30%), sodium consumption risk (45%), fiber consumption risk (48,3%) and birth space risk (1,7%).Keywords : Iron intake, Calcium inhibitor, Birth space, Osteoporosis
A. Latar Belakang
Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif
merupakan dambaan banyak orang. Namun
seiring dengan bertambahnya usia, fungsi
organ tubuh pun berangsur-angsur
menurun dan berakibat timbulnya berbagai
penyakit, salah satunya adalah kepadatan
tulang1. Osteoporosis didefinisikan sebagai
kepadatan mineral tulang (Bone Mineral
Density) yang kurang dari -2,5 SD dibawah
rata-rata, hingga saat ini wanita muda di
Indonesia belum diketahui secara pasti,
namun risiko terjadinya osteoporosis
cukup tinggi. Menurut penelitian Badan
Litbang Depkes Tahun 2005, 1 dari 3
wanita dan 1 dari 5 pria memiliki
kecenderungan menderita osteoporosis2.
Berdasarkan analisis data dari
Puslitbang Gizi dan Makanan Kemenkes
RI, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
menempati urutan tertinggi ke-3 (23,5%)
setelah Sumatra (27,7%) dan Jawa Tengah
(24,02%)3 dalam hal penderita
osteoporosis. Pada penelitian pendahuluan
yang dilakukan oleh Ramayulis tahun 2005
tentang kepadatan tulang di Jakarta dengan
subyek penelitian 1503 wanita yang
berusia antara 20-65 tahun selama tahun
2005 (26 februari-11 desember 2005)
didapatkkan hasil ; 331 orang (22%)
dinyatakan osteoporosis, 532 orang
(35,4%) dinyatakan osteopenia dan 640
orang (42,6%) mempunyai kepadatan
tulang baik 4.
Kalsium merupakan salah satu
makromineral dan unsur mineral terbanyak
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia yaitu
kurang lebih 800 mg pada orang dewasa
dan ditambah 400 mg pada kondisi hamil5.
Salah satu faktor yang menghalangi
(inhibitor) penyerapan kalsium adalah
adanya zat organik yang dapat bersenyawa
dengan kalsium membentuk garam yang
tidak larut antara lain konsumsi serat yang
berlebihan penggunaan garam yang
berlebihan juga menjadi pemicu
penghambat karena garam akan memaksa
kalsium keluar dari tubuh yang terbuang
melalui urin. Asam oksalat yang
berlebihan juga dapat membentuk senyawa
kalsium oksalat yang tidak larut sehingga
tidak dapat diserap oleh tubuh6.
Pada umumnya pencegahan
osteoporosis melalui diet yang dianjurkan
adalah meningkatkan konsumsi makanan
sumber kalsium dan vitamin D. Namun,
penelitian terkini menunjukkan bahwa zat
besi berperan untuk mempertahankan
kepadatan mineral tulang yang berkaitan
dengan fungsinya pada sintesis kolagen
(protein berserat pada jaringan ikat, tulang,
tulang rawan) yang merupakan komponen
kunci tulang. Zat besi berperan sebagai
kofaktor (komponen-komponen nonprotein
enzim) bagi enzim-enzim yang terlibat
dalam sintesis kolagen1.
Osteoporosis bisa terjadi ketika
seorang wanita sedang hamil atau
menyusui. Perempuan yang sedang
mengandung akan kehilangan lebih banyak
kalsium karena asupan yang dibutuhkan
dua kali asupan normal. Jika asupan tidak
terpenuhi, maka janin akan menyerap
asupan kalsium ibunya. Kasus ini
ditemukan ketika masa trimester ketiga
(usia kehamilan 6-9 bulan)7 . Penelitian
Kumar8 pada 233 wanita hamil untuk
dinilai densitas mineral tulang dan hasilnya
dianalisis dengan T-Score untuk insiden
massa tulang normal, osteopenia, dan
osteoporosis pada dua kelompok yang
berbeda yaitu primigravidas (riwayat
melahirkan satu kali) dan multigravidas
(riwayat melahirkan lebih dari satu kali)
diperoleh hasil bahwa dari 233 wanita
hamil, 23,6% memiliki cadangan tulang
normal, 41,6% adalah osteopenia dan
34,8% osteoporosis.
Paritas merupakan salah satu faktor
risiko osteoporosis karena pembentukan
kerangka tulang janin akan mengambil 3%
kalsium tulang ibu. Selama kehamilan
trimester pertama kurang lebih 5
mmol/hari (200 mg/hari) kalsium
diperlukan untuk pertumbuhan janin. Jarak
kelahiran yang optimal dapat memberikan
kesempatan bagi ibu untuk memperbaiki
kesehatan setelah melahirkan adalah 2
tahun9.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor risiko asupan Fe,
inhibitor kalsium dan jarak kelahiran
terhadap kejadian osteoporosis pada ibu
hamil di Klinik Nurani Godean.
A. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan metode observasional
dan rancangan penelitian studi kasus-
kontrol. Observasi dimulai dengan
pendefinisian individu-individu sebagai
kasus atau kontrol, kemudian ditelusuri ke
belakang untuk mengamati riwayat
karakteristik atau paparan yang diduga
mengakibatkan terjadinya penyakit
osteoporosis10.
Penelitian dilakukan di Klinik
Nurani Godean tahun 2011. Sebanyak 90
ibu hamil terdiri dari 30 osteoporosis dan
60 non osteoporosis diteliti sebagai
sampel. Data yang dikumpulkan meliputi
asupan Fe, inhibitor kalsium (asupan asam
oksalat, natrium dan serat), jarak kelahiran,
dan kepadatan tulang.
Data asupan zat gizi dikumpulkan
dengan metode FFQ Semikuantitatif dan
dianalisis dengan nutrisurvey dan CD
Menu (program komputer untuk mencari
nilai suatu bahan pangan). Kepadatan
tulang diukur dengan Quantitative
Ultrasound Bone Densitometry. Analisis
data meliputi deksriptif dan statistik untuk
mencari nilai odds ratio dari masing-
masing variabel.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Responden berjumlah 90 orang
yang terbagi menjadi 30 kasus dan 60
kontrol. Sebagian besar ibu hamil yang
osteoporosis berumur 20 – 35 tahun yaitu
86,7% dan sebanyak 95% ibu hamil yang
non osteoporosis. Batasan umur sehat
untuk masa reproduksi adalah antara 20 –
35 tahun, karena pada usia ini seorang
wanita telah siap secara fisik dan psikis
untuk melahirkan11.
Karakteristik ibu hamil berdasarkan
pendidikan, sebagian besar mempunyai
pendidikan tamat SMA/SLTA/MA sebesar
56,7% pada kasus osteoporosis dan 60%
pada non osteoporosis. Tingkat pendidikan
ibu akan mempengaruhi sikap dan
keterampilan dalam menerapkan prinsip
gizi12. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan memudahkan seseorang untuk
menyerap informasi dan
mengimplementasikan kesehatan dan
gizi13. Berdasarkan status pekerjaan,
sebagian besar ibu hamil tidak bekerja
yaitu 56,7% osteoporosis dan 60% yang
non osteoporosis. Sedangkan menurut usia
kehamilan, sebagian besar ibu hamil yang
menjadi responden kehamilannya 7-9
bulan (trimester III) sebesar 60%
osteoporosis dan pada ibu hamil yang non
osteoporosis pada kehamilan trimester I
(31,7%) dan III (33,3%). Usia kehamilan
mempengaruhi kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil diantaranya Fe. Rentang kehamilan
dimulai dari trimester II merupakan umur
kehamilan dengan tingkat kebutuhan dan
penyerapan Fe yang tinggi12.
Seluruh data karakteristik
responden yang telah diuraikan
sebelumnya berdasarkan umur, trimester
kehamilan, pendidikan, dan pekerjaan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel Osteoporosis Non Osteoporosisn=30 % n=60 %
Umur a. 20 – 35 tahunb. > 35 tahun
264
86,713,3
573
955
Tingkat pendidikana. Tamat SD/MIb. Tamat SMP/SLTP/MTSc. Tamat SMA/SLTA/MAd. Tamat Akademi/PT
111711
3,33,356,736,7
013623
-1,760
38,3Pekerjaana. Tidak bekerjab. Buruhc. Gurud. Karyawan swastae. PNS
1703100
56,7-
1033,3
-
3013242
501,7540
3,33Usia kehamilana. Trimester Ib. Trimester IIc. Trimester III
3918
103060
192120
31,735
33,3
2. Asupan Fe
Rata-rata asupan Fe responden yang
berasal dari makanan adalah 14,9 ± 8,8
mg/hari (61,1% AKG) dengan rentang 4,3
– 68 mg/hari. Secara rinci rata-rata asupan
Fe dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Asupan Fe
Asupan Fe Osteoporosisn=30
Non Osteoporosisn=60
Total
Mean ± SD (mg/hari) 13,9 ± 4,8 15,4 ± 10,3 14,9 ± 8,8Minimal (mg/hari) 6,2 4,3 4,3Maksimal (mg/hari) 26 68 68% AKG 57,9 64,2 61,1
Bila dikelompokkan menjadi 2 kelompok,
yakni asupan risiko (80% AKG = <24
mg/hari) dan tidak berisiko (80% AKG =
≥24 mg/hari) maka kedua kelompok ibu
hamil osteoporosis dan non osteoporosis
mempunyai asupan yang kurang dari 24
mg/hari. Masing-masing sebesar 93,3%
dan 91,7%. Secara rinci dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Distribusi Asupan Fe
Sebagian besar ibu hamil yang
osteoporosis mempunyai asupan Fe yang
berisiko (93,3%). Asupan Fe rata-rata ibu
hamil yang berasal dari asupan makanan
yaitu 57,9% AKG dan masih berada
dibawah angka kecukupan gizi (AKG),
mengakibatkan terjadinya proses
penyerapan Fe yang kurang optimal.
Asupan Fe yang berisiko atau
kurang akan membuat proses pengaturan
tulang melalui enzim menjadi terganggu
sehingga mengakibatkan tulang menjadi
rapuh.1 Selain itu, pada ibu hamil, Fe
berfungsi membantu produksi hemoglobin
yang ada dalam darah. Fe juga mencegah
terjadinya anemia, sehingga ibu hamil
memiliki batas anjuran Fe lebih banyak
dibandingkan dengan sebelum hamil14.
3. Asupan Inhibitor Kalsium
a. Asam Oksalat
Rata-rata asupan asam oksalat ibu hamil
adalah 159,1 ± 195,7 mg/hari. Rata-rata
asupan asam oksalat pada osteoporosis dan
non osteoporosis dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Asupan Asam Oksalat
Asupan Asam Oksalat
Osteoporosisn=30
Non Osteoporosis
n=60
Total
Mean±SD (mg/hari) 236,3 ± 275,8 120,4 ± 125,7 159,1 ± 195,7Minimal (mg/hari) 2,7 3,5 2,7Maksimal (mg/hari) 1289 575,2 1289
Berdasarkan Tabel 3, diperoleh
rata-rata asupan asam oksalat ibu hamil
sebagai kasus osteoporosis adalah 236,3 ±
275,8 dengan rentang 2,7 – 1289 mg. Ibu
hamil yang Non-osteoporosis diperoleh
nilai rata-rata asupan asam oksalat sebesar
120,4 ± 125,7 dengan rentang nilai 3,5 -
575,2 mg.
Sebagian besar ibu hamil
osteoporosis mempunyai asupan asam
oksalat yang berlebih yaitu rata-rata dari
asupan ibu hamil dalam penelitian >159
mg/hari sebesar 53,3% sedangkan pada ibu
hamil yang non osteoporosis sebagian
besar mempunyai asupan yang tidak
berisiko (70%). Secara rinci dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Distribusi Asupan Asam Oksalat
Sebesar 53,3% ibu hamil yang
osteoporosis mempunyai asupan asam
oksalat berisiko yaitu asupan lebih dari 159
mg/hari sedangkan 46,7% asupan ibu
hamil tidak berisiko. Hal ini disebabkan
karena konsumsi makanan ibu hamil yang
tidak seimbang dan kurang beraneka
ragam, sehingga menyebabkan banyak
makanan yang dikonsumsi yang
mengandung inhibitor kalsium yaitu asam
oksalat.
Penelitian Mahyuddin15
mendapatkan hasil rata-rata asupan oksalat
pada responden sebesar 4,4 mg dengan
rentang 0,119 – 6,93 mg. Responden yang
mempunyai asupan asam oksalat berlebih
sebesar 42,9% menderita osteoporosis.
Hal ini terjadi dikarenakan
tingginya tingkat konsumsi sayuran dan
buah. Asam oksalat yang ada dalam
berbagai makanan nabati cenderung
membentuk garam kalsium oksalat yang
tidak mampu diserap usus sehingga akan
menghambat terjadinya penyerapan
kalsium16.
b. Natrium
Rata-rata asupan natrium ibu hamil adalah
350,6 ± 190,6 mg/hari. Rata-rata asupan
natrium pada osteoporosis dan non
osteoporosis dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Asupan Natrium
Asupan Natrium Osteoporosisn=30
Non Osteoporosis
n=60
Total
Mean±SD(mg/hari) 376,8 ± 194,8 337,5 ± 188,8 350,6 ± 190,6Minimal (mg/hari) 115,9 38,3 38,3Maksimal (mg/hari)
872,9 967 967
Sebagian besar ibu hamil yang
osteoporosis mempunyai asupan natrium
yang berlebih yaitu berdasarkan rata-rata
asupan natrium ibu hamil dalam penelitian
sebesar 350 mg/hari. Sebanyak 56,7% ibu
hamil osteoporosis mempunyai asupan
natrium yang berisiko sedangkan 55% ibu
hamil non osteoporosis tidak berisiko.
Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Distribusi Asupan Natrium
Sebagian besar ibu hamil yang
osteoporosis mempunyai asupan natrium
yang berisko atau lebih dari 350 mg/hari
sebesar 56,7%. Hal ini dikarenakan
konsumsi asupan natrium yang tinggi yang
banyak berasal dari garam dapur (NaCl).
Konsumsi garam yang tinggi akan
merugikan kesehatan tulang. Natrium
memaksa kalsium keluar dari tubuh
melalui air kencing secara berlebihan. Oleh
karena itu perlu diperhatikan makanan
yang dikonsumsi. Makanan yang asin
dapat merugikan kesehatan antara lain
menaikkan tekanan darah, jantung, ginjal
menaikkan berat badan serta menambah
pembuangan kalsium17.
c. Serat
Rata-rata asupan serat ibu hamil adalah
10,9 ± 3,4 gram/hari. Secara rinci rata-rata
asupan serat osteoporosis dan non
osteoporosis dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Asupan Serat
Asupan Serat Osteoporosisn=30
Non Osteoporosisn=60
Total
Mean ± SD (g/hari) 11,6 ± 3,6 10,5 ± 3,2 10,9 ± 3,4Minimal (g/hari) 7,1 5,2 5,2Maksimal (g/hari) 25,2 20,1 25,2
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh rata-
rata asupan serat ibu hamil osteoporosis
11,6 ± 3,6 dengan rentang nilai 7,1-25,2
gram/hari. Ibu hamil yang non
osteoporosis diperoleh rata-rata asupan
serat sebesar 10,5 ± 3,2 dengan rentang
nilai 5,2-20,1 gram/hari. Sebagian besar
ibu hamil yang osteoporosis mempunyai
asupan serat yang berisiko (56,7%)
sednagkan non osteoporosis yang tidak
berisiko sebesar 51,7%. Secara rinci dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Distribusi Asupan Serat
Sebesar 56,7% ibu hamil yang
osteoporosis mempunyai asupan serat
berisiko atau lebih dari 10 gram/hari yang
didapatkan dari nilai rata-rata responden
penelitian. Hal ini dikarenakan asupan
konsumsi serat berlebihan.
Penelitian Mahyudin15 menyatakan
bahwa asupan serat berpengaruh terhadap
kejadian osteoporosis sebanyak 20%. Serat
yang berlebihan akan menurunkan absorbsi
kalsium karena serat menurunkan waktu
transit makanan di dalam saluran cerna5.
Serat merupakan bagian dari makanan
yang tidak dapat dicerna secara enzimatis
sehingga bukan sebagai sumber makanan.
Saraswati18, menyatakan bahwa meskipun
serat terbukti banyak manfaatnya bagi
kesehatan, tetapi konsumsi yang berlebihan
dapat mengganggu penyerapan kalsium
dan sejumlah vitamin. Pernyataan ini
sejalan dengan Hartono16 menyatakan
bahwa terlalu banyak konsumsi serat justru
akan menimbulkan gangguan pencernaan
seperti, kembung, mulas, diare serta
menurunkan penyerapan mineral termasuk
kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh.
4. Jarak Kelahiran
Rata-rata jarak kelahiran ibu hamil adalah
0,62 ± 2,05 tahun. Berikut merupakan
secara rinci rata-rata jarak kelahiran
osteoporosis dan non osteoporosis dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata Jarak kelahiran
Jarak Kelahiran Osteoporosisn=30
Non Osteoporosisn=60
Total
Mean ± SD (tahun) 0,53 ± 1,94 0,67 ± 2,12 0,62 ± 2,05Minimal (tahun) 0 0 0Maksimal (tahun) 9 12 12
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh
rata-rata jarak kelahiran ibu hamil yang
osteoporosis adalah 0,53 ± 1,94 dengan
rentang nilai 0 - 9. Ibu hamil yang non
osteoporosis diperoleh rata-rata jarak
kelahiran sebesar 0,67 ± 2,12 dengan
rentang nilai 0 – 12 tahun. Secara rinci
daoat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Distribusi Jarak kelahiran
Sebagian besar ibu hamil yang
osteoporosis mempunyai jarak kelahiran
tidak berisiko (96,7%). Sedangkan, ibu
hamil yang non osteoporosis juga
mempunyai jarak kelahiran yang tidak
berisiko (98,3%).
5. Kepadatan mineral tulang / Bone
Mineral Density (BMD) Ibu Hamil
Berdasarkan pengukuran BMD terhadap
90 responden, diperoleh rata-rata T-Score -
0,43 ± 1,21 dengan rentang nilai -2,60 -
2,50. Secara rinci rata-rata nilai T-Score
responden berdasarkan BMD dapat dilihat
pada Tabel 7:
Tabel 7. Distribusi BMD
T-score BMD Osteoporosis Non Osteoporosis TotalMean ± SD -1,73 ±0,50 0,21±0,91 -0,43±1,21Minimal -2,60 -0.90 -2,60Maksimal -1,00 2,50 2,50
Berdasarkan Tabel 7, diperoleh
rata-rata nilai T-Score ibu hamil yang
osteoporosis adalah -1,73 ± 0,50 dengan
rentang nilai -3,00 hingga -1,00. Ibu hamil
yang non osteoporosis diperoleh rata-rata
nilai T-Score sebesar 0,21 ± 0,90 dengan
retang nilai -0,9 - 2,50.
Hartono16 menyatakan kepadatan
tulang mencapai puncak (Peak Bone Mass)
kira-kira pada usia pertengahan 30 tahun
dimana saat itu terjadi kemunduran tulang.
Oleh karena itu diperlukan konsumsi
kalsium sejak dini yang harus tercukupi
karena kalsium merupakan elemen penting
dan utama dalam pembentukan serta
pemeliharaan tulang.
Dalam penelitian Mahyuddin15 nilai
rentang T-Score -2,5 SD hingga -3,1 SD.
Berdasarkan hasil penelitian pada pasien di
Balai Pemeriksaan Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali, 79,4% dari
34 responden tidak mengalami
osteoporosis. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mampu menjaga
tingkat kepadatan tulang.
6. Asupan Fe dan Osteoporosis
Kepadatan mineral tulang
dipengaruhi secara langsung oleh asupan
zat gizi. Terutama ibu hamil yang
memerlukan asupan zat gizi lebih bila
dibandingkan dengan wanita dewasa yang
tidak sedang hamil, karena intake asupan
juga dibutuhkan untuk sang janin. Asupan
Fe ibu hami dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Asupan Fe Ibu Hamil
Asupan FeOsteoporosis
Non Osteoporosis X2 P OR
CI 95%n % n %
RisikoTidak Risiko
282
93,36,7
555
91,78,3
0,029
0,78
1,27 0,232-6,979
Total 30 100 60 100
Berdasarkan tabel 8 kriteria asupan
Fe yang berisiko bila < 24mg/hari dan
tidak berisiko bila 24mg/hari. Sebagian
besar ibu hamil yang mempunyai asupan
Fe berisiko merupakan osteoporosis
(93,3%) dan ibu hamil memiliki asupan
yang tidak berisiko namun osteoporosis
(6,7%). Sedangkan, ibu hamil yang non
osteoporosis, sebesar 91,7% ibu hamil
yang mempunyai asupan Fe berisiko serta
8,3% memiliki asupan Fe yang tidak
berisiko.
Berdasarkan hasil analisis faktor risiko,
didapatkan nilai OR (Odd ratio) adalah
sebesar 1,27 (OR:1,27, 95% 0,232 - 6,979)
yang artinya adalah asupan Fe yang
berisiko atau kurang akan mengakibatkan
terjadinya osteoporosis sebanyak 1,27
lebih besar bila dibandingkan dengan
asupan Fe yang tidak berisiko.
Peran Fe dalam pengaturan tulang
yaitu membantu tulang dengan cara
mengatur enzim yang menagkibatkan
tulang menjadi lebih kuat. Selain itu, pada
ibu hamil Fe berfungsi membantu produksi
hemoglobin yang ada dalam darah. Fe juga
mencegah terjadinya anemia, sehingga ibu
hamil memiliki batas anjuran Fe lebih
banyak dibandingkan dengan sebelum
hamil1.
7. Asupan Asam oksalat dan Osteoporosis
Asam oksalat merupakan salah satu
zat penghambat dalam hal tercapainya
kebutuhan kalsium yang masuk ke dalam
tubuh. Apabila zat tersebut berlebihan di
dalam tubuh ibu hamil dan diabaikan saja
maka kebutuhan kalsium di dalam tubuh
tidak akan tercukupi karena terjadi
penghambatan. Asupan asam oksalat ibu
hamil dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 Asupan Asam Oksalat Ibu Hamil
Asupan Asam Oksalat
OsteoporosisNon
Osteoporosis X2 P OR CI 95%n % n %
RisikoTidak Risiko
1614
53,346,7
1842
3070
0,227
0,03 2,66 1,079-6,593
Total 30 100 60 100
Berdasarkan Tabel 9, kriteria
asupan asam oksalat yang berisiko bila ≥
159mg/hari dan tidak risiko bila <
159mg/hari. Sebesar 53,3% ibu hamil yang
osteoporosis mempunyai asupan asam
oksalat berisiko dan 46,7% ibu hamil
mempunyai asupan tidak berisiko.
Sedangkan ibu hamil yang non
osteoporosis, sebesar 30% ibu hamil
memiliki asupan asam oksalat berisiko dan
70% tidak berisiko.
Hasil uji statistik terhadap analisis
faktor risiko, didapatkan nilai OR sebesar
2,66 berarti asupan asam oksalat berisiko
atau berlebihan mengakibatkan kejadian
osteoporosis ibu hamil sebesar 2,66 (OR:
2,66, 95% 1,079 - 6,593) kali bila
dibandingkan dengan ibu hamil yang
memiliki asupan asam oksalat tidak
berisiko.
Hasil penelitian Mahyuddin15
menunjukkan bahwa responden yang
osteoporosis mempunyai 42,9% asupan
asam oksalat yang berlebih sedangkan 63%
responden mempunyai asupan asam
oksalat lebih namun tidak mengalami
osteoporosis. Hal ini dapat terjadi karena
tingkat konsumsi terhadap sayuran daun
dan buah yang banyak terdapat kandungan
asam oksalat.
Osteoporosis terjadi karena
tingginya asupan asam oksalat yang
mampu mengikat mineral kalsium menjadi
garam kalsium oksalat yang tidak mampu
diserap oleh usus karena sifatnya yang
tidak mampu larut dalam air. Kekurangan
ini ditunjang dengan kurangnya
mengonsumsi lauk hewani16.
8. Asupan Natrium dan Osteoporosis
Menurut Tjandra17 makanan yang
asin selain tidak baik untuk tekanan darah,
jantung dan ginjal juga akan
mengakibatkan terjadinya pembuangan
kalsium dalam tulang sehingga
mengakibatkan terjadinya kerapuhan
tulang. Natrium yang sifatnya sebagai
penghambat akan memaksa kalsium keluar
dari tubuh melalui urin apabila konsumsi
natrium berlebihan. Berikut merupakan,
jumlah asupan natrium pada ibu hamil
pada Tabel 10.
Tabel 10. Asupan Natrium Ibu Hamil
Asupan NatriumOsteoporosis
Non Osteoporosis X2 P OR
CI 95%n % N %
Risiko Tidak Risiko
1713
56,743,3
2733
4555
0,11 0,30 1,59 0,661-3,866
Total 30 100 60 100
Berdasarkan tabel 10, kriteria
asupan natrium yang berisiko bila ≥ 350
mg/hari dan tidaK berisiko bila < 350
mg/hari. Sebesar 56,7% ibu hamil yang
mengonsumsi natrium berisiko merupakan
osteoporosis dan 43,3% ibu hamil yang
memiliki asupan natrium tidak berisiko
juga osteoporosis. Sebagian besar ibu
hamil non osteoporosis yang mempunyai
asupan natrium tidak berisiko sebesar 55%.
Natrium adalah mineral makro utama yang
dalam cairan ekstraselular, 35-40%
natrium ada di dalam kerangka manusia.
Sumber natrium yang tinggi adalah garam
dapur (NaCl).
Hasil uji statistik terhadap analisis
faktor risiko, didapatkan nilai (OR: 1,59
95% 0,661 - 3,866) yang artinya apabila
OR>1 adalah mempertinggi risiko yaitu
asupan natrium yang berisiko atau berlebih
akan menyebabkan kejadian osteoporosis
pada ibu hamil sebesar 1,97 kali
dibandingkan dengan konsumsi asupan
natrium yang tidak berisiko.
9. Asupan Serat dan Osteoporosis
Menurut Almatsier5, serat
menurunkan absorpsi kalsium, diduga
karena serat menurunkan waktu transit
makanan di dalam saluran cerna sehingga
mengurangi kesempatan untuk absorpsi
kalsium. Asupan serat ibu hamil dapat dilihat tabel 11.
Tabel 11. Asupan Serat Ibu Hamil
Asupan SeratOsteoporosis
Non Osteoporosis X2 P OR
CI 95%n % n %
Risiko Tidak Risiko
1713
56,743,3
2931
48,351,7
0,079
0,462
1,39 0,579-3,377
Total 30 100 60 100
Berdasarkan tabel 11, kriteria
asupan serat yang berisiko bila ≥ 10
mg/hari dan tidak risiko bila < 10 mg/hari.
Sebesar 56,7% ibu hamil yang memiliki
asupan serat berisko merupakan
osteoporosis dan 43,3% mempunyai
asupan yang tidak berisiko. Sedangkan,
sebagian besar ibu hamil yang non
osteoporosis mempunyai asupan berisiko
sebesar 48,3% dan 51,7% tidak berisiko.
Hasil uji statistik terhadap analisis
faktor risiko, didapatkan nilai (OR: 1,39,
95% 0,579 – 3,377) artinya ibu hamil yang
memiliki asupan serat berisiko atau lebih
akan menyebabkan kejadian osteoporosis
sebesar 1,39 kali lebih besar dibandingkan
dengan asupan serat yang tidak berisiko.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Mahyudin15 yaitu tidak ada
responden osteoporosis yang mempunyai
asupan serat yang berlebih. Namun,
3,7% responden mempunyai asupan serat
yang berlebih tetapi tidak osteoporosis. Hal
ini mungkin dikarenakan adanya
keseimbangan asupan serat dengan
makanan sumber kalsium.
Menurut Hartono16, terlalu banyak
konsumsi serat dapat menimbulkan risiko
gangguan pencernaan seperti penurunan
penyerapan beberapa mineral termasuk
kalsium yang benar-benar diperlukan oleh
tulang kita, diare, kembung serta mulas.
Konsumsi serat sehari-hari harus
dikombinasi dengan produk hewani,
ancaman kerapuhan tulang akibat
kurangnya kalsium dapat diminimalkan.
10. Jarak Kelahiran dan Osteoporosis
Jarak kelahiran adalah perhitungan
dalam tahun anak terakhir dengan anak
sebelumnya. Jarak kelahiran ibu hamil
dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Jarak Kelahiran Ibu Hamil
Jarak KelahiranOsteoporosis
Non Osteoporosis X2 P OR
CI 95%n % n %
RisikoTidak Risiko
129
3,396,7
159
1,798,3
0,053
0,618
2,03 0,123-33,69
Total 30 100 60 100
Berdasarkan tabel 12, kriteria jarak
kelahiran yang berisiko adalah < 2 tahun
dan tidak risiko bila ibu hamil
primigravida dan lebih dari 2 tahun.
Sebesar 96,7% ibu hamil osteoporosis
mempunyai jarak kelahiran tidak berisiko
termasuk primigravida yang belum
mempunyai jarak kelahiran. Sedangkan
98,3% ibu hamil non osteoporosis
mempunyai jarak kelahiran juga tidak
berisiko.
Hasil uji statistik terhadap analisis
faktor risiko, didapatkan nilai OR sebesar
2,03 (OR: 2,03 95% 0,123 - 33,69), berarti
OR>1 mempertinggi faktor risiko yaitu
jarak kelahiran yang berisiko akan
menyebabkan terjadinya kejadian
osteoporosis sebesar 2,03 kali bila
dibandingkan dengan jarak kelahiran yang
tidak berisiko pada ibu hamil.
Penelitian Kosnayani19 yang
bertujuan mengetahui hubungan paritas
terhadap kepadatan tulang wanita
pascamenopouse, didapatkan hasil bahwa
responden pernah melahirkan anak
sebanyak tiga kali dengan rentang 0 – 8.
Setiap kenaikan kelahiran satu orang anak,
maka kepadatan tulang akan berkurang
sebanyak 1,5.10-2 g/cm2. Selain
berpengaruh terhadap kepadatan tulang,
jarak kelahiran dan paritas juga
berpengaruh terhadap status gizi pada
balita seperti penelitian Maidar9
menyatakan bahwa jarak kelahiran yang
kurang optimal cenderung mengalami
underweight dan wasted.
Jarak kelahiran optimal akan
memberikan kesempatan bagi ibu untuk
memberi perhatian, perawatan dan kasih
sayang sebagai kebutuhan psikologi dan
sosial anak sehingga meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Di
samping itu, jarak kelahiran dekat akan
berdampak pada status gizi dan kesehatan
ibu11.
C. Kesimpulan
Ibu hamil dengan asupan Fe yang
kurang mempunyai risiko untuk menderita
osteoporosis sebesar 1,27 kali
dibandingkan asupan Fe yang cukup, ibu
hamil dengan asupan asam oksalat yang
lebih mempunyai risiko untuk menderita
osteoporosis sebesar 2,66 kali
dibandingkan asupan asam oksalat yang
cukup, ibu hamil dengan asupan natrium
yang lebih mempunyai risiko untuk
menderita osteoporosis sebesar 1,59 kali
dibandingkan asupan natrium yang cukup,
ibu hamil dengan asupan serat yang lebih
mempunyai risiko untuk menderita
osteoporosis sebesar 1,39 kali
dibandingkan asupan serat yang cukup dan
ibu hamil dengan jarak kelahiran yang
dekat mempunyai risiko untuk menderita
osteoporosis sebesar 2,03 kali
dibandingkan jarak kelahiran yang cukup.
D. Saran
Banyak faktor yang berhubungan
dengan faktor risiko kejadian osteoporosis
pada ibu hamil. Faktor tersebut saling
terkait antara satu dengan yang lain,
sehingga saran yang dapat peneliti berikan
adalah :
1. Meningkatkan asupan Fe dari
yang berasal dari makanan
disamping ada penambahan
suplemen.
2. Agar tidak terjadi interaksi
penghambat pada inhibitor
kalsium (asam oksalat, natrium
dan serat) maka disarankan untuk
mengimbangi dengan konsumsi
sumber pangan yang beraneka
ragam.
3. Memperhatikan pengaturan
waktu jarak kelahiran anak untuk
mempersiapkan kesehatan ibu
dalam hal mengembalikan asupan
kalsium dan Fe setelah proses
persalinan.
E. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Tri Siswati
SKM, M.Kes dan Dra. Elza Ismail, M.Kes
yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan demi
kesempurnaannya penelitian ini. Tak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada Nur Dwi
Handayani, S.SiT yang telah berkenan
menjadi penguji dalam penelitian ini.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan
kepada dr. Ahmad Priyadi, Sp.OG beserta
seluruh staff Klinik Nurani Godean,
Sleman serta seluruh responden yang
dengan kesediaannya menjadi subjek
dalam penelitian ini.
F. Daftar Pustaka
1. Junaidi, Iskandar. Osteoporosis. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. 2007.
2. Depkes RI, News Letter. 1 dari 3 Wanita dan 1 dari 5 Pria Memiliki Kecenderungan Menderita Osteoporosis. No.09, Edisi September. 2005.
3. Waspada.co.id. 2003. Serba-serbi Kesehatan. http://waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel. Diakses pada tanggal 28 Desember 2010.
4. Ramayulis, Rita. Tesis : Hubungan Asupan Vitamin, Mineral,dan Rasio Asupan Kalsium dan Fosfor dengan Kepadatan Mineral tulang Kalkaneus Perempuan. Yogyakarta : FK UGM. 2008.
5. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia. 2004.
6. Waluyo, Srikandi.2009. 100 Questions & Answers. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
7. Tjahjadi, Vicynthia. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Osteoporosis. Semarang : Pustaka Widyamara. 2009.
8. Kumar, Priti. 2005. Bone Morbidity in Pregnant Women. The Journal of Obstetrics and Gynecology India. Vol. 55, No. 5 : September/October 2005.
9. Maidar, Tesis : Hubungan Jarak Kelahiran dengan Status Gizi Balita di Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Yogyakarta : FK UGM. 2006.
10.Sastroasmoro dan Ismael. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : CV Agung Seto. 2002.
11.Kristiyanasari, W.. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika. 2010
12.Susilo, Joko dan Hadi Hamam. Hubungan Asupan Zat Besi dan Inhibitornya Sebagai Prediktor Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Jurnal Kedokteran Masyarakat XVIII. 2002.
13.Atmarita, Tatang S., Falah. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Pangan Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004.
14.Lukmasari, Winda Yulia. Skripsi : Perbedaan Pola Konsumsi Inhibitor Fe Pada Ibu Hamil Anemia dan Non Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Yogyakarta. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2010.
15.Mahyuddin, Zulfah. Skripsi : Hubungan Antara Asupan Kalsium, Vitamin D, dan Inhibitor Kalsium dengan Osteoporosis di Balai Pemeriksaan Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Boyolali-Jawa Tengah. Jurusan Gizi DIV : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2006.
16.Hartono, Muljadi. Mencegah & Mengatasi Osteoporis. Jakarta : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. 2000.
17.Tjandra, Hans. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Osteoporosis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2009.
18.Saraswati, Idayu. Klinik Keluarga Terapi Osteoporosis. Jakarta : Progres. 2003.
19.Kosnayani, Ai Sri. Tesis : Hubungan Asupan Kalisum, Aktivitas Fisik, paritas, INdeks Massa Tubuh, dan Kepadatan Tulang pada Wanita Menopause. Semarang : FK UNDIP. 2007.