Trend Issue Sistem Endokrin Fik

24
TREND ISSUE SISTEM ENDOKRIN DIABETES MILITUS Oleh : I MADE YUDI INDRA WIBAWA 1202105051 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Transcript of Trend Issue Sistem Endokrin Fik

Page 1: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

TREND ISSUE SISTEM ENDOKRIN

DIABETES MILITUS

Oleh :

I MADE YUDI INDRA WIBAWA 1202105051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Page 2: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti definisi dari the National Diabetes Data Group dan the world Health

Organization, diabetes tipe 2 adalah intoleransi karbohidrat yang ditandai dengan resistensi

insulin, definisi relative (bukan absolut) insulin, kelebihan produksi glukosa hepar dan

hiperglikemia. Karena defisiensi insulin kompleks jarang terjadi, ketoasidosis jarang terjadi pada

bentuk diabetes ini. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit endokrin yang paling umum

dan bentuk diabetes yang paling umum. Prevalensi di Amerika Serikat 6% sampai 7% pada

orang berusia 45 sampai 65 tahun dan 10% sampai 12% pada orang berusia lebih dari 65 tahun;

sekitar 16 juta orang di Amerika Serikat terdiagnosis diabetes, 90% diantara mereka menderita

diabetes tipe 2. Diperkirakan karena awitan latennya yang panjang, rata-rata waktu dari awitan

sampai diagnosis diabetes tipe 2 adalah 7 sampai 12 tahun; banyak pasien telah mengalami

komplikasi jangka panjang saat terdiagnosis. Merupakan penyebab kematian ke-7 di Amerika

Serikat, menyebabkan 17% kematian pada orang berusia lebih dari 25 tahun; bertanggung jawab

terhadap 300.000 kematian per tahun.

Ada tiga alasan mengapa orang dengan diabetes lebih tinggi resikonya mengalami

masalah kaki yaitu: sirkulasi darah dari kaki ke tungkai yang menurun (gangguan pembuluh

darah), berkurangnya perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf), berkurangnya daya tahan

tubuh terhadap infeksi (Misnadiarly, 2006). Upaya penanganan pada pasien DM yang sekaligus

juga pencegahan terjadinya komplikasi adalah teraturnya pasien DM dalam melakukan aktifitas

fisik/berolahraga. Dengan berolahraga diharapkan terjaganya kebugaran tubuh, menurunkan

berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula dalam

darah. Aktifitas fisik yang juga dianjurkan untuk dilakukan secara rutin oleh pasien DM adalah

gerakan senam kaki diabetes. Berdasarkan teori yang disampaikan di atas, kami menganalisis

sebuah jurnal yang berjudul “EFEKTIFITAS SENAM KAKI DIABETES MELITUS DENGAN

KORAN TERHADAP TINGKAT SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DM TIPE 2” untuk

Page 3: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

mengetahui keefektifan senam kaki dalam mencegah komplikasi kronik pada pasien Diabetes

Millitus tipe 2.

Senam kaki merupakan suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes

mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian

kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil

kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot

betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki dapat diberikan

kepada seluruh penderita diabetes mellitus tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak

pasien didiagnosa menderita diabetes mellitus sebagai tindakan pencegahan dini. Sehingga bila

terbukti efektif maka dapat di implementasikan ke dalam asuhan keperawatan.

Page 4: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

BAB II

ISI

A. Ringkasan Jurnal

1. Tujuan Penelitian

Penyakit DM merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan tepat

dan serius karena merupakan penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena

adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut

maupun relatif (Bustan, 2007). Menurut World Health Organization Indonesia saat ini sekitar 8

juta jiwa penduduknya mengalami diabetes militus, dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 juta

jiwa pada tahun 2025 mendatang (Bustan, 2007). Komplikasi Diabetes merupakan faktor yang

membahayakan jiwa penderita. Akan tetapi dengan harapan hidup penderita yang lebih panjang

sulit dihindarkan terjadinya komplikasi kronik, yaitu: diabetes retinopati, penyakit jantung,

nephropati diabetes, luka kaki diabetes, dan impotensi.

Kaki diabetes adalah salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Ada tiga

alasan mengapa orang dengan diabetes lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki yaitu:

sirkulasi darah dari kaki ke tungkai yang menurun (gangguan pembuluh darah), berkurangnya

perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf), berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi

(Misnadiarly, 2006). Ada beberapa penelitian yang mengacu pada cara encegah terjadinya

diabetic foot . sebagian besar penelitian tersebut melakukan teknik pergerakan kaki. Hai tersebut

diatas, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan melakukan latihan

pergerakan kaki. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan media kertas. Peneliti

menggunakan kertas koran sebagai bahan untuk penelitian dikarenakan kertas koran sangat

mudah didapat dan kebanyakan orang setelah membaca koran selalu membuangnya, ditambah

lagi dengan ukuran kertas koran yang lebih besar dari kertas lainnya, jadi peneliti berinisiatif

untuk memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai sebagai bahan dalam penelitian. Inilah

yang melatarbelakangi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada penderita DM dengan

judul “Efektifitas senam kaki diabetes mellitus dengan koran terhadap tingkat sensitivitas

kaki pada pasien DM tipe 2”. Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk

Page 5: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

mengetahui dan membuktikan keefektifan senam kaki bagi penderita diabetes mellitus terhadap

tingkat sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2 dengan menggunakan media koran.

2. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimen dengan rancangan

Non-equivalent control group (nursalam, 2003). Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan

sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Dimana penelitian ini

dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompk eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok

tersebut tingkat sensitivitasnya diukur menggunakan monofilament. Instrument penelitian

menggunakan sphygmanometer dan stetoskop. Diberikan rangsangan dari sesi refleksiologi yang

baik akan membuat rileks dan melancarkan peredaran darah.

Lancarnya peredaran darah karena dipijat, memungkinkan darah mengantar lebih banyak

oksigen dan gizi ke sel-sel tubuh, sekaligus membawa lebih banyak racun untuk dikeluarkan.

Pijat refleksi yang dilakukan pada telapak kaki terutama di area organ yang bermasalah, akan

memberikan rangsangan pada titik-titik saraf yang berhubungan dengan pancreas agar menjadi

aktif sehingga menghasilkan insulin melalui titik-titik saraf yang berada di telapak kaki

(Mangoenprasodjio & Hidayati, 2005). Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang responden,

diperoleh responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 22 orang atau 73.3%,

sedangkan untuk responden yang berjenis kelamin laki-laki hanya 8 orang atau 26.7%. Menurut

Lueckenotte (2004), kejadian DM lebih tinggi pada wanita dibanding pria terutama pada DM

tipe 2. Kelompok eksperimen melakukan senam kaki DM dengan koran 1kali sehari setiap hari

selama seminggu, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan seperti kelompok

eksperimen.

Senam kaki diabetes yang dilakukan secara rutin diharapkan komplikasi yang sering

terjadi pada kaki-kaki pasien DM seperti luka infeksi yang tidak sembuh dan menyebar luas

tidak terjadi. Gerakan senam kaki diabetes ini sangatlah mudah untuk dilakukan (dapat di dalam

atau diluar ruangan) dan tidak memerlukan waktu yang lama (hanya sekitar 15-30 menit)

(Setiawan, 2011). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kertas koran sebagai bahan untuk

penelitiannya karena kertas koran sangat mudah di dapat. Kertas koran ini akan digunakan dalam

melakukan senam kaki. Dimana senam kaki tersebut dapat membantu memperbaiki otot-otot

kecil kaki, dan sensitivitas pada kaki penderita diabetes mellitus.

Page 6: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

3. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian efektivitas melakukan senam kaki pada penderita diabetes

mellitus dengan menggunakan koran dapat berpengaruh terhadap peningkatan sensitivitas kaki

pasien diabetes mellitus. Terjadi perbedaan sensitivitas kaki sebelum dan sesudah diberikan

senam kaki dengan menggunkan koran pada pasien diabetes mellitus tersebut. Pasien DM yang

tidak melakukan senam kaki DM lebih besar beresiko terjadinya ulkus dibandingkan dengan

pasien DM yang melakukan senam kaki DM.

Sensitivitas kaki sebelum diberikan senam kaki DM dengan koran pada kelompok

kontrol lebih besar (3.73) dengan standar deviasi 1.79, nilai minimumnya 1 dan nilai

maksimumnya 8, daripada kelompok eksperimen (3.07)dengan standar deviasi 1.71 dengan nilai

minimum 1 dan nilai maksimum 6, sedangkan sensitivitas kaki sesudah diberikan senam kaki

DM dengan koran pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan mulai hari kedua yaitu

3.20 hingga hari ketujuh 6.73 dan nilai rata-rata minimumnya adalah 3.07 sedangkan nilai rata-

rata maksimumnya adalah 6,73, selain itu sensitivitas kaki pada kelompok kontrol pada hari

pertama adalah 3.67 dan pada hari ketujuh mengalami penurunan 3.47 dan nilai minimumnya

adalah 3,33 sedangkan nilai maksimumnya adalah 3,80. sensitivitas kaki pada kelompok

eksperimen sebelum dilakukan senam kaki DM dengan koran adalah 3.07. Rata-rata sensitivfitas

kaki setelah dilakukan senam kaki DM dengan Koran pada hari ketujuh 6.73. berarti ada

perbedaan yang signifikan pada rata-rata sensitivitas kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam

kaki DM dengan koran pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok control rata-rata

sensitivitas pretest adalah 3,73, dan posttest pada hari ketujuh adalah 3,47 dengan perbedaan

mean 0,26.

Jadi dapat disimpulkan bahwa melakukan senam kaki DM dengan Koran dapat

membantu meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien diabetes mellitus. Tingkat pendidikan

dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku hidup

sehat, terutama mencegah kejadian diabetes melitus. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam menjaga pola hidupnya agar tetap sehat. Selain

pendidikan aktifitas fisik dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan memiliki efek langsung

terhadap penurunan kadar glukosa darah. Upaya penanganan pada pasien DM yang sekaligus

juga pencegahan terjadinya komplikasi adalah teraturnya pasien DM dalam melakukan aktifitas

fisik/berolahraga.

Page 7: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

Dengan berolahraga diharapkan terjaganya kebugaran tubuh, menurunkan berat badan

dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga dapatmemperbaiki kadar gula dalam darah.

Aktifitas fisik yang juga dianjurkan untuk dilakukan secara rutin oleh pasien DM adalah gerakan

senam kaki diabetes. Selain itu aktivitas fisik dapat juga meningkatkan sensitivitas kaki seperti

pada senam kaki DM dengan koran tersebut, karena dapat memperlancar sirkulasi darah,

memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas),

meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi.

4. Kesimpulan

Hasil penelitian didapatkan responden rata-rata berusia 40-65 tahun dan paling banyak

berpendidikan SD dengan status ibu rumah tangga. Selain itu, dari hasil pengukuran diperoleh

nilai ratarata sensitivitas kaki pada kelompok eksperimen sebelum lakukan senam kaki DM

dengan koran sebesar 4,35 dan pada kelompok kontrol sebesar 3.56. Setelah diberikan perlakuan

dengan melakukan senam kaki DM dengan koran selama 7hari berturut-turut, pada kelompok

eksperimen terjadi peningkatan rata-rata sensitivitas sebesar 4.85, sedangkan pada kelompok

kontrol yang tidak diberikan perlakuan tetap yaitu sebesar 3.56. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya peningkatan sensitivitas kaki yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah

diberikan perlakuan dengan hasil uji statistik p < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa melakukan

senam kaki diabetes melitus dengan koran dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien DM

tipe 2.

Page 8: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

B. Tinjauan Pustaka

Diabetes Militus

Definisi

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak

penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1, terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-

kadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari DM tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal

atau tak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resietensi insulin.

Disamping resistensi insulin, pada penderita DM tipe 2 dapat juga timbul gangguan gangguan

sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi

pengrusakan sel-sel β langerhans secara autoimun sebagaimana terjadi pada DM tipe 1. Dengan

demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut.

Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor

risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2

bertubuh gemuk. Selain terjadi p enurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti

terjadi pada sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula

suatu defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α terhadap glukosa dapat

lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan kedua kerusakan tersebut dapat

diperbaiki melalui manuver-manuver teurapetik yang mengurangi hiperglikemia tersebut (Ditjen

Bina Farmasi dan Alkes, 2005)

Epidemiologi

Diabetes militus merupakan merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12

juta orang. Dari 12 juta orang, 7 jutanya sudah terdiagnosis dan sisanya belum terdiagnosis. Di

Amerika Serikat,kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunya (Healthy

People 2000, 1990). Di antara individu yang berusial lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita

diabetes tipe II. Angka ini mengcakup 15% populasi pada panti lansia. Di Amerika Serikat,

orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika memiliki angka insiden diabetes

yang lebih tinggi daripada penduduk kulit putih, sebagian penduduk asli Amerika, seperti suku

Pima, mempunyai angka diabetes dewasa sebesar 20% hingga 50%.

Page 9: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

Patofisiologis

Pada diabetes tipe II masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan resepto tersebut, terjadi suatu

rangkain reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II

disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif

untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,

harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa

terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau edikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel

beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

Etiologi

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin pada . diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan megang

peranan dalam proses terjadinya resistensi inulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktornya sebagai

berikut; Usia(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas, riwayat

keluarga,dan kelompok etnik.

Senam Kaki Diabetes

Pengertian

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus

untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki

9Sumosardjuno,S., 1986). Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat

meningkatkan kekuatan otot betis,otot paha, dan juga mengatasi keterbatan pergerakan sendi.

Page 10: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

Tujuan

1. Memperbaiki sirkulasi darah

2. Memperkuat otot-otot kecil

3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

Indikasi & Kontra indikasi

a. Indikasi

Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes mellitus tipe 1 maupun

tipe 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes mellitus sebagai

tindakan pencegaham dini,.

b. Kontra-indikasi

- Pasien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti sesak nafas atau nyeri dada.

- Riwayat trauma/fraktur dalam tahap pemulihan

- Pasien depresi

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

- Gula darah dan tekanan darah pasien terkontrol

- Tidak ada luka di kaki

- Senam kaki dapat dilaksanakan tiga kali sehari, pada pagi,siang,dan sore hari, masing- masing selama 10-20 menit

- Latihan dilaksanakan 2 jam setelah makan.

Penatalaksanaan senam kaki menggunakan koran

Letakakan sehelai Koran dilantai

Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua kaki

Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua kaki

Cara ini dilakukan hanya sekali saja, lalu robek Koran mejadi dua bagian , pisahkan

kedua bagian

Page 11: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

Sebagian Koran dirobek-robek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki. Pindahkan

kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekan kertas pada

bagian kertas yang utuh

Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

Page 12: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

C. Analisis Jurnal

PICOT dari analisis jurnal:

Population: 41 orang

Population atau sample yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 41 orang dimana

subjek penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian, 36 orang (88%) subjek penelitian

menjalani terapi Akupunktur “GI” di Klinik Akupunktur Sukamenak, sedangkan 5 orang

(12 %) lainnya diterapi di UPT BMG ITB.

Usia subjek penelitian berada pada rentang 50-59 tahun (39,0%), diikuti dengan rentang

usia 60-69 tahun (29,3%) distribusi penyakit selain stroke pada subjek penelitian, yaitu

berupa hipertensi, diabetes, dislipidemia, hiperurikemia, jantung serta hipotensi dengan

berbagai kombinasi. Sedangkan untuk faktor jenis kelamin, jumlah subjek penelitian pria

(58,5%) lebih banyak daripada jumlah subjek penelitian wanita (41,5%). 39,0% subjek

penelitian mengalami stroke non hemoragik dan 53,7% lainnya mengalami stroke

hemoragik. Subjek penelitian sudah mengalami stroke kurang dari 6 bulan (31%), antara

6 bulan-1 tahun (31%), antara 1-5 tahun (31%) serta lebih dari 5 tahun (7%)

Intervention:

Penelitian ini menghubungkan antara efektifitas senam kaki diabetes melitus dengan koran

terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien DM Tipe 2 . Dengan menggunakan desain penelitian

Quasy Experimen dengan rancangan Non-equivalent control group. Senam kaki ini dilakukan

setiap hari 1 kali selama 1 minggu.

Comparison:

Dari hasil pengamatan tentang efektifitas senam kaki pada penderita DM tipe 2, kami

membandingkan 2 jurnal yang memang ada hubungannya terhadap pengaruh senam kaki terhadap

tingkat sensitivitas kaki pada pasien dm tipe 2.

Jurnal 1

EFEKTIFITAS SENAM KAKI DIABETES MELITUS DENGAN KORAN

TERHADAP TINGKAT SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DM TIPE 2

Page 13: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

Dalam jurnal ini didapatkan responden rata-rata berusia 40-65 tahun dan paling banyak

berpendidikan SD dengan status ibu rumah tangga. Selain itu, dari hasil pengukuran diperoleh

nilai ratarata sensitivitas kaki pada kelompok eksperimen sebelum lakukan senam kaki DM

dengan koran sebesar 4,35 dan pada kelompok kontrol sebesar 3.56. Setelah diberikan perlakuan

dengan melakukan senam kaki DM dengan koran selama 7 hari berturut-turut, pada kelompok

eksperimen terjadi peningkatan rata-rata sensitivitas sebesar 4.85, sedangkan pada kelompok

kontrol yang tidak diberikan perlakuan tetap yaitu sebesar 3.56. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya peningkatan sensitivitas kaki yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah

diberikan perlakuan dengan hasil uji statistik p < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa melakukan

senam kaki diabetes melitus dengan koran dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien DM

tipe 2. Senam kaki dapat membantu memperbaiki otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes

dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot paha, mengatasi keterbatasan

gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah insulin pada penderita

DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini menyebabkan rusaknya pembuluh

darah, saraf, dan struktur internal lainnya sehingga pasokan darah ke kaki semakin terhambat,

akibatnya pasien DM akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya.

Pernyataan hasil penelitian dari jurnal diatas didukung dengan pernyataan dari jurnal

pendukung berjudul :

Jurnal 2

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP INTENSITAS NYERI

NEUROPATI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

Dalam penelitian ini menunjukan rata-rata (mean) penurunan intensitas nyeri neuropati

diabetik sesudah dilakukan intervensi sebanyak 4 kali adalah sebesar 1,6250 (p value = 0,001).

Berdasarkan uji Wilcoxon Match Pairs diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), sehingga berdasarkan

statistik nilai tersebut bermakna dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam kaki diabetik

terhadap intensitas nyeri neuropati diabetik pada penderita DM tipe 2 di RSUD Ungaran. Efek

mekanis langsung terjadi dari otot atau jaringan yang dengan sengaja dilakukan senam kaki

Page 14: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

diabetik yaitu menstimulasi sirkulasi darah otot menjadi lebih lembut dan fleksibel. Sehingga

dengan adanya peningkatan sirukulasi darah perifer, dapat meminimalkan kerusakan saraf perifer

sehingga intensitas nyeri dapat menurun.

Outcome :

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan sensitivitas kaki yang signifikan

pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan dengan hasil uji statistik p< 0.05. Dapat

disimpulkan bahwa melakukan senam kaki diabetes melitus dengan koran dapat meningkatkan

sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2. Hal ini didukung oleh hasil dari penelitian jurnal

berjudul “Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Intensitas Nyeri Neuropati Diabetik Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2” dimana senam kaki koran memang benar memiliki efek

fisiologis senam kaki diabetik yang dilakukan secara rutin akan mencapai efek mekanis dan

refleks yang terjadi simultan atau terpisah.

Time :

Penelitian pada jurnal pertama ini dilakukan pada bulan Oktober 2012 hingga Juli 2013

dan senam kaki itu selama 1 kali setiap hari selama 1 minggu.

D. Implikasi Keperawatan

Setiap tindakan dan intervensi yang dilakukan oleh perawat akan berpengaruh terhadap

keadaan kliennya. Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang penting dalam

memberikan asuhan keperawatan secara holistic kepada klien. Perkembangan dunia kesehatan

yang semakin pesat kian membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan

keperawatan.

Seperti yang dibahas pada jurnal efektifitas senam kaki diabetes melitus dengan koran

yang dapat memberikan manfaat bagi penderita diabetes diantaranya dengan koran dapat

berpengaruh terhadap peningkatan sensitivitas kaki pasien DM. aktivitas fisik mampu

meningkatkan sensitivitas kaki seperti senam kaki diabetes melitus dengan koran, karena dapat

memperbanyak sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan

Page 15: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

gerak sendi, dan meningkatkan kebugaran klien DM. Oleh karena itu, melakukan senam kaki

diabetes melitus dengan koran efektif untuk membantu meningkatkan sensitivitas kaki pada

pasien DM tipe 2.

Kita sebagai perawat bisa memberikan edukasi kepada pasien atau keluarga tentang

bagaimana cara melakukan aktifitas yang benar. Seperti contoh cara perawatan kaki yang be nar,

pemilihan alas kaki yang benar, olahraga yang tepat dilakukan dan menjaga pola makan.

Adanya efektifitas senam kaki diabetes melitus dengan koran dapat dijadikan sebagai evidence

based dan tambahan informasi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang manfaat

lain dari senam kaki diabetes melitus terhadap kesehatan dengan jumlah sampel yang lebih

banyak, alat ukur yang berbeda dan teknik penelitian yang lebih baik. Pemberian edukasi dapat

dilakukan dengan memberi pengkajian dan kewaspadaan seperti :

Pemeriksaan kaki :

Periksa kaki setiap hari

Periksa kemungkinan adanya perubahan warna (pucat, kemerahan), bentuk

(pecah-pecah, leepuh, kalus, luka), suhu (dingin, lebih panas)

Seseorang mungkin memiliki permasalahan kaki yang serius, tetapi merasa tidak

ada rasa sakit

Buatlah memeriksa kaki sebagai bagian dari rutinitas harian

Jangan biarkan luka kecil apapun

Lakukan perawatan kaki

Page 16: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan senam Koran efektif

terhadap peningkatan sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2. Disamping itu dilihat dari

mudahnya mendapatkan Koran di Indonesia menjadi salah satu alasan senam Koran

dapat diterapkan di Indonesia.

B. Saran

1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya tenaga pengajar dan pelajar

disarankan untuk dapat memakai hasil penelitian ini sebagai salah satu sumber

informasi mengenai efektifitas senam kaki diabetes mellitus dengan koran terhadap

tingkat sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2 sehingga dapat dijadikan sebagai

evidence based untuk masa datang.

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini agar dapat diaplikasikan oleh responden dan keluarga dalam

membantu meningkatkan sensitivitas kaki secara efisien dan efektif. selain itu,

masyarakat diharapkan lebih berhatihati dalam melakukan aktivitas fisik lainnya dan

ada baiknya mencoba senam kaki sebagai pilihan dalam pencegahan komplikasi

akibat penyakit diabetes melitus.

3. Bagi Pihak Rumah Sakit

Page 17: Trend Issue Sistem Endokrin Fik

Bagi Pihak kesehatan di RSUD terutama perawat di poliklinik penyakit dalam

hendaknya melakukan tindakan secara dini terhadap pasien diabetes melitus.

Tindakan tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus

terutama pada kaki.

Daftar Pustaka

http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/4265/1/JURNAL%20PDF%20EKO%20ENDRIYANTO.pdf (diakses pada tgl 6 oktober 2013)

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/130 (diakses pada tgl 6 oktober 2013)

Brunner, Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. 2002. Jakarta EGC