RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing...

14
JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014 Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 43 GLOBAL COMPETITIVENESS RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN KECANGGIHAN BISNIS DALAM DAYA SAING GLOBAL Gama Harta Nugraha Nur Rahayu [email protected] Program Studi Manajemen STIMIK ESQ Abstrak In today’s global economy, the competitiveness of a country has important role to bring the country into prosperity and a respectable position among others. That is why, during the past decade, scholars, policy makers and even business leaders throughout the world put a very serious attentions to the issue. Since 1979, the World Economic Forum (WEF) has published the Global Competitiveness Report which encompasses Global Competitiveness Index (GCI) in order to measure national competitiveness in different countries throughout the world. Using the two sets of variables of “Technological Readiness” and “Business Sophistication” as the two basic pillars of national competitiveness, this paper is aimed at investigating the interaction between the two pillars in order to help countries which are in transition from stage II to stage III of development by providing meaningful information for their national competitiveness improvement. This study used descriptive-correlation methodology. According to the GCI 2010 report which covered a statistical population of 139 countries, the secondary analysis using Canonical Correlation Analysis was done. The result shows that there is a significant and positive relationship between the set of variables of “Technological Readiness” and “Business Sophistication.” Dalam ekonomi global saat ini, daya saing suatu negara memiliki peran penting untuk membawa negara itu kepada kemakmuran dan posisi terhormat di antara negara-negara lainnya. Itulah sebabnya selama dekade terakhir, para sarjana, para pembuat kebijakan dan bahkan para pemimpin bisnis di seluruh dunia menaruh perhatian yang sangat serius terhadap masalah ini. Sejak tahun 1979, Forum Ekonomi Dunia ( World Economic Forum/WEF) telah menerbitkan Laporan Daya Saing Global ( Global Competitiveness Report) yang meliputi Indeks Daya Saing Global ( Global Competitiveness Index/GCI) untuk mengukur daya saing nasional di berbagai negara di seluruh dunia. Dengan menggunakan dua set variabel "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" sebagai dua pilar dasar daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk membantu negara-negara yang berada dalam masa transisi pembangunan dari tahap II ke tahap III, dengan memberikan informasi yang berarti bagi peningkatan daya saing nasional mereka. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif - korelatif. Analisis sekunder dengan menggunakan Analisis Korelasi Kanonik dilakukan dengan mengacu pada laporan GCI tahun 2010 yang mencakup populasi statistik sebanyak 139 negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara dua set variabel dari “Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis".

Transcript of RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing...

Page 1: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 43 GLOBAL COMPETITIVENESS

RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN KECANGGIHAN BISNIS DALAM

DAYA SAING GLOBAL

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu [email protected]

Program Studi Manajemen STIMIK ESQ

Abstrak In today’s global economy, the competitiveness of a country has important role to bring the country into prosperity and a respectable position among others. That is why, during the past decade, scholars, policy makers and even business leaders throughout the world put a very serious attentions to the issue. Since 1979, the World Economic Forum (WEF) has published the Global Competitiveness Report which encompasses Global Competitiveness Index (GCI) in order to measure national competitiveness in different countries throughout the world. Using the two sets of variables of “Technological Readiness” and “Business Sophistication” as the two basic pillars of national competitiveness, this paper is aimed at investigating the interaction between the two pillars in order to help countries which are in transition from stage II to stage III of development by providing meaningful information for their national competitiveness improvement. This study used descriptive-correlation methodology. According to the GCI 2010 report which covered a statistical population of 139 countries, the secondary analysis using Canonical Correlation Analysis was done. The result shows that there is a significant and positive relationship between the set of variables of “Technological Readiness” and “Business Sophistication.” Dalam ekonomi global saat ini, daya saing suatu negara memiliki peran penting untuk membawa negara itu kepada kemakmuran dan posisi terhormat di antara negara-negara lainnya. Itulah sebabnya selama dekade terakhir, para sarjana, para pembuat kebijakan dan bahkan para pemimpin bisnis di seluruh dunia menaruh perhatian yang sangat serius terhadap masalah ini. Sejak tahun 1979, Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) telah menerbitkan Laporan Daya Saing Global (Global Competitiveness Report) yang meliputi Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) untuk mengukur daya saing nasional di berbagai negara di seluruh dunia. Dengan menggunakan dua set variabel "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" sebagai dua pilar dasar daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk membantu negara-negara yang berada dalam masa transisi pembangunan dari tahap II ke tahap III, dengan memberikan informasi yang berarti bagi peningkatan daya saing nasional mereka. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif - korelatif. Analisis sekunder dengan menggunakan Analisis Korelasi Kanonik dilakukan dengan mengacu pada laporan GCI tahun 2010 yang mencakup populasi statistik sebanyak 139 negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara dua set variabel dari “Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis".

Page 2: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 44 GLOBAL COMPETITIVENESS

Keywords: Global Competitiveness, Technological Readiness, Business Sophistication, Canonical Correlation Analysis.

PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini, intensitas persaingan ekonomi antarnegara dan antarperusahaan telah meningkat tajam dan menjadi ciri utama dinamika pere-konomian dunia abad ke-21 ini. Konsep daya saing telah diterapkan secara lebih jauh oleh Michael Porter dari lingkup daya saing perusahaan dan industri kepa-da lingkup daya saing nasional dan global (Porter dan Schwab, 2008). Dalam ekonomi global, daya saing berarti kemampuan untuk memperoleh posisi yang pantas dan konstan dalam pasar internasional. Menurut pandangan Orga-nisasi Kerjasama Ekonomi dan Pem-bangunan [Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)], kemampuan suatu negara dalam mem-produksi barang dan jasa untuk dijual di pasar internasional adalah salah satu dimensi yang paling penting dari daya saing. Daya saing juga berarti ke-mampuan membawa barang dan jasa produksi dalam negeri ke pasar inter-nasional. Daya saing juga dapat dide-finisikan sebagai kemampuan sebuah perekonomian nasional (negara) untuk mempertahankan pangsa pasar inter-nasionalnya. Dari seluruh definisi di atas, dapat ditarik satu pengertian tentang daya saing sebagai kemampuan penca-paian posisi yang layak dan konstan dari produk-produk suatu negara di pasar internasional (Karimi-Hesenijeh, 2007). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses globalisasi menunjukkan bahwa untuk mencapai tahapan pembangunan ekonomi yang layak, suatu negara tidak cukup hanya memproduksi komoditas dan jasa untuk pasar nasional. Pada abad ke-21, tingkat perkembangan ekonomi bangsa-bangsa bergantung pada kemampuan mereka dalam aspek politik, kebangsaan dan ekonomi, serta aspek

kepemimpinan dan juga dalam hal kecepatan lembaga-lembaga peme-rintahan mereka dalam penyesuaian dan pemanfaatan dari proses globalisasi. Oleh karena itu identifikasi yang tepat dari proses globalisasi dan pengawasan yang tepat terhadap tren ini diperlukan di berbagai negara terutama di antara negara-negara berkembang yang telah masuk ke dalam situasi tersebut (Safari dan Asgharizadeh, 2008). Baik negara-negara, perusahaan-peru-sahaan, maupun organisasi-organisasi industri telah membenarkan adanya hubungan antara inovasi dan kesuksesan ekonomi. Perkembangan teknologi mem-bantu para inovator bergerak menuju barisan terdepan pemimpin pasar. Oleh karena itu, penerapan teknologi (disam-ping pengembangannya) adalah salah satu faktor kunci keberhasilan dalam persaingan global (Khalil, 1999). Pesatnya perkembangan globalisasi telah memberikan peringatan kepada negara-negara dan bangsa-bangsa di seluruh dunia untuk mengembangkan kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang stabil dalam rangka meningkatkan daya saing pasar domestik. Negara memiliki peran penting untuk bermain dalam proses ini. Hal ini juga berarti perlunya upaya yang lebih besar dalam proses reformasi pendidikan dan ilmu pengetahuan, untuk mempromosikan teknologi canggih dan untuk memperkuat sektor swasta (Ivaniashvili-Orbeliani, 2009). Agenda pengelolaan ekonomi di banyak negara di seluruh dunia adalah berupa proses transisi tahapan pembangunan ekonomi dari ekonomi berbasis efisiensi menuju ekonomi berbasis inovasi. Untuk tujuan ini, penyusunan kebijakan ekonomi suatu negara harus mendukung tujuan dan indikator-indikator yang valid pada taha-pan transisi tersebut. Pemanfaatan pen-dekatan komparatif dan teknik bench-

Page 3: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 45 GLOBAL COMPETITIVENESS

marking terhadap pengalaman sukses berbagai negara di seluruh dunia dapat membantu para pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis di suatu negara dalam pengelolaan ekonomi dan pencapaian tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Dengan demikian, peningkatan daya saing nasional merupakan faktor kunci (Vares et al., 2011). Konsep daya saing telah menarik per-hatian yang kuat dari para ilmuwan dan negarawan selama dekade terakhir sedemikian rupa hingga World Economic Forum (WEF) telah mengembangkan Global Competitiveness Index (GCI) untuk mengukur daya saing suatu negara di seluruh dunia. Tujuan WEF menerbitkan laporan tahunan GCI adalah untuk menyediakan perangkat benchmarking bagi para pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi ham-batan-hambatan peningkatan daya saing, sehingga akan merangsang diskusi me-ngenai strategi dan kebijakan terbaik untuk mengatasinya (Schwab, 2010). Namun demikian, sebelum mengadopsi GCI sebagai tolok ukur atau sebelum menghabiskan berbagai sumber daya dan upaya dalam rangka meningkatkan daya saing nasional, para pembuat kebijakan di suatu negara harus menentukan pri-oritas-prioritas negara mereka terlebih dahulu untuk meningkatkan daya saing nasional. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk memberikan informasi kepada negara-negara yang sedang mengalami transisi dari tahapan pem-bangunan ekonomi berbasis efisiensi menuju tahapan pembangunan ekonomi berbasis inovasi untuk meningkatkan daya saing nasional mereka.

STUDI LITERATUR

Daya Saing Menurut Dutta (2007), dalam perspektif saat ini, daya saing telah menjadi kekuatan mendasar di bidang ekonomi sebagaimana halnya gravitasi dalam fisi-

ka. Daya saing adalah sebuah konsep yang mencoba menjelaskan tentang mengapa sejumlah negara mampu berkembang lebih cepat daripada yang lainnya. Selain itu, daya saing juga meng-hubungkan situasi makro dan mikro eko-nomi dari suatu perkembangan sosial-ekonomi (Kovacic, 2007). McFetridge (1995) mengidentifikasi daya saing pada tiga level: perusahaan, industri dan negara. Dalam konteks ini, Porter (1990) percaya bahwa "satu-satunya defi-nisi daya saing yang tepat di level negara adalah produktivitas negara". Selan-jutnya, Heap (2007) menunjukkan bahwa "meningkatkan produktivitas adalah satu-satunya cara untuk ‘memanggang kue’ yang lebih besar, sedangkan bentuk kebijakan-kebijakan lainnya hanya mem-beri kita ‘potongan-potongan kue’ yang lebih kecil.” Dari perspektif kebijakan makro, tujuan utama daya saing adalah kesejahteraan warga negara, baik dalam bentuk pen-dapatan perorangan, taraf hidup, pembangunan manusia, maupun keadilan sosial (Kovacic, 2007). Pengukuran Daya Saing Suatu Negara Sejak tahun 1979, Laporan tahunan tentang Daya Saing Global dari Forum Ekonomi Dunia [World Economic Forum (WEF)] telah meneliti banyak faktor yang memungkinkan suatu perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kemak-muran jangka panjang. Dalam laporan tersebut, daya saing telah didefinisikan sebagai seperangkat institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara (Porter & Schwab, 2008). Sejak tahun 2005, WEF menggunakan Indeks Daya Saing Global [Global Compe-titiveness Index (GCI)] sebagai basis analisis daya saing. Sebagai indeks yang sangat komprehensif, GCI menangkap fondasi mikro ekonomi dan makro ekonomi dari daya saing sebuah

Page 4: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 46 GLOBAL COMPETITIVENESS

negara. Menurut laporan GCI, "tingkat daya saing suatu negara mencerminkan sejauh mana ia mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi warganya" (Schwab, 2009). GCI menunjukkan parameter pengukuran daya saing dengan memberikan rata-rata

terbobot dari banyak variabel yang berbeda, yang masing-masing mencer-minkan satu aspek dari konsep daya saing yang kompleks (Schwab, 2009). GCI berisi 12 pilar yang diklasifikasikan dalam tabel berikut:

Tabel 11 Pilar-pilar GCI pilar dalam 3 variabel utama

Variabel utama Pilar-pilar GCI

Persyaratan dasar

1. Kelembagaan 2. Infrastruktur 3. Stabilitas makro ekonomi 4. Kesehatan dan pendidikan dasar

Faktor pendorong efisiensi

5. Pendidikan tinggi dan pelatihan 6. Efisiensi pasar barang 7. Efisiensi pasar tenaga kerja 8. Kecanggihan pasar uang 9. Kesiapan teknologi 10. Ukuran pasar

Inovasi dan faktor pendorong kecanggihan

11. Kecanggihan bisnis 12. Inovasi

Merupakan hal penting untuk diingat bahwa kedua belas pilar daya saing di atas, tidak saling terlepas (independent), akan tetapi semuanya cenderung memperkuat satu sama lain, dan kelemahan di satu pilar seringkali memiliki dampak negatif pada pilar yang lain. Misalnya, inovasi (pilar 12) akan sangat sulit tanpa tenaga kerja terdidik dan terlatih (pilar 4 dan 5) yang mahir dalam menyerap teknologi baru (pilar 9), serta jika tanpa pendanaan yang memadai (pilar 8) untuk R&D atau jika

tanpa pasar barang yang efisien yang memungkinkan untuk membawa inovasi baru ke pasar (pilar 6) (Schwab, 2010). Tiga Tahapan Pembangunan Ekonomi Nasional Hal lain yang bermanfaat dari laporan GCI adalah tentang tiga tahapan pembangunan ekonomi nasional yang berbeda yang dimiliki oleh berbagai negara yang menunjukkan tingkat perekonomian nasionalnya.

Tabel 12 Tahapan Pembangunan Ekonomi Nasional Suatu Negara (Schwab, 2009)

Page 5: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 47 GLOBAL COMPETITIVENESS

Sejalan dengan teori pembangunan ekonomi, GCI mengklasifikasikan tahapan pembangunan ekonomi nasional suatu negara ke dalam tiga tahapan: Pertama, ekonomi berbasis faktor produksi (factor-driven) yang dicirikan oleh daya saing yang bertumpu pada kepemilikan sumber daya alam serta tenaga kerja yang kurang terampil; Kedua, ekonomi berbasis faktor efisiensi (efficiency-driven) yang dicirikan oleh daya saing yang bertumpu pada proses produksi yang lebih efisien dan produk yang lebih berkualitas serta tenaga kerja yang terampil dan berupah tinggi; Ketiga, ekonomi berbasis inovasi (innovation-driven) yang dicirikan oleh daya saing yang bertumpu pada proses produksi dengan teknologi tinggi dan produk-produk berkualitas yang unik serta tenaga kerja yang sangat terdidik dan terampil (Schwab, 2010). Kesiapan Teknologi Dalam dunia global saat ini, teknologi semakin menjadi elemen penting bagi perusahaan untuk bersaing dan meraih kemakmuran. Pilar “Kesiapan teknologi” mengukur kegesitan (agility) dari suatu perekonomian nasional (negara) dalam mengadopsi teknologi yang sudah ada untuk meningkatkan produktivitas indus-trinya, dengan penekanan khusus pada kapasitasnya untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT – Information and Communication Technology) secara penuh baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam proses produksi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Teknologi adalah faktor penciptaan kekayaan. Pemanfaatan teknologi secara lebih efektif sangat mempengaruhi kon-disi persaingan. Manajemen teknologi mendorong lahirnya penemuan dan manajemen inovasi, dimana kedua hal tersebut merupakan bagian terpenting dari setiap sistem penciptaan dan pemanfaatan teknologi (Khalil, 1999).

Persoalan apakah teknologi yang digu-nakan telah dikembangkan di dalam negeri atau belum, tentunya tidak menjadi masalah, karena hal tersebut tidak berhubungan langsung dengan kemampuan negara tersebut dalam peningkatan produktivitas. Hal pen-tingnya adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara tersebut memiliki akses terhadap produk-produk dan konsep-konsep canggih dan memiliki kemampuan untuk meng-gunakannya (Schwab, 2010). Pilar "Kesiapan Teknologi" terdiri atas enam variabel: Ketersediaan teknologi terbaru; Penyerapan teknologi oleh perusahaan; PMA dan transfer teknologi; Pengguna internet; Pelanggan internet pita lebar; dan Pita lebar internet (Porter & Schwab, 2008). Kecanggihan Bisnis Kecanggihan bisnis sangat mendukung bagi terwujudnya efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Hal tersebut, pada gilirannya, dapat meningkatkan produktivitas, se-hingga mampu meningkatkan daya saing suatu negara. Kecanggihan bisnis me-nyangkut kualitas jaringan bisnis suatu negara secara keseluruhan serta kualitas operasi dan strategi perusahaan-peru-sahaan yang ada di dalamnya. Hal ini sangat penting bagi negara-negara dengan tingkat perekonomian maju, dimana perbaikan sumber-sumber produksi berbasis alamnya nyaris mustahil dilakukan. Para peneliti percaya bahwa ada kesepakatan bersama tentang pentingnya tingkat perubahan teknologi dalam penentuan laju pertumbuhan ekonomi (Feldman, 1999). Di sisi lain, variabilitas aturan persaingan dalam dunia bisnis menunjukkan adanya kepentingan khusus dalam proses peluncuran produk baru ke pasar. Saat ini, lebih dari waktu-waktu sebelumnya, banyak organisasi telah menyadari bahwa tidak cukup hanya

Page 6: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 48 GLOBAL COMPETITIVENESS

bergantung pada faktor-faktor kekuatan kompetisi tradisional seperti peningkatan kualitas, penurunan biaya atau dife-rensiasi dalam penyajian produk dan jasa, tetapi konsep-konsep seperti kecepatan dan fleksibilitas dalam kompetisi malah cenderung lebih berkembang dan tren perhatian terhadap peluncuran produk dan jasa baru ke pasar itu sendiri menjadi alasan yang memadai terhadap peru-bahan sikap tersebut (Jafarnejad et al., 2010). Kualitas jaringan bisnis suatu negara beserta industri-industri pendukungnya, yang dapat diukur dengan kuantitas dan kualitas pemasok lokalnya serta tingkat interaksi mereka, adalah penting dise-babkan berbagai alasan. Ketika peru-sahaan-perusahaan beserta pemasok-pemasoknya dari sektor tertentu saling berhubungan dalam kelompok-kelompok wilayah yang berdekatan (klaster), maka efisiensi akan meningkat, kesempatan yang lebih besar untuk inovasi akan tercipta, dan hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru akan berkurang. Operasi dan strategi dari perusahaan (terkait branding, pema-saran, kehadiran rantai nilai, dan produksi barang-barang yang unik dan canggih) semuanya mengarah pada proses bisnis yang canggih dan modern (Schwab, 2010). Pilar daya saing "Kecanggihan Bisnis" terdiri atas sembilan variabel: Kuantitas pemasok lokal; Kualitas pemasok lokal; Status perkembangan klaster; Sifat keunggulan daya saing; Kepanjangan rantai nilai; Penguasaan distribusi luar negeri; Kecanggihan proses produksi;

Cakupan pemasaran; Pendelegasian kewenangan (Porter dan Schwab, 2008). Analisis Korelasi Kanonik Analisis Korelasi Kanonik [Canonical Cor-relation Analysis (CCA)] adalah pende-katan statistik multivariat untuk me-ngukur hubungan linear antara berbagai kelompok variabel. Teknik analisis ini merupakan suatu cara untuk menyajikan struktur korelasi antar dua himpunan variabel ke bentuk yang sesederhana mungkin (Lima et al, 2004). Fokus analisis korelasi kanonik terletak pada korelasi antara kombinasi linier satu set (kumpulan) variabel dengan kombinasi linier set variabel yang lain. Langkah pertama adalah mencari kombinasi linier yang memiliki korelasi terbesar. Selan-jutnya, akan dicari pasangan kombinasi linier dengan nilai korelasi terbesar di antara semua pasangan lain yang tidak berkorelasi. Proses terjadi secara berulang, hingga korelasi maksimum teridentifikasi. Pasangan kombinasi linier disebut sebagai variat kanonik sedangkan hubungan di antara pasangan tersebut disebut korelasi kanonik. Kombinasi ini akan ditampilkan sebagai berikut: (Leclere, 2006)

W =a1x1+ a2x2 +…+ apxp V= b1y1 + b2y2+… + bqyq

Jumlah variabel dependen atau jumlah variabel independen, mana yang lebih kecil, akan menentukan jumlah mak-simum fungsi kanonik. Dengan demikian analisis didasarkan pada derivasi dari empat fungsi kanonik (Mai dan Ness, 1999). Tabel berikut ini menunjukkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan di ranah CCA.

Page 7: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 49 GLOBAL COMPETITIVENESS

Tabel 13 Beberapa penelitian sebelumnya yang menerapkan teknik CCA

Metodologi Penulis

Menggunakan Analisis Korelasi Kanonik, penelitian ini meneliti hubungan saling ketergantungan antara kualitas rantai pasok dengan kinerja rantai pasok pada industri otomotif di Iran.

Mohaghar et al. (2011)

Penelitian keduanya menunjukkan hubungan yang berarti antara kepuasan kerja dan EFQM dengan memanfaatkan CCA.

Tutuncu dan Kucukusta (2009)

Mereka menggunakan CCA untuk mempelajari hubungan antara TQM dan kinerja organisasi.

Macinati (2008)

Menggunakan Analisis Korelasi Kanonik, penelitian ini meneliti hubungan saling ketergantungan dalam keputusan berinvestasi dan pendanaan pada perusahaan-perusahaan kuliner (restoran).

Jang dan Ryu (2006)

Mereka menggunakan CCA untuk mempelajari hubungan antara pendorong (enabler) dan hasil dalam EFQM.

Bou-Llusar et al. (2005)

Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi kanonik untuk mensegmentasi pasar pariwisata untuk wisatawan dewasa.

Baloglu et al. (1998)

Usulan Model Model yang diusulkan terdiri dari dua set (kumpulan) variabel dari dua pilar daya

saing, yaitu pilar "Kesiapan Teknologi" dan pilar "Kecanggihan Bisnis" seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 22 Usulan Model Penelitian

Berdasarkan gambar model di atas, pertanyaan utama penelitian adalah: Apakah ada hubungan yang berarti antara "Kesiapan Teknologi“ dan "Ke-canggihan Bisnis"?

Sementara itu, sub-sub pertanyaan (pertanyaan-pertanyaan turunannya) adalah: 1. Apakah ada korelasi antara variabel-

variabel "Kesiapan Teknologi" dengan

Page 8: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 50 GLOBAL COMPETITIVENESS

variabel-variabel "Kecanggihan Bis-nis"?

2. Di dalam kelompok variabel "Kesiapan Teknologi", variabel manakah yang memiliki dampak paling tinggi dan paling rendah terhadap penciptaan hubungan yang bermakna antara pilar "Kesiapan Teknologi" dan "Kecang-gihan Bisnis"?

3. Di dalam kelompok variabel "Kecang-gihan Bisnis", variabel manakah yang memiliki dampak paling tinggi dan paling rendah terhadap penciptaan hubungan yang bermakna antara pilar "Kesiapan Teknologi" dan "Kecang-gihan Bisnis"?

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah korelatif-deskriptif. Metode analisis sekunder juga digunakan untuk menganalisis sumber data sekun-der. Seperti disebutkan sebelumnya dalam Pendahuluan, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara pilar "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" di dalam laporan GCI dalam rangka memberikan informasi kepada negara-negara yang sedang mengalami transisi dari tingkat perkem-bangan ekonomi II menuju tingkat per-kembangan ekonomi III untuk meningkatkan daya saing nasional mere-ka dengan cara yang efisien. Dalam pengerjaannya, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan terkait dengan “Daya Saing”, ”GCI”, "Kesiapan Teknologi", "Kecanggihan Bisnis", dan “CCA”. Selanjutnya, penulis menggunakan data laporan GCI tahun 2010 untuk melakukan analisis sekunder. Populasi statistik dalam penelitian ini adalah 139 negara yang datanya dima-sukkan dalam laporan GCI tahun 2010.

Terakhir, penulis menggunakan Analisis Korelasi Kanonik (CCA) dengan menggunakan perangkat lunak SAS9; dan setelah itu, hasil analisis pun diperoleh. Perangkat pengumpulan informasi Menurut De Vaus (2002), untuk men-jawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang relevan, data yang sesuai dapat diperoleh dari data yang dikumpulkan oleh orang lain atau lembaga lain. Data tersebut disebut sumber data sekunder. Oleh karena itu, penulis memanfaatkan data laporan GCI tahun 2010 yang diter-bitkan oleh World Economic Forum (WEF) sebagai sumber data sekunder.

ANALISIS DATA

Dengan menggunakan perangkat lunak SAS9, penulis telah meneliti korelasi antara dua kumpulan variabel "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" dengan menggunakan CCA. Untuk menjawab sub pertanyaan pertama, berdasarkan tabel 14, kita dapat melihat korelasi positif yang berarti pada tingkat signifikansi 0,05 antara kumpulan varia-bel "Kesiapan Teknologi" dan kumpulan variabel "Kecanggihan Bisnis". Variabel "Ketersediaan teknologi terbaru" dan variabel "Kualitas pemasok lokal" memi-liki korelasi terkuat, sementara itu variabel "PMA dan transfer teknologi" dan variabel "Penguasaan distribusi luar negeri" memiliki korelasi terlemah dalam tabel tersebut. Sebagai misal, di antara variabel-variabel "Kesiapan Teknologi", variabel "Ketersediaan teknologi terbaru" memiliki korelasi terkuat dan variabel "FDI dan transfer teknologi" memiliki korelasi terlemah dengan "Sifat keunggulan daya saing". Selain itu, "Penyerapan teknologi oleh perusahaan" memiliki korelasi terkuat, sementara "Pita lebar internet "memiliki sedikit hubungan dengan "Status perkembangan klaster".

Page 9: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 51 GLOBAL COMPETITIVENESS

Tabel 14 Koefisien korelasi antara "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis"

Pendelegasian

wewenang

Cakupan pemasa

ran

Kecanggihan proses produksi

Penguasaan

distribusi luar

negeri

Kepanjangan rantai nilai

Sifat keunggulan daya

saing

Status perkemba

ngan klaster

Kualitas pemasok

lokal

Kuantitas pemasok

lokal

Kecanggihan Bisnis

Kesiapan

teknologi

567.0 885.0 881.0 518.0 808.0 558.0 507.0 888.0 637.0 Ketersediaan

teknologi terbaru

586.0 866.0 866.0 541.0 573.0 557.0 577.0 847.0 668.0 Penyerapan

teknologi oleh perusahaan

606.0 667.0 671.0 050.0 777.0 744.0 755.0 630.0 701.0 PMA dan transfer

teknologi

628.0 546.0 554.0 606.0 677.0 641.0 711.0 502.0 471.0 Pengguna Internet

604.0 813.0 816.0 611.0 502.0 677.0 777.0 573.0 702.0 Pelanggan

Internet Pita Lebar

765.0 556.0 555.0 757.0 653.0 673.0 477.0 513.0 472.0 Pita Lebar

Internet

Tabel 15 Ringkasan Analisis Korelasi Kanonik

Tabel 15 menunjukkan variasi data yang diperoleh dengan CCA. Varian yang dihasilkan untuk "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" menunjukkan bahwa 90,33% dari akar kanonik tercakup oleh variasi internal "Kesiapan Tekno-

logi", sementara itu 100% dari akar kanonik tercakup oleh variasi internal "Kecanggihan Bisnis". Hasil statistik ini sangat bisa dipertimbangkan dan mendukung pemanfaatan CCA.

139=N Kesiapan Teknologi Kecanggihan Bisnis

Jumlah variabel 6 9

Extracted Varians 100% 90.33%

Indeks redundansi 71.02% 68.80%

Variabel : 1 Ketersediaan teknologi terbaru Kuantitas pemasok lokal 2 Penyerapan teknologi oleh perusahaan Kualitas pemasok lokal

3 PMA dan transfer teknologi Status perkembangan klaster 4 Pengguna Internet Sifat keunggulan daya saing

5 Pelanggan Internet Pita Lebar Kepanjangan rantai nilai

6 Pita Lebar Internet Penguasaan distribusi luar negeri 7 Kecanggihan proses produksi

8 Cakupan pemasaran 9 Pendelegasian wewenang

Page 10: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 52 GLOBAL COMPETITIVENESS

Tabel 16 Pengujian Statistik

Tingkat analisis korelasi kanonik biasa yang memiliki arti untuk interpretasi adalah sebesar 0,05. Seperti yang ditampilkan dalam Tabel 16, P-value digunakan untuk penelitian ini; dimana variabel kanonik pertama dan kedua secara statistik memiliki arti. Selain itu, uji statistik lain seperti "Lambda Prime" dan "X2” membuktikan

hasil penelitian penulis. Berdasarkan Diagram 1, penulis telah mempertim-bangkan variabel-variabel kanonik perta-ma dan mengabaikan interpretasi dari variabel-variabel kedua, sehubungan nilai cross loading dan indeks redundansinya yang lemah.

Diagram 1 Korelasi berpasangan antara variabel-variabel kanonik pertama

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, kita fokus pada Tabel 14 dan 15. Tingkat pentingnya hubungan antara "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" di-tentukan oleh korelasi kanonik (Rc) dan Eigen value (Rc

2).

Berdasarkan Tabel 16, variabel pertama Rc adalah 95,19% dan Rc

2 adalah 90,61%. Karena Rc tidak bisa langsung menye-diakan varians bersama, maka digunakan indeks redundansi. Indeks redundansi untuk Rc

2 adalah dalam bentuk analisis regresi berganda.

Canonical roots

Chi-square Tests With Successive Roots Removed

Canonical R Canonical R2 Chi-sqr df P

Lambda Prime

0 0.951941 0.906192 401.671 54 0.00000 0.045512

1 0.484441 0.234683 94.0267 40 0.00000 0.485157

2 0.415852 0.172933 59.2562 28 0.00051 0.633930

3 0.374804 0.140478 34.5731 18 0.01072 0.766480

4 0.270539 0.073191 14.8938 10 0.13604 0.891751

5 0.194489 0.037826 5.0128 4 0.28601 0.962174

Page 11: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 53 GLOBAL COMPETITIVENESS

Tabel 14 menunjukkan bahwa kita dapat memperkirakan perubahan lebih dari 68,80% "Kecanggihan Bisnis" dengan mempelajari perubahan-perubahan pada "Kesiapan Teknologi". Temuan ini menyebutkan hubungan yang berarti

antara variabel "Kesiapan Teknologi " dan variabel "Kecanggihan Bisnis". Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa variabel "Kesiapan Teknologi" memiliki dampak positif terhadap variabel "Kecanggihan Bisnis".

Tabel 17 Canonical loading dan canonical cross loading bagi variabel-variabel kanonik yang berarti dalam “Kesiapan Teknologi” & “Kecanggihan Bisnis”

Canonical Variable 1 Canonical Variable 2

Loading Cross

Loading

Loading Cross

Loading

Kesiapan Teknologi Ketersediaan teknologi terbaru 0.9631 0.9125 0.0221 0.1244

Penyerapan teknologi oleh perusahaan 0.9308 0.8820 0.3129 0.2311 PMA dan transfer teknologi 0.6971 0.6401 0.1409 0.1278

Pengguna Internet 0.8271 0.7721 -0.1515 -0.0832 Pelanggan internet pita lebar 0.8779 0.8177 -0.3573 -0.3903

Internet pita lebar 0.8420 0.7932 -0.3772 0.1688

Extracted variance (%) 74.07 6.85 Kecanggihan Bisnis

Kuantitas pemasok lokal 0.6877 0.6145 0.2293 0.1328

Kualitas pemasok lokal 0.9367 0.8566 0.0332 0.0807

Status perkembangan klaster 0.7654 0.7059 0.4202 0.3212 Sifat keunggulan daya saing 0.8373 0.7702 0.1730 0.1123

Kepanjangan rantai nilai 0.8721 0.8111 0.759 0.0923

Penguasaan distribusi luar negeri 0.7817 0.7236 0.3287 0.1187 Kecanggihan proses produksi 0.9744 0.9151 0.0603 0.0833

Cakupan pemasaran 0.9749 0.9192 -0.0079 -0.013

Pendelegasian wewenang 0.8183 0.7456 0.4478 0.3212

Extracted variance (%) 74.07% 6.85% Redundancy index (%) 66.24% 1.5%

Untuk menjawab sub-pertanyaan kedua dan ketiga, penulis menggunakan cross loading kanonik untuk mengevaluasi pentingnya setiap kriteria dalam variabel kanonik yang berarti. Pada umumnya, seorang peneliti menghadapi pilihan interpretasi atas fungsi-fungsi yang menggunakan bobot kanonik (koefisien standar), canonical loading (korelasi struktur) atau canonical cross loading. Sementara itu, jika dapat memilih, disarankan agar canonical cross loading lebih unggul daripada canonical loading, yang pada gilirannya lebih unggul dari bobot kanonik (Hair et al., 1998).

Berdasarkan Tabel 17, semua variabel dalam kedua kumpulan variabel memiliki cross loading kanonik yang tinggi dalam menciptakan sebuah variabel kanonik dalam kumpulan variabelnya masing-masing. Jadi semua variabel sangat efektif dalam menciptakan hubungan yang berarti antara kumpulan variabel "Kesia-pan Teknologi" dengan kumpulan variabel "Kecanggihan Bisnis". Dalam kumpulan variabel "Kesiapan Teknologi", variabel "Ketersediaan teknologi terbaru", "Penyerapan teknologi oleh perusahaan", dan "Pelanggan Internet pita lebar" memberikan dampak tertinggi sedangkan "PMA dan transfer teknologi"

Page 12: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 54 GLOBAL COMPETITIVENESS

memberikan dampak terendah dalam menciptakan hubungan tersebut. Selanjutnya, diantara variabel "Kecang-gihan Bisnis", variabel "Cakupan pema-saran", "Kecanggihan Proses Produksi" dan "Kualitas pemasok lokal" membe-rikan dampak tertinggi, sedangkan "Kuantitas pemasok lokal" memberikan dampak terendah dalam menciptakan hubungan tersebut. Selain itu, berda-sarkan tingginya jumlah cross loading kanonik pada kedua kumpulan variabel, kita dapat menyimpulkan bahwa variabel "Kesiapan Teknologi" memiliki dampak positif terhadap variabel "Kecanggihan Bisnis". Untuk validitas CCA, penulis menggunakan analisis sensitivitas atas variabel-variabel independen. Untuk validasi tersebut, penulis menghilangkan salah satu dari variabel "Kesiapan Tek-nologi" setiap waktu dan meman-faatkan CCA. Hasil yang diperoleh meng-gambarkan tidak adanya perubahan pengamatan terkait struktur koefisien variabel-variabel. Dengan demikian, penulis yakin bahwa data tersebut adalah valid.

RINGKASAN DAN PENUTUP

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" dengan meng-gunakan CCA berdasarkan data laporan GCI tahun 2010. Dalam pengerjaannya, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan terkait dengan Daya Saing, GCI, "Kesiapan Teknologi", "Kecanggihan Bisnis", dan CCA. Selanjutnya, penulis menggunakan data laporan GCI tahun 2010 untuk melakukan analisis sekunder. Populasi statistik dalam penelitian ini adalah 139 negara yang datanya terdapat dalam laporan GCI tahun 2010. Terakhir, penulis menggunakan Analisis Korelasi Kanonik (CCA) dengan menggunakan perangkat lunak SAS9 sehingga hasil analisis pun diperoleh.

Menurut hasil penelitian, ada hubungan yang berarti antara variabel dari pilar "Kesiapan Teknologi" dan variabel dari pilar "Kecanggihan Bisnis", dan bahwa variabel dari pilar "Kesiapan Teknologi" memiliki dampak positif pada variabel dari pilar "Kecanggihan Bisnis". Di antara variabel dari pilar "Kesiapan Teknologi", variabel "Ketersediaan teknologi ter-baru", "Penyerapan teknologi oleh perusahaan", dan "Pelanggan Internet Pita Lebar", memiliki dampak yang paling tinggi pada penciptaan hubungan yang berarti. Sedangkan di antara variabel dari pilar "Kecanggihan Bisnis", variabel "Cakupan pemasaran", "Kecanggihan proses produksi" dan "Kualitas pemasok lokal" memiliki dampak yang paling tinggi pada penciptaan hubungan yang berarti. Pengenalan yang baik terhadap indeks daya saing nasional memberikan kemam-puan yang memadai bagi para pelaku industri untuk menganalisis situasi dan kondisi lingkungan negara mereka sendiri dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan dan bahkan dengan negara-negara lain di dunia. Secara umum, hasil penelitian ini meningkatkan pengetahuan kita tentang hubungan antara faktor "Kesiapan Teknologi" dan "Kecanggihan Bisnis" dalam daya saing global.

DAFTAR PUSTAKA

Baloglu, S., Weaver, P. dan McCleary, K. W. (1778), “Overlapping product-benefit segments in the lodging industry: a canonical correlation approach”, International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 10 No. 4, hal. 159–166

Bou-Llusar, J. C., Escrig-Tena, A. B., Roca-Puig, V. dan Beltra΄n-Marti΄n, I. (2005), "To what extent do enablers explain results in the EFQM excellence model", International Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 22 No. 4, hal. 337-353

Page 13: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 55 GLOBAL COMPETITIVENESS

De Vaus, D. (2002), Surveys in Social Research (5th ed.), London: Routledge.

Dutta, S. K. (2005), “Enhancing competitiveness of India Inc.: Creating linkages between organizational and national competitiveness”, International Journal of Social Economics, Vol. 34 No. 9, hal. 679-711

Feldman, M. P. (1999), "The New Economics of Innovation, Spillovers and Agglomeration: Areview of Empirical Studies", Economics of Innovation and New Technology, Vol. 8 No. 1-2, hal. 5 -25

Hair, J., Anderson, R. dan Tatham, R. A. (1998), Multivariate Data Analysis, New Jersey: Prentice Hall International.

Heap, J. (2005), “Stormy productivity weather ahead?”, International Journal of Productivity and Performance Management, 56, 170-177

Ivaniashvili-Orbeliani, G. (2009), “Globalization and National Competitiveness of Georgia”, Caucasian Review of International Affairs, Vol. 3 No. 1, hal. 70-85

Jafarnejad, A., Ghasemi, R., Abdullahi, B. dan Esmailzadeh, A. (2011), “Relationship between Macroeconomic environment and Technological readiness: A Secondary Analysis of Countries Global Competitiveness”, European Journal of Social Sciences, Vol. 1 No. 2, hal. 1-13

Jang, S. dan Ryu, K. (2006), “Cross-balance sheet interdependencies of restaurant firms: a canonical correlation analysis”, Hospitality Management, Vol. 25 No. 1, hal. 159–166.

Karimi-Hesenijeh, H. (2007), “Globalization, competitiveness and development of non-oil exports: Investigating causal relationship between the Iranian

economy”, Quarterly economic review, Vol. 4 No. 1, hal. 117-134

Khalil, T. M. (1999), Management of Technology: The key to competitiveness and wealth creation, New York: McGraw-Hill Science/Engineering/Math.

Kovacic, A. (2005), “Benchmarking the Slovenian competitiveness by system of indicators”, Benchmarking: An International Journal, Vol. 14 No. 5, hal. 553-574

LeClere, J. (2006), “Bankruptcy studies and ad hoc variable selection: a canonical correlation analysis”, Review of Accounting and Finance, Vol. 5 No. 4, hal. 410-422

Lima, M. A. M., Resende, M. dan Hasenclever, L. (2004), "Skill enhancement efforts and firm performance in the Brazilian chemical industry: An exploratory canonical correlation analysis research note", International Journal of Production Economics, Vol. 87 No. 2, hal. 149-155

Macinati, M. S. (2008), "The relationship between quality management systems and organizational performance in the Italian National Health Service", Health Policy, Vol. 85 No. 2, hal. 228-241

Mai, L., dan Ness M. R. (1777), “Canonical correlation analysis of customer satisfaction and future purchase of mail-order specialty food”, British Food Journal, Vol. 101 No. 11, hal. 857-870

McFetridge, D. G. (1995), “Competitiveness: concepts and measures. Industry Canada”, Occasional Paper Number 5, hal. 1-41

Mohaghar, A., Safari, H., Ghasemi, R., Abdullahi, B. dan Maleki, M. H. (2011), “Canonical Correlation Analysis between Supply Chain Relationship Quality and Supply Chain Performance: A Case Study in the Iranian Automotive Industry”,

Page 14: RELASI ANTARA KESIAPAN TEKNOLOGI DENGAN ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...daya saing nasional, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki interaksi antara dua pilar tersebut untuk

JOURNAL OF BUSINESS AND SYSTEM MANAGEMENT STIMIK ESQ Volume 1 Nomor 1, Februari 2014

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu Page 56 GLOBAL COMPETITIVENESS

European Journal of Social Sciences, Vol. 26 No. 1, hal. 132

Porter, M. E. (1990), The Competitive Advantage of Nations, New York: Free Press.

Porter, M. E. dan Schwab, K. (2008), The Global Competitiveness Report 2008-2009, Geneva: World Economic Forum.

Safari, H. dan Asgharizadeh, E. (2008), “Measuring competitive capacity of the National Petrochemical Company with Bayesian networks”, Journal of Industrial Management, Vol. 1 No. 1

Schwab, K. (2009). The Global Competitiveness Report 2009–2010. Geneva: World Economic Forum.

Schwab, K. (2010), The Global Competitiveness Report 2010–2011. Geneva: World Economic Forum.

Tutuncu, O. dan Kucukusta, D. (2009), "Canonical correlation between job satisfaction and EFQM business excellence model", Quality & Quantity, Vol. 44 No. 6, hal. 1227-1238

Vares, H., Parvandi, Y., Ghasemi, R. dan Abdullahi, B. (2011), “Canonical Correlation Analysis between “Efficiency enhancers” and “Innovation and sophistication factors” in Global Competitiveness”, European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, No. 31. Hal.123-132