Smart_Grid Tanjung Bunga
Transcript of Smart_Grid Tanjung Bunga
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
1/31
TUGAS - PaperSmart Microgrid System
(Studi Kasus : Tanjung Bunga)
TEKNOLOGI ENERGIDosen: Prof. Dr. Ir. H. Nadjamuddin Harun, MS
Dibuat Oleh:
Muhamad Romadon/ P2700213407
Rizki Pratama Putra/ P27002134
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
2012
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
2/31
Smart Microgrid System
Latar Belakang
Ekonomi, teknologi, dan lingkungan telah mengubah pola pembangkitan dan penyaluran
energi listrik. Pola pembangkitan energi listrik sudah mulai berubah dari pola tersentralisasi
menjadi pola yang lebih kecil, pola terdistribusi (Distributed Generation).
Microgrid merupakan salah satu contoh pola pembangkitan terdistribusi yang bisa
melingkupi berbagai macam sumber energi, mulai dari sumber fosil, maupun sumber energi
terbarukan seperti angin, surya, biogas, dsb. Secara definisi microgrid merupakan system
interkoneksi beban dan berbagai macam sumber energi yang terdistribusi, sebagai satu
system microgrid dapat beroperasi parallel dengan system interkoneksi yang lebih besar
atau beroperasi mandiri. Microgrid merupakan bagian dari suatu system utama yang
memiliki keunggulan pengaturan terhadap dirinya sendiri, sehingga apabila terjadi
gangguan pada system utama microgrid masih dapat menjalankan fungsi pembangkitan dan
penyaluran sendiri untuk melayani bebannya.
Keandalan sistem distribusi tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh konfigurasi sistem,
alat pengaman yang dipasang, dan sistem proteksinya. Sumber energi yang kontinyu,
konfigurasi yang tepat, peralatan yang handal serta pengoperasian sistem yang otomatis
akan memberikan unjuk kerja sistem distribusi yang baik.
Gardu Induk (GI) Tanjung Bunga adalah Gardu Induk tegangan menengah 20 kV yang
memiliki 6 penyulang. GI Tanjung Bunga memiliki sebuah trafo yang digunakan untuk
menurunkan tegangan dari sisi 70 kV ke sisi 20 kV dengan kapasitas 30 MVA. Dari data
yang diperoleh dari Unit Pengaturan dan Pembagian Beban (UP2B) Sulawesi Selatan,
kapasitas pembebanan transformator GI Tanjung Bunga saat ini pada beban puncak
mencapai lebih dari 80 persen yaitu 83.57 persen. Pembebanan diatas nilai ideal ini juga
terjadi hampir pada semua transformator GI yang ada di bawah asuhan UP2B Sulsel.
Malahan, ada beberapa transformator yang dibebani diatas 90%. Selain berpengaruh
terhadap transformator itu sendiri (dielectric lossesdan thermal instability), pembebanan berlebih ini
akan berdampak besar terhadap sistem karena keterbasan suplai yang dimiliki saat ini. Meskipun ada manuver
jaringan ketika terjadi gangguan pada GI Tanjung Bunga, hal itu tidak cukup membantu karena sebagian besar
transformator GI lain telah terbebani diatas kapasitas normalnya. Alhasil, gangguan akibat defisit daya terjadi di
berbagai penyulang di GI Tanjung Bunga (Penyulang Mall GTC, Penyulang atmajaya, Penyulang Hartaco,
Penyulang somba Opu dan Penyulang Gontang).
Akibat adanya keterbatasan suplai energi di GI Tanjung Bunga, maka dirancanglah sebuah smart microgrid
system dengan salah satu tujuan adalah untuk meningkatkan keandalan sistem distribusi di GI Tanjung Bunga .
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
3/31
1.1 Maksud dan Tujuan
Pembahasan ini bermaksud melakukan studi tentang perancangan smart microgrid
sistem di Gardu Induk Tanjung Bunga. Dengan salah satu tujuan sebagai upaya peningkatan
keandalan sistem distribusi yang dilayani oleh GI Tanjung Bunga. Smart Microgrid sistem
dalam makalah ini adalah berupa Pengintegrasian antara PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga
Surya), PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Angin), dan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel)
1.2 Ruang Lingkup
Pembahasan ini mempunyai ruang lingkup pada potensi pengembangan Smart
Microgrid System di wilayah Sulawesi Selatan, khusus GI Tanjung Bunga.
Microgrid
Microgrid bisa disebut juga jaringan mikro, tentu yang dimaksud disini adalah jaringan
mikro pada sistem tenaga listrik. Microgrid sangat berkaitan dengan Distributed Energy
Resources (DER) yang didalamnya terdapat pembangkit terdistribusi, penyimpan energi
(energy storage) yang lokasinya dekat dengan beban lokal. Salah satu keuntungan microgridadalah meningkatkan ketahanan sistem.
Microgrid merupakan sistem yang terdiri dari minimal satu sumber energi yang terkoneksi
dengan beban pada daerah yang relatif kecil. Dalam microgrid, sumber energi dan beban bisa
terhubung maupun terputus ke jaringan distribusi (grid), tentu dengan gangguan pada beban
yang seminimal mungkin, sehingga perlu perencanaan yang bagus untuk menghindari
masalah tersebut.
http://4.bp.blogspot.com/-QGPCjDTFtgY/T7sspC_PNyI/AAAAAAAAAQ8/tgc4R8CtOFM/s1600/Microgrid2.bmp -
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
4/31
Pada saat microgrid terputus dengan jaringan distribusi (grid) dimana interconnection switch
dalam keadaan terbuka, microgrid harus mampu mensupply beban local dengan
pembangkitnya sendiri karena pada kondisi ini jaringan listrik tidak bisa membantu men-
suplly listrik ke beban, kondisi ini disebut islanded mode. Selain microgrid harus dapat
memenuhi kebutuhan beban, microgrid juga harus bisa menjamin kualitas frekuensi dan
tegangan, karena pada umunya akan terjadi gangguan sesaat pada saat proses pergantiandari kondisi terkoneksi grid ke kondisi islanded mode. Besar dan lama gangguan sangat
ditentukan kualitas teknologi switch-nya. Pada dasarnya ada empat teknologi yang sangat
penting dalam microgrid yaitu Distributed generation (DG), Distributed Storage (DS),
interconnection switches dan sistem control, dimana semuanya harus bekerja dengan baik dan
sesuai harapan sehingga perlu desain yang bagus dan harga yang seminim mungkin tentunya.
Topologi microgrid power system dapat dilihat pada gambar.
Smart grid: Menuju masa depan
Konsepmikrogridyang gencar diajukan belakangan ini karena lebih memanfaatkan
sumber-sumber energi alternatif lokal tanpa melupakan sumber energi konvensional
masih dalam pengembangan di berbagai negara. Namun suatu pemikiran yang lebih
maju lagi tentang konsep penyaluran energi listrik sekarang sudah mulai
berkembang juga di berbagai negara, konsep tersebut sering disebut smart grid, ini
merupakan konsep jaringan tenaga cerdas yang dicita-citakan untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik yang di masa sekarang maupun masa mendatang sudah
menjadi kebutuhan primer.Pada sistem tenaga modern, beberapa hal baru harus bisa dipenuhi lebih dari sistem
tenaga yang ada saat ini.
Sistem tenaga modern harus lebih mengakomodasi partisipasi dari para
konsumen, terutama dengan mulai berkembangnya sumber-sumber energi
alternatif terdistribusi, partisipasi aktif dari para konsumen juga harus
diperhatikan sekaligus sistem tenaga lebih mengakomodasi bentuk-bentuk
sumber energi yang tersedia dan tersebar di jaringannya.
Teknologi digital yang berkembang pesat, memaksa semua aspek kehidupan
bergantung pada TIK akibatnya sistem tenaga yang modern juga dituntut untuk
bisa memberikan suplai energi dengan kualitas daya yang baik untuk mendukung
kondisi digital ini.
Investasi yang dibuat di bidang sistem tenaga mendatang akan menuntut utilisasi
aset yang lebih baik dengan efisiensi yang tinggi, sehingga investasi yang besar
tidak akan terbuang sia-sia akibat terlalu over-capacityuntuk mengantisipasi
beban dan menjamin kelangsungan pelayanan.
Berhentinya suplai kepada konsumen merupakan sesuatu yang sebisa mungkin
harus dihindari, sehingga sistem tenaga yang modern semaksimal mungkin harus
http://konversi.wordpress.com/2009/03/04/mikrogrid-wacana-solusi-daerah-mandiri-energi/http://konversi.wordpress.com/2009/03/04/mikrogrid-wacana-solusi-daerah-mandiri-energi/http://konversi.wordpress.com/2009/03/04/mikrogrid-wacana-solusi-daerah-mandiri-energi/http://konversi.wordpress.com/2009/03/04/mikrogrid-wacana-solusi-daerah-mandiri-energi/ -
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
5/31
bisa melakukan tindakan preventif dan kuratif terhadap gangguan yang terjadi
pada dirinya.
Terakhir, sistem tenaga modern haruslah sesuatu yang kokoh dalam artian bisa
bertahan terhadapforce majeur, bisa bencana, serangan fisik maupun
serangan cyber.
MenurutDepartment of Energy(DoE) US, smart gridadalah integrasi dari
teknologi pembacaan (sensing), metode pengendalian, dan komunikasi pada sistem
tenaga listrik yang sudah ada sekarang ini. Dengan berbagai macam lingkup dari
sistem tenaga sekarang ini, banyak sekali teknologi-teknologi yang sangat maju yang
sudah tergolong smart. Misalnya pada jaringan distribusi, menggunakan sistem
pembacaan meter yang sudah maju bisa juga termasuk dalam konsep cerdas, atau
pada transmisi level maju, dengan adanya pengaturan beban yang optimal,
mikrogrid, anti-islanding, dsb. Pada sistem energi terdistribusi sudah menggunakan
kendali yang semaksimal mungkin memanfaatkan energi yang tersedia dari sumber-
sumber alternatif dikombinasikan dengan divais penyimpan energi yang
tersedia. Penggabungan teknologi-teknologi tersebut secara menyeluruh pada sistem
tenaga yang ada sekarang ini merupakan smartgrid yang dimaksudkan oleh definisi
diatas.
Untuk dapat mewujudkan smartgridsebagai sistem tenaga modern sehingga dapat
memenuhi syarat-syarat yang disebutkan sebelumnya, diperlukan peran dari 2 aspek
utama yaitu infrastruktur kelistrikandan infrastrukturtelekomunikasi. Perbedaan mendasar dengan sistem tenaga konvensional yang
hanya terdapat 1 arah aliran dari penyedia sumber ke konsumen, pada sistem ini
terdapat 2 arah aliran dari penyedia ke konsumen dan sebaliknya dengan dukungan
infrastruktur telekomunikasi. Akibat langsung dari adanya aliran 2 arah ini adalah
akan muncul hubungan antara penyedia dengan konsumen yang jumlahnya banyak
sekali, yang tidak akan mungkin bisa ditangani sendiri oleh perusahaan penyedia
energi, karena itulah menurut National Institute of Standard and Technology (NIST),
US pada sistem tenaga modern dimunculkan satu lagi blok penyusun baru yangdisebut sebagai penyedia layanan (Gambar 1). Penyedia layanan ini yang akan
berhubungan secara langsung dengan konsumen di tingkat paling bawah dan
berhubungan ke atas dengan perusahaan penyedia energi, perusahaan penyedia
energi sendiri hanya akan berkoordinasi dengan beberapa perusahaan penyedia
layanan yang bertugas.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
6/31
Gambar 1. Blok penyusun smartgrid (NIST, US)
Suatu sistem tenaga yang sudah mengaplikasikan secara penuh konsep smart grid,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Dengan adanya dukungan infrastruktur
komunikasi, dan juga dukungan dari peralatan rumah tangga yang juga cerdas
maka setiap saat perusahaan penyedia akan dapat memonitor beban-beban
listrik apa yang tersambung kepadanya. Hal ini dapat dimungkinkan karena konsep
ini mencita-citakan setiap sambungan beban dapat dimonitor bahkan sampai
ke setiap titik sambungan beban, misalnya denganIP-addressuntuk setiap colokan
listrik, ditambah dengan peralatan rumah tangga itu sendiri yang dapat mengirim
informasi diri kepada perusahaan penyedia, apakah dia adalah mesin cuci, penyejuk
udara, televisi, bahkan sampai ke mobil listrik. Dengan adanya komunikasi 2 arah
ini, maka apabila ada suatu saat penyedia listrik mengalami defisit suplai listrik, diabisa menentukan beban-beban mana sajayang dia bisa tunda pemakaiannyauntuk
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
7/31
waktu yang singkat, misal selama 5 menit ternyata mobil listrik kita dihentikan
pengisian baterainya akibat saat itu defisit sedang terjadi. Pengisian dilanjutkan
kembali setelah 5 menit selesai, bisa karena defisit telah terlewati atau bergiliran ke
beban yang lain yang ditunda operasinya yang jugatersambung ke sistem tenaga
tersebut. Dengan pola ini, penyedia energi bisa memaksimalkan semua aset
kelistrikannya pada rating yang sesuai tanpa harus melakukan over-rating supaya
aman. Dengan pengaturan beban yang sangat fleksibel, penyedia dapat menjaga
peralatannya untuk bekerja pada tingkat utilisasi yang terbaik.
Gambar
2.Smart gridpada level konsumen (EPRI)
Arah yang sebaliknya juga bisa terjadi, konsumen dapat berpartisipasi aktif dalam
menyuplai energi ke sistem tenaga yang dimiliki oleh penyedia. Contoh kasus apabila
konsumen memiliki mobil listrik yang baterainya masih memiliki simpanan energi,
maka dengan kesepakatan yang bisa diatur, si konsumen dapat memberikan energi
yang tersimpan di baterainya pada waktu-waktu tertentu dan berganti mengisi
baterai mobilnya pada waktu yang lain. Hal yang sama bisa juga untuk kasuskonsumen yang memiliki sumber energi sendiri, seperti panel surya, turbin angin,
dsb.
Perancangan Smart Microgrid System GI Tanjung Bunga
Konsep batasan smart grid memang masih menjadi perdebatan, namun di Amerika serikat,
umumnya mempersyaratkan smart grid sebagai berikut:
- Mampu dengan sendirinya menormalkan sistemnya kembali setelah gangguan
- Mampu secara aktif merespon kebutuhan konsuken
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
8/31
- Tahan terhadap serangan fisik maupun serangan cyber.
- Mampu memberikan kualitas daya sesuai kebutuhan abad 21.
- Dapat mengakomodasi semua pembangkitan dan penyimpanannya.
- Mampu memberikan produk, pelayanan dan pasar yang baru
- Mampu memaksimalkan segala fasilitas dan beroperasi dengan efisien
Adapun di Eropa berdasarkan European Commison Report terbaru, mempersyaratkan:
- Fleksibel terhadap kebutuhan konsumen serta mampu merespon perubahan dan tantangan
akan datang.
- Meng-akses semua jaringan pengguna, sumber-sumber energy terbarukan dan
pembangkitan local yang ber-efisiensi tinggi tanpa atau rendah emisi.
- Mempunyai keandalan yang tinggi dan kualiats supply yang bagus, konsisten terhadapkebutuhan dan tahan terhadap gangguan yang tidak terduga.
Ekonomis dan penuh inovasi, manajemen energy yang efisien dan berkompetisi sehat seuai
dengan aturan yang berlaku.
IEEE telah memberikan standart dalam perancangan microgrid yaitu standart microgrid -
IEEE 1547.4. Dalam standart ini ada 6 tahapan dalam perancangan microgrid, antara lain :
1. Mengidentifikasi kebutuhan beban
2. Pengklasifikasian beban
3. Pengklasifikasian Sumber daya alam4. Evaluasi Pembangkitan dengan kebutuhan beban
5. Pengembangan sistem manajemen energy
6. Penentuan peralatan dan spesifikasi
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
9/31
Perancangan Smart Microgrid System - IEEE 1547.4 (NREL)
1. Mengidentifikasi kebutuhan beban
IEEE memberi kemudahan dalam merancang sebuah microgrid, yaitu dengan
memberikan beberapa pertanyaan untuk mengidentifikasi kebutuhan beban yang akan
ditanggung oleh smart microgrid
Klarifikasi target dari microgrid
- Beban penting (Critical Load) apa yang akan masuk ke jaringan microgrid?
- Jika terjadi gangguan, berapa lama sistem dapat bertahan sebelum berpindah ke
mode island?
- Berapa lama microgrid dapat beroperasi?
Gardu Induk Tanjung bunga merupakan salah satu gardu induk di bawah naungan Unit
Pengaturan dan Pembagian Beban (UP2B) Sulawesi Selatan yang memiliki pertumbuhan
beban yang sangat pesat (Usman Amir, 2013). Gardu Induk (GI) Tanjung Bunga adalah
Gardu Induk tegangan menengah 20 kV yang memiliki 6 penyulang. GI Tanjung Bungamemiliki sebuah trafo yang digunakan untuk menurunkan tegangan dari sisi 70 kV ke sisi 20
kV dengan kapasitas 30 MVA. Dari data yang diperoleh dari Unit Pengaturan dan
Pembagian Beban (UP2B) Sulawesi Selatan, kapasitas pembebanan transformator GI
Tanjung Bunga saat ini pada beban puncak mencapai lebih dari 80 persen yaitu 83.57 persen
(Laporan Operasi Maret 2010, APD Makassar 2010). Adapun 6 penyulang (feeder) yang
ditanggung oleh GI Kebon Agung adalah
No. Nama Feeder Daerah Asuhan
1. F. HARTACOMalengkeri, Sultan Alauddin, PDAM Malengkeri,Parang
Tambung dsk
2. F. M G T C JlPer.Metro Tanjung Bunga, Taman Toraja dsk, Mall GTC.
3. F. GONTANG Perkampungan Gontang,Perumahan Metro Tanjung Bunga
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
10/31
dsk
4. F. AKKARENATriple C, Trans kalla, Jl.Rajawali,Cedrawasih
utara,Merpati,Gagak,Nuri Utara dsk
5. F. ATMAJAYAJl.Nuri, Jl.Tanjung Alang,Cenrawasih Selatan,Tribun
Timur,Maccini Sombala ,Asmat dsk
6. F. BENTENG SOMBAOPU
Per.Hartaco Indah, Dg.Ngeppe, Mappaoddang ,MuhTahir,Baji Gau,Malombassang dsk
GI TANJUNG BUNGA
P. GONTANG P. AKKARENA P. ATMAJAYA P. GTC P. B. SOMBA
OPU
P. HARTACO
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
11/31
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
12/31
TOTAL
MAX.
(MVA) AMP MVA *) AMP MVA *) AMP MVA *) AMP MVA *) % FULL
1. BONTOALA TRAFO 1 20 362.63 12.88 480.88 17.07 334.95 11.89 469.83 16.68 85.37% 64.38%
TRAFO 2 20 369.64 13.12 491.17 17.44 341.63 12.13 483.17 17.16 87.20% 65.62%
TRAFO 3 30 477.72 16.96 624.28 22.17 408.09 14.49 575.38 20.43 73.89% 56.54%
2. BORONGLOE TRAFO 1 20 166.42 5.91 291.50 10.35 215.05 7.64 367.71 13.06 65.28% 38.18%
3. DAYA TRAFO 1 20 463.17 16.45 524.32 18.62 395.50 14.04 545.15 19.36 96.78% 82.23%
TRAFO 2 20 358.70 12.74 613.48 21.78 251.48 8.93 553.66 19.66 108.91% 63.68%
4. MANDAI TRAFO 1 20 214.85 7.63 229.39 8.14 237.86 8.45 253.78 9.01 45.05% 42.23%
TRAFO 2 20 208.26 7.39 244.25 8.67 254.89 9.05 309.41 10.99 54.93% 45.25%
5. PANAKUKANG TRAFO 1 30 600.13 21.31 694.26 24.65 669.85 23.78 744.56 26.44 88.12% 79.28%
TRAFO 2 30 692.52 24.59 779.62 27.68 587.06 20.84 656.16 23.30 92.27% 81.96%
6. PANGKEP TRAFO 2 30 381.32 13.54 424.48 15.07 419.37 14.89 467.92 16.61 55.38% 49.63%
7. SUNGGUMINASA TRAFO 1 30 421.98 14.98 627.96 22.30 563.28 20.00 637.11 22.62 75.40% 66.67%
8. TALLASA TRAFO 1 20 - 0.00 - 0.00 - 0.00 - 0.00 0.00% 0.00%
TRAFO 2 20 250.03 8.88 286.17 10.16 380.34 13.50 452.68 16.07 80.36% 67.52%
9. TALLO LAMA TRAFO 3 30 521.74 18.52 691.22 24.54 528.69 18.77 559.37 19.86 81.81% 62.57%
TRAFO 4 30 466.80 16.57 623.64 22.14 400.63 14.22 557.60 19.80 73.81% 55.25%10. TELLO TRAFO 2 30 649.30 23.05 767.43 27.25 602.17 21.38 685.12 24.33 90.83% 76.85%
11. MAROS TRAFO 1 10 148.86 5.29 168.50 5.98 182.97 6.50 191.70 6.81 68.07% 64.97%
12. TANJUNG BUNGA TRAFO 1 30 693.27 24.62 782.60 27.79 706.30 25.08 769.20 27.31 92.62% 83.59%
*) MVA, pada tegangan 20,5 kV, kecuali trafo 1 GI Tallasa pada tegangan 21,4 kV
TRAFOKAP
PUNCAK SIANG (A) PUNCAK MALAM (A)
RATA2 PUNCAK UNCAK TERTINGGI SIAN RATA2 PUNCAK UNCAK TERTINGGI MALA
BEBAN PUNCAK TRAFO DISTRIBUSI
BULAN MARET 2010
RATA2NO. GARDU INDUK
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
13/31
Grafik Beban pada GI Tanjung Bunga pada tanggal 15 Maret 2010
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
0:00:00
0:30:00
1:00:00
1:30:00
2:00:00
2:30:00
3:00:00
3:30:00
4:00:00
4:30:00
5:00:00
5:30:00
6:00:00
6:30:00
7:00:00
7:30:00
8:00:00
8:30:00
9:00:00
9:30:00
10:00:00
10:30:00
11:00:00
11:30:00
12:00:00
12:30:00
13:00:00
13:30:00
14:00:00
14:30:00
15:00:00
15:30:00
16:00:00
16:30:00
17:00:00
17:30:00
18:00:00
18:30:00
19:00:00
19:30:00
20:00:00
20:30:00
21:00:00
21:30:00
22:00:00
22:30:00
23:00:00
23:30:00
TANJUNG BUNGAMW
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
14/31
2. Klasifikasi Beban
Pada Grafik Beban pada GI Tanjung Bunga pada tanggal 15 Maret 2010, terlihat bahwa beban
puncak terjadi pada pukul 11.30 sampai 16.30 dan pada pukul 18.30 sampai dengan 22.30. Hal ini
terjadi karena beban yang ditanggung oleh GI Tanjung Bunga berupa mall, perkantoran dan
perumahan. Perkantoran biasa mengkonsumsi daya pada pagi sampai siang hari, pada malam hari
tidak terlalu besar konsumsi dayanya. Hal ini terlihat pada trend beban mulai naik pada pukul
08.00 sampai 17.00. Trend beban naik kembali pada pukul 18.30 sampai 22.30, hal ini disebabkan
karena beban perumahan dan perkantoran.
3. Klasifikasi sumber daya alam
a. Potensi Energi Angin
Mengingat sumber energi fosil, khususnya minyak bumi yang tergolong sumber
energi yang tidak dapat terbarukan (non renewable resources), dan tentunya
ketersediaannya akan terus berkurang juga perbandingan terbalik antara tingkat
kebutuhan dan penggunaan yang terus meningkat disbanding tingkat produksi (grafik
pada gambar 4) maka pemanfaatan energi angin dapat menjadi solusi untuk
pemenuhan kebutuhan listrik di kawasan Timur Indonesia.
Wilayah Sulawesi dan Maluku terletak di kawasan Indonesia Timur yang terdiri dari
ratusan pulau kecil yang sebagian besar berpenduduk. Seiring perkembangan zaman,
kebutuhan listrik di daerah tersebut semakin meningkat. Upaya diversifikasipembangkit listrik dengan sumber energi alternatif ramah lingkungan menjadi suatu
hal yang penting.
Untuk mencari tahu berapa besar energi angin di Bumi ini, titik mulanya adalah
memperkirakan total energi kinetik di atmosfer. Lorenz memberikan 1.5 x
106Joules/m2 sebagai energi kinetik yang tersedia di atmosfer[2]. Smil menyatakan
bahwa pergerakan udara di atmosfer merupakan 2% dari energi dari matahari ke
Bumi[3]. Dimana radiasi Matahari yang mencapai Bumi tahunan adalah 5.8 x
1024Joules, atau 1.84 X 1017W, dan 360W/m2. Dan yang terserap oleh permukaan
Bumi (daratan dan air) adalah 2.9 x 1024Joules, atau 9.19 X 1016W, dan
180W/m2[4]. Jika jumlah energi matahari yang terserap secara langsung olehatmosfer lebih sedikit digunakan, perkiraan besaran tertinggi dari energi kinetik dapat
dijabarkan. Smilmemberi gambaran, 3.8 x 1022 J, untuk energi angin tahunan pada
atmosfer di bawah ketinggian 1 km. Dia menyatakan nilai maksimum yang dapat
dikonversikan adalah 3.8 x 1021 Joule, 1.20 x 1014W atau 1.1 x 106 TWh.
Hasil penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
mencoba untuk menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumber energi
angin di wilayah Sulawesi (Toli-toli, Kayuwatu, Majene, Makassar, Gorontalo,
Kemdari, Naha) dan Maluku (Tual, Saumlaki, Bandanaeira, Ambon, Ternate) dengan
menggunakan data arah dan kecepatan angin harian periode tahun 2003-2008[5].
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
15/31
Dari hasil kajian dapat direkomendasikan 4 (empat) lokasi yang potensial untuk
pembangunan pembangkit listrik tenaga angin yaitu di Tual, Naha, Saumlaki, dan
Bandaneira dengan potensi energi angin yaitu berkisar antara 3455,8 s/d 11861,4 watt
day/tahun. Dari keempat lokasi tersebut, Tual merupakan lokasi yang paling
berpotensi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin [5].
Potensi Angin Pulau Sulawesi dan Maluku
Data arah dan kecepatan angin periode tahun 2003-2008 di Sulawesi (7 stasiun
pengamatan) meliputi Stasiun Tolitoli, Kayuwatu, Majene, Hasanuddin, Gorontalo,
Kendari dan Naha dan 5 stasiun pengamatan di Maluku meliputi Tual, Saumlaki,
Bandanaeira, Ambon, dan Ternate . Hasilnya kemudian tersaji pada tebel 2 berikut:
Tabel 2, Potensi energi angin Pulau Sulawesi dan Maluku
(sumber: http://www.bmkg.go.id/)
Dari data tersebut diatas diketahui bahwa kecepatan rata-rata harian daerah yang
memenuhi syarat untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin adalah
Makassar, Naha, Saumlaki, Bandanaeira, dan Tual. Kelima daerah tersebut memiliki
rata-rata kecepatan harian antara 2,61 3,61 m/s. Frekuensi jumlah hari yang
memiliki kecepatan lebih dari 2,5 m/s pada kelima stasiun inipun sangat tinggi antara
52,7-81,3% artinya jika turbin yang digunakan adalah yang bisa berputar dengan
http://d/SEMESTER_2/Teknologi%20Energi/Prof.%20Naja/the%20Geographer%20%C2%BB%20Blog%20Archive%20%C2%BB%20Potensi%20Pengembangan%20Sumber%20Daya%20Energi%20Angin%20di%20Indonesia_files/Potensi-energi-angin-Pulau-Sulawesi-dan-Maluku.jpg -
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
16/31
kecepatan angin 2,5 m/s maka turbin akan menghasilkan energi listrik selama 192-297
hari dalam setahun.
Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa daerah yang paling berpotensi
dikembangkan masing-masing adalah Tual (11861,4 wattday/year), Saumlaki (5797,7
wattday/year), Bandaneira (4727,8 wattday/year), dan Naha (3455,8 wattday/year).
Gambar 7, Peta penyebaran pengembangan potensi energy angin
Pada peta (gambar 7) penyebaran pengembangan potensi energi angin diatas
menunjukkan bahwa pada daerah disekitar Laut Banda yang meliputi Ternate,
Saumlaki, Bandaneira, Ambon, dan Tual umumnya memiliki arah angin yang
dipengaruhi oleh kondisi musim (angin muson). Daerah-daerah pesisir tersebut
umumnya memiliki kecepatan angin yang tinggi dan cenderung konstan sepanjang
tahun. Kondisi ini memberikan gambaran awal bahwa daerah tersebut berpotensi
untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin.
b. Potensi Energi Surya
Indonesia mempunyai intensitas radiasi yang berpotensi untuk membangkitkan energi
listrik, dengan rata-rata daya radiasi matahari di Indonesia sebesar 1000 Watt/m2. Data
hasil pengukuran intensitas radiasi tenaga surya di seluruh indonesia yang sebagian besar
dilakukan oleh BPPT dan sisanya oleh BMG dari tahun 1965 hingga 1995 ditunjukkan pada
Tabel 1.
http://d/SEMESTER_2/Teknologi%20Energi/Prof.%20Naja/the%20Geographer%20%C2%BB%20Blog%20Archive%20%C2%BB%20Potensi%20Pengembangan%20Sumber%20Daya%20Energi%20Angin%20di%20Indonesia_files/Peta-penyebaran-pengembangan-potensi-energy-angin.jpg -
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
17/31
Pada Tabel 1 terlihat bahwa Nusa Tenggara Barat dan Papua mempunyai intensitas
radiasi matahari paling tinggi di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan Bogor mempunyai
intensitas radiasi matahari paling rendah di seluruh wilayah Indonesia. Dalam penelitian
potensi PLTS di Indonesia ini, semua wilayah baik yang mempunyai intensitas radiasi
matahari paling tinggi maupun paling rendah dipertimbangkan.
Menurut penelitaian yang menggunakan Perhitungan RETScreen International, Kota Bone
mempunyai intensitas 5,04kWh/m2/hari dan temperatur 25,6 C; kota Palopo mempunyai
intensitas 4,97kWh/m/hari, temperatur 24,3 C; kota Pare-pare dengan intensitas
5,25kWh/m/hari, temperatur 24,9 C; kota Rantepao dengan intesitas
5,16kWh/m/hari, temperatur 23,9 C; sedangkan kota Makassar menerima energi
matahari sebanyak 5,82kWh/m/hari dengan temperatur udara 26,8 C. Arti dari data
intensitas sinar matahari menunjukkan besarnya energi dalam kWh yang bisa diperoleh
dalam setiap luasan 1 meter persegi dalam sehari. Jadi bias dibayangkan betapa besarnya
energi matahari yang kita terima setiap hari dalam ruang lingkup area yang lebih luas.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
18/31
4. Evaluasi Pembangkitan dengan kebutuhan beban
Dari data klasifikasi beban, didapatkan kebutuhan beban di GI Kebon agung adalah
berupa perkantoran, mall dan perumahan. Dengan mengambil data beban puncak dan
klasifikasi beban, serta dengan pertimbangan teknis sumber daya alam dan keandalan
maka akan dirancang sistem smart microgrid system yang berupa pengintegrasian
antara PLTB, PLTS dan PLTD. Daya akulmulasi yang akan dibangkitkan guna
membantu kenadalan sistem distribusi GI Tanjung Bunga adalah 1000 kVA. Desain
awal yang dirancang dalam smart microgid sistem ini mengacu pada perancangan yang
telah dibuat oleh National Renewable Energi (NREL).
Dari gambar diatas maka perancangan sistem smart microgrid GI Tanjung Bungaadalah
GI TANJUNG BUNGA
P. GONTANG P. AKKARENA P. ATMAJAYA P. GTC P. B. SOMBA
OPU
P. HARTACO
DG DG DG DS
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
19/31
5. Pengembangan sistem manajemen energy
Pada dasarnya ada empat teknologi yang sangat penting dalam microgrid yaitu
Distributed generation (DG), Distributed Storage (DS), interconnection switches dan
sistem control, dimana semuanya harus bekerja dengan baik dan sesuai harapan sehingga
perlu desain yang bagus dan harga yang seminim mungkin tentunya.
GI TANJUNG BUNGA
P. GONTANG P. AKKARENA P. ATMAJAYA P. GTC P. B. SOMBA
OPU
P. HARTACO
DG DG DG DS
SISTEM
KONTROLInterconnection
Switch
PLTB PLTS PLTD
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
20/31
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
21/31
Seiring dengan liberalisasi pasar energy - terutama di Negara-negara yang telah maju seperti
Amerika dan Negara-negara di Eropa, permintaan kebutuhan energy listrik yang semakin tinggi,
bahan bakar yang semakin mahal, dan isu emisi CO2 serta didukung perkembangan era digital dan
teknologi komunikasi maka beberapa tahun terakhir mulai dimunculkan istilah smart grid atau
kadang juga disebut intelligent grid, modern grid, future grid dan sebagainya. Semua istilah tersebut
menggambarkan bagaimana power grid dalam bentuk yang cerdas atau digital mengirimkan energy
listrik dari produsen atau pembangkit-pembangkit menuju ke konsumen. Batasan-batasan suatu
power grid disebut smart smart grid masih menjadi perdebatan dan berbeda di setiap negara.
Untuk smart power grid dalam skala kecil dikenal sebagai smart microgrid yang dibuat
untuk memenuhi kebutuhan litrik pada suatu area tertentu saja, misal suatu perkotaan, area rumah
sakit, sekolah-sekolah sampai dengan area industry.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
22/31
Smart Microgrid System
Latar Belakang
Seiring dengan liberalisasi pasar energy - terutama di Negara-negara yang telah maju seperti
Amerika dan Negara-negara di Eropa, permintaan kebutuhan energy listrik yang semakin tinggi,
bahan bakar yang semakin mahal, dan isu emisi CO2 serta didukung perkembangan era digital dan
teknologi komunikasi maka beberapa tahun terakhir mulai dimunculkan istilah smart grid atau
kadang juga disebut intelligent grid, modern grid, future grid dan sebagainya. Semua istilah tersebut
menggambarkan bagaimana power grid dalam bentuk yang cerdas atau digital mengirimkan energy
listrik dari produsen atau pembangkit-pembangkit menuju ke konsumen. Batasan-batasan suatu
power grid disebut smart smart grid masih menjadi perdebatan dan berbeda di setiap negara.
Untuk smart power grid dalam skala kecil dikenal sebagai smart microgrid yang dibuat
untuk memenuhi kebutuhan litrik pada suatu area tertentu saja, misal suatu perkotaan, area rumah
sakit, sekolah-sekolah sampai dengan area industry.
Smart Microgrid System
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
23/31
Latar Belakang
Seiring dengan liberalisasi pasar energy - terutama di Negara-negara yang telah maju seperti
Amerika dan Negara-negara di Eropa, permintaan kebutuhan energy listrik yang semakin tinggi,
bahan bakar yang semakin mahal, dan isu emisi CO2 serta didukung perkembangan era digital dan
teknologi komunikasi maka beberapa tahun terakhir mulai dimunculkan istilah smart grid atau
kadang juga disebut intelligent grid, modern grid, future grid dan sebagainya. Semua istilah tersebut
menggambarkan bagaimana power grid dalam bentuk yang cerdas atau digital mengirimkan energy
listrik dari produsen atau pembangkit-pembangkit menuju ke konsumen. Batasan-batasan suatu
power grid disebut smart smart grid masih menjadi perdebatan dan berbeda di setiap negara.
Untuk smart power grid dalam skala kecil dikenal sebagai smart microgrid yang dibuat
untuk memenuhi kebutuhan litrik pada suatu area tertentu saja, misal suatu perkotaan, area rumah
sakit, sekolah-sekolah sampai dengan area industry.
Batasan Smart Grid
Konsep batasan smart grid memang masih menjadi perdebatan, namun di Amerika serikat,
umumnya mempersyaratkan smart grid sebagai berikut:
- Mampu dengan sendirinya menormalkan sistemnya kembali setelah gangguan
- Mampu secara aktif merespon kebutuhan konsuken
- Tahan terhadap serangan fisik maupun serangan cyber.
- Mampu memberikan kualitas daya sesuai kebutuhan abad 21.
- Dapat mengakomodasi semua pembangkitan dan penyimpanannya.
- Mampu memberikan produk, pelayanan dan pasar yang baru
- Mampu memaksimalkan segala fasilitas dan beroperasi dengan efisien
Adapun di Eropa berdasarkan European Commison Report terbaru, mempersyaratkan:
- Fleksibel terhadap kebutuhan konsumen serta mampu merespon perubahan dan tantangan
akan datang.- Meng-akses semua jaringan pengguna, sumber-sumber energy terbarukan dan
pembangkitan local yang ber-efisiensi tinggi tanpa atau rendah emisi.
- Mempunyai keandalan yang tinggi dan kualiats supply yang bagus, konsisten terhadap
kebutuhan dan tahan terhadap gangguan yang tidak terduga.
- Ekonomis dan penuh inovasi, manajemen energy yang efisien dan berkompetisi sehat seuai
dengan aturan yang berlaku.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
24/31
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
25/31
Cakupan dari smart grid meliputi interkoneksi sistem daya listrik, dari pusat pembangkit menuju ke
pembangkitan distribusi, dari sistem transmisi tegangan tinggi ke sistem distribusi tegangan rendah,
dari pusat control peralatan menuju jaringan perumahan, dari pasar daya listrik menuju penyedia
kebutuhan listrik/ distributor dan dari sumber-sumber energy tradisional ke pembangkitan
terdistribusi dan terbarukan serta media penyimpanan energy, seperti terlihat pada gambar 1.
Sedangkan suatu microgrid adala jaringan suplly listrik dalam skala yang kecil untuk melayani
kebutuhan energy listrik suatu area yang lebih kecil seperti perumahan, komunitas akademik atau
industry/ perdagangan/ daerah komersil dari kumpulan teknologi yang tidak terpusat (decentralized
energy technology) dan tehubung ke suatu titik grid utilitas.
Gambar 1
Contoh Jangkauan smart grid (sumber gambar dari ABB)
Perbedaan Traditional Grid & smart grid
Peralihan dari sistem jaringan listrik saat ini (jaringan konvensional) menuju smart grid dan
perbedaan keduanya diilustrasikan pada gambar 2. Pertama menunjukkan desain dasar jaringanlistrik dan paradigm operasionalnya; dari sumber-sumber pembangkitan yang terpusat menuju
sumber-sumber terdistribusi, dari pengaliran daya yang dapat diprediksi/ diperkirakan menjadi tidak
dapat diprediksi, dari jaringan listrik yang passive menuju jaringan listrik yang aktif. Singkat kata,
jaringan listrik akan lebih dinamis dalam konfigurasinya dan kondisi operasinya, yang akan
memberikan banyak kesempatan untuk mencapai optimalisasi tetapi juga memberikan banyak
tantangan teknis yang baru.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
26/31
Gambar 2. Peralihan dari jaringan listrik saat ini (present grid) menuju ke smart grid
Perbedaan antara traditional grid dan smart grid dapat kita sederhanakan dalam tabel 1 di bawah
Tabel 1
Traditional Grid Smart Grid
Pembangkitan terpusat Pembangkitan terdistribusi
Aliran daya ke bawah, dari
pembangkit ke beban (radial)
Aliran daya dari arah mana pun
Utilitas mengontrol koneksi,
kalaupun dapat dikontrol reaksinya
tidak cukup cepat.
Setiap orang dapat berpartisipasi
Tidak ada sistem penyimpananenergy; jadi jika ada permasalahan
pada sistem transmisi ataupun
distribusi maka berarti pelayanan ke
konsumen akan terganggu juga
Ada sistem penyimpanan energymelalui battery. Jadi kontinuitas
pelayanan terjaga.
Perlunya keseimbangan output
pembangkit dan kebutuhan beban
konsumen
Konsumen dapat mengontrol
pemakaiannya, jadi tidak ada lagi
permasalahan keseimbangan
output pembangkit dan kebutuhan
beban
Karakteristik: Dapat diprediksi Karakteristik: Chaotic/ tidak
terprediksi
Persyaratan Smart Grid
Pada Desember 2009 AHAM (Association of Home Appliance Manufacturers) menuliskan tiga
persyaratan primer untuk keberhasilan smart grid:
- Menghormati pilihan dan kerahasian konsumen, karena konsumen adalah pembuat
keputusan (decision maker)
- Standard komunikasi smart grid harus terbuka (open standard), fleksibel, aman dan terbatas
jumlahnya.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
27/31
- Harga yang ditawarkan mampu memberikan insentif untuk pengaturan penggunaan energy
agar lebih efisien sehingga konsumen dapat berhemat.
Cara berinteraksi konsumen dengan smart grid merupakan hal penting. Konsumen harus bisa
memilih kapan dan bagaimana mereka ingin aplikasi smart-nya ikut serta ke dalam smart grid.
Penawaran insentif keuangan akan menjadi daya tarik bagi konsumen untuk mengubah kebiasaan
konsumsi energinya. Aplikasi pintar dengan segala kelebihannya sementara dikembangkan untuk
memberikan manfaat ekonomi langsung bagi para konsumen dan pada saat yang sama memberikan
manfaat besar bagi utilitas dan masyarakat secara luas (melalui investasi rendah dan pengurangan
emisi) tanpa melakukan pengurangan kinerja dari produk. Namun pada akhirnya, kesuksesan smart
grid tergantung pada kerjasama pemerintah dan swasta serta adopsi standar yang terbuka dan
umum dalam pengiriman dan penerimaan sinyal.
Energi terbarukan yang terintegrasi
Dalam smart grid, energy dari berbagi jenis sumber dikombinasikan untuk melayani kebutuhan
konsumen serta mengurangi pengaruh buruknya terhadap lingkungan serta meningkatkan
keandalan. Jadi daya listrik hanya diperoleh dari pembangkit energy nuklir, batu bara, air, minyak
dan gas, tetapi juga bisa berasal tenaga matahari, angin biomass, pasang surut air laut dan sumber-
sumber energy lainnya. Konfigurasi sederhana dati suatu microgrid diperlihatkan pada gambar 3.
Gambar 3. Salah satu contoh konfigurasi microgrid
Konsep detail dari microgrid ini dapat digambarkan seperti gambar 4:
1. Perumahan ataupun beban bisnis/
industry di dalam loop memiliki smart
meter
2. Meter-meter dengan konsep
gateway mengumpulkan data segala
aktivitas dalam loop
3. Komunitas Sistem control
(community control system)
mengatur setiap unit beban-beban.
4. Pusat sistem control berkomunikasi
dengan jaringan listrik (grid) dan
community control system dan signal
dari semua utilitas.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
28/31
NATIONAL
UTILITY GRID
Transformer
CHP
100kW
Main
Switch Board
Circuit
Breaker
(CB)
CB CB CB
Switch
Building
1
Building
2
Building
3
600W
Wind Turbine
4kW
Top Hydro
3.5 kW
Bottom Hydro
20 kW
Photo Voltaic
1.5 kW
PV
Generator
Controller
Generator Distribution BoardAutomatic
Electronic
Switch
Main Controller
PPRECISISON MAIN DISTRIBUTION BOARD
Building 1 Building 2 Building 3 Building 4
PEMERGENCY DISTRIBUTION BOARD
Building 1 Bui lding 2 Building 33x
Inverter
3x
Inverter
Batteries Batteries
MICRO GRID
Gambar 4
Suatu Microgrid yang terhubung ke Grid yang lebih besar
Gambar 4, memeperlihatkan adanya battery dalam suatu konsep microgrid. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, battery ini dapat menyimpan energy berlebih sehingga jika sistem (pembangkitan) mengalami
kegagalan maka pengiriman energy ke konsumen tidak akan terputus, karena supply listrik akan diperoleh dari
battery.
Distributed GenerationGenerator terdistribusi
Sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 4, selain beban dapat memperoleh supply listrik dari gri
yang lebih besar (national smart grid), melalui konsep microgrid, beban-beban tersebut juga dapat
di-supply dari local generation (pembangkit local). Pusat pembangkit tidak terpusat lagi namun
tersebar, konsep ini selanjunya disebut sebagai distributed generation. Normalnya generator yang
terdistribusi berkapasitas lebih kecil dari 50 MW. Biasanya generator langsung terhubung ke sistem
distribusi pada tegangan 230 V/ 415 V (220/ 380 V untuk sistem Indonesia). Berbeda dengan sistem
kelistrikan yang telah dianut lama, dimana pembangkit terpusat di suatu tempat dan jauh dari pusat
beban dan dibutuhkan transmisi panjang untuk mengrimkan power dari pusat pembangkit ke pusat-
pusat beban, sistem generator terdistribusi ini tidak membutuhkan perencanaan pusat pembangkit
yang terpusat. Generator terdistribusisumber energy dan konsumen berada dekat satu sama lain,
sehingga rugi-rugi transmisi dan distribusi menjadi berkurang.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
29/31
Teknologi Smart Grid
Ada 4 lapisan tegnologi dasar yang ada dalam smart grid, seperti ditunjukkan pada gambar 5, lapisan
tegnologi smart grid.
Gambar 4. Blok diagramlapisan tegnolgi smart grid
Keempat lapisan ini dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Lapisan terbawah dianalogikan sebagai otot
badan, lapisan berikutnya, sensor/ actuator, dimisalkan sensor tubuh manusia atau saraf motorik yang
merasakan alam dan mengontrol otot. Lapisan communication sebagai syaraf yang selanjutnya mengirimkan
informasi dan lapisan teratasdecision intelligencedapat dianalogikan sebagai otak manusia.
Bagian terpintar dari lapisan ini adalah decision intelligence (pengambil keputusan). Bagian ini terdiri dari
program-program computer yang menjalan relai, intelligent electronic device (IEDs) substation automation
systems (sistem gardu induk otomatis), pusat control, dll. Program ini memproses informasi yang dikumpulkan
dari sensor atau disebarluaskan melalui sistem komunikasi dan IT system (sistem informasi tegnolgi).
Selanjutnya mereka memberikan petunjuk atau dukungan pengambilan keputusan bisnis. Beberapa contoh
aplikasinya adalah:
- Kontrol dan penjadwalan microgrid (merespon permintaan listrik dan efisiensi)
- Pendeteksian dan penanggulangan (keamanan cyber)
- Pemantauan (monitoring) dan diagnose sistem (asset manajemen)
- Sistem online yang mampu mengidentifikasi kejadian dan memberikan alarm (aman dan andal)
- Me-monitor osilasi daya (stabilitas)
- Optimalisasi tegangan dan VAR (efisiensi energy dan pengurangan kebutuhan)
- Deteksi penurunan tegangan (keamanan)
- Penyeimbanagan beban dan re-konfigurasi feeder (efisiensi energy)
- Kemampuan setting relay dengan sendirinya (proteksi)
- Sistem manajemen energy oleh para pemakai / konsumen (partisipasi konsumen dan efisiensi)
- Konpensasi daya dinamis dan penggunaan penyimpanan energy serta inverter (efisiensi dan stabilitas)
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
30/31
Keuntungan Microgrid
Keuntungan dengan penerapan microgrid adalah:
- Komunitas dalam grid tersebut dapat mengatur pembangkitan dan pendistribusian dan
koneksinya ke utilitas grid sebagai suatu entitas tunggal.
- Dapat mengisolasi sistemnya dari jaringan listrik secara lebih luas menjadi sebuah sistem
yang terpisah (as an island)
- Mengurangi rugi-rugi jaringan karena lebih banyaknya sistem pembangkitan local sehingga
mengurangi transmisi daya listrik dan rugi-ruginya.
- Kapasitas transmisi yang lebih membuka ruang untuk pelayanan transmisi/
pemeliharaannya.
- Keseimbangan antara energy supply dan permintaan kebutuhan listrik menjadi lebih baik
dibandingkan jaringan listrik daalm skala besar.
- Kepedulian akan pemanfaatan energy menjadi lebih baik.
Penerapan Microgrid di Indonesia dan tantangannya
Konsep smart grid ataupun microgrid sangat tepat diterapkan di Indonesia, terutama didukung oleh
beberapa faktor:
- Permintaan kebutuhan listrik yang semakin tinggi
- Masih banyak daerah (terutama yang jauh dari perkotaan) yang belum tersentuh listrik- Harga bahan bakar yang semakin mahal dan ketersediaannya yang semakin menipis
- Alam Indonesia mendukung untuk penerapan konsep pembangkitan listrik melalui energy
terbarukan, seperti: photo voltaic, solar thermal energy, energy pasang surut air laut, energy
angin, biomass energy, dll.
- Infrastruktur (terutama transmisi) yang sudah menua dan beban yang semakin besar
- Lingkungan yang semakin rusak karena ekploitasi sumber bahan bakar fossil seperti
batubara.
Namun selain faktor-faktor pendukung di atas, juga tidak sedikit tantangan atau hambatan yang
harus dilewati, antara lain:
- Dukungan pemerintah yang kurang dalam mengembangkan sumber energy terbarukan.
- Sistem komunikasi yang belum merata, padahal ini merupakan salah satu bagian penting
dalam penerapan smart microgrid.
-
5/26/2018 Smart_Grid Tanjung Bunga
31/31