The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

21
The Efficacy and Safety of Daptomycin vs. Vankomycin for the Treatment of Cellulitis and Erysipelas (Manfaat dan Keamanan Daptomycin vs Vankomycin untuk Terapi Sellulitis dan Erisipelas) P.E. Perte, B.I. Eisenstein, A.S. Link, B. Donfrid, E.J.A. Biermann, P. Bernardo, W.J. Martone Resume Latar Belakang: Hasil dari penelitian/percobaan sebelumnya menunjukkan bahwa daptomycin bisa menghasilkan pencapaian klinis yang lebih cepat daripada penisilinase resisten penisilin atau vankomycin untuk pasien dengan complicated skin and skin structure infections (cSSSI). Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah penggunaan daptomycin pada terapi sellulitis atau erisipelas akan menghasilkan resolusi yang lebih cepat dibandingkan dengan vankomycin. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian prospektif yang menggunakan metode randomized control trial single blinded (evaluator blinded) dengan multi centre trial. Pasien secara acak menerima daptomycin 4mg/kg sekali sehari atau vankomycin sesuai dengan standar dalam waktu 7-14 hari. Peserta Penelitian: Pasien dewasa yang didiagnosis selulitis atau

description

Terapi erisipelas/sellulitis

Transcript of The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

Page 1: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

The Efficacy and Safety of Daptomycin vs. Vankomycin for the

Treatment of Cellulitis and Erysipelas (Manfaat dan Keamanan

Daptomycin vs Vankomycin untuk Terapi Sellulitis dan

Erisipelas)

P.E. Perte, B.I. Eisenstein, A.S. Link, B. Donfrid, E.J.A. Biermann, P. Bernardo,

W.J. Martone

Resume

Latar Belakang: Hasil dari penelitian/percobaan sebelumnya menunjukkan

bahwa daptomycin bisa menghasilkan pencapaian klinis yang lebih cepat daripada

penisilinase resisten penisilin atau vankomycin untuk pasien dengan complicated

skin and skin structure infections (cSSSI). Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian

ini adalah untuk menilai apakah penggunaan daptomycin pada terapi sellulitis atau

erisipelas akan menghasilkan resolusi yang lebih cepat dibandingkan dengan

vankomycin. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian prospektif yang

menggunakan metode randomized control trial single blinded (evaluator blinded)

dengan multi centre trial. Pasien secara acak menerima daptomycin 4mg/kg sekali

sehari atau vankomycin sesuai dengan standar dalam waktu 7-14 hari. Peserta

Penelitian: Pasien dewasa yang didiagnosis selulitis atau erisipelas yang

memerlukan perawatan di rumah sakit dan terapi antibiotik intravena yang

memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian.

Hasil Penelitian: Nilai rata-rata keberhasilan klinis adalah 94.0% untuk

daptomycin dan 90.2% untuk vankomycin (CI 95% untuk perbedaan, -6.7%,

14.3%). Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam waktu untuk

resolusi atau perbaikan dalam salah satu standar titik akhir secara klinis antara

daptomycin dan vankomycin.

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan untuk standar resolusi dari selulitis atau

erisipelas diantara pasien yang diterapi dengan menggunakan daptomycin maupun

vankomycin. Penggunaan daptomycin 4 mg/kg sekali sehari lebih efektif untuk

terapi selulitis atau erisipelas

Page 2: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

Pendahuluan

Daptomycin adalah antibiotik siklik lipopeptida yang memiliki mekanisme

kerja menyerang bakteri gram positif, termasuk didalamnya strains

staphylococcus dan enterococcus yang sudah tidak rentan terhadap penggunaan

antibiotik yang umum digunakan seperti penicilinase-resisten penisilin,

vankomycin, linezolid, dan quinipristin-dalfopristin (1-7). Daptomycin adalah

bakterisidal cepat, lebih cepat dari agent antibakteri lain yang dibuktikan secara in

vitro dengan menghitung jumlah kuman yang mati dalam waktu tertentu dan

secara in vivo dengan model binatang (4,6,8,9).

Tidak seperti vankomycin atau agen beta laktam, aktivitas bakterisidal

pada daptomycin tidak menyebabkan lisis sel segera (10). Lisis sel bakteri akan

mengakibatkan terjadinya pelepasan komponen pro-inflamasi bakteri, kurangnya

bakteriolisis bisa jadi berhubungan denga lemahnya respon inflamasi host. Pada

penelitian in vitro, paparan staphyococcus aureus oleh daptomycin memicu

lemahnya respon inflamasi makrofag dibandingkan dengan vankomycin atau

oxasilin (11). Begitu juga pada binatang percobaan dari meningitis penumococcal,

daptomycin menyebabkan inflamasi cerebrospinal dan mengakibatkan kerusakan

korteks otak yang lebih sedikit dibandingkan dengan ceftriaxon (12).

Daptomycin aman dan efektif untuk terapi kulit yang berkomplikasi dan

infeksi struktur kulit (complicated skin and skin structure infections (cSSSI)) (13).

Data analisis post hoc dan subset dari 2 fase 3 percobaan menunjukkan bahwa

daptomycin dapat menyebabkan perbaikan klinis lebih cepat, dengan durasi yang

lebih pendek (lebih cepat) dibandingkan dengan terapi menggunakan penisilinase-

resisten penisilin atau vankomycin (13,14). Sebuah penelitian lanjutan pada

pasien dengan cSSSI juga ditemukan bahwa daptomycin menghasilkan perbaikan

klinis yang lebih cepat, dengan durasi yang lebih pendek pada terapi antibotik

intravena (iv), durasi pemberian antibiotik yang lebih pendek berkaitan dengan

lamanya rawat inap di rumah sakit dan penurunan total pembiayaan di rumah sakit

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan terapi vankomycin

(15). Berdasarkan penemuan tersebut dan mekanisme yang unik dari aksi

daptomycin, eksplorasi percobaan klinis (clinical trial) dikumpulkan untuk

Page 3: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

mengevaluasi apakah terapi erisipelas atau selulitis dengan menggunakan

daptomycin akan menghasilkan resolusi yang lebih cepat pada tanda dan gejala

jika dibandingkan terapi dengan menggunakan vankomycin pada pasien rawat

inap di rumah sakit.

Metode

Desain Penelitian

Penelitian DAP-4CELL-05-02 adalah penelitian prospektif, acak

(random), evaluator-blinded, desain melti-centre trial digunakan untuk

mengeksplorasi perbedaan kecepatan dan derajat resolusi gejala dan tanda pada

pasien erisipelas dan selulitis antara pasien yang diterapi dengan menggunakan

daptomycin dan terapi dengan vankomycin. Penelitian ini dilakukan di 15 lokasi

di Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Serbia, sesuai dengan Deklarasi Helsinki

dan pedoman untuk penelitian yang melibatkan subjek manusia. Komite etika

lokal atau dewan peninjau telah menyetujui protokol penelitian, dan telah

disediakan informed consent secara tertulis untuk semua subjek penelitian.

Persyaratan Pasien

Pasien yang berusia > 18 tahun yang didiagnosis primer selulitis atau

erisipelas yang memerlukan rawat inap di rumah sakit dan terapi antibiotik secara

intravena (iv) yang memenuhi syarat untuk pendaftaran. Onset dari tanda dan

gejala harus terjadi dalam 3 hari terhitung dari dosis pertama obat yang diberikan

saat penelitian, dan temperatur harus > 37.5oC oral atau > 38.0oC rektal dalam 48

jam sebelum pendaftaran. Infeksi harus secara anatomis berada di tempat yang

memungkinkan untuk penilaian batas eritema.

Pasien dieksklusikan dari penelitian ini jika memerlukan intervesi bedah

yang bersifat gawat darurat, jika terapi bedah merupakan terapi kuratif, atau jika

selulitis berhubungan dengan luka atau ulkus yang memerlukan insisi, drainase,

atau debridemen. Kriteria eksklusi yang lain adalah abses perirektal, hidradenitis

supurativ, infeksi/luka bakar derajat 3, selulitis bukal, fasial, periorbital, atau

perianal, osteomyelitis atau bakteremia baik sudah pasti maupun suspect, angka

neutrofil absolut > 500 sel/mm3, creatinin clearance < 30 mL/menit,

Page 4: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

rhabdomyolisis, alergi atau intoleransi terhadap obat yang digunakan dalam

penelitian. Pasien juga dieksklusikan dari penelitian jika pasien memerlukan

kortikosteroid sistemik atau antibiotik selain yang digunakan dalam penelitian

atau jika pasien menerima terapi antimikroba sistemik lebih dari 24 jam selama 72

jam sebelum pemberian dosis pertama dari obat yang digunakan dalam penelitian

ini, kecuali pemberian antimikroba tersebut tidak memberikan perbaikan klinis.

Perempuan hamil atau menyusui juga dieksklusikan dari penelitian ini.

Terapi

Pasien diacak untuk menerima daptomycin atau vankomycin selama 7-14

hari. Randomisasi subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan ada atau tidaknya

4 faktor penyulit (complicating factor) yaitu diabetes mellitus, usia >65 tahun,

penyakit vaskular perifer (PVD), atau kondisi imunokompromais seperti HIV.

Daptomycin diberikan 4 mg/kg i.v. sekali sehari, dan vankomycin diberikan

secara i.v. sesuai dengan standar pelayanan. Sesuai dengan kebijaksanaan

investigator, aztreonam dan metronidazole diberikan dapat ditambahkan untuk

mengkonfirmasi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri gram negatif masing-

masing untuk bakteri aerob dan an-aerob. Pemberian agen anti inflamasi atau

antipiretik kecuali kortikosteroid sistemik, diizinkan.

Penilaian Klinis

End-points dari manfaat obat dinilai sebagai berikut: (i) waktu untuk stabilisasi

selulitis (ketika batas eritema berhenti meluas, temperatur normal, dan pasien siap

untuk dilepas); (ii) waktu untuk berhentinya perluasan batas eritema; (iii) waktu

untuk mencapai suhu tubuh normal (temperatur < 37.2oC); (iv) waktu untuk

kesiapan untuk keluar dari rumah sakit (jika pasien berada di rumah sakit untuk

alasan yang tidak terkait dengan selulitis, pasien dianggap siap untuk keluar); (v)

investigator menilai tanda dan gejala (berdasarkan skor gabungan dari tiga gejala

(simptom) yaitu nyeri tekan, menggigil, dan rasa panas- dan ada tidaknya tanda

yang mengikuti-limfangitis, limfadenopati regional atau limfedema; skor

maksimal yang mungkin adalah 13 poin); (vi) pasien yang dilaporkan mengalami

selulitis terkait dengan nyeri yang dialami (dinilai dengan menggunakan skala

Page 5: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

analog) dan (vii) pasien yang mengalami pembengkakan atau tightness (dinilai

dengan skala analog. Batas pinggir eritema, sama halnya seperti tanda dan gejala,

dinilai oleh evaluator yang blinded terhadap penilaian obat dalam penelitian.

Pasien juga dievalusi untuk terjadinya efek samping. Penilaian awal dilaksanakan

3 hari sebelum terapi dimulai. Evaluasi dilakukan 3 kali sehari saat pasien

menerima terapi (dalam penelitian) dan kemudian 7-14 hari setelah dosis terakhir

dari obat yang digunakan dalam penelitian tersebut digunakan. Keberhasilan

klinis didefinisikan sebagai pasien sembuh atau membaik.

Analisis Statistik

Semua pasien yang menerima minimal 1 dosis dari obat yang digunakan

dalam penelitian dimasukkan ke dalam analisis (dianalisis). Data dari pasien yang

tidak meneruskan penelitian disensor sebagai evaluasi terakhir yang tersedia.

Seorang dokter yang blinded terhadap obat yang diberikan saat penelitian

ditugaskan untuk mengulas pemberian obat dan prosedurnya secara bersamaan

pada setiap pasien; jika ini diyakini akan mempengaruhi clinical outcome,

outcome disensor dari tanggal prosedur dilaksanakan atau administrasi obat-

obatan yang diberikan.

Penelitian ini adalah studi eksplorasi non-powered. Kurva Kaplan-Meier

dihasilkan untuk menggambarkan distribusi waktu untuk masing-masing titik

akhir. Uji log-rank digunakan untuk membandingkan kurva-kurva yang ada.

Untuk standar keberhasilan, confidence interval (CI) 95% digunakan untuk

membedakan standar yang didapatkan antara daptomycin dan vankomycin,

menggunakan perkiraan normal ke distribusi binomial.

Data pendukung

Analisis post hoc juga dilakukan dengan menggunakan data gabungan dari dua

tahap 3 percobaan cSSSI (13). Penelitian ini dilakukan secara random dengan

evaluator blinded trials yang membandingkan manfaat dan keamanan antara

daptomycin dan terapi konvensional (penisilinase-resisten penisilin atau

vankomycin). Pada percobaan tersebut, infeksi diklasifikasikan ke dalam 5

kategori: infeksi dengan luka, abses mayor, infeksi ulkus diabetik, infeksi ulkus

Page 6: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

non diabetik, dan infeksi lainnya. Dari kategori infeksi lain, kasus selulitis

diidentifikasi berdasarkan deskripsi yang disediakan oleh investigator penelitian.

Standar keberhasilan klinis dan mikrobiologi telah dikalkulasi, dengan

keberhasilan klinis didefinisikan sebagai kesembuhan klinis atau perbaikan, dan

keberhasilan mikrobiologi didefinisikan sebagai eradikasi patogen atau diduga

eradikasi berdasarkan hasil kultur dari spesimen yang diambil dari tempat infeksi

dan kultur darah.

Hasil Penelitian

Pasien

Total 103 pasien yang diacak pada penelitian erisipelas/selulitis. Satu

pasien di setiap kelompok tidak menerima obat yang digunakan dalam penelitian;

oleh karena itu, jumlah peserta penelitian adalah 101 orang, 50 diterapi dengan

daptomycin dan 51 orang diterapi dengan vankomycin. Tambahan 50 pasien

selulitis yang diidentifikasi dari percobaan cSSSI fase 3 sebelumnya, 28 pasien

diterapi dengan daptomycin dan 22 pasien diterapi dengan pembanding.

Tabel 1 meringkas demografi dan karakteristik baseline pasien. Pada

penelitian erisipelas/selulitis, 68.3% pasien memiliki paling tidak 1 dari 4 faktor

penyulit. Dalam 2 penelitian sebelumnya mengenai cSSSI, 56.0% pasien memiliki

setidaknya satu dari 4 faktor komplikasi. Bagaimanapun, semua pasien dalam

studi cSSSI yang memiliki infeksi penyulit, didefinisikan sebagai adanya hal

tersebut atau fackor komplikasi lainnya berdasarkan berat dan perluasan infeksi.

Sebaliknya, tidak semua pasien dalam studi selulitis memiliki infeksi komplikasi,

meskipun mereka dirawat di rumah sakit. Pasien yang diobati dengan daptomycin

baik pada selulitis ataupun studi cSSSI memiliki insiden diabetes dan PVD yang

lebih tinggi dan lebih banyak berusia≥65 tahun.

Page 7: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

Tabel 1. Karakteristik Awal dan Demografi Pasien pada selulitis/erysipelas dan

Subset Selulitis dari Penelitian cSSSI

Pada penelitian mengenai selulitis/erysipelas, 32.0% pasien yang diobati

dengan daptomycin dan 35.3% pasien yang diobati dengan vankomycin memiliki

episode selulitis/erysipelas sebelumnya dalam 5 tahun terkahir. Rata-rata waktu

dari onset infeksi terhadap dosis pertama obat yang digunakan dalam penelitian

yang diberikan adalah 2 hari (range: 0-8 hari) pada kedua kelompok pengobatan.

Obat anti-inflamasi diberikan kepada 28.0% (14/50) dan 29.4% (15/51) dari

pasien yang diobati dengan daptomycin dan vankomycin secara respektif. 1 pasien

yang diterapi dengan daptomycin menerima paling tidak 1 hari steroid topikal

untuk infeksinya dan pasien yang diobati dengan vankomycin menerima paling

tidak 4 hari terapi steroid sistemik.

Deskripsi dari gejala dan tanda-tanda dasar dari studi selulitis/ erysipelas

digambarkan dalam Tabel 2. Gejala dan tanda-tanda secara umum sama antara

kedua kelompok, tetapi pasien yang diobati dengan daptomycin memiliki skor

Page 8: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

nyeri yang lebih rendah. Proporsi yang sama dari pasien menerima obat-obat

secara bersamaan atau menjalani prosedur yang bisa mempengaruhi hasil.

Setidaknya 1 dosis antibiotik sistemik selain obat yang digunakan dalam studi

diterima oleh 44.0% pasien yang diobati dengan daptomycin dan 51.0% pasien

yang diobati dengan vankomycin. 1 pasien (2.0%) dalam kelompok daptomycin

dan 3 pasien dalam kelompok vankomycin menjalani prosedur insisi dan drainase.

Tabel 2. Gejala dan tanda pada Selulitis/Erisipelas

Efektivitas Klinis

Seperti yang terlihat di Tabel 3, tingkat keberhasilan secara klinis pada

penelitian pasien selulitis/ erysipelas hampir sama yaitu pasien yang diobati

dengan daptomycin (94.0%) dan pasien yang diobati dengan vankomycin

(90.2%). Dari 50 pasien dalam kelompok daptomycin, 36(7.0%) pasien dinilai

sembuh, 11(22.0%) memiliki kemajuan dan 3 (6.0%) tidak memiliki data untuk

follow-up. Dari 51 pasien dalam kelompok vankomycin, 28 (54.9%) dinilai

sembuh, 18 (35.3%) pasien mengalami kemajuan, 1 (2.0%) mengalami

perburukan dan 4 (7.8%) tidak memiliki data untuk follow-up. Diantara pasien

dengan selulitis dalam penelitian cSSSI, angka keberhasilan klinis juga mirip

untuk pengobatan daptomycin dan pengobatan dengan pembandingnya yaitu

78.6% dan 72.7%.

Page 9: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Klinis pada Selulitis/Erisipelas dan Subset Selulitis

dari Studi cSSSI

Rata-rata waktu untuk pemberian obat studi adalah 6.1 hari untuk pasien

yang diobati dengan daptomycin dan 6.2 hari untuk vankomycin (p=0.847). Tidak

ada perbedaan yang signifikan dalam waktu pengobatan untuk pencapaian standar

poin akhir untuk erysipelas/ selulitis. Waktu rata-rata untuk stabilisasi infeksi

mirip antara daptomycin dan vankomycin (log rank= 0.875; 86.5 vs 85.5h).

Demikian pula, tidak ada perbedaan dari observasi antara pasien yang diobati

dengan daptomycin dan vankomycin dalam waktu rata-rata penurunan suhu ke

normal (p=0.690; 12.4 vs 16.3h), perbaikan perluasan eritema (p=0.833; 21.0 vs

22.0h) atau kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari rumah sakit (p=0.993; 84.0vs

85.5 h). Selain itu, tidak ada perbedaan yang terlihat antara kelompok dalam

waktu rata-rata 50%perbaikan untuk skor gabungan yang dinilai oleh investigator

(p=0.755; 39.9 vs 41.2h) seperti nyeri yang dilaporkan pasien (p=0.632; 37.3vs

40.0h) atau skor tightness/bengkak (p=0,307; 31,0vs 31,5h). Hasil yang sama juga

tercatat untuk semua poin akhir pasien yang tidak menerima obat antiinflamasi.

Efektivitas mikrobiologi

Data kultur tersedia untuk pasien yang terdaftar dalam studi cSSSI (tabel

4). Organisme tersering yang terisolasi dalam kedua kelompok adalah

Staphylococcus aureus, termasuk kelompok strain rentan metisilin dan resisten

metisilin. Semua patogen rentan daptomycin dan vankomycin. Konsentrasi

inhibisi minimal (minimum inhibitory concentration/MIC) daptomycin yang

menghambat pertumbuhan 90% Staphylococcus aureus adalah 0.25µg/ml (range

0.12-0.5µg/ml). Untuk isolasi dasar Streptococcus pyogenes, MIC 90 daptomycin

adalah 0.06 µg/ml (range ≤0.03-0.06 µg/ml). Untuk vankomycin, MIC 90

Page 10: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

adalah1.0µg/ml (range 0.5-1.0µg/ml) untuk Staphylococcus aureus dan 0.25µg/ml

(range 0.25-0.25µg/ml) untuk Streptococcus pyogenes.

Tabel 4. Standar Keberhasilan Mikrobiologi pada Subset selulitis dari Studi cSSSI

Untuk pasien dengan patogen dasar, keberhasilan mikrobiologi 72.7%

(16/22) dan 50% (7/14) masing-masing untuk daptomycin dan pasien dengan

pengobatan perbandingan. Dua pasien dengan daptomycin dan 2 pasien dengan

pengobatan perbandingan umumnya mempunyai hasil kultur darah positif. Satu

pasien dari masing-masing kelompok berhasil diobati. Tabel 4 menunjukkan

tingkat keberhasilan berdasarkan organism spesifik untuk pasien dengan

percobaan cSSSI.

Keamanan

Dalam studi erysipelas/ selulitis, 8 pasien dalam kelompok pengobatan (16.0%

pasien yang diobati dengan daptomycin dan 15.7% pasien yang diobati dengan

vankomycin) mengalami >1 kali pengobatan untuk kejadian emergensi akibat

efek samping obat. Kejadian efek samping yang dilaporkan ≥2 pasien : sakit

kepala (3 pasien yang diobati dengan daptomycin), mual (2 pasien yang diobati

dengan daptomycin), edema perifer (2 pasien yang diobati dengan vankomycin).

Page 11: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

Efek samping yang mungkin berhubungan dengan obat studi dialami 3 pasien

dalam kelompok daptomycin (1 pasien flushing, ruam dan dizziness, 1 mual, 1

diare) dan 1 pasien dalam kelompok vankomycin (red man syndrome).Satu-

satunya pasien yang tidak melanjutkan obat studi karena efek samping obat adalah

pasien yang diobati dengan vankomycin yang mengalami red man syndrome.

Efek samping serius yang dialami oleh pasien dalam masing-masing kelompok: 1

pasien yang diobati dengan daptomycin mengalami mual, muntah, pneumonia,

sementara 1 pasien yang diobati dengan vankomycin mengalami hipokalemia.

Tidak ada efek samping yang dinilai berhubungan dengan obat studi. Tidak ada

pasien yang mengalami peningkatan creatine phospokinase (CPK) yang dinilai

sebagai efek samping. Tidak ada pasien yang meninggal.

Di antara pasien selulitis dalam studi cSSSI, frekuensi dan distribusi

kejadian tak terduga sama dengan yang dilaporkan pasien dalam percobaan. Efek

samping yang paling sering adalah: konstipasi (2 dengan daptomycin, 3 dengan

obat pembanding), sakit kepala (3 daptomycin, 1 obat pembanding), peningkatan

CPK (3 daptomycin, 1 obat pembanding), mual (2 daptomycin, 2 obat

pembanding), insomnia (2 daptomycin, 2 obat pembanding). Untuk pasien (2 dari

masing-masing kelompok) mendapatkan pengobatan emergensi untuk CPK≥2 kali

normal (upper limit of normal/ ULN). Peningkatan CPK baik yang disebutkan

diatas, maupun yang mengalami peningkatan ULN 1,8 kalo dinilai sebagai efek

samping. Nilai tertinggi CPK dalam kelompok daptomycin adalah 1420 U/L

(ULN= 270 U/L). Dua pasien dengan pengobatan pembanding memiliki CPK

lebih tinggi pada hari pertama pemberian obat studi yang kemudian sembuh dan

rekuren 12-21 hari setelah terapi selesai. Peningkatan CPK selanjutnya dinilai

sebagai efek samping, sementara yang lain tidak.

Diskusi

Staphylococcus aureus adalah penyebab paling umum dari infeksi kulit dan

struktur kulit (13-16). Kasus-kasus rawat inap di rumah sakit yang disebabkan

Staphylococcus aureus pada di USA termasuk selulitis semakin meningkat secara

dramatis karena adanya resistensi terhadap metisilin (17). Selain itu, studi lain

menemukan bahwa metisilin-resisten-Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan

Page 12: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

penyebab paling banyak dari isolasi pasien dengan struktur kulit dan kulit

purulenta di departemen gawat darurat di Amerika Serikat (18). Peningkatan

tersebut disebabkan karena MRSA mempunyai pengaruh yang sangat signifikan

terhadap pengobatan. Terapi yang tidak adekuat terhadap MRSA banyak

ditemukan di rumah sakit- rumah sakit umum dan berhubungan dengan angka

kematian yang tinggi (19).

Bagaimanapun, kerentanan MRSA terhadap vankomycin menurun (20-

22), dan infeksi yang disebabkan oleh MRSA yang sensitive vankomycin dengan

nilai MIC ≥1µg/ml lebih buruk merespon terapi vankomycin (23-27), bahkan

setelah variable-variabel lain dan komorbiditas pasien telah dikontrol (28). Selain

itu, kasus klinis resistensi Staphylococcus aureus terhadap antibiotik juga

dilaporkan pada obat obat baru seperti linezolid (29-32), dan sebuh studi

menyebutkan bahwa nilai MIC linezolid meningkat (22). Walaupun telah ada

laporan resistensi terhadap daptomycin, studi surveileins terbaru di Eropa dan

Amerika Utara menunjukkan bahwa ≥99,9% keefektifan diantara 20,047

Staphylococcus yang diisolasi tanpa peningkatan MIC (1,3-22).

Pada percobaan prospektif terhadap kasus selulitis/erisipelas, angka

keberhasilan klinis untuk daptomycin adalah 94.0% dan 90.2 % untuk

vankomycin. Diantara pasien-pasien dengan selulitis dalam 2 tahap 3 studi cSSSI,

hasilnya 78.6% dan 72.7% masing-masing untuk pasien yang diobati dengan

daptomycin dan pembandingnya. Walaupun angka kesuksesan lebih rendah pada

2 tahap 3 studi cSSSI, kemungkinan karena kriteria pemasukan pasien cSSSI studi

yang memilih pasien dengan infeksi yang berkomplikasi. Pada kedua studi

erysipelas/ selulitis dan studi cSSSI, efektivitas daptomycin mirip dan lebih baik

daripada pesaingnya walaupun perbedaannya tidak bermakna secara statistik.

Meskipun pasien yang diobati dengan daptomycin pada studi selulitis/erisipelas

memiliki penyakit dasar yang lebih rumit.

Pada pasien dengan selulitis di studi cSSSI, daptomycin memiliki angka

eradikasi yang baik terhadap Staphylococcus aureus maupun terhadap

Staphylococcus pyogenes. Angka kesuksesan secara mikrobiologis lebih tinggi

pada pasien yang diobati dengan daptomycin daripada pembandingnya, walaupun

perbedaannya tidak signifikan secara statistik. Hasil klinis dan efektivitas secara

Page 13: The Efficacy and Safety of Daptomycin Vs

mikrobiologis mendukung rekomendasi daptomycin sebagai pilihan pengobatan

yang tepat untuk infeksi kulit yang berat seperti selulitis, yang memerlukan

perawatan di rumah sakit/ tidak responsive terhadap pengobatan lainnya (33).

Karena aktivitas bakterisidal yang cepat dari daptomycin tidak

menghasilkan lisis sel segera dan karena data klinis terbaru menyatakan bahwa

daptomycin menghasilkan resolusi yang lebih cepat pada infeksi kulit berat

(10,13-15), diharapkan bahwa daptomycin menghasilkan resolusi yang lebih cepat

terhadap gejala dan tanda dibandingkan vankomycin. Bagaimanapun, studi ini

tidak dapat mendeteksi perbedaan waktu resolusi dari gejala dan tanda terkait

dengan selulitis/pasien siap untuk dikeluarkan dari rumah sakit. Mungkin

percobaan terhadap selulitis/erysipelas kurang adekuat untuk mendeteksi

kecepatan resolusi gejala. Sebagai alternative, metode yang digunakan untuk

mengevaluasi hasil akhir mungkin tidak sensitif untuk mendeteksi perbedaan

antara kedua pengobatan.

Daptomycin ditoleransi dengan baik. Kejadian dan distribusi efek samping

hampir sama antara pasien yang diobati dengan daptomycin dan obat

pembandingnya. Sakit kepala dan mual adalah kejadian tak terduga yang paling

umum terjadi pada pasien yang diobati dengan daptomycin. Keamanan

daptomycin sejalan dengan yang telah disebutkan dalam studi sebelumnya.

Kesimpulannya, daptomycin 4mg/kg 1 kali sehari sefektif dan aman untuk

mengobati selulitis/erysipelas.