DUB dysfunction uterine bleeding

download DUB dysfunction uterine bleeding

of 29

Transcript of DUB dysfunction uterine bleeding

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    1/29

    Makalah Tutorial

    Dysfunctional Uterine Bleeding

    disusun oleh :

    Tutorial B3Tutor : dr. Pertiwi Sudomo

    Ita Rosita 1310211064Fathya Auliannisa 1310211065Inas Amalia 1310211075

    Ariestia Puspita Husin 1310211078

    Farah Nurul Diniyati 1310211097

     Nurina Mutia Farah 1310211101

     Nabilah Armalia Iffah 1310211109

    Rudolf Noer Addien Binanda 1310211120

    Fadhil Wiryawan 1310211200

    Astri Dwi Hartari 1310211202

    Riga Medina 1310211088

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

     NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    2/29

    Kata Pengantar

    Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala karunia-

     Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Kasus dalam penulisan makalah ini ialah

    mengenai Dysfunctional Uterine Bleeding.

    Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Pertiwi selaku tutor kelompok B3 atas segala

     perhatian, bimbingan dan arahannya dalam proses belajar setiap harinya di kelas tutorial.

    Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan untuk teman-teman tutorial B3 yang saling

    membantu satu sama lain dalam penyelesaian makalah tutorial ini.

    Di dalam tugas makalah ini, dibahas lebih dalam mengenai Pubertas, Gangguan siklus

    haid, Siklus haid normal dan Pembahasan penyakit yang terkait. Dalam penulisan makalahtutorial, kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami menerima

     baik kritik maupun saran yang sifatnya membangun. Terima kasih.

    Jakarta, Mei 2016

    Tutorial B3

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    3/29

    BAB I

    KASUS

     Ny. F, 52 tahun datang ke Poliklinik membawa anaknya Nn. J, 18 tahun, seorang mahasiswi

    dengan keluhan menstruasi yang banyak dan lama 2 bulan ini. Keluhan ini baru dirasakan

    saat ini. Belum pernah berhubungan seksual. Nn. J mengaku tidak merokok dan

    mengkonsumsi alkohol, serta tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun termasuk obat diet.

    Saat ini Nn. J mengaku sedang stress karena menghadapi ujian akhir semester di kampusnya.

     Nn. J tidak menderita penyakit hati, tidak pernah mengeluh perdarahan. Tidak pernah sakit

     pada kelenjar gondok. Riwayat Menstruasi : menarche usia 13 tahun, siklus teratur

    RPD : tidak ada, RPK : tidak ada

    Pemeriksaan Fisik

    BB : 70 kg, TB : 155 cm

    Tanda vital : dalam batas normal

    Pemeriksaan Umum :

    Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

    Telinga, hidung, tenggorok, mulut : tidak ada kelainan

    Leher : tidak ada kelainan

    Thoraks

    Jantung: tidak ada kelainan

    Paru-paru: tidak ada kelainan

    Payudara : tidak ada kelainan

    Abdomen: tidak ada kelainan

    Pemeriksaan Bimanual per rektal : tidak ada kelainan

    Anda menyarankan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium darah dan USG 

    Pemeriksaan Penunjang

    Darah

    Hb: 10 gr/dl

    Leukosit: 7.000/mm3

    Trombosit: 250.000 sel/mm3

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    4/29

      Hematokrit : 30 gr%

    TSH : normal

    Prolaktin : normal

    Estrogen : meningkat

    Progestron : menurun

    Pemeriksaan USG trans abdominal : uterus besar normal, bentuk normal, endometrium line

    menebal, adneksa tidak ada kelainan.

    Anda memberikan terapi :

    Terapi non farmakologis :

    -  Diet tinggi Fe, Vit B12, asam folat

    Terapi non farmakologis :

    -  Pil KB jenis kombinasi 2x1 tab selama 2 – 3 hari dilanjutkan 1x1 selama 21 hari,

    kontrol ulang jika masih ada perdarahan

    -  Tablet Fe dan Supplemen Vitamin

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    5/29

    I.1 TATALAKSANA KASUS

    Diet Fe

    • Fungsi : pembentuk hemoglobin dalam sel darah merah

    • Dosis : gadis 12-16 tahun -> 21,4 mg/hari

    Wanita dewasa usia subur 18,9 mg/hari

    • Sumber : daging merah, kuning telur, sayuran hijau, kacang-kacangan

    Vitamin B12

    • Fungsi : pembentukan sel darah merah, fungsi neurologik dan sintesis DNA

    • Sumber : ikan, kerang-kerangan, telur, daging, produk olahan susu.

    Asam Folat

    • Fungsi : produksi sel darah merah dan mencegah anemia

    • Sumber : sayur berdaun hijau, brokoli, jeruk, alpukat, jagung, tomat, wortel

    Pil KB

    • kombinasi 2x1 tab selama 2-3 hari, dilanjutkan 1x1 selama 21 hari

    • Fungsi : menekan keluarnya sel telur (ovulasi)

    • Jenis :

    - Monofasik : pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

    estrogen/progestin dalam dosis yg sama, serta 7 tablet tanpa hormon aktif

    - Bifasik : pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

    estrogen/progestin dalam 2 dosis berbeda, serta 7 tablet tanpa hormon aktif

    - Trifasik : pil tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

    estrogen/progestin dalam 3 dosis berbeda, serta 7 tablet tanpa hormon aktif

    • Efek samping : dalam 3 siklus pertama ada kemungkinan tejadi Mual; rasa tidak enak

    di payudara; pendarahan antara dua haid atau breakthrough bleeding; pusing; sakit

    kepala; penamabahan berat badan; jerawat.

    • Kontra indikasi : Hamil,menyusui eksklusif, perdarahan pervaginaan yang belum

    diketahui penyebabnya, hepatitis, riwayat penyakit jantung, stroke, atau hipertensi,

    riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM > 20 thn, riwayat epilepsi

    Keuntungan :

    • Efektivitas tinggi

    • Risiko terhadap kesehatan kecil

    • Siklus haid jadi teratur, darah yang keluar berkurang, tidak nyeri haid

    • Dapat digunakan sejak remaja sampe menopause

    • Mudah dihentikan setiap saat

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    6/29

    • Kesuburan segera kembali setelah penghentian

    Kerugian :

    • Mahal

    • Mual, terutama 3 bulan pertama

    • Berat badan naik

    • Dapat menimbulkan depresi, gangguan suasana hati

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    7/29

     

    BAB II

    LANDASAN TEORI 

    II.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

    Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat

    reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi

    wanita bagian luar yang terletak di perineum. Alat genitalia wanita bagian luar

    1.  MonsPubis

    Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan

    simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa

    tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung

     banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu

    melakukan hubungan seks.

    2.  Labia mayor

    Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang abiamayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua

     bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri

    dari:

    a.  Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari

    rambut pada mons veneris.

     b.  Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung

    kelenjar sebasea (lemak).

    3.  Bibir kecil (labia minora)

    Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir

     besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris

    dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia

     biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan

    mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.

    4.  Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,

    dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    8/29

     pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog

    dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan

    meningkatkan ketegangan seksual.

    5.  VestibulumMerupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti

     perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.

    Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar

     paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah

    teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.

    6.  PeriniumMerupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus

    vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.

    7.  Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat

    rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir

    meningkat.

    8.  Himen

    Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah

    robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di

    keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.

    9.  Fourchette Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,

    terletak pada pertemuanujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis

    tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa

    navikularis terletak di antara fourchette dan himen.

    II.2 Alat genitalia wanita bagian dalam

    1.  Vagina

    Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu

    meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang

    dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding

     posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung

    kemih. Vagina merupakan saluran muskulo- membraneus yang

    menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan

    kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu

    dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang

    disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    9/29

    menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam

    vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat

    yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel

    dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu

    dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.

    Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus

    dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu

     persalinan.

    2.  Uterus

    Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung

    dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis

    minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk

    simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga

     bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua

     pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi

    kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.

    Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum

    sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk

    mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan

    ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-

    anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.

    Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan

    otot, dan endometrium.

    3.  Peritoneum

    a) Meliputi dinding rahim bagian luar

     b) Menutupi bagian luar uterus

    c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan d) pembuluh darah limfe

    dan urat saraf

    e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

    4.  Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya

     bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum

    anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis

    dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    10/29

    kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini

    akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan

    5.  Lapisanotot

    a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju

    ligamentum

     b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum

    c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan

    tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh

    darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan

    sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian

     perdarahan dapat terhenti

    6.  Ligamentum infundibulo pelvikum

    (1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul

    (2) Menggantung uterus ke dinding panggul

    (3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium

    7.  Ligamentum kardinale machenrod

    (1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul

    (2) Menghalangipergerakanuteruskekanandankekiri

    (3) Tempatmasuknyapembuluhdarahmenujuuterus

    8.  Ligamentum sacro uterinum Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale

    machenrod menuju os sacrum

    9.  Ligamentum vesika uterinum

    (1) Dari uterus menuju ke kandung kemih

    (2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti

     perkembangan uterus saat hamil dan persalinan

    10.  Pembuluh darah uterus

    a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral

    dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium

    membentuk arteri spinalis uteri

     b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi

    dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.

    11. Susunan saraf uterus

    Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    11/29

     parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada

     pertemuan ligamentum sakro uterinum.

    12. Tuba Fallopi Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara

    kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum

    mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke

    arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.

    13. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga

    lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.

    Tuba fallopi terdiri atas :

    1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari

    osteum internum tuba.

    2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan

     bagian yang paling sempit.

    3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.

    4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang

    disebut fimbriae tubae.

    Fungsi tuba fallopi :

    1)  Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.

    2)  Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.

    3)  Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.

    4)  Tempat terjadinya konsepsi.

    5)  Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai

    mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.

    (Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)

    II.3 Siklus Menstruasi

    Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari

    setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,

    2004). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks

    yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    12/29

    merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan

    terjadi secara simultan.

    II.4 Fisiologis Siklus Menstruasi

    Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,

    dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran

    reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya

     bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus

    menstruasi (Bobak, 2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan

     progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang

    mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogenovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap

     perkembangan dan pemeliharaan organ- organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual

    sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam

     perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga

     penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi.

    Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang

    merupakan membran mukosa yang melapi uterus kehamilan sekresi progesteron berperan

     penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan

    endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen

    terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec,

    2001). Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah

    menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen

    yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan

    terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan

     berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan

     jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini

    dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar

    6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).

    II.5 Bagian-bagian Siklus Menstruasi

    Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    13/29

    1.  Siklus Endomentrium Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari

    empat fase, yaitu :

    a.Fasemenstruasi

    Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

     pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya  stratum basale. Rata-rata fase

    ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi

    kadar estrogen, progesteron,  LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada

    kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)

     baru mulai meningkat.

     b.FaseproliferasiFase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

    sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10

    siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan

    endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau

    menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi

    setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir

    saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal

    dari folikel ovarium.

    c.Fasesekresi/luteal

    Fase  sekresi  berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum

     periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium

    sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru

    yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi

    kelenjar.

    d.Faseiskemi/premenstrual

    Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari

    setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus

    luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring

     penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi

    spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    14/29

    nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan

    menstruasi dimulai.

    2.  Siklus Ovulasi

    Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat

     pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).

    Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel.

    Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum

    ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah

     pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi

    mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit maturdan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus

    luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah

    ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila

    tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun.

    Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya

    luruh.

    3.  Siklus Hipofisis-hipotalamus

    Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan

     progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah

    ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi  gonadotropin realising

    hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi  folikel

     stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf

    ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn- RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing

    hormone (LH).  LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari

    siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa

    ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron

    menurun, maka terjadi menstruasi.

    II.6 Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    15/29

    Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam

    siklus menstruasi antara lain:

    1.  Faktor enzim Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya

    enzim- enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan

    glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut

     berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan

    stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis

    mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas

     pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase

     proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke

    stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi

    kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar

     progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan

    dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium

    dan perdarahan.

    2.  Faktor vaskuler Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem

    vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan

    endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi

    endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang

    menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan

     perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

    3.  Faktor prostaglandin Endometrium mengandung banyak endometrium,

     prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai

    suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

    II. 7 Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB)

    Pengertian

     Dysfunctional uterine bleeding   (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah

     perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi,

    karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (hipotalamus-hipofisis-ovarium-

    endometrium), tanpa kelainan organ.3  Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi

    yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan

    atau gangguan perdarahan umum.2 

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    16/29

     

    Siklus Menstruasi Normal

    Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari endometrium yang

    kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi disebabkan interaksi kompleks

    antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus

    menstruasi.2 Siklus menstruasi normal terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 2-7

    hari. Pada saat menstruasi, jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya

     berjumlah banyak hingga hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.3

    Patogenesis dan Patologis

    Patologi DUB bervariasi. Gambaran penting salah satu kelompok DUB adalah

    gangguan aksis hipotalamus – pituitari – ovarium sehingga menimbulkan siklus anovulatorik.

    Kurangnya progesteron meningkatkan stimulasi esterogen terhadap endometrium.

    Endometrium yang tebal berlebihan tanpa pengaruh progestogen, tidak stabil dan terjadi

     pelepasan irreguler. Secara umum, semakin lama anovulasi maka semakin besar resiko

     perdarahan yang berlebihan. Ini adalah bentuk DUB yang paling sering ditemukan pada gadis

    remaja.2 

    Korpus luteum defektif yang terjadi setelah ovulasi dapat menimbulkan DUB

    ovulatori. Hal ini menyebabkan stabilisasi endometrium yang tidak adekuat, yang kemudian

    lepas secara irreguler. Pelepasan yang irreguler ini terjadi jika terdapat korpus luteum

     persisten dimana dukungan progestogenik tidak menurun setelah 14 hari sebagaimana

    normalnya, tetapi terus berlanjut diluar periode tersebut. Ini disebut DUB ovulatori.2 

    Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel

    telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita

     premenopause (folikel persisten). Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan

    rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.3 

     Pada siklus ovulasi

    Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan

    dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen,

    sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

    Ovulasi abnormal ( DUB ovulatori ) terjadi pada 15 – 20 % pasien DUB dan mereka

    memiliki endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya intermitten

     jika tidak reguler. Pasien ovulatori dengan perdarahan abnormal lebih sering memiliki

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    17/29

     patologi organik yang mendasari, dengan demikian mereka bukan pasien DUB sejati menurut

    definisi tersebut. Secara umum, DUB ovulatori sulit untuk diobati secara medis.2 

     Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

    Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi.

    Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan

    hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan

     berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang

    memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang

    rapuh.3 

    Anovulasi kronik adalah penyebab DUB yang paling sering. Keadaan anovulasi

    kronik akibat stimulasi esterogen terhadap endometrium terus menerus yang menimbulkna

     pelepasan irreguler dan perdarahan. Anovulasi sering terjadi pada gadis perimenarche.

    Stimulasi esterogen yang lama dapat menimbulkan pertumbuhan endometrium yang melebihi

    suplai darahnya dan terjadi perkembangan kelenjar, stroma, dan pembuluh darah

    endometrium yang tidak sinkron. Setiap kegagalan produksi progesteron juga dapat

    mempengaruhi kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium. Kegagalan produksi

     progesteron disebabkan berbagai etiologi endokrin seperti penyakit thiroid,

    hiperprolaktinemia, dan tumor ovarium yang menghasilkan hormon, penyakit Cushing, dan

    yang paling penting adalah sindroma ovarium polikistik atau sindroma Stein – Leventhal.2 

    Gejala Klinik

    Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah

     perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.

    Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami

    menstruasi) atau masa pre-menopause.3 

     Pada siklus ovulasi

    Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga

    spotting atau perdarahan yang terus menerus.2

    Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsionalndengan

    siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu

    dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak

    teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan

     basal dapat menolong.

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    18/29

      Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa

    ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologi :

    1.  korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang

     bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan

    endometrium tidak teratur.

    2.  Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau

     polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh

    gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial

    dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya

    didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

    3.  Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh

    darah dalam uterus

    4.  Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam

    mekanisme pembekuan darah.

     Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

    Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru

    sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim

     berkepanjangan.3 

    Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang

     pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum

    mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah

     pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliperatif

    dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada saat

    kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar . 1 

    Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas dan masa

     pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche, perdarahan tidak normal

    disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan

    akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada

    wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan

    lancar.

    Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa

    lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar. Sedangkan pada

    wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur

    mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    19/29

     

    Faktor Penyebab

    Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum

    diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim

    disfungsional, antara lain :

    •  Kegemukan (obesitas)

    •  Faktor kejiwaan

    •  Alat kontrasepsi hormonal3 

    •  Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)

    •  Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:

    trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing

    Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain

    •  Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi,

    kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain-lain.

    Diagnosis

    Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan

     pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka

     penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus

    diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.

    Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan

     berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih

    cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak

    teratur setelah mengalami amenore berbulan – bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.3 

    Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum (

    > 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang

    dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi.

    Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit organik traktus genitalia, terkadang

    menimbulkan kesulitan karena tergantung pada apa yang dianggap sebagai penyakit organik,

    dan tergantung pada sejauh mana penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit

    traktus genitalia.

    Pasien berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami

    karsinoma endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan

    keharusan. Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    20/29

     penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma

    endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi, pengambilan

    sampel endometrium penting dilakukan.

     Pemeriksaan penunjang: 

    1.  Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,

    Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan

     jika ada tampilan yang mengarah kesana.

    2.  Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.

    Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak

    teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan

    harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus

    genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan

    kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus

    abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi

    lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas

    endometrium.

    3.  Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba

    terapeutik.

    Pengobatan

    Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan

    kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah

    melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:

    1.  Menghentikan perdarahan.

    2.  Mengatur menstruasi agar kembali normal

    3.  Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

     Menghentikan perdarahan.

    Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

    Kuret (curettage).

    Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan tidak bagi wanita menikah

    tapi “belum sempat berhubungan intim”.

    O b a t (medikamentosa)

    1. Golongan estrogen.

    Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik)

    yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    21/29

    gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat

    menimbulkan gangguan fungsi liver.

    Dosis dan cara pemberian:

    •  Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.

    •  Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)

    •  Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan

    Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat

    selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh

    lebih 4 kali sehari.

    Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai

     perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif

    endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan

    fibrinogen dan agregasi trombosit.2 

    Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus

    endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder

    akibat depot progestogen ( Depo Provera ).2 Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan

    dihentikan, perdarahan timbul lagi.1 

    2. Obat Kombinasi

    Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif.

    Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan

    yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi

    oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat

    apakah telah timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi

    kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan.

    Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah banyak

    selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan dengan menggunakan

    kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap. Dua hingga empat pil

    diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5 sampai 7 hari untuk

    mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24

    hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5

     perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi selama 3

    siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan.

    Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3

    kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    22/29

    setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan

    estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat

    steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada

     pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan.

    Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat

    mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase

    untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia

    intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita

    hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.2 

    3. Golongan progesterone

    Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat

    anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen

    terhadap endometrium.1 

    Obat untuk jenis ini, antara lain:

    •  Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari.

    •   Norethisteron: 3!1 tablet, diminum selama 7-10 hari.

    •  Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular.1 

    4. OAINS

    Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan

    Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari

    sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya

    dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik.

    Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL )

    dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling

    tinggi.2 

     Mengatur menstruasi agar kembali normal

    Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur

    siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 2!1 tablet diminum

    selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi. 

    Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.

    Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.

    Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%.

    Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4

    kantong darah.3

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    23/29

    Tabel 1. Strategi penatalaksanaan pada DUB

    Tabel 2. Penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional pada remaja.

    Ringan (Hemodinamik stabil, perdarahan ringan hingga sedang, hemoglobin >12 g/dl)

    •  Tenangkan pasien

    •  Kalender menstruasi

    •  Multivitamin dengan zat besi

    •  Evaluasi ulang dalam 3 bulan

    •  Terapi hormon bersifat pilihan

    Usia (tahun) Dilatasi dan Kuretase

    atau histeroskopi

    Konservatif (hormon,

    anti prostaglandin, atau

    anti fibrinolitik)

    Histerektomi

    Di bawah 20 Jarang, hanya jika

     perdarahan berat atau

    tidak responsif

    Selalu, jika perdarahan

     berulang atau berat

    Tidak pernah

    20-39 (masih

    ingin punya

    anak)

    Selalu, tetapi dapat

    dihindari jika perdarahan

    teratur dan biopsi serta

     pemeriksaan normal

    Upaya pertama setelah

    dilatasi dan kuretase atau

    histeroskopi

    Jarang, hanya

     jika

     pengobatan

    konservatif

    gagal

    40 dan lebih

    (tidak ingin

     punya anak)

    Wajib pada seluruh kasus

    tanpa penundaan

    Temporer dan jika

    menolak histerektomi,

    menopause iminen

    Upaya pertama

     jika perdarahan

     berulang

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    24/29

    Sedang (Hemodinamik stabil, perdarahan sedang hingga berat, hemoglobin 10-12 g/dl)

    •  Progestin atau kontrasepsi oral 1/35 mg

    •  Satu pil setiap 6-12 jam selama 24-48 jam hingga perdarahan berhenti

    •  Turunkan hingga satu pil per hari menjelang hari ke-5, kemudian

    •  Mulai paket baru 28 hari

    •  Lanjutkan selama 3-6 bulan

    •  Suplementasi zat besi

    •  Kalender menstruasi

    •  Evaluasi ulang dalam 1-3 bulan.

    Berat (Hemodinamik stabil, perdarahan berat, hemoglobin

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    25/29

    Prognosis

    Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)

    •  Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan

    angka kesembuhan hingga 90 %.

    •  Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati

    dengan hasil baik.3 

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    26/29

    II. 8 Kelainan Jumlah Darah Dan Lamanya Perdarahan

    HIPERMENOREA (MENORAGIA)

    Menoragia atau hipermenorea ialah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal

    atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) sehingga menyebabkan anemia defisiensi besi.

    Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya ada mioma uteri, polip

    endometrium,gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid. Pengobatan pada kasus

    menoragia langsung kepada penyababnya.

     Pemeriksaan

    Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium yang spesifik.

    Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah lengkap, termasuk skrining koagulasi jika

    diindikasikan dan kemungkinan tes fungsi tiroid. Tes ini mungkin sudah cukup untuk

    menegakan diagnosis, tetapi jika wanita tersebut berusia di atas 35 tahun, lazim dilakukan

     pemeriksaan lebih lanjut. Tes tambahan tersebut adalah hiteroskopi dan biopsy endometrium,

    sample endometrium, ultrasonografi transvaginal, dan kuretase diagnostic.

    a.  Histeroskopi

    Histeroskopi merupakan suatu prosedur yang dapat dilakukan di tempat praktek dengan atau

    tanpa anastesi local. Dapat di,lihat rongga uterus dan kelainannya, seperti polip endometrium,

    atau dapat dideteksi mioma submukosa dan sering dapat pula sekaligus dibuang; dapatdilakukan pengambilan sample endometrium untuk pemeriksaan histologik.

     b.  Pengambilan sample (biopsi) endometrium

    Pengambilan sample/biopsy endometrium dilakukan dengan memasukan kuret biopsy sempit

    melalui serviks uteri untuk mendapatkan sample Epresentatif dari endometrium. Prosedur ini

    dapat dilakukan di praktek dokter.

    c.  Ultrasonografi transvaginal

    Prosedur ini merupakan suatu metode non-invasif untuk memotret rongga uterus. Metode

    ini dapat mendeteksi mioma submukosa dan dapat mengukur luasnya endometrium.

    d.  Kuretase diagnostic

    Prosedur ini bersifat invasive dan dilakukan dibawah anastesi umum. Pasien perlu masuk

    ke rumah sakit selama sehari. Kuretase dilakukan diantara episode perdarahan. Seluruh

    endometrium dikuret dan dikirimkan untuk pemeriksaan histologik. Metode ini telah

    digantikan oleh histeroskopi dan pengambilan biopsy endometrium.

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    27/29

     Diagnosis

    Jika tidak ditemukan penyebab organic untuk menoragia, diagnosis perdarahan uterus

    disfungsional dapat dibuat. Penyebab menoragia yang paling dekat adalah ada penurunan

    vasokontriksi dan agregasi trombosit, karena itu sumbat hemostatik yang

    menyumbatpembuluh darah endometrium kurang efektif untuk mencapai homeostasis.

    Perubahan ini mungkin mencerminkan meningkatnya serkresi prostasiklin dan prostaglandin

    E2 oleh endometrium. DUB lebih umum terjadi pada usia di bawah 19 tahun dan di atas 39

    tahun.

    HIPOMENOREA

    Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan/ atau lebih kurang dari

     biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya

    sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain.

    II. 9 Kelainan Siklus

    POLIMENOREA (POLIMENORAGIA atau EPIMENORAGIA)

    Pada polimenorea, siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).

    Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Polimenorea dapat

    disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi

     pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis,

    dan sebagainya.

    OLIGOMENOREA

    Disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih

    dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea

     biasanya berkurang. Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama,

     perbedaanyya terletak dalam

    tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan

    fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih

     panjang dari biasa.

    AMENOREA

    Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

    Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder.Pada amneore

     primer, apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah dapat haid yang

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    28/29

    disebabkan oleh kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Sedangkan pada

    amenorea sekunder, penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi,

     penyebabnya seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi,

    dan lain-lain.

    II. 10 PERDARAHAN BUKAN HAID (METRORAGIA / MENOMETRORAGIA)

    Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.

    Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini

    menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia. Kedua jenis

     perdarahan ini dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital (perdarahan dari

    uterus, tuba, dan ovarium), atau oleh kelainan fungsional (Perdarahan disfungsional pada

    masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium).

    II. 11 GANGGUAN LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAID

    DISMENOREA

    Dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan

    wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Gangguan ini bersifat

    subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan

    selama haid dan sering kali rasa mual, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan

    meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa

    hari.

    Dismenorea dibagi atas:

    1.  Dismenorea primer (esensia, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan

    kelainan ginekologik. Faktor penyebab dismenorea primer, yaitu faktor kejiwaan,

    faktor konstitusi (anemia, dll).

    2.  Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired), disebabkan oleh kelainan

    ginekologik ( salpingitis kronika, adenomiosis uteri, endometriosis, dll).

  • 8/16/2019 DUB dysfunction uterine bleeding

    29/29

    BAB III

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Wiknjoksastro, hanifa dkk, ILMU KANDUNGAN. Ed 2, Cet. 5. Jakarta: Yayasan

    Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.

    2.  Sherwood, Lauralee. Human of Physiology : From Cell To System 2nd Ed.

    3.  Obstetri Williams Edisi 21, Cunningham G.F.,..., 2006, EGC.