Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 1
Tantangan dan Peluang Lembaga Keuangan Syariah
Oleh
Ahmad Taufiq Harahap, SE, MM
ABSTRACT
Islamic banking is a banking alternative to the mutual benefit of both parties ( customer
and the bank ), which is supported by a diversity of financial products and schemes are more
varied, and be transparent to be fair for both parties.Islamic banking is a credible alternative to
the banking system and a choice of Indonesian society.
Key words: challenges, opportunities and Islamic banking
A. PENDAHULUAN
Semakin sengitnya persaingan di industri
jasa keuangan akan berpengaruh negatif
terhadap kinerja perbankan syariah karena
masih terkendala beberapa masalah seperti
keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan
TI yang belum memumpuni.
Perbankan syariah diharapkan turut
berkonstribusi dalam mendukung
transformasi perekonomian pada aktivitas
ekonomi produktif, bernilai tambah tinggi
dan inklusif, terutama dengan
memanfaatkan bonus demografi dan prospek
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga
peran perbankan syariah dapat terasa
signifikan bagi masyarakat.
Semakin besar pertumbuhan perbankan
syariah, maka akan semakin banyak
masyarakat yang terlayani. Makin
meluasnya jangkauan perbankan syariah
menunjukkan peran perbankan syariah
makin besar untuk pembangunan ekonomi
rakyat di negeri ini. Perbankan syariah
seharusnya tampil sebagai garda terdepan
atau lokomotif untuk terwujudnya financial
inclusion.
(http://infobanknews.com/tantangan-
perbankan-syariah-di-2016)
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 2
Namun dalam pengembangannya,
perbankan syariah menghadapi sejumlah
tantangan yang harus dihadapai dengan
berbagai macam langkah strategis. Oleh
sebab itu, diharapkan perekonomian
nasional di 2017 akan semakin pulih
terutama dengan banyaknya proyek-proyek
infrastruktur dan semakin baiknya
pemerintahan pusat dan daerah dalam
penyerapan anggaran.
B. Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan adalah semua
badan yang kegiatannya bidang keuangan,
melakukan penghimpunan, dan penyaluran
dana kepada masyarakat, terutama guna
membiayai investasi perusahaan (SK
Menkeu RI No 792/90). Sering juga disebut
sebagai suatu lembaga yang melancarkan
pertukaran barang dan jasa dengan
penggunaan uang atau kredit dan membantu
menyalurkan tabungan sebagian masyarakat
kepada masyarakat yang membutuhkan
pembiayaan dana untuk investasi Sedang
Lembaga Keuangan Islam adalah suatu
lembaga keuangan yang prinsip operasinya
berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah
Islamiah.
Dalam operasionalnya lembaga
keuangan Islam ini harus menghindari unsur
riba, gharar, maisir dan akad yang bathil.
(Andri Soemitro,2009: 27)
Tujuan utama pendirian lembaga
keuangan Islam adalah untuk menunaikan
perintah Allah dalam bidang ekonomi dan
muamalah serta membebaskan masyarakat
Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang
oleh agama Islam. Untuk melaksanakan
tugas mulia ini sekaligus untuk
menyelesaikan masalah yang memerangkap
umat Islam, bukanlah hanya menjadi tugas
seseorang atau sebuah lembaga, tetapi
merupakan tugas dan kewajiban setiap
muslim.
Lembaga Keuangan Syariah: Kasus di
Indonesia
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 3
1. Perbankan Syariah
Adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Menurut jenisnya bank syariah
dibedakan menjadi Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Saat ini keberadaan Bank Syariah diatur
dalam UU. No. 21 tahun 2008 tentang Bank
Syariah.
Bank Syariah melakukan bentuk
kegiatan usaha yang hampir sama dengan
bank konvensional, yaitu melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat dan
penyaluran dana masyarakat. Bank syariah
juga menyediakan jasa keuangan lainnya.
Perbedaannya adalah bahwa semua kegiatan
tersbut dilakukan oleh bank syariah dengan
berdasarkan pada prinsip syariah.
Implikasinya bank syariah memiliki
berbagai variasi akad sebagaimana yang
lazim dalam fiqh muamalat.( Andri
Soemitro,2009: 61 )
2. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
BMT Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu,
adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuh kembangkan derajat dan
martabat serta membela kepentingan kaum
fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan
modal awal dari tokohtokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada system
ekonomi yang salam. Keberadaan BMT
dapat dipandang memiliki dua fungsi utama,
yaitu sebagai media penyalur
pendayagunaan harta ibadah, serta bergerak
di bidang investasi yang berifat produktif
sebagaimana layaknya bank. BMT bersifat
informal karena lembaga ini didirikan oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
yang berbeda dengan lembaga perbankan
dan lembaga keuangan lainnya
(http://anshorudin.blogspot.com/2012/03/le
mbaga-ekonomi-islam.html)
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 4
3. Asuransi Syariah
Asuransi Syariah adalah asuransi yang
dijalankan berdasarkan prinsip takaful, yaitu
suatu skema kerjasama yang dilandasi oleh
nilai-nilai ukhuwah, solidaritas, saling
menjamin untuk memberikan bantuan
finansial kepada peserta takaful jika
membutuhkannya dan mereka sepakat untuk
memberikan konstribusi untuk tercapainya
tujuan tersebut. Menurut Fatwa DSN MUI
N0, 21 tahun 2001 tentang Asuransi Syariah,
dijelaskan bahwa Asuransi Syariah adalah
usaha saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk asset dan
atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah.( Wirdyaningsih,2005: 17).
4. Reksadana Syariah
Menurut pengertian hukum di Indonesia
reksa dana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya di
investasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi. Penyerahan dana yang
dilakukan oleh investor memerlukan
jaminan bahwa pengelola dana tidak
melakukan tindakan tidak terpuji. Oleh
karena itu diperlukan suatu lembaga yang
menjadi penjaga harta yang berbentuk efek.
Lembaga itu disebut custodian yang
merupakan sebuah bank, karenanya disebut
bank custodian.
Sedangkan Reksa Dana Syariah
merupakan sarana investasi campuran yang
menggabungkan saham dan obligasi
syariah dalam satu produk yang dikelola
oleh manajer investasi. Manajer investasi
menawarkan Reksa Dana Syariah kepada
para investor yang berminat, sementara
dana yang diperoleh dari investor tersebut
dikelola oleh manajer investasi untuk
ditanamkan dalam saham atau obligasi
syariah yang dinilai menguntungkan.
Payung hukum Rekasadana Syariah adalah
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 5
UU No. 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal
dan Fatwa DSN MUI No.
20/DSN/MUI/IX/2000. Tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana
Syariah. (Abdul Ghafur,2008 :71)
5. Pegadaian Syariah
Menutut KUH Perdata Pasal 1150
disebutkan, Gadai adalah suatu hak yang
diperoleh seorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang berutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada kepada
orang yang berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian
biaya untuk melelang barang tersebut dan
biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan.
Gadai Syariah (Rahn) adalah menahan
salah satu bentuk harta milik nasabah atau
Rahin sebagai barang jaminan atau marhun
atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang
diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai
ekonomis sehingga pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
(Sasli Rais, 2005:.38.)
Pegadaian Syariah menjalankan
operasinya berdasarkan prinsip syariah.
Payung hukum Pegadaian Syariah di
Indonesia adalah Fatwa DSN MUI No.25
tahun 2002. tentang Rahn, yang
menyatakan bahwa pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan
utang dalam bentuk rahn diperbolehkan.
6. Pasar Modal Syariah
Istilah sekuritas (securities) seringkali
disebut juga dengan efek, yakni sebuah
nama kolektif untuk macam-macam surat
berharga, misalnya saham, obilgasi, surat
hipotik, dan jenis surat lain yang
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 6
membuktikan hak milik atas sesuatu
barang. Dengan istilah yang hampir sama,
sekuritas juga dapat dipahami sebagai
promissory notes/commercial bank notes
yang menjadi bukti bahwa satu pihak
mempunyai tagihan pada pihak lain.
Adapun,yang dimaksud dengan sekuritas
syariah atau efek syariah adalah efek
sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal
yang akad, pengelolaan perusahaan,
maupun cara penerbitannya memenuhi
prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian
Pasar modal syariah adalah pasar modal
yang seluruh mekanisme kegiatannya
terutama mengenai emiten, jenis efek yang
diperdagangkan, serta mekanisme
perdagangannya sendiri telah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
7. Pasar Uang Syariah
Merupakan mekanisme yang
memungkinkan lembaga keuangan
syariah untuk menggunakan instrument
pasar dengan mekanisme yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah baik
untuk mengatasi persoalan kekurangan
likuiditas maupun kelebihan likuiditas.
Kebijakan mengenai Pasar Uang Syariah
di Indonesia didasarkan pada Peraturan
Bank Indonesia No.10/36/PBI/2008
tentang Operasi Moneter Syariah yang
merupakan pengejawantahan
pengendalian moneter berdasarkan
prinsip syariah dalam rangka
mendukung tugas Bank Indonesia dalam
menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter.
( Andri ,Soemitro,2009: 203)
8. Dana Pensiun Syariah
Menurut UU No. 11 tahun 1992 tentang
Dana Pensiun, dijelaskan bahwa Dana
Pensiun adalah badan usaha yang
menjalankan program untuk memberikan
manfaat pensiun. Sedang Dana Pensiun
Syariah adalah dana pensiun yang dikelola
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 7
berdasarkan prinsip syariah. Dana Pensiun
Syariah Untuk memperoleh uang pensiun
setelah purna tugas merupakan harapan
yang ideal bagi setiap pekerja. Apalagi
setelah sekian tahun mencurahkan tenaga,
waktu dan pikirannya bagi perkembangan
dan kemajuan perusahaan tempatnya
bekerja, dan wajar kiranya saat usianya
sudah lanjut dan tidak produktif lagi
perusahaannya masih mengingat jasanya
dalam bentuk pemberian pensiun. Namun
tidak semua perusahaan menyediakan
pensiun dan hanya sedikit sekali
perusahaan memberikannya.
9. Leasing Syariah
Perusahaan Sewa guna usaha lebih
ditekankan kepada pembiayaan terhadap
barang-barang modal tahan lama atau
jangka panjang yang diinginkan oleh
nasabahnya dengan system syariah, dalam
hal ini bersendikan konsep ijarah.
10. Modal Ventura Syariah
Pelajaran penting yang dapat diambil
dari pengalaman venture capital.
Venture capital pada hakekatnya tidak
berbeda secara substantif dibandingkan
dengan musyarakah. Pengalaman di
banyak tempat dan banyak negara,
termasuk negara maju, membuktikan
betapa besar dan pentingnya peran yang
disumbangkan oleh jenis usaha venture
capital ini pada pengembangan usaha
dengan basis yang lebih adil,
dibandingkan praktik perbankan
konvensional. Sudah umum diketahui,
betapa sejumlah perusahaan kaliber
dunia seperti Microsoft dan Macintosh
computer memulai usahanya dengan
bekerjasama modal bersama perusahaan
Venture Capital. Di dunia barat pada
umumnya, cukup tinggi pengakuan akan
peran dan kontribusi jenis perusahaan
Venture Capital sebagai mitra usaha
dalam permodalan. Terbukti kemudian
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 8
bahwa usaha yang dibantu seperti
Microsoft dan Macintosh melejit
menjadi perusahaan raksasa kaliber
dunia, dan usaha-usaha jenis Venture
Capital tetap bisa survive dalam posisi
mereka sebagai perusahaan mitra modal.
Seperti diungkapkan di muka, bahwa
pada hakekatnya tidak ada perbedaan
substansi antara praktik venture capital
dan musyarakah. Oleh karena itu,
mestinya perlu menjadi pertanyaan dan
pelajaran bagi dunia perbankan syariah,
mengapa hal ini tidak dijadikan
insipirasi, sehingga salah satu kelemahan
perbankan syariah dalam “potofolio
produk” dan sekaligus rendahnya peran
bank syariah dalam mendorong
pertumbuhan sektor riel dapat diatasi. Di
sisi lain, memperbesar porsi musyarakah
dapat pula memberikan potensi
keuntungan yang jauh lebih besar bagi
bank syariah.( Andri ,Soemitro,2009:
307)
11. Anjak Piutang Syariah
Perusahaan Anjak Piutang, perusahaan
yang usahanya adalah mengambil alih
pembayaran kredit suatu perusahaan,
terutama dengan cara mengambil kredit
bermasalah dengan mekanisme syariah.
Dalam hal ini Anjak Piutang Syariah
dijalankan dengan berdasar pada prinsip
akad hiwalah dalam fiqh muamalat.
12. Koperasi Syariah
Saat ini beroperasinya koperasi syariah
lebih banyak mengambil bentuk Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Sistem ini
memperbaiki sistem Simpan Pinjam
konvensional yang berusaha menghimpun
dana dari anggotanya kemudian
menyalurkan kembali kepada para anggota
koperasi dan masyarakat. Simpan pinjam
konvensional dijalankan dengan penerapan
bunga.
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 9
13. Lembaga ZISWA Lembaga Zakat,
Infak, Shadaqah dan Waqaf. Lembaga
ini merupakan lembaga yang hanya ada
dalam system keuangan Islam, karena
Islam mendorong umatnya untuk menjadi
sukarelawan dalam beramal (volunteer).
Dana ini hanya bisa dialokasikan untuk
kepentingan social atau peruntukan yang
telah digariskan menurut syariah Islam.
Secara khusus pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, serta pendayagunaan zakat
(Andri ,Soemitro,2009: 408)
C. PEMBAHASAN
Sistem Operasi Lembaga Keuangan
Syariah
Secara umum mekanisme operasional
dari lembaga-lembaga keuangan syariah
tersebut adalah menerapkan prinsip-prinsip
akad dalam fiqih muamalat yang pada
intinya adalah menghindari unsure riba,
maisir, gharar, dan akad yang bathil.
Prinsip-prinsip akad yang biasanya
diterapkan adalah:
1. Musyarakah
Adalah akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan
risiko berdasarkan porsi kontribusi dana.
2. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama
usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (pemilik dana) menyediakan
seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan usaha dibagi
di antara mereka sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pengelola dana. Prinsip
akad mudharabah banyak dalam
perbankan syariah.
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 10
3. Ijarah
Adalah akad pemindahan hak guna
(manfaat) suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu dengan adanya
pembayaran upah (ujrah), tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas
barang tersebut. Kegiatan ijarah ini
dalam perbankan syariah dijalankan
dengan menyewakan simpanan (safe
deposit box) dan jasa tata-laksana
administrasi dokumen (custodian),
dalam hal ini bank mendapatkan imbalan
sewa dari jasa tersebut. Leasing (Sewa
Guna Usaha) menerapkan akad ijarah
ini.
4. Wadiah Penerapan prinsip wadiah
yang dilakukan adalah wadiah yad
dhamanah yang diterapkan pada
rekaning produk giro. Berbeda dengan
wadiah amanah, dimana pihak yang
dititipi (bank) bertanggung jawab atas
keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.
Sedangkan pada wadiah amanah harta
titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh
yang dititipi. Akad wadiah banyak
diterapkan dalam perbankan syariah.
5. Rahn
Adalah penyerahan barang yang
dilakukan oleh muqtaridh (orang yang
berhutang) sebagai jaminan atas hutang
yang diterimanya. Dengan demikian
pihak yang member hutang memperoleh
jaminan untuk mengaambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya apabila
peminjam tidak mampu membayar
hutangnya. Prinsip akad ini diterapkan
dalam Pegadaian Syariah.
6. Hiwalah
Adalah akad pengalihan tanggungan
hutang dari pihak pertama kepada pihak
kedua yang memiliki hutang pada pihak
pertama. Akad ini menjadi dasar
Lembaga Anjak Piutang Syariah,
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 11
7. Wakalah
Yaitu akad pemberian kuasa dari
seorang muwakkil (Yang mewakilkan)
kepada penerima kuasa (wakil) atas
nama muwakkil (pemberi kuasa). Prinsip
akad ini hampir digunakan atau
diperlukan dalam operasional semua
jenis lembaga keuangan syariah.
8. Kafalah
Kafalah merupakan jasa jaminan,
yaitu kesanggupan untuk memenuhi hak
yang telah menjadi kewajiban orang lain.
Atau kesanggupan untuk mendatangkan
barang yang ditanggung atau untuk
menghadirkan orang yang mempunyai
kewajiban terhadap orang lain. Prinsip
akad ini utamanya menjadi landasan
dalam operasioanl lembaga Asuransi
Syariah
9. Bai’.
Merupakan akad jual beli, yaitu tukar
menukar harta dengan harta lain melalui
cara-cara yang ditentukan oleh syara’.
Akad bai’ dapat digunakan sebagai
sarana untuk memiliki barang atau
manfaat dari suatu barang untuk selama-
lamanya. Akad bai’ memiliki beberapa
bentuk di antaranya :
a. Murabahah, yaitu akad jual beli
barang dengan menyatakan harga dan
keuntugan yang disepakati antara
penjual dan pembeli.
b.Salam, yaitu penjualan suatu barang
dengan menggunakan lafadz salam atau
salaf, meyebut sifat-sifatnya sebagai
persyaratan jual beli, sedangkan
barangnya masih dalam tanggungan
penjual.
c. Istisna’, yaitu akad jual beli dengan
ketentuan bahwa penjual ditugaskan
untuk membuat suatu barang oleh
pemesan, dengan bahan baku atau modal
pembuatan dari produsen (penjual)
dengan mengikuti cara-cara tertentu.
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 12
10. Qardh, yaitu memberikan atau
menghutangkan harta kepada orang lain
tanpa mengharapkan imbalan, untuk
dikembalikan kepada pemberi pinjaman
dengan pengganti yang sama dan dapat
ditagih atau diminta kembali kapan saja
penghutang menghendaki. Akad ini
diperbolehkan bahkan dianjurkan
dengan tujuan menolong atau
meringankan beban orang lain (Dumairi,
2008:, 100)
Tumbuh Kembang Lembaga
Keuangan Syariah Indonesia
Perkembangan industri keuangan
syariah dinilai cukup menggembirakan.
Hal ini antara lain dapat dilihat dari
berbagai pertumbuhan yang dicapainya.
Kepala Eksekutif Industri Keuangan
Non Bank (IKNB) OJK Firdaus Jaelani
mengungkapkan bahwa sampai tahun
2007 total asset lembaga keuangan
syariah baru mencapai 38 trilyun,
sedangkan pada tahun 2012 sudah
mencapai 247 trilyun. Porsi keuangan
syariah meningkat dari 4,9 persen
menjadi 19,2 persen tahun 2012, Pada
mulanya hanya didominasi oleh
perbankan syariah tapi sekarang
lembaga yang lain juga cukup
berkembang, terutama Asuransi Syariah,
lembaga pembiayaan syariah, lembaga
penjaminan syariah, pegadaian syariah
dan peruasahaan modal ventura syariah.
Mempertegas hal tersebut ketua MUI
KH Ma;ruf Amin juga menyatakan bahwa
pertumbuhan lembaga keuangan syariah
yang mencapai 34% telah melebihi
pertumbuhan lembaga keuangan
konvensional yang hanya 15 -20% saja. 16
Dasar pemikiran dikembangkannya
lembaga keuangan Islam di Indonesia
adalah untuk memberikan pelayanan
kepada sebagian masyarakat
IndonesiaIndonesia, karena bank-bank
tersebut menjalankan sistem bunga.
Sebagian masyarakat Indonesia yang
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 13
mayoritas muslim, meyakini bahwa
aktivitas lembaga keuangan yang
menjalankan praktek bunga tidak sesuai
dengan prinsip Syari'ah Islamiyah,
sehingga keikutsertaan mereka dalam
sektor keuangan tidak optimal.
Dengan dikembangkannya lembaga
keuangan yang dijalankan dengan prinsip-
prinsip Syari'ah diharapkan seluruh
potensi ekonomi masyarakat Indonesia
yang belum dioptimalkan dapat
dioptimalkan.
Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Indonesia (IAEI) Agustianto Mingka dalam
pembangunan proyek infrastruktur yang
sedang gencar-gencarnya dilaksanakan
pemerintah, seharusnya perbankan syariah
dapat mengambil peran. Dalam hal ini bank-
bank syariah dapat melakukan pembiayaan
sindikasi baik sesama bank syariah maupun
bergabung (bersindikasi) dengan bank-bank
konvensional.
Di tahun 2016, pertumbuhan aset
perbankan syariah diperkirakan sekitar 15%.
Dengan demikian pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK) dan pembiayaan masih
berkisar di angka tersebut. Meskipun
program sekuritisasi aset perbankan syariah
akan dilakukan di Indonesia terhadap
perbankan syariah, tampaknya, program ini
baru jalan di awal tahun 2017, kecuali
lembaga penerbit EBA SP Syariah bergerak
lebih cepat.
Tahun 2016 akan diwarnai oleh tingkat
kompetisi bisnis jasa keuangan yang
semakin ketat, karena mulai berlakunya
masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)
dimana untuk industri perbankan hal ini
tertuang dalam ASEAN Banking Integration
Framework (ABIF). Semakin sengitnya
persaingan di industri jasa keuangan akan
berpengaruh negatif terhadap kinerja
perbankan syariah karena masih terkendala
beberapa masalah seperti keterbatasan
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 14
modal, sumber dana, SDM dan TI yang
belum mumpuni.
Sementara dalam rangka
mengembangkan industri perbankan
syariahu untuk menjadi pemain yang unggul
dan berperan signifikan di Indonesia,
terdapat beberapa tantangan dan strategis
yang harus menjadi prioritas bagi
stakeholders perbankan syariah. Pertama,
yakni inovasi produk keuangan dan
perbankan syariah yang merupakan pilar
utama dalam pengembangan industri
perbankan syariah.
Bank-bank syariah harus memiliki
produk inovatif yang makin beragam agar
bisa berkembang dengan baik. Upaya ini
mutlak dilakukan karena bank syariah akhir-
akhir ini mengalami pelambatan
pertumbuhan bahkan penurunan market
share dibanding konvensional. Inovasi
produk bank syariah adalah sebuah
keniscayaan, agar bank syariah bisa kembali
tumbuh dan bersaing dengan perbankan
konvensional maupun lembaga lain.
Sebenarnya banyak peluang bisnis
yang menguntungkan bagi perbankan
syariah, seperti international trade finance,
sindicated financing, Margin During
Construction (MDC), hybrid take
over dan refinancing, factoring, KPRS
inden, pembiayaan reimburs, IMBT
dan Ijarah Maushifah fiz Zimmah,
serta Musyarakah Mutanaqishah.
Akad Musyarakah Mutanaqishah dapat
diterapkan dalam 11 produk dan kebutuhan
bisnis nasabah.
Lalu tantangan yang kedua,
sekuritisasi aset Bank Syariah. Salah satu
kunci kesuksesan KPR Syariah adalah
sekuritisasi (tawriq) asset. Sekuritisasi akan
meningkatkan ketersediaan dana bagi bank-
bank syariah. Dalam konsep sekuritisasi
asset ini, bank syariah mentransformasikan
aset berisikonya (pembiayaan) ke dalam
bentuk uang cash (uang segar) yang
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 15
kemudian dapat digunakan untuk ekspansi
usaha dan dapat pula disalurkan kembali ke
pihak yang memerlukan dana. Uang segar
tersebut diperoleh dari sebuah lembaga
penerbit EBA yang membeli asset produktif
bank syariah.
(http://infobanknews.com/tantangan-
perbankan-syariah-di-2016)
D. KESIMPULAN
Dikembangkannya lembaga keuangan
yang dijalankan dengan prinsip-prinsip
Syari'ah diharapkan seluruh potensi
ekonomi masyarakat Indonesia yang belum
dioptimalkan dapat dioptimalkan.
Di tahun 2017 ini pengelolaan
pembiayaan bermasalah tetap menjadi
tantangan terbesar bagi bank-bank syariah
ke depan. Untuk menghadapi tantangan ini,
Bank syariah harus terus memperketat
standar underwriting dan secara proaktif
memonitor nasabah dalam sektor industri
yang terkena dampak perlambatan ekonomi
secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitro, Bank & Lembaga
Keuangan Syariah, Jakarta: KPM Group,
2009
Abdul Ghafur Anshori, Aspek Hukuk
Reksadana Syariah Di Indonesia, Bandung:
Refika Aditama, 2008.
Dumairi Nor Dkk. Ekonomi Syariah
Versi Salaf, Pasuruan: Pustaka Sidogiri,
2008
Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep
dan Sistem Operasional (Suatu Kajian
Kontemporer, (Jakarta: UI Press, 2005
Veithzal Rival. Islamic Financial
Management, Jakarta: Galia Indonesia,
2010.
Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi
Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana
Prenanda Media, 2005
http://anshorudin.blogspot.com/2012/03/lem
baga-ekonomi-islam.html.
http://infobanknews.com/tantangan-
perbankan-syariah-di-2016
Jurnal Bisnis Corporate | 44
Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja dan Jenjang Karir Terhadap Produktivitas PT
Bank Mestika Dharma Medan
oleh
Drs. Syaiful Amri, S.Kom, MM
ABSTRACT
The purpose of this study to determine the effect of quality of work life and career path to
productivity at PT Bank Mestika Dharma Medan is a company engaged in banking.
The research method used is descriptive analysis method and multiple regression analysis
method. The data used are Premier Data and Secondary Data. The population of this
company is 229 people with this research sample 70 people.
The results showed that the quality of working life and career ladder have a positive and
significant effect on the productivity of PT Bank Mestika Dharma Medan of 0.506. This
means that 50.6% Productivity PT Bank Mestika Dharma Medan described by the
independent variable of Quality of Work Life and Career Path.
Keywords: Quality of Work Life, Career Level, Productivity
A. PENDAHULUAN
Untuk menciptakan kualitas kehidupan
kerja yang baik tidaklah mudah.
Perusahaan menegah dan baru, mungkin
akan kesulitan untuk dapat menciptakan
kualitas kehidupan kerja yang baik, selain
membutuhkan biaya yang relatif besar,
kesadaran para karyawan akan pentingnya
kualitas kehidupan kerja pun masih sangat
rendah . Ada yang mengatakan bahwa
jenjang karir berpengaruh pada
produktivitas, Dan bahkan ada yang
mengatakan jenjang karir tidak memiliki
pengaruh apapun dalam produktivitas
karyawannya. Dari pengambilan sample
secara acak dan lisan dapat di simpulkan
bahwa kebutuhan dan keinginan dari setiap
individu berbeda dan faktor penentu dalam
produktivitas mereka juga berbeda. Dan
didapatkan hasil bahwa kualitas kehidupan
kerja dan jenjang karir memiliki pengaruh
terhadap produktivitas karyawannya.
Bagaimana produktivitas yang terlihat
secara kasat mata pada PT.Bank Mestika
Dharma Tbk - Medan? Apakah kualitas
kehidupan kerja dan jenjang karir juga
berpengaruh pada produktivitas karyawan
PT.Bank Mestika Dharma Tbk – Medan?
Karena perbedaan yang mendasar bahwa
kebutuhan dan keinginan setiap individu
berbeda maka penelitian ini tentang
pengaruh kualitas kehidupan kerja dan
jenjang karir terhadap produktivitas
karyawan PT. Bank Mestika Dharma Tbk
– Medan .
B. TEORI DAN KERANGKA
KONSEP
Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja
Menurut Llyod (2006) kualitas kehidupan
kerja merupakan sejauh mana para pekerja
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pribadi yang penting melalui pengalaman
mereka dalam organisasi dimana mereka
bekerja. Kualitas kehidupan kerja
merupakan suatu keadaan terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan karyawan, adanya
Jurnal Bisnis Corporate | 45
kesempatan bagi karyawan untuk turut
berperan menentukan cara bekerja dan
sumbangan yang dapat diberikan karyawan
pada organisasi (Zin, 2009). Ada dua
pandangan mengenai arti kualitas
kehidupan kerja (Cascio, 2010) yaitu
pertama sejalan dengan usaha organisasi
mewujudkan tujuan organisasinya, seperti
kebijakan promosi, supervisi yang
demokratis, keterlibatan pegawai dan
kondisi kerja yang aman. Pengertian kedua
dari kualitas kehidupan kerja adalah
melalui persepsi pegawai. Kualitas
kehidupan kerja adalah persepsi pegawai
tentang sejauh mana mereka merasa aman,
puas terhadap pekerjaan mereka dan
mampu tumbuh dan berkembang sebagai
manusia. Sementara yang lainnya
menyatakan, bahwa kualitas kehidupan
kerja adalah persepsi-persepsi karyawan
bahwa mereka ingin merasa aman, secara
relatif merasa puas dan mendapat
kesempatan mampu tumbuh dan
berkembang selayaknya manusia.
a. Aspek-aspek Pengembangan
Kualitas Kehidupan Kerja
Menurut Nawawi (2010:102), dapat
dijelaskan bahwa ada sembilan aspek pada
sumber daya manusia yang perlu
diciptakan, dibina dan dikembangkan
yaitu:
Di setiap lingkungan organisasi atau
perusahaan, karyawan memerlukan
komunikasi yang terbuka dalam batas-
batas wewenang dan tanggung jawab
masing-masing. Dengan komunikasi yang
lancar maka karyawan akan mendapatkan
informasi-informasi penting secara tepat.
Di suatu perusahaan setiap karyawan
memiliki kesempatan untuk memberikan
sumbangan dalam memecahkan konflik
baik di perusahaaan maupun konflik antar
karyawan dilakukan secara terbuka, jujur,
dan adil. Kondisi tersebut sangat
berpengaruh pada loyalitas dan dedikasi
serta motivasi kerja karyawan.
Di suatu peusahaan setiap karyawan
memerlukan kejelasan tentang
pengembangan karier mereka dalam
menghadapi masa depan. Untuk itu maka
ditempuh melalui penawaran kenaikan
jabatan, memberi kesempatan mengikuti
pelatihan atau pendidikan diluar
perusahaan pada lembaga pendidikan yang
lebih tinggi.
Di suatu perusahaan, setiap karyawan
perlu diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan posisi
kewenangan, jabatan masing-masing. Di
suatu perusahaan, setiap karyawan perlu
dibina dan dikembangkan perasaan
bangganya pada tempatnya bekerja,
termasuk juga pada pekerjaan atau
jabatannya.
Di suatu perusahaan setiap karyawan harus
memperoleh kompensasi yang adil, wajar
dan mencukupi. Untuk itu diperlukan
kemampuan menyusun dan
menyelenggarakan sistem dan struktur
pemberian kompensasi langsung dan tidak
langsung demi mensejahterakan kehidupan
karyawan sesuai dengan posisi jabatannya.
Jurnal Bisnis Corporate | 46
Setiap karyawan memerlukan keamanan di
lingkungan kerja. Untuk itu perusahaan
berkewajiban menciptakan dan
mengembangkan serta memberi jaminan
lingkungan kerja yang aman dengan
membentuk komite keamanan lingkungan
kerja yang secara terus menerus
melakukan pengamatan dan pemantauan
kondisi tempat dan peralatan kerja guna
menghindari segala sesuatu yang
membahayakan para pekerja.
Setiap perusahaan memerlukan rasa aman
atau jaminan kelangsungan pekerjaannya.
Untuk itu perusahaan perlu berusaha
menghindari pemberhentian sementara
para karyawan,menjadikan sebagai
karyawan tetap dengan memiliki tugas-
tugas regular dan memiliki program yang
teratur dalam memberikan kesempatan
karyawan untuk mengundurkan diri,
terutama melalui pengaturan pensiun.
Setiap karyawan memerlukan perhatian
terhadap pemeliharaan kesehatannya, agar
dapat bekerja secara efektif, efisien dan
produktif.
Di lingkungan suatu perusahaan setiap dan
semua karyawan memerlukan perhatian
terhadap pemeliharaan kesehatannya, agar
dapat bekerja secara efektif efisien, dan
produktif. Untuk itu perusahaan dapat
mendirikan dan menyelenggaran program
pemeliharaan kesehatan, program rekreasi
dan program konseling/penyuluhan bagi
karyawan.
Masih menurut Nawawi (2010) setiap
perusahaan atau organisasi harus mampu
menciptakan rasa aman kepuasan dalam
bekerja atau disebut dengan Quality Of
Work Life, agar sumber daya manusia di
lingkungan kerjanya menjadi kompetitif.
Menurut Cascio (2010) usaha perusahaan
untuk memperbaiki kualitas kehidupan
kerja adalah usaha untuk memperbaiki
komponen berikut ini :
1. Kompensasi yang seimbang (equitable
compensation)
Sistem imbalan yang diberikan kepada
karyawan harus layak, adil dan memadai,
artinya imbalan yang diberikan oleh
organisasi kepada karyawannya harus
memuaskan, sesuai dengan standar hidup
karyawan yang bersangkutan serta sesuai
dengan standar pengupahan dan
penggajian yang berlaku di pasaran kerja.
Menurut Hasibuan (2007) besarnya
kompensasi mencerminkan status,
pengakuan dan tingkat pemenuhan
kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan
bersama keluarganya. Tujuan pemberian
kompensasi adalah :
1. Ikatan kerjasama antara karyawan dan
pemberi kerja
2. Kepuasan kerja dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan
3. Sebagai motivator
4. Program kompensasi atas prinsip
adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompentatif,
maka stabilitas karyawan lebih
terjamin sehingga turnover menjadi
menurun disiplin karyawan
menjadi lebih baik
5. Menghindarkan karyawan dari
pengaruh serikat buruh dan lebih
konsentrasi pada pekerjaannya.
Jurnal Bisnis Corporate | 47
2. Komunikasi (communication)
Agar komunikasi antar karyawan dengan
karyawan, ataupun dengan pihak
manajemen menjadi baik perlu dilakukan
komunikasi secara terbuka, baik melalui
manajemen langsung maupun melalui
serikat pekerja ataupun pertemuan grup.
Menurut Ambar Teguh (2008) bentuk
komunikasi organisasi secara umum
dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi
formal dan non formal. Bentuk
komunikasi formal adalah bentuk
hubungan komunikasi yang diciptakan
secara terencana, melalui jalur-jalur formal
dalam organisasi. Bentuk khas dari
komunikasi adalah berupa komunikasi
tugas. Sedangkan komunikasi non formal
komunikasi yang ada diluar struktur,
biasanya melalui yang bersifat insidental
menurut kebutuhan atau kepentingan
interpersonal yang baik atau atas dasar
kesamaan kepentingan. Keith Davis dan
Newstrom (1996) dalam Ayuningtyas
(2007), komunikasi adalah transfer
informasi dan pengertian dari satu orang
kepada orang lain. Komunikasi merupakan
cara menyampaikan gagasan, fakta,
pikiran, perasaan dan nilai kepada orang
lain. Komunikasi adalah apa yang
dipahami penerima, bukan apa yang
dikatakan pengirim, karena pentingnya,
maka organisasi tidak mungkin berjalan
optimal tanpa komunikasi yang baik.
3. Keselamatan lingkungan kerja (save
environment)
Untuk memelihara kesehatan lingkungan
kerja perlu dibentuk komite keselamatan
kerja, tim gawat darurat dan program
keselamatan. Menurut Hariandja (2007)
secara umum kewajiban perusahaan dalam
meningkatkan keselamatan kerja terdiri
dari :
1. Memelihara tempat kerja yang
aman dan sehat bagi pekerja
2. Mematuhi semua standar dan
syarat kerja
3. Mencatat semua peristiwa
kecelakaan yang terjadi yang
berkaitan dengan keselamatan
kerja.
Davis dan Newstrom (1996) dalam
penelitian Ayuningtyas (2007),
berpandangan bahwa lingkungan kerja
yang nyaman dan kondisi kerja yang
manusiawi merupakan prasyarat untuk
mencapai kerja yang produktif. Perhatian
terhadap lingkungan kerja dapat
menumbuhkan semangat dan kecepatan
kerja sehingga dapat meningkatkan kerja
karyawan. Beberapa hal strategis yang
harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam
kebijakan keselamatan kerja tersebut,
antara lain :
a. Orientasi karyawan, untuk
meningkatkan pengetahuan
keselamatan kerja karyawan
tersebut.
b. Penggunaan alat pelindung diri
c. Penataan tempat kerja yang baik
dan aman
d. Pertolongan pertama pada
kecelakaan, meliputi latihan,
kelengkapan peralatan P3K,
pertolongan pada kasus luka dan
mengatasi perdarahan, pada kasus
patah tulang, terkilir, luka bakar,
Jurnal Bisnis Corporate | 48
cedera otot dan persendian serta
kasus cedera mata.
e. Pencegahan kebakaran
f. Perizinan, yaitu perizinan untuk
kegiatan yang dapat
menimbulkan sumber nyala api,
perizinan untuk penggalian, untuk
kelistrikan.
4. Penyelesaian konflik (conflict
resolution)
Martoyo dalam Ayuningtyas (2007:46),
menyatakan bahwa hubungan kerja yang
harmonis merupakan prasyarat untuk
mencapai kerja yang produktif.
Penyelesaian masalah terhadap konflik di
pekerjaan merupakan tanggung jawab
bersama, sehingga institusi dituntut
senantiasa membuka jalur formal untuk
menyampaikan keluhan dan permasalahan
yang pegawainya. Untuk meyelesaikan
permasalahan yang muncul, sebaiknya
pihak manajemen membuka jalur formal
untuk menyampaikan keluhan.
5. Keterlibatan karyawan (employee
involvement)
Para karyawan memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi atau terlibat dalam
pengambilan-pengambilan keputusan yang
mempengaruhi langsung maupun tidak
langsung terhadap pekerjaan mereka.
Kualitas kehidupan kerja tidak dapat
didelegasikan secara sepihak oleh
manajemen, namun melalui kesepakatan
antara atasan dan bawahan.
6. Fasilitas yang tersedia (wellness)
Perlu adanya jaminan kesehatan, program
rekreasi dan program konseling. Menurut
Armstrong (2009:135) konseling adalah
setiap aktivitas di tempat kerja dimana
seorang individu memanfaatkan
serangkaian keterampilan dan tehnik untuk
membantu individu lainnya memikul
tanggung jawab dan mengelola pembuatan
keputusan mereka, apakah hal ini terkait
dengan pekerjaan atau pribadi khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan diri.
7. Pengembangan karir (career
development)
Pengembangan karir/kompetensi
mempunyai arti pengembangan tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap atau
perilaku yang dimiliki setiap individu
dalam melaksanakan tugas organisasi. Para
karyawan memiliki kesempatan untuk
mengembangkan karir mereka dengan
jalan mengadakan pendidikan dan
pelatihan, evaluasi kinerja, promosi dan
job binding. Menurut Ambar Teguh
(2008:185), manfaat pengembangan karir
adalah :
a. Meningkatkan prestasi pegawai
b. Meningkatkan loyalitas pegawai
sehingga menurunkan keinginan
keluar dari rumah sakit
c. Untuk memotivasi pegawai agar
dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya
d. Mengurangi subyektivitas dalam
promosi
e. Memberikan kepastian masa depan
f. Untuk mendukung usaha organisasi
memperoleh tenaga yang cakap dan
terampil dalam melaksanakan tugas
8. Rasa bangga terhadap perusahaan
(pride)
Jurnal Bisnis Corporate | 49
Menurut teori Cascio (2010:96), bahwa
kualitas kehidupan kerja berhubungan kuat
melalui faktor rasa bangga terhadap
institusi. Tanggungjawab, rasa memiliki
dan bangga yang ditunjukkan pegawai
terhadap institusinya menentukan
komitmen yang tinggi dalam bekerja guna
mencapai tujuan organisasi. Untuk
meningkatkan rasa bangga karyawan,
pihak manajemen tersebut mampu
memperkuat identitas dan citra
perusahaan, meningkatkan partisipasi
masyarakat serta lebih peduli terhadap
lingkungannya.
9. Rasa aman terhadap pekerjaan (job
security)
Menurut Handoko (2010:166), pengertian
rasa aman adalah keadaan karyawan yang
bebas dari rasa takut dan bebas dari segala
kemungkinan kecelakaan akibat kerja.
Contohnya program pensiun dan status
pegawai tetap. Penampilan organisasi
seperti kebijakan dan prosedur, gaya
kepemimpinan, semua ini mempengaruhi
bagaimana para karyawan melihat kualitas
kehidupan kerja mereka. Karena persepsi
karyawan memainkan peranan penting
dalam keputusan mereka untuk bergabung
dalam organisasi, menetap atau
meninggalkan organisasi. Oleh sebab itu
penting untuk memasukkan persepsi
karyawan ketika menilai kualitas
kehidupan kerja.
b. Dimensi Kualitas Kehidupan
Kerja
Menurut Zin (2009) terdapat beberapa
dimensi dari kualitas kehidupan kerja yaitu
sebagai berikut :
a. Pertumbuhan dan pengembangan
b. Partisipasi
c. Lingkungan Fisik
d. Atasan
e. Gaji dan Benefit
f. Relevansi Sosial
g. Integrasi Sosial
c. Jenjang Karir
Jabatan adalah lapangan kerja kita, profesi
kita, yang mungkin saja berganti-ganti
selama beberapa waktu sepanjang hidup
kita. Karir adalah seluruh kehidupan kerja
kita. Setiap jenjang karir yang kita tempuh
mungkin terdiri dari satu atau beberapa
jabatan, yang semakin meningkat seiring
dengan pengalaman kerja kita (Corey,
2006).
Menurut Wilson (2006), karir adalah
keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan
selama hidup kita, baik itu dibayar maupun
tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto,
2008) menambahkan bahwa karir muncul
akibat interaksi seseorang dengan
organisasi dan lingkungan sosialnya.
Gibson (2006) merumuskan karir sebagai
rangkaian sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas
kerja selama rentang waktu kehidupan
seseorang dan rangkaian aktivitas kerja
yang terus berkelanjutan. Dengan
demikian karir seorang individu
melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai
macam kesempatan. Sedangkan menurut
Soetjipto (2007), karir merupakan bagian
dari perjalanan hidup seseorang, bahkan
bagi sebagian orang merupakan suatu
tujuan hidup.
Jurnal Bisnis Corporate | 50
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa karir adalah rangkaian aktivitas
kerja yang terus berkelanjutan dan
melibatkan pilihan dari berbagai macam
kesempatan yang terjadi akibat interaksi
individu dengan organisasi dan lingkungan
sosialnya
d. Pengertian Perencanaan Karir
Menurut Harris Bowlsbey (2007)
perencanaan karir adalah cara dalam
memutuskan apa yang ingin individu
lakukan dalam hidupnya. Dengan adanya
perencanaan karir akan membantu individu
dalam melihat gambaran pekerjaan apa
yang ideal bagi dirinya. Perencanaan karir
akan menentukan apa yang menjadi minat,
potensi, dan kemampuan kita, membantu
memutuskan apa yang terbaik, dan
mengarahkan kepada pekerjaan apa yang
paling kita sukai untuk dilakukan.
Perencanaan karir akan membantu
efektivitas keputusan ketika harus memilih
karir atau mengubah karir yang berubah
sesuai dengan tuntutan jaman.
Melalui perencanaan karir, setiap idividu
mengevaluasi kemampuan dan minatnya
sendiri, mempertimbangkan kesempatan
karir alternatif, menyusun tujuan karir, dan
merencanakan aktivitas - aktivitas
pengembangan praktis. Fokus utama
dalam perencanaan karir haruslah sesuai
antara tujuan pribadi dan kesempatan-
kesempatan yang secara realistis tersedia.
Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perencanaan karir
adalah proses berkelanjutan dimana
individu melakukan penilaian diri dan
penilaian dunia kerja, merencanakan
langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai pilihan karir tersebut, dan
membuat penalaran yang rasional sebelum
mengambil keputusan mengenai karir yang
diinginkan.
e. Indikator Pengembangan Karir
Indikator-Indikator Pengembangan Karir
menurut Bambang Wahyudi (2006),
diantaranya:
a. Penilaian dan Evaluasi : penilaian dan
evaluasi yang dilakukan mengenai
pelaksanaan pengembangan karir telah
berjalan efektif sesuai dengan aturan
yang berlaku, sehingga dapat diketahui
hasilnya.
b. Prestasi Kerja : kegiatan paling penting
untuk memajukan karir adalah prestasi
kerja yang tinggi, maka kemajuan karir
karyawan.
c. Latar Belakang Pendidikan : latar
belakang pendidikan diperhatikan oleh
manajemen dalam proses kenaikan
pangkat/jabatan sesuai persyaratan dan
kemampuan karyawan.
d. Pelatihan yang telah diikuti : pelatihan
yang terprogram dilaksanakan dalam
rangka pengembangan karir, berjalan
sesuai dengan aturan yang berlaku.
e. Pengalaman Kerja : pengalaman kerja
dijadikan dasar dalam menentukan
pengembangan karir, sehingga
berpengaruh terhadap pengembangan
karir karyawan.
f. Kesetian pada Perusahaan : kesetian
pada perusahaan dijadikan dasar dalam
menentukan kemajuan karir seseorang.
Jurnal Bisnis Corporate | 51
g. Produktivitas Kerja
Produktivitas mempunyai arti penting
dalam meningkatkan kesejahteraan
nasional. Hal ini disebabkan karena
produktivitas merupakan kekuatan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Peningkatan produktivitas juga dapat
berdampak pada peningkatan standar
hidup. Secara umum produktivitas
diartikan sebagai hubungan antara
keluaran (output) yang dihasilkan dengan
masukan (input) yang sebenarnya. Dalam
Laporan Dewan Produktivitas Nasional
tahun 1993, dikatakan bahwa
“Produktivitas mengandung sikap mental
yang selalu berpandangan bahwa
kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin dan esok lebih baik dari hari ini”
(Malayu S.P. Hasibuan, 2009).
Sementara National Productivity Board of
Singapore merumuskan “Pada dasarnya
produktivitas adalah sikap mental (attitude
of mind) yang mempunyai semangat untuk
bekerja keras dan ingin memiliki
kebiasaan untuk melakukan perbaikan”
(Manullang K. dan Andreas G. Munthe,
2008). Perwujudan sikap mental yang
berkaitan dengan diri sendiri dapat
dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya
pribadi dan ketekunan kerja, sedangkan
yang berkaitan dengan pekerjaan dapat
dilakukan melalui manajemen dan metode
kerja yang baik, tepat waktu serta sistem
dan teknologi yang lebih baik.
Produktivitas kerja merupakan masalah
yang penting dalam perusahaan dan
menentukan kelangsungan usaha suatu
perusahaan. Dua aspek vital dari
produktivitas adalah efisiensi yang
berkaitan dengan seberapa baik berbagai
masukan tersebut dikombinasikan atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanaan
dan efektifitas yang berkaitan dengan
suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang
diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat
tercapai. Sehingga, produktivitas kerja
sangat tergantung dari sumber daya
manusia yang bekerja dan memiliki ruang
lingkup yang lebih baik.
Sebagaimana dalam doktrin pada
konferensi Oslo 1984 yang dikutip
Muchdarsyah Sinungan (2008)
mengemukakan bahwa “Produktivitas
adalah suatu konsep yang bersifat
universal yang bertujuan untuk
menyediakan lebih banyak barang dan jasa
untuk lebih banyak manusia, dengan
menggunakan sumber-sumber riil yang
semakin sedikit”.
Produktivitas kerja karyawan juga tidak
lepas dari tindakan atau perilaku karyawan
untuk patuh pada peraturan yang berlaku
dalam perusahaan. Karyawan bekerja
dengan baik apabila dia memahami apa
yang menjadi tugas dan tanggung jawab
karyawan, ini berarti dia harus patuh
terhadap apa yang ditentukan oleh
perusahaan, dalam hal ini perlu adanya
kedisiplinan. Disiplin dalam pengertian ini
didefinisikan sebagai sikap kejiwaan dari
seseorang yang senantiasa berhubungan
untuk mengikuti atau mematuhi segala
peraturan yang telah ditetapkan. Dengan
disiplin kerja, karyawan dapat menghargai
waktu, tenaga dan biaya sehingga kerja
Jurnal Bisnis Corporate | 52
yang dilakukan menjadi maksimal
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa produktivitas
kerja karyawan adalah perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan peran
serta karyawan untuk mengerahkan segala
tenaga dan kemampuan yang dimiliki
dalam menghasilkan barang dan jasa per
satuan waktu. Dengan kemampuan yang
baik membentuk karyawan yang
berkualitas sehingga mampu
melaksanakan tugas yang diberikan kepada
karyawan dengan benar
C. Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Kerja Karyawan
Tinggi rendahnya produktivitas kerja
karyawan berhubungan dengan beberapa
faktor baik yang berkaitan dengan
karyawan itu sendiri, lingkungan/kebijakan
perusahaan maupun kebijakan pemerintah
secara keseluruhan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu memperhatikan dan
mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas kerja
karyawan.
Menurut Husen (2009) ada enam faktor
utama yang menentukan produktivitas
kerja karyawan yaitu:
a. Sikap kerja dan etos kerja
b. Tingkat keterampilan
c. Hubungan tenaga kerja dan
pemimpin
d. Manajemen produktivitas
e. Efisiensi tenaga kerja
f. Kewirausahaan
Produktivitas kerja karyawan berhubungan
dengan berbagai faktor baik yang
berhubungan dengan karyawan itu sendiri,
maupun faktor lain yang saling
berhubungan, sehingga perlu diadakan
penyederhanaan.
Menurut J. Ravianto yang dikutip Assilina
(2006) menggolongkan faktor-faktor
tersebut sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seorang karyawan
menunjukkan tingkat pengetahuan dan
pemahamannya untuk menjalankan
tugas-tugas yang dihadapi secara
efisien. Pengetahuan dan pemahaman
karyawan akan pelaksanaan kerja
sangat menentukan dalam usaha
mencapai hasil-hasil kerja yang telah
ditetapkan.
2. Motivasi kerja
Untuk menggerakkan manusia agar
sesuai dengan tujuan yang dihendaki
maka, perlu dipahami motivasi individu
yang bekerja didalam perusahaan
tersebut. Dengan mengetahui motivasi
tersebut, maka pimpinan perusahaan
dapat membimbing dan mendorong
karyawan untuk bekerja lebih baik.
3. Disiplin kerja
Disiplin kerja adalah suatu sikap
kejiwaan seseorang atau kelompok,
yang mempunyai keinginan untuk
mengikuti atau mematuhi peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan didalam
suatu perusahaan. Disiplin kerja dapat
dibina dan ditingkatkan melalui suatu
bentuk sikap yang ditunjukkan kerja
Jurnal Bisnis Corporate | 53
untuk dapat bekerja dan menghargai
waktu dengan lebih baik.
4. Sikap dan etika kerja
Merupakan suatu sikap yang harus
dimiliki oleh karyawan untuk membina
hubungan karyawan yang serasi,
selaras, dan seimbang baik di dalam
kelompok itu sendiri maupun di dalam
kelompok lain yang sesuai dengan etika
kerja yang berlaku di dalam suatu
perusahaan.
5. Gizi dan kesehatan
Kesehatan tubuh seseorang akan
dipenggaruhi oleh gizi dan pola makan
yang dikonsumsinya setiap hari. Gizi
dan pola makan yang seimbang akan
berpengaruh terhadap pola pikir dan
daya tahan tubuh seseorang karyawan
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan baik
6. Teknologi
Dengan adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
meliputi sarana dan prasarana yang
serba otomatis dan semakin canggih,
maka akan mempermudah manusia
dalam menyelesaikan pelaksanaan
tugas-tugasnya secara efektif dan
efisien
6. Manajemen
Dalam suatu perusahaan, manajemen
yang efektif dan efisien adalah
manajemen yang dapat mengatur dan
mengarahkan semua usaha abggota
perusahaan dan pengguna sumber daya
perusahaan lainnya agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Kesempatan untuk berprestasi
Setiap orang pasti ingin
mengembangkan semua potensi yang
ada di dalam dirinya. Dengan
mengetahui potensi yang ada dalam
dirinya, maka karyawan akan semakin
terpacu dan bersemangat untuk lebih
mengutamakan prestasi dalam
melaksanakan suatu pekerjaan yang
dibebankan kepadanya.
8. Lingkungan dan iklim kerja
Untuk menciptakan lingkungan dan
iklim kerja yang baik diperlukan suatu
hubungan komunikasi yang konstruktif
dan saling mendukung antara atasan
dan bawahan dalam lingkungan
organisasi tersebut.
Menurut Payaman J. Simanjuntak (2010),
faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan adalah:
1. Kualitas dan kemampuan fisik
karyawan.
Kualitas dan kemampuan fisik
karyawan untuk meningkatkan
produktivitas kerja karyawan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
latihan, motivasi kerja, etos kerja,
mental dan kemampuan fisik karyawan
yang bersangkutan.
2. Sarana pendukung
Peran manajemen sangat strategis untuk
meningkatkan produktivitas, yaitu
dengan mengkombinasikan dan
mendayagunakan semua sarana
produksi, menerapkan fungsi-fungsi
manajemen, menciptakan sistem kerja
dan pembagian kerja, menempatkan
orang yang tepat pada pekerjaan yang
tepat, serta menciptakan kondisi dan
Jurnal Bisnis Corporate | 54
lingkungan kerja yang aman dan
nyaman
D. Pengukuran Produktivitas Kerja
Karyawan
Pengukuran produktivitas kerja
merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas, dimana hasil
pengukuran akan digunakan sebagai acuan
untuk melihat produktivitas kerja
karyawan pada waktu yang lalu dengan
melihat kekurangan-kekurangan yang ada
untuk diperbaiki dimasa yang akan datang
sehinggaproduktivitas kerja karyawan
pada waktu yang akan datang dapat
meningkat. Pemilihan tolak ukur atau cara
pengukuran yang akan dilakukan
tergantung pada jenis atau faktor-faktor
masukan dan keluaran dari perusahaan
atau organisasi yang bersangkutan
Selanjutnya menurut Muchdarsyah
Sinungan (2008: 23) secara umum
pengukuran produktivitas berarti
perbandingan yang dapat dibedakan dalam
tiga jenis yang sangat berbeda:
1. Perbandingan-perbandingan antara
pelaksanaan sekarang dengan
pelaksanaan secara historis yang tidak
menunjukkan apakah pelaksanaan
sekarang ini memuaskan, namun hanya
mengetengahkan apakah meningkat
atau berkurang serta tingkatannya
2. Perbandingan pelaksanaan satu unit
(perorangan tugas, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti ini
menunjukkan pencapaian relative
3. Perbandingan pelaksanaan sekarang
dengan targetnya dan inilah yang
terbaik sebagai memusatkan perhatian
sasaran dan tujuan.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa secara umum
produktivitas kerja karyawan diartikan
sebagai efisiensi dari penggunaan sumber
daya yang menghasilkan keluaran.
Sedangkan ukuran produktivitas kerja
karyawan pada umumnya adalah ratio
yang berhubungan dengan keluaran
(barang dan jasa) terhadap satu atau lebih
dari masukan (tenaga kerja, modal, energi)
yang menghasilkan barang atau jasa
(input). Pengukuran produktivitas kerja
pada bidang produksi dapat segera dilihat
hasilnya dengan cara menghitung jumlah
output yang dihasilkan, sedangkan untuk
bidang selain produksi hasilnya tidak dapat
dihitung saat itu juga karena faktor-faktor
pendukungnya sangat kompleks
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PT Bank
Mestika Dharma Medan Populasi dalam
penelitian ini adalah karyawan dari PT
Bank Mestika Dharma Medan yakni
sebanyak 229 orang karyawan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode
Simple Random Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan memberikan
kesempatan yang sama yang bersifat tak
terbatas pada setiap elemen populasi untuk
dijadikan sampel. Untuk menentukan
jumlah sampel, penulis menggunakan
rumus Slovin. Jadi jumlah sampel yang
diambil dari penelitian ini adalah 70 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
hipotesis (testing hypothesis)
menggunakan tipe investigasi kausal, unit
Jurnal Bisnis Corporate | 55
analisisnya mencakup individual yaitu
karyawan, dimensi waktu yang digunakan
di dalam penelitian ini adalah Cross
Sectional. Jenis data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah : informasi
langsung dari responden melalui
pemberian kuisioner kepada karyawan dan
Data diperoleh dari studi dokumentasi
guna mendukung penelitian. Kumpulan
data yang sudah diperoleh kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode
analisis deskriptif yang dilakukan dengan
cara data-data yang telah diperoleh,
disusun, dikelompokkan, dianalisis
selanjutnya dirumuskan dan dianalisis
untuk memberikan gambaran umum yang
jelas tentang masalah dan perhitungan
yang dilakukan. Uji asumsi klasik
digunakan untuk menguji apakah model
regresi benar-benar menunjukkan
hubungan yang signifikan dan
representatif. Ada tiga pengujian dalam
asumsi klasik, yaitu :
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Heteroskedastisitas
F. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas Instrumen Variabel
Kualitas Kehidupan Kerja
Hasil pengujian validitas instrumen
variabel Kualitas Kehidupan Kerja (X1)
dapat dilihat bahwa nilai r-hitung setiap
pertanyaan lebih besar dibanding nilai r-
tabel (0,19) sehingga semua pertanyaan di
variabel ini adalah valid.
Uji Validitas Instrumen Variabel
Jenjang Karir
Hasil pengujian validitas instrumen
variabel Jenjang Karir (X2) dapat dilihat
bahwa nilai r-hitung setiap pertanyaan
lebih besar dibanding nilai r-tabel (0,19)
sehingga semua pertanyaan di variabel ini
adalah valid.
Uji Validitas Instrumen Variabel
Produktivitas
Hasil pengujian validitas instrumen
variabel Produktivitas (Y) dapat dilihat
bahwa nilai r-hitung setiap pertanyaan
lebih besar dibanding nilai r-tabel (0,19)
sehingga semua pertanyaan di variabel ini
adalah valid
Uji Reliabilitas
Hasil uji realibilitas yang dapat
dilihat pada Tabel berikut ini
Tabel Uji Realibilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
N of
Items
Keterangan
Kualitas
Kehidupan
kerja (X1) 0,871 7 Realibel
Jenjang
Karir (X2) 0,836 7 Realibel
Produktivitas
(Y) 0,877 7 Realibel
Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas
dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kualitas
Kehidu
pan Kerja
Jenjang
Karir
Prod
uktiv
itas
Jurnal Bisnis Corporate | 56
N 70 70 70
Normal
Parametersa,b
Mean
28,46
26,94 28,47
Std.
Deviation 3,296
2,823 3,300
Absolute ,152 ,117 ,136
Most Extreme
Differences
Positive
,081 ,097 ,079
Negative -,152 -,117 -,136
Kolmogorov-
Smirnov Z
1,268 ,982 1,134
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,080 ,289 ,153
Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa data
Produktivitas berdistribusi normal karena
nilai Asympy.Sig (2-tailed) sebesar 0,080
di atas tingkat signifikansi 0,05 atau 5%.
Begitu juga untuk variabel-variabel
kualitas kehidupan kerja dan jenjang karir
yang memiliki nilai Asympy.Sig (2-tailed)
masing-masing sebesar 0,080 untuk
variabel kualitas kehidupan kerja dan
0,289 untuk variabel jenjang karir.
Uji Multikolinieritas
Hasil perhitungan multikolinieritas dengan
menggunakan uji VIF dapat dilihat pada
Tabel berikut ini :
Tabel Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Kualitas_Kehidupan_Kerja ,841 1,189
Jenjang_Karir ,841 1,189
Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa
nilai Tolerance-nya > 0,1 dan nilai VIF<5
maka tidak ditemukan masalah
mulitkolinieritas dalam penelitian ini
Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heteroskidastisitas dapat dilihat
pada Gambar berikut ini :
Gambar Hasil Uji Heteroskidastisitas
Pada Gambar di atas terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas
serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini
tidak terjadi heteroskidastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi produktivitas
berdasarkan variabel independentnya.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan:
secara parsial variabel kualitas kehidupan
kerja (X1) dan variabel jenjang karir (X2)
mempunyai pengaruh positif terhadap
produktivitas pada PT Bank Mestika
Dharma Medan (Y).
secara simultan variabel kualitas
kehidupan kerja (X1) dan variabel jenjang
karir (X2) berpengaruh positif terhadap
produktivitas pada PT Bank Mestika
Dharma Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta
: Rajagrafindo Persada.
Anoraga, Pandji. 2007. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Andi
Offset.
Jurnal Bisnis Corporate | 57
Anggoro. 2006. Manajemen Mutu Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Arifin, Noor. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Erlangga.
Assilina. 2006. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Ayuningtyas. 2007. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Bardick. 2006. Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Carolina. 2006. Manajemen Personalia.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Cascio. 2010. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Corey. 2006. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Jurnal Bisnis Corporate | 58
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III
Oleh
Sri Mulyani, S.Sos. MM
ABSTRACT
This study aims to determine the work environment and work motivation to improve employee
performance of PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III). PTPN III should be able to
improve employee performance, thinking about the state of the employees, because
employees are vital for the continuity of activities in the company.
The method used in this research is descriptive method and statistical analysis method. The
number of population is 838 employees where sampling is accedental, which means the
sample is 89 PTPN III employees who are encountered at random. The data used are primary
data and secondary data and data collection with interview and questionnaire.
The result of this research is the work environment has an effect on to the improvement of
employee performance in PTPN III whereas the motivation has no significant effect to the
improvement of employee performance. The effect of work environment and work motivation
on performance improvement is 0.237. This means that the correlation between work
environment and work motivation with performance improvement is weak because 0,237
<0,5 it proved with value of F 2,560 with level of significance 0,083> 0,05 then this
regression model can not be used to predict the level of influence of work environment And
work motivation to increase work.
Keywords: Work Environment, Motivation, and Performance
A. PENDAHULUAN
Setiap perusahaan pada dasarnya
mempunyai tujuan tertentu yang harus
dicapai. Untuk mencapai tujuannya
tersebut dapat dilakukan dengan cara
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
secara lebih efisien dan efektif. Perusahaan
harus memberikan lingkungan kerja yang
nyaman untuk bekerja serta memberikan
motivasi untuk perusahaan agar semangat
kerja. Karena jika kinerja karyawan
meningkat maka perusahaan yang akan
mendapatkan keuntungan.
Kenyamanan membuat karyawan
semangat untuk bekerja dan hal ini akan
membuat perusahaan mendapatkan
keuntungan.Selain lingkungan kerja faktor
yang mempengaruhi kinerja adalah
motivasi. Perusahaan akan memberikan
motivasi positif jika karyawan itu bekerja
dengan baik. Hal ini akan buat karyawan
akan semakin semangat buat bekerja.
Selain itu perusahaan juga memberikan
motivasi negatif untuk karyawan yang
kurang motivasinya. Hal ini akan membuat
karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.
Jurnal Bisnis Corporate | 59
Lingkungan kerja dan motivasi
sangat saling berpengaruh, lingkungan
kerja yang nyaman akan membuat
motivasi karyawan untuk meningkatkan
kinerja. Oleh sebab itu perusahaan juga
harus memikirkan mengenai keadaan
karyawan, karena karyawan merupakan
hal vital buat kelangsungan kegiataan
diperusahaan.
Kinerja karyawan sangat
mempengaruhi keadaan suatu perusahaan.
Oleh sebab itu perusahaan sangat berusaha
untuk melakukan sesuatu yang dapat
meningkatkann kinerja karyawan.
Rumusan masalah penelitian ini adalah
”Bagaimanakah lingkungan kerja dan
motivasi kerja berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja karyawan PT
Perkebunan Nusantara III ?”
B. Teori dan Kerangka Konsep
a. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkunag kerja merupakan
sesuatu yang ada di sekitar perusahaan
yang mempenagruhi cara kerja dan
motivasi kerja karyawan. Untuk lebih
jelasnya pengertian lingkungan kerja akan
dikemukakan pendapat beberapa ahli,
yaitu :
Menurut Mardiana (2007)
“lingkungan kerja adalah lingkungan
dimana pegawai melakukan pekerjaannya
sehari-hari”. Lingkungan kerja yang
kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan para pegawai untuk dapat
berkerja optimal.
Griffin (2008) menyatakan :
“lingkungan kerja adalah sumber-sumber
daya yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan.
Nitisemito (2010) menyatakan
”lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang diembankan.
Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas karyawan
adalah lingkungan kerja. Meskipun faktor
tersebut adalah penting tetapi banyak
perusahaan yang tidak memperdulikan hal
tersebut. Yang disebut lingkungan kerja
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
pekerja dan yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan.
b. Faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja
antara lain:
a) Penerangan/Cahaya
Penyediaan penerangan yang
cukup tetapi tidak menyilaukan akan
menjadi suatu pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih baik dan ( kurang cukup )
mengakibatkan penglihatan menjadi
kurang jelas, sehingga pekerjaan akan
lambat, banyak mengalami kesalahan, dan
pada akhirnya menyebabkan kurang
efisien dalam melaksanakan pekerjaan,
sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
Jurnal Bisnis Corporate | 60
b) Tata Warna
Pewarnaan harus diperhatikan
dalam sebuah lingkungan kerja, karena
warna mempengaruhi jiwa seseorang yang
ada disekitarnya. Sifat dan pengaruh warna
kadang-kadang menimbulkan rasa senang
dan lain-lain, sehingga didalam sifat warna
itu sendiri dapat merangsang perasaan
manusia. Selain warna itu merangsang
emosi atas perasaan, warna juga dapat
memantulkan sinar yang diterimanya.
c) Pertukaran Udara
Pertukaran udara yang baik akan
menyehatkan badan dan menimbulkan
kesegaran, sehingga dapat menimbulkan
semnagat kerja seseorang.
d) Bau-bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat
kerjadapat dianggap sebagai pencemaran,
dan bau-bauan yang terjadi terus menerus
dapat mempengaruhi kepekaan
penciuman. Pemakaian air condition yang
tepat merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menghilangkan bau-
bauan yang mengganggu disekitar tempat
kerja.
e) Suara Bising
Suara bising dalam sebuah ruangan
harus dikurangi sebisa mungkin, karena
hal ini dikarenakan suara bising dapat
mengurangi kesehatan seseorang serta
mengacukan konsentrasi dalam bekerja.
Karena pada umumnya pekerjaan yang ada
membutuhkan konsentrasi ,maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar supaya
pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan
dengan lancar dan efisien sehingga
produktivitas kerja akan meningkat.
f) Musik
Musik yang mengalun dapat
menambah semangat kerja seseorang
karena menimbulkan suasana yang
gembira dan tidak membosankan. Menurut
para peneliti, musik yang nadanya lembut
sesuai dengan suasana, waktu dan
tempatnya dapat membangkitkan dan
merangsang bekerja. Oleh karena itu lagu-
lagu dapat dipilih dengan teliti
dikumandangkan di tempat kerja.
g) Keamanan
Didalam merencanakan lingkungan
kerja hendaknya selalu diperhatikan
adanya keamanan dalam bekerja. Oleh
karena itu faktor keamanan perlu betul-
betul dipertimbangkan secara hati-hati dan
teliti.
c. Pengertian Motivasi
Secara umum motivasi dapat
diartikan sebagai suatu dorongan yang
membuat orang bekerja atau melakukan
tindakan tertentu. Semangat orang yang
mendorong untuk bertindak ke arah satu
tujuan adalah motivasi. Semua perilaku
yang dilakukan seseorang pada umumnya
adalah sebagai akibat dari motivasi pribadi
yang ada pada orang tersebut.
Handoko (2012) menyatakan :
”motivasi adalah merupakan kegiatan yang
mengakibatkan, menyalurkan, dan
memelihara perilaku manusia.
Jurnal Bisnis Corporate | 61
Menurut Sutrisno ( 2009 ) motivasi adalah
suatu faktor yang mendorong seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas tertentu,
oleh karena itu motivasi sering kali
diartikan pula sebagai faktor pendorong
perilaku seseorang.
Menurut Ivancevich (2008)
menyatakan : “motivasi adalah bahwa
manajer aktif terlibat. Jika motivasi ingin
didorong, dipertahankan, dan diarahkan,
manajer harus tahu mengenai kebutuhan,
intense, preverensi, tujuan, perbandingan,
mereka harus bertindak atas pengetahuan
tersebut. Dengan demikian melakukan hal
tersebut, manajer akan melewatkan banyak
kesempatan untuk memotivasi karyawan
yang positif. Menurut Rivai (2009) teori-
teori diklasifikasikan atas:
1. Hierarki Teori kebutuhan
(Hierarchical of Needs Thry )
Teori motivasi yang sangat terkenal adalah
teori kebutuhan yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow. Menurut Maslow
bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri
dari atas lima kebutuhan secara fisiologis
(kebutuhan makan, minum, perlindungan
fisik, seksual, sebagai kebutuhan
terendah), rasa aman (kebutuhan
perlindungan dari ancaman bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup), social
(kebutuhan untuk diterima dalam
kelompok, dan kebutuhan untuk mencintai
dan dicintai, penghargaan (kebutuhan
dihormati dan dihargai orang lain, dan
aktualisasi diri (kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, kebutuhan
untuk berpendapat dengan mengemukakan
ide-ide dan memberikan penilaian
2. Pola Dasar Pemikiran ( Content
Theory)
Content Theory ini berkaitan tampaknya
teori ini sangat sederhana; yang diperlukan
manajer atau praktisi adalah bagaimana
menebak kebutuhan para karyawan,
dengan mengamati perilaku-perilaku
mereka, dan kemudian memilih cara apa
yang bisa digunakan supaya mereka mau
bertindak sesuai dengan keinginan manajer
tersebut.
3. Pola Dasar Pemikiran ( Reinforcement
Theory )
Teori ini tidak menggunakan konsep suatu
motif atau proses motivasi. Sebaliknya
teori ini menjelaskan bagaimana
konsekuensi perilaku di masa yang lalu
mempengaryhi tindakan dimasa yang akan
datang dalam suatu siklus proses belajar.
Dalam pandangan teori ini, individu
bertingkah laku tertentu karena di masa
lalu mereka belajar bahwa perilaku
tertentu seseorang akan berhubungan
dengan hasil yang menyenangkat terhadap
orang lain, dan perilaku tertentu akan juga
menghasilkan akibat yang tidak
menyenangkat.
c. Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi adalah :
Faktor Internfaktor intern
yang dapat mempengaruhi
pemberian motivasi pada
seseorangantara lain:
1. Keinginan untuk dapat hidup.
Keinginan untuk dapat hidup
merupakan kebutuhan setiap
manusia yang hidup dimuka bumi
ini. Untuk mempertahankan hidup
Jurnal Bisnis Corporate | 62
ini orang mau mengerjakan apa
saja, apakah pekerjaan itu baik atau
jelek, apakah halal atau haram, dan
sebagainya.
2. Keinginan untuk dapat memiliki.
Keinginan untuk dapat memiliki
benda dapat mendorong seseorang
untuk mau melakukan pekerjaan.
3. Keinginan untuk memperoleh
penghargaan.
Seseorang mau bekerja disebabkan
adanya keinginan untuk diakui,
dihormati orang lain.
4. Keinginan untuk memperoleh
pengakuan.
Keinginan untuk berkuasa.
Keinginan untuk berkuasa akan
mendorong seseorang untuk
bekerja. Kadang-kadang keinginan
untuk berkuasa ini dipenuhi dengan
cara-cara tidak terpuji, namun cara-
cara yang dilakukannya itu masih
termasuk bekerja juga.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern juga tidak kala
peranannya dalam melemahkan
motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor
ekstern itu adalah :
1. Kondisi lingkungan kerja.
Lingkungan pekerjaan adalah
keseluruhan sarana dan prasarana
kerja yang ada disekitar karyawan
yang sedang melakukan pekerjaan
yang dapat memengaruhi
pelaksanaan pekerjaan.
2. Kompensasi yang memadai.
Kompensasi merupakan sumber
penghasilan utama bagi para
karyawan untuk menghidupi diri
beserta keluarganya.
3. Supervisi yang baik.
Fungsi supervisi dalam suatu
pekerjaan adalah memberikan
pengarahan, membimbing kerja para
karyawan, agar dapat melaksanakan
kerja dengan baik tanpa membuat
kesalahan.
4. Adanya jaminan pekerjaan.
Setiap orang akan mau bekerja mati-
matian mengorbankan apa yang ada
pada dirinya untuk perusahaan, kalau
bersangkutan merasa ada jaminan
karier yang jelas dalam melakukan
pekerjaan.
5. Status dan tanggung jawab.
Status atau kedudukan dalam jabatan
tertentu merupakan dambaan setiap
karyawan dalam bekerja.
6. Peraturan yang fleksibel.
Bagi perusahaan besar, biasanya
sudah ditetapkan sistem dan
prosedur kerja yang harus dipatuhi
oleh seluruh karyawan
e. Bentuk-bentuk Motivasi
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol
dari nilai kegiatan aktivitasnya. Banyak
karyawan yang utama justru untuk
mencapai angka/nilai yang baik.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai
motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu
pekerjaan, mungkin tidak dapat
menarik bagi seseorang yang tidak
Jurnal Bisnis Corporate | 63
senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat
digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong karywan.
4. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan,
apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong karyawan untuk lebih giat
beraktivitas.
5. Pujian
Apabila ada karyawan yang sukses
yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu diberikan pujian.
6. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang
negatif tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat
motivasi.
7. Tujuan yang diakui.
Rumusan tujuan yang diakui dan
ditertima baik oleh karyawan, akan
merupakan alat motivasi yang sangat
penting.
Dalam hal pemberiaan motivasi ini
pimpinan harus mampu melihat situasi
serta suasana kerja pada karyawan pada
saat kapan para karyawan diberikan
motivasi, baik motivasi positif maupun
motivasi negatif. Segara garis
besarnya,adalah :
Menurut Sigit (2009) motivasi positif
(insentif positive) ialah ketentuan-
ketentuan yang dibuat yang menyatakan
bahwa siapa pun yang berbuat sesuatu
sebagaimana disebutkan (misalanya
oleh manejer), akan diberi hadiah atau
reward (dari perusahaan).
Menurut Sigit (2009) motivasi negatif
(insentif negative) ialah ketentuan yang
akan memberi keringanan atau
pembebasan suatu tugas jika seseorang
dapat mengerjakan/menghasilkan
sesuatu
C. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja karyawan
merupakan hasil yang dicapai karyawan
dalam pelaksanaan suatu pekerjaann yang
diberikan kepadanya baik secara kualitas
maupun kuantitas melalui prosedur yang
berfokus pada tujuan yang hendak dicapai
serta dengan terpenuhinya standard
pelaksanaan. Rivai (2009) menyatakan :
“kinerja adalah merupakan suatu fungsi
dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan
seseorang sepatutnya memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu.
Menurut Sofyandi ( 2008)
penilaian kinerja adalah penilaian tentang
prestasi kerja karyawan dan
akuntabilitasnya. Dalam persaingan global
perusahaan-perusahaan menuntuk kinerja
tinggi. Seiring dengan itu, karyawan
memerlukan umpan balik atas kinerja
mereka sebagai pedoman perilakunya di
Jurnal Bisnis Corporate | 64
masa akan datang. Penilaian kinerja pada
prinsipnya mencakup baik askep kualitatif
maupun kuantitatif pelaksanaan pekerjaan.
Penilaian kinerja merupakan salah satu
fungsi mendasar personalia, kadang-
kadang disebut juga telaah kinerja,
penilaian karyawan, evaluasi kinerja,
evaluasi karyawan, atau penentuan
peringkat personalia semua istilah ini
berkenaan dengan proses yang sama.
Menurut Mondy ( 2008) penilaian
kinerja adalah sistem formal untuk menilai
dan mengevaluasi kinerja tugas individu
atau tim. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk melihat perkembangan
perusahaan adalah dengan cara melihat
hasil penilaian kinerja. Sasaran yang
menjadi objek penilaian kinerja adalah
kecakapan, kemampuan karyawan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas
yang dievaluasi dengan menggunakan
tolak ukur tertentu secara objektif dan
dilakukan secara berkala. Dari hasil
penilaian dapat dilihat kinerja perusahaan
yang dicerminkan oleh kinerja karyawan
atau dengan kata lain, kinerja merupakan
hasil kerja konkret yang dapat diamati dan
diukur.
Penilaian kinerja mengacu pada
suatu sistem formal dan terstruktur yang
digunakan untuk mengukur, menilai dan
mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan
dengan pekerjaan, perilaku dan hasil,
termasuk tingkat ketidakhadiran. Dengan
demikian, penilaian prestasi adalah
merupakan hasil kerja karyawan dalam
lingkup tanggung jawabnya. Di dalam
dunia usaha yang berkompetisi secara
global, perusahaan memerlukan kinerja
tinggi. Pada saat yang bersamaan,
karyawan memerlukan umpan balik atas
hasil kerja mereka sebagai panduan bagi
perilaku mereka di masa mendatang. Para
pekerja juga ingin mendapatkan umpan
balik bersifat positif atas berbagai hal yang
telah mereka lakukan dengan baik,
walaupun kenyataannya hasil penilaian
prestasi tersebut masih lebih banyak
berupa koreksi atau kritik.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja
1. Kendala hukum/legal
Penilaian kinerja harus bebas dari
diskriminasi tidak sah atau legal. Jika
hal tersebut tidak dipenuhi, keputusan
penempatan mungkin ditentang sebab
melanggar hukum ketenagakerjaan
atau hokum lainnya. Keputusan yang
tidak tepat mungkin dapat terjadi kasus
pemecatan yang diakibatkan kelalaian.
Kelalaian juga dapat muncul ketika
keputusan pemberhentian sementara,
penurunan pangkat atau kegagalan
dalam promosi. Oleh karena itu, setiap
keputusan hendaknya objektif dan
sesuai dengan hukum.
2. Bias oleh penilai (Penyelia)
Setiap masalah yang didasarkan pada
ukuran subjektif adalah peluang terjadi
bias.
3. Mengurangi penilaian
Bias penilaian dapat dikurangi melalui
standar penilaian dinyatakan secara
jelas, pelatihan, umpan balik, dan
pemilihan teknik penilan kinerja yang
sesuai
Jurnal Bisnis Corporate | 65
E. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT
Perkebunan Nusantara III Medan. Populasi
penelitian ini adalah seluruh karyawan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
yang berjumlah 838 orang karyawan.
Pengambilan sampel diambil secara
Accedental yang berarti sampel yang
digunakan adalah karyawan PT
Perkebunan Nusantara III Medan yang
dijumpai secara acak. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus Slovin, yaitu:
n N
Ne 2
1 Dimana : n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi
e =Tingkat kesalahan dalam pengambilan
sampel Kesalahan yang ditelorir dalam
pengambilan sampel penelitian ini
ditentukan sebesar 10%. Dari rumus
diatas, maka dapat dihitung jumlah sampel
sebagai berikut :
n 838
1 (838)(0,1)
2 n 89,33
Maka dibulatkan jumlah sampel yang
digunakan sebesar 89 orang
Untuk memperoleh data maka
keterangan yang dibutuhkan dalam
penelitan ini digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Interview kepada karyawan di PT.
Perkebunan Nusanta III Medan.
2. Angket yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sehubungan
dengan informasi yang dibutuhkan
kepada karyawan di PT. Perkebunan
Nusantara III Medan.
F. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan dapat diketahui bahwa : Model Summary Lingkungan Kerja Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. of Error the Estimate
1 224a .050 .039
2.075
a. Predictors : ( Constant ), lingkungan kerja
b. Dependent Variable : kinerja
Angka R sebesar 0,224a adalah
menunjukkan bahwa hubungan antara
kinerja dengan lingkungan adalah
lemah < 0,5. Angka R Square adalah
0,5 artinya 0,5 atau 5% dari kinerja
dapat dijelaskan oleh lingkungan kerja
dan 95% dipengaruhi faktor lain
Annova Lingkungan Kerja Model Surn of
Squares df Mean
Square F Sig.
Regressi on Residual Total
19.801 374.42 3 394.22 5
1 87 88
19.801 4.303
4.60 1
.035a
Nilai F 4,601 dengan tingkat singnifikasi
0,035a karena probabilitas ( tingkat
signifikasi ) lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi ini bisa dipakai untuk
memprediksi tingkat peningkatan kinerja.
Dengan kata lain peningkatan kinerja
berpengaruh nyata terhadap lingkungan
kerja.
Coefficients Lingkungan Kerja Model Unstandard
ized Coefficient
s
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Constant) Lingkungan kerja
32.61 6 .210
4.140 .098
.224
7.87 8 2.14 5
.000
.035
a. Dependent variabel : kinerja
Y=32,616 + 0,210 x1 artinya konstanta
32,616 artinya tiap penambahan 1 poin
Jurnal Bisnis Corporate | 66
maka 32,616 penambahan kinerja
koefisien 0,210 artinya tiap penambahan 1
peningkatan kinerja maka sebesar 0,210
lingkungan kerja. Tingkat signifikasi
konstanta 32,616 adalah 0,000 < 0,05
artinya bersifat nyata. Tingkat signifikasi
lingkungan kerja 0,035 < 0,05 yang artinya
bersifat nyata. Hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai pengaruh motivasi
terhadap peningkatan kinerja karyawan
dapat diketahui bahwa :
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. of Error the Estimate
1 .079a
.006 -.005 2.122
a. Predictors : ( Constant ), motivasi
b. Dependent Variable: kinerja
Angka R sebesar 0,079a adalah
menunjukkan bahwa hubungan antara
kinerja dengan motivasi adalah lemah <
0,5. Angka R Square adalah 0,6 artinya 0,6
atau 6% dari kinerja dapat dijelaskan oleh
motivasi dan 99,4% dipengaruhi faktor
lain.
Annova Motivasi Model Surn of
Squares df Mean
Square F Sig.
Regressi on Residual Total
2.463 391.76 2 394.22 5
1 8788
2.463 4.503
.54 7
.462a
Nilai F 0,547 dengan tingkat singnifikasi
0,462a karena probabilitas ( tingkat
signifikasi ) lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi ini bisa dipakai untuk
memprediksi tingkat peningkatan kinerja.
Dengan kata lain peningkatan kinerja
berpengaruh nyata terhadap motivasi
Coefficients Motivasi Model Unstandard
ized Coefficient
s
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Constant) Motivasi
37.265 .097
5.708 .131
.079
6.52 8 .740
.000
.462
a. Dependent variabel : kinerja
Y=37,265 + 0,097 x1 artinya konstanta
37,265 artinya tiap penambahan 1 poin
maka 37,265 penambahan kinerja
koefisien 0,097 artinya tiap penambahan
1 peningkatan kinerja maka sebesar 0,097
motivasi. Tingkat signifikasi konstanta
37,265 adalah 0,000 < 0,05 artinya
bersifat nyata. Tingkat signifikasi
motivasi 0,462 > 0,05 yang artinya
bersifat tidak nyata. Hasil penelitian yang
telah dilakukan mengenai pengaruh
lingkungan kerja dan motivasi terhadap
peningkatan kinerja karyawan dapat
diketahui bahwa :
Model Summary Lingkungan
Kerja dan Motivasi Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. of Error the Estimate
1 .237a .056 .034
2.080
a. Predictors : ( Constant ), motivasi, lingkungan kerja
b. Dependent Variable : Kinerja
Angka R sebesar 0,237a adalah
menunjukkan bahwa hubungan antara
kinerja dengan lingkungan adalah lemah
< 0,5. Angka R Square adalah 0,56
artinya 0,56 atau 5,6% dari kinerja dapat
dijelaskan oleh lingkungan kerja dan
motivasi dan 94,4% dipengaruhi faktor
lain
Annova Lingkungan Kerja dan
Motivasi Model Surn of
Squares df Mean
Square F Sig.
Regressi on Residual Total
22.154 372.07 1 394.22 5
1 87 88
11.0774.326
2.56 0
.083a
a. Predictors : ( Constant ), motivasi, lingkungan kerja b. Dependent Variable : Kinerja
Nilai F 2,560 dengan tingkat singnifikasi
0,083a karena probabilitas ( tingkat
signifikasi ) lebih besar dari 0,05 maka
model regresi ini bisa tidak dipakai untuk
Jurnal Bisnis Corporate | 67
memprediksi tingkat peningkatan kinerja.
Dengan kata lain peningkatan kinerja
berpengaruh tidak nyata terhadap
lingkungan kerja dan motivasi.
Coefficients Lingkungan Kerja dan
Motivasi Model Unstandard
ized Coefficient
s
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Constant) lingkungan
Kerja dan Motivasi
28.51 7 .209 .094
6.937 .098 .128
.223 .077
4.11 1 2.13 3 .737
.000
.036
.463
a. Dependent variabel : kinerja
Y=28,517 + 0,209 x1 + 0,094 x2 artinya
konstanta 28,517 artinya tiap penambahan
1 poin maka 28,517 penambahan kinerja
koefisien 0,209 artinya tiap penambahan 1
peningkatan kinerja maka sebesar 0,209
lingkungan kerja. Koefisien 0,094 artinya
tiap penambahan 1 peningkatan kinerja
sebesar 0,094 motivasi. Tingkat signifikasi
konstanta 28,517 adalah 0,000 < 0,05
artinya bersifat nyata. Tingkat signifikasi
lingkungan kerja 0,036 < 0,05 yang
artinya bersifat nyata. Tingkat signifikasi
motivasi 0,463 > 0,05 yang artinya bersifat
tidak nyata.
G. KESIMPULAN
Hubungan pengaruh lingkungan kerja
dengan peningkatan kinerja karyawan
adalah lemah karena 0,224 < 0,5 hal ini
terbukti dengan nilai F 4,601 dengan
tingkat signifikasi 0,035 < 0,05 maka
model regresi ini bisa dipakai untuk
memprediksi tingkat pengaruh
lingkungan kerja terhadap peningkatan
kinerja. Pengaruh motivasi dengan
peningkatan kinerja adalah lemah karena
0,079 < 0,5 hal ini terbukti dengan nilai F
0,547 dengan tingkat signifikasi 0,462 >
0,05 maka model regresi ini bisa dipakai
untuk memprediksi tingkat pengaruh
motivasi kerja terhadap peningkatan
kinerja. Pengaruh lingkungan kerja dan
motivasi dengan peningkatan kinerja
adalah lemah karena 0,237 < 0,5 hal ini
terbukti dengan nilai F 2,560 dengan
tingkat signifikasi 0,083 > 0,05 maka
model regresi ini tidak bisa dipakai untuk
memprediksi tingkat pengaruh
lingkungan kerja dan motivasi terhadap
peningkatan kinerja.
DAFTAR PUSTAKA Griffin, Ricky. 2008. Manajemen. Jakarta : Erlangga. Hani, Handoko. 2012. Manajemen. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ivancevich, John M. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga. Nitisemito. 2010. Pengertian Lingkungan
Kerja
http://id.shvoong.com/business-management/human-
resources/2134350-pengertian-lingkungan
kerja/#ixzz1Hst1DkRA Mardiana. 2007, Pengertian Lingkungan
Kerja http://id.shvoong.com/business-
management/human-resources/2134350-pengertian-
lingkungan kerja/#ixzz1HssOfXZS
Mondy, Wayne R. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga. Rivai, Veithazal. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Jurnal Bisnis Corporate | 68
Rajawali. Sigit, Soehardi. 2009. Perilaku Organisasi. Lukman Offset, Yogyakarta. Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graham Ilmu, Yogyakarta.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber
Daya manusia. Jakarta : Kencana
Jurnal Bisnis Corporate | 16
Analisis Strategi Pemasaran Pada Coruca Cofee Shop Kisaran
oleh
Syamsurizal, SE, MM
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine: (1) To identify the marketing strategies
undertaken by Coruca Coffee Shop through the analysis of the internal and external
environment, (2) Finding alternative marketing strategies that can be used in addressing the
problems of Coruca Coffee Shop. The method used in this study is a descriptive study with a
qualitative approach. The data and information research consisted of primary and secondary
data. The analytical is used a SWOT analysis, matrix IFAS, EFAS matrix, and SWOT matrix.
From the analysis of the internal environment is known values of strength (strength) is smaller
than the value of weakness (weakness) with a difference of (-) 0,226. While the results of the
analysis of the external environment is known the probability to grow is greater than the value of
the threat to the difference of (+)0,031. So known position Coruca coffee shop is in quadrant 3.
In this condition, a strategy that can be taken is the turnaround strategy with alternative
marketing strategies based on SWOT matrix among others: (1) optimize promotions with media
that can be use, (2) obtain a business license in order to avoid enforcement of the local
government and an opportunity for these businesses to receive additional capital from
designated banks to channel credit to small scale businesses, (3) to manage business
management, especially with regard to the recording of cash flows
Keywords: Bussines competiton, Marketing Strategy, Coruca Coffee Shop, SWOT Analysis,
IFAS Matrix, EFAS Matrix, SWOT matrix.
A. PENDAHULUAN Memasuki dunia usaha berarti harus
siap dengan konsekuensi persaingan dalam
merebut segmen pasar yang sangat
kompleks, dunia usaha dewasa ini
mengalami perubahan setiap saatnya,
cenderung tidak ada yang pasti dalam usaha
kecuali perubahan itu sendiri.
Keadaan yang kurang lebih sama
terjadi pada bisnis kuliner, bisnis kuliner
merupakan bisnis yang menjanjikan
persaingan yang ketat untuk di jalani, di
karenakan banyaknya pengusaha khususnya
di sektor usaha kecil menengah yang tertarik
untuk menekuni bidang usaha ini. Namun
peluang pada bisnis kuliner di sektor usaha
kecil menengah masih sangat besar,
pernyataan Menteri Koperasi dan UKM
Sjarifudin Hasan pada harian Koran Jakarta
pada oktober 2012 mengatakan bahwa
Indonesia sebagai Negara besar dengan
17.504 pulau dan 240 juta penduduk
merupakan pasar yang besar bagi makanan
dan minuman, bapak Sjarifudin hasan
menambahkan Sebagai Negara terbesar
konsumen makanan di asia tenggara
sepantasnya lah kita, pemerintah, dan dunia
usaha mampu menyediakan makanan dan
minuman dalam jumlah yang cukup, baik
dalam bentuk makanan dan minuman yang
Jurnal Bisnis Corporate | 17
segar maupun produk olahan yang di
hasilkan oleh pelaku UKM dan Koperasi
dalam negeri, hal tersebut mengisaratkan
masih besarnya kesempatan untuk untuk
menekuni usaha bidang kuliner.
Salah satu yang menjadi peluang
untuk bisnis sektor UKM adalah bisnis
pengolahan kopi, di beberapa kota di
Indonesia sedang digalakkan industri kopi di
sektor hilir sebagai salah satu upaya
meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri
(domestik), dari sebanyak 750.000 ton
produksi kopi Indonesia pada tahun 2012,
hanya 30% yang masih diserap untuk
konsumsi lokal. Selebihnya, 70% diekspor
ke sejumlah negara di belahan dunia. “Yang
terbesar sampai saat ini masih ke Amerika,”
kata Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan
Industri Kopi Indonesia (AEKI), Irfan
Anwar, dalam sebuah wawancara
dengan Kopibrik belum lama ini. ada pun
kenaikan konsumsi dalam negeri memang
sudah mengalami kenaikan, meskipun
belum sampai 1%. Padahal, pasar untuk
dalam negeri sendiri masih sangat besar bila
dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang
pada tahun 2012 telah mencapai 230-an juta
jiwa. Artinya, potensi bisnis untuk pasar
domestik masih sangat besar. Selain dengan
cara memproduksi kopi instan dalam
kemasan sachet, membuka kafe merupakan
satu bisnis yang kian menjanjikan.
(http://www.kopibrik.com/bisnis-kopi-di-
medan-setelah-kafe-apa-lagi/)
Pada saat ini bisnis Warung Kopi
sangat banyak di temui di berbagai daerah,
hal ini menyebabkan konsumen mempunyai
banyak opsi dalam hal memilih tempat, baik
untuk sekedar menikmati minuman kopi
maupun untuk nongkrong atau melakukan
aktifitas lainnya seperti melakukan
pertemuan di warung kopi yang berkonsep
café, pada akhirnya hal ini menimbulkan
persaingan yang ketat bagi para entrepreneur
yang menggeluti bidang tersebut, tentu hal
ini menuntut para pengusaha Warung kopi
untuk selalu tanggap dan dapat
menyesuaikan diri dalam menghadapi
persaingan, mereka bersaing untuk dapat
menguasai pasar, ini di tunjukkan dengan
banyaknya gerai Cofee shop yang muncul
baik yang bersifat lokal maupun
internasional. Seperti yang terjadi di kota
medan. Jumlah kafe maupun gerai kopi
(coffee shop) bertambah drastis mengisi
hampir tiap titik kota ini. Kalau dihitung,
sedikitnya ada puluhan kafe baru berdiri.
Dengan kata lain, bisnis ini tampaknya kian
menjanjikan.
Di kota kisaran terdapat banyak
warung kopi namun masih berkonsep
warung pinggir jalan sedangkan untuk
warung kopi dengan konsep café mulai
bermunculan, ini membuat persaingan
dalam merebut pasar penikmat kopi cukup
ketat. Dengan adanya situasi persaingan
tersebut menyebabkan pemilik atau
pengusaha coffee shop tidak hanya harus
mampu menjual produk dan jasanya, tapi
juga harus memiliki kemampuan pemasaran
yang mumpuni, agar dapat menguasai
pangsa pasar penikmat kopi di kota ini.
Coruca Cofee Shop yang di miliki
oleh bapak Rudi dan di kelola bersama sang
istri berlokasi di jalan HOS.Cokroaminoto
kisaran, adalah sebuah café yang
menyediakan kopi dan menu lainnya yang
baru saja mulai berdiri pada awal tahun
2013, Cofee shop ini sendiri memiliki
keunggulan yaitu selain harganya yang
relatif murah dan konsep café yang di usung
untuk sebuah warung kopi yang belum
banyak ada di kota kisaran, namun usaha ini
bukan tanpa kendala, kurangnya
kemampuan pemilik usaha dalam hal
pemasaran menyebabkan usaha ini
cenderung belum dapat bersaing dalam hal
jumlah konsumen, berdasarkan hasil pra
penelitian yang penulis lakukan, penulis
mendapati bahwa jumlah pengunjung hanya
Jurnal Bisnis Corporate | 18
berkisar 20-25 pengunjung/hari, selama ini
upaya pemasaran yang di lakukan hanya
dengan menyediakan kebutuhan bagi
konsumen berupa makanan dan minuman
dan hanya melakukan promosi yang bersifat
pasif melalui Banner yang hanya di
tempatkan di gerai Cofee Shop serta
mengandalkan promosi dari mulut ke mulut,
hal ini tentu tidak efektif mengingat usaha
ini masih terbilang baru sehingga perlu
banyak publikasi melalui media yang bisa
dimanfaatkan seperti situs jejaring
sosial,brosur ataupun mengadakan event-
event untuk menarik perhatian dari
khalayak.
B. METODOLOGI
Metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Azuar
juliandi (2013:14) penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu variabel secara mandiri.
Menurut Cresswel (2002:1) pendekatan
kualitatif adalah proses sebagai penyelidikan
untuk memahami masalah sosial atau
masalah manusia, berdasarkan pada
pencitraan gambaran holistic yang lengkap
yang terbentuk dengan kata-kata,
melaporkan pandangan informan secara
rinci dan di susun dalam sebuah latar
alamiah.
Pada penelitian kualitatif, penelitian
dilakukan pada objek yang alamiah
maksudnya, objek yang berkembang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada objek
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis lingkungan internal dan
eksternal sekaligus merumuskan alternatif
strategi pemasaran yang dapat digunakan
sebagai rujukan oleh Coruca Cofee Shop
berdasarkan analisis SWOT dan matrik
SWOT.
C. PEMBAHASAN
Terkait upayanya menggapai keunggulan
dalam persaingan pasar, perlu ada
pendekatan-pendekatan yang dilakukan
untuk pemasaran usaha ini, baik itu
pendekatan yang diformulasikan
sebelumnya maupun pendekatan-pendekatan
(strategi) pemasaran yang bersifat reaktif,
yaitu melihat keadaan lingkungan
pemasaran, maka dari itu curoca coffee shop
melakukan upaya bauran pemasaran yang
diantaranya:
a. Produk
Adapun produk yang ditawarkan
oleh coruca coffee shop ialah adalah menu
makanan dan minuman yang bervariasi
dengan sedikit memfokuskan ke minuman
kopi, untuk minuman ini memiliki beberapa
variant rasa yang diantaranya kopi hitam,
kopi hazelnut, kopi latte, kopi vanilla, kopi
moka serta kopi kemasan yang banyak di
jual di pasaran seperti kopi mix dan kopi
capucino. Selain itu ada juga variant menu
makanan yang ditawarkan seperti nasi
goreng, mie goreng, mie instan rebus dan
goreng, dan sebagai sajian makanan teman
minum kopi disediakan beberapa menu
makanan ringan yaitu sandwich, roti bakar,
kentang goreng dan nugget, kesemua
makanan dan minuman itu cukup dijaga
kwalitasnya oleh pemilik dengan cara
memberikan perhatian khusus bagi
karyawan yang bertugas mengolah makanan
dan minuman, dalam hal ini koki.
b. Harga
Strategi penetapan harga yang
dilakukan ialah penetapan harga berdasarkan
biaya operasional baik biaya untuk membeli
bahan baku makanan dan minuman maupun
biaya-biaya lain seperti gaji pegawai dan
Jurnal Bisnis Corporate | 19
biaya operasional pendukung seperti biaya
TV berlangganan, namun selain itu coruca
coffee shop juga mempertimbangkan aspek
persaingan dalam menentukan harga yang
dimana umumnya usaha-usaha sejenis yang
ada dikota kisaran masih berkonsep warung
pinggir jalan yang tentu memiliki
keunggulan dalam hal peneteapan harga,
maka usaha ini menetapkan harga-harga
produknya tidak jauh berbeda atau relatif
sama dengan usaha-usaha tersebut. Untuk
harga produk-produk yang ditetapkan oleh
coruca coffee shop dapat dikatakan cukup
terjangkau dan sesuai dengan pelayanan
yang diberikan, untuk harga makanan
berkisar antara Rp 8.000 sampai dengan Rp
13.000 per porsinya, dan untuk menu
minuman berkisar antara Rp 7.000 sampai
dengan Rp 10.000 per porsinya, untuk segi
penetapan harga dapat dikatakan murah,
penulis mencoba membandingkan dengan
warung kopi lainnya yang juga mengusung
konsep café yang umumnya dari segi
penetapan harga produk lebih tinggi di
banding coruca coffee shop walapun tidak
begitu signifikan namun dengan pelayanan
dan kwalitas produk menu makanan dan
minuman yang relatif sama.
c. Saluran distribusi
Untuk segi tempat atau saluran
distribusi, selama ini coruca coffee shop
hanya memanfaatkan satu saluran distribusi
saja sebagai cara agar produk sampai atau
dikenal oleh pelanggan yaitu saluran
produksi langsung, yang mana coruca coffee
shop langsung berinteraksi dengan
pelanggan dalam memberikan pelayanan.
d. Promosi
Dalam hal mengkomunikasikan
produknya, pendekatan-pendekatan atau
strategi yang ditempuh juga selama ini
terbilang cukup konvensional dan terkesan
kurang aktif, coruca coffee shop
mengkomunikasikan produknya hanya
melalui banner yang ditempatkan di depan
rukonya, dan untuk promosi yang lebih
menyebar hanya mengandalkan komunikasi
dari mulut ke mulut yang terutama ini
dilakukan melalui komunitas yang menjadi
pelanggan.
Lingkungan pemasaran
Keberhasilan pemasaran dipengaruhi
pula oleh banyak aspek yang diantaranya
aspek eksternal maupun internal dari usaha
itu sendiri, adapun aspek-aspek tersebut
M.Taufiq Amir (2005:29) membaginya
kedalam dua kelompok, yaitu lingkungan
makro dan mikro.
a. Lingkungan makro
Adapun lingkungan mikro
pemasaran ini terbagi atas beberapa faktor-
faktor yang diantara lain:
1. Demografis
Menurut data Badan Pusat Statistika
Jumlah penduduk Asahan keadaan Bulan
Juni Tahun 2012 diperkirakan sebesar
677.876 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 178,42 jiwa per km2. Sebagian besar
penduduk bertempat tinggal di daerah
pedesaan yaitu sebesar 61,29 persen dan
sisanya 38,71 persen tinggal di daerah
perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak
160.477 rumah tangga dan setiap rumah
tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4 jiwa,
sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari
tahun 2011-2012 sebesar 0,50 persen.
2. Perekonomian
Menurut badan pusat statistika
Sampai dengan tahun 2012 terdapat 638
perusahaan yang sebagian besar (64,11
persen) berbadan hukum PO dan yang
bergerak di sektor rumah makan, hotel dan
penginapan sebesar 48,28 persen, Secara
Umum, selama Januari sampai Desember
2012, di Kabupaten Asahan (dalam hal ini
diwakili oleh Kotamadya Pematang Siantar
sebagai salah satu kota inflasi yang terdekat
Jurnal Bisnis Corporate | 20
dengan Kabupaten Asahan) terjadi 12 kali
inflasi. Besarnya inflasi bulanan yang terjadi
di Kabupaten Asahan cukup relatif stabil
berkisar antara 1,60 persen (Maret) sampai
4,73 persen (Desember).
(http://asahankab.bps.go.id/index.php/site/ke
uangan?kat=2)
3. Lingkungan alam
Menurut data Badan koordinasi
penanaman modal, tahun 2010 kabupaten
asahan mampu menghasilkan 10 ton kopi
(regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id
/commodityarea.php?ia=1208&ic=62), hal
ini menandakan bahwa kabupaten asahan
mempunyai potensi yang cukup besar dalam
pengolahan kopi, tentunya ini berpengaruh
pada ketersediaan bahan baku kopi, dan
untuk bahan baku lainnya yang berhubungan
dengan usaha ini untuk membuat makanan
dan minuman lainnya mudah didapatkan di
pasar perbelanjaan tradisional.
4. Tekhnologi
Dalam proses pembuatan makanan
dan minuman, coruca coffee shop
menggunakan peralatan dengan tekhnologi
yang konvensional, alat-alat seperti pembuat
kopi hanya dengan racikan tangan, tidak
menggunakan mesin pembuat kopi yang
banyak ditemui di coffee shop yang
terbilang modern.
5. Politik
Peraturan daerah pemerintah asahan
nomor 32 tahun 2008 tentang retribusi
perizinan usaha pariwisata yang salah
satunya mengatur tentang perizinan rumah
makan yang berarti tempat menjual
makanan dan minuman untuk umum di
tempat usahanya, hal ini mengatur setiap
usaha yang bergerak di bidang tersebut
untuk memiliki izin, namun pada prakteknya
masih banyak yang ditemui rumah makan
atau usaha yang menyediakan makanan dan
minuman belum memiliki izin usaha, karena
pada peraturan daerah tersebut juga
tercantum bahwa pemerintah wajib
melakukan pembinaan terhadap usaha yang
telah memiliki izin, dan pemerintah
kabupaten asahan mengabaikan hal tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa perda ini tidak
berjalan dengan baik karena banyak usaha
seperti ini yang belum memiliki izin usaha
dan termasuk coruca coffe shop sendiri,
selain itu kebijakan pemerintah tidak ada
yang mempengaruhi usaha ini baik secara
positif maupun negatif.
6. Sosial budaya
Kota kisaran yang merupakan ibu
kota administratif kabupaten asahan
merupakan daerah dengan suku bangsa asli
rumpun melayu deli, seperti yang diketahui
minum kopi merupakan salah satu kebiasaan
dari orang melayu deli, namun pada
perkembangannya kabupaten asahan di
duduki oleh mayoritas orang dengan suku
bangsa jawa dan batak, namun minum kopi
masih jadi kebiasaan masyarakat asahan
terutama bagi kalangan dewasa.
7. Tren
Saat ini tren minum kopi sangat
menjamur di Indonesia, terutama di kota-
kota besar, ini dilihat dari banyaknya usaha-
usaha yang bergerak di bidang warung kopi
baik pinggir jalan maupun yang berkonsep
café dan tren ini juga terjadi di kota kisaran,
kota ini juga tidak luput dari penyebaran
tren minum kopi, ini dilihat dari banyaknya
konsumen warung-warung kopi di kota ini.
b. Lingkungan mikro
Adapun lingkungan mikro
pemasaran dari usaha ini terdiri dari
nenerapa faktor yang diantaranya:
1. Bagian internal perusahan
Usaha ini menggunakan manarerial
yang masih bersifat sederhana, dan dalam
pengelolaannya masih menjunjung asas
kekeluargaan, untuk pengelolaan keuangan
usaha ini dapat dikatakan masih perlu
perbaikan karena belum keuangannya belum
Jurnal Bisnis Corporate | 21
dicatat dengan prinsip-prinsip akuntansi,
sedangkan tenaga karyawan dari usahan ini
tidak terlalu harus memiliki keterampilan
khusus tentang kuliner untuk bagian
pelayan, namun koki atau juru masaknya
tetap harus punya keterampilan khusus di
bidang kuliner terutama untuk membuat
makanan dan minuman.
2. Pemasok
Bahan baku dari makanan dan
minuman yang di jual semuanya di dapat di
pasar belanja tradisional maupun swalayan
yang ada di kota kisaran, dan selama ini
coruca coffee shop tidak mengalami
masalah terkait dengan ketersediaan bahan-
bahan baku tersebut.
3. Perantara Pemasaran
Untuk perantara pemasran saluran
distribusi, selama ini coruca coffee shop
hanya memanfaatkan satu saluran distribusi
saja sebagai cara agar produk sampai atau
dikenal oleh pelanggan yaitu saluran
produksi langsung, yang mana coruca coffee
shop langsung berinteraksi dengan
pelanggan dalam memberikan pelayanan,
dan dalam hal mengkomunikasikan atau
mempromosikan usaha ini hanya dengan
banner yang diletakkan di depan rukonya
dan mengandalkan promosi dari mulut ke
mulut
4. Pelanggan
Basis pelanggan dari coruca coffee
shop adalah komunitas pecinta sepak bola
yang sering berkumpul di sini untuk
menonton pertandingan sepak bola maupun
mengadakan acara-acara lain terkait dengan
komunitas tersebut.
5. Pesaing
Usaha ini mempunyai pesaing yang
cukup banyak di kota kisaran, ini berasal
dari usaha-usaha sejenis yang lebih dulu
hadir, namun kebanyakan dari para pesaing
coruca coffee shop masih berkonsep warung
pinggir jalan, dan yang mengusung konsep
café belum bgitu banyak, di kota ini sendiri
baru ada 2 usaha sejenis yang juga
mengusung konsep café untuk tempat
minum kopi
6. Publik
Adapun publik atau target dari usaha
ini adalah penduduk kota kisaran sendiri,
berdasarkan data dari bps jumlah penduduk
kabupaten asahan tahun 2012 berjumlah
677.876 jiwa, sebanyak 18 persen
diantaranya tinggal di kota kisaran.
SWOT Corucca Coffee Shop
Setelah mengetahui lingkungan
pemasaran dari coruca coffee shop
selanjutnya ialah proses identifikasi yang
menjadi faktor-faktor strategis pemasran
coruca coffee shop, hal ini terdiri dari
Strenght (kekuatan), weakness (kelemahan)
yang berasal dari lingkungan internal dan
opportunity (peluang), dan threats
(ancaman) yang berasal dari lingkungan
eksternal usaha ini.
a. Strenght (Kekuatan)
Kekuatan adalah segala sesuatu yang
bagus yang dapat diperbuat oleh coruca
coffee shop, atau suatu karakteristik yang
memiliki kapabilitas penting. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menu makanan dan minuman
yang beragam
Menu makanan dan minuman yang
cukup beragam merupakan hal yang dapat
menjadi pertimbangan tersendiri bagi
konsumen untuk melakukan keputusan
pembelian di coruca coffee shop, terutama
untuk menu minuman kopi yang dapat
dikatakan coruca coffe shop yang paling
banyak variantnya untuk usaha sejenis di
kota kisaran.
2. Kondisi lingkungan yang aman
dan nyaman
Usaha ini terletak di salah satu pintu
masuk kota kisaran dan lingkungan
Jurnal Bisnis Corporate | 22
sekitarnya terdapat ruko-ruko dan
pemukiman warga, dapat dikatakan
lokasinya cukup aman, selain itu karena
letaknya yang tidak terlalu di pusat kota
kisaran membuat suasana coruca coffee
shop cukup tenang sehingga memberikan
rasa nyaman bagi pengunjung yang datang.
3. Harga produk yang cukup
bersaing
Salah satu yang menjadi perhatian
konsumen dalam mengambil keputusan
membeli adalah faktor harga, dan untuk
konsumen di Indonesia pada umumnya
harga merupakan hal yang cukup sensitif
dalam mempengaruhi keputusan pembelian
tersebut, ini juga terjadi bagi kebanyakan
warga kota kisaran, maka dari itu
diharapkan harus tepat dalam penetapan
harga, ini bukan berarti harga dari produk
dapat ditekan sedemikian mungkin dan
lantas menjadi kurang memiliki nilai, tapi
harga dari produk harus dapat dioptimalkan
sesuai dengan benefit yang didapatkan
pelanggan.
Untuk harga produk-produk yang
ditetapkan oleh coruca coffee shop dapat
dikatakan cukup terjangkau dan sesuai
dengan pelayanan yang diberikan, untuk
harga makanan berkisar antara Rp 8.000
sampai dengan Rp.13.000 per porsinya, dan
untuk menu minuman berkisar antara Rp
7.000 sampai dengan Rp 10.000 per
porsinya. Dapat dikatakan harga dari
makanan dan minuman cukup terjangkau
untuk sebuah warung kopi yang berkonsep
café.
4. Memiliki komunitas yang menjadi
pelanggan tetap
Usaha ini sendiri memiliki
komunitas yang menjadi pelanggan tetap
yaitu interisti kisaran, komunitas tersebut
sering mengunjungi coruca coffee shop baik
untuk menonton pertandingan sepak bola
maupun acara-acara gathering yang
dijadikan ajang berkumpulnya bagi sesama
anggota, ini menjadikan komunitas tersebut
sebagai pelanggan tetap dari coruca coffee
shop
5. Fasilitas cafe yang memadai
Fasilitas coruca coffee shop cukup
memadai untuk sebuah warung kopi yang
berkonsep café, corruca coffee shop
memiliki fasilitas yang tidak dimiliki oleh
kebanyakan usaha sejenis yang ada di kota
kisaran, coruca coffee shop beroperasi di
sebuah ruko yang dilengkapi pendingin
ruangan dan juga jaringan hotspot internet,
juga ada fasilitas tambahan seperti toilet.
B. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan adalah segala sesuatu
yang merupakan kekurangan dari usaha ini,
atau suatu kondisi yang tidak
menguntungkan. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya promosi pada usaha
ini
Coruca coffee shop sebagai usaha yang
terbilang baru masih sangat kurang dikenal
oleh masyarakat luas, ini dikarenakan promosi
yang dilakukan masih bersifat pasif, hanya
mengandalkan promosi dari mulut ke mulut
untuk mengkomunikasikan usaha ini, padahal
banyak media promosi yang dapat digunakan
yang tidak memerlukan biaya yang besar
seperti melalui media internet.
2. Lahan parkir yang kurang luas
Usaha ini terletak tepat di pinggir
jalan raya kota kisaran, jarak bangunannya
dengan badan jalan pun terbilang cukup
rapat dan tidak terdapat lahan kosong
disekitarnya sehingga menyebabkan
ketersediaan lahan yang dapat digunakan
untuk parkir kendaraan bagi para
pengunjung sangat minim
3. Belum memiliki legalitas
Usaha ini sendiri belum memiliki
izin, ini dapat berakibat pada beberapa hal
Jurnal Bisnis Corporate | 23
mengenai kelangsungan usaha, usaha ini
rentan untuk di tertibkan pemerintah terkait
dengan perizinannya, dan juga sulit untuk
mendapatkan bantuan modal dari lembaga
yang di tunjuk pemerintah.
4. Tidak memiliki laporan keuangan
yang sistematis
Pencatatan keuangan yang dilakukan
selama ini masih bersifat sederhana dan belum
menerapkan azas-azas akuntansi, ini tentu
menyulitkan bagi pemilik usaha untuk
mengevaluasi kegiatan usahanya berdasarkan
arus kas.
5. Peralatan yang digunakan
terbilang sederhana
Alat-alat yang digunakan untuk
membuat makanan dan minuman terbilang
konvensional, coruca coffee shop tidak
memiliki mesin pembuat kopi yang biasanya
terdapat di coffee shop modern.
6. Memerlukan modal yang besar
untuk pengembangan usaha
Terkait pengembangan usaha coruca
coffee shop memerlukan sumber daya
permodalan yang cukup besar yang dapat
digunakan untuk memperbaharui sarana dan
prasarana usaha ini, tentunya hal tersebut
menjadi kendala karena selama ini coruca
coffee shop beroperasi menggunakan
permodalan yang berasal dari dana pribadi
pemilik usaha yang tentunya terbatas.
C. Opportunity(Peluang)
Peluang pemasaran (marketing
opportunity) adalah wilayah kebutuhan dan
minat pembeli, di mana perusahaan
mempunyai protabilitas tinggi untuk
memuaskan kebutuhan tersebut dengan
menguntungkan. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mendapatkan konsumen baru
yang potensial dijadikan
pelanggan loyal
Selama ini konsumen yang
merupakan pelanggan loyal hanya berasal
dari komunitas interisti kisaran dan relasi
dari pemilik usaha, tentu coruca coffee shop
berpeluang untuk mendapatkan konsumen
baru yang dapat dijadikan pelanggan yang
loyal di masa yang akan datang.
2. Mendapatkan tambahan modal
dari bank
Tentunya terbuka peluang bagi
coruca coffee shop mendapatkan bantuan
modal dari bank-bank yang yag
menyalurkan dana bantuan bagi usaha kecil
menengah
3. Melakukan promosi melalui media
tekhnologi informasi
Berkembangnya tekhnologi
informasi mempengaruhi kemajuan pada
media komunikasi, ini dapat memberikan
kemudahan bagi para pengusaha dalam
mempromosikan produk ataupun jasa yang
mereka tawarkan, di era tekhnologi
informasi yang semakin memungkinkan
untuk melakukan promosi tanpa
mengeluarkan dana yang banyak dan tidak
terpengaruh oleh jarak.
4. Mendiversifikasikan
(menganekaragamkan) produk
Dengan mendiversifikasikan menu
makanan dan minuman diharapkan dapat
pula menarik konsumen yang lebih banyak
lagi agar coruca coffee shop dapat bermain
di beberapa segmen pasar pecinta kuliner
5. Jumlah penduduk yang banyak di
daerah tersebut meningkatkan
penjualan
Seperti yang diketahui jumlah
penduduk kabupaten asahan berjumlah
677.876 orang, dan sekitar 8 persen
diantaranya bermukim di daerah kecamatan
kisaran barat yang merupakan domisili dari
usaha ini serta 10 persen tinggal di kecamatan
kisaran timur yang secara geografis dekat
Jurnal Bisnis Corporate | 24
dengan usaha ini, hal tersebut tentu
merupakan sebuah peluang pasar.
D. Threaths (Ancaman)
Ancaman lingkungan (environmental
threat) adalah tantangan yang ditempatkan
oleh tren atau perkembangan yang tidak
disukai yang akan menghasilkan penurunan
penjualan atau laba.
1. Adanya pesaing usaha sejenis yang
sudah lebih mapan
Banyaknya usaha sejenis yang telah
lebih dahulu hadir di kota kisaran dan
keadaannya sudah lebih mapan tentunya
menjadi tantangan tersendiri bagi coruca
eksistensi coffee shop dikarenakan para
pesaing tersebut telah memiliki basis
konsumen yang telah menjadi pelanggan
yang loyal
2. Ancaman penertiban usaha
Coruca coffee shop yang belum
memiliki legalitas resmi atau izin usaha
tentunya menimnulkan kekhawatiran bahwa
sewaktu-waktu dapat terganggu
operasionalnya yang dapat hadir dari
kebijakan pemerintah tentang usaha-usaha
seperti ini.
3. Strategi bisnis yang mudah ditiru
Di era keterbukaan informasi
menyebabkan kemudahan bagi masyarakat
untuk mendapatkan informasi tentang
apapun dan tidak terkecuali informasi terkait
usaha-usaha seperti ini, ini dapat digunakan
oleh para pesaing untuk mengkonsep
usahanya agar dapat mendekati atau lebih
baik dari coruca coffee shop, dan usaha ini
sendiri tidak begitu memiliki keunggulan
dalam strategi bisnis yang sulit untuk di tiru
pelanggan.
4. Hadirnya pesaing berupa usaha
baru yang sejenis
Kehadiran usaha baru sejenis
tentunya memberikan ancaman akan
kelangsungan usaha ini, hal ini dikarenakan
konsumen dari usaha ini yang selama ini
telah menjadi pelangga dapat berpindah
kepada pelanggan tersebut.
Analisa posisi Coruca Coffee Shop
Analisis terhadap lingkungan
internal dan eksternal digunakan untuk
mengetahui posisi Coruca Coffee Shop dan
menjadi dasar dalam merumuskan alternatif
strategi yang akan diambil. Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa nilai Internal
Faktor Analisis (IFAS) sebesar 2,95 dengan
rincian Strenght (Kekuatan) : 1,362 dan
weakness (kelemahan) : 1,588. Sedangkan
nilai Eksternal Faktor Analisis (EFAS)
sebesar 3,197 dengan rincian opportunity
(peluang) : 1,614 dan threat (ancaman) :
1,583 . Dari hasil analisis lingkungan
internal diketahui nilai nilai strenght
(kekuatan) lebih kecil dari nilai weakness
(kelemahan) dengan selisih sebesar (-)
0,226. Sedangkan dari hasil analisis
lingkungan eksternal diketahui nilai peluang
lebih besar dari nilai ancaman dengan selisih
sebesar (+) 0,031. Dari hasil identifikasi
dapat digambarkan posisi Coruca Cofee
Shop dalam diagram SWOT.
3. Turnaround 1.Growth
Kelemahan Kekuatan
(1,588) (1,362)
4.Defence 2.Diversifikasi
Ancaman (1,583)
Sumber: Pengolahan Data Internal dan
Eksternal Coruca Coffee Shop
Jurnal Bisnis Corporate | 25
Berdasarkan diagram SWOT
diketahui posisi Coruca coffee shop berada
pada kuadran 3. Hal ini menunjukkan bahwa
Coruca coffee shop memiliki peluang yang
besar untuk dimanfaatkan, namun juga
memiliki kelemahan yang harus segera
diatasi. Pada kondisi ini, strategi yang dapat
ditempuh adalah strategi turnaround, yaitu
dengan terlebih dahulu meminimalkan
kelemahan usaha ini sebelum
memaksimalkan peluang yang ada.
Alternatif strategi pemasaran Coruca
Coffee Shop
Setelah diketahui kekuatan dan
kelemahan yang berasal dari lingkungan
internal beserta peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal serta posisi usaha pada
kuadran SWOT, maka tahap selanjutnya
adalah menyusun alternatif strategi
menggunakan matrik SWOT. Dengan
menggunakan matrik SWOT akan didapat
empat alternatif strategi, yaitu strategi SO,
strategi ST, strategi WO, dan
strategi WT.
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya, adapun beberapa altenatif
strategi yang dapat dikemukakan adalah
sebagai berikut:
a. Menambah variant menu baik
makanan dan minuman
Salah satu langkah yang dapat
ditempuh oleh coruca coffee shop untuk
menghadirkan konsumen baru adalah lebih
menambah jenis dari makanan dan minuman
yang nantinya diharapkan hadirnya
konsumen yang lebih banyak lagi
dikarenakan memiliki banyak pilihan baik
menu makanan maupun minuman.
b. Memberikan potongan harga
kepada konsumen
Dengan memberikan potongan harga
kepada konsumen tentu akan mempengaruhi
margin keuntungan dari corucca coffee shop
sendiri namun dari sisi lain akan
menimbulkan loyalitas bagi konsumen untuk
menjadi pelanggan tetap dikarenakan merasa
diberikan perlakuan khusus, hal ini perlu
dilakukan namun harus ada keriteria
konsumen yang diberikan potongan harga,
misalkan konsumen yang telah beberapa kali
datang ke tempat ini ataupun konsumen
yang membeli makanan atau minuman
dengan jumlah harga tertentu. Karena
menurut Widiana (2010: 75) Peranan harga
dalam keadaan persaingan yang makin ketat
sangatlah penting terutama untuk menjaga
dan meningkatkan posisi perusahaan di
pasar, meningkatkan penjualan dan
keuntungan perusahaan.
c. Membina hubungan baik dengan
komunitas yang menjadi
pelanggan
Pada usaha ini terdapat komunitas
yang menjadi pelanggan tetap, agar timbul
loyalitas pada pelanggan tersebut pemilik
serta para karyawan perlu untuk membina
hubungan baik, selain itu diharapkan dengan
melakukan hal tersebut para pelanggan
tersebut secara suka rela untuk
mempromosikan coruca coffee shop kepada
para kerabat mereka
2. Strategi ST
strategi ST adalah menggunakan
kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman, adapun beberapa
alternatif strategi ST adalah sebagai berikut:
a. Menghadirkan menu baru yang
belum ada di pada pesaing di
kota kisaran
Dengan menghadirkan menu
makanan ataupun minuman yang tidak
ditemui di usaha sejenis yang ada di kota
Jurnal Bisnis Corporate | 26
kisaran tentunya akan menjadi nilai lebih
bagi usaha ini, misalnya coruca coffee shop
dapat mengadirkan menu kopi sidikalang
ataupun variant menu kopi lokal lainnya
yang belum ada pada para pesaing.
b. Mengoptimalkan penetapan harga
produk
Harga dari makanan dan minuman
yang cukup terjangkau tentu menjadi
kekuatan tersendiri bagi usaha ini, namun
juga perlu diperhatikan margin keuntungan
dan juga persepsi konsumen terhadap
penetapan harga tersebut, jangan sampai
menetapkan harga produk serendah mungkin
yang nantinya akan memperlambat return of
investmen dan menghadirkan citra di
kalangan konsumen bahwa usaha ini kurang
memiliki nilai, harus disesuaikan harga
produk yang di tawarkan dengan pelayanan
yang diberikan sehingga konsumen merasa
mendapatkan bennefit atau timbal balik yang
sesuai dengan cost atau harga yang mereka
bayar, dan juga memberikan citra yang baik
pula terhadap nilai usaha ini.
c. Selalu memperbaharui
pengetahuan dalam menjalankan
usaha
Dengan meng update pengetahuan
tentang usaha yang dijalani tentunya akan
menambah wawasan berfikir mengenai
usaha tersebut sehingga dapat menetapkan
ataupun merumuskan strategi usaha yang
tepat terkait dengan perubahan lingkungan
eksternal dari usaha ini, hal ini juga
dimaksudkan agar pesaing tidak mudah
meniru strategi bisnis yang di jalani.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada, adapun
beberapa altenatif startegi ini adalah sebagi
berikut:
a. Mengoptimalkan promosi dengan
media-media yang dapat
digunakan
Promosi tentunya merupakan sesuatu
yang penting bagi sebuah usaha terlebih
untuk usaha yang terbilang belum begitu
lama beroperasi, upaya promosi yang
dilakukan oleh pemilik usaha masih sangat
minim, tentunya perlu ada pemanfaatan
media-media yang dapat digunakan sebagai
sarana promosi seperti melalui media
berbasis tekhnologi informasi atau internet,
selain murah secara biaya jangkauan dari
media ini juga tentunya sangat luas, bisa
juga melalui penyebaran brosur-brosur
tentang usaha ini dikarenakan tidak semua
masyarakat khususnya di kota Kisaran dan
sekitarnya menjadi pengguna internet.
Selain itu dapat juga dengan mengadakan
event-event seperti Live Music atau yang
lainnya agar menarik perhatian khalayak
ramai terhadap usaha ini, namun tentunya
hal ini memerlukan biaya yang lebih.
Menurut Widiana (2010: 70-71) Promotion
adalah aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
b. Mengurus legalitas usaha agar
membuka kesempatan untuk
mendapatkan kredit usaha
Dengan memiliki izin usaha tentunya
akan terbuka kesempatan agar usaha ini
mendapat bantuan dana permodalan dari
pemerintah melalui bank yang di tunjuk
untuk menyalurkan dana usaha, tentunya ini
dapat mendorong agar usah ini dapat
berkembang karena selama ini hanya
mengandalkan dana pribadi dari pemilik
dalam pengembangan usahanya.
c. Mengelola manajemen keuangan
Jurnal Bisnis Corporate | 27
Manajemen keuangan usaha ini
masih terbilang sederhana dan tidak semua
arus kas di catat, pencatatannya pun tidak
menggunakan prinsip-prinsip akuntansi, hal
itu diperlukan untuk pengelolaan keuangan
ynag lebih baik dan juga hal tersebut dapat
mendatangkan kesempatan bagi usaha ini
mendapat investore dari pihak luar karena di
anggap manajemen dari usaha ini baik dan
perkembangannya dapat di lihat melalui arus
kas yang di catat (akuntable)
d. Bekerja sama dengan pengelola
parkir setempat
Ketersediaan lahan parkir tantunya
juga menjadi salah satu pertimbangan bagi
konsumen untuk melakukan keputusan
pembelian pada usaha ini, tentu ini perlu
menjadi perhatian karena bukan tidak
mungkin calon konsumen enggan untuk
berkunjung karena tidak tersedianya lahan
parkir kendaraan, untuk itu dibutuhkan kerja
sama dengan pengelola parkir setempat
untuk menyediakan lahan buat penitipan
kendaraan konsumen.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman, adapun beberapa
alternatif dari strategi ini adalah sebagai
berikut
a. Memilih sarana promosi yang
efektif
Kemampuan sebuah usaha untuk
membuat produk atau jasa yang unggul dari
para pesaing tentunya harus di imbangi
dengan kemampuan untuk
mengkomunikasikannya, perlu sarana yang
tepat agar promosi yang dilakukan memberi
dampak positif bagi usaha yang di jalani,
maka dari itu pemilik dari coruca coffee
shop harus jeli dalam memilih sarana
promosi.
b. Memperbaharui peralatan usaha
Peralatan usaha yang ada pada
coruca coffee shop dapat dikatakan sangat
konvensional sehingga tidak mengahdirkan
keunggulan dari segi tekhnologi di
bandingkan dengan usaha sejenis di kota
kisaran, maka dari itu perlu ada inovasi
mengenai tekhnologi peralatan yang
digunakan, salah satunya adalah dapat
dengan menggunakan mesin peracik kopi
otomatis yang ada pada Coffee Shop modern
sehingga strategi bisnis dari usaha ini tidak
mudah ditiru oleh pesaing-pesaing yang
berasal dari usaha sejenis di kota kisaran.
c. Mengurus izin usaha untuk
menghindari penertiban
Sesuai dengan Peraturan daerah
pemerintah asahan nomor 32 tahun 2008
tentang retribusi perizinan usaha pariwisata
yang salah satunya mengatur tentang
perizinan rumah makan yang berarti tempat
menjual makanan dan minuman untuk
umum di tempat usahanya, mengharuskan
bagi usaha-usaha seperti coruca coffee shop
mengantongi izin usaha, walau dalam
prakteknya peraturan ini cenderung tidak
berjalan dengan baik, namun tetap ada
kekhawatiran sewaktu-waktu pemerintah
akan melakukan penertiban terhadap usaha-
usaha yang belum mengantongi izin, maka
dari itu usaha ini perlu mengantongi izin
untuk menghindari hal tersebut.
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa nilai internal Faktor analisis (IFAS)
sebesar 2,95 dengan rincian Strenght
(Kekuatan) : 1,362 dan weakness
(kelemahan) : 1,588. Sedangkan nilai
eksternal faktor analisis (EFAS) sebesar
3,197 dengan rincian opportunity (peluang) :
1,614 dan threat (ancaman) : 1,583 . Dari
hasil analisis lingkungan internal diketahui
nilai nilai strenght (kekuatan) lebih kecil
dari nilai weakness (kelemahan) dengan
selisih sebesar (-) 0,226. Sedangkan dari
hasil analisis lingkungan eksternal diketahui
Jurnal Bisnis Corporate | 28
nilai peluang lebih besar dari nilai ancaman
dengan selisih sebesar (+) 0,031.
Berdasarkan diagram SWOT diketahui
posisi Coruca Coffee shop berada pada
kuadran 3. Hal ini menunjukkan bahwa
Coruca coffee shop memiliki peluang yang
besar untuk dimanfaatkan, namun juga
memiliki kelemahan yang harus segera
diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir,Taufiq.2005.Dinamika Pemasaran.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Cresswel, John W.2002. Qualitative &
Quantitative approach, Jakarta : KIK Press
Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi
kuantitatif untuk ilmu-ilmu Bisnis. Medan:
M2000
Kotler,Philip. 1997. Prinsip-prinsip
pemasaran. Jakarta: Erlangga
_____, Philip & Armstrong, Gary.2001.
Principle of Marketing. 9th
Edition. New
Jersey: Prentice-Hall.
_____, Philip & Keller, Kevin lane.2009.
Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas,
Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
M. Fuad, Cristine. H, Nurlela, Sugiarto,
Paulus. 2001. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Orville C.Walker dan kawan-kawan.
Marketing Strategy:planning and
implementation. 2nd
Edition.USA: Times
mirror Higher education Group
Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT
teknik Membedah kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Singarimbun, Masri.1995. Metodologi
Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
Situmorang, S. H. 2009. Bisnis:
Perencanaan dan Pengembangan. Jakarta:
Mitra Wacana Media
Sugiyono. 2006. Metode penelitian
pendidikan:pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharno, Yudi Sutarso. 2010. Marketing in
practice. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sunarto. 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran.
Yogyakarta: AMUS Yogyakarta dan UST
Press
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Widiana, Muslichah Erma. 2010. Dasar-
Dasar Pemasaran. Bandung: Karya Putra
Darwati
Wirarta,I Made.2006. Metodologi penelitian
Sosial Ekonomi.Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET
Sumber Skripsi dan Jurnal
Galih dammar kusumo. 2012. Analisis
Strategi Pemasaran Café Lampiri Dalam
Memasuki pasar persaingan. Jakarta:
Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Manajemen Universitas Guna Darma
Putri Adhanareshawari Hamardika Ningrum.
2010. Analisis strategi Pemasaran Usaha
Jasa pembuatan Dan Perbaikan Furniture
UD.Suryani Furniture Bogor,Jawa Barat.
Bogor. Program sarjana fakultas ekonomi
dan manajemen Institut Pertanian Bogor
Reni Maulidia Rahmat. 2012. Analisis
Strategi Pemasaran Pada PT.Koko Jaya
Prima Makasar.Makasar: Program sarjana
Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas
Hasanudin Makasar
Sri Yati Prawitasari .2010. Analisis SWOT
Sebagai Dasar Perumusan Strategi
Pemasaran Berdaya Saing Pada dealer
Honda tunggul sakti Semarang. Semarang.
Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Yudi Farola Bram .2005. Analisis Efektifitas
Iklan Sebagai Salah Satu Strategi
Pemasaran Perusahaan Percetakan Dan
Penerbitan PT.Rambang Dengan
Menggunakan Epic Model. Palembang.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas
Sriwijaya
Web
Jurnal Bisnis Corporate | 29
http://www.kopibrik.com/bisnis-kopi-di-
medan-setelah-kafe-apa-lagi/ di akses
tanggal 14 februari pukul 17.30 WIB
http://asahankab.bps.go.id/index.php/site/ke
uangan?kat=2 di akses pada tanggal 25 mei
22.25 WIB
regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/
commodityarea.php?ia=1208&ic=62 di
akses pada tanggal 25 mei pukul 22.55
Jurnal Bisnis Corporate | 30
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK
UD.Siganupari, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun
oleh
Drs. Nalom Siagian, MM
ABSTRACT
Formulation of the problem in this study is How fertilizer business development strategy
at UD. Siganupari in Tanjung Pasir Dusun III Tanah jawa Subdistrict district Simalungun. This
study aims to Determine the business development strategy UD. Siganupari in Tanjung Pasir
Dusun III Subdistrict Tanah Jawa District Simalungun. The method used is descriptive
qualitative method . Data were obtained from observations, interviews, library research and
studydocumentation.Analysis using SWOT analysis. Informants numbered 3 namely 1 key inform
ant 2the main informants. The results show that the strategy needs to be applied to business
development strategies UD. Siganupari in Tanjung Pasir Dusun III Subdistrict Tanah Jawa
District Simalungun. is an aggressive strategy of creating a strategy that uses force to take
advantage of opportunities.
Keywords: Businessstrategy, SWOTanalysis
A. PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Utara merupakan
daerah yang memiliki potensi pertanian
yang cukup besar. Salah satu daerah sentra
pertanian di Provinsi Sumatera Utara adalah
Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang
memiliki luas lahan pertanian 90,234 hektar
atau 36,27% dari luas daerah Deli Serdang
yang tercatat 249.772 hektar. Berbagai
program yang di laksanakan Pemerintah
Daerah menjadikan Deli Serdang lumbung
pangan Sumatera Utara yang menghasilkan
padi 290.516 ton sehingga surplus 32.130
ton. Dalam hal ini, penggunaan sarana
produksi merupakan salah satu faktor yang
tidak dapat dipisahkan dari peningkatan
produksi pertanian. Penggunaan sarana
produksi yang sesuai dan tepat akan
memberikan dampak yang sangat baik
terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman. Adapun sarana produksi yang
dibutuhkan antara lain bibit atau benih yang
unggul, pupuk yang sesuai, pestisida dan
alat-alat pertanian lainnya.Pupuk merupakan
salah satu komponen inputproduksi yang
berperan penting dalam peningkatan
produksi dan produktivitas pertanian. Untuk
mendukung program di sektor pertanian
tersebut, maka dapat menjadi peluang di
sektor perdagangan dalam hal ini yaitu
usaha kios pupuk.
Dalam perekembangannya usaha
kios pupuk menjadi sangat penting di dalam
membantu kelancaran distribusi pupuk.
Terlebih lagi saat pemerintah mengeluarkan
kebijakan sistem distribusi tertutup dengan
menggunakan RDKK (Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok) yang melibatkan kios
pupuk selaku pengecer, menjadi lembaga
pemasaran penyalur pupuk bersubsidi.
Dengan kebijakan tersebut mengharuskan
setiap kios pupuk untuk mendaftar sebagai
kios resmi untuk akhirnya bisa ditunjuk
menjadi penyalur resmi pupuk bersubsidi.
Jurnal Bisnis Corporate | 31
Kios pupuk UD. Siganupari yang
berada di Dusun III Tanjung Pasir
Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten
Simalungun telah berdiri pada tahun 2008.
UD adalah suatu bentuk usaha yang
kegiatannya yaitu membeli dan menjual
barang tanpa mengolahnya terlebih dahulu
dengan tujuan memperoleh laba. UD.
Siganupari merupakan salah satu usaha yang
bergerak dibidang penjualan pupuk langsung
kepada konsumennya. Usaha ini
menyediakan berbagai jenis pupuk subsidi
maupun non subsidi. Usaha ini resmi
menjadi kios penyalur pupuk bersubsidi
pada tahun 2009. Adapun pupuk subsidi
antara lain urea, ZA, NPK Phonska, SP-36
dan organik. Sedangkan pupuk non subsidi
antara lainKCL, SS Mahkota, SS Merauke,
TSP Mahkota, TSP Merauke, NPK Mutiara,
dolomite, TSM dan garam kotor . Selain itu,
UD. Siganupari juga menjual pestisida, bibit
dan alat-alat pertanian yang dapat
menunjang keberlangsungan siklus
pertanian sawah, jagung, sayuran dan sawit
di daerah Tanjung Pasir Kecamatan Tanah
Jawa Kabupaten Simalungun. Melihat lokasi
usaha ini, UD. Siganupari sangat berpotensi
untuk berkembang karena sebagian besar
lahan di desa Tanjung Pasir ini digunakan
sebagai lahan pertanian. Usaha ini terletak di
tengah areal pertanian sawah. Sehingga
lebih dekat dengan sawah para petani. Pada
saat petani melakukan proses pembelian
pupuk, petani tidak perlu lagi pergi jauh
membeli pupuk untuk tanaman mereka. Hal
ini akan sangat menguntungkan bagi para
petani karena dapat menghemat biaya
transportasi.
UD. Siganupari didukung oleh lokasi
yang strategis karena berada tepat di pinggir
pasar dan terletak di daerah persawahan
sehingga memudahkan para petani untuk
menemukan lokasi kios pupuk tersebut serta
dapat menghemat biaya transportasi karena
posisi usaha yang dekat dengan areal
persawahan petani sehingga dapat dijangkau
hanya dengan berjalan kaki. Selain itu,
UD.Siganupari juga memiliki pelayanan
yang unik yang tidak dimiliki oleh
pesaingnya yaitu menyuguhkan minuman
bagi para pelanggannya (petani) sembari
menunggu pesanan pupuk mereka selesai
diolah (proses pencampuran pupuk). Usaha
ini merupakan kios pupuk paling muda
diantara kios-kios pupuk lainnya yang
berada di daerah tersebut. Sehingga kios
pupuk pesaing (seperti UD.Nunut, UD.
Miduk dan UD. BPJ) lebih dikenal oleh
penduduk di daerah tersebut ditambah lagi
kios pesaing terletak di daerah yang banyak
penduduknya (jln. Sisingamangaraja
kecamatan pekan tanah jawa) dimana
penduduk penduduk akan selalu
mengunjungi tempat ini setiap pekannya
(senin dan kamis) untuk berbelanja
kebutuhan sehari-hari. Sehingga secara tidak
langsung penduduk akan lebih sering
melihat kios pupuk pesaing yang ada di
pekan tanah jawa tersebut. Jika dilihat dari
segi kekuatan dan keunikan usaha, UD.
Siganupari memiliki potensi serta peluang
yang dapat dimanfaatkan untuk semakin
berkembang.
Usaha ini belum mampu mengelola
kekuatan dan peluang yang dimiliki secara
optimal untuk mencapai laba yang
maksimal. Adapun yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan usaha adalah dengan
membuat strategi pengembangan bisnis.
Strategi pengembangan bisnis dapat
dilakukan melalui analisis lingkungan
internal dan lingkungan eksternal
perusahaan. Adapun lingkungan internal
terdiri dari kekuatan (strength), kelemahan
(weakness) dan lingkungan eksternal terdiri
dari peluang (opportunities), ancaman
(threat).
B. METODOLOGI
Jurnal Bisnis Corporate | 32
Bentuk yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut
Travers dalam buku Umar (2001:22),
metode deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat riset dilakukan dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
tertentu. Sedangkan menurut Gay dalam
buku Umar (2001:22), metode deskriptif
bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang
menyangkut sesuatu pada waktu sedang
berlangsungnya riset.
C. PEMBAHASAN
Dalam mengembangan sebuah usaha
dibutuhkan adanya strategi yang tepat.
Untuk mendapatkan strategi yang tepat,
perlu dilakukan serangkaian kegiatan
menganalisis lingkungan internal usaha
maupun lingkungan eksternal usaha guna
untuk mengetahui apa yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancaman yang dihadapi oleh suatu usaha.
Dari hasil analisis tersebut maka dapat
ditentukan strategi yang tepat bagi usaha
UD.Siganupari.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu
metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi apa yang menjadi kekuatan
(strange), kelemahan (weakness), peluang
(Opportunities) , dan ancaman (threat) dari
suatu usaha.
Kekuatan (strange) UD. Siganupari
1. Lokasi yang strategis.
2. Kios pupuk satu-satunya di Tanjung
Pasir
3. Meyediakan pestisida, bibit dan alat-
alat pertanian.
4. Melakukan Promosi usaha
5. Harga pupuk mengikuti harga pasar.
6. Melakukan stok pupuk subsidi.
7. Karyawan yang berkompeten.
8. Pelayanan terhadap pelanggan.
9. Melayani konsultasi pertanian.
10. Pengalaman pengusaha.
11. Kios resmi penyalur pupuk
bersubsidi.
12. Memiliki izin usaha.
13. Memiliki mitra usaha.
Kelemahan (weakness) UD. Siganupari
1. Keterbatasan jangkauan pemasaran.
2. Keterbatasan modal.
3. Sistem keuangan/pembukuan masih
sederhana.
4. Transportasi belum memadai.
Peluang (Opportinities) UD. Siganupari
1. Daerah didominasi oleh lahan
pertanian.
2. Penduduk mayoritas petani.
3. Adanya musim tanam
berkesinambungan.
4. Selain pertanian padi ada juga Sawit,
jagung, dan sayuran.
5. Tingginya permintaan akan pupuk.
6. Tingginya daya beli masyarakat akan
pupuk.
7. Perluasan jangkauan pasar.
8. Kios dan pengusaha telah dikenal
masyarakat.
9. Tidak ada usaha sejenis di sekitar
lokasi.
10. Tidak terjadi tawar-menawar
pembeli.
11. Terjadi tawar-menawar pemasok.
12. Tidak ada pesaing baru.
Ancaman (threat) UD.Siganupari
1. Perubahan kebijakan pupuk subsidi.
2. Kenaikan harga pupuk.
3. Terjadinya kelangkaan pupuk
subsidi.
4. Luas lahan pertanian.
Jurnal Bisnis Corporate | 33
5. Munculnya pesaing baru.
6. Adanya barang subtitusi.
7. Harga panen turun.
8. Tidak adanya pembatasan kios
resmi.
Dari analisis SWOT diatas, akan
diperoleh strategi alternatif yang akan
membantu dalam proses pengambilan
keputusan yang tepat bagi UD. Siganupari.
Pada tahap ini dilakukan melalui matriks
Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
dan Eksternal Factor Analysis Summary
(EFAS).
Matriks IFAS
Tahap-tahap dalam menentukan IFAS
yaitu dengan menentukan factor-faktor
strength (kekuatan) dan weakness
(kelemahan) dari UD. Siganupari
selanjutnya memberi bobot masing-masing
faktor mulai dari skala 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (sangat penting) terhadap posisi
strategis perusahaan. Dimana jumlah dari
seluruh bobot tidak melebihi skor total 1,00.
Rating dari masing-masing faktor dimulai
dari skala 1 (dibawah rata-rata) sampai 4
(sangat baik) berdasarkan kondisi
perusahaan. Nilai rating strength dan
weakness selalu bertolak belakang. Setelah
itu, bobot dikalikan dengan rating. Maka
total dari hasil perkalian akan menunjukkan
bagaimana perusahaan tersebut bereaksi
terhadap lingkungan internalnya.
Matriks EFAS
Tahap-tahap dalam menentukan
IFAS yaitu dengan menentukan faktor-
faktor opportunity(peluang) dan threat
(ancaman) dari UD. Siganupari selanjutnya
memberi bobot masing-masing faktor mulai
dari skala 0,0 (tidak penting) sampai 1,0
(sangat penting) terhadap posisi strategis
perusahaan. Dimana jumlah dari seluruh
bobot tidak melebihi skor total 1,00. Rating
dari masing-masing faktor dimulai dari skala
1 (dibawah rata-rata) sampai 4 (sangat baik)
berdasarkan kondisi perusahaan. Nilai rating
opportunity dan threatselalu bertolak
belakang. Setelah itu, bobot dikalikan
dengan rating. Maka total dari hasil
perkalian akan menunjukkan bagaimana
perusahaan tersebut bereaksi terhadap
lingkungan internalnya.
Dari diagram, selisih dari faktor
internal yaitu Strenght - weakness bernilai
positif (2,77-0,34= 2,43), begitu juga
dengan selisih faktor eksternal Opportunity
-Treath bernilai positif (2,21-0,51= 1,7).
Keadaan ini menunjukkan UD.Siganupari
berada pada kuadaran I. Hal ini merupakan
situasi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkanuntuk strategi pengembangan
bisnis UD. Siganupari di Dusun III Tanjung
Pasir Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten
Simalungun adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented
strategy) dengan menerapkan beberapa
strategi alternatif SO.
Adapun strategi pengembangan
bisnis yang harus dilakukan oleh UD.
Siganupari di Dusun III Tanjung Pasir
Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten
Simalungun adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan lokasi yang strategis
secara optimal untuk
mengembangkan usaha.
Salah satu pertimbangan utama saat
seseorang akan memulai suatu usaha
adalah pertimbangan lokasi. Dari
segi lokasi, UD. Siganupari sudah
memenuhi syarat sebagai usaha yang
berlokasi strategis. Dimana daerah
tersebut di dominasi oleh lahan
pertanian sehingga mendukung
Jurnal Bisnis Corporate | 34
usaha pupuk UD. Siganupari tetap
eksis. Selain itu, di sekitar lokasi
tidak ada pesaing sejenis dan belum
ada pesaing baru. Faktor tersebut
sangat mendukung keberadaan kios
pupuk ini. Sehingga, UD. Siganupari
bebas dalam menjalankan bisnisnya
tanpa adanya ganguan dari pesaing.
Oleh karena itu, UD. Siganupari
harus memanfaatkan situasi ini untuk
mengembangkan usahanya.
2. Variasi produk dengan menyediakan
pestisida, alat-alat pertanian dan
bibit.
Dalam pertanian tidak hanya
membutuhkan pupuk saja. Tetapi,
petani juga membutuhkan adanya
pestida, alat-alat pertanian, dan bibit
untuk menunjang pertanian mereka.
Sehingga UD. Siganupari juga perlu
meningkatkan variasi produk yang
dijual dengan menyediakan pestisida,
alat-alat pertanian dan berbagai jenis
bibituntuk semakin melengkapi
kebutuhan para petani didaerah
tersebut agar pelanggan tidak lari.
3. Gencar melakukan promosi usaha.
Kegiatan promosi yang dapat
dilakukan oleh UD. Siganupari di
Dusun III Tanjung Pasir Kecamatan
Tanah Jawa Kabupaten Simalungun
adalah sebagai berikut:
- Selain promosi melalui plakat
dan pmbagian kalender yang
telah dilakukan oleh UD.
Siganupari, promosi lain yang
dapat dilakukan adalah promosi
melalui pembuatan beberapa
spanduk didepan kios atau di
badan-badan jalan agar kios
semakin dikenal oleh
masyarakat.
- Menyebarkan brosur kepada
masyarakat di daerah Tanah
Jawa.
4. Meningkatkan pelayanan terhadap
pelanggan melalui karyawan yang
berkompeten untuk menarik simpati
pelanggan.
Konsumen/ pelanggan akan merasa
diperhatikan apabila mendapatkan
pelayanan yang baik. Oleh karena
itu, UD. Siganupari perlu
meningkatkan pelayanannya melalui
karyawan yang berkompeten
sehingga dapat melakukan pelayanan
yang prima dan cepat agar
pelanggan tidak menunggu lama
(bosan). Dengan pelayanan yang
baik maka dapat menarik simpati
pelanggan dan secara tidak langsung
akan menciptakan pelanggan yang
loyal karena merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan.
5. Mengingat penduduknya mayoritas
petani, maka perlu meningkatkan
layanan terhadap konsultasi
pertanian.
Tidak selamanya petani itu
mengetahuhi tentang cara bertani
yang benar. Sehingga para petani
membutuhkan adanya fasilitas atau
sarana untuk melayani konsultasi
pertanian seperti jenis pupuk yang
sesuai untuk usia tanamannya, dosis
dan cara pemakaian pestisida, obat
yang sesuai untuk masalah pertanian
yang dialami petani, dan lain-lain.
Adapun tujuan dari konsultasi ini
adalah untuk membantu para petani
agar hasil gabahnya meningkat.
6. Menjalin hubungan baik dengan
mitra usaha, pemasok maupun
supplier.
Sebuah bisnis tidak dapat berjalan
sendiri tanpa adanya mitra bisnis.
Dalam hal ini adalah pemasok. Jika
pemasok barang (pupuk) tidak ada
maka usaha tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Maka untuk
Jurnal Bisnis Corporate | 35
menjaga kelangsungan usaha perlu
memiliki mitra usaha serta menjaga
hubungan baik dengan mitra usaha
agar siklus bisnis dapat berjalan
normal.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel
IFAS (Internal Factor Analysis Summary),
faktor kekuatan (strength) mempunyai sub
total 2,77 sedangkan faktor kelemahan
(weakness) mempunyai sub total 0,34.
Sementara hasil analisis pada table EFAS (
Eksternal Factor Analysis Summary), faktor
peluang (opportunity) mempunyai sub total
2,21 sedangkan faktor ancaman (threat)
mempunyai sub total 0,51. Dari hasil sub
total tersebut menunjukkan bahwa posisi
kios pupuk UD. Siganupari di Dusun III
Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Jawa
Kabupaten Simalungun berada pada diagram
SWOT kuadran 1, yaitu strategi yang
sebaiknya diterapkan untuk
mengembangkan usahanya adalah strategi
agresif yang mendukung pertumbuhan.
Strategi agresif merupakan strategi
yang memanfaatkan kekuatan untuk
mencapai peluang yang ada. Melihat kondisi
UD.Siganupari, dimana kekuatan (strength)
dan peluang (opportunity) adalah faktor
yang paling dominan sehingga strategi yang
tepat digunakan adalah strategi SO. Adapun
alternatif strategi SO yang dihasilkan yaitu,
(1) Memanfaatkan lokasi yang strategis
secara optimal untuk mengembangkan
usaha, (2) Variasi produk dengan
menyediakan pestisida, alat-alat pertanian
dan berbagai jenis bibit bagi pertanian padi,
jagung dan sayuran, (3) Gencar melakukan
promosi usaha baik melalui plakat, kalender,
maupun spanduk agar kios semakin dikenal
oleh masyarakat, (4) Meningkatkan
pelayanan terhadap pelanggan melalui
karyawan yang berkompeten untuk menarik
simpati pelanggan, (5) Mengingat
penduduknya mayoritas petani, maka perlu
meningkatkan layanan terhadap konsultasi
pertanian, (6) Menjalin hubungan baik
dengan mitra usaha, pemasok maupun
supplier. Penerapkan alternatif strategi
tersebut bertujuan untuk meningkatkan
volume penjualan untuk mencapai profit/
laba usaha yang maksimal sehingga usaha
UD. Siganupari di Dusun III Tanjung Pasir
Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten
Simalungun bisa semakin berkembang.
Hal ini mendukung penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Yulie A.C
Hutagalung (2013) yang berjudul,”Strategi
Pengembangan Bisnis (Studi pada Rumah
Makan Minang Setia Jl. Jamin Ginting
No.326 Medan”. Dimana dalam
penelitiannya menyatakan bahwa strategi
yang perlu diterapkan oleh Rumah Makan
Minang Setia Jl. Jamin Ginting No.326
Medan adalah strategi agresif yaitu
menciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Hal
ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Anggreni
Sianipar (2013) yang berjudul,”Strategi
Strenght Weakness Opportunity Threats
(SWOT) Dalam Peningkatan Volume
Penjualan Pada Minimarket Surya Swalayan
Jl. Setia Budi Medan”. Dimana berdasarkan
hasil penelitiannya menggunakan martiks
SWOT yang memadukan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman
minimarket, usaha ini berkembang dengan
baik dan mengalami peningkatan volume
penjualan yang dapat dilihat dari omset yang
didapat toko tersebut. Berbeda halnya
dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Rukmini (2011) yang
berjudul,” Analisis SWOT Dalam
Menentukan Strategi Pemasaran Pada
Rumah Makan Kamang Jaya Medan”.
Dimana dalam penelitiannya menyatakan
Rumah makan Kamang Jaya sebaiknya
menggunakan strategi differensiasi agar
produk yang dihasilkan menjadi produk
Jurnal Bisnis Corporate | 36
yang berkualitas secara efektif kepada
pelanggan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
penulis dan berdasarkan penelitian
terdahulu, analisis SWOT ini digunakan
untuk menentukan strategi yang tepat bagi
pengembangan suatu usaha. Dimana strategi
merupakan rencana yang terpadu yang
dibuat oleh perusahaan dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan
internal dan lingkungan eksternalnya umtuk
mencapai tujuan organisasi (perusahaan).
Maka dari rumusan-rumusan strategi yang
telah dilakukan akan menghasilkan
beberapa alternatif strategi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk
mengembangkan usaha, selain itu alternatif
strategi ini juga bertujuan untuk
meningkatkan volume penjualan sehingga
profit juga akan meningkat apabila strategi
tersebut diterapkan.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan, bahwa strategi pengembangan
usaha yang sesuai untuk UD. Siganupari di
Dususn III Tanjung pasir kecamatan Tanah
Jawa Kabupaten simalungun adalah strategi
agresif, yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Faktor kekuatan yang paling
menonjol dalam mendukung kemajuan kios
pupuk UD. Siganupari adalah lokasi yang
strategis dan kelemahan yang dominan
adalah keterbatasan modal. Sedangkan
peluang yang terbesar adalah daerah
didominasi oleh lahan pertanian dan
ancaman terbesarnya adalah apabila lahan
pertanian berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
SumberBuku :
Allison, Michael, dan Kaye, Jude.2004.
Perencanaan Strategis. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Darf, L Richard.2010. Era BaruManajemen:
Edisi Kesembilan. Jakarta:
Salemba Empat.
Hunger, J. David,danWheelen, L.
Thomas.2003.Manajemen
Strategis.Yogyakarta: Andi.
Jatmiko, RD. 2003. Manajemen Strategik.
Malang: UMM Press.
Juliandi, azuar. 2013. Metode Penelitian K
uantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis.
Medan: M2000.
Madjid, M dkk.2010. Kesuburan Tanah
dan Pemupukan. Medan: USU Press.
Moleong, lexy. 2006. Metodologi Peneli
tian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Pardede, M Pontas.2011.
Manajemen Strategik & Kebijakan
Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Rangkuti, Freddy. 2001.Analisis SWOT:
Tenik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
______________.2009.Analisis SWOT:
Tenik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rosmarkan, Afandie dan Yuwono, Widya,
Nasih. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Yogyakarta: Kanisius.
Singarimbun, Masri.1995.Metode Penelitian
survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Indonesia.
Jurnal Bisnis Corporate | 37
Solihin, Ismail. 2006. Pengantar Bisnis.
Jakarta: Kencana.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Peneliti
an Sosial : Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.
Umar, Husein. 2011.
Metode Penelitian untuk Skripsi dan T
esis Bisnis, Edisi Kedua. Jakarta:
Rajawali Press.
SumberSkripsi :
Audiansyah, Ferolly. 2008. Analisis SWOT
Pada Industri Kecil Penghasil Ulos
Di Tapanuli Utara. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Hutagalung, Yulie A.C. 2013. Strategi Peng
embangan Bisnis (Studi Pada Rumah
Makan Minang Setia Jl.
JaminGinting No. 326 Medan).
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Rukmini.2011. Analisis SWOT Dalam Mene
ntukan Strategi Pemasaran Pada
Rumah Makan Kamang Jaya Medan.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Setiawan, Budi danFitriani, Dian. 2011.
Strategi Pengembangan Kios
pertanian (Studi Kasus Pada Kios
Resmi Pertanian Mitra Tani Di Desa
Plosogeneng
Kecamatan Jombang Kabupaten Jo
mbang).Malang:Universitas Brawija
ya.
Sianipar, Angreni.2013.Strategi Strength
Weakness Opportunity Threats
(SWOT) DalamPeningkatan Volume
Penjualan Pada Minimarket Surya
Swalayan Jl. Setia Budi
Medan.Medan: Universitas Sumatera
Utara.
SumberInternet:
carabelajarbisnisonline.org › peluangusaha
(diakses 6 februari 2014, pukul 12:09
WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian(diakse
s26 januari 2014, pukul 14:02WIB).
Kolomilmu.com (diakses23 Januari 2014,
pukul 12.30 WIB).
http://setkab.go.id/en/pro-rakyat-7868-deli-
serdang-lumbung-padi-sumatera-
utara.html (diakses 10 Mei 2014,
pukul 11:39 WIB).
Jurnal Bisnis Corporate | 38
PENGARUH STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH
KONSUMEN PADA 96 BAKERY
Oleh
M. Nursidin, MM
ABSTRACT
This study aims to identify marketing strategies that had been done by business owners in
marketing their products through social media 96 Bakery instagram and to determine whether
there is an increase in the number of consumers in 96 Bakery business. Data and information
research consisted of primary data collected directly through 96Bakery business owners are
Arlene Natasha and secondary data collected through 96 Bakery product buyers. The method
used in this study is associative research with quantitative approach to collecting data through
interviews, questionnaires and literature. This study has a variable X marketing strategy by
using the marketing mix 4P indicator variable Y and increase the number of consumers with
AIDA technique to determine the extent to which social media can be utilized by 96 bakery in
marketing their products and increase the number of consumers. From the calculation of simple
linear regression, obtained Y = 12 754 + 0.007X means if the marketing strategy is constant,
then there will be an increasing number of consumers at 12 754 and if the marketing strategy is
increased 1 times the increase in the number of consumers of 0.007. Of t test t value obtained for
variable marketing strategy (6.022) is greater than the value of t table (1.9905), or sig. t for the
variables of marketing strategy (0.000) is smaller than alpha (0:05). So, for variables
significantly influence the marketing strategies in increasing the number of consumers against
96Bakery home industry.
Keywords: Marketing Strategy, increasing the number of consumers.
A. PENDAHULUAN
Pada saat ini sudah terbentuk segmen
pasar yang disebut “Emerging Global
Market”, yaitu tersedianya pasar yang
memberikan produk serta pelayanan serba
cepat dan kondisi pasar tidak lagi menuntut
terjadinya pertemuan langsung antara
penjual dan pembeli pada transaksi jual beli.
Hal tersebut didukung dengan
perkembangan jaringan teknologi yang
semakin pesat, dimana teknologi tersebut
memberikan kemudahan bagi masyarakat
melalui aplikasi dan media-media yang
disajikan, seperti media sosial maupun
media elektronik yang dapat diakses dengan
bebas oleh siapa saja dan kapan saja.
Pada abad 21 ini, permintaan
konsumen terhadap produk tidak hanya
keinginan terhadap ketersediaan produk
yang memiliki kualitas saja, namun yang
lebih penting adalah kemudahan dalam
mendapatkan dan memakai produk tersebut.
Kemudahan yang dimaksud adalah
bagaimana cara pelanggan untuk dapat
mengetahui dan juga mengakses informasi
terhadap produk yang diinginkannya dengan
Jurnal Bisnis Corporate | 39
cara yang cepat tanpa perlu membutuhkan
waktu yang lama.
Perkembangan teknologi yang
semakin pesat menjadi salah satu faktor
pendukung atas kemudahan yang didapat
oleh konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya. Jejaring sosial hadir sebagai
salah satu bagian dari perkembangan
teknologi yang dapat menghubungkan
secara instant antara satu individu dengan
individu lain dengan menggunakan jaringan
internet melalui berbagai media sosial yang
tersedia dan dapat diakses oleh setiap orang
yang telah memiliki akun dalam media
sosial tersebut.
Media sosial adalah sebuah media
online yang dapat digunakan oleh para
pengguna gadget sehingga para
penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
dalam berbagai media sosial yang telah
tersedia meliputi blog, jejaring sosial, wiki,
forum dan dunia virtual. Seiring
berkembangnya waktu, media sosial kini
telah menjadi salah satu sarana yang
digunakan oleh para wirausahawan dalam
mempromosikan produk usahanya. Selain
itu, media sosial kini menjadi salah satu
sarana bagi para wirausahawan untuk
membuka toko online untuk lebih
mengembangkan pemasaran atas usaha yang
dimilikinya.
Home industry merupakan salah satu
kegiatan usaha dagang dalam skala kecil
yang dimiliki oleh seorang individu maupun
kelompok, dimana kegiatan produksi dari
produk yang akan dihasilkan berpusat pada
rumah dari pemilik usaha tersebut.
Walaupun masih dalam kegiatan usaha
bisnis skala kecil, produk home industry
diharapkan mampu menjadi produk yang
berkualitas dan dapat bersaing dengan
produk bisnis lain yang lebih besar sehingga
dapat dikenal masyarakat luas. Untuk itu,
diperlukan strategi pemasaran yang efektif
dalam memperkenalkan dan memasarkan
produk home industry dikalangan
masyarakat umum.
Salah satu upaya pemasaran yang
dapat digunakan oleh para pemilik home
industry dalam memasarkan produk usaha
mereka adalah dengan menggunakan media
sosial sebagai sarana pemasaran bagi produk
usaha tersebut. Media sosial seperti
facebook, twitter, instagram dan media
sosial lain yang telah memiliki banyak
pengguna telah menjadi tempat dimana
siapa saja bisa masuk dan mempublikasikan
apa saja yang menjadi keinginan dari setiap
pemilik akun tersebut.
Strategi merupakan proses yang
memegang peranan penting dalam
memasarkan barang kepada konsumen
karena setiap usaha mempunyai peluang
yang sama dalam memproduksi barang atau
jasa. Disamping itu, pemasaran berfungsi
untuk mendekatkan jarak antara produsen
dan konsumen. Dengan memproduksi
barang dan jasa, perusahaan berusaha untuk
meningkatkan penjualan dengan cara dan
strategi yang tepat. Untuk merebut
pelanggan sebanyak mungkin, setiap
perusahaan memiliki cara dan strategi yang
berbeda.
Berdasarkan hasil penelusuran yang
telah dilakukan. Adapun penelitian tersebut,
antara lain:
Arik Adi Wijaya (2013) dengan judul
penelitian “Analisis Strategi Pemasaran
Makanan Tradisional (Studi Kasus Pada
Home Industry Rengginang Halimatus
Sa’diyah Kalibaru Di Kabupaten
Banyuwangi)”. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa startegi pemasaran yang
dilakukan saat ini dalam memasarkan
produk rengginang yaitu dengan pemasaran
langsung dan tidak langsung.
Pemasaran langsung dilakukan dengan
cara konsumen dapat datang langsung ke
rumah pemilik untuk membeli rengginang
Jurnal Bisnis Corporate | 40
dan dapat juga dengan memesannya melalui
telepon. Pemasaran tidak langsung yang
dilakukan yaitu memasarkan produknya
dengan menitipkannya ke toko-toko dan
minimarket yang ada di pasar daerah
Kalibaru.
Quory Ekira Xanthorrhiza (2013)
dengan judul penelitian “Strategi pemasaran
one stop shopping dalam meningkatkan
tingkat kepuasan konsumen di Plaza
Millenium”. Dari hasil penelitian, diketahui
bahwa Strategi pemasaran one stop
shopping yang memiliki indikator yang
terdiri dari pelayanan, kelengkapan produk,
dan fasilitas berpengaruh positif dalam
meningkatkan tingkat kepuasan konsumen
yang merupakan para pengunjung Plaza
Millenium. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil persamaan regresi yang telah diuji
didalam penelitian ini, yang dapat
disimpulkan bahwa jika strategi pemasaran
one stop shopping ditingkatkan, maka
kepuasan konsumen akan meningkat.
Meilinda Sari (2007) dengan judul
penelitian “Analisis Strategi Strategi
Pemasaran Jasa Yang Mempengaruhi
Peningkatan Jumlah Pelanggan Di Rumah
Makan Mie Ayam Jamur H. Mahmud
S”.Dari hasil penelitian diketahui bahwa
strategi pemasaran jasa yang dilakukan oleh
pemilik rumah makan Mie Ayam Jamur H
Mahmud S sangat berperan besar terhadap
upaya peningkatan jumlah pelanggan usaha
miliknya. Hasil tersebut diketahui melalui
kuisioner yang telah dibagikan kepada
konsumen.Namun, Pemilik rumah makan
juga harus memperhatikan faktor Strategi
pemasaran jasa untuk dapat meningkatkan
jumlah pelanggan.
Jeane D Kaunang (2012) dengan judul
penelitian “Strategi Pemasaran Industri
Rumah Tangga Gula Aren di Kota
Tomohon”. Dari hasil penelitian diperoleh strategi pemasaran industri rumah tangga
gula aren di Kota Tomohon sebagai berikut
:
1. Peningkatan kualitas produk
dengan membuat kemasan yang
higienes dan lebih menarik dari
produk sejenis lainnya,
2. Penetapan harga yang berorientasi
biaya,
3. Promosi dengan membuat brosur
melalui kerjasama dengan dinas
pariwisata dan perhotelan ataupun
melakukan promosi melalui
internet,
4. Membangun dan meningkatkan
kerjasama kemitraan usaha dengan
perusahaan makanan/minuman dan
supermarket,
5. Perluasan jaringan pemasaran
dengan memanfaatkan jaringan
teknologi informasi.
Pudjo Nugroho (2010) dengan judul
penelitian “Strategi Pemasaran Usaha
Risoles Bunda Bogor”. Dari hasil penelitian,
diketahui bahwa Strategi pemasaran yang
dilakukan oleh Risoles Bunda Bogor dengan
melakukan Strategi Perluasan Pasar.
Rencana perluasan pasar sebagai langkah
dalam mengembangkan usaha dilakukan
dalam 2 tahap. Langkah – langkah dalam
perluasan pasar ini diawali dengan
melakukan kegiatan segmentasi pasar, target
pasar dan memposisikannya agar produk
yang ditawarkan diterima oleh konsumen.
Meskipun termasuk kategori Usaha Mikro,
Risoles Bunda membutuhkan rencana usaha
yang meliputi kegiatan sebagai berikut :
membuat ringkasan eksekutif, menyusun
diskripsi perusahaan, menetapkan target
pasar, kompetisi, menyusun rencana
pemasaran dan penjualan, operasional,
struktur manajemen, perkembangan masa
depan dan keuangan. Setelah penyusunan
rencana usaha maka hasil dari analisa
kelayakan usaha tersebut adalah sebagai
dasar pengembangan usaha dimasa akan
datang. Kesimpulan dari analisa tersebut
Jurnal Bisnis Corporate | 41
merupakan tolok ukur atas keberhasilan
usaha.
B. METODOLOGI
Bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian asosiatif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat bagaimana suatu variabel memiliki
hubungan atau keterkaitan dengan variabel
lain.
Pendekatan kuantitatif merupakan
suatu penelitian yang didasari oleh ilmu
yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris,
teramati terukur, menggunakan logika
matematika dan membuat generalisasi atas
rerata. Penelitian Kuantitatif menekankan
analisisnya pada data – data numerikal
(angka) yang diolah dengan metode
statistika.
C. PEMBAHASAN
Di era perkembangan teknologi
yang semakin meningkat, dunia usaha bisnis
juga mengalami perkembangan yang
signifikan. Para pebisnis yang dulu harus
melakukan pertemuan secara langsung
dalam memasarkan produknya, dimasa
sekarang ini para pebisnis tersebut tidak
harus bertemu secara langsung dengan
konsumennya dikarenakan bantuan dari
perkembangan teknologi. Dengan adanya
media sosial yang memberikan fasilitas dan
kemudahan dalam aspek komunikasi,
sehingga dapat dimanfaatkan oleh para
usahawan untuk mempromosikan bisnisnya.
Usaha Home Industry Online Bakery
Shop 96Bakery yang dimiliki oleh Arlene
Natasha juga memanfaatkan media sosial
Instagram dalam aspek pemasaran
produknya, antara lain brownies dan cake.
Arlene memanfaatkan fasilitas upload foto
yang dimiliki oleh Instagram untuk
menampilkan hasil foto terbaik yang
dimiliki oleh 96Bakery untuk dapat menarik
perhatian para pengunjung instagram akun
miliknya maupun akun 96Bakery, sehingga
pengunjung tertarik untuk mencoba dan
membeli produk brownies dan cake home
made buatan Arlene tersebut.
Walaupun hanya memasarkan
produknya secara online, namun usaha
bisnis 96Bakery ini telah cukup dikenal oleh
masyarakat kota Medan. Ditengah semakin
maraknya usaha bisnis kuliner dikota Medan
baik, 96Bakery dapat mampu bersaing
dengan produk pesaing lain yang dipasarkan
di kalangan masyarakat umum.
Bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian asosiatif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang dilakukan untuk melihat
bagaimana suatu variabel memiliki
hubungan atau keterkaitan dengan variabel
lain. Pendekatan kuantitatif merupakan
suatu penelitian yang didasari oleh ilmu
yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris,
teramati terukur, menggunakan logika
matematika dan membuat generalisasi atas
rerata. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat bagaimana suatu variabel memiliki
hubungan atau keterkaitan dengan variabel
lain.
Dari hasil kuesioner yang dibagikan
oleh peneliti kepada 80 responden, dapat
disimpulkan bahwa produk buatan dari
96Bakery baik brownies maupun cake
memiliki cita rasa khas tersendiri, didukung
dengan desain dan pengemasan yang
menarik yang dibuat oleh pemilik 96Bakery
yaitu Arlene, sehingga semakin menarik
minat konsumen untuk membeli produk
tersebut dan menambah jumlah konsumen
dari 96Bakery.
Media Sosial Instagram sebagai sarana
utama strategi pemasaran yang digunakan
oleh 96Bakery sangat berperan aktif dan
memberikan dampak positif terhadap
Jurnal Bisnis Corporate | 42
kemajuan dari 96Bakery, didukung dengan
promosi-promosi yang aktif dilakukan
melalui instagram dan juga promosi melalui
“name card”, memberikan nilai tambah
tersendiri terhadap usaha home industry
96Bakery sehingga menjadi salah satu
online bakery shop yang dikenal di kota
Medan.
Dari hasil persamaan regresi sebesar Y
= 12,754 + 0,007 X artinya apabila Strategi
pemasaran konstan, maka akan ada
keputusan pembelian sebesar 12,754 dan
apabila Strategi pemasaran dinaikkan 1 kali
maka pengambilan keputusan pembelian
akan meningkat sebesar 0,007.
Pengaruh Strategi pemasaran
berpengaruh singnifikan terhadap keputusan
pembelian karena t hitung untuk variabel
Strategi pemasaran (6.022) lebih besar
dibandingkan dengan nilai t tabel(1.9905),
atau nilai sig. t untuk variabel Strategi
pemasaran. (0.000) lebih kecil dari alpha
(0.05).
D. KESIMPULAN Hipotesis penelitian yang berbunyi
“strategi pemasaran secara parsial memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel terikat (Y) yaitu meningkatkan
jumlah konsumen” dapat dibuktikan secara
benar.
Untuk mengetahui adanya hubungan
antara strategi pemasaran terhadap
meningkatkan jumlah konsumen dibuktikan
dengan perhitungan antara variabel bebas
(X) dan variabel terikat (Y) dengan harga t-
hitung 6.022. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang positif antara
Strategi pemasaran terhadap keputusan
pembelian
Untuk melihat pengaruh variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) maka
diperoleh model persamaan regresiY =
12,754 + 0,007 X artinya apabila strategi
pemasaran konstan, maka akan ada
keputusan pembelian sebesar 12,754 dan
apabila Strategi pemasaran dinaikkan 1 kali
maka keputusan pembelian akan meningkat
sebesar 0,007. Maka dapat disimpulkan
semakin besar strategi pemasaran yang
dilakukan 96Bakery, maka akan
meningkatkan jumlah konsumen terhadap
home industry 96 Bakery.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktis edisi revisi IV,
Jakarta: Rineka Cipta.
Assael.2002.Consumer Behavio.Edisi
Bahasa Indonesia. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
E. Jerome. McCarthy dan William D.
Perreault, Jr,. 2008. Pemasaran Dasar
Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat
Gulitinan, Joseph P. dan Paul, Gordon W.
1990. Strategi Dan Program Manajemen
Pemasaran. Jakarta : Erlangga
Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi
Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu
Bisnis. Medan : M2000
Khotijah, Siti. 2004. Smart Strategy of
“Marketing” Persaingan Pasar Global.
Bandung : CV Alfabeta
Kotler, Philip dan Armstrong, Gery. 1997.
Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1. Jakarta:
Prenhallindo
Kotler, Philip dan Armstrong, Gery.
2001.Prinsip-Prinsip Pemasaran..Jilid 1.
Edisi Kedelapan.Erlangga : Jakarta.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2008.
Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke-12
Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Mowen, John C. dan Minor, Michael.2001.
Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Nasution, M Arif. dkk. 2008. Metodologi
Penelitian. Medan : Fisip USU
Jurnal Bisnis Corporate | 43
Rangkuti, Freedy. 2004. Creating Effective
Marketing Plan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Sarjono, Haryadi dan Julianita, Winda.
2011. Spss vs likert, sebuah pengantar
aplikasi untuk riset. Jakarta : Salemba 4
Supranto, J dan Limakrisna, Nandan. 2011.
Prilaku Konsumen dan Srategi
Pemasaran. Jakarta : Mitra Wacana
Media
Swada, Basu dan Irawan. 2002. Manajemen
Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.
Umar, Husein. 2008. Strategic management
in action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi
Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta :
CV Andi Offset.
Skripsi dan Jurnal :
Arik Adi Wijaya,“Analisis Strategi
Pemasaran Makanan Tradisional (Studi
Kasus Pada Home Industry Rengginang
Halimatus Sa’diyah Kalibaru Di
Kabupaten Banyuwangi)” (Universitas
Jember 2013)
Jeane D Kaunang, “Strategi Pemasaran
Industri Rumah Tangga Gula Aren di
Kota Tomohon”. (UNSRAT 2012)
Meilinda Sari, “Analisis Strategi Bauran
Pemasaran Jasa Yang Mempengaruhi
Peningkatan Jumlah Pelanggan Di
Rumah Makan Mie Ayam Jamur H.
Mahmud S” (USU 2007)
Pudjo Nugroho, “Strategi Pemasaran Usaha
Risoles Bunda Bogor”. (UI 2010)
Qoury Ekira Xanthorrhiza, “Strategi
Pemasaran One Stop Shopping dalam
meningkatkan tingkat kepuasan
konsumen di Plaza Millenium” (USU
2013)
Website :
www.repository.usu.ac.id (diakses pada 20
Januari 2014 pada pukul 22.15)
www.lontar.ui.ac.id (diakses pada 17 Januari
2014 pada pukul 23.05)
Jurnal Bisnis Corporate | 69
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN USAHA
oleh
Dr. Ilham Ritonga, MM
ABSTRACT
This is done to determine the appropriate business development strategies for Sop
Saudara Restaurant in Jalan Ringroad Medan. Formulation of the problem in this study was to
determine what internal factors into the strengths and weaknesses of Soup Restaurant brother,
knowing what external factors into the opportunities and threats of Soup Restaurant brother,
knowing how SWOT analysis on Sop Saudara Restaurant, and knowing how business
development the Sop Saudara Restaurant. The method used is descriptive qualitative method.
Data were obtained from observations, interviews and literature study. Analysis using SWOT
analysis. Informants in this study amounted to 5 people. The use of informants using purposive
sampling. The results show that the strategy needs to be applied to business development
strategies Sop Saudara Restaurant is an aggressive strategy of creating a strategy that uses force
to take advantage of opportunities.
Keywords: Business Strategy, SWOT analysis
A. PENDAHULUAN
Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk di negara ini yang tidak di
imbangi dengan bertambahnya jumlah
lapangan kerja menyebabkan meningkatnya
pengangguran. Sedangkan masyarakat
membutuhkan lapangan pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhannya. Sehingga mereka
mencari jalan untuk keluar dari masalah
tersebut agar dapat memenuhi kebutuhanya.
Karena sedikitnya lapangan kerja mendesak
mereka untuk berfikir sekreaktif mungkin
dengan membuka usaha sendiri. Saat ini
usaha–usaha kecil sudah bermunculan,
dengan melihat tren life style masyarakat
yang cenderung konsumtif yang ditandai
dengan tumbuh pesatnya berbagai macam
bidang usaha jasa dan perdagangan salah
satunya adalah di bidang usaha jasa kuliner.
Kebanyakan pelaku usaha lebih memilih
usaha kecil agar para konsumen dapat
membeli suatu barang atau apapun yang
dijual si pengusaha dengan harga yang
ekonomis bagi masyarakat banyak. Biasanya
pelaku usaha membuka usaha yang sudah
dibuka terlebih dahulu oleh pelaku usaha
lain dengan maksud mencari usaha yang
gampang dan sudah mengetahui berapa
keuntungan ataupun kerugiannya.
Usaha Kecil menurut Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
Jurnal Bisnis Corporate | 70
baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang
memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau mememiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00(tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah). Kedua, menurut
kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha
kecil identik dengan industri kecil dan
industri rumah tangga. Biro Pusat Statistik
mengklasifikasikan industri berdasarkan
jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah
tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2)
industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3)
industri menengah dengan pekerja 20-99
orang; (4) industri besar dengan pekerja 100
orang atau lebih (BPS, 1999: 250).
Usaha kuliner saat ini memang
banyak digemari orang. Dikarenakan juga
omset yang dihasilkannya sangat
menggiurkan. Banyak orang memilih usaha
makanan ini, karena usaha ini benar–benar
bisa memberi penghasilan diatas rata–rata.
Budaya kuliner juga kini mulai
menunjukkan kemajuan. Semakin banyak
para pelaku bisnis saling bersaing untuk
membangun usaha kuliner. Berbagai macam
jenis usaha jasa kuliner seperti warung kaki
lima, restoran, kedai, dengan berbagai varian
menu kian berkembang. Di daerah
perkotaan, restoran telah menjadi gaya hidup
yang menawarkan pemenuhan kebutuhan
pangan sekaligus kenyamanan bagi
pengunjungnya. Restoran sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang usaha
makanan, berusaha untuk menawarkan
sesuatu yang unik dan diharapkan dapat
menjaring konsumen lebih banyak lagi.
Dengan berupaya mempertahankan
pelayanan yang memadai ataupun
meningkatkan pelayanannya walau harus
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Walaupun demikian, keluhan dari pihak
konsumen masih tetap ada misalnya
konsumen merasa kurang puas atas
pelayanan yang diberikan dalam arti terjadi
ketidaksesuaian atau ketidakselarasan antara
harapan dan tuntutannya. Tuntutan itu
meliputi kecepatan penyajian makanan,
kebersihan ruangan, kenyamanan tata letak,
keramahan pramusaji dan sebagainya.
Restoran juga dianggap mampu memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat perkotaan
yang menyukai sesuatu yang praktis.
Kesibukan masyarakat khususnya di kota-
kota besar dengan pekerjaan sehari-hari
yang menyita banyak waktu, menyebabkan
mereka tidak memiliki cukup waktu untuk
menyiapkan makanan, sehingga
menimbulkan kebiasaan baru yaitu makan
diluar rumah.
Dari segi bisnis untuk menghadapi
persaingan, para pelaku bisnis harus terus
dituntut untuk menemukan dan
membutuhkan strategi yang tepat, untuk
mengantisipasi, mempertahankan usaha
mereka dan dapat unggul dalam menghadapi
persaingan disekitarnya. Peningkatan jumlah
pelaku bisnis restoran tentunya
menimbulkan persaingan tersendiri, mulai
dari penataan restoran, karakteristik produk,
strategi pemasaran, pelayanan, yang
tujuannya untuk menarik konsumen. Tetapi
bagaimana dengan pelaku usaha yang
memiliki kreatifitas lain, dengan tidak
mengikuti tren sekarang ini secara tidak
langsung, dan tetap mengandalkan cita rasa
makanan khas daerahnya. Keadaan ini
dialami dan dilakukan juga oleh Rumah
Makan Sop Saudara di Jalan Ringroad.
Dengan memperhatikan kepuasan dari
konsumen atau masyarakat merupakan
tujuan utama. Tidak hanya mengandalkan
cita rasa yang berbeda dengan rumah makan
lain tetapi rumah makan ini akan menarik
Jurnal Bisnis Corporate | 71
minat konsumen dikarenakan jarang terdapat
di kota-kota besar dan masyarakat sangat
jarang mencicipi makanan khas ini. Maka
dari itu setiap usaha harus memiliki strategi
– strategi untuk mempertahakankan
eksistensinya.
Kurangnya strategi yang tepat, dapat
mengakibatkan usaha tersebut tidak bertahan
lama dalam menjalankan kegiatan usahanya
apalagi berkembang menjadi usaha yang
besar. Sebab umumnya orang tidak sabar
dalam menghadapi masa-masa sulit di
awalnya. Dalam hal ini mental yang menjadi
prioritas utama. Mental harus dipersiapkan
dengan benar sehingga terjun ke dunia bisnis
penuh dengan optimisme yang tinggi. Upaya
mengembangkan usaha kecil memang tidak
mudah untuk menjadi usaha yang besar.
Untuk berkembang menjadi perusahaan
yang besar dibutuhkan waktu yang banyak,
tekad, tenaga, fikiran, kesabaran, kerja keras
dan tentunya beberapa strategi untuk
mengembangkan dan mempertahankan
usaha tersebut. Motivasi juga menjadi
pilihan lain bagi para pelaku usaha, apalagi
dengan kondisi usahanya yang sedang
goyang. Motivasi, kritik, dan saran harus
didapatkan si pelaku bisnis agar usaha yang
dijalankannya tidak terkesan monoton.
Dengan demikian perencanaan
strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang
dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang
terjadi”. Tetapi kecepatan inovasi pasar baru
dan perubahan pola konsumen memerlukan
kompetensi inti (core competencies).
Perusahaan perlu mencari kompetensi inti
di dalam bisnis yang dilakukan. Selain
memerlukan strategi, kemampuan
melakukan inovasi yang dilakukan para
pelaku usaha dalam menjalankan usahanya
juga sangat penting. Para pelaku usaha juga
dituntut untuk terampil dan kreatif dalam
mengembangkan ide didalam fikirannya.
Tak hanya itu, pada suatu tempat usaha,
strategi pemasaran juga harus dipikirkan
dengan baik oleh pemilik tempat usaha dan
seluruh pegawainya agar dapat memasarkan
suatu produk yang berkualitas yang dapat
dikonsumsi oleh seluruh kalangan dan
lapisan masyarakat masa kini. Pemberian
pelayanan pada konsumen, harga yang
terjangkau, serta tempat yang strategis
merupakan hal–hal yang diperhatikan
konsumen dalam memilih tempat yang
cocok dan sesuai. Pelaku bisnis harus dapat
membaca minat masyarakat sehingga tempat
usaha tersebut dapat memberikan produk
serta pelayananan yang terbaik bagi para
konsumennya.
Dalam hal melaksanakan
pengembangan usaha, Restoran Sop Saudara
di Jalan Ringroad membutuhkan strategi
agar tidak salah dalam pengambilan
keputusan. Strategi dalam pengembangan
usaha itu harus dipersiapkan dengan baik
agar dapat memenangkan persaingan
sehingga tujuannya dapat tercapai.
Kurangnya strategi yang dimiliki membuat
Restoran Sop Saudara tidak memiliki
banyak keunggulan yang kompetitif
dibanding usaha sejenisnya. Banyak
hambatan-hambatan yang dihadapi seperti
kekurangan modal, tenaga kerja yang ahli
atau terampil, kinerja keuangan usaha yang
buruk , dan sebagainya . Tetapi hambatan-
hambatan itu semua dapat diatasi dengan
cara mengembangkan dan menerapkan
strategi pengembangan usaha yang baik.
Pengembangan usaha bukan saja dibarengi
dengan modal yang banyak atau tenaga kerja
yang terampil, tetapi juga harus dibarengi
dengan niat dari diri sendiri. Dengan niat
yang sungguh–sungguh dapat
mengembangkan usaha tersebut menjadi
lebih besar. Jika tidak mengembangkan
usaha dengan sungguh-sungguh maka
sebaliknya usaha tersebut akan bangkrut.
Selain itu, Restoran Sop Saudara juga
menganut sistem manajemen bisnis
Jurnal Bisnis Corporate | 72
keluarga. Dalam hal ini Restoran Sop
Saudara harus memiliki pemikiran untuk
mengembangkan usaha untuk meningkatkan
usahanya agar menjadi lebih baik
kedepannya.
Sebuah bisnis keluarga banyak yang
akhirnya gagal karena manajemen yang
tidak profesional dan tidak memiliki
landasan budaya perusahaan yang kuat.
Seperti organisasi lainnya, bisnis keluarga
mengembangkan cara tertentu dalam
menjalankan usahanya yang memberikan
keunikan tersendiri pada perusahaan. Pola
perilaku yang khusus dan unik akan
membentuk budaya perusahaan. Oleh karena
itu, Restoran Sop Saudara membutuhkan
strategi pengembangan usaha dalam upaya
untuk mengembangkan usaha nya.
Berdasarkan dari penelitian
terdahulu yang telah dijelaskan diatas dan
banyak membahas tentang strategi
pengembangan usaha yang berhubungan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti maka, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Dalam Upaya Meningkatkan Usaha”.
B. METODOLOGI
Bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan analisa
kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi yang alamiyah
(sebagai lawan dari eksperimen) di mana
peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel/sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan data dengan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitiannya
lebih menekankan pada makna dari pada
generalisasi. Pada penelitian kualitatif,
penelitian dilakukan pada objek yang
alamiah maksudnya, objek yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
begitu mempengaruhi dinamika pada objek
tersebut.
C. PEMBAHASAN
Berikut adalah data yang diperoleh
peneliti dari hasil observasi dan wawancara
yang terdiri dari aspek pemasaran, aspek
produksi/operasional, aspek keuangan,
aspek persaingan dan aspek kebijakan pada
Restoran Sop Saudara, yaitu:
1. Aspek Pemasaran
a. Lokasi strategis
Restoran Sop Saudara berlokasi di Jalan
Ringroad No. 16 Medan. Restoran ini
Memiliki lokasi yang strategis karena
bangunannya berada di jalan lintas yang
dilalui banyak kenderaan. Daerah ini juga
merupakan daerah baru sentra kuliner di
Medan dan lokasi yang mudah pula untuk
dijangkau
b. Fasilitas
Restoran ini memiliki fasilitas yang umum
yang dimiliki oleh restoran, yaitu 1 buah
kamar mandi, ketersedian bangku dan meja
yang cukup, 1 unit televisi, 2 buah kipas
angin, dan semua fasilitas tersebut dalam
kondisi baik. Akan tetapi ada beberapa
fasilitas yang kurang memadai yang bisa
membuat jadi kelemahan pada restoran Sop
Saudara ini seperti misalnya, lahan parkir
yang kurang luas. Apabila banyaknya
Jurnal Bisnis Corporate | 73
pengunjung yang datang, maka tak jarang
pengunjung tersebut parkir di bahu jalan.
c. Variasi menu
Restoran ini menyajikan 8 jenis menu
makanan utama yang merupakan olahan
daging sapi, ayam, dan juga ikan dan 3 jenis
makanan tambahan. Adapun jenis makanan
utama tersebut adalah Sop Konro, Coto
Makassar, Konro Bakar, Pallu Mara, Pallu
Basa, Pallu Kaloa, Ikan Pepes, dan Ayam
Goreng Makassar. Adapun jenis makanan
tambahan yaitu Barongko yang diolah dari
pisang, Jalangkotek, dan Batagor Makassar.
Sedangkan untuk menu minuman, restoran
ini menyediakan Es Pisang Ijo, Es Pallu
Butung, aneka jus, soft drink, teh manis
hangat, teh manis dingin, kopi, lemontea,
dan bandrek.
Dari hasil wawancara (terlampir)
menunjukkan bahwa semua informan
mengatakan restoran ini sangat memiliki
makanan khas Makassar yang lengkap dan
memiliki ciri khas yang berbeda, ini juga
bisa menjadi salah satu kekuatan untuk
restoran ini.
d. Harga yang ditawarkan sedikit tinggi
Harga merupakan salah satu faktor
pertimbangan pembeli dalam melakukan
keputusan pembelian. Tapi untuk di
Restoran Sop Saudara yang sedikit mahal
tidak mengurangi keinginan konsumen
untuk datang lagi ke Restoran Sop Saudara.
Salah seorang informna mengatakan harga
yang ditawarkan cukup mahal tapi
sebanding dengan kualitas yang dihasilkan.
Dilihat dari bahan baku yang menggunakan
daging sapi dan fluktuasi harga bahan baku
juga yang menyebabkan harga ditawarkan
sedikit tinggi.
Harga makanan yang ditawarkan di
restoran ini dimulai dari harga Rp. 2.000 –
Rp. 30.000. sedangkan untuk minuman
dimulai dari harga Rp. 4.000 – Rp. 12.000
harga tersebut kompetitif dengan restoran
yang untuk dimulai dari kelas menengah
keatas.
e. Pengunjung mayoritas mengetahui
restoran saat melewati jalan Ringroad
Pengunjung restoran ini mayoritas
orang yang sedang lewat di jalan Ringroad.
Tidak ada promosi khusus yang dilakukan
oleh restoran ini. Promosi yang dilakukan
hanyalah mengandalkan penggunaan
spanduk di depan rumah makan. Kondisi ini
adalah kelemahan yang tingi untuk restoran
tersebut. Padahal promosi yang sangat
gencar dapat menarik lebih banyak pembeli.
Rata – rata pengunjung per harinya adalah
untuk di hari senin sampai kamis 50 – 100
orang dengan tingkat kunjungan tertinggi.
Di hari jumat, sabtu dan minggu dapat
mencapai 75 – 150 orang dengan tingkat
kunjungan tertinggi terjadi pukul 12.00
WIB dan 20.00 WIB.
2. Aspek Produksi/Operasional
a. Makanan berkualitas
Restoran ini memiliki resep
tersendiri, yakni resep yang diperoleh dari
orangtua pemilik. Untuk menjaga rasa yang
dihasilkan, pemilik memilih bahan baku
yang berkualitas agar tidak mengecewakan
pelanggan dan memiliki rasa yang sama
setiap harinya. Menurut para pembeli,
kualitas makanan yang dihasilkan oleh
restoran ini sangat khas dan memiliki cita
rasa yang baik ini merupakan kekuatan yang
baik untuk restoran ini.
b. Bahan baku dan peralatan memadai
Jurnal Bisnis Corporate | 74
Pemilik restoran ini memenuhi segala
kebutuhan bahan baku makanan dan
minuman sehingga produksi dapat berjalan
dengan lancar. Pemilik berbelanja
kebutuhan pasokan bahan baku setiap hari
agar semua bahan baku untuk makanan dan
minuman masih segar. Pemilik memasok
15-20 kilogram tulang iga sapi, 5 kilogram
daging sapi, 10 ekor ayam, 5 ekor ikan, dan
buah-buah segar untuk jus buah.
Ketersediaan bahan baku merupakan
faktor yang terpenting dalam kegiatan
produksi. Karena apabila bahan baku tidak
lengkap maka akan menghambat kegiatan
produksi. Untuk peralatan memasak dan
peralatan makanan yang dimiliki Restoran
Sop Saudara cukup memadai dan seluruh
peralatan dalam kondisi yang baik. Ini juga
bisa menjadi kekuatan untuk Restoran Sop
Saudara.
c. Pekerja memiliki keahlian di bidangnya
Koki utama pada restoran ini adalah
sang pemilik restoran ini sendiri. Beliau
sudah berpengalaman dalam hal masak –
memasak. Pemilik sudah mulai terjun dalam
usaha restoran pada tahun 2003-2004. Para
pelayan yang dpekerjakan juga bekas dari
pelayan-pelayan restoran. Namun, keahlian
yang dimiliki pemilik dan pekerja hanyalah
berdasarkan pengalaman tanpa mendalami
pengetahuan tentang pengelolaan yang baik.
Karena memperkerjakan orang yang ahli
akan lebih meningkatkan usaha dan
memperlancar kegiatan operasional
d. Pelayanan pelanggan yang baik
Pelayan yang ramah dan memuaskan
bisa menjadi salah satu kekuatan Restoran
Sop Saudara. Tak hanya ramah, pelayan di
Restoran Sop Saudara juga cepat tanggap
dalam menanggapi pesanan makan ditempat
ataupun bungkus.
e. Kurangnya disiplin pekerja
Pekerja terkadang suka telat bangun
dan kerap sekali memperpanjang sendiri
waktu liburnya. Semua pelayan di restoran
So Saudara tinggal di rumah pemilik atau
restoran ini. Tetapi hingga saat ini semua
permasalahan masih bisa di handle sendiri
oleh sang pemilik.
3. Aspek Keuangan
a. Manajemen keuangan lemah
Restoran ini tidak memiliki laporan
keuangan yang jelas. Hasil dari penjualan
langsung diberikan kepada pemilik sehingga
menurut pemilik tidak terjadi kecurangan
dari pekerja dan pemilik berangggapan soal
manajemen keuangan tidak begitu
dibutuhkan dalam usaha ini. Pemilik tidak
membagi keuntungan untuk kebutuhan
usaha dan kebutuhan pemenuhan hidup
keluarga secara tertulis. Bahkan untuk soal
listrik dan air soal pembayarannya
digabungkan dengan tempat tinggal.
Keadaan ini merupakan kelemahan yang
tinggi untuk suatu usaha.
b. Modal cukup
Pada restoran ini memiliki banyak
soal keuntungan. Seperti misalnya soal
tempat, restoran ini tidak perlu bayar uang
sewa tempat karena tempat yang digunakan
untuk restoran sekalian untuk tempat tinggal
pemilik.
4. Aspek Persaingan
a. Tidak ada usaha sejenis di sekitar lokasi
Disekitar daerah ringroad tidak ada
usaha yang sejenis Restoran Sop Saudara.
Kalaupun ada memang makanan yang
diolah sama-sama tulang iga sapi, tetapi
yang membedakan adalah soal khas nya. Hal
Jurnal Bisnis Corporate | 75
ini juga merupakan peluang yang baik untuk
restoran tersebut.
b. Kekuatan tawar menawar pembeli dan
pemasok rendah
Meski membeli dengan jumlah
banyak, akan tetapi pembeli jarang
melakukan negoisasi penurunan harga.
Biasanya yang melakukan negoisasi harga
adalah orang yang membooking tempat
mereka meminta sedikit pemotongan harga.
Untuk tawar menawar pemasok, restoran ini
memenuhi kebutuhan bahan bakunya di
Pasar Pringgan. Dalam memenuhi
kebutuhannya, pengelola memiliki pemasok
langganan.
c. Tinggi ancaman pesaing baru
Daerah di Jalan Ringroad semakin
berkembang. Apalagi ditambah dibangunnya
sebuah Mall Focal Point. Banyaknya para
pengusaha yang terus membuat tempat –
tempat makan baru ini akan menambah
banyaknya pesaing dan dikuatirkan antusias
masyarakat akan tempat baru akan
mengancam berjalannya usaha. Tingginya
ancaman pesaing baru salah satu termasuk
ancaman yang tinggi untuk eksistensi suatu
usaha.
5. Aspek Kebijakan
a. Harga bahan baku meningkat
Kenaikan harga bahan bakar minyak
memicu peningkatan harga bahan baku.
Kenaikan harga bahan baku dapat memicu
naiknya harga jual makanan. Tetapi, pemilik
tidak langsung menaikkan harga jual
makanan. Pemilik berusaha berfikir kreatif
agar harga yang dijual tidak ikut naik
dengan cara mengurangi porsi makanan.
Harga bahan baku yang naik ini juga
merupakan suatu ancaman bagi Restoran
Sop Saudara
b. Menetapkan Cash On Delivery
Pelanggan yang melakukan layanan
pemesanan dapat membayar setelah
makanan yang dipesan sampai. Tetapi,
layanan ini masih berlangsung bagi
pelanggan yang sudah dikenal baik dan
pelanggan tetap restoran saja.
Analisis data
Analisis Lingkungan Perusahaan
Analisis lingkungan adalah suatu
proses yang menggunakan perencanaan
strategi untuk memantau, mengevaluasi dan
penyebaran informasi dari keadaan eksternal
maupun internal. Penentuan strategi
perusahaan ditentukan oleh faktor utama
yaitu faktor lingkungan-lingkungan, maka
tujuan dari mempelajari lingkungan usaha
adalah (1) menentukan faktor kunci apa saja
yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari
perusahaan, untuk menentukan strategi
perusahaan yang akan dijalankan, dan (2)
menentukan faktor lingkungan yang akan
memberi peluang dan ancaman didalam
mencapai tujuan perusahaan.
Identifikasi Faktor internal Restoran Sop
Saudara
Berdasarkan analisis terhadap
lingkungan internal Restoran Sop Saudara,
maka dapat diidentifikasikan beberapa
faktor yang dapat menjadi faktor kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) yang
dimiliki oleh Restoran Sop Saudara.
Sejumlah kekuatan dan kelemahan yang
diperoleh dari hasil analisis adalah sebagai
berikut:
Tabel. 1
Identifikasi Faktor Internal Restoran Sop
Saudara
Kekuatan Kelemahan
Jurnal Bisnis Corporate | 76
1. Letak
restoran yang
strategis dan
mudah
dijangkau
1. Pemasaran dan
promosi yang
cenderung pasif
(hanya
menggunakan
spanduK didepan
restoran
2. Pelayanan
kepada
konsumen
yang
memuaskan
2.Kurangnya
disiplin karyawan
3. Rasa dan
kualitas
produk yang
baik
3.Manajemen
keuangan lemah
4. Fasilitas yang
memadai
Faktor–faktor tersebut kemudian
dimasukkan kedalam matriks IFAS. Tahap-
tahap dalam menyusun tabel IFAS dengan
menggunakan faktor-faktor yang menjadi
strength serta weakness Restoran Sop
Saudara Medan, selanjutnya memberikan
bobot masing-masing faktor dari skala mulai
skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0
(sangat penting) dimana semua bobot
tersebut jumlahnya tidak melebihi skor total
1,00. Rating dari masing-masing faktor
dimulai dari skala 1 (dibawah rata-rata)
sampai 4 (sangat baik) berdasarkan kondisi
perusahaan. Nilai rating strength dan
weakness selalu bertolak belakang. Bobot x
rating merupakan perkalian antara keduanya
dimana totalnya menunjukkan bagaimana
perusahaan bereaksi terhadap lingkungan
internalnya. Adapun matriks IFAS dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel. 2
Matriks IFAS (Internal Factor Analysis
System)
Faktor-
faktor
Strategi
Eksternal
Bobot Rating Bobot x
Rating
Strength (S)
Letak
restoran yang
strategis dan
mudah
dijangkau
0,150 4 0,6
Pelayanan
kepada
konsumen
yang
memuaskan
0,125 4 0,5
Rasa dan
kualitas
produk yang
baik
0,140 4 0,56
Fasilitas
yang
memadai
0,125 2 0,25
Sub Total 0,540 1,91
Weakness
(W)
Pemasaran
dan promosi
yang
cenderung
pasif
0,185 3 0,555
Kurangnya
disiplin
karyawan
0,175 2 0,35
Manajemen
keuanagan
lemah
0,100 1 0,1
Sub Total 0,460 1,005
Dari hasil analisis pada matriks
IFAS, faktor strength mempunyai sub total
0,540 dimana faktor yang paling menonjol
adalah letak restoran yang strategis dan
mudah dijangkau sedangkan weakness
mempunyai sub total 0,460 dengan faktor
yang paling dominan adalah pemasaran dan
promosi yang cenderung pasif.
Identifikasi Faktor Eksternal Restoran
Sop Saudara
Berdasarkan analisis terhadap
lingkungan eksternal Restoran Sop Saudara,
Jurnal Bisnis Corporate | 77
maka dapat diidentifikasikan beberapa
faktor yang dapat menjadi faktor peluang
(opportunities), dan faktor ancaman
(threats) yang dimiliki oleh Restoran Sop
Saudara. Sejumlah peluang dan ancaman
yang diperoleh dari hasil analisis adalah
sebagai berikut:
Tabel. 3
Identifikasi Faktor Eksternal Restoran
Sop Saudara
Peluang Ancaman
1. Rendahnya
daya tawar
menawar
pembeli dan
penjual
(pembeli
tidak
melakukan
negoisasi
penurunan
harga dan
penjual
merupakan
langganan
tetap)
1. Tingginya
ancaman
pesaing
baru
(munculny
a tempat
makan
baru
disekitaran
jalan
Ringroad)
2. Menetapkan
Cash On
Delivery
(kemudahan
melakukan
pemesanan
antar dahulu
lalu bayar
ditempat)
2. Harga
bahan baku
yang
tidak stabil
3. Tidak ada
usaha sejenis
di sekitar
lokasi usaha
(Rumah
Makan Khas
Makassar)
Faktor-faktor tersebut dimasukkan
kedalam matriks EFAS. Tahap-tahap dalam
menyusun tabel EFAS dengan menentukan
faktor-faktor yang menjadi opportunity dan
threats Restoran Sop Saudara. Selanjutnya
memberikan bobot masing-masing faktor
dari skala mulai skala 0,0 (tidak penting)
sampai dengan 1,0 (sangat penting) dimana
semua bobot tersebut jumlahnya tidak
melebihi skor total 1,00. Rating dari masing-
masing faktor dimulai dari skala 1 (dibawah
rata-rata) sampai 4 (sangat baik)
berdasarkan kondisi perusahaan. Nilai rating
opportunity dan threat selalu bertolak
belakang. Nilai tertimbang rating merupakan
perkalian antara keduanya dimana totalnya
menunjukkan bagaimana perusahaan
bereaksi terhadap lingkungan internalnya.
Adapun matriks pembobotan EFAS dapat
dilihat pada tabel 4.5
Tabel. 4
Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis
Summary)
Faktor-faktor
Strategi
Eksternal
Bobot Rating
Bobot
x
Rating
Opportunities
(O)
Rendahnya
daya tawar
menawar
pembeli dan
penjual
0,1 1 0,1
Menetapkan
Cash On
Delivery
0,2 2 0,4
Tidak ada
usaha sejenis
disekitar
lokasi usaha
0,4 4 1,6
Sub Total 0,7 2,1
Threats (T)
Tingginya
ancaman
pesaing baru
0,1 3 0,3
Jurnal Bisnis Corporate | 78
Harga bahan
baku yang
tidak stabil
0,2 2 0,4
Sub Total 0,3 0,7
TOTAL 1,0 2,8
Dari hasil analisis pada matriks
EFAS, faktor Opportunities mempunyai sub
total 0,7 dimana faktor yang paling
menonjol adalah tidak adanya usaha sejenis
disekitar lokasi usaha sedangkan threats
mempunyai sub total 0,3 dengan faktor yang
paling dominan adalah harga bahan baku
yang tidak stabil.
Dari hasil pembobotan IFAS dan
EFAS maka diperoleh hasil seperti yang
terlihat pada tabel
Tabel. 5
Matriks IFAS+EFAS
Diketahui bahwa:
Strength+Opportunity > weakness+threat
Maka faktor strategis kekuatan dan peluang
mendukung tercapainya jalan ke luar dari
pokok permasalahan yang ada untuk
mendapatkan rekomendasi yang diharapkan.
Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal
maupun eksternal di atas maka strategi yang
harus diambil oleh pihak Restoran Sop
Saudara adalah strategi Agresif yaitu
menciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi ini didukung dengan melakukan
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Dari hasil penggabungan IFAS dan
EFAS menunjukkan faktor strategis
kekuatan (strength) dan peluang
(opportunity) mendukung tercapainya jalan
ke luar dari pokok permasalahan yang ada
untuk mendapatkan rekomendasi yang
diharapkan. Sehingga strategi yang sesuai
adalah strategi SO.
Adapun Matriks SWOT Restoran Sop
Saudara dapat dilihat pada tabel
Tabel. 7
Matriks SWOT Restoran Sop Saudara
Sub Total Strength
= 0,54
Sub Total Weakness =
0,46
Sub Total Opportunity
= 0,7
Sub Total Threat =
0,3
Total S+O
= 1,24
Total W+T =
0,76
Jurnal Bisnis Corporate | 79
Untuk lebih jelasnya strategi pengembangan
usaha yang harus dilakukan Restoran Sop
Saudara adalah sebagai berikut:
a. Menambah fasilitas WIFI
dengan menambahkan fasilitas WIFI di
Restoran Sop Saudara maka akan
menjadi salah satu faktor untuk semakin
meningkatkan konsumen yang datang
ke Restoran Sop Saudara. Apalagi dilihat
dari kebutuhan masyarakat akan
internet yang semakin meningkat.
b. Meningkatkan kenyamanan para
konsumen
Kebersihan adalah sesuatu yang harus
diperhatikan dan dijaga oleh pihak
restoran untuk meningkatkan
kenyamanan para konsumen. Kebersihan
ruangan
serta fasilitas harus selalu diperhatikan.
c. Meningkatkan Promosi
Menyebarkan brosur, menyebarluaskan
info tentang restoran melalui social
media, melakukan kerjasama dapat
dilakukan untuk meningkatkan promosi
Restoran Sop Saudara.
d. Menciptakan menu baru dengan tidak
meninggalkan citarasa khas daerah
Masyarakat yang cenderung memiliki
sifat bosan dan selalu ingin mencoba hal
yang baru dapat kita manfaatkan dengan
cara menciptakan menu baru.Misalnya
menambah varian rasa di Es Pisang Ijo
dengan rasa durian, strawberry atau
yang lainnya.
e. Memberikan penawaran harga dengan
diskon
Memberikan diskon merupakan salah satu
bentuk menarik konsumen. Potongan
harga seperti setiap belanja minimal Rp.
200.000 akan mendapatkan diskon
10%.
f. Menambah jumlah karyawan untuk
meningkatkan pelayanan
Kurangnya karyawan yang dimiliki oleh
Restoran Sop Saudara membuat
kurangnya efisiensi pekerjaan. Karyawan
dapat ditambah agar pelayanan pada
konsumen semakin baik dan efektifitas
bekerja baik.
g. Membuat manajemen dalam hal keuangan
Mencatat pengeluaran dan pemasukan
dapat dilakukan pemilik agar kentungan
yang dapat terlihat real dan tidak ada
penyalahgunaan uang.
IFAS
EFAS
STRENGTH
(S)
WEAKNESS
(W)
OPPORTUNITI
ES (O)
-Menambah
fasilitas
WIFI
-
Meningkatka
n
kenyamanan
para
konsumen
-
Meningkatka
n promosi
-
Menciptakan
menu baru
dengan tidak
meninggalka
n citarasa
khas daerah
THREATS (T)
-Memberikan
penawaran
harga dengan
memberi
diskon
-
Meningkatka
n kualitas
rasa terhadap
produk
-Menambah
jumlah
karyawan
dalam
meningkatka
n pelayanan
-Membuat
manajemen
dalam hal
keuangan
agar dapat
mengetahui
profit dari
usaha
Jurnal Bisnis Corporate | 80
Berdasarkan hasil analisis pada tabel
IFAS (Internal Factor Analysis Summary)
faktor strength (kekuatan) mempunyai sub
total 0,54 sedangkan faktor weakness
(kelemahan) mempuyai sub total 0,46.
Sementara hasil analisis pada tabel EFAS
(External Factors Analysis Summary) faktor
peluang (opportunity) mempunyai sub total
0,7 sedangkan faktor threat (ancaman)
mempunyai sub total 0,3. Dari hasil sub total
tersebut menunjukkan bahwa posisi
Restoran Sop Saudara pada diagram SWOT
menempati Kuadran 1, yaitu strategi yang
sebaiknya diterapkan adalah strategi agresif
yang mendukung pertumbuhan.
Menurut David (2006) strategi yang
dapat dijalankan perusahaan untuk tumbuh
dan berkembang adalah strategi intensif.
Strategi intensif adalah penerapan strategi
dengan meningkatkan kekuatan dan peluang
sehingga memperoleh hasil yang optimal.
Strategi ini dipilih untuk meningkatkan
posisi kompetitif perusahaan. Strategi
intensif yang dapat dilakukan adalah
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Penetrasi pasar yaitu dengan menggencarkan
pemasaran sedangkan pengembangan
produk dilakukan dengan memperbaiki
kualitas dan produk atau jasa yang sudah
ada dan mengembangkan produk atau jasa
baru. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti
2002, strategi intensif adalah strategi yang
menggambarkan bagaimana produk agar
kita dapat menjangkau konsumen
semaksimal mungkin dari segi konsumsi dan
geografis.
Melihat peluang dari Restoran Sop
Saudara maka alternative strategi SWOT
yang dihasilkan yaitu, (1) menambah
fasilitas WIFI, (2) Meningkatkan
kenyamanan para konsumen, (3)
meningkatkan promosi, (4) menciptakan
menu baru dengan tidak meninggalkan
citarasa khas daerah, (5) memberikan
penawaran harga dengan diskon, (6)
menambah jumlah karyawan untuk
meningkatkan pelayanan konsumen, (7)
membuat manajemen dalam hal keuangan.
Penerapan alternatif strategi tersebut
didesain untuk mengembangkan usaha
restoran Sop Saudara yang berdampak pada
peningkatan usaha dan menjadikan restoran
ini semakin berkembang kedepannya.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa
hasil analisis lingkungan eksternal
menjelaskan bahwa Restoran Sop Saudara
memiliki peluang dan ancaman terkait
dengan kegiatan pengembangan usaha
Restoran Sop Saudara di Medan. Faktor
eksternal yang menjadi peluang bagi
Restoran Sop Saudara adalah: (1)
Rendahnya tawar menawar pembeli dan
penjual, (2) menetapkan cash on delivery,
(3) tidak ada usaha sejenis disekitar lokasi
usaha. Untuk yang menjadi ancaman adalah:
(1) tingginya ancaman pesaing baru atau
adanya tempat makan baru yang semakin
sering muncul didaerah jalan Ringroad, (2)
Harga bahan baku yang tidak stabil.
Hasil analisis lingkungan internal
menjelaskan bahwaRestoran Sop Saudara
memiliki kekuatan dan kelemahan terkait
dengan kegiatan pengembagan usaha
restoran Sop Saudara di Medan. Faktor
internal yang menjadi kekuatan bagi
Restoran Sop Saudara adalah: (1) letak
restoran yang strategis dan mudah dijangka,
(2) pelayanan kepada konsumen yang
memuaskan, (3) rasa dan kualitas produk
yang baik, (4) fasilitas yang memadai.
Jurnal Bisnis Corporate | 81
Faktor strategis internal yang
menjadi kelemahan Restoran Sop Saudara
adalah: (1)Pemasaran dan promosi yang
cenderung pasif, (2) kurangnya disiplin
karyawan, (3) manajemen keuangan yang
lemah.
Kelemahan terbesar pihak restoran Sop
Saudara dalam mengembangkan usahanya
adalah tidak adanya manajemen keuangan
yang teratur.
Strategi pengembangan usaha yang
sesuai bagi restoran Sop Saudara adalah
strategi agresif yakni strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
David. F.R 2006. Manajemen Strategis Buku
1. Jakarta: Salemba
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang.
2002. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT: Teknik
Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis Untuk
Menghadapi Abad 21. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Rangkuti F. 2002. Teknik Membuat
Perencanaan Bisnis dan Analisis
Kasus. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Amstrong, Michael. 2003. The Art of HRD:
Strategic Human Resource
Management a Guide to Action
Manajemen Sumber Daya
Manusia Stratejik Panduan Praktis
untuk Bertindak, alih bahasa oleh Ati
Cahyani. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Jatmiko, RD. 2003. Manajemen Stratejik.
Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang
Suryana. 2004. Evaluasi & Pengembangan
Usaha. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional
Purnomo, Setiawan Hari, S.E., M.B.A. dan
Zulkieflimansyah, Ph.D. 2005. Buku
Seri
Manajemen: Manajemen Strategi.
Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah
Skripsi, Jurnal, Thesis :
Wardhana, WK. 2012. Analsis Strategi
Pengembangan Usaha Gerai Ayam
Goreng Fatmawati Cabang Bandung
Siahaan,
Pretty Elisabeth. 2008.Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Rice Bowl.
Studi kasus pada Restoran Rice Bowl
Botani Square Bogor
Dewi, Mutiara. 2009. Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Yoghurt Pada
Rinadya Yoghurt, Kabupaten Bogor
Lazuardi, Alam. 2008. Formulasi Strategi
Pengembangan Usaha Restoran
Macaroni Panggang (MP) Bogor
Website :
www.bps.go.id
Jurnal Bisnis Corporate | 82
Analisis Hubungan Persepsi Store Atmosphere dengan Kepuasan Konsumen
Oleh
Al FIirah. SE. M.Si
ABSTRACT
Customer satisfaction is very dependent on the perceptions and expectations of
consumers. Atmosphere in the shop or store atmosphere affects the emotional state of the
consumer, which is then pushed to increase or decrease spending. This study was conducted to
determine the relationship of perception of store atmosphere with customer. The population of
this study is the average consumer in the last three months. Samples taken were seventy
respondents to the probability sampling technique sampling, covering accidental sampling
technique is to select the customers who happen to be spending. The results showed that there is
a significant relationship between the perception of store atmosphere on consumer satisfaction
Ornate Boutique. Based on the results of the simple linear regression performed, stating the
results obtained when the store atmosphere is raised one hundred percent of the time it will be
followed by fifty six point eight percent of customer satisfaction.
Keywords : Perception, Store Atmosphere, Satisfaction
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini, perkembangan dalam
dunia usaha sudah semakin pesat. Hal ini
ditandai dengan munculnya usaha-usaha
baru yang semakin beragam. Dengan
kemunculan usaha-usaha baru ini, tingkat
persaingan antara para pemilki usaha untuk
dapat mempertahankan usahanya semakin
tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
beragamnya produk yang ditawarkan oleh
pemilki usaha. Tidak hanya itu, untuk
menarik agar konsumen datang ke tempat
mereka, para pemilik usaha membuat suatu
ciri khas tertentu di tempat usaha dan
membuat suatu kesan bagi konsumen bahwa
usaha mereka lebih unggul dibandingkan
dengan pesaing mereka agar dapat menarik
konsumen ke tempat mereka.
Dengan dibuatnya ciri khas bagi
usaha mereka tersebut, para pemilik usaha
sudah membangun suatu persepsi bagi
masyarakat tenrhadap usaha mereka.
Dengan terbangunnya persepsi masyarakat
terhadap usaha mereka dapat menarik minta
bagi pelanggan lama untuk terus datang
kembali ke tempat mereka, dan menarik
minat bagi pelanggan baru yang ingin
mengetahui apakah persepsi yang mereka
miliki sesuai dengan apa yang ada
sebenarnya.
Proses pembangunan sebuah
persepsi ini diawali dengan proses fisiologis
yang dikenal dengan sensasi. Sensasi ini
dibentuk dengan informasi yang ditangkap
oleh indra kita, seperti penciuman,
penglihatan, pendengaran, dan sentuhan.
Dengan informasi yang telah diberikan indra
Jurnal Bisnis Corporate | 83
kita itulah otak mulai bekerja merespon
informasi tersebut dan menghasilkan suatu
sensasi tersendiri terhadap informasi
tersebut.
Dengan terbentuknya suatu sensasi
tersebut dapat membangkitkan kesadaran
konsumen yang mampu mempengaruhi
perasaan dan perilaku konsumen terhadap
informasi yang mereka terima. Sehingga
terbentuklah suatu pandangan baru bagi
konsumen terhadap informasi tersebut.
Dengan memanfaatkan persepsi ini, pemilik
usaha dapat membangun suatu pandangan
konsumen terhadap usaha yang mereka
miliki agar dapat menarik pelanggan datang
ke tempat mereka.
Pembangunan persepsi ini, seperti
dijelaskan sebelumnya dapat dilakukan
dengan memanfaatkan indera penciuman,
penglihatan, pendengaran dan sentuhan, hal
ini dapat dilakukan dengan membentuk
suatu lingkungan fisik dan sosial yang tepat
dengan batas-batas yang dapat ditangkap
oleh indera manusia. Pembangunan stimulus
untuk merangsang indera ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara yang sangat
sederhana namun memberikan dampak yang
cukup signifikan.
Hal pertama yang dapat dilakukan
untuk merangsang indera penciuman adalah
dengan membuat lingkungan sekitar tempat
usaha berbau harum. Toko ataupun tempat
usaha yang memiliki aroma harum dapat
membuat konsumen merasa nyaman untuk
berada di tempat tersebut, dan dapat
membangun persepsi yang bagus bagi usaha
tersebut.
Untuk indera penglihatan, pemiliki
usaha dapat merancang tempat usaha
mereka agar memudahkan ruang gerakan
konsumen, memudahkan pemilik untuk
menyajikan barang atau jasa yang mereka
tawarkan, dan membantu mereka dalam
menciptakan suasana khusus dalam toko
mereka tersebut. Penataan ini bertujuan agar
konsumen memiliki ruang gerak yang cukup
ketika berada di dalam toko tersebut.
Sedangkan untuk indera sentuhan,
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
pemilik usaha sebaiknya merancang tempat
usaha mereka agar mudah di jangkau oleh
konsumen sehingga konsumen dapat
merasakan secara langsung barang yang
mereka tawarkan dan mereka mendapat
informasi bagi stimulus tersebut.
Lingkungan fisik yang dibangun
untuk menghasilkan suatu informasi
terhadap keadaan ini sangat mempengaruhi
perilaku konsumen terhadap usaha tersebut.
Selain lingkungan fisik yang telah
disebutkan tadi, persepsi keamanan juga
merupakan salah satu faktor yang harus
dikendalikan. Dengan keamanan yang dapat
dikendalikan, konsumen akan merasa aman
dan nyaman ketika berada di tempat usaha
tersebut.
Di dalam proses pembuatan
keputusan atas store atmosphere tersebut,
konsumen tidak akan berhenti pada titik itu
saja, konsumen akan melakukan evaluasi
kembali terhadap apa yang telah mereka
terima dan alami di toko tersebut. Apakah
mereka merasa puas terhadap apa yang
mereka dapatkan, ataukah mereka akan
merasa tidak puas. Kepuasan dan
ketidakpuasan konsumen ini pada akhirnya
akan berujung pada keputusan konsumen,
apakah mereka akan melakukan pembelian
kembali atau tidak.
Pasar petisah merupakan salah satu
pusat perbelanjaan tradisional yang ada di
Medan. Banyaknya usaha yang ada di pasar
Petisah membuat tingkat persaingan yang
tinggi antara sesama penjual di pasar
Petisah. Ornate boutique merupakan salah
satu toko baju yang terletak di pusat pasar
petisah. Ornate boutique adalah usaha
berkembang yang baru membuka toko di
pasar petisah. Pada awalnya Ornate
Boutique hanya menjualkan produknya
dengan sistem online saja, karena untuk
Jurnal Bisnis Corporate | 84
mengembangkan usahanya, maka
didirikannya outlet dari Ornate Boutique
tersebut.
Ornate Boutique sebagai usaha baru
yang ada di pasar petisah harus memiliki
daya tarik tersendiri agar membuat
pelanggan mengunjungi tokonya. Sebagai
usaha baru yang masih belum memiliki
pelanggan tetap, Ornate Boutique perlu
mencari pelanggan baru yang kemudian
akan menjadi pelanggan tetapnya. maka dari
itu, untuk memenangkan persaingan yang
ada di pasar petisah, Ornate Boutique harus
menonjolkan tokonya agar membuat
pelanggan tertarik.
Hal ini tidak berhenti sampai disini
saja, ketertarikan pelanggan tersebut akan
membawa kepada suatu keputusan yang
akan dibuat pelanggan tersebut. Keputusan
itu tersebut yang pada akhirnya akan
membentuk sikap konsumen apakah mereka
merasa puas telah berbelanja di toko
tersebut, atau malah sebaliknya. Kepuasan
konsumen merupakan sebuah tujuan utama
dari setiap pemilik usaha yang ada.
Dari uraian diatas, bagi Ornate
Boutique store atmosphere merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk diperhatikan
karena store atmosphere menjadi suatu daya
tarik awal bagi konsumen untuk
mengunjungi toko dan melihat produk yang
ditawarkan, yang pada akhirnya memiliki
kemungkinan besar bagi konsumen untuk
melakukan pembelanjaan di toko ini.
Kepuasan konsumen merupakan
suatu hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan sebuah usaha. Kepuasan
atau ketidakpuasan konsumen merupakan
dampak dari perbandingan antara harapan
konsumen sebelum pembelian dengan yang
sesungguhnya diperoleh konsumen dari
produk yang dibeli tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, penulis
tertarik untuk melihat hubungan antara
persepsi konsumen terhadap store
atmosphere dan penelitian terhadap
kepuasan konsumen.
B. METODOLOGI
Bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang
mengunakan model-model matematis, teori-
teori serta hipotesis (Juliandi, 2013). Selain
itu, dilihat dari cara penjelasannya peneliti
menggunakan pendekatan asosiatif. Dimana
pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel, yaitu persepsi
store atmosphere dengan kepuasan
konsumen.
C. PEMBAHASAN
1. Analisis Persepsi Store Atmosphere
Schiffman dan Kanuk (2004) dalam
Suryani (2008) mendefinisikan persepsi
sebagai proses dimana dalam proses tersebut
individu memilih, mengorganisasikan, dan
mengintepretasikan stimuli menjadi sesuatu
yang bermakna. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
persepsi store atmosphere merupakan proses
dimana individu memilih,
mengorganisasikan, dan mengintepretasikan
stimuli-stimuli store atmosphere menjadi
sesuatu yang bermakna.
Berdasarkan hasil analisis data yang
telah dilakukan, jumlah skor tanggapan
responden terhadap persepsi store
atmosphere adalah sebesar 77.5%. hal ini
menunjukkan bahwa persepsi konsumen
terhadap store atmosphere Ornate Boutique
tergolong dalam kategori yang baik, karena
jumlah skor berada dalam kriteria baik yaitu
68.01% - 84.00%.
2. Analisis Kepuasan Konsumen
Menurut Engel dkk (1995) dalam
Sumarwan (2002) bahwa kepuasan adalah
Jurnal Bisnis Corporate | 85
evaluasi setelah konsumsi dimana alternatif
yang dipilih setidaknya memenuhi harapan
ataupun melebihi harapan. Kepuasan
konsumen menurut Kotler dan Keller (2003)
dalam Dwiastuti (2013:151) adalah perasaan
konsumen, baik itu berupa kesenangan atau
ketidakpuasan yang timbul dari
membandingkan sebuah produk dengan
harapan konsumen atas produk tersebut.
Kepuasan konsumen merupak konsep yang
terkait erat dengan jenis perilaku pada tahap
pasca pembelian atau konsumsi. Rasa puas
atau tidak puas terhadap konsumsi suatu
produk atau merek adalah hasil evaluasi
alternatif paska konsumsi atau evaluasi
alternatif tahap kedua (Sumarwan, 2002).
Berdasarkan hasil analisis data yang
dilakukan penulis, jumalh skor tanggapan
responden terhadap tingkat kepuasan
konsumen pada Ornate Boutique adalah
sebesar 79.4%. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kepuasan konsumen Ornate Boutique
berada dalam kategori baik, karena jumlah
skor tanggapan responden berada dalam
kriteria antara 68.01% hingga 84.00%.
3. Analisis Hubungan Persepsi Store
Atmosphere dengan Kepuasan
Konsumen
Persepsi merupakan suatu proses
dimana individu mengolah beberapa
informasi untuk menjadi sesuatu yang
bermakna. Persepsi ini yang pada akhirnya
akan menghasilkan suatu keputusan
terhadap apa yang sedang individu rasakan.
Store atmosphere merupakan keadaan atau
lingkungan yang ada di sekitar lingkungan
toko. Proses persepsi terhadap store
atmosphere kemudian akan membentuk
keputusan apakah toko tersebut memiliki
store atmosphere yang baik.
Hasil persepsi tersebut kemudian
yang membentuk sikap konsumen terhadap
suatu informasi tersebut. Menurut Gasperz
(2002) dalam Erawan (2012), kepuasan
konsumen sangat bergantung pada persepsi
dan harapan konsumen. Di dalam proses
perspsi seringkali terjadi dimana pesan yang
satu tidak berhubungan dengan pesan yang
akhirnya akan memasuki otak konsumen,
karena itu komunikasi yang efektif
diperlukan bagi seorang pemilik toko.
Menurut Zeithaml dan Bitner (1996)
dalam Erawan (2012) bahwa kepuasan
konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu faktor pelayanan.
Pelayanan yang diberikan suatu toko dapat
berbentuk dalam pemberian lingkungan fisik
yang nyaman bagi konsumen. Lingkungan
fisik inilah yang dikenal dengan store
atmosphere atau suasana toko. Store
atmosphere mempengaruhi penilaian
konsumen mengenai kualitas dan citra suatu
toko dan juga mempengaruhi perasaan
konsumen untuk tetap berada di toko
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, didapat
hasil regresi linear sederhana sebagai berikut
:
Y = 0,904 + 0,568 X
Dari persamaan regresi linear
sederhana diatas, didapat konstanta sebesar
0,904. Nilai konstanta tersebut adalah harga
matematis perubahan variabel terikat pada
saat variabel bebasnya bernilai 0. Koefisien
regresi variabel persepsi store atmosphere
adalah sebesar 0,568 yang berarti persepsi
store atmosphere memiliki hubungan yang
searah dengan kepuasan konsumen.
Melalui analisis uji , dapat dilihat
bahwa nilai probabilitas adalah sebesar
0.078 (Sig0.078 > α0.05) yang menunjukkan
nilai probabilitas lebih besar dari taraf
signifikan yang telah ditetapkan sebesar
0.05. Dengan demikian H0 ditolak yang
berarti persepsi store atmosphere
berpengaruh positif dan signifikan dengan
kepuasan konsumen.
Nilai R sebesar 0.853 pada tabel
hasil analisis R-Square menunjukkan bahwa
Jurnal Bisnis Corporate | 86
hubungan antara persepsi store atmosphere
dengan kepuasan konsumen cukup kuat,
karena nilai R tersbut lebih besar dari 0.5.
Nilai R-Square pada tabel adalah 0.728. Hal
ini berarti bahwa 72,8% nilai kepuasan
konsumen ditentukan oleh peran dari
persepsi store atmosphere. Atau nilai
persepsi store atmosphere dalam
mempengaruhi kepuasan konsumen adalah
sebesar 72,8%. Sedangkan 27.2% adalah
tidak termasuk dalam penelitian ini.
Dari hasil perhitungan dan
penjelasan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebuah teori yang dikemukakan oleh
Arnould (2002) yang menyatakan bahwa
beberapa hal yang menjadi dasar penilaian
konsumen terhadap kepuasan terdiri dari
harapan, keinginan, dan keadilan adalah
benar dan sesuai dengan hasil yang didapat
dari penelitian ini.
Penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Hans Erawan dengan judul “Hubungan
Persepsi Terhadap Store Atmosphere
Dengan Kepuasan Konsumen Ritel
Indomaret Di Medan” pada tahun 2012 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu
memperlihatkan bahwa ada hubungan antara
persepsi terhadap store atmosphere dengan
kepuasan konsumen ritel Indomaret di
Medan. Dimana hasil pengujian korelasi
kedua variabel menunjukkan adanya
korelasi yang positif antara persepi terhadap
store atmosphere dengan kepuasan
konsumen. Hasil tersbut membuktikan
pernyataan Gasperz (2002) dalam Erawan
(2012) yang menyatakan bahwa kepuasan
konsumen sangat bergantung pada persepsi
dan harapan konsumen.
D. KESIMPULAN
Dasar penilaian konsumen terhadap
kepuasan terdiri dari harapan, keinginan,
dan keadilan adalah benar dan sesuai
dengan hasil yang didapat dari penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arnould, Eric dkk. 2002. Consumers. New
York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Berman, Barry dan Joel R. Evans. 1995.
Retail Management : A Strategic
Approach. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc.
Dwiastuti, Rini dkk. 2013. Ilmu Perilaku
Konsumen. Medan: UB Press.
Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek & Psikologi
Konsumen : Implikasi pada Strategi
Pemasaran. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Horton, Raymond L. 1984. Buyer Behavior :
A decision Makin Approach. Ohio:
Merrill Publishing Company.
Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi
Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-
Ilmu Bisnis. Medan: Percatakan
M2000
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009.
Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT
Indeks.
Mowen, John C dan Michael Minor. 2002.
Perilaku Konsumen. Jakarta:
Erlangga.
Runyon, Kenneth E dan David W. Stewart.
1987. Consumer Behaviour : Third
Edition, Ohio: Merrill Publishing
Company
Sumarwan, ujang. 2002. Perilaku Konsumen
: Teori dan Penerapannya dalam
Jurnal Bisnis Corporate | 87
Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Supranto, J. 1997. Pengukuran Tingkat
Kepuasan Pelanggan. Jakarta: P.T.
Rineka Cipta
Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen :
Implikasi pada Strategi Pemasaran.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jurnal, Skripsi, Tesis :
Erawan, Hans. 2012. Hubungan Persepsi
terhadap Store Atmosphere dengan
Kepuasan Konsumen Ritel
Indomaret di Medan
Irawan, Achmad Ardi. 2010. Pengaruh
Store Atmosphere (Suasana Toko)
terhadap Keputusan Pembelian
(Survai pada Konsumen yang
Berbelanja di Giant Hypermarket,
Mall Olympic Garden Kota Malang)
Leichtling, Channa. 2002. How color Affects
Marketing
Mandila, M dan Gerogiannis V. 2012. The
Effects of Music on Customer
Behaviour and Satisfaction in the
Region of Larissa- The Cases of Two
Coffee Bars
Nugraha, Bayu Adrian. 2013. Persepsi
terhadap Store Atmosphere dengan
Minat Beli Konsumen di
Hypermarket
Nurmawati, Endang. 2012. Pengaruh Store
Atmosphere Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen (Studi Pada
Mulia Toserba Dan Swalayan
Godean Sleman Yogtakarta)
Putra, Nandi Eko. 2011. Analisis Pengaruh
Suasana Toko (Store Atmosphere)
dan Lokasi terhadap Minat Beli
Konsumen di WADEZIG DISTRO
Kota Padang
Singh, Satyendra. 2006. Impact of color on
Marketing
Stiefi, Deswhita Arvinci. 2012. Pengaruh
Store Layout terhadap Minat Beli
(Studi pada Toko Sepatu Payless di
Margocity)
Website :
www.dde.teilar.gr (diakses Selasa 22 April
2014, 21:32 WIB)
www.ejournal.umm.ac.id (diakses Selasa 22
Desember 2013, 22:32 WIB)
www.elibrary.ub.ac.id (diakses Selasa 22
Desember 2013, 18:23 WIB)
www.eprints.uny.ac.id (diakses Selasa 21
Desember 2013, 23:04 WIB)
www.legacy.touro.edu (diakses Selasa 22
April 2014, 20:42 WIB)
www.lontar.ui.ac.id (diakses Selasa 22
Desember 2013, 20:57 WIB)
www.personal.stevens.edu (diakses Selasa
22 April 2014, 20:32 WIB)
www.repository.unand.ac.id (diakses Selasa
21 Desember 2013, 21:42 WIB)
Jurnal Bisnis Corporate | 89
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL
JAMUR TIRAM PUTIH
Desa Suka Mulya Kepala Sungai, Secanggang
Kabupaten Langkat
oleh
Edi Sopian, SE, M,Si
ABSTRACT
The purpose of doing research is to analyse and formulate an appropriate business development
strategy to be applied in the Business Chiliya Mushrooms, identifying and evaluating the internal
factors which became the strengths and weaknesses of Chiliya fungi and efforts to identify and
evaluate the external factors which become opportunities and threats which affect the
operational activity of fungal Chiliya efforts. The research method used is descriptive qualitative
approach method. As for the key informants amounted to 1 person, the main Informant of 6
people, and additional informants amounted to 3 people. Data obtained from observations,
interviews and studies library. The results of this research indicate that business development
Strategies can be applied to business SWOT analysis based on Fungus Chiliya is a strategy SO,
by way of harnessing all the power to seize the opportunities that exist, as for the strategy SO
that manufacture products that exceed target production to meet market demand, utilizing
existing human resources for the partnership with the suppliers of raw materials and exploit the
environmental conditions of business and products that promise to get help from the local
government. Internal factors the strengths and weaknesses of businesses Chiliya mushrooms.
The power factor is comprised of a strategic location, competitive rates, quality of human
resources is good, the mushrooms are produced have superior quality, and a spacious place of
business. Downside factor consists of the lack of promotion, the less attractive packaging, still
use a simple financial systems and technologies that are simple. External factors that become
opportunities and threats. The factor consists of the number of opportunities an adequate supply,
the market is wide open and the attention of the Government. The Threat factor consists of
increases in fuel gas and the emergence of new competitors.Business development strategies are
applied in the development of Chiliya Mushroom was Intensive Strategy. Chiliya Mushrooms
Agents Retailers Consumers, Chiliya Mushrooms Traders Consumers, Chiliya Mushrooms
Consumers.
Key Word: Analysis of Development Strategy, Business development strategy
A. PENDAHULUAN
Indonesia banyak memiliki flora
yang beraneka ragam jenis dan kegunaannya
terutama tanaman pertanian yang sangat
beragam banyaknya. Salah satu usaha
pertanian saat ini yang sangat prospektif dan
potensial yaitu usaha budidaya jamur.Jamur
merupakan tanaman yang tidak memiliki
klorofil sehingga tidak bisa melakukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan
makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara
mengambil zat-zat makanan seperti selulosa,
glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati
Jurnal Bisnis Corporate | 90
dari organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi
tersebut biasanya telah tersedia dari
pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme
Parjimo dan Andoko (2007).
Jamur adalah tanaman yang
mempunyai sel besrspora tapi tidak
berkhlorofil, yang hidup diantara jasad
hidup/biotik dan mati /abiotik,
Pasaribu(2002:1). Indonesia sendiri secara
umum termasuk salah satu negara yang
dikenal sebagai salah satu gudang jamur
didunia,karena banyak jenis jamur ada di
Indonesia. Jamur-jamur yang telah
dibudidayakan dan telah popular atau telah
memasyarakat sebagai makanan dan sayuran
yang telah banyak di perdagangkan
dipasaran. Dipasaran banyak sekali
permintaan akan produk-produk jamur
tersebut. Pengetahuan tentang jenis-jenis
jamur yang bermanfaat baik sebagai sumber
bahan makanan ataupun bahan obat-obatan
sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu
dan tersebar ketika zaman Mesir
kuno/Romawi kuno,Indian di Amerika Latin
hingga didataran China. Dari kawasan itu,
menyebar ke Jepang, India, Jajirah Arab,
dan beberapa negara eropa, bahkan suku
Indian dan suku pengembara di Afrika
menggunakan beberapa jenis jamur
dijadikan bahan pelumpuh untuk menangkap
buruan.
Varietas jamur yang ada dialam ini
sangat lah banyak, masing-masing
mempunyai ciri yang berbeda. Inisiatif
untuk membudidayakan jamur konsumsi,
muncul saat masyarakat menyadari
kebutuhan terhadap jamur semakin
meningkat, tetapi persediaan yang ada
sangat terbatas. Jamur termasuk salah satu
jenis sumber makanan yang tidak
mengandung kolesterol.
Permintaan pasar jamur kian
meningkat, baik didalam negeri maupun
diluar negeri.Sehingga permintaan yang
tinggi tersebut membuat usaha ini memiliki
prospek yang bagus baik permintaan dalam
negeri/domestik maupun luar negeri .Tren
jamur memang sedang meroket, terbukti
setiap bulannya permintaan komoditas
ekspor jamur cenderung mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Bahkan
masyarakat dinegara maju sudah
mencantumkan jamur didalam daftar
bulanan mereka. Kondisi ini menciptakan
pasar internasional yang cukup besar untuk
komoditas jamur. Sedangkan produksi jamur
di Indonesia hanya mampu memproduksi
37.410 ton pada tahun 2014
(www.deptan.go.id), tetapi secara umum
produksi jamur Indonesia terus meningkat.
Hal yang menarik dari usaha
budidaya jamur ini, adalah aspek ekonomi
yang cerah karena tidak membutuhkan lahan
yang begitu luas, media pembuatan yang ada
tidak lah begitu sulit di buat, serta siklus
produksi jamur relatif singkat antara 1-6
bulan, yang mana jamur memiliki
kandungan nilai gizi serta khasiat
obat.Sekarang ini, produk jamur tidak hanya
dipasarkan dalam keadaan segar saja, namun
juga diolah menjadi macam aneka produk
olahan jamur. Selain makanan olahan,
belum lagi produk-produk kesehatan yang
berasal dari jamur semakin banyak karena
khasiatnya mujarab.Jelas bahwa bisnis
jamur bukan usaha musiman semata.
Kondisi inilah yang menjadikan peluang
usaha jamur konsumsi di dalam negeri
masih terbuka lebar. Salah satu jamur yang
telah dikuasai adalah jamur tiram putih putih
yang banyak digemari orang. Karena jamur
tiram putih memiliki rasa yang enak,tekstur
yang lembut, penampilan menarik,dan cita
rasa relatif netral sehingga mudah untuk
dipadukan pada berbagai masakan, terlebih
jamur tiram putih membudidayakannya
relatif mudah dan murah.
Jurnal Bisnis Corporate | 91
Usaha jamur tiram putih
ChiliyaJamur didirikan oleh Pak Sudar pada
awal tahun 2011, didapat dari hasil belajar
teknik budidaya jamur tiram putih pada
sanak saudaranya di daerah Kudus,Jawa
Tengah awal tahun 2009. Kemudian beliau
pulang ke kampung halaman, dan memulai
usaha jamur tiram putih tersebut.Awalnya
Pak Sudar memulai usaha jamur tiram putih
tersebut dengan coba-coba sambil belajar
kembali dan mulai berhasil, walaupun
beberapa kali mengalami kegagalan.
Setahun berselang Pak Sudar telah
mempekerjakan 2 orang pekerja. Lambat
laun usaha budidaya jamur tiram putih
Chiliya Jamur Bapak Sudar ini mulai
berkembang, walaupun banyak kendala
yang dihadapi sampai sekarang. Sekarang
Beliau telah mempekerjakan 6 orang
karyawan, dengan rincian 5 orang karyawan
wanita dan 1 orang karyawan pria dan
dibantu dengan Bapak Sudar sendiri yang
ikut turun bekerja.
Adapun tugas-tugas 5 orang
karyawan wanita tersebut adalah mengisi
baglog-baglog yang kosong, yang mana per
hari mereka bisa membuat200 baglog/hari
dan per bulan bisa membuat 6.000
baglog/bulan untuk satu periode panen, dan
tugas satu karyawan priadengan di bantu
oleh Pak Sudar sendiri yangbertugas
mencampur dan mengayak bahan-bahan
untuk komposisi baglog, dan pemanenan
dilakukan oleh pak Sudar sendiri. Dalam
pemberian upah, masing-masing karyawan
diberi upah sebesar Rp.500/ baglog. Dalam
proses produksi Chiliya Jamur ini sampai
pemanenan, dalam satu periode panen
dibutuhkan waktu 1-6 bulan, yang mana
bulan-bulan yang pertama dan kedua para
pekerja melakukan kegiatan pembuatan
media tanam dengan pencampuran bahan
dan pengomposan media (yang mana para
pekerja usaha jamur tiram Chiliya Jamur ini
dapat menghasilkan 200 baglog jamur/ hari,
dan 6000 baglog jamur/bulan), setelah itu
dilakukan pengemasan, sterilisasi media
tanam dan inokulasi (pemasukkan bibit pada
media tanam). Setelah media tanam selesai
di inokulasi dengan bibit semai, tahap
selanjutnya tahap inkubasi (tanaman
diletakkan pada ruangan khusus inkubasi
tanam dengan cara media disusun di rak-rak
yang sudah disanitasi terlebih dahulu dengan
suhu diatur berkisar antara 25-28 derajat
Celsius dengan kelembapan 80-90% dengan
sedikit cahaya) lama proses inkubasi selama
4 minggu/ 1 bulan.
Pada bulan yang ketiga, baglog-
baglog yang sudah melewati proses
inkubasi, akan dipindah ke ruangan
pembuahan, yang mana suhu di ruangan
tersebut mulai diturunkan antara 22-25
derajat Celsius dengan kelembapan menjadi
80-85%. Dan pada bulan keempat dan ke
lima, para pekerja tidak berproduksi. Dan
masuk bulan ke enam para pekerja memulai
membuat media tanam (baglog) kembali,
dan baglog-baglog tersebut disusun pada
kumbung inkubasi, selama 2 bulan. Bulan
keenam juga masuk masa pemanenan.
Pemanenan jamur tiram putih ini dilakukan
sendiri oleh Pak Sudar, untuk menjaga
kualitas jamur yang sudah siap dipanen
tersebut. Dan pemanenan dalam satu siklus
pemanenen, Pak Sudar dapat memanen
jamur sebanyak 4 kali. Setiap baglog tidak
sekaligus dipanen seluruhnya, dengan
demikian stok jamur yang ada dikumbung
selalu ada, sehingga pemanenan dapat
dilakukan setiap hari.
Menurut tim penulis Agriflo,
Gumbira Sa’id ,dkk(2012: 90) hasil panen
yang baik jika produktivitas yang dicapai
400-500 g dari satu baglog (ukuran 1,5kg).
Pemanenannya dilakukan 3-5 kali dalam
satu siklus penanaman jamur, yaitu 5-6
bulan. Pak Sudar sang pemilik usaha jamur
tiram putih Chiliya Jamur, menjual hasil
Jurnal Bisnis Corporate | 92
budidaya jamur dalam bentuk kemasan
plastik, dengan harga Rp.15.000/kg jamur
tiram putih segar. Dengan rincian biaya
pembuatan baglog jamur sekitar
Rp.1.000,00- ditambah upah pengisian
media baglog sebesar Rp.500,00-/baglog.
Adapun biaya investasi atau modal usaha
yang di investasikan oleh Pak Sudar sendiri,
yaitu:
Tabel.1 Biaya investasi usaha Pak
Sudar
Bahan Ju
ml
ah
Harga/un
it
Total
Biaya
Pembuatan
Kumbung
2 Rp.4.000.
000,-
Rp.
8.000.000,
-
Tangki 2 Rp.
150.000,-
Rp.
300.000,-
Blower 2 Rp.
200.000,-
Rp.
400.000,-
Termometer 2 Rp.
30.000,-
Rp.
60.000,-
Higrometer 2 Rp.
80.000,-
Rp.
160.000,-
Alat
Sterilisasi
2 Rp.
200.000,-
Rp.
400.000,-
Total
Investasi
Rp. 9.
320.000,-
Sumber : Pak Sudar (2014)
Tabel.2 Biaya operasional usaha Pak
Sudar / satu kali periode
penanaman/bulan
Uraian Harga(R
p)
Jumlah Total
Biaya
Biaya
pembuatan
media
tanam/bagl
og
Rp.
1.000,-
6.000
baglog
Rp.
6.000.00
0,-
Biaya upah
pengisian
media
Rp.
500,-
6.000
baglog
Rp.
3.000.00
0,-
Total Biaya Rp.
9.000.00
0,-
Sumber : Pak Sudar (2014)
Sedangkan keuntungan yang didapat
oleh Bapak Sudar adalah :
Jamur yang dihasilkan per hari 15Kg,
dengan rata-rata per baglog dapat
menghasilkan 400gram jamur, dan harga
jual jamur yaitu Rp.15.000/kg=
Rp.225.000/hari, dan untuk perhitungan
perbulan Chiliya Jamur rata-rata dapat
menghasilkan 15Kg *26 hari = 390 Kg, dari
6000 baglog, sehingga dengan asumsi segitu
Chiliya Jamur mendapat keuntungan sebesar
Rp.5.850.000 per bulan. Untuk keuntungan
keseluruhan per sekali panen, yaitu per
baglog menghasilkan 0,4 kg per baglog
x6000 baglog = 2.400 Kg x Rp.15.000 =
Rp.36.000.000/ sekali tahapan pemanenan.
Untuk biaya-biaya yang telah dikeluarkan
untuk biaya operasional per sekali panen,
yaitu: Pembuatan media sebesar
Rp.1000x6000 baglog
= Rp.6000.000+biaya upah per baglog
Rp.500 x6000 baglog= Rp.3000.000,
sehingga total biaya yang dikeluarkan
persekali panen sebesar Rp.9000.000. Dari
data diatas, dapat disimpulkan bahwa,
keuntungan Rp.36.000.000-biaya
operasional Rp.9000.000= Rp.27.000.000.
Jurnal Bisnis Corporate | 93
Adapun bahan – bahan yang
digunakan untuk membuat media tanam
media untuk baglog adalah serbuk kayu
yang telah diayak 85%-90% dan kalsium
karbonat(CaCO3) atau kapur pertanian
sebanyak 1-2 %. Daya tumbuh jamur tiram
putih pada baglog sebanyak 95% dari
jumlah baglog yang di tanam dengan
produktivitas 400 g/baglog dan jamur yang
dihasilkan per hari rata-rata 25 kg jamur.
Dan lama budidaya jamur tiram putih itu
dari awal pengisian sampai pemanenan
antara 5-6 bulan. Pemasaran jamur tiram
putih ini dilakukan oleh Pak Sudar dan
dibantu oleh satu orang karyawan pria.
Jamur tiram tersebut dijual kepada para
tengkulak dipasaran dan kadang-kadang ada
juga pembeli yang datang langsung
ketempat budidaya jamur tiram putih Pak
Sudar tersebut.
Rata-rata pelanggan yang datang
merupakan para pedagang bakso, pedagang
somai, pengusaha rumah makan, dan ibu
rumah tangga. Walaupun banyak sekali
permintaan akan jamur tiram putih oleh
pasar. Kondisi internal perusahaan Pak
Sudar yang merupakan usaha perseorangan
masih sulit mengembangkan usahanya
akibat belum mampu memproduksi sesuai
dengan permintaan pasar karena kendala
sumber daya yang ada, seperti modal yang
kurang, peralatan yang belum memadai,.
Dan kondisi eksternal seperti kurang nya
promosi, harga jual yang masih rendah,
mulai munculnya pesaing-pesaing dengan
usaha sejenis didaerah sekitar, dan kondisi
cuaca yang tidak menentu.
Bedasarkan kondisi yang dihadapi
oleh perusahaan ini, maka perusahaan
Chiliya Jamur pak Sudar memerlukan
strategi untuk dapat tetap menjaga eksistensi
bisnis nya dan meraih peluang dalam
memenuhi kebutuhan pasar akan jamur
tiram putih yang cukup tinggi. Apa saja
langkah-langkah strategi yang sudah dibuat
oleh Pak Sudar selaku pemilik Chiliya
Jamur sebagai suatu perencanaan jangka
panjang yang menyeluruh untuk
pengembangan usaha serta sebagai dasar
perencanaan fungsi-fungsi operasionalisasi
perusahaan.
Adapun strategi pengembangan
usaha kecil jamur tiram putih Pak Sudar,
dapat dilakukan dengan analisis lingkungan
internal dan lingkungan eksternal yang
dikenal dengan analisis SWOT. Analisis
SWOT merupakan analisis lingkungan
internal yang terdiri dari kekuatan
(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses)
serta lingkungan eksternal yang terdiri dari
peluang(Opportunity) dan
ancaman(Weaknesses). Sehingga melalui
analisis SWOT tersebut akan didapat
strategi pengembangan usaha jamur tiram
tersebut.
B. METODOLOGI
Bentuk penelitian yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah dengan
metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang menggambarkan dan
menegaskan berbagai kondisi, situasi, atau
berbagai variabel, sedangkan penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bersifat
deskriptif karena analisis data yang
dilakukan tidak untuk menerima atau
menolak hipotesis, melainkan dengan
meneliti lebih dalam tentang gejala yang
dialami (Wirartha,2006:154).
C. PEMBAHASAN
Berikut peneliti sajikan pembahasan
dari perumusan masalah yang ada
Jurnal Bisnis Corporate | 94
a. Strategi Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha dasarnya
adalah tanggung jawab pengusaha itu.
Dalam pengembangan usaha, sangat
membutuhkan suatu pandangan kedepan
(visi), motivasi dan tentu saja sebuah
kreativitas (misi).
Dengan latar belakang sulitnya
mencari lapangan pekerjaan yang dihadapi
Pak Sudar pemilik usaha Chiliya Jamur,
ternyata muncul ide untuk membangun
suatu usaha. Usaha yang dibangun selain
bermanfaat untuk diri sendiri, juga
bermanfaat untuk masyarakat sekitar,
penyerapan tenaga kerja. Dalam mendirikan
suatu usaha yang mampu bertahan,
diperlukan suatu inovasi produk, inovasi
produk, merupakan penciptaan produk
baru,atau produk yang ada, dikembangkan,
sehingga berbeda dengan produk
sebelumnya.
Dalam membuat inovasi, Pak Sudar
pemilik Chiliya Jamur meningkatkan
kualitas produk dengan peningkatan ukuran
jamur yang cukup besar, dibandingkan
jamur yang diproduksi sebelumnya, dan
warna jamur yang dihasilkan lebih putih dari
jamur yang ada pada pesaing. Sehingga
dengan demikian produk jamur tiram putih
Chiliya Jamur disukai oleh pelanggan.
Dalam modal, Pak Sudar pemilik
Chiliya Jamur menggunakan modal sendiri,
dan apabila dana yang ada kurang, Pak
Sudar meminjam kepada sanak saudaranya,
tentunya dana yang dipinjam tidak terlalu
besar. Pemilik Chiliya Jamur, bisa
mengajukan proposal bantuan dana, kepada
pemerintah daerah lewat Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten
langkat. Sehingga dengan adanya bantuan
dana dari pemerintah daerah tersebut, dapat
mengatasi kendala dana yang ada.
Kerjasama yang dilakukan kepada
para pemasok merupakan bentuk kerjasama
yang bertujuan untuk menjalin komunikasi
yang baik antara Chiliya Jamur dengan
pemasok, sehingga dengan adanya
komunikasi yang baik maka diharapkan
pemasok akan memberikan bahan baku yang
baik.
Dalam mengembangkan usaha bisnis
nya dan meningkatkan volume penjualan
Pak Sudar pemilik Chiliya Jamur,
menghasilkan produk jamur yang
berkualitas baik, dengan ukuran yang jamur
yang besar dibandingkan dengan pesaing,
dan warna jamur lebih bewarna putih bersih.
Dengan kualitas produk baik, dan diiringin
dengan tampilan kemasan yang bagus dan
menarik sebagai nilai tambah bagi produk
jamur tiram yang dijual.
Dalam pengembangan usaha, sangat
membutuhkan suatu pandangan kedepan
(visi), motivasi dan tentu saja sebuah
kreativitas (misi). Jika ini yang dilakukan
oleh setiap pengusaha, maka besarlah
harapan untuk dapat menjadikan usaha yang
semula kecil menjadi skala menengah atau
bahkan menjadi sebuah usaha besar.
Bedasarkan teori diatas dapat disimpulkan
bahwa usaha Chiliya Jamur, menunjukan
perkembangan usaha yang sesuai dengan
teori yang dikemukakan diatas.
b. Analisis Lingkungan Internal
Faktor internal perusahaan
merupakan unit-unit dalam perusahaan yang
harus diperhatikan dan mempengaruhi
keputusan dan kebijakan dari perusahaan.
Chiliya Jamur merupakan usaha
kecil perorangan yang dimiliki oleh Bapak
Sudar. Usaha ini bergerak dibidang
agribisnis, tepatnya sebagai tempat budidaya
jamur tiram putih. Usaha ini terletak
dipinggir jalan utamakecamatan, tepatnya di
Desa Suka Mulya, Dusun Kepala Sungai
Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat. Usaha jamur tiram putih Chiliya
Jurnal Bisnis Corporate | 95
Jamur, yang didirikan oleh Pak Sudar berdiri
di awal Januari 2011. Lokasi budidaya
Chiliya Jamur, terletak dipinggir jalan besar,
dan berjarak 1 km dari pusat pasar
Kabupaten Langkat yaitu Pasar Stabat, yang
tentunya tempat budidaya Chiliya Jamur
strategis. Tempatnya juga tidak jauh dari
kota Kecamatan Secanggang.
Dalam memasarkan dan
mendistribusikan produk-produk yang
dihasilkan, untuk mendistribusikan hasil
produksi kepada para konsumen, pemilik
Chiliya Jamur, menjualnya kepada pihak
agen. Barang-barang yang ada pada agen,
akan dijual ke pengecer dan pihak pengecer
akan menyalurkan kekonsumen-konsumen
secara langsung.
Dalam menarik pelanggan, harga
yang murah dengan kualitas yang bagus
merupakan daya tarik tersendiri. Harga jual
produk Chiliya Jamur satu kg jamur dijual
seharga Rp.15.000, harga sesuai dengan
kesepakatan antara pihak Chiliya Jamur
dengan agen penjual.Dikarenakan para agen
harus menyesuaikan harga pasar, dengan
keuntungan mereka. Sehingga harga yang
ditetapkan merupakan harga standar
pasaran. Harga jamur tiram yang ada
dipasaran sekarang ini, per kilogram
Rp.15.000-Rp.16.000
Dalam proses distribusi dalam
bidang promosi, pihak Chiliya Jamur masih
kesulitan dalam mempromosikan produk
mereka, tetapi untuk menyiasatinya mereka
menempelkan merek didalam kemasan
mereka, yang berguna untuk membedakan
produk mereka dengan produk kompetitor.
Serta dalam kemasan merek, dicantumkan
nomor telepon, sehingga konsumen akan
mudah memesan secara langsung. Walaupun
begitu kemasan yang ada kurang menarik,
masih menggunakan kantong plastik
dikarenakan ketersediaan dana.
Keuangan merupakan suatu hal
yang penting dan menjadi kebutuhan primer
dalam suatu usaha, hal ini dikarenakan
pengolahan keuangan yang tidak baik dapat
membawa dampak kemunduran bahkan
kebangkrutan suatu usaha. Menurut
wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
adapun yang menjadi dasar pemilik Chiliya
jamur dalam menginvestasikan dananya
untuk usaha budidaya jamur tiram putih,
dikarenakan beliau waktu itu merasa sulit
mendapat pekerjaan, dan berbekal dari
pengalaman yang dibawah dari Pulau Jawa,
ketika merantau dan juga pasar jamur yang
begitu luas, tetapi masih sedikit yang
menggarap khususnya di daerah Kabupaten
Langkat. Dalam menjalankan bisnis jamur
tiram pemilik Chiliya Jamur masih
menggunakan modal sendiri, awalnya
modal yang ditanamkan berjumlah
Rp.10.000.000. Dalam menjalankan
usahanya Chiliya Jamur masih
menggunakan keuangan yang sederhana.
Keluar masuknya dana hanya dicatat
seadanya saja, dibuku catatan kecil pemilik
jamur. Permasalahan yang dihadapi
sekarang ini, Chiliya Jamur memiliki
kesulitan dana.
Apabila dalam menjalankan
usahanya, pemilik Chiliya Jamur mengalami
kesulitan dalam dana,pemilik Chiliya Jamur
meminjam dana ke sanak saudaranya, dana
yang dipinjam berupa dana yang tidak besar.
Dalam sistem pembayaran penjualan, pihak
Chiliya Jamur menggunakan sistem
pembayaran per satu minggu sekali, untuk
menagih pembayaran kepada para agen.
Dimana hasil produksi jamur tiram tersebut,
setiap hari diantar kepada agen-agen, dan
pihak agen akan membayar jamur tersebut
tiap minggu, yang sebelumnya pada setiap
kali jamur tiram diantar sama pihak Chiliya
Jamur kepada para agen, dilakukan
pencatatan masing-masing pihak, berapa
jumlah jamur yang dikirim tiap hari.
Jurnal Bisnis Corporate | 96
Dalam sumber daya manusia, Salah
satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan
dalam, menjalankan bisnisnya, umumnya
ditunjang oleh kualitas sumberdaya manusia
yang dimiliki. Oleh karena itu, penting bagi
setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas
tenaga kerja atau karyawan sebab secara
tidak langsung tenaga kerja atau karyawan
juga sangat berperan dalam menentukan
kemajuan suatu usaha.Sumber daya manusia
yang dimiliki oleh Chiliya Jamur
terbilangbaik. Artinya kualitas yang baik itu,
kualitas yang dapat melayani pelanggan
dengan baik. Para pekerja jamur tiram
Chiliya Jamurberjumlah enam orang, yang
rata-rata tamatan SD, SMP dan SMA.
Kemampuan para pekerja sudah memiliki
teknis yang baik, karena sudah di arahkan
langsung sama pemilik jamur Chiliya Jamur
tersebut, dan pada saat awal bekerja
diChiliya Jamur, pemilik Jamur melakukan
pelatihankepada karyawannya, pelatihan
yang diberikan berupa pelatihan dalam
pengisian baglog sehingga karyawan
memiliki kemampuan yang baik pada saat
bekerja.
Dalam operasional sehari-hari
pemilik Chiliya Jamur terjun langsung, ikut
bekerja. Sehingga tidak ada jarak antara
pemilik dengan karyawan. Dengan demikian
para pekerja tidak sungkan untuk
menanyakan sesuatu tentang kendala yang
dihadapi para pekerja. Pak Sudar, Pemilik
jamur tiram Chiliya Jamur memotivasi
karyawan dengan menjaga hubungan
komunikasi yang baik dengan para
karyawan lewat kekeluargaan,
memperhatikan mereka dan memberikan
bonus dalam bentuk uang, para karyawan
bekerja mulai pukul 09.00-12.00 wib.
Dalam proses produksi Chiliya
Jamur ini sampai pemanenan, dalam satu
periode panen dibutuhkan waktu 1-6 bulan,
yang mana bulan-bulan yang pertama dan
kedua para pekerja melakukan kegiatan
pembuatan media tanam dengan
pencampuran bahan dan pengomposan
media (yang mana para pekerja usaha jamur
tiram Chiliya Jamur ini dapat menghasilkan
200 baglog jamur/ hari, dan 6000 baglog
jamur/bulan), setelah itu dilakukan
pengemasan, sterilisasi media tanam dan
inokulasi (pemasukkan bibit pada media
tanam).
Setelah media tanam selesai di
inokulasi dengan bibit semai, tahap
selanjutnya tahap inkubasi (tanaman
diletakkan pada ruangan khusus injkubasi
tanam dengan cara media disusun di rak-rak
yang sudah disanitasi terlebih dahulu dengan
suhu diatur berkisar antara 25-28 derajat
Celsius dengan kelembapan 80-90% dengan
sedikit cahaya) lama proses inkubasi selama
4 minggu/ 1 bulan. Di bulan yang ketiga,
baglog-baglog yang sudah melewati proses
inkubasi, akan dipindah ke ruangan
pembuahan, yang mana suhu di ruangan
tersebut mulai diturunkan antara 22-25
derajat Celsius dengan kelembapan menjadi
80-85%, dan pada bulan keempat dan ke
lima, para pekerja tidak berproduksi. Masuk
bulan ke enam para pekerja memulai
membuat media tanam (baglog) kembali,
dan baglog-baglog tersebut disusun pada
kumbung inkubasi, selama 2 bulan. Untuk
bulan keenam juga masuk masa pemanenan
jamur yang siap dipanen.
Dalam proses produksi, pihak
Chiliya Jamur masih menggunakan alat-alat
yang masih tergolong sederhana. Dengan
proses pensterilan dengan membuat tempat
dari drum bekas dan dipanaskan dengan
menggunakan kompor gas. Drum bekas
yang sudah diisi baglog2 yang hendak
disterilkan, ditutup dengan beberapa lapis
plastik kaca, agar suhunya tetap terjaga dan
panasnya merata. Walaupun begitu, Chiliya
Jamur mendapatkan perhatian dari
pemerintah daerah, berupa alat pengemasan,
sehingga kemasan lebih rapi.
Jurnal Bisnis Corporate | 97
Kapasitas produksi Chiliya Jamur
memanen per hari 15 Kg, dengan ratarata
per baglog dapat menghasilkan 400gram
jamur, dan para pekerja dalam satu kali
periode penanaman, dapat menghasilkan
200 baglog/hari , dan 6000 baglog/ bulan.
Utnuk menghadapi persaingan, hasil
produksi jamur yang dihasilkan Chiliya
Jamur memiliki kualitas yang unggul
dengan ukuran yang lebih besar dari jamur
yang dijual pesaing dan bewarna lebih putih,
sehingga kualitas yang ada dapat dipercaya
masyarakat, bahwa jamur yang dihasilkan
benar-benar baik. Karyawan yang bekerja
dalam usaha budidaya Chiliya Jamur
berjumlah 6 orang.
Untuk meningkatkan usaha, dengan
penambahan tempat usaha, yaitu pihak
Chiliya Jamur, Luas tempat pembibitan
tiram secara keseluruhan berjumlah total
. Chiliya Jamurmembuat dua
kumbung berbeda, yang mana satu untuk
tempat pembuahan jamur tiram putih dan
satu lagi tempat inkubasi, masing-masing
dengan luas kumbung di buat dengan
berukuran 5m x 8 m dengan luas tanam 80
m persegi, dan mampu menampung 6.000
baglog.Sehingga proses produksi menjadi
lebih maksimal.
Bedasarkan teori menurut
Jatmiko(2004:68), lingkungan internal
adalah suatu kekuatan, suatu kondisi, suatu
keadaan, suatu peristiwa, yang saling
berhubungan, dimana organisasi atau
perusahaan mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan. Usaha budidaya Chiliya
Jamur, memiliki kekuatan yang mampu
mengatasi kelemahan yang ada.
c. Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal perusahaan
adalah pelaku dan kekuatan diluar
perusahaan yang mempengaruhi
kemampuan manajemen dalam perusahaan
untuk mengembangkan dan
mempertahankan kelangsungan perusahaan.
Lingkungan eksternal memiliki dua macam
lingkungan eksternal, yaitu lingkungan kerja
atau industri dan lingkungan sosial.
Lingkungan kerja atau industri terdiri dari
elemen-elemen yang secara langsung
mempengaruhi operasi-operasi perusahaan.
Beberapa elemen tersebut adalah pemasok,
pesaing dan pelanggan
Dalam proses operasional sehari-
hari, ketersediaan bahan baku, menjadi
sangat penting. Pasokan bahan baku seperti
dalam pembuatan media, dalam hal ini
pengadaaan serbuk kayu, pihak Chiliya
Jamur bekerjasama dengan tempat
pembelahan kayu yang ada disekitaran
usahaChiliya Jamur, dengan kesepakatan
serbuk kayu diambil sendiri dan pembelian
50 goni kayu, dengan harga satu goni
sebesar Rp.6.000 rupiah setiap setengah
bulan sekali. Untuk bahan baku dedak
diambil dari kilang padi, sebanyak 50
kilogram, dengan harga satu kilogram
dedak Rp.2.500/kg dan dengan sekali
periode produksi dapat menggunakan
sebanyak 50 kilogram dedak, dan kapur
pertanian diambil dari toko pertanian,
sebanyak 2 sak , dengan harga satu sak
Rp.20.000.
Chiliya Jamur, menjaga hubungan
komunikasi yang baik dengan para pemasok,
agar kedepan tidak terjadi miss
communication, dikarenakan pemasok
merupakan hal yang sangat penting dalam
proses operasional perusahaan. Sehingga
dengan adanya komunikasi yang baik, pihak
Chiliya Jamur menjalin hubungan yang
sangat lama dengan para pemasok, sehingga
harga bahan baku dibuat murah, dalam
menjaga ketersediaan pasokan bahan baku,
Chiliya Jamur menjalin komunikasi tidak
hanya pada satu pemasok saja, tetapi kepada
pemasok-pemasok yang lain, yang ada
dilingkungan sekitaran tempat budidaya.
Jurnal Bisnis Corporate | 98
Dengan peningkatan tren untuk
mengkonsumsi makanan kesehatan
dikalangan masyarakat, membuat peluang
yang besar bagi Chiliya Jamur, dikarenakan
jamur merupakan makananan yang
menyehatkan. Sehingga permintaan akan
jamur semakin terus meningkat. Untuk
mencapai peluang tersebut, Chiliya Jamur,
menjaga mutu produk mereka, dengan
produk unggulan dari yang lain. Produk
yang mereka hasilkan lebih unggul, dari segi
ukuran, produk Chiliya jamur lebih besar
dari jamur pesaing dan lebih putih dari
jamur tiram lainnya, yang mana jamur tiram
yang besar dan bewarna putih bersih,
merupakan produk yang dicari oleh
konsumen dipasaran.Disekitaran lingkungan
perusahaan, masyarakat sekitar bisa
dijadikan konsumen dari Chiliya Jamur,
sehingga meningkatkan penjualan.
Penerapan teknologi pada budidaya
jamur tiram putih Chiliya Jamur masih
tergolong sederhana, diantaranya alat yang
digunakan untuk sterilisasi baglog/ media
tanam tidak menggunakan alat autoklaf
(merupakan alat yang berfungsi sebagai alat
sterilisasi media) tetapi masih menggunakan
drum bekas dan ditutupi pakai plastik kaca.
Belum adanya alat Laminar Air Flow (LAF)
yang berfungsi sebagai tempat melakukan
isolasi tubuh buah jamur atau inokulasi saat
pembuatan kultur murni. Tetapi pada proses
pemanasan untuk sterilisasi media tanam,
Chiliya Jamur sudah menggunakan kompor
gas karena lebih efesien dan menghemat
biaya produksi. Namun untuk menyiasati
alat-alat produksi yang kurang modern dan
tidak ada, seperti dalam isolasi bibit, Pak
Sudar, melakukannya didalam ruang khusus,
sehingga tidak terkontaminasi dari
lingkungan luar, yang dapat menggangu
pertumbuhan jamur tiram putih. Namun ada
juga produk yang sudah modern, seperti
penggunaan alat yang digunakan untuk
proses packaging yang berasal dari bantuan
pemerintah daerah.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi
yang tidak menentu, seperti kenaikan harga
bahan bakar gas, yang mana gas merupakan
bahan baku yang dipakai untuk mensterilkan
baglog-baglog, apabila harga gas naik, maka
Chiliya Jamur menyiasatinya dengan
mengganti produk bahan bakar gas, dengan
kayu, dikarenakan, tidak jauh dari
lingkungan sekitar tempat budidaya jamur
tiram putih Chiliya Jamur, terdapat hutan
kayu bercampur dengan perkebunan tebu,
sehingga bisa dimanfaatkan untuk
mengganti produk gas yang mahal dengan
kayu-kayu yang ada. Apabila kayu yang ada
sudah tidak memungkinkan lagi untuk
diambil, maka Chiliya Jamur, akan
menaikkan harga jamur, tetapi harga yang
ada masih bisa dijangkau oleh pembeli.
Didaerah lingkungan sekitar Chiliya Jamur,
terdapat beberapa pesaing yang muncul,
namun tingkat persaingan yang ada tidak
terlalu tinggi, dengan adanya pesaing yang
muncul, kedepan akan berdampak terjadi
persaingan dalam mendapatkan bahan baku
produksi, sehingga merupakan suatu
ancaman yang dapat mengganggu
operasional Chiliya Jamur.
Sesuai dengan teori diatas
disimpulkan bahwa Chiliya Jamur memiliki
pemasok yang baik, yang mana pemasok
merupakan kekuatan dari luar yang dapat
mendukung dan mempertahankan usahanya,
dan juga pasar yang terbuka luas dengan
naiknya tren dalam mengkonsumsi jamur
tiram.
Usaha budidaya jamur tiram putih
Chiliya Jamur dapat mengembangkan usaha
nya dengan melihat analisis SWOT usaha
budidaya jamur tiram putih Chiliya Jamur,
dapat berkembang. Pemilik Chiliya Jamur
menggunakan Matriks Kekuatan (Strengths)
Jurnal Bisnis Corporate | 99
–Kelemahan (Weaknesses) – Peluang
(Opportunities) – Ancaman (Threats), yag
dapat digunakan sebagai alat yang
membantu untuk meningkatkan
pengembangan usaha lewat mengembangan
strategi yang diatas.
Adapun Strategi yang diterapkan oleh
Chiliya Jamur, yaitu Strategi pengembangan
usaha yang diterapkan dalam pengembangan
usaha Chiliya Jamur adalah strategi
intensif.Strategi intensif yang dilaksanakan
dengan pengembangan produk, yaitu
mencari kenaikan penjualan dengan
mengembangkan jasa yang baru, yaitu:
a. Budidaya Chiliya Jamur agen
jamur pengecer konsumen
b. Budidaya Chiliya Jamur
pedagang bakso konsumen
c. Budidaya Chiliya Jamur
konsumen
dan Strategi SO, yang memanfaatkan
seluruh kekuatan dan merebut peluang yang
ada, alternatif strategi nya yaitu:
1. Memproduksi produk yang melebihi
target produksi untuk memenuhi
permintaan pasar.
Memproduksi produk yangbanyak
untuk memenuhi permintaan pasar yang
besar, dengan memanfaatkan sumber daya
manusia yang baik kinerjanya dan tempat
usaha yang luas. Sehingga Chiliya Jamur
dapat menggenjot produksi jamur nya guna
memenuhi permintaan pasar yang besar,
yang biasanya per hari Chiliya Jamur
mampu menghasilkan 15kg jamur, kedepan
yang menjadi target Pak Sudar menjadi 25kg
per hari. Sehingga dengan produksi yang
meningkat, dapat pula meningkatkan
pendapatan jamur tersebut.
2. Memanfaatkan sumber daya manusia
yang ada untuk menjalin kerjasama
dengan pemasok.
Sumber daya manusia yang bekerja
pada usaha budidaya jamur tiram putih
Chiliya Jamur berjumlah 6 orang,
merupakan orang-orang dilingkungan
sekitar tempat usaha, mereka tersebut
memiliki jaringan yang dapat dimanfaatkan
untuk mendekatkan pemilik dengan
pemasok, guna menjalin kerja sama lebih
intens lagi, dan juga para karyawan, bisa
memberikan informasi tentang sumber
alternatif, untuk menggantikan pemasok
bahan baku yang ada sekarang, yaitu
pemasok bahan baku serbuk kayu, dedak,
dan kapur pertanian. Apabila pemasok yang
ada sekarang tidak mampu lagi
menyediakan bahan baku.
3. Memanfaatkan keadaan lingkungan
usaha dan produk yang menjanjikan
untuk mendapatkan bantuan dari
pemerintah daerah.
Kondisi lingkungan yang usaha baik
dengan lokasi yang strategis, yang terletak
dipinggir jalan besar, tempat usaha yang
luas, dan dapat menghasilkan produk yang
bagus. Merupakan keunggulan dari usaha
Chiliya Jamur, kodisi tersebut dapat
digunakan untuk mengajukan proposal
usaha, guna mendapatkan bantuan dari
pemerintah daerah, baik bantuan dalam
bentuk pelatihan-pelatihan usaha kepada Pak
Sudar pemilik Chiliya Jamur.
Strategi WO merupakan strategi untuk
memperkecil kelemahan dan memanfaatkan
peluang yang ada.
1. Menggunakan tekologi media yang
ada, untuk mempromosikan produk.
Dalam mempromosikan produk,
banyak cara yang dapat dilakukan, salah
Jurnal Bisnis Corporate | 100
satunya penggunaan teknologi komunikasi
sekarang ini. Teknologi komunikasi
merupakan media yang unggul dan tidak
mahal, seperti mempromosikan produk ke
jejaring sosial yang ada, seperti Twitter,
Facebook, dan BlackBerry Massenger.
Media jejaring sosial selain mempromosikan
dengan cara yang murah, selain itu media
sosial merupakan media yang ampuh dalam
mempromosikan suatu produk, dikarenakan,
rata-rata hampir semua orang
menggunakan media sosial tersebut.
2. Memanfaatkan bantuan pemerintah
daerah dengan meminta teknologi
untuk memperbaiki packaging.
Pihak Chiliya Jamur harus
memanfaatkan bantuan yang diberikan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Langkat,
melalui dinas Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah. Bantuan yang
diberikan bisa berupa alat operasional.
Dikarenaka pihak Chiliya Jamur sangat
membutuhkan alat untuk packaging, pemilik
jamur tiram harus membuat proposal
bantuan yang ditujukan kepada Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Kabupaten Langkat.
3. Memanfaatkan bantuan pemerintah
daerah untuk mencari sumber dana .
Chiliya Jamur harus memanfaatkan
semaksimal mungkin bantuan dari
pemerintah daerah. Kesempatan tersebut
harus segera dimanfaatkan, dengan
mengajukan bantuan dana lewat pengajuan
proposal.
Strategi ST merupakan strategi untuk
menggunakan segala kekuatan untuk
mengatasi ancaman.
1. Menaikkan harga jual produk,
dengan memanfaatkan kualitas
produk yang unggul.
Menaikkan harga jual adalah jalan
terakhir untuk mengatasi kenaikan harga
bahan bakar gas. Apabila terjadi kenaikkan
harga gas, bisa dicari pengganti bahan bakar
gas tersebut dengan penggunaan kayu bakar,
namun apabila terjadi kelangkaan kayu,
menaikkan harga produk merupakan jalan
terakhir untuk menutup biaya bahan bakar
gas untuk operasional. Apabila produk
dinaikkan , diiringin dengan kenaikan
kualitas produk yang bagus, sehingga
konsumen akan merasa puas.
2. Memberikan produk yang unggul
kepada para konsumen, guna
mengatasi produk pesaing.
Untuk menghadapi persaingan antar
sesama produk, Chiliya Jamur harus
memanfaatkan produk mereka yang unggul
untuk memenangkan persaingan.
Keunggulan produk yang ada tidak dimiliki
oleh produk pesaing, keunggulan nya berupa
jamur yang dihasilkan memiliki ukuran yang
besar, dan bewarna putih bersih sehingga
pelanggan tertarik untuk mengkonsumsi
produk tersebut.
Strategi WT , yaitu strategi untuk bertahan
dari ancaman dengan kelemahan yang
dimiliki perusahaan
1. Memperbaiki kemasan produk, guna
meningkatkan harga jual untuk
menutupi kenaikan bahan bakar.
Dalam meningkatkan harga jual,
Chiliya Jamur harus memperbaiki kemasan
produk, dengan memperbaiki tampilan
kemasan, akan menaikkan harga jual
produk. Walaupun harga produk dinaikkan,
pelanggan tidak akan merasa keberatan,
sehingga harga naik, Chiliya Jamur bisa
menutupi harga bahan bakar gas tersebut.
Jurnal Bisnis Corporate | 101
2. Meningkatkan promosi dan
memperbaiki tampilan produk, guna
menghadapi pesaing.
Chiliya Jamur harus meningkatkan
promosi produk, agar produk semakin
dikenal oleh masyarakat sekitar, sehingga
produk masuk kedalam mindset masyarakat.
Selain itu produk dikemas dengan baik dan
dengan tampilan yang menarik, sehingga
mampu bersaing dengan produk pesaing.
Penelitian ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Muhammad Reza Yusa (2011),
menyimpulkan bahwa bedasarkan
identifikasi faktor-faktor internal E-coFarm,
perusahaan memiliki kekuatan dan
kelemahan. Bedasarkan identifikasi faktor-
faktor eksternal E-coFarm yaitu lingkungan
makro dan lingkungan industri,perusahaan
menghadapi berbagai peluang dan ancaman.
Dan penentuan alternatif strategi dengan
menggunakan matriks
SWOT,dihasilkansepuluhstrategi yang
diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan
cara melakukan wawancara secara langsung
dengan manajer lapangan.
Berbeda juga dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan Devi
Mustikawati (2010). Menyimpulkan bahwa,
strategi yang dihasilkan diperoleh ini berasal
dari pencocokan faktor-faktor strategis dari
lingkungan internal dan eksternal lewat
analisis SWOT. Enam kekuatan dan tujuh
kelemahan diperoleh dari analisis
lingkungan internal.Sedangkan hasil dari
analisis lingkungan eksternal terdiri dari
enam peluang dan enam ancaman. Strategi
yang dihasilkan terdiri dari: (1)Memperbaiki
dan meningkatkan kualitas produk,
(2)Peningkatan kapasitas produksi
perusahaan, (3)Peningkatan kualitas SDM
perusahaan, (4)Pembuatan perencanaan
usaha secara terstruktur dan sistematis,
(5)Menerapkan teknologi yang lebih
canggih dan efesien, (6)Meningkatkan
kegiatan promosi perusahaan, (7)Menjalin
kemitraan dan networking dengan
stakeholder, (8)Menerapkan system
produksi yang sesuai dengan standar SOP
dan GAP, dan (9)Memperjelas sistem
pembayaran atau kontak.
D. KESIMPULAN
Menghadapi persaingan antar sesama
produk, Chiliya Jamur harus memanfaatkan
produk mereka yang unggul untuk
memenangkan persaingan. Keunggulan
produk yang ada tidak dimiliki oleh produk
pesaing, keunggulan nya berupa jamur yang
dihasilkan memiliki ukuran yang besar, dan
bewarna putih bersih sehingga pelanggan
tertarik untuk mengkonsumsi produk
tersebut.
Strategi WT , yaitu strategi untuk bertahan
dari ancaman dengan kelemahan yang
dimiliki perusahaan
Memperbaiki kemasan produk, guna
meningkatkan harga jual untuk menutupi
kenaikan bahan bakar.
Dalam meningkatkan harga jual,
Chiliya Jamur harus memperbaiki kemasan
produk, dengan memperbaiki tampilan
kemasan, akan menaikkan harga jual
produk. Walaupun harga produk dinaikkan,
pelanggan tidak akan merasa keberatan,
sehingga harga naik, Chiliya Jamur bisa
menutupi harga bahan bakar gas tersebut.
Meningkatkan promosi dan
memperbaiki tampilan produk, guna
menghadapi pesaing.
Chiliya Jamur harus meningkatkan
promosi produk, agar produk semakin
dikenal oleh masyarakat sekitar, sehingga
produk masuk kedalam mindset masyarakat.
Jurnal Bisnis Corporate | 102
Selain itu produk dikemas dengan baik dan
dengan tampilan yang menarik, sehingga
mampu bersaing dengan produk pesaing.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, Agus dan Parjimo. 2007. Budidaya
Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang). Agromedia Pustaka. Jakarta
Mustikawati, Devi. Rebuild Contract
Farming: Solusi Tepat Akses Petani Kecil ke
PasarModern.Bogor. repository.ipb.ac.id/jspui/handle/123456789/27
724
Pasaribu, T., Permana D.R., dan Alda E.R.,
2002. Aneka Jamur Unggulan Yang
Menembus Pasar. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta
Gumbira, Said., E.Rahmayanti dan M.Z.
Muttaqin. 2001. “Manajemen
Teknologi Agribisnis, Kunci Daya Saing
Global Produk Agribisnis”. Pertanian
Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
RD. Jatmiko. Pengantar Bisnis. Malang :
UMM Press.2004
Muhammad Reza Yusa ,Analisiss strategi
Pengembangan usaha pada e-cofarm,
kampus IPB Darmaga-Bogor.Skripsi.IPB.
Bogor. 2011
I Made Wirartha,Metode Penelitian Sosial
Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset. 2006
www.deptan.go.id
Jurnal Bisnis Corporate | 103
PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION
(ISO 9001:2008) TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PADA PT ASIA SAKTI WAHID FOODS MANUFACTURE MEDAN
oleh
ASWAND HASOLOAN S.Sos, M.Si
ABSTRACT
This research aims to analyze the effect of the application of Quality Management System
ISO 9001: 2008 with the performance of employees at PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture.
The results of this research are expected to provide benefit as references and material input for
PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture. This research is a form of associative research, using
a quantitative approach. Population in this research is employees at the office of PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture which consisted of 230 people. By using the sample Slovin Formula,
these studies amounted to 70 people. Data collection techniques using question
form/questionnaire and documentation. Validity test done by comparing the value of probability
and reliability test done by looking at the value of Cronbach Alpha. A classic assumption test
used is the test of normality and heterokedastisitas test. Then proceed with the analysis of data
correlation Pearson Product Moment, simple linear regression, and hypotheses test. Based on
the research results obtained that the correlation between the performance of the Quality
Management System is 0,426, meaning a direct relationship. Regression equation of the Model is
Y = 32,363 + 0, 417X. From the regression equation, obtained constant` 32,363 and constant
coefficient of regression Quality Management System variable is 0,417. Based on the results of
test T concluded that the Quality Management System have an effect on the performance of
employees at PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture. The R-Square value is 0,182. It means
that 18,2 % variation performance determined by the role of the Quality Management System,
while 81,8% the rest is influenced by variations of other variables that are not included in this
research.
Key words: Quality Management System (ISO 9001: 2008), the performance of employees.
A. PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun kesadaran
masyarakat akan pentingnya sebuah kualitas
semakin meningkat. Masyarakat mulai sadar
bahwa dalam memilih sesuatu hal, tidak
hanya kuantitas saja yang menjadi
pertimbangan tetapi kualitas pun juga harus
dipertimbangkan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kualitas adalah tingkat
baik buruknya sesuatu, sedangkan kuantitas
adalah jumlah atau banyaknya.
Menurut Prawirosentono (2007 : 2)
ada beberapa alasan suatu organisasi atau
perusahaan memproduksi produk yang
berkualitas, yaitu pertama, produk yang
berkualitas akan membuat konsumen yang
menggunakannya merasa puas sehingga
terbentuklah loyalitas konsumen terhadap
produk perusahaan. Kedua, memproduksi
produk yang berkualitas tinggi tidak selalu
lebih mahal biaya produksinya daripada
memproduksi produk yang berkualitas
rendah, sebab perusahaan yang
memproduksi produk yang berkualitas tinggi
secara berkelanjutan akan meningkatkan
Jurnal Bisnis Corporate | 104
produktivitas dan mengurangi biaya karena
adanya dukungan dari teknologi yang
membuat proses produksi menjadi lebih
efisien. Ketiga, jika dibandingkan antara
memproduksi produk yang berkualitas baik
dengan memproduksi produk yang
berkualitas rendah, memproduksi produk
yang berkualitas rendah memiliki lebih
banyak risikonya. Misalnya, produk yang
berkualitas rendah akan mendapatkan lebih
banyak keluhan dari pelanggan. Keluhan ini
akan membuat citra perusahaan menurun.
Selain itu, untuk produk yang memiliki
layanan purna jual, biaya perbaikan produk
akan sangat besar.
Alasan-alasan itulah yang membuat
organisasi atau perusahaan semakin giat
untuk meningkatkan tidak hanya kuantitas
tetapi juga kualitas produk dan/atau jasa
yang dihasilkan oleh organisasi atau
perusahaan. Dalam menentukan baiknya
kualitas suatu produk dan/atau jasa,
diperlukan suatu standard yang digunakan
sebagai acuan agar terdapat suatu kesamaan
persepsi dalam menilai kualitas.
Hal inilah yang melandasi
munculnya International Organization for
Standardization (ISO 9001:2008). ISO
9001:2008 adalah suatu standard yang
mengatur bagaimana sistem manajemen
mutu (SMM) didalam suatu organisasi.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu -
Dasar-Dasar dan Kosakata, sistem
manajemen mutu adalah kumpulan unsur-
unsur yang saling terkait atau berinteraksi
untuk menetapkan kebijakan dan sasaran
untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi.
Salah satu perusahaan di Medan
yang menerapkan ISO 9001:2008 adalah PT
Asia Sakti Wahid Foods Manufacture. PT
Asia Sakti Wahid Foods Manufacture
merupakan perusahaan pembuat biskuit
yang telah mengekspor produknya ke
berbagai negara seperti Thailand, Brunei
Darussalam, Vietnam, Hongkong, Australia,
dan lain-lain. Agar dapat memasuki pasar
internasional dan mendapatkan kepercayaan
konsumen di negara tujuan, maka sejak
tahun 2009 PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture menerapkan ISO 9001:2008.
Untuk menjaga dan meningkatkan ekspor
produknya diperlukan kinerja pegawai yang
baik sehingga mampu menghasilkan produk
sesuai kebutuhan konsumen agar produk-
produk PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture dapat bersaing dengan produk
lainnya di pasar internasional. Kinerja
merupakan hasil atau pencapaian yang
didapat dari kerja pegawai dengan tujuan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Masalah yang dihadapi oleh PT Asia
Sakti Wahid Foods Manufacture adalah
semenjak PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture menerapkan ISO 9001:2008
pada tahun 2009, ada target volume
produksi per tahun yang tidak dapat dicapai
oleh perusahaan. Rincian target volume
produksi PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture dan realisasinya selama tahun
2009 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel.1
Target dan Realisasi Volume
Produksi
Tahun Target
Volume
Produksi/Tahun
Realisasi
Volume
Produksi/Tahun
2009 12.000 ton 12.920,66 ton
2010 15.000 ton 15.849,58 ton
2011 17.000 ton 16.843,17 ton
2012 19.000 ton 19.519,61 ton
2013 22.000 ton 21.578,26 ton
Sumber: Data PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa semenjak PT Asia Sakti Wahid
Jurnal Bisnis Corporate | 105
Foods Manufacture menerapkan ISO
9001:2008 pada tahun 2009, terjadi
peningkatan volume produksi hingga tahun
2013. Namun, meskipun volume produksi
pada tahun 2009 hingga tahun 2013
meningkat, pada tahun 2011 dan tahun 2013
volume produksi PT Asia Sakti Wahid
Foods Manufacture tidak mencapai target
yang diinginkan oleh perusahaan. Hal ini
mengindikasikan adanya masalah pada
kinerja pegawai PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture.
Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk melihat adakah
pengaruh antara penerapan Sistem
manajemen Mutu dengan kinerja pegawai
pada PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture. METODOLOGI
Dilihat dari permasalahannya, bentuk
penelitian ini adalah penelitian asosiatif.
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang
berusaha untuk menganalisis hubungan atau
keterkaitan suatu variabel dengan variabel
lainnya, atau apakah suatu variabel
merupakan sebab perubahan variabel
lainnya. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif untuk melihat
bagaimana pengaruh antara sistem
manajemen mutu dengan kinerja pada PT
Asia Sakti Wahid Foods Manufacture.
B. PEMBAHASAN
Data yang akan disajikan berikut ini
adalah data identitas responden, data hasil
uji validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian, dan data hasil perhitungan
kuisioner. Dalam penelitian ini, kuisioner
disebarkan kepada 70 pegawai pada PT Asia
Sakti Wahid Foods Manufacture Medan.
Angket disebarkan kepada para responden
terhitung mulai tanggal 10 Maret 2014
sampai dengan 13 Maret 2014 di Kantor PT
Asia Sakti Wahid Foods Manufacture yang
berlokasi di Jalan Pertanahan 1 No. 7,
Kampung Timbang Deli Medan. Dari
kuisioner yang disebarkan tersebut maka
akan diperoleh dua data yaitu data
responden dan data penelitian.
Profil Responden
Dari kuisioner yang telah disebarkan
kepada 70 responden, maka penulis
mendapatkan profil responden sebagai
berikut.
Tabel. 2
Profil Responde
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Kriteria Sub
Kriteria
Jumla
h
Persenta
se (%)
Jenis
Kelamin
Pria
Wanita
36
34
51,4
48,6
Total 70 100%
Usia < 30 Tahun
30-40 Tahun
> 40 Tahun
31
28
11
44,3
40
15,7
Total 70 100%
Lama
Bekerja
< 1 Tahun
1-5 Tahun
> 5 Tahun
8
34
28
11,4
48,6
40
Total 70 100%
Pendidik
an
Terakhir
SMA
D1
D3
S1
31
4
5
30
44,3
5,7
7,1
42,9
Total 70 100%
Jurnal Bisnis Corporate | 106
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
dari segi jenis kelamin, lebih banyak pria
yang bekerja di PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture daripada wanita, meskipun
selisih persentase antara pria dan wanita
tidak terlalu jauh yaitu 51,4% untuk pria dan
48,6% untuk wanita. Dari segi usia,
responden dalam penelitian ini lebih
didominasi oleh pegawai dengan usia
kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 31
orang atau 44,3%. Kemudian dari segi
lamanya bekerja, responden dalam
penelitian ini lebih didominasi oleh pegawai
yang telah bekerja pada PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture selama kurun
waktu antara 1 tahun hingga 5 tahun. Dari
segi pendidikan terakhir yang ditempuh oleh
responden, dapat dilihat bahwa ada selisih
yang tidak terlalu jauh antara responden
yang memiliki pendidikan terakhir SMA
dengan responden yang memiliki pendidikan
terakhir S1, yaitu 44,3% untuk pendidikan
SMA dan 42,9% untuk pendidikan S1.
Penyajian Data untuk Variabel X (Sistem
Manajemen Mutu)
1. Uji Validitas Variabel X (Sistem
Manajemen Mutu)
Uji validitas instrumen kuisioner
untuk variabel X (Sistem Manajemen Mutu)
dalam penelitian ini dilakukan kepada 10
responden dengan r tabel sebesar 0,632.
Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Hasil
uji validitas instrumen kuisioner untuk
variabel X (Sistem Manajemen Mutu) dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa dari 21 item kuisioner variabel X
yang diuji validitasnya, semua item
dinyatakan valid karena r hitung masing-
masing item lebih besar dari r tabel yaitu
Korelasi Antara Nilai
Korelasi
(r)
Keterangan
Item no.1 dengan total 0,92 Valid
Item no.2 dengan total 0,92 Valid
Item no.3 dengan total 0,92 Valid
Item no.4 dengan total 0,7 Valid
Item no.5 dengan total 0,7 Valid
Item no.6 dengan total 0,92 Valid
Item no.7 dengan total 0,894 Valid
Item no.8 dengan total 0,894 Valid
Item no.9 dengan total 0,92 Valid
Item no.10 dengan total 0,918 Valid
Item no.11 dengan total 0,894 Valid
Item no.12 dengan total 0,894 Valid
Item no.13 dengan total 0,894 Valid
Item no.14 dengan total 0,892 Valid
Item no.15 dengan total 0,892 Valid
Item no.16 dengan total 0,892 Valid
Item no.17 dengan total 0,892 Valid
Item no.18 dengan total 0,937 Valid
Item no.19 dengan total 0,894 Valid
Korelasi Antara Nilai
Korelasi
(r)
Keterangan
Item no.20 dengan total 0,843 Valid
Item no.21 dengan total 0,918 Valid
Jurnal Bisnis Corporate | 107
0,632. Oleh karena itu, 21 item tersebut
dapat dilanjutkan untuk diuji reliabilitasnya.
2. Uji Reliabilitas Variabel X (Sistem
Manajemen Mutu)
Tabel. 4
Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Sistem
Manajemen Mutu)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.985 21
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Untuk pengujian reliabilitas terhadap
item kuisioner variabel X yang valid
didapatkan hasil sebesar 0,985 dan lebih
besar dari 0,6, sehingga dapat disimpulkan
item kuisioner variabel X dalam penelitian
ini reliabel. Dengan begitu, seluruh item
kuisioner dapat digunakan dan dilanjutkan
untuk disebar kepada 70 responden.
3. Skor Hasil Penyebaran Kuesioner
Variabel X (Sistem Manajemen
Mutu) Setelah kuisioner disebarkan, data
jawaban kuisioner yang didapat kemudian
dipersentasekan untuk masing-masing
kategori jawaban. Setiap jawaban dihitung
persentasenya dan dirata-ratakan untuk
mendapatkan skor dari masing-masing item
pertanyaan yang kemudian akan diukur
kriteria persentasenya.
Tabel. 5
Pimpinan Puncak telah Menetapkan
Kebijakan Mutu Perusahaan
Keterangan
Jumlah
F Persenta
se (%)
Skor
a.Sangat
Setuju
b. Setuju
c. Tidak
Setuju
d. Sangat
Tidak Setuju
40
30
0
0
57,1
42,9
0
0
160
90
0
0
Total 70 100% 250
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
pimpinan puncak (top manajemen) telah
menetapkan kebijakan mutu perusahaan.
Sebanyak 57,1% responden menyatakan
sangat setuju bahwa pimpinan puncak (top
manajemen) telah menetapkan kebijakan
mutu perusahaan, sedangkan sisanya
sebanyak 42,9% menyatakan setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
pimpinan puncak (top manajemen) telah
menetapkan kebijakan mutu perusahaan.
Kebijakan mutu dibuat sebagai acuan bagi
pegawai untuk terus menerus menjaga dan
meningkatkan mutu produksi dan pelayanan
PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture
Medan.
Jurnal Bisnis Corporate | 108
Tabel. 6
Pimpinan Puncak telah Memastikan
Sasaran Mutu Perusahaan Ditetapkan
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
pimpinan puncak (top manajemen) telah
memastikan sasaran mutu perusahaan
ditetapkan. Sebanyak 54,3% responden
menyatakan sangat setuju dan 42,9%
menyatakan setuju bahwa pimpinan puncak
(top manajemen) telah memastikan sasaran
mutu perusahaan ditetapkan. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa pimpinan puncak (top
manajemen) telah memastikan sasaran mutu
perusahaan ditetapkan. Sasaran mutu
perusahaan ditetapkan sebagai target yang
akan dicapai oleh perusahaan. Dalam
menetapkan sasaran mutu, perusahaan juga
memperhatikan perkembangan teknologi
dan juga selera masyarakat.
Tabel. 7
Pimpinan Puncak telah Melakukan
Tinjauan Manajemen
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat
Setuju
b. Setuju
c. Tidak
Setuju
d. Sangat
Tidak Setuju
36
33
1
0
51,4
47,1
1,4
0
144
99
2
0
Total 70 100% 245
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
pimpinan puncak (top manajemen) telah
melakukan tinjauan manajemen. Sebanyak
51,4% responden menyatakan sangat setuju
dan 47,1% menyatakan setuju bahwa
pimpinan puncak (top manajemen) telah
melakukan tinjauan manajemen, sedangkan
1,4% responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden sangat setuju bahwa
pimpinan puncak (top manajemen) telah
melakukan tinjauan manajemen. Tinjauan
manajemen dilakukan sebagai bagian dari
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008. Tinjauan manajemen dilakukan
untuk memantau manajemen PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture dalam
menerapkan ISO 9001:2008.
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat
Setuju
b. Setuju
c.Tidak
Setuju
d.Sangat
Tidak
Setuju
38
32
0
0
54,3
45,7
0
0
152
96
0
0
Total 70 100% 248
Jurnal Bisnis Corporate | 109
Tabel. 8
Perusahaan Selalu Berusaha untuk
Memenuhi Keinginan Pelanggan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
39
31
0
0
55,7
44,3
0
0
156
93
0
0
Total 70 100% 249
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan selalu berusaha untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Sebanyak 55,7%
responden menyatakan sangat setuju dan
44,3% menyatakan setuju bahwa perusahaan
selalu berusaha untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Artinya, mayoritas responden
menyatakan sangat setuju bahwa perusahaan
selalu berusaha untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Hal ini dikarenakan PT Asia
Sakti Wahid Foods Manufacture menyadari
sepenuhnya bahwa agar dapat bersaing
dipasaran, perusahaan harus selalu berusaha
untuk memenuhi keinginan pelanggan agar
mereka menjadi loyal terhadap produk-
produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Tabel. 9
Perusahaan Selalu Berusaha untuk
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan selalu berusaha untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.
sebanyak 62,9% responden menyatakan
sangat setuju dan 35,7% menyatakan setuju
bahwa perusahaan selalu berusaha untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan,
sedangkan 1,4% responden menyatakan
tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Artinya, mayoritas responden menyatakan
sangat setuju bahwa perusahaan selalu
berusaha untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan. Hal ini dikarenakan PT Asia
Sakti Wahid Foods Manufacture selalu
berorientasi kepada pelanggan, sehingga
meningkatkan kepuasan pelanggan menjadi
hal yang penting bagi perusahaan.
Tabel. 10
Pimpinan Puncak telah Memastikan
bahwa Kebijakan Mutu Sesuai dengan
Sasaran Perusahaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
40
29
1
0
57,1
41,4
1,4
0
160
87
2
0
Total 70 100% 249
Jurnal Bisnis Corporate | 110
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
pimpinan puncak (top manajemen) telah
memastikan bahwa kebijakan mutu sesuai
dengan sasaran perusahaan. Sebanyak
57,1% responden menyatakan sangat setuju
dan 41,4% menyatakan setuju bahwa
pimpinan puncak (top manajemen) telah
memastikan bahwa kebijakan mutu sesuai
dengan sasaran perusahaan, sedangkan
sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa pimpinan puncak (top
manajemen) telah memastikan bahwa
kebijakan mutu sesuai dengan sasaran
perusahaan. Hal ini dikarenakan PT Asia
Sakti Wahid Foods Manufacture telah
menyesuaikan kebijakan mutu dengan
sasaran mutu agar kebijakan mutu dan
sasaran mutu yang ada dapat mengarahkan
perusahaan untuk dapat mencapai visi
perusahaan.
Tabel.11
Pimpinan Puncak telah Memastikan
bahwa Kebijakan Mutu
Dikomunikasikan dalam Perusahaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
40
28
2
0
57,1
40
2,9
0
160
84
4
0
Total 70 100% 248
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
pimpinan puncak (top manajemen) telah
memastikan bahwa kebijakan mutu
dikomunikasikan dan dipahami dalam
perusahaan. Sebanyak 57,1% responden
menyatakan sangat setuju dan 40%
menyatakan setuju bahwa pimpinan puncak
(top manajemen) telah memastikan bahwa
kebijakan mutu dikomunikasikan dan
dipahami dalam perusahaan, sedangkan
sebanyak 2,9% responden menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa pimpinan puncak (top
manajemen) telah memastikan bahwa
kebijakan mutu dikomunikasikan dan
dipahami dalam perusahaan. Hal ini
dikarenakan mayoritas responden merasakan
bahwa kebijakan mutu telah
dikomunikasikan didalam perusahaan.
Perusahaan memandang kebijakan mutu
penting untuk dikomunikasikan agar setiap
pegawai memiliki kesamaan pandangan
terhadap kebijakan mutu perusahaan.
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
44
25
1
0
62,9
35,7
1,4
0
176
75
2
0
Total 70 100% 253
Jurnal Bisnis Corporate | 111
Tabel. 12
Pimpinan Puncak telah
Memastikan Kebijakan
Mutu Ditinjau
Kesesuaiannya
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
37
33
0
0
52,9
47,1
0
0
148
99
0
0
Total 70 100% 247
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
pimpinan puncak (top manajemen) telah
memastikan bahwa kebijakan mutu ditinjau
kesesuaiannya secara terus-menerus.
Sebanyak 52,9% responden menyatakan
sangat setuju dan 47,1% menyatakan setuju
bahwa pimpinan puncak (top manajemen)
telah memastikan bahwa kebijakan mutu
ditinjau kesesuaiannya secara terus-menerus.
Artinya, mayoritas responden menyatakan
sangat setuju bahwa pimpinan puncak (top
manajemen) telah memastikan bahwa
kebijakan mutu ditinjau kesesuaiannya
secara terus-menerus. Hal ini dikarenakan
pimpinan puncak telah memastikan
kebijakan mutu perusahaan ditinjau
kesesuaiannya, agar kebijakan mutu yang
ada dapat mengarahkan perusahaan untuk
mencapai visi perusahaan.
Tabel. 13
Pimpinan Puncak Memastikan Tanggung
Jawab dan Wewenang Ditetapkan dan
Dikomunikasikan
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
pimpinan puncak (top manajemen) telah
memastikan bahwa tanggung jawab dan
wewenang ditetapkan dan dikomunikasikan
dalam perusahaan. Sebanyak 54,3%
responden menyatakan sangat setuju dan
44,3% menyatakan setuju bahwa pimpinan
puncak (top manajemen) telah memastikan
bahwa tanggung jawab dan wewenang
ditetapkan dan dikomunikasikan dalam
perusahaan, sedangkan sebanyak 1,4%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
pimpinan puncak (top manajemen) telah
memastikan bahwa tanggung jawab dan
wewenang ditetapkan dan dikomunikasikan
dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan PT
Asia Sakti Wahid Foods Manufacture
memandang penting untuk memastikan
tanggung jawab dan wewenang ditetapkan
dan dikomunikasikan agar pembagian tugas
dan pekerjaan dapat terlihat dengan jelas,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih
pekerjaan.
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
38
31
1
0
54,3
44,3
1,4
0
152
93
2
0
Total 70 100% 247
Jurnal Bisnis Corporate | 112
Tabel. 14
Perusahaan Membuat Struktur
Organisasi untuk Mengidentifikasi
Berbagai Hubungan Keterkaitan
Fungsional
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
35
32
3
0
50
45,7
4,3
0
140
96
6
0
Total 70 100% 242
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah membuat struktur
organisasi untuk mengidentifikasi berbagai
hubungan keterkaitan fungsional. Sebanyak
50% responden menyatakan sangat setuju
dan 45,7% menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah membuat struktur
organisasi untuk mengidentifikasi berbagai
hubungan keterkaitan fungsional, sedangkan
sebanyak 4,3% responden menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa perusahaan telah membuat
struktur organisasi untuk mengidentifikasi
berbagai hubungan keterkaitan fungsional.
Hal ini dikarenakan PT Asia Sakti Wahid
Foods Manufacture memandang penting
untuk mengidentifikasi berbagai hubungan
keterkaitan fungsional melalui struktur
organisasi agar pembagian tugas dan
pekerjaan dapat terlihat dengan jelas.
Tabel. 15
Perusahaan Mengkomunikasikan
Tanggung Jawab dan Wewenang kepada
Pegawai yang Terlibat dalam Operasional
dari Sistem Manajemen Mutu
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah mendefinisikan dan
mengkomunikasikan tanggung jawab dan
wewenang kepada pegawai yang terlibat
dalam operasional dari sistem manajemen
mutu. Sebanyak 51,4% responden
menyatakan sangat setuju dan 47,1%
responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah mendefinisikan dan
mengkomunikasikan tanggung jawab dan
wewenang kepada pegawai yang terlibat
dalam operasional dari sistem manajemen
mutu, sedangkan 1,4% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan sangat setuju bahwa perusahaan
telah mendefinisikan dan
mengkomunikasikan tanggung jawab dan
wewenang kepada pegawai yang terlibat
dalam operasional dari sistem manajemen
mutu. Hal ini dikarenakan PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture memandang
penting untuk memastikan tanggung jawab
dan wewenang ditetapkan dan
dikomunikasikan kepada pegawai yang
terlibat dalam operasional dari sistem
Keterangan
Jumlah
F Persent
ase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
36
331
0
51,4
47,1
1,4
0
144
99
2
0
Total 70 100% 245
Jurnal Bisnis Corporate | 113
manajemen mutu agar pembagian tugas dan
pekerjaan dapat terlihat dengan jelas,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih
pekerjaan.
Tabel. 16
Perusahaan Memberikan Pelatihan untuk
Memenuhi Kompetensi yang Dibutuhkan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
33
34
3
0
47,1
48,6
4,3
0
132
102
6
0
Total 70 100% 240
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah memberikan pelatihan atau
tindakan lain yang diambil untuk memenuhi
kompetensi yang dibutuhkan. Sebanyak
47,1% responden menyatakan sangat setuju
dan 48,6% responden menyatakan setuju
bahwa perusahaan telah memberikan
pelatihan atau tindakan lain yang diambil
untuk memenuhi kompetensi yang
dibutuhkan, sedangkan 4,3% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture telah
memberikan pelatihan atau tindakan lain
yang diambil untuk memenuhi kompetensi
yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan
perusahaan menyadari bahwa pelatihan
perlu untuk dilakukan agar kompetensi para
pegawai dapat sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan perusahaan. Tentunya hal
ini dilakukan agar para pegawai dapat
menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi.
Tabel 17
Perusahaan Melakukan Evaluasi
Efektivitas dari Pelatihan
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah melakukan evaluasi
efektivitas dari pelatihan atau tindakan lain
yang diambil untuk memenuhi kompetensi
yang dibutuhkan tersebut. Sebanyak 41,4%
responden menyatakan sangat setuju dan
54,3% responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah melakukan evaluasi
efektivitas dari pelatihan atau tindakan lain
yang diambil untuk memenuhi kompetensi
yang dibutuhkan tersebut, sedangkan 4,3%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan setuju bahwa PT
Asia Sakti Wahid Foods Manufacture telah
melakukan evaluasi efektivitas dari
pelatihan atau tindakan lain yang diambil
untuk memenuhi kompetensi yang
dibutuhkan tersebut. Hal ini dikarenakan
perusahaan selalu memantau hasil dari
pelatihan yang dijalankan oleh para pegawai
agar perusahaan dapat memastikan bahwa
kompetensi pegawai telah mencapai atau
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
oleh perusahaan.
Keterangan
Jumlah
F Persent
ase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
29
38
3
0
41,4
54,3
4,3
0
116
114
6
0
Total 70 100% 236
Jurnal Bisnis Corporate | 114
Tabel 18
Perusahaan telah Menyimpan Catatan-
Catatan Pendidikan, Pelatihan,
Keterampilan dan Pengalaman Kerja
dari Pegawai
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
33
33
4
0
47,1
47,1
5,7
0
132
99
8
0
Total 70 100% 239
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah menyimpan atau
memelihara catatan-catatan pendidikan,
pelatihan, keterampilan dan pengalaman
kerja dari pegawai. Sebanyak 47,1%
responden menyatakan sangat setuju dan
47,1% responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah menyimpan atau
memelihara catatan-catatan pendidikan,
pelatihan, keterampilan dan pengalaman
kerja dari pegawai, sedangkan 5,7%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, sebagian besar
responden menyatakan setuju bahwa PT
Asia Sakti Wahid Foods Manufacture telah
menyimpan atau memelihara catatan-catatan
pendidikan, pelatihan, keterampilan dan
pengalaman kerja dari pegawai. Hal ini
dikarenakan perusahaan telah menyimpan
dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan pegawai. Hal ini dilakukan sebagai
salah satu syarat dalam penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang
tercantum dalam klausul 6.2.2.
Tabel 19
Perusahaan telah Memiliki Bangunan,
Ruang Kerja dan Fasilitas yang Sesuai
dengan Kebutuhan
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah memiliki bangunan, ruang
kerja dan fasilitas yang sesuai dengan
kebutuhan. Sebanyak 40% responden
menyatakan sangat setuju dan 57,1%
responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah memiliki bangunan, ruang
kerja dan fasilitas yang sesuai dengan
kebutuhan, sedangkan 2,9% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture telah memiliki
bangunan, ruang kerja dan fasilitas yang
sesuai dengan kebutuhan. Hal ini
dikarenakan perusahaan telah memiliki
bangunan, ruang kerja, dan fasilitas yang
sesuai dengan kebutuhan agar para pegawai
dapat bekerja dengan nyaman sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kinerja.
Tabel 20
Keterangan
Jumlah
F Perse
ntase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
28
40
2
0
40
57,1
2,9
0
112
120
4
0
Total 70 100
%
236
Jurnal Bisnis Corporate | 115
Perusahaan Memiliki Peralatan Proses
yang Memadai
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
28
40
2
0
40
57,1
2,9
0
112
120
4
0
Total 70 100% 236
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah memiliki peralatan proses
(perangkat keras dan perangkat lunak) yang
memadai. Sebanyak 40% responden
menyatakan sangat setuju dan 57,1%
responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah memiliki peralatan proses
(perangkat keras dan perangkat lunak) yang
memadai, sedangkan 2,9% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture telah memiliki
peralatan proses (perangkat keras dan
perangkat lunak) yang memadai. Hal ini
dikarenkan perusahaan telah memiliki
peralatan proses yang memadai yang dapat
menunjang hasil produksi perusahaan yang
beraneka ragam.
Tabel 21
Perusahaan telah Memiliki Pelayanan
Pendukung
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah memiliki pelayanan
pendukung (seperti transportasi, komunikasi
atau sistem informasi). Sebanyak 51,4%
responden menyatakan sangat setuju dan
47,1% responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah memiliki pelayanan
pendukung (seperti transportasi, komunikasi
atau sistem informasi), sedangkan 1,4%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture
telah memiliki pelayanan pendukung
(seperti transportasi, komunikasi atau sistem
informasi). Hal ini dikarenakan perusahaan
memiliki pelayanan pendukung yang dapat
memudahkan pegawai dalam mengerjakan
pekerjaannya.
Tabel 22
Perusahaan Mengendalikan
Produksi dan Pelayanan
Keterangan
Jumlah
F Persent
ase (%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
36
33
1
0
51,4
47,1
1,4
0
144
99
2
0
Total 70 100% 245
Jurnal Bisnis Corporate | 116
Melalui Penggunaan
Peralatan yang Sesuai
Keterangan
Jumlah
F Persen
tase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
29
392
0
41,4
55,7
2,9
0
116
117
4
0
Total 70 100% 237
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan mengendalikan produksi dan
pelayanan melalui penggunaan peralatan
yang sesuai untuk produksi dan pelayanan.
Sebanyak 41,4% responden menyatakan
sangat setuju dan 55,7% responden
menyatakan setuju bahwa perusahaan
mengendalikan produksi dan pelayanan
melalui penggunaan peralatan yang sesuai
untuk produksi dan pelayanan, sedangkan
2,9% responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan setuju
bahwa PT Asia sakti Wahid Foods
Manufacture mengendalikan produksi dan
pelayanan melalui penggunaan peralatan
yang sesuai untuk produksi dan pelayanan.
Hal ini dikarenakan perusahaan telah
mengendalikan produksi dan pelayanan
melalui penggunaan peralatan yang sesuai
untuk produksi dan pelayanan sebagai salah
satu syarat dalam penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang
tercantum dalam klausul 7.5.1.
Tabel 23
Perusahaan telah Merencanakan dan
Melaksanakan Produksi dalam Keadaan
Terkendali
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah merencanakan dan
melaksanakan produksi dalam keadaan
terkendali. Sebanyak 42,9% responden
menyatakan sangat setuju dan 55,7%
responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah merencanakan dan
melaksanakan produksi dalam keadaan
terkendali, sedangkan 1,4% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa PT Asia sakti
Wahid Foods Manufacture telah
merencanakan dan melaksanakan produksi
dalam keadaan terkendali. Hal ini dilakukan
sebagai salah satu syarat dalam penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
yang tercantum dalam klausul 7.5.1.
Tabel 24
Keterangan
Jumlah
F Persent
ase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
30
391
0
42,9
55,7
1,4
0
120
117
2
0
Total 70 100% 239
Jurnal Bisnis Corporate | 117
Perusahaan telah Memastikan
Ketersediaan Informasi yang
Menguraikan Karakteristik Produk
Keterangan
Jumlah
F Persenta
se (%)
Skor
a.Sangat Setuju
b. Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
26
43
1
0
37,1
61,4
1,4
0
104
129
2
0
Total 70 100% 235
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah memastikan ketersediaan
informasi yang menguraikan karakteristik
produk. Sebanyak 37,1% responden
menyatakan sangat setuju dan 61,4%
responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah memastikan ketersediaan
informasi yang menguraikan karakteristik
produk, sedangkan 1,4% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa PT Asia sakti
Wahid Foods Manufacture telah memastikan
ketersediaan informasi yang menguraikan
karakteristik produk. Hal ini dilakukan
sebagai salah satu syarat dalam penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
yang tercantum dalam klausul 7.5.1.
Tabel 25
Perusahaan telah Memastikan
Ketersediaan Instruksi Kerja
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
perusahaan telah memastikan ketersediaan
instruksi kerja. Sebanyak 44,3% responden
menyatakan sangat setuju dan 54,3%
responden menyatakan setuju bahwa
perusahaan telah memastikan ketersediaan
instruksi kerja, sedangkan 1,4% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa PT Asia sakti
Wahid Foods Manufacture telah telah
memastikan ketersediaan instruksi kerja. Hal
ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 yang tercantum dalam klausul
7.5.1.
4. Penjumlahan Skor Tanggapan
Responden mengenai Variabel X
(Sistem Manajemen Mutu)
Tabel 26
Penjumlahan Skor Tanggapan
Responden mengenai Variabel X (Sistem
Manajemen Mutu)
No Pernyataan Skor Skor
Ideal
Perse
ntase
(%)
Keterangan
Jumlah
F Perse
ntase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
31
381
0
44,3
54,3
1,4
0
124
114
2
0
Total 70 100
%
240
Jurnal Bisnis Corporate | 118
1. Menurut
Bapak/Ibu,
Pimpinan puncak
(top manajemen)
telah menetapkan
kebijakan mutu
perusahaan.
250
280
89,2
2. Menurut
Bapak/Ibu,
Pimpinan puncak
(top manajemen)
telah memastikan
sasaran mutu
perusahaan
ditetapkan.
248
280
88,5
3. Menurut
Bapak/Ibu,
Pimpinan puncak
(top manajemen)
telah melakukan
tinjauan
manajemen.
245
280
87,5
4. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan selalu
berusaha untuk
memenuhi
keinginan
pelanggan.
249
280
88,9
5. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan selalu
berusaha untuk
meningkatkan
kepuasan
pelanggan.
253
280
90,3
6. Menurut
Bapak/Ibu,
Pimpinan puncak
(top manajemen)
telah memastikan
bahwa kebijakan
mutu sesuai
dengan sasaran
perusahaan.
249
280
88,9
7. Menurut
Bapak/Ibu,
Pimpinan puncak
(top manajemen)
telah memastikan
bahwa kebijakan
mutu
dikomunikasikan
dan dipahami
dalam
perusahaan.
248
280
88,5
8. Menurut
Bapak/Ibu,
Pimpinan puncak
(top manajemen)
telah memastikan
bahwa kebijakan
mutu ditinjau
kesesuaiannya
secara terus-
menerus.
247
280
88,2
9. Menurut
Bapak/Ibu,
Pimpinan puncak
(top manajemen)
telah memastikan
bahwa tanggung
jawab dan
247
280
88,2
Jurnal Bisnis Corporate | 119
wewenang
ditetapkan dan
dikomunikasikan
dalam
perusahaan.
10. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
membuat struktur
organisasi untuk
mengidentifikasi
berbagai
hubungan
keterkaitan
fungsional.
242
280
86,4
11. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
mendefinisikan
dan
mengkomunikasi
kan tanggung
jawab dan
wewenang
kepada pegawai
yang terlibat
dalam
operasional dari
sistem
manajemen mutu.
245
280
87,5
12. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
memberikan
pelatihan atau
tindakan lain
yang diambil
240
280
85,7
untuk memenuhi
kompetensi yang
dibutuhkan.
13. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
melakukan
evaluasi
efektivitas dari
pelatihan atau
tindakan lain
yang diambil
untuk memenuhi
kompetensi yang
dibutuhkan
tersebut.
236
280
84,2
14. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
menyimpan atau
memelihara
catatan-catatan
pendidikan,
pelatihan,
keterampilan dan
pengalaman kerja
dari pegawai.
239
280
85,3
15. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
memiliki
bangunan, ruang
kerja dan fasilitas
yang sesuai
dengan
kebutuhan.
236
280
84,2
16. Menurut
Bapak/Ibu,
Jurnal Bisnis Corporate | 120
Perusahaan telah
memiliki
peralatan proses
(perangkat keras
dan perangkat
lunak) yang
memadai.
236 280 84,2
17. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
memiliki
pelayanan
pendukung
(seperti
transportasi,
komunikasi atau
sistem informasi).
245
280
87,5
18. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan
mengendalikan
produksi dan
pelayanan
melalui
penggunaan
peralatan yang
sesuai untuk
produksi dan
pelayanan.
237
280
84,6
19. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
merencanakan
dan
melaksanakan
produksi dalam
keadaan
terkendali.
239
280
85,3
20. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
memastikan
ketersediaan
informasi yang
menguraikan
karakteristik
produk.
235
280
83,9
21. Menurut
Bapak/Ibu,
Perusahaan telah
memastikan
ketersediaan
instruksi kerja.
240
280
85,7
Total 5106 5880 86,8%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
jumlah skor tanggapan responden mengenai
variabel X (Sistem Manajemen Mutu)
adalah sebesar 86,8% atau dapat
dikategorikan sangat baik, karena berada
dalam kriteria diantara 84,01% hingga
100%. Oleh karena itu, berdasarkan analisis
tabel diatas dapat dikatakan bahwa
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 pada PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture adalah sangat baik
Penyajian Data untuk Variabel Y
(Kinerja)
1. Uji Validitas Variabel Y (Kinerja)
Tabel 27
Uji Validitas Variabel Y (Kinerja)
Korelasi
Antara
Nilai
Korelasi (r)
Keterangan
Item no.1 0,855 Valid
Jurnal Bisnis Corporate | 121
dengan total
Item no.2
dengan total
0,762 Valid
Item no.3
dengan total
0,845 Valid
Item no.4
dengan total
0,857 Valid
Item no.5
dengan total
0,845 Valid
Item no.6
dengan total
0,817 Valid
Item no.7
dengan total
0,845 Valid
Item no.8
dengan total
0,651 Valid
Korelasi
Antara
Nilai
Korelasi (r)
Keterangan
Item no.9
dengan total
0,7 Valid
Item no.10
dengan total
0,674 Valid
Item no.11
dengan total
0,777 Valid
Item no.12 0,762 Valid
dengan total
Item no.13
dengan total
0,803 Valid
Item no.14
dengan total
0,857 Valid
Item no.15
dengan total
0,803 Valid
Item no.16
dengan total
0,817 Valid
Item no.17
dengan total
0,855 Valid
Item no.18
dengan total
0,817 Valid
Item no.19
dengan total
0,851 Valid
Item no.20
dengan total
0,777 Valid
Item no.21
dengan total
0,851 Valid
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Sama halnya dengan pengujian
validitas instrumen kuisioner variabel X,
berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
semua item kuisioner variabel Y yang diuji
adalah valid, karena r hitung masing-masing
item lebih besar dari r tabel sebesar 0,632.
Dengan begitu, seluruh item kuisioner
variabel Y dapat dilanjutkan untuk diuji
reliabilitasnya.
Jurnal Bisnis Corporate | 122
2. Uji Reliabilitas Variabel Y
(Kinerja)
Tabel 28
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y
(Kinerja)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.972 21
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Untuk pengujian reliabilitas terhadap
item kuisioner yang valid didapatkan hasil
sebesar 0,972 dan lebih besar dari 0,6,
sehingga dapat disimpulkan item kuisioner
variabel Y dalam penelitian ini reliabel.
Dengan begitu, seluruh item kuisioner dapat
digunakan dan dilanjutkan untuk disebar
kepada 70 responden.
3. Skor Hasil Penyebaran Kuesioner
Variabel Y (Kinerja) Setelah kuisioner disebarkan, data
jawaban kuisioner yang didapat kemudian
dipersentasekan untuk masing-masing
kategori jawaban. Setiap jawaban dihitung
persentasenya dan dirata-ratakan untuk
mendapatkan skor dari masing-masing item
pertanyaan yang kemudian akan diukur
kriteria persentasenya.
Tabel 29
Selalu Mengerjakan Pekerjaan dengan
Teliti
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu selalu mengerjakan pekerjaan
dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.
Sebanyak 55,7% responden menyatakan
sangat setuju dan 44,3% responden
menyatakan setuju bahwa mereka selalu
mengerjakan pekerjaan dengan teliti agar
tidak terjadi kesalahan. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka selalu mengerjakan pekerjaan
dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.
Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai
memiliki kesadaran untuk teliti didalam
mengerjakan pekerjaannya untuk
menghindari terjadinya kesalahan.
Tabel 30
Apabila Melakukan Kesalahan, Akan
Segera Memperbaiki Kesalahan Tersebut
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
41
29
0
0
58,6
41,4
0
0
164
87
0
0
Total 70 100% 251
Keterangan
Jumlah
F Persenta
se (%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
39
31
0
0
55,7
44,3
0
0
156
93
0
0
Total 70 100% 249
Jurnal Bisnis Corporate | 123
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Apabila Bapak/Ibu melakukan kesalahan,
Bapak/Ibu akan segera memperbaiki
kesalahan tersebut. Sebanyak 58,6%
responden menyatakan sangat setuju dan
41,4% responden menyatakan setuju bahwa
Apabila mereka melakukan kesalahan,
mereka akan segera memperbaiki kesalahan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan sangat setuju bahwa Apabila
mereka melakukan kesalahan, mereka akan
segera memperbaiki kesalahan tersebut. Hal
ini menunjukkan bahwa para pegawai
memiliki kesadaran akan tanggung jawab
didalam mengerjakan pekerjaannya.
Tabel 31
Selalu Jujur dalam Mengerjakan
Pekerjaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
44
24
2
0
62,9
34,3
2,9
0
176
72
4
0
Total 70 100% 252
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu selalu jujur dalam mengerjakan
pekerjaan. Sebanyak 62,9% responden
menyatakan sangat setuju dan 34,3%
responden menyatakan setuju bahwa mereka
selalu jujur dalam mengerjakan pekerjaan,
sedangkan sebanyak 2,9% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan sangat setuju bahwa mereka
selalu jujur dalam mengerjakan pekerjaan.
Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai
memiliki kejujuran didalam mengerjakan
pekerjaannya.
Tabel 32
Tidak Pernah Memalsukan Data atau
Informasi Berkaitan dengan Pekerjaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
41
28
1
0
58,6
40
1,4
0
164
84
2
0
Jurnal Bisnis Corporate | 124
Total 70 100% 250
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu tidak pernah memalsukan data
atau informasi berkaitan dengan pekerjaan
Bapak/Ibu. Sebanyak 58,6% responden
menyatakan sangat setuju dan 40%
responden menyatakan setuju bahwa mereka
tidak pernah memalsukan data atau
informasi berkaitan dengan pekerjaan
mereka, sedangkan sebanyak 1,4%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka tidak pernah memalsukan data atau
informasi berkaitan dengan pekerjaan
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa para
pegawai memiliki kejujuran didalam
mengerjakan pekerjaannya.
Tabel 33
Mengerjakan Pekerjaan atas Kesadaran
Sendiri
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
40
30
0
0
57,1
42,9
0
0
160
90
0
0
Total 70 100% 250
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu mengerjakan pekerjaan
Bapak/Ibu atas kesadaran sendiri, tanpa
harus menunggu perintah dari atasan.
Sebanyak 57,1% responden menyatakan
sangat setuju dan 42,9% responden
menyatakan setuju bahwa mereka
mengerjakan pekerjaan atas kesadaran
sendiri, tanpa harus menunggu perintah dari
atasan. Artinya, mayoritas responden
menyatakan sangat setuju bahwa mereka
mengerjakan pekerjaan atas kesadaran
sendiri, tanpa harus menunggu perintah dari
atasan. Hal ini menunjukkan bahwa para
pegawai memiliki inisiatif didalam
mengerjakan pekerjaannya.
Tabel 34
Senang Memberikan Masukan Kepada
Atasan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
32
36
2
0
45,7
51,4
2,9
0
128
108
4
0
Jurnal Bisnis Corporate | 125
Setuju
Total 70 100% 240
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu senang memberikan masukan
kepada atasan untuk penyelesaian tugas.
Sebanyak 45,7% responden menyatakan
sangat setuju dan 51,4% responden
menyatakan setuju bahwa mereka senang
memberikan masukan kepada atasan untuk
penyelesaian tugas, sedangkan sebanyak
2,9% responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan setuju
bahwa mereka senang memberikan masukan
kepada atasan untuk penyelesaian tugas. Hal
ini menunjukkan bahwa para pegawai
memiliki inisiatif didalam mengerjakan
pekerjaannya.
Tabel 35
Selalu Hadir Tepat Waktu
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
40
29
1
0
57,1
41,4
1,4
0
160
87
2
0
Total 70 100% 249
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu selalu hadir tepat waktu.
Sebanyak 57,1% responden menyatakan
sangat setuju dan 41,4% responden
menyatakan setuju bahwa mereka selalu
hadir tepat waktu, sedangkan sebanyak 1,4%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka selalu hadir tepat waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai sangat
memperhatikan kehadiran ditempat kerja.
Tabel 36
Tidak Pernah Meninggalkan Kantor
Ditengah Jam Kerja
Keterangan
Jumlah
F Persentase Skor
Jurnal Bisnis Corporate | 126
(%)
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
34
31
5
0
48,6
44,3
7,1
0
136
93
10
0
Total 70 100% 239
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu tidak pernah meninggalkan
kantor ditengah jam kerja untuk keperluan
diluar pekerjaan. Sebanyak 48,6%
responden menyatakan sangat setuju dan
44,3% responden menyatakan setuju bahwa
mereka tidak pernah meninggalkan kantor
ditengah jam kerja untuk keperluan diluar
pekerjaan, sedangkan sebanyak 7,1%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka tidak pernah meninggalkan kantor
ditengah jam kerja untuk keperluan diluar
pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa para
pegawai sangat memperhatikan kehadiran
ditempat kerja.
Tabel 37
Tidak Pernah Pulang Sebelum Jam
Kantor Berakhir
Jumlah
Keterangan F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
37
29
3
1
52,9
41,4
4,3
1,4
148
87
6
1
Total 70 100% 242
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu tidak pernah pulang sebelum jam
kantor berakhir. Sebanyak 52,9% responden
menyatakan sangat setuju dan 41,4%
responden menyatakan setuju bahwa mereka
tidak pernah pulang sebelum jam kantor
berakhir, sedangkan sebanyak 4,3%
responden menyatakan tidak setuju dan
1,4% responden menyatakan sangat tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa mereka tidak pernah pulang
sebelum jam kantor berakhir. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai sangat
memperhatikan kehadiran ditempat kerja.
Tabel 38
Selalu Bersemangat dalam Mengerjakan
Pekerjaan
Jumlah
Jurnal Bisnis Corporate | 127
Keterangan F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat
Setuju
b. Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat
Tidak Setuju
37
33
0
0
52,9
47,1
0
0
148
99
0
0
Total 70 100% 247
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu selalu bersemangat dalam
mengerjakan pekerjaan. Sebanyak 52,9%
responden menyatakan sangat setuju dan
47,1% responden menyatakan setuju bahwa
mereka selalu bersemangat dalam
mengerjakan pekerjaan. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka selalu bersemangat dalam
mengerjakan pekerjaan. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki
sikap yang baik dalam bekerja.
Tabel 39
Selalu Berusaha untuk Meningkatkan
Kinerja
Jumlah
Keterangan F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat Setuju
b. Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
48
21
1
0
68,6
30
1,4
0
192
63
2
0
Total 70 100% 257
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu selalu berusaha untuk
meningkatkan kinerja Bapak/Ibu. Sebanyak
68,9% responden menyatakan sangat setuju
dan 30% responden menyatakan setuju
bahwa mereka selalu berusaha untuk
meningkatkan kinerja mereka, sedangkan
sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa mereka selalu berusaha untuk
meningkatkan kinerja mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki
sikap yang baik dalam bekerja.
Tabel 40
Selalu Menghargai Atasan
Jumlah
Jurnal Bisnis Corporate | 128
Keterangan F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat
Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
47
23
0
0
67,1
32,9
0
0
188
69
0
0
Total 70 100% 257
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu selalu menghargai atasan.
Sebanyak 67,1% responden menyatakan
sangat setuju dan 32,9% responden
menyatakan setuju bahwa mereka selalu
menghargai atasan. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka selalu menghargai atasan. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki
sikap yang baik dalam bekerja.
Tabel 41
Dapat Bekerja Sama dengan Pegawai
Lainnya di Perusahaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
40
30
0
0
57,1
42,9
0
0
160
90
0
0
Total 70 100% 250
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu dapat bekerja sama dengan
pegawai lainnya di perusahaan. Sebanyak
57,1% responden menyatakan sangat setuju
dan 42,9% responden menyatakan setuju
bahwa mereka dapat bekerja sama dengan
pegawai lainnya di perusahaan. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa mereka dapat bekerja sama
dengan pegawai lainnya di perusahaan. Hal
ini menunjukkan bahwa para pegawai
memiliki kerjasama yang baik dalam
bekerja.
Tabel 42
Dapat Diandalkan untuk Mengerjakan
Pekerjaan-Pekerjaan Penting
Jurnal Bisnis Corporate | 129
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
36
33
1
0
51,4
47,1
1,4
0
144
99
2
0
Total 70 100% 245
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu dapat diandalkan untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan penting
dengan tanggung jawab yang besar.
Sebanyak 51,4% responden menyatakan
sangat setuju dan 47,1% responden
menyatakan setuju bahwa mereka dapat
diandalkan untuk mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan penting dengan tanggung jawab
yang besar, sedangkan sebanyak 1,4%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka dapat diandalkan untuk mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan penting dengan
tanggung jawab yang besar. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai memiliki
pengetahuan tentang pekerjaan yang baik
dalam bekerja.
Tabel 43
Dapat Diandalkan untuk Membuat
Keputusan Penting di Perusahaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
31
36
3
0
44,3
51,4
4,3
0
124
108
6
0
Total 70 100% 238
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu dapat diandalkan untuk membuat
keputusan penting di perusahaan. Sebanyak
44,3% responden menyatakan sangat setuju
dan 51,4% responden menyatakan setuju
bahwa mereka dapat diandalkan untuk
membuat keputusan penting di perusahaan,
sedangkan sebanyak 4,3% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa mereka dapat
diandalkan untuk membuat keputusan
penting di perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa para pegawai memiliki pengetahuan
tentang pekerjaan yang baik dalam bekerja.
Tabel 44
Memahami dengan Jelas Ruang Lingkup
Pekerjaan
Jurnal Bisnis Corporate | 130
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
36
32
1
1
51,4
45,7
1,4
1,4
144
96
2
1
Total 70 100% 243
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu memahami dengan jelas ruang
lingkup pekerjaan Bapak/Ibu. Sebanyak
51,4% responden menyatakan sangat setuju
dan 45,7% responden menyatakan setuju
bahwa mereka memahami dengan jelas
ruang lingkup pekerjaan mereka, sedangkan
sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak
setuju dan 1,4% responden menyatakan
sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan sangat setuju bahwa mereka
memahami dengan jelas ruang lingkup
pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa para pegawai memiliki pengetahuan
tentang pekerjaan yang baik dalam bekerja.
Tabel 45
Bapak/Ibu Mengerti Apa yang Harus
Dikerjakan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
41
28
1
0
58,6
40
1,4
0
164
84
2
0
Total 70 100% 250
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu tahu dan mengerti apa yang harus
Bapak/Ibu kerjakan. Sebanyak 58,6%
responden menyatakan sangat setuju dan
40% responden menyatakan setuju bahwa
mereka tahu dan mengerti apa yang harus
mereka kerjakan, sedangkan sebanyak 1,4%
responden menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka tahu dan mengerti apa yang harus
mereka kerjakan. Hal ini menunjukkan
bahwa para pegawai memiliki pengetahuan
tentang pekerjaan yang baik dalam bekerja.
Tabel 46
Bertanggung Jawab Atas Apa yang
Dikerjakan
Jurnal Bisnis Corporate | 131
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat Setuju
b. Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
45
25
0
0
64,3
35,7
0
0
180
75
0
0
Total 70 100% 255
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu bertanggung jawab atas apa yang
Bapak/Ibu kerjakan. Sebanyak 64,3%
responden menyatakan sangat setuju dan
35,7% responden menyatakan setuju bahwa
mereka bertanggung jawab atas apa yang
mereka kerjakan. Artinya, mayoritas
responden menyatakan sangat setuju bahwa
mereka bertanggung jawab atas apa yang
mereka kerjakan. Hal ini menunjukkan
bahwa para pegawai memiliki rasa tanggung
jawab yang baik dalam bekerja.
Tabel 47
Memaksimalkan Waktu Kerja yang Ada
untuk Menyelesaikan Pekerjaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat
Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat
Tidak Setuju
43
26
1
0
61,4
37,1
1,4
0
172
78
2
0
Total 70 100% 252
(Sumber: Hasil Penelitian 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu memaksimalkan waktu kerja
yang ada untuk menyelesaikan pekerjaan
Bapak/Ibu. Sebanyak 61,4% responden
menyatakan sangat setuju dan 37,1%
responden menyatakan setuju bahwa mereka
memaksimalkan waktu kerja yang ada untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka, sedangkan
sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa mereka memaksimalkan waktu
kerja yang ada untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa para pegawai memanfaatkan waktu
kerja dengan baik selama bekerja.
Tabel 48
Mengerjakan Pekerjaan dengan Tepat
Waktu
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak
Setuju
32
36
2
0
45,7
51,4
2,9
0
128
108
4
0
Total 70 100% 240
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu mengerjakan pekerjaan dengan
tepat waktu. Sebanyak 45,7% responden
menyatakan sangat setuju dan 51,4%
Jurnal Bisnis Corporate | 132
responden menyatakan setuju bahwa mereka
mengerjakan pekerjaan dengan tepat waktu,
sedangkan sebanyak 2,9% responden
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan
tersebut. Artinya, mayoritas responden
menyatakan setuju bahwa mereka
mengerjakan pekerjaan dengan tepat waktu.
Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai
memanfaatkan waktu kerja dengan baik
selama bekerja.
Tabel 49
Bapak/Ibu Lebih Banyak Menggunakan
Waktu Kerja untuk Melakukan
Pekerjaan
Keterangan
Jumlah
F Persentase
(%)
Skor
a.Sangat Setuju
b. Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat Tidak
Setuju
39
30
1
0
55,7
42,9
1,4
0
156
90
2
0
Total 70 100% 248
(Sumber: Hasil Penelitian )
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
tanggapan responden mengenai pernyataan
Bapak/Ibu lebih banyak menggunakan
waktu kerja Bapak/Ibu untuk melakukan
pekerjaan daripada melakukan hal-hal diluar
kepentingan pekerjaan. Sebanyak 55,7%
responden menyatakan sangat setuju dan
42,9% responden menyatakan setuju bahwa
mereka lebih banyak menggunakan waktu
kerja mereka untuk melakukan pekerjaan
daripada melakukan hal-hal diluar
kepentingan pekerjaan, sedangkan sebanyak
1,4% responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Artinya,
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju bahwa mereka lebih banyak
menggunakan waktu kerja mereka untuk
melakukan pekerjaan daripada melakukan
hal-hal diluar kepentingan pekerjaan. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai
memanfaatkan waktu kerja dengan baik
selama bekerja.
4. Penjumlahan Skor Tanggapan
Responden mengenai Variabel Y
(Kinerja)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
jumlah skor tanggapan responden mengenai
variabel Y (Kinerja) adalah sebesar 71,4%
atau dapat dikategorikan baik, karena berada
dalam kriteria diantara 68,01% hingga 84%.
Oleh karena itu, berdasarkan analisis tabel
diatas dapat dikatakan bahwa kinerja
pegawai pada PT Asia Sakti Wahid Foods
Manufacture adalah baik.
Jurnal Bisnis Corporate | 133
D. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan penulis, maka didapatkan
kesimpulan bahwa penerapan sistem
manajemen mutu pada PT Asia Sakti Wahid
Foods Manufacture Medan tergolong dalam
kategori sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari
jumlah skor tanggapan responden mengenai
variabel X (Sistem Manajemen Mutu)
sebesar 86,8% yang berada dalam kategori
sangat baik, yaitu antara 84,01% hingga
100%.
Kinerja pegawai pada PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture Medan tergolong
dalam kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari
jumlah skor tanggapan responden mengenai
variabel Y (kinerja) sebesar 71,4% yang
berada dalam kategori baik, yaitu antara
68,01% hingga 84%.
Terdapat pengaruh antara penerapan
Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008)
terhadap kinerja pegawai pada PT Asia Sakti
Wahid Foods Manufacture Medan. Sebesar
18,2% kinerja dipengaruhi oleh penerapan
Sistem Manajemen Mutu, sementara 81,8%
sisanya dipengaruhi oleh variasi variabel
lain yang tidak termasuk dalam penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Agung, Gusti Ngurah. 2011. Manajemen
Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Atosokhi, Antonius, dkk. 2005. Character
Building IV Relasi dengan Dunia.
Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Fahmi, Irham. 2007. Manajemen Kinerja
Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta
Gaspersz, V. 2001. ISO 9001 : 2000 and
continual quality improvement.
Gramedia: Jakarta.
Hadiwiardjo, Bambang H. dan
Sulistijarningsih Wibisono. 2000.
Memasuki Pasar Internasional
dengan ISO 9000 Sistem Manajemen
Mutu. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi
Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-
Ilmu Bisnis. Medan : M2000.
Lukiastuti, Fitri dan Muliawan Hamdani.
2012. Statistik Non Parametris.
Yogyakarta : Caps.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009.
Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT
Refika
Aditama.
Mathis, Robert L. Dan John H. Jackson.
2002. Human Resource
Managament. Jakarta : Salemba
Empat.
Coefficientsa
Model
Unstandardi
zed
Coefficients
Stand
ardize
d
Coeffi
cients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Const
ant)
37.23
8 2.997
12.42
4 .087
Sistem
Manaj
emen
Mutu
.169 .049 .385 3.437 .096
a. Dependent
Variable:
AbsRes
Jurnal Bisnis Corporate | 134
Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja
Berbasis Kompetensi. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen
Sumber Daya Manusia Aplikasi &
Contoh Perhitungannya. Jakarta: Agung
Media.
Pella, Darmin Ahmad dan Afifah Inayati.
2011. Talent Management. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru
tentang Manajemen Mutu Terpadu
Abad 21. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Resmiatin, Titin, dkk. 2010. Handbook SNI:
Sistem Manajemen Mutu. Jakarta :
BSN.
Siegel, Sidney. 1992. Statistik
Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Simanjuntak, Pajaman J. 2005. Manajemen
dan Evaluasi Kinerja. Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung : CV Alfabeta.
Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah.
2003. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sunu, Pramudya. 1999. Peran SDM dalam
Penerapan ISO 9000. Jakarta :
Grasindo.
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi
dan Uji Hipotesis. Yogyakarta :
MedPress.
Tatang M. Amirin dkk. 2011. Populasi dan
Sampel Penelitian. Yogyakarta:
UNY Press.
Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tim penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Tunggal, Amin Widjaja. 1998. Manajemen
Mutu Terpadu. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian
untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Jurnal, Skripsi, dan Tesis :
Lestari, Indriana. 2012. Pengaruh Sistem
Penjaminan Mutu Internal dan
Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 terhadap Kinerja
Universitas Katolik Indonesia Atma
Jaya Jakarta.
Maulana, Arief. 2011. Analisis Penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 pada Kantor Manajemen
Mutu Institut Pertanian Bogor.
Purwaningsih, Okti. 2013. Pengaruh Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Terhadap Pembelajaran PAI di
SMAN 1 Bantul.
Riswanti, Irma. 2013. Pengaruh Penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 terhadap Kualitas
Kinerja Mengajar Widyaiswara di
Badan Pendidikan dan Pelatihan
Daerah Provinsi Jawa Barat.
Supriyadi, Eko dan Sumarjo H. 2012.
Pengaruh Penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008
terhadap Kinerja Guru di SMK
Negeri 1 Sedayu Bantul.
Website :
http://www.iso.org
Top Related