SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

159
HUBUNGAN TINGKAT SIRKULASI OKSIGEN DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS PONDOK PUCUNG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: Nama: Muhammad Aandi Ihram NIM 109101000087 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/1434 H

Transcript of SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

Page 1: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

HUBUNGAN TINGKAT SIRKULASI OKSIGEN DAN KARAKTERISTIK

INDIVIDU DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA KELOMPOK USIA

PRODUKTIF DI PUSKESMAS PONDOK PUCUNG TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

Oleh:

Nama: Muhammad Aandi Ihram

NIM 109101000087

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/1434 H

Page 2: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

i

Page 3: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Muhammad Aandi Ihram, NIM : 109101000087

Hubungan Tingkat Sirkulasi Oksigen dan Karakteristik Individu dengan Kejadian

TB Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

xix + 101 halaman, 18 tabel, 2 bagan,5 lampiran

ABSTRAK

Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. WHO dalam

Annual Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara

dikategorikan sebagai high burden countris terhadap TB Paru, termasuk Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan pasien tuberkulosis terbanyak ke-5 di dunia

setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria. Pada tahun 2012 Puskesmas Pondok

Pucung mempunyai kasus TB Paru terbanyak di wilayah Tangerang Selatan yaitu

sebesar 769 penderita.

Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan tingkat sirkulasi oksigen dan

karakteristik individu dengan kejadian TB paru pada kelompok usia produktif di

Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada

bulan Mei-Agustus 2013. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

dengan desain Cross sectional study, jumlah sampel 65 responden dan teknik

pengambilan sampel adalah Simple random sampling. Data diperoleh dari data rekam

medis puskesmas pada bulan April-Juni 2013, data kuesioner (data responden),

pengukuran IMT (timbangan & Microtoice), pengukuran ventilasi dengan meteran

dan suhu dengan Thermohygrometer. Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-

square dengan derajat kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil penelitian dari 65 responden di Puskesmas Pondok Pucung

diperoleh 23 orang (35,4%) yang mengalami kejadian TB. Faktor yang memiliki

hubungan secara statistik terhadap kejadian TB paru adalah variabel status gizi (p=

0,001), kepadatan hunian (p= 0,001) dan ventilasi rumah (p= 0,014). Sedangkan

faktor lainnya yang tidak berhubungan secara statistik adalah jenis kelamin (0,602),

pendidikan (0,116), pengetahuan (0,729) dan suhu ruangan (0,417).

Disarankan perlu dilakukan upaya peningkatan penjaringan terhadap

penderita tuberkulosis paru, peningkatan perbaikan kondisi lingkungan rumah dengan

lebih memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat pada saat membangun rumah dan

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci: Kejadian TB Paru, Tingkat Sirkulasi Oksigen, Karakteristik Individu.

Daftar Bacaan: 1988-2013

Page 4: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH

Muhammad Aandi Ihram, NIM : 109101000087

Association Oxygen Circulation Level and Individual Characteristics with Lung

Tuberculosis in Productive Age Period at Puskesmas Pondok Pucung 2013

xix + 101 pages, 18 tables, 2 chart , 5 attachments

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis caused by mycobacterium tuberculosis. WHO in

Annual Report on Global TB Control 2003 states that there are 22 countries

categorial as high burden countries of Lung Tuberculosis included Indonesian.

Indonesia is the country with the highest tuberculosis patients 5th in the world after

India, China, South Africa and Nigeria. In 2012 the Puskesmas Pondok Pucung has

the highest Pulmonary TB cases in the province of South Tangerang taker 769

patients.

The purpose of this research knowing association oxygen circulation level and

individual characteristics with lung Tuberculosis in productive age period at

Puskesmas Pondok Pucung. The time study was conducted in May-August 2013.

This type of research is a observational study with cross-sectional design, the number

of samples of 65 respondents and the sampling technique was simple random

sampling. Data obtained from the data clinic medical record in April-June 2013,

questionnaires (data respondents), IMT measurements with (weigher and microtoice),

ventilation measurements with meteran and temperature with thermohygrometer.

Statistical analysis using Chi-square with degrees of 95% and alpha of 0.05.

The results, from 65 respondents at Puskesmas Pondok Pucung obtained 23

peoples (35.4%) having lung tuberculosis incidence. Factors that have statistical

association for lung Tuberculosis incidence is variable nutrition status (p= 0,001),

density residents (p= 0,001), and house ventilation (p= 0,014). While other factors not

have statistical association is gender (0,602), education (0,116), knowladge (0,729),

and temperatue room (0,417).

Purposed to promoting for health housing, incidence lung tuberculosis, case

finding of lung tuberculosis, improving house environmental health with house

owners who will renovate their houses are recommended to build a basic of house

will sanitation aspects and follow the healthy life behaviour.

Keywords: Lung Tuberculosis, Oxygen Circulation levels, Individual characteristics.

Refferece : 1988-2013

Page 5: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

iv

Page 6: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

v

Page 7: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

vi

CURICULUM VITAE

PERSONAL IDENTITY

Full Name : MUHAMMAD AANDI IHRAM

Place / Date of Birth : KURUNGAN JIWA, 23 NOVEMBER 1991

Sex : MALE

Religion : MOSLEM

Address :

JL. PURI INTAN NO.52 KELURAHAN PISANGAN-CIPUTAT-

TANGERANG SELATAN / JL. SEI SAHANG RT/RW 59/14 NO.

5281 KELURAHAN LOROK PAKJO - KOTA PALEMBANG

Citizenship : INDONESIAN

Phone Number : Mobile : +6281927792154 Home :

Email Address : [email protected]

FORMAL EDUCATION (starting from the most recent)

Year Name of Institution Location Faculty/Majoring Result

In Out

2009 2013

ISLAMIC STATE UNIVERSITY

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

BANTEN

PUBLIC HEALTH /

ENVIRONMENTAL

HEALTH

2006 2009

ISLAMIC SENIOR HIGH

SCHOOL PRIMARY 3

PALEMBANG

PALEMBANG IPA Graduated

2003 2006

ISLAMIC JUNIOR HIGH

SCHOOL PRIMARY 2

PALEMBANG

PALEMBANG - Graduated

1997 2003 ELEMENTARY SCHOOL

PRIMARY 200 BARU LUBAI MUARA ENIM - Graduated

Page 8: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

vii

ORGANIZATION EXPERIENCES

Year Organization / Events

2012 Participant in environment health safety field study at PT. Chevron Geothermal Garut

2012 Participant in environment health safety field study at PT. Petrocina Bojonegoro

2011 Committee of learning practice field in eastern Pamulang clinic

2011 Participant in environment health safety field study at PT. Chevron Balikpapan

2011 Mahesa Institude and ABLE “ English Course”

2011 Committee of seminar earth day at Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

2011-2012 Member Of Environmental health student association Islamic State University Syarif Hidayatullah

Jakarta

2010-2012 Member Of Environmental Health Student Association Indonesia

2010 Committee Of Ceremonial 5th Anniversary Of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 Association of Santri’s Scholarship Server Health on Medical Faculty (AS-SHOF)

2009 Association of Santri’s Scholarship Server Health on Medical Faculty Sum-Sel (SJD-SS)

Work experience

Position Year Organizer / Institution

HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTHAL (HSE) OFFICER 2012 PT. PROTON

COMMITTEE OF CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) 2012

PT. YAMA ENGINEERING AND ISLAMIC

STATE UNIVERSITY SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

JOB PRACTICE IN ENVIRONMENT AND HUMANITY

PROGRAM

2013

ACT (AKSI CEPAT TANGGAP)

Page 9: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta

hidayah-Nya kepada seluruh umatnya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan

kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan

yang terang penuh Cahaya Ilahi.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Hubungan Tingkat Sirkulasi Oksigen dan Karakteristik Individu

dengan Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas

Pondok Pucung Tahun 2013” dengan baik dan penuh perjuangan.

Skripsi ini disusun dan disajikan sebagai persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

penyusuna skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan serta bantuan

baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak yang sangat membantu

dalam proses penyusunan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya saat ini yang selalu senantiasa

mengiringi kehidupan saya.

2. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan semangat, doa, dan

motifasi yang tiada henti serta mencurahkan seluruh kasih sayangnya.

Page 10: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

ix

3. Kakak-kakakku (Yuni Zawyah, Yudar Yanti, Rahma Piroza, Muhammad

Ahsanal Arsyi, Raden Kusumajaya, Dian, dan Khoiruddin) yang telah

memberikan semangat, doa dan motifasi yang tiada henti untuk saya.

4. Bidadari-bidadari kecilku tersayang (Raden Fahza Fauziah dan Syifa Haura

Firoza) yang selalu memberi senyuman dan semangat yang luar biasa.

5. Bapak Prof. Dr. Dr. Hc. MK. Tadjudin, Spd. And. Selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Febrianti, SP. Msi. Selaku kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku pembimbing sekaligus

pembina peminatan kesehatan lingkungan yang telah memberikan tuntunan

dan bimbingan ilmu pengetahuan dalam penyusunan laporan skripsi ini.

8. Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, M.Kes, Ph.D selaku pembimbing yang telah

memberikan tuntunan dan bimbingan ilmu pengetahuan dalam penyusunan

laporan skripsi ini.

9. Bapak Ahmad Ghozali selaku TU Program Studi Kesehatan Masyarakat yang

selalu sabar dan membantu dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

10. Ibu Umi Lutfi selaku pemegang program TB Paru di Puskesmas Pondok

Pucung yang begitu luar biasa membantu baik dilapangan ataupun

memberikan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Page 11: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

x

11. Sahabat-sahabat terbaikku (Nur Najmi Laila, Kiki Chairani, Tika Widya Sari

dan Muhammad fil socrates) yang selalu membantu, memotivasi dan pemberi

inspirasi dalam penyelesaian Skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan mahasiswa yang tergabung dalam beasiswa

Santri Jadi Dokter Sumatera-Selatan khususnya angkatan 2009 semangat dan

sukses untuk kita semua. Amin

13. Teman-teman mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2009, Khususnya

Peminatan Kesehatan Lingkungan (Udin, Rudi, Yudi, Ersa, Morris, Agung,

Maya, Nisa, Reni, Yeni, Risma, Tari, Nita, Ratna, Cita, Dila, Ami, Imah, Zia,

Rahmayuni) semangat dan sukses untuk kita semua. Amin.

14. Serta segenap pihak yang telah membantu dalam penyusun dalam

menyelesaikan laporan magang ini.

Hanya do’a yang dapat penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, semoga amal

baiknya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Penulis sadar atas segala kekurangan dan keterbatasan yang ada. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam untuk skripsi ini demi kemajuan

dimasa yang akan datang.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, September 2013

Penulis

Page 12: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xi

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... i

ABSTRAK............................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP................................................................................................ v

KATA PENGANTAR............................................................................................ vii

DAFTAR ISI........................................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK................................................................................................ xi

DAFTAR BAGAN.................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 7

1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………………. 7

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 8

1.4.1 Tujuan Umum........................................................................ 8

1.4.2 Tujuan Khusus....................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

1.3.1 Bagi Masyarakat.................................................................... 9

1.3.2 Bagi Instanasi Terkait............................................................ 9

1.3.3 Bagi Peneliti.......................................................................... 9

1.4 Ruang Lingkup................................................................................... 10

Page 13: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Tuberkulosis....................................................................... 11

2.1.1 Definisi Penyakit Tuberkulosis.......................................... 11

2.1.2 Bakteri Tuberkulosis Paru.................................................. 11

2.1.3 Cara Penularan Penyakit TB Paru………………………... 11

2.1.4 Gejala dan Tanda………………………………..……....... 13

2.1.5 Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Paru………………........ 15

2.1.6 Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru……………….…. 17

2.1.7 Klasifikasi Penyakit……………………….……………... 17

2.1.8 Tipe Penderita………………………………….………… 18

2.1.9 Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru……………….. 19

2.1.10 Patologi Penyakit Tuberkulosis Paru…………………….. 21

2.1.11 Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru……………….. 23

2.1.12 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis Paru……………….. 24

2.1.13

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit TB

Paru ...................................................................................

28

2.1.14 Rumah Sehat dan Persyaratannya....................................... 44

2.1.15 Landasan Teori................................................................... 50

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 51

3.2 Definisi Operasional........................................................................ 52

3.3 Hipotesis…………………………………………………………… 55

Page 14: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xiii

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian............................................................................... 56

4.2 Lokasi dan Waktu………………………………………………….. 56

4.3 Populasi dan Sampel.......................................................................... 56

4.3.1 Populasi.................................................................................. 56

4.3.2 Sampel.................................................................................... 56

4.3.3 Perhitungan Sampel………………………………………... 58

4.4 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data……………………... 60

4.4.1 Pengumpulan Data................................................................. 60

4.4.2 Instrument Penelitian……………………............................. 60

4.4.3 Pengolahan Data…………………………………………… 62

4.4.4 Analisis Data……………………………………………….. 63

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian............................................... 64

5.2 Analisi Univariat............................................................................... 64

5.2.1 Gambaran Kejadian TB Paru................................................ 64

5.2.2 Gambaran Jenis Kelamin...................................................... 65

5.2.3 Gambaran Pendidikan........................................................... 66

5.2.4 Gambaran Status Gizi........................................................... 67

5.2.5 Gambaran Pengetahuan........................................................ 67

5.2.6 Gambaran Kepadatan Hunian............................................... 68

5.2.7 Gambaran Ventilasi Rumah.................................................. 69

5.2.8 Gambaran Suhu................................................................... 70

5.3 Analisis Bivariat.............................................................................. 70

Page 15: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xiv

5.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan kejadian TB Paru.......... 70

5.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian TB Paru............... 72

5.3.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian TB Paru............... 73

5.3.4 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru............ 74

5.3.5 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru.. 75

5.3.6 Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian TB Paru..... 76

5.3.7 Hubungan Suhu dengan Kejadian TB Paru.......................... 77

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian.................................................................... 79

6.2 Gambaran Kejadian TB Paru........................................................... 80

6.3 Karakterisitik Individu..................................................................... 81

6.3.1 Jenis Kelamin....................................................................... 81

6.3.2 Pendidikan............................................................................ 83

6.3.3 Status Gizi............................................................................ 85

6.3.4 Pengetahuan......................................................................... 87

6.4 Tingkat Sirkulasi Oksigen................................................................ 90

6.4.1 Kepadatan Hunian................................................................ 90

6.4.2 Venitilasi Rumah.................................................................. 93

6.4.3 Suhu Ruangan....................................................................... 96

BAB VII KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan....................................................................................... 99

7.2 Saran.............................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xv

Page 17: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Hal

2.1 Jenis, Sifat dan Dosis OAT..................................................... 25

2.2 Kategori Ambang Batas Index Massa Tubuh untuk

Indonesia………………………………………………….

34

4.1 Perhitungan Sampel.............................................................. 59

5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia

Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan

Tahun 2013

65

5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun

2013

65

5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan

di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun

2013

66

5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Gizi

di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun

2013

67

5.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun

2013

68

5.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kepadatan

Hunian di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan

Tahun 2013

68

5.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Ventilasi

Rumah di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan

Tahun 2013

69

5.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Suhu di

Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

70

Page 18: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xvii

5.9 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian

TB Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas

Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

71

5.10 Analisis Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian TB

Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok

Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

72

5.11 Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian TB

Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok

Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

73

5.12 Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kejadian TB

Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok

Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

74

5.13 Analisis Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan

Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia Produktif di

Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

75

5.14 Analisis Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian

TB Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas

Pondok Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

76

5.15 Analisis Hubungan antara Suhu dengan Kejadian TB Paru

pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok

Pucung Tangerang Selatan Tahun 2013

77

Page 19: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xviii

DAFTAR GRAFIK

Nomor Grafik Hal

1.1 Jumlah Kasus TB Paru di Wilayah Tangerang Selatan 2012 6

Page 20: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

xix

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Hal

2.1 Kerangka Teori Penelitian....................................................... 50

3.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................... 51

Page 21: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menurut sistem kesehatan nasional

adalah tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

setiap penduduk yang ditandai dengan bertempat tinggal di lingkungan bersih dan

berprilaku sehat. Pada masyarakat mampu untuk untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2010).

Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan dilakukan

melalui upaya pelayanan kesehatan yang diarahkan pada program-program seperti

ditegaskan dalam undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 Bab V pasal 10

menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

diselenggarakan melalui pendekatan, pemeliharaan dan peningkatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh terpadu dan

berkesinambungan (PP RI, 2000).

Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran

lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan

berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi manusia dengan lingkungan

hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan

sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya

Page 22: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

2

dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Penyakit berbasis

lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. Hal ini dikarenakan

penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir

seluruh Puskesmas di Indonesia. Keadaan tersebut mengindikasikan masih

rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Prabu, 2008).

Penyakit tuberkulosis paru atau yang lebih popular dengan nama TBC

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu penyakit

menular yang menyebabkan kematian. Satu orang penderita TB paru dengan

status Basil Tahan Asam (BTA) positif dapat menularkan sekurang-kurangnya

kepada 10-15 orang lain dalam 1 tahun. TB paru akan menular ketika orang

tersebut batuk, bersin, berbicara atau meludah (droplet nuclei) (Depkes RI, 2008).

Pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi

menengah kebawah, jumlah kasus TB paru semakin meningkat. Sehingga pada

tahun 1993, WHO mencanangkan TB paru sebagai kedaruratan dunia (global

emergency). WHO memperkirakan jumlah paling besar dari kasus TB paru

ditahun 2005 ada di wilayah Asia Tenggara, yaitu 34% dari insiden kasus global

atau sekitar 8,8 juta penderita dan 1,6 diantaranya mengalami kematian dimana

hampir 80% kematian terjadi pada kelompok usia produktif. Sehingga penyakit

ini memberikan dampak yang serius terhadap perkembangan ekonomi negara

tersebut (WHO, 2002). World Health Organization (WHO) memperkirakan 9

(Sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya menderita TBC.

Diperkirakan 95% penderita TBC berada dinegara berkembang . selain itu

ditemukan 8 juta kasus baru TBC setiap tahunnya (Depkes RI, 2007).

Page 23: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

3

Indonesia merupakan negara dengan pasien tuberkulosis terbanyak ke-5

di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria. Jumlah pasien

tuberkulosis di Indonesia sekitar 5,8% dari total pasien TB di dunia. Estimasi

prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi

insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB

diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya. Tuberkulosis merupakan kematian

nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada

semua kelompok usia, serta nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Pada

tahun 2010 prevalensi tuberkulosis di Indonesia sebesar 289 per 100.000

penduduk Data Riskesdas tahun 2010, tingkat kejadian penyakit tuberkulosis

yang berusia >15 tahun di Provinsi Banten sebesar 7.536 orang (4,2%). Data dari

Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2012) Proporsi BTA positif diantara suspek

(5-15%) di Tangerang Selatan tahun 2011 sebesar 10%, sedangkan triwulan 1

tahun 2012 sebesar 12% (Kemenkes RI, 2012).

Sekitar 75% penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif

secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang penderita tuberkulosis paru

dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, hal tersebut

berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%.

Jika meninggal akibat penyakit tuberkulosis paru, maka akan kehilangan

pendapatannya sekitar 15 tahun, selain merugikan secara ekonomis, Tuberkulosis

paru juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan kadang

dikucilkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2008).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia dengan mengkonsumsi

oksigen yang cukup akan membuat organ tubuh berfungsi secara optimal. Dalam

Page 24: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

4

keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau

sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume

udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi

oksigen udara inspirasi berkurang. Seiring dengan pertumbuhan populasi

penduduk yang semakin meningkat, terjadi perubahan secara demografik serta

terjadi peningkatan polutan di udara yang dapat mempengaruhi akan ketersediaan

serta kualitas oksigen di udara, yang apabila udara tersebut telah bercampur

dengan zat-zat polutan atau mikroorganisme dapat mempengaruhi kesehatan dan

berbahaya bagi masyarakat. Salah satu nya dapat menstimulus untuk terjadinya

penyakit TB paru, karena penyakit TB paru ditularkan melalui udara .Faktor yang

berperan terhadap tingkat sirkulasi oksigen didalam rumah adalah kepadatan

hunian, ventilasi rumah dan suhu. Oksigen dalam udara yang telah bercampur

dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan terhirup dapat menyebabkan

penyakit TBC. Karena kuman TBC media penularannya melalui transmisi udara

akan ikut terhirup bersamaan dengen proses respirasi saat menghirup oksigen

(Farochi, 2012).

Menurut Ahmadi (2005) Faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya

kejadian penyakit tuberkulosis paru dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu

faktor risiko kependudukan (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status

gizi,) dan faktor risiko lingkungan (kepadatan hunian, ventilasi alamiah, suhu dan

kelembaban).

Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peningkatan kasus

tuberculosis dapat dipengaruhi oleh faktor demografi (kepadatan penduduk dan

faktor sosial ekonomi), faktor kualitas lingkungan fisik perumahan, faktor

Page 25: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

5

kependudukan (karakteristik Individu, perilaku, kemiskinan) dan faktor

karakteristik bakteri. Resiko terjadinya penularan tuberculosis TB paru

dipengaruhi oleh keadaan rumah yang padat huni sebesar 3,2 kali dibandingkan

dengan yang tidak padat penghuni, risiko tersebut sama besarnya dengan ventilasi

rumah yang tidak memenuhi syarat (Karminingsih, 2002).

Penelitian kasus kontak yang dilakukan Chandra Wibowo dkk (2004) di

Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Manado, terdapatnya dalam sputum sumber

kontak BTA (+) secara bermakna akan meningkatkan resiko terjadinya TB Paru

36,5 kali lebih besar. Dalam penelitian tersebut terdapat faktor resiko yang paling

berperan terhadap kejadian TB Paru pada kasus kontak adalah usia, jenis kelamin,

status gizi, status ekonomi, kondisi sanitasi rumah, perilaku, dan pekerjaan.

Begitu juga dengan kondisi sirkulasi didalam rumah beberapa faktor yang

mempengaruhi adalah terdiri dari kepadatan hunian, ventilasi dan suhu.

Berdasarkan laporan 30 besar penyakit yang ada di setiap Pukesmas

Perawatan Dinas Kesehatan Tanggerang Selatan Tahun 2012 didapatkan kasus TB

parusebanyak 3.545 jiwa. Berikut grafik jumlah kasus TB paru pada 25

puskesmas perawatan Dinas Tangerang Selatan tahun 2012 (Dinkes Tangsel,

2012).

Page 26: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

6

Grafik 1.1

Jumlah Kasus TB Parudi Wilayah Tangerang Selatan 2012

Sumber : Dinkes Tangerang Selatan 2012

Berdasarkan grafik di atas diperoleh Puskesmas Pondok Pucung

mempunyai kasus TB Paru terbanyak di Wilayah Tangerang Selatan yaitu sebesar

769 penderita. Berdasarkan data di atas peneliti memilih Puskesmas Pondok

Pucung sebagai tempat penelitian. Selain dari data tersebut, data laporan bulanan

yang dimiliki oleh Puskesmas Pondok Pucung mengenai kasus TB Parudari bulan

Januari-Desember 2012 terjadi peningkatan setiap bulannya, peningkatan yang

signifikan terjadi di 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Oktober sebanyak 121

penderita, november 90 penderita, dan desember 110 penderita.

Berdasarkan uraian dan tren perkembangan penyakit TB ParudiWilayah

Pondok Pucung Tangerang Selatan maka peneliti tertarik ingin melihat hubungan

tingkat sirkulasi oksigen dan karkteristik individu dengan kejadian TB Paru pada

kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan 2013.

0100200300400500600700800900

Page 27: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

7

1.2. Rumusan Masalah

Seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk yang semakin

meningkat, terjadi perubahan secara demografik serta terjadi peningkatan polutan

di udara yang dapat mempengaruhi akan ketersediaan serta kualitas oksigen di

udara, yang apabila udara tersebut telah bercampur dengan zat-zat polutan atau

mikroorganisme dapat mempengaruhi kesehatan dan berbahaya bagi masyarakat.

Salah satu nya dapat menstimulus untuk terjadinya penyakit TB paru, karena

penyakit TB paru ditularkan melalui udara.

Berdasarkan laporan 30 besar penyakit yang ada di setiap Pukesmas

Perawatan Dinas Kesehatan Tanggerang Selatan tahun 2012, Puskesmas Pondok

Pucung Tangerang Selatan memiliki kasus terbesar pada kasus TB

Parudibandingkan dengan Puskesmas Perawatan lainnya di Wilayah Tangerang

Selatan tahun 2012 yaitu sebesar 796 penderita.

Faktor yang berperan dalam penentuan tingkat sirkulasi oksigen didalam

rumah adalah kepadatan hunian, ventilasi rumah dan suhu. Oksigen merupakan

kebutuhan dasar bagi manusia yang apabila dalam udara tersebut telah kurang dan

bercampur dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan terhirup dapat

menyebabkan penyakit TBC karena kuman TBC media penularannya melalui

transmisi udara akan ikut terhirup bersamaan dengen proses respirasi saat

menghirup oksigen.

Page 28: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

8

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik individu (jenis kelamin, pendidikan,

status gizi, dan pengetahuan) pada kelompok usia produktif dengan

kejadian TB Paru di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran tingkat sirkulasi oksigen (kepadatan hunian,

ventilasi rumah dan suhu) dengan kejadian TB Paru pada kelompok usia

produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013?

3. Apakah ada hubungan karakteristik individu (jenis kelamin, pendidikan,

status gizi, dan pengetahuan) pada kelompok usia produktif dengan

kejadian TB Paru di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013?

4. Apakah ada hubungan tingkat sirkulasi oksigen (kepadatan hunian,

ventilasi rumah dan suhu) dengan kejadian TB Paru pada kelompok usia

produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013 ?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat sirkulasi oksigen dan

karakteristik individu pada kelompok usia produktif dengan kejadian TB

Paru di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik individu (jenis kelamin,

pendidikan, status gizi dan pengetahuan) pada penduduk di

Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013.

Page 29: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

9

2. Mengetahui gambaran tingkat sirkulasi oksigen (kepadatan hunian,

ventilasi rumah dan suhu) dengan kejadian TB Paru pada

kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013.

3. Mengetahui hubungan karakteristik individu (jenis kelamin,

pendidikan dan pengetahuan) dengan kejadian TB Paru di

Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013.

4. Mengetahui hubungan tingkat sirkulasi oksigen (kepadatan hunian,

ventilasi rumah dan suhu) dengan kejadian TB Paru pada

kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang lingkungan fisik rumah dan

karakteristik individu yang mempengaruhi kejadian TB Paru sehingga

masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan kasus TB Paru di

Wilayah Pd. Pucung.

1.5.2. Bagi Instansi terkait

Memberikan masukan bagi Puskesmas Pondok Pucung Tangerang

Selatandalam perencanaan peningkatan penyuluhan, konseling tentang TB

Paru sebagai upaya pencegahan resiko terjadinya penyakit.

1.5.3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti dan hasil penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian lain.

Page 30: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

10

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Kesehatan

Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat sirkulasi

oksigen dan karakteristik individu pada kelompok usia produktif dengan kejadian

TB Paru di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan tahun 2013. Penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross

sectional study. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data

sekunder. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni tahun 2013.

Page 31: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Tuberkulosis

2.1.1. Defenisi Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis), sebagian besar kuman

TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya

(Depkes RI, 2008).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman tuberkulosis dan ditularkan melalui udara pada saat pasien TB

batuk atau bersin (PPTI, 2010).

2.1.2. Bakteri Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dengan ukuran 1-4

micron dan tebal 0,3-0,6 micron. Sifat khusus bakteri ini tahan terhadap

asam, oleh karena itu sering disebut Bakteri Tahan Asam (BTA).

Bakteri TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat

bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam

jaringan tubuh, bakteri ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa

tahun (Depkes RI, 2008).

2.1.3. Cara Penularan Penyakit TB Paru

Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak

(droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+),

pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Droplet yang

Page 32: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

12

mengandung kuman TB dapat bertahan di udara pada suhu kamar

selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat

mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat

membunuh kuman, percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam

keadaan yang gelap dan lembab. Orang dapat terinfeksi kalau droplet

tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB

masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut

dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem

peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran

langsung ke bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2008).

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahaknya maka makin menular penderita tersebut. Bila

hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita tersebut dianggap

tidak menular. Penularan umum nya terjadi di dalam ruangan, dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Penilaian risiko TB

setiap tahunnya ditunjukan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI), yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB

selama satu tahun. Jika ARTI sebesar 1%, berarti terdapat 10 orang

diantara 1000 orang yang terinfeksi setiap taunnya. Nilai ARTI di

Indonesia bervariasi antara 1-3% (Depkes RI, 2007).

Page 33: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

13

2.1.4. Tanda dan Gejala Penyakit TB Paru

Menurut Achmadi (2004) secara umum komposisi dari sampah di

setiap kota bahkan negara hampir sama, yaitu :

TB paru sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit

yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga

memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah

penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan

kadang-kadang aimtomatik. Gambaran klinis TB paru dapat dibagi

menjadi 2 golongan yaitu : gejala respiratorik dan gejala sistemik.

1. Gejala respiratorik, meliputi :

a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan

yang paling sering dikeluhkan. Batuk bisa berlangsung terus

menerus selama ≥ 3 minggu. Mula-mula bersifat non produktif

kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada

kerusakan jaringan. Hal ini sebagai upaya untuk membuang

ekskresi peradangan berupa dahak ataupun sputum.

b. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin

tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah

atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah

terjadi karena pecahnya pembuluh darah, akibat luka dalam

alveoli yang sudah lanjut. Berat ringannya batuk darah

tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

Page 34: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

14

c. Dahak

Dahak awalnya bersifat nukoid dan keluar dalam jumlah

sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen (mengandung

lendir dan nanah) sehingga warnanya kuning atau kuning hijau

sampai purulen (hanya nanah saja) dan kemudian berubah

menjadi kental dan berbau busuk karena adanya infeksi anaerob.

d. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah

luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothorax, anemia dan lain-lain.

e. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang

ringan.Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura

terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi :

a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul

pada sore dan malam hari mirip demam influenza.Biasanya

disertai keringat dingin meskipun tanpa kegiatan.Hilang timbul

dan makin lama makin panjang seranganya sedang masa bebas

serangan makin pendek.

Page 35: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

15

b. Keringat dingin dimalam hari

Bukanlah gejala pasti untuk penyakit tuberkulosis paru dan

umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. Keringat dingin

ini terjadi meskipun tanpa kegiatan.

c. Anoreksia dan penurunan berat badan

Keduanya merupakan manifestasi dari keracunan sistemik

yang timbul karena produk bakteri atau adanya jaringan yang

rusak. (toksemia), yang biasanya timbul belakangan dan lebih

sering dikeluhkan bila fase progresif.

d. Malaise (rasa lesu)

Hal ini bersifat berkepanjangan/kronik, disertai rasa tidak

fit, tidak enak badan, lemah, lesu pegal-pegal dan mudah lelah.

2.1.5. Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Paru

Diagnosis TB paru dilakukan dengan wawancara keluahan pasien,

pemeriksaan pada pasien (anamnesis), pemeriksaan dahak mikroskopis

di laboratorium, pemeriksaan rontgen dada.

1. Diagnosis TB paru pada orang dewasa (Depkes RI, 2008)

Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan

dengan ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara

mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila

setidaknya dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya positif. Bila

hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lanjut

yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang.

Page 36: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

16

2. Diagnosis TB paru pada anak (Depkes RI, 2008)

Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis apabila :

a. Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB

paru BTA positif.

b. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG

(dalam 3-7 hari).

c. Terjadi gejala umum TBC

Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek

TB paru.

Indikasi pemeriksaan foto toraks Pada sebagian besar TB paru,

diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara

mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi

tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi

sebagai berikut:

- Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada

kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk

mendukung diagnosis „TB paru BTA positif.

- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

- Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat

yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak,

pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan

Page 37: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

17

pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan

bronkiektasis atau aspergiloma).

2.1.6. Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru

Penemuan penderita dilakukan secara pasif artinya penjaringan

tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung

ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung

dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun

masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka

penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case

dinding (penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif).

Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala

samaharus diperiksa dahaknya (Depkes RI, 2008).

2.1.7. Klasifikasi Penyakit

Tuberkulosis dibagi berdasarkan organ tubuh yang terkena yaitu :

1. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

paru, (tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil

pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam :

a. Tuberkulosis paru BTA (+)

- Sekuarang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS

hasilnya BTA positif.

- Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto

rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulsis aktif.

Page 38: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

18

b. Tuberkulosis paru BTA (-)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis

aktif. TB paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan

tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat ringan.

Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan

gambaran kerusakan yang luas, dan atau keadaan umum

penderita buruk.

2. Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru. TB

ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,

yaitu : (Depkes RI, 2008)

a. TBC ekstra paru ringan

b. TBC ekstra paru berat

2.1.8. Tipe Penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu : (Amin, 2006)

1. Kasus baru

Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan

OAT (obat anti tuberkulosis) atau sudah perrnah menelan OAT

kurang dari satu bulan.

2. Kambuh (relaps)

Kambuh (relaps) adalah penderita TB paru yang sebelumnya pernah

mendapatkan terapi TB paru dan telah dinyatakan sembuh atau

Page 39: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

19

pengobatan lengakap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA positif.

3. Pindahan

Pindahan adalah penderita TB paru yang sedang mendapatkan

pengobatan dari tempat lain, kemudian pindah berobat ke tempat

tertentu. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan

(Form TB 09).

4. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)

Adalah penderita TB paru yang kembali berobat dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA (+) setelah putus berobat 2 bulan atau

lebih.

5. Gagal

a. Adalah penderita BTA (+) yang masih tetap positif atau

kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.

b. Adalah penderita BTA (-) rontgen positif yang menjadi

BTA(+) pada akhir bulan ke-2 pengobatan.

6. Lain-lain

Semua penderitang lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut

diatas. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik

(penderita yang masih BTA (+) setelah menyelesaikan pengobatan

ulang dengan kategori 2.

2.1.9. Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru

Epidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang

mempelajari interaksi antara kuman (agent) Mycobacterium

Page 40: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

20

tuberculosis, manusia (host) dan lingkungan (environment). Disamping

itu mencakup distribusi dari penyakit, perkembangan dan

penyebarannya, termasuk didalamnya juga mencakup prevalensi dan

insidensi penyakit tersebut yang timbul dari populasi yang tertular.

Pada penyakit tuberkulosis paru sumber infeksi adalah manusia

yang mengeluarkan basil tuberkel dari saluran pernafasan. Kontak yang

rapat (misalnya dalam keluarga) menyebabkan banyak kemungkinan

penularan melalui droplet.

Kerentanan penderita tuberkulosis paru meliputi risiko

memperoleh infeksi dan konsekuensi timbulnya penyakit setelah terjadi

infeksi, sehingga bagi orang dengan uji tuberkulin negatif risiko

memperoleh basil tuberkel bergantung pada kontak dengan sumber-

sumber kuman penyebab infeksi terutama dari penderita tuberkulosis

dengan BTA positif. Konsekuensi ini sebanding dengan angka infeksi

aktif penduduk, tingkat kepadatan penduduk, keadaan social ekonomi

yang merugikan dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Berkembangnya penyakit secara klinik setelah infeksi di

mungkinkan adannya faktor komponen genetik yang terbukti pada

hewan dan diduga terjadi pada manusia, hal ini dipengaruhi oleh umur,

kekurangan gizi dan kenyataan status immunologik serta penyakit yang

menyertainya (Ruswanto, 2010).

Epidemiologi tuberkulosis paru mempelajari tiga proses khusus

yang terjadi pada penyakit ini, yaitu;

a. Penyebaran atau penularan dari kuman tuberkulosis.

Page 41: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

21

b. Perkembangan dari kuman tuberkulosis paru yang mampu

menularkan pada orang lain setelah orang tersebut terinfeksi dengan

kuman tuberkulosis.

c. Perkembangan lanjut dari kuman tuberkulosis sampai penderita

sembuh atau meninggal karena penyakit ini.

2.1.10. Patologi Penyakit Tuberkulosis Paru

1. Infeksi Primer

Pada penyakit tuberkulosis paru sumber infeksi adalah

manusia yang mengeluarkan basil tuberkel dari saluran pernapasan,

kontak yang rapat (misalnya dalam keluarga) menyebabkan banyak

kemungkinan penularan melalui inti droplet. Infeksi primer terjadi

saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman tuberkulosis,

droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga dapat

melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan

sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai

saat kuman tuberkulosis paru berhasil berkembang biak dengan cara

pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam

paru, saluran linfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai

komplek primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

pembentukan komplek primer adalah 4-6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya

perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan

setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya

respon daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

Page 42: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

22

perkembangan kuman tuberkulosis. Meskipun demikian ada

beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persistent atau

dormant (tidur), kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu

menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa

bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis paru.

Masa inkubasinya yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi

sampai menjadi sakit diperkirakan selama 6 bulan.12

2. Tuberkulosis Paru Pasca Primer ( Post Primary Tuberculosis

Paru) :

Tuberkulosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah

beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena

daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi

yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis paru pasca primer adalah

kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi

pleura.

3. Komplikasi pada penderita tuberkulosis paru

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

a. Hemoptisis berat (Perdarahan dari saluran napas bawah) yang

dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau

tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksibronchial.

c. Bronkiektasis (Pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)

pada paru.

Page 43: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

23

d. Pneumothorak (Adanya udara di dalam rongga pleura) spontan,

kolap spontan karena kerusakan jaringan.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,

persendian, ginjal, dan sebagainya.

f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary

Insufficiency).

2.1.11. Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru

Mencegah lebih baik dari pada mengobati, kata-kata itu selalu

menjadi acuan dalam penanggulangan penyakit TB-Paru di masyarakat.

Adapun upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah : (Depkes RI,

2002)

1. Penderita tidak menularkan kepada orang lain:

a. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu

tangan atau tissu.

b. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama

pengobatan.

c. Tidak meludah di sembarang tempat, tetapi dalam wadah yang

diberi lysol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun

dalam tanah.

d. Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari.

e. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapat udara

bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman

tuberkulosis paru dapat mati.

Page 44: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

24

2. Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberkulosis paru:

a. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan-

makanan yang bergizi.

b. Tidur dan istirahat yang cukup

c. Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang mengandung

alkohol.

d. Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke

ruang tidur dan ruangan lainnya.

e. Imunisasi BCG pada bayi.

f. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.

g. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari penderita

Tuberkulosis Paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan

daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap

menular.

2.1.12. Pengobatan Penyakit Tuberkulosis Paru

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kumanterhadap OAT

(Depkes RI, 2006).

Page 45: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

25

Tabel 2.1 Jenis, Sifat dan Dosis OAT

Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan

(mg/kg)

Harian 3x Semingu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicn (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Ethambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip

sebagai berikut :

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis

obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan

kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal

(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT

– KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)

oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif

dan lanjutan.

Page 46: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

26

Tahap awal (intensif)

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari

dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat.

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara

tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular

dalam kurun waktu 2 minggu.

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA

negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih

sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

3. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

a. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis diIndonesia:

- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat

sisipan (HRZE)

- Kategori Anak: 2HRZ/4HR

b. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam

bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT),

Page 47: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

27

sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam

bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari

kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya

disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas

dalam satu paket untuk satu pasien.

c. Paket Kombipak.

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket,

yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol.

Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien

yang mengalami efek samping OAT KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan

tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin

kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu

paket untuk satu pasien dalam satu masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB :

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga

menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan

resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi

kesalahan penulisan resep.

3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga

pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan

kepatuhan pasien.

Page 48: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

28

2.1.13. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis

Paru

Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu

penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit

(agent), penjamu (host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor

penting ini disebut segi tiga epidemiologi (Epidemiologi Triangle),

hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai

timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu

pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.

Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam

keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat,

perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit,

penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab

menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula

bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor

penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi lebih berat.

Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang baik atau meningkat maka

ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah menjadi

cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka orang akan

sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh

berbagai faktor berikut :

1. Agent

Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari

family Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo

Page 49: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

29

Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan

sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya

infeksi tersering.

Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis

hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan

terhadap sinar matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai

panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron. Kuman ini melayang

diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman tuberkulosis dapat

bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar

matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman

tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol,

karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000). Kuman

tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2

jam, selain itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5

menit dan juga oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit

serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam.

Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain pada

umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan

kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel

bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat

merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk

tuberkulosis. Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu

yang disukai, merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur

Page 50: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

30

dalam rentang 25 – 40 C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada

suhu 31-37 C.

2. Host

Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman

Mycobacterium tuberculosis, kuman tuberkulosis menular melalui

droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan

pada 10-15 orang (Depkes RI, 2002).

Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi

karakteristik; gizi atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene

pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan. Karakteristik

host dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan,

keturunan, ras dan gaya hidup.

Menurut Luciana (2011) TB paru berisiko pada seseorang

dengan karakteristik tertentu, seperti umur, jenis kelamin, status

gizi, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan kontak dengan

penderita.

a. Umur

Umur berperan dalam kejadian TB. Resiko untuk

mendapatkan penyakit TB tinggi di umur awal seseorang

dengan puncak pada kelompok usia dewasa dan menurun

kembali ketika usia tua. Di Indonesia 75% penderita TB paru

adalah kelompok usia 15-50 tahun. Kelompok usia 15-50 tahun

masuk dalam penduduk usia produktif, dimana seseorang yang

termasuk dalam usia produktif banyak melakukan kegiatan

Page 51: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

31

seperti bekerja, belajar, ataupun kegiatan lainnya. Seseorang

yang melakukan banyak aktivitas akan sering berinteraksi

dengan orang lain dan lingkungan. Interaksi tersebut dapat

memungkinkan terjadinya penularan TB paru. Penderita TB

paru BTA (+) dengan mudah dapat menularkan kuman TB

kepada lingkungan sekitarnya sehingga menyebabkan orang lain

terinfeksi kuman TB (Depkes RI, 2002).

b. Jenis kelamin

Penderita TB di afrika mayoritas menyerang laki-laki. Dari

hasil laporan WHO di Amerika Serikat tahun 1993-1998

diketahui bahwa penderita TB lebih banyak diderita oleh laki-

laki dibandingkan perempuan (Supriyano, 2003). Penderita TB

yang mayoritas terjadi pada pria dapat dipengaruhi oleh pola

aktivitas di luar rumah dan kebiasaan merokok berkaitan dengan

peningkatan kejadian TB, sedangkan aktivitas di luar rumah

yang tinggi dapat menyebabkan seseorang tertular kuman TB

oleh penderita TB paru BTA (+). Akan tetapi angka kematian

akibat tuberkulosis pada kelompok umur 15-50 tahun di Negara

maju lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-

laki.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha yang sengaja (terencana,

terkontrol, dengan sadar dan dengan cara yang sistematis)

diberikan pada anak didik oleh pendidik agar individunya yang

Page 52: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

32

potensial itu lebih berkembang terarah kepada tujuan tertentu.

Dalam pelaksanaan pendidikan harus dapat diketahui bentuk

pendidikan yang diberikan, sasaran pendidikan, sifat pelaksaan

pendidikan, tujuan pendidikan. Proses pendidikan berlangsung

dalam suatu lingkungan atau tempat pendidkan berlangsung.

Pendidikan dapat berlangsung di keluarga, sekolah, dan

masyarakat. System pendidikan sekolah yang diterapkan di

Indonesia adalah pendidikan sekolah dasar (SD), sekolah

menegah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),

perguruan tinggi (Nasution, 2004).

Pendidkan seseorang mempengaruhi pengetahuan dan

pandangan seseorang. Kelompok masyarakat dengan tingkat

pendidkan rendah umumnya adalah kelompok masyarakat

dengan status ekonomi rendah. Kelompok masyarakat tersebut

sulit untuk menyerap informasi, tidak terkecuali informasi

mengenai kesehatan. Selain itu kelompok masyarakat dengan

tingkat ekonomi dan pendidikan rendah juga tidak mampu

mencukupi gizi dan pengadaan sarana sanitasi yang diperlukan

(Supriyadi, 2003; Abebe et al, 2010).

d. Status Gizi

Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Boddy Mass Index (BMI)

merupakan indikator untuk memantau status gizi pada kelompok

umur >18 tahun. Status gizi seseorang akan mempegaruhi risiko

tertular TB. Seseorang dengan status gizi buruk, bahkan

Page 53: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

33

mengalami malnturisi, menyebabkan penurunan fungsi paru,

perubahan analisis gas dalam darah, dan produktivitas kerja.

Seperti diketahui kuman tuberkulosis merupakan kuman yang

suka tidur hingga bertahun-tahun, apabila memiliki kesempatan

untuk bangun dan menimbulkan penyakit maka timbulah

kejadian penyakit tuberkulosis paru. Oleh karena itu salah satu

kekuatan daya tangkal adalah status gizi yang baik. Selain itu,

status gizi buruk juga mempengaruhi daya tahan tubuh dimana

penurunan daya tahan tubuh berkaitan erat dengan peningkatan

infeksi kuman TB (Fatimah, 2008).

IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau

status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan.Penggunaan IMT hanya

berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun, IMT

tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan

olahragawan (Buku Praktis Ahli Gizi, 2003).Rumus perhitungan

IMT adalah sebagai berikut :

IMT =Berat badan (kg)

tinggi badan m x tinggi badan (m)

Page 54: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

34

Tabel 2.2 Klasifikasi Index Masa Tubuh (IMT) Dewasa

Menurut Kemenkes RI

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat Badan

Kekurangan berat badan tingkat ringan

< 17,0

17,0 - 18,5

Normal >18,5 - 25,0

Gemuk Kelebihan Berat badan tingkat ringan

Kelebihan berat badan tingkat berat

>25,0 - 27,0

>27,0 Sumber : Kemenkes RI, 2003

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Teten

Zalmi di Puskesmas Padang Pasir tahun 2008 menyebutkan

bahwa proporsi responden dengan keadaan status gizi kurang

pada kelompok kasus adalah 96,8%, sedangkan pada kelompok

kontrol 28,1% (Teten Zalmi, 2008).

Hasil penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Elvina Karyadi (2002) dari penelitian tersebut

disimpulkan bahwa pengidap TB Paru sebagian besar menderita

gizi kurang (IMT<18, 5kg/m2).

e. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dari

perilaku. Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi dasar

atau motivasi bagi perilaku (Green, 2005 dalam Astrine 2012).

Pengetahuan tentang tuberkulosis merupakan dasar tindakan

pencegahan dan pengobatan. Ketidaktahuan masyarakat

menghalangi tindakan pencegahan TB paru. Dengan

pengetahuan yang meningkat, masyarakat akan semakin

Page 55: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

35

mengerti tentang tindakan pencegahan sehingga tingkat kejadian

TB paru dapat diminimalisasikan.

Pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang dan

akhirnya akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan dibagi kedalam 6 tingkat (Notoatmodjo, 2005),

yaitu :

a. Tahu : sebagai recall memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami : memahami objek bukan sekedar tahu,

bukan hanya sekedar menyebutkan, tapi orang tersebt

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui.

c. Aplikasi : apabila orang yang sudah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi lain.

d. Analisis : kemampuan menjabarkan dan memisahkan

lalu mencari hubungan antar komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis : kemampuan untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

Page 56: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

36

f. Edukasi : kemampuan untuk memberikan justifikasi atau

penilaian terhadap objek tertentu.

Hasil survei prevalensi TB (2004) mengenai pengetahuan,

sikap dan perilaku menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat

anggota keluarga yang menderita TB dan hanya 13% yang

menyembunyikan keberadaan mereka. Meskipun 76% keluarga

pernah mendengar tentang TB dan 85% mengetahui bahwa TB

dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat

menyebutkan dua tanda dan gejala utama TB. Cara penularan

TB dipahami oleh 51% keluarga dan hanya 19% yang

mengetahui bahwa tersedia obat TB gratis (Kemenkes RI,

2011).

f. Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dimaksud disini adalah untuk

mengetahui tinggi rendahnya mobilitas seseorang, sehingga

mempengaruhi dia untuk terpapar kuman TBC. Semakin tinggi

mobilitas seseorang, semakin banyak orang yang kontak dengan

dia. Bila diantaranya ada yang menderita TBC dan kebetulan

kontak yang dilakukan cukup sering dan lama, maka risiko

penularan akan semakin tinggi. Selain itu pekerjaan juga

menunjukan aktifitas yang dilakukan seseorang, apakah

mempengaruhi daya tahannya atau tidak. Pekerjaan juga bisa

menggambarkan pendapatan yang dihasilkan sehingga bisa

dilihat keadaan sosial ekonominya.

Page 57: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

37

g. Kontak dengan Penderita

Kontak dengan sumber penular merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya TB paru. Kontak erat adalah tinggal bersama

dalam rumah yang sama atau frekuensi sering bertemu antara

kontak dengan sumber penular (WHO, 2006). Faktor risiko

tersebut semakin besar bila kondisi lingkungan perumahan jelek

seperti kepadatan penghuni, ventilasi yang tidak memenuhi

syarat dan kelembaban dalam rumah merupakan media transisi

kuman TBC untuk dapat hidup dan menyebar. Untuk itu

penderita TBC dapat menularkan secara langsung terutama pada

lingkungan rumah, masyarakat di sekitarnya dan lingkungan

tempat bekerja, makin meningkatnya waktu berhubungan

dengan penderita memberi kemungkinan infeksi lebih besar

pada kontak (Akbar, 2010).

Berdasarkan penelitian Mahpudin dan Mahkota (2007)

didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna antara kontak

dengan penderita yang tinggal serumah dengan kejadian TB

paru. Temuan ini sesuai dengan penelitin sebelumnya dimana

kontak dengan penderita TB paru yang tinggal serumah berisiko

41,8 kali dari pada yang tidak kontak. Kontak serumah

merupakan ancaman yang sangat serius bagi anggota keluarga

lainnya untuk menderita penyakit TB, karena itu merupakan

sumber penularan intensif yang berada disekitar kehidupan

sehari-hari anggota keluarga lainnya (Ernawati, 2011).

Page 58: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

38

3. Environment

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host

baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana

yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host

yang lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik,

lingkungan fisik terdiri dari; Keadaan geografis (dataran tinggi atau

rendah, persawahan dan lain-lain), kelembaban udara, temperatur

atau suhu, lingkungan tempat tinggal. Adapun lingkungan non fisik

meliputi; sosial, budaya (adat, kebiasaan turun-temurun), ekonomi

(kebijakkan mikro dan lokal) dan politik (suksesi kepemimpinan

yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan penanggulangan

suatu penyakit.

Pada dasarnya berbagai faktor risiko penyakit tuberkulosis

paru saling berkaitan satu sama lainnya. Tingkat sirkulasi

oksigenmerupakan faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi

untuk terjadinya penyakit TB paru. Sirkulasi Oksigen adalah

proses perputaranoksigen yang diperlukan oleh unsur tertentu untuk

mengatur sistem yang ada pada unsur tersebut .Oksigen (O2) atau

zat asam sangat diperlukan makhluk hidup. Oksigen adalah unsur

kimia yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, tidak

terbakar tapi dapat membantu pembakaran (Oksidator).Oksigen

merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta

berdasarkan massa dan unsur paling melimpah di kerak Bumi. Gas

oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi. Manusia

Page 59: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

39

membutuhkan asupan oksigen secara terus-menerus untuk proses

respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai

limbah beracun produk dari proses tersebut (Farochi, 2012).

Menurut teori Maslow oksigen merupakan kebutuhan dasar

manusia atau kebutuhan fisiologis dimana kebutuhan fisiologis

sangat mendasar, paling kuat dan paling jelas diantara sekian

kebutuhan lain untuk mempetahankan hidup. Manusia akan

menekan kebutuhannya sedemikian rupa agar kebutuhan fisiologis

(dasar) nya tercukupi. Dengan mengkonsumsi oksigen yang cukup

akan membuat organ tubuh berfungsi secara optimal (Noverima,

2012). Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc

oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan

tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan

ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi

oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya

konsentrasi hemoglobin darah berkurang (Farochi, 2012).

Udara disekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam

udara tersebut telah kurang dan bercampur dengan partikel atau gas

berbahaya dan bercampur dengan bakteri patogen yang apabila

terhirup dapat berbahaya bagi kesehatan. Bakteri Mycobacterium

tuberculosis yang media penularannya melalui transmisi udara akan

ikut terhirup bersamaan dengen proses respirasi saat menghirup

oksigen.

Page 60: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

40

Adapun faktor yang berperan dalam penentuan tingkat

sirkulasi oksigen di dalam rumah yaitu :

a. Kepadatan Hunian

Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai

rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah

tinggal. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan

biasa dinyatakan dalam m² per orang. Luas minimum per orang

sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas

yang tersedia.

Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan

memberikan pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang

tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan

berjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping

menyebabakan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah

satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama

tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga yang

lain, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan

kepada 2-3 orang di dalam rumahnya (Ruswanto, 2010).

Kepadatan merupakan pre-requisite untuk proses penularan

penyakit, semakin padat maka perpindahan penyakit khususnya

penyakit melalui udara akan semakin mudah dan cepat. Dalam

hubungan dengan penularan TB Paru, maka kepadatan hunian

dapat menyebabkan Cross infection (infeksi silang). Adanya

penderita TB paru dalam rumah dengan kepadatan cukup tinggi,

Page 61: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

41

maka penularan penyakit melalui udara ataupun“droplet” akan

lebih cepat terjadi (Rianda, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanropie dkk (1991)

bahwa kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat seperti tidak

sebandingnya luas lantai kamar, jenis lantai, penghuni rumah

yang menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, di mana bila

salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi seperti TB

Paru, maka akan mudah menular kepada anggota keluarga lain

(Suyono, 2005).

b. Ventilasi Rumah

Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer

yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi

mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar.

Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh

penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu

kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di

dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan

dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/

bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB.

Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan

udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen,

Page 62: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

42

karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus.

Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi

lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu

tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum.

Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas

lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas

ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas

ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai.

Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan

kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar

22° – 30°C dari kelembaban udara optimum kurang lebih 60%

(Depkes RI, 2001 ).

Ventilasi mempengaruhi proses difusi udara, dengan kata

lain mengencerkan konsentrasi kuman TB paru dengan kuman

lain sehingga kuman-kuman tersebut dapat terbawa keluar dan

mati terkena siar matahari dan sinar ultraviolet. Ventilasi

merupakan tempat untuk memasukkan cahaya ultraviolet. Hal

ini akan semakin baik apabila konstruksi rumah menggunakan

bahan seperti kaca, hal ini merupakan kombinasi yang baik.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.

829/MenKes/SK/VII/1999 bahwa ventilasi yang baik adalah

10% dari lantai rumah. Adrial (2006) yang menyebutkan

bahawa kelompok yang mempunyai rumah dengan luas ventilasi

kurang dari 10% luas lantai dapat berisiko 4,55 kali untuk

Page 63: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

43

terjadi TB paru dengan BTA positif (+) dibandingkan dengan

kelompok yang mempunyai rumah dengan ventilasi lebih dari

10% dari luas lantai rumah.

Kualitas udara di dalah rumah berkaitan dengan ventilasi

dan kegiatan penghuninya. Bertambahnya jumlah penduduk

dalam pemukiman dalam perkotaan, menyebabkan kepadatan

bangunan dan sulit untuk membuat ventilasi. Perjalanan kuman

TB paru setelah dibatukkan aka terhirup oleh orang sekitarnya

sampai ke paru-paru, sehingga dengan adanya ventilasi yang

baik akan menjamin pertukaran udara dan konsentrasi droplet

dapat dikurangi. Konsentrasi droplet pervolume udara dan

lamanya waktu menghirup udara tersebut memungkinkan

seseorang akan terinfeksi kuman TB paru. (Depkes, 2002).

c. Suhu

Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan

dengan satuan derajat tertentu. Suhu udara dibedakan menjadi:

1). Suhu kering, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh termometer

suhu ruangan setelah diadaptasikan selama kurang lebih sepuluh

menit, umumnya suhu kering antara 24 – 34 ºC. 2). Suhu basah,

yaitu suhu yang menunjukkan bahwa udara telah jenuh oleh uap

air, umumnya lebih rendah daripada suhu kering, yaitu antara

20-25 ºC. Secara umum, penilaian suhu rumah dengan

menggunakan termometer ruangan.

Page 64: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

44

Oksigen merupakan merupakan salah satu gas yang terlarut.

Kadar oksigen yang terlarut tergantung pada suhu dan tekanan

atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta

semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin

kecil.Peningkatan temperatur sebesar 1 oC akan meningkatkan

konsumsi oksigen sekitar 10%. Hubungan antara kadar oksigen

terlarut jenuh dan temperatur menggambarkan bahwa semakin

tinggi temperatur, kelarutan oksigen semakin berkurang (Boyd,

1988).

Bakteri Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu

yang disukai, tetapi di dalam rentang ini terdapatsuatu suhu

optimum saat mereka tumbuh pesat. Mycobacterium

tuberculosismerupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur

dalam rentang 25-40 º C, akan tetapiakan tumbuh secara optimal

pada suhu 31-37 º C (Depkes RI, 2006).

2.1.14. Rumah Sehat dan Persyaratannya

Pengertian rumah sehat menurut Permenkes No 829/1999 adalah

kondisifisik, kimia, biologi di dalam rumah, lingkungan rumah dan

perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat

memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan

perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis

kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan

masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar

dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan

Page 65: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

45

yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta

persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan

perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Keman, 2005).

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman

menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.

829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai be rikut :

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran

sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah

gempa, dan sebagainya.

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir

(TPA) sampah atau bekas tambang.

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah

kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari

gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan

sebagai berikut :

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi.

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3.

c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm.

d. Debu maksimum 350 mm3/m

2 per hari.

Page 66: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

46

3. Kebisingan dan getaran

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A

b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg

5. Prasarana dan sarana lingkungan

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga

dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan.

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan

vektor penyakit.

c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi

jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak

membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan

harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak

menyilaukan mata.

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air

yang memenuhi persyaratan kesehatan.

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus

memenuhi persyaratan kesehatan.

f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus

memenuhi syarat kesehatan.

Page 67: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

47

g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,

komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,

kesenian, dan lain sebagainya.

h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan

penghuninya.

i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak

terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan

keracunan.

6. Vektor penyakit

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat.

b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan

pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan

kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut

Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang

dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang

dari 150 µg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m

3 per 24 jam,

plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan.

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen.

Page 68: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

48

2. Komponen dan penataan ruangan

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.

b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar

cuci kedap air dan mudah dibersihkan.

c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan.

d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.

e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung

dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan

minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

4. Kualitas udara

a. Suhu udara nyaman antara 18 – 30 oC.

b. Kelembaban udara 40 – 70 %.

c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam.

d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni.

e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam.

f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.

5. Ventilasi Luas

Lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

Page 69: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

49

6. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di

dalamrumah.

7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal

60 liter/ orang/hari.

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih

dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan

Kepmenkes 907 tahun 2002.

8. Sarana penyimpanan makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Pembuangan Limbah

a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari

sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari

permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak

menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air

tanah.

10. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih

dari 2 orang tidur.

Page 70: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

50

2.1.15. Landasan Teori

Mengacu dari tinjauan teori tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian penyakit TB paru Host, Agent, dan Lingkungan

merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam

perjalanan alamiah epidemi TBC baik periode Prepatogenesis maupun

Patogenesis. Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan “Segitiga

Epidemiologi TBC.”

Bagan 2.1

Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Teori Jhon Gordon, Ahmadi 2010

Host:

- Jenis Kelamin

- Pendidikan

- Status Gizi

- Pengetahuan tentang TB

Paru

Agent:

Mycobacterium tuberculosis

Environment :

- Kepadatan hunian

- Ventilasi

- Suhu

Kejadian TB Paru

Page 71: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

51

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian TB Paru Variabel

independen adalah tingkat sirkulasi oksigen (kepadatan hunian, ventilasi rumah

dan suuhu) serta karakteristik individu (jenis kelamin, status gizi, pendidikan, dan

pengetahuan tentang TB Paru).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Jenis Kelamin

Kejadian TB

Paru

Pendidkan

Status gizi

Pengetahuan

Kepadatan hunian

Ventilasi rumah

Suhu

Page 72: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

52

No. Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Nominal

Variabel Dependen

1. Kejadian TB Paru Pasien yang tercatat

di data rekam medis

berusia 15-64 tahun

(Depkes, 2010) pada

bulan april-juni 2013

Data rekam

medis

Pengecekan

data rekam

medis

0. Ya

1. Tidak

Nominal

Variabel Independen

2 Jenis kelamin Status gender yng

dibawa sejak lahir

(laki-laki atau

perempuan)

kuesioner Wawancara 0. Laki-laki

1. Perempuan

Nominal

3 Pendidikan Pendidikan terakhir

responden sesuai

dengan ijazah yang

diterima

Kuesioner Wawancara 0. Rendah (tidak sekolah,

SD & SMP)

1. Tinggi (SMA &

Perguruan tinggi

(BPS, 2012)

Ordinal

4 Status Gizi Keadaan tubuh yang

merupakan hasil

akhir dari

keseimbangan antara

zat gizi yang masuk

kedalam tubuh

(Gibson, 1991)

Timbangan

digital,

Microtoise

Pengukuran

IMT :

BB(kg)/(TB(

cm)/100)2

0. Kurus jika IMT < 18,5

1. Normal jika IMT 18,5-

25

2. Gemuk jika IMT >25

(Kemenkes RI, 2003)

Ordinal

Page 73: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

53

Variabel Devinisi

Operasional

Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

5 Pengetahuan Tinggi rendahnya

skor total dijawab

responden terhadap

pertanyaan-

pertanyaan mengenai

berbagai hal yang

berkaitan dengan TB

Paru.

Kuesioner Wawancara 0. Rendah (tingkat

pengetahuan dikatakan

rendah bila skor <

mean

1. Tinggi (tingkat

pengetahuan dikatakan

tinggi bila skor ≥ mean

6 Kepadatan hunian

Perbandingan jumlah

orang yang menetap

dalam rumah dengan

luas lantai dalam

meter persegi,

Persyaratan minimal

10 meter persegi per

orang (Kepmenkes,

No 829/1999)

Kuesioner Wawancara

&

Pengukuran

0. tidak memenuhi syarat

apabila < 10m2/orang

1. Memenuhi syarat

apabila > 102/orang

(Kepmenkes, 1999)

Ordinal

7 Ventilasi rumah Lubang tempat

keluar masuknya

udara ke dalam

rumah, Ventilasi

yang memenuhi

syarat jika

perbandingan luas

ventilasi dan luas

ruangan minimal

10% dari luas lantai

rumah (Kepmenkes

No 829/1999)

Meteran Pengukuran 0. Tidak memenuhi syarat

jika < 10%

1. Memenuhi syarat ≥

10%

(Kepmenkes, 1999)

Ordinal

Page 74: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

54

8 Suhu ruangan Ukuran suhu dalam

rumah saat

pengukuran dengan

tingkat kenyamanan

berkisar antara 18-30

celcius

(Kepmenkes No

829/1999)

Thermo-

hygrometer

Pengukuran 0. Tidak memenuhi syarat

bila <18oC atau >30

oC

1. Memenuhi syarat

apabila 18oC -30

oC

(Kepmenkes, 1999)

Ordinal

Page 75: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

55

3.3 Hipotesis

A. Ada hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin, pendidikan, status

gizi dan pengetahuan) pada kelompok usia produktif dengan kejadian TB Paru di

Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013.

B. Ada hubungan antara tingkat sirkulasi oksigen (kepadatan hunian, ventilasi

rumah dan suhu) pada kelompok usia produktif dengan kejadian di Puskesmas

Pondok Pucung tahun 2013.

Page 76: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

56

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yaitu metoda studi analitik

dengan menggunakan desain cross sectional study (potong lintang) yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan efek

dengan pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach) (Notoatmodjo, 2010).

4.2 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini di Wilayah Kerja Puskesmas Pondok pucung, Kota

Tangerang Selatan, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun

2013.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini semua orang tercatat sebagai pasien di

Puskesmas Pondok Pucung kota Tangerang Selatan yang berkunjung pada bulan

april-juni 2013

4.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple

random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana yaitu

Page 77: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

57

pengambilan sampel dilakukan dengan mengundi anggota populasi sehingga

setiap responden mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi

sampel (Notoatmojo, 2010).

Peneliti membuat sampling frame dengan melihat data rekam medis

kunjungan pasien yang ada di Puskesmas Pondok Pucung pada bulan april-juni

2013. Dari data tersebut diperoleh 351 pasien yang menjadi sampling frame yang

memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai populasi penelitian. Pada tahap

berikutnya ditetapkan responden yang akan dijadikan sampel penelitian dengan

mengambil responden yang ada didalam sampling frame kemudian dilakukan

pengambilan secara acak sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 65

reponden.

Dalam menetapkan subjek penelitian sebagai sampel, peniliti menetapkan

kriteria inklusi dan eksklusi, Adapun kriteria dipilih berdasarkan kriteria inklusi

dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Usia 15-64 tahun

b. Pengunjung Puskesmas Pondok Pucung yang tercatat dalam data rekam

medis pada bulan april-juni 2013

c. Bertempat tinggal di wilayah Pondok. Pucung kota Tangerang Selatan

d. Bersedia diwawancara

Page 78: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

58

2. Kriteria Eksklusi

a. Usia <15 tahun atau >64 tahun

b. Pengunjung Puskesmas Pondok Pucung yang tidak tercatat dalam data

rekam medis pada bulan april-juni 2013

c. Bertempat tinggal di luar wilayah Pondok Pucung kota Tangerang

Selatan

d. Tidak bersedia diwawancara

4.3.3 Perhitungan Sampel

Perhitungan penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus

uji hipotesis beda 2 proporsi. rumus sebagai berikut:

n = Jumlah sampel

Z 1-α/2 =nilai Z dari pada derajat kemaknaan (CI) 95% dengan α = 0,05 yaitu

sebesar 1,96

Z 1-β/2 = nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β = 80% yaitu 0,84

P1 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu

P2 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu

P = Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2

Page 79: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

59

Adapun nilai P1, P2, yang didapatkan dari penelitian terdahulu, berkaitan dengan

variable yang ingin diteliti dengan kejadian TB Paru yaitu :

Tabel 4.1 Perhitungan Sampel

NO Variabel P1 P2 n Ket

1 Status gizi 0,74 0,26 16 Setiawan, 2010

2 Pengetahuan 0,70 0,30 24 Ruswanto, 2010

3 Kepadatan

hunian

0,63 0,36 42 Niko, 2011

4 Ventilasi 0,68 0,31 22 Niko, 2011

5 Suhu 0.32 0.67 25 Ruswanto, 2010

Dari tabel 4.1 diambil P1 dan P2 dari n terbesar yaitu P1=0,63 dan P2=0,36 dan

kemudian dimasukan kedalam rumus. Berdasarkan perhitungan sampel diatas maka

didapatkan jumlah sampel sebesar 42 responden (P1 = Proporsi kepadatan hunian yang

memenuhi syarat dengan kejadian TB Paru, P2 = Proporsi kepadatan hunian yang tidak

memenuhi syarat dengan kejadian TB Paru). Dari hasil tersebut kemudian dilakukan

perhitungan sampel minimal dengan menggunakan perbandingan dari hasil penelitian

Fatimah 2008 yaitu hasil dari responden yang tidak menderita TB Paru 65,2 %

n = 42 / Persentase yang tidak menderita TB Paru

n = 42 / 0,652

n = 64 responden

Berdasarkan perhitungan sampel diatas diperoleh jumlah sampel minimal sebesar

65 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

simple random sampling.

Page 80: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

60

4.4 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

4.4.1 Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara langsung, observasi

dan pengukuran kepada responden dengan menggunakan alat ukur. Data

mengenai identitas, alamat, umur, jenis kelamin, status gizi, pendidikan,

pengetahuan dan kondisi kepadatan hunian dilakukan dengan wawancara

langsung kepada responden.Sedangkan data mengenai luas ruangan, ventilasi

rumah dan suhu dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran dirumah

responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari

instansi kesehatan yang bersangkutan di dinas kesehatan Tangerang Selatan dan

Puskesmas Pondok Pucung. Data yang di ambil meliputi data jumlah kasus TB

Paru yang ada di masing-masing Puskesmas di Kota Tangerang Selatan dan data

rekam medis kunjungan pasien yang ada di Puskesmas Pondok Pucung pada

bulan april-juni tahun 2013.

4.4.2 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data menggunaan instrumen sebagai berikut :

1. Kuisioner

Kuisioner adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang

akan diajukan kepada responden dan sudah tersusun dengan baik, sehingga

Page 81: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

61

responden tinggal memberikan tanda-tanda yang ada pada petunjuk

pengisian kuisioner.

2. Alat Pengukuran

Peralatan yang digunakan untuk mengukur kepadatan penghuni, ventilasi,

suhu, dan status gizi yaitu timbangan digital, microtoise, thermo-hygrometer

dan meteran. Adapun cara pengukuran sebagai berikut:

- Status gizi

Mengukur berat badan menggunakan timbangan digital, tinggi badan

menggunakan microtoise lalu dilakuan perhitungan menggunakan

indikator IMT (Indeks Masa Tubuh)

- Kepadatan hunian

Pengukuran luas ruangan yang tersedia dengan penghuni atau anggota

keluarga yang berada dalam rumah tersebut dengan menggunakan

meteran.

- Ventilasi

Luas ventilasi meliputi luas lubang angin yang dapat masuk kedalam

rumah dibagi dengan luas lantai dikalikan 100%, diukur pada tempat

dimana responden menghabiskan sebagian waktunya dengan

menggunakan meteran.

- Suhu

Suhu dalam ruangan diukur pada tempat dimana penghuni menghabiskan

sebagian besar waktunya di rumah dengan menggunakan

Thermohygrometer dalam satuan derajat celcius.

Page 82: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

62

4.4.3 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut :

1. Editing, yaitu peniliti memeriksa data yang terkumpul tentang hasil isian

kuesioner apakah jawaban yang ada sudah terisi lengkap, jelas terbaca,

relevan dengan pertanyaan, dan konsisten.

2. Coding, yaitu pemberian kode-kode tertentu untuk memudahkan dalam

tahap pengolahan data yaitu dengan cara memberikan kode angka pada data

yang berbentuk huruf. Pada variabel independen yaitu jenis kelamin, peniliti

memberikan kode angka 0 untuk laki-laki dan 1 untuk perempuan. Variable

pendidikan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 0 rendah jika (tidak

sekolah, SD, SMP) dan 1 tinggi jika (SMA dan Perguruan tinggi). Variabel

status gizi di kategorikan menjadi 3 kategori yaitu 0 untuk sataus gizi kurus

(IMT <18,5) 1 untuk normal(IMT 18,5-25,0), 2 untuk gemuk(IMT >25).

Variabel pengetahuan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 0 jika

pengetahuan rendah, 1 jika pengetahuan tinggi. Variabel kepadatan hunian

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 0 jika tidak memenuhi syarat

(<10m2/orang), 1 jika memenuhi syarat (>10m

2/orang). Variabel ventilasi

rumahdikategorikan menjadi dua kategori yaitu 0 tidak memenuhi syarat

(<10%), 1 jika memenuhi syarat (≥10%). Variabel suhudikategorikan

menjadi dua kategori yaitu 0 tidak memenuhi syarat (<18°C atau >30°C), 1

jika memenuhi syarat (18°C-30°C).

3. Entry, yaitu Memasukkan data yang telah diedit dan dicoding dengan

menggunakan fasilitas komputer. Kemudian melakukan transformasi data

Page 83: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

63

sesuai dengan definisi operasional yang telah ditetapkan. Transformasi data

yang dilakukan adalah mengelompokkan data variabel jenis kelamin,

pendidikan, status gizi, pengetahuan, kepadatan hunian, ventilasi rumah, dan

suhu selanjutnya memberi value label untuk masing-masing variabel yang

sudah dikategorikan.

4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian direkap dandisusun

dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan mudah.

4.4.4 Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari

tiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisisbivariat untuk mengetahui hubunagn antara variabel independen dan

variabel dependen yang telah dianalisis. Analisis uji bivariat menggunakan uji

statisticChi Square (x2) dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05) untuk

melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi. Jika P value < 0,05 maka perhitungan

secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variable

independen terhadap variabel dependen.

Page 84: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

64

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Puskesmas Pondok Pucung terletak di kelurahan Pondok Pucung kecamatan

Pondok Aren Kota tangerang Selatan. Luas wilayah 245 Ha2 dengan jumlah penduduk

sebanyak 30683 jiwa yang terdiri dari 13122 KK, 95 RT dan 16 RW. Alamat Puskesmas

Pondok Pucung di Jl. Santunan Jaya RT01/03 Kelurahan Pondok Pucung, Kec. Pondok

Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Dibangun di atas tanah seluas 1000 m2

dengan luas bangunan 600 m2. Adapun letak Puskesmas Pondok Pucung berada dengan

batas-batas sebagai berikut:

- Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat

- Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Jombang, Kec.Ciputat

- Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Parigi, Kec Pondok Aren.

- Utara : Berbatasan dengan kelurahan Pondok Jaya.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas

Pondok Pucung Tahun 2013

Distribusi frekuensi kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di

Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013, disajikan dalam bentuk tabel 5.1 berikut

ini :

Page 85: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

65

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia Produktif

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Kejadian TB Paru Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Ya 23 35,4

Tidak 42 64,6

Total 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden

yang tidak mengalami kejadian TB Paru sebesar 64,6%.

5.2.2 Gambaran Jenis Kelamin pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas

Pondok Pucung Tahun 2013

Analisis univariat distribusi frekuensi jenis kelamin pada kelompok usia

produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013 diperoleh hasil yang

disajikan pada tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Laki-laki 26 40,0

Perempuan 39 60,0

Total 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang ikut dalam

penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 60%.

Page 86: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

66

5.2.3 Gambaran Pendidikan pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas

Pondok Pucung Tahun 2013

Analisis univariat distribusi frekuensi pendidikan pada kelompok usia

produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013 diperoleh hasil yang

disajikan pada tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Pendidikan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Rendah 39 60,0

Tinggi 26 40,0

Total 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

pendidikan rendah lebih banyak 60%.

5.2.4 Gambaran Status Gizi pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas

Pondok Pucung Tahun 2013

Analisis univariat distribusi frekuensi status gizi pada kelompok usia

produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013 diperoleh hasil yang

disajikan pada tabel 5.4 berikut ini :

Page 87: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

67

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Gizi

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Satus Gizi Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Kurus 25 38,5

Normal 36 55,4

Gemuk 4 6,2

Total 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari ketiga kategori status

gizi responden, yang memiliki status gizi normal lebih banyak 55,4%.

5.2.5 Gambaran Pengetahuan Mengenai TB Paru pada Kelompok Usia Produktif

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh p value sebesar 0,031 artinya

distribusi pengetahuan berbentuk tidak normal. Analisis univariat distribusi

frekuensi Pengetahuan pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok

Pucung tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.5 berikut ini :

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Pengetahuan tentang TB Paru Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Rendah 26 40,0

Tinggi 39 60,0

Total 65 100,0

Page 88: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

68

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa lebih banyak responden

yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 60%.

5.2.6 Gambaran Kondisi Kepadatan Hunian Rumah pada Kelompok Usia

Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Analisis univariat distribusi frekuensi kepadatan hunian pada kelompok

usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013 diperoleh hasil yang

disajikan pada tabel 5.6 berikut ini :

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kondisi Kepadatan Hunian

Rumah di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Kepadatan Hunian Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat 25 38,5

Memenuhi Syarat 40 61,5

Total 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa kondisi kepadatan hunian

rumah responden yang memenuhi syarat lebih tinggi 61,5%.

5.2.7 Gambaran Kondisi Ventilasi Rumah pada Kelompok Usia Produktif di

Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Analisis univariat distribusi frekuensi ventilasi rumah pada kelompok

usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013 diperoleh hasil yang

disajikan pada tabel 5.7 berikut ini :

Page 89: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

69

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kondisi Ventilasi Rumah

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Ventilasi Rumah Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat 23 35,4

Memenuhi Syarat 42 64,6

Total 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa kondisi ventilasi rumah

responden yang rumah memenuhi syarat lebih tinggi 64,6%.

5.2.8 Gambaran Keadaan Suhu Ruangan Rumah pada Kelompok Usia Produktif

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Analisis univariat distribusi frekuensi suhu pada kelompok usia produktif

di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013 diperoleh hasil yang disajikan pada

tabel 5.8 berikut ini :

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keadaan Suhu Ruangan Rumah

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Suhu Ruangan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat 21 32,3

Memenuhi Syarat 44 67,7

Total 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa keadaan suhu ruangan

rumah responden yang memenuhi syarat lebih tinggi 67,7%.

Page 90: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

70

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian TB Paru

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan

kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung

tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.9 berikut ini :

Tabel 5.9

Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian TB Paru

pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Jenis

Kelamin

Kejadian TB Paru Total P

value Ya Tidak

N % N % N %

Laki-laki 8 30,8 18 69,2 26 100,0

0,602 Perempuan 15 38,5 24 61,5 39 100,0

Total 23 35,4 42 64,6 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.9 hasil analisis antara jenis kelamin dengan dengan

kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung

tahun 2013 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang berjenis kelamin laki-

laki, terdapat 8 responden (30,8%) yang menderita TB Paru. Sedangkan dari 39

responden yang berjenis kelamin perempuan, terdapat 15 reponden (38,5%) yang

menderita TB Paru.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,602, artinya pada

α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan kejadian TB Paru.

Page 91: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

71

5.3.2 Analisis Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian TB Paru

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pendidkan dengan kejadian

TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun

2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.10 berikut ini :

Tabel 5.10

Analisis Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian TB Paru

pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Pendidikan

Kejadian TB Paru Total P

value Ya Tidak

N % N % N %

Rendah 17 43,6 22 56,4 39 100,0

0,116 Tinggi 6 23,1 20 76,9 26 100,0

Total 23 35,4 42 64,6 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.10 hasil analisis antara pendidikan dengan kejadian

TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung tahun 2013

menunjukkan bahwa dari 39 responden yang ber pendidikan rendah , terdapat 17

responden (43,6%) yang menderita TB Paru. Sedangkan dari 26 responden yang

ber pendidikan tinggi, terdapat6 reponden (23.1%) yang menderita TB Paru.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,116, artinya pada

α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan

kejadian TB Paru.

Page 92: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

72

5.3.3 Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian TB Paru

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan

kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung

tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.11 berikut ini :

Tabel 5.11

Analisis Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian TB Paru

pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Status Gizi

Kejadian TB Paru Total P

value Ya Tidak

N % N % N %

Kurus 16 64,0 9 36,0 25 100,0

0,001 Normal 17 19,4 29 80,6 36 100,0

Gemuk 0 0,00 4 100 4 100,0

Total 23 35,4 42 64,6 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis antara status gizi dengan kejadian

TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok tahun 2013

menunjukkan bahwa dari 25 responden yang ber status gizi kurus, terdapat 16

responden (64,0%) yang menderita TB Paru. Diatara 36 responden yang ber

status gizi normal, terdapat17 reponden (19,4%) yang menderita TB Paru.

Sedangkan dari 4 responden yang ber status gizi gemuk tidak terdapat responden

yang menderita TB Paru.

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value sebesar 0,001, artinya

pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan kejadian TB

Paru.

Page 93: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

73

5.3.4 Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan

kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung

tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.12 berikut ini :

Tabel 5.12

Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru

pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Pengetahuan

Kejadian TB Paru Total P

value Ya Tidak

N % N % N %

Rendah 10 38,5 16 61,5 26 100,0

0,792 Tinggi 13 33,3 26 66,7 39 100,0

Total 57 35,4 63 64,6 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis antara pengetahuan dengan kejadian

TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok tahun 2013

menunjukkan bahwa dari 26 responden yang ber pengetahuan rendah , terdapat

10 responden (38,5%) yang menderita TB Paru. Sedangkan dari 39 responden

yang ber pengetahuan tinggi, terdapat13 reponden (33.3%) yang menderita TB

Paru.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,792, artinya pada

α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

kejadian TB Paru.

Page 94: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

74

5.3.5 Analisis Hubungan antara Kondisi Kepadatan Hunian Rumah dengan

Kejadian TB Paru

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian

dengan kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok

Pucung tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.13

berikut ini :

Tabel 5.13

Analisis Hubungan antara Kondisi Kepadatan Hunian Rumah dengan

Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia Produktif

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Kepadatan Hunian

Kejadian TB Paru Total P

value Ya Tidak

N % N % N %

Tidak Memenuhi Syarat 15 60,0 10 40,0 25 100,0

0,001 Memenuhi Syarat 8 20,0 32 80,0 40 100,0

Total 57 35,4 63 64,6 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.13 hasil analisis antara kepadatan hunian dengan

kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung

tahun 2013 dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang kepadatan hunian

tidak memenuhi syarat, terdapat 15 responden (60,0%) yang menderita TB Paru.

Sedangkan dari 40 responden yang kepadatan hunian memenuhi syarat, terdapat8

reponden (20,0%) yang menderita TB Paru.

Page 95: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

75

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value sebesar 0,001, artinya

pada α = 5% menunjukkan ada hubungan antara kepadatan hunian dengan

kejadian TB Paru.

5.3.6 Analisis Hubungan antara Kondisi Ventilasi Rumah dengan Kejadian TB

Paru

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara ventilasi rumah

dengan kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok

Pucung tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.14

berikut ini :

Tabel 5.14

Analisis Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian TB Paru

pada Kelompok Usia Produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Ventilasi Rumah

Kejadian TB Paru Total P

value Ya Tidak

N % N % N %

Tidak Memenuhi Syarat 13 56,5 10 43,5 23 100,0

0,014 Memenuhi Syarat 10 23,8 32 76,2 42 100,0

Total 23 35,4 42 64,6 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.14 hasil analisis antara ventilasi rumah dengan

kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung

tahun 2013 dapat diketahui bahwa dari 23 responden yang ventilasi rumah tidak

memenuhi syarat, terdapat 13 responden (56,5%) yang menderita TB Paru.

Sedangkan dari 42 responden yang ventilasi rumah memenuhi syarat, terdapat 10

reponden (23,8%) yang menderita TB Paru.

Page 96: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

76

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,014, artinya pada

α = 5% menunjukkan ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian TB

Paru.

5.3.7 Analisis Hubungan antara Keadaan Suhu Ruangan Rumah dengan

Kejadian TB Paru

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara suhu dengan

kejadian TB Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung

tahun 2013 menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.15 berikut ini :

Tabel 5.15

Analisis Hubungan antara Keadaan Suhu Ruangan Rumah dengan

Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia Produktif

di Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013

Suhu

Kejadian TB Paru Total P

value Ya Tidak

N % N % N %

Tidak Memenuhi Syarat 9 42,9 12 57,1 21 100,0

0,417 Memenuhi Syarat 14 31,8 30 68,2 44 100,0

Total 23 35,4 42 64,6 65 100,0

Berdasarkan tabel 5.15 hasil analisis antara suhu dengan kejadian TB

Paru pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang

Selatan tahun 2013 dapat diketahui bahwa dari 21 responden yang suhu tidak

memenuhi syarat, terdapat 9 responden (42,9%) yang menderita TB Paru.

Sedangkan dari 44 responden yang suhu memenuhi syarat, terdapat 14 reponden

(31,8%) yang menderita TB Paru.

Page 97: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

77

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,0417, artinya pada

α = 5% menunjukkan tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian TB Paru.

Page 98: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

78

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan dari penelititan ini adalah Cross sectional (potong lintang) dimana

pada penelitian ini tidak dapat ditentukan arah hubungan sebab akibat antara variabel

independen dengan variabel dependen, kondisi ini disebabkan karena variabel

independen dan variabel dependen di ukur secara bersamaan sehingga tidak dapat

ditentukan urutan waktu variabel mana yang terjadi terlebih dahulu. Kemungkinan yang

bisa terjadi adalah responden yang menderita TB Paru melakukan perubahan terhadap

faktor risiko utama seperti memperbaiki sistem ventilasi rumah, perpindahan tempat

tinggal, pengurangan atau pertambahan jumlah penghuni rumah, dan keadaan status gizi

sebelum responden sakit tidak diketahui sehingga pada saat penelitian dilakukan berbeda

dengan kondisi yang sebenarnya.

2. Bias

Dalam penelitian ini ada beberapa jenis bias yang mungkin dapat terjadi. Bias

yang mungkin terjadi adalah bias informasi. Bias informasi yang dapat terjadi bisa

dilihat dari aspek responden, pewawancara, instrumen penelitian dan pengumpulan

data.

Bias pada responden terjadi karena responden tidak memahami pertanyaan

pewawancara atau lupa terutama untuk pertanyaan yang digali secara retrosfektif

Page 99: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

79

berdasarkan ingatan, terjadi bias ini bisa pada kelompok terpajan maupun pada

kelompok tidak terpajan. Bias karena pewawancara disebabkan karena adanya

kecenderungan dari pewawancara untuk mengarahkan jawaban dari pertanyaan yang

dilontarkan. Hal ini dipengaruhi karena keyakinan pewawancara terhadap suatu faktor

risiko yang sedang dibuktikan oleh peneliti. Bias ini juga bisa disebabkan karena

pewawancara adalah petugas puskesmas, ada kemungkinan yang diwawancara tidak

menjawab dengan sebenarnya.

Bias instrumen bisa terjadi karena ada beberapa responden kurang mengerti atau

paham maksud dari kuesioner dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kondisi

fisik rumah.

Bias seleksi mungkin terjadi pada saat penetuan sampel penelitian. Penentuan

sampel dalam penelitian ditetapkan berdasarkan data rekam medis puskesmas dimana

penetapan sampel dilakukan secara acak sederhana, kemungkinan pada saat

pengambilan sampel terjadi bias seleksi. Bias ini juga mungkin terjadi karena fisik

rumah yang ditempati responden telah direnovasi atau telah pindah rumah selama kurun

penelitian ini.

6.2 Gambaran Kejadian TB Paru

Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosi). Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia

telah terinfeksi oleh Mycobacteriumtuberculosis dan 75% pasien TB adalah kelompok

usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun).Tuberkulosis paru (TB paru)

Page 100: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

80

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis dan ditularkan

melalui udara pada saat pasien TB batuk atau bersin (Depkes RI, 2006).

Pada penelitian ini, hasil uji univariat menunjukkan bahwa sebanyak 35,4% dari

responden mengalami kejadian TB paru yaitu sebesar 23 orang dari 65 orang responden.

Penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia produktif yaitu usia 15-64 tahun

yang tercatat pada data rekam medis Puskesmas Pondok Pucung pada bulan april- juni

2013.

Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan

oleh Musadad (2006) yang menemukan sekitar 90,2% penderita TB paru terjadi pada

kelompok usia produktif. Selanjutnya penelitian Sutiningsih (2012) menyebutkan bahwa

proporsi responden pada usia produktif cenderung lebih banyak 76,7% terhadap kejadian

TB paru. Serta penelitian Putranto Perdana (2008) di Jakarta Timur yang menyatakan

bahwa usia produktif berisiko besar terhadap penularan penyakit TB Paru daripada pada

usia yang tidak produktif. Umur produktif sangat berbahaya terhadap tingkat penularan

karena pasien mudah berinteraksi dengan orang lain, mobilitas yang tinggi dan

memungkinkan untuk menular ke orang lain serta lingkungan sekitar tempat tinggal.

6.3 Karakteristik Individu

6.3.1 Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian variabel jenis kelamin diperoleh proporsi kejadian

TB Paru tinggi pada jenis kelamin perempuan (38,5%) dibandingkan pada jenis

kelamin laki-laki (30,8%). Hal ini disebabkan karena responden yang berjenis

kelamin perempuan lebih banyak jumlah nya (60%) dibandingkan dengan

Page 101: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

81

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak (40%). Dalam pengambilan

sampel penelitian ini diambil secara acak sehingga jumlah responden perempuan

yang menjadi responden sedikit lebih banyak dibandingkan responden laki-laki.

Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

jenis kelamin dengan kejadian TB Paru (p value = 0.602). Menurut peneliti, tidak

adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru dikarenakan

proporsi antara responden laki-laki dan perempuan yang ikut dalam penelitian ini

lebih didominasi oleh perempuan. Berdasarkan hal tersebut sehingga jumlah

responden perempuan menjadi lebih banyak yang mengalami kejadian TB Paru

dibandingkan laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

retnaningsih dkk (2010) yang menyebutkan tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan kejadian TB Paru dimana proporsi responden perempuan lebih

banyak yaitu 58 responden dibandingkan laki-laki yang hanya 42 responden

dengan angka kejadian TB Paru pada perempuan 81% lebih tinggi dibanding

pada laki laki yang hanya 78,6%.

Selain itu peneliti berpendapat bahwa jumlah responden perempuan lebih

banyak yang mengalami kejadian TB Paru dibandingkan laki-laki dikarenakan di

puskesmas pondok pucung jumlah kunjungan pasien per april-juni lebih banyak

di dominasi oleh perempuan dibandingkan laki-laki hal tersebut dikarenakan

laki-laki malas untuk pergi ke puskesmas kalau belum benar-benar sakit parah

dengan alasan masalah pekerjaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

zuliana (2009) bahwa perempuan 80% lebih patuh untuk pergi ke pelayanan

kesehatan dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 20%. Ini dapat diasumsikan

Page 102: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

82

bahwa perempuan dengan mobilitas yang rendah memiliki banyak waktu untuk

memperhatikan kesehatannya sehingga lebih disiplin untuk melakukan

pemeriksaan/pengobatan ke pelayanan kesehatan di bandingkan dengan laki-laki

yang lebih banyak mobilitas diluar.

6.3.2 Pendidikan

Dari hasil penelitian variabel pendidikan diperoleh proporsi kejadian TB

Paru tinggi pada responden yang berpendidikan rendah yaitu (43,6%)

dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak (23,1%).

Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan

dengan kejadian TB Paru (p value = 0,116). Walaupun secara statistik

pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian TB paru tetapi secara gambaran

responden yang memiliki pendidikan rendah angka kejadian TB paru lebih tinggi

dibandingkan responden yang ber pendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan teori

yang menyatakan TB paru menyerang sebagian besar kelompok ekonomi rendah

dan berpendidikan rendah (Depkes RI, 2000).

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahan

seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan,

penyakit TB paru dan penularan TB paru sehingga dengan pendidikan yang

tinggi maka seseorang akan lebih mudah memahami tentang penyakit TB paru

dan mencoba untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu

tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi jenis pekerjaannya. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sutiningsih (2012) yang

menyatakan tingkat pendidikan rendah lebih berisiko 0,579 kali lebih besar untuk

Page 103: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

83

terjadinya TB paru dibandingkan tingkat pendidikan tinggi. Penelitian ini juga

diperkuat oleh data RISKESDAS (2007) dimana TB Paru empat kali lebih sering

menyerang pasien dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan pendidikan

tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmojo (1993) dalam

Bagoes (2006) yang menyatakan bahwa pendidikan pada individu atau kelompok

bertujuan untuk mencari peningkatan kemampuan yang diharapkan. Seseorang

yang telah menyelesaikan pendidikan dalam satu bidang akan mempunyai

pengetahuan dan ketrampilan tertentu pula. Pendapat Kasno Diharjo (1998)

dalam Bagoes (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dominan yang

mempengaruhi perilaku positif adalah tingkat pendidikan. Sedangkan menurut

Green (1991), menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam

menentukan perilaku kesehatan individu dan kelompok adalah faktor pendidikan.

Firman Allah swt. yang berhubungan dengan Pendidikan, sebagaimana

firman Allah swt. dalam Q.S.Al-Kahf ayat 66 sebagai berikut :

دا ه لب ل ق ب ت ه ق لب ق ب ق ل ق ق ى ق ت ب ه ق ق ل ه وق ى ق ه ق اق شل ره

“Musa berkata kepada Khidir “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu

mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu”

Dari ayat diatas dapat diambil beberapa pokok pemikiran; Pada arti kata

“mengajarkan” dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah

Page 104: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

84

fasilitator, tutor atau pendamping.Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya

sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa Negara dan agamanya.Selanjutnya

arti kata “ilmu yang telah diajarkan” dari apa yang telah dia ketahui dan dia

pelajari maka dia akan mengetahui berbagai macam hal dan dapat

mempertimbangkan mana yang benar dan mana yang salah. Dan kesemua hal

tersebut dapat diwujudkan dengan menempuh pendidikan secara formal sesuai

dengan tingkatan-tingkatannya.

6.3.3 Status Gizi

Status gizi dalam penelitian ini adalah Keadaan derajat kesehatan

responden dengan pengukuran berat badan (Kilogram) dibagi dengan tinggi

badan (meter) atau Indek Masa Tubuh (IMT). Berdasarkan hasil penelitian

variabel status gizi diperoleh proporsi kejadian TB Paru tinggi pada responden

yang ber status gizi kurus yaitu (64%) dibandingkan dengan responden yang

berstatus gizi normal yaitu (19,4%). Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa

ada hubungan antara status gizi dengan kejadian TB Paru (p value = 0,001).

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan Ruswanto

(2010) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan

kejadian TB Paru dimana penduduk yang berstatus gizi buruk mempunyai risiko

14,654 kali lipat dibandingkan dengan penduduk yang status gizi baik terhadap

kejadian TB paru. Penelitian ini ditunjang oleh Warta Gerdunas Januari 2003

(dalam Unita 2004) bahwa gizi kurang dan makanan yang tidak adequate

memperlemah sistem kekebalan yang akan meningkatkan infeksi dan dapat

Page 105: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

85

terjadi infeksi dan terjadi reaktifasi yang akan berkembang menjadi TBC aktif.

Hasil penelitian Elvina (2002) dari pusat gizi regional universitas

Indonesia menyebutkan bahwa jumlah penderita TB Masalah kekurangan atau

kelebihan gizi pada orang dewasa (18 tahun ke atas) merupakan masalah

penting,karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat

mempengaruhi produktivitas kerja.

Keadaan status gizi dan penyakit infeksi merupakan pasangan yang

terkait. Penderita infeksi sering mengalami anoreksia, penurunan gizi atau gizi

kurang akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah dan sangat peka terhadap

penularan penyakit. Pada keadaan gizi yang buruk, maka reaksi kekebalan tubuh

akan menurun sehingga kemampuan dalam mempertahankan diri terhadap

infeksi menjadi menurun (Rusnoto, dkk, 2006).

Untuk memperbaiki status gizi masyarakat diperlukan upaya yang

terpadu dari berbagai pihak antara lain dari kesehatan dan pemerintah setempat.

Pihak puskesmas harus selalu memberikan penyuluhan terhadap masyarakat

pentingnya tubuh mendapatkan asupan gizi yang baik serta memberikan

makanan tambahan kepada para penderita TB Paru. Peningkatan gizi masyarakat

tidak terlepas dari pendapatan masyarakat, oleh karena itu pemerintah setempat

harus mengupayakan lapangan kerja bagi masyarakat yang tidak bekerja.

Diharapkan dengan pendapatan masyarakat yang cukup mereka akan mampu

membeli makanan yang cukup bergizi.

Page 106: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

86

Firman Allah swt. memerintahkan kita untuk menkonsumsi makanan

yanghalal juga baik (Halalan Thoyyiban), sebagaimana firman Allah swt. dalam

Q.S.Al-Maidah ayat 88 sebagai berikut :

ق ا ت ب ق ل ه ل ب ب ه ل ب ه ق ا ت ه ا اات ق لب ق ه ق ق ق ه ه ا ب ت رق ق ق ه ه اات

“dan makanlah makanan yang halal lagi baik, dari apa yang telah dirizkikan

kepada mu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepadaNya”

Dalam tafsir Syaikh Nashir as-Sa‟dy (2005) makanan yang halal adalah

yang diproses maupun diperoleh atau sumber nya dengan cara yang halal, yaitu

tidak dari hasil curian, korupsi dan mendzlimi orang lain atau apabila hewan

potong harus menyebut asma Allah swt. saat dilakukan pemotongan. Selain itu

makanan juga harus baik, yaitu cukup bergizi, makanan yang lengkap dan

seimbang porsi dengan kebutuhan aktivitas bekerja, tidak mengandung zat-zat

membahayakan, alami dan tidak berlebihan.

6.3.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat

mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil dari tahu mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan penyakit TB Paru mulai dari pengertian,

penyebab, gejala, penularan dan pencegahan penyakit TBC. Pada penelitian ini

diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak

Page 107: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

87

(60%) dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan rendah

(40%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan kejadian TB

paru dapat diketahui bahwa kejadian TB paru lebih banyak dialami oleh

responden yang memiliki pengetahuan rendah yaitu sebesar 38,3%. Sementara

itu kejadian TB paru hanya dialami oleh 33,3% responden yang memiliki

pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan p value sebesar 0,792 yang

artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB paru.

Ada beberapa asumsi yang menyebabkan variabel pengetahuan pada

penelitian ini tidak berhubungan dengan kejadian TB Paru, antara lain; pertama,

dapat dilihat pada beberapa jawaban responden yang masih kurang tepat pada

pertanyaan pengetahuan tentang TB, terutama pada pertanyaan penyebab TB

paru dan syarat ventilasi rumah yang baik sehingga berpengaruh pada

pengetahuan responden secara kumulatif, selain itu angka kejadian TB paru di

puskesmas pondok pucung tidak jauh berbeda antara responden yang

berpengetahuan tinggi dan responden yang berpengetahuan rendah dikarenakan

responden yang mengalami TB paru sudah sering mendapatkan penyuluhan

terkait masalah penyakit TB paru sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan responden.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB paru

sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003) dalam Aini (2009) yang

mendefinisikan bahwa perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berfikir, sikap,

Page 108: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

88

motivasi, dan reaksi sehingga setiap tindakan manusia baik yang positif maupun

negatif didasarkan oleh salah satu faktor tersebut. Responden yang mengalami

kejadian TB paru dengan pengetahuan tinggi tertutupi oleh gejala kejiwaaan

yang lain seperti keinginan, kehendak, emosi, sikap, motivasi, dan reaksi. Hal ini

didukung oleh pendapat Green (1991) dalam Aini (2009) yang mengatakan

bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.

Meskipun pada penelitian ini tingkat pengetahuan responden tidak

memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru, tetapi pengetahuan tetap memiliki

peran dalam penularan TB Paru. Penelitian Rajagukguk (2008) dalam Manullang

(2011) di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir menjelaskan bahwa

semakin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit TB Paru untuk

dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya, maka semakin besar bahaya

sipenderita sebagai sumber penularan penyakit, baik di rumah maupun di tempat

pekerjaannya, untuk keluarga dan orang-orang sekitarnya. Demikian juga dengan

penelitian Tobing (2009) di Kabupaten Tapanuli Utara yang menyatakan bahwa

potensi penularan TB Paru 2,5 kali lebih besar pada yang berpengetahuan

rendah.

Allah SWT. berfirman Q.S. Az-Zumar: 9 :

ي ق يقسل ق ب ق ل ي ق يق ل ق ه ق ا ت ب ا ت ب ق ل ق اب ه ه يق ق ق ت ه إب ت ق يق ل ق ه ق ق ق اال

“Apakah sama; antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak

mengetahui ? Sesungguhnya tiada lain yang bisa mengambil pelajaran (mereka

yang mau beri’tibar) hanyalah orang-orang yang mempunyai pikiran/akal“

Page 109: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

89

Ayat diatas menunjukan atas kesempurnaan manusia apabila mempunyai

ilmu pengetahuan. Kedudukan orang berilmu akan mendapatkan pahala yang

besar, dan Allah akan meninggikan derajat nya, baik disisi Allah maupun

dihadapan manusia. Perkataan tersebut dinyatakan dengan susunan pertanyaan

(istifham) untuk menunjukan bahwa orang-orang yang mencapai derajat tertinggi

adalah orang yang mempunyai ilmu, sedang yang lain jatuh kedalam jurang

keburukan (orang yang tidak berilmu).

Hadits Nabi pun mengatkan “Barang siapa yang menginginkan dunia,

hendaklah ia berilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat hendaklah ia

berilmu, dan barang siapa menginginkan kedua-duanya sekaligus, ia pun harus

berilmu”.

6.4 Tingkat Sirkulasi Oksigen

6.3.1 Kepadatan Hunian

Kepadatan hunian adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan

jumlah anggota keluarga satu rumah tinggal (Lubis,1989). Kepadatan penghuni

dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh bagi penghuinya. Luas

rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan

berjubel (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan

kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena

penyakit infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota

keluarga lain.

Page 110: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

90

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki

kondisi kepadatan hunian memenuhi syarat lebih banyak (61,5%) dibandingkan

dengan responden yang memiliki kepadatan hunian tidak memenuhi syarat

(38,5%). Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kepadatan hunian dengan

kejadian TB paru dapat diketahui bahwa kejadian TB paru lebih banyak dialami

oleh responden yang memiliki kepadatan hunian tidak memenuhi syarat yaitu

sebesar 60%. Sementara itu kejadian TB paru hanya dialami oleh 20% responden

yang memiliki kepadatan hunian memenuhi syarat. Hasil uji statistik

menunjukkan P value sebesar 0,001 yang artinya ada hubungan antara kepadatan

hunian dengan kejadian TB paru.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Niko (2011) di kota solok

yang menyimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepadata hunian

dengan kejadian TB paru, diman risiko untuk terkena TB paru 5,95 kali lebih

tinggi pada responden yang tinggal pada kepadatan rumah yang tidak memenuhi

syarat kesehatan. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adrial

(2005) di batam yang mendapatkan bahwa orang yang tinggal dengan tingkat

kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat mempunyai 4,55 kali lebih besar

untuk terkena TB paru bandingkan dengan orang yang tinggal dengan kepadatan

hunian yang memenuhi syarat kesehatan.

Adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian rumah

dengan kejadian TB paru karena kepadatan hunian merupakan pencetus awal

pada proses penularan penyakit. Semakin padat tingkat hunian, maka

perpindahan penyakit khususnya penyakit melalui udara akan semakin mudah

Page 111: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

91

dan cepat terjadi. Oleh karena itu, kepadatan hunian dalam rumah merupakan

variabel yang berperan dalam kejadian TB paru. Untuk itu Departemen

Kesehatan telah membuat peraturan tentang rumah sehat dengan rumus jumlah

penghuni/ luas bangunan. Syarat rumah dianggap sehat adalah 10m2

per orang.

Kepadatan hunian ditentukan berdasarkan jumlah penghuni rumah per

luas lantai ruangan merupakan faktor yang penting. Luas bangunan yang tidak

sebanding dengan jumlah penghuni akan menyebabkan overcrowded yang dapat

menyebabkan tidak terpenuhinya konsumsi oksigen yang dibutuhkan anggota

keluarga sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit infeksi kepada

anggota keluarga lain (Depkes, 2002).

Menurut Putra Prabu dalam buku Kesehatatan Lingkungan Soemirat,

2000 luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,

artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

penghuniny agar tidak menyebabkan overload. Persyaratan kepadatan hunian

untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per

orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.

Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang, untuk kamar tidur

diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang

Allah swt. berfirman Q.S. Al-A‟raaf : 31 :

سل ب ب ق ق ق هسل ب ه ا إب ت ه ق يه ب ب ا ل ه

“dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang

yang berlebih-lebihan.”

Page 112: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

92

Dalam Al-Qur‟an dan Tafsirannya (2011), pada kosakata Al-Mufsiriin

yaitu berasal dari kata asrafa-yusrifu yang dapat di artikan dengan melampaui

batas atau berlebih-lebihan. Seseorang yang mengerjakan sesuatu atau

menggunakan sesuatu dengan sikap yang tidak wajar dan melebihi batas yang

normal, dapat dikatakan ia telah bersikap isra’f, demikian Allah swt.

membolehkan manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan ukurannya dan

kemudian diikuti dengan celaan terhadap orang yang melakukan sesuatu secara

berlebihan. Hal ini tentu disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang,

karena kadar tertentu. Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa kata tersebut (isra’f)

mengajarkan sikap proporsional dalam semua aspek perbuatan.

6.3.2 Ventilasi Rumah

Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta

mengurangi kelembaban, keringat manusia juga mempengaruhi kelembaban.

Semakin banyak manusia dalam satu ruangan kelembaban semakin tinggi,

khususnya karena uap air baik dari pernafasan maupun dari keringat.

Kelembaban dalam ruangan tertutup dimana banyak terdapat manusia

didalamnya lebih tinggi kelembabannya dibanding di luar ruangan.

Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, juga mengencerkan

konsentrasi kuman TBC dan kuman lain, dimana kuman tersebut akan terbawa

keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. Oleh karena itu apabila konstruksi

rumah menggunakan genteng kaca, maka hali ini merupakan kombinasi yang

baik (Whardana, 2006).

Page 113: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

93

Ventilasi rumah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas ventilasi

yang meliputi luas lubang angin yang dapat masuk kedalam rumah dibagi dengan

luas lantai yang dikelompokan atas dua kategorik yaitu tidak memenuhi syarat

dan memenuhi syarat. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang

memiliki ventilasi rumah memenuhi syarat lebih banyak (64,6%) dibandingkan

dengan responden yang memiliki ventilasi rumah tidak memenuhi syarat

(35,4%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kondisi ventilasi rumah dengan

kejadian TB paru dapat diketahui bahwa kejadian TB paru lebih banyak dialami

oleh responden yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat yaitu sebesar

56,5%. Sementara itu kejadian TB paru hanya dialami oleh 23,8% responden

yang memiliki ventilasi rumah memenuhi syarat. Hasil uji statistik menunjukkan

p value sebesar 0,014 yang artinya ada hubungan antara ventilasi rumah dengan

kejadian TB paru.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Darwel (2012) di sumatera

yang menyatakan adanya hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian TB

paru, penelitian ini mendapatkan risiko untuk terkena TB Paru 1.314 kali pada

penghuni yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan

responden yang berventilasi memenuhi syarat kesehatan. Sejalam dengan Adrial

(2005) menyatakan bahwa luas yang tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki

risiko untuk terkena TB Paru sebesar 4.55 kali dibandingkan dengan luas

ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan. Menurut Silviana (2006) orang

Page 114: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

94

dengan ventilasi rumah yang kurang atau sama dengan 10% berisiko 18.11 kali

lebih besar untuk menderita TB Paru dibandingkan orang dengan ventilasi rumah

lebih dari 10% luas lantai. Penelitian Budiyanti (2003) juga menyatakan adanya

hubungan antara ventilasi kamar tidur dengan kejadian TB Paru dimana

disimpulkan bahwa orang yang tinggal dengan ventilasi kamar tidur yang tidak

memenuhi syarat mempunyai risiko terkena TB Paru sebesar 2.58 kali

dibandingkan dengan yang memenuhi syarat.

Adanya hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan TB Paru

karena ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta

mengurangi kelembaban sehingga bisa mengencerkan konsentrasi kuman TBC

dan kuman lain yang akan terbawa keluar dan mati terkena sinar matahari

(Whardana, 2006)). Perjalanan Kuman TB paru setelah dikeluarkan penderita

melalui batuk akan terhirup oleh orang disekitarnya dan sampai ke paru-paru.

Dengan adanya ventilasi yang baik maka akan menjamin terjadinya pertukaran

udara sehingga konsentrasi droplet dapat dikurangi sehingga dapat mengurangi

kemungkinan seseorang akan terinfeksi kuman TB paru (Depkes, 2002).

Ventilasi yang memenuhi syarat memungkinkan adanya pergantian udara

dalam kamar sehingga dapat mengurangi kemungkinan penularan pada orang

lain seiring dengan menurunnya konsentrasi kuman. Kamar dengan luas ventilasi

yang tidak memenuhi syarat menyebabkan kuman selalu dalam konsentrasi

tinggi sehingga memperbesar kemungkinan penularan kepada orang lain.

Ventilasi rumah yang tidak cukup menyebabkan aliran udara tidak terjaga

sehingga kelembaban udara didalam ruangan naik dan kondisi ini menjadi media

Page 115: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

95

yang baik bagi perkembangan kuman patogen. Untuk memungkinkan pergantian

udara secara lancar diperlukan minimum luas lubang ventilasi tetap 10% dari

luas lantai (Simbolon, 2007).

6.3.3 Suhu

Suhu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah temperatur dalam

ruangan tempat responden sering menghabiskan waktunya, yang diukur secara

langsung menggunakan alat pengukur suhu dengan pengukuran sewaktu. Suhu

dikelompokan atas dua kategorik yaitu tidak memenuhi syarat dan memenuhi

syarat. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang suhu ruangan

memenuhi syarat lebih banyak (67,7%) dibandingkan dengan responden yang

suhu ruangan nya tidak memenuhi syarat (32,3%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara keadaan suhu ruangan rumah

dengan kejadian TB paru dapat diketahui bahwa kejadian TB paru lebih banyak

dialami oleh responden yang suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat yaitu

sebesar 42,9%. Sementara itu kejadian TB paru hanya dialami oleh 31,8%

responden yang memiliki suhu ruangan yang memenuhi syarat. Hasil uji statistik

menunjukkan p value sebesar 0,417 yang artinya tidak ada hubungan antara suhu

dengan kejadian TB paru.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fatimah (2008) yang

menyatakan suhu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian TB

paru dimana seseorang yang tinggal di dalam rumah dengan suhu udara tidak

memenuhi syarat mempunyai risiko 2,674 kali lebih besar untuk menderitaTB

Paru dibanding seseorang yang tinggal di rumah dengan suhu memenuhi syarat.

Page 116: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

96

Serta penelitian yag dilakukan Ruswanto (2010) menunjukkan bahwa suhu

ruangan dalam rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian

penyakit tuberkulosis paru dan berisiko 2,93 kali lebih besar pada suhu ruangan

yang tidak memenuhi syarat dibandingkan rumah dengan suhu ruangan

memenuhi syarat.

Meskipun pada penelitian ini suhu tidak memiliki hubungan dengan

kejadian TB Paru, suhu tetap memiliki peran dalam penularan TB Paru. Menurut

Gould dan Brooker (2003), bakteri Mycobacterium tuberculosa memiliki rentang

suhu yang disukai, tetapi pada rentang suhu ini terdapat suatu suhu optimum

yang memungkinkan mereka tumbuh pesat. Mycobacterium tuberculosa

merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25 – 40º C,

tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31 – 37 º C.

Menurut peneliti, tidak adanya hubungan suhu dengan kejadian TB Paru

dikarenakan terjadi homogenitas atau proporsi kejadian TB paru antara suhu

memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat memiliki sebaran yang hampir

sama. Selain itu peneliti berpendapat bahwa jumlah responden yang memiliki

suhu memenuhi syarat lebih banyak dibandingkan yang tidak memenuhi syarat

dikarenakan pada saat melakukan pengukuran kondisi cuaca dilapangan sedang

musim hujan sehingga mempengaruhi kecepatan angin yang dapat berpengaruh

terhadap hasil pengukuran. Asumsi lain dari peneliti tidak adanya hubungan dari

variabel suhu dikarenakan pengkuruan dilakukan tanpa berpatokan dengan waktu

dan hanya dilakukan satu kali pengukuran sehingga hasil pengukuran yang

Page 117: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

97

didapat bisa jadi tidak valid atau homogen. Sedangkan menurut teori pengukuran

yang baik tidak hanya dilakukan hanya satu kali pengukuran atau sewaktu,

karena suhu di pagi hari berbeda dengan suhu pada siang hari dan juga pada

malam hari.

Menurut Subaid (2002) Faktor meteorologis yang memegang peran

dalam proses peningkatan atau penurunan suhu adalah faktor angin (kecepatan

dan arah), turbulensi, stabilitas atmosfer dan inversi. Selain itu ada pula faktor-

faktor meteorologi sekunder yang mempengaruhinya, antara lain hujan, kabut

dan radiasi surya. Maka, dapat disimpulkan bahwa faktor iklim dan meteorology

mempengaruhi konsentrasi suhu pada suatu lingkungan tertentu.

Page 118: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

98

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

penelitian sebagai berikut:

1. Gambaran kejadian TB paru di Puskesmas Pondok Pucung-Tagerang Selatan tahun

2013, didapatkan dari 65 responden penelitian yang mengalami kejadian TB paru

sebanyak 23 orang (35,4%) sedangkan 42 orang (64,6%) tidak mengalami kejadian

TB Paru.

2. Gambaran karakteristik individu (Jenis kelamin, pendidikan, status gizi, dan

pengetahuan) pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung adalah

sebagai berikut :

a. Responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak 39 orang (60%) dari

pada laki-laki yang hanya 26 orang (40%).

b. Responden yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak 39 orang (60%) dari

pada pendidikan tinggi yang hanya 26 orang (40%).

c. Status Gizi responden yang memiliki status gizi kurus 25 orang (38,5%), status

gizi normal 36 orang (55,4%) dan status gizi gemuk 4 orang (6,2%).

d. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak 39 orang (60%)

dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 26 orang

(40%).

Page 119: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

99

3. Gambaran tingkat sirkulasi oksigen (Kepadatan hunian, ventilasi rumah, dan suhu)

pada kelompok usia produktif di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan

tahun 2013 adalah sebagai berikut :

a. Responden yang kepadatan hunian memenuhi syarat lebih tinggi 40 orang

(61,5%) dibandingkan responden dengan kepadatan hunian tidak memenuhi

syarat 25 orang (38,5%).

b. Responden yang ventilasi rumah memenuhi syarat lebih tinggi 42 orang (64,6%)

dibandingkan responden dengan ventilasi rumah tidak memenuhi syarat 23 orang

(35,4%).

c. Responden yang suhu ruangan memenuhi syarat lebih tinggi 44 orang (67,7%)

dibandingkan responden dengan suhu ruangan tidak memenuhi syarat 21 orang

(32,3%).

4. Berdasarkan hasil uji statistik bivariat hubungan tingkat sirkulasi oksigen dan

karakteristik individu dengan kejadian TB paru pada pada kelompok usia produktif

di Puskesmas Pondok Pucung Tangerang Selatan tahun 2013 adalahsebagai berikut :

a. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB parudengan nilai p

value 0,602.

b. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB paru dengan nilai p

value 0,116.

c. Ada hubungan antara status gizi dengn kejadian TB paru dengan nilai p value

0,001.

d. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB paru dengan nilai p

value 0,792

Page 120: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

100

e. Ada hubungan antara kondisi kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru

dengan nilai p value 0,001

f. Ada hubungan antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian TB paru dengan

nilai p value 0,014

g. Tidak ada hubungan antara keadaan suhu ruangan rumah dengan kejadian TB

paru dengan nilai p value 0,417

7.2 Saran

1. Bagi pengambil kebijakan

a. Perlu ditingkatkan upaya penjaringan terhadap penderita tuberkulosis paru baik

secara aktif di lapangan maupun pasif di tempat pelayanan kesehatan dengan

melibatkan langsung para kader dan ahli kesehatan setempat.

b. Membuat program-program yang berbasis kesehatan masyarakat seperti;

diadakan perlombaan RW/RT sehat, program rumah sehat, program penyehatan

lingkungan secara rutin minimal setiap 1 bulan sekali, program penyuluhan

tentang makanan sehat serta memberikan makanan tambahan kepada pasien TB.

c. Menetapkan kebijakan sanitasi rumah menjadi persyaratan dalam IMB kepada

masyarakat sesuai dengan standar baku yang ada.

d. Melatih para kader terkait informasi tentang TB dengan komunikasi aktif kader

terhadap masyarakat seperti; penyuluhan tetang pencegahan penyakit TB,

penemuan kasus TB, serta pengawasan dalam minum obat pasien TB.

2. Bagi masyarakat

Page 121: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

101

a. Saat merenovasi atau membangun rumah untuk lebih memperhatikan aspek

sanitasi rumah sehat sepertiventilasi, pencahayaan, kebiasaan membuka jendela

dan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menghindari

penularan penyakit tuberkulosis paru dengan memperhatikan asupan makanan

yang bergizi.

b. Memisahkan tempat tidur dan alat makan bagi anggota keluarga yang menderita

TB Paru .

c. Melakukan pengawasan minum obat secara partisifatif bagi anggota keluarga

atau tetangga terdekat.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. agar dapat meneliti faktor-faktor atau variabel lain seperti perilaku, kontak

penderita, kepatuhan berobat,dll yang mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru

di pondok pucung. Dengan menggunkan disain penelitan yang lebih akurat

seperti; case control dan kohort.

Page 122: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2010). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Gramedia, Jakarta

Adrial, (2005). Hubungan faktor lingkungan rumah terhadap kejadian Tuberkulosi

Paru BTA Positif di kota batam propinsi kepulauan riau thun2005. Tesis.

Depok : FKM UI.

Aditia. (2010). Sanitasi Perumahan dan Pemukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan

(Online).http://www.scribd.com/doc/22075956/SanitasiPerumahanpemukimn

diakses tanggal 1 Maret 2013.

Akbar. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tbc-Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Bolangitang Kabupaten Bolaang Mongondow

Utara Tahun 2010. Peminatan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Gorontalo

Aini. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecenderungan Perilaku

Makan Menyimpang pada Mahasiswi Penghuni Asrama Putri UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. (Skripsi). FKIK UIN SYAHID, Jakarta.

Ayunah, yuyun. (2008). Hubungan antara Faktor-faktor Kualitas Lingkungan Fisik

Rumah dengan Kejadian TB Paru BTA Positif di Kecamatan Cilandak

Jakarta Selatan tahun 2008. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Bagoes Widjanarko (2006). Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap

Petugas Pemegang Program Tuberkulosis Paru Puskesmas Terhadap

Penemuan Suspek TB Paru Di Kabupaten Blora. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia. 2006;1:1.

Boyd, C.E. (1988). Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.

Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA.

Page 123: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Chandra W., Maria CH Winarti., H Mewengkang. (2004). Kasus Kontak

Tuberkulosis paru di klinik paru Rumah Sakit Umum Pusat Manado.

Majalah Kedokteran Indonesia

Darwel, (2012). faktor-faktor yang berkolerasi terhadap hubungan lingkungan fisik

rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di sumatera (analisis data riskesdas

2010)

Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. (2000). Visi Misi Indonesia Sehat 2010. Jakarta

Departemen Kesehatan RI, Ditjen P2MPL. (2002). Pedoman Teknis Penilaian Rumah

Sehat. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan TBC, Edisi

2, Cetakan ke-2, Depkes RI, Jakarta

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Nasional Penanggulangan TBC, Edisi

2, Cetakan pertama. http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf. 31

Januari 2013

Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008.

http://www.depkes.go.id/download/publikasi/Profil_Kesehatan_Indonesia_20

08.pdf 31 Januari 2013

Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Teknik Pembangunan perumahan Sederhana

Tidak Bersusun, SK menteri Pekerjaan Umum No 20/kep/1986. Jakarta.1986.

______, 2000. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan,

Jakarta.

Elvina K. (2002). Pusat Kajian Gizi Regional. Universitas Indonesia

Ernawati, Dwi. (2011). Kualitas Lingkungan Fisik Rumah dan Karakteristik Individu

dengan Kejadian TB Paru BTA (+) di Desa Tanggul Kulon Kecamatan

Tanggul Kabupaten Jember tahun 2011. Skripsi FKM UI, Depok

Page 124: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Farochi. (2012). Kebutuhan Oksigen Manusia. Jurnal Kedokteran (online).

http://www.fakultaskedokteran.com/jurnal/jurnal-kebutuhan-oksigen-

manusia/ diakses tanggal 2 Maret 2013

Fatimah, Siti. (2008). Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan

dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten Cilacap (Kecamatan : Sidareja,

Cipari, Kedungreja, Patimun, Gandrungmangu, Bantasari) Tahun 2008.

Program Pascasarjana Universitas Diponegor Semarang.

Junediyono. (2003). Faktor Risiko Timbulnua Penyakit TB Paru di Kabupaten

Pekalongan Jawa Tengah Tahun 2002. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan Kerangka kerja penanggulangan

TBC di Indonesia 2006-2010

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Laporan Situasi Terkini

Perkembangan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan

RI.

Karminignsih. (2002). Hubungan kualitas lingkungan fisik rumah dengan kejadian

TB Paru BTA (+) di Kecamatan Koja Kodya Jakarta utara tahun 2002.

Universitas Indonesia Jakarta

Keman, Soedjajadi. (2005). Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Pemukiman.

Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, 34 Juli 2005 : 29 -42. Kesehatan

Lingkungan FKM Universitas Airlangga

Manullang, S. (2011). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat

Tentang Faktor Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Kejadian

Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame

Page 125: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara. [online].

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29778 /7/.pdf [diakses 6

agustus 2013].

Musadad (2006). Environmental Factor Relation of House with Infection of TB

Paru through Housing Contact. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.5 No 3,

Desember 2006 : 486-496

Nasution, Siti Khadijah. (2004). Meningkatkan Sataus Kesehatan Melalui Pendidikan

Kesehatan dan Penerapan Pola Hidup Sehat. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. 11 februari 2013.

http://respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3761/1/fkm-

siti%20khadijah.pdf

Niko, Rianda. (2011). Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah dengan

Kejadian Tb Paru di Kota Solok Tahun 2011. Skripsi FKM Universitas

Andalas

Noverima, Utami. (2012). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow.

http://utaminoverima.wordpress.com/2012/11/28/konsep-kebutuhan-dasar-

manusia-menurut-maslow-henderson/ diakses tanggal 2 Maret 2013

Notoatmodjo. (2002). Metodelogi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Citra. Jakarta

Prabu, Putra. (2008). Penyakit Berbasis Lingkungan.

http://putraprabu.wordpress.com/2008/10/10/penyakit-berbasislingkungan/,

diakses tanggal 25 Desember 2012

Perdana P (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Berobat

Penderita TB Paru selama Pengobatan di Puskesmas Kecamatan Ciracas

Jakarta Timur. [Skripsi Tidak diterbitkan]. Jakarta: UI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 565/Menkes/Per/Iii/2011

Tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014

Page 126: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Rikha, Nurul. (2012). Hubungan Antara Karakteristik Individu, Praktik Hygiene dan

Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Tuberculosis di Kecamatan Semarang

Utara Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2,

Tahun 2012, Halaman 435 - 445 Online Di

Http://Ejournals1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jkm

Retnaningsih (2010). Model Prediksi Faktor Risiko TB Paru Kontak Serumah

untuk Perencanaan Program di Kabupaten OKU Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

dalam negeri. Jakar.

Ruswanto, Bambang. (2010). Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru

ditinjau dari Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah di Kabupaten

Pekalongan. Tesis Pascasarjana Magister Kesehatan Lingkungan, Universitas

Diponegoro Semarang

Setiawan, Dwi. (2010). Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah dan Respons

Terhadap Praktik Pengobatan Strategi DOTS dengan Penyakit Tb Paru di

Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Tahun 2010. Jurnal Kesehatan

Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1 / April 2012, Program Magister

Kesehatan Lingkungan UNDIP

Simbolon (2007). Faktor risiko tuerkulosis paru dikabupaten rejang lebong. Jurnal

Kesehatan Masyarakat nasional. Vol 2 No.3 Desember 2007).

Slamet, Juli Soemirat. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Silviana, Ike (2006). Hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB

Paru dikabupaten muaro jambi tahun 2005. Tesis. Depok : FKM UI.

Supriyono, Didik. (2003). Lingkungan Fisik Rumah Sebagai Faktor Risiko

Terjadinya Penyakit TB Paru BTA Positif di Kecamatan Ciampea Kabpaten

Bogor Tahun 2002. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Soemirat. (2000). Epidemiologi Lingkungan. Gajah Mada Universitas. Press,

Yogyakarta

Page 127: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Sutiningsih, (2012). Hubungan Antara Karakteristik Individu, Praktik Hygiene

Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Tuberculosis Di Kecamatan

Semarang Utara Tahun 2011. JURNAL KESEHATAN

MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 435 -

445 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Suyono. (2005). Pokok Bahan Modul Perumahan dan pemukiman Sehat, Pusdiknakes

Subaid M S. (2002). Pengaruh Suhu Udara, Curah Hujan, Kelembaban Udara dan

Kecepatan Angin Terhadap Fluktuasi Konsentrasi Gas-gas NO2, O3 dan SO2

di Area PLTP Gunung Salak Sukabumi. Skripsi. FMIPA IPB. Bogor.

Teten, Zalmi. (2008). Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis

paru diwilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir.

Tobing, T. L. (2009). Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru dan Kondisi Rumah

terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru pada Keluarga

diKabupaten Tapanuli Utara. [online].

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6656/1/09E01348.pdf.

[diakses 6 agustus 2013].

Wardhana Isha, (2006). “Hubungan antara faktor fisik rumah, karakteristik individu

dan faktor lainnya terhadap kejadian TB Paru diwilayah kerja puskesmas

sukaratu kabupaten tasik Malaya: Pascasarjana FKM UI)

Zuliana (2009). Pengaruh Karakteristik Individu, faktor Pelayanan Kesehatan dan

Faktor Peran Pengawas Menelan Obat terhadap Tingkat Kepatuhan

Penderita TB Paru dala Pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota

Medan tahun 2009. FKM Universitas Sumatera Utara.

Page 128: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

KUESIONER PENELITIAN

Saya Muhammad Aandi Ihram, Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan

Lingkungan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ingin menyampaikan bahwa

saya akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Sirkulasi Oksigen dan

Karakteristik Individu dengan Kejadian TB Paru pada Kelompok Usia Produktif di

Puskesmas Pondok Pucung Tahun 2013” yang merupakan tugas akhir untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Semua jawaban ibu/bapak akan dijamin kerahasiannya.

Atas perhatian dan kerjasama bapak/ibu saya ucapkan terima kasih.

Responden

(____________________)

LAMPIRAN I

Page 129: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT SIRKULASI OKSIGEN DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU

DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI

PUSKESMAS PONDOK PUCUNG TAHUN 2013

Tanggal wawancara : ………………………………..

Nomor Responden : ..................................................

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden : ......................................................................

2. Alamat : ......................................................................

Kelurahan : ....................

RT ....... RW.......

Kecamatan : Pondok Pucung

3. Jenis Kelamin : 0. Laki-laki

1. Perempuan

4. Umur responden : .............................Tahun

5. Pendidikan responden : 1. Tidak pernah sekolah

2. SD 3. SMP

4. SMA 5. Perguruan tinggi

6. Status Gizi : BB = ........kg

TB =........cm

IMT =..........

Page 130: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

B. PENGETAHUAN

1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru ?

a. Tahu

b. Ragu-ragu

c. Tidak tahu

2. Menurut saudara/saudari apa yang dimaksud dengan Tuberkulosis Paru ?

a. Penyakit batuk berdahak bercampur darah.

b. Penyakit batuk-batuk akibat merokok.

c. Batuk dengan gatal ditenggorokan

d. Tidak tahu

3. Menurut saudara/saudari apa penyebab penyakit Tuberkulosis Paru ?

a. Kuman atau bakteri

b. Debu, asap dan udara kotor

c. Guna-guna

d. Tidak tahu

4. Menurut saudara/saudari penularan Tuberkulosis Paru melalui ?

a. Udara

b. Pakaian

c. Makanan/minuman

d. Tidak tahu

5. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular

apabila ?

a. Tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru

Page 131: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

b. Tidak tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru

c. Tidur beramai-ramai.

d. Tidak tahu

6. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular

kepada anggota keluarga lain karena ?

a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita Tuberkulosis

b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita Tuberkulosis.

c. Sudah ada dari masih dikandungan

d. Tidak tahu

7. Menurut saudara/saudari bagaimana tanda-tanda / gejala penyakit

Tuberkulosis Paru ?

a. Batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu ,bercampur darah, sesak

napas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat

badan turun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam

lebih dari sebulan.

b. Batuk yang disertai demam.

c. Batuk dengan gatal di tenggorokan.

d. Tidak tahu

8. Menurut saudara/saudari bagaimana cara pencegahan penyakit

Tuberkulosis Paru ?

a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah

disembarang tempat.

b. Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah

Page 132: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

disembarang tempat.

c. Tidak tahu

9. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan melalui ?

a. Pengobatan teratur disertai dengan perbaikan lingkungan dan perubahan

perilaku.

b. Berobat kalau ada waktu.

c. Dibiarkan saja.

d. Tidak tahu

10. Menurut saudara/saudari apakah dalam minum obat TB Paru perlu

diawasi dan dikontrol terus oleh saudara atau salah seorang yang

mempunyai hubungan kerabat dan bertempat tinggal sama dengan

bapak/ibu ?

a. Perlu, karena minum obat perlu dikontrol terutama oleh saudara

terdekat agar obat bisa diminum teratur

b. Tidak perlu perlu, karena obat bisa kita minum sendiri dan tidak akan

lupa

c. Tidak tahu

11. Menurut saudara/saudari luas kamar tidur 10 m2

cukup untuk berapa

orang?

a. 2 orang dewasa

b. 3 orang dewasa

c. 4 orang dewasa

d. Tidak tahu

Page 133: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

12. Menurut saudara/saudari apakah fungsi ventilasi ?

a. Tempat keluar masuknya udara sehingga ruangan tidak pengap dan

sirkulasi udara lancar

b. Agar tidak bau

c. Sebagai hiasan

d. Tidak tahu

13. Menurut saudara/saudari bagaiman ventilasi yang baik ?

a. 10% dari luas lantai

b. Harus ada disetiap ruangan

c. Hanya diruang kamar dan depan saja

d. Tidak tahu

14. Menurut saudara/saudari udara yang masuk ke ruangan rumah haruslah ?

a. Harus bersih tidak dicemari oleh asap dari pembakaran sampah atau

pabrik, dari kanlpot kendaraan dan debu

b. Yang penting tidak bau dan tidak pengap

c. Yang penting udara bisa masuk

d. Tidak tahu

15. Menurut saudara/saudari apakah manfaat sinar matahari terhadap ruangan

rumah ?

a. Mematikan bakteri dan mikroorganisme yang terdapat dilingkungan

rumah

b. Untuk penerangan

c. Tidak ada manfaatnya

Page 134: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

d. Tidak tahu

C. OBSERVASI DAN PENGUKURAN KONDISI RUMAH

1. Kepadatan penghuni dalam rumah ? (peneliti menghitung luas rumah dan

membaginya dengan jumlah penghuni yang tinggal di dalam rumah)

- Luas rumah :………… m2

- Jumlah penghuni : …………orang

Jadi ukuran kepadatan dalam ruangan = ………. m2 / orang

0. tidak memenuhi syarat apabila < 10m2/orang

1. Memenuhi syarat apabila > 102/orang

2. Luas ventilasi dalam ruangan ? (luas lubang angin dan luas jendela dibagi

dengan luas lantai)

- Luas ventilasi :……….. m2

- Luas lantai : ………... m2

Jadi ukuran ventilasi tetap dalam ruangan = ………%

0. tidak memenuhi syarat apabila < 10%

1. Memenuhi syarat apabila ≥ 10%

3. Suhu udara ruangan dalam rumah ? (peneliti mengukur dengan alat

thermohygrometer) = …………. °C

0. tidak memenuhi syarat apabila < 8°C atau >30°C

1. Memenuhi syarat apabila 18°C - 30°C

Page 135: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

HASIL SPSS

ANALISIS UNIVARIAT

1. Kejadian TB Paru

Statistics

kjdiantbparu

N Valid 65

Missing 0

Mean .65

Median 1.00

Std. Deviation .482

Minimum 0

Maximum 1

kjdiantbparu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 23 35.4 35.4 35.4

tidak 42 64.6 64.6 100.0

Total 65 100.0 100.0

2. Jenis kelamin

Statistics

jeniskelamin

N Valid 65

Missing 0

Mean .60

Median 1.00

Std. Deviation .494

Minimum 0

Maximum 1

LAMPIRAN 2

Page 136: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 26 40.0 40.0 40.0

perempuan 39 60.0 60.0 100.0

Total 65 100.0 100.0

3. Pendidikan

Statistics

pendidikanres

N Valid 65

Missing 0

Mean .40

Median .00

Std. Deviation .494

Minimum 0

Maximum 1

pendidikanres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 39 60.0 60.0 60.0

tinggi 26 40.0 40.0 100.0

Total 65 100.0 100.0

4. Status Gizi

Statistics

statusgizires

N Valid 65

Missing 0

Mean .68

Median 1.00

Std. Deviation .589

Minimum 0

Maximum 2

Page 137: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

statusgizires

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurus 25 38.5 38.5 38.5

normal 36 55.4 55.4 93.8

gemuk 4 6.2 6.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

5. Pengetahuan

Statistics

katpengetahuan

N Valid 65

Missing 0

Mean .60

Median 1.00

Std. Deviation .494

Minimum 0

Maximum 1

katpengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 26 40.0 40.0 40.0

tinggi 39 60.0 60.0 100.0

Total 65 100.0 100.0

Page 138: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Descriptives

Statistic Std. Error

pengetahuanres Mean 7.77 .482

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 6.81

Upper Bound 8.73

5% Trimmed Mean 7.82

Median 7.00

Variance 15.118

Std. Deviation 3.888

Minimum 0

Maximum 14

Range 14

Interquartile Range 6

Skewness -.070 .297

Kurtosis -1.070 .586

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuanres .116 65 .031 .953 65 .014

a. Lilliefors Significance Correction

Page 139: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

6. Kepadatan Hunian

Statistics

kpdtanhunian

N Valid 65

Missing 0

Mean .62

Median 1.00

Std. Deviation .490

Minimum 0

Maximum 1

kpdtanhunian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak memenuhi syarat 25 38.5 38.5 38.5

memenuhi syarat 40 61.5 61.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

7. Ventilasi Rumah

Statistics

ventilasirumah

N Valid 65

Missing 0

Mean .65

Median 1.00

Std. Deviation .482

Minimum 0

Maximum 1

ventilasirumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tdk memenuhi syarat 23 35.4 35.4 35.4

memenuhi syarat 42 64.6 64.6 100.0

Total 65 100.0 100.0

Page 140: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

8. Suhu

Statistics

suhuruangan

N Valid 65

Missing 0

Mean .68

Median 1.00

Std. Deviation .471

Minimum 0

Maximum 1

suhuruangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tdk memenuhi syarat 21 32.3 32.3 32.3

memenuhi syarat 44 67.7 67.7 100.0

Total 65 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT

1. Jenis Kelamin dengan Kejadian TB Paru

jeniskelamin * kjdiantbparu Crosstabulation

kjdiantbparu

Total ya tidak

jeniskelamin laki-laki Count 8 18 26

% within jeniskelamin 30.8% 69.2% 100.0%

perempuan Count 15 24 39

% within jeniskelamin 38.5% 61.5% 100.0%

Total Count 23 42 65

% within jeniskelamin 35.4% 64.6% 100.0%

Page 141: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .404a 1 .525

Continuity Correctionb .137 1 .711

Likelihood Ratio .407 1 .523

Fisher's Exact Test .602 .357

Linear-by-Linear Association .398 1 .528

N of Valid Casesb 65

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.20.

b. Computed only for a 2x2 table

2. Pendidikan dengan Kejadian TB Paru

pndidikanres * kjdiantbparu Crosstabulation

kjdiantbparu

Total ya tidak

pndidikanres rendah Count 17 22 39

% within pndidikanres 43.6% 56.4% 100.0%

tinggi Count 6 20 26

% within pndidikanres 23.1% 76.9% 100.0%

Total Count 23 42 65

% within pndidikanres 35.4% 64.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.871a 1 .090

Continuity Correctionb 2.044 1 .153

Likelihood Ratio 2.960 1 .085

Fisher's Exact Test .116 .075

Linear-by-Linear Association 2.827 1 .093

N of Valid Casesb 65

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.20.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 142: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

3. Status Gizi dengan Kejadian TB Paru

statusgizires * kjdiantbparu Crosstabulation

kjdiantbparu

Total ya tidak

statusgizires kurus Count 16 9 25

% within statusgizires 64.0% 36.0% 100.0%

normal Count 7 29 36

% within statusgizires 19.4% 80.6% 100.0%

gemuk Count 0 4 4

% within statusgizires .0% 100.0% 100.0%

Total Count 23 42 65

% within statusgizires 35.4% 64.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 15.145a 2 .001

Likelihood Ratio 16.335 2 .000

Linear-by-Linear Association 14.235 1 .000

N of Valid Cases 65

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.42.

4. Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru

katpengetahuan * kjdiantbparu Crosstabulation

kjdiantbparu

Total ya tidak

katpengetahuan rendah Count 10 16 26

% within katpengetahuan 38.5% 61.5% 100.0%

tinggi Count 13 26 39

% within katpengetahuan 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 23 42 65

% within katpengetahuan 35.4% 64.6% 100.0%

Page 143: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .179a 1 .672

Continuity Correctionb .025 1 .874

Likelihood Ratio .179 1 .672

Fisher's Exact Test .792 .435

Linear-by-Linear Association .177 1 .674

N of Valid Casesb 65

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.20.

b. Computed only for a 2x2 table

5. Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru

kpdtanhunian * kjdiantbparu Crosstabulation

kjdiantbparu

Total ya tidak

kpdtanhunian tidak memenuhi syarat Count 15 10 25

% within kpdtanhunian 60.0% 40.0% 100.0%

memenuhi syarat Count 8 32 40

% within kpdtanhunian 20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 23 42 65

% within kpdtanhunian 35.4% 64.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.766a 1 .001

Continuity Correctionb 9.088 1 .003

Likelihood Ratio 10.791 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 10.600 1 .001

N of Valid Casesb 65

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.85.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 144: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

6. Ventilasi Rumah dengan Kejadian TB Paru

ventilasirumah * kjdiantbparu Crosstabulation

kjdiantbparu

Total ya tidak

ventilasirumah tdk memenuhi syarat Count 13 10 23

% within ventilasirumah 56.5% 43.5% 100.0%

memenuhi syarat Count 10 32 42

% within ventilasirumah 23.8% 76.2% 100.0%

Total Count 23 42 65

% within ventilasirumah 35.4% 64.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.956a 1 .008

Continuity Correctionb 5.598 1 .018

Likelihood Ratio 6.876 1 .009

Fisher's Exact Test .014 .009

Linear-by-Linear Association 6.849 1 .009

N of Valid Casesb 65

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.14.

b. Computed only for a 2x2 table

7. Suhu Ruangan dengan Kejadian TB Paru

suhuruangan * kjdiantbparu Crosstabulation

kjdiantbparu

Total ya tidak

suhuruangan tdk memenuhi syarat Count 9 12 21

% within suhuruangan 42.9% 57.1% 100.0%

memenuhi syarat Count 14 30 44

% within suhuruangan 31.8% 68.2% 100.0%

Total Count 23 42 65

% within suhuruangan 35.4% 64.6% 100.0%

Page 145: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .758a 1 .384

Continuity Correctionb .352 1 .553

Likelihood Ratio .748 1 .387

Fisher's Exact Test .417 .275

Linear-by-Linear Association .746 1 .388

N of Valid Casesb 65

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.43.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 146: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

LAMPIRAN 3

Page 147: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

SAMPLE FRAME DATA REKAM MEDIS BULAN APRIL-JUNI

PUSKESMAS PONDOK PUCUNG TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

1 ASTARIYAH 30 P TIDAK

2 GUSMAWATI 33 P TIDAK

3 YULIANTI 35 P TIDAK

4 PUJI 24 P TIDAK

5 LILI 33 P TIDAK

6 EKO 42 P TIDAK

7 AMANAH 42 P YA

8 SATIK 55 P TIDAK

9 KANI 42 P TIDAK

10 SITI 30 P YA

11 DEBI 16 L TIDAK

12 MAMET 43 L TIDAK

13 PURNAWATI 38 P TIDAK

14 HARANU 23 L TIDAK

15 LAMINAH 46 P YA

16 SOLIYAH 56 P TIDAK

17 AHMAD AKBAR 25 L TIDAK

18 NAMA 46 P TIDAK

19 SUTITI 37 P YA

20 NYAI 57 P TIDAK

21 ITI 52 P TIDAK

22 PRAPTI 54 P TIDAK

23 YUI 50 P TIDAK

24 MISNI 54 P TIDAK

25 NURHASANAH 51 P TIDAK

26 ATIKAH 32 P TIDAK

27 GUSMAWATI 33 P YA

28 TIKA 24 P TIDAK

29 IRA 21 P TIDAK

30 NANI 27 P TIDAK

31 RASUHAINI 44 P TIDAK

32 SITI PUDJATI 52 P TIDAK

33 WIDIANA 40 P TIDAK

34 IKA 25 P TIDAK

35 ELIYAH 40 P YA

LAMPIRAN 4

Page 148: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

36 LANAH 61 P YA

37 JUBAEDAH 33 P YA

38 SARNIH 44 P TIDAK

39 SUKARNA 54 P YA

40 ROMELIH 43 P TIDAK

41 IRWANSYAH 27 L YA

42 SUNARSIH 23 P TIDAK

43 BAYU SAPUTRA 19 L TIDAK

44 TONIKA 21 P TIDAK

45 TARMEZI 57 L TIDAK

46 MARYATI 43 P TIDAK

47 MAWARNI 44 P YA

48 DEDE 59 P TIDAK

49 SITI NURHASANAH 52 P TIDAK

50 ERNA 42 P TIDAK

51 SITI MULYASARI 24 P TIDAK

52 HINDUN 40 P TIDAK

53 ROHMAWAN 31 L YA

54 FIKA 17 P YA

55 LAMINAH 46 P YA

56 RIRI 19 P YA

57 ARUM 17 P YA

58 KEVIN 60 L TIDAK

59 MANSUR 30 L TIDAK

60 MINAH 39 P TIDAK

61 HANUNU 23 P TIDAK

62 WARDI 31 L TIDAK

63 LIA ALIKA 36 P TIDAK

64 WINDIANA 15 P TIDAK

65 FADIL 23 L YA

66 KANUNG 60 P TIDAK

67 DWU NUR 17 P TIDAK

68 MARDIAH 45 P YA

69 SITI 26 P TIDAK

70 NURIYAH 32 P TIDAK

71 JAMAL 37 L TIDAK

72 HADI 32 L YA

Page 149: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

73 MUHYATI 42 P TIDAK

74 ASHOBIRIN 36 L TIDAK

75 ALI 30 L YA

76 ISTANTO 28 L YA

77 ANITA 40 P TIDAK

78 TEGUH 18 L TIDAK

79 TARAI 32 P TIDAK

80 SARINAH 35 P YA

81 YULIANTI 35 P TIDAK

82 ROSIDAH 37 P YA

83 YULI 28 P TIDAK

84 NURMALA 45 P TIDAK

85 TATI 27 P YA

86 SAIFUL AMIR 15 L TIDAK

87 NURHANG 40 P TIDAK

88 KOMANYATI 36 P TIDAK

89 MARYATUN 36 P YA

90 ASIANYAH 30 P TIDAK

91 NURLELA 29 P YA

92 YORONAH 43 P YA

93 RAMENAH 55 P TIDAK

94 ROZAH 40 P TIDAK

95 ROMELAH 55 P YA

96 SARIAH 52 P TIDAK

97 NURHALIMAH 32 P TIDAK

98 SAWIYAH 56 P TIDAK

99 YULI 39 P TIDAK

100 YENI 23 P TIDAK

101 SULAIMAN 46 L TIDAK

102 HUSIN 48 L TIDAK

103 LESTARI 23 P TIDAK

104 NURTINAH 52 P TIDAK

105 MARDIANTI 21 P TIDAK

106 ZAINAL 60 L TIDAK

107 RODIAH 50 P YA

108 SUSILAWATI 23 P YA

109 NENDA 23 P TIDAK

Page 150: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

110 ERNI 27 P TIDAK

111 JONASIAH 40 P TIDAK

112 MUNASIYATI 36 P TIDAK

113 SUNARTO 58 L TIDAK

114 NURHADI 40 L TIDAK

115 SUKINI 38 P TIDAK

116 RISMAN 40 P YA

117 MEGAWATI 21 P TIDAK

118 SAODAH 43 P YA

119 NURYANAH 42 P TIDAK

120 AAS 19 P TIDAK

121 ERWIN 34 L YA

122 AISAH 24 P TIDAK

123 MAULANA 20 L TIDAK

124 YUYUN 36 P TIDAK

125 NINING 27 P TIDAK

126 RAHMAWATI 35 P YA

127 JAMALUDIN 37 L YA

128 SARAH 54 P TIDAK

129 MAMI 45 P TIDAK

130 YANTO 26 L TIDAK

131 SARTINEM 35 P TIDAK

132 SRI MULYANI 23 P TIDAK

133 ASIH 29 P TIDAK

134 SUKOSMO 36 L TIDAK

135 PUJIANTO 36 L TIDAK

136 NENENG 21 P TIDAK

137 YONASIAH 40 P YA

138 ONI 44 P TIDAK

139 KAMID 62 L TIDAK

140 DEDE 59 P TIDAK

141 NURMAH 31 P YA

142 JAKA SURYA 17 L TIDAK

143 HARIYANTO 43 L TIDAK

144 ENDANG 58 P YA

145 NARTI 43 P TIDAK

146 ASNAH 41 P TIDAK

Page 151: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

147 ENDAH 18 P TIDAK

148 ACIH 35 P TIDAK

149 MARTOYO 42 L TIDAK

150 ARIFIN 28 L TIDAK

151 BAYINAH 41 P YA

152 DEDO 57 P TIDAK

153 IYUL 53 P TIDAK

154 AWALUDIN 26 L TIDAK

155 SOFI 27 P TIDAK

156 YANTI 27 P TIDAK

157 GABRIEL 23 P TIDAK

158 NIZMA 47 P TIDAK

159 MANAH 50 P YA

160 DARLIS 26 L TIDAK

161 GUMAWATI 32 P TIDAK

162 YUNI 19 P TIDAK

163 SAROPAH 30 P TIDAK

164 AKSAL 17 L TIDAK

165 RIZKI 17 P TIDAK

166 HUSIN 48 L TIDAK

167 SUHARNI 37 P YA

168 RIANI 18 P TIDAK

169 SITI ULWIYAH 49 P TIDAK

170 YANI 26 P TIDAK

171 ASEP 55 L YA

172 ENTIN 28 P TIDAK

173 KHODIJAH 41 P TIDAK

174 MUNIRAH 42 P TIDAK

175 ATIN 35 P TIDAK

176 DESI 16 P TIDAK

177 MURWATI 35 P TIDAK

178 SARIPAH 39 P YA

179 NURHADI 25 L TIDAK

180 MAMAN 47 L YA

181 NIAH 62 P TIDAK

182 RISMAN 40 L TIDAK

183 QODRATULLAH 27 L TIDAK

Page 152: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

184 MAULIDAYAH 15 P TIDAK

185 KAMSIYAH 29 P TIDAK

186 NURAINI 20 P TIDAK

187 YULIANTI 35 P TIDAK

188 DADANG 29 L YA

189 TUNJIAH 47 P YA

190 NASRUL 24 L TIDAK

191 RIKI 22 P TIDAK

192 JOKO 56 L TIDAK

193 SHELLA 42 P TIDAK

194 MURNI 39 P TIDAK

195 MARWAN 24 L TIDAK

196 LELA 22 P TIDAK

197 EMI 19 P TIDAK

198 MAAH 49 P YA

199 JUJU 18 P TIDAK

200 JULEHA 49 P YA

201 LATIFAH 36 P TIDAK

202 ROHAYA 40 P TIDAK

203 NUR SYAMSURI 52 L TIDAK

204 HARYADI 37 L TIDAK

205 IRWANSYAH 24 L YA

206 SARASWATI 18 P TIDAK

207 ADINDA 19 P TIDAK

208 RAHMAT 24 L TIDAK

209 SUHARNI 29 P TIDAK

210 ASWINI 47 P TIDAK

211 IWAN 30 L TIDAK

212 FIRDAUS 30 L TIDAK

213 LEBAR 33 L TIDAK

214 FAJRI 18 L TIDAK

215 PUJIANTI 30 P TIDAK

216 KUDRIAH 42 P YA

217 JANASIAH 50 P YA

218 WIWIN 15 P TIDAK

219 SYARIFUDIN 34 L TIDAK

220 HARUN 57 L TIDAK

Page 153: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

221 DEDE 23 P TIDAK

222 ASEP 55 L TIDAK

223 MULYA 52 L TIDAK

224 ITA 19 P TIDAK

225 RIKA 20 P TIDAK

226 AWIYAH 31 P TIDAK

227 AHMAD KENIN 60 L YA

228 MINAH 39 P YA

229 ENOK 32 P TIDAK

230 INDRA 30 L TIDAK

231 ISMAIL 40 L TIDAK

232 SRI APRIYANI 26 P TIDAK

233 HADI 61 L YA

234 WINARNI 15 P TIDAK

235 MARSANAH 41 P YA

236 NIZMA 47 P TIDAK

237 ROZAH 40 P TIDAK

238 GUSMAWATI 33 P TIDAK

239 ZAINUDDIN 18 L TIDAK

240 ALIKA 18 P TIDAK

241 ALI 50 L YA

242 TONIKA 21 P TIDAK

243 BADRIAH 17 P YA

244 MARSELINA 25 P YA

245 PANDAMUAN 29 L TIDAK

246 SUTARNO 39 L TIDAK

247 EDI 31 P TIDAK

248 FRANCO 31 L TIDAK

249 SUSILO 37 L TIDAK

250 OMIH 42 P TIDAK

251 MASYANTI 37 P TIDAK

252 ERNIATI 40 P TIDAK

253 NURHAINI 28 P TIDAK

254 RAHMA 27 P TIDAK

255 ELVIA 35 P TIDAK

256 SARIPAH 35 P TIDAK

257 SANTIASIH 37 P TIDAK

Page 154: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

258 NIA 36 P TIDAK

259 NURDIN 21 L TIDAK

260 DAROH 50 P TIDAK

261 ADITYA 34 L TIDAK

262 CICIH 33 P TIDAK

263 YAYAT 23 L TIDAK

264 MIRA 29 P TIDAK

265 SOMIH 37 P TIDAK

266 EBET 37 P TIDAK

267 WATI 23 P YA

268 SAIDUN 49 P YA

269 KAMIL 28 L TIDAK

270 ASEHU 35 L TIDAK

271 KODAN 40 L TIDAK

272 INNAH 40 P YA

273 SELLY 22 P YA

274 LINDA 17 P TIDAK

275 YUNIDAH 29 P TIDAK

276 ISAH 44 P YA

277 FARRAZ 45 P TIDAK

278 HARINA 36 P YA

279 ROMI PERMADI 34 L TIDAK

280 ENI 20 P TIDAK

281 NIRI 56 P TIDAK

282 JAYA 52 L TIDAK

283 UMI 43 P YA

284 RATNA 30 P TIDAK

285 NIA 22 P TIDAK

286 YADI 33 L YA

287 LAMINAH 46 P YA

288 SUNANDAR 27 L TIDAK

289 EDISON 26 L YA

290 SITI AISYAH 34 P YA

291 SATI 60 P TIDAK

292 AYU 26 P TIDAK

293 LISNA 26 P TIDAK

294 NALURI 42 P YA

Page 155: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

295 JORASIAH 50 P TIDAK

296 NAWIYAH 39 P YA

297 RINI 26 P TIDAK

298 FANDI 51 L TIDAK

299 AMANAH 42 P TIDAK

300 MARYAMIH 44 P YA

301 NARYATI 18 P TIDAK

302 HERLINAH 36 P YA

303 SRI 19 P TIDAK

304 SAPIIH 32 P TIDAK

305 MULYATI 30 P YA

306 KOYOM 50 P TIDAK

307 SANDI 34 P TIDAK

308 DANISIH 39 P TIDAK

309 YUSUF 30 L YA

310 RAMLAN 45 L TIDAK

311 HELMI 27 P TIDAK

312 SISKA 37 P TIDAK

313 DINA 22 P TIDAK

314 IRA 21 P TIDAK

315 RINA 37 P TIDAK

316 ROHANI 60 P YA

317 NAWI 52 P YA

318 YORDAN 42 L TIDAK

319 DORI 60 P TIDAK

320 ROSDIANA 49 P TIDAK

321 DEWI S 33 P TIDAK

322 AYU NILAWATI 26 P TIDAK

323 AAN 40 L TIDAK

324 USUP 49 L TIDAK

325 YANI 27 P TIDAK

326 MAIMUNAH 16 P TIDAK

327 JAMRONI 35 L TIDAK

328 FENTI 23 P TIDAK

329 MULYADI 24 L TIDAK

330 DWI SULRIANA 19 P TIDAK

331 LIA ALIA 36 P TIDAK

Page 156: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN STATUS TB PARU

332 ALFIAH 17 P TIDAK

333 ROFIQOH 33 P TIDAK

334 FITRI 22 P YA

335 SUKIRNO 47 L TIDAK

336 YANTO 31 L YA

337 RODIYAH 29 P YA

338 SAEFUL 19 L TIDAK

339 KARYATI 20 P YA

340 ABDUL KHODIR 24 L TIDAK

341 MARIAH 32 P TIDAK

342 SUGINEM 33 P YA

343 LILIS 30 P TIDAK

344 SUDARMA 25 L TIDAK

345 DIDI 38 P TIDAK

346 SUSANTI 25 P TIDAK

347 RIKA 36 P YA

348 SULIMIN 45 L TIDAK

349 SAODAH 43 P TIDAK

350 EEL LESTARI 21 P TIDAK

351 NANANG 57 L TIDAK

Page 157: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

DOKUMENTASI PENGUMPULAN DATA PRIMER

Foto pada saat proses wawancara

LAMPIRAN 5

Page 158: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Foto pada saat pengukuran

Page 159: SKRIPSI - UIN Syarif Hidayatullah Jakartarepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Data obtained from the data clinic medical record in April -June 2013, ... itu, penulis

Foto Kondisi Rumah Responden