SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

9
Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Ikan Kering sebagai Komoditas Unggulan Agribisnis di Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu 1 (Analysis of Added Value and Development Opportunity on Dried Fish as Agribusiness Primary Commodities in Bengkulu City Bengkulu Province) Oleh: Putri Suci Asriani, Gita Mulyasari, Ketut Sukiyono, Musriyadi Nabiu PERHEPI Komisariat Daerah Bengkulu; Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu E-mail: [email protected] ; HP: 085267121508 ABSTRACT The purpose of this research was to identify the opportunity and accordingly effective strategy for further development of fishes agribusiness in Bengkulu City. Kind of fishes which can be potentially developed as agribusiness primary commodities were kepala batu, karang, polapalu, and gaguk. Development strategy were through (1) improving quality and amount produce and also completion of agribusiness subsystems development by preparing production medium, farming efficiency, marketing channel acces, and empowering supporter institute, (2) training and constructing fisher in order to acceleration of technology transformation and optimizing government officer performance and perpetrator of agriculture, (3) improving fisher bargaining position by market guarantee and information, and (4) providing infrastructure to increase productivity and earnings of powered fisher, and optimizing economic institute or co-operation. Key words: agribusiness, primary commodities I. PENDAHULUAN Letak strategis Kota Bengkulu di Pantai Barat Sumatera dan menghadap ke Samudera Hindia berdampak positif pada daerah ini, yaitu memiliki potensi ekonomi yang cukup besar di sektor perikanan. Bengkulu memiliki potensi perairan laut teritorial sebesar 46145 ton per tahun dan potensi perairan laut zona ekonomi eksklusif (ZEE) sebesar 80071 ton per tahun dengan total jumlah nelayan 3756 orang. Dengan potensi laut yang cukup besar ini, sudah semestinya sektor kelautan dan perikanan mendapat prioritas utama. Jelas dari sektor ini dipastikan bakal mampu meraup devisa cukup besar. Jenis ikan tangkapan di wilayah perairan kota sangat beragam, antara lain jenis pelagis besar dan kecil, demersal, dan biota laut lainnya dengan 108 keragaman jenis ikan dan biota laut lainnya. Dalam bentuk segar produk hasil perairan tangkap Kota Bengkulu memasuki pasar ekspor, yaitu untuk komoditi tuna, cakalang, bawal, kerapu, kakap, udang putih, udang windu, lobster, dan 1 Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Komoditi Pertanian di Indonesia, Sabtu 26 Januari 2013 di Universitas Sebelas Maret, Solo.

description

The purpose of this research was to identify the opportunity and accordingly effective strategy for further development of fishes agribusiness in Bengkulu City. Kind of fishes which can be potentially developed as agribusiness primary commodities were kepala batu, karang, polapalu, and gaguk. Development strategy were through (1) improving quality and amount produce and also completion of agribusiness subsystems development by preparing production medium, farming efficiency, marketing channel acces, and empowering supporter institute, (2) training and constructing fisher in order to acceleration of technology transformation and optimizing government officer performance and perpetrator of agriculture, (3) improving fisher bargaining position by market guarantee and information, and (4) providing infrastructure to increase productivity and earnings of powered fisher, and optimizing economic institute or co-operation.

Transcript of SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

Page 1: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Ikan Kering sebagai Komoditas Unggulan Agribisnis di Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu1 (Analysis of Added Value and Development Opportunity on Dried Fish as Agribusiness Primary Commodities in Bengkulu City Bengkulu Province)

Oleh:

Putri Suci Asriani, Gita Mulyasari, Ketut Sukiyono, Musriyadi Nabiu

PERHEPI Komisariat Daerah Bengkulu; Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu

E-mail: [email protected]; HP: 085267121508

ABSTRACT

The purpose of this research was to identify the opportunity and accordingly effective strategy for further development of fishes agribusiness in Bengkulu City. Kind of fishes which can be potentially developed as agribusiness primary commodities were kepala batu, karang, polapalu, and gaguk. Development strategy were through (1) improving quality and amount produce and also completion of agribusiness subsystems development by preparing production medium, farming efficiency, marketing channel acces, and empowering supporter institute, (2) training and constructing fisher in order to acceleration of technology transformation and optimizing government officer performance and perpetrator of agriculture, (3) improving fisher bargaining position by market guarantee and information, and (4) providing infrastructure to increase productivity and earnings of powered fisher, and optimizing economic institute or co-operation. Key words: agribusiness, primary commodities

I. PENDAHULUAN Letak strategis Kota Bengkulu di Pantai Barat Sumatera dan menghadap

ke Samudera Hindia berdampak positif pada daerah ini, yaitu memiliki potensi ekonomi yang cukup besar di sektor perikanan. Bengkulu memiliki potensi perairan laut teritorial sebesar 46145 ton per tahun dan potensi perairan laut zona ekonomi eksklusif (ZEE) sebesar 80071 ton per tahun dengan total jumlah nelayan 3756 orang. Dengan potensi laut yang cukup besar ini, sudah semestinya sektor kelautan dan perikanan mendapat prioritas utama. Jelas dari sektor ini dipastikan bakal mampu meraup devisa cukup besar.

Jenis ikan tangkapan di wilayah perairan kota sangat beragam, antara lain jenis pelagis besar dan kecil, demersal, dan biota laut lainnya dengan 108 keragaman jenis ikan dan biota laut lainnya. Dalam bentuk segar produk hasil perairan tangkap Kota Bengkulu memasuki pasar ekspor, yaitu untuk komoditi tuna, cakalang, bawal, kerapu, kakap, udang putih, udang windu, lobster, dan

1 Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis

Komoditi Pertanian di Indonesia, Sabtu 26 Januari 2013 di Universitas Sebelas Maret, Solo.

Page 2: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

2

teripang. Sedangkan untuk pasaran lokal dan regional, meliputi komoditi ikan tongkol, tenggiri, cucut, gurita, udang dogol, layur, cumi-cumi, dan lain-lain.

Produksi total hasil perikanan tangkap pada tahun 2011 adalah sebesar 29001,5 ton, atau sebesar 36,22% dari potensi lestarinya. Rata-rata 68% dari total perikanan Kota Bengkulu bernilai ekonomis, sisanya sekitar 32% adalah ikan non ekonomis. Sebanyak 90% dari total produk ekonomis tersebut dipasarkan ke luar daerah maupun ekspor, sisanya untuk konsumsi lokal (BPS, 2011). Pemanfaatan ikan non ekonomis dengan rata-rata sebanyak 32% dari total produksi adalah sebagian kecil dikonsumsi segar dan sebagian besar lainnya diolah menjadi ikan kering/asin sebagai upaya pengawetan sehingga dapat dijadikan komoditi andalan daerah. Jenis olahan lainnya yang saat ini mulai dikembangkan adalah tepung ikan.

Ikan kering sebagai produk olahan hasil perikanan di Kota Bengkulu pada umumnya menggunakan ikan-ikan non ekonomis. Usaha pengolahan ikan kering ini berkembang dengan baik di wilayah-wilayah pesisir pantai Kota Bengkulu. Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Selebar Kota Bengkulu merupakan sentra produksi terbesar (Suksesmina, 2012). Letak wilayah ini tepatnya adalah di sisi timur dari Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Letak kampung pengolahan ikan kering ini sangat dekat dengan dermaga pendaratan kapal dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sehingga kemudahan akses untuk ketersediaan bahan baku sangat terjamin.

Berdasarkan survey dan pengamatan visual dapat diketahui bahwa sebagian besar produk olahan, yaitu ikan kering/asin sudah memiliki kualitas yang cukup baik, namun pengemasan produk masih sangat kurang diperhatikan. Hampir sebagian besar produk dijual dalam bentuk curah, walaupun sebagian sudah melalui proses sortasi dan grading.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, dilakukan pemasaran antar kabupaten dalam provinsi, sedangkan untuk kebutuhan luar daerah dilakukan pemasaran antar provinsi. Pemasaran antar provinsi dilandasi oleh permintaan pasar luar daerah, permintaan tersebut masih berfluktuasi. Pemasaran produksi perikanan antar provinsi, tahun 2011 mencapai 1412 ton untuk pasar Sumatera Selatan, Jambi, Jakarta, Surabaya, Sumatera Barat, Lampung, dan sebagian lagi ke Sumatera Utara, Batam serta Riau (Suksesmina, 2012).

Program yang perlu dikembangkan berupa pengembangan komoditas unggulan dan andalan, peningkatan nilai tambah produk hasil perikanan tangkap, pengembangan sistem pemasaran, penyediaan sarana pengangkutan dan penyebaran produk, pengembangan kemitraan dan penstruktur-ulangan sistem dan kelembagaan pertanian dan agroindustri, serta memberikan nilai tambah produk perikanan. Pada dasarnya, nilai tambah bukan diukur dari apa yang sudah dilakukan termasuk segala biaya yang harus dikeluarkan, tetapi dari persepsi nilai pada konsumen. Oleh karena nilai tambah diukur dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand menjadi penting. Apabila persepsi lebih tinggi dapat diberikan melalui value creation dan dilengkapi dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan memberi sumbangan lebih besar (Azfa, 2005 dalam Syahza, et al, 2007).

Pengembangan komoditas unggulan di daerah akan membuka peluang usaha bagi masyarakat terutama di wilayah pesisir. Menurut Basri (2003), suatu peluang usaha akan menjadi sumber pendapatan yang memberikan tambahan

Page 3: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

3

penghasilan kepada masyarakat jika mampu menangkap peluang usaha yang potensial dikembangkan menjadi suatu kegiatan usaha yang nyata. Dengan demikian kemampuan masyarakat memanfaatkan peluang yang ada akan dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam menangkap peluang itu sendiri. Hal kedua adalah kemampuan mengorganisir sumberdaya yang dimiliki sedemikian rupa sehingga peluang yang potensial menjadi usaha yang secara aktual dapat dioperasikan.

Seiring dengan itu, Silva (2006) mengungkapkan, pengembangan agribisnis menyebabkan mata pencaharian masyarakat tidak lagi terbatas pada sektor primer dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi telah memperluas ruang gerak usahanya pada sektor tertier. Kegiatan ini menimbulkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di sekitarnya. Manfaat kegiatan agribisnis ini terhadap aspek ekonomi pedesaan, antara lain: 1) memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; 2) peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar; dan 3) memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Seiring dengan potensi yang ada, kebijakan strategis perlu dipersiapkan untuk mempercepat pertumbuhan sektor perikanan tangkap, khususnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara adalah pengembangan agribisnis dan agroindustri yang terencana baik dan terkait pembangunan sektor ekonomi lainnya. Oleh karena itu, permasalahan pada penelitian ini adalah (1) bagaimana peluang dan strategi pengembangan ikan kering sebagai komoditas unggulan agribisnis di Wilayah Pesisir Kota Bengkulu; dan (2) komoditas apa saja yang berpotensi secara teknis dan sosial ekonomi untuk dikembangkan. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peluang dan strategi pengembangan agribisnis ikan kering di Kota Bengkulu.

II. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kota Bengkulu dengan metode survei. Lokasi yang

dipilih sebagai tempat penelitian adalah Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Selebar Kota Bengkulu sebagai daerah berpotensi untuk pengembangan usaha ikan kering ditinjau dari keragaman jenis, produksi, ketersediaan bahan baku, dan sumberdaya manusianya. Syarat pemilihan lokasi penelitian didasarkan kepada 1) daerah yang terpilih sebagai sampel merupakan daerah yang berpotensi menghasilkan komoditas unggulan dan 2) pengrajin sampel adalah pengrajin dengan sumber pendapatan keluarganya dari hasil olahan ikan kering.

Penelitian ini menggunakan data primer. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA), yaitu suatu pendekatan partisipatif untuk mendapatkan data atau informasi dan penilaian (assesment) secara umum di lapangan dalam waktu relatif pendek. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif melalui pendekatan konsep ekonomi kerakyatan dari berbagai aspek, serta disesuaikan dengan keadaan fisik, ekonomi, dan kebijakan pemerintah. Penentuan komoditas unggulan agribisnis didasarkan kepada beberapa indikator, antara lain 1) luas areal/populasi, 2) produktivitas, 3) produksi, 4) hasil analisis usaha, 5) kesesuaian area, dan 6) kebiasaan pengolahan.

Peluang pengembangan didasarkan kepada hasil perhitungan nilai tambah dan RCR masing-masing komoditas dengan berpedoman kepada Tabel 1.

Page 4: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

4

Tabel 1. Kriteria Peluang Pengembangan Ikan Kering Kriteria RCR* Keterangan

RCR < 1 Tidak ada 1 < RCR < 1,3 Kecil 1,3 < RCR < 1,5 Sedang RCR > 1,5 Sangat besar

*RCR adalah Return Cost Ratio Sumber: Syahza, 2003

Nilai tambah yang diciptakan oleh aktivitas agribisnis dihitung dengan rumus (Syahza, 2001):

lbbbobb

BHHIONT

( atau %100(%) x

HNTx

OINT

o

bb

Keterangan: NT= nilai tambah (Rp/kg bahan baku), O= output (kg/satu proses produksi), Ibb= volume input bahan baku (kg/satu proses produksi), Ho= harga output (Rp/kg), Hbb= harga bahan baku (Rp/kg), dan Blb= biaya di luar bahan baku per unit bahan (Rp/kg bahan baku).

Keuntungan yang diperoleh oleh pengolah (pelaku agribisnis) dapat diketahui dengan rumus:

ITKNTKP %100(%) pN

KPKP

tkbb

tk UIIITK

o

bbp H

ION

Keterangan: KP= keuntungan pengolah (Rp/kg bahan baku), Np= nilai produksi per unit bahan baku (Rp/kg bahan baku), ITK= imbalan tenaga kerja (Rp/kg bahan baku), Itk= input tenaga kerja (HOK/satu proses produksi), Ibb= volume input bahan baku (kg/satu proses produksi), dan Utk= upah rerata tenaga kerja (Rp/HOK).

Strategi pengembangan ikan kering di masa datang menggunakan analisis kualitatif SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Usaha

Usaha pengolahan ikan kering di Kota Bengkulu telah berkembang sejak lama dan dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun menurun, sehingga umumnya sudah menguasai keterampilan dan pengetahuan pengolahannya. Alasan lain yang membuat masyarakat setempat mengolah ikan hasil tangkapan menjadi ikan kering/asin adalah karena mudah dilakukan dan dipasarkan, harga cukup tinggi, serta ketersediaan bahan baku dan pecahayaan sinar matahari yang sangat melimpah. Para pengolah ikan tidak sulit untuk mendapatkan bahan baku pengolahan berupa ikan segar, rata-rata tempat tinggal dan sekaligus tempat

Page 5: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

5

pengolahan ikan berada pada radius jarak yang sangat dekat dengan tempat-tempat pendaratan ikan. Kota Bengkulu merupakan kota pesisir pantai, sehingga hampir sepanjang kota merupakan bibir pantai tempat perahu-perahu nelayan mendarat. Dari segi kondisi lingkungan, berkembangnya usaha pengolahan ikan kering ini juga didukung oleh tersedianya kuantitas dan kualitas ikan segar yang mencukupi dan pemenuhan aspek-aspek teknis yang sesuai untuk pengembangan usaha ikan kering.

Bantuan teknis dan pembinaan terhadap usaha pengolahan ikan kering telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Pemerintah Daerah melalui program PNPM Mandiri. Adapun beberapa fasilitas yang diberikan oleh DKP kepada para pengolah ikan kering adalah berupa: 1. Penyuluhan mengenai teknis pengolahan dan manajemen usaha yang

dilaksanakan secara berkelompok. 2. Penyediaan bantuan sarana dan prasarana pengolahan, antara lain: gudang,

outlet penjualan, waring, dan para-para untuk penjemuran. 3. Pelatihan mengenai teknis pengolahan ikan kering.

Peluang Pengembangan Ikan Kering Kota Bengkulu dengan letak geografis yang memiliki wilayah pesisir luas,

usaha pengolahan ikan kering sangat berpotensi dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku terutama meningkatkan nilai ekonomi ikan-ikan hasil tangkapan yang bernilai ekonomi rendah dan memenuhi kebutuhan konsumen. Jenis ikan kering yang sudah berkembang adalah beledang, karang, polapalu, pora, lidah/kase, kepala batu, dan gaguk.

Berdasarkan potensi produksi dan konsumsi, maka komoditas unggulan ikan kering yang diusulkan adalah ikan kepala batu, ikan polapalu, dan ikan gaguk, namun demikian secara keseluruhan jika didasarkan pada potensi ketersediaan bahan baku maka sesungguhnya hampir seluruh ikan-ikan non ekonomis tersebut memiliki potensi pengembangan. Secara lengkap hasil analisis usaha pengolahan ikan kering disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Peluang Pengembangan Agribisnis Ikan Kering di Kota Bengkulu

Komoditas RCR tanpa Biaya TK Keluarga

RCR dengan Biaya TK Keluarga

Peluang Pengembangan

Ikan Kepala Batu 2,034 1,977 Sangat besar Ikan Polapalu 1,811 1,760 Sangat besar Ikan Gaguk 1,752 1,703 Sangat besar Ikan Karang 1,189 1,156 Kecil Ikan Pora-pora 0,932 0,906 Tidak ada Ikan Lidah/Kase 0,647 0,629 Tidak ada Ikan Beledang 0,568 0,552 Tidak ada Sumber: Analisis data primer (2012)

Nilai Tambah Agribisnis Ikan Kering Bahan baku utama ikan kering yang diusahakan di Kota Bengkulu adalah

ikan segar hasil perikanan tangkap. Sebagaimana telah disampaikan pada bagian pendahuluan, ikan-ikan segar yang memiliki nilai ekonomi rendah selain dijual segar di pasar-pasar lokal, sebagian besar diolah menjadi ikan kering. Para

Page 6: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

6

pengrajin ikan kering membeli bahan baku secara curah dengan beragam jenis ikan yang belum mengalami proses grading dan sortasi dengan harga rata-rata Rp 2.500,00 per kg untuk ikan beledang, lidah/kase, dan pora-pora. Sedangkan untuk ikan gaguk, kepala batu, polapalu, dan karang, per kg-nya dihargai senilai Rp 4.000,00.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa ikan kering dari semua jenis telah mampu menciptakan nilai tambah, namun kemampuan penciptaan keuntungannya relatif masih sangat kecil. Harga penjualan ikan kering rata-rata berada pada kisaran harga Rp 2.250,00 – Rp 8.000,00 per kg. Jika ditinjau dari harga jualnya, sudah dapat diprediksi bahwa nilai tambah yang mampu diciptakan sangat kecil. Hal ini wajar terjadi karena berdasarkan pengamatan langsung di lokasi penelitian, diketahui bahwa tingkat rendemen ikan basah menjadi ikan kering adalah sebesar 80% dengan tingkat kelembaban antara 65-85% yang jika dalam kondisi cuaca panas dapat diselesaikan hanya dalam 1 hari/proses produksi.

Tabel 3. Nilai Tambah Agribisnis Ikan Kering per Proses Produksi

Komoditi Nilai Tambah Keuntungan Pengolah Rp/Kg % Rp/Kg %

Ikan Kepala Batu 7.684,32 68,40 7.643,80 68,04 Ikan Polapalu 5.430,80 51,82 3.873,10 36,95 Ikan Gaguk 6.314,30 64,01 5.964,40 60,47 Ikan Karang 1.731,77 25,54 650,02 9,59 Ikan Pora-pora 498,76 8,99 -1.935,00 -34,88 Ikan Lidah/Kase 149,24 4,03 141,83 3,83 Ikan Beledang 255,80 6,72 247,89 6,51 Sumber: Analisis data primer (2012)

Ikan kering yang memiliki peluang pengembangan sangat besar mampu menghasilkan nilai tambah dan keuntungan bagi pengolah yang juga besar. Namun demikian beberapa ikan kering yang secara umum dikenal konsumen dan mudah didapatkan di pasaran lokal serta ketersediaan bahan bakunya hampir setiap hari ada, yaitu ikan beledang, lidah/kase, dan pora-pora memiliki kemampuan penciptaan nilai tambah yang sangat kecil, bahkan untuk usaha pengeringan ikan pora-pora pengrajin mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan kecilnya skala usaha, padahal sedikit atau banyak ikan yang dijemur relatif jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah sama. Kondisi ini menyebabkan besarnya biaya tenaga kerja tidak mampu ditutupi oleh hasil penjualan produk. Selain itu dikarenakan ketersediaan ikan-ikan segar tersebut sangat melimpah, maka harga jualnya juga rendah.

Untuk ikan kering jenis kepala batu, polapalu, gaguk, dan karang adalah ikan-ikan karang yang terdapat di laut dalam. Pengrajin yang mengusahakan pengeringan ikan jenis ini biasanya adalah pemodal besar dan sekaligus pemilik kapal, maka sudah dapat dipastikan skala usahanya besar, sehingga kemampuan penciptaan nilai tambah dan keuntungan bagi pengrajinpun juga besar.

Terlepas dari kemampuan penciptaan nilai tambah tersebut, secara umum harga jual ikan kering di tingkat produsen masih sangat rendah. Faktor kualitas sangat menentukan, ikan kering yang dihasilkan belum memenuhi standar

Page 7: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

7

kualitas. Dua hal yang mengindikasikan hal tersebut adalah (1) penjualan dalam bentuk curah menggambarkan bahwa produsen belum melakukan grading, sortasi, dan standarisasi produk; dan (2) tingginya tingkat rendemen dan kelembaban menggambarkan masih tingginya kadar air, hal ini membuat tingkat keawetan ikan rendah dan sudah pasti timbangan ikan kering menjadi lebih berat.

Identifikasi Faktor SWOT Faktor kekuatan (Strengths): 1) tersedianya bahan baku yang melimpah

dan potensial dilihat dari posisi lokasi sentra usaha yang dekat dengan lokasi pendaratan kapal dan tempat pelelangan ikan (TPI), 2) otonomi daerah dan keberpihakan pemerintah daerah, dan 3) RCR untuk beberapa komoditas utama ikan kering >1 adalah ikan kepala batu, gaguk, polapalu, dan karang.

Faktor kelemahan (Weakness): 1) pemilikan modal pengrajin masih relatif kecil, 2) kemampuan dan pengetahuan pengrajin dalam pengimplementasian teknologi masih rendah, 3) ketersediaan bahan baku yang melimpah belum termanfaatkan secara optimum, 4) tingkat kehilangan dan kerusakan hasil produksi masih tinggi, 5) mahalnya upah tenaga kerja, 6) budaya mengutamakan kualitas produk oleh pengrajin belum menunjang untuk terlaksananya perbaikan kualitas produk, 7) infrastruktur dan kelembagaan ekonomi masih kurang, dan 8) kurang tenaga aparat penyuluh dan jika ada penyebarannya tidak merata.

Faktor peluang (Opportunities): 1) letak geografis daerah strategis, 2) meningkatnya permintaan pasar, baik dalam maupun luar provinsi, 3) tersedianya sarana prasarana penunjang usaha penangkapan ikan dan program-program pengembangan usaha dari dinas terkait, 4) perdagangan lintas batas, dan berlakunya free trade zone, dan 5) terbukanya peluang investor oleh Pemerintah Kota Bengkulu untuk pengembangan agribisnis perikanan tangkap dan hasil olahannya.

Faktor ancaman (Threats): 1) keengganan bagi generasi muda selaku angkatan kerja untuk terjun ke sektor agribisnis perikanan tangkap, 2) perubahan pemanfaatan area kerja (lahan usaha) untuk kegiatan usaha lain, 3) perdagangan bebas dan arus globalisasi, 4) perubahan cuaca global, 5) curah hujan tinggi, sehingga panas matahari tidak optimal.

Strategi Pengembangan Berdasarkan data identifikasi di atas, maka selanjutnya dapat dianalisis

dengan berbagai metode analisis kuantitatif dan kualitatif untuk menentukan pilihan strategi yang tepat untuk dilakukan. Pengembangan agribisnis ikan kering dapat dilakukan dengan pengembangan usaha, baik secara internal maupun eksternal, antara lain adalah: a. Meningkatkan jumlah dan kualitas hasil olahan melalui penambahan skala

usaha dan penggunaan teknologi pengolahan yang tepat, baik pada proses pengolahan maupun pengemasan.

b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pengrajin melalui pelatihan/penyuluhan/pendampingan terstruktur guna dapat menyerap pengetahuan teknologi pengolahan ikan kering dan mengakses informasi harga dan pasar.

Page 8: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

8

c. Membangun infrastruktur yang mendukung peningkatan hasil dan mobilitas produksi.

d. Memfungsikan secara baik dan tepat lembaga ekonomi yang ada, seperti lembaga perbankan dan koperasi, serta kelompok-kelompok usaha binaan yang ada.

e. Menambah dan meningkatkan kualitas tenaga penyuluh dan pendamping lapangan.

f. Meningkatkan daya tarik usaha ikan kering di Kota Bengkulu melalui diversifikasi produk dan kemasan serta penyediaan sarana pasar sebagai tempat penjualan produk yang lebih terbuka, sehingga produk lebih menarik dan dikenal.

g. Spesifikasi jenis ikan didasarkan pada potensi peluang pengembangannya. h. Membentuk industri-industri kreatif yang mewadahi produk ikan kering

sebagai komoditas unggulan agribisnis Kota Bengkulu.

Pesaing pengolah ikan di Provinsi Bengkulu adalah masuknya produk ikan kering dari provinsi sekitar Provinsi Bengkulu, seperti Palembang, Jambi, Medan, dan Padang. Namun demikian, ikan kering yang masuk umumnya adalah jenis – jenis ikan kering yang tidak atau relatif sedikit di produksi di provinsi Bengkulu, seperti sepat Jambi, Teri Medan, Artinya, pengolah ikan di Provinsi Bengkulu hanya bersaing di pasar lokal, yang jumlahnya relatif tidak besar. Hal ini ditandai dengan lebih banyaknya produk ikan Provinsi Bengkulu yang dipasarkan ke luar. Di samping itu, segmen pasar produk ikan kering dari luar Provinsi Bengkulu tampaknya berbeda dengan produk dari Provinsi Bengkulu.

Sementara itu, persaingan yang terjadi pada di antara pengrajin ikan kering di Provinsi Bengkulu tidak tajam. Umumnya, pengolah ikan kering telah mempunyai pelanggan tetap atau pengumpul yang tetap. Berapapun jumlah yang dapat dihasilkan oleh pengrajin ikan kering dapat ditampung oleh pedagang pengumpul. Oleh sebab itu, pasar bagi pengajin ikan kering bukan menjadi permasalahan utama.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Komoditas ikan kering yang dapat dijadikan komoditas unggulan Kota Bengkulu adalah ikan kepala batu, ikan gaguk, ikan polapalu, dan ikan karang. Pilihan strategi pengembangan yang dapat dilakukan antara lain melalui: 1) meningkatkan jumlah dan kualitas hasil olahan melalui penambahan skala usaha dan penggunaan teknologi pengolahan yang tepat, 2) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pengrajin melalui pelatihan/penyuluhan/pendampingan terstruktur, 3) membangun infrastruktur pendukung dan memfungsikan secara baik dan tepat lembaga ekonomi yang ada, 3) menambah dan meningkatkan kualitas tenaga penyuluh dan pendamping lapangan, 4) meningkatkan daya tarik usaha ikan kering di Kota Bengkulu melalui diversifikasi produk dan kemasan serta penyediaan sarana pasar, 5) spesifikasi jenis ikan dan membentuk industri-industri kreatif yang mewadahi produk ikan kering sebagai komoditas unggulan agribisnis Kota Bengkulu.

Page 9: SemNas Ekonomi Kreatif 2013_Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Usaha

9

Saran Implikasi dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah dalam

menjamin kesuksesan pengembangan agribisnis ikan kering sebagai komoditas unggulan di Kota Bengkulu, pihak pemerintah daerah seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek perbaikan kualitas dan pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA Basri, Y. Z. 2003. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Usahawan

Indonesia XXXII (03): 49-55. Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Bengkulu Dalam Angka. Laporan Tahunan

(tidak dipublikasikan). Provinsi Bengkulu. Silva, R dan RM Riadi. 2006. Pengaruh Pembangunan Perkebunan Kelapa

Sawit terhadap Ekonomi Regional Daerah Riau. Jurnal Sorot I (01): 31-36.

Suksesmina. 2012. Profil Perikanan dan Kelautan Kota “Bunga Raflesia”. http://suksesmina.wordpress.com/2012/05/01/profil-perikanan-dan-kelautan-kota-bunga-raflesia/. Diakses pada 4 Desember 2012.

Syahza, A. 2001. Penelitian dan Pengembangan Agribisnis di Kabupaten Karimun. Laporan Penelitian. Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Riau. Pekanbaru.

________. 2003. Analisis Ekonomi Usahatani Hortikultura sebagai Komoditi Unggulan Agribisnis di Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Perspektif VIII (01): 101-112.

________ dan Caska. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Peluang Pengembangan Bebuahan sebagai Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Karimun Propinsi Riau. Jurnal Eksekutif IV (03).