sampah

10
JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2 187 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANTARAN SUNGAI KALI NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Akhmad Riduan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai Jl. Kuripan Murung Sari 54 Amuntai 71417 Abstrak: Garbage is a public issue completely unresolved despite the role of the autonomous regional government have been involved. Hulu Sungai in the North, of which waste management efforts hampered by low participation of the people especially those living on the banks of the Sungai Kali Nagara. To that end, the Office of Markets, Sanitation and City Planning of North Hulu Sungai need to intensify dissemination through attachment stickers and billboards to participate involving clerical roles/council study groups. Efforts to establish a village/sub- district as a pilot project given litter-free zone should also be initiated in addition to the race hygiene among rural/village by taking into account the availability of facilities and infrastructure are monitored periodically. To be effective, it needs coordination among related institutions and adequate budgetary support by the local government. Kata kunci: partisipasi masyarakat, pengelolaan sampah PENDAHULUAN Salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat modern adalah sampah sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan peru- bahan pola konsumsi masyarakat sehingga volume sampah dirasakan semakin hari sema- kin banyak. Dibalik itu, persoalan sampah su- kar dicarikan solusi efektifnya sebab acapkali erat kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana kebersihan yang memadai oleh pe- merintah selaku alat negara di samping faktor lain seperti kebiasaan dan partisipasi masya- rakat sendiri sebagai produsen utama sampah. Usman (2003, 234) mengungkapkan, manu- sia mempunyai kemampuan untuk merubah dan memberi ciri pada lingkungan fisik atau- pun lingkungan biologi. Diamond (Hartining- sih, Kompas edisi 16 April 2009) menimpali, penyebab kehancuran suatu bangsa pada ma- sa lalu adalah musnahnya manusia karena de- gradasi lingkungan dan sumber daya alam yang parah, penyakit, perang antar negara, maupun konflik karena elit politik terus-me- nerus berebut kekuasaan. Undang-undang Dasar Republik Indo- nesia 1945 Pasal 28H ayat (1) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh karenanya pemerintah berkewajiban untuk memberikan pelayanan publik berkenaan de- ngan pengelolaan sampah ditunjang dengan euforia. Otonomi daerah yang berarti kewe- nangan luas telah diberikan kepada setiap pe- merintah propinsi, kabupaten/kota. Di Kabu- paten Hulu Sungai Utara yang memiliki luas 892,70 km 2 atau 2,38 persen dari keseluruhan luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dan 80% diantaranya merupakan lahan rawa, upa- ya pengelolaan sampah dibekali dengan Per- aturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara Nomor 3 Tahun 1992 ten-

description

sampah

Transcript of sampah

  • JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

    187

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANTARAN

    SUNGAI KALI NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    Akhmad Riduan

    Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai

    Jl. Kuripan Murung Sari 54 Amuntai 71417

    Abstrak: Garbage is a public issue completely unresolved despite the role of the

    autonomous regional government have been involved. Hulu Sungai in the North, of

    which waste management efforts hampered by low participation of the people

    especially those living on the banks of the Sungai Kali Nagara. To that end, the

    Office of Markets, Sanitation and City Planning of North Hulu Sungai need to

    intensify dissemination through attachment stickers and billboards to participate

    involving clerical roles/council study groups. Efforts to establish a village/sub-

    district as a pilot project given litter-free zone should also be initiated in addition to

    the race hygiene among rural/village by taking into account the availability of

    facilities and infrastructure are monitored periodically. To be effective, it needs

    coordination among related institutions and adequate budgetary support by the local

    government.

    Kata kunci: partisipasi masyarakat, pengelolaan sampah

    PENDAHULUAN

    Salah satu masalah yang dihadapi oleh

    masyarakat modern adalah sampah sebagai

    akibat dari pertambahan penduduk dan peru-

    bahan pola konsumsi masyarakat sehingga

    volume sampah dirasakan semakin hari sema-

    kin banyak. Dibalik itu, persoalan sampah su-

    kar dicarikan solusi efektifnya sebab acapkali

    erat kaitannya dengan penyediaan sarana dan

    prasarana kebersihan yang memadai oleh pe-

    merintah selaku alat negara di samping faktor

    lain seperti kebiasaan dan partisipasi masya-

    rakat sendiri sebagai produsen utama sampah.

    Usman (2003, 234) mengungkapkan, manu-

    sia mempunyai kemampuan untuk merubah

    dan memberi ciri pada lingkungan fisik atau-

    pun lingkungan biologi. Diamond (Hartining-

    sih, Kompas edisi 16 April 2009) menimpali,

    penyebab kehancuran suatu bangsa pada ma-

    sa lalu adalah musnahnya manusia karena de-

    gradasi lingkungan dan sumber daya alam

    yang parah, penyakit, perang antar negara,

    maupun konflik karena elit politik terus-me-

    nerus berebut kekuasaan.

    Undang-undang Dasar Republik Indo-

    nesia 1945 Pasal 28H ayat (1) memberikan

    hak kepada setiap orang untuk mendapatkan

    lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh

    karenanya pemerintah berkewajiban untuk

    memberikan pelayanan publik berkenaan de-

    ngan pengelolaan sampah ditunjang dengan

    euforia. Otonomi daerah yang berarti kewe-

    nangan luas telah diberikan kepada setiap pe-

    merintah propinsi, kabupaten/kota. Di Kabu-

    paten Hulu Sungai Utara yang memiliki luas

    892,70 km2 atau 2,38 persen dari keseluruhan

    luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dan

    80% diantaranya merupakan lahan rawa, upa-

    ya pengelolaan sampah dibekali dengan Per-

    aturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

    Hulu Sungai Utara Nomor 3 Tahun 1992 ten-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANTARAN SUNGAI KALI

    NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    Akhmad Riduan

    188

    tang kebersihan, keindahan, dan kesehatan

    Lingkungan serta Peraturan Daerah Kabupa-

    ten Hulu Sungai Utara Nomor 13 Tahun 2005

    tentang Retribusi Pelayanan Persampahan

    dan Kebersihan. Namun, upaya tersebut dian-

    taranya terkendala oleh rendahnya partisipasi

    masyarakat di bantaran sungai Kali Nagara

    dimana sebagian kawasan ini berada dalam

    wilayah administratif Kecamatan Amuntai

    Tengah yang berada di pusat kota dan meru-

    pakan kawasan utama kegiatan pengelolaan

    sampah. Secara kasat mata terlihat sampah

    yang berhamburan dari karena tidak dibuang

    pada tempatnya, tumpukan sampah baik di

    bak sampah ataupun di tempat pembuangan

    sementara (TPS) akibat pembuangan sampah

    diluar jam yang ditentukan, tiadanya pemi-

    lahan sampah ditingkat domestik (rumah

    tangga), dan yang lebih memprihatinkan ada-

    lah aktivitas pembuangan sampah ke sungai

    tidak terkecuali di pasar Amuntai sendiri

    yang persis berada di bantaran sungai. Hal ini

    diperparah dengan pola pemukiman pendu-

    duk yang umumnya mengikuti alur sungai

    dan terkesan tidak tertata. Ironi semakin me-

    lebar tatkala struktur masyarakat Kabupaten

    Hulu Sungai Utara cenderung homogen dan

    dikenal religius dengan banyaknya sentra ke-

    giatan keagamaan tradisional maupun lem-

    baga pendidikan agama dari tingkat dasar

    hingga Perguruan Tinggi diberbagai sudut

    kota Amuntai.

    Partisipasi Masyarakat

    Pembangunan masyarakat yang menu-

    rut Ruopp (Ndraha, 1990, 101) ditekankan

    untuk mengubah keadaan dari yang kurang

    dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik

    ternyata sangatlah mensyaratkan adanya par-

    tisipasi masyarakat sebagaimana telah dinya-

    takan oleh banyak orang.

    Bhattacharyya (Ndraha, 1990, 102) me-

    nyebutkan partisipasi sebagai pengambilan

    bagian dalam kegiatan bersama.

    Mubyarto (Ndraha, 1990, 102) menya-

    takan bahwa partisipasi kesediaan untuk

    membantu berhasilnya setiap program sesuai

    kemampuan setiap orang tanpa berarti me-

    ngorbankan kepentingan diri sendiri.

    Sumardi dan Evers (1982, 3) menga-

    takan, partisipasi adalah ikut sertanya suatu

    kesatuan untuk mengambil bagian dalam ak-

    tivitas yang dilaksanakan oleh susunan kesa-

    tuan yang lebih besar.

    Dari beberapa definisi di atas, partisipa-

    si masyarakat dapat diartikan sebagai keikut-

    sertaan masyarakat dalam suatu kegiatan ber-

    sama sesuai dengan kemampuannya masing-

    masing untuk menunjang pencapaian tujuan

    tertentu tanpa mengorbankan kepenting-an

    diri sendiri. Lebih dari itu, partisipasi ber-

    sangkut paut dengan tiga hal yakni mental

    and emotional involvement (keterlibatan

    mental dan emosi), motivation to contribute

    (dorongan untuk memberikan sumbangan),

    dan acceptance of responsibility (penerimaan

    tanggung jawab) sebagaimana diungkapkan

    Davis (Hurairah, 2008, 95). Sedangkan me-

    nurut Kweit dan Kweit (Kumorotomo, 2001,

    117) ada dua unsur pokok mengapa partisi-

    pasi itu penting yakni bahwa sesungguhnya

    rakyat sendirilah yang paling paham menge-

    nai kebutuhannya dan adanya kenyataan bah-

    wa pemerintahan yang modern cenderung se-

    makin luas dan kompleks hingga birokasi

    tumbuh membengkak diluar kendali.

    Mengutip pendapat dari beberapa pakar

    Barat, Ndraha (Hurairah, 2008, 96) menyim-

    pulkan bahwa partisipasi masyarakat meliputi

    beberapa kegiatan sebagai berikut:

    a. Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain (contact change) sebagai satu

    diantara titik awal perubahan sosial;

    b. Partisipasi dalam memperhatikan/ menye-rap dan memberi tanggapan terhadap inf-

    ormasi, baik dalam arti menerima (me-

    naati, menerima dengan syarat maupun

    dalam arti menolaknya);

  • JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

    189

    c. Partisipasi dalam perencanaan pemba-ngunan termasuk pengambilan keputusan

    (penetapan rencana);

    d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan;

    e. Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan

    (participation in benefit);

    f. Partisipasi dalam menilai hasil pemba-ngunan.

    Pengelolaan Sampah

    Dalam kehidupan sehari-hari, manusia

    selalu bersentuhan dengan sampah terutama

    sekali sampah rumah tangga. Kastaman dan

    Kramadibrata (2007, 11) mengungkapkan,

    dalam kegiatan kehidupan domestiknya, se-

    tiap manusia memproduksi sejumlah sampah

    dalam bentuk padatan dengan volume ruang

    antara 3 s.d. 5 liter atau sekitar 1 s.d. 3 kg

    sampah/hari, baik sampah organik (tinja, sisa

    dapur, sisa makanan) maupun sampah anor-

    ganik (kertas, plastik, kaca dan sebagainya).

    Departemen Pekerjaan Umum menyata-

    kan sampah adalah limbah yang bersifat pa-

    dat, yang terdiri dari zat organik dan zat anor-

    ganik, yang dianggap tidak berguna lagi dan

    harus dikelola agar tidak membahayakan

    lingkungan dan melindungi investasi pem-

    bangunan.

    Hakim, dkk. (2006, 1) menyatakan sam-

    pah selalu identik dengan barang sisa atau ha-

    sil buangan tak berharga. Meski setiap hari

    manusia selalu menghasilkan sampah, manu-

    sia pula yang paling menghindari sampah.

    Sedangkan Rahman menerangkan, sampah

    merupakan material sisa yang tidak diingin-

    kan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah

    merupakan konsep buatan manusia, dalam

    proses-proses alam tidak ada sampah, yang

    ada hanya produk-produk yang tak bergerak.

    Sampah dapat berada pada setiap fase materi:

    padat, cair, atau gas.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan

    bahwa sampah adalah barang sisa atau hasil

    buangan dari masyarakat ataupun industri

    yang dianggap tak memiliki guna lagi, baik

    berbentuk padat, cair ataupun gas. Oleh Kas-

    taman dan Kramadibrata (2007, 74), sampah

    bersumber dari rumah tangga, daerah komer-

    sial, institusi, sampah dari sisa-sisa konstruksi

    bangunan, fasilitas umum, sampah dari hasil

    pengolahan air buangan serta sisa-sisa pem-

    bakaran dari incinerator, industri, dan sam-

    pah pertanian.

    Dewasa ini, upaya pengelolaan sampah

    sangat penting sebab terdapat kebijakan stra-

    tegis dari pemerintah berupa pendekatan pe-

    ngurangan sampah dengan konsep Reduce,

    Reuse, dan Recycle (3R) atau mengurangi,

    menggunakan kembali, dan mendaur ulang

    (3M) agar dapat tercapai program zero

    waste pada tahun 2025. Berkaitan dengan

    hal tersebut Kastaman dan Kramadibrata

    (2007, 17) mengutarakan, input yang dibu-

    tuhkan untuk pengelolaan persampahan ini

    adalah manusia, peralatan, biaya, dan metode

    pengelolaan yang saling berkaitan. Secara

    implisit di sini ditegaskan peran pemerintah

    sebagaimana ditandaskan Sadyohutomo

    (2008, 133), penyediaan prasarana dan sarana

    umum merupakan tanggung jawab pemerin-

    tah karena menyangkut hajat hidup orang

    banyak, baik untuk memenuhi kebutuhan po-

    kok sehari-hari maupun kebutuhan sekunder.

    Tanggung jawab tersebut menyangkut penye-

    diaan dan pengaturan dalam pengelolaan pra-

    sarana dan sarana. Di sisi lain upaya penge-

    lolaan sampah membutuhkan koordinasi di

    antara beberapa instansi terkait. Dikatakan

    Nurcholis (2007, 271) dengan koordinasi ma-

    ka arah, tujuan, dan tindakan yang akan dila-

    kukan menjadi jelas. Koordinasi juga akan

    menciptakan kesatupaduan tindakan dan me-

    tode yang akan dipakai serta memperjelas

    pembagian pekerjaan antar dinas dan lem-

    baga teknis. Hal ini perlu diperhatikan secara

    cermat sebab semakin meningkat kebutuhan

    akan koordinasi semakin meningkat pula ke-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANTARAN SUNGAI KALI

    NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    Akhmad Riduan

    190

    sukaran untuk melaksanakannya secara efek-

    tif seperti diungkapkan Djatmiko (2003, 63).

    Secara empirik, dalam pengelolaan

    sampah peran masyarakat juga tidak bisa di-

    kesampingkan sebab diakui Kastaman dan

    Kramadibrata (2007, 18) masyarakat banyak

    berperan dalam proses penempatan dan pe-

    ngumpulan sampah sehingga memudahkan

    dalam pemindahan, pengangkutan, penge-

    lolaan, serta pemanfaatan dan pembuangan

    sampah akhir yang selama ini ditangani oleh

    pemerintah daerah. Oleh karenanya, didalam

    Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Hulu

    Sungai Utara Nomor 3 Tahun 1992 tentang

    Kebersihan, Keindahan, dan Kesehatan Ling-

    kungan Bab II Ketentuan Tugas dan Kewa-

    jiban Pasal 3 telah disinggung bahwa masya-

    rakat berkewajiban mewujudkan dan bertang-

    gung jawab atas tertibnya kebersihan, kein-

    dahan, dan kesehatan lingkungan terhadap

    tanah bangunan dan pekarangan yang di-

    miliki atau ditempati. Pada Peraturan Daerah

    Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 13 Ta-

    hun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Per-

    sampahan dan Kebersihan Bab X Teknis Per-

    sampahan Pasal 17 ayat (1) dan (2) dijelas-

    kan:

    (1) Waktu pembuangan sampah oleh masya-rakat dilakukan mulai pukul 20.00-07.00

    wita.

    (2) Pembuangan sampah sebagaimana di-maksud pada ayat (1) dilakukan dengan

    membungkus dalam kantongan plastik

    atau sejenisnya dan menempatkan pada

    bak-bak sampah yang telah disediakan

    atau di halaman rumah masing-masing

    yang mudah dilalui mobil pengangkut

    sampah atau gerobak sampah.

    Dalam Peraturan Daerah Kabupaten

    Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara Nomor

    3 Tahun 1992 tentang Kebersihan, Keindahan

    dan Kesehatan Lingkungan Bab III Ketentuan

    Larangan Pasal 14 poin b juga ditegaskan

    bahwa untuk menjaga kebersihan dilarang

    membuang sampah dan atau barang-barang

    sebagaimana dimaksud dalam Sub a pasal ini

    di jalan-jalan umum, tempat-tempat umum,

    saluran umum, sungai dan halaman atau pe-

    karangan orang lain. Kemudian pada Pasal 19

    poin a disebutkan bahwa untuk menjaga ke-

    sehatan lingkungan dilarang membakar sam-

    pah, kotoran-kotoran dan pengasapan rotan

    dengan belerang di sembarang tempat.

    Sebagai realisasi dari penerapan otono-

    mi daerah, keberadaan Peraturan Daerah Ka-

    bupaten Hulu Sungai Utara Nomor 13 Tahun

    2005 tentang Retribusi Pelayanan Persam-

    pahan dan Kebersihan merupakan instrumen

    guna menopang pembiayaan pembangunan

    daerah berbasiskan masyarakat. Dalam hal ini

    penerimaan daerah dari retribusi sampah akan

    turut mempengaruhi terhadap kapasitas pem-

    biayaan daerah dimana kemampuan keuang-

    an daerah ditentukan oleh adanya sumber

    pendapatan daerah dan tingkat lukratifnya

    sebagaimana dijelaskan Davey (Nurcholis,

    2007, 175).

    Pada Peraturan Daerah Kabupaten Hulu

    Sungai Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang

    Retribusi Pelayanan Persampahan dan Keber-

    sihan Bab II Nama, Obyek dan Subyek Re-

    tribusi Pasal 3 ditandaskan bahwa obyek

    retribusi meliputi: (a) pengambilan dan pe-

    ngangkutan sampah dari sumber ke TPA; (b)

    pengambilan dan pengangkutan sampah dari

    TPS ke TPA; (c) penyediaan TPS dan TPA;

    (d) pengelolaan dan atau pemusnahan sampah

    di TPA; (e) pelayanan kebersihan jalan

    umum, drainase dan taman; (f) pelayanan ke-

    bersihan pasar; (g) pelayanan kebersihan ter-

    minal dan fasilitas umum lainnya; dan (h)

    pelayanan persampahan untuk kegiatan in-

    sidentil/pertunjukan.

    Berkaitan dengan pemungutan retribusi

    persampahan, pada Bab VIII Tatacara Pemu-

    ngutan Retribusi Pasal 14 ayat (1) hingga

    ayat (3) dijelaskan: (1) penunjukan petugas

    persampahan oleh pemerintahan desa dan

    kelurahan sekaligus sebagai petugas pemu-

    ngut retribusi sampah; (2) pemungutan re-

  • JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

    191

    tribusi sampah oleh petugas desa atau kelu-

    rahan dikeluarkan dengan menggunakan do-

    kumen resmi pemungutan yang dikeluarkan

    oleh Dinas Pendapatan Daerah; dan (3) retri-

    busi sampah yang dipungut oleh petugas per-

    sampahan desa/kelurahan disetor kepada pe-

    merintahan desa/kelurahan selanjutnya kepala

    desa atau lurah atau petugas yang ditunjuk

    menyetor hasil retribusi sampah ke kas dae-

    rah melalui Dinas Pendapatan Daerah.

    Adapun untuk mengantisipasi timbul-

    nya resistensi dari masyarakat, pada Peratur-

    an Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu

    Sungai Utara Nomor 3 Tahun 1992 tentang

    Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Ling-

    kungan Bab V Ketentuan Pidana Pasal 21

    ayat (1) dan (2) telah dijabarkan: (1) barang

    siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan

    yang terdapat dalam Pasal 14, 15, 16, 17, 18

    dan pasal 19 diancam dengan pidana kurung-

    an selama-lamanya 1 (satu) bulan atau denda

    sebanyak-banyaknya Rp 50.000,00 (lima pu-

    luh ribu rupiah) dan (2) tindak pidana

    sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ada-

    lah pelanggaran.

    Sementara itu, dalam Peraturan Daerah

    Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 13

    Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Per-

    sampahan dan Kebersihan Bab XI Ketentuan

    Pidana Pasal 20 ayat (1) sampai dengan ayat

    (5) bahkan dijelaskan sebagai berikut: (1)

    wajib retribusi yang tidak melaksanakan ke-

    wajibannya sehingga merugikan keuangan

    daerah diancam dengan pidana kurungan pa-

    ling lama tiga bulan atau denda setinggi-ting-

    ginya Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta ru-

    piah); (3) pembuangan sampah yang dilaku-

    kan tidak sesuai dengan ketentuan sebagai-

    mana dimaksud dalam pasal 17 Peraturan

    Daerah ini diancam dengan pidana kurungan

    paling lama tiga bulan atau denda setinggi-

    tingginya Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

    rupiah); (4) pelanggaran terhadap ketentuan

    larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal

    19 Peraturan Daerah ini diancam dengan pi-

    dana kurungan paling lama tiga bulan atau

    denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,00

    (lima puluh juta rupiah); (5) Tindak pidana

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2),

    dan (3) adalah pelanggaran; dan (6) hasil pe-

    negakan Peraturan Daerah ini berupa pemba-

    yaran denda oleh terpidana merupakan pen-

    dapatan daerah dan disetor ke kas daerah.

    METODE PENELITIAN

    Pendekatan kualitatif dalam penelitian

    ini dipilih guna menganalisa permasalahan

    berkenaan partisipasi masyarakat di bantaran

    sungai Kali Nagara Kabupaten Hulu Sungai

    Utara dalam pengelolaan sampah domestik

    (rumah tangga). Cara ini ditempuh oleh kare-

    na sifat permasalahan yang belum jelas, ber-

    sifat holistik, kompleks, dinamis serta penuh

    makna sebagaimana diungkapkan Wahyu

    (2007, 50). Adapun jenis penelitian yang di-

    gunakan bersifat deskriptif sebagaimana di-

    mungkinkan dalam pendekatan kualitatif di

    mana data diperoleh melalui observasi, wa-

    wancara berdasarkan teknik purposive sam-

    pling, dan studi dokumentasi.

    Data yang telah terkumpul akan dianali-

    sis melalui beberapa tahapan seperti disam-

    paikan Miles dan Huberman (Wahyu dkk,

    2007, 60) terdiri atas data reduction, data

    display, dan conclusion drawing/verification

    ditunjang dengan uji kredibilitas data melalui

    perpanjangan pengamatan, meningkatkan ke-

    tekunan, triangulasi, analisis kasus negatif,

    penggunaan bahan referensi, serta member

    check sebagaimana dikemukakan Sugiyono

    (2009, 270).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan

    Sampah

    Di Kabupaten Hulu Sungai Utara, upa-

    ya pengelolaan sampah melalui Dinas Pasar,

    Kebersihan dan Tata Kota meliputi empat ke-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANTARAN SUNGAI KALI

    NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    Akhmad Riduan

    192

    camatan dari 10 kecamatan yang ada di Ka-

    bupaten Hulu Sungai Utara yakni kecamatan

    Amuntai Tengah, Amuntai Selatan, Amuntai

    Utara, dan Banjang. Dari empat kecamatan

    tersebut, kecamatan Amuntai Tengah yang

    tepat berada di pusat kota menjadi kawasan

    utama pengelolaan sampah dimana Sungai

    Kali Nagara melintasi beberapa desa/kelurah-

    an seperti Paliwara, Murung Sari, Kebun Sa-

    ri, Tangga Ulin Hulu, Tangga Ulin Hilir Pa-

    lampitan Hulu, Palampitan Hilir, Kota Raden,

    dan Kembang Kuning. Kecamatan lainnya

    yang merupakan kawasan pengelolaan sam-

    pah adalah Alabio, Babirik, dan Danau Pang-

    gang walaupun tidak dilakukan seintensif em-

    pat kecamatan di atas yang cenderung lebih

    mudah dijangkau oleh armada pengangkut

    sampah.

    Dengan melihat sampah domestik (ru-

    mah tangga) di Kabupaten Hulu Sungai Utara

    yang bervolume sekitar 80 m3/hari maka pe-

    ran masyarakat harus diikutkan mengacu pa-

    da beberapa alasan filosofis yang disampai-

    kan Kweit dan Kweit (Kumorotomo, 2001,

    117). Lagipula dalam Peraturan Daerah Ka-

    bupaten Tingkat II Hulu Sungai Utara Nomor

    3 Tahun 1992 tentang Kebersihan, Keindah-

    an, dan Kesehatan Lingkungan Bab II Ke-

    tentuan Tugas dan Kewajiban Pasal 3 telah

    disinggung berkenaan dengan hal tersebut.

    Sebelum diangkut ke Tempat Pembua-

    ngan Akhir (TPA) Regional yang berlokasi di

    Desa Tayur Kecamatan Amuntai Utara atau

    sekitar 10 km dari Kota Amuntai untuk dipro-

    ses lebih lanjut, sampah ditempatkan di bak-

    bak sampah atau TPS yang secara dominan

    disediakan oleh pemerintah daerah di bebera-

    pa ruas tepi jalan dan di bantaran sungai atau

    ditumpuk di tepi jalan karena ketiadaan bak

    sampah atau TPS yang terdekat. Namun seba-

    gian warga masyarakat masih suka mem-

    buang sampah di luar jam yang ditentukan

    sehingga sampah menumpuk setiap saat dan

    sebagian lainnya membuang sampah dengan

    cara ditumpuk disamping bak sampah semen-

    tara bak sampahnya sendiri dalam keadaan

    kosong. Adapun warga masyarakat yang ber-

    mukim di bantaran sungai Kali Nagara keba-

    nyakan membuang sampah ke sembarang

    tempat atau ke sungai selain dengan cara

    pembakaran dan penimbunan sampah. Feno-

    mena demikian tentunya bertentangan dengan

    Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai

    Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang Re-

    tribusi Pelayanan Persampahan dan Keber-

    sihan Bab X Teknis Persampahan Pasal 17

    ayat (1) dan (2) serta Peraturan Daerah Kabu-

    paten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara

    Nomor 3 Tahun 1992 tentang Kebersihan,

    Keindahan dan Kesehatan Lingkungan Bab

    III Ketentuan Larangan Pasal 14 poin b dan

    Pasal 19 poin a.

    Pembuangan sampah yang tidak meng-

    indahkan ketentuan dapat menyebabkan ter-

    hambatnya penciptaan lingkungan Kabupaten

    Hulu Sungai Utara yang baik dan sehat sebab

    salah satu faktor dasar dalam pengelolaan

    sampah adalah pewadahan sampah mengacu

    Kastaman dan Kramadibrata (2007, 17).

    Guna memudahkan aktivitas peman-

    faatan sampah di tingkat akhir melalui sistem

    controlled landfill, kegiatan pemilahan sam-

    pah basah dan kering di tingkat domestik ten-

    tunya akan sangat membantu efisiensi kerja

    Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

    Untuk keperluan ini pemerintah setempat te-

    lah menyiapkan TPS yang disekat secara ter-

    pisah dalam satu wadah di beberapa lokasi

    agar pemilahan sampah oleh warga masya-

    rakat termasuk yang bermukim di bantaran

    sungai menjadi lebih mudah namun sampah

    secara umum ternyata masih bercampur aduk

    yang mengindikasikan tiadanya pemilahan

    sampah. Walaupun begitu, pemilahan sampah

    terlihat dilakukan oleh para pemulung yang

    biasanya beroperasi pada waktu malam se-

    hingga relatif membantu dalam pemilahan

    sampah namun sayangnya tidak dirapikan

    kembali. Rendahnya partisipasi masyarakat

    dalam menopang penyelenggaraan pengelola-

  • JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

    193

    an sampah terlihat jelas padahal pemilahan

    sampah diakui dapat memudahkan proses pe-

    ngumpulan sampah seperti diungkapkan Kas-

    taman dan Kramadibrata (2007, 17). Dilain

    pihak, baik di dalam Peraturan Daerah Ka-

    bupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Utara

    Nomor 3 Tahun 1992 tentang Kebersihan,

    Keindahan dan Kesehatan Lingkungan mau-

    pun Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Su-

    ngai Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang

    Retribusi Pelayanan Persampahan dan Keber-

    sihan tidak diatur secara eksplisit berkaitan

    dengan pemilahan sampah sehingga merepot-

    kan instansi terkait ketika mengimplemen-

    tasikannya.

    Sebagai realisasi dari penerapan otono-

    mi daerah, keberadaan Peraturan Daerah

    Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 13

    Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Per-

    sampahan dan Kebersihan merupakan instru-

    men guna menopang pembiayaan pemba-

    ngunan daerah berbasiskan partisipasi masya-

    rakat sebagaimana terlihat pada Bab II Nama,

    Obyek dan Subyek Retribusi Pasal 3.

    Melalui hal tersebut, efektivitas kegiat-

    an pengelolaan sampah di Kabupaten Hulu

    Sungai Utara dapat tercapai dan partisipasi

    masyarakat dapat pula ditumbuhkan di mana

    tarif retribusi telah disusun secara terperinci

    mengacu pada Undang-undang Republik In-

    donesia Nomor 34 Tahun 2000. Akan tetapi

    retribusi sampah tidak berjalan baik dimana

    selama tahun 2011 atau tepatnya bulan Ja-

    nuari, Maret, Mei, Juni, dan Agustus dike-

    tahui retribusi sampah yang dapat dipungut

    masing-masing hanya berjumlah Rp

    400.000,00 per bulan sementara di bulan Fe-

    bruari, April, dan Juli malah tidak ada sama

    sekali. Kondisi demikian kontraproduktif de-

    ngan Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Su-

    ngai Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang

    Retribusi Pelayanan Persampahan dan Keber-

    sihan Bab VIII Tatacara Pemungutan Retri-

    busi Pasal 14 ayat (2) yang secara tegas me-

    nyatakan hal tersebut. Artinya, partisipasi

    masyarakat dalam bentuk iuran uang yang

    dikatakan Sulaiman (Hurairah, 2008, 103) be-

    rada dalam derajat yang rendah sehingga ti-

    dak mampu menopang anggaran kegiatan pe-

    ngelolaan sampah oleh pemerintah kabupaten

    Hulu Sungai Utara yang cukup kecil sebagai-

    mana misalnya terlihat pada DPA Satuan

    Kerja Perangkat Daerah Dinas Pasar, Keber-

    sihan dan Tata Kota tahun 2011 yang ber-

    jumlah Rp 1.521.990.000,00. Dengan kata

    lain, penerimaan daerah dari retribusi sampah

    yang minim turut mempengaruhi terhadap

    kapasitas pembiayaan daerah sebagaimana

    dijelaskan Davey (Nurcholis, 2007, 175).

    Melihat kenyataan di atas, nampak se-

    kali rendahnya partisipasi masyarakat di Ka-

    bupaten Hulu Sungai Utara dalam kegiatan

    pengelolaan sampah khususnya mereka yang

    bermukim di bantaran sungai Kali Nagara

    termasuk di sini pengetahuan praktis peng-

    olahan sampah. Realitas demikian menunjuk-

    kan adanya kesamaan dengan hasil penelitian

    Darmawisata di Kabupaten Kotabaru pada ta-

    hun 2007, Lembaga Penelitian Universitas

    Padjadjaran Bandung di Kabupaten Tasikma-

    laya pada tahun 2008 dan penelitian Akhmad

    Riduan di Kecamatan Martapura Kabupaten

    Banjar pada tahun 2010. Artinya, peran ma-

    syarakat dalam pengelolaan sampah yang di-

    tonjolkan Kastaman dan Kramadibrata (2007,

    18) belum terwujudkan. Lantas, partisipasi

    masyarakat dalam rangka menunjang proses

    pembangunan yang ditekankan Ndraha (Hu-

    rairah, 2008, 96) otomatis juga belum terca-

    pai. Hal ini tidak lain dipicu oleh rendahnya

    tingkat kepedulian masyarakat seperti di-

    ucapkan Davis (Hurairah, 2008, 95).

    Faktor-faktor Terkait Partisipasi Masya-

    rakat dalam Pengelolaan Sampah Kegiatan pengelolaan sampah di Kabu-

    paten Hulu Sungai Utara melibatkan banyak

    pihak terutama masyarakat selaku produsen

    sampah terbesar dalam bentuk sampah do-

    mestik. Dalam konteks partisipasi masyara-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANTARAN SUNGAI KALI

    NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    Akhmad Riduan

    194

    kat, teridentifikasi beberapa faktor sebagai

    berikut:

    1. Sosialisasi Kegiatan pengelolaan sampah di tingkat

    lokal yang dipayungi dengan Peraturan Dae-

    rah Kabupaten Tingkat II Hulu Sungai Utara

    Nomor 3 Tahun 1992 tentang Kebersihan,

    Keindahan, dan Kesehatan Lingkungan dan

    Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai

    Utara Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Retri-

    busi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan

    menuntut adanya sosialisasi kepada masyara-

    kat luas. Sosialisasi dimaksudkan agar nilai-

    nilai yang terkandung dalam Peraturan Dae-

    rah benar-benar membumi dalam kehidupan

    masyarakat.

    Sementara ini sosialisasi ditempuh se-

    cara konvensional dalam bentuk penyuluhan

    masyarakat dan pengadaan papan reklame di

    lokasi-lokasi strategis. Akan tetapi, sebagian

    warga masyarakat masih membuang sampah

    diluar jam yang ditentukan disamping tia-

    danya pemilahan sampah di tingkat domestik.

    Ditambah lagi dengan aktivitas pembuangan

    sampah ke sungai/sembarang tempat dan

    pembakaran sampah. Ringkasnya, kegiatan

    pengelolaan sampah ditingkat masyarakat ter-

    kendala sosialisasi yang belum menyentuh

    semua lapisan dan jarang dilakukan semen-

    tara substansi papan reklame hanya sekedar

    himbauan secara umum tidak berbeda dengan

    hasil penelitian Akhmad Riduan di Kecama-

    tan Martapura Kabupaten Banjar pada tahun

    2010. Kondisi demikian patut disayangkan

    karena sosialisasi merupakan salah satu jalan

    untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat

    dalam pandangan Hurairah (2008, 104).

    2. Sarana dan Prasarana Ketersediaan sarana dan prasarana ke-

    bersihan yang memadai turut berdampak bagi

    terwujudnya kebersihan lingkungan di Kabu-

    paten Hulu Sungai Utara. Secara umum sara-

    na dan prasarana kebersihan tersebut terdiri

    atas bak sampah, TPS, TPA, serta armada

    dan peralatan kerja yang diperlukan dalam

    siklus pengelolaan sampah formal yang dije-

    laskan Kastaman dan Kramadibrata (2007,

    17).

    Saat ini ketersediaan bak sampah dan

    TPS belum memadai sehingga turut meng-

    hambat efektivitas pengumpulan sampah oleh

    pemerintah daerah setiap hari terutama di ka-

    wasan bantaran sungai Kali Nagara yang

    hampir tidak terlihat bak sampah ataupun

    TPS. Minimnya gerobak sebagai armada

    pengangkutan sampah dari rumah ke bak

    sampah atau TPS di kawasan yang tidak ter-

    lewati oleh dump truk seperti halnya di ban-

    taran sungai Kali Nagara juga merupakan

    biang persoalan sehingga pembuangan sam-

    pah oleh masyarakat tidak mengikuti keten-

    tuan yang ada. Penelitian yang dilakukan

    Darmawisata di Kabupaten Kotabaru pada

    tahun 2007, Lembaga Penelitian Universitas

    Padjadjaran Bandung di Kabupaten Tasikma-

    laya pada tahun 2008, dan penelitian Akhmad

    Riduan di Kecamatan Martapura Kabupaten

    Banjar pada tahun 2010 menunjukkan hal

    yang sama dimana salah satu penghambat

    dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah

    adalah sarana dan prasarana yang kurang me-

    madai. Seyogyanya hal ini diperhatikan seca-

    ra cermat sebab sarana dan prasarana meru-

    pakan input yang berperan penting dalam ke-

    giatan pengelolaan sampah seperti disebutkan

    Kastaman dan Kramadibrata (2007, 17). Wa-

    laupun penyediaan sarana dan prasarana di-

    mungkinkan dari instansi lain atau masya-

    rakat, dalam hemat Sadyohutomo (2008, 133)

    tanggung jawab pemerintah tidak bisa dike-

    sampingkan.

    3. Koordinasi Dalam rangka pengelolaan sampah se-

    cara baik dan sehat di Kabupaten Hulu Su-

    ngai Utara yang didukung dengan Peraturan

    Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu

    Sungai Utara Nomor 3 Tahun 1992 tentang

    Kebersihan, Keindahan, dan Kesehatan Ling-

  • JUNI 2012, VOLUME 4 NOMOR 2

    195

    kungan serta Peraturan Daerah Kabupaten

    Hulu Sungai Utara Nomor 13 Tahun 2005

    tentang Retribusi Pelayanan Persampahan

    dan Kebersihan, peran pemerintah daerah

    menjadi begitu penting. Oleh karenanya, di-

    butuhkan peran banyak instansi dari tingkat

    kabupaten hingga desa/kelurahan guna meng-

    arahkan dan memfasilitasi kegiatan pengelo-

    laan sampah terutama di Kecamatan Amuntai

    Tengah, Amuntai Selatan, Amuntai Utara,

    dan Banjang. Urgensinya, koordinasi mutlak

    diperlukan merujuk pendapat Nurcholis

    (2007, 271). Namun, koordinasi antar instansi

    pemerintah nampaknya mengalami kendala

    terutama di tingkat kecamatan dan desa atau

    kelurahan serta dalam upaya penegakan Pera-

    turan Daerah persis seperti dicemaskan Djat-

    miko (2003, 63). Hasil penelitian dari Lem-

    baga Penelitian Universitas Padjadjaran Ban-

    dung di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun

    2008 dan Akhmad Riduan di Kecamatan

    Martapura Kabupaten Banjar pada tahun

    2010 pun menunjukkan hal yang sama.

    PENUTUP

    Sampah merupakan salah satu permasa-

    lahan publik yang sulit dipecahkan tanpa

    menghadirkan partisipasi masyarakat sebagai

    produsen sampah terbesar. Walaupun regulasi

    ditingkat lokal cukup memadai namun seba-

    gaimana di daerah lain pengelolaan sampah

    di Kabupaten Hulu Sungai Utara juga terken-

    dala oleh rendahnya partisipasi masyarakat

    terutama yang bermukim di bantaran sungai

    Kali Nagara baik dalam hal pembuangan

    sampah, pemilahan sampah maupun pemba-

    yaran retribusi sampah sehingga berdampak

    pada tidak optimalnya kegiatan pengelolaan

    sampah. Lebih jauh, realitas tersebut berkait-

    an dengan beberapa hal yakni sosialisasi

    kebersihan yang tidak efektif, sarana dan

    prasarana kebersihan yang tidak memadai,

    serta koordinasi antar instansi yang didera

    fragmentasi organisasi.

    Menyikapi hal tersebut, Dinas Pasar,

    Kebersihan dan Tata Kota Kabupaten Hulu

    Sungai Utara sebagai leading sector perlu

    mengintensifkan penyuluhan masyarakat.

    Sebagai sarana sosialisasi, dapat dilakukan

    penempelan stiker pada rumah warga dan re-

    desain himbauan pada papan reklame yang

    ada selain penambahan jumlah papan reklame

    itu sendiri. Memanfaatkan struktur masyara-

    kat yang cenderung homogen dan agamis,

    peran ulama/majelis talim dapat diikutserta-kan dalam sosialisasi kebersihan disertai de-

    ngan hadirnya staf Dinas Pasar, Kebersihan

    dan Tata Kota. Di sisi lain, perlu dibentuk de-

    sa/kelurahan tertentu sebagai pilot project ka-

    wasan bebas sampah untuk kemudian mele-

    bar ke kawasan lainnya. Perlombaan keber-

    sihan antar desa/kelurahan untuk meningkat-

    kan kepedulian masyarakat terhadap kebersi-

    han lingkungan juga perlu digalakkan. Agar

    lebih efektif, ketersediaan sarana dan prasa-

    rana kebersihan mesti diperhatikan dan dimo-

    nitoring secara berkala. Akan semakin elok

    bilamana koordinasi antar instansi terkait da-

    pat diretas dengan memutus structural-gap

    dan egoisme sektoral yang tidak produktif

    bersamaan dengan dukungan anggaran yang

    memadai oleh Pemerintah Daerah setempat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Darmawisata, 2008. Kinerja Kantor Tata Ko-

    ta dalam Pengelolaan Sampah di Kabu-

    paten Kotabaru. Tesis pada Pascasar-

    jana UNLAM Banjarmasin. Tidak diter-

    bitkan.

    Djatmiko, Yayat Hayati, 2003. Perilaku Or-

    ganisasi. Alfabeta, Bandung.

    Hakim, Memet, dkk., 2006. Mencari Solusi

    Penanganan Masalah Sampah Kota.

    Makalah disajikan dalam Lokakarya

    Pengelolaan Sampah Kota dalam Revi-

    talisasi Pembangunan Hortikultura di

    Indonesia Kerjasama Fakultas Pertanian

    UNPAD dan Direktorat Hortikultura

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANTARAN SUNGAI KALI

    NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

    Akhmad Riduan

    196

    Departemen Pertanian Republik Indo-

    nesia. Bandung.

    Hartiningsih, Maria, 2009. Kependudukan,

    Kunci Masa Depan, Kompas,16 April

    2009, hal 1.

    Hurairah, Abu, 2008. Pengorganisasian dan

    Pengembangan Masyarakat: Model dan

    Strategi Pembangunan Berbasis Kerak-

    yatan. Humaniora, Bandung.

    Kastaman, Roni dan Kramadibrata, Ade

    Moetangad, 2007. Sistem Pengelolaan

    Reaktor Sampah Terpadu (Silarsatu).

    LPM Universitas Padjadjaran. Huma-

    niora, Bandung.

    Kumorotomo, Wahyudi, Etika Administrasi

    Negara. Rajawali Pers, Jakarta.

    Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran

    Bandung, 2008. Kajian Sistem Penge-

    lolaan Sampah Terpadu di Kabupaten

    Tasikmalaya.http://www.tasikmalayaka

    b.go.id, diakses 10 Agustus 2009.

    Ndraha, Taliziduhu, 1990. Pembangunan

    Masyarakat: Mempersiapkan Masyara-

    kat Tinggal Landas. Rineka Cipta, Ja-

    karta.

    Nurcholis, Hanif, 2007. Teori dan Praktik

    Pemerintahan dan Otonomi Daerah.

    Grasindo. Jakarta.

    Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat

    II Hulu Sungai Utara Nomor 3 Tahun

    1992 tentang Kebersihan, Keindahan

    dan Kesehatan Lingkungan.

    Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai

    Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang

    Retribusi Pelayanan Persampahan dan

    Kebersihan.

    Rahman, Apria, 2008. Pengertian Sampah

    Kebersihan Lingkungan. http://www.

    kebersihan lingkungan. comze.com, di-

    akses 26 Agustus 2009.

    Riduan, Akhmad, 2010. Implementasi Kebi-

    jakan Pengelolaan Sampah di Kecama-

    tan Martapura Kabupaten Banjar (Stu-

    di Berdasarkan Peraturan Daerah Ka-

    bupaten Banjar Nomor 19 Tahun 2007

    tentang Kebersihan Lingkungan). Tesis

    pada Pascasarjana UNLAM Banjarma-

    sin. Tidak diterbitkan.

    Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen

    Kota dan Wilayah: Realita dan Tan-

    tangan. Bumi Aksara, Jakarta.

    Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuanti-

    tatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta,

    Bandung.

    Sumardi, Muljanto dan Evers, Hans-Dieter,

    1982. Sumber Pendapatan, Kebutuhan

    Pokok, dan Perilaku Menyimpang. Ra-

    jawali Pers, Jakarta.

    Usman, Sunyoto, 2003. Pembangunan dan

    Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka

    Pelajar, Yogyakarta.

    Wahyu dkk., 2007. Pedoman Penulisan Kar-

    ya Ilmiah. FKIP Unlam, Banjarmasin.