Utilitas_Steam_Universitas Diponegoro

download Utilitas_Steam_Universitas Diponegoro

of 29

description

Utilitas

Transcript of Utilitas_Steam_Universitas Diponegoro

  • UTILITAS

    PENYEDIAAN STEAM DALAM INDUSTRI KIMIA

    Disusun Oleh:

    Sri Wahyuni NIM. 21030112120029

    Anggara Eka Permana P NIM. 21030112120030

    M Alif Haetami NIM. 21030112130063

    M Dzikri Hanif W NIM. 21030112130084

    Esti Rahmawati NIM. 21030112130098

    Ariana Aisa NIM. 21030112130102

    Achmad Farhan H W NIM. 21030112130106

    Probondari Ardana NIM. 21030112130114

    Nugraheni Dwiandini NIM. 21030112130118

    Nisrina Dyah H NIM. 21031002130140

    Danu Purnawan NIM. 21030112130144

    Nikolaus Dharmawan D NIM. 21030112130145

    Syarief Basyarahil NIM. 21030112130150

    M Rodiansyah I NIM. 21030112140186

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2015

  • ii

    PRAKATA

    Dipanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala

    rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas mata kuliah utilitas dengan judul Penyediaan Steam

    Dalam Industri Kimia ini berhasil diselesaikan.

    Dalam penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak lain. Oleh

    karena itu, dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada : Ir. Slamet Priyanto, M.S.

    selaku dosen pengampu mata kuliah utilitas, Orang tua dan keluarga kami yang selalu

    memberikan dukungan kepada kami, serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian

    tugas ini.

    Akhirnya, disadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu

    diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya tugas ini. Semoga

    tugas ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan para pembaca dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan.

    Semarang, 10 Mei 2015

    Penulis

  • iii

    DAFTAR PUSTAKA

    PRAKATA ................................................................................................................................ ii

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

    I.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

    I.3. Tujuan.......................................................................................................................... 3

    BAB II PERMASALAHAN

    II.1. Steam ........................................................................................................................... 4

    II.2. Masalah-Masalah pada Boiler ..................................................................................... 5

    BAB III PEMBAHASAN MASALAH

    III.1. Boiler ....................................................................................................................... 9

    III.1.1. Sumber Penyediaan Air Umpan Boiler ................................................................ 9

    III.1.2. Uap (Steam) ....................................................................................................... 10

    III.2. Proses Kerja Boiler ................................................................................................ 11

    III.3. Baku Mutu Air Boiler ............................................................................................ 16

    III.4. Pengendalian Mutu Air Umpan Boiler .................................................................. 17

    III.5. Pemeliharaan Boiler .............................................................................................. 18

    III.6. Perlakuan Terhadap Kondensat (Condensate Treatment) ..................................... 18

    III.7. Utilitas Pengguna Steam ........................................................................................ 19

    III.8. Contoh Soal ........................................................................................................... 20

    BAB IV PENUTUP

    IV.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 23

    IV.2. Saran ...................................................................................................................... 23

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Kurva Steam Jenuh .............................................................................................. 4

    Gambar 2.2. Diagram Fase Entalpi Suhu................................................................................... 4

    Gambar 3.1. Diagram Suhu-Entropi untuk Air dan Uap ......................................................... 11

    Gambar 3.2. Diagram Skematik Ruang Boiler ........................................................................ 12

    Gambar 3.3. Diagram Pengolahan Air Umpan Boiler ............................................................. 18

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Parameter Air Umpan Boiler ................................................................................... 16

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Steam ditinjau secara molekuler adalah H2O yang mengalami pemanasan

    hingga titik didihnya sehingga mengalami perubahan fase. Dengan meningkatnya

    suhu dan air mendekati kondisi didihnya, beberapa molekul mendapatkan energi

    kinetik yang cukup untuk mencapai kecepatan yang membuatnya sewaktu-waktu

    lepas dari cairan ke ruang diatas permukaan, sebelum jatuh kembali ke cairan.

    Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi lebih besar dan sejumlah molekul

    dengan energi cukup untuk meninggalkan cairan jadi meningkat. Dengan

    mempertimbangkan struktur molekul cairan dan uap, masuk akal bahwa densitas

    steam lebih kecil dari air, sebab molekul steam terpisah jauh satu dengan yang

    lainnya. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi diatas permukaan air menjadi terisi

    dengan molekul steam yang kurang padat (UNEP, 2006).

    Air sangat menguntungkan jika digunakan sebagai media pemanas karena

    memiliki panas kondensasi yang besar sekali, tidak mudah terbakar, dan tidak

    beracun. Steam dapat mengakibatkan luka bakar yang parah terutama bila seluruh

    panas kondensasi dibebaskan di atas kulit. Oleh karena itu, saluran-saluran yang

    dialiri steam tidak boleh dimanipulasi sebelum saluran dibebaskan dari tekanan dan

    didinginkan.

    Terdapat dua jenis steam yang umum dijumpai dalam industri kimia. Yang

    pertama adalah saturated steam, yang terbentuk ketika air diberi panas sensible

    hingga mencapai titik didih. Ketika titik didih air tercapai, suhu air akan terus

    meningkat dan mencapai titik konstan hingga semua air berubah fase menjadi uap.

    Selama masih terdapat air dalam fase cair dalam sistem, suhu steam akan sama

    dengan suhu air dalam fase cair tersebut. Yang kedua adalah superheated steam,

    dimana ketika seluruh air berubah fase menjadi uap, terdapat penambahan kalor yang

    dapat meningkatkan suhu steam tersebut. Dengan kata lain, steam yang dipanaskan

    melebihi tingkatan saturated steam disebut dengan superheated steam.

    Saturated steam lebih banyak digunakan dalam industri sebagai media

    pemanas, memasak, pengeringan, dan lain sebagainya. Sedangkan superheated steam

    hanya digunakan sebagai penggerak turbin.

  • 2

    Steam dibuat di pusat pembangkitan steam di dalam ketel uap/steam (ketel

    radiasi, ketel bakar, ketel listrik) dengan mengunakan bahan bakar batu bara, minyak

    pemanas, atau listrik. Steam ini dibuat dari air yang telah dihilangkan seluruh garam-

    garam dan gasnya (air umpan ketel). Di sini terbentuk steam pada temperatur yang

    sesuai dengan tekaan di dalam ketel. Steam yang terbentuk dipanaskan lebih lanjut

    oleh gas buang sehingga kehilangan panas pada saat transportasi ke tempat

    pemakaian tidak segera menyebabkan terjadinya kondensasi.

    Setelah tekanan tinggi direduksi, misalnya di dalam turbin uap, dan air

    diinjeksikan ke dalam steam berkalor lebih, steam tersebut kemudian dialirkan ke

    konsumen melalui saluran-saluran yang terisolasi dengan baik. Di tempat pemakaian,

    yang dibutuhkan terutama ialah panas kondensasinya. Karena steam tidak dapat

    disimpan, maka kelebihan steam akan diubah menjadi air panas atau air hangat.

    Alat pemanas yang mengunakan steam sebagai media pemanas mudah untuk

    diatur dengan baik. Pemanasan dapat dilakukan dengan mengalirkan steam langsung

    ke bahan proses yang akan dipanaskan. Temperatur pemanasan maksimal yang dapat

    dicapai pada peralatan yang menggunakan ventilasi adalah 100 oC. Cara ini hanya

    dapat digunakan bila air maupun penambahan volume tidak mengganggu sistem.

    Panggunaan steam dapat dilakukan secara tidak langsung, misalnya dalam alat

    penukar panas. Temperatur yang dapat dicapai secara teoritis sama dengan

    temperatur kondensasi steam.

    Menurut United National Environment 2006, steam memberikan suatu cara

    pemindahan sejumlah energi yang terkendali dari suatu pusat, ruang boiler yang

    otomatis, dimana energi dapat dihasilkan secara efisien dan ekonomis, sampai ke titik

    penggunaan. Steam yang bergerak mengelilingi pabrik dianggap sama dengan

    transportasi dan penyediaan energi. Untuk beberapa alasan, steam merupakan

    komoditas yang paling banyak digunakan untuk membawa energi panas.

    Penggunaannya terkenal diseluruh industri untuk pekerjaan yang luas dari produksi

    daya mekanis sampai penggunaan proses dan pemanasan ruangan. Alasan dari

    penggunaan steam adalah: (UNEP, 2006)

    Steam efisien dan ekonomis untuk dihasilkan

    Steam dapat dengan mudah dan murah untuk didistribusikan ke titik

    penggunaan

    Steam mudah dikendalikan

  • 3

    Energinya mudah ditransfer ke proses

    Plant steam yang modern mudah untuk dikendalikan

    Steam bersifat fleksibel

    I.2. Rumusan Masalah

    Bagaimana proses pembentukan steam

    Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kualitas steam

    Apa saja kegunaan steam dalam pabrik

    Bagaimana merancang steam dalam industri

    I.3. Tujuan

    Mengetahui proses pembetukan steam

    Mengetahui factor factor yang mempengaruhi kualitas steam

    Mengetahui kegunaan dan manfaat steam dalam pabrik

    Mempelajari proses perancangan steam

  • 4

    BAB II

    PERMASALAHAN

    II.1. Steam

    Steam berbahan dasar air (H2O) yang molekulnya tersusun dari hidrogen dan

    oksigen. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan steam ialah suhu dan tekanan

    dimana pada tekanan atmosfir suhu jenuhnya adalah 100C. Tetapi, jika tekanannya

    bertambah, maka akan ada penambahan lebih banyak panas yang peningkatan suhu

    tanpa perubahan fase. Oleh karena itu, kenaikan tekanan secara efektif akan

    meningkatkan entalpi air dan suhu jenuh. Hubungan antara suhu jenuh dan tekanan

    dikenal sebagai kurva steam jenuh (Gambar 1).

    Gambar 2.1. Kurva Steam Jenuh (Sumber: UNEP, 2006)

    Air dan steam dapat berada secara bersamaan pada berbagai tekanan pada kurva ini,

    keduanya akan berada pada suhu jenuh. Steam pada kondisi diatas kurva jenuh dikenal

    dengan superheated steam/ steam lewat jenuh:

    Suhu diatas suhu jenuh disebut derajat steam lewat jenuh

    Air pada kondisi dibawah kurva disebut air sub- jenuh.

    Perubahan fase air menjadi steam ditunjukkan dalam diagram fase berikut ini:

    Gambar 2.2. Diagram Fase Entalpi Suhu (Sumber: UNEP, 2006)

  • 5

    Ketika air dipanaskan dari 0C sampai suhu jenuhnya, kondisinya mengikuti

    garis cair jenuh sampai menerima seluruh entalpi cairannya, hf, (A - B). Jika panas

    ditambahkan lebih lanjut, maka akan merubah fase ke steam jenuh dan berlanjut

    meningkakan entalpi sambil tetap pada suhu jenuhnya, hfg, (B - C). Jika campuran

    steam/air meningkat kekeringannya, kondisinya bergerak dari garis cair jenuh ke garis

    uap jenuh. Oleh karena itu pada titik tepat setengah diantara kedua keadaan tersebut,

    fraksi kekeringan (x) nya sebesar 0,5. Hal yang sama, pada garis uap jenuh steamnya

    100 persen kering. Begitu menerima seluruh entalpi penguapannya maka akan

    mencapai garis uap jenuh. Jika pemanas dilanjutkan setelah titik ini, suhu steam akan

    mulai naik mencapai lewat jenuh (C - D).

    Garis-garis cairan jenuh dan uap jenuh menutup wilayah dimana terdapat

    campuran steam/air steam basah. Dalam daerah sebelah kiri garis cair jenuh, hanya

    terdapat air, dan pada daerah sebelah kanan garis uap jenuh hanya terdapat steam lewat

    jenuh. Titik dimana garis cairan jenuh dan uap jenuh bertemu dikenal dengan titik kritis.

    Jika tekanan naik menuju titik kritis maka entalpi penguapannya berkurang, sampai

    menjadi nol pada titik kritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa air berubah langsung

    menjadi steam jenuh pada titik kritisnya. Di atas titik kritis hanya gas yang mungkin

    ada. Keadaan gas merupakan keadaan yang paling terdifusi dimana molekulnya hampir

    memiliki gerakan yang tidak dibatasi, dan volumnya meningkat tanpa batas ketika

    tekanannya berkurang. Titik kritis merupakan suhu tertinggi dimana bahan berada

    dalam bentuk cairan. Pemberian tekanan pada suhu konstan dibawah titik kritis tidak

    akan mngakibatkan perubahan fase. Walau begitu, pemberian tekanan pada suhu

    konstan dibawah titik kritis, akan mengakibatkan pencairan uap begitu melintas dari

    daerah lewat jenuh/superheated ke daerah steam basah. Titik kritis terjadi pada suhu

    374,15C dan tekanan steam 221,2 bar. Diatas tekanan ini steam disebut superkritis dan

    tidak ada titik didih yang dapat diterapkan.

    II.2. Masalah-Masalah pada Boiler

    Suatu boiler atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air yang

    baik, cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan

    kinerja dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Banyak masalah-masalah yang

    ditimbulkan akibat dari kurangnya penanganan dan perhatian khusus terhadap

    penggunaan air umpan boiler.

  • 6

    Akibat dari kurangnya penanganan terhadap air umpan boiler akan

    menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:

    1. Pembentukan Kerak

    Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya

    mineral-mineral pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan

    seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat pengaruh gas penguapan. Diamping

    itu pula dapat disebabkan oleh mekanisme pemekatan didalam boiler

    karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum dalam boiler

    adalah kalsium sulfat, senyawa silikat dan karbonat. Zat-zat dapat

    membentuk kerak yang keras dan padat sehingga bila lama

    penanganannya akan sulit sekali untuk dihilangkan. Silika diendapkan

    bersama dengan kalsium dan magnesium sehingga membuat kerak

    semakin keras dan semakin sulit untuk dihilangkan.

    Kerak yang menyelimuti permukaan boiler berpengaruh

    terhadap perpindahan panas permukaan dan menunjukkan dua akibat

    utama yaitu berkurangnya panas yang dipindahkan dari dapur ke air

    yang mengakibatkan meningkatkan temperatur disekitar dapur, dan

    menurunnya efisiensi boiler

    2. Peristiwa Korosi

    Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida yang

    terdapat dalam uap yang terkondensasi. Korosi merupakan peristiwa

    logam kembali kebentuk asalnya di alam misalnya besi menjadi oksida

    besi, alumunium dan lain-lain. Peristiwa korosi dapat terjadi disebabkan

    oleh:

    - Gas-gas yang bersifat korosif seperti O2, CO2, H2S

    - Kerak dan deposit

    - Perbedaan logam (korosi galvanis)

    - pH yang terlalu rendah dan lain-lain

    Jenis korosi yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah

    general corrosion, pitting (terbentuknya lubang) dan embrittlement

    (peretakan baja). Adanya gas yang terlarut, oksigen dan karbon

    dioksida pada air umpan boiler adalah penyebab utama general

    corrosion dan pitting corrosion (tipe oksigen elektro kimia dan

    diffrensial). Kelarutan gas-gas ini di dalam air umpan boiler menurun

  • 7

    jika suhu naik. Kebanyakan oksigen akan memisah pada ruang uap,

    tetapi sejumlah kecil residu akan tertinggal dalam larutan atau

    terperangkap pada kantong-kantong atau dibawah deposit, hal ini dapat

    menyebabkan korosi pada logam-logam boiler. Karena itu pentinguntuk

    melakukan proses deoksigenasi air boiler.

    Jumlah rata-rata korosi atau serangan elektrokimia akan naik jika

    nilai pH air menurun. Selain itu air umpan boiler akan dikondisikan

    secara kimia mencapai nilai pH yang relatif tinggi. Bentuk korosi yang

    tidak umum tetapi berbahaya adalah bentuk korosi embrittlement atau

    keretakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika berada pada tekanan

    yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak sesuai. Caustic

    embrittlement atau keratakan inter kristalin pada baja yang terjadi jika

    berada pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak

    sesuai. Caustic embrittlement terjadi pada sambungan penyumbat dan

    meluas pada ujung tabung dimana celah memungkinkan perkembangan

    suatu lingkungan caustic yang terkonsentrasi.

    3. Pembentukan Deposit

    Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air

    umpan boiler yang disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi

    misalnya oksida besi, oksida tembaga dan lain-lain. Peristiwa ini dapat

    juga disebabkan oleh kontaminsi uap dari produk hasil proses produksi.

    Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang terlarut dan zat-

    zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan dan dengan

    adanya zat tersuspensi dalam air pada boiler menyebabkan

    mengendapnya sejumlah muatan yang menurunkan daya kelarutan, jika

    temperaturnya dinaikkan. Hal ini menjelaskan mengapa kerak dan

    sludge (lumpur) terbentuk. Kerak merupakan bentuk deposit-deposit

    yang tetap berada pada permukaan boiler sedangkan sludge merupakan

    bentuk deposit-deposit yang tidak menetap atau deposit lunak.

    4. Terbawanya Uap (Steam Carryover)

    Ketika air boiler mengandung garam terlarut dan zat tersuspensi

    dengan konsentrasi yang tinggi, ada kecendrungan baginya untuk

    membentuk busa secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan steam

    carryover zat-zat padat dan cairan pengotor kedalam uap. Steam

  • 8

    carryover terjadi jika mineral-mineral dari boiler ikut keluar bersama

    dengan uap ke alat-alat seperti superheater, turbin, dan lain-lain.

    Kontaminasi-kontaminasi ini dapat diendapkan kembali pada sistem

    uap atau zat-zat itu akan mengontaminasi proses atau material-material

    yang diperlukan steam.

  • 9

    BAB III

    PEMBAHASAN MASALAH

    III.1. Boiler

    Boiler merupakan bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air

    sampai terbentuk air proses atau steam. Air adalah media yang berguna dan murah

    untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Boiler mengubah energi-energi kimia

    menjadi bentuk energi yang lain untuk menghasilkan kerja. Boiler dirancang untuk

    melakukan atau memindahkan kalor dari suatu sumber pembakaran, yang biasanya

    berupa pembakaran bahanbakar. Faktor yang mendasari pemilihan jenis boiler adalah

    sebagai berikut:

    a. Kapasitas yang digunakan

    b. Kondisi uap yang dibutuhkan

    c. Bahan bakar yang dibutuhkan

    d. Konstruksi yang sederhana

    III.1.1. Sumber Penyediaan Air Umpan Boiler

    Air yang digunakan pada air umpan boiler diperoleh dari air sungai, air

    waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak

    sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh

    lingkungan asal air tersebut. Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai

    air umpan boiler maka air baku dari sumber air harus dilakukan pengolahan

    terlebih dahulu yang bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur atau

    padatan yang terkandung didalam air baik dalam bentuk tersuspensi, terlarut,

    ataupun koloid yang dapat menyebabkan terjadinya kerak, korosi dan

    pembusaan dalam boiler. Disamping itu senyawa organik dapat menyebabkan

    berbagai masalah dalam operasi boiler. Kualitas air umpan boiler juga

    dipengaruhi oleh kondisi operasi boiler, dimana semakin tinggi tekanan dan

    temperature operasi maka semakin murni kualitas air umpan yang diperlukan.

    Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan boiler,

    sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada criteria

    dari badan-badan International seperti ASME dan ABMA.

  • 10

    III.1.2. Uap (Steam)

    Uap air adalah sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, bila

    mengalami pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan tertentu.

    Uap air tidak berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni

    kering. Uap air dipakai pertama sekali sebagai fluida kerja adalah oleh James

    Watt yang terkenal sebagai penemu Mesin Uap Torak.

    Uap air tidak mengikuti hukum-hukum gas sempurna, sampai dia

    benar-benar kering (kadar uap 100%). Bila uap adi kering dipanaskan lebih

    lanjut maka dia menjadi uap adi panas (panas lanjut) dan selanjutnya dapat

    dianggap sebagai gas sempurna.

    Uap air terbentuk dalam tiga jenis, yaitu:

    1. Uap saturasi basah (X < 1)

    2. Uap saturasi kering (X = 1)

    3. Uap adi panas

    Sebagaimana kita ketahui bahwa pada pemanasan air dan penguapan

    berlangsung pada tekanan tetap. Begitu pula pada pemanasan lanjut uap

    berlangsung pada tekanan tetap. Entropi uap pada tekanan tetap, terdiri dari:

    1. Kenaikan entropi air selama pemanasannya dari titik lebur sampai ke

    titik didih dibawah tekanan tertentu

    2. Kenaikan entropi selama peristiwa penguapan

    3. Kenaikan entropi selama pemanasan lanjut

    Diagram entropi-temperatur (diagram T-S) sangat berguna untuk

    menyelesaikan soal-soal ekspansi secara adiabatis. Absis dari diagram

    menunjukkan entropi dari fluida (air atau uap), di atas titik air, sedang

    ordinatnya menyatakan temperatur fluida. Dalam gambar grafik ABCD

    menggambarkan pemanasan 1 kg air dari titik cair (0OC) sampai suhu adi

    panas (tsup OC) pada tekanan tetap (constant). Grafik AB menggambarkan

    pemanasan air sampai temperatur saturasi (tsup OC). Kenaikan entropi : Sw

    kkal/kgOC diukur sepanjang garis AB(Effendi, 2013).

  • 11

    Gambar 3.1. Diagram Suhu-Entropi untuk Air dan Uap (Sumber:

    Effendi, 2013)

    III.2. Proses Kerja Boiler

    Menurut UNEP dalamPedoman Efisiensi Industri Asia, sistem boiler terdiri

    dari:

    1. Sistem air umpan: menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan

    kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan

    perbaikan.

    2. Sistem steam: mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler.

    Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruha

    nsistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat

    pemantau tekanan.

    3. Sistembahanbakar: semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan

    bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan

    pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada

    sistem.

  • 12

    Gambar 3.2. Diagram Skematik Ruang Boiler (Sumber: UNEP, 2006)

    Pada gambar diatas, terdapat beberapa komponen steam boiler seperti:

    1. Steam boiler, merupakan alat yang digunakan untuk memberi panas pada

    fluida (air)

    2. Deaerator, merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan uap dengan

    fluidanya.

    3. Expansion tank, merupakan tanki yang berfungsi untuk menampung uap jenuh

    yang berasal dari kerja deaerator.

    4. Circulating pump, pompa yang digunakan untuk mensirkulasi fluida yang

    berasal dari proses menuju steam boiler.

    5. Economizer, alat ini digunakan supaya steam boiler lebih efesien dimana

    fluida yang akan masuk ke steam boiler akan dipanaskan terlebih dahulu.

    Air yang disuplaike boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua

    sumber air umpan adalah:

    1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses

    2. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar

    ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih

    tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan

    menggunakan limbah panas pada gas buang.

    Secara umum suatu ketel uap (boiler) dilengkapi dengan peralatan sedikitnya sbb:

    1. Superheater

  • 13

    Superheater adalah suatu alat berbentuk heat exchanger dimana panas dari

    gas asap (combustion product) digunakan untuk pengeringan uap jenuh kemudian

    menaikkan temperaturnya. Jalannya penyerapan panas adalah sebagai berikut:

    gas asap menyerahkan superheater panas dipindahkan secar konveksi, konduksi,

    selanjutnya dari pipa bagian dalam superheater panas dipindahkan secara

    konveksi ke uap yang ada dalam pipa tersebut. Bahan yang digunakan untuk pipa

    coil adalah dari baja carbon (carbon steel) untuk suhu 450C sednag untuk suhu

    di atas 450C digunakan baja campura (alloy steel). Susunan coil terhadap gas

    asap ada bermacam-macam:

    a. Counter flow (aliran berlawanan)

    b. Partikel flow (aliran searah)

    c. Combined flow ( gabungan searah)

    2. Economizer

    Economizer adalah alat berbentuk heat exchanger yang digunakan untuk

    menaikkan temperatur feed water boiler (air umpan ketel), sebagai pemanas

    biasanya dipakai gas asap yang keluar dari superheater. Dengan penggunaan

    economizer didapat keuntungan:

    Memanfaatkan gas uap (exhaust gas) yang masih mempunyai kalor

    Menurunkan atau memperkecil perbedaan temperatur antara feed water dan

    saturated steam, dengan demikian tegangan (external stress) yang terdapat di

    dalam ketetl dapat diperkecil sehingga bisa menaikkan efisiensi.

    Dengan penggunaan economizer selain untuk menaikkan suhu air umpan

    ketel juga dimaksudkan untuk menurunkan suhu gas sebab gas asap menyalurkan

    panasnya pada cair dalam economizer, dimana setiap kenaikan 1C feed water

    selalu diikuti penurunan suhu gas asap sebesar 2-3C.

    Economizer biasanya terbuat dari susunan pipa-pipa yang membentuk heat

    excahnger, dan terbuat dari besi tuang (cast iron pipa) ataupun terbuat dari pipa

    baja (steel tube). Untuk pipa-pipa drai besi tekanan yang diizinkan adalah sampai

    22 atm (atmosfer melebihi), sedangkan pada tekanan yang leih besar lagi

    dipergunakan steel tube economizer. Economizer dari pipa besi banyak

    dipergunakan pada ketel-ketel pipa api karena tekanan yang dihasilkan rendah.

    Steel tube yang digunakan sebagai economizer kadang-kadang juga

    menghasilkan uap. Apabila economizer yang dipergunakan juga berfungsi

  • 14

    menghasilkan uap, maka disebut steaming economizer. Pada prakteknya

    pemanasan feed water dapat dilakukan dengan 2 cara:

    Pemanasan dengan memanfaatkan gas asap dan alatnya disebut economizer.

    Pemanasan dengan exhaust steam

    Uap yang masih mempunyai panas/kalor disalurkan untuk pemanasan lagi.

    Alat yang digunakan untuk memanasi feed water dengan exhaust steam disebut

    feed water heater. Ada 2 macam feed water heater yaitu:

    Open type feed water heater (direct contact).

    Di sini antara feed water dan exhaust steam terjadi pencampuran. Uap

    yang tak mengembun dikeluarkan melalui pipa pernapasan (vent pipa) yang

    letaknya di atas.

    Close type (surface water heater)

    Di sini antar exhaust steam dan feed water tak ada kontak langsung.

    Perpindahan panas melalui bidang pemanasan. Close type water heater

    berbentuk silinder dimana dalam silinder terdapat pipa-pipa berisi feed

    water.

    3. Air heater

    Udara yang dipergunakan untuk pembakaran sebelum masuk ke dalam

    ruang bakar terlebih dahulu dilewatkan dengan alat yang namanya air heater atau

    luvo, dimana tujuannya adalah untuk menaikkan suhu udara pembakaran

    sehingga dapat menaikkan efisiensi pembakaran. Luvo ini biasanya diletakkan di

    belakang economizer sehingga sebagai media pemanas di luvo adalah gas asap

    yang keluar dari economizer luvo berbentuk besi exchanger, yang mana salah

    satu jenisnya adalah regenerative type air heater.

    Air heater berbentuk silinder berisi pipa-pipa yang dilengkapi dnegan rotor

    yang memutar. Gas asap atau flue gas masuk pada salah satu sisi pemasukan

    berjalan dari bawah ke atas. Tempat pemasukan diikatkan pada stater yang tak

    ikut berputar. Udara untuk pembakaran dimasukka ke sisi lainnya dari atas ke

    bawah. Rotor berputar dengan kecepatan yang rendah sekali sehingga memberi

    kesempatan pada gas asap untuk meyerahkan panasnya pada permukaan pipa-

    pipa itu, setelah menerima sebagian panas dengan perputaran rotor, maka udara

    dilewatkan pipa untuk pembakaran.

  • 15

    4. Dapur pembakaran (furnace)

    Dapur pembakaran adalah suatu ruangan temapat terjadinya proses

    pembakaran dari bahan bakar. Kedudukan dapur pada ketel upa harus

    direncanakan sedemikian rupa sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran

    bahan bakar di ruang dapur dapat diserap dengan baik oleh air ketel dan kerugian

    panas harus diusahakan sekecil mungkin. Pada dasarnya dapur pembakaran

    dibagi 2 jenis:

    1. Dapur dengan pengapian di atas kisi panggangan (gratifired furnaces).

    Dapur ini digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar

    padat, dimana bahan bakar terebut dibakar di atas sejumlah kisi-kisi yang

    mempunyai celah udara untuk pembakar. Kisi panggangan ini sering disebut

    rangka bakar.

    2. Dapur dengan pengapian disemburkan (pulverined fuel furnaces).

    Digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar: air, gas

    atau powder (tepung), dimana bahan bakar tersebut disuspensikan dan

    berbentuk nyala (flame).

    Berdasarkan cara memasukkan udara dan bahan bakar (system feeding),

    maka pengumpanan bahan bakar padat dibagi 2 macam:

    Pengumpanan secara manual (dengan tangan, head fired)

    Pengumpanan secara mekanis, secara otomatis

    Sistem pengumpanan secara manual digunakan pada ketel-ketel tekanan

    rendah atau kapasitas rendah. Hal ini disebabkan terbatasnya kecepatan melempar

    bahan bakar ke dalam ruang dapur dengan menggunakan tangan biasa. Untuk

    pengumpanan dengan tangan, biasanya bentuk rangka bakar berupa kisi-kisi yang

    stasioner. Bentuk kisi panggangan yang stasioner.

    5. Rangka bakar

    Rangka bakar merupakan suatu rangka dimana alat untuk menyangga bahan

    bakar dalam ruang bakar dan padanya terdapat lubang-lubang udara primer

    berkisar antara 20-40%dari luas rangka bakar, dan tergantung pada jenis bahan

    bakar yang dipergunakan. Perbandingan dengan luas bidang pemanasan biasanya

    adalah: 1 m2 rangka bakar memanasi 40-60% heating surface.

  • 16

    Selain rangka bakar stasioneri yang digunakan pada sistem pengumpanan

    manual. Masih ada jenis-jenis rangka bakar yang digunakan untuk siste

    pengumpanan mekanis, yaitu:

    a. Rangka bakar datar

    b. Rangka bakar tangga

    c. Rangka bakar rantai

    III.3. Baku Mutu Air Boiler

    Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan boiler,

    sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada kriteria dari

    badan-badan International seperti ASME dan ABMA. Boiler adalah tungku dalam

    berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk menghasilkan uap dengan cara

    penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga listrik lewat turbin, proses

    kimia, dan pemanasan dalam produksi, dll. Dalam istilah lain biasa disebut ketel uap

    yaitu alat untuk menghasilkan uap, yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu sisi api

    sebagai penyedia panas dan sisi air sebagai bagian untuk proses penguapan air

    menjadi uap. Uap kemudian keluar dari boiler untuk digunakan dalam berbagai

    aplikasi seperti pemanas, turbin, dll.

    Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh

    dari air sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebu

    ttidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh

    lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami

    pencemaran oleh aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu

    dilakukan pemurnian. Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang telah

    ditentukan agar tidak menimbulkan masalah-masalah pada pengoperasian boiler. Air

    tersebut harus bebas dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta pengotor-

    pengotor lainnya yang dapat menurunkan efisiensi kerja dari boiler. Feed water harus

    memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam tabel di bawah ini:

    Tabel 3.1 Parameter Air Umpan Boiler (SNI 19-1719-1989)

    Parameter Satuan Pengendalian Batas

    pH Unit 10,5 11,5

    Konduktivitas mhos/cm 5000 (maksimal)

  • 17

    Total Dissolved

    Solid

    ppm 3500 (maksimal)

    P-Alkalinitas ppm -

    M-Alkalinitas ppm 800 (maksimal)

    O-Alkalinitas ppm 2,5 x SiO2 (minimum)

    T, hardness ppm -

    Silika ppm 150 (maksimal)

    Besi ppm 2 (maksimal)

    Residual fosfat ppm 20 50

    Residual sulfit ppm 20 50

    pH kondensat ppm 8,0 9,0

    Sumber: Sisni. Bsn.go.id

    Pada proses penguapan dalam ketel uap, air menjadi uap. Uap yang dihasilkan

    adalah air murni dalam fasa uap (H2O) dimana ion-ion yang terkandung dalam air

    boilernya tidak turut menguap. Sebagai akibatnya, konsentrasi ion-ion yang berada

    dalam fasa cairnya (air boiler) semakin lama akan semakin tinggi dimana apabila hal

    ini tidak dikendalikan kenaikan konsentrasi ion-ion tersebut akan menuju bilangan

    tak terhingga, sehingga konsekuensinya pengerakan pada pipa-pipa boiler tidak akan

    bisa dihindarkan. Pengendalian ion-ion dalam air boiler tersebut pada sistim boiler

    dilakukan dengan membuang sebagian dari air boiler secara kontinyu dan disebut

    sebagai blow-down.Tujuan blow-down adalah untuk menjaga agar ion-ion yang ada

    dalam air boiler tidak melebihi batasan-batasan yang telah ditentukan.

    III.4. Pengendalian Mutu Air Umpan Boiler

    Air umpan boiler memiliki standarbaku mutu tertentu. Namun, sumber air baku

    untuk umpan boiler belum memenuhi standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu,

    dilakuka npengolahan secara eksternal untuk membuang padatan tersuspensi,

    padatan terlarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab

    utama pembentukan kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan karbondioksida). Proses

    pengolahan eksternal dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

    Koagulasi dan Flokulasi

    Sedimentasi

    Filtrasi

    Demineralisasi

  • 18

    Softening

    Deaerasi

    Gambar 3.3. Diagram Pengolahan Air Umpan Boiler (Sumber: UNEP, 2006)

    III.5. Pemeliharaan Boiler

    Boiler yang berperan dalam proses pengubahan air menjadi uap memerlukan

    perlakuan dan perawatan khusus. Masalah yang timbul pada boiler umumnya

    disebabkan oleh perlakuan air umpan boiler yang tidak memenuhi persyaratan. Untuk

    perawatan dan pemeliharaan boiler dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    1. Proses Commisioning awal

    2. Operasi pada keadaan normal dan emergency (darurat)

    3. Pengawasan dan perawatan

    4. Ruangan ketel

    III.6. Perlakuan Terhadap Kondensat (Condensate Treatment)

    Perlakuan terhadap kondensat mencakup pengendalian korosi di system

    kondensat dan perbaikan mutu kondensat (condensate polishing). Sekalipun

    kondensat yang diumpankan kembali relatif murni, tetapi mungkin masih

    mengandung impurities dari hasil proses korosi, dan erosi, baik yang larut maupun

    yang tidak larut. Impurities tersebut dapat berupa mineral-mineral, kesadahan dan

    minyak. Condensate polishing dimaksudkan untuk meminimumkan jumlah

    impurities tersebut agar dapat mencegah pembentukan kerak pada ketel dan turbin,

    dan meminimumkan pengaruh korosif. Tahap perbaikan kondensat merupakan

    kombinasi dari tahap filtrasi dan pertukaran ion. Sistem pertama yang dipakai adalah

  • 19

    sistem filtrasi dan pertukaran ion secara terpisah. Filtrasi digunakan untuk menyaring

    pengotor tersuspensi dan minyak.

    Tahap filtrasi saja sudah cukup memadai jika dipakai untuk menyaring

    impurities pada saat start-up dan operasi normal. Tetapi jika terjadi kebocoran pada

    pipa kondensat dan padatan terlarut banyak memasuki kondensat, tahap filtrasi saja

    tidak cukup dan dibutuhkan sistem demineralisasi (mix-bed demineralizer) untuk

    operasi perbaikan. Alternatif lain yang dapat dipakai adalah penggunaan tahap filtrasi

    dan demineralisasi dalam satu alat

    III.7. Utilitas Pengguna Steam

    Hampir semua industri kimia mendapatkan manfaat dari penggunaan steam

    baik sebagai media penukar panas, pemanas, atau bahkan sebagai media penggerak

    turbin pembangkit listrik. Berikut beberapa utilitas yang umum dijumpai dalam

    industri kimia dan menggunakan steam:

    Boiler

    Boiler merupakan alat pembuat steam yang umum dijumpai dalam industri

    kimia, yang berfungsi untuk menyuplai steam menuju alat penukar panas,

    evaporator, dan reaktor. Boiler terdiri dari tiga sistem, yaitu: sistem air umpan,

    berfungsi untuk mengontrol air yang disuplai ke dalam boiler untuk diubah

    menjadi steam. Sistem steam, berfungsi untuk mengontrol produksi steam dalam

    boiler yang bekerja dengan cara mengalirkan steam melalui sistem perpipaan ke

    titik pengguna. Sistem bahan bakar, berfungsi untuk menyediakan bahan bakar

    yang berfungsi sebagai energi penghasil panas yang dibutuhkan oleh boiler.

    Heat Exchanger

    Prinsip kerja pada alat penukar panas adalah terdapat dua fluida dengan suhu

    yang berbeda, dialirkan melalui shell dan tube sehingga pada kedua fluida

    tersebut terjadi perpindahan panas secara tidak langsung. Adapun steam yang

    digunakan pada alat penukar panas umumnya berjenis saturated steam, meskipun

    tidak jarang dijumpai heat exchanger dengan pemanas berupa superheated steam.

    Evaporator

    Evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan solvent dari

    larutan solute berdasarkan perbedaan titik didih yang dimiliki keduanya, untuk

    menghasilkan produk yang lebih pekat. Untuk proses pemisahan solvent dari

  • 20

    larutan solute, maka dibutuhkan panas (kalor) yang umumnya didapat dari boiler

    atau furnace.

    Terdapat beberapa komponen dasar dari sebuah evaporator, yaitu: heat

    exchanger, yang berfungsi untuk menukar panas dari medium pemanas (steam)

    ke produk secara tidak langsung. Vacuum, berfungsi untuk menjaga produk tetap

    pada suhu rendah yang berfungsi untuk mencegah kerusakan kandungan-

    kandungan dalam produk. Vapour separator, berfungsi untuk mengembalikan

    padatan dan uap air ke condenser. Condenser, berfungsi untuk mengubah uap air

    menjadi air dalam fasa liquid dalam heat exchanger.

    III.8. Contoh Soal

    Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan

    kondensor 10 Kpa. Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa. Uap keluar dari boiler

    sebagai uap jenuh.

    Kondisi 1.

    Pada kondisi ini, fluida kerja diasumsikan sebagai kondisi cair jenuh.

    Karenanya kita dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 1.

    P1 = 10 Kpa (parameter diketahui dari soal)

    v1 = 0,00101 m3/kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)

    h1 = 191,8 Kj/Kg (Kondisi uap jenuh ; tabel tekanan)

    Kondisi 2.

    Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida

    kerja mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini

    dapat dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke

    boiler. Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat

    mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja.

    P2 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)

    v1 = v2 = 0,00101 m3/kg (Karena pada kondisi ini fluida kerja memiliki

    volume spesifik yang tidak berubah dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair).

    Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh.

    Kita dapat memperoleh entalphy dengan menggunakan bantuan hukum I

    thermodinamika untuk proses pemompaan. Kerja pompa dinyatakan dengan :

    Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1

    = 0,00101 (2000 10) h2 = Wp + h1

  • 21

    = 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg

    Kondisi 3.

    Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai

    kondisi uap jenuh. Karena uap berada dalam kondisi jenuh, maka kita dapat

    mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja dalam tabel termodinamika untuk

    sifat uap.

    P3 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)

    s3 = 6,3409 Kj/KgOK (kondisi uap jenuh ; didapat dari tabel uap air)

    h3 = 2799,5 Kj/Kg (kondisi uap jenuh ; didapat dari tabel uap air)

    Perlu diketahui, bahwa penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida

    kerja pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses

    selanjutnya, fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah

    sifat dari uap jenuh menjadi uap campuran (uap dan cairan). Sehingga kita tidak dapat

    mengetahui sifat termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita juga akan

    memerlukan harga dari kualitas (fraksi). Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida

    kerja pada kondisi 4 dengan menentukan besarnya entropi terlebih dahulu. Proses

    yang terjadi pada turbin ialah proses ekspansi adiabatik reversible, sehingga entropy

    dari kondisi 4 sama dengan entropi fluida kerja pada kondisi 3.

    Kondisi 4.

    P4 = 10 Kpa (Parameter diketahui dari soal; tekanan kondensor)

    s4 =s3 = 6,3409 Kj/KgOK (Ekspansi Adiabatik reversible di turbin)

    sf4 = 0, 6493 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)

    sfg4 = 7, 5009 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)

    hf4 = 191, 8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)

    hfg4 = 2392.8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh : didapat dari tabel uap air)

    Kualitas uap pada kondisi 4 dapat dihitung menurut persamaan berikut :

    s4 = sf4 + x sfg4

    6,3409 = 0, 6493 + x (7, 5009)

    x = 0,7588

    Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan

    persamaan berikut :

    h4 = hf4 + x hfg4

    h4 = 191, 8 + (0,7588)( 2392,8)

    = 2007,5 Kj/Kg

  • 22

    Panas yang dipindahkan oleh boiler sebesar :

    qi = h3 - h2

    = 2799,5 193,8

    = 2605,7 Kj/Kg

    Panas yang diserap oleh Kondensor sebesar :

    qo = h4 - h1

    = 2007,5 191,8

    = 1815,7 Kj/Kg

    Kerja turbine sebesar :

    wt = h3 - h4

    = 2799,5 2007,5

    = 792 Kj/Kg

  • 23

    BAB IV

    PENUTUP

    IV.1. Kesimpulan

    1. Boiler merupakan bejana tertutup di mana panas pembakaran dialirkan ke air

    sampai terbentuk air proses atau steam. Media yang digunakan adalah air untuk

    mengalirkan panas ke suatu proses karena murah.

    2. Faktor yang mendasari pemilihan jenis boiler adalah sebagai berikut, kapasitas

    yang digunakan, kondisi uap yang dibutuhkan, bahan bakar yang dibutuhkan, dan

    konstruksi yang sederhana.

    3. Uap air adalah sejenis fluida yang merupakan fase gas dari air, bila mengalami

    pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan tertentu. Uap air tidak

    berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni kering. Uap air dipakai

    pertama sekali sebagai fluida kerja adalah oleh James Watt yang terkenal sebagai

    penemu Mesin Uap Torak.

    4. Batasan terhadap nilai-nilai parameter penting untuk air umpan boiler ditentukan

    oleh pihak dari pembuat alat, atau dapat mengacu dari kriteria dari badan-badan

    Internasional seperti ASME dan ABMA.

    5. Untuk memenuhi baku mutu air umpan boiler maka harus ada pengendaliaannya,

    maka dilakukan pengolahan secara external yang meliputi diantaranya adalah,

    koagulasi dan flokulasi; sedimentasi; filtrasi; demineralisasi; softening; dan

    deaerasi.

    6. Berbagai permasalahan dapat terjadi pada boiler yang disebabkan oleh perlakuan

    air umpan boiler yang tidak memenuhi persyaratan, untuk pemeliharaannya dapat

    dilakukan dengan proses commisioning awal; operasi pada keadaan normal dan

    emergency; pengawasan dan perawatan; dan ruangan ketel.

    IV.2. Saran

    1. Perlunya beberapa pertimbangan dalam pemilihan boiler.

    2. Selain diadakan pengolahan eksternal, untuk menjaga agar boiler tidak cepat

    rusak, serta tidak terbentuk fouling, scaling, dan sebagainya, maka diperlukan

    pengolahan lebih lanjut; pengolahan internal.

    3. Pada umumnya, diperlukan pembersihan secara rutin pada alat penukar panas

    untuk mengoptimalkan proses perpindahan panas yang terjadi.

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Effendi, Dwi Ardiyanto. 2013. Rancang Bangun Boiler untuk Proses Pemanasan Sistem Uap

    pada Industri Tahu dengan Menggunakan Catia V-5. Jurusan Teknik Mesin Fakultas

    Teknik Universitas Negeri Semarang.

    Saputra, Hendra, dkk. 2012. Studi Teknis dan Ekonomis Perubahan Steam Boiler Menjadi

    Thermal Oil Boiler Sebagai Pemanas Hfo Pada Kapal MV Amazon. ITS. Department of

    Marine Engineering, Faculty of marine Technology.

    United Nations Environment Programme (UNEP). 2006. Cleaner Production Energy

    Efficiency Manual Guidelines for the integration of Cleaner Production and Energy

    Efficiency. (distribusi steam dan penggunaanya) www.uneptie.org. Diakses pada tanggal

    8 maret 2014.

    Wall, John, et. Al. 2009. Saturated steam vs superheated steam. www.systhermique.com.

    Diakses pada tanggal 16 mei 2015.