PRESUS Nephrolithiasis

download PRESUS Nephrolithiasis

of 35

Transcript of PRESUS Nephrolithiasis

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    1/35

    BAB I

    STATUS PENDERITA

    I. IDENTITAS PASIENNama : Tn. Sh

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Usia : 37 tahun

    Alamat : Kecitraan 05/03 kab.Banjarnegara

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Pendidikan terakhir : SMA

    Pekerjaan : Petani

    No RM : 786636

    Tanggal Masuk RSMS : 26 desember 2012 dari POLI UROLOGI RSMS

    pukul 14.00WIB

    Tanggal Pemeriksaan : 27 desember 2012

    II. ANAMNESIS1.Keluhan Utama : Nyeri pinggang kanan

    2.Keluhan Tambahan : Nyeri saat BAK

    3.Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke Poli Urologi RSUD Margono Soekarjo Purwokerto pada

    hari Rabu, 26 Desember 2012 pukul 14.00WIB dengan keluhan nyeri pinggang

    kanan sejak satu setengah bulan yang lalu SMRS. Nyeri bersifat hilang timbul.

    2 hari SMRS nyeri dirasakan semakin memberat terutama saat beraktifitas.

    Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut pasien berobat ke RSMS. Demam (-),

    BAB biasa, BAK merah (-), BAK keluar batu (-), Bak berpasir (-), mual

    muntah (-)

    4. Riwayat penyakit dahulu

    a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    2/35

    b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

    c. Riwayat kencing manis : disangkal

    d. Riwayat penyakit jantung : disangkal

    e. Riwayat trauma yang mencederai abdomen : disangkal

    f. Riwayat infeksi saluran kemih berulang : disangkal

    g. Riwayat asam urat : disangkal

    h. Riwayat operasi : disangkal

    i. Riwayat alergi : disangkal

    5. Riwayat penyakit keluarga

    Tidak ada keluarga pasien yang mengalami kejadian dan keluhan sama dengan

    pasien

    III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Sedang

    Kesadaran : Compos mentis/E4M6V5

    Tanda vital

    Tekanan darah : 130/90 mmHg

    Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

    Respirasi : 24 x/menit, torako abdominal

    Suhu : 37 C, aksiler

    Tinggi badan : 167 cm

    Berat badan : 62 kg

    Kesan gizi : normal

    Status Generalis

    Kepala : Simetris,mesochepal,venektasi temporal (-/-)

    Mata : : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Hidung : Discharge (-/-), deviasi septum (-)

    Mulut : Lidah sianosis (-)

    Telinga : Kelainan bentuk (-), discharge (-)

    Leher : Deviasi trakhea (+) ke kanan, JVP 5+2cm

    Thorax : tidak ada kelainan

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    3/35

    Abdomen : (status urologi)

    Genitalia eksterna : (status urologi)

    Ekstremitas atas : tidak ada kelainan

    Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan

    Status Urologi

    Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) sinistra:

    Inspeksi : Bulging (-)

    Palpasi : Ballotement (-)

    Nyeri ketok (-)

    Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra:

    Inspeksi : Bulging (-)

    Palpasi : Ballotement (+)

    Nyeri ketok (+)

    Regio Suprapubik:

    Inspeksi : Bulging (+)

    Palpasi : Nyeri tekan (-)

    Regio Genitalia Eksterna :

    Inspeksi : Tidak ada kelainan

    Rectal Toucher : TSA Baik

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan darah lengkap (26 Desember 2012)

    Hemoglobin (Hb) : 15.4 g/dl (14-18 g/dl)

    Leukosit : 8.290/ul (480010800/ul)

    Hematokrit (Ht) : 44 % (4252 %)

    Eritrosit : 5,0 jt/ul (4,76,1 x 106/ul)

    Trombosit : 298.000/uI (150.000450.000/ul)

    MCV : 87,1 fl (7999 fL)

    MCH : 30,6pg (2731 pg)

    MCHC : 35,1 % (3337 %)

    RDW : 13,1% (11,514,5 %)

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    4/35

    MPV : 9,5 fL (7.211.1 fL)

    Hitung Jenis :

    Basofil : 0.4% (0.001.00 %)

    Eosinofil : 4.3% (2.004.00 %)

    Batang : 0.00% (2.005.00 %)

    Segmen : 54.3% (40.070.0 %)

    Limfosit : 32.2% (25.040.0 %)

    Monosit : 8.8% (2.008.00 %)

    PT : 13.1 detik (11.5-15)

    APTT :31.2 detik (25-35)

    Elektrolit

    Natrium : 144 mmol/L (136-145)

    Kalium : 3.8 mmol/L (3.5-5.1)

    Klorida : 97 mmol/L (98-107)

    Kalsium : 9.5 mg/L (8.4-10.2)

    BNO-IVP

    Pada pemeriksaan radiologis BNO tampak bayangan radioopaque pada

    linea para vertebrae dextra setinggi Lumbal I-III

    USG Urologi (10 Desember 2012)

    Kesan : Multiple nefrolithiasis kanan dengan ukuran terbesar 0.94cm

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    5/35

    V. RESUMEa. Anamnesa

    1. Laki-laki 37 tahun

    2. Keluhan utama: nyeri pinggang kanan sejak setengah bulan yang

    lalu SMRS

    3. Nyeri bersifat hilang timbul

    4. 2 hari SMRS nyeri dirasakan semakin memberat terutama saat

    beraktifitas. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut pasien berobat

    ke RSMS

    5. Demam (-), BAB biasa, BAK merah (-), BAK keluar batu (-), Bak

    berpasir (-), mual muntah (-)

    b.PemeriksaanFisik

    Keadaan umum : Sedang

    Kesadaran : Compos mentis/E4M6V5

    Tanda vital

    Tekanan darah : 130/90 mmHg

    Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

    Respirasi : 24 x/menit, torako abdominal

    Suhu : 37 C, aksiler

    Tinggi badan : 167 cm

    Berat badan : 62 kg

    Kesan gizi : normal

    Status Generalis

    Kepala : Simetris,mesochepal,venektasi temporal (-/-)

    Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Hidung : Discharge (-/-), deviasi septum (-)

    Mulut : Lidah sianosis (-)

    Telinga : Kelainan bentuk (-), discharge (-)

    Leher : Deviasi trakhea (+) ke kanan, JVP 5+2cm

    Thorax : tidak ada kelainan

    Abdomen : (status urologis)

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    6/35

    Genitalia eksterna : (status urologis)

    Ekstremitas atas : tidak ada kelainan

    Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan

    StatusUrologikus

    Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) sinistra:

    Inspeksi : Bulging (-)

    Palpasi : Ballotement (-)

    Nyeri ketok (-)

    Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra:

    Inspeksi : Bulging (-)

    Palpasi : Ballotement (+)

    Nyeri ketok (+)

    Regio Suprapubik:

    Inspeksi : Bulging (+)

    Palpasi : Nyeri tekan (-)

    Regio Genitalia Eksterna :

    Inspeksi : Tidak ada kelainan

    Rectal Toucher : TSA Baik

    c. Pemeriksaan penunjang

    Darah lengkap

    Hitung Jenis :

    Eosinofil : 4.3% (2.004.00 %)

    Batang : 0.00% (2.005.00 %)

    Monosit : 8.8% (2.008.00 %)

    BNO-IVP

    Pada pemeriksaan radiologis BNO tampak bayangan radioopaque

    pada linea para vertebrae dextra setinggi Lumbal I-III

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    7/35

    USG Urologi (10 Desember 2012)

    Kesan : Multiple nefrolithiasis kanan dengan ukuran terbesar 0.94cm

    VI. DIAGNOSISLaki-laki, 37 tahun, dengan Nephrolithiasis dextra

    VII. PENTALAKSANAANNon medikamentosa:

    a. Pasang kateter urin

    b. Edukasi mengenai batu ginjal

    Medika mentosa:

    a. Antibiotik

    b. Analgetik

    Pembedahan

    Extended pyelolitectomi

    VIII. PROGNOSIS1. Ad Vitam : Bonam

    2. Ad Sanationam : Dubia ad bonam

    3. Ad Functionam : Dubia ad bonam

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    8/35

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. Ginjal

    A. Anatomi Ginjal

    Renal Capsule (Fibrous Capsule)

    Tiap ginjal dibungkus oleh suatu membran transparan yang

    berserat yang disebut renal capsule seperti Myelin di syaraf ( Renal

    Capsule - Kortex - medula - Pelvis Renalis). Membran berperan

    melindungi ginjal dari trauma dan infeksi.

    Renal capsule tersusun dari serat yang kuat, terutama colagen dan elastin

    (protein berserat), yang membantu menyokong massa ginjal dan

    melindungi jaringan vital dari luka. Renal capsule menerima suplai

    darahnya terutama dari arteri interlobar, suatu pembuluh darah yang

    merupakan percabangan dari renal arteri utama. Pembuluh darah ini

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    9/35

    menjalar melalui cortex ginjal dan berujung pada renal capsule. Membrane

    ini biasanya 2-3 milimeter tebalnya.

    Renal Capsule melindungi dinding luar dan masuk melalui bagian

    cekung ginjal yang dikenal dengan sinus. Sinus berisi pembuluh utama

    yang mengangkut urin dan pembuluh arteri dan venna yang menyuplai

    jaringan dengan nutrisi dan oksigen. Renal capsule terhubung kepada

    struktur ini dalam sinus dan melapisi dinding sinus. Pada orang yang

    normal, renal capsule berwarna merah muda, tembus cahaya, halus, dan

    mengkilat. Biasanya membran ini mudah dilepas dari jaringan ginjal.

    Ginjal yang terkena penyakit sering membuat ikatan serat dari jaringan

    utamanya kepada renal capsule, yang membuat capsule melekat lebih kuat.

    Sulitnya membuka capsule ini merupakan pertanda bahwa ginjal telah

    terkena penyakit.

    Cortex

    Cortex merupakan lapisan pembungkus ginjal , merupakan

    jaringan yang kuat yang melindungi lapisan dalam ginjal. Cortex terletak

    diantara renal capsule dan Medulla.

    Bagian atas nephron, yaitu glomerulus dan kapsula Bowman yang

    membentuk Badan malphigi berada di lapisan cortex ini.untuk tubulus

    contortus proximal , distal maupun kolektivus tidak berada dilapisan ini

    tetapi di lapisan Medula. Cortex membentuk zona luar yang halus

    tersambung dengan projectil (kolom kortikal) yang menjulur diantara

    piramid sehingga dilapisan ini terdapat renal corpusle dan renal tubules

    kecuali untuk bagian dari Henle's loop yang turun kedalam renal medulla.

    Cortex juga mengandung pembuluh darah dan kortikal pembuluh

    penampung.

    Medulla

    Medulla berada dibawah Cortex. Bagian ini merupakan area yang

    berisi 8 sampai 18 bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid, yang

    terbentuk hampir semuanya dari ikatan saluran berukuran mikroskopis.

    Ujung dari tiap piramid mengarah pada bagian pusat dari ginjal. Saluran

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    10/35

    ini mengangkut urin dari cortical atau bagian luar ginjal, dimana urin

    dihasilkan, ke calyces. Calyces merupakan suatu penampung berbentuk

    cangkir dimana urin terkumpul sebelum mencapai kandung kemih melalui

    ureter. Ruang diantara piramid diisi oleh cotex dan membentuk struktur

    yang disebut renal columns.

    Ujung dari tiap pyramid, yang disebut papilla, menuju pada

    Calyces di pusat tengah ginjal. Permukaan papilla memiliki penampilan

    seperti saringan karena banyaknya lubang-lubang kecil tempat dimana

    tetesan urin lewat. Setiap lubang merupakan ujung dari sebuah saluran

    yang merupakan bagian dari nephron, yang dinamakan saluran Bellini;

    dimana semua saluran pengumpul didalam piramid mengarah. Serat otot

    mengarah dari calyx menuju papilla. Pada saat serat otot pada calyx

    berkontraksi, urin mengalir melalui saluran Bellini kedalam

    calyx(calyces). Urin kemudian mengalir ke kandung kemih melalui renal

    pelvis dan ureter.

    PELVIS RENALIS

    Pelvis renalis berada di tengah tiap ginjal sebagai saluran tempat

    urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih. Bentuk Pelvis renalis adalah

    seperti corong yang melengkung di satu sisinya. Pelvis renalis hampir

    seluruhnya dibungkus dalam lekukan dalam pada sisi cekung ginjal, yaitu

    sinus. Ujung akhir dari pelvis memiliki bentuk seperti cangkir yang

    disebut calyces. Pelvis renalis dilapisi oleh lapisan membran berselaput

    lendir yang lembab yang hanya beberapa sel tebalnya. Membran ini terkait

    kepada bungkus yang lebih tebal dari serat otot yang halus, yang

    dibungkus lagi dengan lapisan jaringan yang terhubung. Membran

    berselaput lendir pada pelvis ini agak berlipat sehingga terdapat ruang bagi

    jaringan untuk mengembang ketika urin menggelembungkan pelvis. Serat

    otot tertata dalam lapisan longitudinal dan melingkar. Kontraksi lapisan

    otot terjadi dengan gelombang yang bersifat periodik yang disebut gerak

    peristaltis pelvis. Gerakan ini mendorong urin dari pelvis menuju ureter

    dan kandung kemih. Dengan adanya pelapis pada pelvis dan ureter yang

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    11/35

    tidak dapat ditembus oleh substansi normal dalam urin, maka dinding

    struktur ini tidak menyerap cairan.

    Batas-batas Ginjal

    Ginjal Kanan

    Batas anterior: Galndula Suprarenalis, hepar, pars descendens

    duodenum, dan flexura coli dextra

    Batas posterior: Diagfragma, recessus costodiagphragmaticus, costae

    XII, m. Psoas major, m. Quadratus lumborum, dan m. Transversus

    abdominis, nervus subcostalis (T12), nerveus iliohypogastricus, dan

    nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.

    Ginjal Kiri

    Batas anterior: Galndula Suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura

    coli dextra, dan lengkung lengkung jejenum.

    Batas posterior: Diagfragma, recessus costodiagphragmaticus, costae

    X dan XIII, m. Psoas major, m. Quadratus lumborum, dan m.

    Transversus abdominis, nervus subcostalis (T12), nerveus

    iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah

    dan lateral.

    Pendarahan dan Persarafan Ginjal :

    Arteriae

    Arteriae renalis berasal dari aorta setinggi vertebrae lumbalis II.

    Masing masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima

    arteri segmentales yang masuk ke dalam hilum renale, empat di

    depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteriae ini mendarahi

    segmen-segmen atau area renalis yang berbeda. Arteria lobaris

    berasal dari arteria segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu

    pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria

    lobaris mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteria

    interlobares berjalan menuju cortex di anatara pyramides renales.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    12/35

    Pada perbatasan menuju cortex dan medula renalis, arteriae

    interlobares bercabang menjadi arteria arcuatae yang mekengkung di

    atas basis pyramides renales. Arteria arcuatea mempercabangkan

    sejumlah arteriae interlobares yang berjalan ke atas di dalam cortex.

    Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteria interlobares.

    Venae

    Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan

    mengalirkan darah ke vena cava inferior

    Persarafan

    Serabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui

    plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici 10, 11,

    dan 12.

    B. Fisiologi Ginjal

    Ginjal memiliki beberapa fungsi penting, diantaranya:

    1. Urinasi dan Penyaringan darahUnit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat

    berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia

    dewasa.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nefron&action=edithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nefron&action=edit
  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    13/35

    Darah mengalir masuk ke ginjal melalui Arteri Renalis. Arteri

    bercabang-cabang dan menjadi pembuluh darah yang semakin kecil,

    disebut arteriole, dan akhirnya berujung pada pembuluh kapiler di

    glomerulus pada setiap nephron.

    Darah yang mengalir ke ginjal, masuk kedalam glomerulus

    melalui Affarent Arteriole. Di dalam glomerulus, darah mengalir

    melalui capiler yang berkelok-kelok. Dinding pembuluh kapiler disini

    agak tipis, dan tekanan darah dalam kapiler tinggi. Hal ini

    mengakibatkan air, bersama dengan zat-zat yang terlarut di dalamnya

    seperti garam, glukosa atau gula, asam amino, dan limbah urea dan

    asam uratterdorong keluar melalui dinding kapiler yang tipis, yang

    kemudian dikumpulkan di Kapsul Bowmen. Partikel yang lebih besar

    dalam darah, seperti sel darah merah dan molekul protein, terlalu besar

    untuk melewati dinding kapiler dan mereka tetap berada dalam aliran

    darah. Darah yang sudah disaring meninggalkan glomerulus melalui

    Everent Arteriole yang lain, yang bercabang-cabang membentuk suatu

    jaring pembuluh darah diseputar tubulus renal. Darah kemudian keluar

    dari ginjal melalui vena renalis. Sekitar 180 liter (50 galon) darah

    disaring oleh ginjal setiap harinya, dan sekitar 1,5 liter (1,3 qt) urin

    diproduksi.

    Produksi urin diawali dengan zat-zat yang ditinggalkan darah

    pada saat darah melewati ginjalseperti air, garam, dan zat-zat lain

    yang dikumpulkan dari glomerulus dalam kapsul Bowman. Cairan ini,

    disebut saringan glomerular, bergerak dari kapsul Bowman melewati

    tubul renalis. Bersamaan dengan mengalirnya cairan tadi sepanjang

    tubul renalis, jaring pembuluh darah yang menyelubungi tubulus

    menyerap kembali sebagian air, garam dan semua nutrisi, terutama

    glukosa dan asam amino, yang terpisah pada saat darah melewati

    glomerulus. Proses penting ini, disebut penyerapan tubular, membuat

    tubuh kita secara selektif memilah zat-zat yang masih diperlukan dan

    membuang limbah dan racun yang tidak bergunal lagi. Pada akhirnya,

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    14/35

    sekitar 99% dari air, garam dan nutrisi lainnya diserap kembali oleh

    tubuh.

    Pada saat ginjal melakukan proses penyerapan kembali nutrisi

    yang masih dibutuhkan dari saringan glomerular, ginjal melakukan

    suatu pekerjaan yang berlawanan, yang disebut sekresi tubular. Dalam

    proses ini, zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan dari kapiler yang

    menyelubungi nephron dimasukan dalam saringan glomerular. Zat-zat

    ini termasuk partikel bermuatan yang disebut ion, termasuk ion

    ammonium, ion hydrogen, dan potassium.

    Ketiga proses ini, saringan glomerular, penyerapan tubular dan

    sekresi tubular; yang kemudian menghasilkan urine, yang mengalir

    menuju tubulus pengumpul urin. Tubulus pengumpul ini mengalirkan

    urin ke tubulus mikro pada piramida ginjal. Urin kemudian disimpan

    dalam sebuah kamar dalam ginjal dan akhirnya dialirkan ke ureter,

    suatu saluran panjang dan sempit yang berakhir di kandung kemih.

    Dari sekitar 180 liter darah yang disaring ginjal setiap hari,

    menghasilkan sekitar 1,5 liter urine.

    2. Pengatur Kadar Air dalam Darah.

    Fungsi penting lain ginjal adalah untuk mengatur jumlah

    kandungan air dalam darah. Proses ini dipengaruhi oleh antidiuretic

    hormone (ADH), yang disebut juga vasopressin, yang diproduksi di

    hipotalamus (bagian otak yang mengatur banyak fungsi internal) dan

    menyimpannya dalam kelenjar pituari yang terletak didekatnya.

    Receptor di dalam otak memonitor kandungan air dalam darah. Ketika

    kadar garam dan zat-zat yang lain dalam darah menjadi terlalu tinggi,

    kelenjar pituari melepaskan ADH kedalam aliran darah.

    Darah yang mengandung ADH dari otak mengalir dan masuk

    kedalam ginjal. ADH membuat tubulus renal dan pembuluh

    pengumpul menjadi lebih mudah ditembus oleh larutan dan air. Hal ini

    menyebabkan lebih banyak air diserap kembali dalam aliran darah.

    Dilain sisi, ketiadaan ADH membuat pembuluh pengumpul tidak dapat

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    15/35

    ditembus oleh larutan dan air, sehingga cairan dalam pembuluh,

    dimana sebagian larutan telah dibuang, tetap banyak mengandung air;

    urin menjadi encer.

    3. Pengatur Tekanan Darah

    Pengaturan tekanan darah berhubungan erat dengan

    kemampuan ginjal untuk mengeluarkan cukup sodium chloride

    (garam) untuk memelihara jumlah sodium yang normal, volume cairan

    extraselular dna volume darah. Penyakit ginjal merupakan penyebab

    utama hipertensi tipe kedua. Bahkan gangguan kecil dalam fungsi

    ginjal memainka peran besar pada sebagian besar (jika tidak semua)

    kasus tekanan darah tinggi dan menaikkan cedera pada ginjal. Cedera

    ini akhirnya dapat menyebabkan darah tinggi berat, stroke atau bahkan

    kematian.

    Pada orang normal, ketika mengkonsumsi banyak sodium

    klorida, tubuh menyesuaikan. Tubuh mengeluarkan lebih banyak

    sodium klorida tanpa menaikkan tekanan pembuluh arteri. Namun

    demikian, banyak pengaruh dari luar yang mengurangi kemampuan

    ginjal untuk mengeluarkan sodium. Jika ginjal tidak cukup mampu

    untuk mengeluarkan garam dengan asupan garam normal atau tinggi,

    mengakibatkan tejadinya peningkatan kronis volume cairan

    extraselular dan peningkatan volume darah. Hal ini memicu terjadinya

    tekanan darah tinggi. Ketika terjadi peningkatan kadar hormon dan

    neurotransmitter yang menyebabkan pembuluh darah menyempit,

    bahkan kenaikan kecil volume darah menjadi berbahaya. (Hal ini

    disebabkan karena kecilnya ruang pembuluh darah tempat darah

    dipaksa untuk mengalir). Meski peningkatan tekanan arterial membuat

    ginjal mengeluarkan lebih banyak sodium (yang memperbaiki

    keseimbangan sodium), tekanan yang lebih tinggi dalam arteri

    mungkin terjadi. Hal ini memperlihatkan hubungan antara penyakit

    ginjal dan tekanan darah tinggi.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    16/35

    Hormone aldosterone yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalin,

    berinteraksi dengan ginjal untuk mengatur kandungan sodium dan

    potasium dalam darah. Aldosteron dengan jumlah yang banyak

    menyebabkan nefron menyerap kembali ion sodium lebih banyak, air,

    dan lebih sedikit ion potasium. Sedikit aldosteron menyebabkan efek

    sebaliknya. Respon ginjal terhadap aldosterone membantu menjaga

    kadar garam dalam darah pada batas yang sempit yang terbaik bagi

    aktivitas fisik dasar.

    Aldosterone juga membantu mengatur tekana darah. Ketika

    tekanan darah mulai turun, ginjal melepaskan enzim (protein khusus)

    yang disebut renin, yang mengubah protein darah menjadi hormon

    angiotensin. Hormon ini menyebabkan pembuluh darah mengerut

    sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Angiotensin kemudian

    mempengaruhi kelenjar adrenalin untuk melepas aldosterone, yang

    menyebabkan sodium dan air diserap kembali dan menaikkan volume

    darah dan tekanan darah.

    4. Menjaga Keseimbangan Kadar Asam dalam Tubuh

    Ginjal juga menyesuaikan keseimbangan kadar asam dalam

    tubuh untuk mencegah kelainan darah seperti acidosis atau alkalosis,

    keduanya melumpuhkan fungsi sistem saraf pusat. Jika darah terlalu

    asam, dimana terlalu banyak terdapat ion hidrogen, ginjal menyerap

    ion ini kedalam urin melalui proses sekresi tubular.

    5. Penghasil Hormon

    Erythropoietin

    Erythropoietin, mempengaruhi produksi sel darah merah dalam

    sumsum tulang. Ketika ginjal mendeteksi bahwa jumlah sel darah

    merah dalam tubuh berkurang, ginjal memproduksi eritropoitin.

    Hormon ini berjalan dalam aliran darah ke sumsum tulang,

    merangsang produksi dan pelepasan lebih banyak sel darah.

    Erythropoietin adalah glikoprotein. Hormon ini bekerja pada

    sumsum tulang untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Stimuli

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    17/35

    seperti pendarahan atau pergi ke tempat ketinggian (dimana oksigen

    tipis) memicu pelepasan EPO. Orang yang mengalami gagal ginjal

    dapat tetap hidup dengan dialisis. Tetapi dialisis hanya membersihkan

    darah dari limbah. Tanpa sumber EPO, orang ini akan menderita

    anemia. Sekarang, berkat teknologi rekombinan DNA, rekombinan

    EPO manusia telah tersedia untuk mengobati pasien ini.

    Karena EPO meningkatkan hematocrit, ini menyebabkan lebih

    banyak oksigen mengalir ke otot kerangka. Sebagian pembalap sepeda

    dan pelari jarak jauh menggunakan rekombinan EPO untuk

    meningkatkan performa mereka. Walau rekombinan EPO memiliki

    sekuen yang persis sama dengan asam amino sebagai hormon alami,

    zat gula yang dilekatkan oleh sel yang digunakan oleh industri farmasi

    berbeda dengan yang dilekatkan oleh sel pada ginjal manusia.

    Perbedaan ini dapat dideteksi pada urin atlet.

    Calcitriol

    Calcitriol adalah 1,25[OH]2 Vitamin D3, bentuk aktif dari vitamin D.

    Calcitriol diperoleh dari calciferol (vitamin D3) dari makanan yang

    dikonsumsi, yang kemudian disintesa oleh kulit yang terkena sinar

    ultraviolet dari cahaya matahari pagi hari.

    Calciferol dalam darah dirubah menjadi vitamin aktif dalam dua

    langkah:

    1. Calciferol dirubah dalam liver menjadi 25[OH] vitamin D3

    kemudian dibawa ke ginjal (terikat ke serum globulin) dimana

    selanjutnya dirubah menjadi calcitriol.

    2. Langkah terakhir ini dibantu oleh hormon parathyroid (PTH)

    Calcitriol bekerja dalam sel usus untuk membantu penyerapan kalsium

    dalam makanan. Calcitriol bekerja pula dalam tulang untuk

    memobilisasi calcium dari tulang kedalam darah. Calcitriol masuk

    kedalam sel, jika sel tersebut mengandung reseptor untuknya (sel usus

    memiliki reseptor tersebut), hormon ini kemudian terikat pada reseptor

    tersebut. Reseptor Calcitriol merupakan faktor transkripsi zinc-finger

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    18/35

    (lipatan berbentuk jari dari asam amino dan ion zinc, yang ditemukan di

    bagian molekul protein yang terikat pada DNA dan RNA) a finger-

    shaped fold of amino acids plus a zinc ion that is found in regions of

    protein molecules that bind to DNA and RNA. Kekurangan calcitriol

    mengakibatkan terkumpulnya kalsium di tulang menjadi terhambat.

    II. Batu Ginjal (Nephrolithiasis)

    A. Patofisiologi

    Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan

    supersaturasi dari elemen-elemen yang secara normal berada dalam air

    kemih. Batu ureter seringkali berasal dari batu daerah ginjal yang bergulir

    ke bawah dan tertahan di ureter, normalnya batu yang ukurannya yang

    tidak terlalu besar akan didorong oleh peristaltik otot-otot pelvicalices dan

    turun ke ureter akan melalui ureter menuju vesica urinaria menjadi batu

    ureter.Tenaga peristaltik ureter akan mencoba mengeluarkan batu hingga

    turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya kurang dari 5 mm akan dapat

    keluar secara spontan sedangkan yang lebih besar dapat mengakibatkan

    keradangan serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter dan

    hidronefrosis. Jika batu disertai dengan adanya infeksi sekunder maka

    akan menimbulkan urosepsis, pyonefrosis, abses ginjal, abses paranefrik,

    abses perinefrik, pielonefritis, serta timbul kerusakan ginjal bahkan gagal

    ginjal permanen bila sudah lanjut.

    B. Etiologi

    Batu mulanya diginjal dalam bentuk plak yang sangat kecil pada

    solute urin di lapian ginjal. Plak ini berkembang dari deposit konstituen

    urin pada permukaan ginjal. Perkembangannya rata bervariasi. Pada

    penilaian akhir-akhir ini, beberapa batu membutuhkann waktu sampai

    tahunan untuk memperbesar diameter batu dari hanya beberapa milimeter.

    Batu ini bisa dua kali lipat membesar ukurannya dalam beberapa bulan,

    terutama ketika aliran volum urin sedikit, abnormalitas biokimia atau

    infeksi sistem urinarius.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    19/35

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    20/35

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    21/35

    Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin

    seperti sistin, xantin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah

    terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh pH dan

    kekuatan ion.

    c. Teori presipitasi-kristalisasi

    Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam

    urin. Di dalam urin yang asam akan mengendap sistin, xastin, asam

    urat, sedang didalam urin yang basa akan mengendap garam-garam

    fosfat.

    d. Teori berkurangnya faktor penghambat

    Mengatakan bahwa tidak adanya atau berkurangnya substansi

    penghambat pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat,

    polifosfat, asam mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah

    pembentukan batu urin. Teori ini tidaklah benar secara absolut karena

    banyak orang yang kekurangan zat penghambat tak pernah menderita

    batu, dan sebalinya mereka yang memiliki faktor pengahambat

    berlimpah membentuk batu.

    e. Teori lain adalah berkurangnya volume urin

    Kekurangan cairan akan menyebabkan peningkatan kosentrasi zat

    terlarut (misal: kalsium, natrium, oksalat dan protein) yang mana ini

    dapat menimbulkan pembentukan kristaldiurin). Sebagai contoh,

    beberapa pasien dengan batu asam urat dan urikosuria, mungkin

    disebabkan makan protein yang berlebihan, yang mana ini akan

    mendasari terjadi gangguan metabolisme asam urat (misalnya, gout,

    kelainan mieloproliferatif), atau juga karena penggunaan obat -obat

    urikosurik. Pada pasien lain dengan batu asam urat dapat terjadi tanpa

    disertai hiperurikosuria dan hiperurikemia, tetapi ekresi asam urat

    menetap diurine namun kela rutan asam urat sangat terbatas. Keadaan

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    22/35

    ini disebabkan karena penderita tersebut selalu mengeluarkan urine

    asam dimana ini akan mempermudah presipitasi asam urat. Kenaikan

    produksi asam urat (pada gout primer) akan mengakibatkan

    hiperukosuria dan hiperurikemia dan ini akan mempermudah

    terjadinya batu asam urat.. Selain faktor diatas, faktor lain yang

    berpengaruh terhadap pembentukan batu asam urat adalah kencing

    yang sedikit atau kurang minum.

    D. KLASIFIKASI BATU

    a. Batu kalsium

    Batu kalsium paling banyak ditemukan, sekitar 70-80% dari seluruh

    batu saluran kemih. Dapat dievaluasi dengan metode pengumpulan

    urine 24 jam dan dibagi menjadi hiperkalsiuria, hiperuricosuria,

    hyperoxaluria dan hypocitraturia.

    Hipercalsiuria: Ada tiga tipe penyerapan yang menyebabkan

    hiperkalsiuria, tipe pertama bergantung pada makanan yang

    dikonsumsi, terapi pada pasien ini bukanlah diet rendah kalsium

    karena kalsium diperlukan untuk absorpsi oksalat dalam usus,oleh

    karena itu terapi yang tepat untuk pasien tipe ini adalah pemberian

    pengikat kalsium seperti selulose fosfat atau potassium citrate. Type II

    absorpsi calsium bergantung pada diet dan pasien akan memiliki kadar

    kalsium yang meningkat bila memakan makanan kaya kalsium. Pada

    pasien tipe ini diperlukan pembatasan jumlah. Type III adalah tipe

    sekunder akibat kurangnya fosfat renal. Pasien ini diperbaiki dengan

    pemberian suplemen fosfat.

    Hiperoksaluria: ekskresi oksalat lebih dari 45 gram per hari. BAnyak

    dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis

    menjalani pembedahan usus atau pasien yang mengkonsumsi

    makanan kaya oksalat diantaranya the, kopi, softdrink, sayuran

    berwarna hijau contohnya bayam, arbei.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    23/35

    Hiperurikosuria: asam urat dalam urin melebihi 850 mg/24 jam.Asam

    urat yang berlebihan bertindak sebagai inti batu/nidus.

    Hipositraturia: di dalam urin sitrat bereaksi dengan kalsium

    membentuk kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium

    oksalat atau kalsium fosfat. Ikatan kalsium sitrat lebih mudah terlarut.

    Dengan berkurangnya kadar sitrat maka kecenderungan pembentukan

    batu kalsium semakin meningkat.

    b. Batu Magnesium-ammonium-phosphate

    Batu magnesium-ammonium-phosphate seringkali disebut batu

    struvit.Batu ini sering ditemukan pada wanita dengan infeksi traktus

    urinarius berulang antara lain oleh Proteus, Providencia,

    Pseudomonas. Bakteri pemecah urea ini merubah pH dari harga

    normal 5.8 menjadi 7.2. Batu struvite akan berpresipitasi pada urin

    jika pH lebih dari 7.2.

    c. Batu Asam Urat

    Batu asam urat menampakan gambaran radioluscen. Tipe ini biasa

    terjadi pada pria dengan angka kekambuhan yang tinggi. Batu asam

    urat dapat diatasi secara medis dengan peningkatan pH urin menjadi

    6.0-6.5 melalui pemberian potassium citrate atau potassium

    bicarbonate.

    d. Batu Cystine

    Batu Cystine disebabkan oleh abnormalitas pompa asam amino yang

    mempengaruhi cystine, ornithine, lysine and arginine (COLA).

    Terdapat gambaran ground-glass appearance pada KUB. Intervansi

    harus berdasarkan gejala klinik dan bukti adanya obstruksi yang

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    24/35

    progresif. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi air dalam jumlah

    banyak untuk mengurangi supersaturasi cystine.

    e. Batu Xantin

    Disebabkan oleh adanya defisiensi xantin oksidase congenital. Enzim

    ini normalnya mengkatalisis oksidasi hipoxantin menjadi xantindan

    xantin menjadi asam urat.

    f. Batu Indinavir

    Inhibitor protease merupakan terapi yang popular dan efektif pada

    pasien dengan AIDS. Indinavir merupakan inhibitor protease yang

    paling umum yang menghasilkan batu radiolusen pada CT Scan non

    kontras. Terdapatnya batu ini dapat berhubungan dengan komponen

    kalsium. Pemberian medikasi secara berkala dengan hidrasi intravena

    dapat mengeluarkan batu begitu saja. Batu indinavir berwarna merah

    dan biasanya terpecah selama ekstraksi.

    g. Batu silikat

    Sangat jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan penggunaan

    antasida yang mengandung silica pada pemakaian jangka waktu lama.

    E. FAKTOR RISIKO

    1. Mula penyakit saat berusia < 25 tahun

    2. Stones containing brushite

    3. Hanya satu ginjal yang berfungsi

    4. Penyakit yang berhubungan dengan pembentukan batu:

    Hiperparatiroid

    Asidosis tubular ginjal

    Bypass jejunoileal

    Penyakit Crohns

    Reseksi intestinum

    Kondisi malabsorbsi

    Sarcoidosis

    Hipertiroid

    5. Pengobatan yang dihubungkan dengan pembentukan batu

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    25/35

    Suplemen kalsium

    Suplemen vitamin D

    Azetazolamid

    Vitamin C dalam dosis besar (> 4 gr/hari)

    Sulfonamid

    6. Abnormalitas anatomi yang dihubungkan dengan pembentukan batu

    Tubular ektasia

    Obstruksi pelvo-ureteral junction

    Divertikulum kaliks, kista kaliks

    Striktur ureter

    Refluk vesico ureteral

    Ginjal bentuk sepatu kuda

    Ureterocel

    F. GAMBARAN KLINIS

    Kebanyakan batu pada ginjal tidak menunjukkan gejala dan

    ditemukan secara kebetulan. Batu yang masih kecil yang tidak pernahberkembang lebih besar, atau tidak berpindah turun, tidak akan

    menimbulkan gejala. Tetapi ada beberapa batu yang menetap di ginjal dan

    berkembang. Batu ini bisa mencapai sampai beberapa sentimeter. Batu

    akan menyebabkan nyeri tumpul pada pinggang, urin menjadi merah, dan

    meningkatkan risiko infeksi urinarius. Batu ginjal yang kecil bisa

    meninggalkan ginjal mengikuti aliran urin. Jika batu ini sangat kecil

    (paling kecil berdiameter 3 mm ), tidak disadarai akan turun ke ureter

    masuk kedalam kandung kemih, dan lama-kelamaan akan turun ke uretra

    yang kemudian akan dikeluarkan lewat urin. Batu dengan diameter 3 mm

    sampai 6 mm dan yang meninggalkan ginjal mungkin akan secara

    kebetulan dikeluarkan dari sistem urinarius, tapi sepertinya sementara

    waktu akan menyumbat suatu titik tempat di ureter. Batu dengan diameter

    antara 6 mm sampai 1 cm akan meninggalkan ginjal tapi akan bisa juga

    menyumbat pada ureter . Sensasi nyeri yang ditimbulkan adalah karena

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    26/35

    regangan kapsul ginjal, yang bisa disebabkan oleh pielonefritis akut yang

    menimbulkan edema, obstruksi saluran kemih yang menyebabkan

    hidronefrosis atau tumor ginjal.

    G. DIAGNOSIS

    Klinis

    Pasien dengan kolik ginjal biasanya mengeluh nyeri pinggang, muntah dan

    demam, serta mungkin mempunyai riwayat penyakit batu. Diagnosis klinis

    haruslah ditunjang oleh pemeriksaan pencitraan yang sesuai. Hal ini akan

    membantu memutuskan apakah cukup dengan terapi konservatif atau

    dibutuhkan terapi lain.

    Pemeriksaan Radiologi

    Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai

    mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan

    batu radioopak. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi.

    Pemeriksaan rutin meliputi foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung

    kemih (KUB) ditambah USG atau excretory pyelography (Intravenous

    Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada

    pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL,

    pengobatan metformin, dan myelomatosis.

    Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :

    Retrograde atau antegrade pyelography

    Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)

    Scintigraphy

    CT Scan tanpa kontras (unenhanced) merupakan pemeriksaan terbaik

    untuk diagnosis nyeri pinggang akut, sensitivitasnya mencapai 100% dan

    spesifisitas 98%. CT Scan tanpa kontras tersedia luas di negara-negara

    maju dan juga dapat memberikan informasi mengenai abnormalitas di luar

    saluran kemih. IVP memiliki sensitivitas 64% dan spesifisitas 92%.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    27/35

    Pemeriksaan ini membutuhkan waktu cukup lama dan harus dilakukan

    dengan hati-hati karena kemungkinan alergi terhadap kontras.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi: sedimen urin / tes dipstik untuk

    mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pada pemeriksaan

    urinalisa bila pH >7.6 biasanya ditemukan kuman urea splitting yang

    menyebabkan batu anorganik sedangkan pH asam menyebabkan batu

    organic (batu asam urat).Dapat pula ditemukan sediment, hematuria

    mikroskopik. Pemeriksaan untuk mencari sebab lain dapat diukur ekskresi

    Ca, fosfor, asam urat dalam urin 24 jam. Untuk mengetahui fungsi ginjal,

    diperiksa kreatinin serum. Pada keadaan demam, sebaiknya diperiksa C-

    reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin. Pada keadaan

    muntah, sebaiknya diperiksa natrium dan kalium darah. Untuk mencari

    faktor risiko metabolik, sebaiknya diperiksa kadar kalsium dan asam urat

    darah.

    H. PENATALAKSANAAN

    Manajemen Observasi

    Manajemen Operatif

    Indikasi pengeluaran aktif batu tergantung pada ukuran, tempat

    dan bentuk batu yang mempengaruhi keputusan. Juga kemungkinan

    pengeluaran spontan harus dievaluasi. Pengeluaran spontan batu bisa

    diharapkan 80% pada pasien dengan ukuran batu dengan diameter tidak

    lebih dari 4 mm. Untuk batu dengan diameter lebih dari 7 mm untuk bisa

    keluar secara spontan sangat kecil sekali kemungkinannnya. Pengeluaran

    batu diindikasikan untuk batu dengan ukuran 6-7 mm.

    Pengeluaran batu secara aktif sangat dianjurkan pada pasien dengan

    kriteria:

    1.Nyeri yang persisten meskipun dengan medikasi yang adekuat.

    2.Obstruksi persisten dengan risiko rusaknya fungsi renal

    3.Risiko pyonefrosis atau urosepsis

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    28/35

    4.Obstruksi bilateral

    Terapi aktif dalam mengeluarkan batu ginjal dibagi menjadi:

    Open Surgery

    Pada open surgery, akan dilakukan pembedahan untuk melihat ureter

    dimana batu berada. Pembedahan lain dilakukan langsung pada ureter itu

    sendiri dan batu secara langsung diambil. Open surgery adalah terapi

    invasif yang paling banyak dilakukan. Ini kadang kala menimbulkan

    komplikasi. Banyak pasien membutuhkan waktu sekitar 6 minggu untu

    pemulihan setelah operasi.

    Percutaneous Nephrolitotipsy (PCNL)

    Prosedur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu akses perkutan dan

    pengangkatan batu. Untuk mencapai akses perkutan, urolog atau radiolog

    memasang kabel penuntun fleksibel berukuran kecil di bawah kontrol

    fluoroskopi melalui pinggang pasien ke dalam ginjal lalu turun ke ureter.

    Jika akses sudah diperoleh, saluran dilebarkan sampai ukuran 30 F dan

    dimasukkan selongsong, lalu nefroskop atau ureteroskop rigid / fleksibel

    dimasukkan melalui selongsong.

    Dengan tuntunan fluoroskopi dan endokamera, batu diangkat secara utuh

    atau setelah dipecahkan menggunakan litotripsi intrakorporal.

    PNL memiliki keuntungan sebagai berikut : (1) Jika batu dapat dilihat,

    hampir dipastikan batu tersebut dapat dihancurkan. (2) Dengan alat

    fleksibel, ureter dapat dilihat secara langsung sehingga fragmen kecil

    dapat diidentifikasi dan diangkat. (3) Proses cepat, dengan hasil yang

    dapat diketahui saat itu juga.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    29/35

    Perawatan di rumah sakit biasanya 3 sampai 5 hari, pasien dapat kembali

    melakukan aktivitas ringan setelah 1 sampai 2 minggu. Angka transfusi

    PNL sekitar 2-6%. Angka perawatan kembali, yaitu angka dimana

    instrumen harus dimasukkan kembali untuk mengangkat batu yang tersisa

    bervariasi dari 10% sampai 40-50%. Angka bebas batu adalah 75-90%.

    Komplikasi yang dapat terjadi meliputi perdarahan, infeksi, dan fistula

    arteri-vena.

    Ekstracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)

    Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) telah menjadi metode

    yang paling sering digunakan dalam tatalaksana aktif batu ureter. Alat

    ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy

    pada tahun 1980. Alat dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,

    atau batu buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan..

    ESWL didasarkan pada prinsip bahwa gelombang kejut bertekanan tinggi

    akan melepaskan energi ketika melewati area-area yang memiliki

    kepadatan akustik berbeda. Gelombang kejut yang dibangkitkan di luar

    tubuh dapat difokuskan ke sebuah batu menggunakan berbagai teknik

    geometrik. Gelombang kejut melewati tubuh dan melepaskan energinya

    saat melewati sebuah batu. Tujuan dari metode ini adalah untuk memecah

    batu menjadi partikel-partikel yang cukup kecil sehingga dapat melewati

    ureter tanpa menimbulkan nyeri yang berarti.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    30/35

    ESWL adalah prosedur yang paling sedikit bersifat invasif dari keempat

    metode diatas. Dan pasien bisa menjalani aktovitas normal hanya dalam

    beberapa hari dan waktu pemulihan yang paling cepat.

    Batu berukuran diameter 2cm paling baik diterapi dengan teknik endoskopi. El-Anany melakukan

    uji klinis terhadap 30 pasien dengan batu ginjal >2cm yang diterapi

    dengan laser holmium melalui ureteroskop. Keberhasilan didefinisikan

    sebagai fragmentasi total mencapai 3cm, terapi membutuhkan 135

    (75-160) menit dan sukses pada tiga pasien. Semakin kecil beban batu,

    semakin besar kesuksesan dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan.

    Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa terapi batu ginjal menggunakan

    ureteropieloskopik merupakan terapi invasif minimal dibandingkan PNL

    dan operasi terbuka, aman serta efektif untuk batu pelvis besar.

    Peschel, Janetschek dan Bartsch melakukan studi prospektif acak yang

    bertujuan menentukan terapi lini pertama untuk batu ureter distal.

    Sebanyak 80 pasien dengan batu ureter distal (40 batu 5 mm, 40 batu5

    mm) diacak dan diterapi dengan ESWL atau ureteroskopi 9,5F atau 6,5F.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    31/35

    Hasilnya, ureteroskopi secara bermakna memberikan hasil lebih baik dalah

    hal lamanya prosedur, durasi fluoroskopi dan waktu yang dibutuhkan

    untuk mencapai bebas batu. Semakin kecil batu, semakin besar perbedaan

    antar kedua modalitas terapi tersebut. Studi ini merekomendasikan

    ureteroskopi sebagai terapi lini pertama untuk batu ureter distal. Apabila

    batu 5 mm tidak lewat secara spontan, kepada pasien diinformasikan

    bahwa kemungkinan terjadi stenosis relatif dari ureter intramural yang

    akan mengakibatkan menurunnya harapan keberhasilan ESWL sehingga

    membutuhkan terapi ulang lebih sering.

    Segera memberikan komentar bahwa studi ini merupakan studi yang

    sangat baik dan merupakan studi yang harus dilakukan pada situasi dimana

    terdapat terapi-terapi kompetitif untuk kasus spesifik. Aspek positif lain

    dari desain studi ini adalah penundaan terapi selama 3 minggu setelah

    diagnosis untuk mengoptimalisasi kesempatan batu lewat spontan. Studi

    ini juga sangat memperhatikan kepuasan pasien, karena setelah tercapai

    angka bebas batu atau setelah stent dilepas, pasien ditanyakan apakah

    mereka bersedia untuk menjalani prosedur yang sama lagi apabila terjadi

    rekurensi, dan bila tidak bersedia, apa alasannya. Uji kepuasan dilakukan

    dengan tes berpasangan serasi Wilcoxons dan test t. Hasilnya, semua

    pasien yang diterapi ureteroskopi merasa puas sedangkan hanya sebagian

    pada kelompok ESWL. 29 (Level of evidence IIa)

    Pearle melakukan studi prospektif acak untuk membandingkan efikasi

    ESWL dan ureteroskopi untuk batu batu ureter distal. Sebanyak 64 pasien

    dengan batu ureter distal radioopak, soliter, diameter terbesar 15 mm

    diacak untuk terapi dengan ESWL (32) menggunakan Dornier HM3 dan

    ureteroskopi (32). Hasilnya, nyeri pinggang dan disuri postoperatif lebih

    berat pada grup ureteroskopi daripada grup litotripsi, walaupun

    perbedaannya tidak bermakna secara statistik (p disuri=0,109; p nyeri

    pinggang=0,420).

    Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa baik ureteroskopi maupun ESWL

    memberikan angka kesuksesan yang tinggi dan angka komplikasi rendah.

  • 7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis

    32/35

    Namun, ESWL membutuhkan waktu prosedur yang lebih rendah secara

    bermakna, juga menunjukkan kecenderungan nyeri pinggang dan disuri

    yang lebih rendah, komplikasi yang lebih sedikit, serta penyembuhan yang

    lebih cepat. Walaupun ureteroskopi dan ESWL sama-sama efektif untuk

    batu ureter distal, lebih dianjurkan penggunaan ESWL karena lebih efisien

    dan morbiditas yang lebih rendah.

    Hasil studi tersebut juga didukung oleh Thomas, Macaluso, et al. melalui

    uji klinis terhadap 130 pasien dengan batu ureter sepertiga bawah

    simtomatik yang diterapi dengan ESWL (Medstone Lithotriptor). Pada

    mesin generasi pertama (Dornier HM3) ditemui kesulitan dalam

    pengaturan posisi pasien dan lokalisasi batu, sedangkan mesin generasi

    kedua memiliki kelebihan dalam hal pengaturan posisi yang jauh lebih

    baik dan mudah. Sebanyak 126 pasien menjalani monoterapi, dan 10 (8%)

    dari antaranya drop-out dalam follow-up, sedangkan dari 116 pasien

    sebanyak 101 pasien mengalami bebas batu dengan terapi tunggal dan 15

    pasien gagal. Ukuran batu pada pasien yang gagal lebih besar daripada

    ukuran batu rata-rata. Sebanyak 10 pasien (8,6% dari total) membutuhkan

    ureteroskopi dan 5 (4,3%) dari total memiliki fragmen residu asimtomatik.

    Kesimpulan dari uji klinis ini adalah bahwa ESWL in situ merupakan

    terapi efektif untuk batu ureter sepertiga bawah, terutama batu berukuran