Company Visit Report Mitsubishi Electric OM Executive Class 27C Dosen Adi Djoko Guritno
Rahayu Ernawati1, E. Djoko Putranto2, Maulana Hanief...
Transcript of Rahayu Ernawati1, E. Djoko Putranto2, Maulana Hanief...
Kandidat Vaksin Flu Burung H5N1 Bagi Ternak Ayam Isolat Asal Jawa Timur
Avian Influenza H5N1 Vaccine Candidate for Chicken from East Java Isolate virus
1 2 3Rahayu Ernawati , E. Djoko Putranto , Maulana Hanief R
1Fakultas Kedokteran Hewan Unair 2Mahasiswa Program DoktorPascasarjana Unair
3Mahasiswa Program MagisterPascasarjana Unair
Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo Surabaya-60115 Telp. 031-5992785, Fax. 031-5993015
Email : [email protected]
Abstract
Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N1 virus is an ongoing public health and socio-economic challenge, particularly in Indonesia. Avian Influenza (H5N1) is now endemic in poultry in many countries, and represents a major pandemic threat. Now, the evolution of H5N1 virus in Indonesia has evolved with genetic variations affecting virulence, drug-resistance, and adaptation to new host species. The reassortment events leading to high genetic diversity in the region, and factors responsible for virus spread. Development of H5N1-specific vaccine may be become a good strategy for the prevention or controlling the spread of AI. This study was aimed to find a vaccine candidate for Avian Influenza subtype H5N1 which has a good quality, safe, homolog genetically and antigenically with the virus in East Java. The sample viruses were isolated from village chicken in traditional market at Surabaya, Jombang, Pare, and Kediri. Suspensions in antibiotic solution of cloacal swabs (or organs), taken from village chicken, inoculated into the allantoic cavity of 9 to 11-day-old embryonating chicken eggs. The eggs are incubated at 37°C (range 35–39°C) for 4–7 days. The allantoic fluid of any eggs containing dead or dying embryos during the incubation and all eggs at the end of the incubation period are tested for the presence of haemagglutinating activity by HA and HI test. The presence of Hemagglutinin gene which are common to all influenza A viruses can be confirmed by One Step PCR using 4 pairs of specific primers. Then, the product being purificated and sequenced to get the hemagglutinin nucleotide data. The data were analysed for homology relationship. The antigenic test against confirmed antisera panel was conducted to observed the antigenic potential from the isolate. The study results two isolates, Jombang and Pare isolate. The result of this study show that the isolate have a high homology of hemagglutinin gene with another virus isolate (A/chicken/WestJava/Tasiksol/2006) which have wide covered spatial area. The antigenic test showed the same result, but Pare isolate have much wider covered area because it can react with all of antigenic test panel antisera.
Keywords : Vaccine, Avian Influenza (H5N1), Chicken, Hemagglutinin, Homology
Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan Vol. 4, No. 1, Februari 2011
Pendahuluan
Kejadian wabah Flu Burung (Avian
Influenza) selain mengakibatkan kerugian ekonomi
yang sangat tinggi karena kematian pada ternak
unggas juga menimbulkan kepanikan yang luar biasa
karena dapat menular dan mematikan pada manusia.
Di Indonesia sejak Agustus 2003 hingga 10
September 2008 telah menyebabkan kematian lebih
dari 10 juta ayam dengan menimbulkan kerugian
lebih dari 4 trilyun rupiah dan hingga bulan Januari
2010 tercatat 163 kasus pada manusia dengan
kematian 135 orang (Hasan, 2009; Dharmawan dan
Wahyuningsih, 2010).
Virus Avian Influenza (AI) mempunyai
struktur antigen permukaan antara lain Hemaglutinin
(HA) dan Neuroamidase (NA). Penggolongan
subt ipe AI adalah atas dasar kandungan
Hemaglutinin yang terdiri atas 16 subtipe dan atas
dasar Neuroamidase yang terdiri atas 9 subtipe. Jenis
yang menyerang Indonesia, menurut pemerintah
yang diumumkan oleh Ditjenak adalah subtype
H5N1 (Nidom, 2009; Kawaoka, 2009).
Virus AI mempunyai 8 segmen gen yang
menyandi 10 macam protein, yakni PB-2
(Polymerase Basic-2), PB-1(Polymerase Basic-1),
PA (Polymerase acidic), HA (Haemaglutinin),
NP(Nucleo Protein) , NA (Neuroamidase) ,
M1(Matrix-1), M2 (Matrix-2) , NS1 (Non Struktural-
1) dan NS2 (Non Struktural-2). Protein HA
merupakan target awal dalam pembentukan antibody
inang. Pada awal infeksi protein ini akan berikatan
dengan reseptor sel inang dan melepaskan
ribonukleoprotein. Akibat aktivasi precursor HA
(HAO) oleh protease inang, protein akan terbelah
menjadi HA1 dan HA2. Protein HA1 akan berikatan
dengan reseptor dan merupakan target utama untuk
timbulnya respons imun, sedangkan protein HA2
akan memfasilitasi fusi antara amplop virus dengan
membrane endosomal inang. Oleh karenanya Protein
HA merupakan pertimbangan utama dalam
19
menentukan bahan dalam pembuatan vaksin flu
burung (Suzuki and Nei, 2002). Namun membuat
vaksin yang dijamin aman, efektif, stabil secara
genetik serta homolog secara antigenik adalah suatu
hal yang tidak mudah, karena sebagai virus RNA
virus ini mudah mengalami mutasi sehingga virus
yang mewabah dari tiap daerah dan tiap waktu sering
tidak sama karena telah mengalami mutasi delesi
atau insersi bahkan reassortment (Hoffmann dkk.,
2005).
Sekalipun publikasi tentang genotipe virus
Al H5N1 asal Indonesia belum banyak dipublikasi,
data yang telah tersedia menunjukkan bahwa virus AI
telah berevolusi dan kian menyebar di Indonesia
melalui perantara lalu lintas unggas dan produk
perunggasan. Reassortment genetik dan peran burung
liar belum teridentifikasi dengan jelas namun seperti
yang diduga, materi genetika virus Al H5N1 terus
mengalami perubahan melalui mutasi (genetic drift)
terutama pada segmen ke-4 yang menyandi protein
HA. Perkembangan diatas mempunyai implikasi
yang besar dalam pemilihan seed vaksin yang hendak
digunakan di suatu wilayah. Idealnya, vaksin yang
digunakan mestinya mempunyai homologi genetik
dan antigenik yang mendekati sempurna dengan
virus yang beredar di wilayah yang bersangkutan
(Kawaoka,Y.2009., Rantam dkk. 2008).
Materi dan Metode Penelitian
Sampel
Koleksi sampel berasal dari puluhan ayam
buras yang didapat dari pasar Wonokromo Keputran,
Djombang, Pare dan Kediri. Tehnik pengambilan
sampel virus Avian Influenza dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya dengan tehnik swab/
usapan dan tehnik gerusan organ. Pada tehnik
swab/usapan di lakukan dengan melakukan swab
atau usapan pada bagian kloaka unggas dengan
menggunakan cotton bud/ batang berkapas kemudian
di masukkan dalam media transport yang telah
disediakan di dalam tabung-tabung kecil/ ependof,
campuran inilah yang nantinya menjadi bahan
inokulan pada TAB. Pada tehnik gerusan organ
dilakukan dengan mengambil sebagian potongan
organ seperti paru-paru, trakea, hepar, usus ataupun
otak yang kemudian digerus di dalam cawan gerus
dengan sedikit cairan PZ dan dicampur dengan pasir
kuarsa dalam proses penggerusan bila dianggap
perlu. Selanjutnya, hasil larutan gerusan organ
tersebut dimasukkan ke dalam tabung untuk
dilakukan sentrifuse, kemudian diambil cairan
supernatannya sebagai bahan inokulan pada TAB.
Selanjutnya bahan inokulan dari usapan kloaka dan
gerusan organ tersebut diinokulasikan pada telur
ayam bertunas (TAB) berumur antara 8 – 11 hari.
Kemudian diinkubasikan pada inkubator dengan osuhu 37 C selama 5 hari. TAB ini diamati
perkembangannya tiap 4 jam untuk dicandling
embrionya. Apabila terdapat TAB yang embrionya
mati sebelum 5 hari, maka dimasukkan kedalam orefrigerator -4 C. Pada hari ke 5 semua telur
dimasukkan ke dalam refrigerator. Kemudian cairan
alantois dari TAB tersebut dipanen. Setiap sampel
ditanam pada TAB sebanyak 2 butir. Cairan alantois
tersebut kemudian diuji dengan Hemaglutinin test
(Uji HA). Isolat-isolat cairan alantois ini digunakan
sebagai sampel penelitian, dan kemudian disimpan di odalam refrigerator -4 C.
Uji Hemaglutinasi Mikroteknik
Uji hemaglutinasi (HA) dapat digunakan
untuk mengidentifikasi virus jenis orthomyxovirus
yang mampu menggumpalkan darah serta untuk
mengetahui titer awal antigen yang digunakan
terutama guna kelanjutan uji hambatan hemaglutinasi
(HI). Prosedur pelaksanaan uji ini adalah semua
lubang pada mikroplate diisi dengan PZ sebanyak
25μl. Kemudian diisikan antigen sebanyak 25μl ke
lubang A1 untuk sampel I dan lubang A2 untuk
sampel ke II dan seterusnya, lalu dilakukan
pengenceran serial dengan mengambil 25μl dari
lubang A1 dicampur ke lubang B1, kemudian
diambil lagi dari lubang B1 sebanyak 25μl dicampur
lagi ke lubang C1 begitu seterusnya sampai lubang
H1. Pengambilan terakhir dari lubang H1 dibuang.
Kemudian semua lubang diisi dengan eritrosit ayam
0,5% sebanyak 50μl, lalu diinkubasi pada suhu ruang
selama 30 menit. Setelah itu titer sampel bisa
diperiksa. Reaksi hemaglutinasi positif ditandai
dengan terjadinya aglutinasi pada eritrosit.
Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI) Mikroteknik
Pelaksanaan uji ini dilakukan dengan
mengisikan ke semua lubang mikroplate dengan
0,025 ml PZ/PBS menggunakan mikropipet.
Kemudian diisi lubang no.1 dan 12 dengan antiserum
sebanyak 0,025 ml dengan menggunakan mikropipet,
lalu campurkan dengan mikropipet juga antiserum
dan PZ/PBS pada lubang no.1 dengan menghisap dan
mengeluarkan kembali lalu ambil 0,025 ml dan
pindahkan ke lubang berikutnya, demikian
seterusnya sampai lubang no.10. Setelah itu
dilakukan pengisisan lubang no.1 sampai no.10
dengan antigen 4HA unit sebanyak 0,025 ml dengan
Kandidat Vaksin Flu ......
20
menggunakan mikropipet. Inkubasikan pada suhu
ruang selama 30 menit, diisi semua lubang dengan
0,05 ml eritrosit ayam 0,5%, kemudian inkubasikan
pada suhu kamar selama 30 menit.
Uji Antigenitas/Immunogenitas
Sesuai dengan Prescreen Haemaglutination
Inhibition Testing Protocol, DIC Prescreen Effort to
Monitor Virus Variant, 1 November 2010 maka
sebelum penelitian antigen harus diinaktifkan lebih
dahulu dengan Formaldehide 37% dengan
konsentrasi akhir 0,2% dalam larutan Allantois yang
berisi virus, kemudian inkubasi 4C semalam. Semua
antigen yang dipergunakan adalah 4 HAU antigen
(antigen yang masih mampu mengaglutinasi eritrosit
pada batas pengenceran 4 kali) dan harus disiapkan
1-2 hari sebelum uji. Antisera yang disiapkan adalah
antisera yang dienceran 4 kali sehingga awal
penelitian dimulai dengan pengenceran 8 kali hal ini
karena syarat minimal untuk seed vaksin adalah
positif pada pengenceran >4 kali. Uji ini dilakukan
dengan urutan kerja sebagai berikut semua lubang
mikroplate diisi dengan 25 ul larutan PBS
menggunakan pipet dropper, kemudian lubang no 1
diisi dengan serum Anti-A/chickenWestJava/SMI-
Hamid/2006 , no . 2 dengan serum Ant i -
A/chicken/Konawe Selatan/BBVM2040/2007, no. 3
denga serumAnti-A/chicken/WestJava/Tasiksol/2006,
n o . 4 d e n g a n s e r u m A n t i -
A/chicken/Indonesia/Wates1/2005. Menggunakan
mikrodiluter 25 ul, dicampur masing-masing
antiserum dengan PBS dengan cara memutar-mutar
mikrodiluter kemudian encerkan dengan cara
memindahkan 25 ul ke lubang baris ke 2. Demikian
seterusnya hingga lubang baris ke 8 dan terakhir
dibuang, kemudian semua lubang mikroplate (no. 1
hingga 4, baris 1 hingga 8) diisi dengan antigen 4
HAU dari antigen yang diperiksa. Kemudian dikocok
dengan shaker selama 10-15 detik dan diinkubasikan
37C selama 30 menit. Ditambah dengan 50 ul 0,5%
eritrosit ayam pada semua lubang mikroplate, ditutup
dan dikocok dengan shaker selama 10-15 detik,
diinkubasi 4C selama 45 – 60 menit.
Buffer AW2. Sentrifus 14000 rpm selama 3
menit dan pindahkan ke tube 1,5 ml, tambahkan 60
μl buffer AVE. Kemudian inkubasi pada suhu ruang 1
menit lalu sentrifus 8000 rpm selama 1 menit.
Ekstraksi RNA
Ekstraksi RNA virus avian influenza
dilakukan dengan menggunakan QIAamp Viral Mini
Kit. Langkah-langkah ekstraksi adalah dengan
memasukkan 560 μl buffer AVL (viral lysis buffer)
yang mengandung carrier RNA dengan perbandingan
: volume buffer AVL 0,56 ml + carrier RNA-AVE 5,6
μl. Kemudian dimasukkan 140 μl sampel dan spin
sebentar, tambahkan 560 μl Ethanol absolut, vortex
15 detik, lalu spin sebentar. Masukkan 630 μl ke
dalam spin column sentrifus 8000 rpm selama 1
menit. Buang cairan dibawah, tambahkan 500 μl
buffer AW1 (washing buffer). Sentrifus 8000 rpm
selama 1 menit. Kemudian pindahkan ke tabung baru
dan tambahkan 500 μl buffer AW2. Sentrifus 14000
rpm selama 3 menit dan pindahkan ke tube 1,5 ml,
tambahkan 60 μl buffer AVE. Kemudian inkubasi
pada suhu ruang 1 menit lalu sentrifus 8000 rpm
selama 1 menit.
RT-PCR (Reverse Transcriptase-Polymerase Chain
Reaction) dan Sequensing
Uji Reverse transcriptase-polymerase chain
reaction (RT-PCR) dilakukan dengan menggunakan TMSuperScript III One-Step RT-PCR system with
Platinum® Taq High Fidelity DNA Polimerase
(Invitrogen).
Pelaksanaan PCR terhadap gen HA virus
a v i a n i n f l u e n z a i n i d i l a k u k a n d e n g a n
mempertimbangkan kebutuhan panjang nukleotida
yang dapat diolah oleh mesin sekuenser nantinya.
Sehingga untuk proses PCR gen HA yang memiliki
kurang lebih 1779 nukleotida, maka digunakan 4
pasang primer spesifik sebagaimana terlihat dalam
tabel 1.
Tabel 1. Primer dan Sekuens Primer
Pelaksanaan One Step PCR dilakukan
dengan cara mencampurkan ke dalam tabung PCR
bahan komponen One Step PCR yang terdiri dari 2X
Reaction Mix 12,5 µl, template RNA (1 pg–1 µg) 2
µl, sense primer (10 µM) 0,5 µl, anti-sense primer
(10 µM) 0,5 µl, SuperScript™ III RT/ Platinum®
Taq High Fidelity Enzyme Mix* 1 µl, lalu tambahkan
autoclaved distilled water sampai 50 µl. Kemudian
tabung PCR tersebut dimasukkan kedalam alat
Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan Vol. 4, No. 1, Februari 2011
21
Primer Sekuens
P1_F
P1_R
P2_F
P2_R
P3_F
P3_R
P4_F
P4_R
5” GGCCAGTAGCAAAAGCAGGGGT 3”
5” CTTCTCCACTATGTAAGACCATTCCGGTACAT 3”
5” GTTACTGTTACACATGCCCAAGACATACTG 3”
5” AATTGCTGAGTCCCCTTTCTTGACAATTTTGT 3”
5” CCTATATTTCCGTTGGGACATCAACACTAA 3”
5” CATTTTCCATGAGAACCAGAAGTTCAGCA 3”
5” GAGGGAGGATGGCAGGGAATGGTAGATG 3”
5” CCAGTAGAAACAAGGGTGTT 3”
Thermocycler (GeneAmp PCR System 9700) dengan
siklus suhu di program dalam kondisi suhu sintesis o ocDNA 48 C selama 30 Menit, pre-denaturasi 94 C
selama 2 menit. Suhu amplifikasi PCR sebagai oberikut suhu denaturation 94 C selama 30 detik,
o oannealling 50 C selama 40 detik, dan extention 68 C
selama 40 detik yang dilakukan sebanyak 40 siklus. oSuhu untuk final extention adalah 68 C selama 5
menit.
Elektroforesis
Sebanyak 5µl sampel DNA ditambah
dengan 2µl blue juice di- loading pada sumuran gel
agarose 1%. Plat dijalankan dengan 125 V, 70 mA
dalam waktu 30-45 menit. Gel dibaca pada
transluminator UV dan didokumentasi.
Purifikasi Produk PCR
Purifikasi produk PCR dilakukan dengan
Nucleospin II. Dilakukan dengan mencampurkan 1
volume sampel dengan 2 volume Buffer NT.
Kemudian mempersiapkan kolum Nucleospin
Extract II, lalu dimasukkan sampel dan sentrifus
11.000 rpm selama 1 menit. Cuci Silica membran
dengan menambahkan 600 μl Buffer NT dan
sentrifuse 11.000 rpm selama 1 menit. Setelah itu
melakukan pengeringan Silica membran dan lakukan
sentr i fuse 11.000 selama 2 meni t untuk
mengeluarkan NT.
Purifikasi hasil cycle sekuensing dengan Big Dye X
Terminator Purification Kit
Tahap ini dilakukan dengan melakukan
pencampuran menggunakan vortex terlebih dahulu
terhadap Big Dye X terminator sampai homogen,
kemudian dimasukkan SAM sol 4,5 x volume cycle
sequencing ke dalam well. Dimasukkan Big Dye X
Terminator 1 x vulome hasil cycle sequencing, lalu
dicampur mengunakan vortex selama 30 menit dan
sentrifus 1000 g/rcf selama 2 menit pada suhu ruang.
Hasil Dan Pembahasan
Elektroforesis
Menginga t t a rge t RT-PCR ada lah
sekuensing lengkap RNA dari gen HA virus H5N1
yang terdiri dari sekitar 1700 bps nukleotida maka
untuk mendapatkan hasil yang bagus dipergunakan 4
pasang primer.
Isolate Jombang Isolate Pare
Gambar 1. Hasil elektroforesis isolat Jombang dan
Pare
Sekuensing
Hasil mesin sekuenser dengan 4 pasang
primer (masing–masing terlampir) diolah dengan
clone manager dengan hasil pada gambar 2.
Gambar 2. Hasil sekuensing gen HA Avian Influenza
H5N1 asal ayam Buras Pare (=AJP3)
Gambar 3. Hasil sekuensing gen HA Avian Influenza
H5N1 asal ayam Buras Djombang
(=AJP2)
Kandidat Vaksin Flu ......
22
Bila dilakukan homologi antara ayam Buras
asal Djombang dan Pare, hasilnya sebagai berikut
Kes impulannya ada lah , kesamaan
nukleotida gen HA virus H5N1 antara virus asal
ayam Buras Djombang dan Pare adalah 95%.
Dengan cara yang sama dua gen HA diatas
( Ayam Buras Djombang=AJP2; Ayam Buras
Pare=AJP3) bila di homologikan dengan salah satu
gen HA virus yang mempunyai cakupan yang luas
yakni A/chicken/West Java/TASIKSOL/2006 (detail
terlampir) hasilnya adalah sebagai berikut:
Hal ini menunjukkan bahwa kedua
kandidat vaksin diatas secara philogenitik dekat
dengan virus yang mempunyai cakupan luas yaitu
A/chicken/West Java/TASIKSOL/ 2006 sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kandidat vaksin
diatas juga mempunyai ikatan antigen dengan
cakupan yang luas yang merupakan salah satu
persyaratan kandidat vaksin (Dharmawan, dan
Wahyuningsih, 2010).
Antigenitas
Sesuai dengan hasil carthography antisera
(Workshop OFFLU & AAHL,2009) yang kemudian
ditetapkan menjadi aturan pemerintah, Seed Vaksin
AI harus melalui uji tantang Haemaglutination
Inhibition dengan panel antisera yang telah
ditetapkan (dengan titer >4):
Anti-A/chicken/WestJava/SMI- Hamid / 2006
Anti-A/chicken/KonaweSelatan/ BBVM2004/2007
(detail terlampir):
Tabel.....keterangan tabel ?
Anti-A/chicken/WestJava/Tasiksol/ 2006
Anti-A/chicken/Indonesia/Wates1/ 2005 (Positif
control hiperimun sera clade 2.1.3)
Hasilnya harus positif terhadap antisera
hiperimun yaitu no. 4 serta memiliki cakupan cukup
luas dengan menilai reaksi uji antisera dengan 3
antisera lainnya (no.1,2,3) . Hasil penelitian sebagai
berikut:
Kesimpulan
Antigen virus H5N1 asal ayam Buras asal
Djombang yang diteliti dapat dipergunakan sebagai
seed vaksin H5N1 khususnya yang masuk clade
2.1.3 namun antigen virus H5N1 asal ayam Buras
Pare yang diteliti lebih baik sebagai seed vaksin
H5N1 karena mempunyai cakupan yang lebih luas.
Daftar Pustaka
Barbara LTK. 2008. Avian Influenza Survellance in
Migratory, Resident and Captive Birds in
Java. Lokakarya Nasional Penyusunan
Strategi dan Pedoman Surveiland Avian
Influenza pada Burung Liar, Bogor 14-16
April 2008
Beard CW. 2003. Avian Influenza (Fowl Plaque).
Shouthest Poultry Research Laboratory,
Athens, GA.
Chen H, G. Deng, Z. Li, G. Tiam, Y. Li, P. Jiao, L.
Zhang, Z. Liu, R.G. Webster, and K. Yu.
2004. The evolution of H5N1 influenza
viruses in ducks in Southern China.
Microbiology 101 : 10451-10457.
Dharmawan, R. dan Wahyuningsih, S. 2010.
Penelusuran Perkembangan Virus Avian
Influenza Dengan Metode Antigenic
Cartography, Prosiding Rapat Teknis dan
Pertemuan Ilmiah Kesehatan Hewan Tahun
2010 di Balai Besar Veteriner Wates.
Ernawati, R., A.P.Rahardjo, N.Sianita, j. Rahmahani,
F.A. Rantam, san Suwarno,. 2008, Petunjuk
Praktikum Pemeriksaan Virologik dan
Serologik, Laboratorium Virologi dan
Imunologi, Departemen Mikrobiologi
Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Airlangga.
Fouchier, R.A.M., V. Munster, A. Wallenstens, T.M.
Bestebroer, S. Hersfst, D. Smith, G.F.
Rimmelzwaan, B. Olsen, and A.D.M.E.
Osterhaus. 2005. Characterization of novel
influenza A virus hemagglutinin subtype
(H16) obtained black-headed gulls. J Virol
79 (5) : 2814-2822.
Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan Vol. 4, No. 1, Februari 2011
Sequences producing significant alignments:
DescriptionMax Total Query E Max
score score coverage value ident
AJP3_Full 2519 2519 97% 0.0 95%
Sequences producing significant alignments:
DescriptionMax Total Query E Max
score score coverage value ident
AJP2_Full 2662 2662 92% 0.0 96%
AJP3_Full 2728 2728 91% 0.0 98%
23
Haryanto, A., M.Purwaningrum, R. Ermawati, K.
Putri, M.H.Wibowo dan C.R., Tabbu 2009.
Studi Penentuan Tipe dan Subtype Virus
Avian Influenza dengan Metode Single
Step Multiplex Reverse Transcriptase Chain
Reaction (RT-PCR). Media Kedokteran
Hewan. Vol.25. No. 1. Januari 2009.
Hasan, M.Z. 2009. Kebijakan Nasional Pengendalian
Penyakit Avian Influenza (Flu Burung) di
Indonesia. Surabaya 21 Januari 2009.
Horimoto, T, and Y. Kawaoka. 2001. Pandemic threat
posed by avian influenza A viruses. Clin
Microbiol Rev. 14 : 129-149.
Jones, Y.L. and D.E. Swayne, 2003. Comparative
P a t h o b i o l o g y o f l o w a n d H i g h
Pathogenecity H7N3 Chilean Avian
Influenza Virus in Chicken. Avian Disease.
48;119-128
Kawaoka, Y. 2009. Avian Influenza In Indonesia
Control, Prevention and Surveillance.
Surabaya, 19 Maret 2009.
Lipatov, A. S., E.A. Govorkova, R.J. Webby, H.
Ozaki, M. Peiris, Y. Guan, L. Poon, and
R.G. Webster. 2004.Influenza : emergence
and control. J Virol 78 : 8951-8959.
Nidom, C.2009. International Symposium. Avian
Influenza In Indonesia Control, Prevention
and Surveillance, Surabaya 19 Maret 2009
Moerad, B. 2004. Kebijakan Pemerintah dan
Penanggulangan Wabah Avian InfluenzaDi
Indonesia. Disampaikan dalam seminar
Menyingkapi Dampak Avian Influenza
Tanggal 14 Februari 2004. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
OIE. 2009. Highly pathogenic avian influenza. World
Organ iza t ion fo r An ima l Hea l th .
http://www.oie.int/
Poetranto, E. D. 2005, Deteksi Antibodi Avian
Influenza subtype H5 Pada Burung Air Liar
di Pantai Tempat Persinggahan Burung
Migran. Seminar Nasional Dies Natalis
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga, Surabaya 15-16 April 2005
Rantam, F.A., 2009. Tehnik Pemeriksaan Imunologi.,
Seminar sehari, Surabaya, 11 Juli 2009
Rantam, F.A., 2005. Virologi, Airlangga University
Press
Rantam, F. A., E. D. Poetranto., A.P.Rahardjo,
Suwarno., N.Sianita, N. R.Ernawati dan J.
Rahmahani. 2007. Kajian Burung Migrasi
Sebagai Sumber Penularan Terhadap
Pencegahan Penyebaran Wabah Flu
Burung. Penelitian Kerjasama Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Timur dengan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Airlangga.
Susanti, R, D.S. Retno, I.G.N. Mahardika, I.W.T.
Wibawan dan M.T.Suhartono. 2009. Isolasi
dan Indentifikasi Virus Avian Influenza
Subtipe H5N1 pada Unggas Air Sehat di
Peternakan Skala Rumah Tangga di Jawa
Barat, Media Kedokteran Hewan Vol. 24
No.3, September 2009
Suwarno, Karakteristik Protein N1 Virus Avian
Influenza A/Ck/Bl/Indonesia/2003 sebagai
Antigen Diagnostik pada ELISA Tak
Langsung, Media Kedokteran Hewan Vol.
24. No. 3, September 2009
Steven J., O.Blixt, I.A.Paulson and. IA., Wilson.
Structure and Receptor Specifty Avian Flu
Antigen, ALS News Vol.278, July 25 2007
Ta b b u , C . R . 2 0 0 0 . P e n y a k i t Ay a m d a n
Penanggulangannya Penyakit Bakterial,
Mikal Dan Viral. Yogyakarta; Kanisius,
238-243
WHO. 2009. Pandemic (H1N1) 2009 – update 59. 28
Juli 2009. World Organization for Animal
Health. http://www.who.int/
Wijayanti S. P. M., Karakteristik Molekuler Tapak
perlekatan Reseptor (Receptor binding site)
Virus Avian Influenza H5N1 Isolat burung
Puyuh asal Demak dan Ayam Kampung
asal Purworejo, Thesis S2 Pasca Sarjana
UGM 2007.
You L., C. Kortenweg and W.H.J.Gu. Avian
Influenza Receptor Expression in H5N1
Infected and non Infected Human Tissue,
the Faseb Journal 22: 733-740. 2008.
Kandidat Vaksin Flu ......
24