Referat anestesi
-
Upload
mekki-lazir-ilhdaf -
Category
Documents
-
view
26 -
download
3
description
Transcript of Referat anestesi
ANESTESIA DALAM PERSALINAN
Winda Levisa Slamet*, Purwito Nugroho **
ABSTRACT
One and a half centuries later, the maternal and fetal effects of analgesia during labor remain central to discussions among patients, anesthesiologists, and obstetrical caregivers. A number of randomized trials have sought to address the effects of different strategies for analgesia on maternal and fetal outcomes. Despite this effort, it has become increasingly clear that potentially unwanted effects of analgesia for women in labor and their children cannot be determined easily. Remaining controversies in obstetrical anesthesia include that over the effects of regional anesthesia on the progress and outcome of labor, as well as that over its effects on the neonate. In this article we will concentrate on advances in the administration of epidural, spinal, or combined spinal–epidural analgesia during labor.
However, there are many other methods of pain management that may be chosen by women in labor, such as opioids,2 hydrotherapy, hypnotherapy, the use of labor-support personnel, massage, movement and positioning, and sterile-water blocks, among others. These alternative methods can be used successfully either alone or in conjunction with epidural analgesia. In addition, successful relief of labor pain in itself is not necessarily associated with high levels of satisfaction on the part of parturient women.4,5 Factors such as the woman's involvement in decision making, social and cultural factors, the woman's relationship with her caregivers, and her expectations regarding labor may be equally, if not more, important.Keyword: anesthesia, labor and deliver, obstetrical caregiver
Abstrak
Sudah satu setengah abad, efek ibu dan janin dari analgesia selama persalinan tetap menjadi pusat diskusi antara pasien, ahli anestesi, dan perawat obstetri. Sejumlah percobaan acak telah berusaha untuk mengatasi dampak dari strategi yang berbeda untuk analgesia pada hasil ibu dan janin. Meskipun upaya ini, telah menjadi semakin jelas bahwa efek yang mungkin tidak diinginkan analgesia untuk persalinan dan anak-anak mereka tidak dapat ditentukan dengan mudah. Sisa kontroversi pada anestesi obstetri termasuk bahwa lebih dari efek anestesi regional tentang kemajuan dan hasil kerja, serta yang lebih dampaknya pada neonatus. Dalam artikel ini kita akan berkonsentrasi pada kemajuan dalam administrasi epidural, spinal, atau gabungan analgesia spinal-epidural selama persalinan.
Namun, ada banyak metode lain dari manajemen nyeri yang dapat dipilih oleh perempuan dalam tenaga kerja, seperti opioid, 2 hidroterapi, hipnoterapi, penggunaan tenaga kerjapijat, gerakan dan posisi, dan blok steril air , di antara orang lain.3 metode alternative ini dapat digunakan dengan sukses baik sendiri atau bersama dengan analgesia epidural. Selain itu, bantuan berhasil nyeri persalinan itu sendiri tidak selalu berhubungan dengan tingkat kepuasan yang tinggi pada bagian dari Faktor nifas women.4,5 seperti keterlibatan wanita dalam pengambilan keputusan, faktor sosial dan budaya, hubungan wanita dengan pengasuh nya , dan harapannya mengenai tenaga kerja mungkin sama, jika tidak lebih, penting. Kata kunci : anestesi, persalinan, obstetri
* Coassistant Anestesi FK UNTAR** Dokter Spesialis Anestesiologi BLUD RSUD Kota Semarang
1
PENDAHULUAN
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan nyeri dan rumatan pasien selama,
sebelum dan sesudah pembedahan. Anestesi berasal dari kata yunani an “tidak atau tanpa”,
aesthtos “persepsi, kemampuan untuk merasa”. Anestesi diartikan secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama oleh
Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.1
Di negara maju, pasien sudah terbiasa mendapatkan analgetika untuk mengurangi rasa
sakit pada saat persalinan, yaitu dengan penggunaan anestesia lokal dan umum. Di Indonesia,
rasa sakit waktu persalinan masih dapat ditolerir ibu sampai saat persalinan bayi berlangsung,
tetapi (pada umumnya) parturien tidak dapat menahan rasa sakit pada waktu dilakukan
penjahitan terhadap luka episiotomi. Di samping itu, anestesia lokal atau umum memang
diperlukan oleh penolong persalinan, sehingga dapat melakukan tugasnya dengan baik,
tenang dan aman.2
Nyeri pada proses persalinan terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata,
yang dapat dikatagorikan sebagai nyeri akut. Nyeri persalinan terbagi atas 4 tahap yaitu :
Tahap I (Pembukaan) yang diakibatkan oleh kontraksi rahim dan peregangan mulut
rahim.
Tahap II (Pelahiran) nyeri yang timbul akibat peregangan dasar panggul dan tidak
jarang sebagai akibat pengguntingan (episiotomi) jika diperlukan.
Tahap III (Pelepasan Plasenta) memberikan sensasi nyeri yang sangat minimal.
Tahap IV, nyeri yang timbul lebih merupakan akibat penjahitan luka perineum akibat
robekan dengan atau tanpa episiotomi.2
Tindakan anestesia lokal maupun umum ini dapat dilakukan sendiri oleh dokter yang
menolong persalinan. Sering kali tindakan anestesi hanya memerlukan waktu anestesia yang
sangat singkat. Terlebih lagi, bila tempat dimana ia bekerja belum ada seorang teman sejawat
yang ahli anstesia.3
2
Ahli obstetri dan ginekologi bertanggung jawab terhadap anelgetik/sedasi dan blok
regional sepanjang persalinan. Petunjuk The American Society of Anesthesiologists untuk
ketetapan analgetik/sedasi bagi kalangan non-ahli anestesi memberikan rekomendasi yang
bermanfaat untuk memaksimalkan keamanan pasien selama prosedur persalinan2.
Tehnik analgetik untuk pasien-pasien obstetri dan ginekologi termasuk infiltrasi lokal
dan blok regional dengan atau tanpa sedasi, agen parenteral dan blokade neuro-aksial
sepanjang persalinan, dan anestesi umum untuk pembedahan yang lebih ekstensif dan,
adakalanya, untuk persalinan sesar. The American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) dan the American Society of Anesthesiologists (ASA) telah
menetapkan ketetapan yang tepat pada layanan anestesi di seluruh rumah sakit yang
menyediakan perawatan obstetri.2
FISIOLOGI PERSALINAN
Sistem Pernapasan
Perubahan pada fungsi pulmonal, ventilasi dan pertukaran gas. Functional residual
capacity menurun sampai 15-20 %, cadangan oksigen juga berkurang. Pada saat persalinan,
kebutuhan oksigen (oxygen demand) meningkat sampai 100%.2
Menjelang atau dalam persalinan dapat terjadi gangguan / sumbatan jalan napas pada
30% kasus, menyebabkan penurunan PaO2 yang cepat pada waktu dilakukan induksi anestesi,
meskipun dengan disertai denitrogenasi. Ventilasi per menit meningkat sampai 50%,
memungkinkan dilakukannya induksi anestesi yang cepat pada wanita hamil.2
Sistem kardiovaskular
Peningkatan isi sekuncup / stroke volume sampai 30%, peningkatan frekuensi denyut
jantung sampai 15%, peningkatan curah jantung sampai 40%. Volume plasma meningkat
sampai 45% sementara jumlah eritrosit meningkat hanya sampai 25%, menyebabkan
terjadinya dilutional anemia of pregnancy2.
Meskipun terjadi peningkatan isi dan aktifitas sirkulasi, penekanan / kompresi vena
cava inferior dan aorta oleh massa uterus gravid dapat menyebabkan terjadinya supine
hypertension syndrome. Jika tidak segera dideteksi dan dikoreksi, dapat terjadi penurunan
vaskularisasi uterus sampai asfiksia janin2.
Pada persalinan, kontraksi uterus/his menyebabkan terjadinya autotransfusi dari
plasenta sebesar 300-500 cc selama kontraksi. Beban jantung meningkat, curah jantung 3
meningkat, sampai 80%. Perdarahan yang terjadi pada partus pervaginam normal bervariasi,
dapat sampai 400-600 cc. Pada sectio cesarea, dapat terjadi perdarahan sampai 1000 cc.
Meskipun demikian jarang diperlukan transfusi. Hal itu karena selama kehamilan normal
terjadi juga peningkatan faktor pembekuan VII, VIII, X, XII dan fibrinogen sehingga darah
berada dalam hypercoagulable state.2
Ginjal
Aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus meningkat sampai 150% pada
trimester pertama, namun menurun sampai 60% di atas nonpregnant state pada saat
kehamilan aterm. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh aktifitas hormon progesteron.
Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap
normal. Pasien dengan pre-eklampsia mungkin berada dalam proses menuju kegagalan fungsi
ginjal meskipun pemeriksaan laboratorium mungkin menunjukkan nilai normal.2
Sistem gastrointestinal
Uterus gravid menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan sudut
gastroesophageal junction, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya regurgitasi dan
aspirasi pulmonal isi lambung. Sementara itu terjadi juga peningkatan sekresi asam lambung,
penurunan tonus sfingter esophagus bawah serta perlambatan pengosongan lambung. Enzim-
enzim hati pada kehamilan normal sedikit meningkat.2
Kadar kolinesterase plasma menurun sampai sekitar 28%, mungkin akibat hemodilusi
dan penurunan sintesis. Pada pemberian suksinilkolin dapat terjadi blokade neuromuskular
untuk waktu yang lebih lama. Lambung harus selalu dicurigai penuh berisi bahan yang
berbahaya (asam lambung, makanan) tanpa memandang kapan waktu makan terakhir.2
Sistem saraf pusat
Akibat peningkatan endorfin dan progesteron pada wanita hamil, konsentrasi obat
inhalasi yang lebih rendah cukup untuk mencapai anestesi, kebutuhan halotan menurun
sampai 25%, isofluran 40%, metoksifluran 32%. Pada anestesi epidural atau intratekal
(spinal), konsentrasi anestetik lokal yang diperlukan untuk mencapai anestesi juga lebih
rendah. Hal ini karena pelebaran vena-vena epidural pada kehamilan menyebabkan ruang
subarakhnoid dan ruang epidural menjadi lebih sempit.2
4
Faktor yang menentukan yaitu peningkatan sensitifitas serabut saraf akibat
meningkatnya kemampuan difusi zat-zat anestetik lokal pada lokasi membran reseptor
(enhanced diffusion).2
Transfer obat dari ibu ke janin melalui sirkulasi plasenta
Juga menjadi pertimbangan, karena obat-obatan anestesi yang umumnya merupakan
depresan, dapat juga menyebabkan depresi pada janin. Harus dianggap bahwa semua obat
dapat melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin.2
TEKNIK ANESTESI
Prinsip teknik anestesi harus memenuhi kriteria:
1. Sifat anelgetik yang cukup kuat.
2. Tidak menyebabkan trauma psikis terhadap ibu.
3. Toksisitas rendah aman terhadap ibu dan bayi.
4. Tidak mendepresi janin.
5. Relaksasi otot tercapai tanpa relaksasi rahim.4,5
Risiko yang mungkin timbul pada saat penatalaksanaan anestesi adalah sebagai berikut:
1. Adanya gangguan pengosongan lambung.
2. Terkadang sulit dilakukan intubasi.
3. Kebutuhan oksigen meningkat.
4. Pada sebagian ibu hamil, posisi terlentang (supine) dapat menyebabkan hipotensi
sehingga janin akan mengalami hipoksia/asfiksia.2,4,5
ANESTESI LOKAL
Jenis-jenis Anestesia Lokal
o Infiltrasi langsung di sekitar luka
5
Inervasi saraf di sekitar perineum berasal dari nervus pudendus. Untuk luka perineum
tingkat pertama dan kedua, cukup dilakukan infiltrasi lokal di sekitar lokasi jahitan luka.
Bahan analgetik yang lazim dipergunakan adalah lidokain (2-3 ampul, untuk sisi kanan
dan kiri). Selanjutnya ditunggu dua menit, dan jahitan terhadap luka episiotomi dapat
dilakukan dengan aman dan tenang3.
o Blok nervus pudendus.
Nervus pudendus menyarafi otot levator ani, dan otot perineum profunda serta
superfisialis. Dengan memblok saraf pudendus, akan tercapai anestesi setempat sehingga
memudahkan operator untuk melakukan reparasi terhadap perineum yang mengalami
robekan.3
Teknik blok saraf pudendus:
o Siapkan 10 cc larutan lidokain 0,5-1% untuk anestesi.
o Tangan kanan dimasukkan kedalam vagina untuk mencapai spina iskiadika.
o Jarum suntik ditusukkan sampai menembus ujung ligamentum sakrospinarium, tepat
dibelakang spina iskiadika.
o Kemudian jarum diarahkan agak ke inferolateralis, dilakukan aspirasi, untuk
menghindarkan masuknya obat anestesi lokal ke dalam pembuluh darah.
o Suntikan diberikan sebanyak 10 cc dan ditunggu selama 2-5 menit sehingga efek
anestesi tercapai3-5.
o Blok servikal
Lidokain 1% sebanyak 10 cc disuntikkan di bagian kanan dan kiri (pada jam 3 & 9),
sehingga didapat efek anestesi yang bersifat singkat. Setelah penyuntikan dilakukan,
tunggulah beberapa saat (3-5 menit) untuk mencapai keadaan anestetik, kemudian
tindakan intrauterin dapat dilakukan3-5.
Komplikasi Anestesia Lokal
Komplikasi terjadi bila anestesia lokal masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga
menimbulkan intoksikasi susunan saraf pusat. Oleh karena itu harus dilakukan upaya untuk
6
menghindarkan masuknya obat anestesi ke dalam pembuluh darah, dengan jalan melakukan
aspirasi, sebelum penyuntikan dilakukan.3-5
Gejala intoksikasi obat anestesi lokal adalah :
o Pusing dan kepala terasa ringan.
o Tinitus
o Perilaku aneh
o Kejang-kejang
o Terdapat gangguan pernapasan
o Intoksikasi pada sistem kardiovaskuler, dengan gejala/tanda sebagai berikut :
Awalnya, hipertensi dan takikardi, kemudian diikuti hipotensi dan bradikardi.
Sekunder, perfusi jaringan terganggu.3-5
Penanganan Intoksikasi Obat Anestesi Lokal yang masuk ke Pembuluh Darah
Bila terjadi kejang, dapat diatasi dengan memberikan :
o Pentotal
o Valium
Bila terjadi gangguan pada sistem kardiovaskuler:
o Berikan infus secepatnya.
o Berikan efedrin hingga tekanan darah naik.
Konsultasi dengan dokter ahli anestesia, sehingga pasien mendapat pengobatan yang
tepat.
Bila keadaan pasien gawat, maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai
fasilitas cukup.
Apabila dalam melakukan pertolongan sederhana, diperkirakan dapat terjadi komplikasi
yang serius, maka pasien perlu dipasangi infus, karena akan memudahkan dokter untuk
memberikan obat-obat antidotum.3-5
ANESTESI INTRAVENA
Indikasi:
7
1. Gawat janin.
2. Ada kontraindikasi atau keberatan terhadap anestesia regional.
3. Diperlukan keadaan relaksasi uterus.3-5
Keuntungan:
1. Induksi cepat.
2. Pengendalian jalan napas dan pernapasan optimal.
3. Risiko hipotensi dan instabilitas kardiovaskular lebih rendah.3-5
Kerugian :
1. Risiko aspirasi pada ibu lebih besar.
2. Dapat terjadi depresi janin akibat pengaruh obat.
3. Hiperventilasi pada ibu dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan asidosis pada
janin.
4. Kesulitan melakukan intubasi tetap merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas maternal3-5.
Macam-Macam Anestesia Intravena
Pentotal
Penggunaan pentotal dalam bidang obstetri dan ginekologi banyak ditujukan untuk
induksi anestesia umum dan sebagai anestesia singkat3-5.
Dosis pentotal:
Dosis pentotal yang dianjurkan adalah 5 mg/kg BB dalam larutan 2,5% dengan pH 10.8,
tetapi sebaiknya hanya diberikan 50-75 mg.
Keuntungan pentotal:
o Cepat menimbulkan rasa mengantuk (sedasi) dan tidur (hipnotik).
o Termasuk obat anestesi ringan dan kerjanya cepat.
o Tidak terdapat delirium8
o Cepat pulih tanpa iritasi pada mukosa saluran napas.3-5
Komplikasi pentotal:
o Lokal (akibat ekstravasasi), dapat menyebabkan nekrosis.
o Rasa panas (bila pentotal langsung masuk ke pembuluh darah arteri)
o Depresi pusat pernapasan
o Reaksi vertigo, disorientasi, dan anfilaksis.3-5
Kontraindikasi pentotal
Pentotal merupakan kontraindikasi pada pasien-pasien yang disertai keadaan berikut:
o Gangguan pernafasan
o Gangguan fungsi hati dan ginjal
o Anemia
o Alergi terhadap pentotal.3-5
Apabila dilakukan anestesi intravena menggunakan pentotal, sebaiknya pasien dirawat inap
karena efek pentotal masih dijumpai dalam waktu 24 jam, dan hal ini membahayakan bila
pasien sedang dalam perjalanan.3-5
o Ketamin
Ketamin termasuk golongan non barbiturat dengan aktivitas “rapid setting general
anaesthesia”, dan diperkenalkan oleh Domine dan Carses pada tahun 1965.3-5
Sifat ketamin :
o Efek analgetiknya kuat
o Efek hipnotiknya ringan
o Efek disosiasinya berat, sehingga menimbulkan disorientasi dan halusinasi
9
o Mengakibatkan disorientasi (pasien gaduh, berteriak)
o Tekanan darah intrakranial meningkat
o Terhadap sistemkardiovaskuler, tekanan darah sistemikmeningkat sekitar20-25%
o Menyebabkan depresi pernapasan yang ringan (vasodilatasi bronkus).3-5
Premedikasi pada anestesia umum ketamin
Pada anestesia umum yang menggunakan ketamin, perlu dilakukan premedikasi dengan
obat-obat sebagai berikut:
Sulfas atropin, untuk mengurangi timbulnya rasa mual / muntah
Valium, untuk mengurangi disorientasi dan halusinasi.3-5
Dosis ketamin
o Dosis ketamin yang dianjurkan adalah 1-2 mg/kg BB, dengan lama kerja sekitar
10-15 menit.
o Dosis ketamin yang dipakai untuk tindakan (dilatasi dan kuretase) atau untuk
reparasi luka episiotomi cukup 0,5 – 1 mg/Kg BB.3-5
Indikasi Anestesi Ketamin
o Pada opersasi obstetri dan ginekologi yang ringan dan singkat
o Induksi anastesia umum
o Bila ahli anastesia tidak ada, sedangkan dokter memerlukan tindakan anastesi
yang ringan dan singkat.3-5
Kontra indikasi anastesi ketamin (Ketalar)
o Hipertensi yang melebihi 150 / 100 mmHg
o Dekompensasi kordis
o Kelainan jiwa.3-5
Komplikasi anastesia ketamin
o Terjadi disorientasi
10
o Mual / muntah, diikuti aspirasi yang dapat membahayakan pasien dan dapat
menimbulkan pneumonia. Untuk menghindari terjadinya komplikasi karena
tindakan anastesia sebaiknya dilakukan dalam keadaan perut / lambung kosong.3-5
o Valium
Anastesia analgesia dengan valium
Valium tergolong obat penenang (tranquilizer), yang bila diberikan dalam dosis rendah
bersifat hipnotis. Obat ini jarang digunakan secara sendiri (tunggal), dan selalu diberikan
secara IV bersama dengan ketamin, dengan tujuan mengurangi efek halusinasi ketamin.
Dosis Valium
10 mg IV atau IM. Bila digunakan untuk induksi anastesi, dosis nya sebesar 0,2 – 0,6
mg/kg BB.3-5
o Diprivan
Komposisi diprivan adalah sebagai berikut :
10 % minyak kacang kedelai
1,2 % fosfatida telur
2,25 % gliserol
Keseluruhannya merupakan larutan 1% dalam air, dalam bentuk emulsi.
Diprivan sangat baik karena tidak memerlukan obat premedikasi. Disamping itu
kesadaran pasien pulih dengan cepat, tanpa terjadi perubahan apapun. Diprivan juga tidak
menimbulkan depresi pusat pernafasan ataupun gangguan jantung. Oleh karenanya ketika
diprivan digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1977, obat ini langsung menduduki
tempat tertinggi untuk kepentingan operasi-operasi yang ringan dan singkat.3-5
ANESTESI REGIONAL
Pelaksanaan blok epidural (blok spinal) bersifat spesialistik, sehingga sebaiknya
diserahkan kepada dokter ahli anastesi. Sebagai gambaran, berikut ini dikemukakan beberapa
hal tentang anastesi epidural atau spinal.3
Obat anastesi yang banyak dipakai adalah :
Bupivacain (Marcain)
Lidokain11
Dalam melakukan tindakan kecil pada obstetri dan ginekologi, seperti : penjahitan kembali
luka episiotomi, dilatasi dan kuretase, atau biopsi dianjurkan untuk melakukan anastesi secara
intravena (lebih mudah dan aman).3
Di negara yang sudah maju, kebanyakan kasus persalinannya memerlukan tindakan anastesi
lumbal, sakral, atau kaudal.
Analgesi/blok epidural (lumbal) : sering digunakan untuk persalinan per vaginam.
Anestesi epidural atau spinal : sering digunakan untuk persalinan per abdominam/sectio
cesarea.
Keuntungan :
o Mengurangi pemakaian narkotik sistemik sehingga kejadian depresi janin dapat
dicegah/dikurangi.
o Ibu tetap dalam keadaan sadar dan dapat berpartisipasi aktif dalam persalinan.
o Risiko aspirasi pulmonal minimal (dibandingkan pada tindakan anestesi umum)
o Jika dalam perjalanannya diperlukan sectio cesarea, jalur obat anestesia regional sudah
siap.6
Kerugian:
o Hipotensi akibat vasodilatasi (blok simpatis)
o Waktu mula kerja (time of onset) lebih lama
o Kemungkinan terjadi sakit kepala pasca pungsi.
o Untuk persalinan per vaginam, stimulus nyeri dan kontraksi dapat menurun, sehingga
kemajuan persalinan dapat menjadi lebih lambat.6
Kontraindikasi :
o Pasien menolak.
o Insufisiensi utero-plasenta.
o Syok hipovolemik.
o Infeksi / inflamasi / tumor pada lokasi injeksi.
12
o Sepsis.
o Gangguan pembekuan.
o Kelainan SSP tertentu.6
Teknik :
o Pasang line infus dengan diameter besar, berikan 500-1000 cc cairan kristaloid (Ringer
Laktat).
o 15-30 menit sebelum anestesi, berikan antasida.
o Observasi tanda vital.6
Epidural: posisi pasien lateral dekubitus atau duduk membungkuk, dilakukan pungsi antara
vertebra L2-L5 (umumnya L3-L4) dengan jarum/trokar. Ruang epidural dicapai dengan
perasaan “hilangnya tahanan” pada saat jarum menembus ligamentum flavum.
Spinal / subaraknoid7,8 : posisi lateral dekubitus atau duduk, dilakukan punksi antara L3-L4
(di daerah cauda equina medulla spinalis), dengan jarum / trokar. Setelah menembus
ligamentum flavum (hilang tahanan), tusukan diteruskan sampai menembus selaput
duramater, mencapai ruangan subaraknoid. Identifikasi adalah dengan keluarnya cairan
cerebrospinal, jika stylet ditarik perlahan-lahan.
Kemudian obat anestetik diinjeksikan ke dalam ruang epidural / subaraknoid.
Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi, menggunakan jarum
halus atau kapas.
Jika dipakai kateter untuk anestesi, dilakukan fiksasi. Daerah punksi ditutup dengan kasa dan
plester.
Kemudian posisi pasien diatur pada posisi operasi / tindakan selanjutnya.7,8
Obat anestetik yang digunakan: Lidokain 1-5%, Khlorprokain 2-3% atau Bupivacain 0.25-
0.75%. Dosis yang dipakai untuk anestesi epidural lebih tinggi daripada untuk anestesi
spinal.7,8
Komplikasi yang mungkin terjadi:
13
o Jika terjadi injeksi subarakhnoid yang tidak diketahui pada rencana anestesi epidural,
dapat terjadi total spinal anesthesia, karena dosis yang dipakai lebih tinggi. Gejala
berupa nausea, hipotensi dan kehilangan kesadaran, dapat sampai disertai henti napas
dan henti jantung. Pasien harus diatur dalam posisi telentang / supine, dengan uterus
digeser ke kiri, dilakukan ventilasi O2 100% dengan mask disertai penekanan tulang
cricoid, kemudian dilakukan intubasi. Hipotensi ditangani dengan memberikan cairan
intravena dan ephedrine.6-8
o Injeksi intravaskular ditandai dengan gangguan penglihatan, tinitus, dan kehilangan
kesadaran. Kadang terjadi juga serangan kejang. Harus dilakukan intubasi pada
pasien, menggunakan 1.0 – 1.5 mg/kgBB suksinilkolin, dan dilakukan hiperventilasi
untuk mengatasi asidosis metabolik.6-8
o Komplikasi neurologik yang sering adalah rasa sakit kepala setelah pungsi dura.
Terapi dengan istirahat baring total, hidrasi (>3 L/hari), analgesik, dan pengikat /
korset perut (abdominal binder).6-8
ILA (INTRATHECAL LABOUR ANALGESIA)
Definisi
ILA adalah suatu teknik untuk mengurangi rasa nyeri pada saat melahirkan dengan
cara menyuntikan obat penghilang rasa sakit yang disuntikan kedalam ruang spinal ibu dan
proses persalinan berjalan seperti biasa. Penyuntikan obat dilakukan saat ibu sudah mulai
memasuki tahap awal persalinan. Setelah obat bekerja, nyeri pada tiap his akan sangat
berkurang. Terkadang terasa sensasi kesemutan pada kedua tungkai dan terasa agak lemas,
tapi sifatnya sementara.9
Prosedur
Penyuntikan obat dilakukan saat persalinan mulai masuk pada saat pembukaan 4-5
cm, ditandai kontraksi yang teratur serta rasa nyeri. Obat ini disuntikan saat posisi ibu
duduk.7
Kelebihan
14
o Ibu tetap bisa merasakan kontraksi.
o Rasa sakit saat persalinan hilang, tetapi ibu tetap dapat mengejan dan merasakan
peregangan ketika bayi akan keluar.
o Ibu dapat mengejan lebih rileks dan nyaman.
o Tidak menyebabkan depresi nafas pada janin maupun ibu.
o Menggunakan jarum kecil dan sedikit obat.
o Biaya tidak semahal operasi.
o Proses melahirkan berlangsung secara spontan.9,10
Kontra indikasi
o Dugaan disproporsi kepala panggul .
o Penolakan oleh pasien.
o Perdarahan aktif.
o Infeksi disekitar tempat suntikan.
o Kelainan pembekuan darah.9,10
Efek Samping
o Mual dan muntah.
o Hipotensi.
o Gatal-gatal ringan.
o Memperpanjang kala I dan II persalinan.
o Meningkatkan penggunakan oksitosin untuk akselerasi persalinan.
o Meningkatkan penggunaan instrumentasi pada kelahiran dengan menggunakan
vakum atau forsep.9,10
15
Komplikasi
o Hipotensi.
o Sakit kepala.
o Retensio urin.9,10
WELA (WALKING EPIDURAL LUMBAR ANAGESIA)
Definisi
Merupakan teknik persalinan bebas nyeri yang menggunakan teknik seperti analgesi
epidural, dimana ibu dapat melakukan persalinan bebas nyeri, ibu tetap dapat mengejan dan
dapat bergerak. WELA dilakukan saat proses persalinan telah terjadi yaitu ditandai dengan
adanya kontraksi rahim dan rasa nyeri, biasanya dilakukan setelah pembukaan serviks 2 cm.
Pada teknik ini obat analgesi disuntikan melalui interspace L2-3 atau L3-4 menuju ruang
epidural. Adapun blok yang diinginkan setinggi T10-S5 yang mempersarafi uterus dan jalan
lahir pada proses persalinan.9
Persyaratan
o Atas permintaan pasien.
o Ibu tidak memiliki panggul sempit, tidak pernah melakukan SC sebelumnya.
o Dilahirkan dikamar bersalin rumah sakit yang memiliki alat-alat kelengkapan
resusitasi atau alat emergensi.
o Mengisi dan menandatangani persetujuan tindakan.
o Dilakukan oleh dokter spesialis anestesi.10
Metode Pemberian
16
o Metode standar dengan injeksi bolus epidural.
Merupakan blok lengkap yaitu memblok saraf spinalis T10-S5. Pada kala I yang
diberikan adalah Bupivacain 0,125% atau Naropin 0,225%.10
o Continous Epidural Infusion.
Menggunakan infuse 6-8ml/jam Naropin 2mg/ml dapat meminimalkan total bolus
yang diberikan.10
o Patient-Controled Epidural Analgesia (PCEA).
Merupakan metode dengan memberikan pasien keleluasaan untuk menambah obat
yang dimasukkan melalui epidural kateter ketika merasakan nyeri.10
Komplikasi
o Hipotensi.
o High blockade.
o Menggigil.
o Mual dan muntah.10
Indikasi
o Pasien yang merasakan nyeri sekali dalam persalinan.
o Persalinan kala I yang lama dan nyeri sekali.
o Pasien dengan perasaan cemas dan takut.
o Atas permintaan pasien.
o Kehamilan dengan kelainan system kardiovaskular (eklamsi dan pre-eklamsi).
o Kehamilan dengan kelainan system pernapasan.10
Kontraindikasi
o Ibu menolak
17
o Infeksi lokal di tempat tusukan
o Kelainan koagulopati
o Alergi terhadap obat analgetik
o Bekas SC.10
WATER BIRTH
Water Birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, dimana
ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat (yang
dilakukan pada bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi.2
SEJARAH PERKEMBANGAN WATER BIRTH
Dokumen modern pertama ditemukan pada suatu desa di Perancis tahun 1805 dan
secara lengkap pada kumpulan jurnal medis di Perancis, dimana terjadi pengurangan yang
signifikan ibu bersalin dengan distosia (yang tidak mengalami kemajuan dalam proses
persalinannya) akan menjadi lebih progresif dengan menggunakan metode persalinan water
birth, di mana bayi akan lahir lebih mudah. Peneliti Rusia Igor Charkovsky yang meneliti
tentang keamanan dan kemungkinan manfaat water birth di Uni Soviet selama tahun 1960-
an. Pada akhir tahun 1960-an, ahli obstetri Perancis Frederick Leboter mengembangkan
teknik baru berendam di air hangat untuk memudahkan transisi bayi dari jalan lahir ke dunia
luar, dan dapat mengurangi efek trauma yang mungkin terjadi. Pada awal tahun 70-an Dr.
Michel Odent, kepala instalasi bedah rumah sakit Pithiviers, Perancis, pertama kali
memperkenalkan keuntungan dari persalinan dan kelahiran di dalam air. Ia mencatat bahwa
banyak wanita ingin menggunakan water birth selama persalinan untuk mendapatkan “ Labor
Became Easier, More Comfortable, Less Painful, And More Efficient”.2
Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa, dan
Kanada.11 Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, California Selatan yang di
pimpin oleh Dr. Michael Rosenthal menyarankan wanita untuk bersalin dan melahirkan di
air. Setelah 5 tahun akumulasi pengalaman water birth, pada tahun 1993 telah terjadi 1000
18
kelahiran, di Odent’s Birthing Center Pithiviers tanpa komplikasi atau infeksi pada ibu atau
bayi. Pada tahun 1989 Water Birth International Project, Barbara Harper mengembangkan
“Topic Of Gentle Alternatives In Childbirth”. Pada tahun 1991, Monadnock Community
Hospital di Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat
protokol water birth.7 Pada tahun 1990, The Scientific Advisory Committee membuat
pernyataan tentang water birth dengan penekanan pada pentingya penelitian ilmiah.
Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 tentang pentingnya keamanan persalinan dan
kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan risiko water birth.
Pada 1-2 april 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar
konferensi pertama water birth untuk mengekplorasi masalah-masalah yang berkembang,
dihadiri 39 negara dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun
1996, 2004, dan bulan September 2007. Pada tahun 2005, terdapat lebih dari 300 rumah sakit
di Amerika Serikat telah mengadopsi protokol water birth. Lebih dari ¾ dari seluruh rumah
sakit di Inggris telah menyediakan water birth.2
Di Indonesia water birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon
melahirkan dengan metode ini, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di SanMarie Family
Healthcare, Jakarta ditangani oleh dr. T. Otamar Samsudin, SpOG dan dr. Keumala
Pringgadini, SpA. Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi
Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus water birth per
tahun termasuk Oppie Andaresta (20 Juli 2007)13,14 Sementara Rumah Sakit Umum di Bali
yang pertama kali menyediakan fasilitas water birth adalah Rumah Sakit Umum Harapan
Bunda ~ Maternity Hospital, Jl. Tukad Unda No. 1, Renon, Denpasar-Bali. Water Birth telah
dilaksanakan sejak 7 Oktober 2007. dan persalinan ini ditangani oleh dr. I Nyoman Hariyasa
Sanjaya, SpOG.2
Metode Water Birth
Ada 2 metode water birth :
1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6
sampai proses melahirkan terjadi.
2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir.
Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.2
19
Pada persalinan dengan metode water birth, calon ibu akan dimasukan ke dalam
kolam berisi air hangat pada saat memasuki bukaan ke-enam.Tujuannya agar kulit vagina
menjadi tipis dan lebih elastis sehingga akan lebih mudah untuk meregang saat kepala bayi
keluar melewati vagina, bahkan dikatakan jika persalinan berjalan lancar maka tidak perlu
sampai harus merobek perineum (bibir vagina. Selain itu, air hangat pada kolam juga akan
memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan
endorfin (semacam morfin yang dibentuk oleh tubuh sendiri) untuk mengurangi rasa sakit.
Air hangat juga mampu untuk menghambat impuls – impuls saraf yang menghantarkan rasa
sakit, membuat persalinan tidak begitu terasa berat.2
Pada persalinan dalam air ini, suami juga memiliki peran yang sangat penting di
dalam kelancaran persalinan, yaitu dengan melakukan pemijatan pada punggung ibu yang
bertujuan untuk memberikan rasa rileks dan nyaman kepada ibu saat persalinan dilakukan di
dalam kolam. Persalinan dengan metode water birth ini berlangsung kurang lebih 1-2 jam
setelah bukaan keenam dimana pada persalinan biasa membutuhkan waktu hingga 8 jam.
Kemudian setelah bayi lahir maka dokter akan mengangkat bayi ke permukaan air untuk
diberikan ASI pertama kali. Kebanyakan ibu kadang merasa khawatir bayi mereka akan
tersedak, tetapi sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi karena pada saat bayi sudah berada
diluar, bayi tersebut masih bernafas melalui ari – ari dan tali pusat yang masih tersambung ke
perut ibu, sehingga tidak akan menjadi masalah bagi bayi yang dilahirkan di dalam air.2
Peralatan yang Dibutuhkan dalam Persalinan Water Birth
Birth pool Persalinan dengan metode water birth ini juga sudah banyak diterapkan di
beberapa pusat kesehatan dan rumah sakit di Indonesia seperti di Jakarta dan Bali. Beberapa
peralatan yang diperlukan dalam water birth adalah:
Kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2 meter) dengan benjolan – benjolan
dibagian bawahnya agar ibu tidak merosot saat persalinan berlangsung. Ketinggian air
di dalam kolam juga harus diatur supaya berada di atas pusar baik saat ibu dalam
posisi duduk, jongkok atau tiduran. Posisi saat melahirkan dapat dilakukan sebebas
mungkin bisa sambil duduk, menghadap ke belakang atau terserah nyamannya si ibu.
Water heater dan termometer untuk menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 35-38ºC.
Hal ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrim antara di
20
dalam perut dengan di luar dan agar bayi tidak mengalami hipotermia. Suhu air yang
hangat juga menjadi sebab mengapa bayi sesaat setelah dilahirkan di dalam air tidak
akan menangis, karena bayi masih merasa berada di dalam kandungan akibat suhu air
yang tetap hangat.
Air yang digunakan juga air suling yang steril dan tidak mengandung kuman sehingga
tidak akan menimbulkan infeksi apabila tertelan.
Handuk dan selimut
Warmer dan peralatan resusitasi bayi.2
Indikasi dan Kontraindikasi
Syarat-syarat :
o Ibu hamil risiko rendah.
o Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit.
o Tanda vital ibu dalam batas normal dan Kardiotokografi bayi normal (baseline,
variabilitas dan ada akselerasi).
o Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi
serviks mencapai 4-5 cm.
o Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat
berendam jika diperlukan.2
Indikasi :
o Merupakan pilihan ibu
o Kehamilan normal ≥ 37 minggu
o Fetus tunggal presentasi kepala
o Tidak menggunakan obat-obat penenang
o Ketuban pecah spontan < 24 jam
o Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan
o Tidak ada komplikasi kehamilan (pre-eklampsia, gula darah tak terkontrol,dll)
o Denyut jantung normal
o Cairan amnion jernih
21
o Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau oksitosin.2
Kontra Indikasi :
o Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah.
o Infeksi dan demam pada ibu.
o Herpes genitalis.
o HIV, Hepatitis.
o Denyut jantung abnormal.
o Perdarahan pervaginam berlebihan.2
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan Bagi Ibu:
o Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman
Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang membuat
rileks dan nyaman sehingga rasa sakit dan stress akan berkurang. Mengurangi rasa
sakit adalah tujuan utamanya, sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada
dasarnya sama seperti melahirkan normal, proses dan prosedurnya sama hanya
tempatnya yang berbeda. Pada Water Birth ibu melahirkan bayinya dalam kolam
dengan posisi bebas dan yang paling dirasakan nyaman oleh ibu. Kolam dapat terbuat
dari fiber glass atau bahan lain.
Berendam dalam air akan dapat mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan
mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, pergerakan selama persalinan water
birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu merasa nyaman, sedangkan air hangat akan
membantu mengurangi nyeri.
o Mengurangi Tindakan Episiotomi
Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat
akan menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi keperluan akan tindakan
episiotomi.
o Pemendekan Persalinan Kala I
Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan yang
22
dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang akan menjadi lebih
pendek.
o Menurunkan Tekanan Darah
Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology
Association of North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami
penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit.
Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi
dengan berendam dalam air hangat.2
Keuntungan Bagi Bayi:
Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana
persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya
menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia
luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman bagi
ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat
melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan
air dingin dan tempat bersalin umumnya.2
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menajdi tenang. Bayi tidak
tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air
(amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula
masalah lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada deselerasi
denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali
pusat di leher. Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu juga
baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau risiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih
bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban.2
Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:
Risiko Maternal:
o Infeksi
o Perdarahan Postpartum
o Trauma Perineum.2
Risiko Neonatal:
23
o Terputusnya Tali Pusat
Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin
dibawa ke permukaan air tidak secara “gentle”, jika tali pusat pendek akan dapat
mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali pusat. Kasus terputusnya tali pusat
kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga
menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan
biasanya.
o Takikardi
o Infeksi
o Hipoksia
o Aspirasi Air dan Tenggelam.2
KESIMPULAN
Anestesi merupakan tindakan menghilangkan nyeri dan rumatan pasien selama,
sebelum dan sesudah pembedahan. Anestesi berasal dari kata yunani an “tidak atau tanpa”,
aesthtos “persepsi, kemampuan untuk merasa”. Anestesi diartikan secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Dalam bidang obsetrik, anestesi sering kali digunakan pada saat persalinan. Beberapa
teknik yang digunakan adalah anestesi lokal, anestesi intravena dan anestesi regional (spinal
dan epidural). Berbagai teknik anestesi sekarang ini juga digunakan dalam metode persalinan
tanpa rasa sakit. Teknik ILA yang menyerupai teknik anestesi spinal dan teknik WELA yang
menyerupai teknik anestesi epidural sudah sering dikenal dan digunakan dalam persalinan.
Persalinan tanpa nyeri tanpa obat-obat anestesi juga sering kali dibahas dalam
masyarakat sekarang ini. Teknik water birth yang lebih fisiologis kini sudah mulai dikenal
dan digunakan dalam persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barras PG. Handbook of clinical anesthesiology. New York:Lippincott Williams
Wilkins,2001.
24
2. Availabel at: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-persalinan-water-
birth.html, diunduh tanggal 20 Juli 2014
3. Soenarjo , Jatmiko HD. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi. Edisi Pertama ,
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro , 2010.
4. Hurford WE. Clinical anesthesia procedurs of the massachussets general hospital
New York: Lippincott Williams Wilkins,2002.
5. Miller RD.Anesthesia 5th Edition.Philadelphia:Churcill Livingstone,2000
6. Availabel at: http://pregnancy.lovetoknow.com/wiki/Epidurals, diunduh tanggal 20
Juli 2014
7. Availabel at: http://americanpregnancy.org/labornbirth/epidural.html, diunduh
tanggal 20 Juli 2014
8. Availabel at:
http://www.lifelinetomodernmedicine.com/Types-Of-Anesthesia/Anesthesia-for-
Labor-and-Delivery.aspx, diunduh tanggal 20 Juli 2014
9. Availabel at: http://emedicine.medscape.com/article/149337-overview, diunduh
tanggal 20 Juli 2014
10. Availabel at: http://www.mayoclinic.org/healthy-living/labor-and-delivery/in-depth/
labor-and-delivery/art-20049326, diunduh tanggal 20 Juli 2014
25