Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

14
 1 Pengantar Dalam bab empat  akan dijelaskan mengenai kebijakan sos i al yang sekiranya bisa dit erapkan unt uk mengatasi masalah-masalah perkotaan,  khususnya  masalah yang ber- kaitan dengan kemiskinan di daerah perkotaan. Bab ini akan t erdiri atas empat  sub-bab utama; yakni bagi an pertama dari bab ini membahas mengenai konsep-konsep yang sering digunakan dalam kajian perkotaan, bagi an  kedua akan membahas mengenai area kebijakan perkotaan yang secara historis dikaitkan dengan pembangunan perkotaan, akses ke t empat  penampungan serta pelayanan dasa r. Bagian ket iga membahas t entang kehidupan perkotaan, yang meliput i pekerjaan di sector apa  saja yang bisa dij angkau oleh penduduk perkotaan, di mana pengert ian secara luas adalah langkah-langkah  apa saja yang bi sa dit empuh penduduk kota unt uk bertahan hidup. Bab t erakhir membahas t entang tantangan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan perkotaan dan mene- rapkan kebijakan social perkotaan, di mana pada akhirnya akan bi sa ditari k kesimpulan,  kebijakan apa saja yang bisa berhasil jika sekiranya dit erapkan dalam berbagai Negar a secara luas. Tumbuhnya Kemiskinan di Perkotaan Kemiskinan di Negara-negara berkembang merupakan fenomena yang umum- nya t erjadi di Negara berkembang. Meskipun sebenarnya  ada hubungan yang relat ive kuat  antara kemiskinan di pedesaan dan kemi skinan di perkotaan, namun kemiskinan di perkotaan lebih mendapat  perhat ian dalam agenda kebijakan int er nasional social. Penyeba b t umbuhnya kemiskinan perkotaan yang pada umumnya t erja di secara spora- dis dit engarai adalah akibat dari adanya pembangunan pusat-pusat indust ri yang ber- kembang pesat di perkotaan. Akibat dari it u adalah berpindahnya sekelompok orang mendekat i sarana-sarana indust ri t ersebut. Efek dari berpindahnya sekelompok orang t ersebut  akan memunculkan suat u komunitas masyarakat  miskin kota. Kebijakan unt uk mengatasi kemiskinan di perkotaan seringkali t idak berdasarkan pada pemahaman t entang karakt erist ik kemiskinan social di perkotaan dan proses yang menyertai kemis- kinan  perkotaan, yakni adanya suat u ekskl usi social.  Dalam keadaan  sepert i ini, maka komitmen pemerintah unt uk mengentaskan kemiskinan di perkotaan sedang diuji. Car a t erbaik salah sat unya a dalah dengan membidik penduduk mi skin kota yang sebenarnya t elah mempunya i modal, yakn i modal social. Dengan memberikan modal  kepada pen- Kebijakan Sosial dalam Pembangunan Perkotaan Chapter 4 Social Policy and Urban Development Jo Beall Review Buku : Social Policy f or Development  Anthon y Hall  an d James Midgley Nama : Nindita Farah Sasmaya NIM : 117120100111002 Mata Kuliah : Kebijakan Sos ial dan Pembangunan Dosen Pengampu : Dr. Mardiyono, MA

Transcript of Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

Page 1: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 1/14

 

1

Pengantar

Dalam bab empat  akan dijelaskan mengenai kebijakan sosial yang sekiranya bisa 

dit erapkan unt uk mengatasi masalah-masalah perkotaan, khususnya masalah yang ber-

kaitan dengan kemiskinan di daerah perkotaan. Bab ini akan t erdiri atas empat  sub-bab

utama; yakni bagian  pertama dari bab ini membahas  mengenai konsep-konsep yang 

sering digunakan dalam kajian perkotaan, bagian kedua akan membahas mengenai area 

kebijakan perkotaan yang  secara  historis dikaitkan dengan  pembangunan  perkotaan, 

akses ke t empat  penampungan serta pelayanan dasar. Bagian ket iga membahas t entang 

kehidupan perkotaan, yang meliput i pekerjaan di sector apa  saja yang bisa dijangkau

oleh penduduk perkotaan, di mana pengert ian secara  luas adalah  langkah-langkah apa 

saja yang bisa dit empuh penduduk kota unt uk bertahan hidup. Bab t erakhir membahas 

t entang tantangan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan perkotaan dan mene-

rapkan kebijakan social perkotaan, di mana pada akhirnya akan bisa ditarik kesimpulan, 

kebijakan apa saja yang bisa berhasil jika sekiranya dit erapkan dalam berbagai Negara 

secara luas. 

Tumbuhnya Kemiskinan di Perkotaan

Kemiskinan di Negara-negara berkembang  merupakan fenomena yang umum-

nya  t erjadi di Negara berkembang. Meskipun  sebenarnya ada hubungan yang relat ive

kuat  antara kemiskinan di pedesaan dan kemiskinan di perkotaan, namun kemiskinan 

di perkotaan  lebih  mendapat   perhat ian dalam  agenda  kebijakan int ernasional  social. 

Penyebab t umbuhnya kemiskinan perkotaan yang pada umumnya t erjadi secara spora-

dis dit engarai adalah akibat dari adanya pembangunan pusat-pusat indust ri yang ber-

kembang pesat di perkotaan. Akibat dari it u adalah berpindahnya  sekelompok  orang 

mendekat i sarana-sarana indust ri t ersebut. Efek dari berpindahnya sekelompok orang 

t ersebut  akan memunculkan suat u komunitas masyarakat  miskin kota. Kebijakan unt uk 

mengatasi kemiskinan di perkotaan  seringkali t idak berdasarkan  pada  pemahaman 

t entang karakt erist ik kemiskinan social di perkotaan dan proses yang menyertai kemis-

kinan perkotaan, yakni adanya suat u eksklusi social. Dalam keadaan  sepert i ini, maka 

komitmen pemerintah unt uk mengentaskan kemiskinan di perkotaan sedang diuji. Cara 

t erbaik salah sat unya adalah dengan membidik penduduk miskin kota yang sebenarnya 

t elah mempunyai modal, yakni modal social. Dengan memberikan modal kepada pen-

Kebijakan Sosial dalam Pembangunan Perkotaan

Chapter 4 Social Policy and Urban Development Jo Beall

Review Buku : Social Policy f or Development  

Anthony Hall and James Midgley

Nama : Nindita Farah Sasmaya 

NIM : 117120100111002Mata Kuliah : Kebijakan Sosial dan Pembangunan 

Dosen Pengampu : Dr. Mardiyono, MA

Page 2: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 2/14

 

2

duduk miskin unt uk membuka usaha, maka peluang pemerintah unt uk mengentaskan 

kemiskinan bisa berjalan secara opt imal. 

Konteks Kemiskinan Perkotaan

Krit eria mengenai kemiskinan merupakan suat u hal pent ing yang harus dit etap-

kan  sebelum  membuat   kebijakan  sosial yang bert ujuan unt uk  membidik  masyarakat  miskin kota. Krit eria t ersebut  t erdiri atas dua bagian utama, yakni krit eria kemiskinan 

secara  kuant itat if  menyangkut   populasi atau jumlah warga  miskin  perkotaan, dan 

krit eria kualitat if ; yait u standar atau paramet er yang dijadikan patokan unt uk menilai

gaya hidup perkotaan,  apakah  suat u keluarga dikatakan  miskin  atau t idak. Meskipun 

kebijakan ini berlaku umum, namun  ada beberapa kelemahan yang  sering dit emukan 

dalam penent uan kritaria kemiskinan perkotaan, antara lain crit eria yang berlaku seca-

ra numeric ini sangat bervariasi antar Negara sehingga sulit unt uk menetapkan perban-

dingan secara int ernasional. Kedua, adanya klasifikasi batas perkotaan yang t erkadang 

t idak jelas, apakah suat u wilayah t ersebut  sudah masuk ke wilayah perkotaan, atau ha-

nya wilayah hinterland  atau daerah pinggiran kota. 

Urbanisasi dan Pertumbuhan Perkotaan

Davis (1965) berpendapat bahwa crit eria demografis unt uk penduduk perkota-

an  adalah  minimal 20.000 jiwa;  sedangkan 100.000 jiwa digunakan unt uk  menyebut  

suat u wilayah dikatakan sebagai kota. Davis juga berpendapat bahwa urbanisasi dapat  

didefinisikan  sebagai proses dan mengukur. Urbanisasi sebagai suat u proses mempu-

nya pengert ian pelibatan pert umbuhan  absolut e jumlah orang yang  t inggal di daerah 

perkotaan;  sedangkan urbanisasi dalam  kont eks  mengukur adalah dilihat  dari segi

proporsi dari populasi nasional para penduduk yang t inggal di perkotaan. 

Ada beberapa gambaran umum yang bisa diperoleh dengan berf okus pada  t iga stat ist ic kunci, pertama, penduduk perkotaan merupakan jumlah orang yang t inggal di

daerah  perkotaan dan dinyatakan  secara  absolut e. Kedua,  proporsi penduduk yang 

hidup  total di perkotaan dinyatakan secara presentase, dan yang ket iga adalah jumlah 

orang yang t inggal di perkotaan secara mutlak. 

Berdasarkan  st udi yang dilakukan di Beijing China,  maka dapat  ditarik  kesim-

pulan bahwa pert umbuhan perkotaan sangat  bergant ung pada bertambahnya kualitas 

sumber daya alam yang t erdapat di perkotaan, di mana sumber daya ala mini mampu

menunjang proses produksi. 

Urbanisasi merupakan suat u proses mobilitas sosial yang menimbulkan dampak 

kemiskinan perkotaan. Keinginan  sekelompok orang unt uk mendekat i sarana indust riini akan  menimbulkan  pola-pola  pemukiman  perkotaan yang  padat   namun  kumuh. 

Kecenderungan urbanisasi ke daerah  perkotaan  akan  menjadikan  kawasan yang 

dit inggalkan mengalami ket erbelakangan, sedangkan daerah yang dit uju sebagai t empat  

t ujuan urbanisasi akan menjadi daerah yang t ingkat  kepadatannya t inggi. Bisa dit ebak, 

kepadatan penduduk yang  t inggi akan membuat  masalah  lebih  lanjut, misalnya krimi-

nalitas, konf lik lahan, dan t idak bisa meratanya pembangunan yang t ent unya akan lebih 

Page 3: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 3/14

 

mengakomodasi kepent ingan masyarakat  perkotaan. Hal ini menjadikan masalah jang-

ka panjang, yait u t idak meratanya pembangunan dalam suat u negara. 

Kota Megapolitan

Kota-kota  t erbesar di dunia secara historis menunjukkan bahwa kota ini meru-

pakan kota yang mempunyai indust ry dalam  skala besar. Berry (1976) melihat   suat ufenomena bahwa suat u kota yang megapolitan yang ada di dunia akan mencapai suat u

t it ik di mana mereka akan berhent i unt uk menambah populasi jumlah penduduk kota-

nya  atau bahkan  mengalami penurunan dalam jumlah  penduduk  kota,  sepert i yang 

t erjadi di kota Tokyo. Adapun  konsep  kota  megapolitan  mengandung  pengert ian 

t entang suat u kota yang mempunyai kepadatan penduduk sangat  t inggi, dan cenderung 

t idak masuk akal jika dibandingkan antara rasio luas wilayah dan penduduk yang men-

diami wilayah  t ersebut. Kota  megapolitan  mempunyai kepadatan  sangat   t inggi, dan 

mempunyai masalah perkotaan yang mengikut inya. Kota megapolitan pada umumnya 

berada di negara-negara dunia  ket iga  serta  merupakan  kota yang  menjadi pusat  

indust ri.  Data  menunjukkan bahwa Tokyo  t etap  menjadi kota  megapolitan di dunia sejak 1995 sampai dengan 2015. Sedangkan  kota-kota di India yang  menjadi pusat  

indust ri t eknologi misalnya Mumbai dan Kalkutta diperkirakan menjadi kota megapo-

litan baru di masa yang akan datang. 

Memahami Kemiskinan Perkotaan

Pada tahun 1950, ada suat u pendapat dari Roostow (1960) yang meyakini bah-

wa kemiskinan di perkotaan merupakan suat u hal yang hanya bersif at  t emporer. Deng-

an kata  lain, ket ika  suat u Negara  lepas  landas, kemiskinan  t ersebut  akan menghilang 

dengan sendirinya. Pendapat  ini mengalami sanggahan, karena  t ernyata ada suat u go-

longan yang dimarjinalisasi dalam perkotaan. Lewis (1966) menyatakan bahwa kelom-pok marjinal ini memang melanggengkan budaya kemiskinan. 

Perubahan ekonomi dunia yang bersif at  f lukt uat if kemudian menambah beban 

kota-kota di Negara berkembang. Pemerintah dari kota di Negara-negara berkembang 

t ersebut   kemudian  membent uk  kebijakan yang bersif at   meringankan beban Negara 

dalam menghadapi hantaman ekonomi global. Akibatnya, sif at dari penduduk perkotaan 

yang  t erint egrasi dalam  syst em ekonomi secara  t unai membuat  banyak  penduduk 

perkotaan menderita akibat dari kebijakan pemerintah kota t ersebut. Kebijakan penca-

butan  subsidi bahan bakar misalnya,  membuat  banyak indust ry kecil  t ut up,  sehingga 

pe-kerjanya  menganggur. Mereka yang  pengangguran dan  sebelumnya berasal dari

desa ini mendapat   pengabaian dari pemerintah  kota, di mana  mereka  kemudian dianggap sebagai kelompok marginal perkotaan. 

Kemiskinan di perkotaan pada umumnya  selalu melibatkan fenomena eksklusi

sosial, yakni pengabaian yang dilakukan  oleh  pemerintah pada  sekelompok  golongan 

yang  sebenarnya  harus dibant u;  karena  mereka  sama  sekali minim  akses  t erhadap 

produk-produk  pembangunan. Sebagai contoh  adalah  para  pekerja urban yang 

berpindah dari desa  ke kota unt uk  menjadi buruh-buruh di bidang indust ri,  maka 

seharusnya  ada perhat ian  t erhadap kelangsungan hidup kaum buruh ini. Akan  t etapi, 

Page 4: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 4/14

 

pada  prakt eknya  kaum buruh yang berasal dari desa ini dianggap  tak  lebih  sebagai

sampah  perkotaan. Akibatnya,  t erjadilah eksklusi yang dilakukan  pemerintah  kota 

t erhadap  mereka. Misalnya,  perempuan  pekerja  t idak diberi akses  t erhadap  layanan 

kesehatan  karena  t idak  mampu membayar,  anak-anak  t idak diperbolehkan unt uk 

bersekolah di sekolah-sekolah perkotaan, dan lainnya. Akibatnya t erjadilah kemiskinan 

st rukt ural dalam  keluarga  t ersebut  yang  t idak  memungkinkan  mereka  melakukan mobilitas, karena unt uk meningkatkan taraf hidup saja mereka dit ut up aksesnya. 

Ada beberapa  lit erat ure yang  menyebutkan bahwa  kaum  marjinal  perkotaan 

sering ditandai dengan cirri fisik; yakni buruknya t empat  t inggal, rumah t empat  t inggal 

yang t idak layak, serta pendapatan keluarga yang tak menent u mengakibatkan anggota 

keluarga t ersebut  kerap mengalami kelaparan (Pryer and Cook, 1988). Sedangkan Nick 

Devas (2001) seorang Sosiolog dan Ekonom berkebangsaaan India menyatakan bahwa 

dalam  suat u st udi di perkotaan Mumbai,  maka  kaum  miskin di Mumbai kerapkali

dipaksa unt uk membayar biaya  lebih  t inggi sewa suat u wilayah dibandingkan dengan 

kaum yang berasal dari st rata  lebih t inggi; meskipun wilayah yang meraka sewa sebe-

narnya sama. Hal ini berkaitan dengan posisi marjinalitas kaum miskin, dimana mereka kurang sekali mendapat  akses perlindungan atau jaminan keamanan dari pihak polisi, 

sehingga mereka harus menerima ket idakadilan t ersebut. 

Berdasarkan pendekatan yang digunakan unt uk  memahami kemiskinan,  maka 

ada dua pendekatan int i yang sering digunakan unt uk memahami masalah kemiskinan 

di perkotaan. Pendekatan  pertama  merupakan  pen-dekatan yang berasal dari dalam 

individu, yang menyangkut   t entang kondisi int ernal dari dalam individu karena  t idak 

mampu menghindari kemiskinan. Pemahaman kemiskinan dengan pendekatan sepert i

ini sering digunakan dalam  t eori-t eori modernisasi; di mana  antara  lain  sering 

dikatakan sebagai:

y  Kemiskinan patologis atau kemiskinan yang diakibatkan oleh perilaku, pilihan hidup f atalist ik, dan  t idak  adanya  kemampuan dari si miskin  su-paya bisa bangkit  dari

kemiskinan it u sendiri

y  Kemiskinan nat ural, atau kemiskinan yang disebabkan oleh pendidikan keluarga; 

y  Kemiskinan  kult ural  atau kemiskinan yang disebabkan  karena budaya dan 

kehidupan mereka sehari-hari yang mendukung gaya hidup miskin. 

Pendekatan  kemiskinan yang  kedua,  sering digunakan dalam  t eori ber-basis 

Marxis. Pendekatan ini memahami bahwa kemiskinan banyak disebab-kan oleh f aktor

ekst ernal,  atau akibat  dan  aksi yang disebabkan  oleh  orang  lain. Kemiskinan dalam 

pendekatan ini bisa dibagi menjadi t iga bagian besar, yakni

y  Kemiskinan agensi : merupakan kemiskinan yang disebabkan karena aksi kelompok atau individu yang sengaja memiskinkan individu yang lain. 

y  Kemiskinan st rukt ural : menyatakan bahwa penyebab kemiskinan meru-pakan hasil 

dari st rukt ur sosial 

y  Kemiskinan  akibat  eksklusi sosial  atau kemiskinan yang  menyatakan bahwa 

kemiskinan t erhadap suat u golongan memang sengaja dimiskin-kan oleh sist em. 

Dari pemahaman t erhadap kemiskinan di atas, hanya kemiskinan akibat eksklusi sosial 

yang  t idak  memungkinkan  adanya  mobilitas  stat us. Salah  sat u isu hangat   mengenai

Page 5: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 5/14

 

5

eksklusi sosial secara t erbuka adalah apa yang menimpa pada komunitas Dalit di India. 

Dalit  adalah suat u golongan yang dianggap bukan merupakan bagian dari sist em kasta 

di India,  sehingga  kedudukan  mereka  lebih rendah daripada  kasta Sudra. Hal ini

disebabkan karena para Brahmin (Kasta t ert inggi di India) menganggap bahwa menjadi

manusia Dalit  merupakan suat u karma yang t imbul di masa lalu karena para kaum Dalit  

dipercaya berasal dari ket urunan dari para raksasa yang berbuat   kejahatan di masa lampau, dan unt uk  mencapai nirwana  kelak,  maka  mereka  harus dihukum  seberat-

beratnya di dunia. Sebagai konsekuensinya, maka kaum Dalit  harus mengambil air dari

mata air yang t erpisah dari yang digunakan oleh anggota masyarakat   lainnya. Mereka 

bisa dihukum berat  jika berani mengangkat   kepala,  memakai nama-nama  khas dari

kasta  lain,  serta berani menikah dengan  kasta  lain. Mereka juga  harus  menempat i

t empat duduk di bus yang memang disediakan unt uk kelompok Dalit, di mana  t empat  

duduk t ersebut dipisahkan dengan kasta lainnya. Kelompok Dalit  sering menjadi korban 

dari banyak  t indak  kekerasan di India,  t erutama  pemerkosaan,  pengambilan  paksa 

organ  t ubuh,  penyiksaan, dan  kasus  amputasi paksa  pada  anak-anak  Dalit; di mana 

sesudahnya  anak-anak  Dalit  ini dipaksa unt uk  mengemis. Kekerasan ini sebenar-nya merupakan kekerasan yang nyata dan sering t erjadi, namun polisi enggan mencatat dan 

mengurusi kasus-kasus yang menimpa kaum Dalit  karena bisa jadi polisi ikut  t erlibat di

dalamnya. 

Diskriminasi luar biasa t erhadap komunitas Dalit  ini semakin banyak mendapat  

dukungan dan perhat ian int ernasional mulai awal tahun 1990 dan menjadi isu hangat  

dalam Konferensi Dunia di Durban, Afrika Selatan 2001 yang menentang diskriminasi

rasial, ras, dan xenophobia serta berbagai ket idak  toleransian. Menurut Human Rights 

Wat ch di New York, sedikitnya 100.000 kekejian,  t ermasuk pembunuhan dan pemer-

kosaan t erjadi set iap tahun t erhadap warga kelompok Dalit. Komunitas Dalit  mengalami

diskriminasi selama berabad-abad sebagai kelompok yang  t idak bisa disent uh darisist em kasta Hindu di India. 

Karakteristik Kemiskinan Perkotaan

Beall mengident ifikasi bahwa  ada  t iga masalah utama yang  menjadi perhat ian 

dalam  kemiskinan  perkotaan, yait u: sist em  standar hidup  layak,  kemampuan unt uk 

memperoleh lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang layak, serta standar sanitasi

lingkungan t empat  mereka t inggal. 

Marjinalitas dan  proses  marjinalisasi pada  mulanya berkembang di Amerika 

Lat in  antara  tahun 1960-1970. Pendekatan st rukt uralis dan individualist ik digunakan 

unt uk menjelaskan fenomena mengatasi problem baru kemiskinan di perkotaan sebagaikonsekuensi dari t erjadinya  migrasi besar-besaran dari desa  ke kota, dan perubahan 

pent ing dalam  st rukt ur produksinya. Menurut  pendekatan  st ruk-t uralis (berdasarkan 

Teori eksploitasi Marxist ),  marjinalitas  adalah  hasil dari kapitalisme. Sedangkan 

pendekatan individualist ik f okus pada penyimpangan perilaku individu dan nilai dalam 

masyarakat   modern  kota. Marjinalisasi juga diakibatkan  oleh  kurangnya  part isipasi

polit ik. 

Page 6: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 6/14

 

6

Konsent rasi kekayaan,  organisasi indust ri, dan  meningkatnya  kesenjangan 

ekonomi dan  sosial  t elah  menciptakan  masyararakat  dualist ik, yakni orang dengan 

kekuatan ekonomi dan polit ik, serta orang yang ditolak karena kekurangannya (sepert i

kurangnya  akses  t erhadap  pendapatan dan  aset ). Sunkel (1973) berpendapat  bahwa 

akses  t erbatas pada  alat  produksi serta diskriminasi (sosial, budaya, ras, dan polit ik)

merupakan dua  hal  penyebab utama  marjinalisasi. Secara umum,  maka  ada dua  t iekemiskinan, yakni kemiskinan yang menunjukkan penghasilan bulanan minimum yang 

diperlukan unt uk  memenuhi semua  kebut uhan dasar individu dan  garis  kemiskinan 

yang  memungkinkan  hanya  pemenuhan  kebut uhan dasar pangan individu.  Dengan 

demikian, maka ukuran kemiskinan dapat dilihat dari proporsi populasi yang berada di

bawah  garis  kemiskinan berpenghasilan 1 USD  per hari.  Dengan ukuran ini,  maka 

ket impangan pendapatan cukup parah  t erjadi di negara berkembang; di mana hal ini

menyebabkan kemiskinan lebih parah t erjadi di desa daripada di kota. 

Akar penyebab kesenjangan pendapatan semakin mengkhawat irkan dari wakt u

ke wakt u, bukan  hanya  karena f aktor ekonomi (upah rendah), namun juga  st rukt ur

sosial,  perbedaan etnis,  t idak  meratanya dist ribusi kepemilikan  propert i dan kesenjangan  pendidikan. Ket idak  setaraan etnis dan rasial juga  menjadi salah  sat u

alasan perbedaan pendapatan. Keragaman etnis memicu pert umbuhan ekono-mi lebih 

lambat  dari kemiskinan dengan  asumsi: adanya  ket idak  percayaan  antar etnis yang 

berbeda, diskriminasi layanan  publik  t erhadap etnis yang berbeda, etnis  minoritas 

cenderung  lebih rendah  mobilitasnya jika dibandingkan dengan  kelompok  sosial 

lainnya,  sehingga  akses  mereka  t erbatas  t erhadap  peluang  pendapatan, barang dan 

pelayanan, kelompok etnis minoritas bisa jadi lebih menderita dari kebijakan ekonomi

dan diskriminasi sosial yang dirancang  oleh  pemerintah yang  hanya  mement ingkan 

kepent ingan kelompok sosialnya. 

Perumahan dan Fasilitas Dasar

Trend kebijakan sosial yang berkembang di luar negeri, selalu berupaya unt uk 

membidik perumahan sebagai sarana unt uk mengentaskan kemiskinan. Hal ini karena 

ada semacam apron, bahwa jika suat u kota mempunyai rumah t inggal layak unt uk f akir

miskin,  maka  kota  t ersebut  dikatakan  sebagai kota yang berhasil  mengentaskan 

kemiskinan  penduduknya. Selain it u,  segala  kehidupan yang berasal dari rumah; 

menjadi semacam  alasan,  mengapa dalam  kebijakan  sosial  program  housing  selalu

menjadi program yang diunggulkan dalam suat u kebijakan sosial. Alasan lannya, yakni

pemerintah di Negara-negara berkembang mempunyai ide kebijakan unt uk mengikut i

kebijakan di Negara-negara  maju yang  sangat   memperhat ikan  kondisi perumahan penduduknya, meliput i sanitasi, t ransportasi perkotaan,  layanan kesehatanm dan juga 

pendidikan. Dengan demikian, maka kebijakan perumahan sangat berkaitan dengan pe-

nanggulangan kemiskinan di perkotaan. 

Lingkaran Pengurangan Kemiskinan

Layanan  perumahan dan  kebut uhan dasar merupakan  suat u hal yang  paling 

pent ing dalam kebijakan  sosial unt uk kesejaht eraan. Rumah, yang merupakan  sarana 

Page 7: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 7/14

 

7

t empat   t inggal  harus  mempunyai t ingkat   higienitas yang  t inggi,  karena dari rumah 

dapat dilihat  t ingkat  kesehatan penduduk berasal. Bagi penduduk miskin, maka rumah 

sehat  juga mengunt ungkan. Karena, jika mereka jarang  sakit, maka pengeluaran yang 

digunakan unt uk perawatan kesehatan dapat dit ekan sekuat  mungkin. Rumah juga bisa 

digunakan unt uk  t empat  bekerja,  sehingga  suat u ekonomi pembangun  kota bisa 

berawal dari sat u rumah. Terakhir, alasan mengapa rumah menjadi sasaran kebijakan yang  pent ing dalam  pembangunan  adalah,  karena rumah  merupakan  t empat  

kepemilikan  pribadi,  t empat   membangun  harga diri seseorang,  t empat   pendidikan 

anak-anak sejak masih bayi, serta t empat  membangun hubungan dan komunikasi yang 

int im  sesama  anggotanya. Terdapat  beberapa  kecenderungan  t empat   t inggal yang 

menjadi perhat ian Bealls, yait u rumah  t inggal di kawasan  perumahan  muslim yang 

memiliki kecenderungan unt uk  memisahkan ruang  t empat   antara  pria dan wanita. 

Kemudian  t empat   t inggal di negara-negara Asia  selatan yang masih menganut   sist em 

t inggal dengan keluarga bat ih (extended family ). Beberapa di antara mereka; t erutama 

warga miskinnya memerlukan kebijakan housing karena t erkadang sanitasi perumahan 

mereka yang  t idak  memadai bisa  menyebabkan  penyakit-penyakit  yang disebabkan oleh kuman akibat  sanitasi buruk, misalnya kolera. 

Pada  tahun 1991, di Peru pernah  t erjadi epidemic kolera dimana wabah ini

melumpuhkan  sector pariwisata dengan  kerugian  sat u milliard dollar. Satt erthwait e

(1997) memperkirakan bahwa  pada  tahun 1990 ada 600 juta  orang di daerah 

perkotaan  sepert i di Amerika Lat in, Afrika dan Asia  t inggal di perumahan yang  t idak 

mempunyai standar kesehatan yang  memadai. Hal ini mengakibatkan  sedikitnya 2,6

milliar penduduk kota meninggal akibat  kontaminasi air (UNDP,1995). Daerah  lainnya 

juga t idak luput dari perhat ian Bealls, yakni daerah di negara-negara Asia dunia ket iga, 

misalnya di kota Mumbai di India. Negara yang menganut  sist em kasta ini mempunyai

t ingkat  eksklusi sosial yang  sangat   t inggi, di mana dapat  dilihat  di komunitas  Dalit. Sebagian besar dari mereka masih hidup di jalan. Hal inilah yang dirasakan oleh Bealls 

sebagai golongan yang  sangat   membut uhkan f asilitas  perumahan. Tak jauh berbeda 

dengan Mumbai, India;  maka di Hongkong  t erdapat  fenomena  manusia perahu. Yait u

disamping apart emen yang menjulang  t inggi, maka  t erdapat  beberapa  golongan yang 

t idak mempunyai rumah serta t erpaksa bert empat  t inggal di perahu. Pemerintah set em-

pat   menganggarkan rumah  susun  murah  guna mengatasi masalah ini, namun  apart e-

men ini berubah  menjadi rumah  susun  kumuh. Kesenjangan juga  t erjadi di Karachi

Pakistan, yakni 40 persen warga  kota  t inggal di perumahan  kota dengan ukuran 

2X3m²/keluarga. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa warga miskin perkotaan, 

membayar lebih unt uk mendapatkan sarana dan prasarana yang t ersedia di perkotaan, namun t idak diimbangi dengan kualitas kehidupan yang layak. St ephens (1966) menga-

takan bahwa Orang miskin kota, membayar lebih unt uk sakit  kolera. 

Kebijakan Perumahan

Temuan dari UNHCS/Habitat (1996) menyatakan bahwa 30-60 persen dari unit  

rumah di sebagian kota-kota di Selatan yang illegal kebanyakan dihuni oleh pengungsi. 

Page 8: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 8/14

 

8

Selain melanggar at uran kepemilikan tanah, maka bangunan mereka berentangan deng-

an at uran hukum yang berlaku. 

Penjaminan perumahan bagi penduduk dit engarai menjadi suat u indikasi bahwa 

pemerintah dalam suat u kota sukses menjalankan program kebijakan sosialnya. Turner

(1972) menyarankan suat u pendekatan t erhadap kebijakan perumahan. Ada beberapa 

pendekatan yang ia  pergunakan,  antara  lain (1) Pendekatan  kebijakan  perumahan pertama, dinamakan dengan S elf-Help Housing atau perumahan  swadaya. Pemerintah 

mematok  sebidang  lahan  kosong yang  luas, dan  menyambungkannya dengan  sarana 

infrast rukt ur umum, di mana selanjutnya pemerintah menjual plot  pemukiman t ersebut  

kepada warga dengan harga yang cukup murah; unt uk  kemudian warga membangun 

sendiri t empat   t inggal  sesuai dengan yang  mereka  kehendaki. Kelemahannya,  karena 

pada umumnya  lahan yang dipergunakan unt uk  perumahan ini t idak dekat  dengan 

sumber indust ri, maka biasanya warga miskin menjadi enggan memanf aatkan  sarana 

perumahan ini. (2) Pendekatan kebijakan perumahan kedua, adalah  Core House  atau

perumahan int i. Sama halnya dengan konsep rumah susun atau apart emen ekonomis, 

maka core housing adalah suat u perumahan yang dibangun dengan mendekat i sumber-sumber produksi. Perumahan dibangun  secara vert ikal,  supaya  lebih efisien  serta 

menampung banyak warga. Kelemahannya  adalah,  karena  letaknya di dekat   sumber-

sumber indust ri,  maka bisa dipast ikan  harganya  lebih  mahal, yang  past inya warga 

miskin  t idak  mampu membeli sarana  perumahan ini. (3) Pendekatan  kebijakan 

perumahan  Upgrading. Penambahan  sarana yang  mendukung  perumahan jauh  lebih 

layak unt uk dijadikan t empat  t inggal yang sehat dinamakan upgrading. Trend t erakhir

kebijakan  perumahan yang dilaksanakan  oleh  pemerintah  lebih  mengembangkan 

sist em  upgrading. Hal ini dikarenakan  sist em  upgrading  lebih  menghemat   alokasi

anggaran  pemerintah. Kelemahannya,  upgrading  memang  membidik  sasaran  pada 

warga  miskin yang  t elah  mempunyai rumah, dengan demikian,  maka  hanya  orang-orang  t ert ent u saja yang bisa menikmat i f asilitas  upgrading  t ersebut. Kelemahan  lain 

dari upgrading yakni, warga yang menempat i tanah illegal  t erkadang rumahnya  t urut  

diperbaiki sarana dan prasarananya, dengan demikian maka stat us legit imasi atas tanah 

t ersebut  menjadi meragukan. 

Layanan Kebutuhan Dasar

Layanan kebut uhan dasar, yakni yang paling populer adalah program pengadaan 

air bersih merupakan  salah sat u kebijakan  sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah. 

Air bersih yang berhubungan erat  dengan  sanitasi lingkungan,  merupakan  suat u hal 

yang  sangat   pent ing unt uk  mendukung  kesehatan  komunal. Konferensi Mar de Plata Int ernasional dan Pembukaan Dekade Sanitasi Int ernasional (1990). Delegasi dari New

Delhi misalnya,  memproklamirkan  target  yang  sederhana  sepert i Air sehat  unt uk 

semua. Selanjutnya,  konferensi di Dublin  mengungkapkan bahwa  air merupakan 

sumber dari segala  sumber kehidupan,  t ermasuk di dalamnya  sumber ekonomi. Jika 

kesehatan masyarakat  sudah t erjaga, maka pemerintah akan lebih mudah unt uk mene-

rapkan  kebijakan yang  lain  kepada  masyarakat   miskin. Pemerintah, dalam upayanya 

unt uk mencukupi dan mendukung program kebijakan sosial, maka saat ini pemerintah 

Page 9: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 9/14

 

9

mempunyai metode baru; yakni menggandeng  lembaga  masyarakat   non  pemerintah 

(NGO) guna  membant u pelaksanaan  kebijakan  sosial. Tugas dari NGO adalah,  men-

jembatani level masyarakat   lokal dan pemerintah, menjadikan juru bicara pihak-pihak 

yang  t erabaikan  atau mengalami eksklusi sosial  atau marginalisasi golongan dalam 

suat u tatanan masyarakat, supaya mereka bisa bangkit   serta bisa mendapatkan  akses 

unt uk mendapatkan salah sat u layanan kebijakan pemerintah t ersebut. Penggunaan perusahaan swasta yang dilibatkan dalam membant u kebijakan pe-

merintah, t erkadang mengundang sejumlah masalah. Privat isasi perusahaan t idak sepe-

nuhnya bertanggung jawab t erhadap rakyat yang mereka layani. Dengan demikian, ko-

mitmen  perusahaan  swasta ini jauh berbeda dengan  komitmen  pemerintah. (Batley, 

1996). Pelibatan NGO cukup berhasil, meskipun dengan demikian ada beberapa beban 

kerja yang berkaitan dengan  sanitasi lingkungan, dihalangi oleh pemerintah. Sebagai

contoh, misalnya NGI Pilot  Orangi Project  yang  t erdapat  di Karachi Pakistan. Mereka 

membant u program sanitasi masyarakat, namun mengalami kesulitan dalam menyam-

bungkan syst em sanitasi t ersebut dengan selokan utama di perkotaan. Hal ini disebab-

kan karena pemerintah set empat  t idak mengizinkan program sanitasi t ersebut dengan alasan akan t erlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan. Hambatan yang dialami NGO

lainnya adalah, sif at NGO yang social, t erkadang dianggap t idak memperhat ikan kebut u-

han pemerintah unt uk memperoleh keunt ungan. NGO yang mengadakan sanitasi biasa-

nya juga meminta pemerintah unt uk menggrat iskan sarana kebut uhan dasar t ersebut; 

sementara di sisi lain, pemerintah juga membut uhkan dana guna perawatan sarana dan 

prasarana dasar.  Dengan demikian,  maka jika kedua pihak  t idak  ada yang mengalah, 

t it ik t emu diantara mereka t idak akan pernah bisa t erlaksana dengan baik. 

Mata Pencaharian di Perkotaan

Salah sat u penyebab utama kemiskinan adalah  langkanya pekerjaan. Pekerjaan 

bagi masyarakat   perkotaan  hanya  t erkonsep  pada  pekerjaan-pekerjaan yang bersif at  

f ormal. Lebih dari it u, pekerjaan sebenarnya bisa dimaknai suat u upaya yang bert ujuan 

unt uk mendapatkan pemasukan sehingga bisa memenuhi kebut uhan hidup. Dalam bab

ini akan dijelaskan kebijakan apa saja yang bisa menghasilkan pemasukan bagi masya-

rakat  miskin di perkotaan; di mana akan t erdiri atas dua bagian utama. Bagian pertama 

mengemukakan t entang usaha sector ekonomi inf ormal, sedangkan bagian yang kedua 

berhubungan dengan st rat egi yang membina hubungan inf ormal dengan jaminan social. 

Cara Mendapatkan Pemasukan

Perubahan ekonomi menjadi syst em  global  merubah  kesempatan kerja cende-rung bert empat di perkotaan. Syst em ekonomi global ini kemudian mendesak sejumlah 

korporasi unt uk  menghemat  besar-besaran  t erhadap  sejumlah biaya  produksi. Pada 

akhirnya,  ada  semacam  t unt utat  unt uk  mengkasualisasi pekerja dengan  memberikan 

syst em  kont rak  kerja  kepada pekerja,  sehingga kondisi ini berpeluang  meningkatkan 

pengangguran dengan jumlah yang sangat besar. 

Page 10: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 10/14

 

10

Hart  (1973) pernah  memimpin  misi kerja ILO unt uk Ghana dan Kenya. Hart  

kemudian  menyimpulkan bahwa dalam  suat u usaha,  maka dibut uhkan  suat u usaha 

ekonomi alt ernat ive yang kemudian ia  sebut dengan sector ekonomi inf ormal. hal-hal 

krusial yang harus diipupuk guna mengembangkan ekonomi inf ormal, antara lain: akses 

kemudahan unt uk membuka usaha, koperasi yang menyediakan bant uan unt uk mem-

buka usaha dengan menyediakan pinjaman dengan bunga  lunak, penggunaan  sumberdaya  alam  serta  penyesuaian dengan  kondisi serta  kebut uhan  masyarakat   set empat, 

adanya pekerja yang bekerja secara int ensif meskipun jumlahnya hanya sedikit, peng-

gunaan ket erampilan dapat  diperoleh di luar sekolah f ormal, pinjaman modal dengan 

bunga rendah, serta penggunaan t enaga kerja yangberasal dari keluarga atau kerabat. 

Banyak orang menilai bahwa orang-orang yang bekerja di sektor inf ormal adalah 

sekumpulan  pekerjaan yang dilakukan  oleh  sekelompok  orang-orang yang  menjadi

pengangguran karena t idak memiliki pekerjaan. Oleh karena it u, kebijakan sosial pada 

sekarang ini berusaha  menumbuhkan  kebijakan yang  memunculkan  pola ekonomi

kreat if , yait u kebijakan yang  membuat   sektor inf ormal  sama bernilai dan  sama 

pent ingnya dengan pekerjaan di sektor f ormal. Bagi pemerintah maupun NGO, maka yang dibut uhkan guna membangun sektor

inf ormal adalah adanya modal sosial. Modal sosial merupakan hal-hal dasar yang t elahh 

dipenuhi atau dimiliki oleh orang miskin yang t idak mampu mem-bangun usaha mereka 

dikarenakan  t idak  mempunyai aset. Selanjutnya,  modal  sosi-al ini dirasa  lebih  kuat  

karena dist ribusi modal  sosial  lebih mengunt ungkan bagi orang miskin dibandingkan 

dengan yang lainnya, investasi dalam membangun mo-dal sosial akan bermanf aat dalam 

st rat egi pengentasan kemiskinan karena modal sosial yang kembali pada orang miskin 

akan lebih bermanf aat. 

Kebijakan yang Mendukung Penambahan PemasukanPemberian  stat us hukum bagi sektor inf ormal adalah jalan dari pemberdayaan 

sektor inf ormal.  Demikian  pokok  pemikiran Hernando de Soto yang  t ert uang dalam 

bukunya  T he Mistery of Capital : Why Capitalism T riumphs in the West and Fails Every-

where Else. Menurut de Soto, sektor inf ormal adalah  akt ivitas ekonomi yang berada di

luar sist em ekonomi yang  legal,  tak dilindungi oleh  hukum, dan rawan  t erhadap 

eksploitasi pihak-pihak yang memiliki kekuasaan resmi maupun  t idak resmi.  De Soto 

berpendapat bahwa pekerja inf ormal adalah sekumpulan wirausahawan yang dinamis 

dalam usaha  mereka unt uk  memperbaiki taraf hidup yang  sayangnya  sering diganjal 

oleh  perat uran  pemerintah yang  memberatkan. Berdasarkan  penelit iannya di Lima, 

maka de Soto yakin bahwa sektor inf ormal t ernyata memiliki kekuatan wirausaha yang t inggi, mampu membangun lembaga demokrasi dan tatanan ekonomi pasar yang t idak 

diskriminat if . 

Kesulitan dalam pendekatan yang digunakan unt uk menerapkan kebijakan bagi

pengusaha inf ormal adalah berkaitan dengan masalah yang bersif at  st rukt ural. Sektor

inf ormal  selalu dianggap  sebagai usaha yang berkaitan dengan  orang-orang yang 

berada di garis kemiskinan,  sehingga perlakuan yang mereka  t erima kerap mendapat  

ket idak  adilan. Masalah  pendataan jumlah  pengusaha inf ormal dit engarai t erkadang 

Page 11: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 11/14

 

11

membuat  pemerintah menerapkan kebijakan yang tak mengunt ungkan bagi pengusaha 

inf ormal. Privat isasi lahan publik menjadi lahan usaha  sering menjadikan para pekerja 

sektor inf ormal dit uding  sebagai pekerja yang  t idak bisa diat ur serta  mengganggu

ket ert iban umum; meskipun  sebenarnya kesalahan  t erbesar pemerintah  adalah,  t idak 

membangun sarana dan prasarana yang memadai sebagai lahan pekerja inf ormal unt uk 

mencari naf kah bagi dirinya. I nternational Labour Organization (ILO) t elah  membangun  kebijakan yang 

bert ujuan unt uk  mendukung  sektor usaha inf ormal. St rat egi yang digunakan  adalah 

menerapkan  kebijakan  menggerakkan usaha-usaha dagang dengan  kredit   lunak dari

Bank Dunia. Sektor usaha dagang ini berhasil menggerakkan sektor ekonomi inf ormal 

di negara-negara dunia  ket iga,  misalnya Filiphina, Indonesia, dan Thailand. Langkah 

berikutnya  adalah  menggandeng NGO (Non Government Organization) di kawasan 

perkotaan. NGO inilah yang bert ugas unt uk  melakukan  perlindungan  hukum  serta 

melakukan  pendampingan  t erhadap  para  pekerja inf ormal. Sebagai contoh  program 

pendampingan ini adalah ADOPEM yang  t erdapat  di Republik  Dominika yang 

memberikan  penyuluhan  t erhadap  penga-t uran usaha,  penghit ungan,  serta  proseduryang berkaitan dengan masalah Bank; kemudian  ada juga  T he S elf Employed Womens

Union yang t erdapat di India yang melakukan misi pendampingan dalam hal prosedur

perbankan unt uk  sektor usaha inf ormal, pelayanan  asuransi kesehatan, perlindungan 

t erhadap kekerasan dalam rumah tangga, serta perlindungan hukum unt uk pekerja in-

f ormal. Meskipun NGO merupakan suat u badan yang berskala kecil, namun paling t idak 

bisa menjadi inspirasi perlindungan bagi pekerja sektor inf ormal lainnya. 

Jaringan Sosial, Keamanan Sosial, dan Perubahan Sosial

Syst em kehidupan perkotaan t idak hanya disusun dari berbagai akt ivitas unt uk 

melakukan proses produksi saja, namun lebih dari it u; diperlukan suat u jaringan social yang berfungsi unt uk  mendukung  pemasaran  serta ekspansi usaha  pada  masyarakat  

perkotaan. Kehidupan jaringan social dimulai dari t ingkat  keluarga atau rumah tangga 

sebagai unit   t erkecil dalam  masyarakat. Kenyataan yang berlaku dalam  konst ruksi

masyarakat   selama ini adalah, bahwa jika pendapatan dalam  suat u keluarga menipis, 

maka ist eri atau ibu akan  t urut bekerja. Kenyataan  lain yang memprihat inkan adalah, 

pendidikan unt uk anak perempuan juga t erkadang ikut dikorbankan. Padahal, realitas 

menunjukkan bahwa  kemampuan  seorang  perempuan dalam  membuat   suat u usaha 

unt uk memperbaiki taraf hidup jauh lebih baik daripada laki-laki. Oleh Bank Dunia, para 

anak  perempuan inilah yang  kemudian dibidik  sebagai objek  sebagai pelaku usaha 

inf ormal. Hal ini logis, mengingat di negara-negara Dunia Ket iga, perempuan dianggap sebagai warganegara  kelas dua.  Dengan  adanya  program bant uan usaha inf ormal 

kepada  anak-anak  perempuan,  maka  selain  mereka bisa berperan  menjadi ibu dan 

ist eri,  maka  mereka juga  masih  punya  kesempatan unt uk bekerja di sector-sektor

inf ormal. 

Perjuangan  perempuan  sebagai pekerja inf ormal  t idak  hanya berhent i pada 

f aktor pemberian  kesempatan unt uk ekspansi usaha  saja,  namun  lebih dari it u

diperlukan  suat u syst em  keamanan bagi pekerja inf ormal  perempuan  t ersebut   guna 

Page 12: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 12/14

 

12

perlindungan hukum dan keamanan atas usaha yang mereka gelut i. Selain perlindungan 

keamanan, maka perlu juga pembangunan sarana dan prasarana yang memadai unt uk 

melancar-kan usaha inf ormal  t ersebut.  sebagai contoh,  langkah-langkah yang 

dikemukakan oleh walikota Solo Joko Widodo dalam melakukan relokasi PKL. Pedagang 

Kaki Lima (PKL) merupakan  salah  sat u usaha  perdagangan inf ormal yang dinggap 

menjadi permasalahan kota yang t idak ada habisnya. PKL kemudian dianggap menjadisuat u hal yang merugikan kepent ingan umum, karena mereka  seringkali mengganggu

ket ert iban lalu lintas, menggunakan saluran air t erdekat unt uk membuang sampah dan 

mencuci, serta membuat  suat u f asilitas ruang t erbuka menjadi kumuh. Keberadaan para 

PKL ini kemudian men-jadi semacam beban kota, di mana masalah penggusuran serta 

bent rokan dengan satpol Pamong Praja kerap mengganggu usaha mereka. 

Pada  tahun 2006,  pemerintah Kota Surakarta  membuat   kebijakan dalam 

pengelolaan  serta  penataan  pedagang  kaki lima. Keput usan ini berdasarkan  atas 

Keput usan walikota Surakarta No. 644/140/1/2006 t entang Penetapan Lokasi

Pembangunan Pasar Klithikan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota 

Surakarta, di mana di dalamnya juga  mengat ur t entang relokasi PKL yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta. Langkah relokasi ini sebenarnya suat u solusi yang ditawarkan 

oleh walikota Solo Joko Widodo dalam  menjembatani usaha inf ormal  supaya mampu

mendatangkan keunt ungan yang opt imal, namun t idak mengganggu f asilitas umum. 

Sektor inf ormal t ermasuk PKL t ersebut, menurut Hernando De Soto, merupakan 

kelompok yang memiliki aset besar. Kalkulasi De Soto menyebutkan aset  sektor inf or-

mal di dunia  ket iga 20 kali lebih besar dari aliran investasi asing dan 90 kali lebih 

banyak dari bant uan asing dalam 30 tahun t erakhir ini. Kekayaan yang dimiliki kaum 

miskin  melebihi yang diberikan  negara  maju. Upaya  pengembangan  sektor inf ormal 

akan bisa  membangkitkan ekonomi. Sebaliknya,  ket erpurukan  sektor inf ormal bukan 

saja  merugikan  sektor inf ormal,  t etapi juga  perekonomian  negara. Kejelasan  stat us lahan yang menjadi t empat   t inggal dan  lokasi usaha sektor inf ormal, membuat  sektor

inf ormal  akan  mampu mengatasi persoalan  legalitas. Hal it u kemudian bisa dipakai

sebagai salah sat u jaminan mendapatkan permodalan. (K ompas, 7 November 2006) 

Visi penataan PKL yang sering disampaikan Walikota Surakarta, simet ris dengan 

paradigma  memasukkan PKL ke sektor f ormal  sehingga  memiliki aset  yang bisa 

didokumentasi secara f ormal dan bisa dimanf aatkan sebagai f aktor produk-si. Relokasi

ini didukung  pula dengan  komunikasi polit ik yang dilakukan  antara walikota Solo 

dengan PKL t ersebut, yang diakui oleh PKL sebagai metode komuni-kasi yang berpihak 

pada rakyat. Oleh karena komunikasi yang simpat ik ini, maka PKL bersedia dipindah-

kan dari Monumen 45 Banjarsari menuju ke Pasar Klithikan Semanggi. 

Implementasi dan Pemerintahan Kota

Kebijakan  perkotaan beberapa  tahun  t erakhir di berbagai belahan dunia  me-

nganut  asas desent ralisasi, di mana hal ini menunjukkan perubahan jika diban-dingkan 

dengan  t rend kebijakan beberapa  tahun  sebelumnya yang bersif at   sent ra-lisasi. Salah 

sat u konsekuensi dari desent ralisasi adalah adanya pemerintah kota. Lebih lanjut, maka 

Page 13: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 13/14

 

13 

pemerintah kota mempunyai t ugas utama dalam memerangi kemiskinan di perkotaan. 

Hal ini disebabkan oleh t iga unsur pokok, yakni :

1.  Kegagalan  sist em  t erdahulu yang bersif at   sent ral yang  seringkali gagal dalam 

menerapkan  suat u program,  karena  t idak  t epat   pada  sasaran. Jika desent ralisasi

dit erapkan  pada  suat u negara,  maka diharapkan  kegagalan  akibat   t idak  t epat  

sasarannya  suat u kebijakan  t idak  akan  t erjadi karena  adanya  pendamping  serta evaluator yang mengawasi kebijakan perkotaan, misalnya NGO, LSM, dan lain. 

2.  Sist em  sent ralisme menut up  saluran demokrasi di berbagai negara berkembang 

karena sist em sent ralisme membuat  pemerintah daerah hanya menjadi boneka dari

pemerintah  pusat. Padahal,  ada  perbedaan  mendasar antara  menangani suat u

negara secara keseluruhan dengan menangani suat u daerah. 

3.  Program bant uan unt uk  penanggulangan  kemiskinan yang berasal dari lem-baga-

lembaga int ernasional  akan  lebih cepat   sampai ke tangan rakyat  yang 

membut uhkan, serta meminimalisir pemotongan-pemotongan bant uan yang sering 

dilakukan oleh pemerintah pusat. 

Hubungan antara Pemerintahan Kota dengan Usaha Pengurangan Kemiskinan

Perkotaan

Berdasarkan  atas  kemampuan dan fungsinya,  maka  pemerintah  kota  secara 

t eoret is diharapkan  mampu unt uk memecahkan masalah-masalah perkotaan deng-an 

berpegang t eguh pada dua komitmen, yakni :

1.  Pemerintahan  kota  harus  mempnyai komitmen unt uk  mendesain  suat u layanan 

yang berfungsi unt uk  mengentaskan  kemiskinan  sesuai dengan  kebut uhan  per-

kotaan. Dengan  kata  lain, penent uan dewan kota harus merepresentasikan  semua 

pihak yangberkepent ingan, t erutama pihak-pihak yang selama ini di-marjinalisasi. 

2.  Pemerintah  kota  harus  mempunyai komitmen unt uk  melaporkan  mekanismebirokrasi dengan t ujuan t ransparansi dan unt uk melakukan evaluasi t erhadap target  

yang akan mereka raih. Dengan demikian, pemerintah merupakan pro-duk int erakt if 

antara pemerintah dengan lembaga-lembaga t erkait  lainnya. 

Sejalan dengan  komitmen  t ersebut,  maka  salah  sat u t ugas  lain  pemerintah 

adalah,  mengoganisir masyarakat,  pasar, dan  negara  guna  mencapai kesejaht eraan. 

Pemerintah  sudah  selayaknya  memikirkan  kebijakan yang  pro dengan rakyat.  Dalam 

memut uskan  kebijakan  t ersebut,  maka  harus  ada  koordinasi t imbal balik yang 

dilakukan dengan rakyat, supaya keput usan yang diambil sesuai dengan ke-muf akatan 

bersama antara rakyat dengan pemerintah. 

Kekuatan dan Kelemahan Dari Pemerintahan Kota

Ada beberapa keunt ungan dari perspekt if baru pemerintahan kota. Hal ini lebih 

pada  pola-pola  pengat uran dan  kombinasi antara  kekuatan  negara,  pasar, dan 

masyarakat. Jika kesemua lembaga ini berjalan dan berkoordinasi secara sinergis, maka 

peran lembaga-lembaga ini akan mampu menut upi kelemahan dari pemerintahan kota. 

Singkatnya,  sektor privat   secara fisik bisa dikombinasikan denagn  gaya NGO yang 

berf okus  pada  keadilan  sosial. Kekuatan NGO dalam bekerja  secara  t ert ut up dalam 

Page 14: Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan

5/12/2018 Review Jurnal Sosial Dan Kebijakan Sosial Perkotaan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/review-jurnal-sosial-dan-kebijakan-sosial-perkotaan 14/14

 

14 

suat u masyarakat  bisa dikombinasikan dengan  negara yang  mempunyai f okus dan 

t ujuan pada akuntabilitas dan ket ersediaan mereka unt uk melakukan subsidi silangdari

kaum  kaya  ke kaum  miskin.  Dengan demikian,  maka jumlah dari kesulitan  pot ensial 

bisa dikenali. 

Dalam pemerintahan, maka  t erkadang  sering dijumpai dua cara pandang yang 

berlainan. Sebagai contoh,  pemerintah  harus berpihak  pada rakyat   miskin dengan memperhat ikan kesejaht eraan  mereka. Akan  t etapi, di sisi lain para kaum  miskin ini

juga  melakukan hambatan  t erhadap  para  pemilik  modal  atau pemilik usaha dan 

korporasi. Pemerintah dalam  hal ini diharapkan bersif at   net ral,  mampu melihat  

permasalahan secara objekt if . Jika pemerintah t idak bisa bersikap net ral, maka korupsi

dan  kolusi akan  mudah  sekali t erjadi dalam pemerintahan  t ersebut. Jika  korupsi dan 

kolusi berlangsung,,  maka  pada  saat  it ulah  kebijakan  pemerintah  akan  menjadi

kebijakan yang t idak berpihak pada rakyat  miskin. 

Kesimpulan

Bagian pertama pada bab ini membahas mengenai perbedaan secara kuali-tat if dan kuant itat if yang digunakan unt uk mendefinisikan wilayah-wilayah yang digunakan 

unt uk mempelajari st udi t entang masalah-masalah perkotaan. Lebih dalam  lagi, maka 

bagian  pertama juga  mencoba unt uk  menggali masalah-masalah yang berhubungan 

dengan perkotaan yang disebabkan oleh kualitas dari suat u kota it u sendiri. Bab ini juga 

mengemukakan bahwa  masalah  pembangunan  perkotaan  t erlebih dahulu haruslah 

memahami akar dari permasalahan  perkotaan  t ersebut. Masalah yang dikemukakan 

oleh penulis buku ini antara lain, t rend perkotaan menunjukkan bahwa pada masa yang 

akan datang warga miskin akan  t inggal di kota, di mana muncul kota-kota baru. Kota-

kota yang  t elah  menjadi kota besar sebelum-nya,  akan beranjak  menjadi kota 

megapolitan.  Dit engarai,  masalah yang  muncul berkaitan dengan  golongan  miskin, masalah  perumahan, banyaknya  pengangguran yang  tak  t erserap dalam  lapangan  

pekerjaan. 

Bagian  kedua  pada bab ini membahas  mengenai kebijakan  social yang digu-

nakan unt uk  memecahkan  masalah  t ersebut. Masalah  social yang  pertama, yakni

menumpuknya  kaum  miskin di perkotaan, diatasi dengan  kebijakan  pendamping-an 

oleh  lembaga-lembaga  non  pemerintah. Kebijakan  t entang  perumahan, diguna-kan 

unt uk  menjawab masalah yang berkaitan dengan rumah-rumah  kumuh, dan warga 

masyarakat  yang  t idak  mampu unt uk  membeli rumah dijual  oleh developer

konvensional. Kemudian, kebijakan pemerintah kota unt uk mendukung perekono-mian 

di sector inf ormal digunakan unt uk menjawab permasalahan perkotaan, t erutama yang berkaitan dengan pengangguran. Jika kebijakan di sector inf ormal lebih berpihak pada 

rakyat,  maka  sector inf ormal yang  maju bisa  mendongkrak ekonomi perkotaan jauh 

lebih t inggi daripada sector ekonomi f ormal.