Risalah Nasehat 1

120
Abu Asadillah Adham bin Shalih Al Iskandar Alamiy Denie Asseif Engkau memang !!!

description

Risalah Nasehat 1 [ Membungkam Celoteh Lancang dan Sikap Serampangan serta Meluruskan Pemahaman yang Menyimpang ] sebuah bantahan ilmiah dan teguran keras untuk sang bocah petualang Denie Asseiff = http://www.facebook.com/profile.php?id=1052720309&ref=nf

Transcript of Risalah Nasehat 1

Page 1: Risalah Nasehat 1

1 | R i s a l a h N a s e h a t 1

A s S a l a f y

[ T y p e t h e c o m p a n y a d -

d r e s s ]

[ T y p e t h e p h o n e n u m -

b e r ]

[ T y p e t h e f a x n u m b e r ]

[ P i c k t h e d a t e ]

Abu Asadillah [Type the abstract of the document here. The ab-

stract is typically a short summary of the contents

of the document. Type the abstract of the docu-

ment here. The abstract is typically a short sum-

mary of the contents of the document.]

Abu Asadillah Adham bin Shalih Al Iskandar Alamiy

Denie Asseif Engkau memang !!!

Page 2: Risalah Nasehat 1

2 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Abu Asadillah Adham bin Shalih bin Ubaid bin Arifin bin Muhammad Shalih

Al Iskandar Alamiy

Sebuah Bantahan Ilmiah dan Teguran Keras Untuk Sang Bocah Petualang

[ Denie Asseif ]

Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesung-guhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat: 55)

e

Page 3: Risalah Nasehat 1

3 | R i s a l a h N a s e h a t 1

N

Disusun oleh:

Abu Asadillah Adham bin Shalih bin Ubaid bin Arifin bin Muhammad Shalih

Al Iskandar Alamiy

Penerbit:

Al Maktabah Al Ilmiyyah

Cetakan Pertama:

1430 H / 2009 M

Sebuah Bantahan Ilmiah dan Teguran Keras Untuk Sang Bocah Petualang

[ Denie Asseif ]

Page 4: Risalah Nasehat 1

4 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Do’A

[ Mereka Adalah Teroris ]

Page 5: Risalah Nasehat 1

5 | R i s a l a h N a s e h a t 1

K

Bismillah…, aku memulai Risalah ini dengan menyebut asma Allah, berharap barokah

dan rahmah. Seiring berjalan waktu…, semakin terasa indahnya bermanhaj Salaf. Se-

moga Allah senantiasa meneguhkan kita untuk selalu bersabar meniti jalan yang

lurus.

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat serta salam untuk Nabi dan Rasul

yang termulia, juga untuk keluarga dan para sahabat seluruhnya dan orang-orang

yang mengikuti mereka dengan baik. Amma ba‘du.

Alhamdulillah setelah jeda berlalu, kini aku sedikit mempunyai waktu luang untuk

membalas surat seorang bocah petualang bernama Denie Asseif. Walau penat di ke-

pala dan nyeri di badan masih bercokol setelah dalam beberapa hari ini mesti bolak

balik Gresik-Malang untuk menyelesaikan berkas-berkas yang harus dikirim ke Jakarta

dan ke Yaman untuk persiapan keberangkatan ke Yaman awal Desember nanti, walau-

pun sempat kesulitan ketika harus berurusan di kantor imigrasi.. maklum tak menghe-

rankan seperti yang sudah-sudah dampak kebiadaban terorisme membuatku ikut ter-

kena getahnya. Punggung ini masih terasa sakit, nyeri dibeberapa otot karena me-

manggul barang-barang dari ma‘had untuk dibawa pulang menggunakan sepeda mo-

tor, kitab-kitab dan juga beberapa pakaian.

Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, sementara mata ini sudah demikian lelah,

ditambah lagi harus menatap monitor laptop yang cukup menyengat pandangan, na-

mun rasa sakit di punggung tak jua membuatku ingin untuk beristirahat, teringat seo-

rang teman nun jauh disana yang amat sangat membutuhkan bimbingan dan nasehat,

maka untuk itulah risalah ini kubuat… khawatir disalahtanggap, ma‘af bukan sok

hebat, tapi karena memang Ad Dienun Nasihat......

Page 6: Risalah Nasehat 1

6 | R i s a l a h N a s e h a t 1

teringat sebuah pesan baginda Rasulullah Muhammad

―Agama itu adalah nasehat, para Shahabat bertanya, bagi siapa diperuntukkan nasehat itu? Rasulullah menjawab: "Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam mereka. " (HR. Imam Muslim: 102/55. dari sahabat Abi Ruqayyah Tamim Bin Aus Ad Dary)

"Dan tidak halal nasihat itu disembunyikan dari kaum Muslimin –yang baik ataupun yang jahat- di dalam urusan agama. Maka barangsiapa menyembunyikannya maka dia telah menipu kaum Muslimin. Dan barangsiapa menipu kaum Muslimin, maka sung-guh dia telah menipu agama ini. Dan barangsiapa menipu agama ini, maka sungguh dia telah mengkhianati Alloh dan Rosul-Nya dan kaum Mukminin." ("Syarhus Sun-

nah")

"Janganlah rasa takut (segan) terhadap manusia menghalangi seseorang di antara ka-lian dari berkata benar jika dia mengetahuinya atau menyaksikannya atau menden-garnya " ( Hadits Abi Said yang diriwayatkan oleh ahlus sunan dan tersebut dalam ash

shohihul musnad dan as silsilah ash shohihah juz 1 hal 167 ).

ال ٠إ أحذو حز ٠حت ألخ١ ب ٠حت فغ اخ١ش

―Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga dia menyukai untuk

saudaranya sesuatu yang ia sukai untuk dirinya sendiri dari perkara yang baik‖. [HR. Al

Bukhari, Muslim, An-Nasa‘i]

Page 7: Risalah Nasehat 1

7 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Oleh karena itu, ketika melihat saudara-saudaraku seiman digiring menuju

kepada jurang kesesatan oleh para penebar fitnah dan kebatilan maka akupun tidak

rela, sebagaimana akupun tak rela jika hal itu terjadi pada diri ini. Akupun

menginginkan mereka – saudara-saudara seiman bersama-sama berada diatas manhaj (metode pemahaman) dan aqidah yang benar dibawah naungan Al Qur‘an dan As

Sunnah berdasarkan apa yang telah dipahami oleh generasi as-salafush shalih yakni

para sahabat, tabi‘in, dan tabiut tabi‘in yang telah diridhoi oleh Allah .

― Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.‖ (QS. At Taubah: 100)

Demi mewujudkan keinginan tersebut, aku berupaya menyajikan sebuah risalah

teguran serta nasehat ini untuk menjelaskan kepada umat hakekat sebenarnya,

sebagian besar penulisan risalah ini aku mengutipnya dari beberapa kitab, baik kitab-

kitab berbahasa ‗arab dan kitab-kitab terjemah, silahkan merujuk ke daftar pustaka

yang ada di halaman terakhir risalah ini. Aku berusaha menyebutkan nasehat dan

pernyataan para ‗ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah yang mendasari aqidah dan

pemahamannya dengan aqidah dan paham generasi as-salafush shalih. Mereka para

‗ulama tersebut adalah orang-orang yang berjiwa tegas dan bersikap adil terhadap

semua pihak. Membantah berbagai kesesatan untuk membersihkan Islam ini dari

berbagai permasalahan yang mengotorinya. Sebagaimana yang disabdakan oleh

Rasulullah dalam haditsnya:

Page 8: Risalah Nasehat 1

8 | R i s a l a h N a s e h a t 1

٠ذ زا اؼ و خف ػذ ٠ف ػ رذش٠ف اغب١ ارذبي

.اجط١ رأ ٠ اجب١

―Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari:

Tahriful Ghalin (Pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang).

Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama).

Ta‘wilul Jahilin (Penta‘wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh).

[dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah no.248]

Selesai di waktu Adzan Ashar berkumandang,

Malang, 13 Dzulqa‘dah 1430 H

31 Oktober 2009 M

Page 9: Risalah Nasehat 1

9 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Al Imam Ahmad bin Hanbal

(wafat 241 H)

“Cinta kekuasaan lebih disenangi orang daripada

emas dan perak. Barangsiapa berambisi

memperoleh kekuasaan, ia akan

mencari-cari aib orang lain

Page 10: Risalah Nasehat 1

10 | R i s a l a h N a s e h a t 1

BAB I

ذ هلل ذذ غزؼ١ غزغفش ؼرثبهلل ششس أفغب ع١ئبد اذ ئ

،أشذأ ٢ئ ئالاهلل أػبب، ٠ذ اهلل فـ٣ ض ٠ض ف٣ بد

ذا ػجذ سع ص اهلل ػ١ ػ آ ذ دذ ال شش٠ه أشذ أ

.أصذبث ع Allah berfirman di dalam kitab-Nya:

―Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu‖. (QS. Al-

Maidah 3).

Berkata Imam Malik ketika menjelaskan tentang ayat ini:

"ب ٠ى ٠ئز د٠ب ف١ظ ا١ د٠"

―Suatu perkara yang bukan bagian daripada agama pada hari itu (hari diturunkannya

ayat tersebut), maka pada hari ini pula bukan bagian daripada agama‖.

Sehingga dengan itu setiap perkara, baik dalam bentuk ibadah, mu‘amalah, akhlak,

atau ‗aqidah yang tidak didapati pada hari itu –yaitu pada hari yang Rasulullah masih

hidup bersama para Shahabatnya menyampaikan dan mengajarkan serta

menamakan seluruh urusan agama sampai wafat beliau- maka ibadah, akhlak,

mu‘amalah, maupun ‗aqidah tersebut bukan bagian daripada Islam. Sehingga dengan

itu Islam adalah agama yang tidak perlu ditambah-tambah lagi, atau direvisi. Islam

sebagaimana yang dipahami, diyakini, dan diamalkan oleh para Shahabat Rasulullah

sebagai murid-murid langsung beliau , menimba Ilmu secara langsung kepada beliau

adalah Islam yang telah sempurna, Ibadah, ‗Aqidah, Akhlak, Mu‘amalah mereka

adalah patut dicontoh oleh seluruh umat yang datang setelah mereka. Bahkan Allah

Page 11: Risalah Nasehat 1

11 | R i s a l a h N a s e h a t 1

menjadikan kebenaran ‗Aqidah dan iman para Shahabat tersebut sebagai tolok

ukur kebenaran ‗aqidah dan iman orang-orang yang datang setelah mereka. Hal ini

sebagaimana dipertegas oleh Allah didalam firman-Nya:

―Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.‖ (QS. An-Nisaa‘ 115)

Berkata Asy-Syaikh Al Albani bahwa sabilul Mu‘minin dalam ayat tersebut adalah

khusus jalannya para Shahabat.

Makna ini dipertegas lagi oleh dua hadits Rasulullah , yang salah satunya bersifat

lebih khusus, dan yang kedua bersifat lebih umum. Kedua hadits tersebut adalah:

ػظب سعي اهلل ػظخ جذ ب امة رسفذ ب : ػ أث ج١خ اؼشثبض ث عبس٠خ لبي

: " لبي. وأب ػظخ دع فأصب! ٠ب سعي اهلل : فمب، اؼ١ ، أص١ى ثزم اهلل ػض ج

ش ػ١ى ػجذ دجش فؼ١ى ، فا ٠ؼش ى فغ١ش اخزالفب وث١شا، اغغ اطبػخ ئ رأ

ئ٠ب و ذذثبد ، ػضا ػ١ب ثباجز، ثغز عخ اخفبء اشا شذ٠ اذ١٠ ثؼذ

و ذذثبد ثذػخ و ثذػخ ضالخ . ف سا٠خ و ضالخ ف ابس. ا٤س فا

―Dari Abi Najih Al ‗Irbadh bin Sariyah, berkata: bahwa Rasulullah memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang menggetarkan hati dan meneteskan air mata. Maka kami berkata: ‗Wahai Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasehat seorang yang akan berpisah. Maka berilah kami wasiat.‘ Maka Rasulullah berkata: ‗Aku mewasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah , dan selalu mendengar dan taat (kepada penguasa) walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari negri Habasyah/Ethiopia 1. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati perselisihan yang sangat banyak. (maka dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnah-ku

1 (suatu perumpamaan dari Rasulullah ‗walaupun yang memerintah itu seorang dari kalangan rendahan, yang secara logika tidaklah

mungkin seorang budak bisa menjadi raja, ditambah lagi Rasulullah memberi penekanan kembali ‗walaupun yang memerintah terse-

but berasal dari Negeri Habasyah/Ethiopia yang dipahami bahwa secara kultur dan ras bangsa arab lebih baik).

Page 12: Risalah Nasehat 1

12 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dan sunnah Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang telah mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham (suatu perumpamaan Rasulullah untuk memegang sunnah tersebut erat-erat). Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam masalah agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru yang diada-adakan adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di Neraka‖.2

Dalam hadits pertama ini, Rasulullah menjadikan sunnah beliau dan sunnah

Al-Khulafa‘ur Rasyidun sebagai referensi utama bagi umat ini disaat mereka

menghadapi perselisihan. Dan sekaligus beliau memperingatkan mereka dari perkara

yang diada-adakan dan tidak dikenal pada masa Rasulullah hidup atau tidak dikenal

pada masa Al-Khulafa‘ur Rasyidun. Sehingga setiap ibadah, ‗aqidah, ataupun manhaj

(metode pemahaman) yang tidak dikenal dimasa Rasulullah dan Al-Khulafa‘ur Rasyidun adalah ibadah, ‗aqidah, dan manhaj yang bid‘ah.

Kemudian dalam hadits yang kedua, Rasulullah menyebutkan kriteria

tersebut dengan sifat yang lebih umum, maksudnya adalah tidak hanya terbatas pada

Al-Khulafa‘ur Rasyidun, tetapi meliputi para Shahabatnya yang lainnya. Hadits

tersebut adalah:

لبا ، عزفزشق ز ا٤خ ػ ثالس عجؼ١ فشلخ وب ف ابس ئال ادذح

. وب ػ ث ب أب ػ١ ا١ أصذبث: ٠ب سعي اهلل؟ لبي

―Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu. Para Shahabat bertanya: ‗Siapakah mereka (yang selamat) itu wahai Rasulullah ? Rasulullah menjawab: ―Mereka (kelompok yang selamat itu) adalah orang-orang yang kondisinya berada diatas apa yang aku dan sahabatku berada diatasnya pada hari ini (pada masa Rasulullah berbicara / semasa hidup beliau).‖3 [Hadits Riwayat. Ath-

Thabarani]

Dalam hadits tersebut dengan tegas Rasulullah menjadikan beliau serta para

shahabatnya sebagai barometer kebenaran dan sekaligus tolok ukur Golongan yang

2 Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4596,4597), At Tirmidzi (2642), Ibnu Majah (3990), Ad Darimi (II/241), Ahmad (IV/102, II/332),

Al Hakim (1/128) 3 Hadits Shahih Riwayat Ath-Thabrani di Ash Shaghir I/256.

Hadits tentang Iftiraqul Ummah ini diriwayatkan dari beberapa shahabat, antara lain: Abu Hurairah, Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan,

Anas bin Malik, ‗Auf bin Malik, Ibnu Mas‘ud, Ali bin Abi Thalib , dll.

Page 13: Risalah Nasehat 1

13 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Selamat (Al Firqatun Najiyah). Sehingga barangsiapa yang menginginkan keselamatan

dari kesesatan di dunia dan berbagai macam bid‘ah, baik bid‘ah dalam perkara ibadah,

‗aqidah, ataupun manhaj (metode berpikir) maka haruslah mengembalikan semua

perkara agama kepada mereka.

Perlu diketahui bahwa barangsiapa yang enggan dan berpaling dari manhaj dan ‗aqidah

Rasulullah dan para shahabatnya tersebut, maka dia tidak lagi tergolong sebagai

Golongan yang Selamat, bahkan Allah akan membiarkan dia terus hanyut dalam

kesesatan dan kebid‘ahan, serta Allah lemparkan dia ke dalam jurang neraka

jahannam, sebagaimana Firman-Nya dalam surat An-Nisaa ayat ke 115 :

―Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (Shahabat), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali‖. (An-Nisaa: 115)

Itulah Dienul Islam yang telah lengkap dan sempurna. Semuanya telah jelas dan

gamblang, tidak ada satupun yang tersamar atau tidak jelas. Tidaklah menyimpang

darinya kecuali dia pasti binasa.

Agama yang telah lengkap dan sempurna tersebut senantiasa terjaga dan lestari

hingga akhir zaman. Bahkan Allah langsung menjamin terjaganya dien ini,

sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya:

―Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya‖. (QS. Al-Hijr: 9)

Maka agama yang telah lengkap dan sempurna ini diwarisi dari Rasulullah

oleh para shahabatnya, kemudian murid-murid mereka, dan seterusnya di setiap masa

diwarisi oleh para ‗Ulama dari kalangan Ahlul Hadits Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.

Merekalah pewaris para Nabi, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah di dalam

haditsnya:

Page 14: Risalah Nasehat 1

14 | R i s a l a h N a s e h a t 1

اؼبء سثخ ا٤ج١بء ا٤ج١بء ٠سثا د٠بسا ال دسب، ئ ئب ، ئ

.ف أخز أخز ثذظ افش، سثا اؼ

―Sesungguhnya para ‗ulama itu adalah pewaris para Nabi. Dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham. Namun mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut, sungguh ia telah mendapat bagian yang sangat besar‖. [Shahih Sunan Abi Dawud (no.3641)].

Mereka adalah pewaris Nabi, yang dipercaya untuk mengemban ilmu agama

ini, menjaga dan menda‘wahkannya kepada umat. Mereka juga dipercaya untuk

membentengi agama ini dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan. Merekalah

orang-orang adil dan terpercaya di tengah-tengah umat ini.

― Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanya-lah ‗ulama‖. (QS. Fathir: 28).

Maka di setiap masa dan waktu Allah bangkitkan di tengah-tengah

umat ini ‗ulama yang siap tampil membela dan membentengi agama ini dari musuh-

musuhnya. Dengan keberadaan ‗ulama, terbongkarlah kedok dan borok para penyesat

umat, sehingga tidaklah tersisa satu tempat persembunyian pun bagi mereka

melainkan telah diketahui dan telah diporak-porandakan. Sehingga umat tidak lagi

mudah ditipu oleh mereka.

٠ذ زا اؼ و خف ػذ ٠ف ػ رذش٠ف اغب١ ارذبي اجط١ رأ

.٠ اجب١

―Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari:

Tahriful Ghalin (Pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang).

Page 15: Risalah Nasehat 1

15 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama).

Ta‘wilul Jahilin (Penta‘wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh).

[dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah no.248]

SOLUSI....???

Dalam menghadapi situasi yang penuh fitnah dan kebingungan, Rasulullah

telah memberikan bimbingan yang sangat baik dan tepat. Disebutkan dalam sebuah

hadits: وذ أعأ ػ ، وب ابط ٠غأ سعي اهلل ص اهلل ػ١ ع ػ اخ١ش: ػ دز٠فخ ث ا١ب لبي

ف ٠ؼذ زا اخ١ ، فجبءب اهلل ثزا اخ١ش. ئب وب ف جب١خ شش، ٠ب سعي اهلل: فمذ، اشش خبفخ أ ٠ذسو

ل ٠غز ثغ١ش : ب دخ ؟ لبي: فذ. ف١ دخ. ؼ: ثؼذ ره اشش خ١ش ؟ لبي: لذ. ؼ: اشش ؟ لبي

دػبح ػ أثاة . ؼ: ثؼذ ره اخ١ش شش ؟ لبي: فمذ، رؼشف رىش، عز ٠زذ ثغ١ش ذ٠

٠ب : لذ. ٠زى ثأغزب، ل جذرب: لبي، صف ب، ٠ب سعي اهلل: لذ. أجبث ئ١ب لزف ف١ب، ج

فا ٠ى جبػخ ال ئب ؟ : فمذ، رض جبػخ اغ١ ئب: فب رش ئ أدسو ره ؟ لبي! سعي اهلل

. أ رؼص ػ أص شجشح دز ٠ذسوه اد أذ ػ ره، فبػزضي ره افشق وب: لبي

―Dari shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman berkata: ―Dahulu manusia (para shahabat) selalu bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan (amalan-amalan yang bisa mengantarkan ke Surga, pent), sementara aku sering bertanya kepada beliau tentang kejelekan, karena kekhawatiran akan kejelekan tersebut datang menimpaku.

Maka aku berkata: ―Wahai Rasulullah , sesungguhnya kami dahulu dalam keadaan jahiliyyah dan kejelekan. Kemudian Allah mendatangkan kebaikan (agama Islam, pent) ini kepada kami. Apakah setelah adanya kebaikan ini masih akan ada kejelekan?‖

Rasulullah menjawab: ―Ya‖. Aku berkata: ―Dan apakah setelah datang kejelekan tersebut masih akan

ada kebaikan lagi?‖

Page 16: Risalah Nasehat 1

16 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Rasulullah menjawab: ―Ya, tapi pada kebaikan tersebut tercampur dengan adanya asap (yang mengaburkan, pent).‖

Aku berkata: ―Apa bentuk asap (yang mengaburkan, pent). tersebut?‖ Rasulullah menjawab: ―Adanya suatu kaum yang berprinsip selain

dengan sunnahku, dan mengambil petunjuk selain dengan petunjukku. Engkau mendapati beberapa kebaikan pada mereka di satu sisi, namun di sisi lain engkau mengingkari kemungkaran yang ada pada mereka.‖

Aku berkata: ―Apakah setelah kebaikan tersebut masih akan muncul kejelekan lagi?‖

Rasulullah menjawab: ―Ya, yaitu munculnya sekelompok da‘i penyeru umat, yang berada di pintu-pintu jahannam. Barangsiapa yang memenuhi seruan mereka, maka mereka akan melemparkannya ke dalam jahannam.‖

Aku berkata: ―Wahai Rasulullah sebutkan kriteria mereka kepada kami.‖

Rasulullah menjawab: ―Mereka adalah suatu kaum yang berasal dari bangsa kita dan berbicara dengan bahasa kita.‖

Aku berkata: ―Wahai Rasulullah , apa nasehat engkau jika keadaan yang demikian itu menimpaku?.

Rasulullah menjawab: ―Wajib atasmu untuk selalu berpegang dengan ‗Jama‘atul Muslimin (Pemerintah Muslimin) dan penguasa mereka.

Kemudian aku berkata: ―Kalau seandainya mereka (‗Jama‘atul Muslimin) tidak memiliki pemerintahan dan penguasa?‖

Rasulullah menjawab: ―Maka tinggalkanlah semua kelompok-kelompok, walaupun engkau terpaksa harus menggigit akar pohon, hingga kematian datang menemuimu sementara engkau tetap dalam keadaan yang demikian itu.‖ [Muttafaqun ‗alaihi 4].

Dalam hadits diatas, terkandung sebuah pelajaran penting dan pedoman hidup

beragama bagi setiap muslim. Diantaranya adalah di saat munculnya para da‘i yang

berada di pintu jahannam, yang mereka adalah kelompok yang selalu menuntut

kekuasaan dan berupaya menggulingkan penguasa yang sedang memerintah, baik dari

kelompok teroris khawarij maupun yang selainnya. Maka wajib kepada kaum

4 HR. Bukhari (no.3606,7084) ; Muslim (no.1847)

Page 17: Risalah Nasehat 1

17 | R i s a l a h N a s e h a t 1

muslimin untuk selalu bersikap mendengar dan taat kepada waliyul amr walaupun

penguasa tersebut adalah penguasa yang zhalim dan kejam.

Serta wajib kepada seluruh kaum muslimin untuk tidak memenuhi

seruan-seruan kelompok-kelompok sempalan, yang selalu menyerukan penentangan

terhadap penguasa. Wajib kepada kaum muslimin untuk meninggalkan kelompok-

kelompok tersebut secara menyeluruh, terkhusus di saat tidak adanya penguasa yang

memerintah kaum muslimin. Walaupun terpaksa dia harus mengalami kehidupan

yang sengsara akibat itu semua.

Hadits diatas, sekaligus sebagai bantahan terhadap kelompok-kelompok

yang menyatakan bahwa pada saat ini sudah tidak ada lagi penguasa muslim yang

harus ditaati. Sementara di waktu yang sama mereka mengajak umat untuk ikut

bersama kelompoknya, taat, dan berbai‘at kepada amir kelompoknya. Kalaupun

seandainya kita anggap klaim mereka itu benar, bahwa sekarang dinyatakan sudah

tidak ada lagi penguasa muslim yang wajib untuk ditaati dan didengar perintahnya,

maka dengan tegas Rasulullah menyatakan bahwa dalam kondisi seperti itu, kita

diperintahkan untuk menjauhi semua kelompok-kelompok (Hizb) yang ada tanpa

kecuali.

Maka melalui risalah ini, kami mengajak semua pihak dan kelompok-

kelompok sempalan yang telah mengikat para anggotanya dengan kewajiban

mendengar dan taat serta berbai‘at kepada amir kelompoknya, serta berupaya untuk

menghilangkan kepercayaan umat kepada penguasanya, bahkan berupaya

menggulingkan penguasa-penguasa kaum muslimin; untuk kembali bertaubat kepada

Allah , serta berpegang kepada prinsip-prinsip Rasulullah dan para shahabatnya

serta salafush shalih. Kami mengajak serta menyeru kelompok-kelompok sempalan

seperti JI (Jama‘ah Islamiyyah), NII (Negara Islam Indonesia), LDII (Lembaga Dakwah

Islam Indonesia), HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), MMI (Majelis Mujahiddin

Indonesia), FPI (Front Pembela Islam), IM (Ikhwanul Muslimin),... dll untuk kembali

kepada bimbingan Ahlus Sunnah wal Jama‘ah dan pemahaman salafush shalih dengan

meninggalkan tindakan-tindakan bid‘ah yang sesat lagi menyesatkan itu. Untuk

sama-sama kita bersatu di bawah bimbingan Al-Qur‘an dan As0Sunnah dalam

bingkai pemahaman salaful ummah.

Page 18: Risalah Nasehat 1

18 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Salah satu prinsip terpenting dalam agama adalah prinsip amar ma‘ruf nahi munkar. Yang dengan tegas diperintahkan oleh Allah di dalam ayat-Nya:

―Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah

orang-orang yang beruntung.‖ (QS. Ali Imraan: 104)

Begitu pula dalam beberapa hadits Rasulullah , dengan tegas beliau

memerintahkan umat ini untuk mengingkari kemungkaran.

Yang perlu diketahui dan difahami oleh setiap pribadi muslim bahwa amar ma‘ruf nahi munkar merupakan salah satu ibadah dari sekian ibadah yang telah

diwajibkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan setiap ibadah mempunyai

ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Demikian pula ibadah

amar ma‘ruf nahi munkar ini.

Namun sangat disayangkan ketika kebanyakan umat ini, terkhusus para aktivis

kelompok-kelompok sempalan tak luput pula sang bocah petualang bergelar Sarjana

Sains Terapan dalam bidang Ilmu Komputerisasi ini yang mempunyai hobi ―working and political watch‖ sebagaimana yang dia nyatakan melalui profil facebooknya, yang

tidak mengerti alias Jahil tentang ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dari amar ma‘ruf nahi munkar. Mencukupkan dengan modal semangat membabi buta tanpa

ilmu dan sok bergaya jagoan membela mati-matian harkat martabat kelompoknya

HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), sang bocah petualang ini begitu gencar

mempropagandakan kesesatan kelompoknya melalui berbagai media, tak luput pula

internet yang memang sebagai bidang spesialisasinya. Bermodal kecanggihan klik

kanan copy paste, ‗seenak udelnya‘ saja bocah ini mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan

As-Sunnah yang memang berkutat diseputar apa yang dipahami oleh kelompoknya

saja5. Sehingga mereka keluar dari batas-batas ketentuan dan syarat-syarat yang telah

diletakkan oleh Allah dan Rasul-Nya . Yang ada bukan kema‘rufan yang muncul,

malah melahirkan kemungkaran yang lebih besar, tidak hanya kepada sang pengingkar

5 akan datang penjelasan-penjelasan dan bukti tentang ke-‗seenak udelan’ Denie Asseif dalam mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan

As-Sunnah pada Bab yang kedua dari Risalah ini, bi Idznillahi Ta‘ala

Page 19: Risalah Nasehat 1

19 | R i s a l a h N a s e h a t 1

kemungkaran saja, tetapi juga mengenai pihak-pihak lain yang tak bersalah. Mereka

itu adalah para Ruwaibidhah, yaitu orang-orang dungu dan bodoh yang sok mau

berbicara tentang urusan umat, sok memperjuangkan kemuliaan umat dengan cara

yang total salah kaprah, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah :

"ئر عذ ا٤ش ئ غ١ش أ فبزظش اغبػخ "

―Jika setiap urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat

kehancurannya‖.

Rasulullah ketika menjelaskan kepada umatnya tentang kewajiban amar ma‘ruf nahi munkar juga membatasi perintahnya itu sesuai dengan kemampuan

umatnya, dan agar umat ini tidak memaksakan diri di dalam melakukan upaya

tersebut di luar batas kemampuannya, diriwayatkan dari shahabat Abu Sa‘id Al Khudri

bahwa Rasulullah bersabda:

ره أضؼف ، فا ٠غزطغ فجمج، فا ٠غزطغ فجغب، سأ ى ىشا ف١غ١ش ث١ذ

.اإل٠ب

―Barangsiapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah

merubah dengan tangannya, jika ia tak mampu maka hendaklah merubah dengan

lisannya, jika ia tak mampu maka rubahlah dengan hatinya (mengingkari

kemungkaran tersebut, pent), dan itulah selemah-lemah iman.‖ [HR. Muslim no.49].

Pembaca yang budiman...

Tatkala muncul segelintir orang yang berani keluar dari pemahaman Islam

yang benar dan sempurna, berani keluar dari manhaj dan pemahaman para shahabat di

dalam memahami, meyakini, dan mengamalkan agama ini, serta mengabaikan

prinsip-prinsip amar ma‘ruf nahi munkar, maka mereka pun menjadi sesat dan

menyesatkan, yang akhirnya menimbulkan kekacauan di tengah-tengah umat.

Di masa para shahabat masih hidup, muncul segelintir orang yang bersemangat

dan beremosi tinggi, mengklaim dan menuduh bahwa khalifah Utsman bin Affan

Page 20: Risalah Nasehat 1

20 | R i s a l a h N a s e h a t 1

telah melakukan kemungkaran dan penyimpangan. Kemudian dengan semangat

berkobar-kobar pula mereka melakukan aksi inkar munkar tanpa dilandasi ilmu dan

pemahaman yang benar terhadap Al-Qur‘an dan As-Sunnah serta tidak mau meruju‘ kepada para shahabat. Aksi tersebut ternyata di kemudian hari menjadi aksi anarkis

dan teror yang berujung kepada pembunuhan Amirul Mu‘minin Utsman bin Affan

!

Kemudian kelompok khawarij 6 ini kembali muncul pada masa Amirul Mu‘minin ‗Ali bin Abi Thalib yang lagi-lagi berujung dengan terbunuhnya beliau .

Dengan ekstrimitas dan semangat tinggi tanpa ilmu, mereka berani ‗tampil beda‘

dengan para shahabat dalam beraqidah dan bermanhaj. Dengan kejahilan dan

kebodohan, mereka memiliki pemahaman dan penafsiran yang nyleneh terhadap Al-

Qur‘an, yang pemahaman dan penafsiran itu sama sekali tidak dikenal di kalangan para

shahabat . Diantaranya mereka telah sesat dalam memahami dan menafsirkan ayat:

―Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,

Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.‖ (QS. Al Maidah: 44).

Mereka memahami dan menafsirkan ayat diatas dengan pemahaman yang

sempit. Akibatnya menurut mereka, semua orang yang berhukum dengan selain

hukum Allah adalah Kafir keluar dari Islam. Padahal tidak demikian tafsir dan

pemahaman yang dikenal oleh para shahabat terhadap ayat tersebut.

Demikian juga di dalam menilai dan menyikapi realita (waqi‘) yang terjadi,

mereka berani ‗tampil beda‘ dengan para shahabat. Mereka yang notabene adalah

anak-anak bau kencur dan jahil sama sekali tidak mau meruju‘ kepada ‗ulama

shahabat. Yakni dengan serampangan didasari emosi mereka menilai dan menyikapi

peristiwa tahkim (penetapan hukum) yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan

Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan, dan semua pihak yang terlibat, serta siapa saja yang tidak

mengingkari tahkim tersebut adalah kafir keluar dari Islam. Karena kafir maka halal

darah dan harta mereka. Karena Amirul Mu‘minin telah kafir,maka harus dilakukan

penggulingan kekuasaan dengan memberontak. Akibatnya muncullah tindakan

pembunuhan, perampasan harta, harga diri diinjak-injak, dan kekacauan terhadap

6 Al Khawarij adalah bentuk plural (jamak) dari kata Al Kharijah, yang maknanya secara global adalah: Para pemberontak yang

keluar dari sikap taat kepada penguasa muslim dengan dalih kesesatan yang dilakukan oleh penguasa. (akan datang penjelasan lebih

lanjut, beserta dalil-dalilnya mengenai permasalahan ini pada bab kedua dari risalah ini, Insya Allah)

Page 21: Risalah Nasehat 1

21 | R i s a l a h N a s e h a t 1

sesama kaum muslimin sendiri. Sekian banyak darah tertumpah, jiwa melayang, harta

yang hilang,....., dan kaum muslimin ketakutan.

Hal itu semua, ternyata tidak lepas dari aqidah dan ideologi sesat khawarij yang

ternyata tumbuh dan berkembang subur di kalangan para aktivis Islam, yang aktivitas

dan pengalaman agamanya hanya dilandasi semangat dan emosi saja, tanpa ilmu yang

benar yang bersumber dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah sebagaimana yang difahami dan

diamalkan oleh para shahabat Rasulullah .

Mereka bodoh dan jahil terhadap pokok-pokok agama, lebih lagi dalam

masalah cabang-cabangnya, mereka mencomot beberapa ayat/hadits tapi mereka

kesampingkan ayat/hadits lainnya padahal ayat/hadits yang mereka kesampingkan itu

berkedudukan sebagai penjelas akan ayat/hadits lainnya, hanya karena tidak sesuai

dengan akal atau konsep pergerakan kelompok/partainya.

Hendaknya kita semua bisa mengambil pelajaran dari peringatan yang telah

disampaikan oleh Rasulullah sejak 14 abad yang lalu, yaitu ketika menyebutkan

sifat-sifat khawarij:

ع١خشج ف آخش اضب ل أدذاس ا٤عب عفبء ا٤دال ٠م خ١ش لي

. اجش٠خ ٠مشأ امشآ ال ٠جبص دبجش ٠شل اذ٠ و ٠شق اغ اش١خ

ف لز أجشا لز ػذ اهلل ٠ ام١بخ .فارا م١ز فبلز فا

―Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang muda-muda umurnya, pendek akalnya. Mereka mengatakan sebaik-baik ucapan manusia 7. Mereka membaca Al-Qur‘an (tapi) tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama ini seperti melesatnya anak panah dari (tubuh) buruannya. Maka jika kalian mendapati mereka (khawarij ), perangilah mereka ! karena sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat‖. [muttafaqun ‗alaihi].

Maka dalam rangka untuk memberikan nasehat dan peringatan kepada umat

dari bahaya penyimpangan dan penyesatan aqidah dan manhaj, bahaya aliran-aliran

sesat dan menyesatkan, demikian juga nasehat dan peringatan kepada umat dari

bahaya kejahatan tokoh-tokoh kebatilan, tak lupa pula kepada salah satu korbannya

7 Berkata Al Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits ini: ―Yaitu mereka pada zhahirnya seolah-olah bertaqwa, seperti

pernyataan mereka: ―tidak ada hukum kecuali hukum Allah, dan ucapan-ucapan lainnya berupa seruan mereka kepada Kitabullah.

Page 22: Risalah Nasehat 1

22 | R i s a l a h N a s e h a t 1

yang telah terjangkiti virus ganas berupa kesesatan tersebut Denie Asseif, maka kami

terpanggil untuk menulis risalah nasehat ini.

Namun karena beberapa kesibukan yang ada, dan jarangnya ada kesempatan

untuk Online di Internet sebagaimana Denie Asseif, serta panjang dan luasnya

pembahasan di satu sisi, dan juga banyaknya kitab-kitab referensi dan rujukan yang

disajikan kepada kami oleh saudara Denie Asseif yang harus diperiksa serta dikaji dan

dipahami kembali, walhamdulillah beberapa ikhwan mantan HTI, bersedia

menyediakan beberapa kitab atau buku yang dikeluarkan oleh HTI secara resmi

tersebut salah satunya kitab berbahasa arab berjudul Nidzamul Islam (Undang-

undang Islam) kitab ‗gado-gado‘ yang laris manis bak kacang goreng itu, dibagi-

bagikan secara gratis di halaqah-halaqah mereka, sebagaimana yang dia sarankan pada

komentarnya berikut ini, tentang kemana kami harus merujuk:

sehingga dikuatirkan tidak muncul pernyataan semacam berikut ini di

kemudian hari:

Sedangkan di sisi lainnya kebutuhan umat yang mendesak akan adanya

penjelasan hakekat berbagai pernyataan Denie Asseif secara khusus, baik di situs

pribadinya maupun di berbagai dinding facebook yang ada dan penjelasan kepada

hakekat terorisme secara umum, maka ‗berikutkan kami tampilnya‘ 8 risalah nasehat

8 Mengutip istilah yang sering dipakai oleh mas ‗Masih Katropolis‘ ketika kuliah dulu. yang diplesetkan dari pengucapan yang

seharusnya. Yang maksudnya adalah ‗berikutnya kami tampilkan‘

Page 23: Risalah Nasehat 1

23 | R i s a l a h N a s e h a t 1

ini dalam beberapa edisi yang berkelanjutan, Insya Allah. Maka risalah yang ada

ditangan pembaca ini adalah risalah edisi pertama. Yang mana pada edisi pertama ini

Insya Allah terdiri dari 3 (tiga)bab, namun pada kesempatan kali ini, kami hendak

menyampaikan sekilas saja tentang Muqaddimah penulisan risalah ini dan mengirim-

kannya secara bertahap, sehingga pembaca sekalian dapat menelaah serta memahami

permasalahan yang ada dengan penuh seksama, dan agar kami pun bisa menyisihkan

waktu untuk kembali menelaah buku-buku yang direkomendasikan kepada kami oleh

Denie Asseif sebagaimana telah lalu di atas, sehingga nantinya kami tidak mendholimi

orang lain diluar batas yang kami tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Seba-

gaimana difirmankan dalam Al-Qur‘an:

― Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengeta-

huan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawabnya.‖ (QS. Al Israa‘ 36)

― Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar pe-

negak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu

bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu ke-

maslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyim-

pang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan men-

jadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu

kerjakan.‖ (QS. An Nisaa: 135).

Page 24: Risalah Nasehat 1

24 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Dan juga seperti yang dikatakan oleh Denie Asseif, agar kami melihat kembali

penjelasan Surat Al Hujurat ayat 6,

― Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa

suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musi-

bah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu me-

nyesal atas perbuatanmu itu.‖ (QS. Al Hujurat: 6)

Anehnya si dungu ini selalu menetapkan standart ganda dalam berbagai prin-

sipnya, penilaian yang dilakukan semata atas dasar ta‘ashub hizbiyyah (fanatik keke-

lompokan). Dengan senantiasa bersikap ngawur dan serampangan dalam memahami

sebuah nash yang ada, tanpa didasari ilmu dan pemahaman yang benar. Mari kita si-

mak pernyataan-pernyataan Denie Asseiff yang dicomot dari opini media.

Page 25: Risalah Nasehat 1

25 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Perhatikan kata yang bergaris merah pada gambar diatas, dengan santainya dia

mengutip pemberitaan dari seorang bernama Muhammad Habibullah yang jelas-jelas

tanpa sumber, maka ini menunjukkan sebuah kontradiksi yang aneh.. ―Berbagai media

lokal dan international memberitakan‖. Dengan tanpa merasa malu dan salah karena

telah menyalahi prinsipnya sendiri sebagaimana yang dia katakan diatas ―Antum ru-

panya sudah tersesatkan oleh Opini media yang mana media sekarang dikuasai oleh

barat‖. Perhatikan pada dua kata yang bercetak tebal diatas yang sungguh sangat ber-

tolak belakang, di satu sisi dia mengutip Opini dari berbagai media lokal dan interna-

tional yang mana kita tidak mengetahui media apa saja yang terbungkus dalam kata

―berbagai‖ diatas, media yang terpercaya kah?? Atau media yang dipenuhi tendensi

tertentu dalam menyampaikan pemberitaannya. Berikutnya dia mengutip sebuah opi-

ni yang diterbitkan oleh Jawa Pos, sebuah media yang mendapat julukan sebagai me-

dia liberal oleh teman Denie Asseiff bernama Gigih Rahmat D#wa (tak kuasa kami

mengetik nama yang mengandung kekufuran tersebut)

Dan dengan asiknya dia menanggapi dengan sebuah kalimat ―hehe.. ada kekeli-

ruan tp moga bukan kesengajaan‖. Apakah sebuah media liberal yang penuh dengan

kekeliruan sebagaimana menurut perkiraan Denie Asseiff dan jaringannya dapat dija-

Page 26: Risalah Nasehat 1

26 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dikan sebuah landasan untuk menghukumi Fakta dan kebenaran??? Maka kami

ingatkan kembali Denie Asseiff dengan nasehatnya yang ‗bijak‘ di bawah ini...

Kemudian tak cukup sampai disitu prinsip-prinsip standart ganda yang dia

terapkan masih berlanjut, kali ini dia menukil dari sumber hizbut-tahrir.or.id yang

mana sumber tersebut pun menukil dari seorang Staff Mabes TNI AU yang telah

mereka tuduh sendiri sebagai thagut antek pemerintah.dimana tanpa ada kros cek dan

penelitian akan suatu khabar beritanya... hadits ahad ditolak9, khobar sesat diembat,

maka kembali kami mengingatkan akan sebuah nasehatnya yang bijak...

Masih berlanjut... kali ini Denie Asseiff menukilkan, masih dari media juga,

yang mungkin telah dia timbang keaktualannya tersebut... Republika Online..

9 Hadits Ahad: Yaitu Hadits yang tidak sampai derajat mutawatir. (akan datang penjelasan lebih lanjut pada

bab kedua risalah ini, Insya Allah)

Page 27: Risalah Nasehat 1

27 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka jelaslah dapat kita ketahui bahwa ucapannya tentang mana opini yang

menyesatkan dan mana yang tidak, hanya terbatas pada kungkungan lingkup ta‘ashub saja, setiap opini yang sejalan dengan ideologi kelompoknya sekalipun itu dari jalan

pemberitaan yang tidak jelas maka itu menjadi opini yang diterima, sebaliknya jika

menyelisihi paham kelompoknya maka itu adalah sebuah opini yang sesat sekalipun

itu benar adanya.

Seandainya tidak kami khawatirkan bahwa jika pengiriman risalah ini

disampaikan dalam bentuk sekaligus akan membuat sulit dipahami atau bosan

dikarenakan tebalnya risalah ini yang mencapai lebih dari 100 halaman. Maka untuk

itulah dengan mempertimbangkan kemaslahatan yang ada, maka kami memutuskan

untuk tidak dulu menyertakan pembahasan inti risalah nasehat ini, yang Insya Allah

termaktub dalam bab kedua risalah ini dan kami kirimkan secara berangsur bab demi

bab, dimulai dari bab pertama. Semoga bermanfaat untuk diri kami, untuk saudara

kami Denie Asseiff yang sangat membutuhkan bimbingan serta nasehat juga untuk

saudara-saudara kami kaum muslimin seluruhnya.

Page 28: Risalah Nasehat 1

28 | R i s a l a h N a s e h a t 1

wafat 187 H

“Tidak ada seorang pun yang memiliki ambisi

untuk mendapatkan kekuasaan melainkan ia

pasti senang menyebutkan kekurangan dan cela orang lain, sehingga dialah yang dikenal

sebagai orang yang sempurna. Dia pun tidak

senang apabila ada orang yang menyebutkan kebaikan orang lain. Barangsiapa gila akan

kekuasaan, maka ucapkanlah “selamat berpisah” dari kebaikan-kebaikannya.

Page 29: Risalah Nasehat 1

29 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Permusuhan berbagai paham dan aliran sesat

terhadap Ahlus Sunnah dan upaya mereka

menyebarkan paham dan alirannya.

Upaya menggiring umat menuju kepada jurang berbagai paham dan aliran

yang menyimpang terus dilakukan dengan gencar oleh para pengusung dan

simpatisannya tak terkecuali Denie Asseif, melalui berbagai media. Pada saat yang

sama mereka memberikan gambaran-gambaran negatif terhadap da‘wah Ahlus

Sunnah dan para ‗Ulamanya, tak luput pula para da‘inya. Di satu sisi kaum Syi‘ah

dengan berbagai alirannya dan kelompok Shufi dengan beragam tareqatnya –

terkhusus pada masa ini – telah menaruh dendam yang sangat besar terhadap da‘wah

Ahlus Sunnah dan memberikan julukan-julukan negatif dalam rangka menjauhkan

kaum muslimin darinya.

Tak kalah gencarnya adalah kaum neo-khawarij dengan berbagai kelompok

dan alirannya, baik Al-Qaeda, JI (Jama‘ah Islamiyyah), NII, LDII, FPI (Front Pembela

Islam), IM (Ikhwanul Muslimin), maupun HT (Hizbut Tahrir), dan lain sebagainya;

begitu juga kaum neo-Mu‘tazilah dengan berbagai lembaga liberalnya, baik JIL

(Jaringan Islam Liberal), IAIN, dan sebagainya; terus mempropagandakan aqidah

mereka ditengah-tengah umat dengan bermacam cara yang tak kalah canggih

dibanding kaum Syi‘ah dan Shufi. Berjenis-jenis buku, buletin, majalah mereka

terbitkan. Begitu pula melalui media internet mereka terus gencar menanamkan

aqidah takfir (menganggap kafir saudaranya yang muslim) dan penentangan terhadap

penguasanya serta berbagai paham lain yang bertentangan dengan Al-Qur‘an dan As-

Sunnah, memprovokasi kaum muslimin untuk membenci dan memusuhi

pemerintahnya sehingga wibawa para penguasa tersebut jatuh dan tidak berharga lagi.

Bahkan lebih parahnya kelompok-kelompok sempalan itu menggiring umat untuk

berkeyakinan bahwa pemerintahnya telah kafir, sehingga harus diserang, digulingkan,

atau setidaknya dimunculkan tindakan-tindakan teror. Buletin, majalah, buku,

maupun mimbar-mimbar kaum muslimin, baik di masjid-masjid ataupun melalui

acara-acara tabligh akbar dan yang semisalnya, telah dijadikan sebagai arena provokasi

dalam rangka menimbulkan kebencian dan sikap antipati terhadap Waliyyul Amr. Semangat Hizbiyyah (Berkelompok/Bergolong-golongan) terus ditanamkan melalui

acara-acara bai‘at (janji setia) kepada amir/pimpinan kelompok masing-masing yang

diambil dari para pengikutnya.

Page 30: Risalah Nasehat 1

30 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Mengapa mereka tersesat ?

Ada sebuah pertanyaan yang harus diajukan, yaitu: Mengapa mereka tersesat?

Padahal mayoritas kelompok atau aliran tersebut menyatakan bahwa mereka berada

diatas Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Lalu apa yang menyebabkan mereka jatuh pada

penyimpangan dan kesesatan?

Jawabannya: karena mereka hendak memahami Al-Qur‘an dan As-Sunnah

tidak dengan apa yang diajarkan dan diamalkan oleh generasi Salaf. Masing-masing

kelompok memiliki pemahaman yang berbeda terhadap nash-nash Al-Qur‘an dan Al-

Hadits serta cenderung bertabrakan satu sama lain sesuai dengan kepentingan

kelompoknya masing-masing. Tiap-tiap kelompok menggunakan nash-nash Al-

Qur‘an dan Al-Hadits sebagai tameng untuk melindungi penyimpangan dan

kesesatan mereka. Dengan cara meletakkannya tidak pada tempatnya, tidak sesuai

dengan apa yang telah dipahami, disampaikan, dan diamalkan oleh generasi as-salafush

shalih. Padahal Rasulullah sebagai junjungan dan penuntun kita, ketika menjelaskan

akan munculnya perpecahan yang akan menimpa umat ini menjadi 73 kelompok, dan

beliau ditanya tentang ciri-ciri serta kriteria satu-satunya kelompok yang selamat,

dengan tegas beliau menjawab:

وب ػ ث ب أب ػ١ ا١ أصذبث

―Mereka (kelompok yang selamat itu) adalah orang-orang yang kondisinya berada diatas apa yang aku dan sahabatku berada diatasnya pada hari ini (pada masa Rasulullah berbicara / semasa hidup beliau).‖ [Hadits Riwayat. Ath-Thabarani]

Begitu pula ketika Beliau mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa mereka akan

menyaksikan perselisihan yang banyak, dengan tegas beliau memerintahkan para

shahabatnya untuk berpegang pada prinsip/manhaj beliau. Dengan tegas pula beliau

memperingatkan para sahabatnya dari bahaya bid‘ah (logika, ra‘yu, cara, paham yang

diada-adakan). Rasulullah bersabda:

Page 31: Risalah Nasehat 1

31 | R i s a l a h N a s e h a t 1

فؼ١ى ثغز عخ اخفبء ، فا ٠ؼش ى فغ١ش اخزالفب وث١شا

ئ٠ب و ، ػضا ػ١ب ثباجز، اشا شذ٠ اذ١٠ ثؼذ

و ذذثبد ثذػخ و ثذػخ ضالخ ف . ذذثبد ا٤س فا

.سا٠خ و ضالخ ف ابس

―Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati perselisihan yang sangat banyak. (maka dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang telah mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham (suatu perumpamaan Rasulullah untuk memegang sunnah tersebut erat-erat). Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam masalah agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru yang diada-adakan adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di Neraka‖. [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad]

Namun hawa nafsu Hizbiyyah (semangat kekelompokan) yang membutakan

telah menghalangi mereka dari mengikuti jejak generasi yang telah dipuji oleh

Rasulullah dan dijadikan sebagai tolok ukur kebenaran dalam memahami Al-

Qur‘an dan As-Sunnah. Sikap seperti ini menggiring mereka untuk terus lebih

mengedepankan logika dan cara pandang kelompoknya dibanding pemahaman

generasi salafush shalih. Sehingga mereka terus berada dalam kungkungan perpecahan

dan sikap ‗ashabiyyah (Sikap membela kelompok secara membabi buta).

Upaya terselubung

menolak manhaj Salaf

Tidak dapat dipungkiri bahwa manhaj/metode pemahaman Salaf dalam

memahami Al-Qur‘an dan As-Sunnah bagaikan duri dalam daging bagi para penebar

paham sesat, serta menjadi tembok penghalang bagi berbagai kelompok dan aliran

sempalan dalam upaya mereka menebarkan pahamnya ditengah umat. Tentunya

mereka tidak akan berani terang-terangan menolak untuk kembali kepada Al-Qur‘an

Page 32: Risalah Nasehat 1

32 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dan As-Sunnah berdasarkan manhaj salafush shalih karena itu merupakan suatu

kekonyolan dan akan menyulitkan mereka. Tetapi penolakan tersebut mereka lakukan

dengan berbagai ungkapan yang terkesan ilmiah dan tidak menyerang namun pada

hakekatnya itu adalah sikap penolakan terhadap manhaj Salaf.

Sebagian mereka mengatakan:

Janganlah kita terlalu tekstual dalam memahami nash-nash Al-Qur‘an dan As-

Sunnah.

Kita harus mengaktifkan akal ke arah ijtihad dan pembaharuan.

Masing-masing kelompok bekerja pada bidangnya menutupi kekurangan atau

kelemahan kelompok lain.

Masing-masing kelompok sama-sama berbuat untuk La ilaha Illallah.

Kita harus bisa menyesuaikan dengan kultur setiap daerah.

Jangan terlalu sibuk dengan pusaran polemik masalah aqidah.

Kita tidak boleh bergelut dalam hal-hal yang mengundang perbedaan namun

tidak memperhatikan hal-hal yang menjadi kesepakatan bersama.

Atau prinsip utama kelompok IM (Ikhwanul Muslimin) yang dimotori oleh

seorang penganut aliran sesat Tarekat Hushafiyyah, salah satu tarekat tashawuf shufi Hasan Al-Banna 10 yang sering mereka dengungkan, yaitu: ―Kita bekerjasama dalam perkara yang kita sepakati, dan saling mentolerir dalam perkara yang kita perselisihkan‖.

Itulah beberapa ungkapan dari berbagai kelompok sempalan yang berada di luar garis

manhaj generasi salafush shalih. Dengan ungkapan-ungkapan yang nampak indah dan

diplomatis itu, mereka menolak untuk beramal dan beraqidah serta memahami Al-

Qur‘an dan Al-Hadits sesuai pemahaman generasi as-salafush shalih.

10

Ayahnya adalah seorang ahli hadits bernama Abdurrahman Al-Banna yang telah menyusun ulang kitab musnad milik Abu Dawud

Ath-Thayalisi. Namun sangat disayangkan Hasan Al-Banna tidak mau mengikuti jejak ayahnya. [Ta’liq (catatan pinggir)

pembahasan kitab shahih muslim oleh Ustadzuna Usamah bin Faisal Mahri, Lc. (murid Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-

Madkhali) Ketika kami belajar di majelis ta’lim dan da’wah assunnah malang.]

Page 33: Risalah Nasehat 1

33 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Ada Apa dengan Salaf (اغف) Menurut bahasa , Salaf artinya ‗nenek moyang‘ yang lebih tua dan lebih utama 11.

Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan ( :salaf seseorang, maksudnya (عف اشج

kedua orang tua yang telah mendahuluinya.12

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

خ١ش أسلفت أعذ ع ب

―Engkau telah berislam karena kebaikan yang telah engkau dahului‖.

Adapun menurut istilah, kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari

ummat Islam ini, yang terdiri dari para Shahabat, Tabi‘in 13, Tabi‘ut Tabi‘in 14, dan para

Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan

oleh Allah , pun juga Imam empat madzhab 15. sebagaimana dalam Hadits

Rasulullah :

."خ١ش ابط لش ث از٠ ٠ ث از٠ ٠" ―Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat),

kemudian yang sesudahnya (masa Tabi‘in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi‘ut Tabi‘in)‖. [HR. Bukhari (no. 2652) dan Muslim (no. 2533) dari Shahabat ‗Abdullah

bin Mas‘ud ]

Berikutnya adalah hadits tentang ketika Rasulullah berwasiat kepada putrinya

Fatimah ,

عم أب هاغف ن ف―Maka sebaik-baik salaf (pendahulu) untukmu adalah aku‖.

11

Lisanul ‗Arab (VI/331) karya Ibnu Manzhur (wafat th.711 H)12

Lihat al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Itsbaat fii Aayatish Shifat (I/11) karya Syaikh Muhammad bin ‗Abdurrahman al-

Maghrawi,Muassasah ar-Risalah, th.1420 H. 13

Generasi setelah para Shahabat, anak-anak atau murid-murid dari para Shahabat. Tidak pernah bertemu dengan Rasulullah r tapi

bertemu dengan kebanyakan para Shahabat (hidup di masa para Shahabat). 14

Generasi setelah Tabi‘in, anak-anak atau murid-murid para Tabi‘in. Tidak pernah bertemu dengan para Shahabat tapi bertemu

dengan kebanyakan para Tabi‘in 15

Mereka adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi‘i, Imam Ahmad bin Hambal

Page 34: Risalah Nasehat 1

34 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menukilkan Ijma‘ kesepakatan para

‗Ulama dalam penisbahan kepada salaf,

ث ٠جت لجي , اعزض ئ١, ازغت ئ١, ال ع١ت ع أظش زت اغف".

زت اغف ال ٠ى ئال حمب, ره ارفبلب (4 ج 149ص. جع فز). فا

―Tidak ada cela bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, menisbahkan diri padanya, dan beridentitas dengannya (selama dia berusaha menerapkan prinsip-prinsip salafush shalih pada dirinya). Bahkan wajib menerima hal tersebut secara kesepakatan, karena tidaklah pada madzhab salaf (salafush shalih) kecuali kebenaran...‖ [Majmu‘

Fatawa jilid 4 hal 149].

Berkata al-Qalsyani: ―Shalafush Shalih ialah generasi pertama dari umat ini yang

pemahaman ilmu agamanya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk nabi , menjaga

Sunnahnya, Allah pilih mereka untuk menemani nabi-Nya dan untuk

menegakkan agama-Nya..‖16

Berkata Asy-Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji: ―Penerapan istilah Salaf tidak cukup

dibatasi waktu, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur‘an dan As-Sunnah menurut

pemahaman salafush shalih (tentang aqidah, manhaj, akhlak, muamalah, dll).

Barangsiapa yang pendapatnya menyelisihi Al-Qur‘an dan As-Sunnah, maka ia

tidaklah dikatakan Salafy meskipun ia hidup pada zaman Shahabat, Tabi‘in, dan Tabi‘ut

Tabi‘in. 17

Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyun bukanlah termasuk perkara bid‘ah,

akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar‘I karena menisbatkan diri

kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Shahabat, Tabi‘in, Tabi‘ut Tabi‘in.

Berkata Asy Syaikh Salim bin ‗Ied al-Hilali: ―Ahlus Sunnah wal Jama‘ah dikatakan juga

as-Salafiyyun karena mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Shahabat dan

Tabi‘in. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan

berdasarkan manhaj mereka –di sepanjang masa- mereka ini disebut Salafy 18, dan

16

Al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Isbaat fi Aayatish Shifat (I/11) 17

Al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Isbaat fi Aayatish Shifat (I/13-14) 18

(karena dinisbatkan kepada kata Salaf (عف) yang maknanya adalah pendahulu dari kalangan Salafush Shalih dan disandarkan kepada huruf ―ي‖ Nisbah menjadi (عف) maknanya berubah menjadi orang yang mengikuti cara pandang dalam beragama

Page 35: Risalah Nasehat 1

35 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Salaf bukanlah suatu kelompok atau golongan atau partai sebagaimana yang dipahami

oleh sebagian orang awam, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup dalam beraqidah,

beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap

muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan

‗aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah dan para Shahabat

sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.19

Makna Ahlus Sunnah wal Jama‘ah

Ahlus Sunnah wal Jama‘ah ialah:

Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah dan

para Shahabatnya . Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya mereka berpegang dan

ber-ittiba‘ (mengikuti) Sunnah Nabi dan para Shahabatnya .

As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan/cara, sama saja apakah jalan itu baik

atau buruk.20

As-Sunnah menurut ‗ulama fiqih adalah setiap perkataan, perbuatan, taqrir (diamnya Nabi terhadap perbuatan dan perkataan Shahabat ) yang apabila

dikerjakan pelakunya mendapatkan pahala dan bila tidak mengerjakan tidak

berdosa.21

As-Sunnah menurut ‗ulama ‗aqidah adalah petunjuk yang dilakukan oleh

Rasulullah dan para Shahabatnya , baik tentang ilmu, i‘tiqad (keyakinan),

perkataan, dan perbuatan. dan ini adalah As-Sunnah yang wajib diikuti, orang

yang mengikuti akan dipuji dan orang yang menyalahi akan dicela.22

kepada generasi salafush shalih. Seperti kata Indonesia, jika kata tersebut berdiri sendiri maka maknanya adalah negara Indonesia yang maknanya berubah menjadi (اذغ) nisbah maka menjadi Indonesiy ‖ي― namun jika dia disandarkan dengan huruf ,(اذغ١ب)orang yang berwarganegara Indonesia.) 19

Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama‘ah fil ‗Aqiidah 20

Lisanul ‗Arab (VI/399), sebagaimana juga hal ini termaktub dalam kitab Nizhamul Islam. cet. Ke-6 tahun 2001 M – 1422 H, bab

As Sunnah hal. 79 21

RisalahLathiifah Jaami‘ah fii Ushul Fiqhil Muhimmah hal.11-14 ―Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di‖ 22

Buhuuts fii ‗Aqidah Ahlis Sunnah hal.16

Page 36: Risalah Nasehat 1

36 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Berkata Ibnu Rajab Al-Hanbaly (wafat 795 H): ― As-Sunnah adalah jalan yang

ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan

oleh Nabi dan para Khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i‘tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan. Itulah As-Sunnah yang sempurna. Oleh karena

itu generasi salaf yang terdahulu tidak menamakan As-Sunnah kecuali kepada apa

yang mencakup ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan Al Bashry

salah seorang pembesar dari kalangan Tabi‘in (wafat tahun 110 H), Imam Al-Auza‘i

(wafat tahun 157 H) dan Imam Fudhail bin ‗Iyadh (wafat tahun 187 H)‖.23

Berkata Imam Abu Syammah Asy-Syafi‘I (wafat th. 665 H): ―Perintah untuk

berpegang kepada jama‘ah, maksudnya ialah berpegang kepada kebenaran dan

mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan sunnah itu sedikit dan yang menyalahi

banyak. Karena kebenaran itu adalah apa yang dilaksanakan Rasulullah dan para

Shahabatnya tanpa melihat kepada orang-orang yang menyimpang sesudah

mereka‖.

Sebagaimana dikatakan oleh Shahabat ‗Abdullah bin Mas‘ud :

."اجبػخ ب افك اذك ئ وذ دذن"

―Al-Jama‘ah adalah setiap yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian‖.24

Jadi Ahlus Sunnah wal Jama‘ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter

mengikuti sunnah Nabi dan menjauhi perkara-perkara yang baru dalam agama

yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan Salaful Ummah (Umat Terdahulu).

Karena mereka adalah orang yang mengikuti Sunnah Rasulullah dan

mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba‘. Disamping itu, mereka juga dikatakan sebagai Ath-Thaifah Al-Manshuraah (Golongan yang mendapat pertolongan Allah ), Al-Firqatun Naajiyah (Golongan yang selamat), Al-Ghuraba‘ (Golongan orang-orang

yang terasing).

23

Jaami‘ul ‗Uluum wal Hikaam hal.495 ―Ibnu Rajab, Tahqiq dan Ta’liq Thariq bin ‗Awadhullah bin Muhammad –cet. II- Daar Ibnul

Jauzy- th. 1420 H. 24

Syarah Ushuulil I‘tiqad karya Al-Laalika no.160

Page 37: Risalah Nasehat 1

37 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Tentang Ath-Thaifah Al-Manshuraah, Rasulullah bersabda:

خ لبئخ ثأش اهلل ال ٠ضش خز ال خبف " ز أ ال رضا ي أ

"حز ٠أر١ أش اهلل ع ره

―Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang selalu tegak dalam kebenaran dengan perintah Allah , tidak akan memudharatkan mereka orang yang tidak menolongnya dan orang yang menyelisihinya sampai datang ketetapan Allah (Kematian) dan mereka tetap dalam keadaan yang demikian itu‖. [HR. Bukhari (no. 3641) dan Muslim

(no. 1037), dari Shahabat Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan ]

Tentang Al-Ghurabaa‘, Rasulullah bersabda:

اإلعال ثذأ غش٠جب ع١عد غش٠جب وب ثذأ" : ل١. فطث غشثبء, ئ

از٠ " ف سا٠خ " از٠ ٠صح ئرا فغذ ابط : ٠ب سعي اهلل ؟ لبي

."٠صح ب أفغذ ابط ثعذ عز

―Sesungguhnya Islam itu berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada keasingan sebagaimana awalnya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing. Rasulullah ditanya: Siapa mereka wahai Rasulullah ? Rasulullah berkata: Yaitu orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia rusak‖. [Shahih HR. Abu

Amr Ad Dani dari shahabat Abdullah bin Mas‘ud]. Dan dalam riwayat yang lain ―Yaitu

orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah ) sesudah dirusak

(diubah-ubah) oleh manusia. [HR. Tirmidzi (no. 2630), dari shahabat ‗Amr bin ‗Auf.

Beliau (Imam Tirmidzi) berkata hadits ini hasan shahih].

Tentang Al-Firqatun Najiyah, Allah berfirman:

―Maka jika mereka beriman seperti imannya kalian (para shahabat) terhadapnya, maka sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam perpecahan. Maka cukuplah Allah bagimu (wahai Muhammad)

Page 38: Risalah Nasehat 1

38 | R i s a l a h N a s e h a t 1

terhadap mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui‖. (QS.

Al-Baqoroh 137)

Disini Allah menegaskan bahwa imannya para shahabat merupakan patokan

bagi benar tidaknya keimanan seseorang.

Kemudian lebih menegaskan lagi tentang siapakah Al Firqatun Najiyah tersebut, maka

Al Khatib Al Baghdadi telah meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Al Imam

Ahmad bin Hambal, bahwasanya beliau menyebutkan hadits Nabi tersebut, kemu-

dian beliau berkata: ―Kalau mereka (Al Firqatun Najiyah itu) bukanlah Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa lagi mereka itu‖.25

Ahlus Sunnah, Ath-Thaifah Al-Manshurah, dan Al-Firqatun Najiyah semua-

nya disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan dengan nama-nama diatas adalah suatu

yang masyhur (tidak asing) dan dikenal sejak generasi Salaf, karena merupakan tuntu-

nan nash dan sesuai dengan kondisi dan realitas yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan

sanad shohih dari para Imam seperti, ‗Abdullah Ibnul Mubarak, ‗Ali Ibnul Madini

(Guru Imam Bukhari), Imam Ahmad bin Hambal, Imam Al Bukhari, Ahmad bin Si-

nan dan yang lainnya, 26.سد اهلل

SEJARAH MUNCULNYA ISTILAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA‘AH

Penamaan istilah Ahlus Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada

kurun yang dimuliakan Allah yaitu generasi Shahabat, Tabi‘in, dan Tabi‘ut Tabi‘in.

Ibnu ‗Abbas 27 berkata ketika menafsirkan firman Allah :

25

Pernyataan dengan ungkapan seperti ini, jika diucapkan oleh seorang ‗alim mujtahid yang ilmunya bagaikan samudra seperti Imam

Ahmad, maka memiliki bobot sebagai suatu kepastian. Adapun jika dinyatakan oleh seorang yang sedikit ilmunya, maka itu

menunjukkan ketidaktahuan dan keterbatasan. 26

Sunan At-Tirmidzi: Kitaabul Fitan (no.2229) 27

Beliau adalah ‗Abdullah bin ‗Abbas bin ‗Abdul Muthalib, anak paman Rasulullah , penafsir Al-Qur‘an dan pimpinan kaum

muslimin di bidang tafsir.

Page 39: Risalah Nasehat 1

39 | R i s a l a h N a s e h a t 1

― Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS. Ali ‗Imraan: 106)

―Adapun orang yang putih wajahnya mereka adalah Ahlus Sunnah wal

Jama‘ah, adapun orang yang hitam wajahnya mereka adalah ahlul bid‘ah dan sesat‖.28

Kemudian istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh kebanyakan ‗Ulama Salaf ,

diantaranya:

1. Sufyan Ats-Tsaury (wafat th. 161 H) berkata: ―Aku wasiatkan kalian

untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena

mereka adalah Al-Ghurabaa‘ (orang yang terasing). Alangkah

sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama‘ah‖.29

2. Imam Syafi‘i (wafat th.204H) berkata: ―Apabila aku melihat

seorang Ahli Hadits (Ahlus Sunnah), seolah-olah aku melihat seorang

dari Shahabat Nabi , mudah-mudahan Allah memberikan ganjaran

yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok

agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka.

3. Imam Ahmad bin Hambal (hidup th. 164-241 H) berkata dalam

muqoddimah kitabnya, as-sunnah: ―Ahlus Shunnah mereka dikenal

sebagai pengikut sunnah Rasul dan para Shahabatnya , dari

semenjak zaman Shahabat hingga pada masa sekarang ini.

4. Imam Al-Muzaniy , salah seorang murid besar Al Imam Asy-Syafi‘i

. Dalam kitabnya Syarhus Sunnah.

5. Imam Al Barbahary , dalam kitabnya Syarhus Sunnah.

6. Imam Abu Ja‘far Ath-Thahawy dalam kitabnya ‗Aqidah Thahawiyah.

28

Lihat Tafsir Ibni Katsir (I/419, cet. Daarus Salaam) 29

Syarah Ushuul I‘tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama‘ah (I/71 no.49-50)

Page 40: Risalah Nasehat 1

40 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Nasehat beberapa Ulama Salaf

Oleh karena itu beberapa ‗ulama salaf menasehatkan untuk kita selalu merujuk dan

berpegang dengan Atsar 30 (peninggalan-peninggalan) mereka, baik dalam bidang

aqidah, akhlaq, manhaj, maupun ibadah. Antara lain:

Shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman berkata:

لجى, ارما اهلل ٠ب عشش امشاء فاهلل ئ عجمز مذ عجمز , خزا طش٠ك

. ئ رشوز ١٠ب شبال مذ ضز ضالال ثع١ذا, عجمب ثع١ذا

―Bertaqwala kepada Allah wahai sekalian Al-Qurra‘ (para ahli membaca Al-Qur‘an), ikutilah jejak generasi sebelum kalian. Demi Allah, jika kalian melampaui (berlebihan) maka sungguh kalian telah melampaui batas yang jauh. Namun jika kalian mencampakkan jejak generasi sebelum kalian (dengan menyimpang) ke kanan atau ke kiri, sungguh kalian telah tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh. [lihat

Lammud Duril Mantsur hal.30].

Shahabat ‗Abdullah bin ‗Abbas berkata:

. ئ٠بو اجذع, ع١ى ثبإلعزمبخ األثش

―Wajib atas kalian untuk beristiqomah dan berpegang kepada atsar, dan berhati-hatilah kalian dari berbagai bid‘ah.‖ [lihat Lammud Duril Mantsur hal.30].

Perhatikan nasehat kedua shahabat Rasulullah diatas dengan tegas keduanya

mengingatkan kita untuk mengikuti atsar salaf (jejak generasi as-salafush shalih)

karena itu adalah jalan keselamatan dari berbagai kesesatan dan paham yang

30

Atsar terkadang bermakna sama dengan hadits. Terkadang bermakna umum mencakup pula perbuatan, ucapan, persetujuan para

shahabat dan tabi‘in. Yang dimaksud disini adalah segala hal yang datang dari Nabi dan Shahabatnya .

Page 41: Risalah Nasehat 1

41 | R i s a l a h N a s e h a t 1

menyimpang. Ini pula yang ditegaskan oleh salah seorang imam dari kalangan Tabi ‘in,

yaitu Al Imam Al-Auza‘i , dalam salah satu nasehatnya beliau mengatakan:

ئ٠بن أساء اشجبي ئ صدشف ، ػ١ى ثأثش اغف ئ سفضه ابط

.ه ثبمي

―Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan atsar-atsar as salaf, walaupun umat manusia menolakmu, dan hati-hatilah engkau dari logika-logika para tokoh meskipun mereka menghiasinya untukmu dengan perkataan (yang indah).‖ [lihat

Lammud Duril Mantsur hal.33].

Berkenalan

dengan

‘Ulama Salaf

Pimpinan ‗ulama ahlul hadits as-salafiyyin adalah Nabi Muhammad . Kemudian

perintis jejak pertama yang mengenakan mahkota fuqaha‘ ahlil hadits adalah para

shahabat Rasulullah yang paling terkenal dari mereka adalah:

1. Khalifah yang empat

Abu Bakr Ash Shiddiq

‗Umar bin Al Khaththab

‗Utsman bin ‗Affan

‗Ali bin Abi Thalib

2. Al ‗Abadillah dan para shahabat yang lainnya:

Ibnu Mas‘ud

Ibnu ‗Umar

Ibnu Abbas

Ibnu Az Zubair

Ibnu ‗Amr

Page 42: Risalah Nasehat 1

42 | R i s a l a h N a s e h a t 1

‗Aisyah

Ummu Salamah

Zainab

Zaid bin Tsabit

Abu Hurairah

Jabir bin Abdillah

Abu Sa‘id Al Khudri

Mu‘adz bin Jabal

3. Setelah para shahabat Rasulullah adalah para tokoh tabi‘in, antara lain:

Sa‘id bin Al Musayyib wafat 90 Hijriah

‗Urwah bin Az Zubair wafat 94 H

‗Ali bin Al Husain Zainal Abidin wafat 93 H

Muhammad bin Al Hanafiyyah wafat 80 H

Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas‘ud wafat 94 H

Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H

Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr Ash Shiddiq wafat 106 H

Al Hasan Al Bashri wafat 110 H

Muhammad bin Sirin wafat 110 H

Khalifah Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H

Muhammad bin Syihab Az Zuhri wafat 125 H

4. Kemudian tabi‘ut tabi‘in, diantara tokoh-tokoh mereka:

Malik bin Anas (Imam Malik, pendiri madzab Maliki. Guru Al Imam

Asy-Syafi‘i) wafat 173H

Abdurrahman bin Amr Al Auza‘i (Imam Al Auza‘i) wafat 157 H

Sufyan bin Sa‘id bin Masruq Ats Tsauri wafat 161 H

Sufyan bin Uyainah wafat 193 H

Ismail bin Ulayyah wafat 193 H

Al Laits bin Sa‘d wafat 175 H

Abu Hanifah An Nu‘man (Imam Abu Hanifah, pendiri madzab

Hanafi) wafat 150 H

Abdullah bin Al Mubarak wafat 181 H

Waki‘ bin Al Jarrah (Guru Imam Syafi‘i) wafat 197 H

Muhammad bin Idris Asy Syafi‘i (Imam Syafi‘i, pendiri madzab

Syafi‘i, Guru Imam Ahmad sekaligus murid Imam Malik) wafat 204H

Page 43: Risalah Nasehat 1

43 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Abdurrahman bin Mahdi wafat 198 H

Yahya bin Sa‘id Al Qaththan wafat 198 H

Affan bin Muslim wafat 219 H

5. Kemudian murid-murid mereka yang berjalan di atas manhaj mereka,

diantaranya:

Yahya bin Yahya At Tamimi wafat 226 H

Ishaq bin Rahawaih wafat 238 H

Ahmad bin Hanbal (Imam Ahmad, pendiri madzhab Hanbali, murid

kesayangan Imam Asy-Syafi‘i, sekaligus Guru dari Imam Bukhari) wafat

241 H

Yahya bin Ma‘in wafat 233 H

Ali bin Al Madini (Guru Imam Bukhari) wafat 243 H

Abu Bakr bin Abi Syaibah wafat 253 H

6. Kemudian murid-murid mereka, diantaranya:

Muhammad bin Isma‘il Al Bukhari (Imam Bukhari) wafat 256 H

Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi (Imam Muslim) wafat 271 H

Abu Hatim Ar Razi wafat 227 H

Abu Zur‘ah Ar Razi wafat 264 H

Abu Dawud (pengarang kitab sunan Abi Dawud) wafat 275 H

Muhammad bin Isa At Tirmidzi (Imam Tirmidzi) wafat 279 H

Ahmad bin Syu‘aib An Nasa‘i wafat 303 H

7. Kemudian orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari generasi ke

generasi, antara lain:

Ibnu Jarir wafat 310 H

Ibnu Khuzaimah wafat 311 H

Ad Daruquthni wafat 385 H

Ath Thahawi wafat 360 H

Ibnu Baththah wafat 387 H

Ibnu Abi Zamanain 399 H

Al Hakim An Naisaburi wafat 405 H

Al Lalika-i wafat 416 H

Al Baihaqi wafat 458 H

Ibnu Abdil Barr wafat 463 H

Page 44: Risalah Nasehat 1

44 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Al Khatib Al Baghdadi wafat 463 H

Al Baghawi wafat 516 H

Ibnu Qudamah wafat 620 H

8. Diantara murid-murid mereka dan orang-orang yang meniti jejak mereka:

Yahya bin Syaraf An Nawawi (Imam Nawawi) wafat 661 H

Majdudin Ibnu Taimiyyah wafat 652 H

Ibnu Daqieq Al ‗Ied wafat 702 H

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah wafat 728 H

Imam Adz Dzahabi (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ) wafat

748 H

Ibnul Qoyyim (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ) wafat 751H

Ibnu Katsir (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ) wafat 774 H

Asy Syathibi wafat 790 H

Ibnu Rajab wafat 795 H

9. Para ‗ulama setelah mereka yang mengikuti jejak mereka di dalam berpegang

dengan Al-Qur‘an dan As-Sunnah sampai hari ini. Diantaranya:

Ash Shan‘ani wafat 1182 H

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H

Muhammad bin Ali Asy Syaukani wafat 1250 H

Al Laknawi wafat 1304 H

Al Muhaddits Al Mubarakfuri wafat 1353

Abdurrahman As Sa‘dy wafat 1367 H

Ahmad Syakir wafat 1377

Muhammad bin Ibrahim Alu Asy Syaikh wafat 1389 H

Muhammad Amin Asy Syinqithi wafat 1393 H

Asy Syahid Jamilurrahman wafat 1412 H

Hamud At Tuwaijiri wafat 1413 H

Badi‘ud Dien As Sindy wafat 1416 H

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz wafat 1420 H

Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani wafat 1420 H

Muhammad bin Shalih Al Utsaimin wafat 1423 H

Muqbil bin Hadi Al Wadi‘e wafat 1423 H

Shalih bin Fauzan Al Fauzan دفظ اهلل

Rabi‘ bin Hadi Al Madkhali دفظ اهلل

Page 45: Risalah Nasehat 1

45 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Abdul Muhsin Al Abbad دفظ اهلل

Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ahlul hadits Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.

Selain mereka yang membela sunnah dan manhaj salaf siang dan malam dengan

mengharap pahala dan ganjaran dari Allah , jauh dari ambisi kepada kekuasaan

‗khilafah‘. maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bagi umat ini orang-

orang yang mengemban perkara yang agung ini yang berfungsi untuk menjaga agama

umat ini.

Termasuk juga bantahan dan penjelasan para ulama tentang kebatilan dan

kesesatan manhaj neo-khawarij dan terorisme, dan termasuk pula bantahan atas

kebatilan dan kesesatan tokoh-tokoh besar neo-khawarij dan teroris pada masa ini.

Dengan gencar para ulama mentahdzir (memperingati dengan keras) umat dari

bahaya-bahaya mereka melalui berbagai media dan sarana, baik ceramah, diskusi,

tulisan, kitab-kitab, internet, dll. Sehingga dengan itu, benar-benar terbongkarlah

segala penyimpangan dan kesesatan mereka.

Itulah sebabnya kenapa sang bocah petualang bernama Denie Asseif yang

masih bau kencur ini, yang tak diketahui latar belakang pembelajaran agamanya alias

majhul. Entah darimana dia belajar agama dan kapan..., atau apa yang sudah

dipelajarinya..., entahlah apakah si bocah ingusan ini sudah mempelajari ilmu-ilmu

alat dasar untuk memahami pokok-pokok agama ini seperti ilmu bahasa arab, ilmu

tajwid, ilmu mustholah hadits, ilmu ushul fiqh, dll. sebelum berkoar-koar soal

―khilafah‖ bermodal sedikit doktrin dari tokoh kelompoknya dan sekelumit

kecanggihan ilmu copy-paste sang bocah dungu yang menghabiskan sebagian besar

waktunya dengan script-script coding dan juga browsing ini mencoba berbicara

terlalu jauh melebihi porsi yang seharusnya soal syari‘at agama tanpa berkaca kepada

kapasitas keilmuan agamanya, dan kenapa pula dia tidak memasukkan nama-nama

besar ‗ulama Ahlus Sunnah di atas ke dalam jajaran ulama yang layak untuk dijadikan

rujukan dan diambil fatwa-fatwanya terutama ulama Ahlus Sunnah dari abad ini.

Bahkan tidak segan-segan mencela ulama-ulama yang ada khususnya ulama salaf

generasi abad belakangan ini, kenapa...? jawabnya, karena ulama salaf generasi

belakang ini, mereka telah membantah dan menjelaskan kepada umat akan kesesatan

kelompok Hizbut Tahrir pujaan sang bocah, yang didirikan oleh seorang alumni

Universitas Al Azhar, Taqiyuddin An Nabhani yang memang juga baru muncul

belakangan abad ini juga dan kelompok-kelompok sesat lainnya, tersebut dengan

mengatakan ulama ‗neo-salafi‘, ulama ‗wahabi‘, ulama ‗antek salibis yahudi‘, ulama

‗antek pemerintah‘, ulama ‗yang takut kepada ‗thagut‘, ulama ‗Saudi antek amerika‘,

Page 46: Risalah Nasehat 1

46 | R i s a l a h N a s e h a t 1

ulama ‗ilnklusif‘, ulama ‗menutup diri dari peradaban‘, dan masih banyak gelar-gelar

buruk lainnya. Ironisnya pada sebagian keadaan, tanpa malu sang bocah ini

mencomot penjelasan-penjelasan para ulama salaf yang masyhur di kalangan

muslimin untuk mengambil sebagian penjelasan mereka guna ditempatkan tidak pada

tempatnya dan memanipulasi umat bahwasanya ulama- ulama salaf tersebut

mendukung aksi pergerakan mereka. Kenapa...? karena memang mereka (dari

kelompok-kelompok sesat tersebut) tidak mempunyai ulama yang mumpuni dalam

hal ilmu pokok agama, selain ilmu politik kekuasaan dan pergerakan penegakan

‗khilafah‘ semata, anehnya pada bidang fiqih dan hadits dan ilmu yang berkenaan

dengan pokok-pokok agama mereka menjadikan ulama salaf sebagai rujukan jika

berkaitan dengan suatu yang mendukung aksi pergerakan kelompoknya.

Ulama-ulama tersebut, Mereka itu dari zaman ke zaman jumlahnya hanya sedikit,

sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah di dalam sabdanya:

اإلعال ثذأ غش٠جب ع١عد غش٠جب وب ثذأ" : ل١. فطث غشثبء, ئ

از٠ " ف سا٠خ " از٠ ٠صح ئرا فغذ ابط : ٠ب سعي اهلل ؟ لبي

."٠صح ب أفغذ ابط ثعذ عز

―Sesungguhnya Islam itu berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada keasingan sebagaimana awalnya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing. Rasulullah ditanya: Siapa mereka wahai Rasulullah ? Rasulullah berkata: Yaitu orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia rusak‖. [Shahih HR. Abu

Amr Ad Dani dari shahabat Abdullah bin Mas‘ud]. Dan dalam riwayat yang lain ―Yaitu

orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah ) sesudah dirusak

(diubah-ubah) oleh manusia. [HR. Tirmidzi (no. 2630), dari shahabat ‗Amr bin ‗Auf.

Beliau (Imam Tirmidzi) berkata hadits ini hasan shahih].

Sufyan Ats-Tsaury (wafat th. 161 H) berkata: ―Aku wasiatkan kalian untuk tetap

berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah Al-Ghurabaa‘ (orang yang terasing). Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.

Page 47: Risalah Nasehat 1

47 | R i s a l a h N a s e h a t 1

2 2

(Bayan Fadhil Ilmis salaf 38)

Page 48: Risalah Nasehat 1

48 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Mengapa meng-‗Ghibah‘

serta menggunakan

kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘?

Mungkin timbul pertanyaan demikian di benak para pembaca sekalian, bukan-

kah Islam ini mengajarkan Akhlak yang terpuji ???,

― Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.‖ (QS. Al-Qalam: 4)

Dan juga sebagaimana yang dinasehatkan oleh Denie Asseif dalam salah satu komentarnya di

facebook,

Mari kita simak penjelasan pada kata komentar bergaris merah di atas..:

Page 49: Risalah Nasehat 1

49 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan: ―Benar sekali apa yang engkau nasehatkan, namun tentunya untuk

memahami itu semua kita perlu merujuk, bagaimana penerapan Rasulullah dan

Salafush Shalih dalam memahami ayat-ayat dan hadits diatas.

Pernahkah engkau mendengar istilah اذت ف اهلل اجغض ف اهلل Hubbu fillah wal bughdhu fillah )cinta karena Allah dan benci karena Allah). Jika belum... maka dengan sukarela

kami akan menjelaskannya sedikit, kami nukilkan penjelasan dari seorang ulama besar

yang diminta fatwa-fatwa darinya oleh seluruh kaum muslimin pada masa ini Asy

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan (anggota lembaga fatwa kerajaan Saudi

Arabia). Dalam muhadhorah Beliau yang telah dibukukan dengan judul muhadharah fil aqidah dan da‘wah.

Makna Al Wala‘ : saling berdekatannya antara kaum muslimin pada hati-hati mereka

dan saling mencintai karena Allah , saling tolong menolong karena Allah , saling

berdekatannya qalbu-qalbu ahli iman walaupun tubuh mereka berjauhan, dan inilah

pokok dari wala‘.

Tanda-tanda wala‘

Syaikh menyebutkan bahwasanya tanda-tanda wala‘ diantaranya ada tiga,

1. Saling menngunjungi untuk menyambung silaturahmi

2. Berkumpul dan duduk-duduk bersama kaum mukminin yang lainnya

3. Menasehati dengan perkara yang ma‘ruf dan melarang dari yang mungkar

Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 71:

― Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang

ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan

mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖ (QS. At Taubah: 71).

Page 50: Risalah Nasehat 1

50 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka dengan itu, karena sikap kepedulian kami terhadap penyimpangan yang engkau

lakukan untuk itulah kami menasehatkan kepada engkau dengan perkara yang ma‘ruf

dan melarang engkau dari perkara yang mungkar.

Atau jika nasehat itu engkau tolak, maka lihatlah kembali hadits tentang naungan

Allah pada hari kiamat dalam riwayat yang lain,

Rasulullah mengabarkan dalam hadits yang shohih : " Ada tujuh golongan yang

mendapatkan naungan Allah, saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (di Hari

Kebangkitan);

1.Penguasa yang adil,

2. Seseorang yang ketika dalam keadaan sendirian dia teringat dosa-dosanya dan

mengingat Allah kemudian mengalir air matanya,

3. Seorang laki-laki yang hatinya selalu tertambat di masjid saat ia keluar darinya

sampai dia kembali ke masjid tersebut,

4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah

karena Allah,

5. Seorang yang senantiasa sembunyi-sembunyi dalam bersedekah, sehingga tangan

kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya,

6. Pemuda yang tumbuh (dengan senantiasa) beribadah kepada Allah dan menjalan-

kan ketaatan kepada-Nya,

7. Seorang laki-laki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik

jelita untuk melakukan suatu perbuatan yang diharomkan, tetapi dia mengatakan "Se-

sungguhnya aku takut kepada Allah". [H.R. Bukhari dan Muslim].

Maka tolong perhatikan pada point keempat di atas pada kata yang bercetak tebal,

―mereka berkumpul dan berpisah karena Allah‖ maka seorang mukmin adalah orang

yang menjaga dirinya untuk bergaul dengan seorang yang dapat membahayakan

agamanya, maka itu berpisah karena Allah adalah sebuah jalan keluar ketika keyakinan

sudah tidak bisa disatukan, sebagaimana tidak akan bersatu antara kebenaran dan

kebatilan, Allah menegaskan dalam kitab-Nya:

Page 51: Risalah Nasehat 1

51 | R i s a l a h N a s e h a t 1

― Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling

berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,

Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara

ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan

keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan, yang

datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di

bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan

merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan

Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang

beruntung.‖ (QS. Al Mujadillah: 22).

Maka bagaimana bisa bersatu seorang yang mengikuti bimbingan Sunnah dalam

menyikapi penguasa yang dzalim dengan seorang yang menjadikan hawa nafsu serta

perasaannya sebagai landasan dalam menghukumi setiap perkara. ???

― Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad),

niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu

berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".‖ (QS. Ali

Imraan: 31-32)

Maka sudahkan engkau mengikuti bimbingan Rasulullah dalam menyikapi setiap

perkara yang ada..???

Page 52: Risalah Nasehat 1

52 | R i s a l a h N a s e h a t 1

dibawah ini kami sertakan lafadz asli dari kutipan hadits yang engkau sampaikan

kepada kami di atas,

ا١ أظ ف . أ٠ ازذبث ثجال: ئ اهلل ٠مي ٠ ام١بخ: لبي سعي اهلل: ػ أث ش٠شح لبي

. ٠ ال ظ ئال ظ، ظ

―dari Abu Hurairoh berkata: berkata Rasulullah : ‗Sesungguhnya Allah berkata

pada hari kiamat nanti: ‗dimana orang-orang yang saling mencintai karena

keagungan-Ku ?. Pada hari ini Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku, yang

tidak ada lagi pada hari ini satupun naungan kecuali naungan-Ku.‘‖. [HR. Muslim

no.2566].

berikut ini penjelasannya:

Perlu diketahui bahwa secara hukum asal, da‘wah dan nasehat itu dilakukan di atas

hikmah dan penggunaan kata-kata yang lemah lembut. Namun ketika kata-kata

lembut sudah tidak bermanfaat lagi, sementara kesesatan dan penyimpangan tetap dia

lakukan, bahkan ditebarkan ditengah-tengah umat, sehingga semakin banyak korban

yang termakan oleh kesesatannya, maka dalam kondisi seperti itu dengan terpaksa

digunakanlah kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘.

Sebagaimana halnya seseorang yang ingin membersihkan noda yang melekat di

pakainnya yang putih bersih , ketika dengan cara yang halus dan lembut noda tersebut

tidak juga hilang, maka dilakukanlah dengan cara disikat dan digosok dengan keras

dan kasar. Bukan berati hal itu menafikan adanya kasih sayang terhadap sesama

muslim. Perhatikan nasehat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah seorang ulama besar

yang tidak diragukan lagi keilmuannya:

Page 53: Risalah Nasehat 1

53 | R i s a l a h N a s e h a t 1

لذ ال ٠مغ اعخ ئال ثع ، اإ إ وب١ذ٠ رغغ ئدذب ا٤خش

ره ٠جت اظبفخ اؼخ ب ذذ ؼ ره ، اخشخ ى

.ازخش١

―Seorang mu‘min terhadap mu‘min yang lainnya bagaikan kedua tangan, salah satunya mencuci tangan yang lain, namun bisa saja kotoran (yang melekat di tangan) tidak bisa hilang kecuali dengan bentuk cara (pembersihan) yang keras/kasar. Namun (cara keras/kasar seperti) itu benar-benar mendatangkan kebersihan dan kehalusan (pada tangan) yang membuat kita memuji cara yang kasar tersebut.‖ [Majmu‘ul

Fatawa XXVIII/53-54].

Dan Imam Muslim , pengarang Kitab Shahih Muslim, Beliau telah menempatkan

bab khusus dalam muqaddimah kitabnya sebuah bab dengan judul yang panjang berisi

pengupasan tentang bolehnya mengkritik dan menyebutkan aib/cacat seorang peri-

wayat hadits, sehingga dengan itu kemurnian dan keabsahan hadits itu dapat terjaga

keotentikannya. Yaitu bab:

جشح اشا٠خ ال رى ئال ػ اثمبد أ اإلعذ اذ٠ أ ثبة ث١ب أ

ث ، أ ١ظ اغ١جخ اذشخ، ث اجت، اشاح ثب ف١ جبئض

ازة ػ اشش٠ؼخ اىشخYang artinya: ―Bab penjelasan bahwa sanad adalah termasuk dalam agama, dan

bahwasanya riwayat tidaklah diambil kecuali dari orang yang tsiqah (terpercaya) dan

bahwasanya menjarh (mengkritik dengan keras) seorang periwayat hadits pada hal-

hal (penyimpangan) yang ada pada mereka adalah boleh, bahkan wajib. Dan

bahwasanya yang demikian itu bukanlah termasuk ghibah yang diharamkan, bahkan

termasuk pembelaan kepada syariat yang mulia). [lihat Shahih Muslim hal. 14 Cet.

Darul Kutub Al Ilmiyyah]

Page 54: Risalah Nasehat 1

54 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Al-JARH WAT TA‘DIL31 Adalah sebuah metode pengkritikan/bantahan dan dukungan/rekomendasi

terhadap paham atau aliran tertentu beserta para tokohnya dikritik, dibantah, dan

umat diperingatkan dari bahayanya. Sementara kebenaran dan para pembelanya didu-

kung, direkomendasikan, dan umat dihimbau untuk selalu merujuk kepadanya.

Metode ini adalah salah satu bagian dari praktek amar ma‘ruf nahi munkar ser-

ta nasehat yang telah dianjurkan bahkan diwajibkan dalam Islam.

Alllah dan Rasul-Nya serta para ‗ulama Ahlus Sunnah , sejak masa para

shahabat dan seudahnya, telah memberikan contoh nyata penerapan metode Al Jahr wat Ta‘dil serta meletakkannya diatas kaidah-kaidah yang bersumber dari Al-Qur‘an

dan As-Sunnah. Kemudian, penerapan metode ini terus dilanjutkan oleh para ulama

Ahlus Sunnah wal Jama‘ah secara berkesinambungan hingga hari ini.

Namun Ahlul Batil dan para pengikut paham serta aliran yang sesat lagi me-

nyimpang, dengan berbagai bentuk dan warnanya, tidak rela dengan adanya penera-

pan prinsip Al Jahr wat Ta‘dil tersebut. Karena itu mereka berupaya merobohkan pi-

lar-pilar prinsip yang mulia ini demi mempertahankan kesesatan dan paham-

pahamnya. Mereka sangat khawatir jika prinsip ini tetap diterapkan akan mempersem-

pit ruang gerak mereka dalam upayanya menjajakan kesesatannya di tengah-tengah

umat. Upaya merobohkan pilar-pilar Al Jahr wat Ta‘dil ini berlangsung dari masa ke

masa, dengan berbagai cara dan syubhat (tipu muslihat) yang terus berlanjut secara

berkesinambungan hingga hari ini.

Diantara pihak yang gencar merobohkan metode Al Jahr wat Ta‘dil di masa

ini adalah kelompok IM (Ikhwanul Muslimin), kelompok yang lahir di Mesir dengan

pendirinya seorang shufi bernama Hasan Al-Banna yang di negeri kita tercinta ini

bermetamorfosa dalam tubuh sebuah partai bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

yang mempunyai angka ‗keramat‘ 8 itu. Upaya tersebut mereka selubungi dengan

kaidah dan slogan yang selalu mereka dengung-dengungkan, yaitu:

31

Istilah Al Jahr wat Ta’dil pada awalnya digunakan untuk sebuah metode penyeleksian seorang periwayat

hadits atau atsar, apakah nantinya riwayatnya/berita yang disampaikannya diterima (dipercaya

kebenarannya) atau ditolak.

Al-Jahr adalah: suatu sifat atau kriteria tertentu yang ada pada seorang periwayat hadits yang

berkonsekuensi dilemahkannya atau ditolaknya periwayatan dia

At-Ta’dil adalah: suatu sifat atau kriteria tertentu yang ada pada seorang perawi yang

berkonsekuensi diterimanya periwayatan dia (lihat Dhawabitul Jarhi wat Ta’dil, hal. 10-11)

Page 55: Risalah Nasehat 1

55 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Kita bekerja sama salam perkara yang kita sepakati dan saling mentolerir dalam perkara yang kita perselisihkan‖ .

Dalam kitabnya yang sudah sangat dikenal dan sangat mudah untuk dida-

patkan, yaitu kitab Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi (w. 676 H) telah me-

nyebutkan sebuah bab yang berjudul: artinya: Bentuk Ghibah yang ما باح مه انغبةDiperbolehkan. Mungkin para pembaca ada yang mengira bahwa Al-Imam An-Nawawi tidak

mengetahui haramnya Ghibah. Perlu diketahui bahwa Beliau telah meletakkan 2 (dua)

bab secara berurutan yang berjudul: تذرم انغبة artinya: Haramnya Ghibah, kemudian

disusul dengan bab: تذرم سماع انغبة artinya: Haramnya mendengarkan Ghibah. Kedua

bab tersebut beliau letakkan secara berurutan tepat sebelum bab: ما باح مه انغبة

artinya: Bentuk Ghibah yang Diperbolehkan. Dalam kedua bab tersebut beliau

menyebutkan dalil-dalil, baik dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah tentang haramnya

ghibah, toh ternyata dengan keilmuan dan ketaqwaannya, beliau merinci

permasalahan tersebut dengan meletakkan bab yang menunjukkan adanya jenis-jenis

ghibah yang diperbolehkan.

Sebelum kita mengikuti dalil-dalil yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi ,

mari kita perhatikan terlebih dahulu pernyataan beliau pada muqqadimah bab

tersebut. Beliau berkata:

―Ketahuilah bahwa perbuatan ghibah diperbolehkan untuk maksud yang benar dan syar‘i, yang tidak memungkinkan untuk sampai pada tujuan tersebut kecuali dengan melakukan ghibah. Hal itu ada enam sebab, yaitu:

32

Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Muriy bin Hasan bin Hu-

sain bin Hizam An-Nawawi. Seorang Imam besar, yang sangat besar jasa dan sumbangsihnya terhadap

Islam dan kaum muslimin. Dikenal dengan zuhud, teladan dalan dalam sifat wara’ , dan terdepan dalam

amar ma’ruf nahi munkar. Beliau memiliki banyak karya tulis yang sangat bermanfaat bagi kaum musli-

min. di antara yang terkenal adalah Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Arba’in An-

Nawawi, dan masih banyak lagi.

Page 56: Risalah Nasehat 1

56 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Pertama: At-Tazhallum (pengaduan). Boleh bagi seorang yang terzhalimi untuk mengadu kepada seorang penguasa atau seorang hakim atau yang lainnya dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau kemampuan (polisi misalnya, pent) untuk bersikap sportif terhadap pihak yang menzhalimi, dengan berkata: ―Si Anu telah menzhalimi saya dengan (perbuatan) demikian.‖ Kedua: Permintaan tolong untuk merubah sebuah kemungkaran, dan mengembalikan seseorang yang berbuat kemaksiatan kepada kebenaran. Ketiga: Al-Istifta‘ (upaya meminta fatwa), tentang suatu permasalahan. Keempat: Dalam memberikan tahdzir (peringatan keras) bagi kaum muslimin dari kejahatan dan memberikan nasehat kepada mereka. Hal ini bisa dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya:

o Memberikan Jahr (Kritikan Pedas) terhadap pihak-pihak yang berhak mendapatkannya dari kalangan para periwayat hadits, serta para saksi. Ini hukumnya boleh berdasarkan Ijma‘ (kesepakatan) kaum muslimin. Bahkan wajib untuk sebuah kemaslahatan.

o Jika seseorang melihat seorang pelajar yang sering mendatangi mubtadi‘ (pengusung bid‘ah) atau seorang fasik untuk menimba ilmu darinya. Kemudian dia mengkhawatirkan si pelajar tersebut terpengaruh karenanya, maka wajib atasnya nasehat dalam bentuk penjelasan tentang kondisi orang (mubtadi‘) tersebut. Dengan syarat dia memaksudkannya sebagai nasehat.

Kelima: Seseorang yang menampakkan secara terang-terangan kefasikan dan kebid‘ahannya.... maka diperbolehkan penyebutan nama orang tersebut secara langsung dalam perkara-perkara yang dia menampakkannya secara terang-terangan.

Keenam: Dalam rangka pengenalan. Jika seseorang lebih dikenal dengan julukan

tertentu. (seperti si Black ‗orang yang hitam‘, si Gatel ‗orang yang lucu‘, si Bom-mbom ‗orang yang imut‘, si Mbote ‗orang yang lemah-lembut‘. pent).

--- sekian An-Nawawi ----

Page 57: Risalah Nasehat 1

57 | R i s a l a h N a s e h a t 1

١ظ ٤ اجذع غ١جخ

―Tidak berlaku larangan ghibah untuk pengusung bid‘ah‖ [lihat Lammud Durril

Mantsur, hal.182]

تعهوا وغتاب ف اهلل عز و جم

―Kemarilah, kita berbuat ghibah demi (membela agama) Allah ‖

انشكاة و انتذرر نس مه انغبة

33

Beliau adalah Al-Hasan bin Yasar Al-Bashri (w.110 H), seorang tokoh besar tabi‘in. Beliau seorang yang tsiqah, faqih, dan memiliki keutamaan yang sangat terkenal. Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata: ―Beliau

adalah pimpinan dalam ilmu dan amal.‖ 34

Beliau adalah Imam terkemuka dari kalangan tabi‘ut tabi‘in. Beliau adalah (w. 198 H di Makkah). Al

Imam Asy-Syafi‘i mengatakan: ―Kalau tidak karena Malik bin Anas (Imam Malik) dan Sufyan (bin

Uyainah) niscaya hilanglah ilmu di negeri hijaz (Madinah), dan tidaklah aku melihat seorang pun yang

memiliki ilmu yang banyak seperti ilmu yang ada pada Sufyan bin Uyainah. Dan tidaklah aku melihat

orang yang mampu menahan diri dari berfatwa dibandingkan dia.‖ 35

Imam besar dari kalangan tabi‘ut tabi‘in, yang mendapatkan gelar amirul mu’minin dalam bidang hadits.

Page 58: Risalah Nasehat 1

58 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Pengaduan dan Tahdzir (peringatan keran dari ahlul bid‘ah) keduanya bukan

termasuk perbuatab ghibah‖ [Syu‘abul Iman, karya Al-Baihaqi (6791)]

ا أبا عبد : فقال نه بعض انصوفة. انمعهى به هالل هو إال أوه إذا جاء انذدث كرب

إذا نم وبه كف عرف انذق مه انباطم ؟, أسكت: انردمه تغتاب؟ فقال

―Al-Mu‘alla bin Hilal dialah orangnya, hanya saja apabila dia meriwayatkan hadits berdusta.‖ Sebagian orang shufi mengatakan kepada beliau: ―Wahai Abu Abdirrahman (nama kunyah dari Al-Imam Abdullah Ibnul Mubarak) engkau telah berbuat ghibah‖! maka Al Imam Abdullah Ibnul Mubarak menjawab: ―Diam Kamu! Jika kami tidak menjelaskan maka bagaimana bisa diketahui antara kebenaran dan kebatilan ?!‖. [Al-

Kifayah I/45, Tadribur Rawi II/369]

مه انسقم ؟\إذا سكت أوت و سكت أوا فمتى عرف انجاهم انصذخ ن

―Jika anda diam dan akupun diam, maka kapan seorang yang jahil dapat mengetahui mana (hadits) yang shahih dan mana yang lemah?‖ [Majmu‘ul Fatawa XXVIII/231]

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab

Shahih beliau, bahwa Al Imam Muhammad bin Sirin berkata:

ا ب سجبى ف١ظش ئ أ اغخ ف١إخز دذ٠ث ب لؼذ افزخ لبا ع ٠ىا ٠غأ ػ اإلعبد ف

.٠ظش ئ أ اجذع فال ٠إخز دذ٠ث

36

Beliau adalah tokoh besar Tabi‘ut Tabi‘in (w. 181 H) 37

Beliau adalah Imam Ahlus Sunnah, sangat gigih dalam berpegang teguh diatas sunnah. Salah seorang

murid Imam Asy-Syafi‘i 38

Beliau adalah tokoh dan imam besar generasi tabi‘in (w. 110 H)

Page 59: Risalah Nasehat 1

59 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Dahulu mereka (para shahabat dan pembesar Tabi‘in) tidak menanyakan sanad39 (hadits), namun ketika telah terjadi fitnah40, mereka berkata: ‗Sebutkanlah kepada kami (siapa) orang yang meriwayatkan (hadits/atsar) tersebut kepada kalian‘. Maka dilihat, jika orang yang meriwayatkan tersebut dari kalangan ahlus sunnah maka diterimalah hadits (riwayat) mereka. Jika ternyata orang-orang yang meriwayatkannya dari kalangan ahlul bid‘ah maka tidak diterima hadits mereka.‖

Dalam kesempatan lain masih dalam muqaddimah Shahih Muslim --- beliau

juga berkata:

رأخز د٠ى زا اؼ د٠ فبظشا ػ ئ

―Sesungguhnya ilmu ini

adalah agama, maka

telitilah dari siapa kalian

mengambil (mempelajari)

agama kalian.‖ 39

Silsilah mata rantai seorang periwayat hadits/atsar yang bersambung sampai teks hadits yang sesuai

dengan apa yang diucapkan, atau diperbuat oleh Rasulullah maupun para Shahabat [Ta‘liqat Al Atsriyyah ‗ala Mandhumah Al Baiquniyyah, hal.25] 40

Fitnah yang dimaksud disini adalah munculnya para ahlul bid‘ah dan ahlul ahwa‘ (pengikut hawa nafsu)

yang kerap memalsukan hadits. [Ta’liq (catatan pinggir) pelajaran ilmu hadits kitab Ta’liqat Al

Atsriyyah Ala Mandhumah Al Baiquniyyah oleh Ustadzuna Kholiiful Hadi (salah seorang murid

Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’ie), ketika penulis belajar di Ma’had Darul Atsar Al Islamy

Gresik]

Page 60: Risalah Nasehat 1

60 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Daliil- dalil yang menunjukkan tentang adanya

ghibah yang dibolehkan

Sekarang mari kita ikuti bersama, beberapa hadits yang menggambarkan ten-

tang sikap dan perkataan Rasulullah yang menunjukkan bahwa menyebutkan aib

saudara muslim dalam kondisi yang dibutuhkan, tidak tergolong perbuatan ghibah,

atau kalau mau dikatakan ghibah maka itu adalah ghibah yang dibolehkan.

Diantara dalil-dalil tersebut adalah:

a) Hadits Aisyah , bahwa seorang pria meminta izin untuk menemui Rasulullah

, maka beliau berkata:

((ائزا ثئظ أخ اعش١شح))

―Izinkanlah orang tersebut, sesungguhnya dia sejelek-jelek sanak saudara‖ [HR.

Bukhari no. 6032, 6054, 6131; Muslim no. 2591]

Al Imam Al-Bukhari telah berhujjah (berdalil) dengan hadits ini

tentang bolehnya melakukan ghibah terhadap pembawa kerusakan dan

pengusung syubhat (kerancuan berpikir).

Al Imam Al-Qurthubi , berkata: ―Pada hadits tersebut terkandung

hukum bolehnya melakukan ghibah atau yang semisal itu dariterhadap orang

yang melakukan kefasikan atau kekejian secara terang-terangan serta seruan

kepada bid‘ah...‖ [Fathul Bari Kitabul Adab di bawah hadits no. 6032]

b) Hadits Fathimah bintu Qais :

ص اهلل ع١ ع فمذ فمبي , ئ أثب اج عب٠خ خطجب: أر١ذ اج

أب أث , أب عب٠خ فصعن ال بي )): سعي اهلل ص اهلل ع١ ع

أب أث اج : )) ف س٠خ غ ( (اج لال ٠ضع اعصب ع عبرم

(.(فضشاة غبء

Fathimah bintu Qais berkata, ―Aku datang menemui Rasulullah kemudian aku katakan kepada beliau bahwa Abul Jahm dan Muawiyah telah melamarku.

Page 61: Risalah Nasehat 1

61 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka berkatalah Rasulullah : ―Kalau Muawiyah adalah seorang yang suluk (faqir) yang tidak mempunyai harta, sedangkan Abul Jahm adalah seorang yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya (sering bepergian).‖ Dalam riwayat Muslim: ―Kalau Abu Jahm adadlah seorang yang suka memukul wanita.‖ [HR. Bukhari Riyadush Shalihin hadits no. 1533]

Penjelasan Rasulullah kepada seorang wanita yang sangat

membutuhkan informasi tentang kondisi dua orang yang akan melamarnya agar dia

dapat menentukan sikap. Jika perkara yang terkait dengan urusan dan kemaslahatan

seorang wanita padahal dia hanya seorang saja, lalu bagaimana dengan perkara yang

terkait dengan urusan dan kemaslahatan umat (orang banyak), yang dengan

keawamannya umat ini sangat mudah untuk tertarik dan tertipu dengan berbagai

bid‘ah dan kesesatan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya dan dipromosikan oleh

para pengikutnya. Maka sudah barang tentu, sebagaimana telah dijelaskan para ulama

di atas, adalah sesuatu yang wajib untuk dijelaskan kepada umat tentang kesesatan dan

kebid‘ahan yang dapat mebinasakan mereka.

c) Hadits Aisyah :

ئال ب , ١ظ ٠عط١ ب ٠ىف١ ذ, ٠ب سعي اهلل ئ أثب عف١ب سج شح١ح: أ ذ ثذ عزج لبذ

.((خز ب ٠ىف١ه ذن ثبعسف)): أخزد ال ٠ع؟ فمبي

―Bahwa Hindum bintu Utbah (Istri Abu Sufyan) berkata: ―Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Sufyan adalah pria yang sangat kikir, dan sesungguhnya dia tidak memberikan nafkah yang dapat mencukupiku dan anakku, kecuali apa yang aku ambil darinya dalam keadaan dia tidak mengetahuinya?‖ maka Rasulullah berkata: ―Ambillah apa yang cukup buat kamu dan anakmu dengan cara yang baik.‖ [HR. Bukhari no. 5364; Muslim no. 1714].

Al Hafizh Ibnu Hajar Al As Qalani berkata ketika mengomentari hadits ini:

―Hadits ini dijadikan sebagai dalil tentang bolehnya menyebutkan

pribadi seseorang tentang suatu yang tidak disukai oleh orang tersebut, jika

dilakukan dalam rangka mencari fatwa atau pengaduan dan yang semisalnya.

Ini adalah salah satu keadaan yang diperbolehkan dengannya perbuatan

ghibab.‖ [Fathul Bari, penjelasan hadits no. 5364].

Page 62: Risalah Nasehat 1

62 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Setelah penjelasan di atas, kita mengetahui bagaimana Rasulullah r

bersikap dan berkata. Apakah kita berani menuduh Rasulullah r telah berbuat

ghibah? Padahal kepada beliaulah ayat-ayat Al-Qur‘an –termasuk ayat

larangan tentang ghibah- diturunkan. Beliau sendiri, melalui haditsnya

melarang umat ini untuk berbuat ghibah. Tapi toh ternyata hal itu tidak

menghalangi beliau untuk menyebutkan kekurangan dan aib pihak-pihak yang

memang harus disebutkan.

- ‗ ‘

‗ ‘ - ‘

― Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.‖ (QS. Al Jumu‘ah: 5).

― Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang

Page 63: Risalah Nasehat 1

63 | R i s a l a h N a s e h a t 1

mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.‖ (QS. Al A‘raaf: 175-176)

― Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.‖ (QS. Al A‘raaf: 179)

― Mereka tuli, bisu dan buta (Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh karena tidak dapat menerima kebenaran), Maka tidaklah me-reka akan kembali (ke jalan yang benar),‖ (QS. Al Baqarah: 18).

- ‗ ‘

‗ ‘ -Berikut ini beberapa bentuk kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘ yang digunakan oleh

Rasulullah dalam memperingatkan umatnya dari kesesatan paham-paham

menyimpang, yang membahayakan aqidah umat, serta beberapa bentuk kata-kata

‗keras‘ dan ‗pedas‘ yang beliau gunakan dalam mengingkari beberapa kekeliruan yang

terjadi pada sebagian shahabatnya, antara lain:

a) Perkataan Nabi terhadap kaum khawarij:

ئ ضئضء زا أ ف عمت زا لب ٠مشؤ امشآ ال ٠جبص ...

, ٠مز أ اإلعال,٠شل اإلعال شق اغ اش١ز, حبجش

.ئ أب أدسوز لزز لز عبد, ٠ذع أ األثب

Page 64: Risalah Nasehat 1

64 | R i s a l a h N a s e h a t 1

"......akan keluar dari keturunan orang ini (Dzulkhuwaishirah) suatu kaum yang mereka itu ahli membaca Al-Qur‘an, namun bacaan tersebut tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat keluar dari batas-batas agama seperti melesatnya anak panah dari sasaran buruannya. Mereka membunuhi ahlul Islam dan membiarkan hidup (tidak membunuh) ahlul Autsan (orang-orang kafir). Jika aku sempat mendapati mereka, akan aku bunuh mereka dengan cara pembunuhan terhadap kaum ‗Ad. [HR. Al Bukhari no. 3344; Muslim no.

1064; Abu Dawud no. 4764 dari shahabat Abu Said Al Khudri]

Beliau juga berkata sebagaimana dibawakan oleh Abu Umamah :

, إالء شش لز لزا رحذ أد٠ اغبء. والة ابس, والة ابس, والة ابس

.خ١ش لز لزا رحذ أد٠ اغبء از٠ لز إالء

―Anjing-anjing Neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Mereka adalah sejelek-jelek mayat di bawah kolong langit. Sementara sebaik-baik mayat di bawah kolong langit adalah mayat orang-orang yang dibunuh oleh mereka (khawarij). [HR. Ahmad, Ibnu Majah].

b) Perkataan Nabi terhadap kaum Qadariyyah 41

.((امذس٠خ جط ز األخ ئ شضا فال رعد ئ برا فال رشذ)) ―Al-Qadariyyah itu majusinya umat ini. Jika mereka sakit maka jangan dijenguk, jika mereka mati jangan disaksikan (dihadiri pemakamannya) .‖

c) Perkataan Rasulullah terhadap orang yang menarik kembali pemberiannya:

.((١ظ ب ث اء اعبئذ ف جز وبىت ٠مء ث ٠عد ف ل١ئ))

41

[HR. Abu Dawud no. 4691, Ibnu Abi Ashim]

Qadariyah adalah suatu kaum yang mereka mengingkari takdir, mereka meyakini bahwa segala yang yang terjadi itu tanpa didahului taqdir Allah dan bahwa Allah tidak menentukan taqdir kejadian

tersebut sebelum terjadinya, melainkan terjadi karena kehendak makhluk secara mutlak. Dalam beberapa

riwayat mereka kaum Qadariyyah adalah orang-orang yang berakhlak baik.

Paham dan aliran ini ternyata masih bertahan hingga masa ini. Bahkan didukung dan diperbaharui

oleh orang-orang yang dikenal sebagai ―cendekiawan muslim‖. Diantaranya di negeri ini ditokohi oleh

Prof. Harun Nasution, yang dengan gencar dia menjejalkan paham ini kepada para mahasiswanya di

lembaga pendidikan IAIN (yang sekarang berganti nama menjadi UIN), mereka adalah kaum yang juga

mengucapkan Laa ilaha illaallah dan bersaksi pula bahwa Muhammad Rasul Allah.

Page 65: Risalah Nasehat 1

65 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Tidak sepantasnya bagi kita untuk memiliki sifat jelek. Seorang yang menarik

kembali pemberiannya bagaikan seekor anjing yang muntah kemudian dia

menjilat kembali muntahannya tersebut. [HR. Bukhari no. 2589, 2622, 6975;

Muslim no. 1622 dari shahabat Ibnu Abbas ].

d) Perhatikan beberapa contoh kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘ atau ‗kasar‘ yang

digunakan oleh Rasulullah r terhadap beberapa shahabatnya sendiri, antara lain:

Peringatan Rasulullah kepada seorang shahabat Abu Dzar ketika mencela

seseorang dengan cara mencaci ibu dari orang tersebut, dengan mengatakan:

ئه اشؤ ف١ه جب١خ

Sesungguhnya pada dirimu (Abu Dzar) terdapat sifat-sifat kejahiliyyahan. [HR.

Bukhari no. 30; Muslim no. 1661]

Peringatan Rasulullah kepada shahabat Muadz bin Jabal ketika Muadz

mengimami kaumnya dalam sholat isya‘ dengan bacaan yang sangat panjang,

sampai-sampai ada salah seorang makmum yang keluar dari shalat jama‘ah dan

melakukan shalat sendiri. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah r maka

marahlah beliau kepada Muadz dengan mengatakan:

((أفزب ٠ب ؼبر، أفزب ٠ب ؼبر، أفزب ٠ب ؼبر ))

―Apakah engkau tukang fitnah, wahai Muadz, Apakah engkau tukang fitnah,

wahai Muadz, Apakah engkau tukang fitnah, wahai Muadz (beliau

mengulanginya 3 kali).‖ [HR. Bukhari, no. 6106; Muslim no. 465; An Nasa‘i

no. 831 dari shahabat Jabir bin Abdillah].

e) Perkataan Rasulullah kepada Aisyah , isteri beliau yang paling beliau cintai,

yaitu ketika Aisyah cemburu kepada beliau, maka beliau berkata:

((لذ جبءن ش١طبه ))

―Sungguh syaithanmu telah datang kepadamu‖ [HR. An Nasa‘i no. 3970]

Page 66: Risalah Nasehat 1

66 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami mengajak para pembaca untuk melihat ulang dengan seksama kata-kata yang

dilontarkan oleh Baginda Nabi :

- akan aku bunuh mereka, - Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! - Sejelek-jelek mayat - Jika mereka sakit, maka jangan dijenguk, jika mereka mati maka jangan

disaksikan (dihadiri) jenazah mereka, - Bagaikan seekor anjing, - Sesungguhnya pada dirimu terdapat sifat-sifat kejahiliyyahan, - Engkau tukang fitnah, - Sesungguhnya dia adalah sejelek-jelek sanak saudara, - syaithanmu

padahal siapa yang dituju oleh Rasulullah dengan ucapan-ucapan tersebut? Kaum

kafirkahmereka??? Yahudikah mereka??? Tidak lain mereka adalah orang-orang

yangmasih bersyahadat La ilaha illallah dan menyatakan diri mereka sebagai muslim.

Tidak bisakah Rasulullah mengatakan dengan kepada Aisyah sebagai isteri

beliau dengan nasehat yang ‗lembut‘ dan ‗santun‘??? tanpa harus berucap: ―Sungguh

syaithanmu telah datang kepadamu.‖.

Padahal kita semua tahu bahwa Rasulullah adalah manusia terbaik akhlaq dan

sikapnya terhadap seluruh manusia, terkhusus terhadap isteri-isterinya. Sebagaimana

telah beliau khabarkan dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan dari Aisyah , bahwa

Rasulullah berkata:

خ١شو خ١شو ٤ أب خ١شو ٤

―Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling berbuat baik terhadapkeluarganya (

isterinya), dan aku adalah orang yang paling berbuat baik terhadap keluargaku

(isteriku).‖ [At Tirmidzi no. 3895].

Tentunya –na‘udzubillah- kita semua berlindung kepada Allah untuk lancang

dan berani mengatakan bahwa Rasulullah berkata dengan kata-kata yang tidak

santun atau tidak beretika dan yang semisal itu. Tentu barangsiapa yang berani

mengatakan hal itu, maka dia tergolong orang yang lancang terhadap Nabi dan

Page 67: Risalah Nasehat 1

67 | R i s a l a h N a s e h a t 1

jahil terhadap syariat yang beliau bawa sekaligus tergolong orang yang merasa diri dan

kelompoknya yang lebih bisa bersikap lembut, santun, dan beretika.

.

Mengapa tidak hanya Denie Asseif

dan kelompoknya saja yang dibantah

Pengaruh negatif kesesatan kelompok-kelompok neo-khawarij masa kini dan

para tokohnya, beberapa diantaranya semisal Taqiyuddin An-Nabhani, Muhammad

Al-Ghazali, Yusuf Al-Qardhawi, Hasan Al-Banna, Sayyid Quthub, serta jagoan konyol

seorang sarjana ekonomi Usamah bin Laden, kian terasa dalam dunia Islam, baik

pengaruh negatif dalam bentuk paham –- yang kami istilahkan dengan teror pemikiran – maupun dalam bentuk teror fisik berupa pembunuhan, pengeboman,

demonstrasi di jalan-jalan dan sebagainya karena sebagaimana dapat dipahami oleh

seorang yang sedikit saja mempunyai akal yang sehat, sebagaimana yang dijelaskan

oleh Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali ―bahwa tidaklah seluruh

teror-teror fisik yang ada itu terjadi melainkan karena terlebih dahulu dijejalkan

doktrin-doktrin berupa teror pemikiran‖.

Namun justru sangat disayangkan hal yang jelas dan gamblang ini terluputkan dari

logika seorang Denie Asseif ini yang justru pada bab-bab penegakan ‗khilafah‘

logikanya begitu ―cemerlang‖ (baca: Serampangan), sungguh ironis..., yang mana hal

ini semakin memperjelas betapa dungu dan tidak bijaksanannya dia dalam

berkomentar.

Maka coba kita perhatikan komentar dia yang ‗sukur njeplak‘ ini di facebook..

Namun disisi lain dia menerapkan standar ganda dalam penerapan ―Opini Media yang dikuasi oleh barat‖, mari kita perhatikan:

Page 68: Risalah Nasehat 1

68 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka kami katakan: ―Dengan timbangan apa engkau wahai Denie Asseif dapat

memilah-milah opini media? Sudah demikian ‗cerdas‘ kah engkau ? Apa engkau telah

menguasai hukum-hukum syari‘at beserta ilmu yang ada pada hukum-hukum

tersebut? Ataukah engkau telah menguasai betul tentang ilmu ushul beserta

furu‘iyyahnya soal menimbang maslahat dan madharat dengan tepat berdasar nash-

nash yang ada? Ataukah engkau telah menghafal Al-Qur‘an berikut maknanya, berapa

juz kah yang telah engkau hapal dan pahami maknanya?, Ataukah engkau telah

menghafal ribuan hadits beserta mengilmui syarat-syarat shohih dan tidaknya Nasikh dan Mansukhnya?

Ataukah engkau mengetahui tentang siapa si pembawa opini di media tersebut

berikut jalur periwayatannya hingga suatu opini itu layak untuk diterima, menurut

penglihatan ‗cerdas‘ yang engkau miliki, sehingga engkau bisa menetapkan itu opini

barat atau tidak? Atau apakah engkau juga mengetahui bahwa penyampaian opini-

opini tersebut telah begitu ‗aktual‘ sehingga engkau bisa menerima atau menolaknya,

apa dasar timbangan untuk itu semua ? Ataukah cukup mengandalkan ‗kecerdasan‘

yang bertumpu pada logika dan perasaan semata, serta kungkungan fanatik golongan

yang ada padamu!

Lalu kenapa justru pada opini-opini media yang segaris dengan pergerakan

kelompokmu atau cocok dengan ambisi pergerakan kelompokmu, tanpa filter dan

tanpa menimbang engkau langsung mencomotnya mentah-mentah, dan

menyebarkannya ke publik... Allahu Akbar.... Hadzihi musibatun adhimah...!!!

Page 69: Risalah Nasehat 1

69 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun

ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada

Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui

kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau

tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut

syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).‖ (QS. An Nisaa‘: 83)

Maka dengan ini kami katakan, betapa curangnya engkau dalam menimbang..???,

tidakkah pernah kau baca ayat di bawah ini...????

―Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabi-

la menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka me-

nakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.‖ (QS. Al Muthafifiin: 1-3).

Maka kami katakan:

―Yaa Akhi… ente yang nggak paham, atau memang ente yang sengaja naruh Otak ente di dengkul‖. Allahul musta‘an.... Hadakallah...

Justru sebenarnya para tokoh-tokoh diatas lah yang seharusnya mendapat

porsi lebih banyak untuk dibantah. Karena Denie Asseif dan orang-orang

semacamnya hanyalah bandit kelas kroco yang merupakan salah satu imbas paham

Khawarij yang disebarkan ditengah-tengah umat terkhusus kalangan muda. Al-

Qaeda, JI, NII, MMI, FPI, HT, IM, LDII, adalah sekian kelompok dari kelompok-

kelompok berhaluan Khawaarij yang terus memangsa korban-korban baru dari

Page 70: Risalah Nasehat 1

70 | R i s a l a h N a s e h a t 1

kalangan pemuda yang memiliki semangat dan kecintaan yang tinggi terhadap Islam

seperti saudara Denie Asseif ini. Namun ketika semangat yang tinggi dan kecintaan

terhadap Islam tersebut tidak dibarengi oleh kematangan ilmu Al-Qur‘an dan As-

Sunnah dalam koridor pemahaman generasi salafush shalih, maka para pemuda

tersebut sangat mudah untuk digiring kepada terorisme yang kejam dengan label dan

semboyan jihad fii sabilillah. Itulah gambaran global kondisi umat dengan berbagai kelompok neo-khawarij

yang tersebar di tengah-tengah mereka. Racun jilatan hizbiyyah (berkelompok-

kelompok) dan paham khawarij telah mengenai banyak pihak, terkhusus kaum muda.

Para teroris neo-khawarij pun dengan gencar di sana-sini melalui berbagai media

meracuni umat dengan pahamnya. Mereka lakukan hal itu dengan menggunakan

ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits-hadits Rasulullah berdasarkan logika dan

kepentingan kelompok masing-masing di luar bimbingan pemahaman generasi as-

salafush shalih serta para ‗ulama masa kini yang mengikuti jejak mereka. Umat yang

mayoritas awam pun terbawa oleh hingar bingarnya syubhat-syubhat (kerancuan

berpikir) tersebut sehingga mereka menganggap tindakan teror sebagai jihad yang

mulia serta pembelaan terhadap syari‘at Islam, dan para pelakunya pun mereka anggap

sebagai mujahiddin.

Pertanyaan atau ucapan seperti ini sering muncul dari berbagai kalangan, baik dari

orang-orang awam maupun dari dari kalangan yang diistilahkan dengan ―para aktivis‖

atau ―pegiat da‘wah‖. Kalau munculnya dari orang-orang awam maka hal itu bisa di-

maklumi, karena keawamannya itu mereka cenderung menilai dan bersikap berdasar-

kan tingkat pengetahuannya terhadap agama. Karena bersumber dari orang awam,

maka pengaruh dari ucapan tersebut tidaklah terlalu berarti. Namun apabila ucapan

atau pertanyaan seperti itu diucapkan oleh orang-orang yang disebut ―para aktivis‖

atau ―pegiat da‘wah‖ maka akan memiliki pengaruh negative yang sangat berarti, anta-

ra lain:

Page 71: Risalah Nasehat 1

71 | R i s a l a h N a s e h a t 1

1. Mendidik umat untuk diam terhadap berbagai penyimpangan dan kesesatan

yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin. Tentunya bertentangan dengan

perintah Nabi r dalam beberapa haditsnya, antara lain:

―Tolonglah saudaramu, baik yang berbuat kezhaliman maupun yang terzhalimi. seo-rang shahabat bertanya: ‗Wahai Rasulullah, jelas aku akan menolongnya jika ia adalah pihak yang terzhalimi, tapi bagaimana menurut engkau jika dia adalah pihak yang ber-buat kezhaliman, bagaimana mungkin aku akan menolongnya?‘ Rasulullah menjawab: ―Yaitu (dengan cara) kamu mencegah atau melarang dia dari perbuatan zhalim, maka sesungguhnya itu adalah bentuk pertolongan untuknya.‖ 42

Begitu juga dengan hadits:

―Permisalan antara seseorang yang menjalankan syari‘at Allah dengan orang yang melanggarnya bagaikan suatu kaum yang mengundi penentuan tempat pada sebuah kapal. Sebagian mereka berhasil mendapatkan tempat dibagian atas, sementara yang lain di bagian bawah kapal, jika membutuhkan air minum terpaksa harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Akhirnya mereka (yang di bawah) berkata (kepada sebagian yang lain): ‗Kalau seandainya kita lobangi (dinding kapal) sedikit (untuk mendapatkan air) tentu kita tidak akan mengganggu orang-orang yang berada di atas kita‘. Jika mereka (yang di atas) membiarkan orang-orang yang ada di bawah dengan kemauannya itu, niscaya mereka semua akan binasa (tenggelam). Namun apabila mereka (yang di atas) berupaya mencegahnya, niscaya mereka akan selamat dan selamat pulalah seluruh (yang ada di kapal tersebut).‖ [HR. Al Bukhari

no. 2493, 2686]

42

[HR. Al Bukhari (no. 2443,2444) Tirmidzi ( 2255) dari shahabat Anas bin Malik . lihat Riyadhus Shalihin hadits ke-237 hal 85]

Page 72: Risalah Nasehat 1

72 | R i s a l a h N a s e h a t 1

2. Akan semakin berkembangnya penyimpangan dan paham sesat.

Ketika upaya pengingkaran terhadap berbagai penyimpangan telah diabaikan,

tentu umat yang jauh dari bimbingan ilmu ini akan mengira suatu kesesatan sebagai

suatu kebenaran, para pengusung paham dan aliran yang menyesatkan dianggapnya

sebagai penyeru kebaikan, sementara orang yang memperingatkan umat darinya

dikatakan sebagai ‗‗Pemecah belah umat‘‘. Para penganut paham syi‘ah yang

menyesatkan akan dengan mudah menjerumuskan umat kepada aqidahnya yang

menyesatkan itu. Para penganut paham teroris khawarij akan terus dengan mudah

menggiring pemuda khususnya untuk memusuhi dan mengkafirkan pemerintahnya

dan oran-orang yang tidak berada dalam satu kelompok dengan mereka, melakukan

kudeta, demonstrasi menentang pemerintah, pembom-an, pembunuhan, dan

berbagai tindakan sadis lainnya dengan mengatasnamakan agamanya. Begitu pula

pengusung paham sesat lainnya.

3. Akan semakin menjauhkan umat dari pertolongan Allah .

Kita semua tahu dan yakin, bahwa Allah tidak akan menolong umat ini terhadap

musuh-musuhnya selama mereka masih banyak melanggar larangan-larangan

Allahdan Rasul-Nya , terkhusus jika pelanggaran tersebut dalam permasalahan

aqidah (keyakinan yang mendasar) dan manhaj (prinsip/metode dalam berislam),

yang menyelisihi Al-Qu‘ran dan As-Sunnah dalam koridor bimbingan generasi as-salafush shalih.

Berikut ini adalah nasehat Asy-Syaikh Al-‗Allamah DR. Shalih bin Fauzan Al-

Fauzan, salah satu anggota Majelis Hai‘ah Kibaril ‗Ulama (Majelis Fatwa Ulama Besar)

Kerajaan Saudi ‗Arabia dalam jawabannya terhadap pertanyaan sebagai berikut:

Pertanyaan: Kenapa harus ditetapkan tahdzir (peringatan keras) terhadap berbagai ahlul bid‘ah, sementara umat ini sedang menghadapi permusuhan dengan kaum Yahudi dan Nashara, dan para sekuleris.

Jawaban: Tidak mungkin bagi kaum muslimin untuk melawan Yahudi dan Nashara kecuali jika mereka memberantas berbagai bid‘ah yang ada di tengah-tengah mereka, mengobati berbagai penyakit (kesesatan) yang ada di antara mereka, sehingga dengan itu mereka bisa menang atas Yahudi dan Nashara. Namun apabila kaum muslimin masih saja mengabaikan urusan agama mereka dan masih saja melakukan berbagai bid‘ah dan perbuatan-perbuatan haram lainnya serta terus meremehkan untuk mengaplikasikan syari‘at Allah. Maka tidak akan mungkin mereka menang atas

Page 73: Risalah Nasehat 1

73 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Yahudi dan Nashara, bahkan mereka akan dikalahkan oleh kaum Yahudi dan Nashara dengan sebab sikap meremehkan urusan agama mereka. Karena itu wajib adanya upaya pembersihan masyarakat (muslimin) dari berbagai macam bid‘ah dan kemungkaran, serta wajib berupaya menerapkan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya sebelum kita memerangi Yahudi dan Nashara dalam keadaan kondisi kita masih seperti ini, maka kita tidak akan menang atas mereka selama-lamanya ! bahkan merekalah yang akan menang atas kita disebabkan dosa-dosa kita. [dari kitab Al-

Ijabatul Muhimmah fil Masyakil AlMulimmah, hal.28.

lihat http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35].

Bermula dari pembahasan di atas, muncullah tuduhan dusta terhadap Ahlus

Sunnah atau salafiyyin bahwa mereka telah menyerahkan loyalitas (berwala‘) untuk

orang-orang kafir. Sehingga salafiyyin dituduh sebagai ―antek-antek Yahudi dan

Nashara‖ serta ―antek pemerintah yang kafir‖ (Thagut), ―agen mosad (zionis)‖,

bekerja untuk kepentingan mereka, dan berbagai tuduhan lainnya, yang tanpa bisa

sedikitpun mereka buktikan dengan ilmiah dan bukti nyata.

Bantahan atas beberapa

Komentar lancang

Denie Asseif

Page 74: Risalah Nasehat 1

74 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Baiklah, tidak ada masalah dalam penjelasan Denie Asseif diatas tentang makna

thagut, dan penukilan yang cukup bagus telah dinukilkan olehnya kepada kita, namun

ada beberapa pokok hal yang sangat penting berkaitan dengan penjelasan ayat di atas

yang fatal apabila terlewatkan, untuk memahami makna ayat diatas tentu tidak bisa

kita memahaminya sepotong-sepotong, sebagaimana nasehat Denie Asseiff berikut:

dan pemahaman itu pun harus kita kembalikan kepada bimbingan As-Sunnah karena

itu sebaik-baik penjelas Al-Qur‘an, tentunya dengan pemahaman generasi salafush

shalih, karena merekalah yang paling lebih mengerti tentang ayat tersebut

dikarenakan ayat tersebut turun ditengah-tengah mereka para shahabat, dan

sebagaimana yang telah datang dalam hadits, bahwa merekalah sebaik-baik umat

Muhammad . Setelah membaca keterangan penjelasan yang terdapat pada komentar

Denie Asseif dari beberapa tafsir ayat tersebut, kami mencoba mengecek pada tafsir

yang dinukilkan oleh Denie Asseif dari Imam Ibnu Katsir dan Asy Syaikh Al Alamah

Abdurrahman As-Sa‘di, karena memang hanya dua kitab tersebut yang ada pada kami,

setelah kami tidak lagi tinggal di ma‘had darul atsar Gresik, yang menyebabkan kami

tidak bisa merujuk pada kitab-kitab yang terdapat di maktabah (perpustakaan) ma‘had

(pondok) tersebut, sehingga kami cukup kesulitan untuk mencari referensi dari

berbagai kitab yang ada. Namun dua kitab tafsir yang ada pada kami, adalah lebih dari

cukup bagi kami untuk menjadikan keduanya sebagai rujukan. Dan semoga Allah

memberikan kelapangan yang luas pada kubur keduanya serta mengangkat keduanya

pada derajat yang tinggi. Karena sumbangsih keduanya terhadap Islam dengan adanya

dua kitab tersebut. rahimahumallah.....

Berikut ini kami tampilkan kutipan Surat An Nisaa dari ayat 59-65:

Page 75: Risalah Nasehat 1

75 | R i s a l a h N a s e h a t 1

― Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri

di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kem-

balikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar

beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang

mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada

apa yang diturunkan sebelum kamu? mereka hendak berhakim kepada thaghut,

Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud

menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan

kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan

dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi

(manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah

halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan

perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil

bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang

baik dan perdamaian yang sempurna". Mereka itu adalah orang-orang yang Allah

mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka,

dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas

pada jiwa mereka. (QS. An Nissa: 59-60)

Ringkasan Tafsir Imam Ibnu Katsir :

Page 76: Risalah Nasehat 1

76 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Artinya43:

―diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin Khotob dari Rasulullah ,

berkata: ―perintah mendengar dan taat kepada ulil amri yaitu mendengar dan taat

kepada setiap pemimpin muslim pada seluruh perkara yang disenangi maupun yang

dibenci, selama tidak diperintah dalam perkara maksiat, maka apabila pemimpin

muslim tersebut memerintah untuk bermaksiat (seperti, memerintah berzina,

memerintah mencuri, membunuh jiwa yang tidak halal untuk dibunuh, dan perkara-

perkara maksiat lainnya, pent) maka tidak boleh mendengar dan taat (namun tidak

boleh memberontak, serta mencaci maki, cukup tidak mengerjakan perintahnya,

pent). Dan dalam riwayat lain : ‗dari shahabat Ibad bin Shomad berkata, Rasulullah

memerintah kami untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin kaum muslimin)baik

dalam keadaan senang atau benci, dalam keadaan kami ditindas atau dinaungi, dan

untuk menghormati serta memuliakan perintah mereka dan tidak menyelisihinya,

kecuali apabila kami menyaksikan dengan nyata dan pasti akan kekafiran mereka dan

kami mempunyai bukti yang nyata di sisi Allah atas kekafiran mereka‖. Dan juga

datang dari shahabat Anas bin malik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, berkata:

tetaplah kalian mendengar, dan taat walaupun yang memerintah kalian adalah seorang

budak hitam dari habasyah yang kepalanya bagaikan kismis (suatu penggambaran

akan pemimpin yang buruk rupa dan berasal dari kalangan rendahan), dan datang pula

dari shahabat Abu Hurairah, berkata : ―telah menasehatkan kepadaku kekasihku

(Rasulullah ) untuk mendengar dan taat walaupun yang memerintah seorang budak

dari habasyah/ethiopia yang terpotong hidungnya‖.

43

kami hanya menerjemahkan pada beberapa inti lafadz yang dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dari beberapa jalur periwayatan,

karena khawatir terlalu panjangnya penjelasan, adapun teks aslinya kami nukilkan secara utuh pada halaman lampiran.

Page 77: Risalah Nasehat 1

77 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Dan berkata Ali bin Abi Tolhah dari Ibnu Abbas: ―ulil amri yang dimaksud

pada ayat yaitu Ahli Fiqih dan Ahli Agama. Mujahid dan Atho‘ serta

Hasan Al Bashri dan Abu Aliyah menjelaskan bahwa ulil amri yang dimaksud dalam

ayat tersebut umara (pemimpin negara) dan ulama. Dan datang dari hadits shahih

muttafaqun alaihi dari shahabat Abu Hurairah berkata: ―telah bersabda Rasulullah :

―Barangsiapa taat kepadaku maka dia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang

bermaksiat kepadaku maka dia telah bermaksiat kepada Allah, dan barangsiapa yang

taat kepada penguasanya maka dia telah menaatiku, dan barangsiapa yang bermaksiat

(menentang) penguasanya maka dia telah bermaksiat kepadaku.

Dan firman Allah : berkata Mujahid dan

ulama lainnya dari kalangan salaf yaitu jika terjadi perselisihan diantara manusia maka

wajib untuk mengembalikan kepada nash-nash Al-Qur‘an dan Hadits, baik

perselisihan itu dalam masalah pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya dan

barang siapa yang tidak mau mengembalikan perselisihan kepada keduanya maka

tidaklah dia termasuk beriman kepada Allah dan hari akhir.

---sekian Imam Ibnu Katsir---

Ringkasan Tafsir Asy Syaikh As Sa‘di :

Page 78: Risalah Nasehat 1

78 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Artinya:

―kemudian Allah memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, dan

yang demikian itu adalah dengan mengerjakan perintah keduanya baik yang wajib

maupun yang sunnah, dan menjauhi larangan keduanya dan memerintah untuk taat

kepada ulil amri. Dan mereka ulil amri tersebut adalah penguasa dari kalangan

pemimpin negara, hakim, serta ulama ahli fatwa, dikarenakan tidaklah akan tegak

perkara agama rakyat dan perkara dunianya kecuali dengan mentaati mereka ulil amri

dengan catatan selama mereka tidak memerintah bermaksiat, dan apabila mereka

memerintah untuk bermaksiat maka tidaklah ada ketaatan terhadap satu makhluk pun

dalam bermaksiat kepada Allah. Kemudian setelah itu Allah memerintahkan untuk

mengembalikan segala bentuk perselisihan diantara manusia kepada Kitabullah dan

Sunnah, dikarenakan sesungguhnya pada keduanya terdapat penjelasan yang rinci atas

seluruh masalah-masalah khilafiyah baik yang bersifat jelas, umum, atau isyarat atau

peringatan. Dikiaskan atas masalah-masalah khilafiyah tersebut setiap apa yang sesuai

dengan Kitabullah dan Sunnah , karena Kitabullah dan Sunnah merupakan asas pokok

pondasi agama. Dan tidaklah tegak keimanan melainkan mengembalikan setiap

perkara kepada keduanya (Kitabullah dan Sunnah).

Selanjutnya, penjelasan makna thagut dalam ayat ini adalah segala sesuatu yang

diibadahi selain Allah, dan Allah sungguh telah memerintah kaum muslimin untuk

mengingkarinya. ―maka tidaklah akan terkumpul suatu keimanan itu melainkan

dengan keyakinan bahwa wajib berhukum dengan syariat Allah pada seluruh perkara.

Maka barangsiapa yang menyangka bahwasanya dirinya beriman, dan lebih memilih

berhukum dengan thagut daripada hukum Allah, maka dia adalah pendusta, dan setan

telah menyesatkannya dengan pengakuannya tersebut. Dan setan hendak

menyesatkannya dengan kesesatan yang jauh (dikarenakan dia merasa bahwa dirinya

beriman padahal pada hakikatnya Allah menafikan keimanan mereka sebagaimana

firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat ke-8, pent). Selanjutnya pada ayat yang ke-

63, Syaikh menjelaskan bahwasanya pengingkaran terhadap thagut adalah wajib namun

bentuk pengingkaran itu sendiri haruslah merujuk pada tuntunan Rasulullah,

dikarenakan di awal ayat Allah mengikatkan perintahnya dengan mengikuti perintah

Page 79: Risalah Nasehat 1

79 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Rasulullah. Pada ayat [dan katakanlah kepada mereka para ulil

amri yang tidak berhukum dengan hukum Allah tersebut) perkataan yang membekas

pada jiwa mereka.] Syaikh menjelaskan bahwa hendaklah kaum muslimin menasehati

para penguasa yang berhukum dengan thagut tersebut dengan nasehat yang bijaksana

dan rahasia antara mereka ulil amri dan pihak yang menasehati saja (tidak diumbar di

depan khalayak umum, dikarenakan seorang penguasa mereka mempunyai pengaruh

di mata masyarakatnya, maka bagaimanakah jika rakyat dijejali doktrin untuk

membenci penguasanya, bukankah musibah yang akan terjadi!). Dikarenakan pula itu

lebih menghasilkan akan tujuan yang dimaksudkan (kebaikan).

---sekian Asy Syaikh As Sa‘di---

Subhanallah, maka sungguh nikmat jika kita memahami agama ini dengan

penuh ketundukan kepada syariat, jauh dari sikap fanatik ke-partai-an atau tendensi

(tekanan) hizbiyyah yang menyesatkan dan memecah belah kaum muslimin menjadi

berkelompok-kelompok. Maka kami katakan dengan ini perlu kita ketahui

bahwasanya tidak semua orang yang memiliki intelektual tinggi dan bertitel tinggi

mengerti agama, dan bisa menafsirkan nash dengan benar. Tidak semua orang-orang

sukses yang mengisi di ribuan seminar-seminar besar yang ada itu mengerti agama.

Simak saja contohnya orang-orang JIL (Jaringan Iblis La‘natullah) mereka adalah

orang-orang yang bertitel tinggi, tidak tanggung-tanggung mereka keluaran

Amerika. Namun sangat disayangkan mereka kosong dari pemahaman ilmu yang

benar. Seperti ambil contoh tatkala mereka mengatakan bahwa Al-Qur‘an itu perlu

direvisi karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, mereka membawa

dalil-dalil dari Al-Qur‘an, namun apa hasilnya...??? kehancuran dikarenakan mereka

tidak memiliki pemahaman ilmu yang benar dalam memahami makna dari sebuah

dalil yang ada. Kalau tinggal mengutip dalil saja semua orang bisa, perkara yang

mudah, tinggal comot sana comot sini selesai. Tapi apakah tepat peletakan dalil

tersebut serta pemahamannya??? Belum tentu !!! karena pemahaman kepada ilmu

yang benar hanyalah dimiliki para ulama, sebagaimana yang Allah tegaskan dalam

firman-Nya:

―Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui.‖ (An Nahl 43). -----sekian----

Page 80: Risalah Nasehat 1

80 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan atas pernyataan dangkal di atas :

[Eksistensi agama memang diakui, tetapi fungsi yang diperankan agama hanya terkait

dengan hal-hal yang sifatnya personal-individual. Perkara-perkara yang mengatur dan

mengurusi pelayanan negara terhadap rakyatnya, seperti politik, pemerintahan, ekono-

mi, hukum pidana-perdata, sosial-budaya, dan pendidikan disterilkan dari agama.]

Sebuah pernyataan yang sangat picik sekali yang telah engkau katakan, apa maksud

‗personal individual‘ (mengutip istilah sok intelek Denie Asseiff) yang kau katakan?

Apakah ditetapkannya hari raya umat Islam setiap tahun, penegakan sholat lima waktu

yang telah dikeluarkan oleh mereka waktu-waktunya, sholat ied, penegakan sholat

jum‘at, serta diadakannya pengaturan ibadah haji setiap tahun, atau pencekalan

terhadap aliran-aliran sesat semisal ahmadiyyah dan terorisme engkau anggap personal

individual ??? Bukankah itu semua untuk kemaslahatan kaum muslimin dan persatuan

mereka..??

Atau mungkin kami yang tidak paham dengan istilah sok intelektualmu itu. Tolong

jelaskanlah..!!!

Lanjut lagi keserampangan engkau dalam berbicara dengan berkata bahwa seluruh

perkara yang mengatur dan mengurusi pelayanan negara terhadap rakyatnya

Page 81: Risalah Nasehat 1

81 | R i s a l a h N a s e h a t 1

disterilkan dari agama, itu artinya benar-benar bersih dan tidak terkontaminasi agama

sama sekali. Maka kami katakan engkau memang dungu nan naif.

[Keadaan inilah yang membuat kaum Muslim tidak bisa memutuskan perkara yang

mereka perselisihkan dengan syariah. Mereka memang masih diizinkan menjalankan

ibadah ritual. Mereka juga tidak dilarang meyakini kebenaran al-Quran dan as-Sunnah.

Akan tetapi, keyakinan itu tidak boleh diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Me-

reka dipaksa tunduk dengan hukum buatan manusia. Mereka harus menerima keputusan

hukum warisan penjajah. Sekalipun mereka ingin diadili dan diputusi dengan syariah,

mereka juga tidak kuasa menolak ketika harus diadili oleh mahkamah yang menda-

sarkan pada selain syariah, yang oleh ayat ini disebut dengan thâghût.]

Kami katakan:

Benarkah kaum muslimin tidak bisa memutuskan perkara yang mereka perselisihkan

dengan syariah. Ambil contoh kecil saja kasus hukum waris, hukum talaq dan khuluk

dalam perceraian, bukankah pemerintah membebaskan penetapannya dengan syariat,

atau engkau kira MUI dan Depag hanyalah berhukum dengan hukum thagut semata

dengan men-sterilkan setiap perkara dari bimbingan agama??? Engkau memang naif

dan dungu. Lalu benarkah pernyataan engkau dengan mengatakan kaum muslimin

tidak bisa mengimplementasikan Al-Qur‘an dan As-Sunnah dalam kehidupan nyata???

Apakakah kau buta??? Sungguh kaum muslimin masih demikian leluasa

mengimplementasikan Al-Qur‘an dan As-Sunnah dalam keseharian mereka.

Bukankah dalam lingkup ‗personal individual‘ (maaf, hanya sekedar menyesuaikan

dengan gaya bahasamu yang sok intelektual) kaum muslimin masih bisa

mengimplementasikannya. Sungguh kedunguan tampak jelas dari berbagai

pernyataanmu yang kontradiksi (baca: bertentangan) tersebut.

[mereka juga tidak kuasa menolak ketika harus diadili oleh mahkamah yang

mendasarkan pada selain syariah, yang oleh ayat ini disebut dengan thâghût]

Ya termasuk ketika engkau dan kelompokmu tidak bisa menolak ketika harus

berhukum dengan hukum ‗thagut‘ walaupun menurut politisir engkau (baca:

pemutarbalikan fakta dengan pengemasan yang cantik ) itu merupakan masalah

furu‘iyyah belaka atau istilah sok intelektual engkau ‗teknis administratif‘ dan

‗formalitas administratif‘. Sebagaimana dalam komentarmu dibawah ini:

Page 82: Risalah Nasehat 1

82 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Jadi mendirikan HT itu ijinya langsung dari Allah swt, bukan dr pemerintah. Hanya ba-

ru2 ini saja scr keorganisasian didaftarkan krn pemerintah yg represif dg kekua-

saanya. Demi keberlangsungan dakwah. Ini dipandang hanya sekedar formalitas admin-

istrative saja.... Baca Selengkapnya].

Kami katakan:

Apakah mendirikan jama‘ah bid‘ah bernama HT dengan dalih amar ma‘ruf nahi

munkar adalah fardhu ‗ain, sehingga dengan itu kalian mentolerir berhukum dengan

hukum ‗thagut‘, yang resikonya adalah kekafiran sebagaimana yang kalian prinsipkan??

Satu prinsip agama yang kalian tetapkan telah kalian langgar demi ambisi mewujudkan

kekuasaan kalian, bukankah kedepannya kalian akan tidak segan-segan lagi menabrak

syariat dengan dalih demi ‗perjuangan ‗khilafah‘. Darimana kaidah semacam ini....

semua itu merupakan bukti akan sesatnya kalian, dalam perkara prinsipil semacam itu

saja kalian lemah, bagaimana bisa kalian akan menegakkan ‗khilafah‘ dengan kaffah !

Baiklah, seandainya anggap saja kita katakan bahwa pemerintah itu ‗thagut‘, bukankah

hukum asal berhukum kepada ‗thagut‘ adalah haram...??? maka perkara furu‘iyah yang

menghantarkan kepada suatu yang haram adalah Haram !!! maka belajarlah !!!

Maka ketahuilah salah satu kaidah ushul di bawah ini, Syaikh As Sa‘di mengatakan di

dalam kitabnya Al-Qowaidul Fiqh sebuah kaidah:

Page 83: Risalah Nasehat 1

83 | R i s a l a h N a s e h a t 1

فرو فساد و خهم, و إن أتى انتذرم ف وفس انعمم أو شرطه

Jika datang pada suatu amalan itu sesuatu yang haram pada zatnya atau syaratnya

maka menjadilah amalan tersebut fasad dan cacat.

--Sekian--

[Oleh karena itu, siapa pun yang tidak ingin tersesat, dia harus mengingkari dan men-

jauhi thâghût. Masyarakat mana pun yang tidak ingin terjerembab dalam lembah kege-

lapan, tidak memiliki pilihan lain kecuali harus melepaskan diri dari kungkungan sistem

thâghût. Sebagai gantinya, mereka harus memilih dan menerapakan syariah yang beras-

al dari-Nya. Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang beriman dari kegelapan me-

nuju cahaya (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 257). Walhasil, jika ingin membebaskan diri,

masyarakat, dan negara dari jeratan thâghût, Daulah Khilafah Islamiyah jawabannya.

Sebab, hanya Daulah Khilafah Islamiyah yang bisa menerapkan syariah secara kaffah

dalam kehidupan.]

Kami katakan, :

apakah memilih dan menerapkan syariah harus dengan menegakkan khilafah,

jawabanya adalah belum tentu. (nantikan pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini

pada bab yang kedua dari risalah nasehat ini. Dont miss it !!!)

Page 84: Risalah Nasehat 1

84 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Para pemimpin di dalam teks Al-qur’an dan al-hadist itu merujuk pada

Imam/Khalifah/Amirul mukminin dlm system Imamah atau Khilafah, bukan system

presiden (Kapitaslis-demokrasi, Sosialis-Komunis) dan system kerajaan diktator.]

Kami katakan :

Inilah hasilnya jika memahami nash-nash yang ada dengan cara serampangan

dan kungkungan hawa nafsu kekelompokan. Agama dibuat mainan dan dipahami

‗seenak udelnya‘ sendiri. (nantikan pembahasan mengenai hal ini dalam bab yang

kedua, Insya Allah).

--sekian—

[Tentu saja Allah tidak memerintahkan umat Islam untuk mentaati seseorang yang tidak

berwujud sehingga jelaslah bahwa mewujudkan kepemimpinan Islam adalah wajib. Ke-

tika Allah memerintahkan untuk mentaati Ulil Amri berarti juga memerintahkan untuk

mewujudkannya, demikian menurut Taqiyuddin An-Nabhani.Taqiyuddin An-Nabhani.]

Page 85: Risalah Nasehat 1

85 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan:

Pernyataan di atas adalah salah satu bukti nyata paham khawarij yang ada pada

kelompok kalian yang dengan mudah memvonis kafir kepada kaum muslimin pelaku

maksiat. yang konsekuensinya itu pun menular kepada engkau. Subhanallah... kalian

mengatakan pemerintahan yang ada ini tidak berwujud [apa maksud perkataan tidak

berwujud tersebut, jangan-jangan engkau sendiri tidak mengerti dan hanya

menukilkannya mentah-mentah], begitukah batas pemahaman engkau yang hanya

berhenti pada perkataan-perkataan pendiri kelompokmu...???? mana sikap kembali

kepada Al-Quran dan Sunnah..?? bukankah Rasulullah telah mengkhabarkan tentang

banyaknya ulil amri yang dzalim dan jahat, lalu memerintahkan untuk tetap taat

kepada ulil amri, apakah Rasulullah memberi solusi untuk mewujudkan ketaatan

tersebut dengan cara menggoyang kursi kekuasaan ulil amri tersebut untuk akhirnya

dapat tegak kekuasaan yang syar‘i. Maka jawabnya adalah tidak !. (nantikan

pembahasan lengkapnya pada bab yang kedua)

--sekian—

Penjelasan di atas mengenai tafsir yang dibawakan oleh Ibnu Katsir dan juga

Imam Al-Qurthubi tidaklah bertentangan dengan dalil yang menunjukkan akan

wajibnya taat kepada ulil amri, karena maksud khilafah itu sendiri makna asalnya

adalah kepemimpinan bukan ‗khilafah‘ sebagaimana engkau pahami, dan

kepemimpinan disini bersifat umum baik kepemimpinan yang syar‘i ataupun yang

dzalim dan yang demikian ini selaras dengan makna ayat di atas. Ayat di atas pun

turun berkenaan dengan penciptaan manusia (nabi Adam alaihis salam), yang mana

manusia mempunyai tabiat yang condong kepada kerusakan, Dan pernyataan engkau

Page 86: Risalah Nasehat 1

86 | R i s a l a h N a s e h a t 1

yang menukilkan dari ibnu katsir dan Qurthubi bahwasanya itu adalah dalil wajibnya

menegakkan khilfah adalah dusta, tolong jika engkau bisa menyertakan bukti bahwa

mereka menyatakan wajib, dan anggaplah seandainya itu benar maka perintah wajib

itu pun tidaklah mutlak, dan perlu melihat dalil yang lain, kenapa ??? karena telah

tetap datangnya dari Nabi bahwasanya Beliau memerintahkan untuk meninggalkan

seluruh kelompok yang ada tanpa terkecuali ketika terjadi perpecahan dan ketika tidak

didapati kepemimpinan. Sebagaimana pada pembahasan hadits hudzaifah ibnul yaman

yang telah lalu.

---sekian---

Kami katakan:

Maaf untuk yang kesekian kalinya kami terpaksa menggunakan kata-kata ‗pedas‘ dan

‗kasar‘, engkau memang dungu dan ngawur dalam memahami nash yang ada. Hadits

tersebut menerangkan berkenaan pada bab safar (bepergian) yang mana sunnah

menganjurkan untuk mengangkat seorang amir ketika dalam safar. Dan sebabnya

sebagaimana telah diketahui, bahwa dengan adanya amir / seorang yang memimpin

maka terhindarlah perselisihan dan persengketaan. Dan makna kepemimpinan dalam

Islam pada keterangan Asy-Syaukani di atas ini adalah bermakna umum.

Sebagaimana penjelasan yang telah lalu. Lebih tidak ilmiah lagi engkau mengutip

tanpa menyertakan rujukannya haditsnya, sehingga kami cukup kesulitan mencari

keterangan aslinya. Lebih tidak ilmiah lagi Ketika kami mencoba mencarinya dalam

Page 87: Risalah Nasehat 1

87 | R i s a l a h N a s e h a t 1

kitab musnad Imam Ahmad melalui program software Mausu‘atul Haditsin Nabawawi ternyata kami tidak mendapati hadits tersebut. Bahkan kami di arahkan melalui hasil

searching kepada hadits-hadits yang menerangkan wajibnya taat kepada ulil amri.

--sekian—

Kami katakan:

Hadits diatas menjelaskan tentang wajibnya taat kepada penguasa, lihat kembali teks

hadits ketika shahabat bertanya tentang apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap

khalifah/penguasa yang ada, maka Rasulullah menjawab : ― tepatilah bai‘atmu pada

yang pertama, yaitu maksudnya tepatilah bai‘atmu pada pemimpin yang pertama kali

Page 88: Risalah Nasehat 1

88 | R i s a l a h N a s e h a t 1

di baiat, pemimpin yang telah ada baik dia dzalim maupun jahat, dan mafhum

mukhlafahnya/yang bisa diambil dari penjelasan tersebut bahwasanya Rasulullah

menetapkan untuk berbaiat pada yang pertama, maka itu sekaligus perintah untuk

membinasakan orang yang menginginkan untuk di bai‘at menjadi khalifah menyaingi

khalifah yang pertama. Sebagaimana datang dalam hadits yang lain menerangkan

bahwa jika di bai‘at dua pemimpin maka Rasulullah memerintahkan untuk

membunuh orang yang di baiat terakhir kali, karena orang tersebut lah yang

memberontak dan memecah belah persatuan. dan sekali lagi kepemimpinan disini

bersifat umum.

--sekian--

Kami katakan:

(nantikan pembahasan mengenai hal ini pada bab yang kedua, don‘t miss it !!!)

Page 89: Risalah Nasehat 1

89 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan:

Para ulama fiqh telah menetapkan sebuah kaidah ushul

ال تتن األحكام إال بىجىد شروطها و انتفاء هىانعها―Tidaklah sempurna suatu hukum kecuali apabila terpenuhi

syarat-syaratnya dan hilang penghalang-penghalangya‖

[Hanya dengan diterapkanya syariat Islam secara kaffah dan tegaknya Daulah Khilafah

lah negri ini akan diridhai oleh Allah swt.]

Penerapan syariat secara kaffah serta penegakan daulah khilafah tentunya untuk

memahami itu semua harus kembali merujuk kepada Al-Qur‘an dan As-Sunnah

dengan pemahan salafush shalih secara kaffah pula tentunya!

Karena tidaklah mungkin Allah akan ridho terhadap daulah khilafah apabila untuk

mewujudkannya saja harus melanggar syariat yang ada !

Ambilah contoh : Ibadah Haji adalah perkara yang disyariatkan dan sangat ditekankan,

dan tentunya Allah akan ridha terhadap pelakunya dengan syarat apabila sesuai syariat,

dan sesuai sunnah Rasulullah , tapi sekarang yang perlu dipahami, apakah Allah akan

meridhai apabila ibadah haji yang mulia tersebut diperoleh dari mencuri harta orang

lain misalnya sekalipun pelakunya ikhlas dalam ibadah hajinya. Maka belajarlah !!!

---sekian---

Page 90: Risalah Nasehat 1

90 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Adapun Fasad, kerusakan yg terjadi di negri ini karena diterapkanya system

Demokrasi-Kapitalis Jahiliyah yg kuffur (Ke haraman n ke syirikanya ndak perlu

dipertanyakan lagi). Jadi lihatlah akar permasalahanya BUNG!!]

Kami katakan:

Engkau perlu belajar lagi, memaknai ilmu agama ini secara kaffah bukan ‗kaffah‘,

tunduk tanpa didasari sikap kecintaan yang buta terhadap hizbiyyah, semata ikhlas

lillahi ta‘ala mengharap hidayah.

Bukankah ketika tegak daulah Islamiyyah di bawah kepemimpinan Rasulullah serta

setelahnya dari Al Khulafaur Rasyidun kefasadan (kerusakan) tersebut masih saja

ada??? Bukankah ada diantara mereka kaum munafikin, ahlul maksiat dan lainnya???

Padahal mereka sedang di masa kekhalifahan terbaik. Tahukah engkau tentang kisah

shahabat yang melakukan maksiat, ketika salah seorang wanita datang kepada

Rasulullah untuk meminta ditegakkan hukum rajam kepada dirinya karena dia telah

berzina, yang kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk melahirkan anak yang di

kandungnya terlebih dahulu.?? Atau mungkin kisah ini tidak pernah terlewat dalam

pelajaran ta‘lim-ta‘lim yang kau ikuti dikarenakan hanya sibuk membahas kebijakan

pemerintah yang dianggap tidak bijak saja. Maka belajarlah !!!

Ketahuilah bahwa kefasadan (kerusakan) yang terjadi di negeri ini bukanlah semata

karena sistem demokrasi yang ada, namun lebih lagi karena jauhnya kaum muslimin

dari ilmu agama yang benar, mereka jauh dari bimbingan tauhid, sunnah mereka

Page 91: Risalah Nasehat 1

91 | R i s a l a h N a s e h a t 1

tersibukkan dengan dunia yang ada, mereka jadikan agama sebagai perkara yang

kesekian dari perkara kehidupan mereka. Tengoklah kondisi kaum muslimin

kebanyakan yang ada di negeri ini, siapa para pelaku kefasadan tersebut??? Adalah

kaum muslimin juga. Ironis memang, negeri yang berpenduduk muslim terbesar di

dunia ini justru jauh dari sikap yang islami. Itu semua tak lain dari kosongnya mereka

dari majelis-majelis ilmu agama yang benar. Mereka terlena dengan hiruk pikuk

kehidupan yang ada tanpa memperdulikan akan dampak pada kehidupan akhirat

mereka. Untuk itulah semoga Allah memberi hidayah kepada kami dan kepada kaum

muslimin seluruhnya untuk tegak di atas Islam secara kaffah bukah ‗kaffah‘.

Mungkin engkau lupa, Maka kami ingatkan engkau dengan perkataan engkau sendiri,

--sekian—

[Okelah dakwah kalian adalah menangani kesyirikan n bid’ah2 sprti tersebut.

Tidak ada persoalan krn ini jg sebagian dakwah yg kami lakukan kepada masyarakat –

interaksi dengan umat- memberikan penyadaran kpd umat agar sadar dan melek

politik/Siyasah (Mengurusi urusan umat). Dengan melihat secara mendalam dan me-

nyeluruh problem dan penyelesaianya.]

Kami katakan:

Tolong sebutkan kapan Rasulullah dan para shahabatnya menjadikan dakwah melawan

kesyrikan dan kebid‘ahan sebagai ‗sebagian‘, sebagai urutan yang kesekian. Bahkan

pondasi dan asas agama ini dibangun diatas dakwah memerangi kesyirikan dan

menjaga kemurnian agama. 13 tahun dakwah Rasulullah di makkah adalah untuk

menjelaskan akan tauhid dan memberantas kesyirikan semata, dan sisanya adalah

menjelaskan masalah hukum-hukum furu‘iyah dari konsekuensi tauhid tersebut.

Dan adalah sebuah celaan yang jelas kepada kelompok kalian bahwa dakwah kalian

menitik beratkan pada ―memberikan penyadaran kepada umat agar melek politik‖.

Shahabat mana yang mengajarkan dakwah seperti ini, dakwah bid‘ah nan palsu

berkedok siyasah la syar‘iyah (politik yang tidak syar‘i). Maka pernyataan kalian adalah

sebuah KEDUSTAAN atas nama agama demi sebuah kekuasaan.

Page 92: Risalah Nasehat 1

92 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Dakwah-Amar makruf nahyi mungkar- mulai akar-rumput sampai pemerintahan. Me-

rangkul semua elemen masyarakat , organisasi, jama’ah dll. Tidak Inklusif :-), tidak

dengan kekerasan dsb.]

Kami katakan:

Maka itu adalah bukti nyata bahwa pengakuan dakwah kalian berdiri di atas Al-Qur‘an

dan As-Sunnah adalah sebuah pengakuan tanpa bukti. Dakwah dari akar rumput

sampai pemerintahan, merangkul semua elemen masyarakat, organisasi, jama‘ah. Ini

adalah persatuan semu, syariat telah mengajarkan bahwa persatuan haruslah dibangun

diatas Al-Qur‘an dan As-Sunnah, bukan persatuan menggalang massa sebanyak-

banyaknya serta berkoalisi ria untuk kepentingan ambisi kekuasaan serta politik semu

dan itu semua adalah bagian dari demokrasi, yang tanpa engkau sadari bahwa engkau

dan kelompokmu mengambil posisi penting dalam kancah percaturan demokrasi yang

siang malam kalian dengung-dengunkan sebagai metode warisan penjajah thagut.,

dzohirnya seolah bersatu padahal hati mereka berpecah belah. Dan juga syariat telah

melarang untuk berpecah belah menjadi berkelompok-kelompok, yang setiap

kelompok merasa bangga dengan kelompoknya masing-masing. Apakah engkau mau

menanggalkan bendera hitam kelompokmu untuk berbaju hijau, atau biru dan

mengikuti aktivitas keorgnisasian kelompok lain, serta bangga dengan seragam

kelompok lain? Tentu tidak bukan, dan apakah engkau masih beralasan bahwa setiap

kelompok memiliki metode dakwah yang berbeda-beda namun satu tujuan dan saling

melengkapi satu sama lain, mengisi kekurangan masing-masing. Maka ini adalah

lelucon, bagaimana bisa sesuatu yang dari awalnya tidak sejalan dapat berjalan

beriringan. Dan apakah engkau bisa menegakkan amar ma‘ruf nahi munkar kepada

partner dakwah dari kalangan kelompok lain dari ahlul bid‘ah, ahlus syirik misalnya,

apakah persatuan dibangun diatas kuantitas bukan kualitas, maka adakah Rasulullah

dan para shahabatnya bersatu dengan kelompok yang menyelisihi Al-Qur‘an dan As-

Sunnah??? Demi tersebarnya dakwah Islam keseluruh penjuru dunia??? Jawabanya

adalah tidak !!!

Mungkinkah jika engkau mati nanti, malaikat akan bertanya APA ORGANISASIMU, APA

PARTAIMU ??????

--selesai--

Page 93: Risalah Nasehat 1

93 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Maka kami katakan :

naif sekali engkau dalam menggunakan sandaran, kenapa engkau tidak

mengembalikan pemahaman mengenai ayat tersebut kepada praktek para shahabat,

justru menyandarkan sebuah hukum kepada organisasi-organisasi yang ada.

Ketahuilah bahwasanya dalil ini pula yang digunakan oleh kelompok-kelompok sesat

lainnya dari kalangan teroris khawarij seperti FPI, Imam Samudra cs, MMI, LDII, dan

lainnya. Lalu apakah dengan demikian bisa dinyatakan bahwa kelompok-kelompok

teroris khawarij yang ada itu benar, dikarenakan mereka membawa sebuah dalil..???.

apakah engkau yang HTI itu mau berbaju NU, dan apakah NU mau berbaju

Muhammadiyah? Dan apakah PERSIS mau berbaju NU? Maka jawabannya adalah

tidak, karena masing-masing kelompok mempunyai tariqah (metode) sendiri-sendiri

dalam memahami tentang amar maruf nahi munkar. Manhaj gado-gado yang engkau

terapkan begitu lucu, apakah engkau masih juga menganggap bahwa permasalan

perbedaan masing-masing kelompok tersebut hanyalah berkutat pada masalah

khilafiyah furu‘iyyah belaka yang tidak perlu dipermasalahkan, jika engkau menjawab

ya, maka kami katakan, Bodoh engkau!

dan dalil ini pula yang digunakan seluruh kelompok2 sesat yg ada untuk melegalkan

paham sesat mereka, Jama‘ah tabligh, FPI, MMI, dll. tentunya untuk memahami ayat

diatas kita harus merujuk kepada tafsir para ulama yang terpercaya, dan juga atsar dari

generasi salaf.

teringat akan beberapa tahun yang lalu, ketika teman-teman kami ketika kami

sekolah di SMU Muhammadiyah 1 Pasuruan, menjadi korban amukan dari tindakan

bengis dan bodoh kelompok yang menisbatkan diri kepada NU dengan PKBnya,

pasca runtuhnya kekuasaan Gusdur, ketika- tiba-tiba saja ratusan massa atau bahkan

Page 94: Risalah Nasehat 1

94 | R i s a l a h N a s e h a t 1

ribuan merangsek masuk ke sekolah yang saat itu sedang melaksanakan ujian nasional,

mereka hancurkan seluruh fasilitas yang ada, kaca-kaca pecah, ruangan laboratorium

komputer beserta isinya hancur, siswi-siswi mendapat pelecehan seksual yang tidak

senonoh, sementara beberapa guru dan siswanya mendapat bogem mentah tanpa

sebab, masjid-masjid milik organisasi muhammadiyah mereka rusak, jika engkau tidak

mengetahui hal ini, maka tengoklah kembali sejarah kisah berdarah di areal tapal

kuda!. Tidak lain itu semua dampak nyata dari hizbiyyah (sikap berkelompok-

kelompok). Tak ketinggalan pula Muhammadiyah dengan ketuanya Dien Samsudin

ketika menyatakan bahwa ―Seluruh inventaris serta fasilitas milik Muhammadiyah

adalah tidak boleh digunakan/disewakan kepada kelompok dari organisasi lainnya

kecuali oleh Nashara). Sementara telah diketahui bahwa proses pendirian dua

organisasi tersebut tidak lepas dari permainan penjajah yang ingin memecahkan

persatuan Islam kala itu, karena dikuatirkan bersatunya kaum muslimin pada waktu itu

akan menyebabkan terancamnya eksistensi mereka (penjajah Belanda) di tanah

Indonesia. Hal ini persis serupa dengan kisah penjajah Inggris ketika menghasut kaum

muslimin di India yang sedang berada dalam jajahannya dengan memberikan istilah

dakwah tauhid dengan gelar aliran sesat wahabi44 karena khawatir kekuasaan mereka

terancam dengan bersatunya dakwah mereka di atas persatuan tauhid dan aqidah, yang

dari sinilah awal penisbahan gelar tersebut berasal, yang sungguh sebenarnya bertujuan

untuk memalingkan kaum muslimin dari dakwah tauhid yang hakiki, karena tidaklah

khilafah Islamiyah tegak melainkan dengan meluruskan tauhid terlebih dahulu.

--sekian--

[Jadi mendirikan HT itu ijinya langsung dari Allah swt, bukan dr pemerintah]

Kami katakan:

darimana kesimpulan ini engkau dapatkan, lancang sekali engkau memvonis bahwa

Allah melegalkan ijin pendirian HTI secara langsung! Maka kami katakan Istaghfir.... wa tuubu ilallah (memohon ampunlah dan bertaubatlah kepada Allah), salah satu

bukti akan betapa kefanatikan kelompok menjadikan kebodohan dan

keserampanganmu menjadi demikan akut, maka coba perhatikan penjelasan di bawah

ini tentang kutipan ayat tersebut secara utuh.)

44

Penisbahan yang disandarkan kepada Ulama besar Ahlus Sunnah yang berjuang menegakkan tauhid di jazirah arab tauhid Asy-

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (wafat 1206H) yang justru sebenarnya beliau sendiri bermadzhab hanbali.

Page 95: Risalah Nasehat 1

95 | R i s a l a h N a s e h a t 1

― Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah (Tauhid), dan

janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu

dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,

lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu

telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. De-

mikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petun-

juk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada keba-

jikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah

orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang

bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.

mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, Pada hari yang di waktu

itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun

orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu

kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".

(QS. Ali Imraan: 103-106)

Dalam ayat di atas Allah memerintah kamu musliimin untuk bersatu di atas tauhid,

dan melarang dari berpecah belah, berkelompok-kelompok. Dan Allah

mempersatukan hati kaum mukminin di atas tauhid setelah mereka sebelumnya

berpecah-belah dikarenakan fanatik kesukuan, serta perbedaan sesembahan mereka.

--sekian--

Page 96: Risalah Nasehat 1

96 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan:

Subhanallah... sekali lagi kami terpaksa menghela nafas panjang atas berbagai

pernyataan engkau yang lancang dan serampangan. Maka balik kami katakan

kepadamu ―Pahami dulu Demokrasi secara detail‖. (lihat penjelasan lebih lengkap

insyaallah pada bab yang kedua)

[Tak kasih refensinya kitab terjemahan tp gak jadul , neh monggo di download:]

Kami katakan atas pernyataan diatas:

Inilah sekian bukti dari bukti-bukti bahwa sikap taqlid buta (fanatik buta) terhadap

hizbiyyah begitu akut dalam dirimu hingga kebenaran pun tertutup dari penglihatan

dan pendengaranmu, sejarah dan kamus mana yang mengatakan bahwa ilmu agama

itu bisa dikatakan jadul (sekedar mengutip istilah Denie Asseiff). Apa maksud kata-

kata jadul tersebut??? Ataukah paham JIL sudah menular pada dirimu –nasalullahas

salamah- jangan-jangan besok di kemudian hari engkau akan mengatakan bahwa

Shahih Bukhari atau Shahih Muslim sebagai kitab ‗jadul‘. Tidaklah engkau mengatakan

dengan kata ‗jadul‘ kecuali karena buku terjemahan itu bukan dari kelompokmu yang

menerbitkannya dan juga tidak sesuai dengan pemahanmu kelompokmu, padahal

wallahi kami berani bersumpah engkau belum membacanya. Allahu Akbar.. sungguh

sikap ta‘ashub (fanatik) yang menyesatkan.

---sekian---

Page 97: Risalah Nasehat 1

97 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan:

Ini merupakan kecacatan yang ada padamu dan kelompokmu, karena apabila suatu

individu atau kelompok itu membutuhkan kelompok lain untuk dapat berdiri maka

itu menandakan lemahnya dan belum siapnya kelompok tersebut untuk terjun dalam

pergerakannya. Lebih-lebih lagi untuk menegakkan sebuah ‗khilafah‘

Dan bagaimana jika engkau berganti baju menjadi seorang NU dengan berbagai atri-

but kehijauannya, namun engkau tetap bekerjasama dengan HTI dengan bendera hi-

tamnya, maukah…???? Tentu tidak ! dan pasti engkau lebih membanggakan atribut ke

HTI-an yang ada padamu, maka dengan itu persatuan yang seperti apakah yang kalian

maksud, persatuan di atas metode pergerakan yang berbeda-beda..???? dan ambisi yang

saling bersaing…!!!

Kami katakan:

(Simak pembahasan selengkapnya dalam hidangan special pada bab yang kedua)

Page 98: Risalah Nasehat 1

98 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Kami katakan:

Engkau itu Bodoh dan ironisnya engkau tidak menyadari akan ke-Bodoh-an yang ada

tersebut, dalil dicomot sana-sini secara ngawur, dan dipaksakan untuk dimasukkan

guna melegalisasi paham sesat kekelompokan. Dalil diatas tidak menunjukkan

bolehnya pemilu, dalil tersebut hanya menunjukkan perwakilan semata, dan

perwakilan bukanlah fokus utama dalam pemilu sebagaimana engkau pahami dengan

dangkal. Baiklah seandainya sekarang kita katakan bahwa pemilu itu mubah

sebagaimana yang kau katakan, mari kita ‗preteli‘ satu persatu rukun akad yang

menjadi prinsip bolehnya pemilu sebagaimana yang kau nukilkan.

1. adanya ijab qabul

kami katakan : ijab qabul di atas apa, ijab qabul di atas baiat kepada amir/ketua

organisasi atau kelompoknya, melalui voting (suara terbanyak). Apakah yang

demikian itu syar‘I ??? Seandainya memang itu dilakukan pada zaman

Page 99: Risalah Nasehat 1

99 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Rasulullah bukankah pihak-pihak yang menyuarakan aspirasinya adalah dari

kalangan shahabat pilihan yang memiliki ilmu dan keutamaan yang besar, lalu

sekarang kami tanyakan kepada engkau, apakah kondisi ‗pemilu‘ saat ini telah

syar‘i sebagaimana yang terjadi di zaman Rasulullah, maka jawabnya adalah

tidak. Kenapa karena pemilu yang ada di masa ini adalah menyandarkan semata

kepada voting (perhitungan suara), lebih lagi pihak-pihak yang menyuarakan

tersebut dari berbagai pihak dan semua bebas berpendapat (mengutip istilah

salah seorang teman). Tidak peduli orang yang menyuarakan suaranya tersebut

apakah seorang ahli maksiat, ahli bid‘ah, orang alim, orang awam, hingga

orang jahilnya, orang yang mengerti politik hingga orang yang tidak tahu

menahu sama sekali. Semuanya BEBAS BERPENDAPAT dan BEBAS

BERSUARA. Jadi ukurannya bukanlah kualitas muwakkilnya namun kuantitas

orang yang memilihnya.

2. pihak yang mewakilkan (muwakkil)

kami katakan: siapa pihak yang mewakilkan???? Apakah setiap anggota fraksi

organisasi yang bermacam-macam latar belakang keagamaanya serta tingkat

keilmuannya yang dimulai dari tingkatan akar rumput (mengutip istilah Denie

sseiff) hingga tingkat atas itu sah secara syar‘i sebagai pihak yang mewakilkan,

bukankah dalam hal perwakilan nikah saja harus terpenuhi syarat-syaratnya

secara syar‘i, lebih-lebih lagi menyangkut suatu perkara yang melibatkan

banyak orang, serta kemaslahatan kaum muslimin.

3. pihak yang mewakili (wakîl)

kami katakan: apakah pihak-pihak yang mewakili tersebut telah secara syar‘i

disepakati oleh kaum muslimin melalui jalan yang dicontohkan oleh

Rasulullah dan para shahabatnya.??? Dan apakah wakil tersebut adalah orang

yang mumpuni dalam hal keagamaan dan politik???

4. perkara yang diwakilkan

kami katakan : perkara yang diwakilkan pun adalah perkara yang menyelisi

syar‘i yaitu mendirikan daulah baru dengan baiat yang baru, sebuah negara di

dalam negara yang mempunyai struktur keorganisasian mirip dengan struktur

kenegaraan, yang meliputi ketua partai (presiden) hingga paling bawahnya.

Maka ini jelas keharamannya. Dan juga perkara memecah belah kaum

muslimin menjadi berpartai-partai, yang semuanya juga ingin meraih

kekuasaan.

Page 100: Risalah Nasehat 1

100 | R i s a l a h N a s e h a t 1

5. bentuk redaksi akad perwakilannya (shighat tawkil)

kami katakan: maka lihatlah kembali penjelasan di atas, apakah bentuknya

perwakilan tersebut telah sesuai syariat??? Lalu apa definisi syariat menurut

pemahaman yang engkau pahami??? (jika masih belum jelas juga, maka ikuti

pembahasan selanjutnya pada bab yang kedua).

dan selanjutnya engkau memberi penekanan

―Semua rukun tersebut harus sesuai dengan syariat Islam―

[Garis bawah dari kami]

Maka sudahkah seluruh perkara pemilu yang dengan paksa engkau dan

kelompokmu legalkan demi memuluskan jalan menuju kekuasaan itu te-

lah sesuai syariat Islam ..???? maka kami katakan: GAK BLASSS… --sekian-

mari kita simak dengan seksama pernyataan sang bocah serampangan ini,

Kami katakan: [Penggunaan sumber selain wahyu dalam penetapan hukum tidak akan menghasilkan

kesimpulan hukum yang sesuai dengan syariat Allah. Ini bertentangan dengan perintah

Allah dan bertentangan pula dengan keimanan seorang Muslim.]

Page 101: Risalah Nasehat 1

101 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Jika yang kau katakan di atas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ibadah serta

penetapan syariat hukum halal dan haram maka itu jelas datangnya dari Al-Qur‘an

dan As-Sunnah, namun apabila hukum tersebut datang berasal dari ‗Urf /Adat

(kebiasaan) bermasyarakat maka ini adalah mubah, simak keterangan berikut ini:

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin salah seorang ‗ulama termasyhur

dalam bidang fiqih di abad ini murid dari Asy-Syaikh Abdurrahman As Sa‘di ulama

ahli tafsir dan fiqih mengatakan dalam kitabnya Syarah Mandhumah Al Qowaid wal

Ushul sebuah kaidah:

ا٤ص ف ا٤ش١بء د اغ ػجذح ئال ثار اشبسع

Asal dari segala sesuatu itu adalah halal, dan laranglah segala sesuatu tersebut jika

terwujud dalam bentuk ibadah kecuali sebatas apa-apa yang telah diijinkan

(disyariatkan)

Keterangan (Syarah):

Syaikh menjelaskan bahwa semua perkara yang jelas dan bermanfaat hukum asalnya

adalah boleh selama tidak menyelisihi, seperti hukum wajibnya memakai helm, atau

hukum diadakannya traffict light, dan bisa menduduki wajib apabila hal itu diwajibkan

oleh ulil amri, kenapa karena ketaatan kepada ulil amri adalah wajib. Dan wasilah

kepada yang wajib maka dihukumi wajib pula, dalilnya akan bolehnya atas seluruh

perkara yang bukan termasuk perkara ibadah adalah

―Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian ― (QS. Al

Baqarah: 29)

Dan dalil dari As-Sunnah adalah:

عىذ ػ ، دذ دذدا فال رؼزذب، ئ اهلل فشض فشائض فال رض١ؼب ))

((فال رجذثا ػب، أش١بء سدخ ثى غ١ش غ١ب

Page 102: Risalah Nasehat 1

102 | R i s a l a h N a s e h a t 1

―Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kalian

mengabaikannya, dan membatasi beberapa batasan (dalam syariatnya) beberapa

batasan maka janganlah kalian melampaui batasan-batasan tersebut, dan Allah

mendiamkan beberapa perkara dikarenakan rahmatnya kepada kalian dan bukanlah

dikarenakan lupa, maka janganlah kalian membahasnya.‖ [HR. Ad Daruquthni no.

183, Ath Thabrani dalam Al Kabiir no. 222].

Begitu pula Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di di dalam kitabnya Al Qawaidul Fiqh,

menyebutkan dan menjelaskan sebuah kaidah ushul:

ا٤ص ف ػبدرب اإلثبدخ دز ٠ج١ئ صبسف اإلثبدخ

―Dan Asal dari adat kebiasaan itu adalah mubah sampai ada keterangan yang jelas yang

memalingkan dari hukum asal tersebut (kepada perkara yang sunnah, makruh, atau

haram)‖

Syaikh kemudian menjelaskan bahwasanya hukum asal dari adat kebiasaan adalah

boleh dan tidaklah dapat diharamkan kecuali apa-apa yang telah diharamkan oleh

syariat. Begitu pula hukum asal suatu ibadah, maka asalnya adalah haram (terlarang

untuk dikerjakan) kecuali dengan apa yang telah disyariatkan Allah dan Rasul-Nya.

Kami jelaskan:

misalnya contohnya: pemerintah menetapkan bagi rakyatnya untuk memperbaharui

KTP mereka setiap 5 tahun atau ketika masa berlakuknya telah habis, jawabannya

adalah boleh, kenapa? karena hal tersebut adalah perkara kebiasaan dan tidak terkait

dengan bentuk ibadah. Dan di dalamnya terkandung kemaslahatan bagi pemerintahan

yang ada, dengan terdatanya kependudukan rakyatnya. Maka tidaklah yang demikian

itu dinamakan hukum thagut. Berbeda halnya jika pemerintah mewajibkan untuk

upacara bendera setiap tahun dengan melakukan penghormatan kepada bendera

tersebut, maka ini tidak bisa dikatakan adat yang dibolehkan, kenapa ? karena dalam

adat tersebut terkandung bentuk peribadatan, yaitu pengagungan terhadap sesuatu

selain Allah, dan ini wasilah kepada kesyirikan, dan juga hal itu adalah perkara yang

bid‘ah, kenapa? Karena Rasulullah sendiri tidak pernah memperingati hari kemenangan

perang badar, atau hari penaklukan kota mekkah misalnya dengan sebuah acara-acara

sebagaimana yang terjadi di masa ini seperti tasyakuran, khataman, shalawatan pada

malam hari kemerdekaan, yang mana itu semua adalah jenis dari jenis-jenis ibadah,

Page 103: Risalah Nasehat 1

103 | R i s a l a h N a s e h a t 1

maka untuk menghalalkannya dibutuhkan adanya dalil yang menunjukkan atas

disyariatkannya amalan-amalan tersebut untuk dilaksanakan berkaitan dengan waktu

memperingati hari-hari tertentu.

Tiba-tiba kami teringat, ketika kami terpaksa menerima hukuman push up ketika

ospek kuliah dulu, hanya karena salah tanpa sengaja menaruh hasduk yang berwarna

merah putih tersebut di saku bagian belakang celana, alasan klasik yang disampaikan

kepada kami kala itu adalah karena para pahlawan telah berjuang mati-matian

mempertahankan bendera merah putih, lantas tanpa sengaja kami menaruhnya di

dekat pantat.. ini lah salah satu bukti akan bentuk pengagungan yang tanpa disadari

menghantarkan kepada kesyirikan.

--sekian--

Kaidah syariat menyatakan: [ دشا ع١خ ا اذشا [ا

Wasilah (perantaraan) yang pasti menghantarkan

kepada perbuatan haram adalah juga haram

maka kami katakan pula :

Page 104: Risalah Nasehat 1

104 | R i s a l a h N a s e h a t 1

1. bukankah mendirikan sebuah partai / organisasi dan berkelompok-kelompok

adalah wasilah kepada perpecahan dan pengkotak-kotakan umat. Yang tentunya

sebagaimana telah diketahui bahwa berpecah-belah menjadi berkelompok-

kelompok adalah haram, maka wasilah yang menuju ke arah sana baik dalam

perkara yang mubah maka dihukumi haram!

2. Bukankah adanya pemilu adalah wasilah untuk jatuh ke dalam paham demokrasi

(suara rakyat suara Tuhan), saling menggulingkan antara sesama kaum muslimin

demi berebut kekuasaan, pemilihan suara terbanyak yang jauh dari nilai-nilai

syar‘i, disamping pemilu itu sendiri adalah perkara muhdats, apakah pengangkatan

Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan para khalifah lainnya termasuk yang

sering kalian dengung-dengungkan Khalifah Umar bib Abdul Aziz ! سد اهلل

apakah pengangkatan mereka semua itu dilakukan dengan cara-cara pemilu atau

voting, dan seandainya saja anggaplah bahwa mereka melakukannya dengan

pemilu lalu apakah mereka melakukannya dengan cara-cara demokrasi, setiap

rakyat bebas untuk memilih dan menentukan pilihannya baik yang jelata maupun

yang intelektual, yang awam maupun yang alim, yang shalih maupun yang fajir !!!

3. Bukankah mendirikan organisasi konsekuensinya harus menggunakan hukum

yang menurut anggapan kelompokmu sebagai hukum ‗thagut‘..?? yang mana

seandainya saja memang bisa dikatakan itu adalah masalah furu‘iyyah lalu

bukankah masalah furu‘iyyah yang menghantarkan kepada ketundukan terhadap

hukum ‗thagut‘ adalah haram karena tunduk kepada thagut adalah haram..???

sebagaimana prinsip kelompok kalian. Lebih mengherankan lagi engkau sok

intelek dengan berkata itu adalah masalah formalitas administratif ..... karena

pemerintah yang represif lalu apakah alasan-alasan tersebut lebih utama daripada

harus menyalahi prinsip dasar kalian sendiri, yang jelas resikonya adalah ―Tidak

berhukum dengan hukum Allah = ‗Kafir‘.‖ Menurut pemahaman kalian. Ini bukti

bahwa dalam perkara seperti ini saja kalian toleran untuk menggugurkan prinsip

dasar kalian sendiri, bukankah kedepannya lebih lagi, kalian akan langgar itu

prinsip-prinsip syariat karena sebab ambisi kekuasaan.

4. Begitupula dalam masalah KTP, Surat Nikah, Dll tersebut, seandainya kalian mau

komitmen dan konsekuen di atas prinsip kalian, maka bukankah hal-hal tersebut

merupakan wasilah untuk tunduk kepada hukum ‗thagut‘ sebagaimana prinsip

kalian walaupun itu semua masalah-masalah furu‘iyyah karena jika prinsip kalian

diterapkan tentunya hukum pengingkaran kepada ‗thagut‘ termasuk perkara yang

disyariatkan, dan masuk dalam bab ibadah.

Page 105: Risalah Nasehat 1

105 | R i s a l a h N a s e h a t 1

[Berdasarkan hal tersebut, aktivitas menetapkan hukum atau undang-undang yang bukan

berasal dari syariat Islam atau memilih pemimpin untuk melaksanakan hukum sekular

tidaklah dibolehkan.]

Kami katakan :

Maka dengan demikin segala wasilah yang menghantarkan ke arah menetapkan

hukum undang-undang dari syariat Islam atau memilih pemimpin untuk

melaksanakan hukum syariat dengan cara yang tidak sesuai syariat juga tidaklah

dibolehkan.

Sebagaimana kaidah ushul yang engkau bawakan:

[ دشا ع١خ ا اذشا [ا

Wasilah (perantaraan) yang pasti menghantarkan

kepada perbuatan haram adalah juga haram

--selesai--

Akibat salah pergaulan

Kami katakan:

Beginilah hasilnya jika berbekal dengan ilmu agama yang dangkal (baca: pas-pasan

bahkan minus). Menghukumi sesuatu berdasar hawa nafsu dan sikap kekelompokan.

Hasilnya adalah LANCANG dan SERAMPANGAN !!!

Page 106: Risalah Nasehat 1

106 | R i s a l a h N a s e h a t 1

--selesai--

Kami katakan :

Tidak memilih adalah pilihan : landasan dari pernyataan ini adalah karena tidak

didapatinya calon pemimpin yang sesuai dengan paham kelompokmu, ketika muncul

calon dari kelompokmu apakah masih berlaku pernyataan ―tidak memilih adalah

pilihan‖ tentu tidak bukan ! kenapa ? karena engkau telah terkungkung dalam

kesempitan fanatik kekelompokan yang itu menyesatkan.

[tp disini pembahasan lebih komplek n akeh ndra coz Adham iki kakean takok :) mbek

menghujat]

Kami katakan:

Maka izinkanlah kami untuk mengingatkan engkau dengan sebuah nasehat yang

menggetarkan jiwa:

Page 107: Risalah Nasehat 1

107 | R i s a l a h N a s e h a t 1

bukankah syariat menganjurkan kepada kita untuk tidak menerima suatu khabar

berita dari sumber yang tidak jelas, juga kita dianjurkan untuk menguji apakah si

pembawa khabar berita tersebut adalah orang yang terpercaya dan amanah, adil dalam

menukilkan serta jujur. Tanpa dilandasi kepentingan-kepentingan tertentu. !

―Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu

berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu

menyesal atas perbuatanmu itu.‖ (QS. Al Hujurat: 6)

― Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-

perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka‖. (QS. Al

Mumtahanah: 10)

Dan kami katakan pula bukankah engkau dan kelompokmu senantiasa melakukan

hujatan-hujatan kepada pemerintah....???? maka dengan berat hati terpaksa kami harus

jujur mengatakan bahwa orang-orang sepertimu sangat pantas untuk dihujat !!!

--selesai--

Page 108: Risalah Nasehat 1

108 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Di penghujung risalah

nasehat pertama ini

Kuharap kau baca

risalahku..., kau pikirkan

hingga hatimu tak ragu,

Kuharap hatimu tak sekeras

batu..., tak sekedar ikuti

hawa nafsu.

selagi masih mampu,

secercah harapan itu kan

terus kupintal untukmu,

walau hanya melalui

sepenggal pesan,

yang kuharap tak berakhir

di "Recycle Bin"

laptop kesayangan.

Page 109: Risalah Nasehat 1

109 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Nantikan Penjelasan Inti dari Risalah Nasehat

pertama ini pada Bab II, yang akan segera hadir di

hadapan pembaca sekalian, Insya Allah.......

BAB II MELACAK PAHAM KEISLAMAN DENIE ASSEIF

DAN PENYIMPANGAN KELOMPOKNYA

SENSOR

Page 110: Risalah Nasehat 1

110 | R i s a l a h N a s e h a t 1

TegakkanLah

DauLah Islamiyyah iTu

DI Dalam HaTimu

masing-masing,

niscaya TegakLah

Daulah IsLam itu

Di Negerimu

Dengan SenDirinya.

Page 111: Risalah Nasehat 1

111 | R i s a l a h N a s e h a t 1

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Bahasa Arab

1. Al-Qur’anul Karim. 2. Taisir Karimir Rahman/Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di/Daar Ash Shomai’iy,

Riyadh/Cetakan Pertama 1418 H -1997 M. 3. Shohihul Bukhari/Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhari/Penerbit Darul Kutub

Al Ilmiyyah-Beirut-Lebanon/Cetakan kelima; 1428 H – 2007 M. 4. Shohihul Muslim/Abul Husein Muslim bin Hajaj bin Muslim Al Qusyairi/Penerbit Darul

Kutub Al Ilmiyyah-Beirut-Lebanon/Cetakan Keempat; 1427 H – 2006 M. 5. Riyadhus Shalihin/Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syarf An Nawawi/Penerbit

Darul Aqidah-Kairo-Mesir/Cetakan Pertama; 1420 H – 2000 M. 6. Syarh Mandhumah Al Qowaid wal Ushul/Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al

Utsaimin/Penerbit Darul Ghoddil Jadid-Mesir/Cetakan Pertama 1426 H – 2005 M. 7. Risalah Lathiifatu Jamiatun fii Ushulil Fiqhil Muhimmah/Al Allamah Asy Syaikh

Abdurrahman As Sa’di/Penerbit Maktabah Adhwaus Salaf, Riyadh-Saudi Arabia/Cetakan Pertama 1419 H – 1998 M.

8. Al Qawaidul Fiqhiyah/Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di/Daarul Haramain, Kairo/Cetakan Pertama 1420 H – 1999 M.

9. At Ta’liqat Al Atsriyyah ‘Alal Mandhumati Al Baiquniyyah/Penerbit Daar Ibnul Jauziy/Tanpa Tahun Cetakan.

10. Syarah Ushuluts Tsalasah/Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin/Daar Ats Tsurayaa, Riyadh/Cetakan Kedelapan 1426 H – 2005 M.

11. Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid/Asy Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh/Darul Fikr, Beirut-Lebanon 1426 H – 2005 M.

12. Muhaadharah Al Aqidah wad Da’wah/Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan/Lembaga Pengkajian dan Fatwa, Saudi Arabia/Tanpa Tahun Cetakan.

Kitab- kitab Terjemah

1. Mereka Adalah Teroris!/Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh/Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Kedua; 1426 H – 2005 M.

Page 112: Risalah Nasehat 1

112 | R i s a l a h N a s e h a t 1

2. Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij/Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh/Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Pertama; 1428 H – 2007 M.

3. Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia/Penerbit Pustaka Progressif, Surabaya-Indonesia/Edisi Kedua 1997.

4. Mengidentifikasi Neo-Khawarij Sebagai Sejelek-jelek Mayat di Kolong Langit/Jamal bin Furaihan Al Haritsi/Penerbit Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Pertama 1428 H – 2007 M.

5. Hizbut Tahrir Mu’tazilah Gaya Baru/Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani/Penerbit Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Kesebelas 1429 H – 2009 M.

6. Obyektifitas Dalam Mengkritik Studi Ilmiah Terhadap Metode Muwazanah dalam Jahr dan Ta’dil/Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali/Penerbit Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Pertama 1425 H – 2004 M.

7. Refleksi Akhir Tahun 2006 Hizbut Tahrir Indonesia Selamatkan Indonesia Dengan Syariah Menuju Indonesia Lebih Baik/Hizbut Tahrir Indonesia/Cetakan Pertama Dzulhijah 1427 H – Desember 2006 M.

8. Peraturan Hidup Dalam Islam/Taqiyuddin An Nabhani/Penerbit Pustaka Thariqul ‘Izzah Bogor/Cetakan Ketiga 1424 H – 2003 M.

9. Menggugat Demokrasi dan Pemilu Menyingkap Borok-borok Pemilu dan Syubhat Para Pemujanya/Asy Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam/Pustaka Salafiyyah, Banyumas/Cetakan Keempat 1428 H – 2007 M.

10. Mengenal Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin/Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad An Najmi/Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Pertama 1426 H – 2005 M.

11. Tidak Berhukum Dengan Hukum Allah = Kafir ?/Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani/Pustaka Ar Rayyan, Solo/Cetakan Revisi 2007 M.

12. Wajibnya Taat Pemerintah/Syaikh Abdussalam bin Barjaz Abdulkarim/Cahaya Tau-hid Press, Malang/Cetakan Pertama 1424 H – 2003 M.

Situs- situs Internet

1. www.salafy.or.id 2. www.sahab.net 3. www.merekaadalahteroris.com 4. www.hizbut-tahrir.co.id 5. http://free-islamic-ebook.blogspot.com/ 6. http://www.ziddu.com/downloadlink/6229672/manifesto-ht-untuk-indonesia.pdf 7. http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35]. 8. http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35]. 9. http://denoxcyber.blogspot.com/search/label/asseifff 10. http://www.facebook.com/profile.php?id=1052720309&v=wall#/profile.php?id=1052720

309&v=info 11. http://www.facebook.com/profile.php?id=1052720309&ref=nf 12. http://free-islamic-ebook.blogspot.com/ 13. http://profiles.friendster.com/12059527

Page 113: Risalah Nasehat 1

113 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Artikel- artikel Softcopy

1. Mengenal Sebuah Partai Politik Islam International Yang Berideologi Islam/Hizbut Tahrir.

2. Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin An Nabhani/Ihsan Samarah/Al Azhhar Press, Bogor 2002

3. Manifesto Hizbut Tahrir Untuk Indonesia/Hizbut Tahrir. 4. Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir/Hizbut Tahrir. 5. Konsep Hizbut Tahrir/Hizbut Tahrir. 6. Aqidah dan Hadits Ahad/Hizbut Tahrir.

Program- program CD ( Software)

1. Al-Qur’an Digital Versi 2.1/Freeware 2. Mush-haful Madinatin Nabawiyyah lin Nasyril Hasubi/Majma’ul Malik Fadh

linthiba’atil Mush-hafisy Syarif/1427 H./ ( www.qurancomplex.org ) 3. Mausu’at Tarikh/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 4. Maktabah Ibnu Rajab Al Hanbali/Program Maktabah Ruhul/Freeware

www.islamspirit.com 5. Maktabah Sunnah/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 6. Mausu’at Tafsir Al-Qur’an/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 7. Mausu’atil Hadits Nabawi/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com 8. Al-Qur’anul Karim Ma’at Tafsir/ Program Maktabah Ruhul/Freeware

www.islamspirit.com 9. Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah/ Program Maktabah Ruhul/Freeware

www.islamspirit.com

Page 114: Risalah Nasehat 1

114 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Lampiran I

Tafsir Ibnu Katsir QS. An Nisaa‘ 59-65:

Page 115: Risalah Nasehat 1

115 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Page 116: Risalah Nasehat 1

116 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Page 117: Risalah Nasehat 1

117 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Page 118: Risalah Nasehat 1

118 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Page 119: Risalah Nasehat 1

119 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Lampiran II

Tafsir Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa‘di QS. An Nisaa 59-65

Page 120: Risalah Nasehat 1

120 | R i s a l a h N a s e h a t 1