8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
1/29
Makalah Tutorial
Dysfunctional Uterine Bleeding
disusun oleh :
Tutorial B3Tutor : dr. Pertiwi Sudomo
Ita Rosita 1310211064Fathya Auliannisa 1310211065Inas Amalia 1310211075
Ariestia Puspita Husin 1310211078
Farah Nurul Diniyati 1310211097
Nurina Mutia Farah 1310211101
Nabilah Armalia Iffah 1310211109
Rudolf Noer Addien Binanda 1310211120
Fadhil Wiryawan 1310211200
Astri Dwi Hartari 1310211202
Riga Medina 1310211088
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
2/29
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Kasus dalam penulisan makalah ini ialah
mengenai Dysfunctional Uterine Bleeding.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Pertiwi selaku tutor kelompok B3 atas segala
perhatian, bimbingan dan arahannya dalam proses belajar setiap harinya di kelas tutorial.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan untuk teman-teman tutorial B3 yang saling
membantu satu sama lain dalam penyelesaian makalah tutorial ini.
Di dalam tugas makalah ini, dibahas lebih dalam mengenai Pubertas, Gangguan siklus
haid, Siklus haid normal dan Pembahasan penyakit yang terkait. Dalam penulisan makalahtutorial, kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami menerima
baik kritik maupun saran yang sifatnya membangun. Terima kasih.
Jakarta, Mei 2016
Tutorial B3
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
3/29
BAB I
KASUS
Ny. F, 52 tahun datang ke Poliklinik membawa anaknya Nn. J, 18 tahun, seorang mahasiswi
dengan keluhan menstruasi yang banyak dan lama 2 bulan ini. Keluhan ini baru dirasakan
saat ini. Belum pernah berhubungan seksual. Nn. J mengaku tidak merokok dan
mengkonsumsi alkohol, serta tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun termasuk obat diet.
Saat ini Nn. J mengaku sedang stress karena menghadapi ujian akhir semester di kampusnya.
Nn. J tidak menderita penyakit hati, tidak pernah mengeluh perdarahan. Tidak pernah sakit
pada kelenjar gondok. Riwayat Menstruasi : menarche usia 13 tahun, siklus teratur
RPD : tidak ada, RPK : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
BB : 70 kg, TB : 155 cm
Tanda vital : dalam batas normal
Pemeriksaan Umum :
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Telinga, hidung, tenggorok, mulut : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada kelainan
Thoraks
Jantung: tidak ada kelainan
Paru-paru: tidak ada kelainan
Payudara : tidak ada kelainan
Abdomen: tidak ada kelainan
Pemeriksaan Bimanual per rektal : tidak ada kelainan
Anda menyarankan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium darah dan USG
Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb: 10 gr/dl
Leukosit: 7.000/mm3
Trombosit: 250.000 sel/mm3
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
4/29
Hematokrit : 30 gr%
TSH : normal
Prolaktin : normal
Estrogen : meningkat
Progestron : menurun
Pemeriksaan USG trans abdominal : uterus besar normal, bentuk normal, endometrium line
menebal, adneksa tidak ada kelainan.
Anda memberikan terapi :
Terapi non farmakologis :
- Diet tinggi Fe, Vit B12, asam folat
Terapi non farmakologis :
- Pil KB jenis kombinasi 2x1 tab selama 2 – 3 hari dilanjutkan 1x1 selama 21 hari,
kontrol ulang jika masih ada perdarahan
- Tablet Fe dan Supplemen Vitamin
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
5/29
I.1 TATALAKSANA KASUS
Diet Fe
• Fungsi : pembentuk hemoglobin dalam sel darah merah
• Dosis : gadis 12-16 tahun -> 21,4 mg/hari
Wanita dewasa usia subur 18,9 mg/hari
• Sumber : daging merah, kuning telur, sayuran hijau, kacang-kacangan
Vitamin B12
• Fungsi : pembentukan sel darah merah, fungsi neurologik dan sintesis DNA
• Sumber : ikan, kerang-kerangan, telur, daging, produk olahan susu.
Asam Folat
• Fungsi : produksi sel darah merah dan mencegah anemia
• Sumber : sayur berdaun hijau, brokoli, jeruk, alpukat, jagung, tomat, wortel
Pil KB
• kombinasi 2x1 tab selama 2-3 hari, dilanjutkan 1x1 selama 21 hari
• Fungsi : menekan keluarnya sel telur (ovulasi)
• Jenis :
- Monofasik : pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yg sama, serta 7 tablet tanpa hormon aktif
- Bifasik : pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam 2 dosis berbeda, serta 7 tablet tanpa hormon aktif
- Trifasik : pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam 3 dosis berbeda, serta 7 tablet tanpa hormon aktif
• Efek samping : dalam 3 siklus pertama ada kemungkinan tejadi Mual; rasa tidak enak
di payudara; pendarahan antara dua haid atau breakthrough bleeding; pusing; sakit
kepala; penamabahan berat badan; jerawat.
• Kontra indikasi : Hamil,menyusui eksklusif, perdarahan pervaginaan yang belum
diketahui penyebabnya, hepatitis, riwayat penyakit jantung, stroke, atau hipertensi,
riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM > 20 thn, riwayat epilepsi
Keuntungan :
• Efektivitas tinggi
• Risiko terhadap kesehatan kecil
• Siklus haid jadi teratur, darah yang keluar berkurang, tidak nyeri haid
• Dapat digunakan sejak remaja sampe menopause
• Mudah dihentikan setiap saat
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
6/29
• Kesuburan segera kembali setelah penghentian
Kerugian :
• Mahal
• Mual, terutama 3 bulan pertama
• Berat badan naik
• Dapat menimbulkan depresi, gangguan suasana hati
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
7/29
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi
wanita bagian luar yang terletak di perineum. Alat genitalia wanita bagian luar
1. MonsPubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu
melakukan hubungan seks.
2. Labia mayor
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang abiamayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua
bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri
dari:
a. Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
b. Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak).
3. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris
dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
4. Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
8/29
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog
dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5. VestibulumMerupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
6. PeriniumMerupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
7. Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir
meningkat.
8. Himen
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di
keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
9. Fourchette Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuanujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis
tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
II.2 Alat genitalia wanita bagian dalam
1. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding
posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung
kemih. Vagina merupakan saluran muskulo- membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu
dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
9/29
menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam
vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat
yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel
dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus
dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu
persalinan.
2. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis
minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua
pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-
anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan
otot, dan endometrium.
3. Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan d) pembuluh darah limfe
dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
4. Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
10/29
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan
5. Lapisanotot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan
tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian
perdarahan dapat terhenti
6. Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
7. Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangipergerakanuteruskekanandankekiri
(3) Tempatmasuknyapembuluhdarahmenujuuterus
8. Ligamentum sacro uterinum Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
9. Ligamentum vesika uterinum
(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
10. Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral
dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium
membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi
dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
11. Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
11/29
parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
pertemuan ligamentum sakro uterinum.
12. Tuba Fallopi Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke
arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
13. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga
lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
(Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)
II.3 Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,
2004). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks
yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
12/29
merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan
terjadi secara simultan.
II.4 Fisiologis Siklus Menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi (Bobak, 2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan
progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang
mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogenovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap
perkembangan dan pemeliharaan organ- organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual
sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam
perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga
penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi.
Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang
merupakan membran mukosa yang melapi uterus kehamilan sekresi progesteron berperan
penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan
endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen
terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec,
2001). Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen
yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan
terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan
berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini
dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar
6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).
II.5 Bagian-bagian Siklus Menstruasi
Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
13/29
1. Siklus Endomentrium Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari
empat fase, yaitu :
a.Fasemenstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
b.FaseproliferasiFase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium.
c.Fasesekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
d.Faseiskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
14/29
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel.
Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum
ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit maturdan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus
luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah
ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila
tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun.
Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya
luruh.
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah
ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising
hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel
stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf
ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn- RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing
hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari
siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa
ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi.
II.6 Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
15/29
Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam
siklus menstruasi antara lain:
1. Faktor enzim Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya
enzim- enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan
glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut
berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan
stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis
mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas
pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke
stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi
kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar
progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan
dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium
dan perdarahan.
2. Faktor vaskuler Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem
vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan
endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi
endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin Endometrium mengandung banyak endometrium,
prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai
suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
II. 7 Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB)
Pengertian
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi,
karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (hipotalamus-hipofisis-ovarium-
endometrium), tanpa kelainan organ.3 Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi
yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan
atau gangguan perdarahan umum.2
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
16/29
Siklus Menstruasi Normal
Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari endometrium yang
kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi kompleks
antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus
menstruasi.2 Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 2-7
hari. Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya
berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.3
Patogenesis dan Patologis
Patologi DUB bervariasi. Gambaran penting salah satu kelompok DUB adalah
gangguan aksis hipotalamus – pituitari – ovarium sehingga menimbulkan siklus anovulatorik.
Kurangnya progesteron meningkatkan stimulasi esterogen terhadap endometrium.
Endometrium yang tebal berlebihan tanpa pengaruh progestogen, tidak stabil dan terjadi
pelepasan irreguler. Secara umum, semakin lama anovulasi maka semakin besar resiko
perdarahan yang berlebihan. Ini adalah bentuk DUB yang paling sering ditemukan pada gadis
remaja.2
Korpus luteum defektif yang terjadi setelah ovulasi dapat menimbulkan DUB
ovulatori. Hal ini menyebabkan stabilisasi endometrium yang tidak adekuat, yang kemudian
lepas secara irreguler. Pelepasan yang irreguler ini terjadi jika terdapat korpus luteum
persisten dimana dukungan progestogenik tidak menurun setelah 14 hari sebagaimana
normalnya, tetapi terus berlanjut diluar periode tersebut. Ini disebut DUB ovulatori.2
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel
telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita
premenopause (folikel persisten). Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan
rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.3
Pada siklus ovulasi
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan
dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen,
sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
Ovulasi abnormal ( DUB ovulatori ) terjadi pada 15 – 20 % pasien DUB dan mereka
memiliki endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya intermitten
jika tidak reguler. Pasien ovulatori dengan perdarahan abnormal lebih sering memiliki
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
17/29
patologi organik yang mendasari, dengan demikian mereka bukan pasien DUB sejati menurut
definisi tersebut. Secara umum, DUB ovulatori sulit untuk diobati secara medis.2
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi.
Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan
hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan
berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang
memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang
rapuh.3
Anovulasi kronik adalah penyebab DUB yang paling sering. Keadaan anovulasi
kronik akibat stimulasi esterogen terhadap endometrium terus menerus yang menimbulkna
pelepasan irreguler dan perdarahan. Anovulasi sering terjadi pada gadis perimenarche.
Stimulasi esterogen yang lama dapat menimbulkan pertumbuhan endometrium yang melebihi
suplai darahnya dan terjadi perkembangan kelenjar, stroma, dan pembuluh darah
endometrium yang tidak sinkron. Setiap kegagalan produksi progesteron juga dapat
mempengaruhi kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium. Kegagalan produksi
progesteron disebabkan berbagai etiologi endokrin seperti penyakit thiroid,
hiperprolaktinemia, dan tumor ovarium yang menghasilkan hormon, penyakit Cushing, dan
yang paling penting adalah sindroma ovarium polikistik atau sindroma Stein – Leventhal.2
Gejala Klinik
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.
Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami
menstruasi) atau masa pre-menopause.3
Pada siklus ovulasi
Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga
spotting atau perdarahan yang terus menerus.2
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsionalndengan
siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak
teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan
basal dapat menolong.
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
18/29
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa
ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologi :
1. korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau
polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya
didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus
4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru
sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan.3
Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang
pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah
pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliperatif
dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada saat
kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar . 1
Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas dan masa
pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan tidak normal
disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan
akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada
wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan
lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa
lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar. Sedangkan pada
wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur
mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
19/29
Faktor Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum
diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim
disfungsional, antara lain :
• Kegemukan (obesitas)
• Faktor kejiwaan
• Alat kontrasepsi hormonal3
• Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
• Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:
trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing
Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain
• Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi,
kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain-lain.
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan
pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka
penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus
diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.
Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan
berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih
cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak
teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.3
Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum (
> 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang
dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi.
Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus genitalia, terkadang
menimbulkan kesulitan karena tergantung pada apa yang dianggap sebagai penyakit organik,
dan tergantung pada sejauh mana penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
traktus genitalia.
Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami
karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan
keharusan. Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
20/29
penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma
endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan
sampel endometrium penting dilakukan.
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,
Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan
jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak
teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan
harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus
genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus
abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi
lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
Pengobatan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
Kuret (curettage).
Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak bagi wanita menikah
tapi “belum sempat berhubungan intim”.
O b a t (medikamentosa)
1. Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik)
yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
21/29
gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat
menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
• Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.
• Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)
• Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat
selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh
lebih 4 kali sehari.
Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai
perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif
endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan
fibrinogen dan agregasi trombosit.2
Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus
endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder
akibat depot progestogen ( Depo Provera ).2 Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan
dihentikan, perdarahan timbul lagi.1
2. Obat Kombinasi
Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif.
Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan
yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi
oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat
apakah telah timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi
kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan.
Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah banyak
selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan dengan menggunakan
kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap. Dua hingga empat pil
diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5 sampai 7 hari untuk
mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24
hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5
perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi selama 3
siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan.
Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3
kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
22/29
setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan
estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat
steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada
pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan.
Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat
mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase
untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia
intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita
hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.2
3. Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium.1
Obat untuk jenis ini, antara lain:
• Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari.
• Norethisteron: 3!1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
• Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular.1
4. OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan
Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari
sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya
dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik.
Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL )
dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling
tinggi.2
Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur
siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 2!1 tablet diminum
selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.
Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%.
Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4
kantong darah.3
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
23/29
Tabel 1. Strategi penatalaksanaan pada DUB
Tabel 2. Penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional pada remaja.
Ringan (Hemodinamik stabil, perdarahan ringan hingga sedang, hemoglobin >12 g/dl)
• Tenangkan pasien
• Kalender menstruasi
• Multivitamin dengan zat besi
• Evaluasi ulang dalam 3 bulan
• Terapi hormon bersifat pilihan
Usia (tahun) Dilatasi dan Kuretase
atau histeroskopi
Konservatif (hormon,
anti prostaglandin, atau
anti fibrinolitik)
Histerektomi
Di bawah 20 Jarang, hanya jika
perdarahan berat atau
tidak responsif
Selalu, jika perdarahan
berulang atau berat
Tidak pernah
20-39 (masih
ingin punya
anak)
Selalu, tetapi dapat
dihindari jika perdarahan
teratur dan biopsi serta
pemeriksaan normal
Upaya pertama setelah
dilatasi dan kuretase atau
histeroskopi
Jarang, hanya
jika
pengobatan
konservatif
gagal
40 dan lebih
(tidak ingin
punya anak)
Wajib pada seluruh kasus
tanpa penundaan
Temporer dan jika
menolak histerektomi,
menopause iminen
Upaya pertama
jika perdarahan
berulang
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
24/29
Sedang (Hemodinamik stabil, perdarahan sedang hingga berat, hemoglobin 10-12 g/dl)
• Progestin atau kontrasepsi oral 1/35 mg
• Satu pil setiap 6-12 jam selama 24-48 jam hingga perdarahan berhenti
• Turunkan hingga satu pil per hari menjelang hari ke-5, kemudian
• Mulai paket baru 28 hari
• Lanjutkan selama 3-6 bulan
• Suplementasi zat besi
• Kalender menstruasi
• Evaluasi ulang dalam 1-3 bulan.
Berat (Hemodinamik stabil, perdarahan berat, hemoglobin
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
25/29
Prognosis
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)
• Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan
angka kesembuhan hingga 90 %.
• Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati
dengan hasil baik.3
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
26/29
II. 8 Kelainan Jumlah Darah Dan Lamanya Perdarahan
HIPERMENOREA (MENORAGIA)
Menoragia atau hipermenorea ialah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal
atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) sehingga menyebabkan anemia defisiensi besi.
Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya ada mioma uteri, polip
endometrium,gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid. Pengobatan pada kasus
menoragia langsung kepada penyababnya.
Pemeriksaan
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium yang spesifik.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah lengkap, termasuk skrining koagulasi jika
diindikasikan dan kemungkinan tes fungsi tiroid. Tes ini mungkin sudah cukup untuk
menegakan diagnosis, tetapi jika wanita tersebut berusia di atas 35 tahun, lazim dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Tes tambahan tersebut adalah hiteroskopi dan biopsy endometrium,
sample endometrium, ultrasonografi transvaginal, dan kuretase diagnostic.
a. Histeroskopi
Histeroskopi merupakan suatu prosedur yang dapat dilakukan di tempat praktek dengan atau
tanpa anastesi local. Dapat di,lihat rongga uterus dan kelainannya, seperti polip endometrium,
atau dapat dideteksi mioma submukosa dan sering dapat pula sekaligus dibuang; dapatdilakukan pengambilan sample endometrium untuk pemeriksaan histologik.
b. Pengambilan sample (biopsi) endometrium
Pengambilan sample/biopsy endometrium dilakukan dengan memasukan kuret biopsy sempit
melalui serviks uteri untuk mendapatkan sample Epresentatif dari endometrium. Prosedur ini
dapat dilakukan di praktek dokter.
c. Ultrasonografi transvaginal
Prosedur ini merupakan suatu metode non-invasif untuk memotret rongga uterus. Metode
ini dapat mendeteksi mioma submukosa dan dapat mengukur luasnya endometrium.
d. Kuretase diagnostic
Prosedur ini bersifat invasive dan dilakukan dibawah anastesi umum. Pasien perlu masuk
ke rumah sakit selama sehari. Kuretase dilakukan diantara episode perdarahan. Seluruh
endometrium dikuret dan dikirimkan untuk pemeriksaan histologik. Metode ini telah
digantikan oleh histeroskopi dan pengambilan biopsy endometrium.
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
27/29
Diagnosis
Jika tidak ditemukan penyebab organic untuk menoragia, diagnosis perdarahan uterus
disfungsional dapat dibuat. Penyebab menoragia yang paling dekat adalah ada penurunan
vasokontriksi dan agregasi trombosit, karena itu sumbat hemostatik yang
menyumbatpembuluh darah endometrium kurang efektif untuk mencapai homeostasis.
Perubahan ini mungkin mencerminkan meningkatnya serkresi prostasiklin dan prostaglandin
E2 oleh endometrium. DUB lebih umum terjadi pada usia di bawah 19 tahun dan di atas 39
tahun.
HIPOMENOREA
Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan/ atau lebih kurang dari
biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya
sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain.
II. 9 Kelainan Siklus
POLIMENOREA (POLIMENORAGIA atau EPIMENORAGIA)
Pada polimenorea, siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).
Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Polimenorea dapat
disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi
pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis,
dan sebagainya.
OLIGOMENOREA
Disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih
dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea
biasanya berkurang. Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama,
perbedaanyya terletak dalam
tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan
fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih
panjang dari biasa.
AMENOREA
Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder.Pada amneore
primer, apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah dapat haid yang
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
28/29
disebabkan oleh kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Sedangkan pada
amenorea sekunder, penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi,
penyebabnya seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi,
dan lain-lain.
II. 10 PERDARAHAN BUKAN HAID (METRORAGIA / MENOMETRORAGIA)
Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini
menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia. Kedua jenis
perdarahan ini dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital (perdarahan dari
uterus, tuba, dan ovarium), atau oleh kelainan fungsional (Perdarahan disfungsional pada
masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium).
II. 11 GANGGUAN LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAID
DISMENOREA
Dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan
wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Gangguan ini bersifat
subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan
selama haid dan sering kali rasa mual, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa
hari.
Dismenorea dibagi atas:
1. Dismenorea primer (esensia, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan
kelainan ginekologik. Faktor penyebab dismenorea primer, yaitu faktor kejiwaan,
faktor konstitusi (anemia, dll).
2. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired), disebabkan oleh kelainan
ginekologik ( salpingitis kronika, adenomiosis uteri, endometriosis, dll).
8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding
29/29
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjoksastro, hanifa dkk, ILMU KANDUNGAN. Ed 2, Cet. 5. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.
2. Sherwood, Lauralee. Human of Physiology : From Cell To System 2nd Ed.
3. Obstetri Williams Edisi 21, Cunningham G.F.,..., 2006, EGC.
Top Related