PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) …
Transcript of PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) …
126
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PTPN VII,
LAMPUNG SEBAGAI KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
TERHADAP UPAYA MENINMGKATKAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI
KERIPIK DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh:
Hujaimatul Fauziah, SE, M.Pd
Drs. Fahrizi, M.M
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai
ABSTRACT
Corporate Social Responsibility is an obligation for companies in the concern for the
surrounding population and environment. Now the business is no longer just pay attention
to company's financial records but has been covering the financial, social and
environmental aspects of the so-called (triple bottom line) synergy of these three elements
is key to the concept of sustainable development.
This study aimed to analyze the impact of CSR programs PTPN VII, Lampung to
increased revenues chips industry and its links to the empowerment of civil society in the
city of Bandar Lampung. The data used are time series data in the 2009-2012 period, while
the methodology used in this research is quantitative descriptive using Panel Least Square
that will produce multiple regression equation that describes the relationship between the
variables operating revenues year period 2009-2012 with a variable capital, human
resources, marketing / business management, and the amount of technology used.
The results showed that the correlation test results is equal to 0,877 which shows the
strong positive effect of revenue to capital, marketing volume, volume technology, and
human resources of the partnership program. Meanwhile, if the test results show the R-
square of 0.769, this means the influence of variable capital, human resources, marketing
and technology management to variable overall operating revenues amounted to 76.9
percent and the remainder is equal to 23.1 percent influenced by other factors, for example
regulatory factors, security, and others.
In addition, the results of research based on the quadrant A on a Cartesian diagram
indicates that the strategy used PTPN VII, Lampung on capital, human resources,
marketing management, and the use of technology which is an indicator variable
implementation of Corporate Social Responsibility programs, especially in the partnership
program of industrial enterprises chips in Bandar Lampung is still not satisfactory for the
community (especially members of the partners), particularly to variable capital (amount of
credit assistance), targeted marketing, quality and quantity of the use of technology.
Keywords: Corporate Social responsability, Impact, Income, Community
Empowerment
ABSTRAK
Kegiatan Corporate Social Responsability merupakan kewajiban bagi perusahaan-
perusahaan dalam kepeduliannya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitr. Kini dunia
usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata melainkan
127
sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut (Triple bottom line)
sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak program CSR PTPN VII ,
Lampung terhadap peningkatan pendapatan usaha industri keripik dan keterkaitannya
terhadap upaya pemberdayaan masyarakat madani di kota Bandar Lampung. Adapun data
yang digunakan adalah data time series periode tahun 2009-2012, sedangkan metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan
metode Panel Least Square sehingga akan menghasilkan persamaan regresi berganda yang
menjelaskan keterkaitan antara variabel pendapatan usaha periode tahun 2009-2012
dengan variabel modal, sumber daya manusia, pemasaran/manajemen usaha, dan jumlah
teknologi yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji korelasi adalah sebesar 0,877 yang
menunjukkan adanya pengaruh positif kuat antara pendapatan usaha terhadap modal,
volume pemasaran, volume teknologi, dan sumber daya manusia dari program kemitraan
tersebut. Sedangkan jika hasil uji R square menunjukkan sebesar 0,769, ini berarti
pengaruh variabel permodalan, sumberdaya manusia, manajemen pemasaran dan teknologi
terhadap variabel pendapatan usaha secara keseluruhan adalah sebesar 76,9 persen dan
sisanya yaitu sebesar 23,1 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya faktor
regulasi, keamanan, dan lain-lain.
Selain itu juga dari hasil penelitian berdasarkan kuadran A pada diagram kartesius
menunjukkan bahwa strategi yang digunakan PTPN VII, Lampung di bidang permodalan,
sumber daya manusia, manajemen pemasaran, dan penggunaan teknologi yang merupakan
indikator variabel pelaksanaan program Corporate Social Responsibility khususnya dalam
program kemitraan usaha industri keripik di Bandar Lampung saat ini masih belum
memuaskan masyarakat (terutama anggota mitra binaan) khususnya terhadap variabel
permodalan (jumlah bantuan kredit), target pemasaran, kualitas dan kuantitas penggunaan
teknologi.
Kata kunci: Corporate Social Responsability, Dampak, Pendapatan Usaha,
Pemberdayaan Masyarakat
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, baik pemerintah,
Lembaga Swadaya Masyarakat, dan
pihak media gencar untuk mencanangkan
kewajiban bagi perusahaan-perusahaan
untuk lebih memperhatikan lingkungan
sekitar dan akibat serta konsekwensi
kegiatan usahanya. CSR (Program
Corporate Social Reponsibility)
merupakan salah satu kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh perusahaan
sesuai dengan isi pasal 74 Undang-
undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang
baru. Undang-undang ini disyahkan
dalam sidang paripurna DPR.
Dalam perkembangannya, sudah
banyak perusahaan yang melaksanakan
program CSR ini sebagai wujud tanggung
jawab persuahaan terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitar. Ada dua alasan
mengapa perusahaan-perusahaan
128
melaksanakan kegiatan ini, pertama,
perusahaan-perusahaan tersebut telah
sadar bahwa usaha mereka berkaitan
langsung dengan masyarakat/society.
Alasan yang kedua adalah, mereka telah
sadar bahwa program ini juga berkaitan
dengan cara mereka untuk menetapkan
strategi usaha.
Kini dunia usaha tidak lagi hanya
memperhatikan catatan keuangan
perusahaan semata (single bottom line),
melainkan sudah meliputi keuangan,
sosial, dan aspek lingkungan biasa
disebut (Triple bottom line) sinergi tiga
elemen ini merupakan kunci dari konsep
pembangunan berkelanjutan. Konsep
tanggung jawab sosial perusahaan telah
dikenal sejak awal 1970, yang secara
umum diartikan sebagai kumpulan
kebijakan dan praktik yang berhubungan
dengan stakeholder, nilai-nilai,
pemenuhan ketentuan hukum,
penghargaan masyarakat, lingkungan,
serta komitmen dunia usaha untuk
berkontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan (Corporate Social
Reponsibility) CSR tidak hanya
merupakan kegiatan kreatif perusahaan
dan tidak terbatas hanya pada pemenuhan
aturan hukum semata. Selain itu juga,
implementasi CSR juga mempunyai
pengaruh secara langsung atau tidak
langsung bagi kepentingan kinerja
perusahaan sendiri. Tetapi tidak hanya
itu, pengaruhnya juga akan menyentuh ke
masyarakat (terutama masyarakat sekitar)
dan kepada pemerintah baik lokal
maupun pusat. Setelah melihat proses
interaksi antar berbagai faktor pengaruh
dan pihak terpengaruh atas implementasi
CSR, akan dapat dilihat pula sumbangan
apa bagi kepentingan lebih luas perbaikan
keadaan, terutama bagi perusahaan yang
mengalami banyak konflik sosial.
Seperti yang telah dilakukan oleh
PTPN VII Lampung yang selama ini
telah melaksanakan Program Kemitraan
Bina Lingkungan (PKBL) yang dulunya
disebut dengan PUKK (Pembinaan Usaha
Kecil dan Koperasi). Sejak tahun 1990
sampai 2007 tercatat 1.552 mitra binaan.
Mereka ini, yang menerima bantuan
PKBL, diantaranya 1.061 mitra binaan
berasal dari wilayah Lampung 142 mitra
binaan wilayah Bengkulu dan 199 mitra
binaan wilayah Sumsel dengan total nilai
bantuan sebesar Rp.21.316.570.083 yang
terdiri dari pengusaha usaha kecil, KUD
dan Koperasi.diwilayah Lampung sendiri,
ada 436 mitra binaan, dan 37 mitra
binaan wilayah Bengkulu serta 95 mitra
binaan wilayah Sumsel yang telah
berhasil melunasi hutangnya. Salah satu
dari bentuk kegiatan CSR yang telah
129
dilakukan oleh PTPN selama beberapa
tahun ini adalah dengan memberikan
bantuan kepada para pengusaha
kecil/mikro yang beregerak dalam jenis
usaha industri keripik di Bandar
Lampung dengan sentra usahanya
terdapat di sepanjang jalan Pagar Alam
Bandar Lampung, dimana berdasarkan
data terakhir tahun 2010 telah ada sekitar
28 mitra binaan industri kecil yang
mennjadi anggota binaan sekaligus
menerima bantuan dana berupa kredit
usaha dari PTPN VII wilayah Lampung
melalui pemda kotamadya Bandar
Lampung (PTPN VII Lampung, 2009).
Hal ini menunjukan adanya kepedulian
PTPN VII untuk membantu permodalan
dan meningkatkan sumberdaya
pengusaha kecil dan koperasi dalam
melaksanakan dan mengembangkan
usaha masyarakat sekitar, dan
menunjukan bahwa telah
dilaksanakannya program CSR
dilingkungan PTPN VII.PT Perkebunan
Nusantara VII (Persero) dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
: 12 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari
1996 PT Perkebunan Nusantara VII
(Persero) didirikan dengan maksud untuk
turut serta dalam melaksanakan dan
menunjang kebijakan dan Program
Pemerintah di bidang ekonomi dan
Pembangunan Nasional pada umumnya
serta Subsektor Perkebunan pada
khususnya dengan tujuan memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip
perusahaan yang sehat berlandaskan azas
Tri Dharma Perkebunan. Sebagai
realisasi dari tri darma tersebut, PTPN
VII melalui kegiatan CSR yang telah
dilakukannya, maka diadakanlah
penandatanganan MOU antara PTPN VII
dengan Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian dan Perdagangan Kota
Bandarlampung, tentang pembinaan dan
pengembangan industri kecil pengolahan
pangan (khusus pembuatan sentra
keripik), meliputi pemberian modal kerja
dan peralatan pengolahan pangan, bidang
pendidikan/pelatihan pengemasan sampai
dengan proses sertifikasi produk.
PTPN VII melalui PKBL mempunyai visi
mampu menciptakan dan mendukung
keberlanjutan perusahaan melalui
harmonisasi kepentingan perusahaan,
hubungan sosial kemasyarakat dan
lingkungan.
Program ini merupakan suatu
wujud kepedulian perusahaan terhadap
kondisi sosial masyarakat. Berikut ini
akan ditampilkan data secara keseluruhan
dari program kemitraan industri keripik
di Bandar Lampung sebagai berikut:
130
Tabel 1: Jumlah Kemitraan dan Dana
Kemitraan Industri Keripik di Bandar
Lampung tahun 2009-2012
Tahun
Jumlah
Kemitraan
Jumlah Dana yng
disalurkan (juta
Rp. )
2009 12 250
2010 19 378
2011 24 421
2012 28 478
Sumber: Dinas Perindustrian Kota
Bandar Lampung, 2013
Tabel 2: Rasio Perkembangan Jumlah
Kemitraan dan Dana Kemitraan
Tahun
Rasio
Peningkatan
Jumlah
Kemitraan
(dlm
persen)
Rasio
Peningkatan
Jumlah
Dana yang
disalurkan
2009 58,4 51,2
2010 26,2 11,4
2011 16,8 13,5
Rata-
rata 33,8 25,3
Sumber: BPS Lampung, 2013
Dari tabel 3 terlihat selama kurun empat
tahun (2009-2012) Pendapatan Usaha
rata-rata dari industri kecil di Kota
Bandar Lampung meningkat dengan rata-
rata sebesar Rp. 9.186.399 atau 18,02
persen. Jika dirasiokan dengan kontribusi
program yang digalakan oleh PTPN VII,
Lampung terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat Bandar
Lampung adalah rata-rata sebesar 18,77
persen dari total PAD Kota Bandar
Lampung secara keseluruhan. Sehingga,
secara garis besar kontribusi yang telah
dilakukan oleh PTPN VII, Lampung
cukup memadai bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat kota Bandar
Lampung.
Tabel 3: Tabel Pendapatan dan
Perkembangan Pendapatan Usaha Kecil
dan Mengengah Kota Bandar Lampung
(tahun 2009-2012)
Tahun
Pendapatan
usaha
Perkembangan
( % )
2009
6,795,637 -
2010 8,378,439 23,29
2011 10,450,733 24,37
2012 11,120,788 6,41
Rata-rata 9,186,399 18,02
Sumber: Dinas Perindustrian Kota
Bandar Lampung, 2013
Gagasan CSR menekankan bahwa
tanggungjawab perusahaan bukan lagi
sekedar kegiatan ekonomi (menciptakan
profit demi kelangsungan usaha),
melainkan juga tanggungjawab social dan
lingkungan. Dasar pemikirannya,
menggantungkan semata-mata pada
kesehatan financial tidaklah menjamin
131
perusahaan akan tumbuh secara
berkelanjutan. Di berbagai tempat,
kenyataan berkali-kali memperlihatkan,
perusahaan yang hanya mau mengeruk
keuntungan finansial serta mengabaikan
tanggungjawab sosial dan lingkungan,
bukan saja mendapat tentangan dari
warga masyarakat sekitar, tetapi juga
tekanan dahsyat dari LSM-LSM yang
sepak terjangnya tak mengenal batas
wilayah negara. Tekanan dari
stakeholder (pemangku kepentingan)
terhadap perusahaan untuk menerapkan
progam CSR semakin gencar. Adapun
beberapa hal yang menggembirakan,
selama beberapa tahun terakhir semakin
banyak korporasi yang mulai sadar
bahwa menerapkan CSR merupakan
investasi yang baik untuk pertumbuhan
dan keberlanjutan bisnis mereka. Artinya,
CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra
biaya (cost centre) melainkan sentra laba
(profit centre) di masa mendatang.
Salah satu kesimpulan yang bisa
diambil adalah bahwa CSR bukan hanya
tanggung jawab perusahaan tetapi
tanggung jawab bersama (Collective
Social Responsibility). Swasta tidak bisa
kerja sendiri tanpa bantuan atau
kerjasama dengan pihak lain. Sehingga
dalam hal ini penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan mengenai
dampak program CSR terhadap
pengembangan usaha pemberdayaan
masyarakat madani yang mengangkat
kasus di program kemitraan industri
keripik yang dilakukan PTPN VII
Lampung sebagai sebagai salah satu
pelaku ekonomi di wilayah Sumatera
Bagian Selatan (Sumbagsel), khususnya
di Bandar Lampung. Sekaligus melihat
bagaimana pengaruh program tersebut
terhadap peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat di kota Bandar
Lampung.
Adapun tujuan Penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana
dampak dari hubungan antara
program CSR PTPN VII, Lampung
terhadap peningkatan pendapatan
usaha industri keripik di Bandar
Lampung dalam usaha pemberdayaan
masyarakat madani (civil society).
2. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh kegiatan CSR yang telah
dilakukan oleh PTPN VII Lampung
terhadap peningkatan pendapatan
usaha industri keripik di Kota Bandar
Lampung.
3. Untuk menganalisis strategi
pengembangan usaha pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan melalui
kegiatan CSR oleh PTPN VII
132
Lampung di wilayah Bandar
Lampung
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Corporate Social
Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility
(CSR) sering dikenal dengan sebutan
Corporate responsibility, corporate
citizenship, and responsible business,
adalah suaru konsep dimana
organisasi/perusahaan dalam melakukan
kegiatannya dapat memiliki rasa
tanggung jawab dan kepedulian akibat
dari pengaruh yang timbul dari kegiatan
yang dilakukan terhadap seluruh pihak
yang terlibat (stakeholders) baik itu
kepada pelanggan, pemasok, karyawan
beserta keluarga, pemegang saham, dan
masyarakat sekitarnya termasuk juga
terhadap lingkungan.
Dengan kata lain bentuk dari
tanggung jawab dan kepedulian tersebut
diharapkan dapat lebih meningkatkan
kualitas hidup bagi para karyawan beserta
keluarga, masyarakat sekitar, dan
masyarakat luas.
Manfaat dan Penerapan CSR
Adapun manfaat dan penerapan
dari program CSR secara keseluruhan
adalah sebagai berikut: 1) Sumber Daya
Manusia, Program CSR dapat digunakan
sebagai alat bantu perusahaan untuk
memperoleh SDM yang berkualitas
melalui rekrutmen kompetitif dan
berkualitas, 2) Resiko Manajemen (Risk
Management), Manajemen resiko adalah
suatu bagian yang sangat penting dalam
penerapan kebijakan perusahaan. Ini
artinya bahwa manajemen resiko
mengandung unsur resiko yang muncul
dan cara-cara untuk menghadapi dan
mensiasati resiko tersebut. Berbagai
pihak yang terlibat dalam pengelolaan
resiko tersebut misalnya: kejaksaan,
pemerintah, aturan-aturan, dan media
massa, 3) Difrensiasi Merek/Branding,
dalam persaingan dunia usaha yang
cukup ketat ini, maka suatu perusahaan
diharuskan untuk menghasilkan suatu
produk yang unik dan memiliki ciri khas
tersendiri sehingga produk yang
dihasilkan dapat memiliki kesan yang
mendalam bagi konsumen untuk tetap
dipakai dan diingat (Kottler: 2002), 4)
Lisensi Usaha, seringkali perusahaan
menghindar dari berbagai intervensi
pemerintah terutama dalam masalah
pembayaran pajak dan penerapan aturan-
aturan. Salah satu cara yang digunakan
oleh perusahaan untuk menghindari
intervensi tersebut adalah dengan
memunculkan suatu issu yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan.
133
Cara-cara tersebut dilakukan oleh
perusahaan untuk menjustifikasikan
keuntungan (profit) dan meningkatkan
pendapatan yang diperoleh dari negara-
negara tujuan usaha (hal ini biasanya
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
multinasional) dengan tujuan, kehadiran
produk dan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut dapat
berjalan secara berkelanjutan
(sustainable) dan dapat lebih diterima di
negara-negara tempat tujuan.
Adapun berbagai cara yang
dilakukan adalah dengan menerapkan dan
mematuhi standar ketenagakerjaan dan
pengelolaan lingkungan yang berdampak
langsung terhadap keberlangsungan
usahanya secara jangka panjang (sustain).
Pendekatan Manajemen dalam CSR
Adapun pendekatan manajemen dalam
CSR terdiri dari:
a. Pengelolaan Manajemen Administrasi
dan Resiko Manajemen
Dalam pengelolaan manajemen,
perusahaan tidaklah terlepas dari
bagaimana perusahaan tersebut
mengelola administrasi perusahaan,
selain itu telah diketahui bahwa
administrasi berfungsi untuk menentukan
tujuan organisasi dan merumuskan
kebijakan umum, sedangkan manajemen
berfungsi untuk melaksanakan kegiatan
yang perlu di lakukan untuk dalam
rangka pencapaian tujuan dalam batas
batas kebijakan umum yang telah di
rumuskan tadi kegiatan yang bersifat
operasional dari manajemen dan
administrasi dilakukan oleh kelompok
pelaksana.Yang perlu kita ketahui secara
jelas yaitu bahwa pada tingkat
administrasi fungsi itu bersifat
menyeluruh dan berlaku bagi seluruh
organisasi, sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam pengelolaan manajemen
tidaklah terlepas bagaimana perusahaan
tersebut melakukan kegiatan
administrasinya sebagai wujud dari
pelaksanaan operasional dari usahanya
sehingga tujuan dari usaha tersebut dapat
tercapai sesuai dengan yang diinginkan,
dan diiharapkan pula dengan pengelolaan
manajemen admnistrasi tersebut resiko
manajemen dapat diperkecil atau
terhindarkan.
b. Manajemen Keuangan dan Perbankan,
yang terdiri dari:
1) Permodalan, dimana modal dalam
pengertiannya secara klasik dapat
diartikan sebagai hasil produksi yang
digunakan untuk memprodusir lebih
lanjut, tetapi dalam pengertiannya lebih
lanjut modal dapat ditekankan pada nilai,
daya beli atau kekuasaan
memakai.menggunakan yang terkandung
134
dalam barang-barang modal (Bambang
Riyanto, 1997), 2) Return on Investment
(ROI), digunakan untuk mengukur
performa keuangan suatu
perusahaan/bisnis dengan cara
mengevaluasi efisiensi penggunaan dana
investasi melalui pengukuran pendapatan
yang dihasilkan yang digunakan untuk
berinvestasi, 3) Return on Assets (ROA),
digunakan untuk mengukur presentasi
keuntungan yang dihasilkan perusahaan
terhadap total aset yang dimiliki
perusahaan tersebut, 4) Manajemen
Perbankan /Pengkreditan, sebagai salah
satu jenis kegiatan,
perbankan/pengkreditan juga tidak luput
dari apa yang menjadi suatu resiko, hal
inilah yang mendasari bahwa dalam suatu
usaha perbankan perlu adanya
manajemen/pengelolaan mengenai resiko
dari usaha/manajemen resiko perbankan.
Adapun jensi-jenis resiko dari
perbankan yang paling sering muncul
adalah menyangkut resiko kredit yang
didefinisikan sebagai resiko kerugian
yang berhubungan dengan pihak
peminjam/debitor yang lalai/tidak
mampu/tidak mau membayar kembali
dana yang dipinjam pada saat jatuh
tempo atau sesudahnya.
Salah satu prinsip yang menjadi
pegangan utama dalam pemberian kredit
oleh lembaga keuangan adalah bahwa
lembaga keuangan harus memperhatikan
5 prinsip yang disebut dengan 5C:
capital/modal, collateral/jaminal,
capacity/kapasitas, condition/kondisi, dan
character/karakter, ke-lima prinsip
tersebut digunakan untuk mengukur
kemampuan/standardisasi kriteria debitor
yang layak untuk diberikan modal.
c. Manajemen Pemasaran
Merupakan salah satu kegiatan-kegiatan
pokok yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan
perusahaannya, untuk berkembang, dan
untuk mendapatkan laba. Proses
pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum
barang-barang diproduksi, dan tidak
berakhir dengan penjualan. Kegiatan
pemasaran perusahaan harus juga
memberikan kepuasan kepada konsumen
jika menginginkan usahanya berjalan
terus, atau konsumen mempunyai
pandangan yang lebih baik terhadap
perusahaan.. Adapun kegiatan-kegiatan
dari manajemen pemasaran adalah: 1).
Segmentasi Pasar, merupakan suatu
aktivitas membagi atau mengelompokkan
pasar yang heterogen menjadi pasar yang
homogen atau memiliki kesamaan dalam
hal minat, daya beli, geografi, perilaku
pembelian maupun gaya hidup, 2).
Targeting merupakan kegiatann
135
mengevaluasi beragam segmen tersebut
untuk memutuskan segmen mana yang
menjadi target market. 3) Positioning,
adalah suatu strategi dalam kegiatan
pemasaran yang bertujuan untuk
menciptakan perbedaan (differents),
keuntungan (advantages), manfaat
(benefit) yang membuat konsumen selalu
ingat dengan suatu produk.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
terhadap terhadap objek yang akan diteliti
yaitu kontribusi program CSR yang
diterapkan oleh PTPN VII, Lampung
dalam industri kecil yang bergerak
dibidang industri keripik kota Bandar
Lampung (dalam hal ini adalah
bagaimana hubungannya terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat
Bandar Lampung).
Adapun sumber data yang
dipergunakan dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah sebagai
berikut:melalui studi literatur, dan
wawancara, sedangkan data-data yang
diambil dilakukan melalui berbagai
teknik yang diambil melalui data primer
dan data sekunder.
Sedangkan instrument penelitian
yang digunakan permodalan; sumber
daya, dan manajemen; dan peningkatan
usaha yang terdiri dari pemasaran dan
teknologi yang digunakan oleh mitra
binaan PTPN VII, Lampung. Sedangkan
dalam melakukan analisis yang
digunakan adalah: 1. perhitungan
Rentabilitas Keuangan dari mitra binaan
seperti: a. Return on Investment, b.
Return on Asset, dan c. Regresi Linier
Berganda (Muliple regression) e. Uji
Hipótesis, yaitu terdiri dari (1) Uji t (Uji
parameter), dimana uji ini digunakan
untuk melihat hubungan yang mungkin
terjadi anatar variabel bebas dengan
variabel terikat dengan menguji pada
tingkat kepercayaan 95% atau ά = 0,05.
Jika diperoleh thitung > t tabel maka Ho
diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika
diperoleh thitung < ttabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima , (2) Uji F (uji
determinant) dimana nantinya akan
diperoleh:
1. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho
ditolak dan Ha diterima
2. Jika Fhitung < F tabel, maka Ho
diterima dan Ha ditolak
Sedangkan untuk Penarikan Sampel
maka digunakan rumus:
n2 =
N
n
n
01
0
; n0 = ( Z
½ . α.)
2
136
Kreteria :
Jika no ≤ 5% ( 0,04 ), maka dipakai N =
no
Jika no ≥ 5% ( 0,04 ), maka dipakai n2 =
N
n
n
01
0
; no = ( Z
½ . α.)
2
Keterangan :
n2 = Ukuran sampel minimum ,
N = Ukuran populasi keseluruhan
α = Resiko kekeliruan ,
δ = Bound of error
Z = Standar deviasi (simpangan baku)
Setelah penentuan ukuran sample
minimal tersebut, dialokasikan ke dalam
setiap strata yang terdapat dalam
populasi, dengan alokasi proporsional
dengan rumus :
n2 = N
nNi. Ni =
n
nNi *
Keterangan : ni = ukuran sampel
setiap strata , Ni = ukuran populasi
setiap strata , N = Jumlah populasi
secara keseluruhan, n = ukuran
sampel ( M. Nasir, 1993 : 361)
1) Teknik penarikan sampel
Anggota populasi adalah Seluruh anggota
mitra binaan yang berjumlah 28 usaha
yang memiliki karakteristik heterogen
dan berstrata menurut jenis usahanya.
Teknik yang digunakan ” Purposive
Sampling ”, yaitu dengan pengambilan
sampel secara kesengajaan pada populasi.
Dalam hal ini diambil data selama 5
(lima) tahun terakhir (2009 – 2013)
2) Teknik Pengujian Data dengan
melakukan uji validitas dimana pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah
alat ukur yang digunakan sudah sesuai
dengan yang diukur. Suatu alat ukur yang
validitasnya tinggi, akan menghasilkan
tingkat kesalahan yang kecil, sehingga
data yang terkumpul merupakan data
yang benar.
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan sebelumnya,
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengukur pengaruh kegiatan CSR
PTPN VII, Lampung terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat, dan
strategi apa yang perlu dilakukan dalam
meningkatkan usaha pemberdayaan
masyarakat madani melalui program CSR
yang dilakukan oleh PTPN VII,
Lampung.
Analisis Kuantitatif
Dengan mempergunakan SPSS versi 18.1
dalam menghitung hasil dari regresi
tersebut sebagai berikut :
Y = 314.621,6 + 0,382 X1 +15.863,3 X2
(6.807)* (0,753)*
+ 42.619,64 X3 - 23.122.86 X4
(3.378)* (-1.78*)
Dari persamaan regresi diatas dapat
diintpretasikan bahwa Y sebagai varibel
137
terikat (dependent variabel) dalam hal ini
adalah besarnya pendapatan masyarakat
perkapita masyarakat Kota Bandar
Lampung terpengaruh pada 3 variabel
yaitu perubahan jumlah sebesar 0.382
variabel bebas (independent variable)
modal (X1) masyarakatnya ditambah
dengan perubahan sebesar -15.863,3
jumlah variable bebas (independent
variable) sumber daya manusia (X2)
ditambah dengan variabel
pemasaran/manajemen usaha (X3)
sebesar 42.619,63 ditambah dengan
variabel bebas jumlah teknologi yang
digunakan (X4) sebesar -23.122,86
ditambah nilai konstan sebesar 314.621,6.
Sedangkan berdasarkan
perhitungan regresi diatas maka diperoleh
nilai koefisien dari masing-masing
variabel (X1 dan X2) maka diperoleh
sebesar 6.807 untuk koefisien variabel
X1; 0,753 untuk koefisien variabel X2;
3,378 untuk koefisien variabel X3, dan -
1,78 untuk koefisien variable X4, dimana
df = 7 dan dengan α = 0,05. Dari
perhitungan didapat R (korelasi) =
0,877, artinya hubungan antara variabel
bebas (independent variable) pendapatan
usaha terhadap variabel terikat
(dependent variable) modal, volume
pemasaran, volume teknologi, dan
sumber daya manusia dari program
kemitraan tersebut adalah sebesar 87,7
persen, dan ini menunjukan bahwa
hubungan antara kedua variabel tersebut
secara keseluruhan adalah cukup besar.
Selain itu juga didapat R square ( R²) =
0,769 (determinasi), yang artinya
hubungan antara variabel Y terhadap
variabel X1 dan X2 secara keseluruhan
adalah sebesar 76,9 persen dan sisanya
yaitu sebesar 23,1 persen dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain misalnya faktor
regulasi, keamanan, dan lain-lain
Uji Hipotesis
1) Uji Parameter (uji t)
Pengujian ini menggunakan uji parameter
(uji t), dimaksudkan untuk melihat
hubungan yang mungkin terjadi antar
variabel bebas (independent) dengan
variabel terikat (dependent) dengan
pengujian satu pihak pada tingkat
kepercayaan 95 persen atau α = 0,05.
Berdasarkan nilai t hitung dan nilai t tabel
pada tabel diatas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Variabel Permodalan (X1)
Diperoleh:
Ho : b1 = 0, Ha : b1 > 0
Pada tingkat kepercayaan 95 persen
ternyata nilai t hitung > t tabel yang
berarti bahwa Ho ditolak da Ha diterima.
b. Variabel Sumber Daya Manusia (X2)
Diperoleh:
138
Ho : b2 = 0 , Ha : b2 < 0
Pada tingkat kepercayaan 95 persen
ternyata nilai t hitung < t tabel yang
berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
c. Variabel Volume Pemasaran (X3)
Diperoleh: Ho : b3 = 0 , Ha : b3 > 0
Pada tingkat kepercayaan 95 persen
ternyata nilai t hitung > t tabel yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
d. Variabel Teknologi (X4)
Diperoleh: Ho : b4 = 0, Ha : b4 < 0
Pada tingkat kepercayaan 95 persen
ternyata nilai t hitung < t tabel yang
berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Tabel: Nilai Uji statistik t pada tingkat
kepercayaan 95 persen dengan df = 7
Variabel
terikat Variabe
l bebas
t-
hitu
ng
t-
tabe
l
Pendapa
tan
usaha Modal
6.80
7
1,89
5
tolak
Ho
Pendapa
tan
usaha
Sumber
daya
manusia
0.75
3
1,89
5
teri
ma
Ho
Pendapa
tan
usaha
Volume
pemasar
an
3.37
8
1,89
5
tolak
Ho
Pendapa
tan
usaha
Teknolo
gi 1.78
1,89
5
teri
ma
Ho
Sumber: data diolah (2013)
2) Uji Determinan (Uji F), pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan alat uji
Fischer (F test), dimaksudkan untuk
mengetahui keberadaan hubungan secara
keseluruhan antara variabel bebas dengan
variabel terikat pada tingkat kepercayaan
95 persen atau α = 0,05.
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh
F hitung = 28,01, dimana diketahui F
tabel = 4,74; maka nilai tersebut
menunjukan bahwa F hitung > F tabel
yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Selain itu juga dari hasil
perhitungan yang dilakukan untuk
menganalisis tingkat keeratan hubungan
antara pendapatan usaha yang diperoleh
maka diperoleh nilai koefisen determinasi
(R²) sebesar 0,769 dimana pada uji F
menunjukan bahwa secara keseluruhan
variabel pendapatan permodalan, sumber
daya manusia, volume pemasaran, dan
penggunaan teknologi mempengaruhi
variabel pendapatan usaha memiliki
pengaruh yang cukup besar. Hal ini
berarti bahwa besarnya modal, sdm yang
digunakan, volume pemasaran, dan
teknologi yang digunakan adalah sebesar
76.9 persen dan sisanya sebesar 23,1
persen dipengaruhi faktor lain di luar
model.
139
Tabel: Nilai Uji statistik F pada tingkat
kepercayaan 95 persen dengan df1 =3
dan df2 = 4 Variabel
terikat
Variabel
bebas
F
Hitung
F
Tabel
Y
X1 +
X2+
X3+X4 28,01 4,74
Ho
tolak
Ha
terima
Sumber: data diolah (2013)
Sedangkan secara parsial
keberartian hubungan serta besarnya
pengaruh yang diberikan oleh masing-
masing variabel bebas terhadap variabel
terikat dapat dijelaskan sebagai berikut;
d. Implikasi Variabel Permodalan
(X1)
Berdasarkan hasil uji parameter uji
t yang telah dilakukan, ternyata t hitung
untuk variabel permodalan berbeda nyata
dengan nol pada tingkat kepercayaan 95
persen. Hal ini menunjukan bahwa secara
statistik permodalan mempunyai
pengaruh positif antara variabel
pendapatan usaha dengan permodalan
disebabkan karena dengan semakin
meningkatnya permodalan suatu usaha
dari tahun ke tahun akan meningkatkan
permodalan.
Meskipun modal merupakan nilai,
daya beli atau kekuasaan
memakai.menggunakan yang terkandung
dalam barang-barang modal (Bambang
Riyanto, 1997), modal juga harus dilihat
dari aspek manajemen dan resikonya. Ini
berarti bahwa dalam aspek manajemen
pengelolaan resiko, administrasi,
keuangan dan perbankan, serta
pemasaran merupakan beberapa hal yang
harus dijadikan perhitungan untuk
mengembangkan suatu usaha. Karena
dengan faktor-faktor tersebutlah, suatu
usaha dalam berbagai skala dapat tetap
bertahan dan memungkinkan untuk
berkembang lebih besar.
Hasil perhitungan terlihat bahwa
besarnya pengaruh perkembangan
permodalan yang digunakan terhadap
perkembangan pendapatan usaha adalah
sebesar 0,0687 persen, ini berarti setiap
perubahan kenaikan permodalan sebesar
1 persen akan meningkatkan pendapatan
usaha sebesar 0,0687 persen.
Berdasarkan hal tersebut diatas
berarti bahwa hubungan yang terjadi
antara permodalan dengan pendapatan
usaha sangat mendukung hipotesis yang
menyatakan adanya hubungan yang
positif antara kedua variabel tersebut
meskipun besarnya pengaruh tersebut
hanya sebesar yaitu hanya 0,0687 persen.
e. Implikasi Variabel Sumber Daya
Manusia (X2)
Berdasarkan hasil uji parameter (uji
t) yang telah dilakukan, ternyata t hitung
untuk variabel SDM ternyata berbeda
140
nyata dan positif. Ini berarti bahwa secara
statistik bahwa SDM mempunyai
pengaruh nyata terhadap pendapatan
usaha. Dari hasil perhitungan terlihat
besarnya pengaruh SDM terhadap
perkembangan pendapatan usaha adalah
0,0753 persen. Ini berarti bahwa setiap
perubahan jumlah SDM yang bekerja
dalam usaha mikro sebesar satu persen
akan mengakibatkan naiknya pendapatan
usaha sebesar 0,0753 persen. Ini
menandakan bahwa faktor
SDM merupakan faktor penting
dalam peningkatan pendapatan usaha
dalam berbagai skala usaha, karena SDM
merupakan output yang nantinya akan
digunakan dalam proses produksi. Dapat
dikatakan pula dengan bertambahnya
kuantitas serta kualitas SDM juga sangat
mendukung peningkatan pendapatan
usaha, sehingga faktor SDM baik dari
segi kuantitas maupun kualitas dalam
suatu kegiatan usaha harus dijadikan
sebagai salah satu prioritas utama.
Adapun aspek kualitas dari SDM adalah
pada jam didapat dari motivasi, prestasi,
skill dan keterampilan, dan kedisiplinan
SDM manusia yang bekerja selama
proses produksi berlangsung
f. Implikasi Varabel Volume
Pemasaran Yang Digunakan (X3)
Sedangkan berdasarkan uji
parameter ditemukan hasil bahwa
ternyata t hitung untuk variabel
pemasaran memiliki pengaruh nyata dan
positif terhadap peningkatan pendapatan
usaha. Selain itu dari hasil perhitungan
diperoleh besarnya pengaruh antara
pemasaran dengan pendapatan usaha
adalah sebesar 0,0338 persen, dan berarti
bahwa setiap perubahan volume
pemasaran sebesar satu persen akan
mengakibatkan naiknya pendapatan
usaha sebesar 0,0338 persen.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa volume pemasaran mengalami
perkembangan yang fluktuatif akan tetapi
jika kita bandingkan dengan tabel 3 yang
menunjukan perkembangan pendapatan
usaha kecil dan menengah selalu
mengalami peningkatan dengan rata-rata
18 persen per tahun selama periode
tersebut, maka kita setuju bahwa dengan
melakukan strategi segmentasi,
positioning, dan targeting yang didukung
oleh peningkatan kualitas produksi serta
promosi yang gencar akan membawa
usaha kecil maupun mengah menjadi
suatu perusahaan yang mampu bersaing
dengan usaha sejenis dengan skala yang
lebih besar.
Dan dengan ke-tiga strategi tersebut
(segmentasi, posistioning, dan targeting),
141
maka industri kecil maupun menegah
dapat mensiasati keterbatasan yang
dipengaruhi oleh faktor internal (seperti
kekuatan aset, modal, volume,
manajemen yang berpengaruh pada
pencapaian laba yang diinginkan),
maupun faktor eksternal seperti pesaing
juga akan lebih terhindarkan dengan cara
memasuki relung pasar yang belum
dimasuki oleh skala usaha sejenis yang
memiliki kekuatan finansial, dan
teknologi yang lebih baik dan besar;
sehingga usaha tersebut dapat terus
bertahan bahkan bersaing secara sehat.
g. Implikasi Variabel Teknologi
Yang Digunakan (X4)
Berdasarkan hasil uji parameter (uji
t) yang telah dilakukan, ternyata t hitung
untuk variabel penggunaan teknologi
ternyata tidak berbeda nyata dengan nol.
Ini berarti bahwa secara statistik bahwa
teknologi tidak mempunyai pengaruh
nyata terhadap peningkatan pendapatan
usaha.
Hasil perhitungan terlihat besarnya
pengaruh fluktuasi tingkat bunga
terhadap kemampuan masyarakat untuk
menabung dalam jangka pendek di
Indonesia adalah sebesar -0,00178
persen. Ini berarti bahwa setiap
perubahan kenaikan tingkat bunga
sebesar satu persen akan mengakibatkan
turunnya pendapatan usaha sebesar
0,0178 persen. Bila dibandingkan dengan
prosentase jumlah penggunaan teknologi
yang mengalami perkembangan rata-rata
sebesar 34 persen per tahun seolah-olah
adanya ketidakselarasan dengan hasil
perhitungan statistik. Padahal
perkembangan rata-rata rosentase jumlah
penggunaan teknologi dalam industri
keripik yang sebesar 34 persen tersebut
sudah mengalami penurunan. Andaikan
tidak terjadi penurunan sebesar 0,0178
persen, maka prosentase perkembangan
rata-rata penggunaan teknologi yang
digunakan dalam industri keripik tersebut
lebih besar daripada 34 persen.
Analisis Kualitatif
1. Strategi yang digunakan
Berdasarkan Hasil Diagram Kartesius:
Berdasarkan hasil Diagram Kartesius
disamping, maka diperoleh: kepuasan dan
ketidapuasan yang muncul dalam
pelaksanaan program CSR ini adalah
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kepuasan terdiri atas:
1. Permodalan yaitu: Jangka waktu
kredit yang diberikan, Sistem penyaluran
dana, Suku bunga yang berlaku
2. MSDM: Pengelolaan manajemen
admnistrasi, Pelatihan teknikal skill,
Pelatihan manajemen admnistrasi
142
3. Pemasaran: System pemasaran,
Pencapaian segmentasi pasar
4. Teknologi, mencakup Pemanfaatan
teknologi yang digunakan
Sedangkan Ketidakpuasan terdiri atas:
a) Permodalan, dalam hal ini jumlah dana
yang diberikan masih kurang memadai
jika dibandingkan dengan kebutuhan riil
sehingga terkadang masih kurang dapat
menutupi biaya operasional. Dimana
plafond kredit yang diberikan kepada
para anggota berkisar Rp. 5 – Rp. 50 juta
sesuai dengan skala usaha dan kapasitas
usaha. Dengan plafond tersebut masih
dirasakan sangat kurang, khususnya
dalam penyediaan persediaan dan
peralatan yang dapat menunjang kualitas,
kuantitas, dan aspek kompetitif terhadap
industri sejenis yang memilki skala dan
modal yang lebih besar. Akibatnya
produk dari mitra binaan masih dirasakan
kurang kompetitif baik dari segi harga,
kemasan, promosi, bahkan kualitas
produk itu sendiri.
b) Bantuan ketersediaan peralatan dan
persediaan yang dirasakan masih kurang
memadai. Seperti yang telah dijelaskan
secara singkat diatas dikatakan bahwa
adanya keterbatasan dana kredit yang
disalurkan dapat berpengaruh pada
kualitas dan kuantitas produk itu sendiri,
dalam hal ini peralatan maupun
persediaan yang merupakan faktor utama
dalam menghasilkan suatu output/hasil
yang diinginkan baik itu oleh produsen
maupun konsumen. Akibatnya kepuasan
konsumen pun terancam terabaikan, oleh
karena kendala tersebut.
c) MSDM, untuk sumber daya secara
umum, dapat dikatakan cukup
memuaskan. Hal ini terjadi karena pihak
PTPN VII, Lampung sebagai pembina
dari program ini sangat concern terhadap
peningktan kualitas sumber daya
manusia. Dalam setiap tahunnya rata-rata
dilakukan dua kali pelatihan dan
workshop yang berkaitan dengan tehnikal
skil dan manajemen bagi para anggota
mitra binaan (sumber: PTPN VII,
Lampung, 2012) , akan tetapi target
pemasaran masih dirasakan kurang
mencapai sasaran yang diinginkan,
sehingga dalam hal ini mitra binaan
mengalami kesulitan dalam memasarkan
produk dan menentukan harga yang tepat
sesuai dengan segmen.
Sesuai dengan targetnya, para
anggota usaha mitra binaan
secara`keseluruhan menargetkan untuk
dapat memasarkan produknya di luar
propinsi Lampung dengan menargetkan
bahwa produknya bisa masuk keberbagai
segmen pasar baik kecil, menengah,
maupun besar. Dimana para anggota
143
telah melakukan suatu strategi produk
berdasarkan varian/jenis dan kemasan
yang berbeda-beda untuk setiap segmen
yang berbeda. Akan tetapi hal ini masih
jauh sekali dari realisasinya selain
dirasakan kurangnya modal, para anggota
juga dihadapi oleh kendala promosi.
d). Kualitas teknologi yang digunakan
masih kurang memuaskan karena
dirasakan masih ketinggalan jaman dan
belum memenuhi syarat standar industri,
selain itu juga teknologi yang digunakan
masih sangat jauh dari bagaimana
menghasilkan produk yang bermutu,
kemasan yang menarik, bahkan promosi
penjualan.
2. Analisis Pendekatan Strategi
Manajemen
Strategi merupakan suatu jenis
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan , dalam hal ini secara garis besar
tujuan usaha jelas adalah untuk
memperoleh laba yang maksimum ,
sehingga dapat menjamin
keberlangsungan dari usaha tersebut
secara jangka panjang. Selain itu juga
dengan peningkatan laba usaha secara
langsung akan mempengaruhi pendapatan
usaha secara keseluruhan dalam suatu
wilayah, sehingga dengan kemandirian
masyarakat secara finansial berbagai
aspek kehidupan dapat lebih terjamin,
baik secara materi maupun non materi.
Sehingga dengan kesejahteraan yang
diperoleh masyarakat berpengaruh pada
kehidupan sosial secara keseluruhan.
Pada hakikatnya, pemberdayaan
masyarakat madani bertujuan untuk
mencapai suatu masyarakat yang adil,
makmur, dan sejahtera; dan ini salah
satunya adalah bagian dari sasaran yang
ingin dicapai baik oleh pemerintah
maupun masyarakat dalam menjamin
kenyamanan dan kesejahteraan hidupnya.
Adapun startegi yang dapat
digunakan dalam meningkatkan
pendapatan usaha adalah dapat dilakukan
dengan berbagai hal, dalam penelitian ini
144
diperoleh suatu analisa bahwa karena
segala kegiatan usaha/bisnis selalu
menyangkut proses usaha, yang dimulai
dari proses awal sampai akhir selama
kegiatan tersebut berlangsung. Dimana
hasil akhir dari suatu kegiatan usaha pada
nantinya selain dapat dirasakan oleh si
pelaku bisnis, juga berguna untuk
menjalankan roda usaha selanjutnya.
Strategi yang dijelaskan diatas
dapat berupa strategi yang berpengaruh
langsung maupun yang tidak berpengaruh
langsung dalam kegiatan bisnis. Strategi
yang berpengaruh langsung umumnya
merupakan strategi/cara/usaha dari suatu
bisnis yang langsung dipakai dan
dirasakan oleh pelaku bisnis. Adapun
strategi tersebut dapat didentifikasikan
antara lain:
1) strategi keuangan dalam hal ini
menyangkut struktur permodalan, serta
resiko dan manajemen resiko dari suatu
usaha. Dari sisi struktur permodalan
startegi yang dapat digunakan adalah
bagaimana mitra binaan tersebut dapat
mengelola modal yang dibutuhkan, baik
modal sendiri maupun modal
asing/hutang. Khusus untuk pengeloalaan
modal asing/hutang, ini merupakan salah
satu aktivitas penting yang harus
diperhatikan. Kemampuan suatu usaha
dalam mengelola hutangnya sangatlah
perlu untuk tetap menjamin
keberlangsungan usaha. Karena modal
asing merupakan komponen kewajiban
dari suatu usaha kepada pihak lain yang
memberikan hutang tersebut. Dalam hal
ini kewajiban dari suatu usaha (debitor),
bukan hanya terbatas pada kewajiban
untuk mengembalikan pokok nya saja
akan tetapi berikut dengan kewajiban
bunganya. Banyak sekali contoh yang
dapat kita lihat dari usaha-usaha baik
skala kecil, menengah, maupun besar
mengalami kesulitan keuangan
(likuiditas), dan ini menyebabkan
pengaruh yang negatif bagi usaha itu
sendiri. Bahkan tidak sedikit
usaha/bisnis mengalami kebangkrutan
akibat faktor ini.
2) Strategi pemasaran
Merupakan unsur proses kegiatan usaha
yang penting dalam menjalankan usaha
dan menjamin keberlangsungan usaha.
Dimana dalam proses ini, baik dari proses
awal samapi dengan proses akhir selalu
dilibatkan. Proses pemasaran tidak hanya
sebatas pada proses penjualan, proses
pemenuhan akan kebutuhan konsumen
juga merupakan faktor penting dalam
menunjang keberlangsungan usaha
tersebut. Informasi mengenai keinginan
dari konsumen mengenai apa yang
diinginkan baik dari segi produk, rasa,
145
warna, kemasan, cara mendapatkan, dan
kemudahan untuk memperoleh produk
juga merupakan faktor-faktor penting
dalam kegiatan bisnis, dan menjamin
keberlangsuangan usaha itu sendiri
Adapun kegiatan pemasaran yang dapat
dilakukan untuk menjamin keinginan dan
kepuasan konsumen adalah dengan a)
melakukan segmentasi Pasar, dimana
kegiatan ini merupakan suatu aktivitas
membagi atau mengelompokkan pasar
yang heterogen menjadi pasar yang
homogen atau memiliki kesamaan dalam
hal minat, daya beli, geografi, perilaku
pembelian maupun gaya hidup. Selain itu
juga diketahui tantangan dalam
pemasaran adalah untuk mengidentifikasi
pasar potensial yang menguntungkan
untuk dilayani karena jarang sekali satu
program pemasaran dapat memuaskan
pasar yang heterogen yang berbeda selera
dan karakteristik untuk itu diperlukan
segmentasi pasar, b) targeting yang
mertupakan kegiatan memutuskan
segmen mana yang menjadi target
market. Dalam mengevaluasi segmen
pasar yang berbeda perusahaan harus
melihat dua faktor yaitu daya tarik pasar
secara keseluruhan serta tujuan dan
resource perusahaan (Kotler, 2003).
Perusahaan harus melihat apakah suatu
segmen potensial memiliki karakteristik
yang secara umum menarik seperti
ukuran, pertumbuhan, profitabilitas, skala
ekonomi, resiko yang rendah dan lain-
lain. Perusahan juga perlu
mempertimbangkan apakah berinvestasi
dalam segmen tersebut masuk akal
dengan mempertimbangkan tujuan dan
sumber daya perusahaan, c) positioning,
merupakan suatu strategi dalam kegiatan
pemasaran yang bertujuan untuk
menciptakan perbedaan (differents),
keuntungan (advantages), manfaat
(benefit) yang membuat konsumen selalu
ingat dengan suatu produk. Dengan kata
lain sebagai usaha menempatkan sesuatu
dalam pikiran orang dengan terlebih
dahulu memberikan informasi tentang
segala sesuatu seperti fasilitas, program
yang diberikan, dosen yang dimiliki
dengan cara penyuguhan kualitas
pelayanan dan bagaimana
mempresentasikannya.
3) Peningkatan kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia/tenaga kerja yang
terlibat.
Tidak dapat dipungkiri dengan
bertambahnya tingkat persaingan usaha
akan mempengaruhi laba/pendapatan
usaha yang ingin dilakukan adalah salah
satunya peningkatan kualitas dan
kuantitas dari Sumber Daya Manusia.
Porter (2009) menyatakan bahwa dampak
146
social value chain untuk meningkatkan
aktivitas perusahaan adalah salah satunya
Human Resorce development atau
Sumber Daya Manusia yang terdiri dari
Pendidikan (Education), Pelatihan (Job
training), recruitment, kondisi
lingkungan pekerjaan yang kondusif,
Kesejahteraan dan Kesehataan, Diversity,
dan kebijakan pension dan kebijakan
kompensasi. Dalam kasus ini, diperoleh
bukti bahwa dengan peningkatan kualitas
dan kuantitas manajemen sumber daya
manusia sangat mendukung proses bisnis
baik dalam pengelolaan manajemen
maupun proses produksi. Sehingga
dengan meningktakan kualitas
manajemen sumber daya akan diperoleh
produk yang berkualitas, iklim usaha
yang kondusif yang bisa menunjang
keberlanjutan usaha, sekaligus efektifitas
dan efisiensi bidang usaha yang pada
akhirnya bisa meningktkan pendapatan
usaha.
4) Penggunaan teknologi, dalam
penggunaan Teknologi yang efektif dan
terkini merupakan tuntutan dari
persaingan Global terutama dalam dunia
usaha. Teknologi dalam menciptakan
produk yang dapat meningkatkan
pendapatan bukan hanya memiliki fungsi
sebagai supporting atau pendukung
namun sudah mencapai tingkat
kebutuhan (need) sebagai alat atau tools
dalam menghasilkan produk dengan
proses produksi yang efesien dan efektif.
Sehingga strategi yang dilakukan dalam
peningkatan usaha khususnya dalam
pertanggungjawaban social dalam
program CSR adalah efektifitas dalam
operasionalisasi produksi dengan
memperhatikan value chain produk yang
dapat berdapak pada bisnis unit.Strategi
untuk mengadopsi Teknologi sudah
saatnya dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan usaha karena secara
signifikan akan berdampak pada aktivitas
bisnis dan produksi, khususnya dalam
menghasilkan produk yang
bermutu/berkualitas, menarik
kemasannya, bahkan promosi produk
yang efektif.
SIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan
pengujian hipotesis serta analisis statistik
dan pembahasan mengenai hubungan
antara program CSR PTPN VII,
Lampung terhadap Pendapatan Usaha
Industri Keripik di Bandar Lampung
selama periode tahun 2009-2013 dapat
disimpulkan bahwa:
e. Hasil uji R (korelasi) adalah
sebesar 0,877, artinya adanya
pengaruh positif kuat antara
pendapatan usaha terhadap modal,
147
volume pemasaran, volume teknologi,
dan sumber daya manusia dari
program kemitraan tersebut.
Sedangkan jika hasil uji R square (
R²) menunjukkan sebesar 0,769
(determinasi) Artinya hubungan
antara variabel Y terhadap variabel
permodalan, sumber daya manusia,
manajemen pemasaran dan teknologi
secara keseluruhan adalah sebesar
76,9 persen dan sisanya yaitu sebesar
23,1 persen dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain misalnya faktor regulasi,
keamanan, dan lain-lain
b. Secara parsial program CSR PTPN
VII, Lampung dalam hal ini adalah
variabel permodalannya berpengaruh
nyata dan positif terhadap
peningkatan pendapatan usaha
industri keripik di Bandar Lampung,
ini berarti mendukung hipotesis yang
diajukan dan secara statistik berbeda
secara berarti dari nol dengan
pengaruh sebesar dengan hasil
0,0687 persen. Sesuai dengan teori
Keuangan (Bambang Riyanto, 2007)
bahwa dengan semakin besarnya
modal yang digunakan maka semakin
besar pula kemampuan untuk
meningkatkan pendapatan usahanya.
Secara parsial Sumber Daya Manusia
yang diperlukan oleh mitra binaan
PTPN VII Lampung tidak
berpengaruh terhadap pendapatan
usaha industri keripik di Bandar
Lampung, ini berarti mendukung
hipotesis yang diajukan dan secara
statistik berbeda secara berarti dari
nol dengan pengaruh sebesar dengan
hasil 0,0753 persen. Ini berarti
kualitas dan kuantitas SDM yang
digunakan tidak mempengaruhi
secara signifikan untuk meningkatkan
pendapatan usahanya namun Sumber
Daya Manusia sangat perlu
diperhatikan untuk dapat menjaga
eksistensi usaha yang dijalankan
Secara parsial hubungan antara
manajemen pemasaran yang
digunakan oleh mitra binaan dengan
peningkatan pendapatan usaha
industri keripik di Bandar Lampung
adalah berpengaruh positif dan nyata,
ini berarti mendukung hipotesis yang
menyatakan adanya hubungan yang
positif antara kedua variabel tersebut,
dengan hasil yang diperoleh adalah
sebesar 0,0378 persen. Berarti dapat
disimpulkan bahwa dengan
meningkatnya volume pemasaran
yang digunakan dalam kegiatan usaha
industri keripik akan meningkatkan
pendapatan usahanya.
148
Sedangkan secara parsial dengan
peningkatan penggunaan teknologi
yang digunakan tidak berpengaruh
secara statistik terhadap pendapatan
usaha industri keripik di Bandar
Lampung namun dengan hasil -
0,0178 menunjukkan bahwa besarnya
teknologi yang ada dan dari hasil
perhitungan tersebut dinyatakan
bahwa penggunaan teknologi yang
digunakan dalam mitra binaan PTPN
VII, Lampung dalam industri keripik
di Bandar Lampung belum dapat
menjamin dalam meningkatkan
pendapatan usahanya meskipun
dengan prosentase yang sangat kecil
yaitu sebesar 0,0178 persen. Akan
tetapi demi menjagi keberlangsungan
dan kemampuan kompetisi dengan
industri sejenis yang memiliki
kekuatan baik secara finansial
maupun non finansial yang lebih
besar, ada baiknya faktor teknologi
juga harus mendapat perhatian yang
besar baik oleh pihak mitra binaan
maupun oleh PTPN VII, Lampung.
Secara keseluruhan baik permodalan,
SDM, teknik pemasaran, maupun
teknologi yang digunakan
memberikan pengaruh positif
terhadap peningkatan pendapatan
usaha dari mitra binaan. Berdasarkan
hal tersebut diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa hasil perhitungan
mendukung hipotesis bahwa terdapat
hubungan yang positif antara
permodalan, SDM, teknik pemasaran,
maupun teknologi yang digunakan
terhadap peningkatan pendapatan
usaha dari mitra binaan PTPN VII,
Lampung yang bergerak dalam
bidang industri keripik dengan skala
kecil dan menengah.
c. Strategi Pengembangan Usaha
Strategi yang digunakan PTPN VII,
Lampung di bidang permodalan,
sumber daya manusia, manajemen
pemasaran, dan penggunaan
teknologi yang merupakan indikator
variabel pelaksanaan program
Corporate Social Responsibility
khususnya dalam program kemitraan
usaha industri keripik di Bandar
Lampung saat ini masih belum
memuaskan masyarakat khususnya
bagi anggota mitra binaan, terlihat
dari hasil penelitian bahwa anggota
mitra binaan masyarakat masih belum
puas terhadap variabel permodalan
yang menyangkut jumlah bantuan
kredit yang diberikan (hal ini
dirasakan masih belum memadai
dengan kebutuhan operasional secara
riil dari kegiatan usaha). Begitupula
149
dengan target pemasaran yang
dilakukan oleh para anggota mitra
binaan, juga dirasakan masih sangat
kurang memuaskan. Hal ini terjadi
karena masih terbatasnya wilayah
pemasaran produk yang hanya
mencakup propinsi Lampung (dengan
kata lain masih kurangnya promosi
dan PTPN VII, Lampung masih
belum mampu membuka keran
pemasaran produk yang dihasilkan
diluar propinsi). Selain itu juga
kualitas dan kuantitas penggunaan
teknologi yang digunakan masih
kurang memuaskan karena dirasakan
masih ketinggalan jaman dan belum
memenuhi syarat standar industri,
selain itu juga teknologi yang
digunakan masih sangat jauh dari
bagaimana menghasilkan produk
yang bermutu, kemasan yang
menarik, bahkan promosi
penjualan.Ketiga indikator tersebut
berdasarkan penelitian ini masih
dirasakan kurang memuaskan dan
hasilnya dapat kita lihat dalam
kuadran A diagram Kartesius.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Setiadi; 2008; CSR: Corporate
Social Responsibility atau
Collective Social Responsibility.
Diunduh pada tanggal 21 Maret
2011. http://www.beritabumi.or.id
Achda, B. Tamam. 2008. Konteks
Sosiologis Perkembangan
Corporate. Jakarta
Boone dan Kurtz. 2007. Social
Responsibility (CSR) dan
Implementasinya di Indonesia.
Contemporary Business;
Pengantar Bisnis Kontemporer;
Buku 1, Salemba Empat, Jakarta
East-West Management
Harmoni, Ati dan Ade Ariyati. 2008.
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada
Official Website Perusahaan
Studi Pada PT. UNILEVER
INDONESIA Tbk. Proceeding,
Seminar Ilmiah Nasional
Komputer dan Sistem Intelijen
(KOMMIT 2008) Auditorium
Universitas Gunadarm., Depok.
20-21 Agustus 2008
Dajan, Anto. 1997. Pengantar Metode
Statistik Jilid II. Penerbit LP3E.,
Jakarta
Gujaratti, Damodar. 2001. Econometrics,
6th edition. Tornton Press
Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Resiko
Perbankan-
PemahamanPendekatan 3 Pilar
150
Kesepakatan Basel I. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Kaplan S, Robert, and Norton. 2004.
Strategy Maps. Harvard Business
School Press
Kottler, Philip. 2007. Marketing of
Management. 14th
edition;
Tornton Press
Kotler, Kartajaya, Huan and Liu. 2003.
Marketing Management:
Analysis, Planing,
Implementation, and Control.
New Jersey: Prentice-Hall
International. Inc
Kytle, Beth, and et al. 2005. CSR as Risk
Management: A Model For
Multinational. Harvard University
Working Paper
Nazir, Mohammad. 1993. Metode
Penelitian. Ghalia Indonesia,
Jakarta
Porter, Michael E, and et al. 2009. The
Link Between Competitive
Advantage and CSR. Harvard
Business Review-Journal
Riyanto, Bambang. 1997. Manajemen
Pembelanjaan. BPFE,
Yogyakarta
Samuelson, Paul A., dan D. Nordhaus,
William. 2001. Ekonomi. Edisi
ke-17 Terjemahan, Penerbit
Erlangga
Siregar, Chairil N. 2007. Analisis
Sosiologis Terhadap
Implementasi CSR Pada
Masyarakat Indonesia. Jurnal
Sosioteknologi Edisi 12
Sukirno, Sadono. 2002. Ekonomi
Pembangunan: Proses Masalah
dan Dasar Kebijaksanaan.
Penerbit LPFE-UI; Jakarta
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori
Mikroekonomi. Penerbit LPFE-
UI. Jakarta
W, Iyuk. 2008. Kajian CSR
Pemberdayaan Masyarakat
”Charity Versus Empowering”.
http://www.pnm.co.id