Toksisitas Parakuat Diklorida pada Komunitas Alga...
Transcript of Toksisitas Parakuat Diklorida pada Komunitas Alga...
1
Abstract
Paraquat dichloride is a chemical compound used to control broadleaf weeds in several crops. The presence of paraquat dichloride in the aquatic ecosystems has effects on the aquatic ecosystems, including non-target organisms such as periphytic algae. Periphytic algae have a significant role in aquatic ecosystems and make extensive contributions to the diversity in aquatic ecosystems due to large amounts of their species, and as one of the sensitive biological indicators of water quality. The research aimed to determine the effect of paraquat dichloride on the periphytic algae communities, in terms of the amount of chlorophyll-a, species richness, density, diversity index and dominance index of periphytic algae.
A liter of water from Rawa Pening lake enriched with leaf fertilizer was used for growing periphytic algae in an aquarium. Paraquat dichloride at 0, 0.01, 0.02, 0.04, 0.08 and 0.16 mg/l was added into the aquariums and illuminated with 1,522 lux. An object glass was placed on the bottom of the aquarium and used as an artificial substrate. Object glass was taken on the 7th and 14th after the treatment. Measured parameters were the amount of chlorophyll-a, species richness, diversity index, dominance index and density of periphytic algae. The data obtained were analyzed using two-way analysis of variance with α 5% to determine the effect of the herbicide paraquat dichloride on the parameters measured.
The results of this study indicated the presence of the interaction effect of paraquat dichloride and duration of exposure to the amount of chlorophyll-a, density, diversity and dominance index of periphytic algae (p<0.05). The concentration of paraquat dichloride affected the value of species periphytic algae.
Keywords: chlorophyll-a, species richness, diversity index, density and dominance index.
2
Pendahuluan
Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan dengan
mempengaruhi satu atau lebih proses-proses seperti pembelahan sel,
perkembangan jaringan, pembentukan klorofil fotosintesis, respirasi,
metabolisme nitrogen dan aktivitas enzim yang sangat diperlukan tumbuhan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Riadi dkk 2011). Herbisida
banyak digunakan dalam sistem pertanian, pengolahan lahan dan penggunaan
herbisida mewakili 50-60% dari penggunaan pestisida (Qian dkk 2009). Salah
satu herbisida yang banyak digunakan dan dipasarkan adalah parakuat diklorida
(Soenardjo 2004). Senyawa parakuat diklorida adalah bahan aktif herbisida
dengan jangkauan yang luas karena digunakan untuk mematikan gulma
tanaman baik di lahan pertanian maupun bukan lahan pertanian (Soenardjo
2004). Parakuat (1,1'-dimetil-4,4'-bipiridilium) merupakan herbisida golongan
bipiridilium dan salah satu herbisida yang paling banyak digunakan untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar pada beberapa tanaman karena diserap
sangat cepat oleh daun gulma dan menghambat fotosintesis dengan cara
menerima elektron dari fotosistem I pada gulma (Ginting dkk 2012; Qian dkk
2009).
Kegiatan pertanian berpotensi menghasilkan residu pestisida yang
berlebihan, yang kemudian masuk ke dalam perairan, sehingga menyebabkan
terjadinya pecemaran pada ekosistem perairan. Pestisida memasuki ekosistem
perairan melalui aliran air permukaan tanah atau aliran irigasi secara terus
menerus dan hujan lebat, sebagai akibatnya telah menjadi bahan pencemar
yang masuk ke dalam ekosistem perairan (Qian dkk 2009). Pencemaran
herbisida dalam ekosistem perairan berdampak bagi lingkungan ekosistem
perairan, termasuk ke organisme bukan sasaran seperti alga perifiton (Qian dkk
2009). Komunitas alga perifiton memiliki manfaat yang besar bagi ekosistem
akuatik, antara lain sebagai penghasil oksigen, salah satu produsen primer, dan
bioindikator di ekosistem perairan (Boney 1983; Lee 1980; Parrish 1985). Alga
perifiton juga memiliki kontribusi yang luas terhadap keanekaragaman di
ekosistem kuatik karena kekayaan spesiesnya (França dkk 2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sáenz dkk (2008)
diketahui bahwa herbisida parakuat sangat toksik bagi Scenedesmus acutus
dengan nilai EC50 pada 96 jam dan NOEC masing-masing sebesar 0,04 mg/l dan
0,02 mg/l. Konsentrasi parakuat yang menghambat pertumbuhan total
Scenedesmus acutus yaitu pada konsentrasi 0,8 mg/l. Sáenz dkk (2008) juga
3
menunjukkan bahwa klorofil-a dan kadar protein menurun pada saat
konsentrasi herbisida parakuat meningkat. Seluruh alga perifiton memiliki
klorofil-a yang berperan dalam proses fotosintesis (Campbell dkk 2003). Jika
akumulasi parakuat diklorida di perairan terus-menerus dibiarkan maka dapat
berdampak negatif bagi kondisi perairan khususnya alga perifiton. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh herbisida parakuat
diklorida terhadap terhadap jumlah kandungan klorofil-a, kekayaan spesies,
kepadatan, indeks keanekaragaman dan indeks dominansi alga perifiton .
Bahan dan Metode
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai Maret
2014. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler
dan Laboratorium Biologi dan Manajemen Lingkungan, Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen di laboratorium dengan
rancangan percobaan acak lengkap (RAL). Akuarium dan seluruh peralatan yang
terbuat dari kaca dibersihkan dengan direndam dengan asam klorida 10%
selama 24 jam, lalu dibilas sampai bersih dengan menggunakan air PDAM.
Media pertumbuhan alga perifiton yang digunakan adalah air Rawa Pening dan
objek yang digunakan pada penelitian ini adalah alga perifiton yang melekat
pada substrat buatan (gelas benda) yang diletakkan di dasar akuarium (25 X 16
X 17,5 cm dengan volume 6,8L) dengan pemaparan 2 buah lampu 40 watt
(1.522 lux). Jarak antara lampu dengan akuarium adalah 30 cm dan penyinaran
diberikan selama penelitian berlangsung dan waktu pemberian paparan cahaya
lampu adalah 10 jam (pukul 07.00 – 17.00 wib).
1. Preparasi Media
Larutan parakuat diklorida dengan konsentrasi 0, 0,01, 0,02, 0,04, 0,08, 0,16
mg/l ditambahkan ke dalam masing-masing akuarium dengan 3 ulangan untuk
setiap perlakuan dan ditambahkan pupuk 0,6 mg. Untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk terhadap karakteristik alga perifiton, penelitian ini juga
menggunakan kontrol berupa 1 liter air Rawa Pening yang telah disterilisasi
dengan menggunakan autoklaf tanpa ditambah dengan pupuk daun 0,6 mg,
4
dan 1 liter air Rawa Pening steril ditambah dengan 0,6 mg pupuk daun.
Diketahui bahwa tidak ada pengaruh pemberian pupuk terhadap kandungan
klorofil-a.
Gelas benda dengan ukuran 5x2,5cm diletakkan di dasar masing-masing
akuarium dengan kemiringan gelas benda 45° untuk mempermudah
pengambilan gelas benda dan dapat diperoleh sampel alga perifiton yang
tumbuh di kelima sisi gelas benda. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-
7 dan hari ke-14. Setelah 7 dan 14 hari satu gelas benda di ambil dari masing–
masing konsentrasi untuk diamati kekayaan spesies, kepadatan, indeks
keanekaragaman dan indeks dominansi alga perifiton. Satu gelas benda yang
lain digunakan untuk pengukuran kandungan klorofil-a. Gelas benda yang telah
digunakan tidak dikembalikan ke dalam akuarium.
2. Identifikasi Alga Perifiton
Tiga buah gelas benda masing-masing ulangan dari setiap perlakuan ditetesi
larutan FAA pada salah satu sisi 5cmx2,5cm, kemudian ditutup dengan gelas
penutup dan diusahakan tidak terdapat gelembung udara di dalamnya.
Preparat alga perifiton diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400X
dan dan diidentifikasi hingga tingkat spesies dengan menggunakan buku acuan
identifikasi karangan van Heurck (1984), Streble dan Krauter (1974), dan
Timotius dkk (1979). Data yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk
mengestimasi kekayaan spesies, kepadatan, indeks keanekaragaman dan
indeks dominansi alga perifiton.
3. Indeks Keanekaragaman Alga Perifiton
Indeks keragaman jenis (H') diestmasi dengan menggunakan rumus Shannon
index of general diversity (Odum, 1971):
H’ = - ∑ Pi ln Pi
Keterangan:
H’ : indeks keanekaragaman
ni : jumlah individu jenis ke-i
N : jumlah total individu
Pi :
5
4. Indeks Dominansi Alga perifton
Indeks dominasi alga perifiton dihitung dengan menggunakan rumus Odum
(1971):
Keterangan:
C : indeks dominansi
s : jumlah total Spesies
ni : jumlah individu jenis ke-i
N : jumlah total individu
Pi :
5. Kepadatan Alga Perifiton
Kepadatan alga perifiton dihitung dengan menggunakan rumus (Smith
1950):
JI =
Keterangan
JI = jumlah individu per mm2
Pi = jumlah total individu yang telah diidentifikasi
5 = jumlah bidang pandang mikroskop
A = luas bidang pandang mikroskop (0,786 mm2)
3 = jumlah ulangan
6. Kekayaan spesies
Kekayaan spesies dilihat dari banyaknya jumlah total spesies dalam suatu
komunitas (Brown dkk 2007).
7. Analisis Kandungan Klorofil-a
Pengukuran kandungan klorofil-a menggunakan metode Schwoerbel
(1972) yang telah dimodifikasi. Sampel diambil dari 5 sisi gelas benda. Substrat
diuapkan pada waterbath pada suhu 80°C selama 45 detik untuk merusak
klorofilasenya, dikering udarakan dan dimasukan ke dalam cawan petri.
Selanjutnya, 25 ml aceton 90% ditambahkan untuk melarutkan klorofilnya.
Sampel kemudian disimpan pada suhu 4°C selama 20 jam dalam keadaan
tertutup. Kandungan klorofil dalam aseton diukur dengan SHIMADZU UV-Vis
6
spektofotometer 1201 pada panjang gelombang (λ) = 664 nm, 647 nm, dan 630
nm. Estimasi kandungan klorofil dilakukan mengikuti rumus Price dkk (1998):
y = 11,85(OD664) – 1,54(OD647) – 0,08(OD630)
Keterangan :
y : kandungan klorofil (mg/l)
OD664 : nilai absorbansi pada λ 664 nm
OD647 : nilai absorbansi pada λ 647 nm
OD630 : nilai absorbansi pada λ 630 nm
Kandungan klorofil per area contoh diestimasi dengan menggunakan rumus
Price dkk (1998):
Keterangan:
Z : (mg/l)
Y : kandungan klorofil (mg/l)
V : volume aceton (l)
A : luas permukaan objek glass (m2)
Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam
dua arah (Two Way ANOVA) dengan α 5% untuk mengetahui pengaruh
parakuat diklorida terhadap parameter yang diukur, diikuti dengan uji posterior
Tukey. Jika data yang diperoleh tidak memenuhi asumsi analisis sidik ragam dua
arah dan telah ditransformasi, data akan diuji dengan uji Kruskal-Wallis,
dilanjutkan dengan Mann Whitney U.
Hasil dan Pembahasan
1. Efek parakuat diklorida terhadap kepadatan dan kandungan Klorofil-a Alga
Perifiton
Nilai kepadatan alga perifiton menunjukkan bahwa kepadatan alga perifiton
semakin berkurang dengan meningkatnya konsentrasi parakuat diklorida.
Interaksi konsentrasi parakuat diklorida dan lamanya paparan berpengaruh
signifikan terhadap kepadatan alga perifiton (p<0,05). Gambar 1 dan 2
7
menunjukkan rata-rata nilai kepadatan dan kandungan klorofil-a alga perifiton
yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari.
Gambar 1. Rata-rata nilai kepadatan alga perifiton yang terpapar herbisida
parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari
Hasil analisis statistik juga menunjukan adanya pengaruh interaksi
penambahan konsentrasi parakuat diklorida dan waktu paparan terhadap
kandungaan klorofil-a (p<0,05). Semakin tinggi konsentrasi parakuat diklorida
maka jumlah klorofil-a semakin berkurang (Gambar 2).
Gambar 2. Rata-rata jumlah klorofil-a alga perifiton yang terpapar herbisida
parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari
Nilai kepadatan alga perifiton memiliki pola yang sama dengan pola jumlah
klorofil-a. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa
semakin lama waktu paparan, nilai kepadatan dan jumlah kandungan klorofil-a
0 20 40 60 80
100 120 140 160 180 200
0 0,1 0,2 0,4 0,8 0,16
Kepadatan alga perifiton
(ind/mm²)
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Hari ke 7
Hari ke 14
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0 0,01 0,02 0,04 0,08 0,16
Jumlah klorofil a (mg/m²)
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Hari ke 7
Hari ke 14
8
mengalami peningkatan untuk semua perlakuan dan kontrol, akan tetapi
peningkatan yang terjadi pada media yang mengandung parakuat diklorida
tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada perlakuan kontrol. Hal ini
menunjukkan adanya hambatan parakuat diklorida terhadap komunitas alga
perifiton. Meningkatnya nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a pada hari ke-14
dikarenakan pertumbuhan alga perifiton yang sudah tumbuh pada hari
sebelumnya pada masing-masing perlakuan dan munculnya beberapa spesies
baru yang mampu tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yimpoolsap dkk
(2014) nilai kepadatan alga perifiton yang meningkat pada masing-masing
perlakuan akan menyebabkan produksi klorofil terus meningkat.
Nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a alga perifiton tertinggi terdapat pada
kontrol, baik hari ke-7 ataupun hari ke-14 dengan nilai kepadatan masing-
masing 34,55 dan 167,99 ind/mm2 dan jumlah klorofil-a berturut-turut adalah
0,0053 dan 0,0204 mg/m2. Pada penelitian ini toksisitas herbisida parakuat
diklorida mulai berpengaruh terhadap nilai kepadatan dan kandungan klorofil-a
alga perifiton pada kosentrasi 0,01 mg/l. Pemberian paparan parakuat diklorida
pada konsentrasi 0,01 mg/l mampu menurunkan nilai kepadatan dan jumlah,
kandungan klorofil-a, semakin tinggi konsentrasi parakuat diklorida yang
diberikan maka nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a semakin menurun. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Sáenz dkk (2008) diketahui bahwa herbisida
parakuat diklorida sangat toksik bagi Scenedesmus acutus dengan nilai EC50
dan NOEC masing-masing sebesar 0,04 mg/l dan 0,02 mg/l dan konsentrasi
parakuat yang menghambat pertumbuhan total Scenedesmus acutus yaitu pada
konsentrasi 0,8 mg/l. Sedangkan menurut Yimpoolsap dkk (2014) paraquat
diklorida dengan konsentrasi 0,02 mg/l dapat menyebabkan penghambatan
sintesis klorofil-a dan klorofil-c pada Scenedesmus quadricauda, sedangkan
konsetrasi paraquat diklorida yang mampu menghambat pertumbuhan total
spesies Navicula osterari dan Phaedactylum tricormutum berturut-turut adalah
dengan konsentrasi 0,1 dan 100 mg/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riadi
dkk (2011) bahwa parakuat diklorida memiliki efek dalam menghambat sintesis
klorofil-a pada alga perifiton, dan penghambatan dalam langkah-langkah
reduksi pada jalur biosintesis pigmen-pigmen fotosintesis.
2. Efek parakuat diklorida terhadap Indeks Keanekaragaman, Indeks
Dominansi Alga Perifiton dan kekayaan spesies
Pada penelitian ini hasil analisis statistik menunjukkan adanya efek interaksi
herbisida parakuat diklorida dan waktu paparan terhadap indeks
9
keanekaragaman alga perifiton (p<0,05). Gambar 3 menunjukkan rata-rata
indeks keanekaragaman alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat
diklorida selama 7 dan 14 hari.
Gambar 3. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman (H’) alga perifiton yang
terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari
Menurut Odum (1996) nilai rata-rata indeks keanekaragaman (H’) tinggi jika
nilai H’≥3 dan ketegori sedang jika nilai keanekaragaman 1<H’<3.
Keanekaragaman sedang artinya produktivitas tidak maksimal, komunitas
berada pada kondisi labil atau kualitas tercemar sedang, dan terdapat tekanan
ekologis, lain halnya jika indeks keanekaragaman dikatakan tinggi dengan nilai
H’≥3 itu artinya stabilitas komunitas biota normal atau kualitas air baik, dan
tidak ada tekanan ekologis. Indeks keanekaragaman dikatakan sedang jika jenis
spesies yang ditemukan cenderung sama pada setiap pemberian perlakuan
tetapi jumlah individu pada masing–masing spesiesnya berbeda dengan kata
lain penyebarannya tidak merata, ada spesies jenis tertentu yang ditemukan
dalam jumlah yang sangat melimpah namun ada spesies jenis tertentu yang
hanya ditemukan dalam jumlah sedikit (Hasanah 2013). Kriteria nilai indeks
keanekaragaman alga perifiton pada hari ke-7 menunjukan kategori tinggi
sampai kategori sedang. Kategori tinggi terdapat pada perlakuan kontrol, 0,01
dan 0,02 mg/l dengan nilai H’ berkisar 3,04–3,16 ind/mm2 dan kategori sedang
pada pemberian perlakuan 0,04 sampai 0,16 mg/l dengan nilai H’ berkisar 2,44-
2,79 ind/mm2. Pada hari ke-7 penurunan indeks keanekaragaman terjadi pada
konsentrasi 0,04–0,16 mg/l, yang menunjukan pertumbuhan dan suksesi alga
perifiton dipengaruhi oleh konsentrasi parakuat diklorida yang diberikan.
Berbeda dengan nilai rata-rata indeks keanekaragaman alga perifiton yang
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0 0,1 0,2 0,4 0,8 0,16
Indeks keanekaragaman
alga perifiton (ind/mm²)
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
hari ke 7
hari ke 14
10
terpapar parakuat diklorida pada hari ke-14 dengan seri konsentrasi yang sama
didapatkan nilai rata-rata keanekaragaman secara berturut-turut adalah 2,75;
2,88; 2,94; 2,94; 2,87 dan 2,12 ind/mm2. Secara keseluruhan nilai indeks
keanekaragaman menunjukkan kategori sedang karena memiliki nilai 1<H’<3.
Akan tetapi berdasarkan hasil analisis uji T diketahui bahwa indeks
keanekaragaman pada hari ke-7 dan hari ke-14 tidak ada beda nyata (p>0,05).
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa indeks keanekaragaman
pada hari ke-7 dan hari ke-14 masuk dalam kategori keanekaragaman sedang.
Nilai indeks keanekaragaman berkaitan erat dengan nilai indeks dominansi
karena apabila suatu komunitas didominansi oleh satu atau sejumlah kecil
spesies maka indeks keanekaragaman alga perifiton akan rendah, demikian
sebaliknya (Odum 1996). Menurut Odum (1996) indeks dominansi berkisar 0–1,
dengan kategori nilai 0˂C≤0,50 indeks dominansi rendah, nilai 0˂C≤0,75 indeks
dominansi sedang dan nilai 0,75˂C≤1 indeks dominansi tinggi. Nilai indeks
dominansi yang mendekati 0 menunjukan bahwa tidak ada spesies yang
mendominasi dalam komunitas tersebut (Odum 1993). Pada penelitian ini hasil
analisis statistik menunjukkan adanya efek interaksi herbisida parakuat
diklorida dan waktu paparan terhadap indeks dominansi alga perifiton (p<0,05).
Gambar 4 menunjukkan rata-rata indeks dominansi alga perifiton yang terpapar
herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari.
Gambar 4. Rata-rata nilai indeks dominansi (C) alga perifiton yang terpapar
herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari
Rata-rata nilai indeks dominansi alga perifiton yang terpapar parakuat diklorida
pada hari ke-7 dan hari ke-14 dengan konsentrasi 0; 0,01; 0,02; 0,04; 0,08 dan
0,16 mg/l berturut-turut adalah 0,08; 0,05; 0,06; 0,08; 0,13 dan 0,11 ind/mm2
sedangkan nilai indeks dominansi hari ke-14 berturut-turut adalah 0,17; 0,11;
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0 0,1 0,2 0,4 0,8 0,16
Indeks dominansi (C) alga perifiton
(ind/mm²)
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Hari ke 7
Hari ke 14
11
0,08; 0,06; 0,06 dan 0,13 ind/mm2. Kriteria nilai indeks dominansi pada hari ke-
7 dan hari ke-14 menunjukan bahwa secara keseluruhan indeks dominansi
tersebut dikategorikan rendah, hal ini sesuai dengan hasil analisis uji T
diketahui bahwa indeks dominansi antara hari ke-7 dan hari ke-14 tidak ada
beda nyata (p>0,05). Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa nilai indeks
dominansi dari spesies yang ada mendekati nilai 0, ini berarti tidak ada spesies
yang mendominansi sehingga penyebaran spesies alga perifiton pada setiap
perlakuan lebih merata. Bukti tidak adanya satu spesies yang mendominansi
adalah ditemukannya beragam spesies alga perifiton yang hidup pada kontrol
dan berbagai konsetrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1996) yang
mengatakan nilai indeks dominansi yang mendekati 0 menunjukan bahwa tidak
ada spesies yang mendominasi dalam setiap perlakuan.
Nilai kekayaan spesies diestimasi berdasarkan jumlah total spesies yang
ada dalam komunitas alga perifiton dari masing-masing perlakuan parakuat
diklorida. Analisis statistik menunjukan tidak ada perbedaan signifikan, antara
perlakuan hari ke-7 dengan perlakuan hari ke-14 (p>0,05), Rata-rata kekayaan
spesies alga perifiton selama 7 dan 14 hari dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Rata-rata nilai kekayaan spesies alga perifiton yang terpapar
herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari
Rata–rata kekayaan spesies alga perifiton yang terpapar kosentrasi parakuat
diklorida pada hari ke-7 secara berturut–turut sebanyak 34; 29; 25; 22; 18; dan
15 spesies, sedangkan rata-rata nilai kekayaan spesies alga perifiton pada hari
ke-14 berturut-turut adalah 36; 30; 26; 19; dan 16 spesies. Tidak adanya
perbedaan signifikan antara hari ke-7 dan hari ke-14, dikarenakan adanya
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 0,01 0,02 0,04 0,08 0,16
Kekayaan alga perifiton
Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)
Hari ke 7
Hari ke 14
12
paparan parkuat diklorida menyebabkan beberapa spesies yang sensitif tidak
dapat tumbuh pada substrat buatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriani
(2009), salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kekayaan spesies
adalah adanya gangguan dari faktor kimia, jika tingkat paparan parakuat
diklorida tinggi maka dapat mengakibatkan jumlah jenis yang dapat beradaptasi
sedikit dan kekayaan jenisnya menjadi rendah.
Pada penelitian ini spesies dengan jumlah terbanyak berasal dari kelas
Bacillariophyceae. Hal ini dikarenakan Bacillariophyceae memiliki sifat yang
kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi karena
mampu menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar dibandingkan dengan kelas
lainnya (Hasanah 2013). Spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak baik
pada hari ke-7 maupun hari ke-14 adalah Flagilaria crotonensis (kelas
Bacillariophyceae). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan spesies alga
perifiton diduga bersifat sensitif dan toleran, spesies alga perifiton bersifat
sensitif karena hanya ditemukan pada kontrol adalah Synedra femelica,
Crucigenia rectangularis, Kirchneriella lunaris, Tribonema monochloron,
Oscillatoria chlorina, Synedra nitzschioides, Tribonema vulgare. Spesies alga
perifiton yang diduga toleran karena mampu bertahan hidup atau memiliki
kemampuan beradaptasi di konsentrasi parakuat diklorida terendah hingga
tertinggi antara lain Fragilaria crotonensis, Scenedesmus quadricauda,
Tetraedron incus, Pediastrum simplex, Gloeocystis rupestris, Kirchneriella obesa,
Staurastrum tetracerum, Tribonema viride, Scenedesmus obliquus,
Scenedesmus acustus, Cyclotella kutzingiana, Melosira crenulata, dan
Oscillatoria lauterbornii.
Kesimpulan
Adanya efek interaksi parakuat diklorida dan lamanya waktu paparan
terhadap jumlah klorofil-a, kepadatan, indeks keanekaragaman, dan indeks
dominansi alga perifiton. Herbisida parakuat diklorida pada konsentrasi 0,01
mg/l telah memberikan pengaruh signifikan pada jumlah klorofil-a dan indeks
kepadatan dan perhitungan indeks keanekaragaman (H’) dan Indeks dominansi
(C) dapat disimpukan memiliki keanekaragaman dalam kategori sedang dan
dominansi dalam kategori rendah
13
Daftar Pustaka
Bassi M, Corradi MG, Favali MA. 1990. Effects of Chromium in Freshwater Alga
and Macrophytes. Dalam: Wang W, Gorsuch JW, Lower WR (eds),
Plants for toxicity assessment. Philadelphia: American Sosiety for
Testing and Material. p 204-224.
Boney AD. 1983. Phytoplankton. 3rd Ed. London: Edward Arnold Ltd
Brower JE, Zar JH. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. 3rd
Ed. Waveland Press: USA, Inc.
Brown RL, Jacobs LA, Peet RK. 2007. Species richness: small scale. Dalam: Wiley
J (ed), Encyclopedia of life sciences. Canada: John Willey and Sons Ltd.
p 1-8.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.
França RCS, Lopes MRM, Ferragut C. 2011. Structural and successional
variability of periphytic algal community in a Amazonian lake during the
dry and rainy season. Acta Amazonica 41:257-266.
Ginting AW, Franciscus G, Endang S, Saut M, Tambar K, Armon R, Josua G. 2012.
Intoksikasi herbisida (Paraquat). Reading Assigment.
Hasanah U. 2013. Keanekaragaman Jenis Crustaceae Makroskopis di Kawasan
Mangrove Pantai Maron Kota Semarang. Semarang : IKIP PGRI.
Indriani R. 2009. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Area Bantaran Kali
Pembuangan di Kecamatan Karangtengan Kabupaten Demak.
Semarang: IKIP PGRI Press.
Lee RE. 1980. Phycology. Cambridge: Cambridge University Press.
Odum EP. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
_____. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Parrish PR. 1985. Acute toxicity tests. New York: Hemisphere Publishing
Corporation.
Price DJ, Birge WJ, Kercher MD. 1998. Periphyton monitoring in the Bayou
system. Lexington: KRECC.
Qian H, Wei C, Liwei S, Yuanxiang J, Weiping L, Zhengwei F. 2009. Inhibitory
effects of parakuat on photosynthesis and the respone to oxidative
stress in Chlorella vulgaris. Ecotoxicology 18:537-543.
Riadi M, Rinaldi S, Elkawakib S. 2011. Herbisida dan apikasinya. Program Studi
Agroteknologi Jurusan budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.
14
Sáenz M, Juan A, María del CT. 2008. Toxicity of parakuat to a green alga
scenedesmus acutus. Journal of Environmental Science and Health, Part
B: Pesticides, Food Contaminants, and Agricultural Wastes. B 28(2),
193-204 (1993).
Schwoerbel J.1972. Methods of Hydrobiology. Oxford: Pergamon Press.
Smith GM. 1918. A second list of algae found in Wisconsin lakes. Transactions
of the Wisconsin Acadademy of Science Arts and Letters 19: 614-654.
________. 1950. Freshwater alga of the United States of America, 2nd ed. New
York: McGraw-Hill.
Soenardjo N. 2004. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Karang Pendegradasi
Senyawa Herbisida Parakuat Di Perairan Pantai Teluk Awur Jepara.
Semarang: Universitas Dipenegoro.
Stein J.1973. Phycologycal Method. New York: Cambridge University Press
Streble H, Krauter D. 1974. Das Leben im Wasser-tropfen. Frankh’sche Verlags-
handlvng: Kosmos Naturführer.
Timotius KH, Kristianto M, Widhiasmara.1979. Species Composition and
Diversity of Phytoplankton in Rawa Pening Lake. Salatiga: UKSW Press.
van Heurck H. 1984. A treatise on the diatomaceae. London: William Wesley
and Son.
Weitzel RL. 1979. Periphyton Measurement and Application, in Methods and
Measurement of Periphyton Community, American Society for Testing
and Animals Philadelphia 261p.
Wetzel RG. 1983. Periphyton of Fresh Water Ecosystem. Toronto: Junk
Publishers.
Wong PK. 2000. Effects of 2,4-D, glyphosate and paraquat on growth,
photosythesis and chlorophyll-a synthesis of Scenedesmus quadricauda
Berb 614. Chemosphere 41. 177-182.
Yimpoolsap S, Natha H, Bundit A. 2014. The effects of paraquat used in upland
rice and maize fields on biomass of attached algae. Science and
Technology 19 : 1.