Utilitas_Steam_Universitas Diponegoro
description
Transcript of Utilitas_Steam_Universitas Diponegoro
-
UTILITAS
PENYEDIAAN STEAM DALAM INDUSTRI KIMIA
Disusun Oleh:
Sri Wahyuni NIM. 21030112120029
Anggara Eka Permana P NIM. 21030112120030
M Alif Haetami NIM. 21030112130063
M Dzikri Hanif W NIM. 21030112130084
Esti Rahmawati NIM. 21030112130098
Ariana Aisa NIM. 21030112130102
Achmad Farhan H W NIM. 21030112130106
Probondari Ardana NIM. 21030112130114
Nugraheni Dwiandini NIM. 21030112130118
Nisrina Dyah H NIM. 21031002130140
Danu Purnawan NIM. 21030112130144
Nikolaus Dharmawan D NIM. 21030112130145
Syarief Basyarahil NIM. 21030112130150
M Rodiansyah I NIM. 21030112140186
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
-
ii
PRAKATA
Dipanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas mata kuliah utilitas dengan judul Penyediaan Steam
Dalam Industri Kimia ini berhasil diselesaikan.
Dalam penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak lain. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada : Ir. Slamet Priyanto, M.S.
selaku dosen pengampu mata kuliah utilitas, Orang tua dan keluarga kami yang selalu
memberikan dukungan kepada kami, serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
tugas ini.
Akhirnya, disadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya tugas ini. Semoga
tugas ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan para pembaca dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Semarang, 10 Mei 2015
Penulis
-
iii
DAFTAR PUSTAKA
PRAKATA ................................................................................................................................ ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
I.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
I.3. Tujuan.......................................................................................................................... 3
BAB II PERMASALAHAN
II.1. Steam ........................................................................................................................... 4
II.2. Masalah-Masalah pada Boiler ..................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
III.1. Boiler ....................................................................................................................... 9
III.1.1. Sumber Penyediaan Air Umpan Boiler ................................................................ 9
III.1.2. Uap (Steam) ....................................................................................................... 10
III.2. Proses Kerja Boiler ................................................................................................ 11
III.3. Baku Mutu Air Boiler ............................................................................................ 16
III.4. Pengendalian Mutu Air Umpan Boiler .................................................................. 17
III.5. Pemeliharaan Boiler .............................................................................................. 18
III.6. Perlakuan Terhadap Kondensat (Condensate Treatment) ..................................... 18
III.7. Utilitas Pengguna Steam ........................................................................................ 19
III.8. Contoh Soal ........................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP
IV.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 23
IV.2. Saran ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
-
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kurva Steam Jenuh .............................................................................................. 4
Gambar 2.2. Diagram Fase Entalpi Suhu................................................................................... 4
Gambar 3.1. Diagram Suhu-Entropi untuk Air dan Uap ......................................................... 11
Gambar 3.2. Diagram Skematik Ruang Boiler ........................................................................ 12
Gambar 3.3. Diagram Pengolahan Air Umpan Boiler ............................................................. 18
-
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Parameter Air Umpan Boiler ................................................................................... 16
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Steam ditinjau secara molekuler adalah H2O yang mengalami pemanasan
hingga titik didihnya sehingga mengalami perubahan fase. Dengan meningkatnya
suhu dan air mendekati kondisi didihnya, beberapa molekul mendapatkan energi
kinetik yang cukup untuk mencapai kecepatan yang membuatnya sewaktu-waktu
lepas dari cairan ke ruang diatas permukaan, sebelum jatuh kembali ke cairan.
Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi lebih besar dan sejumlah molekul
dengan energi cukup untuk meninggalkan cairan jadi meningkat. Dengan
mempertimbangkan struktur molekul cairan dan uap, masuk akal bahwa densitas
steam lebih kecil dari air, sebab molekul steam terpisah jauh satu dengan yang
lainnya. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi diatas permukaan air menjadi terisi
dengan molekul steam yang kurang padat (UNEP, 2006).
Air sangat menguntungkan jika digunakan sebagai media pemanas karena
memiliki panas kondensasi yang besar sekali, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun. Steam dapat mengakibatkan luka bakar yang parah terutama bila seluruh
panas kondensasi dibebaskan di atas kulit. Oleh karena itu, saluran-saluran yang
dialiri steam tidak boleh dimanipulasi sebelum saluran dibebaskan dari tekanan dan
didinginkan.
Terdapat dua jenis steam yang umum dijumpai dalam industri kimia. Yang
pertama adalah saturated steam, yang terbentuk ketika air diberi panas sensible
hingga mencapai titik didih. Ketika titik didih air tercapai, suhu air akan terus
meningkat dan mencapai titik konstan hingga semua air berubah fase menjadi uap.
Selama masih terdapat air dalam fase cair dalam sistem, suhu steam akan sama
dengan suhu air dalam fase cair tersebut. Yang kedua adalah superheated steam,
dimana ketika seluruh air berubah fase menjadi uap, terdapat penambahan kalor yang
dapat meningkatkan suhu steam tersebut. Dengan kata lain, steam yang dipanaskan
melebihi tingkatan saturated steam disebut dengan superheated steam.
Saturated steam lebih banyak digunakan dalam industri sebagai media
pemanas, memasak, pengeringan, dan lain sebagainya. Sedangkan superheated steam
hanya digunakan sebagai penggerak turbin.
-
2
Steam dibuat di pusat pembangkitan steam di dalam ketel uap/steam (ketel
radiasi, ketel bakar, ketel listrik) dengan mengunakan bahan bakar batu bara, minyak
pemanas, atau listrik. Steam ini dibuat dari air yang telah dihilangkan seluruh garam-
garam dan gasnya (air umpan ketel). Di sini terbentuk steam pada temperatur yang
sesuai dengan tekaan di dalam ketel. Steam yang terbentuk dipanaskan lebih lanjut
oleh gas buang sehingga kehilangan panas pada saat transportasi ke tempat
pemakaian tidak segera menyebabkan terjadinya kondensasi.
Setelah tekanan tinggi direduksi, misalnya di dalam turbin uap, dan air
diinjeksikan ke dalam steam berkalor lebih, steam tersebut kemudian dialirkan ke
konsumen melalui saluran-saluran yang terisolasi dengan baik. Di tempat pemakaian,
yang dibutuhkan terutama ialah panas kondensasinya. Karena steam tidak dapat
disimpan, maka kelebihan steam akan diubah menjadi air panas atau air hangat.
Alat pemanas yang mengunakan steam sebagai media pemanas mudah untuk
diatur dengan baik. Pemanasan dapat dilakukan dengan mengalirkan steam langsung
ke bahan proses yang akan dipanaskan. Temperatur pemanasan maksimal yang dapat
dicapai pada peralatan yang menggunakan ventilasi adalah 100 oC. Cara ini hanya
dapat digunakan bila air maupun penambahan volume tidak mengganggu sistem.
Panggunaan steam dapat dilakukan secara tidak langsung, misalnya dalam alat
penukar panas. Temperatur yang dapat dicapai secara teoritis sama dengan
temperatur kondensasi steam.
Menurut United National Environment 2006, steam memberikan suatu cara
pemindahan sejumlah energi yang terkendali dari suatu pusat, ruang boiler yang
otomatis, dimana energi dapat dihasilkan secara efisien dan ekonomis, sampai ke titik
penggunaan. Steam yang bergerak mengelilingi pabrik dianggap sama dengan
transportasi dan penyediaan energi. Untuk beberapa alasan, steam merupakan
komoditas yang paling banyak digunakan untuk membawa energi panas.
Penggunaannya terkenal diseluruh industri untuk pekerjaan yang luas dari produksi
daya mekanis sampai penggunaan proses dan pemanasan ruangan. Alasan dari
penggunaan steam adalah: (UNEP, 2006)
Steam efisien dan ekonomis untuk dihasilkan
Steam dapat dengan mudah dan murah untuk didistribusikan ke titik
penggunaan
Steam mudah dikendalikan
-
3
Energinya mudah ditransfer ke proses
Plant steam yang modern mudah untuk dikendalikan
Steam bersifat fleksibel
I.2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses pembentukan steam
Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kualitas steam
Apa saja kegunaan steam dalam pabrik
Bagaimana merancang steam dalam industri
I.3. Tujuan
Mengetahui proses pembetukan steam
Mengetahui factor factor yang mempengaruhi kualitas steam
Mengetahui kegunaan dan manfaat steam dalam pabrik
Mempelajari proses perancangan steam
-
4
BAB II
PERMASALAHAN
II.1. Steam
Steam berbahan dasar air (H2O) yang molekulnya tersusun dari hidrogen dan
oksigen. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan steam ialah suhu dan tekanan
dimana pada tekanan atmosfir suhu jenuhnya adalah 100C. Tetapi, jika tekanannya
bertambah, maka akan ada penambahan lebih banyak panas yang peningkatan suhu
tanpa perubahan fase. Oleh karena itu, kenaikan tekanan secara efektif akan
meningkatkan entalpi air dan suhu jenuh. Hubungan antara suhu jenuh dan tekanan
dikenal sebagai kurva steam jenuh (Gambar 1).
Gambar 2.1. Kurva Steam Jenuh (Sumber: UNEP, 2006)
Air dan steam dapat berada secara bersamaan pada berbagai tekanan pada kurva ini,
keduanya akan berada pada suhu jenuh. Steam pada kondisi diatas kurva jenuh dikenal
dengan superheated steam/ steam lewat jenuh:
Suhu diatas suhu jenuh disebut derajat steam lewat jenuh
Air pada kondisi dibawah kurva disebut air sub- jenuh.
Perubahan fase air menjadi steam ditunjukkan dalam diagram fase berikut ini:
Gambar 2.2. Diagram Fase Entalpi Suhu (Sumber: UNEP, 2006)
-
5
Ketika air dipanaskan dari 0C sampai suhu jenuhnya, kondisinya mengikuti
garis cair jenuh sampai menerima seluruh entalpi cairannya, hf, (A - B). Jika panas
ditambahkan lebih lanjut, maka akan merubah fase ke steam jenuh dan berlanjut
meningkakan entalpi sambil tetap pada suhu jenuhnya, hfg, (B - C). Jika campuran
steam/air meningkat kekeringannya, kondisinya bergerak dari garis cair jenuh ke garis
uap jenuh. Oleh karena itu pada titik tepat setengah diantara kedua keadaan tersebut,
fraksi kekeringan (x) nya sebesar 0,5. Hal yang sama, pada garis uap jenuh steamnya
100 persen kering. Begitu menerima seluruh entalpi penguapannya maka akan
mencapai garis uap jenuh. Jika pemanas dilanjutkan setelah titik ini, suhu steam akan
mulai naik mencapai lewat jenuh (C - D).
Garis-garis cairan jenuh dan uap jenuh menutup wilayah dimana terdapat
campuran steam/air steam basah. Dalam daerah sebelah kiri garis cair jenuh, hanya
terdapat air, dan pada daerah sebelah kanan garis uap jenuh hanya terdapat steam lewat
jenuh. Titik dimana garis cairan jenuh dan uap jenuh bertemu dikenal dengan titik kritis.
Jika tekanan naik menuju titik kritis maka entalpi penguapannya berkurang, sampai
menjadi nol pada titik kritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa air berubah langsung
menjadi steam jenuh pada titik kritisnya. Di atas titik kritis hanya gas yang mungkin
ada. Keadaan gas merupakan keadaan yang paling terdifusi dimana molekulnya hampir
memiliki gerakan yang tidak dibatasi, dan volumnya meningkat tanpa batas ketika
tekanannya berkurang. Titik kritis merupakan suhu tertinggi dimana bahan berada
dalam bentuk cairan. Pemberian tekanan pada suhu konstan dibawah titik kritis tidak
akan mngakibatkan perubahan fase. Walau begitu, pemberian tekanan pada suhu
konstan dibawah titik kritis, akan mengakibatkan pencairan uap begitu melintas dari
daerah lewat jenuh/superheated ke daerah steam basah. Titik kritis terjadi pada suhu
374,15C dan tekanan steam 221,2 bar. Diatas tekanan ini steam disebut superkritis dan
tidak ada titik didih yang dapat diterapkan.
II.2. Masalah-Masalah pada Boiler
Suatu boiler atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air yang
baik, cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
kinerja dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Banyak masalah-masalah yang
ditimbulkan akibat dari kurangnya penanganan dan perhatian khusus terhadap
penggunaan air umpan boiler.
-
6
Akibat dari kurangnya penanganan terhadap air umpan boiler akan
menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Kerak
Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya
mineral-mineral pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan
seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat pengaruh gas penguapan. Diamping
itu pula dapat disebabkan oleh mekanisme pemekatan didalam boiler
karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum dalam boiler
adalah kalsium sulfat, senyawa silikat dan karbonat. Zat-zat dapat
membentuk kerak yang keras dan padat sehingga bila lama
penanganannya akan sulit sekali untuk dihilangkan. Silika diendapkan
bersama dengan kalsium dan magnesium sehingga membuat kerak
semakin keras dan semakin sulit untuk dihilangkan.
Kerak yang menyelimuti permukaan boiler berpengaruh
terhadap perpindahan panas permukaan dan menunjukkan dua akibat
utama yaitu berkurangnya panas yang dipindahkan dari dapur ke air
yang mengakibatkan meningkatkan temperatur disekitar dapur, dan
menurunnya efisiensi boiler
2. Peristiwa Korosi
Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida yang
terdapat dalam uap yang terkondensasi. Korosi merupakan peristiwa
logam kembali kebentuk asalnya di alam misalnya besi menjadi oksida
besi, alumunium dan lain-lain. Peristiwa korosi dapat terjadi disebabkan
oleh:
- Gas-gas yang bersifat korosif seperti O2, CO2, H2S
- Kerak dan deposit
- Perbedaan logam (korosi galvanis)
- pH yang terlalu rendah dan lain-lain
Jenis korosi yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah
general corrosion, pitting (terbentuknya lubang) dan embrittlement
(peretakan baja). Adanya gas yang terlarut, oksigen dan karbon
dioksida pada air umpan boiler adalah penyebab utama general
corrosion dan pitting corrosion (tipe oksigen elektro kimia dan
diffrensial). Kelarutan gas-gas ini di dalam air umpan boiler menurun
-
7
jika suhu naik. Kebanyakan oksigen akan memisah pada ruang uap,
tetapi sejumlah kecil residu akan tertinggal dalam larutan atau
terperangkap pada kantong-kantong atau dibawah deposit, hal ini dapat
menyebabkan korosi pada logam-logam boiler. Karena itu pentinguntuk
melakukan proses deoksigenasi air boiler.
Jumlah rata-rata korosi atau serangan elektrokimia akan naik jika
nilai pH air menurun. Selain itu air umpan boiler akan dikondisikan
secara kimia mencapai nilai pH yang relatif tinggi. Bentuk korosi yang
tidak umum tetapi berbahaya adalah bentuk korosi embrittlement atau
keretakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika berada pada tekanan
yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak sesuai. Caustic
embrittlement atau keratakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika
berada pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak
sesuai. Caustic embrittlement terjadi pada sambungan penyumbat dan
meluas pada ujung tabung dimana celah memungkinkan perkembangan
suatu lingkungan caustic yang terkonsentrasi.
3. Pembentukan Deposit
Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air
umpan boiler yang disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi
misalnya oksida besi, oksida tembaga dan lain-lain. Peristiwa ini dapat
juga disebabkan oleh kontaminsi uap dari produk hasil proses produksi.
Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang terlarut dan zat-
zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan dan dengan
adanya zat tersuspensi dalam air pada boiler menyebabkan
mengendapnya sejumlah muatan yang menurunkan daya kelarutan, jika
temperaturnya dinaikkan. Hal ini menjelaskan mengapa kerak dan
sludge (lumpur) terbentuk. Kerak merupakan bentuk deposit-deposit
yang tetap berada pada permukaan boiler sedangkan sludge merupakan
bentuk deposit-deposit yang tidak menetap atau deposit lunak.
4. Terbawanya Uap (Steam Carryover)
Ketika air boiler mengandung garam terlarut dan zat tersuspensi
dengan konsentrasi yang tinggi, ada kecendrungan baginya untuk
membentuk busa secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan steam
carryover zat-zat padat dan cairan pengotor kedalam uap. Steam
-
8
carryover terjadi jika mineral-mineral dari boiler ikut keluar bersama
dengan uap ke alat-alat seperti superheater, turbin, dan lain-lain.
Kontaminasi-kontaminasi ini dapat diendapkan kembali pada sistem
uap atau zat-zat itu akan mengontaminasi proses atau material-material
yang diperlukan steam.
-
9
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
III.1. Boiler
Boiler merupakan bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air proses atau steam. Air adalah media yang berguna dan murah
untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Boiler mengubah energi-energi kimia
menjadi bentuk energi yang lain untuk menghasilkan kerja. Boiler dirancang untuk
melakukan atau memindahkan kalor dari suatu sumber pembakaran, yang biasanya
berupa pembakaran bahanbakar. Faktor yang mendasari pemilihan jenis boiler adalah
sebagai berikut:
a. Kapasitas yang digunakan
b. Kondisi uap yang dibutuhkan
c. Bahan bakar yang dibutuhkan
d. Konstruksi yang sederhana
III.1.1. Sumber Penyediaan Air Umpan Boiler
Air yang digunakan pada air umpan boiler diperoleh dari air sungai, air
waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak
sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh
lingkungan asal air tersebut. Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai
air umpan boiler maka air baku dari sumber air harus dilakukan pengolahan
terlebih dahulu yang bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur atau
padatan yang terkandung didalam air baik dalam bentuk tersuspensi, terlarut,
ataupun koloid yang dapat menyebabkan terjadinya kerak, korosi dan
pembusaan dalam boiler. Disamping itu senyawa organik dapat menyebabkan
berbagai masalah dalam operasi boiler. Kualitas air umpan boiler juga
dipengaruhi oleh kondisi operasi boiler, dimana semakin tinggi tekanan dan
temperature operasi maka semakin murni kualitas air umpan yang diperlukan.
Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan boiler,
sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada criteria
dari badan-badan International seperti ASME dan ABMA.
-
10
III.1.2. Uap (Steam)
Uap air adalah sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, bila
mengalami pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan tertentu.
Uap air tidak berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni
kering. Uap air dipakai pertama sekali sebagai fluida kerja adalah oleh James
Watt yang terkenal sebagai penemu Mesin Uap Torak.
Uap air tidak mengikuti hukum-hukum gas sempurna, sampai dia
benar-benar kering (kadar uap 100%). Bila uap adi kering dipanaskan lebih
lanjut maka dia menjadi uap adi panas (panas lanjut) dan selanjutnya dapat
dianggap sebagai gas sempurna.
Uap air terbentuk dalam tiga jenis, yaitu:
1. Uap saturasi basah (X < 1)
2. Uap saturasi kering (X = 1)
3. Uap adi panas
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada pemanasan air dan penguapan
berlangsung pada tekanan tetap. Begitu pula pada pemanasan lanjut uap
berlangsung pada tekanan tetap. Entropi uap pada tekanan tetap, terdiri dari:
1. Kenaikan entropi air selama pemanasannya dari titik lebur sampai ke
titik didih dibawah tekanan tertentu
2. Kenaikan entropi selama peristiwa penguapan
3. Kenaikan entropi selama pemanasan lanjut
Diagram entropi-temperatur (diagram T-S) sangat berguna untuk
menyelesaikan soal-soal ekspansi secara adiabatis. Absis dari diagram
menunjukkan entropi dari fluida (air atau uap), di atas titik air, sedang
ordinatnya menyatakan temperatur fluida. Dalam gambar grafik ABCD
menggambarkan pemanasan 1 kg air dari titik cair (0OC) sampai suhu adi
panas (tsup OC) pada tekanan tetap (constant). Grafik AB menggambarkan
pemanasan air sampai temperatur saturasi (tsup OC). Kenaikan entropi : Sw
kkal/kgOC diukur sepanjang garis AB(Effendi, 2013).
-
11
Gambar 3.1. Diagram Suhu-Entropi untuk Air dan Uap (Sumber:
Effendi, 2013)
III.2. Proses Kerja Boiler
Menurut UNEP dalamPedoman Efisiensi Industri Asia, sistem boiler terdiri
dari:
1. Sistem air umpan: menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan.
2. Sistem steam: mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler.
Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruha
nsistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat
pemantau tekanan.
3. Sistembahanbakar: semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan
bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan
pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada
sistem.
-
12
Gambar 3.2. Diagram Skematik Ruang Boiler (Sumber: UNEP, 2006)
Pada gambar diatas, terdapat beberapa komponen steam boiler seperti:
1. Steam boiler, merupakan alat yang digunakan untuk memberi panas pada
fluida (air)
2. Deaerator, merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan uap dengan
fluidanya.
3. Expansion tank, merupakan tanki yang berfungsi untuk menampung uap jenuh
yang berasal dari kerja deaerator.
4. Circulating pump, pompa yang digunakan untuk mensirkulasi fluida yang
berasal dari proses menuju steam boiler.
5. Economizer, alat ini digunakan supaya steam boiler lebih efesien dimana
fluida yang akan masuk ke steam boiler akan dipanaskan terlebih dahulu.
Air yang disuplaike boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua
sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses
2. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih
tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan
menggunakan limbah panas pada gas buang.
Secara umum suatu ketel uap (boiler) dilengkapi dengan peralatan sedikitnya sbb:
1. Superheater
-
13
Superheater adalah suatu alat berbentuk heat exchanger dimana panas dari
gas asap (combustion product) digunakan untuk pengeringan uap jenuh kemudian
menaikkan temperaturnya. Jalannya penyerapan panas adalah sebagai berikut:
gas asap menyerahkan superheater panas dipindahkan secar konveksi, konduksi,
selanjutnya dari pipa bagian dalam superheater panas dipindahkan secara
konveksi ke uap yang ada dalam pipa tersebut. Bahan yang digunakan untuk pipa
coil adalah dari baja carbon (carbon steel) untuk suhu 450C sednag untuk suhu
di atas 450C digunakan baja campura (alloy steel). Susunan coil terhadap gas
asap ada bermacam-macam:
a. Counter flow (aliran berlawanan)
b. Partikel flow (aliran searah)
c. Combined flow ( gabungan searah)
2. Economizer
Economizer adalah alat berbentuk heat exchanger yang digunakan untuk
menaikkan temperatur feed water boiler (air umpan ketel), sebagai pemanas
biasanya dipakai gas asap yang keluar dari superheater. Dengan penggunaan
economizer didapat keuntungan:
Memanfaatkan gas uap (exhaust gas) yang masih mempunyai kalor
Menurunkan atau memperkecil perbedaan temperatur antara feed water dan
saturated steam, dengan demikian tegangan (external stress) yang terdapat di
dalam ketetl dapat diperkecil sehingga bisa menaikkan efisiensi.
Dengan penggunaan economizer selain untuk menaikkan suhu air umpan
ketel juga dimaksudkan untuk menurunkan suhu gas sebab gas asap menyalurkan
panasnya pada cair dalam economizer, dimana setiap kenaikan 1C feed water
selalu diikuti penurunan suhu gas asap sebesar 2-3C.
Economizer biasanya terbuat dari susunan pipa-pipa yang membentuk heat
excahnger, dan terbuat dari besi tuang (cast iron pipa) ataupun terbuat dari pipa
baja (steel tube). Untuk pipa-pipa drai besi tekanan yang diizinkan adalah sampai
22 atm (atmosfer melebihi), sedangkan pada tekanan yang leih besar lagi
dipergunakan steel tube economizer. Economizer dari pipa besi banyak
dipergunakan pada ketel-ketel pipa api karena tekanan yang dihasilkan rendah.
Steel tube yang digunakan sebagai economizer kadang-kadang juga
menghasilkan uap. Apabila economizer yang dipergunakan juga berfungsi
-
14
menghasilkan uap, maka disebut steaming economizer. Pada prakteknya
pemanasan feed water dapat dilakukan dengan 2 cara:
Pemanasan dengan memanfaatkan gas asap dan alatnya disebut economizer.
Pemanasan dengan exhaust steam
Uap yang masih mempunyai panas/kalor disalurkan untuk pemanasan lagi.
Alat yang digunakan untuk memanasi feed water dengan exhaust steam disebut
feed water heater. Ada 2 macam feed water heater yaitu:
Open type feed water heater (direct contact).
Di sini antara feed water dan exhaust steam terjadi pencampuran. Uap
yang tak mengembun dikeluarkan melalui pipa pernapasan (vent pipa) yang
letaknya di atas.
Close type (surface water heater)
Di sini antar exhaust steam dan feed water tak ada kontak langsung.
Perpindahan panas melalui bidang pemanasan. Close type water heater
berbentuk silinder dimana dalam silinder terdapat pipa-pipa berisi feed
water.
3. Air heater
Udara yang dipergunakan untuk pembakaran sebelum masuk ke dalam
ruang bakar terlebih dahulu dilewatkan dengan alat yang namanya air heater atau
luvo, dimana tujuannya adalah untuk menaikkan suhu udara pembakaran
sehingga dapat menaikkan efisiensi pembakaran. Luvo ini biasanya diletakkan di
belakang economizer sehingga sebagai media pemanas di luvo adalah gas asap
yang keluar dari economizer luvo berbentuk besi exchanger, yang mana salah
satu jenisnya adalah regenerative type air heater.
Air heater berbentuk silinder berisi pipa-pipa yang dilengkapi dnegan rotor
yang memutar. Gas asap atau flue gas masuk pada salah satu sisi pemasukan
berjalan dari bawah ke atas. Tempat pemasukan diikatkan pada stater yang tak
ikut berputar. Udara untuk pembakaran dimasukka ke sisi lainnya dari atas ke
bawah. Rotor berputar dengan kecepatan yang rendah sekali sehingga memberi
kesempatan pada gas asap untuk meyerahkan panasnya pada permukaan pipa-
pipa itu, setelah menerima sebagian panas dengan perputaran rotor, maka udara
dilewatkan pipa untuk pembakaran.
-
15
4. Dapur pembakaran (furnace)
Dapur pembakaran adalah suatu ruangan temapat terjadinya proses
pembakaran dari bahan bakar. Kedudukan dapur pada ketel upa harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar di ruang dapur dapat diserap dengan baik oleh air ketel dan kerugian
panas harus diusahakan sekecil mungkin. Pada dasarnya dapur pembakaran
dibagi 2 jenis:
1. Dapur dengan pengapian di atas kisi panggangan (gratifired furnaces).
Dapur ini digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar
padat, dimana bahan bakar terebut dibakar di atas sejumlah kisi-kisi yang
mempunyai celah udara untuk pembakar. Kisi panggangan ini sering disebut
rangka bakar.
2. Dapur dengan pengapian disemburkan (pulverined fuel furnaces).
Digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar: air, gas
atau powder (tepung), dimana bahan bakar tersebut disuspensikan dan
berbentuk nyala (flame).
Berdasarkan cara memasukkan udara dan bahan bakar (system feeding),
maka pengumpanan bahan bakar padat dibagi 2 macam:
Pengumpanan secara manual (dengan tangan, head fired)
Pengumpanan secara mekanis, secara otomatis
Sistem pengumpanan secara manual digunakan pada ketel-ketel tekanan
rendah atau kapasitas rendah. Hal ini disebabkan terbatasnya kecepatan melempar
bahan bakar ke dalam ruang dapur dengan menggunakan tangan biasa. Untuk
pengumpanan dengan tangan, biasanya bentuk rangka bakar berupa kisi-kisi yang
stasioner. Bentuk kisi panggangan yang stasioner.
5. Rangka bakar
Rangka bakar merupakan suatu rangka dimana alat untuk menyangga bahan
bakar dalam ruang bakar dan padanya terdapat lubang-lubang udara primer
berkisar antara 20-40%dari luas rangka bakar, dan tergantung pada jenis bahan
bakar yang dipergunakan. Perbandingan dengan luas bidang pemanasan biasanya
adalah: 1 m2 rangka bakar memanasi 40-60% heating surface.
-
16
Selain rangka bakar stasioneri yang digunakan pada sistem pengumpanan
manual. Masih ada jenis-jenis rangka bakar yang digunakan untuk siste
pengumpanan mekanis, yaitu:
a. Rangka bakar datar
b. Rangka bakar tangga
c. Rangka bakar rantai
III.3. Baku Mutu Air Boiler
Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan boiler,
sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada kriteria dari
badan-badan International seperti ASME dan ABMA. Boiler adalah tungku dalam
berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk menghasilkan uap dengan cara
penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga listrik lewat turbin, proses
kimia, dan pemanasan dalam produksi, dll. Dalam istilah lain biasa disebut ketel uap
yaitu alat untuk menghasilkan uap, yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu sisi api
sebagai penyedia panas dan sisi air sebagai bagian untuk proses penguapan air
menjadi uap. Uap kemudian keluar dari boiler untuk digunakan dalam berbagai
aplikasi seperti pemanas, turbin, dll.
Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh
dari air sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebu
ttidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh
lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami
pencemaran oleh aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu
dilakukan pemurnian. Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan agar tidak menimbulkan masalah-masalah pada pengoperasian boiler. Air
tersebut harus bebas dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta pengotor-
pengotor lainnya yang dapat menurunkan efisiensi kerja dari boiler. Feed water harus
memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Parameter Air Umpan Boiler (SNI 19-1719-1989)
Parameter Satuan Pengendalian Batas
pH Unit 10,5 11,5
Konduktivitas mhos/cm 5000 (maksimal)
-
17
Total Dissolved
Solid
ppm 3500 (maksimal)
P-Alkalinitas ppm -
M-Alkalinitas ppm 800 (maksimal)
O-Alkalinitas ppm 2,5 x SiO2 (minimum)
T, hardness ppm -
Silika ppm 150 (maksimal)
Besi ppm 2 (maksimal)
Residual fosfat ppm 20 50
Residual sulfit ppm 20 50
pH kondensat ppm 8,0 9,0
Sumber: Sisni. Bsn.go.id
Pada proses penguapan dalam ketel uap, air menjadi uap. Uap yang dihasilkan
adalah air murni dalam fasa uap (H2O) dimana ion-ion yang terkandung dalam air
boilernya tidak turut menguap. Sebagai akibatnya, konsentrasi ion-ion yang berada
dalam fasa cairnya (air boiler) semakin lama akan semakin tinggi dimana apabila hal
ini tidak dikendalikan kenaikan konsentrasi ion-ion tersebut akan menuju bilangan
tak terhingga, sehingga konsekuensinya pengerakan pada pipa-pipa boiler tidak akan
bisa dihindarkan. Pengendalian ion-ion dalam air boiler tersebut pada sistim boiler
dilakukan dengan membuang sebagian dari air boiler secara kontinyu dan disebut
sebagai blow-down.Tujuan blow-down adalah untuk menjaga agar ion-ion yang ada
dalam air boiler tidak melebihi batasan-batasan yang telah ditentukan.
III.4. Pengendalian Mutu Air Umpan Boiler
Air umpan boiler memiliki standarbaku mutu tertentu. Namun, sumber air baku
untuk umpan boiler belum memenuhi standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
dilakuka npengolahan secara eksternal untuk membuang padatan tersuspensi,
padatan terlarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab
utama pembentukan kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan karbondioksida). Proses
pengolahan eksternal dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Koagulasi dan Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
Demineralisasi
-
18
Softening
Deaerasi
Gambar 3.3. Diagram Pengolahan Air Umpan Boiler (Sumber: UNEP, 2006)
III.5. Pemeliharaan Boiler
Boiler yang berperan dalam proses pengubahan air menjadi uap memerlukan
perlakuan dan perawatan khusus. Masalah yang timbul pada boiler umumnya
disebabkan oleh perlakuan air umpan boiler yang tidak memenuhi persyaratan. Untuk
perawatan dan pemeliharaan boiler dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Proses Commisioning awal
2. Operasi pada keadaan normal dan emergency (darurat)
3. Pengawasan dan perawatan
4. Ruangan ketel
III.6. Perlakuan Terhadap Kondensat (Condensate Treatment)
Perlakuan terhadap kondensat mencakup pengendalian korosi di system
kondensat dan perbaikan mutu kondensat (condensate polishing). Sekalipun
kondensat yang diumpankan kembali relatif murni, tetapi mungkin masih
mengandung impurities dari hasil proses korosi, dan erosi, baik yang larut maupun
yang tidak larut. Impurities tersebut dapat berupa mineral-mineral, kesadahan dan
minyak. Condensate polishing dimaksudkan untuk meminimumkan jumlah
impurities tersebut agar dapat mencegah pembentukan kerak pada ketel dan turbin,
dan meminimumkan pengaruh korosif. Tahap perbaikan kondensat merupakan
kombinasi dari tahap filtrasi dan pertukaran ion. Sistem pertama yang dipakai adalah
-
19
sistem filtrasi dan pertukaran ion secara terpisah. Filtrasi digunakan untuk menyaring
pengotor tersuspensi dan minyak.
Tahap filtrasi saja sudah cukup memadai jika dipakai untuk menyaring
impurities pada saat start-up dan operasi normal. Tetapi jika terjadi kebocoran pada
pipa kondensat dan padatan terlarut banyak memasuki kondensat, tahap filtrasi saja
tidak cukup dan dibutuhkan sistem demineralisasi (mix-bed demineralizer) untuk
operasi perbaikan. Alternatif lain yang dapat dipakai adalah penggunaan tahap filtrasi
dan demineralisasi dalam satu alat
III.7. Utilitas Pengguna Steam
Hampir semua industri kimia mendapatkan manfaat dari penggunaan steam
baik sebagai media penukar panas, pemanas, atau bahkan sebagai media penggerak
turbin pembangkit listrik. Berikut beberapa utilitas yang umum dijumpai dalam
industri kimia dan menggunakan steam:
Boiler
Boiler merupakan alat pembuat steam yang umum dijumpai dalam industri
kimia, yang berfungsi untuk menyuplai steam menuju alat penukar panas,
evaporator, dan reaktor. Boiler terdiri dari tiga sistem, yaitu: sistem air umpan,
berfungsi untuk mengontrol air yang disuplai ke dalam boiler untuk diubah
menjadi steam. Sistem steam, berfungsi untuk mengontrol produksi steam dalam
boiler yang bekerja dengan cara mengalirkan steam melalui sistem perpipaan ke
titik pengguna. Sistem bahan bakar, berfungsi untuk menyediakan bahan bakar
yang berfungsi sebagai energi penghasil panas yang dibutuhkan oleh boiler.
Heat Exchanger
Prinsip kerja pada alat penukar panas adalah terdapat dua fluida dengan suhu
yang berbeda, dialirkan melalui shell dan tube sehingga pada kedua fluida
tersebut terjadi perpindahan panas secara tidak langsung. Adapun steam yang
digunakan pada alat penukar panas umumnya berjenis saturated steam, meskipun
tidak jarang dijumpai heat exchanger dengan pemanas berupa superheated steam.
Evaporator
Evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan solvent dari
larutan solute berdasarkan perbedaan titik didih yang dimiliki keduanya, untuk
menghasilkan produk yang lebih pekat. Untuk proses pemisahan solvent dari
-
20
larutan solute, maka dibutuhkan panas (kalor) yang umumnya didapat dari boiler
atau furnace.
Terdapat beberapa komponen dasar dari sebuah evaporator, yaitu: heat
exchanger, yang berfungsi untuk menukar panas dari medium pemanas (steam)
ke produk secara tidak langsung. Vacuum, berfungsi untuk menjaga produk tetap
pada suhu rendah yang berfungsi untuk mencegah kerusakan kandungan-
kandungan dalam produk. Vapour separator, berfungsi untuk mengembalikan
padatan dan uap air ke condenser. Condenser, berfungsi untuk mengubah uap air
menjadi air dalam fasa liquid dalam heat exchanger.
III.8. Contoh Soal
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan
kondensor 10 Kpa. Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa. Uap keluar dari boiler
sebagai uap jenuh.
Kondisi 1.
Pada kondisi ini, fluida kerja diasumsikan sebagai kondisi cair jenuh.
Karenanya kita dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.
P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)
v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)
h1 = 191,8 Kj/Kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)
Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida
kerja mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini
dapat dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke
boiler. Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat
mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja.
P2 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
v1 = v2 = 0,00101 m3/kg (Karena pada kondisi ini fluida kerja memiliki
volume spesifik yang tidak berubah dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair).
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh.
Kita dapat memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I
thermodinamika untuk proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan :
Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 10) h2 = Wp + h1
-
21
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg
Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai
kondisi uap jenuh. Karena uap berada dalam kondisi jenuh, maka kita dapat
mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja dalam tabel termodinamika untuk
sifat uap.
P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
s3 = 6,3409 Kj/KgOK (kondisi uap jenuh ; didapat dari tabel uap air)
h3 = 2799,5 Kj/Kg (kondisi uap jenuh ; didapat dari tabel uap air)
Perlu diketahui, bahwa penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida
kerja pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses
selanjutnya, fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah
sifat dari uap jenuh menjadi uap campuran (uap dan cairan). Sehingga kita tidak dapat
mengetahui sifat termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita juga akan
memerlukan harga dari kualitas (fraksi). Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida
kerja pada kondisi 4 dengan menentukan besarnya entropi terlebih dahulu. Proses
yang terjadi pada turbin ialah proses ekspansi adiabatik reversible, sehingga entropy
dari kondisi 4 sama dengan entropi fluida kerja pada kondisi 3.
Kondisi 4.
P4 = 10 Kpa (Parameter diketahui dari soal; tekanan kondensor)
s4 =s3 = 6,3409 Kj/KgOK (Ekspansi Adiabatik reversible di turbin)
sf4 = 0, 6493 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)
sfg4 = 7, 5009 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)
hf4 = 191, 8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)
hfg4 = 2392.8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)
Kualitas uap pada kondisi 4 dapat dihitung menurut persamaan berikut :
s4 = sf4 + x sfg4
6,3409 = 0, 6493 + x (7, 5009)
x = 0,7588
Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
h4 = hf4 + x hfg4
h4 = 191, 8 + (0,7588)( 2392,8)
= 2007,5 Kj/Kg
-
22
Panas yang dipindahkan oleh boiler sebesar :
qi = h3 - h2
= 2799,5 193,8
= 2605,7 Kj/Kg
Panas yang diserap oleh Kondensor sebesar :
qo = h4 - h1
= 2007,5 191,8
= 1815,7 Kj/Kg
Kerja turbine sebesar :
wt = h3 - h4
= 2799,5 2007,5
= 792 Kj/Kg
-
23
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Boiler merupakan bejana tertutup di mana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air proses atau steam. Media yang digunakan adalah air untuk
mengalirkan panas ke suatu proses karena murah.
2. Faktor yang mendasari pemilihan jenis boiler adalah sebagai berikut, kapasitas
yang digunakan, kondisi uap yang dibutuhkan, bahan bakar yang dibutuhkan, dan
konstruksi yang sederhana.
3. Uap air adalah sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, bila mengalami
pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan tertentu. Uap air tidak
berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni kering. Uap air dipakai
pertama sekali sebagai fluida kerja adalah oleh James Watt yang terkenal sebagai
penemu Mesin Uap Torak.
4. Batasan terhadap nilai-nilai parameter penting untuk air umpan boiler ditentukan
oleh pihak dari pembuat alat, atau dapat mengacu dari kriteria dari badan-badan
Internasional seperti ASME dan ABMA.
5. Untuk memenuhi baku mutu air umpan boiler maka harus ada pengendaliaannya,
maka dilakukan pengolahan secara external yang meliputi diantaranya adalah,
koagulasi dan flokulasi; sedimentasi; filtrasi; demineralisasi; softening; dan
deaerasi.
6. Berbagai permasalahan dapat terjadi pada boiler yang disebabkan oleh perlakuan
air umpan boiler yang tidak memenuhi persyaratan, untuk pemeliharaannya dapat
dilakukan dengan proses commisioning awal; operasi pada keadaan normal dan
emergency; pengawasan dan perawatan; dan ruangan ketel.
IV.2. Saran
1. Perlunya beberapa pertimbangan dalam pemilihan boiler.
2. Selain diadakan pengolahan eksternal, untuk menjaga agar boiler tidak cepat
rusak, serta tidak terbentuk fouling, scaling, dan sebagainya, maka diperlukan
pengolahan lebih lanjut; pengolahan internal.
3. Pada umumnya, diperlukan pembersihan secara rutin pada alat penukar panas
untuk mengoptimalkan proses perpindahan panas yang terjadi.
-
24
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Dwi Ardiyanto. 2013. Rancang Bangun Boiler untuk Proses Pemanasan Sistem Uap
pada Industri Tahu dengan Menggunakan Catia V-5. Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang.
Saputra, Hendra, dkk. 2012. Studi Teknis dan Ekonomis Perubahan Steam Boiler Menjadi
Thermal Oil Boiler Sebagai Pemanas Hfo Pada Kapal MV Amazon. ITS. Department of
Marine Engineering, Faculty of marine Technology.
United Nations Environment Programme (UNEP). 2006. Cleaner Production Energy
Efficiency Manual Guidelines for the integration of Cleaner Production and Energy
Efficiency. (distribusi steam dan penggunaanya) www.uneptie.org. Diakses pada tanggal
8 maret 2014.
Wall, John, et. Al. 2009. Saturated steam vs superheated steam. www.systhermique.com.
Diakses pada tanggal 16 mei 2015.